FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2013
OLEH : NUR NAJMI LAILA 109101000085
PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2013
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH : NUR NAJMI LAILA 109101000085
PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 25 Juli 2013
Nur Najmi Laila, NIM : 109101000085
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 xxvi + 131 halaman + 28 tabel + 2 bagan + 47 lampiran ABSTRAK Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Perilaku makan remaja sering tidak didasari pada aspek gizi dan kesehatan melainkan sekedar untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya dan untuk mempertahankan status mereka. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner serta pengukuran tinggi badan dan berat badan. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan April tahun 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebanyak 47,5% remaja mengalami gangguan makan. Remaja dengan kategori Anorexia Nervosa sebesar 4,2%, Bulimia Nervosa sebesar 6,7%, Binge Eating Disorder sebesar 6,7% dan Eating Disorders Not Otherwise Specified sebesar 30,8%. Hasil analisis univariat faktor internal didapatkan distribusi remaja yang laki-laki yang ikut dalam penelitian sebanyak 5,8%, remaja yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 55%, remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi sebanyak 56,7%, remaja yang merasa dirinya gemuk sebanyak 69,2%, dan remaja yang pernah berdiet sebanyak 69,2%. Sedangkan ii
hasil analisis univariat faktor eksternal didapatkan distribusi remaja yang dipengaruhi oleh keluarga sebanyak 61,7%, remaja yang dipengaruhi oleh teman sebaya sebanyak 61,7%, remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh sebanyak 68,3%, remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik sebanyak 61,7%, remaja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual sebanyak 50,8% dan remaja yang dipengaruhi media massa dan tidak dipengaruhi media massa masing-masing sebanyak 50%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara variabel citra tubuh, riwayat diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, dan pengaruh media massa dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Sedangkan variabel jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, pelecehan seksual dan kekerasan fisik menunjukkan tidak adanya hubungan dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis menyarankan pada pihak terkait seperti pihak Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta agar dapat mengaktifkan kembali unit UKS yang memiliki program pemantauan kesehatan dan dapat membuat program konseling psikologis khususnya pada remaja yang memiliki gangguan makan. Untuk kalangan peneliti penulis menyarankan agar melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif guna mengetahui dan mendapatkan informasi lebih mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan.
Daftar bacaan : 33 (1984-2013)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE THE STUDY PROGRAME OF PUBLIC HEALTH THE MAJOR PUBLIC HEALTH NUTRITION Undergraduated Thesis, 25th July 2013
Nur Najmi Laila, NIM : 109101000085
Some Factors that Influence Eating Disorders in Adolescents in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013 xxvi + 131 pages + 28 tables + 2 charts + 47 attachments ABSTRACT Changes in eating habits are not good in adolescents can lead to eating disorders. Adolescent eating behavior is often not based on nutritional and health aspects but simply to socialize with their peers and to maintain their status. An eating disorder is a mental illness that can make a serious threat to a person's pattern of daily diet, such as eating in very small amounts or eat to excess. This study aims to determine some factors that influence eating disorders in adolescents in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013. This study was conducted using a quantitative approach and cross-sectional study design. Data was collected by questionnaires and measurements of height and weight. The study was conducted in in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in April of 2013 with a total sample of 120 people. Based on the results of univariate analysis note that 47.5% of adolescents with eating disorders. Adolescents with Anorexia Nervosa category by 4.2%, Bulimia Nervosa by 6.7%, Binge Eating Disorder by 6.7% and Eating Disorders Not Otherwise Specified 30.8%. Internal factors of univariate analysis found that male adolescents distribution men who participated in the study as much as 5.8%, adolescents who have high knowledge as much as 55%, adolescents who have high self-esteem as much as 56.7%, obese adolescents who perceive themselves as much as 69.2%, and teens who have a diet as much as 69.2%. While the results of the univariate analysis of external factors obtained adolescents distribution that
iv
influenced by the family as much as 61.7%, adolescents are influenced by their peers as much as 61.7%, adolescents who have never suffered taunts about body weight or shape as much as 68.3%, adolescents who have never experienced physical abuse as much as 61.7%, adolescents who had never been sexual abused as many as 50.8% and adolescents who are influenced by the mass media and are not influenced by the mass media each as much as 50%. The results of bivariate analysis showed an association between body image variables, dietary history, family influence, peer influence, taunts about body weight or shape, and the influence of mass media on adolescents with eating disorders in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013. While the gender variable, knowledge, self-confidence, sexual abuse and physical abuse showed no correlation with eating disorders in adolescents in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013. Based on these results, the authors recommend that the relevant parties such as the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in order to reactivate the unit infirmary who had health monitoring programs and psychological counseling can make the program particularly in adolescents who have eating disorders. To the authors recommend that researchers continue the research by using quantitative data to qualitative research in order to learn and gain more in-depth information related factors that influence eating disorders.
References : 33 (1984-2013)
v
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Nur Najmi Laila 109101000085 Mengetahui,
Ratri Ciptaningtyas, MHS
Raihana Nadra Al-Kaff, SKM. M.M A
Pembimbing I
Pembimbing II
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 25 Juli 2013 Penguji I
Catur Rosidati, MKM
Penguji II
Narila Mutia Nasir, PhD
Penguji III
Meilani Anwar, M. Epid
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur Najmi Laila
Tempat/Tgl Lahir
: Jakarta, 27 Maret 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Rawa Simprug 1B RT 005 RW 05 No 10 Grogol Selatan, Kebayoran lama, Jakarta Selatan.
Tlp/Hp
: 085715345038 / 083875026291
Email
:
[email protected] [email protected]
Kewarganegaraan
: Indonesia
Riwayat Pendidikan : 1. MI Manbaul Hidayah, Jakarta Selatan
(1996-2003)
2. Pon Pes Ummul Quro Al-Islami, Bogor
(2003-2006)
3. MA Al-Falah, Jakarta Barat
(2006-2009)
4. S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2009-2013)
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, Yang memberatkan punggungmu, Dan Kami tinggikan sebutan (nama) mu bagimu, Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (QS. Al-Insyirah : 1-8)
“Skripsi ini kupersembahkan untuk keluargaku tercinta dan terkasih yang selalu mendorong dan menyemamangatiku Ayahanda Muhammad Soleh, Ibunda Rohani, almh. Nenek, Kakak-kakak ku, Abang-abangku, Adik-adik ku serta Keponakankeponakanku tercinta”
KATA PENGANTAR Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan nikmat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman mahiliyah, dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi kontekstual maupun konseptual sehingga penulis mengharapkan bimbingan serta masukan dari pelbagai pihak yang terkait. Selanjutnya, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung, moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis tujukan kepada :
x
1. Kedua orang tua tercinta dan terkasih, Ayahanda Muhammad Soleh dan Ibunda Rohani yang selalu dan senantiasa tanpa mengharapkan balasan memberikan kasih sayang, nasihat, bimbingan serta dukungan moril dan materil kepada penulis. Terima kasih banyak ibu dan bapak semoga Allah senantiasa memberkahi kalian. 2. Pihak Departeman Agama yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. Terima kasih banyak semoga Allah senantiasa memberkahi bapak-bapak semua. 3. Bapak Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Febrianti, SP, M. Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat beserta staff yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM. M.MA selaku pembimbing 1 dan 2 skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing, memberikan pemahaman dan wawasan serta masukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas budi baik ibu. 6. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku penguji sidang proposal skripsi. Terima kasih atas masukan, saran dan bimbingan yang telah diberikan. Semoga Allah membalas budi baik ibu.
xi
7. Ibu Narila Mutia Nasir, PhD dan ibu Meilani Anwar, M. Epid selaku penguji sidang skripsi. Terima kasih atas masukan, saran dan bimbingan yang telah diberikan. Semoga Allah membalas budi baik ibu. 8. Bapak kepala sekolah dan wakil kepala sekola MA. Pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bapak pimpin dan terima kasih atasa bantuan bapak. 9. Seluruh Dosen dan Staff Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama pak Gozali, ka Ami, ka Septi, ka Ida terima kasih atas bantuan nya selama ini. 10. Almh. Nenek serta kakak-kakak dan abang-abang ku tercinta : ka Pipin, ka Ipah, bang Alwan, ka Ndah, bang Ijal, ka Lia serta kakak-kakak ipar ku : bang Opik, mas Ikhwan dan bang Alan. Terima kasih atas doa, dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada adik mu ini. 11. Adik-adik ku tersayang : dek Uji, dek Kiki dan dek Aan. Terima kasih atas doa, dukungan dan bantuan nya selama ini. 12. Keponakan-keponakan terkasih yang sangat lucu dan imut : dek Rara, dek Fika, dek Fahri, dek Rani, dek Adam, dan dek Haamim yang senantiasa membuat penulis tersenyum bahagia karena tingkah mereka dan telah membuat hidup penulis menjadi lebih berwarana. 13. Sahabat terbaik buluk Tika, telok Fitri, Kiki, Eva yang senantiasa membantu, mendukung dan menyemangati penulis ketika terjatuh, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama kita kuliah serta sahabat “miss rempong” : Fitri, bunda Eva, ka Eni, Desi, Tiwi, terima kasih doa dan dukungannya. xii
14. Teman satu kamar Fitri yang senantiasa membantu, mendukung dan menyemangati penulis dan teman-teman kosan “PIM” yang telah memberi dukungan dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini serta teman-teman Exact Society 2009 & teman-teman CSS MoRA 09, terima kasih atas doa dan dukungannya. 15. Seseorang yang pernah menempati posisi terpenting di hati penulis dan telah mengajari penulis akan makna kehidupan yang sesungguhnya dan menyisakan kenangan terindah selama bersamanya, engkau yang “terindah”. 16. Seluruh anggota peminatan gizi i.e “Gidza Holic” selaku teman seperjuangan. Mufil, Lilik, Manda, Badawi, Lulu terima kasih atas bantuan turun lapangannya serta seluruh teman Kesehatan Masyarakat Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan motivasi dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin tali silaturahmi. 17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu
Akhir kata semoga ketulusan serta dukungan yang telah diberikan dari seluruh pihak tersebut mendapatkan berkah dan anugerah dari Allah SWT. Amin Jakarta, 31 Juli 2013
Penulis
xiii
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PERNYATAAAN…………………………………………………….
i
ABSTRAK...............................................................................................................
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................
vi
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..
vii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
x
DAFTAR ISI............................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL...................................................................................................
xxi
DAFTAR BAGAN..................................................................................................
xxv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................
xxvi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1
1.1
Latar Belakang...................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………..
6
1.3
Pertanyaan Penelitian……………………………………………….
7
1.4
Tujuan Penelitian...........................................................................
8
1.4.1 Tujuan Umum........................................................................
8
1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................
8
Manfaat Penelitian.............................................................................
9
1.5.1 Bagi Peneliti..........................................................................
9
1.5.2 Bagi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta...............
9
1.5
xiv
1.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................
10
Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
11
2.1
Remaja…….......................................................................................
11
2.2
Makan………………………………………………..……………..
12
2.3
Gangguan Makan..............................................................................
13
2.3.1 Anorexia Nervosa…………………………………………..
14
2.3.1.1 Definisi……………………………………………
14
2.3.1.2 Dampak…………………………………………...
19
2.3.2 Bulimia Nervosa……............................................................
20
2.3.2.1 Definisi……………………………………………
20
2.3.2.2 Dampak…………………………………………...
23
2.3.3 Binge Eating Disorder............................................................
24
2.3.3.1 Definisi……………………………………………
24
2.3.3.2 Dampak…………………………………………...
26
2.3.4 Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS)……...
26
2.3.4.1 Definisi……………………………………………
26
2.3.4.2 Dampak…………………………………………...
27
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan......................
28
2.4.1
Genetik………...………………………………………….
28
2.4.2
Usia ……………................................................................
29
2.4.3
Jenis Kelamin………….....................................................
30
2.4.4
Pengetahuan……………...……………………………….
32
2.4.5
Rasa Percaya Diri…………………………………………
32
1.6
2.4
xv
2.5
2.4.6
Citra Tubuh………………………………………………
33
2.4.7
Riwayat Diet………………………………………………
34
2.4.8
Pengaruh Keluarga………………………………………..
35
2.4.9
Pengaruh Teman Sebaya……………………………….....
36
2.4.10
Bullying oleh Teman Sebaya……………………………..
38
2.4.11
Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh…………
38
2.4.12
Kekerasan Fisik…………………………………………...
39
2.4.13
Pelecehan Seksual………………………………………...
40
2.4.14
Pengaruh Media Massa…………………………………...
41
2.4.15
Sosiokultural……………………………………………...
42
Kerangka Teori……………………………………………………..
44
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.............
45
3.1
Kerangka Konsep…….......................................................................
46
3.2
Definisi Operasional……..................................................................
47
3.3
Hipotesis……………………………………………………………
50
BAB IV METODE PENELITIAN….................................................................
51
4.1
Desain Penelitian………………………………...............................
51
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………….........
51
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………….
51
4.4
Instrumen Penelitian………………………………………………..
54
4.5
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data………………………...
54
4.6
Pengolahan Data……………………………………………………
55
4.7
Analisis Data………………………………………………………..
58
4.8
Penyajian Data……………………………………………………...
59
xvi
BAB V HASIL……………………………………………………………………
60
5.1
Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta…..
60
5.2
Analisis Univariat…………………………………………………..
61
Gambaran Gangguan Makan pada Reamaja di Madrasah 5.2.1 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ................
61
5.2.2
Persepsi terhadap Berat badan dan Bentuk Tubuh………..
62
5.2.3
Binge Eating………………………………………………
64
5.2.4
Perilaku Kompensasi……………………………………...
65
Gambaran Jenis Kelamin pada Reamaja di Madrasah 5.2.5 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 .................
66
Gambaran Pengetahuan pada Reamaja di Madrasah 5.2.6 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ................
66
Gambaran Rasa Percaya Diri pada Reamaja di Madrasah 5.2.7 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ................
67
Gambaran Citra Tubuh pada Reamaja di Madrasah 5.2.8 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 .................
69
Gambaran Riwayat Diet pada Reamaja di Madrasah 5.2.9 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 .................
70
Gambaran Pengaruh Keluarga pada Reamaja di Madrasah 5.2.10 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ................
72
Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Reamaja di 5.2.11 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gambaran Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk 5.2.12 Tubuh pada Reamaja di Madrasah Aliyah Pembangunan
xvii
73
UIN Jakarta Tahun 2013………………………………….
74
Gambaran Kekerasan Fisik pada Reamaja di Madrasah 5.2.13 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………….
76
Gambaran Pelecehan Seksual pada Reamaja di Madrasah 5.2.14 Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………..
78
Gambaran Pengaruh Media Massa pada Reamaja di 5.2.15 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 5.3
Analisis Bivariat…………………………………………………….
79 81
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan 5.3.1 Gangguan Makan................................................................
81
Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Gangguan 5.3.2 Makan ……………………................................................
82
Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan 5.3.3 Gangguan Makan ……………………...............................
83
Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Gangguan 5.3.4 Makan ……………………...............................................
84
Analisis Hubungan antara Riwayat Diet dengan 5.3.5 Gangguan Makan ……………………...............................
85
Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan 5.3.6 Gangguan Makan ……………………...............................
86
Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya 5.3.7 dengan Gangguan Makan ……………………..................
87
Analisis Hubungan antara Ejekan Seputar Berat Badan 5.3.8 atau Bentuk Tubuh dengan Gangguan Makan …………...
xviii
88
Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan 5.3.9 Gangguan Makan ……………………...............................
89
Analisis Hubungan antara Pelecehan Seksual dengan 5.3.10 Gangguan Makan ……………………...............................
90
Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan 5.3.11 Gangguan Makan ……………………...............................
91
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………...
93
6.1
Keterbatasan Penelitian……..............................................................
93
6.2
Gambaran Gangguan Makan……………………………………….
94
6.3
Faktor Internal………………………………………………………
97
6.3.1
Jenis Kelamin………………………………………………
97
6.3.2
Pengetahuan………………………………………………...
99
6.3.3
Rasa Percaya Diri…………………………………………..
101
6.3.4
Citra Tubuh…………………………………………………
104
6.3.5
Riwayat Diet………………………………………………..
108
Faktor Eksternal…………………………………………………….
113
6.4.1
Pengaruh Keluarga…………………………………………
113
6.4.2
Pengaruh Teman Sebaya…………………………………...
114
6.4.3
Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh…………..
116
6.4.4
Kekerasan Fisik…………………………………………….
118
6.4.5
Pelecehan Seksual………………………………………….
120
6.4.6
Pengaruh Media Massa……………………………………..
122
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….
125
6.4
7.1
Kesimpulan.....................................................................................
xix
125
Saran………………………………………………………………..
128
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
129
7.2
LAMPIRAN
xx
DAFTAR TABEL Nomor Tabel
Hal
3.1
Definsi Operasional…………………………….....................
5.1
Distribusi Remaja yang Mengalami Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013….
5.2
47
61
Distribusi Remaja berdasarkan Gejala yang Menunjukkan Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………………………………..
5.3
62
Distribusi Remaja berdasarkan Persepsi terhadap Berat Badan dan Bentuk Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……………………………………..
5.4
Distribusi Remaja berdasarkan Perilaku Binge Eating di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…
5.5
65
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Jenis Kelamin di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013….
5.7
64
Distribusi Remaja berdasarkan Perilaku Kompensasi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…
5.6
63
66
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengetahuan Mengenai Dampak Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……………………..
5.8
67
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Rasa Percaya Diri di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………………………………………….........
xxi
68
5.9
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Citra Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………………………………………………………….
5.10
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Riwayat Diet di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…
5.11
69
70
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Keluarga di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………………………………………………………….
5.12
72
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Teman Sebaya di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………………………………………..
5.13
73
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………….
5.14
75
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Kekerasan Fisik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………………………………………………………….
5.15
76
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pelecehan Seksual di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………………………………………………………….
5.16
78
Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Media Massa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………………………………………..
5.17
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Gangguan
xxii
80
Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………………………………. 5.18
81
Analisis Hubungan antara Tingakt Pengetahuan dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……………………..
5.19
82
Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………….
5.20
83
Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………………………………………….
5.21
84
Analisis Hubungan antara Riwayat Diet dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………………………………………….
5.22
85
Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………….
5.23
86
Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……………………..
5.24
87
Analisis Hubungan antara Ejekan Seputar Berat badan atau Bentuk Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…
5.25
Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan
xxiii
88
Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……………………. 5.26
89
Analisis Hubungan antara Pelecehan Seksula dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………….
5.27
90
Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………………….
xxiv
91
DAFTAR BAGAN Nomor Bagan
Hal
2.1
Kerangka Teori………………................................................
44
3.1
Kerangka Konsep Penelitian...................................................
46
xxv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran
Hal
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
-
Lampiran 2
Surat Pernyataan telah Melakukan Penelitian
-
Lampiran 3
Kuesioner Gangguan Makan
1
Lampiran 4
Lembar Food Frequency Questionere
11
Lampiran 5
Uji Normalitas Data
13
Lampiran 6
Analisis Univariat
24
Lampiran 7
Analisis Bivariat
35
xxvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang kebutuhan sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Tanpa makan seseorang tidak akan bisa hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu setiap orang akan senantiasa mencari makanan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selama awal masa kanak-kanak, makan merupakan aspek yang sangat penting. Kebutuhan energi sangat bervariasi selama masa pertumbuhan. Makanan yang mengandung gizi lengkap dan seimbang dari segi kuantitas dan kualitas sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Judarwanto, 2004). Salah satu fase yang menentukan baik buruknya pertumbuhan dan perkembangan anak adalah pada saat anak berada pada fase remaja atau fase transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja adalah generasi penerus bangsa dimana masa depan bangsa ada di tangan mereka. Remaja merupakan agent of change yang akan merubah nasib suatu bangsa untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran remaja sebagai generasi penerus bangsa sehingga mereka perlu mendapatkan zat gizi yang tepat. Jika terjadi ketidak seimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada saat remaja menimbulkan masalah gizi kurang atau gizi lebih (Emilia, 2009)
1
2
Dilain pihak tekanan yang berlebihan terhadap bentuk tubuh langsing terutama pada remaja putri menyebabkan mereka melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan. Pengaruh lingkungan seperti kelompok atau teman, iklan di media massa dan tersedianya berbagai macam makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tidak baik (Ricket et al dalam Emilia, 2009). Banyak remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan makan mereka saat ini akan berdampak pada status kesehatan mereka di kemudian hari (Stang et al dalam Emilia, 2009). Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Perilaku makan remaja sering tidak didasari pada aspek gizi dan kesehatan melainkan sekedar untuk bersosialiasi dengan teman sebayanya dan untuk mempertahankan status mereka. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan (National Institute of Mental Health, 2011). Menurut National Institute of Mental Health (2006), gangguan makan banyak terjadi pada kalangan remaja perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan persepsi mereka bahwa bentuk tubuh yang baik dan ideal adalah tubuh yang kurus dan langsing, kemudian diperparah dengan pengaruh tuntutan pekerjaan mereka terutama yang berprofesi sebagai model. Gangguan makan seperti bulimia nervosa dapat menurunkan suasana hati (mood) dan peningkatan kepedulian terhadap citra tubuh sedangkan anorexia nervosa dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara tepat. Binge eating disorder dapat menyebabkan
3
terjadiya rupture gastric atau esophagus dan obesitas (Ung, 2005 dalam Hapsari, 2009) sedangkan eating disorders not otherwise specified (EDNOS) dapat menyebabkan obesitas dan memiliki resiko cacat psikologis dan fisik seperti harga diri rendah, memiliki resiko diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan stroke. (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004). Berbagai penelitian mengenai gangguan makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh McKnight (2003) di Arizona dan California diperoleh hasil sebanyak 32 remaja putri (29%) mengalami gangguan makan (eating disorders). Sebuah studi dalam ANRED (2005) menunjukkan bahwa sekitar 1% remaja putri menderita anorexia nervosa, artinya sekitar satu dari setiap seratus remaja putri antara 10 dan 20 melaparkan diri mereka sendiri bahkan kadang-kadang sampai mati. Sekitar 4% remaja putri menderita bulimia nervosa, artinya 4 dari seratus remaja putri memuntahkan makanan mereka dengan sengaja dan sekitar 50% remaja yang menderita anorexia nervosa berkembang menjadi bulimia nervosa. Disamping itu sekitar 10% remaja putra menderita anorexia dan bulimia nervosa. Sebuah penelitian menunjukkan prevalensi anorexia nervosa di Amerika Serikat pada tahun 1996 diperkirakan sebesar 0,7 sampai 1% pada perempuan muda (Krummel dan Penny, 1996). Sedangkan sekitar 1% remaja putri di Amerika Utara dan Eropa Barat mengalami anorexia nervosa (Berk, 2002). Berk (2002) meyebutkan bahwa bulimia nervosa lebih umum dibandingkan anorexia nervosa dimana sekitar 2-3% remaja putri mengalami bulimia nervosa.
4
Selain itu, sebuah penelitian di Inggris menyebutkan lebih dari 2% (1-2 juta) orang dewasa menderita binge eating disorder (ANRED, 2005). Kemudian sebuah studi yang dilakukan oleh Brown (2005) dalam Hapsari (2009) menyebutkan bahwa binge eating lebih banyak ditemukan pada populasi yang mengalami kelebihan berat badan (30%) dibandingkan dengan sampel dari populasi umum (5% wanita dan 3% laki-laki). Sebuah studi nasional skala besar dengan 6.728 remaja, memperlihatkan 13% remaja perempuan dan 7% remaja laki-laki mengalami EDNOS seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, minum obat pencahar, muntah yang disengaja atau binge eating (Brown, 2005 dalam Putra, 2009) Adapun penelitian yang dilakukan di Indonesia diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki gangguan makan dan kecenderungan tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebanyak 48,5%. Kemudian dilakukan penelitian oleh Hapsari (2009) pada kalangan model di OQ Modelling School Jakarta Selatan menyebutkan bahwa 58,5% mengalami kecenderungan gangguan makan dengan spesifikasi anorexia nervosa sebanyak 3,1%, bulimia nervosa sebanyak 1,5%, binge eating sebanyak 1,5% dan EDNOS sebanyak 50,8%. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Erdianto (2009) pada mahasiswi jurusan administrasi perkantoran dan sekretaris, FISIP UI menyebutkan sebanyak 35,9% responden mengalami gangguan makan dengan tipe gangguan makan paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebanyak 19,4%.
