1
FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENDEKATAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Harapan Mekar, Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor)
Oleh LAKSANA BAYU UTAMA H24103087
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
2
ABSTRAK Laksana Bayu Utama. H24103087. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing Melalui Pendekatan Participatory Action Research (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Harapan Mekar, Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan Mimin Aminah Usaha ekonomi berskala kecil telah menunjukkan peranan yang signifikan di masyarakat, baik dalam hal pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja bila dibandingkan dengan perusahaan berskala besar. Salah satu sektor UKM yang berkembang di Indonesia adalah sektor peternakan yang telah menyumbang PDB mencapai 10,39% (BPS, 2004). Kambing merupakan hewan ternak yang mempunyai banyak manfaat dan memiliki potensi ekonomi yang baik, yaitu sangat cocok sebagai peternakan rakyat karena modal yang dibutuhkan kecil, cara memelihara mudah, tidak memerlukan tempat yang luas, dan kambing berkembang biak lebih cepat dibandingkan ternak besar lain. Penelitian aksi partisipatif ini dilakukan di kelompok tani Harapan Mekar Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor. Kelompok ini menjalankan usaha ternak penggemukkan kambing yang dalam pengelolaannya masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan belum mampunya kelompok usaha ini untuk memasarkan hewan ternak mereka ke pasar selain pada hari raya Idul Adha, manajemen usaha yang masih sangat sederhana, dan budidaya kambing yang belum berjalan dengan benar serta belum mampunya usaha ini untuk bersaing dengan usaha ternak lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi usaha kelompok Harapan Mekar, mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha ini dan merumuskan strategi pengembangan usaha ternak kambing milik Kelompok Tani Harapan Mekar untuk mencapai harapan masa depan. Jenis data yang digunakan ialah berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari wawancara, Focus Group Discussion (FGD), teknik-teknik Participatory Rural Appraisal (PRA), observasi dan studi pustaka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis faktor-faktor internal dan eksternal, analisis SWOT, benchmarking, dan Matriks QSPM. Melalui penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa usaha ternak milik kelompok tani Harapan Mekar menjalankan kegiatan usahanya secara sederhana mulai dari pemberian pakan dari hasil mencari rumput sendiri dan tanpa tambahan makanan penguat, belum adanya kesadaran akan perlunya obat-obatan untuk pencegahan penyakit, dalam hal kegiatan pemasaran yang masih pasif serta pemasaran dan penjualan hewan ternak dilakukan sekali dalam satu tahun yaitu pada hari raya Idul Adha. Berdasarkan hasil penelitian, faktor internal yang termasuk ke dalam kekuatan adalah pengelola yang rajin, bertanggung jawab dan memiliki kemauan untuk maju, pencatatan arus kas yang tersusun rapih, laporan keuangan yang disalurkan secara terbuka, letak usaha yang strategis, kesehatan hewan yang baik dan kualitas kandang yang baik. Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan adalah modal yang terbatas, belum melakukan pemasaran di luar Idul Adha, kurang koordinasi dalam pembelian bibit kambing, kandang yang tidak
3
selalu dibersihkan, belum menyediakan obat-obatan, belum memberikan pakan tambahan, pengetahuan budi daya yang kurang dan produksi kambing yang belum kontinu. Faktor internal yang paling berpengaruh dalam usaha ternak ini berdasarkan hasil analisis matriks IFE adalah kesehatan hewan ternak yang terjamin dengan nilai 0,415, letak usaha yang strategis dengan nilai 0,385 dan kurangnya koordinasi dalam pemilihan bibit kambing dengan nilai 0,207. Faktor eksternal yang termasuk ke dalam peluang diantaranya adalah daya beli masyarakat yang tinggi, peluang kerja sama dengan Ternak Domba Sehat (TDS) dan kelompok ternak lain, peluang pemberian modal dari TDS, bertambahnya jumlah penduduk, pemasaran melalui lembaga aqiqah, terdapatnya lahan untuk perluasan kandang dan supply tenaga kerja yang banyak. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah kurang keberpihakan pemerintah terhadap UKM, persepsi masyarakat bahwa mengkonsumsi daging kambing tidak sehat, cuaca yang tidak menentu di Bogor dan Dominasi peternak besar di dalam pasar. Faktor eksternal yang paling berpengaruh dalam usaha ternak ini berdasarkan hasil analisis matriks EFE adalah permintaan terhadap produk hewan ternak kambing yang tinggi dengan nilai 0,625, adanya lahan untuk perluasan kandang dengan nilai 0,495, faktor cuaca yang tidak menentu dengan nilai 0,156 dan dominasi peternak besar di pasar dengan nilai 0,152. Berdasarkan hasil pengolahan matriks QSP diperoleh hasil nilai TAS tertinggi didapati pada strategi perluasan kandang dengan nilai 5,237, diikuti oleh strategi penyediaan obat-obatan, vaksin dan makanan tambahan dengan nilai 5,15 serta strategi pemasaran diluar Idul Adha dengan nilai 5,055. Hasil penelitian ini dapat dianggap tepat dikarenakan kapasitas kandang yang sudah penuh pada saat ini dan jumlah kambing yang akan terus bertambah pada tahun-tahun selanjutnya. Oleh karena itu disarankan kelompok Harapan Mekar melakukan studi kelayakan perluasan kandang yang lebih detail. Selain itu, Kelompok Harapan Mekar juga disarankan untuk dapat mengambil peluang dengan menyesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki dan membangun serta menjaga koordinasi dan jaringan kerja sama yang lebih luas dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan usaha ternak.
4
FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENDEKATAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Harapan Mekar, Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh LAKSANA BAYU UTAMA H24103087
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
5
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENDEKATAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Harapan Mekar, Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh LAKSANA BAYU UTAMA H24103087
Menyetujui, Agustus 2007
Ir. Mimin Aminah, MM Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Tanggal Ujian : 13 Juli 2007
Tanggal Lulus :
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 Maret 1985. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ir. Dayanto Indro Utomo (Alm.) dan Ir. Erru Getarawan, MED Penulis mengenyam pendidikan di TK Amaliah Ciawi pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Amaliah Ciawi selama 2 tahun yang kemudian dilanjutkan di SD Bina Insani Bogor. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 2005-2006 sebagai Staf bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan. Selain itu penulis juga aktif sebagai anggota tim Futsal Fakultas Ekonomi dan Manajemen selama 4 tahun. Sejalan dengan kegiatan kuliah, penulis juga memiliki beberapa pengalaman berwiraswasta, diantaranya adalah sebagai salah satu pendiri lembaga kursus bahasa inggris English Avenue, membuka toko sepatu di Babakan Raya dan beberapa usaha lainnya.
7
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, karunia dan izin-Nya, skripsi yang berjudul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing Melalui Pendekatan Participatory Action Research (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Harapan Mekar) dapat rampung pada waktunya. Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekoomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Mimin Aminah, MM selaku dosen pembimbing yang sangat sabar membimbing dan memberi masukan kepada penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM dan Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM. yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji yang tentunya akan membimbing dan menambah khasanah ilmu penulis serta memberi masukan bagi skripsi penulis. 3. Bapak Agus Mulyana, Mas Yayan dan Mas Anto dari CIFOR serta Mas Bogel dan Rifki dari PILI, Ibu Nesti dan Bapak Eko selaku pembimbing, guru dan teman bercerita yang selalu memberikan “kebingungan” dan semangat dalam pelaksanaan PAR. 4. Bapak Iwan Setiawan (Encep), Bapak Adi dan Bapak Jai dari kelompok Harapan Mekar yang menerima penulis dengan sangat baik, meluangkan waktu dari pagi sampai malam dan membantu penulis dengan sabar dalam kegiatan penelitian, bertukar pikiran dan memberikan informasi dalam menyusun skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Manajemen (Pak Acep, Mas Adi, Mbak Dina, Mas Yadi dan Pak Maman) FEM IPB yang telah banyak membantu penulis.
8
6. Mama, yang dengan sabar memberikan dukungan dan kasih sayangnya. Beliau sangat berjasa dalam setiap langkahku, dalam menjalankan hidupku. Sulit rasanya membalas jasamu. Terima kasih atas semua dukungan, cinta dan doa yang tiada henti untukku. Engkaulah Ibu terbaik yang pernah ada di muka bumi. Engkaulah motivasi utamaku. Almarhum papa dengan kenangan-kenangan indah bersamamu. Cinta dan sayangku tidak pernah putus untuk kalian. 7. Imelda Karya Wira. Penyeimbangku, belahan hatiku dan penyemangatku. Tetaplah menjadi sebuah karya indah yang selalu hadir pada setiap hembusan angin. 8. Sahabat-sahabatku Roni, Mira, JW, Betty dan Elang yang selalu memberikan
pengalaman
dan
pelajaran
yang
berharga.
Semoga
persaudaraan kita tidak pernah putus. 9. Teman seperjuanganku di keluarga Manajemen 40, di desa Situ Gede dan di desa Cikarawang, semoga kesuksesan selalu di tangan kita semua. Pertahankan selalu tali silaturahmi kita. Just keep on rollin.. 10. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, tidak berkurang rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis
Bogor, Juli 2007
Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP............................................................................................. iii KATA PENGANTAR......................................................................................... iv DAFTAR ISI........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah................................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian............................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................
1 3 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Strategi............................................................................... 2.2. Karakteristik Usaha Penggemukkan Kambing ..................................... 2.3. Participatory Action Research............................................................... 2.4. Usaha Kecil dan Menengah................................................................... 2.4. Tinjauan Studi Terdahulu ......................................................................
6 8 11 13 16
III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian..................................................................... Kerangka Pemikiran Konseptual............................................................. Kerangka Pemikiran Operasional............................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 3.4. Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................
17 17 18 21 21 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Participatory Action Research (PAR) Dalam Merumuskan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing................................... 25 4.2. Gambaran Umum Obyek Penelitian …..……………….......……....…. 4.2.1. Sejarah Usaha Ternak Kambing Milik Kelompok Harapan Mekar ............................................................................................ 4.2.2. Karakteristik Responden ............................................................... 4.2.3. Proses Usaha Penggemukkan Ternak Kambing…........................ 4.2.4. Aspek Manajemen.........................................................................
29 29 30 31 32
10
4.3. Proses Perumusan Strategi....................................................................... 4.3.1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal................................................ 4.3.2. Identifkasi Faktor-Faktor Eksternal .............................................. 4.3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Menjadi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Usaha Ternak Kambing........................... 4.3.4. Tahap Masukan (Input Stage) ....................................................... 4.3.5. Tahap Pencocokan (Matching Stage)............................................ 4.3.6. Tahap Keputusan (Decision Stage)..............................................
34 34 38 43 46 48 52
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ............................................................................................... 54 2. Saran.......................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 56 LAMPIRAN........................................................................................................ 58
11
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2003-2004 .......................................................................................... 2. Profil Responden........................................................................................... 3. Usaha Peternakan Kambing dan Domba di Wilayah Bogor......................... 4. Kekuatan dan Kelemahan Internal Usaha ..................................................... 5. Peluang dan Ancaman Eksternal................................................................... 6. Hasil Analisis Matriks IFE............................................................................ 7. Hasil Analisis Matriks EFE...........................................................................
2 31 42 44 45 46 47
8. Matriks SWOT .............................................................................................. 50
12
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Model Manajemen Strategi ............................................................................. 2. Kerangka Pemikiran Konseptual..................................................................... 3. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................... 4. Teknik Bagan Arus Produksi dan Pemasaran ................................................. 5. Teknik Perbandingan Pekerjaan......................................................................
8 18 19 27 28
13
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Proses participatory action research (PAR) dalam merumuskan strategi pengembangan usaha ternak kambing .......................................................... 59 2. Hasil penentuan bobot faktor internal usaha................................................. 64 3. Hasil penentuan bobot faktor eksternal usaha............................................... 65 4. Hasil penentuan peringkat faktor internal usaha........................................... 66 5. Hasil penentuan peringkat faktor eksternal usaha......................................... 67 6. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi koordinasi dalam melakukan pemilihan bibit kambing............................................................. 68 7. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi melakukan pemasaran diluar Idul Adha ............................................................................................. 70 8. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi melakukan perluasan Kandang ........................................................................................................ 72 9. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi penyediaan obatobatan, vaksin dan makanan tambahan......................................................... 74 10. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi promosi melalui media brosur, pamflet dan poster ............................................................................. 76 11. Hasil Matriks QSP......................................................................................... 78
14
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perusahaan yang berskala mikro di Indonesia sebesar 83,43% dan berskala kecil sebesar 15,84% atau seluruh perusahaan berskala Usaha Kecil Menengah (UKM) mencapai lebih dari 99,2 persen. Sementara itu, jumlah usaha menengah dan besar hanya 0,73 persen dari seluruh jumlah usaha terdaftar sebanyak 22,714 ribu perusahaan yang terklasifikasi (Suara Merdeka, 2007). Peranan UKM memperlihatkan peningkatan dalam perubahan nilai tambah dari 54,5% pada tahun 2000 menjadi 56,72% pada tahun 2003, bersamaan dengan itu pertumbuhan ekonomi usaha mikro dan kecil meningkat 4,1%, usaha menengah meningkat 5,1%, sedangkan usaha besar hanya tumbuh meningkat sebesar 3,5%. Pertumbuhan usaha kecil, mikro dan menengah telah memberikan kontribusi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,37% dari total pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1% (Departemen KUKM, 2004). Selain itu, UKM menyerap tenaga kerja yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok industri berskala besar. UKM mempunyai daya tampung yang cukup besar, yakni 62,68% untuk usaha mikro dan 21,91% untuk usaha kecil, atau seluruh UKM mampu menyerap tenaga kerja sekitar 84,59% dari seluruh industri. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Hal ini menunjukkan
bahwa
UKM
merupakan
solusi
bagi
permasalahan
perekonomian Indonesia, baik permasalahan kesejahteraan masyarakat, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu sektor UKM yang berkembang di Indonesia adalah berasal dari sektor pertanian. Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian memainkan peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian dan perekonomian Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan pencapaian
produk
domestik bruto peternakan mencapai 10,39% (BPS, 2004). Kambing merupakan hewan ternak yang mempunyai banyak manfaat dan memiliki potensi ekonomi yang baik. Potensi ekonomi kambing memang
15
sangat cocok sebagai peternakan rakyat karena modal yang dibutuhkan kecil dibandingkan beternak sapi, cara memelihara mudah, tidak memerlukan tempat yang luas, dan kambing berkembang biak lebih cepat dibandingkan ternak besar lain. Usaha ternak kambing nantinya akan menghasilkan produk daging, susu, pupuk kandang, maupun kulitnya (Setiadi dkk, 2006). Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2003-2004 Jumlah (orang) Pertambahan No Skala Usaha 2003 2004 Jumlah 1
Usaha kecil (UK)
71.099.307
70.919.385
179.922
2
Usaha menengah (UM)
8.304.889
8.147.479
157.410
79.404.196
79.066.864
337.332
3
Usaha kecil dan menengah (UKM) Usaha besar (UB)
415.292
402.902
12.390
JUMLAH
79.819.488
79.469.766
349.722
Sumber: www.depkop.go.id Selama ini kebutuhan kambing secara nasional lebih dari 5,6 juta ekor per tahun. Peluang untuk ekspor pun terbuka luas. Malaysia, Singapura, dan Timur Tengah dalam tahun 2004 mengimpor 9.303.598 ekor dari Australia, Jerman, Thailand, Selandia Baru, dan negara lain. Indonesia bisa turut mengisi pasar luar negeri tersebut.1 Salah satu UKM yang bergerak dalam usaha ternak kambing adalah kelompok tani Harapan Mekar Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor. Peluang untuk mengisi pasar hewan ternak kambing di kota Bogor sangat terbuka lebar, hal ini dapat ditunjukkan oleh kebutuhan akan kambing di kota Bogor mencapai 12.635 ekor pada tahun 2006, sedangkan produksi kambing yang tercatat pada tahun 2006 hanya mencapai 1.356 ekor kambing dan Bogor masih memasukkan hewan ternak kambing dari beberapa daerah diluar Bogor, seperti Sukabumi, Bandung, Bekasi, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten, yang mencapai 766 ekor (Dinas Agribisnis, 2007). Namun, dengan banyaknya peternak kambing baik individu maupun kelompok dan para pedagang besar yang telah lama berkecimpung yang mencapai 76 kelompok dalam usaha ini menunjukkan bahwa persaingan dalam industri peternakan 1
www.kompas.com/kompas-cetak/0606/23/ekora/2756689.
