1
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2014 Desi Darma1, Rahmayani2 ABSTRAK Latar Belakang :Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilandari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Menunjukkan kejadian abortus inkomplit pada Januari sampai November 2014 berjumlah 97 orang (Data Januari sampai November 2014). Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014. Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan Cross Scetional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abortus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Januari sampai November 2014 sebanyak 97 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data sekunder, dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 16 s/d 19 April 2015 dan analisa data dilakukan dengan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa 58 responden beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), nilai p.value 0,001 (p < 0,05, paritas dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %)nilai p.value 0,006 (p < 0,05), Kadar HB dari 39 responden kadar HB anemia yang tidak terjadi inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Kesimpulan :Ada hubungan usia, paritas Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di harapkan dapat bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan.
Kata Kunci
: Usia, paritas, Kadar HB, Kejadian Abortus Inkomplit
FACTORS RELATED TO INCOMPLETE ABORTIONS ATDR. ZAINOEL ABIDIN GENERAL REGIONAL HOSPITAL BANDA ACEH 2014 Desi Darma1,Rahmayani2 ABSTRACT Background : Abortions have generally been known to occur in as many as 10% of all pregnancies. More than 80% of abortions occur in the first 12 weeks of pregnancy according to a preliminary study at the Medical Associates room at Dr.ZainoelAbidin Regional Hospital Banda Aceh, showing cases of incomplete abortions of 97 women from January to November 2014 (Data January to November 2014). Research Aim: To find out the factors which are related to cases of incomplete abortions at Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital, Banda Aceh from January to November 2014. Research Method: Cross sectional analytical approach. The population for this research are women who had an abortion at Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital Banda Aceh from January to November 2014, numbering 97 women.The sampling technique for this research used the total sampling technique. Data collection was taken from secondary sources, carried out at
2
Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital Banda Aceh from the 16th to 19th April 2015. Data analysis was univariate and bivariate. Research Results: The research results showed that from 58 respondents of an ideal age, 44 respondents had an incomplete abortion (75.9%), p, value 0.001 (p < 0,05). Parity from 54 respondents of multipara parity of incomplete abortions numbered 41 respondents (75.9%) p, value 0.006 ((p < 0,05). HB levels from 39 respondents of Anaemic HB levels of incomplete abortions numbered 26 respondents (66.7%), p, value 0.000 (p < 0,05). Conclusion: There is a relationship between age and HB parity levels of cases of incomplete abortions. It is hoped that this research will give an input into, and evaluation of, the health services in implementing care to patients, especially for health workers.
Keywords
: Age, parity, HB levels, Incomplete Abortions
3
Mortalital maternal menurun secara bermakna pada tahun-tahun terakhir, tetapi perdarahan masih tetap menjadi penyebab kematian maternal yang utama. Perdarahan pada kehamilan awal membahayakan ibu dan merupakan masalah bagi dokter yang merawat. Gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan meliputi: abortus, inkompensasi serviks, kehamilan etropik dan kehamilan ganda (Bobak, 2010). Menurut Bobak (2010), beberapa faktor yang menempatkan kehamilan beresiko komplikasi antara lain adalah usia, paritas, hipertensi, anemia, kemiskinan, status gizi, dan kondisi kesehatan. Menurut Feryanto (2008), menyebutkan sata dari beberapa negara memerkirakan bahwa antara 10% dan 15% kehamilan yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia di atas 30 tahun dan meningkat pada usia di atas 35 tahun. Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan.Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamlian. Kelainan kromosom merupakan penyebab paling sedikit separuh dari kasus abortus dini ini, selain itu banyak fakor yang mempengaruhi terjadinya abortus antara lain : paritas, umur ibu, umur kehamilan, kehamilan tidak diinginkan, kebiasaan buruk selama hamil, serta riwayat keguguran sebelumnya. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 % pada wanita berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita berumur 40 tahun sehingga kejadian perdarahan spontan lebih beresiko pada ibu dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun (Manuaba , 2010). Penelitian terkait abortus pernah dilakukan oleh Kusniati (2007) tentang “Hubungan beberapa faktor ibu dengan kejadian abortus spontan (Studi di Rumah Sakit Ibu dan Anak An Ni’mah Kecamatan wangon Kabupaten Bayumas Januari-juni 2007)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang tidak mempunyai riwayat abortus spontan (76,5%) berusia reproduksi sehat (84,3%), urutan kehamilan tidak beresiko (51,0%) rata-rata 2,29 dan paling banyak pada urutan kehamilan kedua, jarak kehamilan tidak beresiko (51,o%) rata-rata 4,12 tahun, pemeriksaan kehamilan tidak lengkap (51,0%) dalam hal imunisasi TT (64,7%) dan tablet besi (72,5%) terjadi abortus spontan ( 29,4%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna usia ibu (p value=0,005), dengan kejadian abortus spontan, tidak ada hubungan yang bermakana riwayat abortus spontan (p value=0,302), urutan kehamilan (p value=0,928), jarak kehamilan (p value=1,000), dan pemeriksaan kehamilan (p value=0,255) dengan kejadian abortus spontan. Abortus, memang menjadi masalah kontroversial yang tak ada habisnya. Diperkirakan, frekuensi abortus spontan berkisar 10-20 % . Di indonesia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan neonatal. Salah satu program KIA adalah menurunkan angka kematian dan angka kesakitan dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan perinatal (Zulfansyah, 2008). Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi tiga sampai 4 resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras terus menerus (Arali, 2010). Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan.Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negaranegara berkembang.Rasio kematian ibu di negaranegara berkembang merupakan tertinggi dengan 450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran.Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam (59/100.000), danCina (37/100.000).Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia. AKI indonesia secara nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 AKI indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010). Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28% , eklampsia 13 %, aborsi yag tidak aman 11 % , serta sepsis 10 %. (Depkes, 2010). 4
diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun, berarti setiap tahun ada 500.000 hingga 1.000.000 abortus spontan. Diperkirakan, setiap tahun di indonesia terjadi 2,3 juta abortus, yaitu 1 juta merupakan abortus spontan, 0,6 juta karena kegagalan KB dan 0,7 juta karena tidak pakai KB (Bobak, 2010). Data ibu hamil di provinsi Aceh tercatat berjumlah, 113.182 orang. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 83,72 %. Ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 4512 orang (25,98%), KI adalah 98,181 orang (86,75%), K4 adalah 89.271 (78,77%), AKI sebanyak 136 orang. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan 47 kasus, hipertensi 28 kasus, infeksi 9 kasus, abortus 5 kasus, partus lama 2 kasus dan lain-lain 50 kasus ( Provinsi Aceh, 2013). Data kesehatan Banda Aceh tercatat ibu hamil berjumlah 5.176 orang, ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi 26 orang (0,41%), KI adalah 5,043 orang (97,43%), K4 adalah 4.336 orang (84,35%), jumlah AKI adalah 5 orang pada ibu nifas, penyebabnya adalah perdarahan 5 kasus dan 2 kasus masalah kesehatan lainnya ( Propinsi Aceh, 2013). Hal di atas menunjukkan bahwa wanita hamil sangat rentan mengalami abortus. Data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan kejadian abortus pada tahun 2013 berjumlah 125 kasus terdiri dari abortus inkomplit 111 orang, abortus medik 1 orang, abortus lainnya 13 orang (Data tahun 2013). Sedangkan data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Menunjukkan kejadian abortus pada Januari sampai November 2014 berjumlah 97 orang (Data Januari sampai November 2014). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh”.
dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung kanker dan sebagainya. Angka kematian yang tinggi setengah abab yang lalu umumnya mempunyai sebab pokok yaitu masih kurangnnya pengetahuan mengenai sebab dan penanggulangan komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta nifas. Abortus menjadi tidak terhindarkan jika pendarahan uterus disertai kontraksi uterus yang kuat menyebabkan dilatasi serviks.Ibu tersebut mengeluh nyeri kloik uterus yang hebat dan pemeriksaan vagina menunjukkan dilatasi ostium servik dengan bagian kantong konsepsi menonjol didalamnya.Abortus yang tidak terhindarkan ini dapat mengikuti tanda-tanda abortus mengancam atau yang lebih umum mulai tanpa peringatan terlebih dahulu.Segera setelah onset gejala abortus inkomplet jika kantong kehamilan atau plasenta tertinggal, melebarkan kanalis servikalis.Pada kebanyakan kasus, abortus yang terjadi adalah abortus inkomplet.Jika dokter tidak melihat semua hasil konsepsi telah keluar dari uterus, atau gambar ultrasografi tidak menunjukkan bahwa uterus telah kosong, abortus ini harus dianggap inkomplet (sarwono, 2010). 2. KlasifikasiAbortus Menurut Feryanto, (2012) Klasifikasiabortusialahsebagaiberikut : a. Abortusimminensadalahabortusinibarumengancam danmasihadaharapanuntukmempertahankannya, ostium uteri tertutupdan uterus sesuaiumurkehamilan. b. Abortusinsipiensadalahabortusinisedangberlangsun gdantidakdapatdicegahlagi, ostium uteri terbuka, terabaketuban, danberlangsunghanyabeberapa jam saja. c. Abortusinkomplitadalahapabilasebagianhasilkonse psitelahlahiratauterabapada vagina, tetapisebagianmasihtertinggal di dalamrahim. d. Abortuskomplitadalahseluruhjanintelahdilahirkand enganlengkap, uterus lebihkecildariumurkehamilandankavum uteri kosong. e. Missed abortion adalahkeadaandimanajanintelahmatisebelummingg u ke-20, tetapitertanamdidalamrahimselamabeberapamingg usetelahjaninmati. f. Abortushabitualisadalahabortus yang berulangdanberturut-turutterjadi, sekurangkurangnya 3 kali berturut-turut. 3. Penyebab Menurut Wiknjosastro (2006), hal-hal yang menyebabkan abortus dapat di bagi sebagai berikut:
B. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian untuk mengetahui faktorfaktor apakah yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus Inkomplit 1. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas 5
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, dapat menyebabkan kematianjanin atau cacat. Faktorfaktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut: kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, pengaruh dari luar. b. Kelainan pada plasenta, endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. c. Penyakit ibu, mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. d. Kelainan traktus genitalis, retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan-kelainan uterus dapat menyebabkan abortus. 4. Manifestasi klinik Menurut Manjoer (2006), manifestasi klinik pada abortus antara lain adalah sebagai berikut: a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu. b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil. Suhu tubuh normal atau meningkat. c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. e. Pemeriksaan genekologi 5. Pemeriksaan penunjang Menurut Manjoer (2006), pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus. b. Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortus. 6. Komplikasi Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Winkjosastro,2008). a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalamposisi hiperetrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatom, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan personal gawat karena perlukaan uterus biasanya luas. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakantindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi c. Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikejakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok. d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat. 7. Penanganan Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus.Selain itu perlu diperhatikan inovasi oterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian.ibu diharapkan tidak hamil ndalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil(Wiknjonsastro,2008). Penanganan umum abortus menurut Saifuddin (2008), adalah sebagai berikut: a. lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat,komplikasi berat atau masih cukup stabil). b. Pada kondisi gawat darurat,segera upayakan stabilitasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk) c. Penilaian medik untuk menentukan kelayakan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk ke rumah sakit.Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat pendarahan hebat,segera atasi komplikasi tersebut.gunakan jarum infus besar dan berikan tetesan cepat(500 ml malam 2 jam pertama)larutan garam fesiologis atau ringer.periksa kadar hemoglobin,golongan darah uji padanan-silang(crossmacth). d. Ingat ;kemungkinan hamil etropik pada pasien hamil muda dengan syok berat e. Bila terdapat tanda-tanda sepsis,berikan antibiotika yang sesuai. f. Temukan dan hentikan dengan segera sumber pendarahan g. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Komplikasi Abortus Teori faktor- faktor abortus menurut Bobak (2010) seperti : Umur, paritas, kadar Hb,hipertensi, dan status gizi. Dan menurut Sulistyawati (2009) seperti : paritas ibu, pendidikan ibu dan umur ibu, 6
sehingga yang dijadikan variabel Independentantara lain :
menurutsulistyawati (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi arbortus antara lain, paritas, pendidikan ibu dan umur ibu. Namun karena keterbatasan penelitian, penulis hanya meneliti tentang usia, paritas, dan anemia. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
1. Usia Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. semisal,umur manusia dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung, sehingga perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia ( Depkes, 2010). 2. Paritas Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak yang pertama sampai anak yang terakhir.Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh jumlah anak yang dilahirkan (Bobak, 2010). 3. Kadar HB Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin <11 gr%. Penurunan kadar hemoglobin pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada volume sel darah merah dan hemoglobin terutama terjadi pada trimester II (Bobak, 2008).