5
Menurut Krummel dan Penny (1996) masalah gangguan makan disebut multikausal karena disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor internal yakni yang berasal dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Diantara faktor internal yaitu jenis kelamin, pengetahuan, riwayat diet, citra tubuh, dan rasa percaya diri sedangkan diantara faktor eksternal yaitu pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, bullying oleh teman sebaya, ejekan seputar berat badan, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media (Krummel dan Penny, 1996; Fairburn et al.,1999; Moore et al., 2002). Faktor-faktor tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Moore et al (2002) pada wanita yang menderita binge eating disorder yaitu secara signifikan mereka mengalami pelecehan seksual, kekerasan fisik, bullying oleh teman sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang sehat. Selanjutnya studi kohort prospektif yang dilakukan oleh Field et al (2008) dilaporkan bahwa keluarga, teman sebaya dan media massa berpengaruh terhadap gangguan makan pada subyek laki-laki maupun perempuan. Adapun dalam studi case control yang dilakukan oleh Fairburn et al., (1999) dilaporkan bahwa riwayat diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan pada wanita. Studi selanjutnya dilaporkan bahwa pada beberapa kasus, perasaan negatif seseorang tentang tubuhnya dapat menimbulkan kelainan mental seperti depresi atau gangguan makan (Field et al., 1999). Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa gangguan makan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan memiliki dampak yang berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih dan
6
harus diatasi sedini mungkin yakni dimulai ketika remaja. Selain itu sudah mulai ditemukannya kasus gangguan makan pada remaja di Jakarta sehingga mendorong peneliti untuk melihat dan mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013
1.2 Rumusan Masalah Pola konsumsi makan yang dianjurkan adalah berdasarkan tumpeng gizi seimbang yang memuat prinsip gizi seimbang. Remaja dengan segala perubahan fisiologis dan psikologis membuatnya kurang memperhatikan akan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya sehingga seringkali terjadi perubahan kebiasaan makan yang tidak memenuhi standar yang telah dianjurkan. Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diperoleh informasi bahwa gangguan makan banyak terjadi pada remaja Indonesia. Diantaranya dibuktikan dengan penelitian tahun 2008 pada subyek siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki gangguan makan dan kecenderungan tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebanyak 48,5%. Jenis gangguan makan yang umum dan sering terjadi yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan eating disorders not otherwise specified (EDNOS). Banyak faktor penyebab terjadinya gangguan makan tersebut diantaranya faktor individu dan lingkungan. Gangguan makan ini dapat berakibat pada kematian jika tidak ditangani dengan benar. Mengingat faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan makan berasal dari individu itu
7
sendiri maupun lingkungan nya apalagi tidak menutup kemungkinan remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dapat mengalami hal tersebut maka dilakukan
studi
pendahuluan
terhadap
siswa-siswi
Madrasah
Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta. Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa sebesar 56,7% siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta mengalami gangguan makan. Hal tersebut menunjukkan bahwa gangguan makan masih menjadi masalah pada remaja khususnya siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ? 2. Bagaimanakah gambaran faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ? 3. Bagaimanakah gambaran faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?
8
4. Adakah hubungan antara faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ? 5. Adakah hubungan antara faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada
remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. 2. Diketahuinya gambaran faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. 3. Diketahuinya gambaran faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
9
4. Diketahuinya hubungan antara faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. 5. Diketahuinya hubungan antara faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan, dan khasanah pengetahuan peneliti. b. Peelitian ini diharapkan dapat dijadikan media pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta pengembangan kompetensi yang dimiliki selama menduduki bangku perkuliahan
1.5.2
Bagi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
a. Memberikan
informasi
tambahan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi gangguan makan pada remaja. b. Hasil analisa penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap gangguan makan pada remaja di MA Pembangunan UIN Jakarta.
10
1.5.3
Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan
data pembanding pada penelitian dengan topik yang sama.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner serta pengukuran tinggi badan dan berat badan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2013.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Definisi remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia namun juga pengaruh sosio-historis. Dengan mempertimbangkan konteks sosiohistoris maka masa remaja (adolescence) didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertlitas dan terjadi perubahan-peruabahn psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004). Dalam buku karangan Santrock (2007) dijelaskan bahwa para ahli perkembangan membedakan masa remaja menjadi 2 yaitu periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Selanjutnya dijelaskan definisi perkembangan sebagai suatu proses seumur hidup. Masa remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu periode perkembangan yang tidak berkaitan dengan periode11
12
periode lainnya. Meskipun masa remaja memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi selama masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman di masa kanak-kanak maupun masa dewasa. Adapun batasan usia remaja menurut WHO (2012) adalah 10-19 tahun.
2.2 Makan Makan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Manusia menyadari pentingnya makan untuk bisa bertahan hidup. Kebutuhan makan menurut teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Sebagai akibat dari rasa lapar atau tubuh merasa kekurangan zat-zat makanan tertentu, akan memotivasi manusia untuk berperilaku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makan tadi (Maslow, 1984). Adanya kebutuhan makan ini diikuti dengan proses penyeleksian dan pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, sehingga pada akhirnya seseorang akan memutuskan makanan yang akan dikonsumsinya (Sumantri dalam Purwaningrum, 2008). Syafiq dan Tantiani (2013) menjelaskan dalam bukunya, lazimnya orang makan ketika lapar dan berhenti ketika kenyang. Tapi, pada kehidupan modern saat ini, makan tidak selalu berkaitan dengan rasa lapar dan kenyang. Seseorang dapat saja memutuskan makan meskipun tidak lapar. Petunjuk internal seperti sinyal rasa lapar yang dikirimkan oleh hipotalamus dapat ditutupi oleh petunjuk eksternal seperti kehadiran makanan, kebutuhan berteman, atau bahkan waktu dan jam makan (Syafiq dan Tantiani, 2013).
13
2.3 Gangguan Makan Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan (National Institute of Mental Health, 2011). Kondisi ini dapat dimulai dari hanya makan terlalu sedikit atau terlalu banyak tetapi memiliki obsesi pada makanan selama kehidupan seseorang yang mengarah pada perubahan yang parah. Selain pola makan abnormal yang berbahaya dan adanya kekhawatiran tentang berat badan atau bentuk tubuh, gangguan ini seringkali terjadi bersama dengan penyakit mental lainnya seperti depresi, penyalahgunaan zat, atau gangguan kecemasan (National Institute of Mental Health, 2011). Dalam Diagnostic and Statistical Mental Disorders-IV (DSM-IV) terdapat tiga jenis gangguan makan yang memiliki kriteria dan ciri khusus yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorders. Namun ada satu lagi kondisi dimana terlihat sangat mirip dengan ketiga jenis gangguan makan di atas tapi secara keseluruhan tidak memenuhi kriteria yang ada, gangguan makan ini dinamakan Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) (Sigman, 2003 dalam Erdianto, 2009). Gangguan makan sering muncul selama masa remaja atau dewasa muda tetapi juga bisa muncul selama masa kanak-kanak. Terdapat 2 tipe gangguan makan yang sangat umum dan sering terjadi di kalangan remaja yakni anorexia nervosa dan bulimia nervosa.
14
Sebagaimana yang dijelaskan Davison et al., (2010) dalam buku nya yakni anorexia nervosa dan bulimia nervosa lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dan dihubungkan dengan obesitas dan riwayat melakukan diet (Kinzl dkk., 1999; Pike dkk., 2001 dalam Davison et al., 2010). Gangguan makan ini dikaitkan dengan fungsi pekerjaan dan sosial, depresi, harga diri yang rendah, penyalahgunaan zat, dan ketidakpuasan atas bentuk tubuh (Spitzer dkk., 1993; Striegel-Moore dkk, 1998, 2001 dalam Davison et al., 2010). Faktor-faktor risiko terbentuknya gangguan ini mencakup obesitas pada masa kanak-kanak, komentarkomentar bernada mengkritik atas berat badan yang berlebihan, konsep diri yang rendah, depresi, dan penyiksaan fisik atau seksual pada masa kanak-kanak (Fairburn dkk., 1998 dalam Davison et al., 2010).
2.3.1
Anorexia Nervosa 2.3.1.1 Definisi Davison et al., (2010) menjelaskan anorexia nervosa berasal dari istilah anorexia yang berarti hilangnya selera makan, dan nervosa yang berarti hilangnya selera makan tersebut dengan memiliki sebab emosional. Istilah tersebut tidak tepat karena sebagian besar penderita anorexia nervosa secara aktual tidak kehilangan selera makan. Secara kontras, seraya melaparkan diri, sebagian besar penderita menjadi sibuk dengan urusan makanan, mereka dapat membaca buku-buku masakan secara konstan dan menyiapkan aneka makanan untuk keluarga mereka. Krummel dan Penny (1996) menjelaskan istilah Anorexia berasal dari
15
bahasa Yunani, “a” kata depan untuk negasi dan “orexis” nafsu makan sehingga anorexia berarti hilangnya atau tidak adanya nafsu makan. Anorexia nervosa adalah sindrom dimana seseorang dengan sengaja melaparkan dirinya untuk menjadi kurus, dan mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis (Davison et al., 2010). Anorexia
nervosa
juga
merupakan
sindrom
dimana
seseorang
mempertahankan berat badannya agar tetap rendah dan biasanya mereka takut akan mengalami kegemukan dan cenderung mempertahankan berat badan agar tetap kurus. Pada penderita anorexia nervosa, berat badan dipertahankan setidaknya 15% dibawah berat badan normal dan pada dewasa dengan IMT dibawah 17,5 kg/m2 (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004). Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang berkaitan erat dengan terganggunya keadaan kejiwaan seseorang (Syafiq dan Tantiani, 2013). Sedangkan Berk (2005) dalam buku nya menyebutkan anorexia nervosa adalah gangguan makan yang tragis dimana anak-anak muda sengaja melaparkan diri mereka karena takut akan mengalami kegemukan. Thompson (2004) dalam Aini (2009) menetapkan beberapa tandatanda dan gejala yang khas pada penderita anorexia nervosa yaitu sebagai berikut : 1. Kehilangan berat badan yang sangat drastis. 2. Menarik diri dari kehidupan sosial. 3. Latihan berlebihan. 4. Kelelahan.
16
5. Selalu menjadi dingin. 6. Obsesi dengan makanan, kalori, resep. 7. Lemah otot. 8. Mencari-cari alasan untuk tidak memakan makanan (seperti : sudah makan sebelumnya, merasa sedang tidak enak badan). 9. Kelihatan tidak nyaman disekitar makanan. 10. Memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa (misalnya memotong makanan menjadi potongan kecil, memilih-milih makanan). 11. Mengeluh menjadi terlalu gemuk bahkan ketika mereka kurus. 12. Membatasi pilihan makanan hanya untuk makanan diet. 13. Memasak untuk orang lain tetapi tidak makan sendiri. 14. Merasa bersalah atau malu jika makan. 15. Sifat lekas marah, depresi, dan mood tidak stabil. 16. Muntah dengan sengaja, mengkonsumsi obat pencahar, diet atau pil diet untuk mengontrol berat badan. 17. Menstruasi tidak teratur. 18. Amenorrhea (hilangnya menstruasi). 19. Sering memeriksa berat badan. 20. Memakai pakaian longgar untuk menyembunyikan kehilangan berat badan. 21. Kesulitan makan ditengah orang-orang. 22. Pingsan dan merasa pusing. 23. Sangat tertutup tentang pola makan. 24. Sakit kepala.
17
25. Terlihat pucat. 26. Perfeksionis. 27. Perasaan diri berharga ditentukan oleh apa yang dimakan atau tidak dimakan. 28. Tidak memiliki penyakit fisik yang menyebabkan penurunan berat badan. Terdapat 4 ciri yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis anorexia nervosa sebagai berikut (Davison et al., 2010) : 1. Penderita menolak untuk mempertahankan berat badan normal, hal ini biasanya berarti bahwa berat badan orang tersebut kurang dari 85% dari berat badan yang dianggap normal bagi usia dan tinggi badannya. 2. Penderita sangat takut bila berat badannya bertambah dan rasa takut tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat badan serta tidak pernah merasa sudah cukup kurus. 3. Penderita memiliki pandangan yang menyimpang tentang bentuk tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi kurus kering mereka tetap merasa bahwa mereka kelebihan berat badan atau beberapa bagian tubuh tertentu, khususnya perut, pantat, dan paha terlalu gemuk. 4. Pada penderita perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi.
18
Sedangkan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) terdapat 4 kriteria untuk menegakkan diagnosis anorexia nervosa yaitu : 1. Menolak untuk mempertahankan berat badan normal. 2. Meskipun berat badannya sangat kurang, namun mengalami ketakutan yang amat sangat menjadi gemuk. 3. Gangguan citra tubuh. 4. Pada perempuan yang telah mengalami menstruasi, terjadi amenorea. Adapun jenisnya terbagi dua yaitu : 1. Restricting/mencegah, dimana penderita tidak mengalami episode binge eating dan perilaku antisipasinya. 2. Binge/purging, dimana penderita mengalami proses binge eating walaupun tidak sesering penderita bulimia nervosa. Penderita anorexia nervosa menilai berat badan mereka secara berlebihan dan memilih figure yang kurus sebagai bentuk ideal. Anorexia nervosa umumnya timbul pada awal hingga pertengahan masa remaja, sering kali timbul setelah suatu episode diet dan terjadinya stress kehidupan. Kondisi ini sekurang-kurangnya sepuluh kali lebih banyak terjadi pada kaum perempuan dibanding laki-laki, dengan prevalensi sepanjang hidup sedikit dibawah 1% (Striegel-Moore dkk, 1999; Walters & Kendler, 1994 dalam Davison et al., 2010). Bila anorexia nervosa terjadi pada laki-laki, simtomatologi dan berbagai karakteristik lain, seperti penuturan tentang konflik keluarga, secara umum sama dengan
19
yang dituturkan kaum perempuan yang mengalami gangguan tersebut (Olivardia dkk., 1995 dalam Davison et al., 2010).
2.3.1.2 Dampak Sekalipun gangguan makan bersifat kejiwaan namun dampaknya sangat kuat berhubungan dengan gizi. Tanda pertama pada penderita anorexia nervosa adalah terjadinya penurunan beruntun berat badan, simpanan lemak dan otot, proses pertumbuhan, laju metabolisme, suhu tubuh, dan pengeluaran energi. Penurunan lemak tubuh akan menyebabkan menurunnya suhu tubuh dan akhirnya intoleran terhadap dingin (Grosvenor, 2002 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Terdapat banyak dampak negatif bagi penderita anorexia nervosa. Depresi adalah diagnosis komorbiditas umum pada penderita anorexia nervosa sebesar 63 persen di beberapa studi (Herzog et al., 1992 dalam National Collaboration Centre for Mental Health , 2004), sedangkan ditemukan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) sebesar 35 persen pada penderita anorexia nervosa (Rastam, 1992 dalam National Collaboration Centre for Mental Health , 2004). Anorexia nervosa memiliki dampak diantaranya dehidrasi, depresi, hiponatremia, otot mengalami atrofi, penyakit jantung, bradikardia, kerusakan otak, dan lebih parah nya dapat mengalami kematian (Eating Disorders Venture, 2006). Anorexia nervosa merupakan sebuah gangguan yang mengancam jiwa, angka kematian sepuluh kali lebih besar pada para pasien yang menderita gangguan tersebut dibanding pada populasi umum dan dua kali
20
lebih besar dibanding pada para pasien yang menderita berbagai gangguan psikologis lain. Kematian paling sering disebabkan oleh komplikasi fisik penyakit tersebut, contohnya sesak nafas karena gagal ginjal dan bunuh diri (Herzog dkk., 2000; Sullivan, 1995 dalam Davison et al., 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scott et al (2009) angka kematian kasar untuk anorexia nervosa sebesar 4% dan untuk bulimia nervosa sebesar 3,9% serta untuk Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebesar 5,2%.
2.3.2
Bulimia Nervosa 2.3.2.1 Definisi Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang berhubungan erat dengan anorexia nervosa dan hadir dengan serangkaian perilaku yang cukup mengganggu penderitanya. Berbeda dari penderita anorexia nervosa yang umumnya memiliki berat badan jauh dibawah normal, penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal bahkan sampai berlebih (Read, 1997 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Davison et al., (2010) menjelaskan bulimia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lapar seperti sapi jantan”. Gangguan ini mencakup episode konsumsi sejumlah besar makanan secara cepat, diikuti dengan perilaku kompensatori, seperti muntah, puasa atau olahraga berlebihan, untuk mencegah bertambahnya berat badan. DSM mendefinisikan makan berlebihan sebagai makan makanan dalam jumlah yang sangat banyak dalam waktu kurang dari 2 jam.
21
Pada penderita bulimia nervosa cenderung tidak mengungkapkan perilaku mereka untuk mencari pengobatan namun lebih cenderung melakukannya
dibanding
penderita
anorexia
nervosa
(National
Collaboration Centre for Mental Health, 2004). Pada penderita bulimia nervosa, makan berlebihan biasanya dilakukan secara diam-diam, dapat dipicu oleh stress dan berbagai emosi negatif yang ditimbulkannya dan terus berlangsung hingga orang yang bersangkutan merasa sangat kekenyangan (Grillo, Shiffman, & Carter-Campbell, 1994 dalam Davison et al., 2010). Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak nyaman, dan takut bila berat badan bertambah memicu tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk menghilangkan efek asupan kalori karena makan berlebihan. Paling sering dengan cara memasukkan jari-jari mereka ke tenggorokan agar tersedak, namun setelah satu waktu banyak yang dapat muntah bila menghendakinya tanpa harus membuat diri mereka tersedak. Penyalahgunaan obat-obat pencahar dan diuretik (yang tidak banyak membantu menurunkan berat badan) serta berpuasa dan olahraga berlebihan juga dilakukan untuk mencegah penambahan berat badan (Davison et al., 2010). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) terdapat beberapa ciri-ciri utama bulimia nervosa yaitu sebagai berikut : 1. Mengalami periode binge-eating yang berulang kali yang ditandai dengan dua kriteria berikut :
22
a. Memakan makanan dalam jumlah yang besar (jauh lebih besar dari normal) dalam satu periode waktu tertentu dengan jarak waktu yang cukup dekat, misal setiap dua jam sekali. b. Memiliki rasa tidak dapat mengontrol perilaku makan berlebihan saat episode berikut berlangsung. 2. Melakukan tindakan kompensasi untuk mencegah peningkatan berat badan, seperti muntah dengan sengaja, penyalahgunaan laksatif, diuretik atau obat lainnya, berpuasa serta olahraga berlebihan. 3. Terjadinya binge-eating dan tindakan kompensitori yang tidak baik setiap dua kali seminggu selama tiga bulan. 4. Terlalu mengutamakan berat badan dan bentuk tubuh dalam mengevaluasi diri. 5. Gangguan ini tidak muncul secara ekslusif pada episode anorexia nervosa. Adapun menurut Brigham (2004) dalam Syafiq dan Tantiani (2013) menyebutkan terdapat beberapa cirri-ciri khas dari penderita bulimia nervosa yaitu : 1. Makan secara rahasia, seperti makan pada tengah malam ketika telah tidur. 2. Menjadi sibuk mengatur makanan, diet, berat badan dan bentuk badan. 3. Sering merasa amat tertekan/depresi dan mengalami perubahan situasi hati (mood) secara berlebihan. 4. Merasa jijik, bersalah, marah dan membenci diri sendiri.
23
5. Berolahraga secara berlebihan dan merasa bersalah atau marah jika tidak dapat melakukannya. 6. Merasa takut tidak akan dapat berhenti makan atau tidak dapat kurus. 7. Merasa benci jika ada makanan di dalam tubuh dan merasa wajib untuk mengeluarkannya. 8. Menghindari makan di depan umum dan menjadi takut bersosialisasi. 9. Menghindari keintiman perasaan dan fisik. 10. Menjadi tergantung pada alkohol dan obat-obatan. 11. Mengalami periode perilaku menahan atau membatasi makanan. Menurut Read (1997) dalam Syafiq dan Tantiani (2013), bulimia nervosa memiliki 2 tipe yaitu : 1. Purging , dimana penderita akan mengonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan dan kemudian melakukan muntah secara sengaja, menyalahgunakan laksatif, diuretik atau enemas. 2. Non-purging, dimana penderita tetap mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan tetapi tidak muntah dan mengonsumsi obat-obatan, kompensasinya adalah berpuasa atau berolahraga secara berlebihan.
2.3.2.2 Dampak Bulimia nervosa biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Sekitar 90% kasus terjadi pada perempuan dan prevalensi pada kaum perempuan diperkirakan sekitar 1- 2% dari populasi (Gotesdam & Agras, 1995 dalam Davison et al., 2010). Bulimia nervosa memiliki dampak bagi tubuh seperti dijelaskan dalam sebuah studi bahwa subyek
24
dengan riwayat bulimia nervosa memiliki penurunan yang signifikan terhadap suasana hati (mood), peningkatan kepedulian terhadap citra tubuh dan kehilangan kontrol makan setelah campuran tryptophan bebas (Fairburn et al., 1999). Dampak bulimia nervosa bervariasi menurut tingkat keparahan kondisi dan perilaku pederita. Dampak umum yang biasanya terjadi diantaranya yaitu (McClain, 1993 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013) : a. Depresi, kondisi ini dihubungkan dengan bulimia nervosa walaupun perilaku ini bukanlah satu-satunya penyebab. b. Lemah, terjadi akibat ketidakcukupan atau pola makan yang tidak teratur atau dehidrasi atau ketidakseimbangan asam lambung karena seringnya muntah atau penyalahgunaan pencahar. c. Dehidrasi atau ketidakseimbangan asam lambung, terjadi karena penderita muntah secara terus-menerus atau sebagai hasil dari diare karena penggunaan laksatif secara berlebihan.
2.3.3
Binge Eating Disorder 2.3.3.1 Definisi Binge eating artinya mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu yang singkat. Episode binge sering timbul pada waktu yang sama setiap hari atau timbul sebagai akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu, atau marah dan kemudian diikuti oleh periode puasa berkepanjangan (Soetjiningsih, 2004).
25
Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdianto, 2009) kriteria diagnosis untuk para penderita BED, yaitu: 1. Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai dengan dua kriteria berikut : a. Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama. b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang dimakan). 2. Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut : a. Makan lebih cepat daripada biasanya. b. Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan. c. Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar. d. Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang dimakan. e. Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah episode binge-eating tersebut. 3. Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan. 4. Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6 bulan.
26
5. Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.
2.3.3.2 Dampak Penderita binge eating disorder cenderung mengalami overweight. Hal ini akan menyebabkan komplikasi bagi kesehatan tubuhnya. Seperti terjadinya depresi, kecemasan, kepanikan, penyalahgunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi, diabetes tingkat II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010 dalam Santi, 2012). Binge eating disorder dapat menyebabkan terjadiya rupture gastric atau esophagus dan obesitas (Ung, 2005 dalam Hapsari, 2009)
2.3.4
Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) 2.3.4.1 Definisi Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) merupakan kategori gangguan makan yang sangat luas dimana penderitanya hanya memiliki sebagian sindrom dari kriteria anorexia nervosa atau bulimia nervosa. Sekitar 50% penderita gangguan makan masuk kedalam kategori EDNOS (Wardlaw&Hampl, 2007 dalam Erdianto 2009). Menurut DSM-IV terdapat beberapa kriteria diagnosis penderita EDNOS yaitu (Wardlaw&Hampl, 2007 dalam Erdianto 2009) :
27
1. Seorang perempuan yang memenuhi semua kriteria anorexia nervosa tetapi masih mengalami menstruasi secara normal. 2. Seorang perempuan yang memenuhi kriteria anorexia nervosa tetapi berat badannya masih dalam ambang batas normal (85% berat badan orang dengan usia dan tinggi badan yang sama). 3. Seseorang yang memenuhi semua kriteria bulimia nervosa tetapi episode binge-eating dan perilaku kompensasinya :
Kurang dari 3 bulan
Kurang dari 2 kali per minggu
4. Melakukan perilaku kompensasi setelah makan dalam jumlah yang normal atau sedikit (tidak ada episode binge-eating). 5. Terus-menerus mengunyah dan meludahkan sebagian besar makanan tanpa menelannya. 6. Binge-eating disorder (BED).
2.3.4.2 Dampak Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) memiliki kesamaan dengan sindrom anorexia nervosa dan
bulimia nervosa
sehingga bahaya fisik dan gangguan psikososial pun sangat mirip dengan kondisi diagnostik dari anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Penderita Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) yang obesitas memiliki resiko cacat psikologis dan fisik seperti harga diri rendah, memiliki resiko diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan stroke. (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004).
28
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan Seperti dalam berbagai psikopatologi lain, satu faktor tunggal tidak mungkin menjadi penyebab gangguan makan. Beberapa bidang penelitian dewasa ini-genetik, peran otak, tekanan sosiokultural untuk menjadi langsing, kepribadian, peran keluarga dan peran stress lingkungan-menunjukkan bahwa gangguan makan terjadi bila beberapa faktor yang berpengaruh terjadi dalam kehidupan seseorang (Davison et al., 2010). Beberapa para ahli menyatakan bahwa gangguan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : 2.4.1
Genetik Beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara faktor genetik dengan terjadinya gangguan makan. Penelitian dilakukan pada kelompok kembar identik dan kembar yang tidak identi. Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok kembar identik memiliki insiden mengalami gangguan makan yang lebih tinggi daripada mereka yang kembar identik. Diperkirakan hal ini terjadi karena kembar identik memiliki DNA yang sama (Wardlaw, 2002 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Anorexia nervosa dan bulimia nervosa dapat terjadi dalam satu keluarga. Kerabat tingkat pertama dari perempuan muda yang menderita anorexia nervosa memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih besar dibanding rata-rata untuk menderita gangguan tersebut (a.l. Strober dkk., 2000 dalam Davison et al., 2010). Hasil yang sama juga ditemukan terkait bulimia nervosa, dimana kerabat tingkat pertama dari perempuan muda yang menderita bulimia nervosa memiliki kemungkinan sekitar empat kali
29
lebih besar dibanding rata-rata untuk menderita gangguan tersebut (a.l. Kasset dkk., 1987; Strober dkk., 2000 dalam Davison et al., 2010).