16
kambing ini sangat ketat. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada kelompok tani Harapan Mekar ini agar dapat memunculkan
keunggulan
kompetitif
dalam
bersaing
dengan
para
kompetitior. Berbagai usaha pemerintah telah dijalankan untuk memajukan kelompok tani Harapan Mekar, salah satunya yaitu pemberian bantuan modal awal kepada kelompok dalam memulai usaha, pemberian modal ini merupakan usaha pemerintah untuk memperlancar pengembangan usaha, akan tetapi pengembangan usaha selanjutnya sangat tergantung pada inisiatif masyarakat, oleh karena itu, dalam merumuskan strategi pengembangan usaha akan dilakukan dengan menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Dalam Aksi Partisipatif kelompok Harapan Mekar tidak sebagai obyek penelitian tetapi sebagai pelaku utama dalam melakukan proses perumusan strategi pengembangn usaha. Penelitian partisipatif dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi situasi (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dan permasalahan yang ada serta merangsang kemampuan masyarakat dalam menyusun strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini. 1.2. Perumusan Masalah Usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar pada saat ini lebih fokus pada penyediaan produk pada saat hari raya Idul Adha setiap tahunnya. Dalam jangka panjang, kelompok Harapan Mekar mempunyai tujuan menjadikan usaha peternakan ini lebih besar baik dalam hal jumlah hewan ternak, anggota yang mengelola maupun manajemen yang lebih baik sehingga dapat bersaing dengan pesaing-pesaing yang relatif besar. Produksi kambing pada tahun 2006 mencapai 20 ekor kambing dan berkembang mencapai 27 ekor kambing pada awal tahun 2007. Sedangkan para peternak besar dan pesaing lainnya memiliki jumlah hewan ternak yang lebih banyak seperti peternakan Barokah yang memiliki hewan ternak mencapai 1500 ekor, MT Farm yang mencapai 750 ekor dan Ternak Domba Sehat yang mencapai 600 ekor (Sasongko, 2006). Bila dibandingkan dengan
17
para pesaing, pertumbuhan yang dialami oleh kelompok Harapan Mekar pada tahun pertamanya mengelola hewan ternak kambing tergolong masih belum maksimal dan belum dapat bersaing dalam industri ternak kambing yang persaingannya cukup ketat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu strategi yang dapat
meningkatkan
keunggulan
kompetitif
usaha
kelompok
untuk
menghadapi persaingan yang ketat dan memasuki pasar yang lebih luas. Untuk dapat memasuki pasar yang lebih luas dan persaingan yang lebih ketat bukanlah hal yang mudah. Organisasi dituntut untuk memiliki persiapan yang baik dalam hal modal maupun manajemen yang mantap untuk mengelola operasi yang semaikin besar (David dalam Sasongko, 2006). Berdasarkan penuturan pengelola dalam Focus Group Discussion (FGD), usaha kelompok ini masih memiliki kekurangan pada beberapa fungsi manajemen sehingga dapat dilihat kurang adanya perencanaan dalam rangka pengembangan usaha. Untuk mencapai posisi yang lebih unggul, organisasi harus mengetahui tujuan, kekuatan dan kelemahan serta pola reaksi organisasi terhadap pesaing, sehingga dapat dirumuskan suatu strategi yang sesuai (Kotler, 2002). Oleh karena itu, proses perumusan strategi sangat diperlukan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat disusun perumusan masalah yang diteliti, yaitu: 1.
Bagaimana kondisi usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar?
2.
Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar?
3.
Rumusan strategi apakah yang tepat bagi usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar.
18
2. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar. 3. Merumuskan strategi yang tepat bagi usaha penggemukkan hewan ternak kambing kelompok Harapan Mekar. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya berupa: 1. Bagi kelompok Harapan Mekar dan masyarakat sekitar desa Situ Gede, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi situasi dan permasalahan yang ada serta memiliki kemampuan dalam menyusun strategi dan mencari solusi dari permasalahan yang ada serta menjadi panduan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam mencapai tujuan jangka panjang. 2. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu-ilmu yang telah dipelajari selama ini.
3. Bagi kalangan akademik, sebagai bahan diskusi dan rujukan serta untuk penelitian yang lebih mendalam. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan kelompok Harapan Mekar dibatasi pada identifikasi kondisi internal dan eksternal usaha serta perumusan strategi yang bertujuan dalam rangka memperbaiki kekurangan dan mengembangkan usaha yang telah berjalan saat ini. Penelitian yang dilakukan secara partisipatif dimulai dari tahap identifikasi kondisi dan permasalahan, studi banding dengan pesaing, perumusan strategi dengan menggunakan alat analisis SWOT sampai dengan pemberian bobot dalam rangka
perumusan strategi yang bersifat kuantitatif dengan
menggunakan alat analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Sedangkan perhitungan pada analisis QSPM dilakukan oleh peneliti.
19
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Strategi Strategi
didefinisikan
sebagai
kerangka
atau
rencana
yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan dan tindakan atau program organisasi. Disamping itu, strategi juga diartikan sebagai rencana tentang apa yang ingin dicapai suatu organisasi di masa depan dan bagaimana cara mencapai keadaan yang ingin dicapai tersebut (Tripomo dan Udan, 2005). Sejalan dengan pendapat diatas menurut David (2004), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan dan menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Selain itu, Marrus dalam Umar (2003) menyebutkan bahwa strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai. Tujuan suatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan pihak pesaing. Pemahaman mengenai konsep strategi sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut: a. Distinctive Competence adalah tindakan yang dilakukan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing. b. Competitive Advantages adalah kegiatan spesifik yang dilambangkan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Sementara itu Manajemen Strategi didefinisikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan sesuai dengan lingkungannya (Dirgantoro, 2004). David (2004) mendefinisikan manajemen strategi sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan
lintas
fungsi
(pemasaran,
keuangan,
SDM,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi) yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Senada dengan definisi di atas, Pierce dan Robinson dalam Wardhana (2006) mengartikan manajemen strategi sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
20
perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Manajemen Strategi memiliki beberapa tahapan, mengidentifikasi visi, misi dan tujuan merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Tahap kedua adalah mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal organisasi dalam mencapai tujuan jangka panjang melalui perumusan strategi yang tepat dan evaluasi strategi sebagai tahap terakhir. Proses manajemen strategi dapat dilihat pada Gambar 1. Tripomo dan Udan (2005) berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh dari serangkaian proses yang dilakukan dalam rangka merumuskan suatu strategi ini adalah: a. Mendorong Pemahaman Terhadap Situasi Organisasi secara tidak langsung akan mengidentifikasi lingkungan yang ada (internal dan eksternal) sehingga dapat lebih memahami situasi yang ada dan mungkin akan terjadi di masa depan. b. Mengatasi Konflik Strategi dapat digunakan sebagai alat koordinasi antara tujuan utama yang ingin dicapai oleh divisi dalam perusahaan dengan kegiatan masing-masing divisi, walaupun setiap divisi memiliki prioritas dan tujuan spesifik. c. Alokasi Sumberdaya Yang Terbatas Strategi dirumuskan untuk menggunakan berbagai sumber daya organisasi yang terbatas untuk mencapai tujuan perusahaan sehingga tercapai prinsip efisiensi. d. Memenangkan Persaingan Strategi digunakan dalam bertahan dan atau berkembang dalam menghadapi persaingan yang ketat. e. Mencapai Tujuan dan Memecahkan Masalah Perumusan strategi dengan memusatkan perhatian terhadap tujuan utama organisasi akan dapat mencapai tujuannya dan memecahkan masalah yang akan dihadapi dengan baik.
21
Umpan balik
Melakukan audit eksternal
Membuat pernyataan visi dan misi
Menetapkan tujuan jangka panjang
Membuat, mengevaluasi dan memilih strategi
Melaksanaka n strategi isu-isu manajemen
Melaksan akan strategi isu-isu pemasara n, keuangan, akuntansi, litbang dan SIM
Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Melakukan audit internal
Perumusan strategi
Pelaksanaan strategi
Evaluasi strategi
Gambar 1. Model Manajemen Strategi (David, 2004) 2.2. Karakteristik Usaha Penggemukkan Kambing Pengetahuan mengenai bangsa (breed) kambing di Indonesia sangat membantu dalam mencapai keberhasilan usaha ternak dengan tujuan-tujuan tertentu, seperti usaha pengembangbiakkan, susu kambing perah maupun penggemukkan ternak. Setiap bangsa kambing mempunyai ciri-ciri atau tandatanda tertentu yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangannya. Bangsa-bangsa kambing di Indonesia diantaranya (Setiadi dkk, 2006): a. Kambing Kacang Kambing asli Indonesia yang berbadan kecil dan pendek, memiliki telinga pendek tegak, leher pendek dan punggung meninggi serta bertanduk. Tinggi badan kambing kacang dapat mencapai 65 cm dan memiliki berat mencapai 25 kg.
22
b. Kambing Etawah (Jamnapari) Kambing asli dari daerah Jamnapari, India. Kambing ini memiliki hidung melengkung, bertanduk, telinga panjang terkulai, kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki, memiliki bulu belang hitam putih, dan berbadan besar. Bangsa kambing ini memiliki produksi susu yang baik. Tinggi badan kambing mencapai 100 cm dan bobot mencapai 80 kg. c. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing persilangan antara kambing kacang dengan kambing etawah yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Hasil persilangan ini telah beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Bentuk tubuhnya berada diantara kambing etawah dan kambing kacang. Bobot kambing ini mencapai 40 kg dan memiliki tinggi badan mencapai 90 cm. d. Kambing Saanen Kambing asal Saanen-Switzerland ini tidak bertanduk, berwarna putih atau krem muda, memiliki hidung dan telinga berwarna belang hitam, dahi lebar dan memiliki telinga tegak. Kambing Saanen ini merupakan tipe kambing perah. e. Kambing Marica Bangsa kambing ini banyak terdapat di Sulawesi. Kambing ini memiliki tubuh yang lebih kecil dari pada kambing kacang dan masih memiliki hubungan keturunan dengan kambing kacang. f. Kambing Gembrong. Bangsa kambing ini banyak terdapat di Pulau Bali. Kambing ini memiliki badan yang lebih besar dari pada kambing kacang dan memiliki bulu yang agak panjang. g. Kambing Alpina Kambing ini memiliki badan yang besar dan tingginya menyerupai kambing Saanen, memiliki warna bulu bermacam-macam dari putih sampai kehitam-hitaman dan warna muka ada garis putih di atas hidung. Biasanya jenis kambing ini sebagai penghasil susu.
23
h. Kambing (Anglo)-Nubian Kambing ini berbulu pendek, berkaki panjang dan dapat menyesuaikan diri di daerah yang panas. Kambing ini merupakan kambing yang subur, jadi cocok dalam usaha pengembangbiakkan kambing. Pemilihan bibit yang tepat merupakan langkah penting dalam usaha penggemukkan kambing (Goat Fattening). Sumoprastowo dalam Sasongko (2006) menyatakan bahwa pemilihan bibit ternak merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh pertambahan berat badan harian yang tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bibit kambing adalah jenis kelamin dan penampilan fisik, seperti tubuh besar, sehat, dada dalam dan lebar kaki lurus, tumit tinggi, penampilan gagah, aktif, buah zakar normal, serta bulu bersih dan mengkilat (Setiadi dkk, 2006). Selain pemilihan bibit yang tepat, pemberian pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan usaha ini. Pakan dibagi menjadi dua, yaitu hijauan sebagai pakan utama dan pakan penguat seperti konsentrat sebagai pakan tambahan (Suharno dan Nazarudin dalam Sasongko, 2006). Pakan hijauan memiliki kandungan protein relatif rendah, oleh karena itu diperlukan pakan penguat (konsentrat) yang mempunyai kandungan energi yang relatif tinggi, serat kasar rendah dan daya cerna yang relatif baik (Mulyono dalam Sasongko, 2006) Penyediaan kandang yang baik juga merupakan faktor penting dalam usaha ternak kambing. Kandang adalah tempat berlindung hewan ternak dari panas matahari dan hujan. Kandang yang dirancang secara baik juga memperhatikan tempat memberi pakan yang baik dan pembuangan kotoran sehingga ada rasa nyaman dan bersih dalam kandang, sehingga ternak dapat berkembang dan tumbuh secara normal. Sebaliknya, dalam kandang yang jelek memungkinkan pertumbuhan ternak lambat, kurang sehat dan terjadi pemborosan makanan (Mulyono dalam Sasongko, 2006).
24
2.3. Participatory Action Research (PAR) McKernan dalam CIFOR (2004) menyatakan bahwa penelitian aksi sebagai sebuah metode yang berkembang semenjak abad ke-19 dan kajian yang mendalam terhadap sejumlah literatur menunjukkan dengan jelas bahwa penelitian aksi adalah sebuah turunan dari metode ilmiah yang menjadi dasar gerakan perubahan dalam ilmu pendidikan di akhir abad ke-19. Kurt Lewin di pertengahan tahun 1940-an membangun suatu teori penelitian aksi, yang menjelaskan penelitian aksi sebagai proses yang berlangsung secara spiral dan bertahap yang masing-masing terdiri dari perencanaan, aksi dan evaluasi hasil dari aksi tersebut. Kontruksi teori penelitian aksi yang dibangun oleh Lewin tersebut menjadikan penelitian aksi sebuah metode penelitian yang dapat diterima. Penelitian
Aksi
merupakan
suatu
penelitian
sistematis
yang
dilaksanakan bersama (kolektif), saling bekerja sama (kolaboratif), merupakan refleksi diri, bersifat kritis dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian tersebut (McCutcheon dan Jung dalam CIFOR, 2004). Kemmis dan McTaggert, 1990) menyatakan penelitian aksi merupakan suatu bentuk refleksi diri bersama (kolektif) oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu situasi sosial dengan tujuan memperbaiki rasionalitas dan rasa keadilan dalam kehidupan sosial atau dalam pelaksanaan pendidikan mereka sendiri, sebagaimana pemahaman mereka terhadap praktek sosial itu sendiri dan situasi dimana praktek sosial itu dilakukan. Sejalan dengan itu, Rapoport yang dikutip McKernan dalam CIFOR (2004) berpendapat bahwa penelitian aksi bertujuan membantu baik pada kepedulian orang-orang yang berada dalam situasi menghadapi permasalahan yang mendesak, maupun pada tujuan dari ilmu sosial itu sendiri melalui kerja sama dalam sebuah kerangka kerja yang saling menguntungkan dan secara etis dapat diterima (CIFOR, 2004). Satu gambaran yang membedakan action research (penelitian aksi) adalah adanya keterlibatan dari peneliti secara aktif dan secara sengaja dalam konteks penyelidikannya. Tidak seperti dalam penelitian konvensional di mana peneliti merupakan penonton yang netral dalam konteks penelitian
25
(Chalmers dalam Basuno dkk, 2005). Peneliti dalam penelitian aksi dipandang sebagai partisipan kunci di dalam proses penelitian, bekerja secara bersamasama dengan pihak yang mempunyai kepentingan atau dengan pihak yang dipengaruhi untuk menghasilkan perubahan (Checkland, 1991). Kerja sama antara peneliti dan pemilik masalah (problem owner) adalah sangat penting untuk kesuksesan proses penelitian aksi (Basuno dkk, 2005). Pelaksanaan penelitian aksi akan didahului dengan Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu metode untuk mendapatkan deskripsi pedesaan atau lokasi dengan melibatkan mesyarakat setempat secara penuh. Pada tahap awal pelaksanaan, metode PRA digunakan untuk melakukan penilaian terhadap desa mereka, untuk mengetahui masalah dan potensi yang mereka miliki, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi. Dalam Mulyana dkk (1996), Teknik-teknik PRA yang dapat digunakan dalam mendeskripsikan suatu usaha dan desa, diantaranya adalah: 1. Teknik Penelusuran Sejarah Desa, teknik yang digunakan dengan tujuan untuk mengkaji informasi umum, asal-usul desa ataupun perkembangan masyarakat termasuk pertanian. 2. Teknik Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan, yaitu teknik yang digunakan untuk mengkaji perubahan-perubahan keadaan di desa yang paling menonjol. 3. Tenik Penyusunan Kalender Musim, yaitu teknik yang digunakan untuk mengkaji pola kegiatan masyarakat. 4. Teknik Wawancara Keluarga Petani, yaitu teknik yang digunakan untuk mengkaji pendapatan, sumber daya dan hubungan sosial petani. 5. Focus Group Discussion (FGD) yaitu diskusi kelompok dengan topik terfokus yang melibatkan pihak-pihak yang terkait dalam masyarakat. 6. Teknik Perbandingan Pekerjaan yaitu suatu kajian pekerjaan yang dilakukan untuk membandingkan antara waktu yang diperlukan untuk bekerja sebagai petani dan beternak. 7. Teknik Bagan Arus yaitu teknik yang memperlihatkan secara rinci bagaimana arus masukan dan pemasaran dari produk kambing yang dihasilkan.
