Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Kehamilan dan Persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok Tahun 2012 Desri Magdalena Purba1, Asri C. Adisasmita2 1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong tinggi yakni 228/100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian ibu disebabkan karena komplikasi yang terjadi selama kehamilan dan persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan di RSUD Kota Depok tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan desain kros seksional. Sampel penelitian ini adalah ibu – ibu yang melakukan persalinan di RSUD Kota Depok pada tahun 2012 sebanyak 330 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi ibu yang mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan adalah sebesar 32,4%. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan dalam penelitian ini adalah gravida = 1 (PR: 1,56, CI: 1,100-2,234), paritas = 1 (PR: 1,46, CI: 1,034-2,057), jarak kelahiran 4-5 tahun (PR: 2,85, CI: 1,330-6,111), jarak kelahiran ≥6 tahun (PR: 3,29, CI: 1,651-6,559), cara bersalin (PR: 1,69, CI: 1,237-2,034), riwayat komplikasi (PR: 2,08, CI: 1,393-3,092), riwayat penyakit non-obstetri (PR: 1,58, CI:1,137-2,183), jumlah kunjungan ANC (PR: 1,53, CI: 1,112-2,089). Kata Kunci : komplikasi; kehamilan; persalinan ABSTRACT Maternal mortality ratio in Indonesia is still high within the number 228 per 100.000 live births. Most of maternal death is caused by pregnancy and birth complications. This study aims to know the factors that related to pregnancy and delivery complication in General Hospital (RSUD) Depok 2012. This research used a cross-sectional study, which number of samples were 330 delivered mothers in RSUD Depok 2012. The result shows that there are 32,4% mothers got pregnancy and birth complication. Factors which related to pregnancy and delivery complication are gravida = 1(PR: 1,56, CI: 1,100-2,234), parity = 1(PR: 1,46, CI: 1,034-2,057), birth spacing 4-5 years (PR: 2,85, CI:1,330-6,111), birth spacing ≥6 years (PR: 3,29, CI: 1,651-6,559), method of delivery (PR: 1,69, CI: 1,237-2,034), complication history (PR: 2,08, CI: 1,393-3,092), non-obstetric disease (PR: 1,58, CI:1,137-2,183), and frequency of antenatal care (ANC) (PR: 1,53, CI: 1,112-2,089). Key word: complication; pregnancy; delivery
PENDAHULUAN Masalah kesehatan ibu perlu mendapat perhatian yang serius karena Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih tergolong tinggi hingga saat ini. Meskipun jumlah kematian ibu secara global berhasil diturunkan dari 546.000 di tahun 1990 menjadi 358.000 di tahun 2008, penurunan AKI rata-rata global per tahun masih kurang dari target Millenium Development
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
Goals (MDGs) yakni hanya sebesar 2,3% per tahun dimana target MDGs untuk penurunan AKI rata – rata adalah sebesar 5,5% per tahun. Hampir semua (99%) dari kasus kematian ibu di tahun 2008 terjadi di negara - negara berkembang. Afrika memiliki penurunan AKI rata – rata paling kecil dari tahun 1990 – 2008 yakni hanya sebesar 1,7% per tahun. (WHO, 2011). Pada tahun 2010, AKI global menurun dari 400 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 210 per 100.000 kelahiran hidup. AKI pada tahun 2010 di negara berkembang 15 kali lebih tinggi dibandingkan di negara maju. Subsahara Afrika memiliki AKI paling tinggi yakni sebesar 500 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010, sedangkan Asia Timur memiliki AKI terkecil di antara negara – negara berkembang yaitu 37 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2012) Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, juga memiliki AKI yang masih tergolong tinggi. Meskipun AKI di Indonesia telah berhasil diturunkan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1990-1994) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007), angka tersebut masih belum mencapai target MDGs 2015 dimana AKI Indonesia harus dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya penurunan AKI hingga mencapai target MDGs perlu dilakukan dengan lebih gencar lagi karena angka ini menjadi salah satu indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat. Selain itu sebagian besar penyebab kematian ibu sebenarnya masih dapat dicegah. Tujuh puluh lima persen kematian ibu disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan dan kondisi ini seharusnya dapat dideteksi secara dini dengan teknologi kedokteran yang telah diketahui dengan baik (Royston dan Amstrong, 1989). Hal serupa juga diungkapkan oleh Mc.Carthy & Maine tahun 1992, salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan mencegah/memperkecil kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Menurut teori Mc.Carthy dan Maine (1992), komplikasi kehamilan dan persalinan menjadi faktor langsung penyebab kematian ibu. Adapun faktor tidak langsung yang menyebabkan kematian ibu dan juga berpengaruh terhadap kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan adalah status ibu dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan, keberadaan wanita), status keluarga dalam masyarakat (penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, tingkat pendidikan keluarga, status pekerjaan anggota keluarga), status kesehatan (status gizi, penyakit infeksi, penyakit menahun, penyakit jantung, penyakit ginjal, riwayat komplikasi), status reporduksi (umur kehamilan, jumlah kelahiran, status perkawinan), akses terhadap pelayanan (keterjangkauan lokasi, jenis dan kualitas pelayanan, keterjangkauan
