FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI MAKAN PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH UNWANUL HUDA DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh: Alvina Yarra Putri NIM: 1111101000086
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMNINATAN GIZI Skripsi, Agustus 2015 Alvina Yarra Putri, NIM: 1111101000086 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 xix + 169 halaman, 20 tabel, 2 bagan, 8 lampiran ABSTRAK Pola konsumsi makan merupakan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, dan sosial. Anak kelompok usia sekolah (6 – 12 tahun) termasuk salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan energi. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan sekitar 44,4 % anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang dari 70 % AKG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan, yang dilaksanakan pada November 2014-Juni 2015 dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 133 siswa umur 9-12 tahun. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square dan korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki tingkat konsumsi energi kurang (65,4%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa variabel umur (pvalue= 0,002) dan peran orang tua (pvalue= 0,041) berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah 1) untuk sekolah: a) sekolah tetap meneruskan kurikulum pendidikan gizi terhadap kelas 5 dan 6; b) diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat menyediakan jenis jajanan sehat dan dapat mengontrol jenis jajanan yang ada di kantin sekolah, 2) untuk orang tua, terutama ibu: a) diharapkan bagi ibu aga membawakan bekal yang bervariasi dan memenuhi gizi seimbang 3) untuk penelitian selanjutnya: a) mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan pola konsumsi. Kata kunci: Pola Konsumsi Makan, Anak Sekolah, Peran Orang Tua Daftar bacaan: 92 (1986-2015)
ii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM SPECIALIZATION OF NUTRITION Undergraduate Thesis, Agustus 2015 Alvina Yarra Putri, NIM: 1111101000086 FACTORS THAT RELATED TO COMSUMPTION PATTERN FODOD AT UNWANUL HUDA IBTIDAIYAH ISLAMIC SCHOOL STUDENTS IN SOUTH JAKARTA, 2015 xix + 169 pages, 20 tables, 2 charts, 7 attachments ABSTRACT Consumption pattern is the kind and total of food that consumed on certain time to fulfill the needs of every person biologically, psychologically and socially. Children at school’s age (6-12 years) is one of a group that has a risk of nutrient’s problem, sich as lack of energy and protein. The result of 2010 Basic Health Research stated that 44,4% children at school’s age has energy consumptions level less than 70% AKG. This study aims to determine factors which are related with the consumption pattern of student Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda in south Jakarta on 2015, which was held in November 2014-June 2015 by using cross sectional research design. The samples of this research were 133 student’s age 9-12 years. The data analysis which were use in this research consists of univariate analysis, bivariate analysis by using chisquare and korelasi-spearman. The result showed the most student of energy consumption levels is less (65,4%). Based on bivariate analysis age (pvalue= 0,002) and family parent (pvalue= 0,041) have a significant impact to the consumption pattern of students Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda in South Jakarta. Based on the result of research, advice can be given are 1) for scholl: a) scholl still continuing nutrition education for grade 5 and 6; c) expected for the scholl to be able to provide the kind of healthy snacks and can control snacks in the school cafeteria, 2) for parents 3) for future research are suggested: a) to include other variables which are allegedly wich are related with the consumption pattern of students. References: 92 (1985-2015) Keywords: Consumption Pattern Food, School’s Students, Family Role
iii
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama
: Alvina Yarra Putri
Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 24 Mei 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: WNI
Agama
: Islam
No. HP
: 085691210048
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1999-2005
: SD BPI
2005-2008
: SMP Waskito 4
2008-2011
: SMA Muhammadiyah 25
2011- 2015
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk golongan umat yang mendapatkan syafaatnya fi yaumil akhir. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan, kerja keras, serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat: 1. Bapak DR. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku dosen pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini yang telah dengan sabar meluangkan waktu, memberikan banyak masukan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
vii
4. Ibu Dr.Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini yang juga telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan
skripsi
dengan
arahan,
saran,
dan
bimbingannya hingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Kepada seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis. 6. Segenap staff Akademik dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala Puskesmas dan Kepala bagian Gizi Puskesmas Kalibata 2 yang telah memberikan data sekunder dan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas. 8. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah dan ibu guru bagian UKS yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian. 9. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang telah memberikan ijin
pengambilan data primer
yang digunakan dalam
penelitian ini. 10. Ibu Uswatun, S.pd yang telah banyak membantu dalam pengambilan data primer di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. 11. Para pegawai/staff di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, yang telah memberikan ijin
pengambilan data primer yang digunakan dalam
penelitian ini.
viii
12. Kedua orang tua penulis tercinta dan tersayang, Bapak Eko Budhi Gayalaksana dan Ibu Betty Puspitasari terimakasih tak terhingga penulis persembahkan untu mereka. Tanpa kasih sayang, harapan, do’a, nasihat dan usaha yang tulus, penulis tak kan sanggup menjadi seperti ini. Serta kepada adik-adik ku tersayang (Firas, Nabil, Khansa) dan nenek ku tercinta (uti Yetty Martoko) terimakasih atas do’a dan semangatnya. Kalian semua adalah penyemangat penulis. 13. Teman- teman seperjuangan di Kesmas 2011 dan kelas gizi. Kalian adalah motivasi bagi penulis. 14. Para sahabat-sahabat tersayang (Renita, Dwi, Harum, Hasanah, Betty, Indah, Utami, Junika dan Tanza) yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan. 15. Keluarga besar di rumah Bapak Yayan yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan. Terimakasih atas bimbingannya selama ini. 16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Thanks to All. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan untuk perbaikan yang lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Ciputat, 14 Agustus 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………i ABSTRAK ............................................................................................................. ii ABSTRACT ........................................................................................................... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v DAFTAR ISI .......................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9 D. Tujuan ........................................................................................................ 10 1.
Tujuan Umum ..................................................................................... 10
2.
Tujuan Khusus .................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13 1.
Bagi Peneliti ........................................................................................ 13
2.
Bagi Sekolah ....................................................................................... 13
3.
Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 13
4.
Bagi Universitas……………………………………………………...14
F.
Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 15 A. Anak Sekolah ............................................................................................. 15 B. Kebutuhan Gizi Anak ................................................................................. 16 1.
Karbohidrat ......................................................................................... 16
2.
Protein ................................................................................................. 17
3.
Lemak ................................................................................................. 18
4.
Kebutuhan Energi ............................................................................... 19
C. Kekurangan Makronutrien ............................................................................ 20 D. Pola Konsumsi Makan .................................................................................. 21 E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makan ..................... 26 1.
Indeks Massa Tubuh (IMT) .............................................................. 26
2.
Umur ................................................................................................... 28
x
3.
Jenis Kelamin...................................................................................... 28
4.
Pengetahuan Gizi ................................................................................ 30
5.
Keyakinan, Nilai, dan Norma ............................................................. 31
6.
Kebutuhan Fisiologis Tubuh............................................................... 32
7.
Body Image/Citra Diri ........................................................................ 33
8.
Konsep Diri ......................................................................................... 34
9.
Pemilihan dan Arti Makanan ............................................................. 35
10.
Perkembangan Psikososial .................................................................. 35
11.
Kesehatan (Riwayat Penyakit) ............................................................ 36
12.
Tingkat Ekonomi Keluarga ................................................................. 37
13.
Pekerjaan ............................................................................................. 39
14.
Pendidikan Ibu .................................................................................... 40
15.
Pengalaman Individu .......................................................................... 41
16.
Sosial dan Budaya ............................................................................... 41
17.
Tempat Tinggal ................................................................................... 42
18.
Peran Orang Tua ................................................................................. 43
19.
Teman Sebaya ..................................................................................... 44
20.
Dampak Media Massa ........................................................................ 44
21.
Ketersediaan Pangan ........................................................................... 45
F.
Kerangka Teori........................................................................................... 46
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS……………………………………………………………………..Er ror! Bookmark not defined. A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 47 B. Definisi Operasional................................................................................... 51 C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 53 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………………...54 A. Desain Penelitian ........................................................................................ 54 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 54 C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 54 1.
Populasi............................................................................................... 54
2.
Sampel ................................................................................................ 55
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................................... 57 1.
Sumber Data ....................................................................................... 57
xi
2.
Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 58
3.
Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 62
4.
Uji Coba Instrumen ............................................................................. 63
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 65 1.
Teknik pengolahan data ...................................................................... 65
2.
Analisis Data ....................................................................................... 68
a.
Uji Normalitas ..................................................................................... 68
b.
Analisis Univariat……………………………………………………..68
c.
Analisis Bivariat………………………………………………………68
BAB V HASIL…………………………………………………………………..71 A. Analisis Univariat…………………………………………………………...71 1.
Gambaran Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................... 71
2.
Gambaran Karateristik Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ......................................................................................... 72
3.
Gambaran Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 73
4.
Gambaran Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ......................................................................................... 73
5.
Gambaran Peran Orang Tua Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 74
6.
Gambaran Pengetahuan Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 74
7.
Gambaran Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ......................................................................................... 75
B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 76 1.
Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ................................................. 76
2.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 77
3.
Hubungan Pendidikan ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 78
4.
Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 79
xii
5.
Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 80
6.
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 81
7.
Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 82
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 83 A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 83 B. Analisis Univariat ...................................................................................... 84 1. Gambaran Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda Jakarta Selatan Tahun 2015.................................................................................84 2. Gambaran Umur pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.............................................................................................89 3. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015................................................................................90 4. Gambaran Pendidikan Ibu pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015................................................................................91 5. Gambaran Besar Uang Jajan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015................................................................................91 6. Gambaran Peran Orang Tua pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015................................................................................92 7. Gambaran Pengetahuan Gizi pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015................................................................................93 8. Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.............................................................................................94 C. Analisis Bivariat..........................................................................................96 1.
Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015....................................96
2.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..............................97
3.
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.............................99 Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015................. 101 Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..................103
4. 5. 6.
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..................105
7.
Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa di MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015...........................107
xiii
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 109 A. Simpulan .................................................................................................. 109 B. Saran ......................................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
xiv
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan yang dapat diukur dari tujuan MDGs (Todaro, 2005). Millenium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia. Terdapat 8 sasaran MDGs, yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan tingkat dasar yang merata dan universal, memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, megurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, menanggulangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan, dan menjalin kerjasama global bagi perkembangan kesejahteraan. Indikator yang paling menentukan pada MDGs yang pertama adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (Depkes, 2011). Anak usia sekolah merupakan kelompok rawan yang pada masa perkembangannya sering mengalami masalah gizi (Anzarkusuma, 2014). Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi bandan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat untuk penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U).
1
2
Indikator status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak yaitu berat badan kurang (underweight), Pendek (stuning) dan kurus (Wasting) (WHO, 2005).
Gizi kurang merupakan gangguan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Kurang gizi pada awal kehidupan karena kurangnya zat gizi yang diterima ibu saat mengandung yang dapat menyebabkan janin mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah. Anak yang lahir akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi (Hadi, 2005). Anak usia sekolah merupakan anak yang rentan terhadap masalah gizi, terutama masalah kurang gizi. Oleh sebab itu, anak usia sekolah dijadikan sasaran dalam perbaikan gizi masyarakat guna mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas (Depkes, 2005). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Joshi, dkk (2011) yang menyatakan bahwa kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan dan kematian anak di negara-negara berkembang. Menurut Tahir (2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah pola konsumsi makan. Oleh karena itu, diperlukan gizi yang berkualitas untuk tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Selain itu anak usia sekolah juga dapat dijadikan media pembawa
3
perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri sendiri dan keluarganya (Depkes, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2012), dari tujuh faktor yang diteliti berhubungan dengan status gizi, ternyata didapatkan hasil dua faktor yang berhubungan secara statistik dengan satus gizi yaitu konsumsi energi dan dan konsumsi protein. Hal ini juga didukung oleh penelitian Yulni (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi pada anak sekolah. Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan sekitar 44,4 % anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang dari 70 % dari AKG (Angka Kecukupan Gizi) dan sebanyak 59,7 % anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi protein kurang dari 80% berdasarkan AKG (Kemenkes, 2010). Hasil survei konsumsi makanan individu Indonesia (2014) menunjukkan bahwa proporsi tingkat konsumsi energi penduduk di DKI Jakarta sudah mencapai ≥70% dari AKG (Balitbangkes, 2014). Menurut Hapsari (2009) pola konsumsi makan seimbang cenderung akan berdampak pada status gizi anak usia sekolah yang baik dan berlaku sebaliknya. Apabila pola konsumsi makan tidak baik, maka dapat berdampak pada gizi lebih atau bahkan gizi kurang (Anzarkusuma, 2014). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir, dkk (2013) yang menyatakan bahwa pola konsumsi makan dapat mempengaruhi status gizi anak.
4
Anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun) termasuk salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan energi dan protein (Yulni, 2013). Menurut hasil penelitian Taras (2005) bahwa kekurangan atau kelebihan zat gizi akan terlihat` dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar yang telah ditetapkan. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan berjalan cepat pada umur 10-12 tahun, dimana akan ada kenaikan berat badan per tahun mencapai 2,5 kg. Aktivitas pada anak usia sekolah semakin tinggi dan akan memperkuat kemampuan motoriknya. Menurut Worthington (2000), pola konsumsi makan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari IMT (Indeks Massa Tubuh), umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kenyakinan, nilai dan norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan fisiologis tubuh, body image/citra diri, konsep diri, perkembangan psikososial, kesehatan (riwayat penyakit) dan faktor eksternal yang meliputi tingkat ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan orang tua, sosial dan budaya, peran orang tua, teman sebaya, pengalaman individu, pengaruh media. Pada penelitian Panjaitan (2008) terdapat hubungan antara pola konsumsi makan dengan pendidikan, pengetahuan, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Pada penelitian Luciana, dkk (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan pola konsumsi makan anak.
5
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Rita
(2002)
menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi pangan (Farida, 2010). Hal ini juga didukung oleh Almatsier (2010) bahwa semakin tinggi umur maka asupan akan gizi akan semakan meningkat. Selain umur, peran orang tua juga salah satu faktor yang cukup memiliki pengaruh terhadap pola konsumsi makan. Bryant (2004) dalam penelitiannya membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan anak. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Karina, dkk (2014) yang menunjukkan bahwa peran orang tua, terutama ibu dapat mempengaruhi pola makan anak. Penelitian lain yang berhubungan dengan pola konsumsi makan, yaitu pada penelitian Sands (2003) menunjukkan bahwa sekitar 50 % anak perempuan berusia 9-12 tahun ingin memiliki tubuh lebih kurus dan lebih puas dengan citra tubuh mereka yang kurus, sehingga menyebabkan para anak perempuan memiliki gangguan dalam pola konsumsi makannya dan melakukan diet (Christina, 2014). Word Food Program/WFP dan UNESCO (2007) menemukan anak usia sekolah dasar di seluruh dunia sebanyak 60% mengalami gizi kurang (WFP, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi gizi kurang di Indonesia sebesar 13,9%. Prevalensi anak yang mengalami stunting di daerah perkotaan sebesar 7,1% lebih rendah daripada anak pedesaan yaitu sebesar 7,3% (Kemenkes, 2013).
6
Prevalensi pada anak usia 6-12 tahun atau anak usia sekolah di DKI Jakarta yang mengalami stunting mencapai (15,4%) dan kekurusan (5,8%) (Kemenkes, 2013). Berdasarkan penelitian Yudesti (2013) di Jakarta Selatan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun berdasarkan IMT ditemukan 3,7% anak usia sekolah mengalami status gizi kurang. Dengan proporsi anak usia sekolah sebesar 20,2% (BPS, 2011). Sedangkan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah di Jakarta Selatan khususnya Puskesmas Kalibata 2 diperoleh data sebesar 10% (Profil Puskesmas Kalibata 2, 2014). Hasil penelitian awal yang dilakukan di dua Madrasah ibtidaiyah (MI), terdapat 3% anak usia 9-12 tahun dengan status gizi kurang di MI Fatahillah dan terdapat 8% di MI Unwanul Huda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto (2009) bahwa terdapat perbedaan status gizi antara siswa sekolah dasar dengan siswa Madarasah Ibtidaiyah. Hal ini juga didukung oleh penelitian Hermina, dkk (1998) yang menjelaskan beberapa perbedaan antara SD dengan MI adalah jumlah siswa dan guru di SD lebih banyak daripada di MI, fasilitas seperti air bersih lebih memadai di SD daripada di MI, tingkat pendidikan guru di SD lebih tinggi daripada di mi, kurikulum belajar mengajar antara SD dan MI tidak ada perbedaan. Namun, pendidikan agama Islam lebih besar MI. Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan banyak sekali faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan. Untuk mengetahui seberapa besar permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi pada anak sekolah, maka dilakukanlah studi pendahuluan pada dua
7
sekolah yaitu di MI Unwanul Huda dan MI Fatahillah, Jakarta Selatan. Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan hasil dari MI Unwanul Huda menunjukkan pada anak usia 9-12 tahun memiliki pola konsumsi makan energi
sebanyak (75%)
siswa memiliki konsumsi energi <70% dan
protein <80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan sebanyak (80%) siswa memiliki konsumsi karbohidrat dan lemak <70% angka yang dianjurkan. Kemudian hasil dari Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah menunjukkan pada anak usia 9-12 tahun memiliki
pola konsumsi makan energi
sebanyak (65%) siswa memiliki konsumsi energi dan lemak sesuai dari angka yang dianjurkan AKG dan konsumsi protein 80% sesuai angka yang dianjurkan oleh AKG, sedangkan untuk konsumsi karbohidrat sebanyak (10%) siswa <70% dari angka yang danjurkan oleh AKG. Hal ini sejalan dengan penelitian Pahlevi (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein dengan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya masalah kesehatan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Hasil pengukuran terhadap pola konsumsi makan di Madrasah Ibtidaiyah Fatahilah lebih rendah dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, selain itu Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda belum pernah dijadikan lokasi penelitian mengenai pola konsumsi makan. Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pola
8
Konsumsi Makan pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. B. Rumusan Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan terkena masalah gizi yaitu kurang gizi. Anak sekolah dasar di seluruh dunia sebanyak 60% mengalami gizi kurang. Sedangkan prevalensi pada anak usia 6-12 tahun atau anak usia sekolah di DKI Jakarta yang mengalami stunting mencapai (15,4%) dan kekurusan (5,8%). Di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang dijadikan tempat penelitian ditemukan masalah kurang gizi sebesar 8% pada anak usia 9-12 tahun. Salah sau faktor yang dapat menyebabkan stunting dan kekurusan adalah pola konsumsi makan. Secara nasional di Indonesia menunjukkan sekitar 44,4% anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang dari 70 % dari AKG dan sebanyak 59,7% anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi protein kurang dari 80% berdasarkan AKG. Proporsi tingkat konsumsi energi penduduk di DKI Jakarta sudah mencapai ≥70% dari AKG. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Terdapat anak sekolah berumur 9-12 tahun sebanyak (75%) memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak kurang dari 70% angka kecukupan yang dianjurkan oleh AKG. Apabila hal ini berlangsung secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama, maka dampak kesehatan yang akan timbul adalah kondisi gizi kurang pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Hal ini telah dibuktikan
9
dengan ditemukannya masalah gizi kurang pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015”. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 2. Bagaimana gambaran umur pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 4. Bagaimana gambaran pendidikan ibu pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 5. Bagaimana gambaran besar uang jajan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 6. Bagaimana gambaran peran orang tua pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 7. Bagaimana gambaran pengetahuan gizi pada siswa Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
Madrasah
10
8. Bagaimana gambaran body image/citra diri pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 9. Apakah ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 10. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 11. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 12. Apakah ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 13. Apakah ada hubungn antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 14. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015? 15. Apakah ada hubungan antara body image/citra diri dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
11
D. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya
gambaran
pola
konsumsi
makan
(energi,
karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda siswa di Jakarta Selatan Tahun 2015. b. Diketahuinya gambaran umur pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda siswa di Jakarta Selatan Tahun 2015. c. Diketahuinya gambaran jenis kelamin pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. d. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. e. Diketahuinya gambaran besar uang jajan pada siswa siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. f. Diketahuinya gambaran peran orang tua pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. g. Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.
12
h. Diketahuinya gambaran body image/citra diri pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. i. Diketahuinya hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. j. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. k. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda Tahun 2015. l. Diketahuinya hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. m. Diketahuinya hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. n. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa
13
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. o. Diketahuinya hubungan antara body image/citra diri dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengalaman yang tak ternilai dalam melakukan penelitian dan sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama kuliah serta dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan.