Variabel Independen Usia
Kadar HB Gambar 2.2 Kerangka Konsep III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan CrossSectional yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Kejadian Abortus Inkomplit
Usia
Kejadian abortus inkomplit
Paritas
C. Kerangka Teoriti
Bobak(2010)
Variabel Dependen
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abortus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Januari sampai November 2014 sebanyak 115orang, di karenakan tidak mengcukupi sampel maka dikeluarkan 18 orang.
sulistyawati (2009) Paritas Ibu
Paritas Pendidikan Ibu Kadar Hb(anemia)
2. Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling.Dengan kriteria seluruh ibu arbortus yang dilakukan pemeriksaan HB, datanya lengkap yang tercatat pada buku registerasi berjumlah 97 orang.Menurut sugiono (2009) teknik total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian, maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel
Umur Ibu
Gambar 2.1 KerangkaTeoritis D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan teori Bobak (2010) yang menyatakanbeberapa faktor yang menempatkan kehamilan berisiko komplikasi termasuk abortus antara lain usia, paritas,anemia (kadar HB),Hipertensi,dan status gizi. Dan 7
Abidin Banda Aceh sejak januari November 2014 sebanyak 97 orang.
sampai
c. Transfering Pada tahap transfering peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner kedalam master tabel atau database computer. Data yang telah diberi kode di susun secara berurutan dari responden pertama dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang teliti. d. Tabulating Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data berdasarkan kategori yang telah dibuat pada variabel dan sub variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung nilai total pda setiap kolom dari tabel da data hasil penelitian. 2. Teknik Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam bentuk presentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2010). Data yang didapat dari pengisian kuesioner dianalisa secara deskriptif , kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Budiarto (2010), yaitu sebagai berikut : p = x100% Keterangan : P = Persentase Fi = Frekuensi teramati N = Jumlah responden menjadi sampel 100% = Bilangan tetap b. Analisa Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen,akan dilakukan dengan menggunakan program komputer. Untuk melihathubungan antar variabel dengan menggunakan uji chi square test. Penilaian dilakukan sebagai berikut : 1) Jika p value ≤0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. 2) Jika p value >0,05 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam penelitian ini hanya menggunakan table kontigensi 2x2.Pengolahan data dengan SPSS versi 18.0 menurut sabri dan hastono (2006), menyatakan bahwa aturan yang berlaku pada uji chi-square adalah sebagai berikut : a) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah fisher exact. b) Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai e <5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitiantelahdilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian initelahdilaksanakan pada Tanggal 16 s/d 19April 2015. D. Pengumpulan Data Alat yang digunakanuntuk pengumpulan data dalampenelitian ini adalah Checklist yang terdiridari 1 soal, yaitu : variableindependenusia 1 soal, paritas 1 soal ,kadarHb 1 soaldanvariabledependendenarbortus 1 soal.Sehingga data yang dikumpulkan yang berasaldarilaporanbuku register di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Notoatmodjo (2010), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di dapat dari buku register di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tentang abortus inkomplit dari Januari s/d November Tahun 2014. F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Hidayat (2009), data yang telah dikumpulkan secara manual melalui langkahlangkah sebagai berikut: a. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua data sekunder yang dikumpulkan.Dari semua data yang dikumpulkan tidak ditemukan ketidak lengkapan pengisian, karena pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder langsung oleh peneliti. b. Coding Pada tahap ini peneliti memberi jhkodesecara berurutan dalam kategori yang sama pada masingmasing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan pada peneliti ini adalah kode responden yang diawali dengan 01 untuk responden pertama sampai 200 untuk responden terakhir. 8
c)
Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka digunakan uji pearson chi square.
