FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MENJADI PERAWAT
Daryani*
INTISARI Latar belakang: Semakin tinggi jumlah institusi pendidikan keperawatan dan banyaknya jumlah lulusan perawat yang ada di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingginya motivasi seseorang untuk memilih menjadi perawat. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Metode: Jenis penelitian ini adalah kantitatif, bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Hasil: Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa adalah tinggi. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan altruism adalah tinggi, berdasarkan kebutuhan adalah rendah, berdasarkan daya tarik adalah tinggi, berdasarkan model peran adalah rendah. Faktor intrinsik berdasarkan altruism terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,814, faktor intrinsik berdasarkan kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,411. Faktor ekstrinsik berdasarkan daya tarik terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,393, faktor ekstrinsik berdasarkan daya model peran terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,25. Kesimpulan: Tidak ada pengaruh faktor intrinsik yang meliputi altruism dan kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat. Tidak ada pengaruh faktor ekstrinsik yang meliputi daya tarik dan model peran terhadap motivasi menjadi perawat.
Kata kunci: Altruism, kebutuhan, daya tarik model peran, motivasi menjadi perawat
*Dosen Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten
PENDAHULUAN Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, memenuhi syarat dan diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang penuh tanggung jawab dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan orang sakit, dan rehabilitasai pelayanan keperawatan (DPR RI, 2011). Hasil lokakarya nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian, pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (Nursalam dan Efendi (2009). Profesi perawat di Indonesia pada saat ini menjadi profesi yang menarik untuk diikuti perkembangannya. Animo masyarakat untuk masuk di pendidikan keperawatan semakin meningkat dari tahun ketahun. Disisi lain institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin menjamur. PPNI Bontang (2011) menyebutkan 60% dari total tenaga kesehatan adalah perawat, dan Kompas (2011) menyatakan jumlah perawat di Indonesia sudah lebih dari 500.000 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari PPNI Bontang (2011), Indonesia sekarang memiliki lebih dari 770 institusi pendidikan keperawatan dan setiap tahunnya meluluskan sekitar 30.000 perawat. Tingginya jumlah lulusan perawat yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk menjadi perawat. Hasil penelitian Wahyuni (2010), motivasi mahasiswa memilih Program Studi S1 Keperawatan sebanyak 74,2% adalah tinggi, motivasi berdasarkan ketertarikan sebanyak 54,5% tinggi dan 45,5% adalah sedang, berdasarkan aktualisasi diri sebanyak 54,5% tinggi dan 45,5% adalah sedang, serta motivasi berdasarkan dukungan lingkungan sebanyak 51,5% tinggi dan 48,5% adalah sedang, berdasarkan sumber informasi sebanyak 51,5% tinggi dan 48,5% adalah sedang. Hasil penelitian Rombe (2005), faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan berkelanjutan adalah motivasi. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009) yang menyatakan motivasi akan menentukan arah perbuatan yakni kearah suatu yang akan dicapai. Motivasi dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri (intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik). Motivasi intrinsik adalah daya dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi ekstrinsik adalah daya dorongan dari luar diri seseorang untuk melakukuan sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan (Elliot et al., 2000 dalam Nursalam dan Efendi, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik pada diri seseorang adalah altruism dan kebutuhan, sedang motivasi ekstrinsik meliputi daya tarik dan model peran (Banks dan Bailey, 2010; Rhodes et.al., 2011). Studi pendahuluan yang dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten pada bulan Januari 2012 diperoleh data, jumlah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan tahun angkatan 2011 sebanyak 110 mahasiswa, tahun angkatan 2010 sebanyak 79 mahasiswa, tahun angkatan 2009 sebanyak 65 mahasiswa, dan tahun angkatan 2008 sebanyak 55 Mahasiswa. Berdasarkan data di atas pada 4 tahun terakhir dapat dilihat kenaikan sebanyak 100% jumlah mahasiswa yang masuk Program Studi Keperawatan, hal ini menunjukkan bahwa minat dan animo masyarakat untuk menjadi perawat semakin meningkat. Hasil wawancara kepada 20 orang mahasiswa tingkat I Program Studi S1 Keperawatan mengenai alasan memilih menjadi perawat didapatkan bahwa 10 (50%) karena sifat altruism, 4 (20%) pengaruh model peran, sedangkan 6 (30%) tertarik pada profesi keperawatan. Dari hasil wawancara terdapat motivasi intrinsik dan ekstrinsik untuk menjadi seorang perawat.