2.4.2
Usia WHO (2012) menyebutkan batasan usia remaja adalah 10-19 tahun. Dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis maka masa remaja (adolescence) didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Pada masa remaja juga merupakan sebuah fase usia yang rentan untuk mengalami gangguan makan. Rata- rata penderita anorexia nervosa mulai menahan diri untuk tidak makan sejak usia 17 tahun. Beberapa data menunjukkan gangguan makan mulai terjadi pada usia 13-18 tahun. Sebagaimana dijelaskan pada penelitian Lee et al., (2005) dalam Erdianto (2009) bahwa kasus anorexia nervosa di Singapura menunjukkan hasil rerata usia onset gejala anorexia nervosa pada usia 15,5 tahun dengan standar deviasi sebesar 3,85. Gangguan makan sering terjadi pada usia remaja dikarenakan jumlah stressor yang sangat fantastis yang dihadapi pada usia tersebut terutama pada remaja putri. Pada awal fase remaja terjadi perubahan bentuk tubuh sehingga bagi orang yang merasa tertekan oleh kebutuhan untuk bertambah dewasa ini kadang menggunakan anorexia untuk memperthankan tubuhnya agar tetap kecil. Bahkan pertumbuhan tinggi badan menjadi berhenti karena kekurangan nutrisi dan remaja remaja
30
biasanya tidak menyadarinya jika ditanyakan mengenai persoalan ini (Tiemeyer, 2007 dalam Aini, 2009). McComb (2001) dalam Syafiq dan Tantiani (2013) menjelaskan bahwa kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang paking berisiko. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan fisik dan mental pada saat puber juga perubahan diri dan lingkungan pada saat pergantian masa anak-anak menjadi dewasa. Persepsi diri dan lingkungan tentang tubuh yang kurus dibarengi dengan penambahan berat badan dan lapisan lemak tubuh karena pertumbuhan normal, akan menambah rasa tertekan dari penderita.
2.4.3
Jenis Kelamin Seiring semakin sadarnya masyarakat terhadap kesehatan dan kegemukan, pengaturan makan untuk menurunkan berat badan menjadi suatu hal umum, jumlah orang-orang yang menjalani pengaturan makan meningkat dari 7% pada laki-laki dan 14% pada perempuan. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 29% pada laki-laki dan 44% pada perempuan (Serdula dkk., 1999 dalam Davison et al., 2010). Berdasarkan hasil tersebut diperoleh informasi bahwa gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa lebih umum terjadi pada perempuan dibanding pada laki-laki. Salah satu alasan utama atas prevalensi gangguan makan yang lebih besar pada perempuan kemungkinan adalah fakta bahwa standar budaya masyarakat Barat menguatkan keinginan untuk menjadi kurus pada
31
perempuan dibanding laki-laki (Davison et al., 2010). Selain itu, nilai-nilai sosiokultural mendorong objektivikasi tubuh perempuan, sedangkan kaum laki-laki dihargai berdasarkan berbagai keberhasilan mereka. Risiko gangguan makan pada kelompok perempuan yang sangat peduli terhadap berat badan, misalnya para model, penari, dan pesenam, sangat tinggi (Garner dkk., 1980 dalam Davison et al., 2010). Gangguan makan banyak diderita oleh perempuan yakni sekitar 90% dialami oleh perempuan dan dilaporkan bahwa perempuan memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami gangguan makan dibanding laki-laki (ANRED, 2005). Penderita gangguan makan lebih banyak pada perempuan dimana 9 dari 10 penderita anorexia nervosa dan bulimia nervosa adalah perempuan. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena lebih tingginya tuntutan masyarakat terhadap perempuan untuk menjadi kurus. Baru pada beberapa tahun belakangan ini pria penderita gangguan makan mulai mendapat perhatian (Bowman, 2000 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Syafiq (2013) dalam bukunya menjelaskan bahwa tuntutan media terhadap perempuan adalah untuk memiliki tubuh yang kurus dan menarik. Hal ini akan menambah tekanan pada perempuanuntuk tetap memiliki tubuh sesuai dengan tuntutan massa. Secara genetik perempuan memang dirancang memiliki persentase lemak yang lebih besar dibandingkan pria. Karena tuntutan yang mengharuskan perempuan tetap menjadi kurus sementara lemak tubuh mereka yang lebih besar daripada pria maka perempuan lebih berisiko menderita gangguan makan (Syafiq dan Tantiani, 2013).
32
2.4.4
Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang kesehatan dan nilai kesehatan pribadi secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan (Krummel dan Penny, 1996).
Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi gaya hidup nya dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang tersebut.
2.4.5
Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri berkaitan dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan citra tubuh dan citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang. Rasa percaya diri yang rendah juga salah satu karakteristik dari perempuan yang mengalami gangguan makan. Penelitian cross-sectional yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer dan Peter (2000) menjelaskan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan diet dan gangguan makan. Orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,95 kali untuk mengalami gangguan makan.
33
Rasa percaya diri dan perfeksionis akan menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang mengarah pada gangguan makan. Gangguan makan akan meningkatkan rasa kerapuhan pada diri penderita sehingga akan menyebabkan makin turunnya rasa percaya diri dan meningkatnya keperfeksionisan penderita. Hal tersebut akan terus berulang dan menghasilkan suatu siklus yang terus-menerus terjadi (McCombs, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).
2.4.6
Citra Tubuh Citra tubuh pada umumnya lebih berhubungan dengan remaja putri dari pada remaja putra. Citra tubuh adalah sebuah istilah yang mengacu kepada persepsi seseorang mengenai bentuk dan tampilan fisik tubuhnya. Remaja putri cenderung memperhatikan penampilan fisik. Penampilan fisik yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan remaja, dapat menyebabkan remaja tidak puas terhadap tubuhnya sendiri. Berbagai studi menemukan bahwa IMT tinggi dan ketidakpuasan dengan bentuk tubuh merupakan faktor risiko terjadinya gangguan makan (Fairburn dkk., 1997; Killen dkk., 1996 dalam Davison et al., 2010). Ketidakpuasan dengan bentuk tubuh meningkat dan merupakan prediktor kuat perkembangan gangguan makan di kalangan remaja perempuan (Garner, 1997 dalam Davison et al., 2010). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Field et al., (1999) dilaporkan pada beberapa kasus, perasaan negatif seseorang tentang tubuhnya dapat menimbulkan kelainan mental seperti depresi atau gangguan makan.
34
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fairburn (1999) dalam Aini (2009) menjelaskan bahwa orang dengan evaluasi diri yang negatif memiliki risiko 4,4 kali lebih besar untuk mengalami gangguan makan dan memiliki risiko 8,2 kali lebih besar untuk mengalami anorexia nervosa. Selanjutnya sebuah penelitian menyebutkan bahwa keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang kurus berhubungan signifikan dengan onset gangguan makan (The McKnight Investrigators, 2003). Aini (2009) menjelaskan bahwa responden yang merasa gemuk mempunyai peluang 7,8 kali untuk mengalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak merasa gemuk.
2.4.7
Riwayat Diet Diet merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan makan yang paling berisiko. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 40% wanita mulai menjalankan program diet ketika memasuki masa remaja (Nicholls &Viner, 2005 dalam Erdianto, 2009). Dalam studi case control yang dilakukan oleh Fairburn et al., (1999) dilaporkan bahwa riwayat diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan yang dilakukan pada 67 wanita dengan anorexia nervosa dan 102 wanita dengan bulimia nervosa. Hasil menunjukkan bahwa perilaku diet lebih berpengaruh terhadap kejadian bulimia nervosa dibandingkan anorexia nervosa. Penelitian selanjutnya juga melaporkan bahwa sering berdiet memiliki pengaruh terhadap terjadinya binge eating disorders pada wanita muda maupun tua (Field et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh
35
Krowchuk (1998) dalam Aini (2009) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat diet dengan perilaku muntah yang disengaja atau penggunaan laksatif untuk menurunkan berat badan. Kemudian sebuah studi menjelaskan bahwa responden yang pernah berdiet memiliki peluang sebesar 9,143 kali untuk mangalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak pernah berdiet (Aini, 2009). McDuffie dan Kirkley dalam Krummel dan Penny (1996) menjelaskan
bahwa
pembatasan
asupan
yang
berlebihan
akan
menimbulkan kekurangan energi dan kelaparan. Hal tersebut jika dikombinasikan dengan tambahan stress, depresi, kecemasan dan perasaan tidak sabar karena program diet yang dijalani tidak berjalan secepat yang diharapkan akan memicu kepada frustasi dan
kenginaan makan yang
sangat besar serta makan secara berlebihan. Pada orang yang mengalami gangguan makan maka akan merasa bersalah dan merasa cemas akan kenaikan berat badan setelah makan secara berlebihan. Reaksi dari rasa takut dan cemas tersebut bisa saja berupa berhenti berdiet dan menjadi obesitas atau berdiet kronis yang diikuti dengan puasa atau perilaku purging.
2.4.8
Pengaruh Keluarga Pengaruh keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan makan. Dimana orang tua yang selalu menekan anak mereka agar memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan keinginan mereka dapat menjadi faktor risiko
36
terjadinya gangguan makan pada anak tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Field et al., (2008) menjelaskan bahwa pengaruh keluarga dalam hal ini ayah yang memberikan komentar negatif tentang berat badan diprediksi dapat menjadikan remaja laki-laki mengalami binge eating disorders sedikitnya seminggu sekali. Selain itu pada ibu yang memiliki riwayat gangguan makan merupakan faktor resiko bagi remaja perempuan untuk mengalami gangguan makan juga. Penelitian yang dilakukan oleh Minuchin (1978) dalam Krummel dan Penny (1996) menjelaskan terdapat beberapa karakteristik khas pada keluarga penderita anorexia nervosa. Karakteristik tersebut diantaranya terlalu
protektif,
kaku,
terlalu
membatasi,
tidak
adanya
usaha
menyelesaikan konflik keluarga dan atmosfir keluarga yang hanya mengizinkan
sedikit
privasi.
Pola
ini
akan
mengakibatkan
ketidakseimbangan hirarki dan adanya halangan pada unit keluarga. Krummel dan Penny (1996) menjelaskan bahwa seorang anak perempuan dan ibunya dapat menjadi teman dekat dimana ibu menggunakan anak untuk kepercayaan dirinya, mencegah anak membangun hubungan dengan teman-teman sebayanya.
2.4.9
Pengaruh Teman Sebaya Masa remaja merupakan masa dimana meraka mencari jati diri. Posisi remaja menjadi kurang jelas karena mereka bukan lagi anak-anak yang harus diawasi oleh kedua orang tuanya namun mereka juga belum pantas untuk dikatakan dewasa.
Dalam masa pencarian jati diri atau
37
identitas diri remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungannya. Remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebaya karena sepaham dan bisa saling memberi serta mendapat dukungan mental (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009). Gaya hidup dan pola pikir remaja sangat dipegaruhi oleh teman sebaya nya. Namun ketidaksamaan dengan teman dalam berbagai hal termasuk perbedaan fisik dikhawatirkan menyebabkan dirinya terkucil dan merusak percaya diri (Arisman, 2004). Menurut Krummel dan Penny (1996), teman sebaya juga dapat memberikan banyak tekanan pada remaja putri dengan standar mereka karena jika berlawanan remaja tersebut akan dikucilkan, disindir dan dibicarakan. Teman sebaya pun dapat memberikan pengaruh yang negatif yaitu seperti melakukan upaya penurunan berat badan dan kebiasaan makan yang salah dan timbulnya persaingan sekaligus tekanan untuk menjadi terkurus dan terkecil (Davis, 1999 dalam Hapsari, 2009). Field et al., (2001) dalam Hapsari (2009) menjelaskan bahwa tekanan dari teman sebaya untuk mengontrol berat badan dapat meningkatkan terjadinya resiko gangguan makan pada remaja. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa teman sebaya juga dapat menyebabkan kejadian gangguan makan. Penerimaan oleh teman menjadi penting khususnya pada saat remaja dan dewasa muda. Dimana untuk menghindari ketidaknyamanan karena ditolak oleh teman, maka penderita akan menerima begitu saja peraturan dari teman-temannya termasuk untuk memiliki penampilan yang menarik dan bertubuh kurus. Sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang lebih kurus akan memudahkan
38
mereka mencari pasangan dan teman (McComb, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).Wajar bila sebagian dari mereka kemudian melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan gaya hidup gangguan makan agar diterima lingkungan teman sebaya (Syafiq dan Tantiani, 2013).
2.4.10 Bullying oleh Teman Sebaya Sebuah penelitian menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bullying oleh teman sebaya dengan kejadian gangguan makan pada perempuan kulit hitam dan putih (Moore et al., 2002). Moore et al,. (2002) juga menjelaskan
bahwa perempuan kulit hitam yang
mengalami bullying oleh teman sebaya secara signifikan lebih tinggi untuk mengalami binge eating disorders dibandingkan dengan perempuan yang sehat. Perempuan kulit putih yang pernah mengalami bullying oleh teman sebayanya berisiko 2,3 kali untuk mengalami binge eating disorders sedangkan perempuan kulit hitam yang pernah mengalami bullying oleh teman sebayanya berisiko 3,3 kali untuk menderita gangguan makan. Fairburn (1998) menyebutkan bahwa remaja perempuan yang pernah mengalami bullying oleh teman sebayanya berisiko 5,5 kali untuk menderita gangguan makan dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah mengalami bullying oleh teman sebayanya.
2.4.11 Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Haines et al., (2006) dalam Putra (2008) melaporkan bahwa ejekan seputar berat badan atau bentuk
39
tubuh merupakan prediktor terhadap kejadian binge eating disorders dengan hilang kendali diantara remaja perempuan dan laki-laki pada 5 tahun masa tindak lanjut setelah disesuaikan dengan umur, ras/etnis dan status sosial ekonomi. Selanjutnya sebuah studi menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara ejekan seputar berat badan dengan kejadian gangguan makan (Aini, 2009). Dalam studi yang dilakukan oleh Fairburn (1998) dalam Aini (2009) mengenai faktor risiko terjadinya gangguan makan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kritik dari anggota keluarga dan ejekan/hinaan tentang bentuk tubuh, berat badan atau perilaku makan dengan kejadian gangguan makan. Perempuan yang pernah dikritik oleh anggota kelurganya tentang bentuk tubuh, berat badan atau perilaku makan berisiko 3,7 kali untuk mengalami gangguan makan sedangkan perempuan yang pernah diejek/dihina tentang bentuk tubuh, berat badan atau perilaku makan berisiko 2,4 kali untuk mengalami gangguan makan.
2.4.12 Kekerasan Fisik Penelitian yang dilakukan Moore et al., (2002) menjelaskan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita binge eating disorders mengalami kekerasan fisik lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sehat. Studi yang dilakukan oleh Fairburn et al (1999) menjelaskan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan fisik akan berisiko 4,9 kali lebih besar untuk mengalami anorexia nervosa. Selanjutnya Fairburn et al
40
(1999) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan fisik dengan kejadian gangguan makan. Perempuan yang mengalami kekerasan fisik yang parah berulang kali memiliki risiko 10 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan makan (Fairburn et al,. 1999). Sebuah studi menemukan bahwa angka kekerasan emosional dan fisik lebih tinggi secara signifikan diantara perempuan yang didiagnosis sebagai penderita bulimia nervosa dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki riwayat gangguan makan. Sebagai tambahan mereka juga menemukan bahwa perempuan yang didiagnosis menderita bulimia nervosa lebih banyak yang melaporkan pengalaman berbagai bentuk kekerasan/pelecehan di masa kecilnya dibandingkan dengan yang tidak mengalami gangguan makan (Rorty, et al ., 1994 dalam Aini, 2009).
2.4.13 Pelecehan Seksual Para ahli psikoanalisis melihat adanya hubungan antara seksualitas dan gangguan makan pada kelompok remaja dan dewasa muda. Pengalaman klinik menunjukkan tingginya angka pelecehan seksual pada penderita gangguan makan. Mereka yang mengalami pelecehan seksual kemudian tumbuh menjadi seseorang yang takut terhadap seks dan merasa dirinya “kotor” dan penuh dengan dosa. Hal ini kemudian akan dapat menjadi pemicu munculnya gangguan makan (McCombs, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). French (1995) dalam Aini (2009) menyebutkan dalam studinya bahwa perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual berisiko 1,6
41
kali untuk mengadopsi perilaku purging. Studi yang dilakukan oleh Fairburn et al (1999) menjelaskan bahwa perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual berisiko 3,4 kali untuk mengalami anorexia nervosa dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Jika pelecehan seksual yang dialaminya parah dan dilakukan berulang kali maka risiko perempuan tersebut mengalami anorexia nervosa meningkat drastis menjadi 15,3 kali. Selanjutnya sebuah studi yang dilakukan pada perempuan berkulit hitam dan putih penderita binge eating disorders menjelaskan bahwa kedua perempuan tersebut mengalami pelecehan seksual (Moore et al., 2002).
2.4.14 Pengaruh Media Massa Media massa diduga berpengaruh terhadap kejadian gangguan makan. Media massa memberikan kesan bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus dan rata-rata remaja telah terpapar oleh media terutama dari iklan TV maupun majalah sehingga tidak sedikit remaja yang bergaya seperti idola nya di media. Remaja yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup terhadap kesehatan akan menerima informasi secara mentah. Oleh karenanya, remaja memerlukan pendidikan menghadapi informasi dari media massa secara kritis (Krummel dan Penny, 1996). Setiap orang menerima informasi dari media secara terus-menerus setiap harinya. Informasinya bisa berupa apa yang harus dilakukan, bagaimana caranya, produk apa yang harus digunakan, dan bagaimana
42
seharusnya seseorang berpenampilan. Walaupun tidak ditunjukkan secara terang-terangan, gambar-gambar yang digunakan pada media massa menunjukkan bentuk tubuh yang diterima oleh masyarakat. Gambaran ini yang menimbulkan tekanan pada masyarakat yang kemudian memiliki peran
penting
dalam
mempengaruhi
kejadian
gangguan
makan
(McCombs, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Sebuah studi menjelaskan bahwa terdapat asosiasi linear positif antara frekuensi membaca majalah wanita dengan prevalensi berdiet untuk menurunkan berat badan karena artikel di majalah, memulai program latihan fisik karena artikel di majalah, ingin menurunkan berat badan karena gambar yang ada di majalah tersebut mempengaruhi ide mereka tentang bentuk tubuh yang ideal. Media memegang peranan dalam perkembangan dari perhatian terhadap berat badan dan kejadian gangguan makan (Field, 1999). Selanjutnya berdasarkan studi kohort prospektif yang dilakukan oleh Field et al., (2008) menjelaskan bahwa baik remaja lakilaki maupun perempuan ingin terlihat atau tampil sama seperti model yang ada di media berpengaruh terhadap kejadian binge eating disorders.
2.4.15 Sosiokultural Davison et al., (2010) menjelaskan bahwa sepanjang sejarah berbagai standar telah ditetapkan masyarakat mengenai tubuh yang ideal, terutama tubuh perempuan ideal sangat bervariasi. Pada masa-masa terakhir standar ideal dalam budaya Amerika bergerak ke arah peningkatan langsing. Sebuah studi menghitung IMT para model utama majalah
43
Playboy dari tahun 1985-1997 (Owen & Laurel-Seller, 2000 dalam Davison et al., 2010). Kecuali satu orang, seluruh model Playboy tersebut memiliki IMT kurang dari 20, yang berarti berat badan kurang dan hampir separuh dari model tersebut memiliki IMT kurang dari 18 yang berarti berat badannya sangat kurang. Studi ini mengindikasikan bahwa tubuh kurus pada kalangan perempuan masih digemari. Hal tersebut berbeda bagi laki-laki dimana IMT para model laki-laki meningkat sepanjang periode tersebut. Pengaruh budaya memegang peranan yang penting bagi penderita gangguan makan. Perempuan pada masa kini terperangkap antara rata-rata berat badan yang ideal dan pandangan yang menyatakan figur boneka Barbie adalah yang ideal (Krummel dan Penny, 1996). Pengaturan makan untuk menurunkan berat badan sangat umum di kalangan perempuan kulit putih dengan status sosioekonomi atas yang juga merupakan kalangan dengan jumlah anorexia nervosa tertinggi. Onset gangguan makan biasanya diawali dengan diet dan kekhawatiran lain tentang berat badan, memperkuat pemikiran bahwa standar sosial yang menekankan pentingnya bertubuh kurus berperan dalam gangguan ini dimana nilai-nilai sosiokultural menitikberatkan pada tekanan sosial kepada wanita muda untuk mencapai standar tubuh yang kurus (Davison et al., 2010).
44
2.5 Kerangka Teori Berdasarkan teori Krummel dan Penny (1996) dijelaskan terdapat 2 faktor predisposisi yang mempengaruhi timbulnya gangguan makan (eating disorders) yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam menyusun kerangka konsep dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan kerangka teori utama yang diadaptasi dari kerangka teori Krummel dan Penny (1996) tetapi beberapa variabel ada yang dimodifikasi berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu. Adapun kerangka teori penelitian ini sebagai berikut : Faktor Internal : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Genetik Usia Jenis Kelamin Pengetahuan Rasa Percaya Diri Citra Tubuh Riwayat Diet
Gangguan Makan Faktor Eksternal : 1. Pengaruh Keluarga 2. Pengaruh Teman Sebaya 3. Bullying oleh Teman Sebaya 4. Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh 5. Kekerasan Fisik 6. Pelecehan Seksual 7. Pengaruh Media Massa 8. Sosiokultural Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Adaptasi teori Krummel dan Penny(1996), Fairburn et al.,(1999), Neumark-Sztainer dan Peter (2000), Moore et al., (2002), Field et al.,(2008), Davison et al., (2010)
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang ada maka peneliti bermaksud untuk meneliti semua variabel yang ada dalam kerangka teori tersebut namun hanya beberapa variabel yang tidak diteliti yaitu variabel genetik, usia, dan sosiokultural. Variabel genetik tidak diteliti karena merupakan variabel yang tidak dapat diubah dan dimodifikasi. Sedangkan variabel usia dan sosiokultural tidak diteliti karena kedua variabel tersebut bersifat homogen. Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 yaitu :
45
46
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Rasa Percaya Diri
Citra Tubuh
Riwayat Diet
Gangguan Makan
Pengaruh Keluarga
Pengaruh Teman Sebaya
Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh Kekerasan Fisik
Pelecehan Seksual
Pengaruh Media Massa
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
47
3.2 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 yaitu : Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Gangguan makan
Pola makan yang abnormal yang ditunjukkan dengan salah satu kriteria gangguan makan dipenuhi seperti mempertahankan berat badan, adanya perilaku kompensasi yang disesuaikan dengan panduan kuesioner. Perbedaan yang dilihat berdasarkan perbedaan biologis.
Jenis Kelamin Pengetahu an
Rasa percaya diri
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Pengisian Kuesioner sendiri oleh responden
1. Memiliki gangguan makan 2. Normal
Ordinal
Kuisioner Pengisian sendiri oleh responden Hasil dari tahu mengenai Pengisian Kuisioner hal-hal yang sendiri oleh berhubungan dengan responden dampak negatif dari berat badan terlalu rendah akibat berdiet, penggunaan obat pencahar, memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan, dan olahraga yang berlebihan. Persepsi responden Pengisian Kuesioner tentang dirinya sebagai sendiri oleh satu kesatuan yang utuh, responden perasaan responden tentang nilai dirinya sebagai seorang manusia.
1. Laki-Laki 2. Perempuan
Ordinal
1. Rendah (jika skor yang diperoleh < median) 2. Tinggi (jika skor yang diperoleh ≥ median)
Ordinal
1. Rendah (jika Ordinal skor yang diperoleh < median) 2. Tinggi (jika skor yang diperoleh ≥ median)
48
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Citra tubuh
Persepsi responden Pengisian Kuesioner mengenai bentuk dan sendiri oleh tampilan fisik tubuhnya. responden
Riwayat diet
Pernah tidaknya Pengisian Kuesioner responden menjalani sendiri oleh program diet atau responden membatasi maupun mengurangi makanannya guna menurunkan berat badan dalam satu tahun terakhir.