2
3 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh merupakan Rumah Sakit Tipe A yang beralamat Jl. Tgk. H. M Daud Beureueh No. 108 Banda Aceh, memiliki luas areal 196.480 m2, luas bangunan 174. 782 m2,dengan kondisi geografisnya yaitu : 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Poltekes Depkes 2. Sebelah Barat berbatasan dengan JL. Dr. T Syarief Thaleb 3. Sebelah Utara berbatasan dengan JL. Tgk. Daud Beureueh 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bandar Baru
F 58 39 97
% 59.8 40.2 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 97 responden yang kejadian abortus abortus inkomplit yaitu sebanyak 60 responden (61,9%), sedangkan kejadian abortus non inkomplit yaitu sebanyak 37 responden (38,1%). b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit
F
%
58 39 97
59,8 40,2 100
39 58 97
40,2 59,8 100
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 58 responden usia beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), sedangkan dari 39 responden usia tidak beresikotidak terjadi abortus inkomplit sebanyak 23 responden (59%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesapenelitian Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014 No Faktor-faktor 1 Usia a. Beresiko b.Tidak Beresiko Jumlah
23,7 55,7 20,6 100
Tabel 4.3 Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 Abortus Inkomplit Total N Usia P-value Ya Tidak o F % F % F % 1 Beres 4 7 1 24, 58 100 iko 4 5 4 1 0,001 , 9 2 Tidak 1 4 2 59 39 100 Beres 6 1 3 iko Juml 6 3 97 100 ah 0 7
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014 Abortus Inkomplit Ya Tidak Jumlah
23 54 20 97
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase usia yang beresiko 58 orang dengan persentase (59,8%), dan yang tidak beresiko 39 orang dengan persentase (40,2%). pada distribusi paritas menunjukkan bahwa primipara 23 orang dengan pesentase (23,7%), multipara 54 orang dengan persentase (55,7%), dan grandemultipara 20 orang dengan persentase (20,6%). Dan pada kadar HB menunjukkan bahwa kadar HB yang mengalami anemia 39 orang dengan persentase (40,2%), dan yang tidak anemia 58 orang dengan persentase (59,8%). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Kejadian Abortus Inkomplit
No 1 2
Paritas a. Primipara b. Multipara c. Grandemultipara Jumlah Kadar HB a. Anemia b. Tidak Anemia Jumlah
9
b. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Tabel 4.4 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 N Parit o as
Abortus_Inkomplit Ya Tidak f % f % 10 43, 13 13 5 41 75, 13 13 9 9 11 20 45
Total
Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha diterimayang menyatakan bahwa ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. C. Pembahasan 1. Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 58 responden usia beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), sedangkan dari 39 responden usia tidak beresiko tidak terjadi abortus inkomplit sebanyak 23 responden (59%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mariani (2012) dengan judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (P-value = 0,032) antara umur ibu dengan kejadian abortus.Pada penelitian lain oleh Royani Chairiyah dengan judul : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dengan Abortus di RSUD Bekasi Tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (P-value = 0,004) antara umur dengan abortus. Sejalan juga dengan penelitian oleh Kusniati di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kabupaten Banyumas Pada Tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna (0,000) antara umur dengan abortus.