26
8. Teknik penelusuran sejarah usaha, yaitu teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali sejarah usaha berdasarkan penuturan masyarakat sendiri. Hasil identifikasi kajian PRA akan dijadikan dasar melakukan penelitian aksi dengan tujuan pemberdayaan. Dalam pelaksanaan penelitian aksi ini satu model yang telah dikaji secara teoritis akan diterapkan. Hasil dari penelitian aksi ini ada kemungkinan memerlukan perbaikan-perbaikan dan harus dilakukan kembali (iteratif), sehingga menghasilkan model yang memuaskan. Model tersebut kemudian dapat dideseminasi kepada masyarakat yang lebih luas untuk diaplikasikan secara meluas (Basuno dkk, 2005). 2.4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau 2. Memiliki hasil penjualan paling banyak 1 milyar rupiah per tahun. Untuk kriteria usaha menengah: 1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak 5 milyar rupiah 2. Untuk sektor nonindustri, memiliki kekayaan bersih paling banyak 600 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 3 milyar rupiah. Sedangkan INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai maksimal 10 milyar rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). Menurut Departemen Keuangan yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 40/KMK.06/2003, menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan waga negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak 100 juta per tahun. Pengertian UKM dilihat dari kriteria jumlah tenaga kerja yang dimiliki berbeda antara negara yang satu dengan yang lain. Di Indonesia, Biro Statistik
27
mempunyai kriteria usaha kecil jika karyawannya 5 sampai 19 orang dan jika kurang dari 5 orang digolongkan usaha rumah tangga, serta usaha menengah terdiri atas 20 sampai 99 orang. Partomo dan Soedjoedono (2002) menyebutkan bahwa kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang sangat sederhana. 2. Tanpa staf yang berlebihan. 3. Pembagian kerja yang “kendur”. 4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek. 5. Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan. 6. Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan. Menurut Gaedeke dan Tootelian dalam Partomo dan Soedjoedono (2002), UKM memiliki 4 karakteristik, yaitu: (1) kepemilikan, (2) operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan pemodal, (3) wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitarnya, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya, dan (4) ukuran dari perusahaan dalam industri bersangkutan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama. Sedangkan menurut Balton dalam Partomo dan Soedjoedono (2002), menyatakan bahwa pimpinan atau pengurus perusahaan skala kecil-menengah pada umumnya kurang atau tidak mengenyam pendidikan formal atau mempunyai pendapat yang lemah terhadap perlunya pendidikan dalam pelatihan. Sejarah perekonomian di dunia menunjukkan bahwa UKM memiliki peranan yang penting dalam perekonomian. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat di Jepang, dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan pekerjaan di Amerika Serikat setelah perang dunia II, sumbangan UKM ternyata tidak bisa diabaikan (Anderson dalam Partomo dan Soedjoedono, 2002).
28
Walaupun UKM dipandang sebelah mata oleh para pesaing dari perusahaan skala besar, tetapi UKM memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan usaha besar, antara lain: 1. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk. 2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil. 3. Kemampuan
menciptakan
kesempatan
kerja
cukup
banyak
atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja. 4. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang pada umumnya memiliki birokrasi. 5. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Partomo dan Soedjoedono (2002) berpendapat, pada kenyataannya UKM memiliki kendala-kendala dalam mempertahankan dan pengembangan usaha (bisnis), antara lain kurangnya pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang pemasaran. Untuk mengatasinya UKM harus memiliki strategi bisnis yang tepat yang perlu diambil, diantaranya adalah: 1. Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dahulu tentang ciri-ciri kelemahan serta potensi-potensi yang tersedia serta perundang-undangan yang mengaturnya. 2. Diperlukan bantuan manajerial agar tumbuh inovasi-inovasi mengelola UKM berdampingan dengan usaha-usaha besar. 3. Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi UKM menjalin kerja komplementer dengan usaha-usaha besar. 4. Kerja sama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi masuk dalam usaha tertentu. Di Indonesia kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting, sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk departemen khusus untuk menangani UKM dan koperasi.
29
2.5. Tinjauan Studi Terdahulu Sasongko (2006) dalam skripsinya bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha pada peternakan kambing dan domba pada MT Farm di Ciampea, Bogor. Penelitian dilakukan dengan menganalisis faktorfaktor internal dan eksternal, analisis Matriks IE dan Analisis SWOT. Untuk menentukan strategi utama dari beberapa alternatif yang didapat menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan melibatkan empat orang responden, diantaranya adalah general manager, manajer pemasaran, manajer produksi, dan manajer keuangan. Hasil strategi yang didapat diantaranya adalah memperbaiki perencanaan usaha dengan menyusun target dan rencana penjualan berdasarkan pasokan ternak yang ada di kandang dan membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga-lembaga aqiqah maupun pedagang. Wardhana (2006) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Industri Kecil Tapioka Di Desa Karang Tengah, Kabupaten Bogor, menyusun suatu strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha tapioka. Penelitian dilakukan dengan cara Penelitian Aksi Partisipatif dengan menggunakan teknik wawancara langsung, FGD dan resource mapping dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal, Matriks CP, Analisis SWOT, Matriks IE serta menggunakan Matriks QSPM untuk penentuan strategi terbaik dari beberapa alternatif stategi yang didapat. Hasil yang diperoleh dari pengolahan tersebut diantaranya adalah penggunaan teknologi yang efisien, membangun kelembagaan dan strategi pengembangan produk.
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Usaha penggemukkan ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar masih terkategori usaha kecil. Usaha kelompok ini diharapkan pada masa yang akan datang dapat berkembang dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat di Desa Situ Gede. Dalam usahanya mencapai tujuan tersebut, kelompok Harapan Mekar perlu merumuskan suatu strategi yang tepat agar suatu usaha perbaikan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik serta dapat mencapai tujuan kelompok. Tujuan usaha kelompok yang jelas akan membantu suatu usaha dalam merumuskan strategi yang terfokus dan mampu memperbaiki segala kekurangan dan menghindari ancaman serta dapat memanfaatkan segala kekuatan dan peluang yang terdapat di lingkungan usaha. Dengan merumuskan dan mengaplikasikan strategi tersebut diharapkan akan tercipta suatu keunggulan kompetitif dari usaha ternak kambing. Keunggulan
kompetitif
dapat
tercapai
dalam
berbagai
bidang
manajemen, baik dalam hal produksi/operasi, sumber daya manusia, pemasaran dan keuangan. Dengan
terciptanya
keunggulan
kompetitif
maka
usaha
penggemukkan hewan ternak milik kelompok tani tersebut akan dapat berkembang sehingga usaha ini nantinya akan dapat meningkatkan kualitas produk, dapat bersaing dengan pesaing-pesaingnya serta nantinya secara tidak langsung juga akan terjadi pemberdayaan masyarakat desa Situ Gede melalui usaha ini. Selain itu, dengan berjalannya usaha yang lebih baik maka akan dapat juga meningkatkan dan membantu sektor ekonomi masyarakat di desa Situ Gede.
31
Usaha Penggemukkan Hewan ternak Harapan Mekar
Tujuan, Visi dan Misi
Perumusan Strategi Pengembangan
Keunggulan Kompetitif
Berkembangnya usaha
Meningkatnya ekonomi dan pemberdayaan masyarakat
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian Participatory Action Research (PAR) di desa Situ Gede ini adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan tujuan memberitahukan maksud dan tujuan dilakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian konvensional, yaitu penelitian yang bersifat kolaboratif. Tahapan kedua yang dilakukan adalah mengidentifikasi potensipotensi desa yang ada, hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui potensi alam dan usaha yang memiliki kontribusi bagi masyarakat sekitar. Dengan langkah tersebut maka dapat dipilih suatu usaha kecil dan menengah di Desa Situ Gede yang tepat bagi upaya pemberdayaan masyarakat, dianggap berpotensi untuk berkembang, dan berperan pada peningkatan perekonomian. Usaha penggemukkan hewan ternak milik kelompok tani Harapan Mekar merupakan salah satu UKM
32
yang masuk ke dalam kriteria, oleh karena itu UKM ini dipilih sebagai tempat penelitian. Tahap berikutnya adalah mengetahui harapan kelompok dalam beberapa tahun ke depan mengenai usaha ternak, hal ini sangat penting karena harapan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi kelompok sebagai arah untuk berkembang. Pada tahap ini proses yang dilakukan dengan cara wawancara terhadap kelompok dan menggunakan teknik penggalian skenario masa depan (future scenario). Usaha kelompok diharapkan pada masa yang akan datang dapat berkembang dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat di Desa Situ Gede. Dalam usahanya mencapai tujuan tersebut, kelompok Harapan Mekar perlu merumuskan suatu strategi yang tepat agar suatu usaha perbaikan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik serta dapat mencapai tujuan kelompok tersebut. Visi dan misi yang jelas akan membantu suatu usaha dalam merumuskan suatu strategi yang terfokus dan mampu memperbaiki segala kekurangan dan menghindari ancaman serta dapat memanfaatkan segala kekuatan dan peluang yang terdapat di lingkungan organisasi. Analisis Internal Teknik FGD, Wawancara dan Bagan Perbandingan Pekerjaan
Usaha Ternak Kelompok Harapan Mekar
Menetapkan Visi dan Misi Usaha
Identifikasi permasalahan: Upaya Pengembangan Usaha
Teknik Future Scenario
Analisis Eksternal
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Membuat, mengevaluasi dan memilih strategi
Analisis SWOT, Matriks IFE, Matriks EFE, Benchmarking dan QSPM
33
Tahap yang tidak kalah penting adalah mengetahui sejarah usaha dan kegiatan usaha yang telah dilakukan sampai saat ini serta keadaan lingkungan eksternal dari usaha. Proses yang dilakukan adalah wawancara dengan anggota kelompok dan menggunakan teknik penelusuran sejarah usaha. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan yang ada pada saat ini dan apa yang belum dilakukan oleh usaha tersebut serta kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi usaha. Identifikasi permasalahan yang ada di usaha ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar merupakan tahap yang penting dalam menentukan hal yang akan dicapai pada akhir penelitian. Hal yang ingin dicapai ialah upaya mengembangkan usaha agar dapat bersaing dengan para pesaing. Untuk menggali masalah yang ada digunakan cara wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, FGD dan membandingkan dengan usaha yang telah maju. Setelah diketahui bahwa kelompok tani Harapan Mekar adalah memerlukan suatu strategi pengembangan usaha maka tahapan terakhir adalah membuat
metode-metode
untuk
perumusan
strategi
dan
diperlukan
keterlibatan seluruh anggota kelompok, baik mulai dari analisis lingkungan internal dan eksternal, yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT). Dengan analisis SWOT ini dapat dikembangkan menjadi 4 tipe strategi, yaitu strategi kekuatan dan peluang (SO), kelemahan dan peluang (WO), kekuatan dan ancaman (ST), serta kelemahan dan ancaman (WT). Selain itu, perumusan strategi juga dilakukan dengan menggunakan metode Benchmarking, yaitu membandingkan keadaan nyata usaha dengan pemain terbaik yang ada dalam usaha yang sama, sehingga nantinya didapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada usaha kelompok serta dapat merumuskan strategi-strategi alternatif. Beberapa strategi yang muncul akan dipilih satu strategi terbaik melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Nilai tertinggi yang dihasilkan oleh matriks ini nantinya akan menjadi prioritas utama sebagai strategi yang harus dijalankan. Dengan dipilihnya suatu strategi melalui proses ini
diharapkan
terciptanya
keunggulan
kompetitif
sehingga
usaha
penggemukkan hewan ternak milik kelompok tani tersebut akan dapat
34
berkembang sehingga usaha ini nantinya akan dapat meningkatkan kualitas produk, dapat bersaing dengan pesaing-pesaingnya dan terwujudnya pemberdayaan masyarakat desa Situ Gede melalui usaha ini. Selain itu, dengan berjalannya usaha yang lebih baik maka akan dapat juga meningkatkan dan membantu sektor ekonomi rakyat baik secara individu maupun masyarakat di desa Situ Gede. Pelaksanaan strategi terpilih tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang ada serta dengan perhitungan yang matang. Dan diperlukan suatu evaluasi dari pelaksanaan strategi tersebut untuk mengetahui apakah strategi tersebut tepat sasaran atau diperlukan suatu refleksi ulang terhadap permasalahan kelompok. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian aksi partisipatif ini dilakukan di usaha penggemukkan ternak kambing milik kelompok tani Harapan Mekar di desa Situ Gede, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa usaha ini memiliki prospek yang bagus karena usaha ini dapat berkembang menjadi lebih besar sehingga akan lebih banyak jumlah anggota masyarakat yang dapat ikut serta dalam mengelola hewan ternak (pemberdayaan masyarakat) dan meningkatkan pendapatan mereka serta meningkatkan kemampuan mayarakat untuk menyusun strategi usaha yang selama tidak pernah dilakukan. Kelompok tani ini selain melakukan kegiatan bertani tetapi juga beternak. Kegiatan beternak dalam kelompok ini dimulai pada tahun 2003 dan mengalami perkembangan jumlah hewan ternak dari tahun ke tahun. Adapun penelitian ini sendiri dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2007 sampai dengan Juni 2007. 3.3. Jenis dan Sumber Data. Proses pengumpulan data dan proses perumusan strategi menggunakan metodologi Participatory Action Research (PAR) atau Penelitian Aksi Partisipatif (PAP), yaitu sebuah metode yang melibatkan dan sekaligus mendorong masyarakat mengenali potensi dan permasalahan yang ada di dalam usaha penggemukkan ternak kambing sehingga masyarakat memiliki kemauan untuk menyelesaikan masalah sendiri.
35
PAR ini melalui beberapa tahapan, yaitu tahap prakondisi, tahap pengumpulan data dan tahap validasi data. Tahap prakondisi dimulai dengan merancang proses dimana masyarakat terlibat dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah sosialisasi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan penelitian serta manfaat bagi masyarakat. Tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan beberapa teknik PRA (Participatory Rural Appraisal), yaitu: 1. Teknik wawancara langsung dengan ketua dan anggota kelompok Harapan Mekar serta pihak terkait dalam penelitian ini. 2. Focus Group Discussion (FGD), yaitu diskusi kelompok dengan topik terfokus yang melibatkan pihak-pihak terkait dalam UKM tersebut. 3. Teknik penelusuran sejarah usaha, yaitu teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali sejarah usaha berdasarkan penuturan masyarakat sendiri. 4. Teknik perbandingan pekerjaan, yaitu suatu kajian pekerjaan yang dilakukan untuk membandingkan antara waktu yang diperlukan untuk bekerja sebagai petani dan beternak. 5. Teknik pembuatan bagan arus, yaitu teknik yang memperlihatkan secara rinci bagaimana arus masukan dan pemasaran dari produk kambing yang dihasilkan. Sementara data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh instansi terkait dan hasil studi terhadap pustaka-pustaka yang berkaitan dengan bahasan penelitian. Tahap Validasi data adalah sebuah proses untuk melakukan cross check dan verifikasi kebenaran data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) dan observasi langsung. Sedangkan responden pada penelitian ini diambil 3 orang pakar (expert), yaitu Bapak Iwan Setiawan (ketua kelompok), Bapak Adi (pengelola) dan Bapak Jai (pengelola), yang diambil secara purposive dalam melakukan penelitian dan pembobotan. Walaupun anggota kelompok Harapan Mekar
36
yang mengelola usaha ternak kambing ini sebanyak 5 orang, tetapi anggota yang dapat dianggap sebagai ahli yang mengetahui keadaan usaha kambing dari awal berdirinya usaha dan memiliki pengetahuan yang baik tentang cara beternak maka diambil 3 orang anggota. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Proses penelitian aksi dalam penentuan strategi dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pengumpulan data atau input stage, tahap pencocokan atau matching stage dan tahap pengambilan kebutuhan atau decision stage. Data penelitia aksi yang diperlukan pada tahap pengumpulan data dalam rangka penentuan strategi meliputi, data kelemahan dan kekuatan dari usaha yang berkaitan dengan faktor internal organisasi yang terdiri dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran dan produksi/operasi. Selain itu, diperlukan juga data peluang dan ancaman dari usaha yang sengat berkaitan dengan faktor eksternal organisasi yang terdiri dari, aspek ekonomi, sosial budaya, hukum, stabilitas politik, teknologi dan data eksternal lain. Tahap pencocokan data merupakan tahap dimana kelompok Harapan Mekar mengkombinasikan antara sumber daya internal dengan peluang dan ancaman yang ada pada lingkungan eksternal organisasi. Pada tahap ini digunakan beberapa alat, diantaranya: a. Analisis SWOT Analisis ini merupakan model dalam merumuskan alternatif strategi yang dikombinasikan dari data internal dan eksternal organisasi. Alternatif strategi tersebut ialah strategi kekuatan-peluang (strategi SO), strategi kelemahan-peluang (strategi WO), strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT) dan strategi kekuatan-ancaman (strategi ST). Penjabaran dari alternatif strategi adalah: i. Strategi SO: strategi untuk mengerahkan segala kekuatan organisasi dalam merebut peluang yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi (strategi ofensif). ii. Strategi WO: strategi untuk meminimalkan kelemahan dalam merebut peluang yang ada (strategi defensif atau konsolidasi).