METODE Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten sejumlah 110 mahasiswa. Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada rumusan (Dahlan, 2008), mengungkapkan untuk pengambilan besar sampel untuk analisis multivariat dengan cara perhitungan role of thumb, yakni N= 10 kali jumlah variabel bebas yang diteliti. Karena jumlah variabel bebas yang diteliti ada 4, maka dari hasil perhitungan didapatkan sampel sebesar 40 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu peneliti mengambil sampel sebesar 40 responden dari kelas A berdasarkan kriteria sampel, karena 32 mahasiswa dari kelas B sudah digunakan untuk uji validitas. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) kriteria inklusi: (1) Mahasiswa dengan rata-rata tingkat kehadiran > 90 %; (2) Mahasiswa yang bersedia menjadi reponden; (b) Kriteria eksklusi: (1) Mahasiswa yang tidak masuk saat pembagian kuesioner penelitian. Penelitian dilaksanakan di Stikes Muhammadiyah Klaten pada bulan Juni 2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Variabel yang akan dilakukan analisa univariat adalah umur, jenis kelamin, altruism, kebutuhan,
daya tarik, dan model peran. Analisa bivariat ini menggunakan analisis regresi logistik sederhana untuk mencari besarnya hubungan antara variabel independen dan dependen. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor (altruism, kebutuhan, daya tarik, dan model peran) yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Data yang diperoleh berupa data kategori dimana terdapat lebih dari 1 variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat maka analisis multivariat dengan menggunakan uji statistik regresi logistik berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Analisis Univariat Penelitian dilakukan pada 40 mahasiswa tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten dengan hasil sebagai berikut : a. Umur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Mahasiswa Tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten (N=40) Min-Max
Mean
Modus
SD
18-24
19,1
19
1,172
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas umur responden adalah 19 tahun, umur termuda 18 tahun dan tertua 24 tahun dengan rata-rata umur 19,1 + 1,172.
b. Jenis kelamin, motivasi menjadi perawat, altruism, kebutuhan, daya tarik, dan model peran Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin, Motivasi Menjadi Perawat, Altruism, Kebutuhan, Daya Tarik, dan Model Peran Responden Mahasiswa Tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten (N=40) No 1
2
3
4
5
6
Karakteristik Responden Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Jumlah Motivasi menjadi perawat Rendah Tinggi Jumlah Altruism Rendah Tinggi Jumlah Kebutuhan Rendah Tinggi Jumlah Daya tarik Rendah Tinggi Jumlah Model peran Rendah Tinggi Jumlah
f
Prosentase
25 15 40
62,5% 37,5% 100%
11 29 40
27,5% 72,5% 100%
3 37 40
7,5% 92,5% 100%
25 15 40
62,5% 37,5% 100%
14 26 40
35% 65% 100%
36 4 40
90% 10% 100%
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebanyak 25 (62,5%) responden berjenis kelamin perempuan, lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-laki 15 (37,5%). Motivasi menjadi perawat sebanyak 11 (27,5%) rendah dan 29 (72,5%) adalah tinggi, motivasi menjadi perawat berdasarkan altruism sebanyak 3 (7,5%) rendah dan 37 (92,5%) adalah tinggi, motivasi menjadi perawat berdasarkan kebutuhan sebanyak 25 (62,5%) rendah dan 15 (37,5%) adalah tinggi, motivasi menjadi perawat berdasarkan daya tarik sebanyak 14 (35%) rendah dan 26 (65%)
adalah tinggi, motivasi menjadi perawat berdasarkan model peran sebanyak 36 (90%) rendah dan 4 (10%) adalah tinggi.