Pvalue
F % 1 Primi 23 100 para 0,006 2 Multi 54 100 3 para 20 100 Gran demu ltipar a Jumla 60 37 97 100 h Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %), sedangkan dari 20 responden paritas grandemultipara tidak terjadi abortus inkomplit sebanyak 11 responden (55%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. c. Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Tabel 4.5 Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 Abortus_Inkomplit Total N Kadar PYa Tidak o HB value F % F % f % 1 Anemia 13 33, 26 66 39 10 3 ,7 0 0,000 2 Tidak 47 81 11 19 58 10 Anemia 0 Jumlah 60 37 97 10 0
2. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %), sedangkan dari 20 responden paritas grandemultipara terjadi non abortus inkomplit sebanyak 11 responden (55%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2012) dengan judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 39 responden kadar HB anemia yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), sedangkan dari 58 responden kadar HB tidak anemia terjadi abortus inkomplit sebanyak 47 responden (81%). 10
Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (P-Value = 0,007) antara umur paritas dengan kejadian abortus. Pada penelitian lain oleh Abarsari (2010) di RSUD DR. Saiful Anwar Malang mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (P-Value = 0,002).
Diharapkan Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan kebidanan yang berkualitas dalam melaksanakan penelitian bagi peneliti lain. VI. DAFTAR PUSTAKA (1)
3. Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Dari tabel 4.7 dapat dilihat dari 39 responden kadar HB anemia yang terjadi non abortus inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), sedangkan dari 58 responden kadar HB tidak anemia terjadi abortus inkomplit sebanyak 47 responden (81%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014
(2)
(3)
(4) (5)
(6) V. PENUTUP (7) A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014, dengan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) 2. Ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014, dengan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) 3. Ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014n nilai p.value 0,000 (p < 0,05)
(8) (9) (10) (11)
(12) (13)
(14) B. Saran 1. Bagi Instalasi Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapka Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk peningkatan ilmu pengetahuan serta pengembangan penelitian tentang abortus dimasa yang akan datang. 3. Bagi Peneliti lain
(15) (16)
(17) (18) (19) 11
Arali (2010) Karya Tulis Ilmiah :Abortus. http://susantijayadewiirma. blogspot.com/2010/07/karya-tulis-ilmiah.html. Diakses pada 2juni 2014 Bobak, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Budiarto, 2010, Biostatistika Untuk Kedoktoran Dan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Cunningham, 2009, Kesehatan , Cetakan ke 2, Penerbit Penerbar swadaya, Jakarta. Depkes,2010.Angka Kematian Ibu Di Indonesia.dikutip pada tanggal 26 oktober.www.depkes.go.id Evariny, 2009 ,Hamil Tenang Diusia Matang , dikutip tanggal 25 Januari 2012 dari http : //www.google.com. Erlina. 2009. Hubugan Usia Ibu dengan Kejadian Abortus. Dikutip tanggal 24 Juni 2014 dari http://gope2306. Wordpress.com/2009/02/27/hubungan- usia-ibidengan-kejadian-abortus. Fantina, 2010.Data Jurnal .Januari sampai November 2014 Farrer ,2009, Buku Keperawatan. Jakarta :EGC Feryanto, 2012, Buku Kesehatan .Jakarta : PT. Bina Pustaka Hasugian (2010), Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus Di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari 2008-April 2010. Dikutip tanggal 24 Juni 2014 http://repository. usu. ac. id/handle/123456789/20450. Hidayat,Asri (2009). Asuhan Kebidanan Persalinan, Muha Medika, Yogyakarta Manuaba, I.A.C. (2011). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Mariani,2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian arbortus di Zainal Abidin. Peneliti orang Muharram, 2009.Kedokteran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Norwitz & Schorge, 2008, At a Glance obstetri & ginekologi, Edisi kedua, Jakarta, Penerbit Erlangga. Notoatmodjo, 2010.Metodelogi penelitian kesehata.Jakarta : PT.Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. (2010). lImu Kebidanan. Bina pustaka sarwono. Jakarta. Propinsi Aceh, 2013. Data Kesehatan Banda Aceh. Pernerbit Aceh
(20) Riska (2013) yang berjudul Hubungan Kadar Hemoglobin dan Paritas ibu dengan kejadian abortus pada ibu hamil. Penelitian Orang (21) SDKI ,2007. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta (22) Winkjosastro, ( 2008). Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Cetakan 5, Jakarta, PenerbitYayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. (23) WHO (2011).Angka Kematian Ibu (AKI) .di Kutip tanggal 04 JANUARI 2015
12