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
terhadap informasi), perilaku sehat (alat kontrasepsi, pemeriksaan kehamilan, penolong persalinan, perilaku pengguran kandungan). Angka komplikasi kehamilan di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10,6% (SDKI, 2007). Angka ini meningkat dari tahun 2003 dimana angka komplikasi kehamilan pada tahun 2003 adalah sebesar 7,1% (SDKI, 2003). Di RSUD Kota Depok, berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa angka komplikasi persalinan pada tahun 2011 adalah sebesar 17,6% (Nuraida, 2012). Angka ini lebih tinggi dari angka kejadian komplikasi kehamilan secara nasional yaitu sebesar 10,6% (SDKI, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan di RSUD Kota Depok tahun 2012. TINJAUAN TEORITIS Menurut Mc.Carthy &
Maine tahun 1992, komplikasi kehamilan dan persalinan
merupakan penyebab langsung kematian ibu. Adapun faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan adalah faktor sosial demografi, faktor riwayat obstetri ibu, faktor riwayat non-obstetri, faktor akses terhadap pelayanan kesehatan. Faktor sosial demografi terdiri dari pendidikan ibu, status bekerja ibu, status bekerja suami. Pendidikan merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan ibu. Menurut Royston & Amstrong tahun 1989, ibu yang berpendidikan tinggi biasanya lebih tahu apa yang harus dilakukan agar kesehatannya tetap terjaga dengan baik sehingga mereka biasanya lebih sering memanfaatkan pelayanan kesehatan dibanding ibu yang berpendidikan rendah. Status bekerja ibu menunjukkan sebuah status wanita dalam keluarga dan masyarakat. Ibu yang tidak bekerja berisiko 1,94 kali untuk mengalami komplikasi preeklampsi berat dibanding ibu yang bekerja (Yulianti, 2008). Status bekerja suami berkaitan dengan kesejahteraan keluarga. Ibu yang suaminya tidak bekerja berisiko 8,06 kali lebih besar mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan ibu yang suaminya bekerja (Rohayati, 2004). Faktor riwayat obstetri ibu terdiri dari umur ibu, gravida, paritas, riwayat abortus, jarak kelahiran, cara persalinan, riwayat komplikasi. Umur yang paling aman untuk melahirkan adalah 20-35 tahun. Umur terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun) memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan (Depkes, 2004). Gravida adalah jumlah total kehamilan ibu, termasuk kehamilan intrauterin normal dan abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa (Benson & Pernoll, 2008). Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu hingga persalinan terakhir. Jumlah paritas yang paling aman adalah 2-3 anak (Royston & Amstrong, 1989). Jarak kelahiran merupakan jarak kelahiran antara persalinan terakhir
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
dengan persalinan sebelumnya. Jarak kelahiran ideal adalah 2-4 tahun (Depkes, 2004). Abortus dapat diartikan sebagai berakhirnya suatu kehamilan yang disebabkan oleh hal – hal terentu pada atau sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saifuddin, 2001). Riwayat abortus akan memberikan dampak buruk pada kehamilan ibu saat ini (Manuaba, 1999). Cara persalinan terdiri atas persalinan normal dan persalinan tidak normal. Persalinan normal merupakan persalinan yang terjadi spontan melalui vagina, sedangkan persalinan tidak normal merupakan persalinan melalui pembedahan. Persalinan dengan pembedahan dapat memberikan risiko pada ibu dan bayi (Oxorn, 2010). Kondisi persalinan sebelumnya berpengaruh terhadap persalinan saat ini. Ibu yang memiliki riwayat komplikasi berisiko 1,79 kali mengalami komplikasi saat ini dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat komplikasi (Huda, 2007). Faktor riwayat non-obstetri adalah riwayat penyakit non-obstetri seperti penyakit anemia, jantung, hipertensi, dll. Penyakit anemia dapat memberi dampak buruk terhadap ibu seperti abortus, partus lama, perdarahan, syok dan infeksi (Winkjosastro, 1997). Penyakit jantung yang diderita oleh ibu saat hamil juga dapat menyebabkan komplikasi berupa abortus, persalinan prematur, kematian perinatal (Manuaba, 1999). Faktor akses terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari jumlah kunjungan ANC dan sistem rujukan. Kunjungan ANC merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetri dengan OR sebesar 1,75 (Waterstone et al, 2001). Rujukan merupakan suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul (Mochtar, 1994). Ibu yang datang dengan rujukan berisiko 2,559 kali lebih besar mengalami komplikasi persalinan dibanding ibu yang datang tanpa rujukan (Yulius, 2001). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan desain studi Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medis bagian kebidanan tahun 2012 (Januari – Desember). Pengumpulan data rekam medis dilakukan selama bulan Maret - April 2013. Lokasi RSUD Kota Depok dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan bahwa angka komplikasi persalinan di rumah sakit tersebut sebesar 17,6% pada tahun 2011 (Nuraida, 2012). Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin yang tercatat dalam rekam medis melakukan persalinan di RSUD Depok pada tahun 2012. Besar sampel minimal dihitung dengan rumus uji hipotesis terhadap proporsi dua populasi (Lemeshow, 1997) dan hasilnya didapatkan jumlah sampel minimum sebanyak 288 orang. Untuk mengantisipasi adanya data
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