2. Analisis bivariat a. Pengaruh altruism terhadap motivasi menjadi perawat Tabel 3 Pengaruh Altruism Terhadap Motivasi Menjadi Perawat Altruism
Motivasi menjadi perawat Rendah
Jumlah
ρ-value
0,814
Tinggi
F
%
f
%
Rendah
1
33,3%
2
66,7%
3 100%
Tinggi
10
27%
27
73%
37 100%
Jumlah
11
27,5%
29
72,5%
40 100%
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden dengan altruism tinggi sebanyak 27% mempunyai motivasi menjadi perawat yang rendah. Responden altruism rendah sebanyak 66,7% mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,814 (α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor altruism tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. b. Pengaruh kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat Tabel 4 Pengaruh Kebutuhan Terhadap Motivasi Menjadi Perawat Kebutuhan
Motivasi menjadi perawat Rendah
Jumlah
ρ-value
0,411
Tinggi
F
%
f
%
Rendah
8
32%
17
68%
25 100%
Tinggi
3
20%
12
80%
15 100%
Jumlah
11
27,5%
29
72,5%
40 100%
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden dengan faktor kebutuhan tinggi sebanyak 20% mempunyai motivasi menjadi perawat yang rendah. Responden dengan faktor kebutuhan rendah sebanyak 68%
mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,411 ( α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor kebutuhan tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. c. Pengaruh daya tarik terhadap motivasi menjadi perawat Tabel 5 Pengaruh Daya Tarik Terhadap Motivasi Menjadi Perawat Daya
Motivasi menjadi perawat
tarik
Rendah
Jumlah
ρ-value
0,393
Tinggi
F
%
f
%
Rendah
5
35,7%
9
64,3%
14 100%
Tinggi
6
23,1%
20
76,9%
26 100%
Jumlah
11
27,5%
29
72,5%
40 100%
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden dengan faktor daya tarik tinggi sebanyak 23,1% mempunyai motivasi menjadi perawat yang rendah. Responden dengan faktor daya tarik rendah sebanyak 64,3% mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,393 ( α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor daya tarik tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. d. Pengaruh model peran terhadap motivasi menjadi perawat Tabel 6 Pengaruh Model Peran Terhadap Motivasi Menjadi Perawat Model
Motivasi menjadi perawat
peran
Rendah
Jumlah
ρ-value
0,25
Tinggi
F
%
f
%
Rendah
8
22,2%
28
77,8%
36 100%
Tinggi
3
75%
1
25%
4 100%
Jumlah
11
27,5%
29
72,5%
40 100%
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden dengan faktor model peran tinggi sebanyak 75% mempunyai motivasi menjadi perawat yang rendah. Responden dengan faktor model peran rendah sebanyak 77,8% mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi
logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,393 ( α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor model peran tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. e.
Analisis multivariat Dalam analisis multivariat peneliti melakukan tahap-tahap uji diantaranya yaitu seleksi variabel. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana pada analisis bivariat variabel altruism, kebutuhan, daya tarik, dan model peran mempunyai nilai p>0,25. Kemudian peneliti melakukan uji homogenitas yang hasilnya adalah semua nilai p-value = 0,000 ( α < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh tidak homogen. Selanjutnya peneliti melihat hasil analisis bivariat yang mempunyai nilai p>0,25 yang merupakan syarat analisis multivariat. Syarat variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah variabel pada analisis bivariat yang mempunyai nilai p<0,25. Sehingga walaupun hasil uji homogenitas data tidak homogen, syarat untuk dilakukan analisis multivariat tidak terpenuhi.
B. Pembahasan 1. Karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berumur 19 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Kartono (2006) menyatakan pada adolesens (usia 17-21 tahun), anak mulai belajar menemukan nilainilai hidup, mempunyai pendirian, serta memilih satu pola hidup dan bersikap kritis. Ciri-ciri adolesens yang dinamis sering terjadi gejolakan jiwa seperti egoisme. Pada usia adolesens muncul pula aspirasi dan ambisi untuk mendapatkan pengakuan demi mencapai suatu tujuan. Namun pada anak perempuan usia adolesens timbul keraguraguan, kecemasan, dan ketakutan yang semuanya itu akan menjadi kebingungan psikis dan akhirnya didalam memilih jurusan pendidikan keperawatan muncul keragu-raguan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa motivasi mahasiswa menjadi perawat sebanyak 29 (72,5%) adalah tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Wahyuni (2010) yang menyatakan motivasi mahasiswa memilih Program Studi S1 Keperawatan sebanyak 74,2% adalah tinggi. Data lain yang mendukung adalah jumlah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan tahun angkatan 2011 sebanyak 110 mahasiswa, tahun angkatan 2010 sebanyak 79 mahasiswa, tahun angkatan 2009 sebanyak 65 mahasiswa, dan tahun angkatan 2008 sebanyak 55