Selain itu, dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama yaitu terkait pola konsumsi pada siswa sekolah dasar. 2. Bagi Sekolah Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang data antropometri siswa dan keterkaitan antara faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi makan pada siswanya. 3. Bagi Peneliti Lain Memberikan informasi pada peneliti lainnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah
14
Ibtidiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan dan sebagai pembelajaran untuk peneliti lainnya dalam melakukan penelitian lanjutan. 4. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dapat memberikan masukan ilmu yang berguna dan sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil penelitian. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan November 2014Juni 2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini penting dilakukan karena masih terdapat siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan yang mempunyai angka kecukupan energi yang kurang dari 70% AKG.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Sekolah Anak sekolah adalah anak usia sekolah berusia 6-12 tahun. Anak usia sekolah mempunyai laju pertumbuhan fisik yang lambat tetapi konsisten. Mereka secara terus-menerus memperoleh pendewasaan dalam keterampilan motorik seperti kognitif, sosial, dan emosional. Pada masa ini anak memperoleh keterampilan yang memungkinkan untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya sendiri dan membentuk kebiasaan makan, serta jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, merupakan dasar bagi pola konsumsi makan dan asupan gizi anak selanjutnya (Almatsier, 2011). Namun pada anak sekolah usia 9-12 tahun sudah mulai memasuki masa tahap remaja awal yang mulai menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa (Arisman, 2009). Karateristik anak usia sekolah (6-12 tahun) akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Karateristik fisik/ jasmani: anak memiliki pertumbuhan lambat dan teratur, BB dan TB anak wanita lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki pada usia yang sama, pertumbuhan tulang, pertumbuhan gigi permanen, nafsu makan meningkat, dan timbul haid pada akhir masa ini.
15
16
2. Karateristik emosi: pada masa ini anak mulai memiliki rasa ingin tahu, suka berteman, dan tidak peduli terhadap lawan jenis. 3. Karateristik sosial: anak mulai suka bermain dan memiliki hubungan erat dengan teman sebayanya. 4. Karateristik intelektual: anak mulai suka berbicara dan mengeluarkan pendapat, memiliki minat yang besar dalam belajar dan keterampilan, ingin coba-coba, dan memiliki perhatian terhadap sesuatu yang singkat (Andriyani, 2012). B. Kebutuhan Gizi Anak 1. Karbohidrat Almatsier (2001) menyebutkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia. Fungsi karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses. Karbohidrat diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama sebagai sumber energi. Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Di dalam tubuh karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram karbohidrat akan menghasilkan empat kalori. Menurut besarnya molekul karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Karbohidrat
17
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian, kacangkacangan dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, beras, jagung. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. (Almatsier, 2001). 2. Protein Protein merupakan zat gizi yang paling penting. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein mempunyai fungsi
khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001). Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Selama pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama dengan kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh. Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada kecukupan untuk pertumbuhan, mutu protein
yang dimakan,
18
kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial yang saling melengkapi bila dimakan bersama, dan kecukupan asupan vitamin, mineral, dan energi (Soetardjo, 2011). Molekul protein mengandung fosfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 2004). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasil olahannya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain. kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi (Almatsier, 2001). 3. Lemak Lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia. Lipida mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut nonpolat, seperti etanol, eter, kloroform, dan benzene. Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus yang pada satu ujungnya mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lain gugus metil (CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap, yang berkisar antara empat hingga dua puluh dua karbon (Almatsier, 2001).
19
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan sebagainya), mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging, dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alpukat) sangat sedikit mengandung lemak (Almatsier, 2010). 4. Kebutuhan Energi Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan aktivitas, pertumbuhan, dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012). Menurut Almatsier (2001) energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Dimana, karbohidrat menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan 5,65 kkal/g. Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang pada ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Pada anakanak, ibu hamil, dan ibu menyusi menggunakan kebutuhan energi untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi ASI yang sesuai dengan kesehatan. Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g,
20
sedangkan lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2001). Tabel 2.1 Angka Kecukupan Zat Gizi Anak di Indonesia Umur
Energi
Karbohidrat
Protein
Lemak
(Kkal)
(Kkal)
(g)
(g)
112
1600
220
35
62
27
130
1850
254
49
72
Laki-laki 10-12
34
142
2200
289
56
70
Perempuan
36
145
2000
275
60
67
Berat Badan
Tinggi Badan
(Kg)
(cm)
Anak 4-6
19
Anak 7-9
(Thn)
10-12
Sumber : AKG, 2013 C. Kekurangan Makronutrien Depkes RI (2002) menjelaskan masalah gizi makro merupakan masalah gizi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro. Terdapat dua manifestasi dari kekurangan zat gizi makro (kekurangan energi/KEK dan protein/KEP), yaitu marasmus dan kwashiorkor. Marasmus adalah gangguan pertumbuhan dan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan energi kronis. Marasmus banyak terjadi dan biasanya menimpa anak yang berumur dibawah 1 tahun. Anak yang mengalami marasmus ditandai dengan turunnya berat badan yang sangat drastis, berkurangnya otot dan lemak, wajah terlihat tua, sering kelihatan
21
waspada dan lapar. Marasmus sering disertai defisiensi vitamin terutama vitamin D dan vitamin A. Marasmus berpengaruh dalam jangka panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Sedangkan kwashiorkor adalah gangguan kekurangan protein, yang dapat terjadi juga pada konsumsi energi yang cukup atau lebih. Kwashiorkor ditandai dengan pertumbuhan terhambat, tidak ada nafsu makan, tidak gembira, kulit pecah-pecah, rambut mengalami depigmentasi. Kwashiorkor memiliki ciri khas yaitu terdapat edema pada perut, kaki, dan tangan serta kehadirannya berkaitan erat dengan albumin dalam serum (Almatsier, 2001). Keadaan kwashiorkor banyak dijumpai pada anak-anak yang terlambat disapi yaitu usia antara 2-3 tahun. D. Pola Konsumsi Makan Pola konsumsi makan adalah susunan makanan yang merupakan suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu (PERSAGI, 2009). Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi makan
menggambarkan berbagai macam makanan yang dikonsumsi
seseorang setiap hari akibat pengaruh dari psikologi, fisiologi, budaya, dan sosial. Pada kelompok usia anak sekolah, pertumbuhan fisik secara kognitif, sosial dan emosional, terus mengalami pertambahan yang signifikan serta aktivitas fisik yang meningkat. Sehingga dibutuhkan makanan yang proporsional, seperti jumlah yang cukup dan mutu yang baik.
22
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola konsumsi makan
dan asupan gizi yang tidak terlalu berbeda dengan teman
sebayanya. Pada anak usia sekolah jumlah dan variasi makanan yang dimakan akan bertambah, tetapi banyak diantara mereka yang tetap menolak sayuran dan makanan yang dicampur seperti gado-gado, pecel, dan sayur asam. Anak usia sekolah lebih menyukai makanan jajanan seperti mi bakso, siomay, gorengan, dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier, 2011). Kecukupan gizi anak sekolah harus memenuhi menu gizi seimbang yang
sesuai
dengan
banyaknya
aktivitas
anak,
makanan
harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Andriyani, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Yelni (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi, penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwan asupan zat gizi makro seperti energi, karbohidrat, protein, dan lemak dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pola konsumsi makan dapat berhubungan erat dengan berbagai jenis penyakit. Tubuh membutuhkan asupan zat gizi yang cukup untuk melakukan aktivitas dan mencegah berbagai jenis penyakit. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu serta akan mengalami penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan produktivitas kerja. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
23
penyakit infeksi yang selanjutnya akan berdampak pada kematian (Hardiansyah & D. Briawan, 2005) dalam (Puji, 2011). Pola Konsumsi makan dapat diukur melalui dua survei yaitu suvei memberikan informasi kualitatif dan survei memberikan informasi kuantitatif. Kedua survei tersebut terdiri dari metode food recall 3x24 jam, metode pencatatan makan (food records), dan kuesioner frekuensi makanan. Hal tersebut digunakan untuk mengukur konsumsi makan individu. Metode pengukuran pola konsumsi makan dibagi menjadi 3 yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Metode food recall 3x24 jam Metode food recall adalah wawancara asupan makanan dalam 3x24 jam yang lalu. Untuk membantu mengingat
banyaknya
makanan, maka digunakannya food model atau ukuran porsi. Asupan nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan makanan. Recall 3x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 3x24 jam yang lalu, pencatatan di deskripsikan secara mendetail oleh pewawancara yang sebaiknya dilakukan berulang pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari. Metode food recall ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut (Gibson, 2005): a. Kelebihan metode recall 24 jam antara lain:
24
1) Berguna untuk rata-rata asupan sehari-hari dalam populasi 2) Penggunaannya sangat mudah 3) Hasilnya representatif 4) Dapat digunakan secara internasional, untuk melihat hubungan asupan makanan dan penyakit kronis. b. Kelemahan metode recall 24 jam diantaranya: 1) Tidak bisa menunjukkan kebiasaan makan 2) Membutuhkan daya ingat yang kuat 3) Tidak dianjurkan untuk lansia dan anak kecil. 2. Metode estimati pencatatan makan (estimated food records) Metode ini adalah
metode mencatat semua makanan dan
minuman termasuk snack yang telah dimakan dari periode 1 sampai 7 hari, digunakan untuk mengukur asupan di rumah tangga dan asupan makan individu sehari-hari. Asupan nutrisi dapat dikur dengan menggunakan data komposisi makanan. Pengukuran bergantung pada hari saat dilakukannya pencatatan. Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh food records diantaranya: a. Kelebihan food records antara lain: 1) Dapat digunakan untuk individu 2) Dapat digunakan untuk konsultasi diet 3) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar 4) Dapat mengetahui konsumsi zat gizi dalam sehari 5) Sampel makanan dapay disimpan individu. b. Kelemahan food records diantaranya:
25
1) Responden harus bersedia 2) Mahal 3) Metodenya cepat 4) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf 5) Sangat bergantung pada motivasi responden (Gibson, 2005). 3. Kuesioner Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire) Kuesioner frekuensi makan
menggunakan daftar makanan
yang spesifik untuk mencatat asupan makanan selama periode waktu tertentu (hari, minggu, bulan, tahun). Pencatatan ini menggunakan interview atau kuesioner yang diisi sendiri. Kuesioner bisa semi kuantitatif, ketika subjek menanyakan ukuran porsi yang digunakan setiap makanan, dengan atau tanpa menggunakan food model. Di samping itu, metode ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, diantaranya: a. Kelebihan metode kuesioner frekuensi makan 1) Dapat menggambarkan data asupan sehari-hari pada periode yang lama 2) Digunakan pada studi epidemologi untuk tingkatan subjek yang dikategorikan rendah, sedang, atau tinggi asupan makanan, komponen makanan atau nutrisi 3) Untuk mengukur prevalensi atau statistik kesakitan dari penyakit. 4) Bisa juga menggambarkan model hubungan kekurangan asupan terhadap nutrisi yang spesifik.
26
b. Kelemahan metode kuesioner frekuensi makan : 1) Metodenya cepat. 2) Dibutuhkannya tingkat repons yang tinggi 3) Akurasinya rendah dibandingkan metode
yang
lainnya
(Gibson, 2005). E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makan Worthington (2000), banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan diantaranya adalah meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas anak sekolah merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan anak yang terus meningkat, hal ini akan berdampak pada pola konsumsi makan anak tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan menurut Worthington (2000) membaginya menjadi dua yaitu faktor internal yang terdiri dari IMT, umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kenyakinan, nilai, dan norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan fisiologis tubuh, body image/citra
diri, konsep diri, perkembangan psikososial, kesehatan
(riwayat penyakit) dan faktor eksternal yang meliputi tingkat ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan orang tua, sosial dan budaya, peran orang tua, teman sebaya, pengalaman individu, pengaruh media. 1. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks massa tubuh (IMT) merupakan perbandingan (rasio) dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang sering digunakan untuk mengetahui kategori berat badan seperti kurang, normal, lebih atau obes (Supariasa, 2001). Metode ini membutuhkan
27
dua pengukuran sekaligus yaitu pengukuran berat badan yang diukur menggunakan timbangan seca (ketelitian 0,1 kg) dan pengukuran tinggi badan yang diukur menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm). Berdasarkan hasil penelitian Togo (2001) Menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara body massa index dengan pola konsumsi makan. Hal in juga didukung oleh hasil penelitian Hendrik (2011) dalam Tienne (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan anatara asupan energi dengan Indeks Mass Tubuh (IMT) yaitu. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan akan dimasukan ke dalam rumus IMT, sebagai berikut: Tabel 2.2 Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT =
Berat badan (kg) Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
Tabel 2. 3 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT
Kategori
< 17 kg/m2
Sangat Kurus
17 – 18,4 kg/m2
Kurus
18,5 – 25 kg/m2
Normal
25,1- 27 kg/m2
Gemuk
> 27 kg/m2
Sangat gemuk/ obese
Sumber: Depkes, 2004
28
2.
Umur Menurut Depkes (2008) dalam Farida (2011) umur merupakan waktu hidup yang dinilai dalam tahun dengan melakukan pembulatan ke bawah atau pada ulang tahun terakhir. Kelompok anak menurut usia dibagi menjadi tiga golongan yaitu anak usia prasekolah (1-6 tahun), dan anak usia sekolah (6-12 tahun) (Kemenkes, 2013). Komposisi tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah, yakni sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga, dan sebagainya. Sehingga anak memerlukan energi lebih banyak. Semakin tinggi umur, semakin tinggi juga kebutuhan gizinya (Kurniasih, dkk, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Lucy, dkk (2005) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan, dimana semakin tinggi umur makan akan semakin tinggi pula asupan makannya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rita (2002) dalam Farida (2010) yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan.
3. Jenis Kelamin Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal kebutuhan gizi seseorang. Kebutuhan gizi antara laki-laki dan perempuan sangat berbeda, hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan
29
laki-laki dan perempuan juga berbeda. Dimana laki-laki selalu menjadi prioritas dalam keluarga (Apriadji, 1986). Sejak awal usia kanak-kanak dapat diakui bahwa variasi asupan makanan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Survei pola makan di Eropa memperhatikan perbedaan konsumsi makan antara pria dan wanita. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kaum pria di Eropa memiliki asupan seperti produk daging, alkohol, dan gula yang lebih tinggi dari asupan wanita di Eropa. Sedangkan asupan seperti buah, sayuran dan produk rendah lemak pria di Eropa mengkonsumsi asupan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian di Eropa bahwa pria lebih menyukai makanan yang tinggi lemak, karbohidrat, protein, gula dan alkohol. Sedangkan wanita lebih menyukai makanan seperti buah, sayur, dan produk rendah lemak, sehingga tidak heran jika terjadi defisiensi makronutrien pada wanita (Gibney dkk, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Worthtington, dkk, (2006) mengatakan bahwa anak laki-laki usia sekolah mengkonsumsi asupan energi dan zat gizi lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan, karena nafsu makan pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal itu, sejalan dengan penelitian Suci (2009) bahwa anak laki-laki lebih suka mengkonsumsi makanan jajanan tinggi energi dan karbohat dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Lucy, dkk (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
30
pola konsumsi makan. Namun, hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Puji (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola makan. 4. Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang yang didapat dengan
menggunakan
penginderaan
terhadap
objek
sampai
menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian
dan
persepsi
terhadap
objek
(Notoadmojo,
2010).
Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku makannya. Pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya (Notoatmojo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian Sofianta, dkk (2015) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi anak dengan kebiasaan konsumsi sarapan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aminah (2007) dalam Mardhina, dkk (2014) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa tentang pola makan sehat dengan perilaku pola makan sehat pada mahasiswa kost, artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Khomsan (2000) yang menyatakan pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukan pemahaman responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi
31
dan kesehatan. Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan. Berdasarkan hasil penelitian Puji (2011) menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pola makan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyorini (2010) dalam Sada (2012) yang mengemukakan, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan remaja putri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukandar (2009) dalam Widyantara (2013) yang menyatakan bahwa pengaruh pengetahuan gizi dengan konsumsi makan tidak selalu linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, belum tentu konsumsi makan yang diterapkan akan baik. Karena konsumsi makan jarang dipengaruhi langsung oleh pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan keterampilan gizi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan cenderung memilih makanan yang murah dengan kandungan nilai gizi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan tiap orang. 5. Keyakinan, Nilai, dan Norma Pada masyarakat tertentu, terdapat suatu pernyataan yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keprihatian seseorang maka akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dapat dicapainya. Keprihatian ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu (Suhardjo, 2006).
32
Berdasarkan penelitian Suhardjo (2006) menyatakan bahwa keyakinan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Deboran (2012) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara suku di Amerika dengan suku di Afrika terhadap pola makan, yang artinya masing-masing suku mempunyai kenyakinan, nilai, dan norma terhadap pola makannya. 6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh Kebutuhan fisiologis tubuh setiap individu berbeda, hal ini dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan gizi setiap individu. Sebagai contoh, kebutuhan fisiologis tubuh ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, lansia dan orang yang sedang sakit akan berbeda kebutuhan gizinya dengan orang yang sehat. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis tubuh dapat berperan dalam menentukan pola konsumsi individu dan pemilihan makanan untuk dikonsumsi (Suhardjo, 2006). Perkembangan fisik dan sosial membuat anak mengalami peningkatan
nafsu
makan
peningkatan
konsumsi
yang
makanan.
secara Karena
alami
menyebabkan
anak-anak
banyak
menghabiskan waktu di sekolah dibandingkan di rumah, sehingga terjadi peningkatan aktivitas fisik yang berdampak pada peningkatan pola konsumsi makan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan fisiologis tubuh anak sekolah akan berbeda dengan kebutuhan fisiologis tubuh anak pra sekolah, karena terjadi peningkatan aktivitas fisik yang banyak membutuhkan asupan zat gizi (Almatsier, 2011).
33
7. Body Image/Citra Diri Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan konsumsinya. Semakin negatif persepsi body image maka akan cenderung mengurangi frekuensi makannya (Dachlan, 2012). Menurut penelitian Sands, Wardle (2003) dalam Christina (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pandangan citra tubuh pada anak usia 9-12 tahun dengan pola konsumsi, termasuk perilaku. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chairah (2012) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara body image dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa semakin positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin buruk pola makannya. Hal ini sependapat dengan Emilia (2009) yang menyatakan bahwa gangguan body image pada remaja berhubungan dengan masalah makan, pola makan yang tidak sehat, dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya yang dapat diidentifikasi melalui persepsi ukuran tubuh, subjektif dan aspek perilaku seseorang yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Namun, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Daryono (2003) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara body image dengan konsumsi energi sehari.
34
8. Konsep Diri Konsep diri merupakan cara pandang manusia dalam melakukan penilaian pada dirinya sendiri, yang erat kaitannya dengan motivasi diri dan berpengaruh terhadap perfomance seseorang khususnya
bidang
akademis.