37
iii. Strategi WT: strategi meminimalkan kelemahan agar terhindar dari ancaman eksternal (strategi diversifikasi). iv. Strategi ST: strategi ini diterapkan dengan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman yang ada (strategi diferensiasi). b. Benchmarking Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan keadaan dan posisi yang ada pada saat ini (existing condition) dengan pesaing atau pemain utama pada usaha ini. Dengan adanya perbedaan antara usaha kelompok dengan pemain utama nantinya dapat dirumuskan strategi-strategi alternatif untuk mengembangkan usaha minimal sampai dapat menyamai keadaan dan posisi dari pemain utama tersebut. Pada tahap pengambilan keputusan, alternatif strategi terbaik akan diputuskan melaui metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Metode tersebut secara obyektif menunjukkan strategi alternatif yang paling baik karena metode QSPM menggunakan masukan dari analisis tahap pertama yaitu tahap masukan dan hasil analisis tahap pencocokan (David, 2004). Beberapa langkah untuk mengembangkan QSPM adalah: 1. Membuat daftar peluang/ancaman ekternal kunci dan kekuatan/kelemahan internal kunci dari usaha di kolom kiri QSPM. 2. Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal. 3. Memeriksa matriks-matriks pada tahap pencocokan dan mengenali strategi alternatif yang harus dipertimbangkan usaha untuk diterapkan. 4. Menentukan Nilai Daya Tarik atau Atractiveness Score (AS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masingmasing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. 5. Menghitung Total Nilai Daya Tarik atau Total Atractiveness Score (TAS). 6. Menghitung jumlah total Nilai Daya Tarik (TAS). Jumlah TAS mengungkapkan strategi yang paling menarik dari masing-masing rangkaian alternatif.
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Participatory Action Research (PAR) Dalam Merumuskan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing Metode penelitian yang dilakukan dalam merumuskan strategi pengembangan usaha ternak milik kelompok tani Harapan Mekar ini adalah Penelitian Aksi Partisipatif (PAP) atau Participatory Action Research (PAR), yaitu penelitian yang melibatkan partisipasi dari para pemangku kepentingan (pengelola usaha) mengenali potensi dan permasalahan yang ada di dalam usaha ternak. Penelitian aksi ini dilakukan dengan harapan kelompok Harapan Mekar memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan dapat menentukan langkah yang tepat dalam menyusun strategi secara terstruktur untuk mengembangkan usahanya sendiri setelah kegiatan penelitian ini selesai dan tanpa bantuan dari siapapun. Satu gambaran yang membedakan action research (penelitian aksi) adalah adanya keterlibatan dari peneliti secara aktif dan secara sengaja dalam konteks penyelidikannya. Tidak seperti dalam penelitian konvensional di mana peneliti merupakan penonton yang netral dalam konteks penelitian (Chalmers dalam Basuno dkk, 2005). Pelaksanaan PAR melalui proses yang berlangsung secara berulangulang (spiral) dan bertahap yang masing-masing terdiri dari perencanaan, aksi dan evaluasi hasil dari aksi tersebut. Setiap penelitian aksi yang dilakukan dengan permasalahan yang berbeda, maka akan berbeda pula proses penelitian yang dilakukan pada penelitian tersebut dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian aksi yang dilakukan dalam rangka merumuskan strategi pengembangan usaha ternak milik kelompok Harapan Mekar, tahapan yang dilakukan dimulai dari melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai PAP yang akan dilakukan di salah satu usaha masyarakat dengan tujuan untuk memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa di desa Situ Gede adalah dalam rangka melakukan penelitian yang sifatnya berbeda dengan penelitian konvensional, yaitu Penelitian Aksi Partisipatif yang bersifat kolaboratif dengan melibatkan partisipatif masyarakat dalam
39
kegiatan penelitian. Proses ini dilakukan dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD). Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi potensi desa dan memilih UKM yang mempunyai peluang untuk berkembang dan memiliki kemampuan untuk memberdayakan masyarakat. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan teknik FGD dan pengamatan langsung. Tahap selanjutnya adalah membuat kesepakatan dengan kelompok Harapan Mekar agar berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini. Tahap ini sangat penting karena membuat kesepakatan dilakukan dengan tujuan agar anggota kelompok Harapan Mekar dapat hadir dalam setiap pertemuan, bersedia mengutarakan pendapat dan bersedia untuk melakukan penelitian. Tahap selanjutnya yang tidak kalah penting adalah melakukan penjajakan dalam rangka mencari informasi mengenai sejarah usaha dan kegiatan usaha yang dilakukan saat ini, hal ini perlu dilakukan agar kelompok dapat mengetahui sejauh mana kegiatan usaha mereka dan dapat mengidentifikasi hal-hal apa saja menjadi kekuatan, kegiatan apa saja yang belum dilakukan oleh kelompok Harapan Mekar. Beberapa teknik PRA yang digunakan dalam mengungkapkan sejarah usaha dan kegiatan usaha yang dilakukan saat ini diantaranya adalah dengan menggunakan teknik penelusuran sejarah usaha, FGD, teknik pembuatan bagan arus produksi dan pemasaran dan wawancara mendalam terhadap pengelola usaha. Penggunakan teknik pembuatan bagan arus produksi dan pemasaran dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan kelompok dalam proses produksi dan pemasaran. Dengan teknik berikut dapat diketahui bahwa kegiatan usaha kelompok Harapan Mekar merupakan kegiatan yang sangat sederhana, yang dimulai dengan tahap membeli bibit kambing pada peternak besar di daerah Ciampea, kemudian kelompok Harapan Mekar melakukan kegiatan penggemukkan dengan cara pemberian pakan dan pemeliharaan hewan ternak secara teratur di desa Situ Gede dalam periode tertentu (1 tahun) dan kemudian melakukan kegiatan penjualan hewan ternak pada hari raya Idul Adha dengan kegiatan pemasaran yang pasif dan kebanyakan konsumen yang mendatangi kelompok Harapan Mekar. Bagan arus produksi dan pemasaran
40
dapat dilihat pada Gambar 4. Pembelajaran yang didapatkan bagi mahasiswa pada tahap ini adalah mendapatkan pengetahuan mengenai cara beternak kambing langsung dari peternak dan terdapat pengetahuan-pengetahuan yang tidak terdapat dalam kuliah tetapi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan beternak.
Pembelian Bibit Kambing
Proses Penggemukkan Kambing Selama 1 tahun
Penjualan Pada Saat Idul Adha
Gambar 4. Teknik Bagan Arus Produksi dan Pemasaran
Penentuan harapan masa depan merupakan tahap penting yang dilakukan untuk meningkatkan semangat anggota dalam melakukan kegiatan penelitian ini dan menentukan visi dari usaha kelompok ini karena sebuah kebanyakan usaha kecil tidak memiliki suatu visi usaha yang jelas, oleh karena itu diperlukan teknik future scenario untuk mengungkapkan visi dari kelompok terhadap usaha mereka. Pada tahap ini, anggota kelompok kurang antusias dalam proses penelitian, oleh karena itu digunakan teknik perbandingan pekerjaan, dengan membandingkan antara pekerjaan sebagai buruh tani dan beternak kambing. Hasil dari teknik ini didapatkan kesimpulan bahwa dengan alokasi waktu yang lebih sedikit setiap harinya dapat menghasilkan penghasilan terhadap tiap anggota kelompok yang lebih besar dibandingkan dengan penghasilan dari buruh tani. Teknik perbandingan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 5. Namun, setelah penggunaan teknik perbandingan pekerjaan ini, anggota kelompok masih kurang antusias, hal ini dikarenakan penghasilan yang berasal dari pekerjaan buruh tani merupakan penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para anggota, sedangkan penghasilan dari beternak hanya didapatkan setiap satu tahun sekali. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk meningkatkan semangat anggota kelompok Harapan Mekar dalam melakukan kegiatan penelitian, yaitu melakukan studi banding (benchmarking) usaha milik kelompok Harapan Mekar dengan pemain utama
41
di usaha yang sama sehingga ada suatu bayangan yang nyata mengenai tujuan yang harus mereka capai pada masa depan. Langkah ini mendapatkan perhatian dan meningkatkan semangat untuk menjadikan usaha mereka lebih berkembang sehingga terjadi perubahan sikap anggta menjadi lebih terbuka dan mau untuk mengikuti penelitian dengan lebih semangat. 24 3
21
18
6 Beri Pakan
15
Beri Pakan
Beri Pakan & Mencari Pakan
9
Bertani 12
Gambar 5. Teknik perbandingan pekerjaan Tahap berikutnya adalah refleksi terhadap studi banding dan identifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari usaha kelompok serta merumuskan beberapa alternatif strategi menggunakan analisis SWOT. Kemudian diperolehlah beberapa alternatif strategi diantaranya adalah melakukan koordinasi dengan pengelola mengenai pembelian bibit kambing, perluasan kandang, penjualan diluar waktu Idul Adha, penyediaan obatobatan, vaksin dan makanan tambahan bagi hewan ternak serta melakukan promosi dengan menggunakan media brosur, pamflet dan poster. Pada tahap berikut lebih banyak menggunakan teknik FGD dan simulasi. Tahap terakhir dari proses penelitian adalah pembobotan dan pemilihan strategi utama untuk mengembangkan usaha dengan menggunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Pada tahap ini
42
anggota kelompok dijadikan pakar untuk memberikan bobot, rating dan memilih strategi utama melalui metode QSPM. Pembelajaran yang didapatkan bagi anggota kelompok adalah mereka mulai mengenal suatu cara untuk memilih strategi secara terstruktur walaupun pelaksanaannya cukup rumit. Proses PAR dalam merumuskan strategi pengembangan usaha ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.2. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.2.1. Sejarah Usaha Ternak Kambing Milik Kelompok Harapan Mekar Penelusuran sejarah usaha dalam penelitian aksi partisipatif ini dilakukan dalam rangka untuk megetahui latar belakang pembentukan usaha ternak kambing, perubahan-perubahan yang terjadi selama usaha berjalan, kegiatan apa saja yang telah dan belum dilakukan kelompok dalam menjalankan usaha ternak dan permasalahan yang terjadi selama kegiatan usaha ini berlangsung. Maka, dengan menggunakan teknik penelusuran sejarah usaha ini didapatkan analisis lingkungan internal dan permasalahan yang terjadi sehingga membantu dalam merumuskan suatu strategi. Hasil dari teknik penelusuran sejarah usaha dalam diskusi anggota kelompok maka diperoleh bahwa usaha ternak yang dimiliki oleh kelompok tani Harapan Mekar, di Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor dimulai pada tahun 2003. Ketika itu, Pemerintah Daerah mempunyai program bantuan kepada masyarakat berupa sapi sebanyak empat ekor yang diberikan kepada kelompok tersebut. Kegiatan beternak sapi tersebut berlangsung selama 1 tahun dan tidak dilanjutkan pada tahun berikutnya karena dianggap tidak berhasil, yang berakibat pada akhir tahun sapi ini tidak bertambah secara kuantitas tetapi berkurang dikarenakan oleh kurang baiknya kontrol dari manajemen kelompok. Pada tahun berikutnya kelompok ini beralih beternak kerbau, namun demikian pula terjadi kembali kesalahan yang sama tahun pertama yang menyebabkan usaha ternak kerbau ini tidak berjalan dengan lancar pula. Pada tahun 2005, kelompok dengan ketua Bapak Iwan Setiawan memutuskan untuk beternak kambing dan pemeliharaannya dipusatkan
43
di satu tempat agar mudah dikontrol. Kegiatan beternak kambing yang dilakukan oleh kelompok memfokuskan pada usaha penggemukkan kambing. Anggota kelompok yang dipercaya untuk mengelola ternak kambing pada saat itu berjumlah dua orang dan jumlah awal bibit kambing sebanyak 20 ekor. Ternak kambing yang dilakukan pada tahun pertama di kandang dengan ukuran 40 m2 ini dapat dinilai berhasil, hal ini dikarenakan hasil penjualan yang biasa dilakukan pada Idul Adha ini setelah dibagi hasil dengan anggota yang mengelola, masih dapat dibelikan bibit kambing sebanyak 27 ekor. Dengan bertambahnya jumlah kambing yang dikelola pada saat ini maka Bapak Iwan Setiawan memutuskan untuk menambah anggota yang mengelola usaha ternak kambing menjadi 5 orang. Anggota kelompok yang kebanyakan bermatapencaharian utama sebagai buruh tani ini dipilih berdasarkan atas kepercayaan dari Bapak Iwan Setiawan terhadap seorang anggota kelompok tersebut dan memiliki hubungan kekerabatan antara satu dengan yang lain. Strategi dan kegiatan usaha yang dilakukan selama ini masih sangat sederhana dan walaupun pelaksanaan ternak kambing tahun terakhir dapat dianggap berhasil, namun usaha kelompok yang tergolong sebagai UKM masih memerlukan suatu strategi intensif untuk mengembangkan usaha ini. 4.2.2. Karakteristik Responden Tiga orang anggota kelompok menjadi pakar (expert) dalam penelitian, karena mereka mengetahui dengan rinci sejarah usaha ternak milik kelompok Harapan Mekar dan memiliki pengetahuan yang baik tentang beternak kambing yang diperoleh melalui pengalaman selama beternak.
44
Tabel 2. Profil Responden No.