Pengaruh keluarga
Kritik dari orang tua baik Pengisian Kuesioner ayah atau ibu yang terkait sendiri oleh dengan bentuk tubuh dan responden berat badan responden
Pengaruh teman sebaya
Pengaruh teman sebaya Pengisian Kuesioner terhadap gangguan sendiri oleh makan responden
Hasil Ukur
1. Merasa gemuk (jika skor yang diperoleh ≤ median) 2. Tidak merasa gemuk (jika skor yang diperoleh > median) 1. Pernah berdiet (jika skor yang diperoleh ≥ median) 2. Tidak pernah berdiet (jika skor yang diperoleh < median) 1. Dipengaruhi (jika skor yang diperoleh ≥ mean) 2. Tidak dipengaruhi (jika skor yang diperoleh < mean) 1. Dipengaruhi (jika skor yang diperoleh ≥ median) 2. Tidak dipengaruhi
Skala Ukur
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
49
(jika skor yang diperoleh < median) 1. Pernah (jika Ordinal skor yang diperoleh > median) 2. Tidak pernah (jika skor yang diperoleh ≤ median)
Ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh
Kritik, sindiran atau Pengisian Kuesioner hinaan dari teman sebaya sendiri oleh maupun orang lain yang responden berkaitan dengan bentuk tubuh dan berat badan responden (Fairburn, 1998 dalam Aini, 2009)
Kekerasan fisik
Pengalaman atau riwayat Pengisian Kuesioner kontak fisik yang sendiri oleh disengaja yang responden mengakibatkan memar atau luka ringan maupun berat (parah) yang menyebabkan trauma pada responden (Moore et al., 2002)
1. Pernah (jika Ordinal skor yang diperoleh > median) 2. Tidak pernah (jika skor yang diperoleh ≤ median)
Pelecehan seksual
Pengalaman atau riwayat seksual yang tidak diinginkan, melibatkan kontak fisik atau verbal yang berkaitan dengan seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada responden (Moore et al., 2002) Frekuensi responden mengakses media massa yang secara dominan menyajikan tren, gaya hidup, atau mode baik dari media cetak maupun
Pengisian Kuesioner sendiri oleh responden
1. Pernah (jika Ordinal skor yang diperoleh > median) 2. Tidak pernah (jika skor yang diperoleh ≤ median)
Pengisian Kuesioner sendiri oleh responden
1. Dipengaruhi Ordinal (jika skor yang diperoleh > median) 2. Tidak
Pengaruh media massa
50
media elektronik (Field et al., 1999 dalam Putra 2008)
dipengaruhi (jika skor yang diperoleh ≤ median)
3.3 Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. 2. Ada hubungan antara faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
51
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Dalam desain studi cross sectional variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada waktu yang sama.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan Februari sampai Juli 2013.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang diamati dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Siswa-siswi kelas X dan XI Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Kelas XII tidak dijadikan sampel penelitian dikarenakan mereka sudah masuk dalam tahap ujian akhir sehingga tidak memungkinkan untuk dijadikan sampel penelitian 2. Berstatus sebagai siswa aktif di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta 3. Bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian ini
51
52
Adapun jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi yakni sebagai berikut : n = {Z1-α/2 √
+ Z1- β √
}2
(P1-P2)2 Keterangan : n
: jumlah sampel
Z1-α/2 : tingkat kemaknaan pada α = 5% (Z1-α/2 = 1,96) Z1- β
: kekuatan uji pada 1-β = 80% (Z1- β = 0,84)
P1
: proporsi penderita gangguan makan terhadap pernah mengalami kritik
teman sebaya mengenai bentuk tubuh dan berat badan pada penelitian sebelumnya yaitu 74,2% (Hapsari, 2009) P2
: proporsi penderita gangguan makan terhadap tidak pernah mengalami
kritik teman sebaya mengenai bentuk tubuh dan berat badan pada penelitian sebeblumnya yaitu 44,1% (Hapsari, 2009) P
: P1+P2 /2
bp
: proporsi bukan penderita gangguan makan pada peneltian sebelumnya
yaitu 41,5% (Hapsari, 2009) Maka besar sampel yang dihasilkan adalah : n = {1,96 √
+ 0,84 √ (0,742 – 0,441)2
}2
53
n=
n = 44,4 n = % bp x n1 44,4 = 0,415 x n1 n1 =
= 107 orang
Berdasarkan perhitungan di atas maka besar minimal sampel yang dibutuhkan
adalah
sebanyak
107
orang.
Untuk
mengantisipasi
tidak
dikembalikannya kuesioner atau adanya missing jawaban maka peneliti menambakan jumlah sampel sebanyak 10% sehingga jumlah sampel sebanyak 120 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Teknik simple random sampling dalam penelitian ini berdasarkan kerangka sampling yang peneliti buat yakni dibuat berdasarkan nama, nomor induk dan kelas siswa serta diurutkan mulai dari nomor induk terkecil hingga terbesar. Setelah itu, dilakukan pemilihan secara acak untuk menentukan siswa-siswi mana yang terpilih sebagai sampel hingga memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Pada
saat
penelitian
berlangsung, peneliti memberikan kuesioner kepada semua siswa-siswi kelas X dan XI di hari yang berbeda serta diukur berat badan dan tinggi badan mereka. Setelah itu, sebelum dilakukan analisis data dilakukan pemilihan kuesioner yang sudah diisi berdasarkan daftar nama siswa-siswi terpilih dimana pengundian nama sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti.
54
Kelas X terdiri dari XA, XB, XC dan kelas XI terdiri dari XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPS kemudian peneliti mengambil tiap kelas berdasarkan nama siswa
yang telah terpilih untuk dijadikan sampel sehingga memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 120 orang. Bagi siswa yang terpilih namun isi kuesioner kurang lengkap maka peneliti mengacak nama siswa lain yang mengisi kuesioner secara lengkap untuk dijadikan sampel dan begitulah seterusnya guna meminimalisir terjadinya bias penelitian. 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Kuesioner (terlampir) 2. Microtoa untuk mengukur tinggi badan 3. Timbangan seca untuk mengukur berat badan
4.5 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data yang dikumpulkan meliputi data tentang gangguan makan, jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, riwayat diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa didapatkan melalui pengisian kuesioner. Data Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan dari perhitungan berat badan dan tinggi badan, berat badan diukur menggunakan timbangan seca, sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoa.
55
4.6 Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalu beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Editing Yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti untuk melakukan pengecekan isi kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. 2. Coding Yaitu proses pemberian kode pada jawaban kuesioner untuk memudahkan data ketika dimasukkan ke dalam kumputer (komputerisasi). Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Dalam hal ini peneliti memberikan kode angka paa setiap pertanyaan yang ada di kuesioner. Salah satunya pertanyaan jenis kelamin jika laki-laki diberi kode angka 1 dan jika perempuan diberi kode angka 2. Begitu seterusnya untuk pertanyaan berikutnya. 3. Entry Data Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati proses pengkodingan maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Proses data ini dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan program komputer. Program yang dipakai yaitu SPSS 16.
56
4. Cleaning Yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk diolah dan dianalisis. Penentuan kasus gangguan makan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan spesifik mengenai gangguan makan sesuai dengan kriteria gangguan makan pada DSM-IV (1994). Variabel pengetahuan mengenai dampak dari gangguan makan diukur dengan melihat skor nilai berdasarkan kemampuan siswa menjawab dengan benar pertanyaan mengenai dampak gangguan makan. Untuk variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 kategori. Pengetahuan dikategorikan rendah jika skor yang diperoleh < median dan pengetahuan dikategorikan tinggi jika skor yang diperoleh ≥ median. Variabel rasa percaya diri diukur dengan 8 pertanyaan. Jika skor yang diperoleh ≥ median maka responden dikategorikan memiliki rasa percaya diri rendah dan jika skor yang diperoleh < median maka responden dikategorikan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Variabel citra tubuh diukur dengan 3 pertanyaan. Jika skor yang diperoleh ≤ median maka responden dikategorikan merasa gemuk dan jika skor yang diperoleh > median maka responden dikategorikan tidak merasa gemuk. Untuk variabel citra tubuh dilakukan cross check dengan menggunakan variabel IMT. Hal tersebut bergunauntuk melihat perbandingan jawaban antara persepsi citra tubuh responden melalui pertanyaan di kuesioner apakah sudah relevan dengan citra tubuh mereka yang sebenarnya berdasarkan IMT.
57
Variabel riwayat diet diukur dengan melihat skor nilai jawaban responden. Variabel riwayat diet dikelompokkan menjadi 2 kategori. Responden dikategorikan pernah berdiet jika skor yang diperoleh ≥ median dan responden dikategorikan tidak pernah berdiet jika skor yang diperoleh < median. Untuk variabel riwayat diet dilakukan cross check dengan menggunakan lembar Food Frequency Questionere (FFQ). Hal tersebut berguna untuk melihat perbandingan jawaban responden berdasarkan kuesioner asli apakah konsisten atau tidak dengan jawaban responden berdasarkan lembar Food Frequency Questionere (FFQ). Variabel pengaruh keluarga diukur dengan menggunakan 7 pertanyaan. Jika skor yang diperoleh ≥ mean maka responden dipengaruhi oleh keluarga dan jika skor yang diperoleh < mean maka responden tidak dipengaruhi oleh keluarga. Variabel pengaruh teman sebaya diukur dengan menggunakan 8 pertanyaan. Variabel pengaruh teman sebaya dikelompokkan menjadi 2 kategori. Jika skor yang diperoleh ≥ median maka responden dipengaruhi oleh teman sebaya dan jika skor yang diperoleh < median maka responden tidak dipengaruhi oleh teman sebaya. Variabel ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh diukur dengan menggunakan 3 pertanyaan. Jika skor yang diperoleh > median maka responden dikategorikan pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dan jika skor yang diperoleh ≤ median maka responden dikategorikan tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh.
58
Variabel kekerasan fisik diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan. Variabel kekerasan fisik dikelompokkan menjadi 2 kategori. Responden dikategorikan pernah mengalami kekerasan fisik jika skor yang diperoleh > median dan dikategorikan tidak pernah mengalami kekerasan fisik jika skor yang diperoleh ≤ median. Variabel pelecehan seksual diukur dengan menggunakan 4 pertanyaan. Jika skor yang diperoleh > median maka responden dikategorikan pernah mengalami pelecehan seksual dan jika skor yang diperoleh ≤ median maka responden dikategorikan tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Variabel pengaruh media massa diukur menggunakan 3 pertanyaan. Jika skor yang diperoleh > median maka responden dipengaruhi media massa dan jika skor yang diperoleh ≤ median maka responden tidak dipengaruhi media massa.
4.7 Analisis Data Setelah dilakukan proses pengolahan/manajemen data maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data adalah agar data yang dikumpulkan memiliki arti/makna yang dapat berguna untuk mengatasi masalah kesehatan (Amran, 2012). Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu analisis data univariat dan analisis data bivariat. 1. Analisis Univariat Analisis
univariat
adalah
suatu
analisis
untuk
mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk
59
mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen dan independen. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan melakukan uji Chi Square. Chi Square dilakukan untuk menganalisis hubungan variabel dependen (gangguan makan) dengan variabel independen (jenis kelamin, pengetahuan, citra tubuh, rasa percaya diri, riwayat diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual dan pengaruh media massa). Jika Pvalue >0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika Pvalue <0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara kedua variabel. Adapun rumus perhitungan chi-square yaitu : χ2 = ∑
–
Keterangan : χ2 : chi-square O : nilai hasil pengamatan (observed) E : nilai yang diharapkan (expected)
4.8 Penyajian Data Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tulisan dan tabulasi.
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta terletak di Jalan Ibnu Taimia IV - Kompleks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan. Jumlah siswa pertama yang diterima adalah 47 siswa. Setelah tiga tahun, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A kategori Sangat Memuaskan. Tahun Pelajaran 2012/2013, jumlah kelas yang ada di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sebanyak 9 kelas dan jumlah siswa sebanyak 268 siswa dengan rincian sebagai berikut : 1. Kelas X : terdiri dari kelas X A, X B dan X C. Jumlah siswa sebanyak 101 orang dengan 52 laki-laki dan 49 perempuan. 2. Kelas XI : terdiri dari kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPS. Jumlah siswa sebanyak 90 orang dengan 59 laki-laki dan 31 perempuan. 3. Kelas XII : terdiri dari kelas XII IPA 1, XII IPA 2, dan XII IPS. Jumlah siswa sebanyak 77 orang dengan 42 laki-laki dan 35 perempuan. 60
61
5.2 Analisis Univariat 5.2.1
Gambaran Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.1 berikut ini : Tabel 5.1 Distribusi Remaja yang Mengalami Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Memiliki Gangguan Makan
57
47.5
Normal
63
52.5
Total
120
100.0
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa lebih banyak remaja yang tidak memiliki gangguan makan (52,5%). Berdasarkan ciri-ciri yang mengarah kepada gangguan makan maka dibagi kedalam empat bagian diantaranya Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Disorder dan Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS). Distribusi remaja berdasarkan 4 kategori gangguan makan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :
62
Tabel 5.2 Distribusi Remaja berdasarkan Gejala yang Menunjukkan Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Kategori Gangguan Makan
Persentase (%)
Anorexia Nervosa
4.2
Bulimia Nervosa
6.7
Binge Eating Disorder
6.7
Eating Disorders Not Otherwise
30.8
Specified (EDNOS)
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari ke empat kategori gejala yang menunjukkan gangguan makan ternyata remaja Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta lebih banyak yang memiliki gejala gangguan makan dengan kategori eating disorders not otherwise specified (EDNOS) sebesar 30,8%.
5.2.2
Persepsi terhadap Berat Badan dan Bentuk Tubuh Dibawah ini merupakan gambaran persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 disajikan pada tabel 5.3 sebagai berikut :
63
Tabel 5.3 Distribusi Remaja berdasarkan Persepsi terhadap Berat Badan dan Bentuk Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Takut jika bb naik Berta badan Bentuk tubuh Skala
atau menjadi
pengaruhi tingkat
pengatuhi tingkat
gemuk
percaya diri
percaya diri
N
%
N
%
N
%
1
38
31,7
38
31,7
30
25,0
2
43
35,8
58
48,3
66
55,0
3
39
32,5
24
20,0
24
20,0
Total
120
100
120
100
120
100
Keterangan : 1
: tidak
2
: kadang-kadang
3
: selalu Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa remaja paling banyak
menjawab “kadang-kadang” untuk variabel takut jika berat badan naik atau menjadi gemuk (35,8%), untuk variabel berat badan mempengaruhi tingkat percaya diri (48,3%), dan untuk variabel bentuk tubuh mempengaruhi tingkat percaya diri (55%).
64
5.2.3
Binge Eating Dibawah ini merupakan gambaran riwayat episode binge eating pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 disajikan pada tabel 5.4 sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi Remaja berdasarkan Perilaku Binge Eating di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel n % Riwayat episode binge eating (n=120) Pernah
71
59,2
Tidak pernah
49
40,8
Makan lebih cepat dari biasanya
88
73,3
Makan hingga kekenyangan
95
79,2
Makan dalam porsi besar
53
4,2
58
48,3
Makan sendirian karena malu
23
19,2
Merasa malu/kecewa setelah
41
34,2
34
28,3
Perilaku binge eating (n=120)
walalupun tidak lapar Makan dalam porsi saat malam hari tidak bisa tidur
makan berlebihan Merasa sangat marah karena tidak dapat kendalikan perilaku makan Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 59,2% remaja pernah mengalami periode binge eating (makan dengan porsi berlebihan dan tidak dapat mengendalikannya)yang ikut dalam penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki (55,8%). Diantara perilaku yang biasanya
65
sering dialami oleh orang yang mengalami periode binge eating yakni perilaku yang sering dialami oleh remaja yaitu makan hingga merasa kekenyangan sebesar 79,2%.
5.2.4
Perilaku Kompensasi Dibawah ini merupakan gambaran perilaku kompensasi yang dilakukan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 disajikan pada tabel 5.5 sebagai berikut : Tabel 5.5 Distribusi Remaja berdasarkan Perilaku Kompensasi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
5
4,2
6
5,0
46
38,3
39
32,5
Jenis perilaku kompensasi yang dilakukan (n=120) Memuntahkan makanan dengan sengaja Menggunakan obat pencahar/jamu pelangsing Melewatkan 2 waktu makan berturut-turut Olahraga secara berlebihan
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 38,3% remaja paling banyak melakukan perilaku kompensasi yaitu dengan cara melewatkan 2 waktu makan berturut-turut dan diikuti oleh olahraga secara berlebihan sebanyak 32,5%.
66
5.2.5
Gambaran
Jenis
Kelamin
pada
Remaja
di
Madrasah
Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel jenis kelamim pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Jenis Kelamin di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persentase (%)
Laki-laki
67
55.8
Perempuan
53
44.2
Total
120
100.0
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa remaja yang ikut dalam penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55,8%.
5.2.6
Gambaran Pengetahuan Mengenai Dampak Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel pengetahuan mengenai dampak gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.7 berikut ini :
67
Tabel 5.7 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengetahuan mengenai Dampak Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Pengetahuan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Rendah
54
45
Tinggi
66
55
Total
120
100.0
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa lebih banyak remaja yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 55%.
5.2.7
Gambaran Rasa Percaya Diri pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel rasa percaya diri pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.8 berikut ini :
68
Tabel 5.8 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Rasa Percaya Diri di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Percaya diri rendah
52
43.3
Percaya diri tinggi
68
56.7
Takut bersaing
30
25.0
Tidak mengutarakan pendapat
47
39.2
Lebih suka menyendiri
32
26.7
Menganggap sesuatu buruk terjadi
56
46.7
Merasa tidak punya kelebihan
43
35.8
Merasa banyak kekurangan
79
65.8
Takut menerima kritik orang
25
20.8
Merasa rendah diri
51
42.5
Tingkat rasa percaya diri (n=120)
Alasan (n=52)
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebanyak 43,3% remaja memiliki rasa percaya diri rendah. Adapun alasan paling banyak ketika ditanya mengenai variabel rasa percaya diri yaitu sebanyak 65,8% remaja menjawab karena merasa banyak kekurangan dan alasan paling sedikit yaitu sebanyak 20,8% remaja menjawab karena takut menerima kritik dari orang lain.
69
5.2.8
Gambaran
Citra
Tubuh
pada
Remaja
di
Madrasah
Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel citra tubuh pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.9 berikut ini : Tabel 5.9 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Citra Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Merasa gemuk
83
69.2
Tidak merasa gemuk
37
30.8
Karena merasa gemuk
63
52.5
Merasa berat badan tidak ideal
84
70.0
Tidak puas dengan bentuk tubuh
83
69.2
Kurus
8
6.7
Normal
81
67.5
Gemuk
14
11.7
Obesitas
17
14.2
Persepsi citra tubuh (n=120)
Alasan merasa gemuk (n=83)
atau berat badan IMT (n=120)
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa lebih banyak remaja yang merasa dirinya gemuk (69,2%). Alasan remaja merasa gemuk yaitu sebanyak 84 remaja (70%) menjawab karena merasa berat badan mereka tidak
70
ideal. Bila dibandingkan dengan IMT terdapat sebanyak 17 remaja (14,2%) tergolong ke dalam kategori obesitas, sebanyak 14 remaja (11,7%) tergolong ke dalam kategori gemuk, sebanyak 81 remaja (67,5%) tergolong ke dalam kategori normal dan sebanyak 8 remaja (6,7%) tergolong ke dalam kategori kurus.
5.2.9
Gambaran
Riwayat
Diet
pada
Remaja
di
Madrasah
Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel riwayat diet pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.10 berikut ini : Tabel 5.10 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Riwayat Diet di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel n % Riwayat diet (n=120) Pernah Berdiet
61
50.8
Tidak pernah berdiet
59
49.2
Agar lebih sehat
46
38.8
Agar tampil menarik
47
39.2
Mencegah naiknya berat badan
51
42.5
Saran dokter
15
12.5
Nasihat orang tua
33
27.5
Saran dari teman
22
18.3
Alasan berdiet (n=61)
Frekuensi berdiet selama 1 tahun terakhir (n=61)
71
1-4 kali
30
25.0
5-10 kali
11
9.2
>10 kali
14
11.7
Selalu berdiet
7
5.8
SD
3
2.5
SMP
29
24.2
SMA
30
25.0
Mengurangi konsumsi karbohidrat
46
38.3
Mengurangi konsumsi sayuran dan
2
1.7
Mengurangi konsumsi lemak
54
45.0
Mengurangi konsumsi cemilan
50
41.7
Mengurangi porsi makan
52
43.3
Melewatkan 2 waktu makan
18
15
Mengkonsumsi obat pencahar
9
7.5
Sengaja memuntahkan isi perut
4
3.3
Berolahraga setelah makan
20
16.7
Pertama kali berdiet (n=61)
Cara diet (n=61)
buah-buahan
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa lebih banyak remaja yang pernah berdiet (50,8%). Untuk alasan mengapa remaja melakukan diet sebanyak 41 remaja (42,5%) menjawab untuk mencegah naiknya berat badan. Sebanyak 20 remaja (25%) menjawab 1-4 kali meraka melakukan diet dan sebanyak 30 remaja (50%) menjawab pertama kali melakukan diet pada saat SMA. Adapun cara diet yang paling banyak dilakukan remaja yakni sebanyak 45% menjawab dengan cara mengurangi konsumsi lemak, dan cara diet yang
72
paling sedikit dilakukan remaja yakni sebanyak 1,7% menjawab dengan cara mengurangi konsumsi sayuran dan buah-buahan.
5.2.10 Gambaran Pengaruh Keluarga pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel pengaruh keluarga pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.11 berikut ini : Tabel 5.11 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Keluarga di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Dipengaruhi
74
61.7
Tidak dipengaruhi
46
38.3
Keluarga kritik berat badan
53
44.2
Keluarga perhatikan penampilan
36
30.0
Keluarga pengaruhi berat badan
35
29.2
Keluarga pengaruhi bb ideal
45
37.5
Terpengaruh memiliki bb ideal
84
70.0
Malu memiliki tubuh gemuk
56
46.7
Diet kebiasaan keluarga
31
25.8
Pengaruh keluarga (n=120)
Bentuk pengaruh keluarga (n=74)
73
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa lebih banyak remaja yang dipengaruhi keluarga (61,7%). Adapun bentuk pengaruh keluarga yakni sebanyak 70% remaja menjawab karena terpengaruh untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal, sebanyak 46,7% menjawab karena malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan saudara-saudara, dan sebanyak 44,2% menjawab karena keluarga sering mengkritik berat badan.
5.2.11 Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel pengaruh teman sebaya pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.12 berikut ini : Tabel 5.12 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Teman Sebaya di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Dipengaruhi
74
61.7
Tidak dipengaruhi
46
38.3
Gemuk takut beda dengan teman
35
29.2
Jaga pola makan
50
41.7
Teman pengaruhi miliki bb ideal
49
40.8
Teman sarankan turunkan atau
44
36.7
Pengaruh teman sebaya (n=120)
Bentuk pengaruh teman sebaya (n=74)
naikkan berat badan
74
Jaga bb mengikuti teman
17
14.2
Malu miliki tubuh gemuk
49
40.8
Bb ideal teman pengaruhi untuk
60
50.0
37
30.8
menurunkan berat badan sendiri Teman menilai bentuk tubuh gemuk
Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa lebih banyak remaja yang dipengaruhi teman sebaya (61,7%). Bentuk pengaruh teman sebaya ketika ditanyakan yakni sebanyak 60 remaja (50%) menjawab karena berat badan ideal teman mempengaruhi untuk menurunkan berat badan sendiri dan sebanyak 17 remaja (14,2%) menjawab karena menjaga berat badan untuk mengikuti perilakun teman.
