FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERAWAT PONKESDES DI KABUPATEN MADIUN Atni Supratiwi1*, Tjahja Bintara1, I Made Santu1, Sunarti1 1. Program D3 Akademi Keperawatan Dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 63117, Indonesia *
[email protected] Abstrak Pemberian pelayanan tidak terlepas dari sumber daya yang berkualitas dan bertanggung jawab, hal tersebut dapat dilihat dari kinerja seorang pelayan kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat ponkesdes di Kabupaten Madiun.Jenis penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.Jumlah sampel yang diteliti 19 responden.Pengumpulan data menggunakan kuesioner.Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis multivariate yang dipergunakan untuk melihat hubungan antara variabel.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi sedang kinerja baik 88,9%, pemberian fasilitas kerja lengkap kinerja baik 71,4% responden yang menyatakan pembekalan bermanfaat kinerja baik 63,6%. Hasil uji statistik ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja nilai p = 0,007 <α (0,05), tidak ada pengaruh fasilitas kerja terhadap kinerja dengan nilai p = 0,356 >α (0,05), tidak ada pengaruh pembekalan terhadap kinerja dengan nilai p = 0,552 >α (0,05). Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa motivasi kerja 20 kali mempengaruhi kinerja perawat Ponkesdes dengan nilai Exp (B) = 20,048. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja sesorang.Untuk meningkatkan pelayanan di ponkesdes tenaga perawat ponkesdes diwajibkan untuk tinggal di wilayah kerja, perlu dipertimbangkan agar perawat ponkesdes mendapat jaminan kesehatan, perlu peningkatan fasilitas kerja untuk meningkatkan kualitas layanan, peningkatan imbalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, mengikutsertakan perawat ponkesdes dalam pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan tugasnya, serta pembinaan mental agar memiliki akuntabilitas yang baik.
Kata Kunci :Faktor Motivasi, Faktor Fasilitas Kerja, Faktor Pelatihan, Kinerja, Perawat Ponkesdes
Pendahuluan Pembangunan
kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang ditandai oleh penduduknya berperilaku sehat dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Indonesia Sehat 2010). Berbagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggara pelayanan kesehatan strata pertama.Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya.Pada umumnya, sebagian besar pengguna puskesmas adalah penduduk miskin, sedangkan pengguna rumah sakit adalah penduduk mampu.Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 (RI, 2004) kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa) merupakan pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur No. 4 Tahun 2010 sebagai jaringan Puskesmas dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.Ponkesdes dikelola oleh bidan dan perawat dimana bidan di Ponkesdes adalah bidan PNS yang diangkat oleh Bupati/Walikota atau bidan PTT yang diangkat oleh Menteri Kesehatan. Tenaga perawat di Ponkesdes adalah perawat minimal lulusan DIII Keperawatan yang diangkat oleh Bupati/Walikota dan SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melalui seleksi tenaga perawat di kabupaten/kota. Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), jumlah sumber daya manusia kesehatan belum memadai. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah.. Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1 : 2850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1 : 2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas (Anonim, 2004). Penyebaran tenaga kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan sistem Pegawai Tidak Tetap (PTT). Rata-rata bidan per 100.000penduduk di Indonesia sebesar 32,3, terendah
di Provinsi Maluku (17,5). Sedangkan rasioperawat dengan penduduk adalah 108 per 100.000 penduduk. Sebagian besar tenaga dokter(69%) bekerja disektor pemerintah. (Depkes, 2005). Penelitian tentang waktu kerja produktif personil Puskesmas di Indonesia ditemukan bahwa waktu kerja produktif personil adalah 53,2% dan sisanya 46,8% digunakan untuk kegiatan non produktif. Dari 53,2% kinerja produktif, hanya 13,3% waktu yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan, sedangkan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang pelayanan kesehatan (Ilyas,2001) Kenyataan ini
akan mempengaruhi kinerja
personil itu sendiri dan kinerja institusi pelayanan kesehatan pada umumnya. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak berusaha untuk memperbaiki kemampuannya.(Timple, 1999) Di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 dari 180 tenaga perawat Puskesmas 92,7% (167 orang) diantaranya adalah lulusan Diploma III keperawatan, 0% (0 orang) adalah lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), dan sisanya hanya 7,2 % (13 orang) sarjana keperawatan. Jika asumsi profesionalitas ditentukan oleh tingkat pendidikan, maka di Kabupaten Madiun 100 % tenaga perawat profesional (DKK Kab. Madiun ) Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan, bahwa di Kabupaten Madiun ada 20 Ponkesdes yang seluruh tenaganya lulusan DIII Keperawatan, mereka sudah mendapatkan pembekalan tentang pelayanan perawatan di Ponkesdes. Mulai pelaksanaan pelayanan selama kurang lebih satu tahun belum pernah dilakukan penilaian tentang kinerja perawat tersebut. Berdasarkan fenomena diatas, penulis akan melaksanakan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perawatPonkesedes di Kabupaten Madiun tahun 2011. Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan antara tingkat pendidikan perawat, fasilitas kerja, motivasi kerja, serta pelatihan yang pernah diikuti dengan kinerja perawat. Pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach). Pengambilan data dilakukan setelah calon responden mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian, calon responden menandatangani surat persetujuan penelitian (informed concent). Surat persetujuan
ini merupakan bukti kesediaan berpartisipasi dalam penelitian.Jika menolak, peneliti menghormati keputusan responden. Lembar kuesioner untuk pengumpulan data tidak mencantumkan nama responden (anominity). Hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan data yang disampaikan responden.Setelah penelitian selesai, semua berkas-berkas penelitian yang telah diisi responden dimusnahkan untuk kerahasiaan responden di kemudian hari. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi tingkat pendidikan perawat, fasilitas kerja, motivasi kerja, serta pelatihan yang pernah diikuti. Sedangkan data sekunder adalah jumlah perawat, jumlah puskesmas, keadaan umum wilayah kerja Ponkesdes Kabupaten Madiun dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hasil Kabupaten Madiun mempunyai luas wilayah 101.086 Ha yang secara administratif dibagi menjadi 15 kecamatan, 8 kelurahan, dan 198 desa. Batas Wilayah sebelah Utara adalah Kabupaten Bojonegoro, sebelah Barat Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi, sebelah Selatan Kabupaten Ponorogo, dan sebelah Timur Kabupaten Nganjuk. Kabupaten Madiun mempunyai 25 Puskesmas dengan jumlah tenaga perawat 180 orang, dan tenaga bidan 263 orang. Sesuai dengan Peraturan Gubernur No.4 tahun 2010, sejak Juni 2010 Kabupaten Madiun memiliki 20 Ponkesedes, berarti ada 20 orang perawat Ponkesdes, dimana setiap Ponkesedes terdiri dari satu
perawat dan satu bidan dengan
persyaratan yang sudah ditetapkan. Dalam penelitian ini jumlah perawat yang menjadi responden adalah 19 orang, sedangkan satu orang perawat mengundurkan diri. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Motivasi Kerja Perawat Ponkesdes Tabel 5.6 dibawah ini menunjukkan rekapitulasi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel motivasi kerja terhadap 19 perawat ponkesdes yaitu : Tabel 5.6. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan variable motivasi kerja perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun Tahun 2011 No
Pertanyaan
Ya/
Jarang/
Tidak/
Selalu/
Cukup
Kurang
Jumlah
Lebih
1
Bekerja karena tuntutan
n
%
n
%
n
%
n
%
11
57,9
0
0
8
42,1
19
100
ekonomi 2
Pekerjaan akan
13
68,4
0
0
6
31,6
19
100
0
0
13
68,4
6
31,6
19
100
0
0
11
57,9
8
42,1
19
100
12
63,2
0
0
7
36,8
19
100
10
52,6
0
0
9
47,4
19
100
mengembangkan karir dan kemampuan 3
Pimpinan mampu ciptakan hubungan yg nyaman
4
Pimpinan berupaya mendiskusikan masalah pekerjaan
5
Ada jaminan keamanan & ketenangan dalam bekerja
6
Penghargaan & perhatian terhadap prestasi kerja
7
Gaji yg diterima
0
0
2
10,5
17
89,5
19
100
8
Mendapatkan jaminan
8
42,1
0
0
11
57,9
19
100
3
15,8
0
0
16
84,2
19
100
kesehatan 9
Pimpinan memberikan fasilitas olah raga
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa 11 responden (57,9%) menyatakan bahwa bekerja karena tuntutan ekonomi, 13 responden (68,4%) menyatakan bekerja akan mengembangkan karir dan kemampuan, 12 responden (63,2%) menyatakan adanya jaminan keamanan dan ketenangan dalam bekerja dan sebanyak 10 responden (52,6%) menyatakan adanya penghargaan dan perhatian terhadap prestasi kerja. Sedangkan sebanyak 17 responden (89,5%) menyatakan bahwa gaji yang mereka terima masih kurang, 11 responden (57,9%) menyatakan bahwa pimpinan jarang mendiskusikan masalah pekerjaan dan tidak adanya jaminan kesehatan. Distribusi responden berdasarkan motivasi kerja perawat Ponkesdes yang dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah dapat dilihat dalam tabel 5.7
Tabel 5.7 distribusi responden berdasarkan motivasi kerja perawat ponkesdes di kabupaten Madiun tahun 2011 No.
Motivasi Kerja
frekuensi
%
1
Tinggi
0
0
2
Sedang
9
47,4
3
Rendah
10
52,6
19
100
Total
Tabel 5.7 menunjukkan 9 responden (47,4%) memiliki motivasi kerja tingkat sedang, 10 respopnden (52,6%) memiliki motivasi rendah. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Fasilitas Kerja Perawat Ponkesdes Tabel 5.8 dibawah ini menunjukkan rekapitulasi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel fasilitas kerja yaitu : Tabel 5.8. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan variablefasilitas kerja yang diberikan kepada perawat Ponkesdesdi Kabupaten Madiun Tahun 2011 No
1
Pertanyaan
Tersedia alat dan
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
n
%
n
%
14
73,7
5
26,3
19
100
13
68,4
6
31,6
19
100
10
52,6
9
47,4
19
100
9
47,4
10
52,6
19
100
13
68,4
6
31,6
19
100
11
57,9
8
42,1
19
100
kelengkapan yg mendukung kerja 2
Tersedia fasilitas penunjang kamar mandi, tempat parkir
3
Kondisi ruangan kerja bersih, ventilasi udara cukup
4
Ada cadangan peralatan yang digunakan bila peralatan telah digunakan
5
Tiap perawat mendapatkan alat pelindung diri
6
Tersedia air bersih yang
cukup 7
Tempat pelayanan
15
78,9
4
21,1
19
100
0
0
19
100
19
100
mudah dijangkau 8
Tersedia motor untuk memperlancar pekerjaan
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa 15 responden (78,9%) menyatakan tempat pelayanan mudah dijangkau, 19 responden (100%) menyatakan tidak mendapatkan fasilitas motor untuk memperlancar pelayanan. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Pembekalan yang diikuti perawat Ponkesdes Tabel 5.9 dibawah ini menunjukkan rekapitulasi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel pembekalan yaitu : Tabel 5.9 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan variablePembekalan yang diikuti perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun Tahun 2011 No
1
Pertanyaan
Pernah mengikuti
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
n
%
n
%
100
100
0
0
19
100
15
78,9
4
21,1
19
100
15
78,9
4
21,1
19
100
13
68,4
6
31,6
19
100
14
73,7
5
26,3
19
100
13
68,4
6
31,6
19
100
pembekalan 2
Ada relevansi materi pembekalan dengan tugas
3
Pembekalan yang diberikan akan meningkatan kualitas kerja
4
Ada kesempatan mengaplikasikan materi pembekalan
5
Selama pembekalan diberi kesempatan menyampaikan masalah pekerjaan
6
Apakah materi
pembekalan bermanfaat Tabel 5.9 menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (78,9%) menyatakan bahwa ada relevansi materi pembekalan dengan tugas yang dilakukan sekarang ini dan pembekalan yang diterima dapat meningkatkan kualitas kerja. Sedangkan 13 responden (68,4%) menyatakan ada kesempatan mengaplikasikan materi pembekalan ke dalam tugas dan banyak manfaatnya. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Kinerja Perawat Ponkesdes Tabel 5.10 dibawah ini menunjukkan rekapitulasi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel kinerja yaitu : Tabel 5.10 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan variableKinerja perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun Tahun 2011 No
1
Pertanyaan
Ada struktur organisasi
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
N
%
n
%
14
73,7
5
26,3
19
100
dan papan nama 2
Ada visi, misi dan tujuan
14
73,7
5
26,3
19
100
3
Aada alur pelayanan
14
73,7
5
26,3
19
100
4
Ada daftar biaya/ tarif
13
68,4
6
31,6
19
100
13
68,4
6
31,6
19
100
13
68,4
6
31,6
19
100
12
63,2
7
36,8
19
100
11
57,9
8
42,1
19
100
12
63,2
7
36,8
19
100
15
78,9
4
21,1
19
100
pelayanan 5
Ada uraian tugas dan tanggung jawab
6
Ada perencanaan kegiatan
7
Ada Standar Operasional Prosedur
8
Ada catatan untuk dokumentasi keperawatan
9
Setiap pasien terdokumentasi dengan baik
10
Pengkajian dilakukan berdasar kaidah bio-
psiko-sosial-spiritual 11
Pengkajian dirumuskan
16
84,2
3
15,8
19
100
15
78,9
4
21,1
19
100
15
78,9
4
21,1
19
100
dengan diagnosa keperawatan terkait dengan kebutuhan dasar 12
Disusun rencana keperawatan
13
Tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang disusun
14
Evaluasi dilaksanakan
16
84,2
3
15,8
19
100
15
Buku laporan dan
16
84,2
3
15,8
19
100
terlapor setiap hari kepada puskesmas Tabel 5.10 menunjukkan bahwa 16 responden (84,2%) menyatakan bahwa pengkajian pasien dirumuskan dengan diagnosa keperawatan yang terkait dengan kebutuhan dasar manusia, dilakukan evaluasi tindakan, dan membuat laporan setiap hari kepada puskesmas, Sedangkan 5 responden (26,3%) menyatakan bahwa di tempat mereka bertugas belum terpasang struktur organisasi, visi misi dan alur pelayanan. Pembahasan Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya.Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok (Ilyas, 1993). Pada sub bab ini membahas tentang hasil penelitian faktor yang mempengaruhi kinerja perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Ponkesdes Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat ponkesdesdengan nilai p = 0,007 < α (0,05). Hasil uji statistik multivariat menunjukkan
bahwa
motivasi
kerja
20
kali
mempengaruhi
kinerja
perawat
Ponkesdes.Menurut Uno (2006:71) motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang.Motivasi merupakan keadaan pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Sesuai tabel 5.6 jawaban responden pada variabel motivasi menunjukkan 89,5% menyatakan gaji yang mereka terima kurang, tetapi mereka (68,4%) mempunyai harapan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan dapat mengembangkan kemampuan dan kariernya. Hal ini sesuai pendapat Muchlas (1997) motivasi merupakan hasil interaksi antar individu dan situasinya, sehingga setiap manusia mempunyai motivasi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.Pendapat ini juga didukung Mitchell dalam Timpe (1999), motivasi bersifat individual, dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga berbagai tingkat. Setiap orang selalu diliputi kebutuhan dan sebagain besar kebutuhan itu tidak cukup kuat untuk mendorong seseorang berbuat sesuatu pada suatu waktu tertentu. Hasil penelitian pada tabel 5.6 distribusi jawaban responden pernyataan variabel motivasi sebesar 57,9% menyatakan bahwa mereka bekerja karena kebutuhan ekonomi.Kebutuhan menjadi suatu dorongan bila kebutuhan itu muncul hingga mencapai taraf intensitas yang cukup. Pemenuhan kebutuhan selalu diwarnai oleh motif untuk memenuhinya, atau dengan kata lain motivasi dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan (Minardi, 2001). Hasil penelitian di Kabupaten Madiun berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa motivasi sedang kinerja baik 88,9% Hal ini dapat dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi kerja tinggi mempunyai kinerja baik. Menurut Gibson (1985) bahwa kinerja seseorang yang akan dinilai tidak memuaskan sering disebabkan oleh motivasi yang rendah. Dalam banyak kasus hal itu memang benar.Namun masalah kinerja tidak dengan sendirinya disebabkan oleh tingkat motivasi yang rendah, ada faktor-faktor lain seperti lingkungani fisik pekerjaan. Fasilitas Kerja Perawat Ponkesdes Pada dasarnya pegawai akan merasa nyaman dan betah bekerja apabila tersedia fasilitas kerja yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka sebagai manusia, bukan sebagai alat produksi semata. Hasil penelitian berdasar jawaban responden pada tabel 5.9 sebesar 73,7% menyatakan bahwa di tempat mereka bertugas tersedian alat dan kelengkapan yang mendukung pekerjaa, sedangkan 68,4% menyatakan tersedia fasilitas penunjang. Hasil penelitian di Kabupaten Madiun berdasar tabel 5.11 bahwa dengan fasilitas lengkap diikuti kinerja baik sebesar 71,4%, yang berarti dengan pemberian fasilitas kerja lengkap maka kinerja seorang pegawai akan baik. Dengan tersedianya fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang kerja yang lengkap maka pegawai akan terdorong untuk meningkatkan produktivitasnya.
Menurut Soegeng Djoyowirono (2005; 24) fasilitas adalah alat yang diperlukan untuk menggerakkan kegiatan manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fasilitas kerja merupakan faktor-faktor yang tidak dapat dipisahkan dari dunia kerja dan merupakan hal yang vital bagi pegawai untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Implikasi yang timbul dari kondisi tersebut yaitu kinerja pegawai akan lebih optimal dan tujuan dari organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif. Pembekalan yang diberikan kepada Perawat Ponkesdes Stears (1980) menyatakan bahwa pengetahuan dan kemampuan tentang tugas akan menentukan kinerja seseorang. Menurut Muchlas (1999) bahwa jenis-jenis pekerjaan itu memiliki tuntutan yang berbeda terhadap pegawainya dan para pegawai memiliki kemampuan yang berbeda.Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan dan latihan.Henry Simamora (1995:287) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu. Hasil penelitian di Kabupaten Madiun berdasar tabel 5.13 bahwa sebanyak 57,9% menyatakan pembekalan yang mereka ikuti bermanfaat untuk tugasnya, dan berdasar tabel 5.14 perawat yang mendapatkan pembekalan sebelum bertugas mempunyai kinerja baik sebesar 63,6%. Pembekalan merupakan persiapan yang diberikan kepada pegawai sebelum melaksanakan tugas.Pembekalan dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kinerja seseorang. Kesimpulan Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,007 < α ( 0,05 ). Berdasarkan tabulasi silang tabel 5.8 didapatkan motivasi sedang kinerja baik sebesar 88,9%. Motivasi kerja 20 kali mempengaruhi kinerja perawat Ponkesdes dengan nila Exp (B) = 20,048.Hasil lain juga menyatakan tidak ada pengaruh fasilitas terhadap kinerja perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,356 > α ( 0.05 ). Berdasarkan tabulasi silang tabel 5.11 didapatkan fasilitas kerja lengkap kinerja baik 71,4%. Ditemukan pula bahwa tidak ada pengaruh pembekalan terhadap kinerja perawat Ponkesdes di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,552 > α ( 0.05 ). Berdasarkan tabulasi silang tabel 5.14 didapatkan bahwa perawat yang mengatakan pembekalan yang mereka peroleh bermanfaat mempunyai kinerja baik sebesar 63,6%.
Daftar Pustaka Dinas Kesehatan Provinsi jawa Timur. 2011. Standar Ponkesdes Djarwanto.2001. Mengenal beberapa uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta, Liberty Minardi, 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Muchas, 1999, Perilaku Organisasi , Cetakan ke II, Program Pendidikan pasca sarjana, UGM Yogyakarta. Simamora, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi ke dua, Cetakan Ke III, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogjakarta Timple, 1999, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Kinerja, Cetakan ke IV, PT Elex media Komputindo kelompok Gramedia, Jakarta Timple, AD, 1993, Kinerja Seri Ilmu dan Segi Manajemen Bisnis, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.