yang tidak lengkap, peneliti menambahkan jumlah sampel menjadi 330 orang. Metode pemilihan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling. Kriteria inklusi adalah responden yang tercatat melakukan persalinan di RSUD Depok tahun 2012. Kriteria ekslusi adalah responden yang memiliki status rekam medis tidak lengkap. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1. Gambaran Kejadian Komplikasi Kehamilan dan Persalinan di RSUD Kota Depok Tahun 2012
Kejadian Komplikasi
Frekuensi (N)
Persentase (%)
Ya
107
32,4
Tidak
223
67,6
Total
330
100,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 330 responden, sebanyak 107 orang (32,4%) mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dan 223 orang (67,6%) tidak mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Responden yang mengalami komplikasi dapat mengalami satu atau lebih jenis komplikasi. Adapun jenis komplikasi yang paling banyak dialami oleh responden adalah preeklampsia/eklampsia sebanyak 30,8% dari total responden yang mengalami komplikasi. Berdasarkan faktor sosial demografi, pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden adalah minimal SMA (48,5%), sebagian besar responden tidak bekerja (92,1%), pekerjaan suami responden paling banyak adalah sebagai wiraswasta (40,6%). Berdasarkan faktor riwayat obstetri, sebagian besar responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun (65,5%) dengan rata- rata umur 30,5 tahun dan umur terkecil 16 tahun serta terbesar 48 tahun, gravida terbanyak responden adalah 2-3 (46,6%) dengan rata – rata gravida adalah 2,8 dan gravida terkecil adalah 1 serta terbesar adalah 8, paritas terbanyak responden adalah 2-3 (50%) dengan rata- rata paritas adalah 2,6 dan paritas terkecil adalah 1 serta paritas terbesar adalah 8, jarak kelahiran terbanyak responden adalah ≥ 6 tahun (33,9%) dengan rata- rata jarak lelahiran adalah 5,5 tahun dan jarak lahir terkecil 1 tahun serta jarak lahir terbesar 15 tahun, sebagian besar responden tidak memiliki riwayat abortus (56,9%), sebagian besar responden melahirkan dengan cara partus normal (58,8%), paling banyak responden tidak memiliki riwayat komplikasi pada persalinan lalu (46,9%). Berdasarkan faktor riwayat nonobstetri, sebagian besar ibu tidak memiliki riwayat non-obstetri (80,9%), sedangkan dari ibu yang memiliki riwayat penyakit non-obstetri, jenis penyakit terbanyak yang dimiliki oleh ibu
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
adalah anemia (8,2%). Berdasarkan faktor akses terhadap pelayanan kesehatan, sebagian besar responden melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali (66,4%), sebagian besar responden datang ke rumah sakit tanpa rujukan dan melakukan ANC di luar RSUD Depok (88,5%). Tabel 2. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin di RSUD Kota Depok Tahun 2012
Variabel Pendidikan Ibu SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Ibu Pegawai Negeri Karyawati Swasta Tidak Bekerja Pekerjaan Suami Pegawai Negeri Karyawan Swasta Buruh Sopir Wiraswasta Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Gravida 1 2-3 ≥4 Paritas 1 2-3 ≥4 Jarak Lahir Belum pernah melahirkan sebelumnya <2 tahun 2-3 tahun 4-5 tahun ≥ 6 tahun Riwayat Abortus Ada riwayat
Frekuensi
Persentase (%)
68 82 160 20
20,6 24,8 48,5 6,1
9 17 304
2,7 5,2 92,1
9 95 72 20 134
2,7 28,8 21,8 6,1 40,6
27 216 87
8,2 65,5 26,4
86 153 91
26,1 46,3 27,6
88 163 79
26,7 49,4 23,9
88
26,7
16 67 47 112
4,9 20,3 14,2 33,9
56
17,0
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
Tidak ada riwayat Belum pernah hamil sebelumnya Cara Persalinan Partus Normal Sectio caesarea Vakum Riwayat Komplikasi Ada riwayat komplikasi Tidak ada riwayat komplikasi Belum pernah melahirkan sebelumnya Riwayat Penyakit Non-obstetri Anemia Diabetes Jantung Hipertensi Lain-lain Tidak ada riwayat Jumlah kunjungan ANC 1 kali 2 kali 3 kali ≥ 4 kali Tidak diketahui (missing) Sistem Rujukan Tanpa rujukan, ANC di RSUD Tanpa rujukan, ANC di luar RSUD Depok Dirujuk oleh dokter Dirujuk oleh bidan Dirujuk oleh puskesmas
188
56,9
86
26,0
194 134 2
58,8 40,6 0,6
89 153
26,9 46,4
88
26,7
27 5 1 19 11 267
8,2 1,5 0,3 5,8 3,3 80,9
17 45 43 219 6
5,2 13,6 13,0 66,4 1,8
20
6,1
292
88,5
1 5 12
0,3 1,5 3,6
Tabel 3. Hasil Univariat Data Kontinu
Riwayat Obstetri
Mean
Median
SD
Minimal-Maksimal
Umur
30,5
31
6,8
16-48
Gravida
2,8
2
1,7
1-9
Paritas
2,6
2
1,4
1-8
Jarak Lahir
5,5
5
3,4
1-15
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat
Komplikasi Variabel
Ya
Total
Tidak
N
%
n
%
n
%
Pendidikan Rendah
54
36,0
96
64,0
150
10
Tinggi
53
29,4
127
70,6
180
10
Status Bekerja Ibu Tidak Bekerja
100
32,9
204
67,1
304
10
Bekerja
7
26,9
19
73,1
26
10
Status Bekerja Suami di sektor informal 75
33,2
151
66,8
226
10
di sektor formal
32
30,8
72
69,2
104
10
Umur Ibu < 20 tahun
9
33,3
18
66,7
27
10
20-35 tahun
65
30,1
151
69,9
216
10
> 35 tahun
33
37,9
54
62,1
87
10
Gravida =1
37
43,0
49
57,0
86
10
2-3
42
27,5
111
72,5
153
10
≥4
28
30,8
63
69,2
91
10
Paritas =1
37
42,0
51
58,0
88
10
2-3
47
28,8
116
71,2
163
10
≥4
23
29,1
56
70,9
79
10
PR (95% CI)
p-value
1,22 0(0,896-1,669) 1,00 0
0,238
1,22 0(0,636-2,348) 1,00 0
0,664
1,08 0(0,766-1,510) 1,00 0
0,705
1,11 0(0,626-1,960) 1,00 0 1,25 0(0,891-1,745)
0,825
1,57 0(1,100-2,234) 1,00 0 1,12 0(0,750-1,675)
*0,015
1,46 0(1,034-2,057) 1,00 0 1,01 0(0,663-1,537)
*0,037
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
0,224
0,661
1,00
Jarak Lahir < 2 tahun
1
6,3
15
93,7
16
10
2 – 3 tahun
8
11,9
59
88,1
67
10
4 – 5 tahun
16
34,0