5.2.12 Gambaran Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.13 berikut ini :
75
Tabel 5.13 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Pernah
38
31.7
Tidak pernah
82
68.3
1 kali
12
10.0
2 kali
5
4.2
3 kali
5
4.2
> 3 kali
15
12.5
SD
5
4.2
SMP
11
9.2
SMA
9
7.5
Tidak ingat
12
10.0
Anggota keluarga/saudara
6
5.0
Teman/tetangga
23
19.2
Orang lain
9
7.5
Riwayat ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh (n=120)
Jumlah ejekan yang pernah dialami (n=38)
Waktu mengalami ejekan (n=38)
Pelaku pengejekan (n=38)
Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa sebanyak 31,7% remaja pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh. Adapun frekuensi ejekan yang paling banyak dialami remaja yaitu sebesar 12,5% menjawab sebanyak > 3 kali. Kebanyakan remaja mengalami ejekan pada saat
76
SMP (9,2%), sedangkan pelaku pengejekan terbanyak yaitu teman atau tetangga (19,2%)
5.2.13 Gambaran Kekerasan Fisik pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel kekerasan fisik pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.14 berikut ini : Tabel 5.14 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Kekerasan Fisik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Pernah
46
38.3
Tidak pernah
74
61.7
1 kali
16
13.3
2 kali
8
6.7
3 kali
4
3.3
>3 kali
18
15.0
SD
11
9.2
SMP
13
10.8
SMA
8
6.7
Tidak ingat
14
11.7
Riwayat kekerasan fisik (n=120)
Jumlah kekerasan fisik yang pernah dialami (n=46)
Waktu mengalami kekerasan fisik (n=46)
77
Pelaku kekerasan fisik (n=46) Anggota keluarga
11
9.2
Saudara
3
2.5
Teman/tetangga
17
14.2
Orang lain
15
12.5
Memar pada tubuh
20
16.7
Perdarahan/luka
10
8.3
Patah tulang
3
2.5
Geger otak
1
0.8
Trauma
21
17.5
Lainnya
11
9.2
Akibat dari kekerasan fisik yang pernah dialami (n=46)
Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa sebanyak 38,3% remaja pernah mengalami kekerasan fisik. Frekuensi kekerasan fisik terbanyak yang pernah dialami remaja yaitu > 3 kali (15%). Waktu mengalami kekerasan fisik paling banyak yaitu saat SMP (10,8%). Adapun pelaku kekerasan fisik terbanyak yaitu teman atau tetangga sebanyak 14,2%, sedangkan akibat dari kekerasan fisik yang pernah dialami yaitu paling banyak trauma sebesar 17,5%.
78
5.2.14 Gambaran Pelecehan Seksual pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel pelecehan seksual pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.15 berikut ini : Tabel 5.15 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pelecehan Seksual di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel n % Riwayat pelecehan seksual (n=120) Pernah
59
49.2
Tidak pernah
61
50.8
1 kali
25
20.8
2 kali
11
9.2
3 kali
5
4.2
>3 kali
18
15.0
SD
2
1.7
SMP
9
7.5
SMA
25
20.8
Tidak ingat
23
19.2
Anggota keluarga
5
4.2
Saudara
4
3.3
Teman/tetangga
21
17.5
Jumlah pelecehan seksual yang pernah dialami (n=59)
Waktu mengalami pelecehan seksual (n=59)
Pelaku pelecehan seksual (n=59)
79
Orang lain
29
24.2
Ciuman
17
14.2
Sentuhan terhadap anggota tubuh
55
45.8
Sentuhan terhadap organ intim
3
2.5
Seks melalui mulut
3
2.5
Seks melalui dubur
1
0.8
Lainnya
1
0.8
Bentuk pelecehan yang dialami
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 49,2% remaja pernah mengalami pelecehan seksual. Frekuensi pelecehan seksual yang paling banyak dialami yaitu > 3 kali (15%). Waktu mengalami pelecehan seksual paling banyak yaitu saat SMA (20,8%). Pelaku pelecehan seksual paling banyak yaitu orang lain (24,2%). Adapun bentuk pelecehan seksual yang paling banyak dialami remaja yaitu sentuhan terhadap anggota tubuh (45,8%).
5.2.15 Gambaran Pengaruh Media Massa pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Analisis univariat distribusi variabel pengaruh keterpapara media massa pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.16 berikut ini :
80
Tabel 5.16 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Media Massa di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Variabel
n
%
Dipengaruhi
60
50.0
Tidak dipengaruhi
60
50.0
87
72.5
95
79.2
Pengaruh media massa
Sumber pengaruh media massa (n=60) Membaca iklan tubuh langsing dari media cetak Menonton iklan tubuh langsing dari media elektronik
Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa proporsi remaja yang dipengaruhi media massa dengan remaja yang tidak dipengaruhi media massa memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing 50%. Sumber pengaruh media massa paling banyak yaitu berasal dari menonton iklan tentang tubuh langsing melalui TV sebanyak 79,2%. Adapun iklan tentang tubuh langsing yang paling sering diakses yaitu dari TV dan internet.
81
5.3 Analisis Bivariat 5.3.1
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.17 berikut ini : Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Jenis Kelamin
Ya
Total
Tidak
P
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
35
52,2
32
47,8
67
100,0
Perempuan
22
41,5
31
58,5
53
100,0
value
0,325
Berdasarkan tabel 5.17 hasil analisis antara jenis kelamin dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa remaja laki-laki yang memiliki gangguan makan ada 35 dari 67 orang (52,5%), sedangkan remaja perempuan yang memiliki gangguan makan ada 22 dari 53 orang (41,5%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,325, artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan makan.
82
5.3.2
Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.18 berikut ini :
Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Tingkat Ya
Pengetahuan
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
Rendah
22
40,7
32
59,3
54
100,0
Tinggi
35
53,0
31
47,0
66
100,0
0,247
Berdasarkan tabel 5.18 hasil analisis antara tingkat pengetahuan dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 54 remaja yang memiliki pengetahuan rendah terdapat sebanyak 22 remaja (40,7%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 66 remaja yang memiliki pengetahuan tinggi terdapat sebanyak 35 remaja (53%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,247, artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan.
83
5.3.3
Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.19 berikut ini :
Tabel 5.19 Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Rasa Percaya Ya
Diri Percaya Diri Rendah Percaya Diri Tinggi
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
23
44,2
29
55,8
52
100,0 0,658
34
50,0
34
50,0
68
100,0
Berdasarkan tabel 5.19 hasil analisis antara rasa percaya diri dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 52 remaja yang mempunyai rasa percaya diri rendah terdapat 23 remaja (44,2%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 68 remaja yang mempunyai rasa percaya diri tinggi terdapat 34 remaja (50,0%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P value sebesar 0,658, artinya pada α = 5% menunjukkan tidak ada hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan.
84
5.3.4
Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Gangguan makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.20 berikut ini :
Tabel 5.20 Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Persepsi Citra Ya
Tubuh Merasa Gemuk Tidak Merasa Gemuk
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
31
37,3
52
62,7
83
100,0
26
70,3
11
29,7
37
100,0
0,002
Berdasarkan tabel 5.20 hasil analisis antara persepsi citra tubuh dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 83 remaja yang merasa dirinya gemuk terdapat sebanyak 31 remaja (37,3%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 37 remaja yang tidak merasa dirinya gemuk terdapat sebanyak 26 remaja (70,3%) memiliki gangguan makan. Dari hasil hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,002, artinya pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara citra tubuh dengan gangguan makan.
85
5.3.5
Analisis Hubungan antara Riwayat Diet dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara riwayat diet dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.21 berikut ini :
Tabel 5.21 Analisis Hubungan antara Riwayat Diet dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Total Riwayat Diet P value Ya Tidak
Pernah Berdiet Tidak Pernah Berdiet
N
%
N
%
N
%
16
26,2
45
73,8
61
100,0
41
69,5
18
30,5
59
100,0
0,000
Berdasarkan tabel 5.21 hasil analisis antara riwayat diet dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 61 remaja yang mempunyai pernah berdiet terdapat 16 remaja (26,2%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 59 remaja yang tidak pernah berdiet terdapat 41 remaja (69,5%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P value sebesar 0,000, artinya pada α = 5% gangguan makan.
menunjukkan ada hubungan antara riwayat diet dengan
86
5.3.6
Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengaruh keluarga dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.22 berikut ini : Tabel 5.22 Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Pengaruh Ya
Keluarga Dipengaruhi Tidak Dipengaruhi
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
46
62,2
28
37,8
74
100,0
11
23,9
35
76,1
46
100,0
0,000
Berdasarkan tabel 5.22 hasil dari tabulasi silang antara pengaruh keluarga dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui diantara 74 remaja yang dipengaruhi keluarga terdapat 46 remaja (62,2%) memiliki gangguan makan. Sedangkan diantara 46 remaja yang tidak dipengaruhi keluarga terdapat 35 remaja (23,9%) memiliki gangguan makan.
87
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000, artinya pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara pengaruh keluarga dengan gangguan makan.
5.3.7
Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.23 berikut ini :
Tabel 5.23 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Pengaruh Ya
Teman Sebaya Dipengaruhi Tidak Dipengaruhi
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
48
64,9
26
35,1
74
100,0
9
19,6
37
80,4
46
100,0
0,000
Berdasarkan tabel 5.23 hasil dari tabulasi silang antara pengaruh teman sebaya dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 74 remaja yang dipengaruhi teman sebaya terdapat 48 remaja (64,9%) memiliki
88
gangguan makan. Sedangkan dari 46 remaja yang tidak dipengaruhi teman sebaya terdapat 9 remaja (19,6%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000, artinya pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan gangguan makan.
5.3.8
Analisis Hubungan antara Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.24 berikut ini :
Tabel 5.24 Analisis Hubungan antara Ejekan Seputar Berat Badan dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan
Ejekan Seputar Berat Badan/
Ya
Total
P value
Tidak
Bentuk Tubuh
N
%
N
%
N
%
Pernah
9
23,7
29
76,3
38
100,0
Tidak Pernah
48
58,5
34
41,5
82
100,0
0,001
Berdasarkan tabel 5.24 hasil analisis antara ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 38
89
remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh terdapat 9 remaja (23,7%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 82 remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh terdapat 48 remaja (58,5%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,001, artinya pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan.
5.3.9
Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.25 berikut ini :
Tabel 5.25 Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Kekerasan Ya
Fisik
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
Pernah
20
43,5
26
56,5
46
100,0
Tidak Pernah
37
50,0
37
50,0
74
100,0
0,612
90
Berdasarkan tabel 5.25 hasil analisis antara kekerasan fisik dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 46 remaja yang pernah mengalami kekerasan fisik terdapat 20 remaja (43,5%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 74 remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik terdapat 37 remaja (50%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,612, artinya pada α = 5% menunjukkan tidak ada hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan.
5.3.10 Analisis Hubungan antara Pelecehan Seksual dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.26 berikut ini : Tabel 5.26 Analisis Hubungan antara Pelecehan Seksual dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan
Pelecehan
Ya
Seksual
Total
P value
Tidak
N
%
N
%
N
%
Pernah
27
45,8
32
54,2
59
100,0
Tidak Pernah
30
49,2
31
50,8
61
100,0
0,848
91
Berdasarkan tabel 5.26 hasil analisis antara pelecehan seksual dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 59 remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual terdapat 27 remaja (45,8%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 61 remaja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual terdapat 30 remaja (49,2%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,848, artinya pada α = 5% menunjukkan tidak ada hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan.
5.3.11 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengaruh media massa dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.27 berikut ini : Tabel 5.27 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 Gangguan Makan Total Pengaruh Media P value Ya Tidak Massa N % N % N % Dipengaruhi Tidak Dipengaruhi
22
36,7
38
63,3
60
100,0
35
58,3
25
41,7
60
100,0
0,028
92
Berdasarkan tabel 5.27 hasil analisis antara pegaruh media massa dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 dapat diketahui bahwa diantara 60 remaja yang dipengaruhi media massa terdapat 22 remaja (36,7%) memiliki gangguan makan. Sedangkan dari 60 remaja yang tidak dipengaruhi media massa terdapat 35 remaja (58,3%) memiliki gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,028, artinya pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara pengaruh media massa dengan gangguan makan.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut yaitu pengisian kuesioner dilakukan pada saat jam kosong dan kurang kondusif sehingga ada beberapa siswa yang kurang fokus dan menyebabkan mereka menjawab kuesioner secara tidak benar atau asal menjawab terlihat dari jawaban mereka yang kurang konsisten sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun jawaban siswa yang tidak konsisten yaitu pada pertanyaan yang berlanjut seperti pada variabel pengetahuan mengenai dampak gangguan makan, variabel riwayat diet, dan variabel pengaruh media massa. Selain itu, kurang konsistennya jawaban siswa yaitu terlihat dari hasil Food Frequency Questionere (FFQ) yang tidak konsisten dengan jawaban pada variabel riwayat diet. Namun, keterbatasan tersebut dapat peneliti minimalisir dengan cara mengganti siswa yang memiliki jawaban yang kurang konsisten dengan siswa yang memiliki jawaban yang konsisten sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian.
93
94
6.2 Gambaran Gangguan Makan Gangguan makan merupakan suatu kondisi dimana seseorang dalam keadaaan yang mengarah kepada perilaku makan yang tidak normal yang dapat membahayakan kesehatannya. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan (National Institute of Mental Health, 2011). Walaupun gangguan makan berhubungan dengan makanan, pola makan dan berat badan tetapi gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan melainkan mengenai perasaan dan ekspresi diri (Eating Disorders Venture, 2006). Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% dari responden mengalami gangguan makan yaitu sebesar 57 orang dari 120 orang responden. Gangguan makan dalam penelitian ini bukan berarti responden adalah penderita gangguan makan melainkan lebih mengarah kepada gejala-gejala yang kemungkinan dapat mendorong mereka untuk mengalami gangguan makan Adapun kategori gangguan makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Disorder dan Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS). Berdasarkan hasil penelitian menujukkan remaja yang memiliki gejala Anorexia Nervosa sebesar 4,2%, remaja yang memiliki gejala Bulimia Nervosa sebesar 6,7%, remaja yang memiliki gejala Binge Eating Disorder (BED) sebesar 6,7% dan remaja yang memiliki gejala Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) sebesar 30,8%.
95
Gejala gangguan makan yang banyak dialami oleh responden adalah Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) sebesar 30,8%. Mereka yang mengalami gejala Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) karena memiliki lebih dari satu gejala gangguan makan, sebagai contoh mereka memiliki gejala anorexia nervosa tetapi memiliki gejala bulimia nervosa juga. Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Button et al (2005) dalam Erdianto (2009) mendapatkan hasil dari catatan klinik Leicestershire Adult Eating Disorders Service bahwa gangguan makan yang paling banyak terdiagnosis adalah EDNOS (42,8%). Selanjutnya sebuah penelitian menyebutkan bahwa lebih dari setengah penderita gangguan makan masuk ke dalam kriteria EDNOS (Wardlaw dan Hampl, 2007 dalam Erdianto 2009). Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa untuk setiap pertanyaan mengenai persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh, remaja paling banyak menjawab “kadang-kadang”. Sebanyak 35,8% remaja menjawab pada pertanyaan “apakah anda takut jika berat badan naik atau menjadi gemuk”, sebanyak 48,3% remaja menjawab pada pertanyaan “apakah berat badan anda mempengaruhi tingkat percaya diri” dan sebanyak 55% remaja menjawab pada pertanyaan “apakah bentuk tubuh mempengaruhi tingkat percaya diri”. Kemudian dari tabel 5.3 pun didapatkan bahwa remaja menjawab “selalu” sebanyak 32,5% pada pertanyaan “apakah anda takut jika berat badan naik atau menjadi gemuk”, sebanyak 20% pada pertanyaan “apakah berat badan anda mempengaruhi tingkat percaya diri” dan sebanyak 20% juga pada pertanyaan “apakah bentuk tubuh mempengaruhi tingkat percaya diri”. Dari hasil tersebut terlihat bahwa 32,5% remaja memenuhi salah satu kriteria untuk dianggap
96
mengalami anorexia nervosa, dan sekitar 20% remaja memenuhi salah satu kriteria untuk dianggap mengalami anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Berdasarkan jawaban pada pertanyaan tentang binge eating pada tabel 5.4 diperoleh hasil bahwa sebanyak 59,2% pernah mengalami episode binge eating. Sedangkan untuk perilaku binge eating yang paling banyak dialami oleh remaja yaitu makan hingga merasa kekenyangan sebesar 73,3%. Kriteria untuk menentukan seseorang mengalami binge eating salah satunya dengan melakukan 2 atau lebih perilaku binge eating (Stice, et al, 2000 dalam Hapsari, 2009). Pada penelitian ini diketahui bahwa rata-rata remaja melakukan 2 atau lebih perilaku binge eating. Pada tabel 5.5 diketahui bahwa perilaku kompensasi yang paling banyak dilakukan yaitu melewatkan 2 waktu makan berturut-turut (38,3%) diikuti dengan melakukan olahraga secara berlebihan (32,5%). Menurut Stice, et al (2000) dalam Hapsari (2009), seseorang dikatakan mengalami bulimia nervosa jika frekuensi dari keempat perilaku kompensasi dijumlahkan bernilai 8 atau lebih. Tetapi pada penelitian ini hal tersebut tidak tergambarkan karena peneliti membuatnya hanya menjadi tidak, kadang-kadang dan selalu melakukan perilaku kompensasi tanpa memperhitungkan frekuensinya.
97
6.3 Faktor Internal 6.3.1
Jenis Kelamin Ketika memasuki usia remaja, baik remaja laki-laki mapun perempuan akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Remaja perempuan akan mengalami peningkatan massa lemak tubuh yang menurutnya akan membuat tubuhnya jauh dari bentuk ideal, sedangkan bagi remaja laki-laki akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang tidak jauh berbeda dengan remaja perempuan namun akan lebih puas ketika terjadi peningakatan massa otot mereka. Perbedaan perubahan fisik ini akan menyebabkan remaja cenderung untuk mengidealkan bentuk tubuhnya dengan cara mengontrol berat badannya melalui diet. Gibney, et all (2009) menyatakan bahwa perempuan lebih memberikan perhatiannya terhadap penurunan berat badan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sejalan dengan hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dengan riwayat diet yakni remaja perempuan lebih banyak (56,6%) melakukan diet dibandingkan dengan remaja laki-laki. Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh informasi bahwa remaja laki-laki (55,8%) sedikit lebih banyak yang menjadi responden dalam penelitian ini dibandingkan remaja perempuan (44,2%). Hal ini disebabkan proporsi siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta lebih banyak laki-laki. Dalam pengambilan sampel penelitian ini diambil secara acak sehingga jumlah remaja laki-laki yang menjadi responden sedikit lebih banyak dibandingkan remaja perempuan.
98
Hasil tabulasi silang pada tabel 5.17 menunjukkan bahwa remaja lakilaki yang memiliki gangguan makan lebih banyak sebesar 52,5% dibandingkan dengan remaja perempuan sebesar 41,5%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan makan (P value = 0,325). Menurut peneliti, tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan makan dikarenakan proporsi antara remaja laki-laki dan perempuan yang ikut dalam penelitian ini hampir sama. Berdasarkan hal tersebut sehingga jumlah remaja laki-laki menjadi lebih banyak yang mengalami gangguan makan dibandingkan perempuan. Dalam penelitian lain menyebutkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan makan dimungkinkan karena proporsi responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Selain itu peneliti berpendapat bahwa jumlah remaja laki-laki lebih banyak yang mengalami gangguan makan dibandingkan perempuan menunjukkan bahwa gangguan makan tidak hanya sering dialami oleh perempuan
namun
tidak
menutup
kemungkinan
laki-laki
dapat
mengalaminya. Seperti yang dijelaskan oleh Bowman (2000) dalam Syafiq dan Tantiani (20130 menjelaskan bahwa penderita gangguan makan lebih banyak pada perempuan namun beberapa tahun belakangan ini pria penderita gangguan makan mulai mendapatkan perhatian. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan jumlah laki-laki penderita gangguan makan juga mulai banyak. Oleh karena itu perlu adanya kewaspadaan dan perhatian yang lebih mengenai gangguan makan karena tidak hanya remaja perempuan namun
99
remaja laki-laki juga berisiko untuk mengalami gangguan makan. Bagaimanapun juga berdasarkan berbagai penelitian menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak yang mengalami gangguan makan.
6.3.2
Pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil dari tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dampak negatif dari berat badan terlalu rendah akibat berdiet, penggunaan obat pencahar, memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan, dan olahraga yang berlebihan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa remaja yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak (55%) dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan rendah (45%). Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan gangguan makan dapat diketahui bahwa gangguan makan lebih banyak dialami oleh remaja yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 53%. Sementara itu gangguan makan hanya dialami oleh 40,7% remaja yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil uji statistik menunjukkan P value sebesar 0,247 yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aini (2009) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang
100
baik tentang dampak gangguan makan belum tentu menjadi jaminan seseorang untuk tidak mengalami gangguan makan. Peneliti berpendapat bahwa remaja yang memiliki pengetahuan baik tentang dampak gangguan makan dapat mengalami gangguan makan disebabkan oleh keinginan yang besar untuk memiliki bentuk tubuh dan tampilan fisik sesuai dengan yang diinginkannya. Berdasarkan penelitian Aini (2009), orang yang mengalami gangguan makan biasanya seorang yang perfeksionis sehingga pengetahuan juga tidak mempengaruhi gangguan makan secara signifikan mungkin dikarenakan remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tergolong ke dalam tipe orang yang perfeksionis. Peneliti melihat bahwa rata-rata tingkat sosial ekonomi orang tua remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah menengah ke atas dan biasanya memiliki sifat yang perfeksionis (Aini, 2009) sehingga peneliti
berpendapat
bahwa
sebagian
remaja
di
Madrasah
Aliyah
Pembangunan UIN adalah tipe perfeksionis. Seorang perfeksionis yaitu orang yang sangat tinggi dalam menetapkan standar untuk diri sendiri dan cenderung ingin membuktikan kompetensi mereka dan biasanya prestasi mereka cukup menonjol. Sehingga pengetahuan mereka tentang dampak gangguan makan tidak menjadikan mereka untuk tidak melakukan perilaku yang mengarah kepada gangguan makan. Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) dalam Aini (2009) yang mendefinisikan bahwa perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala
101
kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi sehingga setiap tindakan manusia baik yang positif maupun negatif didasarkan oleh salah satu faktor tersebut. Remaja yang mengalami gangguan makan dengan pengetahuan tinggi tertutupi oleh gejala kejiwaaan yang lain seperti keinginan, kehendak, emosi, sikap, motivasi, dan reaksi. Hal ini didukung oleh pendapat Green (1991) dalam Aini (2009) yang mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.
6.3.3
Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri berkaitan dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan citra tubuh dan citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang. Rasa percaya diri yang rendah juga merupakan salah satu karakteristik dari perempuan yang mengalami gangguan makan. Berdasarkan hasil univariat pada tabel 5.8 diperoleh informasi bahwa 43,3% remaja memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah dan 56,7% remaja
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi sedikit lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang memiliki rasa percaya diri
102
rendah. Menurut Eating Disorder Venture (2006) bahwa rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Dalam penelitian ini, jika dikaitkan dengan citra tubuh sebanyak 69,2% remaja merasa dirinya gemuk sehingga hal ini kemungkinan dapat menjadi alasan bagi remaja yang merasa gemuk memiliki rasa percaya diri rendah. Selain itu adanya tekanan dari luar seperti teman sebaya yang secara tidak langsung mempengaruhi remaja sehingga mereka merasa tidak percaya diri. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil tabulasi silang antara rasa percaya diri dengan pengaruh teman sebaya dimana sebanyak 33,8% remaja yang memiliki rasa percaya diri rendah dipengaruhi oleh teman sebaya dan menunjukkan ada hubungan antara rasa percaya diri dengan pengaruh teman sebaya (p value = 0,013). Temuan ini sejalan dengan pendapat Wardlaw (2002) dalam Putra (2008) yang menyatakan bahwa di usia remaja merupakan usia dimana pengakuan sosial sangat dibutuhkan. Hal tersebut dapat memperburuk rasa percaya diri mereka dan sebagai jalan pintas mereka bisa saja mengadopsi cara-cara yang ekstrim untuk dapat segera mengikuti tren yang ada. Hasil analisis tabulasi silang antara rasa percaya diri dengan gangguan makan menunjukkan bahwa gangguan makan lebih banyak dialami oleh remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi (50%) dibandingkan dengan remaja yang memiliki rasa percaya diri rendah. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P value sebesar 0,658, artinya tidak ada hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan. Temuan ini sejalan dengan beberapa
103
penelitian yang meneliti rasa percaya diri dengan gangguan makan salah satunya yaitu penelitian Putra (2008) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan. Putra (2008) menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara gangguan makan dengan rasa percaya diri dikarenakan bagi remaja yang merasa minder tidak sepenuhnya disebabkan oleh berat badan atau bentuk tubuh dan rasa percaya diri remaja tidak sepenuhnya didasarkan pada tampilan fisik semata. Menurut peneliti tidak adanya hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan disebabkan rasa percaya diri yang diukur dalam penelitian ini merupakan rasa percaya diri secara umum serta remaja yang memiliki rasa percaya diri rendah tidak sepenuhnya disebabkan oleh berat badan atau bentuk tubuh atau menitik beratkan rasa percaya diri pada tampilan fisik saja. Ketika ditanya mengenai variabel rasa percaya diri, sebanyak 65,8% remaja menjawab karena merasa banyak kekurangan. Hal tersebut menjelaskan bahwa rasa percaya diri yang dimiliki oleh remaja bukan hanya didasarkan oleh tampilan fisik semata sehingga peneliti berpendapat ketika rasa percaya diri bukan hanya dipengaruhi oleh tampilan fisik maka resiko mengalami gangguan makan juga menurun.