Nama
Umur
Pendidikan
Keterangan
1
Iwan Setiawan
61
Sarjana
Ketua Kelompok
2
Adi
55
SD
Pengelola
3
Jai
48
SD
Pengelola
4.2.3. Proses Usaha Penggemukkan Ternak Kambing Berdasarkan penjelasan dalam FGD yang dilakukan, pelaksanaan usaha ternak kambing yang baik harus memperhatikan jenis bibit kambing yang cocok dalam karakteristik usaha tersebut, baik itu usaha penggemukkan, usaha susu perah maupun usaha pengembangbiakkan kambing. Pada usaha milik kelompok Harapan Mekar yang merupakan jenis usaha penggemukkan kambing ini menggunakan jenis kambing Kacang, karena jenis kambing ini jumlahnya bibitnya relatif banyak di pasar dan lebih murah dibandingkan dengan jenis kambing yang lain yang cocok untuk usaha penggemukkan (kambing Garut). Disamping itu, pemberian pakan yang baik juga merupakan syarat yang harus dipenuhi, terutama dalam usaha ternak penggemukkan. Jenis pakan yang diberikan termasuk diantaranya adalah pakan utama yang berupa rumput-rumputan dan pakan tambahan yang berupa konsentrat, seperti ampas tahu, ampas tempe dan dedak. Namun, pada kenyataan usaha kelompok ini pemberian pakan hanya sebatas pemberian pakan utama saja yang berupa rumput-rumputan, sedangkan pakan tambahan belum dapat diberikan karena sulitnya mendapatkan bahan pakan di daerah tersebut dan belum adanya alokasi dana untuk pembelian pakan konsentrat. Syarat terakhir yang harus diperhatikan dalam suatu usaha ternak adalah pengaturan kandang yang baik. Pada pelaksanaannya, kelompok Harapan Mekar ini telah memenuhi syarat kandang yang baik, baik dalam hal ukuran kandang kambing per ekor, kuantitas cahaya matahari yang masuk, bahan pembuat kandang dan kebersihan kandang yang selalu dijaga. Kebersihan kandang ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan hewan ternak itu sendiri sehingga sampai saat ini kesehatan
45
ternak milik kelompok Harapan Mekar terjamin. Namun, usaha penanggulangan terjangkitnya penyakit pada hewan ternak melalui pemberian obat-obatan dan vaksin pada hewan belum dilakukan oleh kelompok ini karena kurang adanya pengetahuan mengenai hal tersebut. Langkah yang dapat dilakukan dalam rangka pengadaan obat-obatan adalah dengan membuat anggaran pembelian obat-obatan tersebut pada awal periode. 4.2.4. Aspek Manajemen Manajemen yang baik dapat membantu usaha kecil untuk dapat bersaing dan berkembang menjadi usaha dengan skala yang lebih besar. Manajemen
yang
baik
harus
mengkombinasikan
aspek-aspek
manajemen, seperti keuangan, SDM, produksi/operasi dan pemasaran agar sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan semaksimal mungkin sehingga diharapkan akan meningkatnya nilai pada usaha yang dijalankan. Berdasarkan hasil FGD dan wawancara secara mendalam terhadap anggota kelompok, maka diperoleh bahwa beberapa aspek manajemen kelompok Harapan Mekar pada saat ini adalah sebagai berikut: a. Permodalan Modal awal yang diberikan oleh Pemerintah Daerah pada saat itu yang berupa 4 ekor sapi tersebut kemudian dikembangkan oleh kelompok Harapan Mekar dan pada tahun selanjutnya kelompok ini memutuskan untuk beralih ke usaha ternak kerbau dan kambing pada tahun ketiga. Hasil penjualan kerbau tersebut digunakan untuk pembangunan kandang yang berukuran 40 m2 dan pembelian bibit kambing berjumlah 20 ekor. b. Tenaga Kerja Berdasarkan diskusi terfokus dengan ketua kelompok Harapan Mekar didapatkan bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha ternak kelompok Harapan Mekar sebanyak 4 orang. Semua orang memiliki tanggung jawab dan kerja yang sama antara
46
satu dan yang lain. Pengelola ini dipilih oleh ketua kelompok dari sekitar 20 orang anggota kelompok Harapan Mekar berdasarkan kinerja anggota yang dianggap baik oleh ketua, memiliki hubungan kekerabatan antara satu pengelola dengan yang lain, dengan tujuan ketika salah satu dari mereka tidak dapat memenuhi tanggung jawab mereka karena suatu halangan maka dapat digantikan oleh pengelola yang lain, dan kebanyakan pengelola ini bekerja pada ketua kelompok sebagai buruh tani, dengan maksud ketua kelompok dapat lebih mudah melakukan pengawasan terhadap pengelola dan hewan ternaknya. Kelompok Harapan Mekar menyepakati bahwa pembagian hasil penjualan diberikan ketika seluruh hewan ternak terjual, dan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut 50% diberikan kepada pengelola dan 50% sisanya sebagai tambahan modal untuk pembelian bibit pada musim berikutnya. c. Struktur Organisasi Berdasarkan penuturan dalam wawancara mendalam dengan ketua kelompok struktur organisasi usaha kelompok Harapan Mekar dalam masih sangat sederhana, dimana ketua kelompok memiliki tugas rangkap, diantaranya pengambil keputusan, pencatat arus kas keuangan dan pengawasan. Sedangkan pengelola hanya bertanggung jawab memelihara hewan ternak. d. Pemasaran Kelompok
Harapan
Mekar
melakukan
kegiatan
pemasarannya selama ini hanya pada saat hari raya Idul Adha. Kegiatan pemasaran yang dilakukan adalah menjajakan kambing di pinggir jalan besar dan bahkan sebagian besar konsumen datang ke tempat ternak karena letaknya yang strategis yaitu berada di pinggir jalan alternatif menuju kampus IPB. Harapan kelompok ini di masa depan ialah mereka mempunyai hewan ternak dengan jumlah yang lebih banyak dan dapat memasarkan hewan ternaknya tersebut pada
47
waktu diluar hari raya Idul Adha agar pendapatan yang diterima oleh pengelola dapat lebih besar dan berkala. e. Keuangan Pencatatan keuangan kelompok Harapan Mekar masih sangat sederhana. Pencatatan yang dilakukan oleh ketua ini hanya sebatas biaya yang dikeluarkan ketika membeli bibit kambing dan pendapatan yang diperoleh pada saat penjualan kambing. Jadi pencatatan keuangan tidak memperlihatkan pengeluaran kegiatan produksi secara rinci, seperti biaya pencarian pakan. 4.3. Proses Perumusan Strategi 4.3.1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal Setiap usaha dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang perlu dianalisis, seperti faktor sumber daya manusia, keuangan, pemasaran dan produksi/operasi yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi suatu usaha, namun masih dapat dikendalikan oleh pihak pengusaha. Dalam penelitian aksi partisipatif, anggota kelompok menentuan sendiri faktor-faktor internal mereka, karena anggota kelompok mengetahui dengan rinci mengenai usaha mereka sendiri dibandingkan dengan pihak lain. a. Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil FGD bersama pengelola usaha, tersedia banyak tenaga kerja di desa Situ Gede, namun pengelola usaha kelompok Harapan Mekar dipilih dengan berbagai pertimbangan, yaitu ditekankan pada faktor tanggung jawab dan kedisiplinan. Usaha ini dikelola oleh lima orang dengan sistem manajemen yang sangat sederhana, sehingga lebih mudah dalam pengawasan kegiatan operasional, dimana ketua kelompok memiliki tugas manajemen seperti manajemen keuangan, pengawasan dan pengambil keputusan, serta anggota kelompok yang bertugas mengelola hewan ternak dan segala kebutuhan teknis ternak. Rata-rata pengelola memiliki tingkat pendidikan yang rendah (lulusan SD) dan pengetahuan beternak didapat langsung dari
48
pengalaman selama ini merawat hewan ternak. Walaupun begitu, pengelola yang berjumlah empat orang ini memiliki tanggung jawab yang tinggi dan juga memiliki keinginan untuk maju. Hal ini dapat dilihat dari kemauan mereka untuk mulai mencoba dalam pembelian bibit kambing dengan kriteria tertentu sehingga mereka dapat melaksanakan pemasaran di luar hari raya Idul Adha. b. Keuangan Berdasarkan data yang didapat dari teknik penelusuran sejarah usaha, permodalan usaha ternak kambing ini merupakan dana bantuan dari Pemerintah Daerah pada tahun 2003. Dengan modal awal yang didapat dari penjualan 3 ekor hewan kerbau pada tahun 2005, usaha ini dapat membangun kandang dan membeli sejumlah bibit kambing. Sampai saat ini, dengan pengelolaan modal yang baik usaha ini pun berkembang, hal ini ditunjukkan dengan penambahan jumlah kambing setiap tahunnya, yaitu dari 20 ekor kambing menjadi 27 ekor kambing, walaupun dirasakan kurang untuk dapat bersaing dengan para peternak besar lain. Kemajuan yang dicapai oleh kelompok,
tidak
membuat
pemerintah
lebih
menampakkan
keberpihakannya terhadap usaha semenjak pemberian modal, mulai dari pengawasan dana ataupun penyuluhan. Laporan keuangan diperlihatkan secara terbuka kepada pengelola untuk dilakukan pembagian hasil setelah semua hewan ternak habis terjual. Sistem bagi hasil yang diterapkan pada usaha milik kelompok Harapan Mekar ini adalah dari setiap keuntungan yang diperoleh dari selisih dari biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit kambing dengan harga jual dari seluruh kambing tersebut, kemudian ditetapkan sebesar 50% dibagikan kepada seluruh pengelola dan 50% sisanya untuk pengembangan usaha. Sistem pencatatan keuangan pada usaha kecil ini termasuk lengkap dalam menampilkan data-data historis pengeluaran untuk pembelian bibit dan penjualan hewan ternak. Namun, pencatatan
49
mengenai biaya produksi belum dilakukan karena perhitungan yang mencakup biaya tersebut sulit untuk dihitung secara detil. c. Pemasaran Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap ketua kelompok dan FGD dengan anggota kelompok Harapan Mekar, pemasaran yang dilakukan selama ini termasuk ke dalam pemasaran pasif, namun pada tahun lalu hewan ternak milik kelompok habis terjual walaupun tanpa harus melakukan kegiatan pemasaran aktif. Dari 20 ekor yang tersedia untuk dijual, permintaan pasar terhadap kelompok ini mencapai kurang lebih 30 ekor pada tahun pertamanya menjual kambing untuk kebutuhan hewan kurban saat Idul Adha. Hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh letak kandang milik kelompok Harapan Mekar sangat strategis yaitu berada di pinggir jalan alternatif menuju kampus IPB. Kegiatan pemasaran dilakukan pada saat hari raya Idul Adha, dimana pada saat tersebut usaha ternak kambing akan mendapatkan konsumen dan keuntungan yang lebih banyak. Sedangkan pemasaran yang dilakukan selain pada hari raya Idul Adha belum pernah dilakukan karena usaha belum memiliki kesiapan dalam hal produksi dan operasi yang selama ini dilakukan oleh pengelola usaha ini. Pengelola dalam FGD memutuskan untuk melaksanakan rencana pemasaran diluar Idul Adha mulai tahun 2007 ini dengan melakukan manajemen pembelian bibit kambing setelah hewan ternak saat ini habis terjual pada Idul Adha berikutnya. d. Produksi dan Operasi Kegiatan produksi dan operasi di usaha penggemukkan hewan ternak mencakup pemilihan bibit, pemberian pakan dan pengaturan kandang. Hasil FGD dan benchmarking menunjukkan bahwa pemilihan bibit merupakan salah satu faktor keberhasilan usaha penggemukkan, bibit yang baik untuk usaha penggemukkan adalah berumur 4-6 bulan, apabila terjadi kesalahan maka hewan
50
ternak akan tidak siap dijual pada waktu yang telah ditentukan karena masa penggemukkan yang relatif lebih lama. Menurut hasil refleksi dari studi lapang yang telah dilakukan, hal yang belum dilakukan adalah manajemen pemilihan bibit sesuai dengan umur tertentu sehingga akan membantu usaha ternak untuk melakukan proses penggemukkan dengan jangka waktu yang berbeda dan dapat melakukan penjualan ketika dan diluar Idul Adha. Karena itulah usaha kelompok Harapan Mekar belum dapat menyediakan kambing yang siap dijual secara kontinu. Pakan yang diberikan untuk hewan ternak pada kelompok Harapan Mekar berasal dari rumput-rumputan yang tersedia di sekitar sawah dan kebun di daerah tempat mereka tinggal. Persediaan pakan di lingkungan sekitar jumlahnya mencukupi kebutuhan dari usaha ini. Namun, pemberian pakan tambahan seperti ampas tahu, ampas tempe ataupun dedak belum dilakukan karena pakan tersebut sulit didapat di daerah sekitar usaha. Berdasakan hasil studi lapang, selain diberi pakan yang baik, pemberian obat-obatan dan vitamin sebagai pencegah datangnya penyakit juga harus diberikan secara periodik, seperti obat cacing dan vitamin B, namun hal tersebut juga belum dilakukan karena diperlukan penyisihan sebagian
modal yang belum sempat
dianggarkan pada tahun ini. Pemberian pakan dilakukan pada sekitar pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul 17.00 dengan porsi pakan terbanyak. Sedangkan pengaturan kandang sudah dilakukan dengan baik, mulai dari ukuran kandang per ekor, bahan pembuat kandang, tempat pembuangan kotoran hewan sampai intensitas cahaya yang dapat masuk ketika pagi hari. Namun, kebersihan dari kandang tersebut tidak dapat dibersihkan setiap harinya seperti pada Terak Domba Sehat di Cinagara karena pengelola yang mempunyai pekerjaan utama sebagai buruh tani.
51
Walaupun terdapat beberapa kekurangan dari proses produksi dan operasi serta kurangnya pengetahuan mengenai budidaya kambing, hewan ternak milik kelompok tani Harapan Mekar yang selama ini diternakkan kesehatannya baik karena kontrol yang intensif setiap harinya oleh para pengelola dan dapat mencapai bobot rata-rata 30 sampai 35 kilogram per ekor. 4.3.2. Identifkasi Faktor-Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal merupakan segala sesuatu yang berada di luar
kendali
suatu
usaha
tetapi
sangat
berpengaruh
terhadap
kelangsungan hidup suatu usaha. Identifikasi faktor-faktor eksternal bertujuan
untuk
mengetahui
kecenderungan-kecenderungan
dan
kejadian-kejadian yang berada di luar kendali suatu usaha. Identifikasi yang dilakukan juga berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi suatu usaha, sehingga dapat memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang serta menghindari ancaman. Pada penelitian aksi partisipatif, identifikasi faktor-faktor yang termasuk ke dalam peluang dan ancaman dari usaha ternak ini dilakukan secara bersama-sama dengan anggota kelompok yang mengelola usaha penggemukkan ternak kambing ini. a. Analisis Lingkungan Makro 1. Keberpihakan Pemerintah Pembangunan ekonomi yang berbasis masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama pembangunan ekonomi nasional oleh pemerintah, karena tujuan dari pembangunan ekonomi masyarakat pada dasarnya adalah meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada kenyataannya keberpihakan pemerintah terhadap usaha kecil tidak berjalan dengan baik, walaupun banyak kebijakan pemerintah seperti Keputusan Presiden RI Nomor 127 Tahun 2001 tentang jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil, Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/6/2002 tentang pedoman
52
perizinan dan pendaftaran usaha peternakan, serta banyaknya pemberian bantuan-bantuan dari pemerintah daerah yang diberikan tanpa perhitungan yang matang dan tidak adanya tindak lanjut dari pemberian bantuan tersebut. Hal inilah yang dirasakan oleh kelompok Harapan Mekar setelah pemberian bantuan sebagai modal usaha ternak, tindakan lanjutan dari pemerintah terhadap kelompok ini tidak ada sama sekali, seperti penyuluhan maupun pengawasan dana yang diberikan. 2. Kondisi Ekonomi Perekonomian Indonesia yang terguncang pada saat krisis ekonomi yang bermula pada tahun 1997 menyebabkan berbagai masalah seperti banyaknya pengangguran, meningkatnya tingkat kemiskinan dan ketidakstabilan perekonomian Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan usaha keras dari pemerintah, pada saat ini perekonomian sudah mulai stabil. Dengan kestabilan perekonomian yang mulai terjaga dan tingkat pendapatan yang meningkat maka permintaan yang tinggi terhadap hewan ternak kambing pada kelompok Harapan Mekar yang terjadi pada tahun 2006 yang mencapai kurang lebih 30 ekor dari 20 ekor kambing yang tersedia, dapat dijadikan suatu patokan bahwa terdapat suatu peluang untuk menyediakan stok kambing untuk hari raya Idul Adha menjadi lebih banyak dan tidak luput juga peluang pasar selain hari raya tersebut terbuka lebar. Peluang pemasaran pada selain hari raya Idul Adha dapat dilakukan
dengan
peluang
kesediaan
bekerja
sama
untuk
memasarkan ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar oleh Peternakan Domba Sehat di Cinagara. Selain itu, peternakan besar tersebut juga memberikan peluang kerja sama berupa pemberian modal kambing untuk warga yang termasuk ke dalam golongan dhuafah untuk dapat mengelola beberapa hewan ternak di bawah pengawasan dari Peternakan Domba Sehat.