31
66,0
47
10
≥ 6 tahun
44
39,3
68
60,7
112
10
Riwayat Abortus Ada riwayat abortus
20
35,7
36
64,3
56
10
Tidak ada riwayat 50 abortus Cara Bersalin Tidak Normal 58
26,6
138
73,4
188
10
42,7
78
57,4
136
10
Normal
49
25,3
145
74,7
194
10
Riwayat Komplikasi Ada riwayat
36
40,4
53
59,6
89
10
Tidak ada riwayat
34
22,2
119
77,8
153
10
Riwayat Penyakit Non-obstetri Ada riwayat
29
46,0
34
54,0
63
10
Tidak ada riwayat
78
29,2
189
70,8
267
10
Kunjungan ANC <4 kali
44
41,9
61
58,1
105
10
≥ 4 kali
60
27,4
159
72,6
219
10
Sistem Rujukan Rujukan
7
39,0
11
61,0
18
10
Tanpa rujukan
10
32,1 0
212
67,9
312
10
0,52 0(0,070-3,891) 1,00 0 2,85 0(1,330-6,111) 3,29 0(1,651– 6,559)
1,000
1,34 0(0,879-2,052) 1,00 0
0,238
1,69 0(1,237-2,304) 1,00 0
*0,001
1,82 0(1,233-2,686) 1,00 0
*0,003
1,58 0(1,137-2,183) 1,00 0
0,016
1,53 0(1,120-2,089) 1,00 0
*0,011
1,22 0(0,665-2,214) 1,00 0
0,607
*0,005 *0,000
Dari hasil analisis bivariat ditemukan bahwa ada 8 variabel yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan yaitu gravida = 1, paritas = 1, jarak
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
lahir 4-5 tahun, jarak lahir ≥ 6 tahun, cara bersalin tidak normal, riwayat komplikasi, riwayat penyakit non-obstetri, kunjungan ANC. Sedangkan variabel pendidikan ibu, status bekerja ibu, status bekerja suami, umur, gravida ≥ 4, paritas ≥ 4, riwayat abortus, sistem rujukan, tidak memiliki hubungan yang bermakna dalam penelitian ini. Ibu yang memiliki gravida = 1 berisiko 1,57 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan ibu yang memiliki jumlah gravida 2-3 (p-value sebesar 0,015). Ibu yang memiliki paritas =1 berisiko 1,46 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibanding ibu yang memiliki paritas 2-3 (pvalue sebesar 0,037). Ibu yang memiliki jarak kelahiran 4-5 tahun berisiko 2,85 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan ibu yang jarak kelahirannya 2-3 tahun (p-value sebesar 0,005). Ibu yang memiliki jarak kelahiran ≥ 6 tahun berisiko 3,29 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan ibu yang jarak kelahirannya 2-3 tahun (p-value sebesar 0,000). Ibu yang bersalin secara tidak normal berisiko 1,69 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan ibu yang bersalin secara normal (p-value sebesar 0,001). Ibu yang memiliki riwayat komplikasi pada persalinan lalu berisiko 1,82 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat komplikasi (p-value sebesar 0,003). Ibu yang memiliki riwayat penyakit non-obstetri berisiko 1,58 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit non-obstetri (p-value sebesar 0,016). Ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak lengkap berisiko 1,53 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan ANC secara lengkap (p-value sebesar 0,011). Tabel 5. Hasil Analisis Stratifikasi Komplikasi Total Ya Tida Kunjungan ANC k n % n % n % Ada riwayat 17 56,7 13 43, 30 100 komplikasi 3 < 4 kali Tidak ada riwayat 12 26,7 33 73,3 45 100 komplikasi Ada riwayat 19 32,8 39 67,2 58 100 komplikasi ≥ 4 kali Tidak ada riwayat 21 20,0 84 80,0 10 100
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
PR (95% CI)
p-value
2,13 (1,194-3,783) 1,00
0,015
1,64 (0,941-4,034) 1,00
0,087
< 4 kali
≥ 4 kali
< 4 kali
≥ 4 kali
komplikasi Ada riwayat penyakit Tidak ada riwayat penyakit Ada riwayat penyakit Tidak ada riwayat penyakit Jarak lahir ≤ 3 tahun Jarak lahir 4-5 tahun
13
59,1
9
40,9
22
5 100
31
32,9
63
67,0
94
100
17
41,5
24
58,5
41
100
42
25,1
125
74,9
16
1
5,0
19
95,0
8
47,1
9
20 % 52,9 17
100 7 100
Jarak lahir ≥ 6 tahun
20
54,1
17
45,9
37
100
Jarak lahir ≤ 3 tahun Jarak lahir 4-5 tahun Jarak lahir ≥ 6 tahun
7
11,3
55
88,7
62
100
8
29,6
19
70,4
27
100
24
32,0
51
68,0
75
100
100
1,79 (1,141-2,815) 1,00
0,029
1,65 (1,053-2,581) 1,00
0,052
1,00 9,41 (1,30567,878) 10,81 (1,56474,727) 1,00
0,005
2,62 (1,058-6,508) 3,70 (1,467-9,316)
0,061
0,000
0,004
Dari hasil analisis stratifikasi ditemukan bahwa risiko untuk mengalami komplikasi pada ibu yang melakukan kunjungan ANC <4 kali lebih besar dibanding ibu yang melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali. Pada responden yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali, ibu yang memiliki riwayat komplikasi berisiko 2,13 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai p = 0,015). Pada responden yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali, ibu yang memiliki riwayat komplikasi berisiko 1,64 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai p = 0,087). pada responden yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali, ibu yang memiliki riwayat penyakit non-obstetri berisiko 1,79 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai p = 0,029). Pada responden yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali, ibu yang memiliki riwayat komplikasi berisiko 1,65 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai p = 0,052). Pada responden yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali, ibu yang melahirkan dengan jarak lahir 4-5 tahun berisiko 9,41 kali mengalami komplikasi
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
kehamilan dan persalinan dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai p = 0,000), ibu yang melahirkan dengan jarak lahir ≥ 6 tahun berisiko 10,81 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai p = 0,005). Pada responden yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali, ibu yang melahirkan dengan jarak lahir 45 tahun berisiko 2,62 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai p = 0,061), ibu yang melahirkan dengan jarak lahir ≥ 6 tahun berisiko 3,7 kali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan dan hubungan ini bermakna secara statistik (nilai p = 0,004). PEMBAHASAN