104
6.3.4
Citra Tubuh Penderita gangguan makan biasanya mengalami distorsi citra tubuh. Tiga komponen yang merupakan komponen distorsi citra tubuh yaitu ukuran tubuh penderita, acuan tubuh kurus yang baik bagi penderita, dan tidak puasnya penderita terhadap ukuran tubuhnya (Krummel dan Penny, 1996). Dari hasil univariat dapat diketahui bahwa remaja yang merasa gemuk lebih tinggi (69,2%) dibandingkan dengan remaja yang tidak merasa gemuk (30,8%). Remaja yang merasa dirinya gemuk menjawab bahwa berat badan mereka tidak ideal sebanyak 70% dan yang menjawab bahwa mereka tidak puas dengan berat badan mereka sebanyak 69,2%. Jika dilakukan perbandingan dengan IMT mereka terdapat sebanyak 85,7% remaja yang benar-benar tergolong gemuk berdasarkan IMT, sebanyak 100% remaja merasa gemuk dan tergolong obesitas, sebanyak 59,3% remaja merasa gemuk dan tergolong normal dan sebanyak 75% remaja merasa gemuk padahal tergolong kurus berdasarkan IMT. Namun penelitian ini menunjukkan sebuah kesenjangan antara apa yang dirasakan dengan yang sebenarnya. Terbukti dengan adanya 59,3% remaja menganggap dirinya gemuk tetapi sebenarnya mereka memiliki nilai IMT normal. Hal ini sesuai dengan alasan terbanyak (70%) remaja menjawab mengapa merasa dirinya gemuk yakni karena merasa berat badan mereka tidak ideal. Menurut peneliti, remaja Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta menilai gemuk atau tidaknya seseorang berdasarkan tampilan fisik saja. Berdasarkan hasil observasi sepertinya perhitungan IMT untuk melihat
105
normal tidaknya perbandingan BB terhadap TB menurut usia belum banyak dikenal di kalangan remaja Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Namun hal ini seharusnya tidak membuat seseorang merasa gemuk hanya berdasarkan tampilan fisik saja. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa budaya “kurus” merupakan bentuk tubuh ideal atau jalan menuju sukses yang diperkenalkan di negara-negara Barat telah merambah ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Program pokok UKS terangkum dalam Trias UKS yang terdiri dari Pendidikan Kesehatan, Pelayanan kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat (Kepmenkes, 2008). Dalam hal ini, UKS berfungsi sebagai wadah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik, dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, menciptakan lingkungan
yang
sehat,
sehingga
memungkinkan
pertumbuhan
dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam penelitian ini UKS berfungsi sebagai wadah untuk pemantauan perkembangan kesehatan siswa Aliyah yang terangkum dalam Trias UKS yakni Pendidikan Kesehatan, Pelayanan kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.
106
Sebuah studi yang dilakukan oleh Stice (1994) dan Heinberg, et al (1999) dalam Putra (2008) melaporkan bahwa dua karakteristik psikologis individual yang mempunyai potensi kuat dalam membangun citra tubuh yang salah adalah internalisasi nilai ”kurus adalah ideal” dan perbandingan bentuk tubuh. Berdasarkan teori, distorsi citra tubuh sering dialami oleh perempuan karena perempuan lebih memperhatikan penampilan mereka dibandingkan laki-laki. Secara genetik pun persentase lemak tubuh perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu peneliti berpendapat bahwa internalisasi nilai “kurus adalah ideal” serta perbandingan bentuk tubuh lebih mengarah dan sering dialani oleh perempuan. Beberapa studi eksperimental telah membuktikan bahwa internalisasi nilai “kurus adalah ideal” berhubungan dengan peningkatan ketidakpuasan penampilan dalam jangka pendek pada remaja putri dan mahasiswi terkait dengan media (Thompson, 2004 dalam Putra 2008). Kemudian studi kualitatif yang dilakukan oleh Thompson (2004) menjelaskan bahwa pembicaraan tentang
”gemuk”
oleh
teman
sebaya
akan
membawa
perasaan
ketidaknyamanan dan perhatian pada citra tubuh bagi orang yang diajak bicara. Dari studi tersebut terlihat bahwa citra tubuh yang terbentuk dalam persepsi seorang individu juga dipengaruhi oleh teman sebaya, termasuk internalisasi anggapan bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh yang ideal. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara citra tubuh dengan pengaruh teman sebaya diperoleh nilai P value 0,007 yang artinya terdapat hubungan antara citra tubuh dengan pengaruh teman.
107
Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui bahwa gangguan makan lebih banyak dialami oleh remaja yang tidak merasa gemuk (70,3%) dibandingkan dengan remaja yang merasa gemuk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,002, artinya ada hubungan antara citra tubuh dengan gangguan makan. Temuan ini sesuai dengan berbagai penelitian yang meneliti hubungan antara citra tubuh dengan gangguan makan namun ada sedikit perbedaan dalam jumlah remaja yang tidak merasa gemuk dengan remaja yang merasa gemuk terhadap gangguan makan. Jika pada penelitian lain disebutkan
bahwa jumlah orang yang merasa gemuk akan lebih besar
dibandingkan dengan orang yang tidak merasa gemuk untuk mengalami gangguan makan namun dalam penelitian ini sebaliknya. Peneliti berpendapat hal tersebut terjadi dikarenakan bagi remaja yang merasa dirinya gemuk mereka memiliki coping yang cukup baik dengan cara tidak melakukan hal-hal ekstrim seperti berdiet dengan cara yang tidak sehat sehingga kejadian gangguan makan pun menjadi rendah. Namun bagi remaja yang tidak merasa dirinya gemuk tetapi mengalami gangguan makan lebih tinggi mungkin disebabkan ada faktor lain seperti faktor dari luar maupun lingkungan yang menjadikan mereka melakukan perilaku yang mengarah pada gangguan makan. Oleh karena itu peneliti berpendapat bahwa tidak hanya remaja yang merasa dirinya gemuk yang dapat mengalami gangguan makan tetapi remaja yang tidak merasa dirinya gemuk pun dapat mengalami gangguan makan.
108
6.3.5
Riwayat Diet Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa remaja yang pernah berdiet sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 50,8% dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah berdiet. Adapun alasan remaja melakukan diet yakni sebanyak 38,3% menjawab agar lebih sehat, sebanyak 39,2% menjawab agar tampil menarik, dan sebanyak 42,5% remaja menjawab melakukan diet untuk mencegah naiknya berat badan. Waktu pertama kali remaja mulai melakukan diet yaitu sebanyak 25% remaja menjawab ketika SMA, 24,2% menjawab ketika SMP dan 2,5% menjawab ketika SD. Berdasarkan hal di atas maka peneliti memiliki beberapa pendapat. Pertama, berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa berdiet merupakan hal yang wajar baik bagi remaja putri maupun remaja putra di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan hasil observasi bahwa remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tidak sedikit yang memiliki berat badan berlebih bahkan ada beberapa yang obesitas melakukan diet dan tidak sedikit juga yang memiliki berat badan normal namun melakukan diet. Berdasarkan hasil uji tabulasi silang antara variabel IMT dengan variabel riwayat diet diperoleh informasi bahwa dari 8 remaja yang memiliki IMT kurus tidak ada yang pernah berdiet, dari 81 remaja yang memiliki IMT normal sebanyak 36 remaja (44,4%) pernah berdiet, dari 14 remaja yang memiliki IMT gemuk sebanyak 11 remaja (78,6%) pernah berdiet, dan dari 17
109
remaja yang memiliki IMT obesitas sebanyak 14 remaja (82,4%) pernah berdiet. Remaja putri maupun putra di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta menjawab waktu pertama kali mereka melakukan diet yaitu pada saat SMA dengan persentase 25%. Usia SMA (15-18 tahun) masuk ke dalam kategori masa remaja awal (early adolescence) dimana pada masa tersebut terjadi perubahan pubertal terbesar (Santrock, 2007). Kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang paking berisiko. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan fisik dan mental pada saat puber juga perubahan diri dan lingkungan pada saat pergantian masa anak-anak menjadi dewasa. Persepsi diri dan lingkungan tentang tubuh yang kurus dibarengi dengan penambahan berat badan dan lapisan lemak tubuh karena pertumbuhan normal, akan menambah rasa tertekan dari penderita (McComb, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Soetjiningsih (2004) menjelaskan bahwa pada fase remaja terjadi sebuah proses yang disebut pacu tumbuh (growth spurt). Dimana tinggi badan dan berat badan cenderung bertambah. Jadi sudah jelas dan sangat normal jika pada usia remaja berat badan bertambah. Tetapi tidak bagi 25% remaja yang menjawab memulai berdiet pada saat SMA. Mereka tidak menganggapnya sebagai suatu fenomena yang wajar sehingga mencoba untuk menekannya dengan melakukan diet. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa sebanyak 42,5% remaja berasalan melakukan diet untuk mencegah naiknya berat badan
110
dimana remaja yang berdiet yaitu remaja yang memiliki berat badan lebih ataupun obesitas dan remaja yang memiliki berat badan normal. Mungkin bagi remaja yang memiliki berat badan lebih ataupun obesitas menganggap bahwa melakukan diet adalah hal yang wajar karena mereka takut berat badannya semakin bertambah jika mereka tidak berdiet namun bagi remaja yang memiliki berat badan normal tapi melakukan diet karena mereka memiliki persepsi citra tubuh yang salah. Mereka merasa bahwa mereka gemuk dan harus mencegah kenaikan berat badan, disamping itu mereka tidak menganggap kenaikan berat badan mereka sebagai fenomena yang normal sehingga mereka melakukan diet. Adapun cara yang dilakukan remaja dalam berdiet yaitu beraneka ragam. Sebanyak 45% menjawab dengan cara mengurangi konsumsi lemak, sebanyak 43,3% dengan cara mengurangi porsi makan, sebanyak 41,7% dengan cara mengurangi konsumsi camilan, sebanyak 38,3% dengan cara mengurangi konsumsi karbohidrat, sebanyak 16,7% dengan cara olahraga setelah makan, sebanyak 15% dengan cara melewatkan 2 waktu makan, sebanyak 7,5% dengan cara menggunakan obat pelangsing, sebanyak 3,3% dengan cara memuntahkan makanan dengan sengaja dan sebanyak 1,7% dengan cara mengurangi konsumsi sayur dan buah. Berdasarkan hal di atas terlihat bahwa cara yang paling banyak digunakan remaja dalam berdiet yaitu dengan cara mengurangi konsumsi lemak sebanyak 45%. Dimana cara-cara yang digunakan remaja dalam berdiet masih termasuk cara-cara yang sehat. Namun kewaspadaan perlu ditingkatkan
111
sehubungan dengan cara diet yang dijalankan. Tidak sedikit remaja berdiet dengan cara melakukan olahraga setelah makan, melewatkan 2 waktu makan, menggunakan obat pelangsing dan memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan yang kesemuanya termasuk cara diet yang tidak sehat. Menurut peneliti remaja yang berdiet dengan menggunakan cara diet yang tidak sehat dikarenakan minimnya informasi tentang cara diet yang sehat atau mereka berpikir dengan melewatkan 2 waktu makan maka berat badan dapat berkurang dengan drastis. Tetapi sesuai dengan bentuk pertanyaan, para pendiet bisa saja melakukan lebih dari satu cara diet baik diet yang sehat maupun diet yang tidak sehat ataupun campuran dari keduanya. Jika dilakukan cross check dengan lembar Food Frequency Questionere (FFQ) didapatkan bahwa konsumsi makanan pokok dan konsumsi lemak pada remaja masih sesuai berdasarkan Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) namun konsumsi buah dan sayur pada remaja masih sangat kurang dan jauh dari anjuran Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). Hal tersebut menunjukkan kesenjangan antara apa yang sebenarnya dengan apa yang dirasakan remaja. Sebenarnya konsumsi makanan pokok dan konsumsi lemak pada remaja masih sesuai dengan yang dianjurkan namun berdasarkan jawaban cara berdiet remaja menjawab mereka mengurangi konsumsi karbohidrat dan lemak. Menurut peneliti, hal tersebut mungkin dikarenakan minimnya informasi remaja terkait masalah gizi dan masalah diet.
112
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.21, gangguan makan lebih banyak dialami oleh remaja yang tidak pernah berdiet dalam satu tahun terkahir yaitu sebesar 69,5%. Sementara itu, gangguan makan hanya dialami oleh 26,2% remaja yang pernah berdiet. Hasil uji statistik antara riwayat diet dengan gangguan makan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara keduanya (P value 0,000). Temuan ini sesuai dengan berbagai penelitian yang meneliti hubungan antara riwayat diet dengan gangguan makan namun ada sedikit perbedaan dalam jumlah remaja yang tidak pernah berdiet dengan remaja yang berdiet terhadap gangguan makan. Jika pada penelitian lain disebutkan bahwa jumlah orang yang pernah berdiet akan lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak berdiet untuk mengalami gangguan makan namun dalam penelitian ini sebaliknya. Menurut peneliti hal tersebut mungkin dikarenakan bagi remaja yang berdiet melakukannya dengan cara diet yang sehat serta mereka memiliki coping yang baik sehingga cenderung tidak melakukan perilaku yang mengarah pada gangguan makan. Oleh karena itu, jumlah remaja yang berdiet dan mengalami gangguan lebih rendah. Sedangkan bagi remaja yang tidak berdiet namun mengalami gangguan makan menurut peneliti mungkin dikarenakan ada faktor lain yang menjadikan remaja tersebut mengalami gangguan makan seperti faktor internal dari dalam diri remaja atau adanya pengaruh dari pihak lain namun tidak mendorong mereka untuk berdiet sehingga kejadian gangguan makan tetap besar di kalangan remaja yang tidak berdiet.
113
6.4 Faktor Eksternal 6.4.1
Pengaruh Keluarga Pengaruh keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan makan. Terdapat hubungan antara pola interaksi antaranggota keluarga dengan kejadian gangguan makan. Lingkungan yang pertama kali akan dihadapi oleh seseorang yaitu lingkungan rumahnya tempat seseorang belajar pelajaran-pelajaran awal hidupnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Krummel dan Penny (1996) yakni selama masa anak-anak bahkan sampai remaja dan dewasa muda, keluarga memiliki pengaruh yang dominan dalam penentuan makan seseorang. Praktek pemilihan makanan pada remaja mencerminkan pengaruh dari pemilihan makanan keluarganya. Pada penelitian ini diketahui bahwa remaja yang dipengaruhi keluarga lebih tinggi sebesar 61,7% dibandingkan remaja yang tidak dipengaruhi keluarga. Sebanyak 70% remaja menjawab terpengaruh untuk memiliki berat badan ideal anggota keluarga. Menurut peneliti hal tersebut disebabkan bagi remaja yang memiliki IMT normal mereka menilai berat badan mereka tidak ideal dan tidak puas dengan berat badan yang mereka miliki sementara remaja yang memiliki IMT gemuk dan obesitas merasa dirinya harus memiliki berat badan yang ideal sehingga keluarga berpengaruh besar bagi mereka. Hasil tabulasi silang antara pengaruh keluarga dengan gangguan makan didapatkan sebesar 62,2% remaja yang dipengaruhi keluarga mengalami gangguan makan. Ketika dilakukan uji Chi-Square diperoleh nilai
114
P value sebesar 0,000, artinya ada hubungan antara pengaruh keluarga dengan gangguan makan. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiemeyer (2007) dalam Hapsari (2009) yang meneliti variabel pengaruh keluarga dengan gangguan makan dimana disebutkan bahwa komentar dari orang tua atau anggota keluarga lain seputar berat badan atau bentuk tubuh juga memiliki efek yang besar dalam perannya sebagai pemicu terjadinya gangguan makan. Ada hubungan antara pengaruh keluarga dengan teman sebaya sesuai dengan yang dijelaskan oleh Krummel dan Penny (1996) bahwa lingkungan keluarga berpengaruh terhadap kejadian gangguan makan. Disamping itu menurut
peneliti remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah ke atas dimana biasanya pihak keluarga akan lebih ketat dalam penentuan kehidupan mereka dan keputusan ada di tangan keluarga sehingga keluarga memiliki pengaruh besar dan peran keluarga sangat besar bagi kehidupan mereka. Sebanyak 44,2% remaja menjawab bahwa keluarga mengkritik berat badan mereka dan mungkin kritkik atau komentar tersebut membuat mereka melakukan hal yang mengarah kepada gangguan makan.
6.4.2
Pengaruh Teman Sebaya Masa remaja merupakan masa dimana meraka mencari jati diri. Dalam masa pencarian jati diri atau identitas diri remaja cepat sekali terpeengaruh oleh lingkungannya. Remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebaya
115
karena sepaham dan bisa saling memberi serta mendapat dukungan mental (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009). Penerimaan oleh teman akan memiliki peran yang penting bagi seorang individu khususnya pada waktu remaja dan dewasa muda (Syafiq dan Tantiani, 2013). Berdasarkan hasil univariat pada tabel 5.12 menjelaskan bahwa remaja yang dipengaruhi teman sebaya lebih tinggi (61,7%) dibandingkan dengan remaja yang tidak dipengaruhi teman sebaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa teman sebaya mempengaruhi remaja karena dalam kesehariannya mereka melakukan interaksi dengan temannya. Ketika ditanya sebanyak 50% remaja menjawab berat badan ideal teman mempengaruhi berat badan ideal mereka. Menurut remaja ketika teman mereka memiliki berat badan ideal maka mereka terpengaruh untuk memiliki berat badan ideal pula. Hal ini diperjelas dengan 40,8% remaja menjawab bahwa teman mempengaruhi mereka untuk memiliki berat badan ideal. Hasil analisis antara pengaruh teman sebaya dan gangguan makan didapatkan sebanyak 64,9% remaja yang dipengaruhi teman sebaya mengalami gangguan makan dan hanya 19,6% remaja yang tidak dipengaruhi teman sebaya mengalami gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 yang menunjukkan ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan gangguan makan. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) yang mengemukakan adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan gangguan makan.
116
Adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dan gangguan makan menurut peneliti dikarenakan pada masa remaja merupakan masa dimana mereka sangat mendambakan penerimaan dari teman sebayanya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Syafiq dan Tantiani (2013) bahwa penerimaan oleh teman akan memiliki peran yang penting bagi seorang individu khususnya pada waktu remaja dan dewasa muda (Syafiq dan Tantiani, 2013). Apapun yang dikatakan oleh teman maka akan diikuti guna menghindari ketidaknyamanan karena ditolak oleh teman sebaya. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa teman sebaya memiliki pengaruh dalam menentukan berat badan yang ideal. Namun menurut peneliti berat badan yang ideal dalam pandangan remaja adalah berat badan yang kurus sehingga remaja memiliki persepsi yang salah dan mereka mengarah kepada hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan makan. Sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang lebih kurus akan memudahkan mereka mencari pasangan dan teman (McComb, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).
6.4.3
Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh Ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh merupakan faktor eksternal yang di duga mempengaruhi kejadian gangguan makan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh lebih tinggi sebesar 68,3% dibandingkan remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau
117
bentuk tubuh. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.24 disebutkan sebanyak 58,5% remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh mengalami gangguan makan sedangkan sebanyak 23,7% remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh mengalami gangguan makan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,001, artinya ada hubungan antara ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan. Temuan ini sejalan dengan berbagai penelitian yang meneliti ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) yang menyebutkan ada hubungan antara ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan. Namun ada sedikit perbedaan dimana pada penelitian ini jumlah remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh lebih banyak yang mengalami gangguan makan dibandingkan remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh. Hal tersebut menurut peneliti disebabkam remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh memiliki mekanisme coping yang baik sehingga tidak cenderung melakukan hal-hal yang mengarah pada gangguan makan. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa jumlah remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh tetapi lebih banyak yang mengalami gangguan makan disebabkan oleh remaja yang memiliki IMT normal namun merasa berat badannya belum ideal. Mereka
118
tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh karena pada hakikatnya IMT mereka normal namun karena mereka memiliki persepsi yang salah dan merasa dirinya gemuk sehingga dalam diri mereka menginginkan untuk memiliki berat badan atau bentuk tubuh yang ideal dan mendorong mereka melakukan hal-hal yang mengarah pada gangguan makan.
6.4.4
Kekerasan Fisik Faktor eksternal lain yang diduga mempengaruhi kejadian gangguan makan yaitu kekerasan fisik. Sebuah penelitian yang dilakukan Moore et al., (2002) menjelaskan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita binge eating disorders mengalami kekerasan fisik lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sehat. Seperti pada pelecehan seksual, kekerasan fisik juga akan menciptakan sebuah mekanisme coping pada orang yang mengalaminya untuk mengatasi guncangan tersebut. Gangguan makan disebut-sebut sebagai salah satu mekanisme coping yang popular di kalangan orang yang memiliki riwayat kekerasan/pelecehan (Thompson, 2004 dalam Aini, 2009). Hasil analisis univariat pada tabel 5.14 didapatkan bahwa remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik lebih tinggi (61,7%) dibandingkan remaja yang pernah mengalami kekerasan fisik (38,3%). Sedangkan hasil analisis Chi-Square pada tabel 5.25 didapatkan sebanyak 50% remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik memiliki gangguan makan dan sebanyak 43,5% remaja yang pernah mengalami kekerasan fisik memiliki
119
gangguan makan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik sedikit lebih tinggi untuk memiliki gangguan makan dibandingkan remaja yang pernah mengalami kekerasan fisik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,612, sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan. Temuan
ini
tidak
sejalan
dengan
berbagai
penelitian
yang
menyebutkan ada hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan seperti sebuah studi yang dilakukan oleh Fairburn et al (1999) menjelaskan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan fisik akan berisiko 4,9 kali lebih besar untuk mengalami anorexia nervosa. Namun ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) yang menyebutkan tidak ada hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan. Menurut peneliti hal tersebut diakibatkan karena jumlah remaja yang pernah mengalami kekerasan fisik lebih rendah dibandingkan remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik dan tidak selalu remaja yang mengalami kekerasan fisik memilih untuk melakukan perilaku yang mengarah kepada gangguan makan sehingga tidak ada hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan. Selain itu, terdapat perbedaan faktor budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Barat dimana mungkin tingkat kekerasan fisik pada masyarakat Barat lebih tinggi dibanding pada masyarakat Indonesia sehingga pada penelitian ini tidak ada hubungan antara kekerasan fisik dengan gangguan makan.
120
Menurut penelitian Kent et al (1999) dalam Putra (2008) yang menginvestigasi pengalaman kekerasan/pelecehan masa kecil dengan kejadian ganguan makan ditemukan bahwa jika berbagai bentuk kekerasan dievaluasi secara simultan (menggunakan regresi), hanya kekerasan emosional yang secara signifikan berhubungan dengan gangguan makan walaupun hanya dalam besaran yang kecil (Mazzeo dan Espelage, 2002). Pernyataan tersebut hampir sama dengan hasil penelitian ini. Pada penelitian ini remaja yang merasakan trauma akibat kekerasan fisik yang yaitu sebanyak 17,5% dan pelaku kekerasan terbanyak adalah teman atau tetangga sebanyak 14,2%. Perbedaan hubungan sosial antara kultur Indonesia dengan kultur Barat mungkin menjadi salah satu penyebabnya.
6.4.5
Pelecehan Seksual Para ahli psikoanalisis melihat adanya hubungan antara seksualitas dan gangguan makan pada kelompok remaja dan dewasa muda. (McCombs, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Sebuah studi yang dilakukan pada perempuan berkulit hitam dan putih penderita binge eating disorders menjelaskan bahwa kedua perempuan tersebut mengalami pelecehan seksual (Moore et al., 2002). Pada penelitian ini ditemukan bahwa remaja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual lebih tinggi sebesar 50,8% dibandingkan dengan remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pelecehan seksual dengan gangguan makan diperoleh
121
informasi bahwa remaja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual sedikit lebih banyak (49,2%) untuk memiliki gangguan makan dibandingkan dengan remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual (45,8%). Ketika dilakukan uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan (P value = 0,848). Temuan
ini
tidak
sejalan
dengan
berbagai
penelitian
yang
menunjukkan ada hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan. Fairburn et al (1999) menjelaskan bahwa perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual berisiko 3,4 kali untuk mengalami anorexia nervosa dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Namun terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kinzl dan rekan (1994) dalam Putra (2008) yang juga tidak menemukan hubungan signifikan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan pada penelitiannya. Tetapi mereka menemukan bahwa tingkat keparahan gangguan makan meningkat sejalan dengan semakin tingginya disfungsi keluarga. Penemuan ini menggariskan perlunya evaluasi lebih lanjut tentang pengaruh potensial dari fungsi keluarga terhadap hubungan pelecehan seksual dengan gangguan makan (Mazzeo dan Espelage, 2008 dalam Putra, 2008). Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti berpendapat bahwa fungsi keluarga juga berpengaruh dalam penelitian ini dimana fungsi keluarga memiliki peran penting sebagai salah satu faktor yang menentukan mekanisme coping. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut peneliti rata-rata remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
122
berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah ke atas sehingga keluarga memiliki peran yang penting dalam menentukan mekanisme coping. Merujuk pada hasil penelitian Kinzl dan rekan (1994) dalam Putra (2008), peneliti berpendapat bahwa pada umumnya fungsi keluarga remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual masih berjalan dengan baik. Sehingga si anak merasa mendapatkan perlindungan dan kepedulian serta bisa menemukan mekanisme coping yang lebih baik selain dengan melakukan halhal yang mengarah pada gangguan makan. Selain itu peneliti berpendapat karena jumlah remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual lebih sedikit sehingga tidak ada hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan. Selain itu, menurut peneliti tidak adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan disebabkan karena adanya perbedaan faktor budaya Barat dengan budaya Indonesia. Bagi masyarakat Barat, pelecehan seksual merupakan hal yang biasa untuk diperbincangkan sedangkan bagi masyarakat Indonesia, pelecehan seksual mungkin masih menjadi hal yang tabu sehingga pada penelitian ini menyebabkan tidak adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan.