Langkah
paling
efektif
dalam
menumbuhkan konsep diri pada anak adalah terjalinnya komunikasi antara orang tua dan anak, hingga anak mau atau mampu mengungkapkan kegelisahan terhadap proses perkembangan fisiknya. Sebagai contoh, apabila anak merasa dirinya lebih gemuk dari temantemannya dan berniat untuk berdiet keras dengan tujuan untuk mencapai berat badan seimbang. Hal yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah mengajak anak untuk berkomunikasi mengenai pola dan tata cara diet yang tepat, dan menyarankan anak untuk menghindari diet yang terlalu keras karena dapat mengganggu kesesehatan. Sehingga cara yang paling tepat untuk mendapatkan berat badan seimbang adalah dengan pola konsumsi makan makanan yang seimbang (Puspitasari, 2007). 9. Pemilihan dan Arti Makanan Pemilihan makan merupakan usaha atau kekuataan untuk menahan kemauan dalam mengendalikan makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi cita rasa, suasa hati, dan kualitas. Makanan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap zat gizi individu. Pada pemilihan makan bagi individu banyak melibatkan interaksi kompleks yang mencakup berbagai bidang seperti biologis, psikologis, sosial dan
35
budaya, dan kesehatan. Selain itu, adapula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan makan individu seperti cita rasa, harga, kualitas, kesukaan, selera, dll. Menurut ahli gizi, faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan makan merupakan hasil dasar untuk membantu efektivitas penuangan tujuan gizi ke dalam perilaku konsumen (Gibney, 2005). Pemilihan makanan atau penerimaan terhadap makanan dan pola perkembangan pilihan makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang multikompleks seperti kecukupan asupan makanan, ketersediaan makan, budaya, lingkungan, dan interaksi sosial (Almatsier, 2011). Berdasarkan hasil penelitian luas yang dilakukan di Eropa tentang berbagai pengaruh pemilihan makanan. Terdapat lima variabel yang merupakan faktor penting yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan makan seperti kualitas dan kesegaran makanan, harga, cita rasa, upaya konsumsi makanan sehat, dan kesukaan keluarga (Gibney, 2005). 10. Perkembangan Psikososial Perkembangan psikososial merupakan berbagai kejadian dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan juga mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Pola konsumsi merupakan keadaan psikososial individu yang berdampak terhadap perilaku individu. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik, akan
36
cenderung lebih baik dalam mengonsumsi dan memilih makanan, demikian pula sebaliknya (Chaplin, 2004) dalam Farida (2010). Perkembangan psikososial pada anak sekolah berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkungannya seperti anak sudah bisa bermain dengan teman-temannya. Pada masa ini anak perlu mendapat dukungan dari orang tua dan diperkenalkan cara beradaptasi di lingkungan baru. Pada usia ini, anak akan mulai belajar mandiri secara fisik seperti berlari, berjalan, dan berkelana tanpa dibantu oleh orang dewasa lagi. Hambatan yang akan terjadi pada masa ini adalah anak akan mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, dan bisa menjadi pemalu apabila orang tua tidak memberikan kebebasan dan bersifat overprotektif (Andriani, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Tienne (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status psikososial dengan konsumsi pangan. 11. Kesehatan (Riwayat Penyakit) Menurut Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun, pada kondisi tubuh yang kurang sehat dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut akan
37
berdampak pada keadaan infeksi yang akut pada tubuh. Secara patologis mekanismenya adalah penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat perdarahan yang terus-menerus, meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat di dalam tubuh dan toleransi terhadap makanan yang dapat memperburuk status gizi (Supariasa, et al., 2002). Berkurangnya nafsu makan dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkna menurunnya asupan makan, sehingga berat badan pun akan menurun dan berdampak pada status gizi Suhardjo (1989) dalam Rezkina (2013). Berdasarkan hasil penelitian Fatimah, dkk (2008) menunjukkan bahwa faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Tahir (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan status gizi yang akan berdampak pada pola konsumsi makannya. 12. Tingkat Ekonomi Keluarga Tingkat ekonomi keluarga merupakan kemampuan finansial yang dapat dihasilkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga, maka akan semakin baik tingkat konsumsi makanan yang akan dimakan, begitu juga sebaliknya. Keluarga dengan pendapatan terbatas akan cenderung kurang
38
memperhatikan kebutuhan makanannya terutama kebutuhan zat gizi dalam tubuh (Apriadji, 1986). Pendapatan merupakan pengaruh yang kuat terhadap status gizi. Setiap kenaikan pendapatan umumnya mempunyai dampak langsung terhadap status gizi penduduk. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Berdasarkan hasil penelitian Luciana, dkk (2012) menyatakan ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pola makan anak. Namun, hal ini tidak sejalan dengan Tahir, dkk (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi yang berdampak pada pola konsumsi makannya. Pendapatan pada anak berupa uang jajan (Pahlevi, 2012). Uang jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak untuk membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan pada anak dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan adalah hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan keinginan mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas. Pemberian uang jajan juga dapat mempengaruhi kebiasaan jajan dalam membeli makanan pada anak usia sekolah (Aprillia, 2011).
39
Berdasarkan hasil penelitian Syafitri (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara alokasi uang saku untuk membeli jajanan dengan jumlah jenis makanan jajanan yang dibeli siswa. Artinya semakin besar alokasi uang saku untuk membeli jajanan maka jumlah jenis jajanan yang dibeli akan semakin besar pula. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Getruida (2010) yang menyatakan tidak ada perbedaan bernakna antara uang jajan dengan status gizi. Artinya, uang jajan tidak dapat mempengaruhi anak dalam membeli makanan yang akan berdampak pada status gizi. Hal ini dapat dismpulkan, bahwa tingkat ekonomi keluarga yang tinggi akan berdampak tinggi juga pada pemberian uang saku. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil bagian dari ekonomi keluarga yaitu jumlah uang jajan yang diberikan orang tua kepada anak, bukan jumlah pendapatan dalam keluarga. 13. Pekerjaan Menurut Depkes (2008), pekerjaan adalah jenis kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan penghasilan terbesar. Menurut Hariyani (2011), pekerjaan kepala rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jenis pekerjaan berhubungan erat dengan pendapatan yang merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan dikonsumsi (Suhardjo, 1989). Berdasarkan hasil penelitian Wahida
40
(2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan kepala rumah tangga dengan pola konsumsi makan. 14. Pendidikan Ibu Menurut Notoadmojo (2003), pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan menurut Depkes (2008), pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh seseorang. Pendidikan ibu merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai
pengetahuan
yang
tinggi,
karena
orang
yang
berpendidikan tinggi biasanya lebih mudah untuk menyerap informasi. Faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan dalam hal apapun termasuk gizi (Apriadji, 1986). Pola konsumsi makan yang sehat cenderung dilakukan oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini diasumsikan karena mereka lebih sadar akan kesehatan sehingga mempunyai gaya hidup yang lebih sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat membantu dalam pembentukan konsep antara hubungan
41
pola konsumsi makan dan kesehatan pada individu (Gibney et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian Mufidah (2008) menunjukkan bahwa pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pahlevi (2012) yang menyatakan bahwa terdapa hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi yang berdampak pada pola makannya. 15. Pengalaman Individu Pengalaman individu dapat bermula dari perjalanan hidup individu itu sendiri. Salah satunya adalah pengalaman dalam pola konsumsi. Setiap individu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis, jumlah makanan tertentu, ada yang suka dan tidak suka/pantang mengonsumsi makanan tertentu dengan berbagai macam
alasan,
seperti seseorang tidak mau mengonsumsi makanan seafood karena berdasarkan pengalaman pribadi, makanan tersebut menimbulkan alergi atau memiliki rasa yang kurang enak dan lain-lain (Suhardjo, 2006). Menurut Moehji (2005) dalam Anzarkusuma (2014) bahwa salah faktor yang banyak mempengaruhi kebiasaan makan anak adalah pengalaman-pengalaman. 16. Sosial dan Budaya Kebiasaan makan penduduk dapat terbentuk oleh unsur sosial dan budaya, namun hal ini kadang bertentangan dengan prinsip ilmu
42
gizi. Berbagai macam budaya memberikan peran dan nilai yang berbeda-berbeda terhadap pangan atau makanan yang dikonsumsi. Masih adanya bahan makanan yang dianggap tabu oleh suatu budaya masyarakat dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu (Suhardjo, 2006). Menurut penelitian Mufidah (2012) salah satu dari faktor yang ikut mendukung terciptanya sensasi kesenangan pada pola makan masyarakat perkotaan khususnya di Surabaya adalah faktor lingkungan. Terutama lingkungan sosial. 17. Tempat Tinggal Menurut Depkes (2008), tempat tinggal adalah lokasi rumah seseorang yang dibedakan menjadi perkotaan dan pedesaan. Indikator yang digunakan untuk menentukan suatu kelurahan termasuk daerah perkotaan atau pedesaan adalah indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya dibedakan pada tiga variabel, yaitu: kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum (BPS, 2007). Mufidah (2012) menyatakan bahwa pola konsumsi dipengaruhi oleh sekitar tempat tinggal, lingkungan pekerjaan dan pergaulan. Jika tidak mengikuti apa yang lingkungan mereka lakukan, maka pasti akan dikucilkan dari lingkungan tersebut. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Mangdy (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan anak dengan tempat tinggal di perkotaan dan pedesaan.
43
18. Peran Orang Tua Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk perilaku anak, terutama perilaku konsumsi makan. Ibu yang memiliki peran utama dalam membentuk perilaku makan anaknya. Orang tua berfungsi sebagai promosi kesehatan (prinsip gizi seimbang) pada keluarga. Semakin sering keluarga melakukan promosi kesehatan gizi pada anak dan anggota keluarga lainnya maka perilaku gizi keluarga semakin baik yang terutama pada perilaku konsumsinya (Almatsier, 2011). Orang tua berpengaruh terhadap pola makan anak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, dan berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga dapat berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola makan anak (Almatsier, 2011). Karena pola kebiasaan makan anak berawal dari orang tua (Worthington, 2000). Menurut Worthington (2000) bahwa peran keluarga berpengaruh terhadap ketersediaan makan, pengetahuan gizi, dan kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan. Berdasarkan hasil penelitian Bryant (2004) menyatakan peran orang tua sangat berpengaruh terhadap pola makan anak. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Mandy (2014) yang menyatakan bahwa
44
ada hubungan antara peran orang tua dengan peningkatan asupan makan anak. 19. Teman Sebaya Teman atau kelompok sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pemilihan makan individu, yang mulai mempengaruhi sejak anak mulai sekolah. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan gizi yang terabaikan, sehingga
tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi
tersebut. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial, agar mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Hal yang paling penting agar diterima oleh teman sebaya adalah pemilihan makan individu tersebut (Barker, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Anita (2012) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan dan makan 3 kali sehari ialah acuan teman sebaya. 20. Dampak Media Massa Media massa adalah faktor eksternal yang mengubah perilaku khalayak melalui proses belajar sosial dengan memberikan efek komunikasi berupa penambahan pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku (Rakhmat, 1991 dalam Lestari, 2013). Anak umur 5-10 tahun lebih sering menonton iklan daripada anak umur 1112 tahun. Anak yang lebih tua dapat menyadari tujuan komersial dari iklan, yaitu untuk menjual produk bukan untuk hiburan atau pendidikan (Almatsier, 2011).
45
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh WorthingtonRoberts dan Rodwell Williams (2000) dalam Almatsier (2011) menunjukkan bahwa anak-anak banyak menghabiskan waktu di depan TV, terutama pada hari libur. Hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku anak, termasuk terhadap pola konsumsinya. Hasil penelitian Febry, dkk (2011) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara daya tarik iklan berupa pesan dalam iklan dengan konsumsi soft drink. Adanya hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa daya tarik iklan di media massa akan mempengaruhi frekuensi konsumsi makan. Hal ini didkukung oleh hasil penelitian Kathrine (2001) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan televisi yang sering dengan tingkat konsumsi energi anak. 21. Ketersediaan Pangan Ketersediaan
pangan
dapat
diartikan
sebagai
kondisi
penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Worthington, 2000). Asupan zat gizi seperti energi dan protein dapat dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga dan apabila tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi (Depkes, 2002). Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan dalam keluarga, harga bahan makanan, dan tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan (Apriadji, 1986).
46
Menurut Safawi (2009) dalam Hermansyah (2010) faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai selain perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan anak. F. Kerangka Teori Faktor Individu: 1. IMT 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pengetahuan Gizi 5. Kenyakinan, nilai, dan norma 6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh 7. Body Image/Citra Diri 8. Konsep Diri 9. Pemilihan dan Arti Makanan 10. Perkembangan Psikososial 11. Kesehatan (Riwayat Penyakit) Pola Konsumsi Makan Siswa
Faktor Lingkungan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tingkat Ekonomi Keluarga Pekerjaan Pendidikan Orang tua Tempat Tinggal Sosial Budaya Peran Orang Tua Teman Sebaya Pengalaman individu Iklan/ Media Massa
Sumber: Modifikasi Worthington (2000), Gibney (2005), Christina (2014), Sofianta (2015). Bagan 2. 1 Kerangka Teori
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Banyak faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah. Berdasarkan kerangka teori yang disebutkan pada bab sebelumnya, ada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pola konsumsi makan pada siswa Madrasah sedangkan variabel independennya adalah umur, jenis kelamin, uang jajan, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, dan body image. Adapun variabel yang diteliti pada penelitian ini diantaranya: 1. Umur Umur seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dan kebutuhan energi. Hal ini, disebabkan terjadinya perubahan komposisi tubuh seiring dengan bertambahnya umur. Sehingga dibutuhkan energi dan kebutuhan zat gizi yang dapat terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti mengambil variabel umur untuk melihat pola konsumsi makan antara umur 9 tahun hingga 12 tahun. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan faktor
yang dapat membedakan pola
konsumsi makan. Pertumbuhan, perkembangan, dan massa otot individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, menyebabkan laki-laki memiliki pola konsumsi makan lebih banyak
47
48
dibandingkan perempuan. Oleh sebab itu, peneliti mengambil variabel jenis kelamin untuk melihat perbedaan pola konsumsi makan antara laki-laki dan perempuan. 3. Pendidikan ibu Pendidikan ibu dapat mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap penerapan pola konsumsi makan di rumah. Pengetahuan seseorang yang baik dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Peneliti mengambil variabel pendidikan ibu, karena pendidikan ibu dianggap dapat mempengaruhi pola konsumsi makan siswa di rumah. 4. Besar uang jajan Besar uang jajan dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak. Semakin tinggi uang jajan yang diterima maka semakin banyak jenis dan jumlah makanan yang dapat dibeli untuk dikonsumsi. 5. Peran orang tua Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orang tua memiliki peran penting yang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak, terutama peran ibu di rumah dalam menyediakan makanan untuk anak. Oleh karena itu, peneliti mengambil variabel peran orang tua, untuk melihat pengaruhi peran orang tua terhadap pola konsumsi makan anak di rumah. 6. Pengetahuan gizi anak Pengetahuan gizi anak dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak. Karena pengetahuan yang diterima dapat berupa informasi yang
49
dapat diterapkan pada perilaku pola konsumsi makan. Oleh karena itu, peneliti mengambil pengetahuan gizi anak untuk melihat apakah pendidikan gizi yang diberikan di sekolah dapat diterapkan pada pola konsumsi makan anak. 7. Body image Body image dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak terutama anak perempuan. Karena pada anak perempuan yang telah memasuki tahap remaja awal, umumnya sudah mulai memperhatikan bentuk tubuhnya sehingga cenderung mempengaruhi pola konsumsi makan. Pada penelitian ini variabel body image diambil karena pada anak umur 9-12 tahun mulai memasuki tahap remaja awal. Namun, tidak semua faktor dalam kerangka teori menjadi variabel dalam penelitian ini. Faktor-faktor internal yang akan diteliti adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang akan diteliti adalah pendidikan ibu, besar uang jajan, peran orang tua, pengetahuan gizi, media massa, dan body image. IMT (Indeks Massa Tubuh) tidak menjadi variabel penelitian karena IMT merupakan status gizi, dimana pada penelitian ini hanya sampai pada pola konsumsi makan. Status gizi memiliki faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhinya. Pengalaman individu tidak menjadi variabel penelitian karena keterbatasan dari responden untuk mengingat. Begitupula dengan faktor nilai, norma dan keyakinan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda merupakan sekolah Islam sehingga dapat dipastikan nilai dan norma yang dianut adalah Islam, sehingga data yang diperoleh akan homogen. Sosial budaya tidak diambil karena
50
sebagian besar responden adalah penduduk asli Betawi sehingga dapat dipastikan data yang diperoleh akan homogen. Kebutuhan fisiologis tubuh sudah dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin sehingga tidak perlu diteliti lagi.
Berdasarkan kerangka teori, maka disusunlah kerangka
konsep sebagai berikut
Umur Jenis kelamin Pendidikan Ibu Besar Uang Jajan Peran Orang Tua
Pengetahuan Gizi Body Image massa
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Pola Konsumsi Makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak)
51
B. Defenisi Operasional Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No.
Nama Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Pengukuran
Variabel Depeden 1
Pola konsumsi kecukupan zat gizi energi, Lembar Food makan karbohidrat, protein, dan recall 3x24 jam lemak sesuai dengan AKG dan food model yang dikonsumsi siswa dan dihitung berdasarkan recall 3x24 jam secara berselingan.
Variabel Indipenden 2 Umur Lamanya waktu hidup responden yang dimulai dari sejak lahir hingga ulang tahun terakhir 3 Jenis kelamin Perbedaan gender responden yang didapat sejak lahir dan dibedakan berdasarkan perempuan dan laki-laki. 4 Pendidikan Jenjang pendidikan formal Ibu terakhir yang ditempuh oleh ibu
Wawancara menggunakan metode food recall 3x24 jam
1. Kurang <70% 2. Cukup ≥70% (AKG, 2013)
Ordinal
Kuesioner
Wawancara
Tahun
Kuesioner
Wawancara
1. Perempuan 2. Laki-laki
Nominal
Kuesioner
Wawancara
1. 2. 3. 4. 5.
Ordinal
Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Rasio
52
No.
5 6
7
8
Nama Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Uang Jumlah uang yang diberikan orang tua kepada anaknya orang Persepsi responden terhadap posisi dan upaya orang tua yang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan responden Pengetahuan kemampuan responden dalam gizi menjawab pertanyaan benar pada kuesioner yang dapat mempengaruhi persepsi dalam mengkonsumsi makan
Kuesioner
Wawancara
Rupiah
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
Body image
Kuesioner
Wawancara
1. Tidak ada pengaruh (<50%) 2. Ada pengaruh (≥50%) (Dilapangan, 2008) 1. Kurang, jika jawaban benar (<60%) 2. Baik, jika jawaban benar (≥60%) (Khomsan, 2000) 1. Negatif (<61) 2. Positif (≥61) (Daryono, 2003)
Besar jajan Peran tua
Persepsi, sikap, dan kenyakinan anak terhadap tubuhnya yang meliputi bentuk dan penampilan.
Hasil Ukur
Skala Pengukuran Rasio Ordinal
Ordinal
Ordinal
C. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 4. Ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 5. Ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 6. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 7. Ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
53
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode epidemiologi analitik dengan desain studi cross sectional dimana pengukuran variabel dependen yaitu pola konsumsi makan dan variabel indipenden diantaranya umur, jenis kelamin, besar uang jajan, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, dan body image yang dilakukan dalam waktu yang sama. Desain studi ini dipilih karena mudah dilakukan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu serta hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, Jakarta Selatan pada bulan November 2014 -Juni 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4-6 yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang berjumlah 200 orang, dengan jumlah putra sebesar 110 orang (55%) dan jumlah putri sebesar 90 orang (45%).
53
54
2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, Jakarta Selatan yang berjumlah 133 siswa. a. Besar Sampel Besar sampel ditentukan dengan rumus uji beda dua proporsi untuk two tail yang digunakan untuk menguji hipotesis yang memiliki sifat two tail, yaitu ingin melihat ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dan variabel indipenden. Berikut adalah rumus uji beda dua proporsi: Rumus *
⁄
√ ̅(
̅)
√ ( (
)
(
)+
) (Lemeshow, 1997)
Keterangan: n
= Jumlah sampel minimal yang diperlukan
⁄
= Nilai baku distribusi normal (1,96)
= Nilai baku distribusi normal (95%) P1
= Proporsi anak sekolah yang pola konsumsinya rendah dan pengetahuan tentang gizinya rendah berdasarkan penelitian
terdahulu. Didapatkan dari jumlah pola
konsumsi makan yang rendah pada anak laki-laki.
55
P2
= Proporsi anak sekolah yang pola konsumsi makan yang rendah
dan
pengetahuan
tentang
gizinya
tinggi
berdasarkan penelitian sebelumnya. Didapatkan dari jumlah pola konsumsi rendah pada anak perempuan. ̅
= (P1+P2)/2. Tabel 4. 1 Besar Sampel Minimal Menurut Variabel yang Diteliti Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelumnya
Indipenden
Dependen
P1
P2
Sampel
Referensi
Jenis Kelamin
0,6%
0,4%
133
Risa, Kolopaking 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Pendidikan Ibu
0,469%
0,2682%
112
Risa, K
Pengetahuan
0,7%
0,3%
126
Juju, Widyaningsih , 2010 Jurnal Kesehatan
0,819%
0,191%
11
Risa, Kolopaking 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Media Massa
0,772%
0,228%
16
Risa, dkk. 2009 Jurnal Publikasi ilmiah
Body Image
0,956%
0,044
10
Putri, chairiniah. Skripsi universitas Indonesia
olopaking 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Gizi
Uang Jajan
Pola Konsumsi Makan
56
Berdasarkan perhitungan besar sampel pada setiap variabel dengan menggunakan nilai P1 dan P2, hasil penelitian sebelumnya, maka didapatkan jumlah sampel minimal sebanyak 133 orang siswa. b. Teknik Pengambilan Sampel Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Peneliti menyusun frame sampling yang berisi daftar nama (absen) seluruh siswa kelas 4 sampai kelas 6 yang terdaftar di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. 2. Peneliti melakukan pengambilan secara acak/pengundian sampel terhadap beberapa siswa sebagaimana terdaftar dalam kerangka sampel sampai terambil 133 siswa. Simple random sampling dipilih agar semua subjek memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel. Semua sampel yang terpilih, bersedia untuk mengikuti penelitian ini. D. Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengisian kuesioner dan lembar food recall yang diberikan kepada siswa dan
57
siswi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari database Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yakni data mengenai jumlah siswa angkatan 2015 yang aktif dalam pembelajaran. Database yang di dapatkan merupakan arsip dari Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang
up
to
date
sehingga
dapat
dipertanggung
jawabkan
keakuratannya. 2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar food recall 3x24 jam. Terdapat dua jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup dan kuesioner tebuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah ada pihan jawaban, sehingga responden hanya memilih jawaban yang tepat. Pada penelitian ini kuesioner tertutup berupa pertanyaan mengenai jenis kelamin, peran orang tua, pendidikan ibu, pengatahuan gizi, body image, dan pengaruh media massa. Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang diisi sesuai dengan kehendak atau keinginan responden. Pada penelitian ini kuesioner terbuka berupa pertanyaan mengenai uang jajan, umur dan pola konsumsi makan yang terdapat pada lembar food recall 3x24 jam.