Kelebihan penelitian ini adalah jumlah sampel penelitian ini telah memenuhi jumlah sampel minimal yang telah dihitung dengan menggunakan rumus uji dua proporsi dan metode pemilihan sampel dilakukan secara random sehingga hasilnya lebih dapat mewakili populasi penelitian. Sedangkan kelemahan penelitian ini adalah jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang kualitas datanya tidak dapat dikontrol oleh peneliti dan variabel yang diteliti terbatas pada data yang tersedia dalam rekam medis. Proporsi Kejadian Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan pada ibu yang melakukan persalinan di RSUD Kota Depok mencapai 107 orang responden (32,4%). Sedangkan 223 orang (66,6%) lainnya tidak mengalami komplikasi. Jenis komplikasi yang paling tinggi kejadiannya adalah preeklampsi/eklampsi (30,8%) dan ketuban pecah dini (28,9%) dari keseluruhan kejadian komplikasi. Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil SDKI 2007 dimana jenis komplikasi yang paling tinggi kejadiannya secara nasional adalah partus lama dan ketuban pecah dini. Selain itu, penelitian Senewe tahun 2004 menunjukan bahwa partus lama juga merupakan jenis komplikasi yang paling banyak terjadi di Indonesia. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya kejadian partus lama. Pembahasan Uji Bivariat Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti tahun 2008 yang membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian komplikasi dimana ibu yang
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
berpendidikan rendah berisiko 4,86 kali mengalami komplikasi preeklampsi berat dibanding ibu yang berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan tinggi biasanya lebih tahu apa yang harus dilakukan agar kesehatannya tetap terjaga dengan baik sehingga mereka biasanya lebih sering memanfaatkan pelayanan kesehatan dibanding ibu yang berpendidikan rendah (Royston & Amstrong, 1989). Namun hasil penelitian ini didukung oleh Rohayati tahun 2004 yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian komplikasi (p-value= 0,774). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status bekerja ibu dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti tahun 2008 yang membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian komplikasi persalinan dimana ibu yang tidak bekerja berisiko 1,94 kali untuk mengalami komplikasi preeklampsi berat dibanding ibu yang bekerja. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyawati tahun 2004 dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian komplikasi (p-value = 0,748). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status bekerja suami dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohayati tahun 2003 dimana ibu yang suaminya tidak bekerja berisiko 8,06 kali lebih besar mengalami komplikasi persalinan dibanding ibu yang suaminya bekerja. Pekerjaan suami menunjukkan status keluarga di masyarakat (Royston & Amstrong, 1989). Status pekerjaan suami mencerminkan tingkat kesejahteraan keluarga karena berkaitan dengan kondisi ekonomi. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa ibu yang berumur ≥ 35 tahun berisiko 1,5 kali mengalami komplikasi obstetri dibandingkan ibu yang berumur < 35 tahun (Waterstone et al, 2001). Namun hasil ini didukung oleh Huda tahun 2007 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian komplikasi obstetri di Banda Sakti Lhokseumawe tahun 2005 (p-value = 0,134). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara gravida = 1 dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil ini sesuai dengan teori Manuaba tahun 1999 yang mengemukakan bahwa primigravida merupakan faktor risiko tinggi kehamilan dan persalinan. Ibu yang tergolong primigravida berisiko mengalami komplikasi preeklampsia dan abortus. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kondisi ibu yang baru pertama kali hamil belum siap
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
menghadapi kehamilannya. Namun hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara gravida ≥ 4 dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil ini berbeda dengan teori Manuaba tahun 1999 yang mengemukakan bahwa gravida ≥ 4 merupakan risiko tinggi kehamilan. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas = 1 dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebuah studi observasi di Inggris juga menunjukkan bahwa ibu yang tergolong primipara berisiko 1,7 kali mengalami komplikasi perdarahan postpartum (Nove et al, 2012). Jumlah paritas yang paling aman adalah 2-3 anak (Royston & Amstrong, 1989). Namun penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara paritas ≥ 4 dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda tahun 2007 yang menujukkan bahwa ibu yang memiliki paritas ≥ 4 kali berisiko 1,86 kali mengalami komplikasi obstetri dibanding ibu yang memiliki paritas < 4. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak lahir <2 tahun dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan (nilai p sebesar 1,000). Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak lahir 4-5 tahun, jarak lahir ≥ 6 tahun, dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih tahun 2006 yang menunjukkan bahwa ibu yang jarak kelahirannya <2 tahun berisiko 1,21 kali untuk mengalami komplikasi dibanding ibu yang jarak kelahirannya >2 tahun dan hubungan ini bermakna secara statistik (p-value = 0,020). Hal ini kemungkinan disebabkan karena jumlah responden yang melahirkan dengan jarak < 2 tahun sangat kecil yaitu hanya sebanyak 16 orang atau 6,6% dari keseluruhan jumlah sampel. Hasil ini sejalan dengan penelitian Setyawati tahun 2004 yang menunjukkan bahwa ada ada hubungan antara jarak lahir >4 tahun dengan kejadian komplikasi persalinan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Manuaba tahun 1999 yang mengemukakan bahwa riwayat kehamilan yang buruk seperti abortus dan kehamilan ektopik dapat memberi dampak buruk bagi kehamilan dan persalinan ibu saat ini. Jika ibu mengalami abortus terutama abortus yang dilakukan secara sengaja akan membawa dampak buruk bagi kesehatan ibu. Adapun bahaya yang dapat terjadi karena abortus antara lain adalah terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan berupa perdarahan yang hebat, kerusakan serviks, infeksi yang dapat menyebabkan kemandulan, syok. (Sastrawinata, 2003)
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara cara bersalin dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Cara bersalinan dengan pembedahan dapat memberikan risiko terhadap ibu dan bayinya (Oxorn, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan sebuah penelitian di Shanghai, Cina, yang membuktikan bahwa kejadian komplikasi 2,2 kali lebih tinggi pada kelompok ibu yang bersalin dengan sectio caesarea dibandingkan dengan kelompok ibu yang bersalin dengan normal (Wang et al, 2010). Studi di salah satu rumah skait di Damascus, Syria, menunjukkan bahwa 54% dari kasus komplikasi maternal terjadi pada ibu yang melahirkan dengan cara sectio caesarea (Almerie et al, 2010). Sebuah penelitian di rumah sakit Universitas Campinas, Brasil, juga menunjukkan bahwa hampir semua ibu yang mengalami komplikasi melahirkan dengan cara sectio caesarea yakni sebesar 82,2% (Souza et al, 2007). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat komplikasi dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi di Baghdad, Iraq, yang menunjukkan bahwa riwayat operasi sesar pada persalinan sebelumnya merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian kesakitan pada ibu yang mengalami near miss (Jabir et al, 2013). Sebuah penelitian di Inggris, menunjukkan bahwa ibu yang memiliki riwayat komplikasi preeklampsi/eklampsi berisiko 3,79 kali mengalami komplikasi preeklampsi/eklampsi dan 1,52 kali mengalami komplikasi obstetri secara keseluruhan dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat komplikasi preeklampsi/eklampsi. Sedangkan ibu yang memiliki riwayat komplikasi postpartum sebelumnya berisiko 2,74 kali mengalami komplikasi postpartum dan 2,41 kali mengalami komplikasi obstetri secara keseluruhan dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat komplikasi postpartum sebelumnya (Waterstone et al, 2001). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit non-obstetri dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Penyakit anemia dapat memberi dampak buruk terhadap ibu seperti abortus, partus lama, perdarahan, syok dan infeksi (Winkjosastro, 1997). Penyakit jantung yang diderita oleh ibu saat hamil juga dapat menyebabkan komplikasi berupa abortus, persalinan prematur, kematian perinatal (Manuaba, 1999). Hasil penelitian ini sejalan dengan studi di Inggris yang menunjukkan bahwa ibu yang memiliki riwayat penyakit anemia berisiko 1,4 kali mengalami komplikasi perdarahan postpartum (Nove et al, 2012). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah kunjungan ANC dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilannya dengan rincian minimal 1 kali
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimeseter kedua, dan minimal dua kali pada trimeseter ketiga. Melalui pemeriksaan kehamilan dapat dideteksi risiko kehamilan dan persalinan yang mungkin timbul pada ibu secara dini sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat (Depkes, 2004). Hasil penelitian ini sejalan dengan di Inggris, menunjukkan bahwa kunjungan antenatal merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetri dengan OR sebesar 1,75 (Waterstone et al, 2001). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sistem rujukan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh Yulius tahun 2001 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sistem rujukan dengan kejadian komplikasi (p-value = 0,035). Ibu yang datang dengan rujukan berisiko 2,559 kali lebih besar mengalami komplikasi persalinan dibanding ibu yang datang tanpa rujukan. Hasil penelitian Setyawati tahun 2003 juga menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sistem rujukan dengan kejadian komplikasi (p-value = 0,018). Tidak adanya hubungan yang bermakna antara sistem rujukan dengan kejadian komplikasi dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena jumlah responden yang datang dengan rujukan sangat sedikit yakni hanya sebanyak 18 orang atau 5,5% dari keseluruhan jumlah sampel. Kecilnya angka ini kemungkinan dapat disebabkan karena terhambat sistem administrasi pembayaran sehingga mempersulit pasien rujukan untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit, pencatatan rekam medis yang tidak lengkap mengenai jumlah pasien rujukan yang sebenarnya, atau memang sistem rujukan dari fasilitas pelayanan primer di sekitar RSUD Depok yang tidak berjalan dengan baik.