6.4.6
Pengaruh Media Massa Media massa diduga berpengaruh terhadap kejadian gangguan makan. Media massa memberikan kesan bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus dan rata-rata remaja telah terpapar oleh media terutama dari iklan TV maupun
123
majalah sehingga tidak sedikit remaja yang bergaya seperti idola nya di media. Hal tersebut diperjlelas oleh Krummel dan Penny (1996) yang menyatakan bahwa media massa, khususnya iklan memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi standar masyarakat atas apa itu yang disebut cantik dan bagaimana bentuk tubuh yanh ideal. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.16 dapat diketahui bahwa proporsi remaja yang dipengaruhi media massa dengan remaja yang tidak dipengaruhi media masaa memiliki persentase yang sama yaitu masingmasing 50%. Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tabel 5.27 didapatkan hasil sebanyak 58,3% remaja yang tidak dipengaruhi media massa mengalami gangguan makan lebih besar dibandingkan dengan remaja yang dipengaruhi media massa yaitu sebanyak 36,7%. Ketika dilakukan uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,028, artinya pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara pengaruh media massa dengan gangguan makan. Temuan ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan ada hubungan antara pengaruh media dengan gangguan makan. Adapun yang dinilai dalam variabel pengaruh media dalam penelitian ini yaitu pengaruh media massa berupa iklan tubuh langsing/kurus dari jenis/sumber media massa elektronik maupun cetak dan frekuensi mengakses iklan dari jenis/sumber media massa elektronik maupun cetak. Sebanyak 72,5% remaja menjawab pernah membaca iklan tubuh langsing dari media cetak seperti koran, majalah dan tabloid. Sebanyak 79,2% remaja menjawab pernah menonton iklan tubuh langsing dari media elektronik seperti TV dan internet.
124
Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa rata-rata remaja memang pernah mengakses iklan tentang tubuh langsing baik itu dari media cetak maupun elektronik namun rata-rata remaja lupa akan frekuensi mereka mengakses iklan tersebut. Namun berdasarkan hasil jawaban mereka peneliti berpendapat bahwa mereka sering mengakses iklan tentang tubuh langsing dari media cetak maupun elektronik baik itu yang disadari atau tidak karena pada dasarnya iklan memang memberikan pengaruh besar mengenai tubuh yang ideal. Menurut peneliti iklan yang ada di media cetak terlebih di media elektronik memang menyuguhkan bentuk tubuh yang kurus dan secara tidak disadari para remaja terpengaruh untuk memiliki tubuh seperti model di media tersebut terbukti ada remaja yang menjawab mengakses iklan dari media cetak dan elektronik di atas 20 kali bahkan ada yang menjawab hampir 90 kali. Sebanyak 58,3% remaja yang tidak dipengaruhi media massa mengalami gangguan makan lebih besar dibandingkan dengan remaja yang dipengaruhi media massa yaitu sebanyak 36,7%. Menurut peneliti hal tersebut dikarenakan bagi remaja yang dipengaruhi media massa memiliki coping yang baik sehingga tidak cenderung melakukan perilaku yang mengarah pada gangguan makan sedangkan bagi remaja yang tidak dipengaruhi media massa namun memiliki gangguan makan disebabkan ada pengaruh lain yang menyebabkan mereka melakukan hal-hal yang mengarah pada gangguan makan. Mungkin penyebabnya berasal dari dalam diri mereka sendiri sehingga media massa tidak cenderung mempengaruhi mereka untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada gangguan makan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Remaja Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang tidak memiliki gangguan makan lebih tinggi sebesar 52,5% dibandingkan dengan remaja yang memiliki gangguan makan sebesar 47,5%. 2. Remaja Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang memiliki gejala gangguan makan dengan kategori Anorexia Nervosa sebesar 4,2%, Bulimia Nervosa sebesar 6,7%, Binge Eating Disorder sebesar 6,7% dan Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) sebesar 30,8%. 3. Gambaran faktor internal pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yaitu sebagai berikut : a. Remaja yang ikut dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin lakilaki sebanyak 67 orang (55,8%) dibandingkan perempuan sebanyak 53 orang (44,2%). b. Remaja yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak terdapat 66 orang (55%) dibandingkan remaja yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 54 orang (45%). c. Remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi lebih banyak yaitu sebanyak 68 orang (56,7%) dibandingkan remaja yang memiliki rasa percaya diri rendah sebanyak 52 orang (43,3%).
125
126
d. Remaja yang merasa dirinya gemuk memiliki distribusi lebih banyak yaitu terdapat 83 orang (69,2%) dibandingkan dengan remaja yang tidak merasa dirinya gemuk sebanyak 37 orang (69,2%). e. Remaja yang pernah berdiet dengan remaja yang tidak pernah berdiet memiliki distribusi yang hampir sama yaitu sebanyak 61 orang (50,8%) remaja pernah berdiet dan sebanyak 59 orang (49,2%) remaja tidak pernah berdiet. 4. Gambaran faktor eksternal pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yaitu sebagai berikut : a. Remaja yang dipengaruhi oleh keluarga lebih banyak yaitu 74 orang (61,7%) dibandingkan remaja yang tidak dipengaruhi oleh keluarga sebanyak 46 orang (38,3). b. Remaja yang dipengaruhi oleh teman sebaya lebih banyak yaitu sebanyak 74 orang (61,7%) dibandingkan remaja yang tidak dipengaruhi oleh teman sebaya sebanyak 46 orang (38,3). c. Remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh lebih tinggi sebanyak 82 orang (68,3%) dibandingkan dengan remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh sebanyak 38 orang (31,7%). d. Remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik lebih tinggi sebanyak 74 orang (61,7%) dibandingkan dengan remaja yang pernah mengalami kekerasan fisik sebanyak 46 orang (38,3%).
127
f. Remaja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual dengan remja yang pernah mengalami pelecehan seksual memiliki distribusi yang hampir sama yaitu sebanyak 61 orang (50,8%) remaja tidak pernah megalami pelecehan seksual dan sebanyak 59 orang (49,2%) remaja pernah mengalami pelecehan seksual. e. Remaja yang dipengaruhi media massa dengan remaja yang tidak dipengaruhi media massa memiliki distribusi yang sama yaitu masingmasing sebanyak 60 orang (50%). 5. Faktor internal yang menunjukkan adanya hubungan dengan gangguan makan yaitu variabel citra tubuh, dan riwayat diet sedangkan variabel jenis kelamin, pengetahuan, dan rasa percaya diri menunjukkan tidak adanya hubungan dengan gangguan makan. 6. Faktor eksternal yang menunjukkan adanya hubungan dengan gangguan makan yaitu variabel pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, dan pengaruh media massa sedangkan variabel pelecehan seksual, dan kekerasan fisik menunjukkan tidak adanya hubungan dengan gangguan makan.
128
7.2 Saran 1. Diharapkan pihak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
dapat
mengaktifkan kembali unit UKS yang memiliki program pemantauan kesehatan dan dapat membuat program konseling psikologis khususnya pada remaja yang memiliki gangguan makan. 2. Diharapkan dengan aktifnya kembali unit UKS di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dapat memberikan penyuluhan, sosialisasi dan promosi kesehatan dengan menggunakan poster dan leaflet gratis mengenai pola makan yang sehat, pemahaman mengenai citra tubuh, memberikan penjelasan mengenai perhitungan IMT agar remaja memiliki pemahaman yang benar mengenai berat badan dan bentuk tubuh yang ideal, meningkatkan toleransi antara sesama dan menekankan bahwa gangguan makan memiliki dampak buruk terhadap kesehatan. Sehingga, kemungkinan besar kejadian gangguan makan dapat dicegah sedini mungkin. 3. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gangguan makan lebih banyak lagi seperti kemungkinan faktor budaya setempat, genetik, sosial ekonomi dll. 4. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya agar melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif guna mengetahui dan mendapatkan informasi lebih mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Mahmudah Khurotul. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi Penghuni Asrama Putri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. (Skripsi). FKIK UIN SYAHID, Jakarta. 2009 Amran, Yuli 2012, Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan, FKIK UIN Jakarta, Ciputat ANRED, 2005, Statistics : How Many People Have Eating Disorders, diakses tanggal 1 November 2012, http://anred.com/stats.html Berk, Laura E 2005, Infants, Children, and Adolescents / Laura E. Berk-5th ed, Pearson Education, Inc, USA. Chandra, Budiman 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, EGC, Jakarta. Davison, Gerald C et al. 2010, Psikologi Abnormal Edisi ke 9, Rajawali Pers, Jakarta. Eating Disorders Venture. 2006. Anorexia Nervosa. Diakses tanggal 30 Mei 2013, http://www.eatingdisordershelpguide.com/anorexia.html Erdianto, S.D 2009, ‘Hubungan antara Faktor Individu dan Faktor Lingkungan dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan pada Mahasaiswi Jurusan Administrasi Perkantoran dan Sekretaris. Fisip UI Tahun 2009’, Skripsi, FKM UI, Depok. Emilia, Esi 2009, ‘Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Remaja dan Implikasinya pada Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat’, Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner, Vol. 1, No.1, Oktober 2009, diakses tanggal 1 Novenber 2012, http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/Jurnal_Prodi_Tata_Boga/Media_Pendi dikan,_Gizi_dan_Kuliner._Vol.1,_No.1,_Oktober_2009/PENGETAHUAN,_ SIKAP_DAN_PRAKTEK_GIZI_PADA_REMAJA_DAN_IMPLIKASINY A_PADA_SOSIALISASI_PERILAKU_HIDUP_SEHAT.pdf Fairburn et al. 1998, ‘Risk Factors for Binge Eating Disorders’, Arch Gen Psychiatry 1998;55:425-432, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://archgenpsychiatry.com _______ et al. 1999, ‘Prevalence and Profile of Female a Risk of Eating Disorder in Singapore’, Singapore Med J 2006; 47(6) : 499, diakses tanggal 20 Desember 2012, http://www.sma.org.sg/smj/4706/4706a5.pdf _______ et al. 1999, ‘Risk Factor for Anorexia Nervosa’, Arch Gen Psychiatry 1999;56:468-476, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://archgenpsychiatry.com
129
_______ et al. 1999, ‘Symptomatic Relapse in Bulimia Nervosa Following Acute Tryptophan Depletion’, Arch Gen Psychiatry. 1999:56:171-176, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://archpsyc.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=204758 Field, A.E 1999, ‘Relation Peer and Media Influences to The Development of Purging Behaviors Among Preadolescent and Adolescent Girls’, Archives Pediatrics Adolescent Medicine vol 153, diakses tanggal 21 Desember 2012, http://archpediatrics.com Field et al. 2008, ‘Family, Peer, and Media Predictors of Becoming Eating Disordered’, Arch Pediatr Adolesc Med. 2008;162(6):574-579, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://archpedi.jamanetwork.com/data/Journals/PEDS/9211/poa70127_574_5 79.pdf Hapsari, Ismira 2009, ‘Hubungan Faktor Personal dan Faktor Lingkungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Kalangan Model di OQ Modelling School Jakarta Selatan Tahun 2009’, Skripsi, FKM UI, Depok. Judarwanto, Widodo 2004, Swara, Jakarta.
Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak, Puspa
Krummel, Debra A. dan Penny M.K 1996, Nutritions in Women’s Health, Aspen Punlishers, Inc, Maryland. Maslow, A. H 1984, Motivation and Personality, Happer an Row, New York. Moore et al. 2002, ‘Abuse, Bullying, and Discrimination as Risk Factors for Binge Eating Disorder’, Am J Psychiatry 2002; 159:1902–1907, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://ajp.psychiatryonline.org/data/Journals/AJP/3742/1902.pdf National Collaboration Centre for Mental Health, 2004, Handbook of Eating Disorders “Core Interventions in The Treatment and Management of Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, and Related Eating Disorders, The British Psychological Society and Gaskell. National Institute of Mental Health, 2006. Eating Disorder, Facts About Eating Disorders and The Search for Solution, diakses tanggal 1 November 2012, http://www.nimh.nih.gov National Institute of Mental Health, 2011, Eating Disorders, U.S. Department of Health and Human Services. National Institute of Health. Neumark-Sztainer, Dianne dan Hannan, Peter J 2000, ‘Weight-Related Behaviors Among Adolescent Girls and Boys. Results from a National Survey’, Arch Pediatr Adolesc Med. 2000;154(6):569-577, diakses tanggal 6 Januari 2013, http://archpedi.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=349570
130
Nurbaeti, Isma dan Waras B.U 2010, Metodologi Penelitian dalam Bidang Keperawatan, Lembaga Penelitian UIN Syahid Jakarta, Ciputat. Purwaningrum, Nur Fadjria 2008, ‘Hubungan antara Citra Raga dengan Perilaku Makan pada Remaja Putri’, Skripsi, FPsi UMS, Surakarta. Putra, Wahyu KY 2008, ‘Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan pada Sisiwi SMAN 70 Jakarta Selatan Tahun 2008’, Skripsi, FKM UI, Depok. Santrock, John W 2007, Remaja Edisi 11 Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Scott J et al. 2009, ‘Increased Mortality in Bulimia Nervosa and Other Eating Disorders’, Am J Psychiatry 2009; 166:1342–1346, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://ajp.psychiatryonline.org/data/Journals/AJP/3908/09aj1342.PDF Soetjiningsih 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Sagung Seto, Jakarta Syafiq, Ahmad dan Trulyana Tantiani 2013, Perilaku Makan Menyimpang, Banana, Jakarta The McKnight Investigators, 2003, ‘Risk Factors for the Onset of Eating Disorders in Adolescent Girls: Results of the McKnight Longitudinal Risk Factor Study’, Am J Psychiatry 2003; 160:248–254, diakses tanggal 1 November 2012, http://ajp.psychiatryonline.org/data/Journals/AJP/3745/248.pdf WHO, 2012, Adolescent Health, diakses tanggal 19 Desember 2012, http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/
131
LAMPIRAN 3
Identitas responden
KUESIONER SURVEI TENTANG FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2013
(Salam). Kami Peneliti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sedang melakukan penelitian untuk meningkatkan Program gizi dan kesehatan reproduksi remaja. Kami akan bertanya mengenai beberapa hal, termasuk di dalamnya mengenai pemilihan makanan, gangguan makan dan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan. Pengisian kuesioner ini akan berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Besar harapan kami anda dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap dan jujur. Jawaban anda akan kami rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya, Kemudian akan dibawa dan disimpan, dan hanya beberapa orang dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sponsor dari penelitian ini yang diizinkan melihatnya. Setelah penelitian selesai, kuesioner ini akan dimusnahkan. Jawaban anda tidak akan berdampak negatif terhadap proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Salam, Peneliti DATA PERSONAL RESPONDEN
Daftar Pertanyaan
Ruang Entry (Diisi Pengumpul Data)
A1. No. Responden A2 Nama
A1[
][ ][ ]
:
A3. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
A4. Kelas
:
1. 1 Aliyah
A5. Umur
:
A6. No. Hp
:____________
A7. Berat Badan : _ _ Kg
A8. Tinggi Badan : _ _ _ Cm
A3 [
]
A4[
]
2. Perempuan
2. 2 Aliyah
A5[
][
]
A7[
][
]
A8[
][
][ ]
1
Identitas responden
DAFTAR PERTANYAAN GANGGUAN MAKAN Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
A. Gangguan Makan A1. Apakah kamu merasa gemuk? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
A3 [
]
A4 [
]
A5 [
]
A6 [
]
A7 [
]
A8 [
]
A9 [
]
A10 [
]
A11 [
]
A12 [
]
A13 [
]
3. Selalu
A5. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah yang amat banyak menurut orang-orang sekitar kamu? 1.
]
3. Selalu
A4. Apakah bentuk tubuh kamu mempengaruhi tingkat kepercayaan diri kamu? 1.
A2 [
3. Selalu
A3. Apakah berat badan kamu mempengaruhi tingkat kepercayaan diri kamu? 1.
]
3. Selalu
A2. Apakah kamu merasa takut menjadi gemuk atau bertambah berat badan? 1.
A1 [
3. Selalu
A6. Apakah kamu pernah merasa tidak dapat berhenti makan atau sulit mengendalikan banyaknya makanan yang kamu makan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A7. Apakah kamu pernah makan lebih cepat dari biasanya? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A8. Apakah kamu pernah makan sampai kamu merasa kekenyangan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A9. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah yang besar ketika kamu tidak merasa lapar? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A10. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah besar pada malam hari ketika dalam keadaan tidak bisa tidur? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A11. Apakah kamu pernah makan sendirian karena malu jika terlihat oleh orang lain kamu makan dalam jumlah banyak? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A12. Apakah kamu pernah merasa malu /kecewa ketika setelah makan yang berlebihan? 1. Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A13. Apakah kamu pernah merasa sangat marah karena kamu tidak dapat mengendalikan perilaku makan sehingga berat badan kamu naik lagi? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
2
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
A14. Apakah kamu pernah memuntahkan makanan karena untuk mencegah terjadinya kenaikan berat
A14 [
]
A15 [
]
A16 [
]
A17 [
]
B1 [
]
B21 [
]
B22 [
]
B23 [
]
B24 [
]
B25 [
]
B26 [
]
B3 [
]
badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A15. Apakah kamu pernah menggunakan obat pencahar/jamu pelangsing untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A16. Apakah kamu pernah berpuasa atau makan kurang dari 2 kali sehari untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A17. Apakah kamu pernah berolahraga berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
B. Pengetahuan tentang Gangguan Makan B1. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari berat badan terlalu rendah akibat berdiet? 1.
Ada
2. Tidak ada
B2. Menurut kamu, apa dampak negatif dari berat badan terlalu rendah karena berdiet? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Kulit kering, kasar, bersisik, dingin : 1) Ya
2.
Anemia 1) Ya
3.
2) Tidak
Meningkatkan osteoporosis 1) Ya
6.
2) Tidak
Tidak teraturnya menstruasi 1) Ya
5.
2) Tidak
Thypus 1) Ya
4.
2) Tidak
2) Tidak
Kanker 1) Ya
2) Tidak
B3. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari penggunaan obat pencahar/jamu pelangsing? 1.
Ada
2. Tidak ada
B4. Menurut kamu, apa dampak negatif dari penggunaan obat pencahar/jamu pelangsing? (jawaban boleh lebih dari satu)
3
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
1.
Gangguan pencernaan 1) Ya
2.
]
2) Tidak
B42 [
]
2) Tidak
B43 [
]
2) Tidak
B44 [
]
B5 [
]
2) Tidak
B61 [
]
2) Tidak
B62 [
]
B63 [
]
B64 [
]
B7 [
]
B81 [
]
B82 [
]
B83 [
]
B84 [
]
Kanker 1) Ya
4.
B41 [
Ketidakseimbangan cairan elektrolit 1) Ya
3.
2) Tidak
Sakit maag 1) Ya
B5. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan? 1.
Ada
2. Tidak ada
B6. Menurut kamu, apa dampak negatif dari memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Kerusakan gigi 1) Ya
2.
Sariawan 1) Ya
3.
Sakit tenggorokan 1) Ya
4.
2) Tidak
Kehilangan asam lambung 1) Ya
2) Tidak
B7. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari olahraga yang berlebihan? 1.
Ada
2. Tidak ada
B8. Menurut kamu, apakah dampak negatif dari olahraga yang berlebihan? ? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Detak jantung tidak teratur 1) Ya
2.
Anemia 1) Ya
3.
2) Tidak
Melambatnya rate metabolism 1) Ya
4.
2) Tidak
2) Tidak
Gagal ginjal 1) Ya
2) Tidak
4
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
C. Rasa Percaya Diri
C1 [
]
C2 [
]
C3 [
]
C4 [
]
C5 [
]
C6 [
]
C7 [
]
C8 [
]
D1 [
]
D2 [
]
D3 [
]
E1 [
]
E21 [
]
C1. Apakah kamu takut bersaing dengan teman sebayamu? 1.
Ya
2. Tidak
C2. Ketika pendapat orang lain berbeda dengan orang lain, apakah kamu cenderung tidak mengutarakan pendapatmu kepada orang lain? 1.
Ya
2. Tidak
C3. Apakah kamu lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang banyak? 1.
Ya
2. Tidak
C4. Apakah kamu sering menganggap sesuatu yang buruk akan terjadi padamu dimasa depan? 1.
Ya
2. Tidak
C5. Apakah kamu merasa diri kamu tidak punya kelebihan yang kamu banggakan? 1.
Ya
2. Tidak
C6. Apakah kamu merasa diri kamu banyak kekurangan? 1.
Ya
2. Tidak
C7. Apakah kamu takut menerima kritik dari orang lain? 1.
Ya
2. Tidak
C8. Apakah kamu merasa rendah diri ketika dibandingkan dengan teman sebayamu? 1.
Ya
2. Tidak
D. Citra Tubuh D1. Apakah saat ini kamu merasa gemuk? 1.
Ya
2. Tidak
D2. Apakah kamu merasa berat badan kamu tidak ideal? 1.
Ya
2. Tidak
D3. Apakah kamu merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badan kamu? 1. Ya
2. Tidak
E. Riwayat Diet E1. Apakah dalam satu tahun terakhir kamu pernah berdiet? (note : Pengurangan porsi makan atau pembatasan/pengaturan pola makan dengan tujuan untuk mengurangi berat badan/menjaga berat badan) 1.
Ya
2. Tidak
E2. Apakah alasan kamu berdiet? 1.
Agar lebih sehat 1.
Ya
2. Tidak
5
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
2.
Menurunkan berat badan agar tampil menarik 1.
3.
5.
Ya
Ya
1-4 kali
Ya
SD
]
E25 [
]
E26 [
]
E3 [
]
E4 [
]
E51 [
]
E52 [
]
E53 [
]
E54 [
]
E55 [
]
E56 [
]
E57 [
]
E58 [
]
E59 [
]
2. Tidak
2. 5-10 kali
3. >10 kali
4. selalu berdiet
E4. Kapan pertama kali kamu melakukan diet? 1.
E24 [
2. Tidak
E3. Berapa kali dalam 1 tahun terakhir kamu berniat melakukan diet? 1.
]
2. Tidak
Saran dari teman 1.
E23 [ 2. Tidak
Nasihat orang tua 1.
6.
Ya
Saran dokter 1.
]
2. Tidak
Mencegah naiknya berat badan 1.
4.
Ya
E22 [
2. SMP
3. SMA
4. Kuliah
E5. Dengan cara apa kamu melakukan diet? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Mengurangi konsumsi karbohidrat (nasi, roti, gandum dll) 1) Ya
2.
Mengurangi konsumsi sayuran dan buah-buahan 1) Ya
3.
2. Tidak
Memuntahkan isi perut dengan sengaja 1) Ya
9.
2. Tidak
Mengkonsumsi obat pencahar/ pelangsing 1) Ya
8.
2. Tidak
Melewatkan 2 waktu makan berturut-turut 1) Ya
7.
2. Tidak
Mengurangi porsi makan 1) Ya
6.
2. Tidak
Mengurangi konsumsi makanan cemilan 1) Ya
5.
2. Tidak
Mengurangi konsumsi lemak/ makanan berlemak 1) Ya
4.
2. Tidak
2. Tidak
Berolahraga setelah makan 1) Ya
2. Tidak
6
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
F. Pengaruh Keluarga
F1 [
]
F2 [
]
F3 [
]
F4 [
]
F5 [
]
F6 [
]
F7 [
]
G1 [
]
G2 [
]
G3 [
]
G4 [
]
G5 [
]
G6 [
]
F1. Apakah keluargamu sering mengkritik bentuk badanmu? 1.
Ya
2. Tidak
F2. Apakah keluargamu sangat memperhatikan penampilan fisik? 1.
Ya
2. Tidak
F3. Apakah karena kritikan keluargamu, membuat kamu ingin menurunkan berat badan? 1.
Ya
2. Tidak
F4. Apakah keluargamu mempengaruhi kamu untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal? 1.
Ya
2. Tidak
F5. Apakah kamu terpengaruh untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal? 1.
Ya
2. Tidak
F6. Apakah kamu merasa malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan saudarasaudaramu? 1.
Ya
2. Tidak
F7. Jika kamu berdiet, apakah cara kamu berdiet salah satunya mengikuti kebiasaan salah satu keluargamu? 1.
Ya
2. Tidak
G. Pengaruh Teman Sebaya G1. Apakah kamu merasa takut gemuk karena dengan begitu kamu akan merasa berbeda dengan temanteman dekatmu? 1.
Ya
2. Tidak
G2. Apakah kamu menjaga pola makanmu agar terlihat sama dengan kebanyakan temanmu? 1.
Ya
2. Tidak
G3. Apakah temanmu mempengaruhi kamu untuk memiliki bentuk tubuh ideal? 1.
Ya
2. Tidak
G4. Apakah ada diantara temanmu yang menyarankan untuk menurunkan atau menaikkan berat badan mu? 1.
Ya
2. Tidak
G5. Apakah kamu menjaga berat badanmu karena mengikuti perilaku teman dekatmu? 1.
Ya
2. Tidak
G6. Apakah kamu merasa malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan teman dekatmu? 1.
Ya
2. Tidak
7
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
G7. Jika ada temanmu yang memiliki bentuk tubuh ideal, apakah hal ini yang membuatmu ingin
G7 [
]
G8 [
]
H1 [
]
H2 [
]
H3 [
]
H4 [
]
I1 [
]
I2 [
]
I3 [
]
I4 [
]
I51[
]
I52[
]
I53[
]
menurunkan berat badan? 1.
Ya
2. Tidak
G8. Dalam pandanganmu, apakah temanmu menilai bentuk tubuhmu gemuk? 1.
H.
Ya
2. Tidak
Ejekan Seputar Berat Badan H1. Apakah kamu memiliki riwayat ejekan seputar berat badan/bentuk tubuh? 1.
Pernah
2. Tidak pernah (lanjut ke pertanyaan I1)
H2. Berapa jumlah ejekan yang kamu alami ? 1.
1 kali
2. 2 kali
3. 3 kali
4. >3 kali
H3. Kapan kamu mengalami ejekan ? 1.
SD
2. SMP
3. SMA
4. Tidak ingat
H4. Siapa yang melakukan ejekan terhadap dirimu? 1.
I.
Anggota keluarga 2. Saudara
3. Teman/tetangga
4. Orang lain
Kekerasan Fisik I1. Apakah kamu pernah mengalami kekerasan fisik? (note : Pengalaman atau riwayat kontak fisik yang disengaja atau yang tidak diinginkan yang mengakibatkan memar atau luka ringan ataupun tidak menyebabkan luka fisik berarti tetapi menyebabkan trauma pada anda) 1.
Pernah
2. Tidak pernah (lanjut ke pertanyaan I1)
I2. Berapa kali kamu mengalami kekerasan fisik? 1.
1 kali
2. 2 kali
3. 3 kali
4. >3 kali
I3. Kapan kamu mengalami kekerasan fisik? 1.
SD
2. SMP
3. SMA
4. Tidak ingat
I4. Siapa yang melakukan tindak kekerasan? 1.
Anggota keluarga 2. Saudara
3. Teman/tetangga
4. Orang lain
I5. Apakah kekerasan fisik yang dialami menyebabkan hal-hal berikut? 1.
Memar pada tubuh 1. Ya
2.
Perdarahan/luka 1.
3.
2. Tidak
Ya
2. Tidak
Patah tulang 1.
Ya
2. Tidak
8
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
4.
Geger otak 1.
5.
J.
]
I55 [
]
I56 [
]
J11 [
]
J12 [
]
J13 [
]
J14 [
]
J15 [
]
J16 [
]
J2 [
]
J3 [
]
J4 [
]
2. Tidak
Trauma 1.
6.
Ya
I54 [
Ya
2. Tidak
Lainnya, sebutkan____________________
Tindakan yang dilakukan oleh Lawan Jenis J1. Apakah kamu pernah mengalami beberapa hal berikut ini ? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Ciuman 1) Ya
2.
2) Tidak
Sentuhan terhadap anggota tubuh 1) Ya
3.
2) Tidak
Sentuhan terhadap organ intim 1) Ya
4.
2) Tidak
Seks dengan mulut 1) Ya
5.
2) Tidak
Seks melalui dubur 1) Ya
6.
2) Tidak
Lainnya, sebutkan_________________________
J2. Berapa kali kamu mengalami hal tersebut? (pertanyaan J1) 1.
1 kali
2. 2 kali
3. 3 kali
4. >3 kali
J3. Kapan kamu mengalami hal tersebut di atas? (pertanyaan J1) 1.
SD
2. SMP
3. SMA
4. Tidak ingat
J4. Siapa yang melakukan hal tersebut di atas? (pertanyaan J1) 1.
Anggota keluarga
2. Saudara
3. Teman/tetangga
4. Oranglain
K. Pengaruh Media K1. Apakah kamu pernah menonton atau membaca iklan tentang penampilan tubuh yang langsing dari sumber berikut : 1.
Media cetak (koran, majalah, tabloid) 1) Ya
2.
]
K12 [
]
2) Tidak
Media elektronik (internet, TV, sms melalui hp) 1) Ya
K11 [
2) Tidak
9
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
K2. Seberapa sering kamu menonton atau membaca iklan tentang penampilan tubuh yang langsing dari
K21 [
]
sumber berikut : 1.
Koran …………….. kali
K22 [
]
2.
Majalah ………. … kali
K23 [
]
3.
Tabloid …………... kali
K24 [
]
4.
Internet …………... kali
K25 [
]
5.
TV …………………kali
SELESAI MOHON PERIKSA KEMBALI KELENGKAPAN JAWABAN ANDA TERIMA KASIH ATAS KERJA SAMANYA JAWABAN ANDA AKAN DIJAGA KERAHASIAANNYA
10
Lembar Food Frequency Questionare No.
Bahan Makanan
1x
sehari 2x 3x
>3x
Frequensi Konsumsi seminggu sebulan 1-3x 4-6x 1-2x 3-4x
setahun 1-3x
Makanan Pokok 1 Nasi 2 Bihun 3 Mie Instan 4 Kentang 5 Singkong 6 Biskuit 7 Kue-kue 8 Roti Putih Protein Hewani 1 Ayam 2 Ikan 3 Sardin 4 Ikan Asin 5 Corned 6 Udang 7 Kambing 8 Daging Sapi 9 Hati Ayam 10 Hati Sapi 11 Telur 12 Sosis Protein Nabati 1 Tahu 2 Tempe 3 K. hijau 4 K. kedelai 5 K. merah 6 K. tanah Sayuran 1 Bayam 2 Buncis 3 Brokoli 4 Kol 5 B. putih 6 Ketimun 7 Tomat 8 Seledri 9 D. pepaya 11
tidak pernah
10 Wortel Buah-buahan 1 Apel 2 Jeruk 3 Belimbing 4 Duku 5 Anggur 6 Nanas 7 Pisang 8 Pepaya 9 Alpukat Susu 1 Susu Sapi 2 SKM 3 Yoghurt 4 Keju Minyak Minyak 1 Goreng 2 Mentega 3 Santan Lain-lain 1 Garam 2 Saos 3 Kecap Penyedap 4 Rasa 5 Terasi
12
Uji Normalitas Faktor Internal : 1. Jenis Kelamin Descriptives Statistic jenis kelamin
Std. Error
Mean
1.44
95% Confidence Interval for Lower Bound
1.35
Mean
Upper Bound
.046
1.53
5% Trimmed Mean
1.44
Median
1.00
Variance
.249
Std. Deviation
.499
Minimum
1
Maximum
2
Range
1
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis
.238
.221
-1.977
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic jenis kelamin
.370
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .631
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
13
2. Pengetahuan Descriptives Statistic skorpengetahuan
Mean
Std. Error
31.19
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
30.33
Upper Bound
32.05
5% Trimmed Mean
31.03
Median
31.00
Variance
.435
22.744
Std. Deviation
4.769
Minimum
22
Maximum
44
Range
22
Interquartile Range
5
Skewness
.577
.221
Kurtosis
.526
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorpengetahuan
.119
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .962
df
Sig. 120
.002
a. Lilliefors Significance Correction
14
3. Rasa Percaya Diri Descriptives Statistic skorPD
Std. Error
Mean
12.98
95% Confidence Interval for Lower Bound
12.64
Mean
Upper Bound
.170
13.31
5% Trimmed Mean
13.00
Median
13.00
Variance
3.453
Std. Deviation
1.858
Minimum
8
Maximum
16
Range
8
Interquartile Range
3
Skewness
-.115
.221
Kurtosis
-.761
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorPD
.133
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .952
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
15
4. Citra Tubuh Descriptives Statistic skorcitratubuh
Mean
Std. Error
4.08
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
3.87
Upper Bound
4.29
5% Trimmed Mean
4.04
Median
4.00
Variance
1.338
Std. Deviation
1.157
Minimum
3
Maximum
6
Range
3
Interquartile Range
2
Skewness Kurtosis
.106
.631
.221
-1.085
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorcitratubuh
.251
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .790
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
16
5. Riwayat Diet Descriptives Statistic skorriwayatdiet
Mean
15.3333
95% Confidence Interval for Lower Bound
12.9700
Mean
Upper Bound
Std. Error 1.19355
17.6967
5% Trimmed Mean
15.2315
Median
23.0000
Variance
170.947
Std. Deviation
1.30747E1
Minimum
.00
Maximum
32.00
Range
32.00
Interquartile Range
26.00
Skewness
-.028
.221
-1.982
.438
Kurtosis
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorriwayatdiet
.329
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .707
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
17
Faktor Eksternal : 1. Pengaruh Keluarga Descriptives Statistic skorpengaruhkeluarga
Mean
Std. Error
11.1667
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
10.7966
Upper Bound
11.5367
5% Trimmed Mean
11.2315
Median
11.0000
Variance
.18687
4.190
Std. Deviation
2.04707
Minimum
7.00
Maximum
14.00
Range
7.00
Interquartile Range
3.00
Skewness
-.199
.221
Kurtosis
-.909
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorpengaruhkeluarga
.123
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .935
df
Sig. 120
.000
18
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorpengaruhkeluarga
.123
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
Statistic
.000
.935
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Pengaruh Teman Sebaya Descriptives Statistic skorpengaruhteman
Mean
13.1583
95% Confidence Interval for Lower Bound
12.7137
Mean
Upper Bound
13.2685
Median
13.0000
Std. Deviation
.22454
13.6030
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
6.050 2.45975
Minimum
8.00
Maximum
16.00
Range
8.00
Interquartile Range
5.00
Skewness
-.444
.221
Kurtosis
-.959
.438
19
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorpengaruhteman
df
.148
Shapiro-Wilk
Sig. 120
Statistic
.000
.904
df
Sig. 120
.000
Statistic
Std. Error
a. Lilliefors Significance Correction
3. Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh Descriptives
skorejekanseputarBB
Mean
4.2750
95% Confidence Interval for Lower Bound
3.6320
Mean
Upper Bound
4.9180
5% Trimmed Mean
3.9907
Median
2.0000
Variance
12.655
Std. Deviation
3.55736
Minimum
2.00
Maximum
13.00
Range
11.00
Interquartile Range
.32474
5.00
20
Skewness
1.084
.221
Kurtosis
-.563
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorejekanseputarBB
.422
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
Statistic
.000
.650
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
4. Kekerasan Fisik Descriptives Statistic skorkekerasanfisik
Mean 95% Confidence Interval for Mean
8.7250 Lower Bound
7.1574
Upper Bound
10.2926
5% Trimmed Mean
8.2870
Median
2.0000
Variance
75.209
Std. Deviation
Std. Error .79167
8.67234
Minimum
2.00
Maximum
24.00
21
Range
22.00
Interquartile Range
17.00
Skewness Kurtosis
.563
.221
-1.605
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorkekerasanfisik
df
.398
Shapiro-Wilk
Sig. 120
Statistic
.000
.683
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
5. Pelecehan Seksual Descriptives Statistic skorpelecehanseks
Mean 95% Confidence Interval for Mean
15.6083 Lower Bound
14.9072
Upper Bound
16.3095
5% Trimmed Mean
15.4907
Median
12.0000
Variance Std. Deviation
Std. Error .35411
15.047 3.87904
22
Minimum
11.00
Maximum
23.00
Range
12.00
Interquartile Range
8.00
Skewness
.257
.221
-1.753
.438
Kurtosis
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorpelecehanseks
.332
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
Statistic
.000
.761
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
6. Pengaruh Media Massa Descriptives Statistic skorpengaruhmedia
Mean
17.5250
95% Confidence Interval for Lower Bound
12.9756
Mean 5% Trimmed Mean Median
Upper Bound
Std. Error 2.29757
22.0744 13.4537 7.5000
23
Variance
633.462
Std. Deviation
2.51687E1
Minimum
2.00
Maximum
128.00
Range
126.00
Interquartile Range
16.25
Skewness
2.686
.221
Kurtosis
7.145
.438
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skorpengaruhmedia
.269
df
Shapiro-Wilk
Sig. 120
.000
Statistic .616
df
Sig. 120
.000
a. Lilliefors Significance Correction
24
Analisis Univariat Variabel Dependen : Statistics katgangguanmakan N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.52
Median
2.00
Std. Deviation
.501
Minimum
1
Maximum
2
katgangguanmakan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
memiliki gangguan makan
57
47.5
47.5
47.5
normal
63
52.5
52.5
100.0
120
100.0
100.0
Total
Kategori Gangguan Makan : 1. Anorexia Nervosa Statistics annew N
Valid Missing
120 0
Mean
.04
Median
.00
Std. Deviation
.201
Minimum
0
Maximum
1
24
annew Cumulative Frequency Valid
tidak
Valid Percent
Percent
115
95.8
95.8
95.8
5
4.2
4.2
100.0
120
100.0
100.0
ya Total
Percent
2. Bulimia Nervosa Statistics bulnewall N
Valid
120
Missing
0
Mean
.07
Median
.00
Std. Deviation
.250
Minimum
0
Maximum
1
bulnewall Cumulative Frequency Valid
tidak ya Total
Percent
Valid Percent
Percent
112
93.3
93.3
93.3
8
6.7
6.7
100.0
120
100.0
100.0
25
3. Binge Eating Disorder Statistics bingnew N
Valid
120
Missing
0
Mean
.15
Median
.00
Std. Deviation
.359
Minimum
0
Maximum
1
bingnew Cumulative Frequency Valid
tidak ya Total
Percent
Valid Percent
Percent
102
85.0
85.0
85.0
18
15.0
15.0
100.0
120
100.0
100.0
4. Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) Statistics ednosnewall N
Valid Missing
120 0
Mean
.31
Median
.00
Std. Deviation
.464
Minimum
0
Maximum
1
26
ednosnewall Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
83
69.2
69.2
69.2
ya
37
30.8
30.8
100.0
120
100.0
100.0
Total
Variabel Dependen Faktor Internal : 1. Jenis Kelamin Statistics jenis kelamin N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.44
Median
1.00
Std. Deviation
.499
Minimum
1
Maximum
2
jenis kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
67
55.8
55.8
55.8
perempuan
53
44.2
44.2
100.0
120
100.0
100.0
Total
27
2. Pengetahuan Statistics kategoripengetahuan N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.55
Median
2.00
Std. Deviation
.500
Minimum
1
Maximum
2
kategoripengetahuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
rendah
54
45.0
45.0
45.0
tinggi
66
55.0
55.0
100.0
Total
120
100.0
100.0
3. Rasa Percaya Diri Statistics newkatpd N
Valid Missing
120 0
Mean
1.57
Median
2.00
Std. Deviation
.498
Minimum
1
28
Statistics newkatpd N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.57
Median
2.00
Std. Deviation
.498
Minimum
1
Maximum
2
newkatpd Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
rendah
52
43.3
43.3
43.3
tinggi
68
56.7
56.7
100.0
Total
120
100.0
100.0
4. Citra Tubuh Statistics katcitratubuhbener N
Valid Missing
120 0
Mean
1.31
Median
1.00
Std. Deviation
.464
Minimum
1
Maximum
2
katcitratubuhbener
29
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
merasa gemuk
83
69.2
69.2
69.2
tidak merasa gemuk
37
30.8
30.8
100.0
120
100.0
100.0
Total
5. Riwayat Diet Statistics kategoririwayatdiet N
Valid Missing
120 0
Mean
1.49
Median
1.00
Std. Deviation
.502
Minimum
1
Maximum
2
kategoririwayatdiet Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pernah berdiet
61
50.8
50.8
50.8
tidak pernah berdiet
59
49.2
49.2
100.0
120
100.0
100.0
Total
30
Faktor Eksternal : 1. Pengaruh Keluarga Statistics katpengaruhkeluarga N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.38
Median
1.00
Std. Deviation
.488
Minimum
1
Maximum
2
katpengaruhkeluarga Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
dipengaruhi
74
61.7
61.7
61.7
tidak dipengaruhi
46
38.3
38.3
100.0
120
100.0
100.0
Total
2. Pengaruh Teman Sebaya Statistics katpengaruhteman N
Valid Missing
120 0
Mean
1.38
Median
1.00
Std. Deviation
.488
Minimum
1
Maximum
2
31
katpengaruhteman Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
dipengaruhi
74
61.7
61.7
61.7
tidak dipengaruhi
46
38.3
38.3
100.0
120
100.0
100.0
Total
3. Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh Statistics katejekanseputarBB N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.68
Median
2.00
Std. Deviation
.467
Minimum
1
Maximum
2
katejekanseputarBB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pernah
38
31.7
31.7
31.7
tidak pernah
82
68.3
68.3
100.0
32
katejekanseputarBB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pernah
38
31.7
31.7
31.7
tidak pernah
82
68.3
68.3
100.0
120
100.0
100.0
Total
4. Kekerasan Fisik Statistics katkekerasanfisik N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.62
Median
2.00
Std. Deviation
.488
Minimum
1
Maximum
2
katkekerasanfisik Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pernah
46
38.3
38.3
38.3
tidak pernah
74
61.7
61.7
100.0
120
100.0
100.0
Total
5. Pelecehan Seksual Statistics
33
katpelecehanseks N
Valid
120
Missing
0
Mean
1.51
Median
2.00
Std. Deviation
.502
Minimum
1
Maximum
2
katpelecehanseks Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pernah
59
49.2
49.2
49.2
tidak pernah
61
50.8
50.8
100.0
120
100.0
100.0
Total
6. Pengaruh Media Massa Statistics katpengaruhmedia N
Valid Missing
120 0
Mean
1.50
Median
1.50
Std. Deviation
.502
34
Minimum
1
Maximum
2
katpengaruhmedia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
dipengaruhi
60
50.0
50.0
50.0
tidak dipengaruhi
60
50.0
50.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
35
Analisis Bivariat Faktor Internal : 1. Jenis Kelamin dengan Gangguan Makan jenis kelamin * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan jenis kelamin
laki-laki
Count % within jenis kelamin
perempuan
Count % within jenis kelamin
Total
Count % within jenis kelamin
normal
Total
35
32
67
52.2%
47.8%
100.0%
22
31
53
41.5%
58.5%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.242
.970
1
.325
1.370
1
.242
1.366 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.273 1.355
1
.162
.244
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.18. b. Computed only for a 2x2 table
35
2. Pengetahuan dengan Gangguan Makan kategoripengetahuan * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan kategoripengetahuan
rendah
Count % within kategoripengetahuan
tinggi
Count % within kategoripengetahuan
Total
Count % within kategoripengetahuan
normal
Total
22
32
54
40.7%
59.3%
100.0%
35
31
66
53.0%
47.0%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.180
1.340
1
.247
1.805
1
.179
1.799 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.202 1.784
1
.123
.182
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.65. b. Computed only for a 2x2 table
36
3. Rasa Percaya Diri dengan Gangguan Makan newkatpd * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan newkatpd
rendah
Count % within newkatpd
tinggi
Total
29
52
44.2%
55.8%
100.0%
34
34
68
50.0%
50.0%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Count % within newkatpd
Total
23
Count % within newkatpd
normal
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.531
.196
1
.658
.394
1
.530
.393 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.583 .390
1
.329
.532
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.70. b. Computed only for a 2x2 table
37
4. Citra Tubuh dengan Gangguan Makan katcitratubuhbener * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katcitratubuhbener
merasa gemuk
Count % within katcitratubuhbener
tidak merasa gemuk
Total
52
83
37.3%
62.7%
100.0%
26
11
37
70.3%
29.7%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Count % within katcitratubuhbener
Total
31
Count % within katcitratubuhbener
normal
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.001
9.841
1
.002
11.331
1
.001
11.122 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.001 11.029
1
.001
.001
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.58. b. Computed only for a 2x2 table
38
5. Riwayat Diet dengan Gangguan Makan kategoririwayatdiet * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan kategoririwayatdiet
pernah berdiet
Count % within kategoririwayatdiet
tidak pernah berdiet
Total
45
61
26.2%
73.8%
100.0%
41
18
59
69.5%
30.5%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Count % within kategoririwayatdiet
Total
16
Count % within kategoririwayatdiet
normal
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
20.808
1
.000
23.268
1
.000
22.509 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.000 22.322
1
.000
.000
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.03. b. Computed only for a 2x2 table
39
Faktor Eksternal : 1. Pengaruh Keluarga dengan Gangguan Makan katpengaruhkeluarga * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katpengaruhkeluarga
dipengaruhi
Count % within katpengaruhkeluarga
tidak dipengaruhi
katpengaruhkeluarga Total
28
74
62.2%
37.8%
100.0%
11
35
46
23.9%
76.1%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Count % within katpengaruhkeluarga
Total
46
Count % within
normal
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
15.143
1
.000
17.285
1
.000
16.642 b
df
Asymp. Sig. (2-
.000
.000
40
Linear-by-Linear Association
16.503
b
N of Valid Cases
1
.000
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.85. b. Computed only for a 2x2 table
2. Pengaruh Teman Sebaya dengan Gangguan Makan katpengaruhteman * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katpengaruhteman
dipengaruhi
Count % within katpengaruhteman
tidak dipengaruhi
Total
26
74
64.9%
35.1%
100.0%
9
37
46
19.6%
80.4%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Count % within katpengaruhteman
Total
48
Count % within katpengaruhteman
normal
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
21.561
1
.000
24.633
1
.000
23.342 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.000 23.148
1
.000
.000
41
b
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.85. b. Computed only for a 2x2 table
3. Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh dengan Gangguan Makan katejekanseputarBB * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katejekanseputarBB
pernah
Count % within katejekanseputarBB
tidak pernah
Count % within katejekanseputarBB
Total
Count % within katejekanseputarBB
normal
Total
9
29
38
23.7%
76.3%
100.0%
48
34
82
58.5%
41.5%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
11.289
1
.001
13.178
1
.000
12.648 b
df
Asymp. Sig. (2-
42
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
12.543
b
N of Valid Cases
1
.000
.000
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.05. b. Computed only for a 2x2 table
4. Kekerasan Fisik dengan Gangguan Makan katkekerasanfisik * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katkekerasanfisik
pernah
Count % within katkekerasanfisik
tidak pernah
Count % within katkekerasanfisik
Total
Count % within katkekerasanfisik
normal
Total
20
26
46
43.5%
56.5%
100.0%
37
37
74
50.0%
50.0%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
.484
df a
1
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
.487
43
Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
.258
1
.612
.485
1
.486
Fisher's Exact Test
.574
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.480
1
.306
.489
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.85. b. Computed only for a 2x2 table
5. Pelecehan Seksual dengan Gangguan Makan katpelecehanseks * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katpelecehanseks
pernah
Count % within katpelecehanseks
tidak pernah
Count % within katpelecehanseks
Total
Count % within katpelecehanseks
normal
Total
27
32
59
45.8%
54.2%
100.0%
30
31
61
49.2%
50.8%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Chi-Square Tests
44
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.708
.037
1
.848
.141
1
.708
.140 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.719
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.139
1
.424
.709
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.03. b. Computed only for a 2x2 table
6. Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan katpengaruhmedia * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katpengaruhmedia
dipengaruhi
Count % within katpengaruhmedia
tidak dipengaruhi
Count % within katpengaruhmedia
Total
Count
normal
Total
22
38
60
36.7%
63.3%
100.0%
35
25
60
58.3%
41.7%
100.0%
57
63
120
45
katpengaruhmedia * katgangguanmakan Crosstabulation katgangguanmakan memiliki gangguan makan katpengaruhmedia
dipengaruhi
Count % within katpengaruhmedia
tidak dipengaruhi
Total
38
60
36.7%
63.3%
100.0%
35
25
60
58.3%
41.7%
100.0%
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
Count % within katpengaruhmedia
Total
22
Count % within katpengaruhmedia
normal
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.017
4.812
1
.028
5.693
1
.017
5.647 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.028 5.600
1
.014
.018
120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.50. b. Computed only for a 2x2 table
46