58
3. Instrumen Pengumpulan Data a. Kuesioner Kuesioner teridiri dari 6 variabel yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Identitas responden Identitas responden dibagi menjadi 2 yaitu identitas anak dan identitas ibu. Identitas anak berisikan nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, dan kelas. Sedangkan identitas ibu berisikan nama ibu, pendidikan terakhir ibu, dan nomer telefon. Pada point pertanyaan terdapat pada nomor A1 sampai A4 untuk identitas anak terdiri dari nama, jenis kelamin, kelas, dan tempat tanggal lahir dan nomor B1 sampai B4 untuk identitas ibu yang terdiri dari nama ibu, pendidikan terakhir ibu, dan nomer telfon. Pada variabel umur akan dikelompokkan menjadi dua yaitu “usia 7-9 tahun” dan “usia 10-12 tahun”. Sedangkan variabel jenis kelamin dikategorikan menjadi dua yaitu “perempuan” dan “laki-laki”. Untuk variabel pendidikan ibu dikategorikan menjadi enam macam yaitu “tidak sekolah”, “SD”, “SMP”, “SMA”, “Perguruan Tinggi”. 2) Variabel Besar Uang jajan Variabel ini diukur dengan melihat jawaban responden. Terdapat di point pertanyaan nomor C1.
59
3) Variabel Peran Orang Tua Cara mengukur variabel peran orang tua, dilihat dari jumlah jawaban ya. Variabel ini pada setiap jawaban benar akan diberi nilai 1 kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan dan dikali 100% untuk mendapatkan hasil keseluruhan. Hasil ukur dari variabel dikategorikan menjadi dua yang disadur dari penelitian Dilapanga (2008), yaitu “pengaruh” apabila jawaban ya lebih dari 50% dan “tidak pengaruh” apabila jawaban ya kurang dari 50%. Terdapat pada point pertanyaan nomor D1 sampai D17. 4) Variabel Pengetahuan Gizi Cara mengukur pengetahuan gizi, dilihat dari jumlah jawaban benar pada pertanyaan yang ada di kuesioner. Variabel ini pada setiap jawaban benar akan diberi nilai 1 dibagi jumlah pertanyaan dan dikali 100%. Hasil jawaban benar akan dikategorikan menjadi dua berdasarkan Khomsan (2000) yaitu “kurang” jika nilai total dari seluruh pertanyaan pengetahuan gizi <60% dan “baik” jika nilai total dari seluruh pertanyaan pengetahuan gizi >60% (Khomsan, 2009). Terdapat pada point pertanyaan nomor E1 sampai E11. 5) Variabel Body Image Variabel body image teknik pengumpulan data dengan kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala Likert dan
60
diberi bobot nilai 1-5 untuk masing-masing item pernyataan yang terdiri dari “sangat setuju”, “tidak setuju”, “ragu-ragu”, “setuju”, “sangat setuju”. Total nilai bobot selanjutnya dibagi dengan total nilai bobot item pernyataan lalu dikalikan 100% untuk menghitung nilai skor. Nilai skor 0-100%. Selanjutnya nilai skor dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan penelitian Daryono (2003) “positif “dengan skor nilai ≥ 61% dan “negatif” dengan skor nilai < 61%. Terdapat pada point pertanyaan nomor G1 sampai G11. b. Lembar food recall 3 x 24 jam Lembar food recall 3x24 jam waktu makan, nama makanan, jenis makanan dan ukuran atau jumlah makanan yang dimakan responden dalam 3 hari tetapi tidak berturut-turut. Menurut Saputra (2012) Alasan penggunaan recall yang dilakukan selama tiga hari tanpa berturut-turut karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali Recall 24 jam tanpa berturutturut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Supariasa, 2002). Anderson (2011) merekomendasikan untuk menilai konsumsi makan anak sekolah usia (7-14 tahun) adalah dengan menggunakan food recall 24 jam dengan dua hari tanpa berturut-turut. Sehingga pada variabel ini harus dilakukan secara 3 hari tanpa berurutan (Gibson, 2000). Lembar food recall
61
3x24 jam akan digunakan untuk menilai variabel asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada pola konsumsi makan. 1) Variabel Pola Konsumsi Makan Data untuk asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak didapatkan dari hasil pengisian lembar food recall 3x24 jam
yang
diisi
oleh
responden
dan
peneliti.
Dalam
penggunaannya setelah kuesioner tersebut diisi, kemudian peneliti melakukan input data bahan makanan yang dikonsumsi responden ke dalam software khusus untuk menghitung jumlah zat gizi. Kemudian software tersebut akan menghasilkan jenisjenis zat gizi dan jumlah zat gizi total dari makanan yang dikonsumsi responden, hasil akhir didapatkan dari hasil yang dirata-diratakan dari jumlah konsumsi selama 3 hari. Hasil ukur dari variabel ini dibagi menjadi dua kategori berdasarkan AKG (2013) yaitu “kurang”, jika total asupan energi <70% dan “cukup” jika total asupan energi >70%. Pada perhitungan pola konsumsi makan dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin, yang kemudian dibagi menjadi dua kategori. Untuk kategori umur dibagi menjadi umur 7-9 tahun dan umur 10-12 tahun, sedangkan kategori jenis kelamin dibagi menjadi lakilaki dan perempuan. Hal ini, dikarenakan kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda antara jenis kelamin dan umur.
62
c. Food model Food model
adalah contoh makanan dan gambar yang
digunakan untuk melihat ukuran pada setiap makanan yang akan digunakan pada saat pengisian kuesioner oleh responden dan sebagai alat bantu peneliti dalam menentukan ukuran atau porsi makanan. 4. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dilakukan sebelum melakukan pengambilan data, yang digunakan untuk melihat validitas dan realibilitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
ketepatan
instrumen,
sehingga
instrumen
dapat
digunakan apa yang seharusnya diukur (valid). Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kepercayaan instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek, dapat menunjukkan hasil yang sama (Arikunto dalam Aprillia, 2011). Uji instrumen dilakukan pada salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang berdekatan dengan Madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan tempat penelitian dan masih berada dalam satu wilayah kerja Puskesmas Kalibata 2. Sampel yang digunakan adalah siswa-siswi kelas 4-6 dengan total sampel adalah 30 orang. Uji validitas dan realibilitas diuraikan sebagai berikut: a. Uji validitas Untuk mengetahui hasil validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Cara
63
menentukan r tabel dengan menggunakan df= n (jumlah sampel)-2. Sedangkan untuk menentukan nilai r hasil perhitungan dapat dilihat pada kolom Corrected item-Total Correlation. Masing-masing pertanyaan akan dinyatakan valid bila r hasil > r tabel. R tabel yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,361. Uji validitas diolah dengan menggunakan software statistik. Dari hasil uji validitas didapatkan 13 dari 49 pertanyaan tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid diubah penyusunan katakatanya sehingga menjadi valid. Nilai r pada pernyataan tidak valid berada diantara 0,014-0,325 dan pernyataan yang valid untuk variabel peran orang tua nilai r hasil berada diantara (0,436-0,872), variabel pengetahuan gizi nilai r hasil berada diantara (0,4470,962), dan variabel body image nilai r hasil berada diantara (0,361-0,766). b. Uji reliabilitas Setelah
semua
pertanyaan
dikatakan
valid,
analisis
dilanjutkan dengan uji relialibilitas. Cara mengetahui reliabilitas dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. Nilai r pada uji reliabilitas terletak pada hasil Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dikatakan reliabel bila r Alpha > r tabel. Uji reliabilitas diolah dengan menggunakan software statistik. Dari hasil uji reliabilitas didapatkan hasil untuk variabel peran orang tua nilai r Alpha (0,958), variabel pengetahuan gizi nilai r Alpha (0,963), dan variabel body image nila r Alpha (0,884).
64
Maka dinyatakan bahwa kuesioner dalam penelitian ini adalah realibel karena hasil Cronbach’s Alpha lebih besar dari r tabel. E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik pengolahan data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan manual dan
menggunakan bantuan program dari komputer guna
memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari: a. Editing Editing dalam penelitian ini berupa menjumlahkan dan melakukan koreksi pada saat masih dilapangan dengan menunggu jawaban dari responden hingga selesai dan mengecek kembali kuesioner yang telah diisi. Penjumlahan dilakukan agar kuesioner yang di dapatkan sesuai jumlah yang telah ditentukan, sedangkan koreksian berupa tindakan membenarkan atau menyelesaikan halhal yang salah atau kurang jelas. b. Coding Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban dan dan pemberian kode pada setiap variabel sebelum di masukkan ke dalam komputer. Pengcodingan dilakukan sebelum dan sesudah pengumpulan data. Coding digunakan untuk mempermudahkan analisis dengan melakukan perubahan yang berbentuk huruf menjadi angka.
65
1) Pola Konsumsi Makan Pada
penelitian
ini,
variabel
dependen
dilakukan
pengcodingan untuk mengetahui pola konsumsi makan yang kurang dari AKG dan yang sudah mencukupi dari AKG yang diukur
berdasarkan
rata-rata
kecukupan
jumlah
energi,
karbohidrat, protein, dan lemak dalam tiga hari. Pola konsumsi akan diberikan coding “1” jika pola konsumsi makan yang <70% dari AKG, coding “2” jika pola konsumsi makan yang ≤ 70% dari AKG. Terdapat pada formulir recall. 2) Jenis kelamin Pada penelitian ini, jenis kelamin diberikan kode “A3” pada kuesioner. Jenis kelamin akan diberikan coding “1” jika jenis kelamin perempuan dan di coding “2” jika jenis kelamin lakilaki. 3) Umur Pada penelitian ini, umur dengan kode “A2” pada kuesioner. Umur dinyatakan dalam satuan tahun. 4) Pendidikan ibu Pada penelitian ini, pendidikan ibu dengan kode “B2” pada kuesioner. Pendidikan ibu akan diberikan coding “1” jika tidak sekolah, coding “2” jika tamat SD, coding “3 jika tamat SMP, coding “4” jika tamat SMA, dan Perguruan Tinggi.
coding “5” jika tamat
66
5) Peran orang tua Pada penelitian ini, peran orang tua dengan kode “D” pada kuesioner. Peran orang tua akan diberikan coding “1” jika memiliki pengaruh dan coding “2”
jika tidak
memiliki
pengaruh. 6) Pengetahuan gizi Pada penelitian ini, pengetahuan gizi diberi kode “E” pada kuesioner. Pengetahuan gizi akan diberikan coding “1” jika pengetahuan gizi kurang dan coding“2” jika pengetahuan gizi baik. 7) Body image Pada penelitian ini, body image dengan kode “G” pada kuesioner. Body image akan diberikan coding “1” jika body image positif dan “2” jika body image negatif . 8) Besar Uang jajan Pada penelitian ini, uang jajan diberi kode “C1” pada kuesioner. Uang jajan di ukur berdasarkan jumlah nominal uang dalam rupiah yang diberikan orang tua kepada anak. c. Entry Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam template yang telah disediakan. Agar mudah dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
67
d. Cleaning Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang telah di entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada kesalahan baik dalam pengcodingan maupun membaca kode sehingga jika ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan. 2. Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan software statistik. a. Uji Normalitas Uji normalitas biasa dilakukan dengan teknik KolmogorovSminov. Data dikatakan normal jika Sig. Kolmogorov-Sminov > 0,05 atau P value > 0,05. b. Analisis Univariat Analisis
univariat digunakan untuk
mendeskripsikan
karateristik dari variabel indipenden dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. c. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel indipenden dan variabel dependen. Untuk melihat apakah ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, uang jajan, peran orang tua, pengetahuan gizi, dampak media massa,
68
body image dengan pola konsumsi. Pada analisis ini digunakan uji chi square dan uji Spearman corelation. Uji statistik chi square digunakan untuk melihat hubungan antar variabel pola konsumsi dengan jenis kelamin, peran orang tua, pengetahuan gizi, dan dampak media massa yang bersifat kategorik dengan kategorik. Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,005. Uji hipotesis antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nila p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Jika variabel indipenden terdiri dari dua kategori dan dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai fisher exact. Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai continuity correction. Untuk variabel indipenden yang lebih dari dua kategori, maka nilai p dapat dilihat dari nilai pearson chi square. Selanjutnya untuk kepentingan pembahasan dilakukan tabulasi silang antar sesama variabel indipenden.
69
Sedangkan Uji korelasi Spearman digunakan untuk menghubungkan variabel independen (umur dan uang jajan) yang memiliki skala ukur numerik dengan variabel dependen (pola konsumsi makan) yang memiliki skala ukur kategorik. Pada uji korelasi dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nila p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak yang dapat dilihat dari nilai sig. (2-tailed).
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat 1. Gambaran Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran pola konsumsi makan pada penelitian ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Berikut pola konsumsi makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Makan Siswa Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pola Konsumsi Makan Pola Konsumsi Makan Energi Karbohidrat Protein Lemak
Kurang (<70%AKG) n % 87 98 51 83
65,4 73,7 38,3 62,4
Cukup (≥70%AKG) n % 46 35 82 50
34,6 26,3 61,7 37,6
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa siswa yang memiliki pola konsumsi makan energi dan pola konsumsi makan karbohidrat yang kurang, yakni sebesar 65,4% (87 orang) dan 73,7% (98 orang).
71
72
2. Gambaran Karateristik Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran karateristik pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu umur dan jenis kelamin. Berikut umur dan jenis kelamin pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3 berikut ini: Tabel 5.2 Gambaran Umur Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Umur n Mean Min Max Umur
133
10,59
9,00
12,00
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa karateristik siswa terdiri dari variabel umur dan jenis kelamin. Rata-rata umur siswa adalah 10,59 tahun dengan nilai min sebesar 9 tahun dan max 12 tahun. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Jenis Kelamin n % Perempuan 69 51,8 Laki-laki 64 48,2 Total 133 100 Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa lebih banyak siswa yang memiliki jenis kelamin perempuan, yakni sebesar 51,8% (69 orang).
73
3. Gambaran Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran besar uang jajan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4 Gambaran Siswa Berdasarkan Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Besar uang jajan n Mean Min Max Besar uang jajan
133
8067,67
2000,00
20000,00
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata uang jajan siwa adalah 8067,67 dengan nilai min Rp 2000 dan nilai max Rp 20000. 4. Gambaran Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran pendidikan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berikut pendikan ibu pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini: Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pendidikan Ibu n % SD 9 6,8 SMP 15 11,3 SMA 84 63,2 Perguruan Tinggi 25 18,2 Total
133
100
74
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pendidikan ibu siswa lebih banyak tamatan SMA, yakni sebesar 63,2% (84 orang). 5. Gambaran Peran Orang Tua Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran peran orang tua pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu ada pengaruh jika jawaban ya <50% dan tidak ada pengaruh jika jawaban ya >50%. Berikut peran orang tua pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini: Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Peran Orang Tua terhadap Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Peran Orang Tua n % Ada Pengaruh 47 34,6 Tidak ada Pengaruh 86 65,4 Total 133 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa lebih banyak siswa yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua terkait pola konsumsi makan, yakni sebesar 66,9% (86 orang). 6. Gambaran Pengetahuan Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran pengetahuan gizi pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan gizi kurang jika jawaban benar <60% dan pengetahuan gizi baik jika jawaban benar ≥60%. Berikut
75
pengetahuan gizi siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Pengetahuan terkait Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pengetahuan Gizi Kurang Baik Total
n 49 84 133
% 36,8 63,2 100
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa lebih banyak siswa memiliki pengetahuan terkait gizi yang baik, yakni sebesar 63,2% (84 orang). 7. Gambaran Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambaran body image pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu body image positif jika skor nilai ≥61 dan body image negatif jika skor nilai <61. Berikut body image pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini: Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Body Image n % 113 85 Positif 20 15 Negatif 133 100 Total Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa lebih banyak siswa memiliki body image positif, yakni sebesar 85% (113 orang).
76
B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman antara umur dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Umur
Pola Konsumsi Makan Energi n r 133 0,262 Protein n r 133 0,366
P value 0,002 P value 0,000
karbohidrat n r 133 0,328 Lemak n r 133 0,40
P value 0,000 P value 0,000
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari hasil uji korelasi spearman
didapatkan
nilai
pvalue
energi=0,002,
pvalue
karbohidrat=0,000, pvalue protein=0,000, dan pvalue lemak=0,000 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho ditolak atau ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda. Rata-rata umur anak adalah 10 tahun dengan pola konsumsi makan yang kurang.
77
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini: Tabel 5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Jenis Kelamin
Pola Konsumsi Makan Energi Cukup
Kurang
Perempuan Laki-laki Total
P value
n
%
n
%
41 46 87
59,4 71,9 100
28 18 46
40,6 28,1 100 P value
Protein Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
n 22 29 51
Kurang % 31,9 45,3 38,3
n 47 35 82
0,185
Cukup % 68,1 54,7 61,7
0,153
Kurang
Karbohidrat Cukup
P value
n
%
n
%
49 49 98
71 76,6 73,7
20 15 35
29 23,4 26,3
P value
Lemak
n 39 44 83
Kurang % 56,5 68,8 62,4
0,556
Cukup n 30 20 50
% 43,5 31,2 37,6
0,157
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari hasil uji chi square didapatkan nilai pvalue energi =0,185, pvalue karbhidrat=0,556, pvalue protein=0,153, dan pvalue lemak=0,157 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda .
78
3. Hubungan Pendidikan ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini: Tabel 5.11 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pendidika n Ibu
Pola Konsumsi Makan Energi kurang Cukup n % n %
p value
B SD SMPe SMA Perguruan r Tinggi Total
SD s SMP SMA a Perguruan Tinggi r Total
karbohidrat cukup % n
P value %
6 10 60
60 66,7 72,3
3 5 24
33,3 33,3 28,6
7 11 62
77,8 73,3 73,8
2 4 22
22,2 26,7 26,2
11 87
44 100
14 46
56 100
18 87
72 100
7 46
28 100
d a
kurang n
0,096 P value
Protein Kurang Cukup n % n 2 22,2 7 5 33,3 10 35 42,9 48
% 77,8 66,7 57,1
8 87
68 100
32 100
17 46
0,513
Lemak Kurang n % 6 66,7 10 66,7 54 64,3 13 83
52 62,4
0,990
Pvalue cukup n % 3 33,3 5 33,3 30 35,7 12 50
0,690
48 37,6
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari hasil uji chi square didapatkan nilai pvalue energi =0,096, pvalue karbohidrat=0,990, pvalue protein=0,513, dan pvalue lemak=0,690 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda .
79
4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini: Tabel 5.12 Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Besar Uang Jajan
Pola Konsumsi Makan Energi n
r
133
0,070
P value
karbohidrat n r
P value 0,181
Protein n r 133 0,029
0,424 P value 0,741
133
0,117
Lemak n 133
r 0,023
P value 1,000
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari hasil uji korelasi spearman didapatkan nilai pvalue=0,424, artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.
80
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini: Tabel 5.13 Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Peran Orang Tua
Pola Konsumsi Makan
B
Energi Cukup
Kurang
P value
Karbohidrat Cukup
Kurang
P value
e Tidak r Ada Pengaruh Ada d Pengaruh Total
n
%
n
%
60
69
27
27 87
58,7 65,4
19 46
0,012
n
%
n
%
31
69
79,3
18
20,7
41,3 34,6
29 98
63 73,7
17 35
37 26,3
0,043
a s
Jenis Kelamin
a Tidak ada Pengaruh Ada Pengaruh Total
P value
Protein
n
Kurang %
n
37
42,5
50
57,5
R14
30,4 38,3
32 82
69,6 61,7
51
Cukup %
n 0,049
P value
Lemak Kurang %
Cukup n %
53
60,9
34
39,1
30 83
65,2 62,4
16 50
34,8 37,6
0,045
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi square
didapatkan
nilai
pvalue
energi
=0,012,
pvalue
karbohidrat=0,043, pvalue protein=0,049, dan pvalue lemak=0,045 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho ditolak atau ada hubungan antara peran orang tua berdasarkan ketersediaan pangan siswa dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.