53
3. Faktor Sosial Ancaman yang dihadapai suatu usaha ternak kambing salah satunya adalah berkembangnya persepsi masyarakat mengenai mengkonsumsi daging kambing tidak baik untuk kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit darah tinggi, kolesterol hingga stroke. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan edukasi pasar mengenai konsumsi kambing dan pola hidup sehat. Namun, pada dasarnya persepsi masyarakat itu tidak terlalu berpengaruh bagi usaha ternak kambing karena dengan bertambahnya penduduk Indonesia tiap tahunnya yang juga berhubungan sejajar dengan meningkatnya jumlah penduduk yang beragama Islam tiap tahunnya, sehingga produk-produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan bagi umat Islam sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan adalah hewan kambing. Pelaksanaan kurban pada hari raya Idul Adha diyakini sebagai ibadah yang berhubungan dengan Tuhan dan juga berhubungan dengan kemanusiaan untuk membantu dalam pemberian bahan makanan berupa daging untuk orang-orang yang termasuk golongan fakir miskin. Pelaksanaan Aqiqah bagi anak-anak keluarga muslim juga menjadi suatu peluang dalam penyedian hewan ternak kambing melalui lembaga-lembaga Aqiqah banyak berdiri dan tersebar di Bogor. Banyaknya
peluang
yang
ada
ini
diharapkan
akan
berpengaruh pada berkembangnya usaha kambing milik kelompok Harapan Mekar di desa Situ Gede. 4. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga harus dipertimbangkan dalam menjalankan dan pengembangan suatu usaha peternakan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada usaha ternak kambing adalah keadaan cuaca. Bogor yang dikenal dengan kota hujan karena curah hujan yang cukup banyak dapat menjadi suatu ancaman dalam usaha ini, karena curah hujan yang cukup tinggi akan
54
berpengaruh pula pada temperatur yang tidak menentu sehingga memungkinkan hewan ternak kambing akan mudah terserang penyakit. Selain itu, pemberian pakan yang basah karena hujan juga akan menimbulkan peluang terserang penyakit cacing pada kambing. Lahan berukuran 40 m2 yang digunakan sebagai kandang pada usaha ternak milik kelompok Harapan Mekar saat ini terletak menyendiri dengan jarak yang cukup dengan rumah penduduk sehingga tidak mengganggu lingkungan masyarakat sekitar. Di sekitar kandang tersebut juga masih terdapat lahan kosong kurang lebih 15 m2, yang dapat dijadikan tempat untuk perluasan kandang bila beberapa tahun ke depan jumlah hewan ternak sudah tidak seimbang dengan ukuran kandang yang ada. Selain lahan yang tersedia untuk perluasan di sekitar tempat usaha ternak ini ketika usaha ini berkembang, tenaga kerja yang memiliki kemauan untuk bergabung dalam pengelolaan usaha ternak pun banyak terdapat di desa Situ Gede ini. Jadi dengan berkembangnya usaha ini sehingga meningkat pula kebutuhan akan tenaga kerja maka akan mudah dalam memperoleh tenaga kerja. b. Analisis Lingkungan Industri 1. Masuknya Pendatang Baru Usaha ternak kambing merupakan salah satu usaha dalam sektor pertanian khususnya subsektor peternakan yang mempunyai potensi berkembang yang cukup menjanjikan dari pasar dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini didukung dengan usaha ternak kambing merupakan ternak yang mempunyai banyak manfaat dan memiliki potensi ekonomi yang baik. Potensi ekonomi kambing memang sangat cocok sebagai peternakan rakyat karena modal yang dibutuhkan kecil dibandingkan beternak sapi, cara memelihara mudah, tidak memerlukan tempat yang luas, dan kambing berkembang biak lebih cepat dibandingkan ternak besar lain. Sehingga dapat dilihat bahwa hambatan untuk masuk ke dalam usaha ini tidak terlalu besar.
55
2. Persaingan Antar Perusahaan Usaha ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar memfokuskan usahanya pada penggemukkan ternak kambing. Banyak perusahaan besar yang bergerak dalam bidang usaha peternakan
kambing
baik
dalam
unit
usaha
pembibitan,
penggemukkan, maupun pengusahaan kambing perah. Tabel 3 menunjukkan beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang peternakan kambing di wilayah Bogor. Berdasarkan data tersebut, maka dapat dilihat bahwa dominasi peternak besar dalam menguasai pangsa pasar di Bogor akan sulit digoyahkan dan persaingan pada usaha ternak kambing sangat ketat. Hal ini akan menjadi suatu ancaman yang harus dihadapi kelompok Harapan Mekar dalam menjalankan usahanya dan kegiatan pemasaran hewan ternak ke pasar di wilayah Bogor. Tabel 3. Usaha Peternakan Kambing dan Domba di Wilayah Bogor. No . 1
Nama dan Jenis Peternakan Peternakan Domba Garut Sehat 2 Peternakan Barokah 3 Peternakan MT Farm 4 Pembibitan Domba Garut “Lesang” 5 Pengusahaan Kambing Perah 6 Penggemukkan Domba 7 Pembibitan Domba lokal 8 Penggemukkan Domba 9 Pengusahaan Kambing Perah Sumber: Sasongko, 2006.
Lokasi Cinagara
Populasi Ternak (ekor) 600
Cimande Ciampea Pagelaran
1.200 750 300
Cibuntu
200
Leuwiliang Desa Benteng Cimanggu Darul Fallah, Ciampea
200 150 150 100
3. Ancaman Produk Substitusi Apabila dilihat dari jenis produk dari usaha ternak kambing yang berupa daging kambing, maka banyak tersedia produk substitusi dari daging kambing tersebut, seperti daging ayam ataupun daging sapi. Namun, jika dilihat dari segi fungsional sebagai hewan yang berguna dalam acara ritual keagamaan seperti Idul Adha dan
56
Aqiqah, kambing walaupun memiliki produk substitusi, yaitu sapi, memiliki keunggulan dari segi harga yang lebih terjangkau dibandingkan produk substitusinya itu. Sehingga akan sulit jika sapi dijadikan produk substitusi untuk bersaing dengan ternak kambing. 4. Kekuatan Tawar Menawar Pihak Pembeli Berdasarkan hasil FGD bersama kelompok Harapan Mekar, ketika hari raya Idul Adha baik pembeli maupun penjual tidak memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan harga kambing, karena faktor yang dominan dalam menentukan harga adalah kekuatan pasar ketika Idul Adha itu sendiri. Harga kambing di saat hari raya dapat meningkat sampai 50% dibandingkan ketika hari biasa. Jadi harga kambing lebih dipengaruhi oleh situasi lingkungan atau event tertentu, sedangkan kekuatan tawar menawar dari pembeli tidak terlalu besar. 5. Kekuatan Tawar Menawar Pihak Pemasok Hasil dari teknik bagan arus produksi dan pemasaran, kelompok Harapan Mekar memperoleh bibit kambing dari pemasok satu kali setiap tahunnya dari daerah Ciampea, karena selama ini kelompok tersebut masih menjalankan bisnis mereka untuk menyediakan kambing pada hari raya Idul Adha. Apabila usaha ini mulai bergerak ke usaha yang tidak hanya mengandalkan event hari raya tersebut, maka diperlukan hubungan yang lebih intensif dengan pemasok agar pasokan bibit kambing dapat berjalan dengan lancar. Penetapan harga awal bibit kambing ditetapkan oleh pemasok berdasarkan ukuran dan umur. Diperlukan kemampuan yang baik dalam mengenali kriteria bibit kambing yang sesuai dengan harga yang ditawarkan. Penetapan harga akhir dari bibit kambing tersebut kemudian didapat dari kesepakatan baik pemasok maupun pembeli. 4.3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Menjadi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Usaha Ternak Kambing. Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal oleh kelompok Harapan Mekar, maka akan didapatkan faktor-faktor
57
yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha tersebut. Berikut ini akan diidentifikasikan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha penggemukkan kambing ini. a. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal Usaha Identifikasi faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kelompok Harapan Mekar dan dapat berpengaruh terhadap kemampuan bersaing usaha ini di dalam lingkungan industrinya. Tabel 4. Kekuatan dan Kelemahan Internal Usaha Faktor Internal a. Sumber Daya Manusia
b. Keuangan
c. Pemasaran
d. Produksi dan Operasi
Kekuatan 1. Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju 2. Pencatatan arus kas tersusun rapih 3. Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka 4. Letak usaha yang strategis
5. Kesehatan hewan ternak yang baik 6. Kualitas kandang yang baik
Kelemahan
1. Modal usaha terbatas
2. Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha 3. Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing 4. Kandang tidak selalu dibersihkan 5. Belum melaksanakan pemberian obatobatan untuk mencegah penyakit 6. Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan 7. Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas 8. Produksi kambing belum kontinu
58
Sejumlah kekuatan dan kelemahan yang dihasilkan diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan secara bersama-sama oleh pengelola terhadap kondsi internal usaha. Berdasarkan hal tersebut, maka kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha ini secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4. b. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal Usaha Identifikasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi usaha dalam menjalankan kegiatannya. Sejumlah peluang dan ancaman yang diperoleh dari hasil analisis secara bersama-sama dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Peluang dan Ancaman Eksternal Faktor Eksternal a. Keberpihakan Pemerintah
b. Kondisi Ekonomi
c. Faktor Sosial
d. Faktor Lingkungan
e. Persaingan Antar Perusahaan
Peluang
1. Daya beli masyarakat yang tinggi sehingga permintaan terhadap kambing tinggi juga 2. Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan ternak Domba Sehat 3. Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat 4. Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam 5. Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah 6. Terdapat lahan untuk perluasan kandang 7. Supply tenaga kerja yang melimpah
Ancaman 1. Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap usaha
2. Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat
3. Cuaca yang tidak menentu di Bogor
4. Dominasi peternak besar di dalam pasar
59
4.3.4. Tahap Masukan (Input Stage) a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal usaha oleh kelompok Harapan Mekar didapatkan sejumlah kekuatan dan kelemahan yang disebut sebagai faktor strategis internal usaha. Faktor internal strategis tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat oleh pengelola usaha ternak. Tabel 6. Hasil Analisis Matriks IFE No 1 2 3 4 5 6
1 2 3
4 5
6 7 8
Faktor Strategis Internal A. Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang baik Pencatatan arus kas tersusun rapih Kualitas kandang yang baik Letak usaha yang strategis Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka Jumlah A B. Kelemahan Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obat-obatan untuk mencegah penyakit Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan seperti ampas tahu Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas Produksi kambing belum kontinu Jumlah B Total IFE (A + B)
Bobot (a) 0,083 0,066 0,077 0,077 0,059
Rating (b) 5 3,33 4,33 5 3,33
Nilai (c = a x b) 0,415 0,219 0,333 0,385 0,196
0,083
4
0,332
0,445
1,882
0,089
2,33
0,207
0,054 0,077
2,33 1,33
0,126 0,102
0,077
2
0,154
0,072
1,67
0,120
0,066
1,33
0,088
0,066 0,054 0,555 1,000
2,33 1,67
0,154 0,090 1,041 2,923
Hasil perhitungan matriks IFE pada Tabel 6, diperoleh bahwa faktor yang menjadi kekuatan internal utama usaha ternak milik kelompok Harapan Mekar adalah kesehatan hewan ternak yang terjamin dengan nilai 0,415 dan diikuti oleh letak usaha kelompok yang strategis dengan nilai 0,385. Nilai yang tertinggi yang dimiliki oleh faktor-faktor tersebut merupakan kekuatan usaha ternak yang
60
berpengaruh besar dan sangat diandalkan untuk dapat bersaing dengan para pesaingnya. Sedangkan faktor kelemahan yang dominan pada usaha ini adalah kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing dengan nilai 0,207 dan belum melakukan pemasaran diluar Idul Adha dan modal yang terbatas dengan nilai 0,242. Secara umum total nilai pada matriks IFE adalah 2,923 yang menggambarkan bahwa usaha kelompok Harapan Mekar berada dalam posisi kuat atau dengan kata lain perusahaan memiliki strategi yang baik dalam mengantisipasi kelemahan internal yang ada. b. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Berdasarkan identifikasi terhadap lingkungan eksternal usaha oleh kelompok Harapan Mekar diperoleh sejumlah peluang dan ancaman yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha yang akan dijalankan. Faktor eksternal tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat oleh para pengelola usaha ternak. Tabel 7. Hasil Analisis Matriks EFE No 1 2
3 4 5 6 7
1 2 3 4
Faktor Strategis Eksternal A. Peluang Terdapat lahan untuk perluasan kandang Daya beli masyarakat yang tinggi sehingga permintaan terhadap kambing tinggi juga Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan TDS Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah Supply tenaga kerja yang melimpah Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam Jumlah A B. Ancaman Cuaca yang tidak menentu di Bogor Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di pasar Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap usaha
Bobot (a) 0,099
Rating (b) 5
Nilai (c = a x b) 0,495
0,125
5
0,625
0,099
4
0,396
0,075 0,092 0,068
2 3 2
0,150 0,276 0,136
0,092
2,67
0,246
Jumlah B Total IFE (A + B)
0,351 1,000
0,649
2,324
0,117 0,058
1,33 2,33
0,156 0,135
0,076 0,099
2 1,33
0,152 0,132
0,575 2,899
61
Hasil perhitungan matriks EFE pada Tabel 7, diperoleh bahwa faktor peluang yang paling penting adalah permintaan pasar yang tinggi dengan nilai 0,625 dan diikuti oleh peluang perluasan kandang dengan
nilai
0,495.
Sedangkan
ancaman
yang
paling
kuat
mempengaruhi usaha ternak ini adalah ketidakberpihakan pemerintah terhadap UKM pada umumnya dan usaha ternak milik kelompok Harapan Mekar pada khususnya dengan nilai 0,495. Secara umum total nilai pada matriks EFE adalah 2,899 yang menggambarkan
bahwa
usaha
kelompok
Harapan
Mekar
memanfaatkan atau merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industrinya. 4.3.5. Tahap Pencocokan (Matching Stage) a. Matriks SWOT Dalam FGD bersama anggota kelompok, Matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat dijalankan usaha ternak kambing kelompok Harapan Mekar berdasarkan pada penyesuaian antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang serta ancaman yang dimiliki usaha. Keunggulan kemampuannya
yang
dalam
dimiliki
oleh
memfomulasikan
model strategi
ini
adalah
berdasarkan
gabungan faktor eksternal dan internal. Empat strategi utama yang dihasilkan yaitu strategi SO, WO, ST dan WT dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan analisis SWOT secara kolaboratif pada usaha ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar didapat beberapa alternatif strategi, yaitu: 1. Mulai melakukan pemasaran diluar hari raya Idul Adha. (Strategi SO) Sebagai salah satu UKM yang memiliki potensi untuk terus berkembang yang disertai oleh keinginan para pengelola untuk memajukan usaha mereka yang didukung pula oleh letak usaha yang strategis dan adanya peluang dalam kerja sama pemasaran dengan usaha ternak besar (Ternak Domba Sehat,
62
Cinagara) dan banyaknya jumlah lembaga Aqiqah dapat dijadikan pendukung dalam melakukan strategi yang bersifat integrasi ke depan, yaitu pemasaran diluar hari raya Idul Adha. 2. Melakukan perluasan kandang. (Strategi SO) Permintaan pasar yang tinggi terhadap hewan ternak kambing baik ketika Idul Adha maupun diluar peristiwa itu dan terus berkembangnya usaha ternak kambing tiap tahunnya mendorong kelompok Harapan Mekar untuk mencoba merebut sebagian peluang dari pasar yang ada dan meningkatkan keuntungan usaha mereka, sehingga dibutuhkan suatu kandang lebih yang dapat menampung jumlah hewan ternak yang lebih banyak. Adanya lahan kosong di sekitar kandang kambing yang saai ini berdiri dapat dijadikan suatu peluang yang baik dalam melakukan perluasan kandang, terlebih dari itu hal ini juga didukung oleh letak usaha yang strategis dan kualitas kandang yang baik. 3. Melakukan koordinasi yang baik dengan pengelola dalam pemilihan bibit kambing yang sesuai. (Strategi WO) Kesalahan dalam pemilihan bibit seminimal mungkin harus dihindari. Oleh karena itu koordinasi dalam pemilihan bibit kambing harus dilakukan oleh pengelola usaha yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik mengenai bibit kambing yang cocok dari segi umur, ukuran dan harga. Pemilihan bibit yang baik akan menghasilkan produk yang baik dan tepat waktu, terutama saat Idul Adha, dengan permintaan pasar yang banyak hal tersebut harus diprioritaskan, karena jika terjadi kegagalan dalam pemilihan bibit maka akan menyebabkan pula kegagalan pada penjualan ketika Idul Adha.
63
Tabel 8. Matriks SWOT Analisis Internal
Kekuatan (S): 1. Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju 2. Pencatatan arus kas tersusun rapih 3. Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka 4. Letak usaha yang strategis 5. Kesehatan hewan ternak yang terjamin 6. Kualitas kandang yang baik
1. 2.
3.
4. 5.
6.
7.
Analisis Eksternal Peluang (O): 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7. 1.
2.
3.
4.
Daya beli masyarakat yang tinggi sehingga permintaan terhadap kambing tinggi juga Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan ternak Domba Sehat Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah Terdapat lahan untuk perluasan kandang Supply tenaga kerja yang melimpah Ancaman (T): Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap usaha Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Cuaca yang tidak menentu di Bogor Dominasi peternak besar di dalam pasar
8.