Mahasiswa. Berdasarkan data di atas pada 4 tahun terakhir dapat dilihat kenaikan sebanyak 100% jumlah mahasiswa yang masuk Program Studi Keperawatan, data ini menunjukkan bahwa motivasi menjadi perawat adalah tinggi. Motivasi menjadi perawat sangat tinggi disebabkan karena kebutuhan tenaga perawat sangat besar, oleh karena perkembangan pelayanan kesehatan yang membuat manusia hidup lebih lama, semakin meningkat populasi lansia yang membutuhkan perawatan, jumlah orang yang sakit dan kebutuhan akan perawat yang mempunyai skill lebih banyak, kebutuhan akan tenaga perawat di luar rumah sakit dan banyak perawat yang pensiun sehingga membutuhkan banyak perawat untuk menggantikannya (Gustini, 2009). Menurut Nursalam dan Efendi (2009) motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri (intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik). 1. Faktor intrinsik a. Altruism Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara altruism dengan motivasi menjadi perawat. Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan data deskriptif altruism pada tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan altruism sebanyak 92,5% adalah tinggi. Altruism menjadi perawat tinggi karena di dalam sistem sosial budaya masyarakat Indonesia terdapat sumber-sumber budaya profetik antara lain sistem kebersamaan, kolektivisme, gotong-royong, tenggang rasa, keyakinan tentang adanya kehidupan di dunia maupun di akhirat (Kompasiana, 2012). Pandangan ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2010) yang menyatakan, Indonesia adalah bangsa yang berpenduduk ramah serta memiliki tingkat sosial yang tinggi, memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan keinginan altruistik untuk menjadi perawat difokuskan pada panggilan keperawatan sebagai kesempatan untuk membantu orang lain. Seseorang didorong oleh perasaan kewajiban untuk menjadi perawat atau yang telah memiliki panggilan jiwa dari Tuhan untuk menjadi seorang perawat. Rhodes et.al. (2011) menyatakan, altruism diidentifikasi sebagai faktor yang paling dominan. Penemuan ini mendukung pendapat Cook et.al.
(2003) yang juga menyatakan bahwa mahasiswa termotivasi untuk membantu orang lain sebagai alasan utama untuk memilih keperawatan sebagai karir. Rhodes et.al. (2011) juga mengatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat adalah faktor spiritualis. Dalam faktor spiritualitas, 5 responden menyatakan Tuhan sebagai motivasi untuk menjadi perawat. Hasil penelitian Dik et.al. (2008) juga menyatakan, spiritualitas atau panggilan Tuhan adalah motivator yang kuat untuk memilih karir. Bagian dari motivasi ini akan memberikannya rasa senang. Seseorang yang tertarik dan senang pada keperawatan akan mempengaruhi motivasi menjadi perawat. b. Kebutuhan Hasil analisis bivariat pengaruh kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, dimana diperoleh p value = 0,411 sehinggga berdasarkan analisis regresi logistik sederhana yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa faktor kebutuhan tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Hasil ini didukung oleh data deskriptif tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan kebutuhan sebanyak 62,5% adalah rendah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Juliani (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebutuhan untuk diakui oleh orang lain terhadap kinerja perawat pelaksana. Tidak ada pengaruh untuk diakui oleh orang lain diasumsikan sebagai suatu hal yang positif karena menunjukkan kekuatan konsep diri yang dimiliki oleh perawat, dimana saat bekerja tidak menunggu adanya pengakuan dari orang lain tetapi berdasarkan tanggung jawab yang di emban. Hasil penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Puspitasari dan Asyanti (2011) menyatakan bahwa kebutuhan bukan merupakan faktor komitmen kerja perawat Panti Wreda. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan secara khusus faktor motivasi ini terbukti ketika pasien mengungkapkan apresiasinya untuk perawat, atau rasa kepuasan diri perawat diwujudkan melalui hasil usaha. Faktor pemenuhan diri ini berpusat pada pengakuan atas kebutuhan individu untuk dihargai atas usaha. Rhodes et.al. (2011) dalam suatu studinya menyatakan sifat intelektual mempengaruhi motivasi siswa untuk mendaftar dalam pendidikan keperawatan.