81
6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini: Tabel 5.14 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pengetahua n Gizi
Pola Konsumsi Makan Energi Cukup
Kurang
B
p value
n
%
n
%
30 57 87
61,2 67,9 65,4
19 27 46
38,8 32,1 34,6
0,455
Kurang
Karbohidrat Cukup
P value
n
%
n
%
33 65 98
67,3 77,4 73,7
16 19 35
32,7 22,6 26,3
e
Kurang Baik Total r
d
P value
Protein Pengetahua a n Gizi n 37 14 51
Baik s Kurang Total a
Kurang % 42,5 30,4 38,3
n 50 32 82
Cukup % 57,5 69,6 61,7
0,854
P value
Lemak
n 30 53 83
Kurang % 61,2 63,1 62,4
Cukup n 19 31 50
% 38,8 36,9 37,6
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi square
didapatkan
nilai
pvalue
energi
=0,455,
pvalue
karbohidrat=0,225, pvalue protein=0,854, dan pvalue lemak=0,854 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.
0,225
0,854
82
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara body image dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini: Tabel 5.15 Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa di MI Unwanul Huda Jakarta Selatan Tahun 2015 Body Image
Pola Konsumsi makanan Energi Cukup
Kurang
P value
n
%
n
%
Negatif
17
85
3
Positif Total
70 87
61,9 65,4
43 46
Body Image Negatif Positif Total
n 8 43 51
Karbohidrat Cukup
P value
n
%
n
%
15
16
80
4
20
38,1 34,6
82 98
72,6 73,7
31 35
27,4 26,3
Protein Kurang Cukup % n % 40 12 60 38,1 70 61,9 38,3 82 61,7
0,072
Kurang
P value
1,000
Lemak Kurang n % 15 75 68 60,2 83 62,4
0,59 0
P value Cukup n 5 45 50
% 25 39,8 37,6
0,316
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi square
didapatkan
nilai
pvalue
energi
=0,081,
pvalue
karbohidrat=0,590, pvalue protein=1,000, dan pvalue lemak=0,316 artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda .
83
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu: 1. Sampel
sebagian besar sudah terpapar pengetahuan gizi yang
diperoleh di mata pelajaran IPA pada anak kelas 5 dan 6 saja, yaitu pengetahuan tentang gizi. 2. Penggunaan food recall 3x24 jam dalam pengumpulan data untuk pola konsumsi makan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sangat dipengaruhi daya ingat responden, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menunggu jawaban dari responden. Kesalahan estimasi jenis dan jumlah takaran
bahan makanan yang dikonsumsi siswa
ketika food recall kemungkinan dapat terjadi. Untuk mengatasi kelemahan di atas peneliti melakukan hal sebagai berikut: a. Peneliti merinci kegiatan responden dari ia bangun, hingga ia tidur lagi untuk membantu responden dalam mengingat makanan yang dikonsumsi pada satu hari. b. Menggunakan berbagai macam alat bantu seperti ukuran rumah tangga (piring, sendok, gelas, dan lain-lain), food model, dan gambar makanan untuk membantu responden memperkirakan ukuran makanan ke dalam ukuran berat.
84
B. Analisis Univariat 1. Gambaran Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pola konsumsi makan menurut Persagi (2009) adalah susunan makanan yang merupakan suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah energi dan zat gizi yang berasal dari bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pada penelitian ini gambaran pola konsumsi makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan, dilihat dari rata-rata asupan konsumsi siswa pada satu hari untuk energi sebesar 1300 Kkal, karbohidrat 169 g, protein
44
g,
dan
lemak
46
g.
Sedangkan
standar
yang
direkomendasikan oleh Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan energi pada satu hari untuk anak usia sekolah adalah 1850-2100 Kkal, karbohidrat 254-289 g, protein 49-60 g, dan lemak 67-72 g yang dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada siswa belum memenuhi standar yang dianjurkan oleh AKG. Dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu food recall 3x24 jam dan food model ternyata seluruh siswa mengkonsumsi nasi (nasi, nasi goreng, bubur) sebagai makanan pokok dan selebihnya roti dan mie. Konsumsi singkong, ubi, bihun, gandum, dan jagung ini merupakan kebiasaan pada siswa yang jarang karena makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah nasi. Untuk sumber
85
lauk hewani yang dikonsumsi sebagian siswa setiap hari adalah ikan mas, ikan lele, ikan bandeng, ikan tongkol, ayam, dan telur. Sedangkan sumber lauk nabati yang sering dikonsumsi siswa adalah tahu dan tempe. Begitupun halnya dengan sayuran, rata-rata siswa sering mengkonsumsi sayur bayam, sayur sop, kangkung, jengkol, dan sayur lodeh. Untuk jenis buah yang sering dikonsumsi sebagian siswa adalah pisang, jeruk, dan mangga. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari beberapa siswa didapatkan hasil bahwa sebagian siswa yang membawa bekal dari rumah dengan menu yang bermacam-macam seperti nasi dengan mie goreng dan telur, nasi dengan chicken nugget, nasi dengan sosis, nasi dengan ayam goreng, nasi dengan ikan goreng, nasi goreng, dan nasi dengan telur dadar. Dilihat dari jenis makanan yang dibawa, bahwa bekal yang dibawa adalah jenis makanan yang mudah, cepat, dan praktis. Pada bekal yang dibawa, tidak terlihat sayuran yang dijadikan bekal, alasan responden tidak membawa sayur adalah karena takut tumpah di dalam tas dan para ibu responden tidak sempat memasak sayur di pagi hari. Sedangkan, sebagian responden lebih suka mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah seperti mie instan, nasi kuning, telur gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh manis. Namun pada sebagian responden yang membawa bekal, mereka hanya makan 1 kali dari bekal saja dari mulai istirahat jam 10.00 hingga pulang sekolah 03.00 tanpa membeli jajanan di sekolah dan mereka
86
hanya makan satu jenis makanan saja tidak bervariasi, sedangkan dirumah mereka makan hanya 1 kali . Sehingga, dapat diasumsikan bahwa pada siswa yang membawa bekal, kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak belum tentu tercukupi. Karena di lihat dari seberapa sering dan seberapa banyak siswa makan dalam satu hari. Sedangkan, siswa yang membeli jajanan di sekolah kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak tidak terpenuhi. Jika dilihat dari jenis jajanan yang tersedia. Pada penelitian ini, tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada siswa dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu cukup, apabila tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak siswa ≥ 70% AKG dan kurang, apabila tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak siswa < 70% AKG. Sedangkan untuk umur dan jenis dibedakan menjadi dua kategori yaitu umur 7-9 tahun dan umur 10-12 tahun dan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan umur dan jenis kelamin dimasukkan pada saat perhitungan tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 65,4% siswa MI Unwanul Huda memiliki pola konsumi energi kurang dari AKG, sebanyak 73,7% siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari AKG, dan sebanyak 62,4% siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari AKG. Sedangkan sebanyak 61,7% siswa memiliki pola konsumsi yang cukup dari AKG. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Regar (2013) dan Resty (2014) menemukan konsumsi energi, karbohidrat, dan lemak
87
yang kurang dari AKG dan konsumsi protein yang cukup dari AKG pada anak. Faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuham energi, karbohidrat, dan lemak kemungkinan besar akibat kurangnya porsi makan yang harus dipenuhi dan makanan yang tidak beraneka ragam akan menyebabkan ketidakseimbangnya asupan zat gizi dan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Berdasarkan hasil penelitian Tahir, dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pola konsumsi makan dengan status gizi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yulni, dkk (2013) didapatkan bahwa energi dan asupan karbohidrat berhubungan dengan status gizi. Kekurangan asupan energi dan asupan protein pada masa anak-anak akan berdampak secara langsung terhadap gangguan pertumbuhan, perkembangan, dan produktifitas (Depkes RI, 2002). Selain itu, kekurangan asupan karbohidrat dan asupan lemak juga akan berdampak pada penggunaan protein di tubuh sebagai sumber energi bukan pada fungsinya sebagai sumber zat pembangun. Hal ini terjadi karena energi yang berasal dari karbohidrat dan lemak tidak mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh. Karena energi harus dipenuhi, maka terjadi katabolisme atau perombakan protein, sehingga fungsi protein sebagai faktor pertumbuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan anak akan terhambat karena beralihnya fungsi protein menjadi sumber penghasil energi. Kondisi yang terjadi secara terus menerus dalam
88
jangka waktu lama akan menimbulkan KEP (Kekurangan Energi Protein). Hal ini sejalan dengan pendapat (Hardiansyah dalam Suci 2011) apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan zat gizi makro, pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Untuk
menunjang
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak,
diperlukan konsumsi zat gizi yang dapat dipenuhi dari pola makan sehat dan seimbang agar tercukupi seluruh kebutuhan gizinya. Sehingga masa usia sekolah adalah masa paling penting untuk memperbaiki pemenuhan konsumsi akan zat gizi karena akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa pola konsumsi makan anak menentukan status gizi, karena dengan anak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat gizi dan energi, dan pengolahan makanan sesuai dengan syarat – syarat kesehatan maka makanan yang dikomsumsi akan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dan meskipun pola makan anak 3 kali sehari atau lebih, tetapi jika pemilihan jenis dan bahan makanan serta proses pengolahan makanan tidak sesuai dengan syarat – syarat kesehatan tetap kurang mempunyai nilai gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan ana.
89
Pemenuhan kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak bukanlah hal yang mudah bagi siswa, karena aktivitas yang padat di sekolah dan waktu makan yang singkat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus memperhatikan pola konsumsi makan dari aspek jenis makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah, dkk, 2005). Secara umum faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan siswa adalah umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, status sosial ekonomi pekerjaan, teman sebaya dan body image (Worthington, 2000). Hasil analisa data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor di atas berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 2. Gambaran Umur pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Menurut Depkes (2008), umur adalah masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Berdasarkan tabel gambaran karateristik responden (tabel 5.2), terlihat bahwa rata-rata umur siswa MI Unwanul Huda yang memiliki pola konsumsi makan kurang dari AKG lebih rendah dibandingkan rata-rata umur siswa yang memiliki pola konsumsi makan cukup dari AKG. Rata-rata umur pada penelitian ini adalah umur 9 tahun dengan pola konsumsi makan yang kurang dari AKG. Sedangkan umur 12 tahun memiliki pola konsumsi makan yang cukup dari AKG.
90
Hasil ini sejalan dengan penelitian Suci (2011) yang menemukan bahwa umur 9 tahun lebih sedikit mengkonsumsi jajanan yang mengandung energi dan zat gizi dibandingkan dengan umur 12 tahun. Sehingga pada anak umur 9 tahu memiliki pola konsumsi makan yang kurang. 3. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan tabel gambaran karateristik responden (tabel 5.3), terlihat bahwa sebagian besar responden adalah perempuan. Sedangkan diantara 64 siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki, terdapat 46 siswa (71,9%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG, 49 siswa (76,6%) memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, 29 (45,3%) memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG, dan 44 siswa (68,8%) memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG. Sedangkan diantara 69 siswa yang berjenis kelamin perempuan, terdapat 41 siswa (59,4%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG, 49 siswa (71%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, 22 siswa (31,9%) memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG, dan 39 siswa (56,5%) memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG. Hasil ini sejalan dengan Penelitian Septiana (2013)
yang
memperoleh responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak
91
sebesar 53% dibandibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-laki yang hanya sebesar 47%. 4. Gambaran Pendidikan Ibu pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Menurut Notoadmojo (2003), pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh ibu responden. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.5), terlihat bahwa sebagian besar ibu responden berpendidikan SMA dengan presentasi 81,2%. Sedangkan dari 84 ibu siswa yang memiliki tingkat pendidikan SMA, terdapat 60 ibu siswa (71,4%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG, 62 ibu siswa (73,8%) memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG, 36 (42,9%) ibu siswa yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 54 ibu siswa (64,3%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG. 5. Gambaran Besar Uang Jajan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Uang jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak untuk membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan pada anak dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan
92
adalah hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan keinginan mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas. (Aprillia, 2011). Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.4), terlihat bahwa rata-rata siswa memiliki uang jajan sebesar Rp 8.067. Sedangkan rata-rata uang jajan siswa yang memiliki pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang kurang lebih tinggi dibandingkan rata-rata uang jajan siswa yang memiliki pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak cukup. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Septiana (2013) yang menenumukan bahwa rata-rata anak yang memiliki uang jajan yang besar untuk konsumsi makan belum tentu membeli makanan yang mengandung zat gizi. 6. Gambaran Peran Orang Tua pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak ketika berada dirumah. Sehingga orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan dan tingkah laku anak termasuk pola konsumsi makan anak (Dilapanga, 2008). Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.6), terlihat bahwa sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak 87 siswa (65,4%). Sedangkan dari 46 siswa yang dipengaruhi oleh peran orang tua, terdapat 27 siswa (58,7%) memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG. Diantara 87 siswa yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua, terdapat 60 siswa (69%) memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh
93
peran orang tua sebanyak 98 siswa (73,7%) memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG. Dari 87 siswa (65,4%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, terdapat 69 siswa (79,3%) tidak dipengaruhi oleh peran orang tua dan dari 46 siswa terdapat 29 siswa (63%) yang dipengaruhi oleh peran orang tua. Sebanyak 51 siswa (38,3%) tidak dipengaruhi oleh peran orang tua yang memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG dan dari 46 siswa, terdapat 14 siswa (30,4%) dipengaruhi oleh peran orang tua yang memliki pola konsumsi protein kurang dari AKG. Untuk pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG terdapat 53 siswa (60,9%) tidak dipengaruhi peran orang tua dan dari 46 siswa, terdapat 30 siswa (65,2%) dipengaruhi oleh peran orang tua yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG. 7. Gambaran Pengetahuan Gizi Anak pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang yang didapat dengan
menggunakan
penginderaan
terhadap
objek
sampai
menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2010). Menurut Khomsan (2000) pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.7), terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan terkait gizi
94
yang baik sebesar 63,2%. diantara 84 siswa yang memiliki pengetahuan terkait gizi yang baik, terdapat 57 siswa (67,9%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang, 65 siswa (77,4%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG, 33 siswa (39,3%) yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 53 siswa (63,1%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG. Hasil ini sejalan dengan penelitian Septiana (2013) yang menyatakan respondennya sebanyak 60% memiliki pengetahuan gizi baik. Sedangkan diantara 49 siswa yang memiliki pengetahuan terkait gizi yang kurang, terdapat 30 siswa (61,2%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG, 33 siswa (67,3%) yang memiliki pola konsumsi kabohidrat yang kurang dari AKG, 18 (36,7%) yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 30 siswa (61,2%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
siswa
yang
berpengetahuan gizi kurang dan berpengetahuan gizi baik cenderung sama-sama memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang
kurang.
Hal
ini
dapat
dipengaruhi
oleh
siswa
yang
berpengetahuan gizi baik, tidak menerapkan dalam pola konsumsi tentang makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.
95
8.Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan pola konsumsi terhadap makanannya. Sehingga, pada mereka menganggap diri gemuk maka akan cenderung mengurangi frekuensi makannya (Dachlan, 2012). Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.16), terlihat bahwa dari 20 siswa yang memiliki body image negatif, terdapat 17 siswa (85%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG,16 (80%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG, 83 siswa (40%) yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 15 siswa (75%) yang memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.
Sedangkan diantara 113 siswa yang memiliki body image positif, terdapat 70 siswa
(61,9%) yang memiliki pola konsumsi
energi kurang dari AKG, 82 siswa (72,6%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, 43 siswa (38,1%) yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 68 siswa (60,2%) yang memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.
96
C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata umur siswa adalah 9 tahun. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue untuk energi = 0,002, pvalue karbohidrat =0,000, pvalue protein= 0,000, dan pvalue lemak= 0,000 (<0.05), yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian Lucy, dkk (2005) yang menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, hasil penelitian Daryono (2003) juga menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi energi dan protein. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dari lembar food recall 3x24 jam dan observasi yang menyatakan bahwa rata-rata konsumsi makanan pokok pada siswa yang berusia 9-10 tahun hanya sebanyak 1-2 kali saja dan membeli jajanan hanya 1 kali, sedangkan pada anak 11-12 tahun mengkonsumsi makanan pokok sebanyak 3-4 kali dengan membeli jajanan di sekolah sebanyak 2 kali. Hal ini menunjukkan bahwa anak usia 9-10 tahun lebih sedikit mengkonsumsi makanan dan jajanan dibanding dengan siswa yang berusia 11-12 tahun. Dapat diasumsikan juga pada siswa yang berumur 11-12 tahun memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada siswa berumur 9-10
97
tahun yang dapat dilihat dari jam pulang sekolah. Siswa berumur 10-12 tahun memiliki jam pulang sekolah yang lebih lama dibandingkan siswa yang berumur 9-10 tahun. Sehingga asupan konsumsinya dapat meningkat. Umur memiliki peranan penting dalam menentukan pemilihan konsumsi dan kebutuhan konsumsi energi dan zat gizi seseorang. Karena umur dapat mempengaruhi kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan konsumsi makan. Komposisi tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah, yakni sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga, dan sebagainya. Sehingga, anak sekolah memerlukan energi dan asupan zat gizi makro lebih banyak (Kurniasih, dkk, 2010). Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa umur berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan komposisi tubuh seiring dengan bertambahnya umur. Sehingga, kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak akan bertambah.
98
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa laki-laki yang memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang kurang dari AKG dibandingkan dengan siswa perempuan. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,336 pvalue karbohidrat =0,556, pvalue protein= 0,153, dan pvalue lemak= 0,157 (>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nasution (2001) dalam Puji (2011) yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, hasil penelitian Sri (2010) yang juga menemukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi energi. Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan dapat disebabkan karena distribusi responden kurang heterogen, dimana jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Selain itu dapat diasumsikan bahwa porsi makan anak perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2001) dalam Septiana (2011) dan Asrina, dkk (2013) yang menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
99
dengan konsumsi energi, protein, karbohidrat, dan lemak. Faktor jenis kelamin dapat terjadi karena adanya perbedaan konsumsi antara anak laki-laki dan anak perempuan. Kebutuhan gizi dan energi antara lakilaki dan perempuan sangat berbeda, hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan laki-laki dan perempuan juga berbeda. Dimana laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan perempuan (Depkes, 2008). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan karena sebagian besar responden adalah anak perempuan. Dimana, anak perempuan juga memiliki konsumsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak lakilaki. 3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu responden berpendidikan SMA dengan presentasi 81,2%. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,096, pvalue karbohidrat =0,990, pvalue protein= 0,513, dan pvalue lemak= 0,690 (>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aryanti (2012), yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Penelitian ini juga didukung oleh hasil
100
penelitian Daryono (2003) yang menemukan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan konsumsi energi dan protein. Tidak ada hubungan antara pendidkan ibu dengan pola konsumsi makan anak karena tingkat konsumsi makan tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan melainkan faktor lain seperti kemiskinan, lingkungan yang kurang sehat, asupan energi dan zat gizi yang kurang, penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai (Handasari, 2010). Hal ini diperkuat kembali oleh pendapat Allo (2013) yang menyatakan bahwa faktor pendidikan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi, tetapi pendidikan tersebut akan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Pengetahuan kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pola konsumsi makan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Mayapadin (2006) menunjukkan bahwa pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Karena tingkat pendidikan formal seorang ibu seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi yang baik pada anak-anaknya (Koblinsky, et.al, 1997). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Dari hasil diketahui pula bahwa masih terdapat ibu responden yang berpendidikan SMA memiliki pola konsumsi makan yang kurang pada anak.