Strategi S-O: 1. Mulai melakukan
Kelemahan (W): Modal usaha terbatas Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obat-obatan untuk mencegah penyakit Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan seperti ampas tahu Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Produksi kambing belum kontinu
Strategi W-O: 3. Melakukan koordinasi
pemasaran diluar hari
yang baik dengan
raya Idul Adha (S4-S5,
pengelola dalam
O2-O3-O4)
pemilihan bibit kambing
2. Melakukan perluasan
yang sesuai (W1, O2)
kandang (S3-S4, O1O2)
Strategi S-T: 4. Melakukan kegiatan
Strategi W-T: 5. Mulai menyediakan
promosi melalui
obat-obatan, vaksin dan
brosur, pamflet dan
makanan tambahan yang
poster (S1-S4, T4)
berupa konsentrat (W3W5, T1)
64
4. Melakukan kegiatan promosi melalui brosur, pamflet dan poster. (Strategi ST) Konsumen kebanyakan akan mencari hewan ternak kambing langsung ke petenak besar yang ada di Bogor. Untuk merebut pangsa pasar yang dimiliki oleh perusahaan ternak besar yang ada di daerah Bogor tersebut diperlukan kegiatan pemasaran yang aktif, seperti melakukan promosi melalui media brosur, pamflet dan poster. Keunggulan yang dapat ditampilkan dalam media promosi mengenai usaha ini diantaranya adalah kesehatan kambing yang terjamin dan letak usaha yang tidak jauh dari kota Bogor, sehingga dapat melancarkan strategi tersebut dalam merebut konsumen dari para peternak besar lainnya. 5. Mulai menyediakan obat-obatan, vaksin dan makanan tambahan yang berupa konsentrat. (Strategi WT) Kondisi cuaca yang tidak menentu di kota Bogor yang merupakan kota hujan dapat menyebabkan hewan ternak memiliki peluang terkena penyakit, diantaranya penyakit cacing yang didapat dari pemberian pakan yang basah. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan penyediaan obat-obatan, vaksin dan makanan tambahan yang berupa konsentrat agar kambing milik kelompok Harapan Mekar dapat tumbuh dengan baik dan sehat serta memiliki bobot yang unggul. b. Benchmarking Metode benchmarking ini dilakukan dengan maksud untuk mengevaluasi keadaan yang ada di usaha ternak kambing kelompok Harapan Mekar dengan pemain terbaik di dalam industri yang sama dan meningkatkan semangat para pengelola dalam memperbaiki usaha ternak agar menjadi lebih baik. Pengelola usaha ternak ini melakukan studi banding ke Ternak Domba Sehat milik Dompet Dhuafa Republika di Cinagara yang dianggap unggul oleh mereka. Dari hasil studi banding (benchmarking) tersebut didapatkan beberapa pengetahuan baru, seperti kegiatan pembersihan kandang
65
yang tidak mereka lakukan setiap hari, pengetahuan mengenai kandang dan budi daya ternak, serta munculnya kesadaran pengelola usaha Harapan Mekar tentang beberapa kekurangan yang belum diterapkan di usaha kambing di desa Situ Gede, yaitu penyediaan obat-obatan pencegah penyakit secara berkala dan makanan konsentrat tambahan untuk menjaga kesehatan kambing. Selain itu, Ternak Domba Sehat ini juga membuka peluang kerja sama dengan usaha ternak Harapan Mekar dalam membantu pemasaran kambing diluar waktu Idul Adha. 4.3.6. Tahap Keputusan (Decision Stage) Analisis QSPM digunakan untuk mengevaluasi kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari analisis yang dihasilkan oleh matriks SWOT dan benchmarking, diantaranya adalah melakukan pemasaran selain waktu Idul Adha, melakukan perluasan kandang, melakukan koordinasi dalam pemilihan bibit kambing, melakukan pemasaran aktif melalui media brosur, pamflet dan poster serta mulai menyediakan obatobatan,
vaksin
dan
makanan
konsentrat
demi
kesehatan
dan
perkembangan hewan ternak yang baik. Setelah dilakukan pemberian bobot oleh expert dan pengolahan data tersebut melalui matriks QSP yang dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 11, didapatkan nilai tertinggi TAS dari lima alternatif strategi adalah pada alternatif strategi SO2 yaitu perluasan kandang dengan nilai 5,237, yang disusul dengan alternatif strategi WT yang menduduki posisi kedua yaitu penyediaan obat-obatan, vaksin dan makanan tambahan dengan nilai 5,15. Strategi yang menempati prioritas ketiga adalah strategi SO1 yaitu melakukan pemasaran diluar hari raya Idul Adha dengan nilai 5,055, selanjutnya diikuti oleh strategi WO yaitu melakukan koordinasi dengan pengelola dalam memilih dan membeli bibit kambing dengan nilai 4,915 dan strategi ST yaitu promosi melalui media brosur, pamflet dan poster dengan nilai 3,813 menempati prioritas terakhir.
66
Terpilihnya strategi perluasan kandang dirasakan akan tepat karena dengan permintaan yang melebihi kapasitas produksi yang mencapai 30 ekor dari 20 ekor yang ada pada tahun 2006 menyebabkan kelompok Harapan Mekar harus memiliki persediaan kambing yang lebih banyak dibandingkan tahun yang lalu. Permintaan yang tinggi dan kandang yang sudah penuh pada saat ini mengharuskan kelompok Harapan Mekar untuk memperluas kandang mereka karena pada setiap tahunnya pasti akan ada perkembangan usaha yang ditandai dengan bertambahnya jumlah hewan ternak. Disamping itu untuk mempermudah dalam membersihkan kandang, ukuran kandang yang lebih luas diperlukan agar dapat memindahkan kambing yang kandangnya akan dibersihkan ke kandang yang kosong. Dalam pelaksanaan strategi ini, usaha ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar perlu menyesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Selain itu, harus dilakukan evaluasi secara terus-menerus agar usaha tersebut memiliki daya saing dan dapat bersaing dengan usaha sejenis.
67
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian, maka pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. UKM penggemukkan hewan ternak milik kelompok tani Harapan Mekar yang sudah berdiri sejak tahun 2003 masih menjalankan kegiatan usahanya secara sederhana mulai dari pemberian pakan, belum adanya kesadaran akan perlunya obat-obatan untuk mencegah datangnya penyakit pada hewan ternak, kegiatan pemasaran yang tergolong pasif dan hanya pada saat hari raya Idul Adha. 2. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, faktor-faktor internal yang paling berpengaruh dalam kegiatan usaha kelompok Harapan Mekar adalah kesehatan hewan ternak yang baik, letak usaha yang strategis dan kurangnya koordinasi dengan pengelola dalam pemilihan bibit kambing. Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang paling berpengaruh dalam kegiatan usaha kelompok Harapan Mekar adalah permintaan terhadap produk hewan ternak kambing yang tinggi, adanya lahan untuk perluasan kandang, faktor cuaca yang tidak menentu dan dominasi peternak besar di pasar. 3. Berdasarkan hasil pengolahan matriks QSP diperoleh nilai TAS tertinggi pada strategi perluasan kandang dengan nilai 5,237, diikuti oleh strategi penyediaan obat-obatan, vaksin dan makanan tambahan dengan nilai 5,15 serta strategi pemasaran diluar Idul Adha dengan nilai 5,055. Dan dalam pelaksanaan strategi ini, kelompok Harapan Mekar perlu menyesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Selain itu, harus dilakukan evaluasi secara terus-menerus agar usaha tersebut memiliki daya saing dan dapat bersaing dengan usaha sejenis. 2. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh, dihasilkan beberapa saran-saran sebagai berikut:
68
1. Mengambil peluang pasar yang ada untuk melakukan pengembangan usaha dengan memperhitungkan sumber daya yang dimiliki, seperti menambah jumlah kambing dan perluasan kandang dengan mengajukan proposal dan melakukan studi kelayakan usaha yang lengkap agar semua aspek dapat direncanakan serta memungkinkan untuk mencari calon pemodal. 2. Melakukan restrukturisasi organisasi sehingga setiap pengelola memiliki peran yang spesifik dalam usaha ternak ini, melakukan perencanaan ulang dalam
pembelian
bibit
dengan
kriteria
tertentu
sehingga
dapat
menghasilkan produk kambing secara kontinu, perencanaan ulang dalam alokasi keuangan untuk penyediaan pakan tambahan dan obat-obatan serta kegiatan pemasaran, dan meningkatkan koordinasi antar setiap pengelola dalam melakukan setiap kegiatan dalam usaha ternak ini. 3. Melakukan koordinasi dan memperkuat jaringan dengan kelompok UKM yang bergerak pada usaha yang sama dan pedagang akhir sehingga dapat membangun kekuatan yang lebih besar dalam bersaing dengan peternak besar, bekerja sama dalam pemasaran saat dan diluar Idul Adha, sampai memiliki kekuatan dalam menentukan harga yang terbaik di pasar.
69
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2004. Buku Statistik Indonesia. BPS Jakarta. Jakarta. Basuno, dkk. 2005. Kaji Tindak (Action Research) Pemberdayaan Masyarakat Pertanian Di Wilayah Tertinggal. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB, Bogor. Checkland, P. 1991. From Framework through Experience to Learning: the Essential Nature of Action Research in Nissen, H. E., et al., Amsterdam: Information Systems Research. CIFOR. 2004. Pelatihan dan Lokakarya Penelitian Aksi Partisipatif dalam Proses Kebijakan Pengelolaan dan Pengaturan Hutan. David, F. R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep-konsep (terjemahan). Jakarta: PT. Indeks. Departemen Agribisnis. 2007. Data Pemotongan Ternak Lokal dan Impor di RPH Pemerintah dan Pemotongan Nonregister 2006. Bogor: Dinas Agribisnis. Departemen Koperasi. 2007. Penyerapan Tenaga Kerja UKM. http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downloa d&gid=588. Departemen KUKM. 2004. Rencana Strategis Pembangunan KUKM. Departemen KUKM RI, Jakarta. Dirgantoro, C. 2004. Manajemen Strategik. Jakarta: Grasindo. Kemmis, S., dan McTaggert, R. 1990. The Action Research Planner. Geelong: Deakin University Press. Kompas. 2007. Domba dan cetak/0606/23/ekora/2756689.
Kambing.
www.kompas.com/kompas-
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prehallindo. Mulyana, dkk. 1996. Berbuat Bersama Beperan Setara: Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. Bandung: Driya Media. Partomo dan Soedjoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pearce, J. A. and Richard B. R. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Binarupa Aksara.
70
Sasongko, T. H. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba Pada MT Farm, Ciampea, Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor. Setiadi, dkk. 2006. Sukses Beternak Kambing dan Domba. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Suara Medeka. 2007. Sensus Ekonomi http://www.suaramerdeka.com/harian/0703/13/eko06.htm.
2006.
Tripomo, Tedjo dan Udan. 2005. Manajemen Strategi. Bandung: Rekayasa Sains. Umar, H. 2003. Strategic Management In Action: Konsep, Teori dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis SBU Berdasarkan Konsep Michael Porter, Fred R. David dan Wheelen-Hunger. Jakarta: 2003 Wardhana, K. B. F. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Industri Kecil Tapioka Di Desa Karang Tengah Kabupaten Bogor. Departemen Manajemen. IPB. Bogor.
71
LAMPIRAN
No.
Perencanaan
Metode
Permasalahan
1.
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
• Pertemuan dengan aparat dan anggota masyarakat desa • Diskusi kelompok terfokus (FGD).
• Kesalahpahaman mengenai maksud dan tujuan penelitian yang bersifat partisipatif • Kebanyakan dari masyarakat lebih mengharapkan pemberian bantuan
2.
Mengidentifikasi potensi desa dan pemilihan UKM.
• FGD dengan kantor desa • Pengamatan langsung
• Kurang lengkapnya data di kantor desa
3.
Membuat kesepakatan dengan kelompok Harapan Mekar untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
• Wawancara terhadap ketua kelompok • FGD dengan beberapa anggota kelompok
• Kelompok cenderung kurang antusias karena telah sering dilakukan penelitian yang tidak bersifat partisipatif dan pemberian bantuan yang tidak ada kontinuitasnya • FGD yang melibatkan seluruh
Pembelajaran bagi mahasiswa • Penyampaian maksud dan tujuan harus disampaikan sejelas mungkin • Membangun komunkasi yang baik yang dibangun atas dasar rasa percaya perlu waktu dan kesabaran • Penelitian yang tidak memberikan manfaat bagi masyarakat akan memungkinkan timbulnya penolakan pada penelitian berikutnya • Mahasiswa menggali informasi tentang perekonomian desa • Diperlukan pendekatan personal agar dapat masuk ke dalam lingkungan kelompok
Pembelajaran bagi masyarakat • Aparat dan masyarakat desa mengetahui maksud dan tujuan riset aksi partisipatif
Output/Refeksi • Penerimaan masyarakat terhadap kedatangan mahasiswa
• Diperoleh data UKM di desa • Pemilihan UKM potensial yaitu usaha ternak kambing milik kelompok Harapan Mekar
• Anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam proses penelitian
• Mendapatkan kesepakatan untuk melakukan penelitian bersama-sama • Penyelesaian kepentingan kelompok membuat mereka lebih antusias, salah satunya dengan mengangkat permasalahan yang ingin diselesaikan dan
4.
Penjajakan informasi sejarah usaha dan kegiatan usaha saat ini.
5.
Penentuan visi (harapan masa depan) usaha
• Menggunakan teknik penelusuran sejarah usaha dan FGD • Pembuatan pembuatan bagan arus produksi dan pemasaran • Wawancara mendalam terhadap pengelola usaha • Sharing pengetahuan bersama-sama
• Visi diperoleh dengan menggunakan teknik skenario masa depan (future scenario)
anggota kelompok sulit dilakukan, mengingat pada saat bersamaan anggota berstatus sebagai pekerja pada lini usaha lain • Sejarah usaha yang muncul dari setiap pengelola berbeda, maka diperlukan penyamaan pendapat mengenai sejarah usaha • Kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini dianggap sudah cukup dan tidak mau untuk berkembang,
• Pada awalnya kelompok kurang antusias karena sudah puas dengan kegiatan usaha pada saat ini, namun
skenario masa depan yang ingin dicapai
• Mahasiswa mendapatkan ilmu mengenai beternak kambing secara langsung oleh peternak, dan mendapatkan teoriteori yang tidak didapat di dalam kuliah
• Proses fasilitasi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan
• Anggota kelompok mendapatkan pengetahuan mengenai pasar dan harga kambing yang ada di daerah Bogor.
• Kelompok memperoleh bayangan yang nyata mengenai apa yang harus dicapai pada masa
• Didapat infomasi sejarah usaha dan kegiatan dalam usaha yang telah dan belum dilakukan oleh kelompok • Permasalahan yang dihadapi kelompok adalah masalah pemasaran yang hanya dilakukan secara musiman (Idul Adha) dan masalah manajemen. • Diperlukan suatu cara untuk meningkatkan semangat mereka seperti melakukan penentuan harapan masa depan • Diperoleh harapan masa depan kelompok diantaranya adalah ingin berkembang menjadi lebih besar, bertambahnya
• Memfasilitasi dengan success story usaha Ternak Domba Sehat, Cinagara
6.
Studi banding (benchmarking) pada pemain kunci dalam industri
• Studi lapang dengan malakukan kunjungan ke Ternak Domba Sehat di Cinagara
depan
dalam proses fasilitasi ketua kelompok mulai bersikap terbuka dan tertarik dengan success story usaha sejenis • Sebagian anggota terlibat dalam kunjungan ini lebih disebabkan upaya mobilisasi ketua kelompok bukan karena kesadaran partisipatif
•
• Mahasiswa belajar memfasilitasi benchmarking yang sarat unsur edukasi dengan tetap mengapresiasikan pengalaman kelompok dalam menjalankan usaha
• Anggota kelompok belajar dari Ternak Domba Sehat • Termotivasi dalam melakukan kegiatan usaha yang lebih baik
• •
•
7.
Refleksi studi banding dan
• Menggunakan metode FGD
• Sulitnya mengutarakan
• Diperlukannya suatu kesabaran dalam
• Kelompok memperlajari
•
pengelola sampai ingin memiliki pendapatan yang kontinu dari usaha ini. Diperoleh komitmen untuk melakukan benchmarking ke Ternak Domba Sehat di Cinagara usaha yang dijalankan tidak jauh berbeda dengan best practice Didapatkan juga kelemahan usaha kelompok, diantaranya kurangnya kesadaran dalam menyediakan obat-obatan untuk mencegah penyakit dan makanan tambahan untuk menambah laju penambahan bobot ternak. Peluang yang didapat adalah Ternak Domba Sehat juga membuka peluang dalam kerja sama pemasaran kambing diluar hari raya Idul Adha. Diperoleh data mengenai kekuatan,
8.
identifikasi peluang, kelemahan, peluang dan ancaman serta alternatif strategi (analisis SWOT).
dalam refleksi • Teknik simulasi dalam menyusun analisis SWOT
faktor-faktor internal dan eksternal oleh kelompok dikarenakan oleh perbedaan tingkat pendidikan • Sulitnya proses penelitian bagi pengelola karena proses yang dilakukan dianggap asing atau baru.