Setiadi
(2007)
menyatakan
bahwa
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi motivasi menjadi perawat adalah harapan. Harapan adalah kemungkinan yang dipersepsi orang untuk memenuhi kebutuhan. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan tentang bagaimana cara individu bertingkah laku untuk terwujudnya masa depan yang sukses. Apabila ekspektasi tinggi, maka kekuatan motivasi akan meningkat. 2. Faktor ekstrinsik a. Daya tarik Hasil analisis bivariat pengaruh daya tarik terhadap motivasi menjadi perawat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, dimana diperoleh p value = 0,393 sehinggga berdasarkan analisis regresi logistik sederhana yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa faktor daya tarik tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Meskipun demikian, jika dilihat data deskriptif tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan daya tarik sebanyak 65% adalah tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Puspitasari dan Asyanti (2011) yang menyatakan bahwa daya tarik bukan merupakan faktor komitmen kerja perawat Panti Wreda. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan
lingkungan
kerja
yang
terus
berubah,
kemajuan
ilmu
keperawatan, dan teknologi yang terus berkembang menjadi faktor untuk berkarir di keperawatan. Keperawatan dianggap sebagai lingkungan belajar yang menarik dan selalu memberikan kesempatan untuk belajar hal yang baru. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009), kondisi lingkungan fisik yang kondusif akan mempengaruhi minat dan motivasi seseorang. Rhodes et.al. (2011) dalam suatu studinya menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat adalah daya tarik profesi keperawatan. Daya tarik profesi keperawatan ini yang termasuk di dalamnya adalah keamanan kerja, fleksibilitas, kondisi kerja, dan status profesional. Fleksibilitas pekerjaan termasuk jadwal kerja, dan berbagai pilihan dalam keperawatan. Otonomi praktek dan interaksi dengan orang banyak orang juga diidentifikasi sebagai hal yang menarik dan merupakan faktor utama yang memotivasi untuk memilih keperawatan sebagai karir.
b. Model peran Hasil analisis bivariat pengaruh model peran terhadap motivasi menjadi perawat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, dimana diperoleh p value = 0,25 sehinggga berdasarkan analisis regresi logistik sederhana yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa faktor model peran tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Hasil ini didukung oleh data deskriptif tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan daya tarik sebanyak 90% adalah rendah. Penemuan ini mendukung hasil penelitian Cook et.al. (2003) yang menyatakan bahwa model peran bukan faktor motivasi mahasiswa untuk memilih keperawatan sebagai karir. Hasil penelitian lain oleh Kersten et.al. (1991) yang menyatakan bahwa model peran bukan alasan seseorang untuk memilih karir di keperawatan. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan pengaruh model peran memberikan peranan penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk memutuskan berkarir sebagai perawat. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009) yang menyatakan minat dan motivasi seseorang dipengaruhi oleh orang tua, guru, dan lingkungan sosial. Rhodes et.al. (2011) dalam suatu studinya menyatakan, responden mengidentifikasi latar belakang profesi keperawatan sebagai motivator untuk memilih karir dikeperawatan. Latar belakang menjelaskan bahwa anggota keluarga yang menjadi perawat atau yang bekerja sebagai anggota tim kesehatan memberi beberapa pemahaman tentang apa keperawatan. Temuan ini mendukung penelitian Hoke (2006), menyatakan bahwa persepsi seseorang mempengaruhi minat dan motivasi untuk berkarir dan pekerjaan. Beck (2000), yang mengatakan alasan utama seseorang memilih karir sebagai perawat karena pekerjaan sebelumnya atau upaya relawan di bidang kesehatan. Menurut Nursalam (2011) motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang salah satunya adalah karena faktor terdesak. Motivasi terdesak merupakan motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit serta muncul secara serentak dan cepat. Pemilihan jurusan pendidikan tinggi pada seseorang dalam beberapa kasus adalah berdasarkan permintaan orang tua atau bahkan paksaan dari orang tua (Nashr, 2012). Menurut Soedharmono
(2012) salah satu faktor yang mempengarui motivasi mahasiswa memilih jurusan pendidikan tinggi adalah karena tidak diterima di jurusan pendidikan tinggi lain.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa adalah tinggi. 2. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan altruism adalah tinggi. 3. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan kebutuhan adalah rendah. 4. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan daya tarik adalah tinggi. 5. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan model peran adalah rendah. 6. Tidak ada pengaruh faktor intrinsik yang meliputi altruism dan kebutuhan serta faktor ekstrinsik yang meliputi daya tarik dan model peran terhadap motivasi menjadi perawat. B. Saran 1. Bagi peneliti lain a. Peneliti lain melakukan penelitian dengan disertai metode pengumpulan data lain, misalnya dengan pengumpulan data kualitatif. b. Peneliti lain melakukan penelitian yang sama untuk menghubungkan motivasi menjadi perawat dengan variabel yang lain seperti faktor terdesak. 2. Mahasiswa Mahasiswa meningkatkan prestasi belajar tanpa harus merasa terbebani dalam mengikuti perkuliahan. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi diharapkan untuk tetap menjaga motivasi agar dapat mewujudkan cita-cita dan harapan. 3. Stikes Muhammadiyah Klaten Stikes Muhammadiyah Klaten agar menjelaskan peluang pekerjaan bagi lulusan keperawatan sehingga mahasiswa lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar.