Pembahasan Uji Stratifikasi Risiko ibu yang memiliki riwayat komplikasi untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan ada baik pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali maupun pada ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali. Namun secara statistik hubungan riwayat komplikasi dengan kejadian komplikasi hanya bermakna pada ibu yang melakukan kunjungan ANC < 4 kali. Nilai risiko pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali (PR = 2,13, 95% CI: 1,194-3,783). Risiko ibu yang memiliki riwayat penyakit non-obstetri untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan ada baik pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali maupun pada ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali. Namun secara statistik hubungan antara riwayat penyakit non-obstetri dengan kejadian komplikasi hanya bermakna pada ibu yang melakukan kunjungan ANC < 4 kali. Nilai risiko pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali (PR = 1,79, 95% CI: 1,141-2,815). Risiko ibu yang memiliki jarak lahir yang jauh untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan ada baik pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali maupun pada ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali. Namun secara statistik, hubungan jarak lahir 4-5 tahun dengan komplikasi hanya bermakna pada ibu yang melakukan kunjungan ANC < 4 kali, sedangkan hubungan jarak lahir ≥6 tahun sama – sama bermakna baik pada ibu yang melakukan kunjungan ANC < 4 kali maupun pada ibu yang melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali. Nilai risiko ibu yang memiliki jarak lahir 4-5 tahun lebih tinggi pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali dibandingkan ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali (PR = 9,41, 95% CI: 1,305-67,878). Nilai risiko ibu yang memiliki jarak lahir ≥ 6 tahun lebih tinggi pada ibu yang memiliki kunjungan ANC < 4 kali dibandingkan ibu yang memiliki kunjungan ANC ≥ 4 kali (PR = 10,81, 95% CI: 1,564-74,727). Hal ini dapat terjadi karena risiko kehamilan yang timbul akibat riwayat komplikasi, riwayat penyakit non-obstetri, jarak lahir yang terlalu jauh, pada ibu yang melakukan kunjungan ANC < 4 kali akan lebih sulit dipantau dan ditangani oleh tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali, yang mana kunjungan ANC < 4 kali memberikan risiko tersendiri terhadap kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan (PR = 1,53, 95% CI: 1,120-2,089). KESIMPULAN Proporsi ibu yang mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan di RSUD Kota Depok tahun 2012 adalah sebesar 32,4% dengan jenis komplikasi terbanyak adalah preeklampis/eklampsi sebesar 30,8% dari total responden yang mengalami komplikasi. Dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan yang signifikan antara gravida = 1 (PR: 1,57, CI: 1,100-2,234), paritas = 1 (PR: 1,46, CI: 1,034-2,057), jarak kelahiran 4-5 tahun (PR: 2,85, CI: 1,330-6,111), jarak kelahiran ≥ 6 tahun (PR: 3,29, CI: 1,651-6,559), cara bersalin (PR: 1,69, CI: 1,237-2,304), riwayat komplikasi pada persalinan lalu (PR: 1,82, CI: 1,2332,686), riwayat penyakit non-obstetri (PR: 1,58, CI: 1,137-2,183), kunjungan ANC (PR: 1,53, CI: 1,120-2,089), dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan di RSUD Depok tahun 2012. Risiko untuk mengalami komplikasi pada ibu yang melakukan kunjungan ANC baik (minimal 4 kali) lebih kecil dibandingkan ibu yang melakukan kunjungan ANC buruk (< 4 kali).
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
•
Pada ibu yang memiliki riwayat komplikasi pada persalinan lalu, jika kunjungan ANC nya baik maka risiko untuk mengalami komplikasi lebih kecil yaitu sebesar 1,64 dan tidak berhubungan signifikan dibanding ibu yang kunjungan ANC nya buruk yaitu sebesar 2,13 dan berhubungan signifikan.
•
Pada ibu yang memiliki riwayat penyakit non-obstetri, jika kunjungan ANC nya baik maka risiko untuk mengalami komplikasi sedikit lebih kecil yaitu sebesar 1,65 dan tidak berhubungan signifikan dibanding ibu yang kunjungan ANCnya buruk yaitu sebesar 1,79 dan berhubungan signifikan.
•
Pada ibu yang memiliki jarak lahir terlalu jauh jika kunjungan ANC nya baik maka risiko untuk mengalami komplikasi jauh lebih kecil yaitu sebesar 2,62 untuk jarak lahir 4-5 tahun dan 2,62 untuk jarak lahir ≥ 6 tahun dibanding ibu yang kunjungan ANC buruk yaitu sebesar 9,41 untuk jarak lahir 4-5 tahun dan 10,81 untuk jarak lahir ≥ 6 tahun.
Dalam penelitian ini ditemukan persentase pasien yang dirujuk dari fasilitas pelayanan primer ke RSUD Depok sangat kecil yakni hanya sebesar 5,5% dari keseluruhan jumlah sampel. SARAN Ibu – ibu hamil khususnya ibu yang memiliki risiko tinggi berupa riwayat komplikasi, riwayat penyakit non-ostetri, dll, harus melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama masa kehamilannya dengan rincian satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Walaupun ibu – ibu yang memiliki risiko tinggi berdasarkan riwayat obstetri terdahulu tetap mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi, tetapi risiko tersebut akan berkurang bila ANC dilakukan minimal 4 kali. Pihak rumah sakit perlu menghimbau ibu – ibu dalam kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk merencanakan jarak kehamilan yang baik yaitu antara 2-3 tahun. Jarak kehamilan lebih dari 3 tahun berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Rumah sakit (terutama rumah sakit pemerintah) berada dalam rantai rujukan dari fasilitas di perifer. Dari hasil penelitian terlihat bahwa angka rujukan ke rumah sakit sangat kecil, maka pihak rumah sakit perlu membangun sistem rujukan yang lebih baik dengan fasilitas pelayanan primer (puskesmas, rumah bersalin, dokter praktik swasta, bidan praktik swasta) yang ada di sekitar wilayah kerja RSUD Depok, baik untuk rujukan pasien maupun
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
rujukan pengetahuan. Hal ini diperlukan supaya rujukan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan primer dapat terjadi dengan efektif dan tepat waktu.
KEPUSTAKAAN Almerie et al. (2010). Obstetric Near Miss and Maternal Mortality in Maternity University Hospital, Damascus, Syria: A Retrospective Study. BMC Pregnancy and Childbirth 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-2393/10/65 Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. (2004). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Badan Pusat Statistik, Macro International, Calverton, Maryland USA. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. (2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Badan Pusat Statistik, Macro International, Calverton, Maryland USA. Benson, Ralph C., & Pernoll, Martin L., (2008). Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Depkes RI. (2004). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWSKIA). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direkorat Kesehatan Keluarga. Jakarta. Huda, Lasmita. (2007). Hubungan Status Reproduksi, Status Kesehatan, Akses Pelayanan Kesehatan dengan Komplikasi Obstetri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 1, No 6, Juni 2007. Jabir et al. (2007). Maternal Miss Near and Quality of Maternal Health Care in Baghdad, Iraq. BMC Pregnancy and Childbirth 2013. http://www.biomedcentral.com/14712393/13/11 Lemeshow, Stanley. (1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies. WHO Maine and McCarthy. (1992). A Framework for Analyzing the Determinant of Maternal Mortality and Morbidity. Studies in Family Planning volume 23 No 1. Manuaba. Ida Bagus. (1999). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Mochtar. (1994). Sipnosis Obstetric, Obstetric Fisiologi, Obsteteric Patologi. Jakarta Nove et al. (2012). Comparing the Odds of Postpartum Haemorrhage in Planned Home Birth Against Planned Hospital Birth: Results of An Observational Study of Over 500.000 maternities in The UK. BMC Pregnancy and Childbirth 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-2393/12/130 Nuraida, Ida. (2012). Gambaran Ibu – Ibu Bersalin dengan Komplikasi Persalinan di RSUD Kota Depok tahun 2011. Skripsi Oxorn, Harry., & Forte, W.R., (2010). Ilmu Kebidanan: Patofisiologi & Fisiologi Persalinan. ANDI Yogyakarta dan Yayasan Essentia Medica (YEM) Yogyakarta. Rohayati, Eti. (2004). Pengaruh Kualitas ANC terhadap Persalinan dengan Komplikasi di Puskesmas Rajagaluh Kab Majalengka tahun 2003. Skripsi Royston, Erica., & Amstrong, Sue., (1989). Preventing Maternal Death. World Health Organization (WHO)
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013
Saifuddin, Abdul Bari. (2001). Buku Acuan Nasioanl: Pelayanan Kesehatan Materna dan Neonatall . Yayasan Bina Pustaka Sarwon Prawirohardjo. Jakarta. Sastrawinata et al. (2003). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Buku Kedoteran. Senewe, Felly P. & Sulistyowati, Nig., (2004). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan Tiga Tahun Terakhir di Indonesia (Analisis Lanjut SKRT 2001). Buletin Penelitian Volume 32, No 2, 2004. Setyawati, Reni. (2004). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan di RSUD Serang Tahun 2003. Skripsi Souza et al. (2007). Appropriate Criteria for Identification of Near-Miss Maternal Morbidity in Tertiary Care Facilities:A Crossectional Study. BMC Pregnancy and Childbirth 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-2393/7/20 Wang et al. (2010). Effects of Caesarean Section on Maternal Health in Low Risk Nulliparous Women: A Prospective Matched Cohort Study in Shanghai, China. BMC Pregnancy and Childbirth 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-2393/10/78 Waterstone et al. (2001). Incidients and Predictors of Severe Obstetric Morbidity: Case Control Study. Bristish Medical Journal Vol 322 (7294), May 5, 2001.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMCC31259/?tool=pubmed World Health Organization (WHO). (2011). World Health Statistic 2011. World Health Organization (WHO) World Health Organization (WHO) et al. (2012). Trends in Maternal Mortality:1990 to 2010 by WHO, UNICEF, UNFPA, and The World Bank Estimates. World Health Organization (WHO). http://www.unfpa.org/mebdav/site/global/shared/documents/publications/2012/Trends_ in_maternal_mortality_A4-1.pdf Wiknjosastro, Hanifa. (1997). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Yulianti, Lia. (2008). Pre-eklampsia Berat di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 3, No 1, Agustus 2008. Yulianti, Yulius. (2002). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan di Rumah Sakit Persahabatan tahun 2001. Skripsi
Faktor–faktor..., Desri Magdalena Purba, FKM UI, 2013