101
Sehingga, dapat diasumsikan bahwa pendidikan ibu yang tinggi tidak menutup kemungkinan pengetahuan gizinya kurang karena beberapa hal seperti ibu tidak rajin membaca informasi tentang gizi terutama tentang pola konsumsi makan yang baik dan seimbang, jarang mendengarkan informasi tentang gizi, dan tidak melihat informasi tentang gizi yang akan berdampak pada ketersediaan pangan di keluarga dan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi keluarga. 4. Hubungan Besar Uang jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata besar uang jajan siswa adalah Rp 8.067. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue
energi= 0,424
pvalue karbohidrat =0,181, pvalue
protein= 0,741, dan pvalue lemak= 0,796 (>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitisn Kirana (2007) yang menemukan bahwa ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi energi. Disamping itu, hasil penelitian Anzarkusuma (2014), Getruida (2010) menemukan bahwa besar uang jajan tidak ada hubungan dengan status gizi yang akan berdampak pada pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa siswa terbiasa sarapan pagi dirumah dan membawa bekal ke sekolah, sehingga mereka jarang membeli makanan jajanan di sekolah. Hal ini
102
dapat diasumsikan bahwa uang jajan tidak sepenuhnya digunakan untuk membeli makanan jajanan, sehingga tidak ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi makan. Untuk mendapatkan makanan yang cukup energi, karbohidrat, protein, dan lemak mereka harus mengeluarkan uang Rp 3.000 agar dapat membeli nasi kuning dengan isi telur dan oreg tempe, lontong 3 buah dengan isi sayuran. Sebagian responden yang membawa bekal, mereka hanya makan bekalnya saja di antara jam istirahat pertama atau jam istirahat kedua dan tidak membeli jajanan hingga pulang sekolah dengan alasan sudah kenyang. Sedangkan untuk siswa yang tidak membawa bekal, mereka hanya membeli jajanan di sekolah seperti mie instan, nasi kuning, telur gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh manis. Sehingga, dapat diasumsikan pola konsumsi mereka akan kurang dari kebutuhan gizi, karena mereka hanya memakan makanan pokok 1 kali di sekolah yang rentang waktu dari pagi hingga siang, sedangkan aktivitas mereka di sekolah cukup banyak. Tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan dapat disebabkan oleh tidak banyak siswa yang memperoleh kesempatan mempunyai uang jajan yang banyak oleh karena itu, mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah. Biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah kualitasnya. Karena anak hanya mampu membeli jajanan yang murah. Maka anak akan berisiko membeli jajanan dengan kualitas gizi
103
khususnya energi dan protein yang rendah. Hal ini juga didukung oleh penelitiannya Kirana (2007) yang mengatakan bahwa alokasi uang jajan uang jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan apakah jajajanan yang dibeli tidak dikonsumsi sendiri melainkan dikonsumsi bersama teman-temannya. Sehingga konsumsi energi dan zat gizi belum tentu dapat terpenuhi. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa rata-rata uang jajan siswa sudah mencukupi untuk membeli makanan seperti nasi kuning yang dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa ketika di sekolah, namun masih banyak siswa yang lebih memilih membeli jajanan seperti mi instan, chiki, permen, dan cilok. Peneliti menyarankan untuk membeli jajanan dengan baik. Dengan cara: 1) pilihlah makanan yang tertutup rapat, tidak berbau atau berasa asam, dan tidak berlendir, 2) hindari makanan gorengan berwarna gelap dan bertekstur keras, 3) hindari makanan gorengan dengan permukaan berwarna putih, 4) hindari makanan berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta pada bagian dalam bungkus, 5) perhatikan makanan atau minuman yang dikemas dengan menggunakan steples, 6) perhatikan kandungan gizi dan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan (Kurniasih, dkk, 2010). 5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Dalam penelitian didapatkan bahwa lebih banyak siswa yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak 87 siswa (65,4%).
104
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,012 pvalue karbohidrat =0,043, pvalue protein= 0,049, dan pvalue lemak= 0,045 (<0.05), yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bryant (2004) yang menemukan bahwa ada hubungan antara peran orang dengan pola konsumsi
energi,
karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Heather (2005) dan Mangdy (2014) yang juga menemukan ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dari lembar food recall 3x24 menyatakan bahwa mereka makan apa yang dimasak oleh ibunya, apabila ibunya tidak memasak kebanyakan responden lebih memilih masak mie dan telur dengan alasan mudah, cepat, dan praktis. Adanya hubungan peran orang tua dikarenakan peran orang tua berpengaruh terhadap ketersediaan makan, pengetahuan gizi, dan kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan. Karena pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga (Worthington, 2000). Salah satu faktor yang membentuk kebiasaan makan anak adalah peran ibu dalam keluarga, terutama dalam merawat dan mengurus keluarga. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, dan
105
berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga dapat berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola makan anak (Almatsier, 2011). Hal ini membuktikan bahwa peran orang tua terutama ibu penting dalam keluarga terutama dalam hal ketersediaan makan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam keluarga sangat penting karena dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dalam keluarga. Untuk itu peneliti menyarankan agar ibu lebih memberikan perhatian terhadap pola konsumsi anak dengan cara membawakan bekal yang cukup energi dan zat gizi seperti bekal yang didalamnya terdapat nasi, sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu (Kurniasih, dkk, 2010). 6. Hubungan Pengetahuan Gizi Anak dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa yang memiliki pegetahuan terkait gizi yang baik sebanyak 63,2%. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,557 (>0.05), pvalue karbohidrat =0,225, pvalue protein= 0,854, dan pvalue lemak= 0,854 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asrina, dkk (2013) yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan zat gizi makro. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
106
Yuliansyah (2007) dalam Septiana (2011) yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan dapat diasumsikan, karena pada anak kelas 5 dan 6 mendapatkan kurikulum pendidikan gizi pada mata pelajaran IPA. Sehingga untuk pengetahuan mendasar tentang gizi mereka suda tahu. Hal ini didukung oleh perbedaan jumlah jawaban benar antara kelas 4, 5, dan 6. Untuk jawaban benar pada anak kelas 4 kurang lebih 40-60. Sedangkan untuk anak kelas 5 dan 6 jumlah jawaban benar 60-100. Hal ini dapat terjadi karena pada anak kelas 4 belum mendapat kurikulum pendidikan gizi. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sukandar (2009) dalam Widyantara (2013) yang menjelaskan bahwa pengaruh pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan zat gizi tidak selalu linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, belum tentu konsumsi energi dan zat gizi yang diterapkan akan baik. Karena konsumsi energi dan zat gizi jarang dipengaruhi langsung oleh pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan keterampilan gizi. Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu mendasari pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh kebiasaan dan kemampuan daya beli. Namu hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian hasil penelitian Aminah (2007) dalam Mardhina, dkk (2014) yang
107
menemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak, artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Karena informasi yang diterima berupa pengetahuan dapat diterapkan pada pola konsumsi makan. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil analisis tidak diterapkannya pengetahuan gizi yang didapatkan dari sekolah oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. 7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa di MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa yang memiliki body image positif sebanyak 85%. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue
energi= 0,557,
pvalue
karbohidrat =0,590, pvalue protein= 1,000, dan pvalue lemak= 0,316 (>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2003) yang menemukan tidak ada hubungan antara body image dengan konsumsi energi dan protein. Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ervina (2007) dalam Chairiah
108
(2012) yang memenemukan tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan dapat dikarenakan pola konsumsi makan yang diterapkan tidak hanya dipengaruhi oleh persepsi tubuh ideal saja. Tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu pola asuh orang tua, seperti kepercayaan dan riwayat keluarga yang memandang tubuh ideal sebagai bagian penting serta pengaruh dari peer grup, dimana didapatkan dari pergaulan teman sebaya. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Chairah (2012) yang menemukan bahwa ada hubungan antara body image dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa semakin positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin buruk pola makannya. Dapat dimpulkan dari hasil penelitian bahwa sebagian besar responden sudah memiliki pandangan body image yang positif, sehingga faktor ini tidak bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Karena adanya pandangan pada siswa terhadap bentuk tubuh yang sudah baik. Sehingga, dapat diasumsikan mereka memiliki tanggapan bahwa pola konsumsi makan yang sedikit maupun banyak tidak akan mempengaruhi ke bentuk tubuh mereka dan
tidak
ada
yang
melakukan
diet.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsusmi makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 65,4% siswa yang konsumsi energinya kurang dari AKG, terdapat 73,7% siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari AKG, dan sebesar 62,4% siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari AKG. Sedangkan 61,7% siswa memiliki konsumsi protein yang cukup dari AKG. 2. Rata-rata umur siswa adalah 10,59 tahun. 3. Sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan. 4. Sebagian besar ibu siswa berpendidikan SMA yaitu sebesar 63,2%. 5. Rata-rata uang jajan siswa adalah Rp 8,067. 6. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua yaitu sebesar 65,4%. 7. Sebagian besar siswa memiliki pengetahuan terkait gizi kategori baik yaitu sebesar 63,2%. 8. Sebagian besar siswa memiliki body image positif yaitu sebesar 85%. 9. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 109
110
10. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 11. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 12. Tidak ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 13. Ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 14. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. 15. Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015. B. Saran 1. Sekolah a. Kepada pihak sekolah tetap mempertahankan pendidikan ipa terhadap kelas 5 dan 6 dan lebih membahas tentang bekal dan jajanan sehat yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi seimbang.
111
b. Diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat menyediakan
jenis
jajanan sehat seperti bubur ayam, nasi goreng, jus buah dan dapat mengontrol jenis jajanan yang ada di kantin sekolah. 2. Orang tua a. Diharapkan
kepada
pihak
orang
tua,
terutama
ibu
agar
membawakan bekal seperti bekal yang didalamnya terdapat nasi, sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu kepada anak yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi seimbang ketika berada di sekolah. b. Bagi yang sudah membawakan bekal kepada anaknya, agar lebih menambahkan kualitas isi bekalnya dan memberikan variasi pada bekalnya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi seimbang. 3. Peneliti lain a. Disarankan karateristik
untuk
melakukan
penelitian
terhadap
variabel
responden yang bevariasi dan diduga berhubungan
dengan pola konsumsi makan pada anak sekolah di SD Negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, dkk. 2013. Hubungan Faktor Perilaku, Frekuensi Konsumsi Fast Food, Diet dan Genetik dengan Tingkat Kelebihan Berat Badan. Jurnal Media Gizi Indonesia, Vol. 9, hal. 20-27. AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Alamin, dkk. 2014. Hubungan Sarapan Pagi di Rumah dan Jumlah Uang Saku dengan Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah pada Siswa SDN Sukarejo 02 Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol. 3, No. 1. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama. Almatsier, S. 2011. Daur Kehidupan Dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama. Andriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Anita. 2012. Gaya Hidup Dan Kebiasaan Makan Mahasiswa. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol. 5, hal. 157-165. Asrina, Teti. Hubungan Pengetahuan, Asupan Gizi dengan Status Gizi Siswa dan Manajemen Penyelenggara Makan di SMA Negeri 2 Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Media Gizi, Vol. 2, No. 2, Februari, 2013:90-97 Anzarkusuma, dkk. 2014. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Journal of Human Nutrition Vol. 1, No. 2, hal. 135-148. Apriadji. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta, Penebar Swadaya. Ariandani, Bondika. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan Anak Sekolah. Skripsi Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi. Ariawan, I. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta, Gramedia Pustaka. Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
112
113
Aryanti, Fesy. Perbandingan Asupan Energi dan Zat Gizi Makro Pada Anak Sd (6-12 Tahun) Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua di Provinsi NTB dan NTT (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010). 2012. Tesis Universitas Esa Unggul Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi. Bappenas. 2011. Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta, Badan Penelitian Nasional. Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2004. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Data
Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Tahun 2010. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bryant, dkk. 2004. Nutritients for Cognitive Development in School Age Childreen. Nutrition Reviews, 62, 8, 295-306. Chaplin 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, PT Raja Grafindo. Chairiah, Putri. 2012. Hubungan Gambaran Body Image dan Pola Makan Remaja Puti di SMAN 34 Jakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Cristina, dkk. 2014. WHO Adolescents Are Not Happy with Their Body Image. Journal of Gender and feminist Studies, Vol 2. Dahlan, Sopiyudin. 2009. Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika Daryono. 2003. Hubungan antara Konsumsi Makanan, Kebiasaan Makan dan Faktor-Faktor Lain dengan Status Gizi Anak Sekolah di SD Islam Al Falah Jambi Tahun 2003. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Depok. Deboran, Salvo., et all. 2012. Food Group Intake Patterns and Nutritient Intake Vany Aeross Low-Income Hispanic and African American Preschool Childreen in Atlanta. Journal Nutrition Vol 11, Number 62 dari www.nutrionj.com Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Program Gizi Makro, Jakarta, Depkes RI, Dirjen Binkesmas, Direktorat Gizi Masyarakat.
114
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Analisis Situasi Gizi Dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, Direktorat Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Hasil Riskesdas Indonesia Tahun 2007, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Dilapanga, Alfira. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Soft Drink pada Siswa Smp Negeri 1 Ciputat Tahun 2008. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012, Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Emilia, dkk. 2014. Pendidikan Gizi Sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku Gizi pada Remaja. Jurnal Tabularasa Unimed Vol.6, No. 2, 2009. Farida, Ida. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Remaja Di Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fatimah, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Unpad, Vol. 10, 2008. Hal. 37. Febry, dkk. 2011. Hubungan Iklan Makanan dan Minuman Di Media Massa dengan Frekuensi Konsumsi Junk Food Pada Remaja Di Sma Negeri 13 Palembang Tahun 2009. Publikasi Ilmiah. G, Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Getruida, dkk. 2010. Konsumsi Makanan Jajanan, Konsumsi Makanan di Rumah dan Status Gizi Anak di SDN 04 Petang
Jakarta Timur, Jurnal .Nutrie
Diaita, Vol. 2. Gibney, M. J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
115
Gibson, R. S. 2005. Principles Of Nutritional Assessment, New York, Oxford University Press. Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Publikasi Ilmiah. 5 Februari 2005, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hermina, dkk. 1998. Keragaan Penerapan Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam Pelaksanaan PMT-AS di Pedesaan di Lampung Tengah. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan (PGM). Vol. 35, No. 1, 1998. ISSN: 0125-9717. Heather, Patrick. 2013. Review of Family and Social Determinants of Childreens Eating Patterns and Diet Quality. Journal of The American College of Nutrition Vol. 24, Number 2, 2013. Joshi, HS. 2011. Determinants of Nutritional Status of School Children. A cross Sectional Study in the Western Region of Nepal. Journal NJIRM, 2 (1): 1015 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi, Bogor, Institut Pertanian Bogor. Khomsan 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup, Jakarta, PT Grafindo Persada. Kolopaking R., Ariyanti, F., Fahmida, U., Firmansyah, A., Karyadi, E., Haryanthi, LPS. 2015. Using Prelede Model Develop Nutrition Education Program for Mid-Low Income Islamic Elementary School Children in Urban Area Of Indonesia. Dipresentasikan pada Simposium Nutrition Education from Assessment to Intervension 12 Yokohana, Jepang.
th
Asian Congress of Nutrition, 15-18 Mei,
116
Karina L, allen, et all. 2014. Maternal and Family Factors and Child Eating Pathology Risk and Protective Relationship. Journal of Eating Disorders Vol. 2, Number. 11, 2014. Katrine, A, et all. 2001. Relatioships Between Use of Television During Meals and Childreen Food Consumption Patterns. Journal of the Pediatric, Vol. 107, Number. 1, 2001. Kirana. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Energi dan Protein pada Peserta Didik SLTPN Jakarta Tahun 2007. Skripsi FKM UI. Kurniasih, Dedeh. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, Jakarta, PT Gramedia. Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, UK University, John Willey and Sors. Lestari, I. D. 2013. Identifikasi Perilaku Diet Remaja Putri Menggunakan Teori Pendekatan Who. Jurnal Promkes, Vol. 1, hal. 67-75. Luciana, et all. 2012. Presscholl Childreen Dietary Pattern and Associated Factors. Journal Pediatric Vol 88, Number 2, 2012. ISSN: 0021-7557. Lucy, J. Cooke., Jane, Wardle. 2005. Age and Gender Difference in Childreen's Food Preference. Journal British of Nutrition Vol 93, issue 05, 2005. Mangdy, A, Darwish. 2014. Lifestyle and Dietary Behaviors Among Saudi Prescholl Childreen Attending Primary Health Care Centers, Eastearn Saudi Arabia. International Journal of Family Medicine, 2014. Mardhina, dkk . 2014. Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Body Image Dengan Frekuensi Konsumsi Fast Food Remaja Putri Di Smk N 4 Surakarta. Jurnal Kebidanan Vol. 6, No. 2. Mayapadin, W. Y. 2006. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya Dengan Konsumsi
Makanan Pokok Rumah Tangga Pada
Masyarakat
Di
Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Tesis. Universitas Diponegoro. Merrit, L. P. W. J. 2012. Agar Anak Pandai Mengelola Uang, Making Allowances, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
117
Mufidah, N. L. 2012. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan:Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt Oleh Keluarga. Jurnal Biokultur, Vol. 1, hal 157178. Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta, Rineka Cipta. Notoadmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta, Rineka Cipta. Nuryanto. 2009. Studi Prevalensi Masalah Gizi Ganda Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Kota Lubuk Linggau. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.9, No.3. Pahlevi, Elisa. A. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, hal. 122-126. Panjaitan, Erika. 2008. Konsumsi Pangan pada Masyarakat Petani. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Profil Puskesmas Kalibata 2. 2014. Data Antropometri dan Status gizi, Jakarta, Puskesmas Kalibata 2. Persagi .2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga, Jakarta, Kompas Media Nusantara. Puspitasari, A. 2007. Mengukur Konsep Diri Anak, Jakarta, Elex Media Komputindo. Puji, Syifa. 2011. Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Pola Makan pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Regar, Evan, Rini, Soekartini. 2013. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Jurnal Media Gizi, Vol.3, No. 1, Desember, 2013. Resty, Ryadinency, Veny, Hadju. 2012. Asupan Gizi Makro, Penyakit Infeksi, dan Status Pertumbuhan Anak Usia 6-7 Tahun di Kawasan Pembuangan Akhir Makasar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No. 1, Agustus, 2012, 49-53
118
Sabri, Luknis, Hastono Priyono Sutanto. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta, Rajawali Pers Sada, dkk. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, Dan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia. Volume 2, 2012. hal 44-48. Saifah, A. 2011. Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya, Dan Media Massa Dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis Universitas Indonesia. Saputra, A. D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Siswa Kelas Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, 2012. Sebataraja, dkk. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 3, No 2. Septiana, Lesy, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi dan Protein pada Peserta Didik di MAN Cendekia Serpong Tahun 2010. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakarat UIN Jakarta. Sofianita, dkk 2015. Peran Pengetahuan Gizi Dalam Menentukan Kebiasaan Sarapan Anak-Anak Sekolah Dasar Negeri di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Jurnal Gizi Pangan, Vol. 10, No. 1, 2009, hal 57-62, ISSN 19781059. Suci, E. S. T. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar Di Jakarta. Jurnal Psikobuana, Vol. 1, hal. 29-38. Suhardjo.1989. Sosial Budaya Gizi, Bogor, Ipb Pau Pangan dan Gizi. Suhardjo. 2006. Pangan, Gizi, dan Pertanian, Bogor, Ui Press. Supariasa, N. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran, Jakarta, EGC. Rezkiana Etika. 2013. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pda Siswi di 3 SMA Negeri di Kota Tegal Jawa Tengah Tahun 2013. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
119
Tahir, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak umur 6-12 Tahun di SDN Wilayah Kerja Puskesmas Bungi Pinnung. Jurnal Universitas Hassanudin, Vol. 2, No. 4, ISSN: 2302-1721. Taras, H. 2005. Nutrition, and Student Performance at School. Journal of School Health, Vol. 75, Number 6. Todaro, M, P., Smith, S, C., 2005. Economic Development 9
th
Edition Pearsen.
Addision Wesley. Tienne, dkk. 2013. Hubungan Status Stress Psikososial dengan Konsumsi Makanan dan Status Gizi Siswa SMU Methodist 8 Medan. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemologi, Vol. 2, No. 6. UUD. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Indonesia. UNICEF. 1998. The World Childreen. diakses pada 18 Mei 2015 dari http://www.unicef.org/publications. WHO. 2005. The Who Child Growth Standards. WHO. 2013. Underweight In Childreen. Akses dari WHO Web: www.WHO.com Widyantara, dkk. 2013. The Relation of Fast Food Eating Habits, Physical Activity And Nutrition Knowledge With The Nutritional Status of First Year Medical Student of University of Lampung. Jurnal Universitas Lampung, 2013. ISSN 2337-3776. Wijaya, S. 2005. Studi Eksploratif Perilaku Mahasiswa Uk. Petra Dalam Memilih Fast Food Restaurant Dan Non Fast Food
Restaurant Di Surabaya.
Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 1, hal.80-86. Worthington, B. S. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle, United, McgrawHill Book Companies Inc. Yulni. 2014. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Universitas Hasanudin, Vol. 2, 2014.
Kota Makassar Tahun 2013. Jurnal
120
LAMPIRAN
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN Disusun Oleh: Alvina Yarra Putri 1111101000086 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Saya mahasiswi gizi program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Guna memenuhi tugas akhir (Skripsi) saya melakukan penelitian tentang “FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI MAKAN PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH UNWANUL HUDA DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2015”. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner yang telah saya buat. Jawaban saudara akan dijaga kerahasiannya sehingga kejujuran saudara dalam menjawab kuesioner akan saya hargai. Atas kesediaan dan partisipasinya, semoga ALLAH SWT membalas kebaikan saudara. Kurang lebihnya mohon maaf dan terimakasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner yang telah disediakan dibawah ini Tanggal pengisian: No. Responden: Responden, (...................................)