DAFTAR REFERENSI Beck, C. T. 2000. The Experience of Choosing Nursing as a Career, Journal of Nursing Education
[internet].
Tersedia
dalam:
http://eric.ed.gov/ERICWebPortal
[Diakses 15 Maret 2012]. Cook, T. H., Gilmer, M. J., & Bess, C. 2003. Beginning Student’s Definitions of Nursing: an Inductive Framework of Professional Identity [internet]. Tersedia dalam: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12873061 [Diakses 15 Maret 2012]. Dahlan, M. S. 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Seri 3. Jakarta: CV. Sagung Seto. Dik, B. J., Sargent, A. M., & Steger, M. F. 2008. Career Development Strivings: Assessing Goals and Motivation in Career Decision-Making and Planning [internet]. Tersedia dalam: https://docs.google.com [Diakses 15 Maret 2012]. Gustini. 2009. Jenjang Karir Perawat di Maryland dan Indonesia. [internet]. Tersedia dalam: https:// www.fik.ui.ac.id/ [Diakses 28 Juli 2012]. Hoke, J. L. 2006. Promoting Nursing as a Career Choice [internet]. Tersedia dalam: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16676752 [Diakses 15 Maret 2012]. Juliani. 2007. Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pringadi Medan [internet]. Tersedia dalam: http://repository.usu.ac.id [Diakses 11 Februari 2012]. Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju. Kersten, J., Bakewell, K., & Meyer, D. 1991. Motivating Factors in a Student's Choice of Nursing
as
a
Career
[internet].
Tersedia
dalam:
https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1847407 [Diakses 15 Juli 2012] Kompas. 2011. Sebaran Tak Merata, Kualitas Masih Rendah [internet]. Tersedia dalam: http://kompas.com [Diakses 11 Januari 2012]. Kompasiana.
2012.
Agil
Dalam
Perspektif
[internet].
Tersedia
dalam:
http://sosbud.kompasiana.com [Diakses 29 Juli 2012]. Nashr, I. A. 2012. Memilih Jurusan Versi Seorang Mahasiswa Unpad [internet]. Tersedia dalam: http://blogs.unpad.ac.id [Diakses 29 Juli 2012] Nursalam & Efendi. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. PPNI Bontang. 2011. Perawat Indonesia, Bagai Buih di Lautan [internet]. Tersedia dalam: http://ppnibontang.blogspot.com [Diakses 10 Januari 2012].
. 2011. Perawat Indonesia, Apakah Masih Punya Masa Depan [internet]. Tersedia dalam: http://ppnibontang.blogspot.com [Diakses 10 Januari 2012]. Puspitasari & Asyanti. 2011. Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Komitmen Kerja Perawat Panti Wreda di Surakarta [internet]. Tersedia dalam: http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article
[Diakses
11
Februari 2012] Rhodes, M., Morris, A., & Lazenby, R. 2011. Nursing at its Best: Competent and Caring [internet]. Tersedia dalam: http://www.nursingworld.org [Diakses 15 Maret 2012]. Rombe, M. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Bidan Terhadap Pendidian Berkelanjutan Bidan di IBI Cabang Palembang Tahun 2005. Skripsi, Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan. Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soedharmono, Y. 2012. Kuliah Salah Jurusan Terus Bagaimana [internet]. Tersedia dalam: http://m.kompasiana.com [Diakses 29 Juli 2012] Wahyuni, S. 2010. Motivasi Mahasiswa Prograrm Studi S1 Keperawatan Tingkat I Memilih Program Studi S1 Keperawatan di Stikes Muhammadiyah Klaten. Skripsi, Stikes Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan.