Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Faktor- Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon The Factors Associated with the Incidence of Pulmonary Tuberculosis at Polyclinic in Hospitals Bethesda Tomohon Jerol Poluan*, Tinneke Tandipajung**, Jocksan Huragana**. *Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRAK Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, ditularkan melalui udara yaitu percikan dahak penderita TBC (Anonim, 2012).Penyakit TB paru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.Kondisi ekonomi, sanitas lingkungan seperti tidak memenuhi syarat sebagai rumah sehat, kurangnya kesadaran penderita untuk berobat secara teratur menjadi penyebab masih tingginya kasus TB paru sampai tahun 2013 (Naga, 2013).Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, rata-rata pasien terpapar penyakit Tuberculosis paru di pengaruhi oleh beberapa faktor yang belum di ketahui.Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor sosial ekonomi, status gizi, umur dan pekerjaan yang berhubungan dengan kejadian Tuberculosis Paru dan mengidentifikasi kejadian tuberculosis paru di rumah sakit Bethesda tomohon.Rancangan penelitian yang di gunakan adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel yang di gunakan adalah 39 responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai 30 Maret 2016 di Poliklinik Rumah Sakit Bethesda Tomohon.Hasil analisis bivariate pada faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis paru dari hasil uji statistic koefisien korelasi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor sosial ekonomi, status gizi, umur dan pekerjaan dengan kejadian tuberculosis paru di rumah sakit Bethesda Tomohon. Kata kunci : Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis paru, KejadianTuberculosis Paru ABSTRAK Pulmonary Tuberculosis disease is in infectious disease directly caused by the bacteria mycobacterium Tuberculosis, which is transmitted through air droplets patients (Anonim, 2012). Pulmonary Tuberculosis disease from year to year has increased. Economic conditions, such as environmental sanitation does not qualify as a healthy home, a lack of awareness of patients to regular medical treatment to be the cause is still high incidence of pulmonary Tuberculosis until 2013 (Naga, 2013). The result of preliminary observations conducted by researchers, the average patient exposure to Tuberculosis is influenced by several factors that have not been in the know. Purpose of this study to identify factors - factors related to the incidence of pulmonary Tuberculosis in Hospitals Bethesda Tomohon. Research design used was cross sectional with the number of sampel is 39 respondents with a purposive sampling techniques. This research is implemented on 1 March to 30 March 2016 at the polyclinic Hospitals Bethesda Tomohon. The result of the bivariate analysis on the factors related to the incidence of pulmonary Tuberculosis test result statistic correlation coefficient can be concluded that there is a relationship between factors with the incidence of pulmonary Tuberculosis in Hospitals Bethesda Tomohon. Key word :Factors of incidence of Pulmonary Tuberculosis, Pulmonary Tuberculosis PENDAHULUAN Tuberculosis adalah salah satu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru.Kekambuhan Tuberkulosis Penderita kambuh (relaps) adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
48
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif. (Depkes RI, 2009). Berdasarkan data orldHealthOrganization pada tahun 2013, terdapat 6,1 juta kasus TB Paru. Dari jumlah kasus tersebut 5,7 juta adalah orang-orang yang baru di diagnosis dan 0,4 juta lainnya sudah dalam pengobatan. Meskipun prevalensi TB Paru menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, namun jumlah penderita penyakit TB paru di Indonesia masih terbilang tinggi karena jumlah penderita TB di Indonesia menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia setelah china, india, dan afrika selatan (WHO, 2014). Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4%. hal ini tidak berbeda dengan data pada tahun 2007. Prevalensi TB Paru berdasarkan provinsi menurut data Riskesdas 2013, provinsi Sulawesi utara adalah sebesar 0.3% yang didagnosis TB Paru basil tahan asam (BTA) positif dan yang suspek TB Paru BTA negative dibagi menjadi dua yaitu batuk lebih dari 2 minggu sebesar 4.1% dan kategori batuk berdahak adalah 3.7%. TB Paru tahun 2012 berjumlah 1.567 kasus, meningkat dibanding dengan tahun 2011 berjumlah 1.374 kasus, dibanding dengan tahun 2010 sebesar 895 kasus. Dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sampai tahun 2012 terjadi peningkatan (Dinkes manado, 2012).. Hiswani (2009) mengatakan bahwa keterpaparan penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi beberapa faktor seperti : faktor sosial ekonomi, status gizi, umur, pekerjaan, dan faktor sosial lainnya. Faktor sosial ekonomi disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatana hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan
yang kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Status gizi keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TBC. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Umur penyakit TBC paling sering di temukan pada usia muda atau usia produktif 15-50 tahun. Dengan terjadinya transisi demografi saat ini menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut 55 tahun sistem immunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TBC. WHO mengembangkan strategi Directly Obseverb Treatmeant Short-course (DOTS).Strategi ini memutuskan penularan TB Paru dengan demikian menurunkan insidens TB Paru dimasyarakat. Menemukan dan menyembuhkan merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan TB Paru (Anonim,2011). Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor sosial ekonomi, status gizi, umur dan pekerjaan yang berhubungan dengan kejadian Tuberculosis Paru dan mengidentifikasi kejadian tuberculosis paru di rumah sakit Bethesda tomohon.Berdasarkan jumlah kasus yang didapatkan di poliklinik RSU Bethesda Tomohon menunjukan masih tingginya jumlah kunjungan pasien dalam 3 bulan terakhir mencapai 155 kasus, yaitu Oktober 2015 41 orang, November 2015 52 orang dan pada bulan desember meningkat hingga menjadi 62 orang. Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, rata-rata pasien terpapar penyakit Tuberculosis paru di pengaruhi oleh beberapa faktor yang belum di ketahui oleh peneliti.Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Tuberculosis Paru di Rumah sakit Bethesda Tomohon.
METODE PENELITIAN Penelitian kuantitatif menekankan fenomena - fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.Memaksimalkan objektifitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka - angka pengolahan statistic, struktur dan percobaaan terkontrol (Azwar, 2014). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam rancangan penelitian Korelasi yaitu Penelitian Cross Sectional.Rancangan ini merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (Notoadmojo, 2002).
Untuk melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan instrument sebagai pedoman pengumpulan data kuesioner diambil dari tinjauan pustaka yaitu kejadian tuberculosis paru dan faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis.Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 155 Responden yang di ambil dari data 3 bulan terakhir di poliklinik RSU Bethesda Tomohon, sedangkan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Penarikan sampel dilakukan menurut Arikunto (2002) yaitu jumlah subjek yang lebih dari 100 dapat diambil antara 20%-25%.Maka
49
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) besar sampel berdasarkan 25% dari 155 populasi penelitian yaitu 39 responden. Analisa data dari hasil perbandingan variabel terikat dan bebas tersebut akan ditentukan apakah hipotesa diterima atau ditolak. Apa bila nilai yang didapat lebih besar dari pada nilai signifikan (p≤0,05), maka hipotesis kerja (Ha) diterima.Analisa univariate dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian yaitu Sosial ekonomi, status gizi, umur, 1. Analisa Univariate :
pekerjaan dan penyakit tuberculosis paru.Setelah analisa univariat dilakukan, untuk mengetahui keterkaitan faktor - faktor dengan kejadian tuberculosis paru di poliklinik RSU Bethesda Tomohon menggunakan korelasi Spearman Rho dengan kemaknaan p≤0.05.Data d iinput dan diolah dengan software computer SPSS (Statistical Product and Servie Solution) IBM versi 19.0 untuk dianalisa dengan Correlations Sperman’ Rho(Sugiyono, 2007).
HASIL PENELITIAN
Gambar 1.Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon pada bulan Maret 2016. Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon
menunjukkan responden yang paling banyak adalah perempuan yaitu 51% atau 20 orang.
Gambar 2. Distribusi Responden berdasarkan umur di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon pada bulan Maret 2016 Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik Responden berdasarkan umur di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon
menunjukkan responden yang paling banyak adalah berusia < 45 Tahun yaitu 67% atau 26 orang.
Gambar 3. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon pada bulan Maret 2016
50
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon
menunjukkan responden yang paling banyak adalah PNS yaitu 28% atau 11 orang.
Gambar 4.Distribusi Responden berdasarkan Sosial Ekonomi di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon pada bulan Maret 2016 Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik Responden berdasarkan Sosial Ekonomi di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon
menunjukkan responden yang paling banyak adalah berpenghasilan < 2 Juta yaitu 82% atau 32 orang.
Gambar 5.Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon pada bulan Maret 2016 Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik Responden berdasarkan Status Gizi di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon
menunjukkan responden yang paling banyak dengan status gizi kurang yaitu 64% atau 25 orang.
Gambar 6 Karakteristik Responden berdasarkan kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik respondenberdasarkan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda
Tomohon menunjukkan responden yang paling banyak dengan kejadian tuberculosis paru relaps yaitu 79% atau 31 orang.
51
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) 2. Analisa Bivariate Tabel 1. Tabulasi silang hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Kejadian Tuberculosis Paru Kasus Baru Sosial Ekonomi
Relaps
Total
N
%
N
%
N
2-3 Juta
7
18
0
0
< 2 Juta
1
2.6
31
79.4
32
82
Total
8
20.6
31
79.4
39
100
7
% 18
Significant (p)= 0.00 Correlation Spearman Rho (r) = 0.92 Berdasarkan tabel 1 di atas hubungan faktor sosial ekonomi menunjukkan yang paling besar presentasinya adalah responden dengan pendapatan sosial ekonomi < 2 juta adalah 31 orang atau 79.4% dengan kejadian relaps tuberculosis paru.Dari hasil analisa hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistik Correlation Spearman Rho,
menunjukkan ada hubungan kedua variabel dengan nilai (p)=0.00 < (p)=0.05 dengan demikian H1 diterima atau ada hubungan yang bermakna antara faktor sosial ekonomi dengan kejadian tuberculosis paru relaps, sedangkan nilai (r)=0.92 menunjukkan hubungan sangat kuat antara kedua variabel.
Tabel 2. Tabulasi silang Hubungan Faktor Status Gizi dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Kejadian Tuberculosis Paru
Status Gizi
Kasus Baru
Relaps
N
%
N
%
N
%
Baik
8
20.6
6
15.3
14
35.9
Kurang
0
0
25
64.1
25
64.1
8
20.6
31
79.4
39
100
Total
Total
Significant (p)= 0.00 Correlation Spearman Rho (r) = 0.67 Correlation Spearman Rho, menunjukkan ada hubungan kedua variabel dengan nilai (p)=0.00 < (p)=0.05 dengan demikian H1 diterima atau ada hubungan yang bermakna antara faktor status gizi dengan kejadian tuberculosis paru relaps, sedangkan nilai (r)=0.67 menunjukkan hubungan kuat antara kedua variabel.
Berdasarkan tabel 2 di atashubungan faktor status gizi menunjukkan yang paling besar presentasinya adalah responden dengan status gizi kurang dengan kejadian relaps tuberculosis paru yaitu 25 orang atau 64.1%. Dari hasil analisa hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistik
Tabel 3. Tabulasi silang Hubungan Faktor Umur dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Kejadian Tuberculosis Paru
Umur Total
Kasus Baru
Relaps
Total
N
%
N
%
N
%
> 45 thn
8
20.5
5
12.8
13
33.3
< 45 thn
0
0
26
66.7
26
66.7
8
20.5
31
79.5
39
100
Significant (p)= 0.00 Correlation Spearman Rho (r) = 0.71
52
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Spearman Rho, menunjukkan ada hubungan kedua variabel dengan nilai (p)=0.00 < (p)=0.05 dengan demikian H1 diterima atau ada hubungan yang bermakna antara faktor umur dengan kejadian tuberculosis paru relaps, sedangkan nilai (r)=0.71 menunjukkan hubungan kuat antara kedua variabel.
Berdasarkan tabel 3 di atashubungan faktor Umur menunjukkan yang paling besar presentasinya adalah responden dengan umur < 45 tahun dengan kejadian relasp tuberculosis paru yaitu 26 orang atau 66.7%.Dari hasil analisa hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistik Correlation
Table 4. Tabulasi silang Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Penyakit Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Kejadian Tuberculosis Paru
Pekerjaan
Kasus Baru
Relaps
Total
N
%
N
%
N
%
PNS
5
12.8
6
15.4
11
28.2
Petani
3
7.7
7
17.9
10
25.6
Buruh
0
0
9
23.1
9
23.1
Swasta
0
0
9
23.1
9
23.1
Total
8
20.5
31
79.5
39
100
Significant (p)= 0.03 Correlation Spearman Rho (r) = 0.46 Berdasarkan tabel 4 di atashubungan faktor pekerjaan menunjukkan yang paling besar presentasinya adalah responden dengan pekerjaan buruh dan swasta dengan kejadian tuberculosis paru relaps yaitu masing-masing 9 orang atau 23.1%.Dari hasil analisa hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistik Correlation Spearman Rho,
menunjukkan ada hubungan kedua variabel dengan nilai (p)=0.03 < (p)=0.05 dengan demikian H1 diterima atau ada hubungan yang bermakna antara faktor pekerjaan dengan kejadian tuberculosis paru relaps, sedangkan nilai (r)=0.46 menunjukkan hubungan lemah antara kedua variabel.
Pembahasan 1. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Dari hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistic sperman rho menunjukkan koefisien korelasi (r) = 0.92 dengan tingkat hubungan yang sangat kuat antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan signifikan dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.00 yang menunjukkan nilai tersebut adalah < α = 0.05 dengan demikian Ha diterima atau ada hubungan faktor sosial ekonomi dengan kejadian tuberculosis paru relaps di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon. Asumsi peneliti adalah penghasilan tiap orang/ keluarga menentukan seseorang dapat hidup layak seperti tinggal di lingkungan rumah yang memadai contoh memiliki ventilasi rumah, lingkungan sanitasi rumah yang bersih, keadaan rumah yang bersih sehingga seseorang dapat terhindar dari penularan penyakit tuberculosis paru. Menurut hasil penelitian, responden dengan penghasilan < 2 juta adalah berjumlah
32 0rang atau 82% dan responden dengan penghasilan 2-3 juta berjumlah 7 orang atau 18% . Faktor sosial ekonomi : disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Kepadatan hunian juga erat kaitan dengan faktor sosial ekonomi seseorang.Karena pendapatan kecil membuat orang tidak dapat hidup layak yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.Standar untuk perumahan umum pada dasarnya ditunjukkan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta memfasilitas lainnya agar dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan.Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan seperti TB Paru (Chandra, 2006).
53
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) 2. Hubungan Faktor Status Gizi dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Dari hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistic sperman rho menunjukkan koefisien korelasi (r) = 0.67 dengan tingkat hubungan yang sedang antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan signifikan dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.00 yang menunjukkan nilai tersebut adalah < α = 0.05 dengan demikian Ha diterima atau ada hubungan faktor status gizi dengan kejadian tuberculosis paru relaps di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon. Asumsi peneliti adalah seseorang dapat mudah terkena penyakit menular seperti Tuberculosis paru oleh karena daya tahan tubuh yang lemah oleh sebab asupan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh berkurang menyebabkan seseorang cenderung cepat terkena penyakit menular Tuberculosis.
Menurut hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah dengan status gizi kurang yaitu 25 orang atau 64% sedangkan responden dengan status gizi baik 14 orang atau 36%. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit (Hery, 2011). Hal ini lebih disebabkan karena kombinasi dari beberapa faktor, termasuk penurunan nafsu makan dan intake makanan serta peningkatan kehilangan serta perubahan metabolism yang dihubungkan dengan respon inflamasi dan respon imun.Malnutrisi yang terjadi pada penderita dengan tuberculosis dapat mempengaruhi daya tahan tubuh serta hasil pengobatan dari kejadian tuberculosis tersebut (Gibney, 2008).
3. Hubungan Faktor Umur dengan Kejadian Tuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Dari hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistic sperman rho menunjukkan koefisien korelasi (r) = 0.71 dengan tingkat hubungan yang sedang antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan signifikan dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.00 yang menunjukkan nilai tersebut adalah < α = 0.05 dengan demikian Ha diterima atau ada hubungan faktor umur dengan kejadian tuberculosis paru relaps di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon. Asumsi peneliti bahwa umur memiliki hubungan dengan kejadian tuberculosis oleh karena orang dengan rentang 25-40 tahun berperan aktif dalam aktivitas, dengan pergaulan merokok yang sulit di tinggalkan hingga dengan mudah terpapar dengan penyakit ini.