A. IDENTITAS ANAK 1.
Nama:
2.
Tempat/tanggal lahir:
3.
Jenis Kelamin:
1. Perempuan 2. Laki-laki
4.
Kelas:
B. IDENTITAS ORANG TUA 1.
Nama Ibu:
2.
Pendidikan terakhir:
3.
1.
Tidak Sekolah
2.
Sekolah Dasar (SD)
3.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
5.
Diploma (D1/D2/D3)
6.
Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
Nomer tlp/hp
C.UANG JAJAN
Coding
(diisi
oleh
(diisi
oleh
peneliti) 1.
Berapa uang jajan makanan
Rp
per hari D. PERAN ORANG TUA
Coding peneliti)
1.
2.
3.
Orang tua memberitahu saya manfaat dari makan lauk pauk
1. Ya
Orang tua membiarkan saya makan tanpa buah
1. Ya
Orang tua menyuruh saya untuk memakan sayuran seperti bayam, kangkung, jengkol
1. Ya
2. Tidak
2. Tidak
2.
Tidak
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Orang tua saya menganjurkan saya untuk sarapan setiap hari agar dapat konsentrasi Orang tua saya terbiasa makan tanpa mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
1. Ya
Orang tua menyediakan sayuran untuk saya setiap hari di rumah Orang tua menyediakan lauk-pauk seperti daging, ikan, ayam untuk saya setiap hari Orang tua saya menyediakan buah-buahan segar buat saya setiap hari Orang tua saya menyuruh saya minum air putih minimal 8 gelas sehari Orang tua saya menyediakan sarapan setiap pagi Orang tua saya menyediakan makanan dalam keadaan tertutup di meja makan
1. Ya
Orang tua saya mempunyai jadwal makan bersama setiap hari
1. Ya
Orang tua dan saya makan bersama minimal 1 kali sehari Orang tua saya tidak terbiasa sarapan setiap pagi
1. Ya
Orang tua saya makan laukpauk seperti ikan, daging, ayam setiap hari
1. Ya
Orang tua saya tidak makan sayur hijau setiap hari
1. Ya
2. Tidak 1. Ya 2. Tidak
2. Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak
2. Tidak
2. Tidak 1. Ya 2. Tidak
2. Tidak
2. Tidak
17.
Orang tua saya makan buah setiap hari
3. Ya 4. Tidak
E.PENGETAHUAN GIZI
Coding peneliti)
1.
Zat-zat pada makanan yang
1. Makanan enak
berfungsi untuk
2. Gizi
pertumbuhan dan
3. Karbohidrat dan
perkembangan adalah pengertian
protein 4. Vitamin dan mineral
2.
3.
Makanan seperti nasi,
1. Karbohidrat
jagung, ubi adalah makanan
2. Vitamin
yang mengandung zat gizi
3.
Protein
4.
Mineral
Zat gizi apa yang terdapat pada
1. Vitamin
buah adalah
2. Protein 3. Karbohidrat 4. Lemak
4.
Zat gizi apa yang tedapat
1. Protein
pada ikan
2. Karbohidrat 3. Vitamin 4.
5.
Mineral
Tahu, tempe, dan kacang-
1. Karbohidrat
kacangan adalah makanan
2. Vitamin
yang mengandung zat gizi
3. Protein nabati 4. Lemak
(diisi
oleh
6.
7.
Wortel dan tomat adalah
1.
Sayuran
jenis makanan
2.
Buah
3.
Kacang
4.
Daging
Susu dan telur adalah jenis
1. Protein
makanan yang mengandung
2. Karbohidrat
zat gizi
3. Vitamin 4. Mineral
8.
Jeruk adalah buah yang
1. Vitamin A
banyak mengandung
2. Vitamin C
vitamin
3. Vitamin D 4. Vitamin K
9.
Sayuran hijau banyak
1. Vitamin Dan
terdapat zat gizi
Mineral 2. Karbohidrat 3. Protein 4.
10.
Lemak
Makanan yang banyak
1. Nasi dan ikan
mengandung vitamin yaitu
2.
Nasi dan sayur
3. Sayur dan buah 4. Buah dan ikan 11.
Manfaat makan pagi atau sarapan adalah
1. Supaya konsentrasi menerima pelajaran 2. Supaya tidak lemas 3. Supaya tubuh menjadi kuat 4. Benar semua
F. Body Image No.
Pernyataan
Sangat
Tidak
Ragu-
tidak
setuju
ragu
Setuju Sangat setuju
setuju (1)
Coding (diisi oleh
(2)
(3)
(4)
(5)
penelit i)
1.
Saya merasa tubuh saya sehat dengan bentuk tubuh saat ini
2.
Saya
berpendapat
bagaimana
pun
bentuk
tubuh saya baik gemuk, kurus, sedang adalah sehat 3.
Saya dengan
merasa
nyaman
keadaan
bentuk
tubuh saat ini 4.
Saya berpendapat ukuran tubuh saya saat ini terlihat baik-baik saja
5.
Bentuk tubuh saya saat ini tidak
mengganggu
saya
dalam melakukan kegiatan sehari-hari 6.
Orang
tua
saya
bangga
dengan bentuk tubuh saya saat ini 7.
Penampilan saya saat ini menarik
8.
Bentuk tubuh saya saat ini tidak sedikit pun mempengaruhi saya bergaul dengan teman-teman
No.
Pernyataan
Sangat
Tidak
Ragu-
tidak
setuju
ragu
Setuju Sangat setuju
setuju (1)
Coding (diisi oleh
(2)
(3)
(4)
(5)
penelit i)
9.
Saya akan tetap mempertahankan bentuk tubuh saya saat ini
10.
Saya akan tetap mempertahankan bentuk tubuh saya karena membuat saya terlihat menarik
11.
Saya tetap mengikuti kegiatan bersama temanteman dengan bentuk tubuh saya saat ini
Sumber: modikasi dari Kemenkes (2014), Saifah (2012), Darsono (2003), peneliti sendiri
Lembar Food Recall
Nama
:
Kelas
:
Hari/ Tanggal : Waktu
Masakan/Menu
Bahan Makanan
Banyaknya yang Dikonsumsi Jumlah (URT)
Sumber: Kemenkes, 2013
Berat (gr)
Hasil Uji Validitas
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
orang tua memberitahu saya manfaat dari makan lauk
9.8667
28.947
.628
.958
9.3333
28.713
.759
.956
9.3667
28.033
.872
.954
9.8667
29.016
.613
.958
9.3667
28.033
.872
.954
9.8667
28.947
.628
.958
9.8667
28.947
.628
.958
9.9000
29.197
.604
.958
9.3333
28.713
.759
.956
9.8667
29.844
.436
.961
pauk orang tua membiarkan saya makan tanpa buah orang tua menyuruh saya untuk memakan sayuran seperti bayam, kangkung,jengkol orang tua menganjurkan saya untuk sarapan setiap hari agar dapat konsentrasi orang tua saya terbiasa makan tanpa mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir orang tua menyediakan sayuran untuk saya setiap hari dirumah orang tua menyediakan laukpauk seperti daging, ikan,ayam untuk saya setiap hari orang tua menyediakan buah-buahan segar buat saya setiap hari orang tua menyuruh saya minum air putih minimal 8 gelas sehari orang tua menyediakan sarapan setiap pagi
orang tua menyediakan makanan dalam keadaan
9.3667
28.033
.872
.954
9.3333
28.713
.759
.956
9.3333
28.713
.759
.956
9.3667
28.033
.872
.954
9.3667
28.033
.872
.954
9.3667
28.033
.872
.954
9.3667
28.033
.872
.954
tertutup di meja makan orang tua saya mempunyai jadwal makan bersama setiap hari orang tua dan saya makan bersama minimal 1 kali sehari orang tua saya tidak terbiasa sarapan setiap pagi orang tua saya makan laukpauk seperti ikan,daging, ayam setiap hari orang tua saya tidak makan sayur hijau setiap hari orang tua saya makan buah setiap hari
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
zat-zat pada makanan yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan adalah
10.6333
58.378
.962
.954
10.5333
58.120
.960
.954
11.5333
69.844
.447
.968
10.9333
61.720
.702
.963
11.5333
69.844
.447
.968
pengertian makanan seperti nasi,jagung, ubi adalah makanan yang mengandung zat gizi zat gizi yang terdapat pada buah adalah zat gizi apa yang terdapat pada ikan wortel dan tomat adalah jenis makanan
tahu,tempe, dan kacangkacangan adalah makanan
10.4667
59.430
.893
.957
11.0000
58.966
.809
.960
10.6333
58.378
.962
.954
10.5333
58.120
.960
.954
10.5333
58.120
.960
.954
10.6667
62.023
.859
.958
yang mengandung zat gizi susu dan telur adalah jenis makanan yang mengandung zat gizi jeruk adalah buah yang banyak mengandung vitamin sayuran hijau banyak terdapat zat gizi makanan yang banyak mengandung vitamin yaitu manfaat makan pagi atau sarapan adalah
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted saya tahu makanan bergizi dari tv
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
5.7667
8.668
.799
.856
5.6667
9.126
.694
.865
5.8333
9.247
.559
.875
5.8000
9.407
.510
.878
5.7000
8.700
.835
.854
5.9333
9.789
.368
.889
saya jarang makan buah karena acara tv yang mengatakan buah diberi pengawet saya makan sayuran karena melihat program masakan di tv saya sering makan lauk-pauk seperti ikan,daging,ayam, sayuran karena mengetahui manfaatnta di tv saya sering membeli makanan ringan/jajan seperti iklan di tv saya sering sarapan karena mendengar manfaatnya melalui tv
saya sering makan indomie karena melihat iklan indomie
5.7000
9.321
.589
.872
5.6333
9.137
.727
.863
5.8000
9.407
.510
.878
5.7667
9.220
.589
.872
di televisi saya membeli makanan ringan/jajan seperti yang ada di iklan di radio saya minum air putih minimal 8 gelas per hari karena melihat iklan di tv saya tahu manfaat makanan bergizi dari radio
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
saya merasa tubuh saya sehat dengan bentuk tubuh
30.9000
34.507
.613
.872
30.7333
35.237
.766
.866
30.7333
35.237
.766
.866
30.9333
34.685
.603
.873
30.7333
35.237
.766
.866
30.7333
35.237
.766
.866
31.3333
33.333
.611
.873
saat ini saya berpendapat bagaimana pun bentuk tubuh saya baik gemuk, kurus, sedang, adalah sehat saya merasa nyaman dengan keadaan bentuk tubuh saya saat ini saya berpendapat ukuran tubuh saya saat ini terlihat baik-baik saja bentuk tubuh saya saat ini tidak mengganggu saya dalam melakukan kegiatan sehari-hari orang tua saya bangga dengan bentuk tubuh saya saat ini penampilan saya saat ini menarik
bentuk tubuh saya saat ini tidak sedikit pun mempengaruhi saya bergaul
30.9333
35.030
.568
.875
31.8333
35.385
.361
.896
32.0667
35.926
.415
.887
30.7333
35.237
.766
.866
dengan teman-teman saya akan tetap mempertahankan bentuk tubuh saya saat ini saya akan terus mempertahankan bentuk tubuh saya karena membuat saya terlihat menarik saya akan tetap mengikuti kegiatan bersama temanteman dengan bentuk tubuh saya saat ini
Hasil realibilitas Variabel Peran Orang Tua
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.958
17
Variabel Pengetahuan Gizi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.963
11
Variabel Peran Media Massa Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.882
10
Variabel Body Image Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .884
N of Items 11
Uji Normalitas Umur responden Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov
kecukupan
Shapiro-Wilk
konsumsi energi umur_responden
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kurang
.198
87
.000
.861
87
.000
cukup
.220
46
.000
.870
46
.000
a. Lilliefors Significance Correction
Uang Jajan_Responden
Tests of Normality kecukupan
a
Kolmogorov-Smirnov
Shapiro-Wilk
konsumsi energi uangjajan_responden
a. Lilliefors Significance Correction
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kurang
.225
87
.000
.865
87
.000
cukup
.228
46
.000
.816
46
.000
OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT
Konsumsi Energi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
87
65.4
65.4
65.4
Cukup Total
46 133
34.6 100.0
34.6 100.0
100.0
Konsumsi Karbohidrat Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
98
73.7
73.7
73.7
Cukup Total
35 133
26.3 100.0
26.3 100.0
100.0
Konsumsi Protein Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
51
38.3
38.3
38.3
Cukup Total
82 133
61.7 100.0
61.7 100.0
100.0
Konsumsi Lemak Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
83
62.4
62.4
62.4
Cukup Total
50 133
37.6 100.0
37.6 100.0
100.0
Jenis kelamin
Frequency Valid
Perempuan laki-laki Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
69
51.9
51.9
51.9
64
48.1
48.1
100.0
133
100.0
100.0
Pendidikan Ibu Siswa Frequency Valid
Sd Smp Sma Perguruan Tinggi Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
9
6.8
6.8
6.8
15 84 25 133
11.3 63.2 18.8 100.0
11.3 63.2 18.8 100.0
18.0 81.2 100.0
Peran Orang Tua Frequency Valid
Tidak ada pengaruh Ada pengaruh Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
87
65.4
65.4
65.4
46 133
34.6 100.0
34.6 100.0
100.0
Pengetahuan Gizi
Frequency Valid
Kurang
Valid Percent
Cumulative Percent
49
36.8
36.8
36.8
84
63.2
63.2
100.0
133
100.0
100.0
Baik Total
Percent
Body image
Frequency Valid
Negatif Positif Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
20
15.0
15.0
15.0
113
85.0
85.0
100.0
133
100.0
100.0
Umur siswa Cumulative Frequency Valid
Valid Percent
22
16.6
15.9
15.9
10
43
32.3
32.6
48.5
11
37
27.8
28.0
76.5
12
31
23.3
23.5
100.0
133
100
100.0
1
.8
133
100.0
System
Total
Statistics Umur Siswa N
Percent
9
Total Missing
Percent
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean
133 0 10.59 .088
Median
11.00
Std. Deviation
1.016
Minimum
9
Maximum
12
Statistics Uang Jajan Siswa N
Valid Missing
133 0
Mean
8067.67
Std. Error of Mean
282.229
Median
7000.00
Std. Deviation
3.255E3
Minimum
2000
Maximum
20000
OUTPUT ANALISIS BIVARIAT Crosstabs Jenis kelamin_siswa*Pola Konsumsi Makan Siswa Crosstab Konsumsi Energi Kurang Jenis kelamin_responden
Perempuan
Count % within jeniskelamin responden
laki-laki
Count % within jeniskelamin responden
Total
Count % within jeniskelamin responden
Cukup
Total
41
28
69
59.4%
40.6%
100.0%
46
18
64
71.9%
28.1%
100.0%
87
46
133
65.4%
34.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
sided)
sided)
a
1
.131
1.759
1
.185
2.291
1
.130
2.277 b
Df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (1-sided)
.148 2.259
1
.133
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,14. b. Computed only for a 2x2 table
.092
Crosstab konsumsi karbohidrat kurang jeniskelamin responden
Perempuan
Count % within jeniskelamin responden
laki-laki
Count % within jeniskelamin responden
Total
Count % within jeniskelamin responden
cukup
Total
49
20
69
71.0%
29.0%
100.0%
49
15
64
76.6%
23.4%
100.0%
98
35
133
73.7%
26.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.468
.280
1
.597
.529
1
.467
.527 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.556 .523
1
.470
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,84. b. Computed only for a 2x2 table
.299
Crosstab konsumsi protein kurang jeniskelamin responden
Perempuan
Count % within jeniskelamin responden
laki-laki
responden Total
47
69
31.9%
68.1%
100.0%
29
35
64
45.3%
54.7%
100.0%
51
82
133
38.3%
61.7%
100.0%
Count % within jeniskelamin responden
Total
22
Count % within jeniskelamin
Cukup
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.112
1.996
1
.158
2.538
1
.111
2.532 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
.153 2.513
Association b
N of Valid Cases
1
.113
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,54. b. Computed only for a 2x2 table
.079
Crosstab konsumsi lemak kurang jeniskelamin responden
Perempuan
Count % within jeniskelamin responden
laki-laki
Count % within jeniskelamin responden
Total
Count % within jeniskelamin responden
cukup
Total
39
30
69
56.5%
43.5%
100.0%
44
20
64
68.8%
31.2%
100.0%
83
50
133
62.4%
37.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.146
1.627
1
.202
2.127
1
.145
2.116 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.157 2.100
1
.147
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,06. b. Computed only for a 2x2 table
.101
Pendidikan Ibu Responden*Pola Konsumsi Makan Siswa Crosstab konsumsi karbohidrat kurang pendidikan ibu responden Sd
Count
cukup
Total
7
2
9
77.8%
22.2%
100.0%
11
4
15
73.3%
26.7%
100.0%
62
22
84
73.8%
26.2%
100.0%
18
7
25
72.0%
28.0%
100.0%
98
35
133
73.7%
26.3%
100.0%
% within pendidikan ibu responden Smp
Count % within pendidikan ibu responden
Sma
Count % within pendidikan ibu responden
Perguruan Tinggi Count % within pendidikan ibu responden Total
Count % within pendidikan ibu responden
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.990
Likelihood Ratio
.118
3
.990
Linear-by-Linear Association
.083
1
.774
N of Valid Cases
133
Pearson Chi-Square
.116
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,37.
Crosstab konsumsi protein kurang pendidikan ibu responden Sd
Count
cukup
Total
2
7
9
22.2%
77.8%
100.0%
5
10
15
33.3%
66.7%
100.0%
36
48
84
42.9%
57.1%
100.0%
8
17
25
32.0%
68.0%
100.0%
51
82
133
38.3%
61.7%
100.0%
% within pendidikan ibu responden Smp
Count % within pendidikan ibu responden
Sma
Count % within pendidikan ibu responden
Perguruan Tinggi
Count % within pendidikan ibu responden
Total
Count % within pendidikan ibu responden
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.513
2.383
3
.497
Linear-by-Linear Association
.238
1
.626
N of Valid Cases
133
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
2.298
a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,45.
Crosstab konsumsi lemak kurang pendidikan ibu responden sd
Count
cukup
Total
6
3
9
66.7%
33.3%
100.0%
10
5
15
66.7%
33.3%
100.0%
54
30
84
64.3%
35.7%
100.0%
13
12
25
52.0%
48.0%
100.0%
83
50
133
62.4%
37.6%
100.0%
% within pendidikan ibu responden smp
Count % within pendidikan ibu responden
sma
Count % within pendidikan ibu responden
Perguruan Tinggi Count % within pendidikan ibu responden Total
Count % within pendidikan ibu responden
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.690
1.438
3
.697
Linear-by-Linear Association
.900
1
.343
N of Valid Cases
133
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
1.466
a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,38.
Peran_orang tua *Pola Konsumsi Makan Siswa Crosstab Konsumsi Energi Kurang peran orang tua
Pengaruh
Count % within peran orang tua
tidak pengaruh
Count % within peran orang tua
Total
Count % within peran orang tua
Cukup
Total
23
23
46
50.0%
50.0%
100.0%
64
23
87
73.6%
26.4%
100.0%
87
46
133
65.4%
34.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
Df a
1
.007
6.380
1
.012
7.262
1
.007
7.384 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.008 7.329
1
.006
.007
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,91.
Crosstab konsumsi karbohidrat kurang peranorangtua
tidak ada pengaruh
Count % within peranorangtua
ada pengaruh
Count % within peranorangtua
Total
Count % within peranorangtua
Cukup
Total
69
18
87
79.3%
20.7%
100.0%
29
17
46
63.0%
37.0%
100.0%
98
35
133
73.7%
26.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.069
4.106
1
.043
3.994
1
.046
3.310 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.062
Linear-by-Linear Association
4.075
b
N of Valid Cases
1
.036
.044
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,11. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab konsumsi protein kurang peranorangtua
tidak ada pengaruh
Count % within peranorangtua
ada pengaruh
Count % within peranorangtua
Total
Count % within peranorangtua
Cukup
Total
37
50
87
42.5%
57.5%
100.0%
14
32
46
30.4%
69.6%
100.0%
51
82
133
38.3%
61.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.072
4.385
1
.049
4.893
1
.069
4.862 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.194 4.848
1
.074
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,64. b. Computed only for a 2x2 table
.119
Crosstab konsumsi lemak kurang peranorangtua
tidak ada pengaruh
Count % within peranorangtua
ada pengaruh
Count % within peranorangtua
Total
Count % within peranorangtua
Cukup
Total
53
34
87
60.9%
39.1%
100.0%
30
16
46
65.2%
34.8%
100.0%
83
50
133
62.4%
37.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.056
3.089
1
.045
3.238
1
.057
3.237 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.708
Linear-by-Linear Association
3.235
b
N of Valid Cases
1
.384
.054
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,29. b. Computed only for a 2x2 table
Pengetahuan Gizi* Pola Konsumsi Makan Siswa Crosstab konsumsi karbohidrat Kurang pengetahuan gizi
Kurang
Count % within pengetahuan gizi
Baik
Count % within pengetahuan gizi
Total
Count % within pengetahuan gizi
cukup
Total
33
16
49
67.3%
32.7%
100.0%
65
19
84
77.4%
22.6%
100.0%
98
35
133
73.7%
26.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df a
1
.205
1.131
1
.288
1.581
1
.209
1.607 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.225
Linear-by-Linear Association
1.595
b
N of Valid Cases
1
.144
.207
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,89. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab konsumsi protein Kurang pengetahuan gizi
kurang
Count % within pengetahuan gizi
baik
Count % within pengetahuan gizi
Total
Count % within pengetahuan gizi
cukup
Total
18
31
49
36.7%
63.3%
100.0%
33
51
84
39.3%
60.7%
100.0%
51
82
133
38.3%
61.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.205
1.131
1
.288
1.581
1
.209
1.607 b
Df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.225 1.595
1
.207
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,89. b. Computed only for a 2x2 table
.144
Crosstab Konsumsi energi Kurang pengetahuan gizi
kurang
Count % within pengetahuan gizi
baik
Total
19
49
61.2%
38.8%
100.0%
57
27
84
67.9%
32.1%
100.0%
87
46
133
65.4%
34.6%
100.0%
Count % within pengetahuan gizi
Total
30
Count % within pengetahuan gizi
cukup
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df a
1
.438
.344
1
.557
.598
1
439
.602 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.455
Linear-by-Linear Association
.597
b
N of Valid Cases
1
.278
.440
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,79. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab konsumsi lemak Kurang pengetahuan gizi
kurang
Count % within pengetahuan gizi
baik
Count % within pengetahuan gizi
Total
Count % within pengetahuan gizi
cukup
Total
30
19
49
61.2%
38.8%
100.0%
53
31
84
63.1%
36.9%
100.0%
83
50
133
62.4%
37.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df a
1
.830
.001
1
.977
.046
1
.830
.046 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.854
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.046
1
.831
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,42. b. Computed only for a 2x2 table
Body Image *Pola Konsumsi Makan Siswa Crosstab konsumsi karbohidrat kurang bodyimage
negatif
Count % within bodyimage
positif
Count % within bodyimage
Total
Count % within bodyimage
Cukup
Total
16
4
20
80.0%
20.0%
100.0%
82
31
113
72.6%
27.4%
100.0%
98
35
133
73.7%
26.3%
100.0%
.487
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df a
1
.487
.177
1
.674
.508
1
.476
.484 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.590
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.481
1
.347
.488
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab konsumsi protein kurang bodyimage
negatif
Count % within bodyimage
positif
Count % within bodyimage
Total
Count % within bodyimage
Cukup
Total
8
12
20
40.0%
60.0%
100.0%
43
70
113
38.1%
61.9%
100.0%
51
82
133
38.3%
61.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.869
.000
1
1.000
.027
1
.869
.027 b
Df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
1.000 .027
1
.869
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,67. b. Computed only for a 2x2 table
.528
Crosstab konsumsi lemak kurang bodyimage
negatif
Count % within bodyimage
positif
Count % within bodyimage
Total
Count % within bodyimage
Cukup
Total
15
5
20
75.0%
25.0%
100.0%
68
45
113
60.2%
39.8%
100.0%
83
50
133
62.4%
37.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df a
1
.207
1.022
1
.312
1.673
1
.196
1.591 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.316
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
1.579
1
.209
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,52. b. Computed only for a 2x2 table Crosstab konsumsi energi kurang bodyimage
negatif
Count % within bodyimage
positif
Count % within bodyimage
Total
Count % within bodyimage
Cukup
Total
17
3
20
85.0%
15.0%
100.0%
70
43
113
61.9%
38.1%
100.0%
87
46
133
65.4%
34.6%
100.0%
.156
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.046
3.038
1
.081
4.484
1
.034
3.992 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.072 3.962
1
.047
133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26. b. Computed only for a 2x2 table
.036
Umur Responden_Pola Konsumsi Makan Correlations umur_responden konsumsi energi Spearman's rho
umur_responden
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
**
.
.000
133
133
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.002
.
N
133
133
N konsumsi karbohidrat
-.262
Correlation Coefficient
-.262
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations konsumsi umur_responden Spearman's rho
umur_responden
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
-.328
.000
133
133
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
133
133
Correlation Coefficient
-.328
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations umur_responden konsumsi protein Spearman's rho
umur_responden
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
-.366
**
.
.000
133
133
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
133
133
N konsumsi protein
**
.
N konsumsi karbohidrat
karbohidrat
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
-.366
Correlations umur_responden konsumsi lemak Spearman's rho
umur_responden
Correlation Coefficient
1.000
-.338
.
.000
133
133
-.338
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
133
133
Sig. (2-tailed) N konsumsi lemak
Correlation Coefficient
Besar Uang Jajan responden*Pola Konsumsi Makan Correlations uangjajan_respo nden Spearman's rho
uangjajan_responden
Correlation Coefficient
1.000
.070
.
.424
N
133
133
Correlation Coefficient
.070
1.000
Sig. (2-tailed)
.424
.
N
133
133
Sig. (2-tailed)
konsumsi karbohidrat
konsumsi energi
Correlations
Spearman's rho
uangjajan_responden
uangjajan_respo
konsumsi
nden
karbohidrat
Correlation Coefficient
1.000
-.117
.
.181
133
133
-.117
1.000
Sig. (2-tailed)
.181
.
N
133
133
Sig. (2-tailed) N konsumsi karbohidrat
Correlation Coefficient
Correlations uangjajan_respo nden Spearman's rho
uangjajan_responden
Correlation Coefficient
1.000
.029
.
.741
N
133
133
Correlation Coefficient
.029
1.000
Sig. (2-tailed)
.741
.
N
133
133
Sig. (2-tailed)
konsumsi protein
konsumsi protein
Correlations uangjajan_respo nden Spearman's rho
uangjajan_responden
Correlation Coefficient
1.000
-.023
.
.796
133
133
-.023
1.000
Sig. (2-tailed)
.796
.
N
133
133
Sig. (2-tailed) N konsumsi lemak
konsumsi lemak
Correlation Coefficient
Hasil pengukuran recall
Nama Ahmad maulidan Ananda Lulu M. Khadafi M.haikal M. Miftah M. Rafi M. Randi M.Rizqi Nabila Nayla Siti Mawadah Shifa Zahwa Zahra
Umur 10 9 9 10 10 10 10 10 9 9 10 9 9 9 9
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
L
2098,4
113,4
317,2
P
1446,0
78,2
213,4
P
1333,5
72,1
209,0
L
1540,2
83,3
230,5
L
1180,6
63,8
167,5
L
1339,9
72,4
179,7
L
1063,1
57,5
139,0
L
1497,2
80,9
227,5
P
1378,3
74,5
170,4
P
1533,0
82,9
199,2
P
1596,3
86,3
191,6
P
1037,2
56,1
190,1
P
1441,8
77,9
218,8
P
1430,4
77,3
197,4
P
1363,2
73,7
169,1
Kecukupan AKG
Ratarata protein
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
124,9
71,3
145,5
55,8
77,5
84,0
43,0
87,8
42,2
58,6
82,3
46,9
95,7
32,6
45,2
90,8
49,4
100,8
43,6
60,6
65,9
38,9
79,4
37,5
52,1
70,7
50,3
102,7
45,3
63,0
54,7
37,8
77,2
38,5
53,5
89,6
44,9
91,7
42,5
59,0
67,1
48,2
98,4
53,5
74,3
78,4
46,6
95,2
58,9
81,8
75,4
52,7
107,5
67,3
93,4
74,9
31,2
63,7
14,3
19,8
86,1
49,8
101,7
36,9
51,2
77,7
46,4
94,7
48,4
67,2
66,6
38,8
79,2
57,5
79,8
Kelas Nama Ziyadatur Alya Salsabilah Ardian Alif Subiono Maasna Fazria Muhamad Azriel Putra Mutiah Fazhira Ahmad arzaki Ahmad zainuri Atikah Firdany Azizah Ghumaida Salsabila Intan Luciana Irza Khairul Umam Luna Maya
10 10
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
P
1597,1
86,3
231,5
P
1710,5
92,5
201,0
L
1214,4
65,6
137,7
P
1214,4
65,6
113,2
L
1214,4
65,6
173,5
P
1214,4
65,6
127,0
L
2655,8
143,6
315,0
L
829,5
44,8
121,5
P
1037,6
56,1
109,7
P
1326,8
71,7
171,4
P
1466,4
79,3
203,8
P
1869,6
101,1
214,2
P
1523,4
82,3
180,8
L
1165,4
63,0
126,7
P
1056,6
57,1
165,4
10 9 9 9 10 10 9 10 9 10 10 10 10
Kecukupan AKG
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
91,1
Ratarata protein 58,4
119,1
45,0
62,5
79,1
54,9
112,0
79,5
110,5
54,2
47,3
96,5
52,4
72,7
44,6
39,0
79,7
49,6
68,9
68,3
53,9
110,1
52,2
72,5
50,0
61,2
125,0
65,1
90,4
124,0
83,1
169,5
116,7
162,1
47,8
23,9
48,8
25,4
35,2
43,2
47,2
96,3
44,0
61,1
67,5
39,2
79,9
44,7
62,0
80,2
48,8
99,7
45,1
62,6
84,3
61,9
126,3
85,5
118,8
71,2
54,4
111,0
63,2
87,8
49,9
42,7
87,1
55,0
76,3
65,1
49,8
101,6
45,1
62,7
M.hafidzTsabit ul M.Faqih M.Ilham Jufri Nabil Nayla Nuha Tsabita M.putra Savina Swedia Syifa Rosalina
9 9 10 10 9 9 10 10 10 10 9 9
L
1160,4
62,7
129,6
L
1196,3
64,7
151,6
L
1279,9
69,2
162,9
L
1014,8
54,9
155,4
L
1273,2
68,8
190,8
P
1069,0
57,8
139,6
P
1379,7
74,6
173,7
L
1692,9
91,5
231,5
P
1667,2
90,1
241,1
P
1242,7
67,2
173,2
P
860,2
46,5
173,9
P
968,6
52,4
155,6
P
543,9
29,4
138,4
Ummu Heny Varissa rahmawati
10
Tio
10
L
764,8
99,9
119,1
Naswah
10
P
1282,9
64,1
159,0
Bambang
10
L
1312,9
63,5
157,1
A.Rifai
11
L
969,3
73,3
131,2
51,0
50,4
102,9
48,0
66,6
59,7
47,2
96,3
42,2
58,7
64,1
40,7
83,0
50,9
70,6
61,2
38,2
77,9
24,9
34,6
75,1
55,5
113,2
29,2
40,6
55,0
38,3
78,1
37,5
52,1
68,4
42,9
87,5
55,2
76,6
91,2
52,3
106,7
59,0
82,0
94,9
72,9
148,7
43,3
60,2
68,2
45,9
93,7
38,7
53,8
68,5
53,7
109,7
34,2
47,5
61,3
32,9
67,1
21,7
30,1
54,5
38,3
78,2
17,0
23,7
41,2
29,8
53,2
18,4
26,3
57,8
51,8
86,3
46,5
69,4
54,4
37,6
67,1
56,5
80,7
45,4
38,7
69,2
29,5
42,1
Umur Nama
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
Aditia
10
L
659,3
56,2
78,2
A.Faiz
10
L
1330,0
63,8
156,6
A.Iqbal
10 11
L
1062,7
50,6
132,9
L
1673,5
71,3
195,5
L
1350,1
65,6
171,2
P
1428,0
71,4
186,0
P
1668,0
83,4
177,3
L
1323,2
49,4
180,4
P
1556,3
77,8
256,1
L
951,7
68,1
122,3
L
947,8
64,9
119,5
L
1420,8
76,1
233,0
P
1596,8
79,8
187,0
P
1355,7
67,8
205,5
P
852,1
42,6
131,7
P
1245,9
62,3
145,6
A.Maulana A.Siddiq Alya P Halimah M.burhan Melia M.Fadil M.Farhan M.Riziq Nazwa Zahrani Nadia Layla Azhara Naswa Zuhaira
10 10 10 10 10 10 10 10 11 10 11 10
Kecukupan AKG
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
27,0
Ratarata protein 24,6
43,9
27,5
39,2
54,2
64,3
114,8
46,4
66,3
46,0
38,6
69,0
39,1
55,9
67,6
69,5
124,1
67,3
96,2
59,2
41,8
74,7
53,1
75,9
67,6
37,5
62,4
58,4
87,2
64,5
64,4
107,3
76,6
114,3
62,4
37,0
66,1
48,5
69,3
93,1
43,1
71,8
36,9
55,1
42,3
29,1
51,9
38,3
54,7
41,3
27,9
49,9
29,8
42,5
80,6
43,8
78,2
33,7
48,2
68,0
49,2
81,9
71,7
107,1
74,7
51,0
85,0
34,8
52,0
47,9
27,5
45,8
23,1
34,5
52,9
38,1
63,6
55,5
82,9
Umur Nama Septianti Wanda Andia Hani Nadia Nazwa S Nova Safitri Silmi Zaidatul Ananda A.gilang M.albi M.Irfan hasan M.ihsan M.Ardiansah
10 10 11 10 11 11 11 11 10 11 10 10 10 10 11
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
P
949,0
47,5
130,1
P
673,5
33,7
115,3
P
1333,0
66,7
198,7
P
1535,0
76,8
178,8
P
741,2
37,1
99,2
P
1020,5
51,0
121,2
P
1101,2
55,1
115,7
P
1121,3
56,1
149,1
P
956,1
47,8
128,9
P
2174,5
108,7
289,5
L
1221,7
57,0
159,6
L
615,0
60,9
90,9
L
1352,4
48,3
146,4
L
1185,1
60,6
159,3
L
1498,7
50,9
205,1
Kecukupan AKG
Ratarata protein
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
47,3
26,8
44,7
34,9
52,1
41,9
21,0
34,9
13,2
19,8
72,3
41,7
69,6
39,7
59,2
65,0
51,3
85,6
66,2
98,8
36,1
23,5
39,2
26,0
38,8
44,1
33,2
55,4
44,1
65,9
42,1
39,7
66,2
53,2
79,5
54,2
32,2
53,7
41,9
62,6
46,9
32,3
53,9
33,4
49,9
105,3
72,0
119,9
77,4
115,5
55,2
39,8
71,0
45,7
65,2
31,5
20,4
36,4
16,5
23,6
50,6
50,3
89,8
61,1
87,3
55,1
27,2
48,5
48,3
69,0
71,0
50,4
89,9
52,7
75,2
Umur Nama Raka Rafli Lily Ahmad fauzi A.syahlan Aulia Azka Dimas Haidar Fatimah Herlangga Inka Maulana M.Jundi M.Farhan
10 10 10 11 11 12 11 12 12 12 11 12 12 11 11
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
L
1010,2
80,6
109,7
L
1469,1
79,4
120,6
P
655,2
32,8
80,5
L
1412,6
41,0
193,1
L
776,9
46,1
137,8
P
1179,8
59,0
156,8
L
1251,5
36,4
167,3
L
1010,0
61,1
102,5
L
1101,6
62,5
248,9
P
894,9
44,7
110,5
L
1087,8
31,4
88,6
P
562,7
28,1
77,6
L
1279,0
50,6
166,7
L
1045,4
79,7
108,5
L
1473,7
64,3
187,4
Kecukupan AKG
Ratarata protein
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
38,0
43,5
77,7
42,3
60,4
41,7
65,7
117,3
80,6
115,1
29,3
28,8
48,0
22,5
33,5
66,8
43,7
78,0
50,5
72,1
47,7
26,5
47,4
11,4
16,2
57,0
45,1
75,1
40,4
60,3
57,9
43,5
77,7
48,2
68,9
35,5
39,5
70,6
43,5
62,2
86,1
38,6
69,0
49,4
70,6
40,2
36,3
60,6
35,2
52,5
30,7
41,7
74,5
62,3
89,0
28,2
28,5
47,6
15,0
22,4
57,7
41,8
74,7
49,3
70,5
37,5
48,9
87,3
45,4
64,9
64,8
44,1
78,8
59,9
85,5
Umur Nama M.hamdi Nubza Nur Aprilianti Nur Fairawati Raidah Robiatul Sabilurosyad Siti Hodijah M.jiddan Salman Adinda Elita Fahri Fitri Linda
11 11 11 12 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 11
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
L
874,0
79,4
151,0
P
752,4
37,6
121,1
P
1091,4
54,6
137,0
P
845,5
42,3
157,6
P
907,7
45,4
121,3
P
1506,5
75,3
147,2
L
1699,5
76,0
176,2
P
1808,1
90,4
229,0
L
845,1
42,3
129,3
L
1258,2
59,3
182,8
P
1126,9
56,3
120,5
P
796,6
39,8
86,6
L
1009,5
48,1
154,2
P
1058,2
52,9
150,3
P
1226,2
61,3
159,9
Kecukupan AKG
Ratarata protein
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
52,2
49,5
88,5
61,8
88,3
44,0
22,5
37,4
18,8
28,1
49,8
39,0
65,0
43,0
64,1
57,3
22,5
37,5
12,7
19,0
44,1
26,9
44,9
32,5
48,5
53,5
54,4
90,6
76,4
114,0
61,0
43,3
77,3
93,7
133,9
83,3
65,8
109,7
68,2
101,8
47,0
26,8
44,7
23,3
34,8
63,2
32,7
58,4
43,0
61,4
43,8
40,7
67,8
53,6
80,0
31,5
25,9
43,2
39,0
58,2
53,4
33,0
59,0
28,3
40,5
54,7
31,8
53,0
36,7
54,8
58,1
43,8
73,1
43,9
65,5
Umur Nama Nasywa Naufal Nibras Nuha Nurul Kartika Raka Saipul Salsabela Siti Subhana Soniya Surandika Syafa Syarirom
12 11 12 11 12 12 11 12 12 12 12 11 11 12 12
Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
P
1502,5
75,1
198,2
L
1068,3
50,9
132,1
P
1008,6
50,4
105,2
P
831,8
41,6
96,4
P
724,9
36,2
81,7
P
908,7
45,4
118,9
L
738,1
35,1
65,6
L
1115,1
53,1
139,1
P
899,7
45,0
133,8
P
1322,1
66,1
182,7
P
1030,0
51,5
137,0
P
1084,7
54,2
158,6
L
1663,9
79,2
197,1
P
1746,4
87,3
235,1
L
1081,1
67,3
142,4
Kecukupan AKG
Ratarata protein
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
72,1
62,0
103,3
47,8
71,3
45,7
29,9
53,3
45,8
65,4
38,2
37,8
63,0
47,3
70,5
35,0
34,7
57,8
32,4
48,4
29,7
32,4
53,9
29,9
44,7
43,2
33,1
55,1
31,8
47,4
22,7
29,4
52,4
39,7
56,7
48,1
43,9
78,3
40,7
58,1
48,7
35,5
59,2
22,8
34,1
66,4
43,7
72,8
47,1
70,2
49,8
37,5
62,5
36,5
54,4
57,7
37,7
62,9
30,1
44,9
68,2
53,4
95,4
72,4
103,4
85,5
58,3
97,1
63,5
94,7
49,3
38,1
68,1
37,7
53,9
Umur Jenis kelamin
Rata-rata energi
Kecukupan AKG
Rata-rata karbohidrat
L
1204,2
56,2
165,8
9
P
1108,6
59,9
111,9
9
P
1504,6
81,3
109,6
Ahmad fadilah
10
L
1789,0
96,7
215,5
Dhea
9
P
1788,3
96,7
211,8
Nama Zainul Naurah Cahya Auliya Siti Najwa Kaluku
11
Rata-rata keseluruhan
1225,657644
64,046395
160,190226
Kecukupan AKG
Ratarata protein
Kecukupan AKG
Rata-rata lemak
Kecukupan AKG
57,4
46,4
82,8
38,6
55,1
44,0
44,1
78,7
54,6
75,9
43,1
77,7
158,6
83,3
115,7
84,8
70,1
143,1
74,1
102,9
83,4
69,9
142,7
56,0
77,8
59,31757577
43,3711 7794
80,3277795
45,56315789
65,25798995