Pembobotan dan pemilihan strategi utama dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
• Menggunakan metode FGD, simulasi dan wawancara terstruktur dalam melakukan pembobotan dan pemilihan strategi
• Perbedaan tingkat pendidikan sehingga menimbulkan kesulitan dalam proses pembobotan • Ketidakkonsistenan bobot yang diberikan
melakukan fasilitasi • Persiapan mengenai metode penelitian harus baik sehingga akan mudah dalam menjelaskan kepada pengelola dengan baik • Diperlukan kemampuan penggalian pertanyaan secara mendalam dalam menggali informasi secara lengkap.
• Diperlukan kesabaran dalam melakukan proses ini karena canderung membosankan • Belajar secara praktis melakukan fasilitasi penyusunan strategi
teknik yang terstruktur dalam menyususn suatu strategi • Kelompok mengetahui apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha mereka
• Kelompok mulai menyadari pentingnya strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha • Kelompok melakukan penelitian untuk menyusun strategi secara terstruktur
kelemahan, peluang dan ancaman usaha • Diperoleh beberapa altenatif strategi, yaitu melakukan koordinasi dengan pengelola dalam pembelian bibit kambing, perluasan kandang, penjualan diluar waktu Idul Adha, penyediaan obat-obatan, vaksin dan makanan tambahan serta melakukan promosi dengan menggunakan media brosur, pamflet dan poster. • Diperoleh grand strategy, yaitu perluasan kandang yang merupakan implikasi dari penambahan jumlah kambing yang semakin banyak. • Diperoleh pembelajaran bahwa penyusunan rencana usaha secara partisipatif membutuhkan waktu yang panjang.
63
Lampiran 2. Hasil penentuan bobot faktor internal usaha No 1
Faktor Internal A. Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang
R1 5
Bobot R2 5
R3 4
Rataan (R1-R3/3) 4,67
Nilai Bobot 0,083
terjamin 2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
3
3
5
3,67
0,066
3
Kualitas kandang yang baik
4
5
4
4,33
0,077
4
Letak usaha yang strategis
4
4
5
4,33
0,077
5
Pengelola rajin, bertanggung
3
3
4
3,33
0,059
5
5
4
4,67
0,083
jawab dan memiliki keinginan untuk maju 6
Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka
0,445
Total B. Kelemahan 1
Kurangnya koordinasi dan kejelian
5
5
5
5
0,089
dalam pemilihan bibit kambing 2
Kandang tidak selalu dibersihkan
3
3
3
3
0,054
3
Belum melaksanakan pemberian
4
4
5
4,33
0,077
3
5
5
4,33
0,077
5
4
3
4
0,071
budidaya yang terbatas
3
3
5
3,67
0,066
7
Modal usaha terbatas
4
4
3
3,67
0,066
8
Produksi kambing belum kontinu
3
3
3
3
0,054
obat-obatan pencegah penyakit 4
Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha
5
Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan
6
Pengetahuan mengenai pasar dan
0,555
Total Total A + B
56
1,000
64
Lampiran 3. Hasil penentuan bobot faktor eksternal usaha
1
Faktor Eksternal A. Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
2
Permintaan konsumen terhadap
No
R1 4
Bobot R2 3
R3 5
Rataan (R1-R3/3) 4
Nilai Bobot 0,099
5
5
5
5
0,125
3
4
5
4
0,099
3
2
4
3
0,075
4
4
3
3,67
0,092
2
2
4
2,67
0,067
3
3
5
3,67
0,092
kambing tinggi 3
Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat
4
Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat
7
Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
0,649
Total B. Ancaman 1
Cuaca yang tidak menentu di
5
5
4
4,67
0,117
2
2
3
2,33
0,058
2
2
5
3
0,075
4
4
4
4
0,099
Bogor 2
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat
3
Dominasi peternak besar di dalam pasar
4
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
0,351
Total Total A + B
40,01
1,000
65
Lampiran 4. Hasil penentuan peringkat faktor internal usaha No 1
Faktor Internal A. Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang
R1 5
Rating R2 R3 5 5
Rataan (R1-R3/3) 5
terjamin 2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
3
3
4
3,33
3
Kualitas kandang yang baik
4
4
5
4,33
4
Letak usaha yang strategis
5
5
5
5
5
Pengelola rajin, bertanggung
3
3
4
3,33
4
4
4
4
2
1
4
2,33
jawab dan memiliki keinginan untuk maju 6
Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka B. Kelemahan
1
Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing
2
Kandang tidak selalu dibersihkan
2
2
3
2,33
3
Belum melaksanakan pemberian
1
1
2
1,33
2
2
2
2
2
2
1
1,67
1
1
2
1,33
obat-obatan pencegah penyakit 4
Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha
5
Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan
6
Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas
7
Modal usaha terbatas
2
3
2
2,33
8
Produksi kambing belum kontinu
2
2
1
1,67
66
Lampiran 5. Hasil penentuan peringkat faktor eksternal usaha
1
Faktor Eksternal A. Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
2
Permintaan konsumen terhadap
No
R1 5
Bobot R2 5
R3 5
Rataan (R1-R3/3) 5
5
5
5
5
4
5
3
4
2
1
3
2
4
4
1
3
2
2
2
2
2
2
4
2,67
1
1
2
1,33
2
2
3
2,33
1
2
3
2
1
1
2
1,33
kambing tinggi 3
Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat
4
Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat
7
Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam B. Ancaman
1
Cuaca yang tidak menentu di Bogor
2
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat
3
Dominasi peternak besar di dalam pasar
4
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
67
Lampiran 6. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi koordinasi dalam melakukan pemilihan bibit kambing.
1
Faktor Internal Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang terjamin
2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
3
3
4
3,33
3
Kualitas kandang yang baik
2
2
1
1,67
4
Letak usaha yang strategis
2
2
2
2
5
Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka
3
4
4
3,67
2
2
4
2,67
4
4
4
4
2
2
1
1,67
3
3
4
3,33
3
3
4
3,33
2
2
3
2,33
2
2
3
2,33
2
3
4
3
Produksi kambing belum kontinu Faktor Eksternal Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
2
2
3
2,33
3
2
2
2,33
2
2
2
2
2
3
2
2,33
4
Permintaan konsumen terhadap kambing tinggi Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
2
2
1
1,67
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
3
3
2
2,67
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
1
1
4
2
1
1
1
1
No
6
1 2 3 4 5 6 7 8 No 1 2 3
7
Kelemahan Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obatobatan pencegah penyakit Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas
Attractive Score R1 R2 R3 3 3 4
Rataan (R1-R3/3) 3,33
68
Lanjutan Lampiran 6 No 1 2 3 4
Faktor Eksternal Ancaman Cuaca yang tidak menentu di Bogor
Attractive Score R1 R2 R3 4 4 2
Rataan (R1-R3/3) 3,33
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di dalam pasar
1
1
1
1
2
2
3
2,33
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
1
2
2
1,67
69
Lampiran 7. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi melakukan pemasaran diluar Idul Adha.
1
Faktor Internal Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang terjamin
2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
1
1
2
1,33
3
Kualitas kandang yang baik
2
2
1
1,67
4
Letak usaha yang strategis
4
4
4
4
5
Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka
4
4
3
3,67
1
1
2
1,33
2
3
2
2,33
2
2
1
1,67
2
3
1
2
4
4
3
3,67
3
2
2
2,33
3
3
2
2,67
2
2
4
2,67
Produksi kambing belum kontinu Faktor Eksternal Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
4
4
4
4
2
2
3
2,33
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Permintaan konsumen terhadap kambing tinggi Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
2
2
4
1,33
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
2
2
1
1,67
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
1
1
1
1
3
2
4
3
No
6
1 2 3 4 5 6 7 8 No 1 2 3
7
Kelemahan Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obatobatan pencegah penyakit Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas
Attractive Score R1 R2 R3 4 4 4
Rataan (R1-R3/3) 4
70
Lanjutan Lampiran 7 No 1 2 3 4
Faktor Eksternal Ancaman Cuaca yang tidak menentu di Bogor
Attractive Score R1 R2 R3 2 2 3
Rataan (R1-R3/3) 2,33
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di dalam pasar
1
1
1
1
3
3
4
3,33
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
1
1
1
1
71
Lampiran 8. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi melakukan perluasan kandang.
1
Faktor Internal Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang terjamin
2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
4
4
4
4
3
Kualitas kandang yang baik
4
4
3
3,67
4
Letak usaha yang strategis
4
4
2
3,33
5
Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka
4
4
2
3,33
3
3
4
3,33
3
3
2
2,67
3
3
1
2,33
1
1
2
1,33
2
2
3
2,33
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
2
2,67
Produksi kambing belum kontinu Faktor Eksternal Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
2
2,67
4
Permintaan konsumen terhadap kambing tinggi Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
2
2
1
1,67
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
3
3
3
3
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
3
3
1
2,33
4
4
4
4
No
6
1 2 3 4 5 6 7 8 No 1 2 3
7
Kelemahan Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obatobatan pencegah penyakit Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas
Attractive Score R1 R2 R3 2 2 3
Rataan (R1-R3/3) 2,33
72
Lanjutan Lampiran 8. No 1 2 3 4
Faktor Eksternal Ancaman Cuaca yang tidak menentu di Bogor
Attractive Score R1 R2 R3 2 2 1
Rataan (R1-R3/3) 1,67
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di dalam pasar
1
1
1
1
3
3
2
2,67
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
1
1
1
1
73
Lampiran 9. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi penyediaan obatobatan, vaksin dan makanan tambahan.
1
Faktor Internal Kekuatan Kesehatan hewan ternak yang terjamin
2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
4
4
4
4
3
Kualitas kandang yang baik
3
3
1
2,33
4
Letak usaha yang strategis
2
2
1
1,67
5
Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka
3
3
2
2,67
3
2
3
2,67
3
3
4
3,33
4
4
2
3,33
4
4
4
4
3
3
2
2,67
4
3
4
3,67
1
1
2
1,33
3
3
2
2,67
Produksi kambing belum kontinu Faktor Eksternal Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
2
1
1
1,33
2
3
1
2
2
3
4
3
3
3
2
2,67
4
Permintaan konsumen terhadap kambing tinggi Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
4
3
2
3
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
2
1
1
1,33
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
2
2
1
1,67
2
2
3
2,33
No
6
1 2 3 4 5 6 7 8 No 1 2 3
7
Kelemahan Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obatobatan pencegah penyakit Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas
Attractive Score R1 R2 R3 4 4 4
Rataan (R1-R3/3) 4
74
Lanjutan Lampiran 9. No 1 2 3 4
Faktor Eksternal Ancaman Cuaca yang tidak menentu di Bogor
Attractive Score R1 R2 R3 4 4 3
Rataan (R1-R3/3) 3,67
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di dalam pasar
2
2
2
2
2
2
1
1,67
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
1
1
1
1
75
Lampiran 10. Hasil Analisis untuk menentukan AS pada strategi promosi melalui media brosur, pamflet dan poster Faktor Internal Attractive Score Rataan No (R1-R3/3) Kekuatan R1 R2 R3 1 Kesehatan hewan ternak yang terjamin 4 4 2 3,33 2
Pencatatan arus kas tersusun rapih
2
2
1
1,67
3
Kualitas kandang yang baik
3
3
2
2,67
4
Letak usaha yang strategis
4
4
4
4
5
Pengelola rajin, bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada pengelola secara terbuka
4
4
2
3,33
1
1
2
1,33
2
1
2
1,67
1
1
1
1
1
1
1
1
4
4
3
3,67
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1,33
Produksi kambing belum kontinu Faktor Eksternal Peluang Tersedia lahan perluasan kandang
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
2
2,67
3
3
1
2,33
4
Permintaan konsumen terhadap kambing tinggi Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah
4
4
4
4
5
Supply tenaga kerja yang melimpah
1
1
1
1
6
Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
1
1
1
1
2
2
3
2,33
6
1 2 3 4 5 6 7 8 No 1 2 3
7
Kelemahan Kurangnya koordinasi dan kejelian dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan Belum melaksanakan pemberian obatobatan pencegah penyakit Belum mencoba melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas
Lanjutan Lampiran 10.
76
No 1 2 3 4
Faktor Eksternal Ancaman Cuaca yang tidak menentu di Bogor
Attractive Score R1 R2 R3 1 1 1
Rataan (R1-R3/3) 1
Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di dalam pasar
1
1
1
1
2
2
2
2
Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
1
1
1
1
77
Lampiran 11. Hasil Matriks QSP.
78
Lanjutan Lampiran 11.
No
Critical Success Factor
1 2
Kesehatan hewan ternak yang terjamin Pencatatan arus kas tersusun rapih
3
Bobot
Kekuatan
Strategi Koordinasi Pembelian Bibit
Strategi Pemasaran Diluar Idul Adha
Startegi Perluasan Kandang
Strategi Penyediaan Obat-obatan dan Makanan Tambahan
Strategi Promosi melalui media Brosur dan poster
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
0,083
3,33
0,276
4
0,332
2,33
0,193
4
0,332
3,33
0,276
Kualitas kandang yang baik
0,066 0,077
3,33 1,67
0,219 0,129
1,33 1,67
0,088 0,129
4 3,67
0,264 0,283
4 2,33
0,264 0,179
1,67 2,67
0,110 0,210
4
Letak usaha yang strategis
0,077
2
0,154
4
0,308
3,33
0,256
1,67
0,129
4
0,308
5
Pengelola rajin, bertanggung jawab & memiliki keinginan untuk maju Laporan keuangan di salurkan kepada secara terbuka
0,059
3,67
0,217
3,67
0,217
3,33
0,196
2,67
0,158
3,33
0,196
0,083
2,67
0,222
1,33
0,110
3,33
0,276
2,67
0,222
1,33
0,110
0,089
4
0,356
2,33
0,207
2,67
0,238
3,33
0,296
1,67
0,149
0,054
1,67
0,090
1,67
0,090
2,33
0,126
3,33
0,180
1
0,054
0,077
3,33
0,256
2
0,154
1,33
0,102
4
0,308
1
0,077
0,077
3,33
0,256
3,67
0,283
2,33
0,179
2,67
0,206
3,67
0,283
0,071
2,33
0,165
2,33
0,165
1
0,071
3,67
0,261
1
0,071
0,066
2,33
0,154
2,67
0,176
2
0,132
1,33
0,088
1
0,066
0,066 0,054
3 2,33
0,198 0,126
2,67 4
0,176 0,216
2,67 2
0,176 0,108
2,67 1,33
0,176 0,072
1,33 1
0,088 0,054
6
Kelemahan 1 2 3
Kurangnya koordinasi dalam pemilihan bibit kambing Kandang tidak selalu dibersihkan
7
Belum pemberian obat-obatan pencegah penyakit Belum melakukan pemasaran selain hari raya Idul Adha Belum melaksanakan pemberian makanan tambahan Pengetahuan mengenai pasar dan budidaya yang terbatas Modal usaha terbatas
8
Produksi kambing belum kontinu
4 5 6
Peluang 1
Tersedia lahan perluasan kandang
2
Permintaan konsumen terhadap kambing tinggi Adanya peluang kerjasama pemasaran dengan Ternak Domba Sehat Pemasaran melalui Lembaga Aqiqah Supply tenaga kerja yang melimpah Adanya peluang pemberian modal dari ternak Domba Sehat Bertambahnya jumlah penduduk yang beragama Islam
3
4 5 6 7
0,099
2,33
0,231
2,33
0,231
4
0,396
2
0,198
1
0,099
0,125
2
0,250
4
0,500
4
0,500
3
0,375
2,67
0,334
0,099
2,33
0,231
4
0,396
2,67
0,264
2,67
0,264
2,33
0,231
0,075
1,67
0,125
1,33
0,100
1,67
0,125
3
0,225
4
0,300
0,092
2,67
0,246
1,67
0,154
3
0,276
1,33
0,122
1
0,092
0,067
2
0,134
1
0,067
2,33
0,156
1,67
0,112
1
0,067
0,092
1
0,092
3
0,276
4
0,368
2,33
0,214
2,33
0,214
0,117
3,33
0,390
2,33
0,273
1,67
0,195
3,67
0,429
1
0,117
0,058
1
0,058
1
0,058
1
0,058
2
0,116
1
0,058
0,075
2,33
0,175
3,33
0,250
2,67
0,200
1,67
0,125
2
0,150
0,099
1,67
0,165
1
0,099
1
0,099
1
0,099
1
0,099
Ancaman 1 2 3 4
Cuaca yang tidak menentu di Bogor Persepsi masyarakat bahwa mengkosumsi kambing tidak sehat Dominasi peternak besar di dalam pasar Kurang adanya keberpihakan pemerintah terhadap UKM
Total
4,915
5,055
5,237
5,15
3,813