Menurut hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah <45 tahun yaitu 26 orang atau 66.7% dan >45 tahun yaitu 13 orang atau 33.3%. Umur mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakit TB paru dan sifat resistensi pada berbagai kelompok umur tertentu. Berdasarkan hasil penelitian Triman (2002), umur penderita yang mengalami kekambuhan berkisar 25 - 50 tahun 71,4%, sedangkan umur > 50 tahun 28,6%. Hal ini terjadi karena pada kelompok usia produktif setiap orang akan cenderung beraktivitas tinggi, sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis lebih besar, selain itu reaktifan andogen (aktif kembali basil yang telah ada dalam tubuh) cenderung terjadi pada usia produktif (Triman, 2002).
4. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan KejadianTuberculosis Paru di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon Dari hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistic sperman rho menunjukkan koefisien korelasi (r) = 0.46 dengan tingkat hubungan yang rendah antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan signifikan dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.00 yang menunjukkan nilai tersebut adalah < α = 0.05 dengan demikian Ha diterima atau ada hubungan faktor pekerjaan dengan Kejadian tuberculosis paru relaps di Poliklinik RSU Bethesda Tomohon.
Asumsi peneliti bahwa sebagai karyawan swasta dan buruh yang kemungkinan penghasilan kurang, ekonomi yang kurang menyebabkan berkurangnya kemampuan penderita untuk memperoleh gizi baik dan seimbang.Selain itu karena ekonomi yang kurang menyebabkan penderita tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan secara mamadai.Penderita lebih memetingkan kebutuhan primer sehari – hari dari pada pemeliharaan kesehatan.
54
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Menurut hasil penelitian, responden dangan buruh dan swasta memilki persentase yang paling tinggi yaitu 46.2% atau 18 orang, sedangkan PNS 11 orang atau 28.2%. Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu,
paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TB paru (Corwin, 2009)
SIMPULAN 1. Faktor Sosial Ekonomi pada kejadian 6. tuberculosis Paru termasuk pada kasus relaps. 2. Faktor status gizi pada kejadian 7. tuberculosis Paru termasuk pada kasus relaps. 3. Faktor Umur pada kejadian Tuberculosis 8. Paru termasuk pada kasus relaps. 4. Faktor Pekerjaan pada kejadian Tuberculosis Paru termasuk pada kasus 9. relaps. 5. Kejadian Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Bethesda Tomohon termasuk kasus relaps. SARAN 1. Institusi Rumah Sakit RSU Bethesda Tomohon Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit mengenai hal – hal yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis paru ini. 2. Pendidikan Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi data bagi lembaga pendidikan
Ada hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan kejadian Tuberculosis Paru di poliklinik RSU Bethesda Tomohon Ada hubungan Faktor Status Gizi dengan kejadian Tuberculosis Paru di poliklinik RSU Bethesda Tomohon Ada hubungan Faktor Umur dengan kejadian Tuberculosis Paru di poliklinik RSU Bethesda Tomohon Ada hubungan Faktor Pekerjaan dengan kejadian Tuberculosis Paru di poliklinik RSU Bethesda Tomohon.
untuk mengetahui hubungan faktor – faktor dengan kejadian Tuberculosis Paru ini. 3. Peneliti Hendaknya hasil penelitian ini juga dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya mengigat dalam untuk mengurangi angka timbulnya kejadian Tuberculosis Paru ini.
DAFTAR PUSTAKA Anonym.2012. Apa itu Tuberculosis. Available from: http://www.duniakesehatan.download on 12 Desember 2015 Anonym.2011. Apa itu Tuberculosis. Available from: http://www.duniakesehatan.download on 12 Desember 2015 Arikunto S. 2002.ProsedurPenelitianSuatuPendekat anPraktik. RinekaCipta: Jakarta Azwar, Anas. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif aplikasi dalam pendidikan.Deepublish : Yogyakarta. Chandra, F. 2006.Analisis special penyakit TB paru positif.Departemen Kesehatan UI Depok Medika : Depok
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku saku patofisiologi.EGC : Jakarta Depkes RI. 2015. Pedoman Nasional penanggulangan tuberculosis.Gerdunas : Jakarta Gibney. 2008. Tuberculosis Merupakan Penyakit Infeksi yang masih menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Available from: http://www.duniakesehatan.download on 12 desember 2015 Naga.2013. Respirology medicine.EGC : Jakarta Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung Triman. 2002. Pencegahan Kekambuhan. Medika : Jakarta
55