EVALUASI KESESUAIAN FISIK DAN FUNGSI EKOLOGIS RUANG TERBUKA HIJAU LANSKAP CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR
MUTTY EBTESSAM
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau Lanskap Central Bussines District (CBD) Sentul City, Bogor adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada “Daftar Pustaka” skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
MUTTY EBTESSAM A44060038
RINGKASAN MUTTY EBTESSAM. Evaluasi Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau pada Lanskap Central Business District (CBD) di Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh ALINDA F. M. ZAIN. Peningkatan populasi dalam kawasan perkotaan mengakibatkan tingginya permintaan akan area pemukiman. Maka kota-kota satelit dibangun dengan menawarkan berbagai tipe rumah tinggal, seperti BSD City, Kota Baru Parahyangan, dan Sentul City. Kota satelit menyediakan area perdagangan utama yang komersial dengan banyak bangunan-bangunan fasilitas umum seperti tempat beribadah, pertokoan, dan perkantoran. Selain itu, kota satelit mempunyai sarana rekreasi, pedestrian dan area parkir yang luas. Sekumpulan area itu sering disebut dengan nama Central Business District (CBD). Pada umumnya CBD memiliki kondisi fisik berupa aksesibilitas, sirkulasi, area parkir, dan bangunan. Selain itu, CBD memiliki sekumpulan vegetasi atau RTH yang berfungsi estetik. Namun kondisi RTH CBD secara fisik dan ekologis masih belum diketahui kesesuaiannya. Maka pada penelitian ini dilakukan evaluasi yang berhubungan dengan kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH terhadap fungsinya sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Penilitian dilaksanakan pada kawasan kota satelit Sentul City, karena memiliki RTH yang sudah dinilai sesuai secara estetik dan mendapatkan rekor MURI, namun belum diketahui kesesuaiannya secara fisik dan ekologis. Analisis yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif dan spasial. Analisis deskriptif digunakan untuk menentukan kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH (pohon). Terdapat tujuh kriteria standar untuk kesesuaian fisik dan fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Tujuh kriteria standar tersebut adalah kerapatan ideal 75% - 85%, pohon tinggi >15m, daerah bebas cabang yang cukup rendah, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, morfologi daun, ditanam beberapa baris, dan orientasi penanaman pohon. Serta enam kriteria standar untuk kesesuaian fisik dan fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Enam kriteria standar tersebut adalah berdaun tebal, rindang, dan evergreen, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan tidak beraturan, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, bermassa daun padat,sempit/tebal, morfologi daun, dan orientasi penanaman pohon. Analisis spasial digunakan untuk membedakan area pepohonan yang sesuai (4), cukup sesuai (3), kurang sesuai (2) atau tidak sesuai (1) dengan standar fungsi ekologis pohon. Evaluasi merupakan tahapan selanjutnya dengan menggunakan metode penilaian berdasarkan persentase pembobotan sebagai berikut; sesuai (≥81%), cukup sesuai (61% - 80%), kurang sesuai (41% - 60%), dan tidak sesuai (≤ 40%). Penilaian pada tahapan analisis dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan nilai aktual yang diperoleh berdasarkan kondisi eksisting di lapang dengan kualitas standar berdasarkan para ahli tanaman dan kondisi fisik. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi untuk kesesuain fisik RTH pada Marketing Office dan Plaza Niaga 1 dinyatakan kurang sesuai untuk mereduksi angin dan mengontrol radiasi matahari. Pada RTH Graha Utama dan Graha Madya serta Taman Budaya dan Alam Fantasia dinilai cukup sesuai sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. kemudian untuk fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin area Marketing Office dinilai
kurang sesuai (55%), Plaza Niaga 1 dinilai kurang sesuai (53%), Graha Utama dan Graha Madya dinyatakan cukup sesuai (70%), serta Taman Budaya dan Alam Fantasia dinilai cukup sesuai (64%). Sedangkan untuk fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari Marketing Office dinilai cukup sesuai (78%), Plaza Niaga 1 dinilai cukup sesuai (79%), Graha Utama dan Graha Madya dinilai cukup sesuai (80%), serta Taman Budaya dan Alam Fantasia dinilai cukup sesuai (78%). Selanjutnya tahapan sintesis yang menghasilkan suatu rekomendasi mengenai kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH pada empat kawasan CBD, Sentul City. Selain itu, rekomendasi juga berkaitan dengan identifikasi dan analisis karakteristik pohon terhadap fungsi ekologisnya berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Terdapat tiga macam rekomendasi yaitu rekomendasi RTH (pohon) sebagai pereduksi angin, rekomendasi RTH (pohon) sebagai pengontrol radiasi matahari, serta rekomendasi modifikasi angin dan radiasi matahari. Hasil rekomendasi berupa deskriptif dalam bentuk uraian maupun gambar.
® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
EVALUASI KESESUAIAN FISIK DAN FUNGSI EKOLOGIS RUANG TERBUKA HIJAU LANSKAP CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR
MUTTY EBTESSAM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Evaluasi Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau Lanskap Central Business District (CBD) Sentul City, Bogor Nama : Mutty Ebtessam NRP : A44060038 Departemen : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, M.Si NIP: 19660126 199103 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP: 19480912 197412 2 001
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Mutty Ebtessam, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Untung Suropati dan Munandiah. Penulis mengawali pendidikan formalnya dengan lulus pada tahun 1998 dari jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 07 Jakarta Selatan dan SD negeri 03 Pulo Asem Jakarta Timur. Pada tahun 2003, penulis menamatkan pendidikan jenjang menengah pertamanya di SLTP Negeri 92 Perhubungan Jakarta Timur. Kemudian tahun 2006 penulis lulus dari jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 36 Perhubungan Jakarta Timur. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Selama
perkuliahan
penulis
aktif
mengikuti
keorganisasian
dan
kepanitiaan. Penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) selama dua tahun sebagai pengurus Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM). Serta menjadi asisten pada mata kuliah Analisis Tapak (ARL 310) di Departemen Arsitektur Lanskap.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan atas karunia dan hidayah yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Evaluasi Fungsi Ekologis RTH lanskap Central Business District (Studi Kasus: Sentul City, Bogor). Skripsi ini merupakan hasil dari suatu penelitian yang telah dilakukan oleh penulis guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan berupa pemikiran, tenaga, waktu, serta dana. Maka penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada 1. Kedua orang tua, Ibu (Munandiyah) dan Bapak (Untung Suropati) atas dukungan moral dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis; 2. Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, M.Sc selaku dosen pembimbing penelitian, skripsi dan akademik yang senantiasa memberikan dukungan, dorongan, pemikiran dan perbaikan hingga terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik; 3. Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Dr.Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran hingga terbentuknya skripsi ini; 4. Bapak Adrian selaku direktur perencanaan dan desain Sentul City yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sentul City; 5. Ibu Baby, Mas Rizki, dan Mas Anggi selaku pengelola lanskap Sentul City yang telah membantu dalam pencarian data primer dan data sekunder; 6. Adik penulis (Iqbal) dan para sanak saudara; 7. Sahabat seperjuangan bimbingan (Amindut, Chan-chan, dan Biji) yang telah bersama-sama turun lapang dan menyusun skripsi; 8. Sahabat seperjuangan Sentul Mania (Komti, Putri, Kempoy, Freshtea, dan Galih) yang telah membantu dalam pengambilan data primer; 9. Sahabat Tengtongers 43 (Raja Ronald Armis, Juniar Adi Nugraha, Novi Zulfiyanita, Nining Irianti, Jibril Susanto, Sumantris Indri, Anita Desianti,
Chandra Nurnovita, Andhika Galih, Nur Azmi, Fitriyana budiwati, Sahlan, Ray Agung Sucika Pratama, Balqis Nailufar, Prita Indah, Junatan Muakhor, Trista Prasidya Wegangsulangjani, Wemby Novitasari, Annisa Elok, Rina Dwica Desyana, Ziffy Hilya Aniqa, Nur Rahmaan Colorado, Priambudi Trie Putra, Tri Utomo Zaelan Noviandi, Putri Wulandari, Perthy Astria, Presti Ameliawati, Yudha Kartana, Benediktus Endy, Hanni Adriani, Agnes Kristandi, Mahmud Harris, Esti Budiarti, Lipur Listyarini, Tati Supartini, Maria Agustina Kaka, Dewa Ayu Sendy, Irvan Nugraha, Dedi Ruspendi, Dicky Hartanto, Moh Sanjiva Revi, Wiwiek Dwi Serlan, Rani Anggraeni, Vina Pratiwi, Cici Nurfatimah, Florenthius Agung, Sugiarto, Rido Monthazeri, Sakina Intan, Dian Khaerunnisa, Yogi Ismet, Purwanti Lukmaniah, Sistri Puwasti Hesa, Yumi Rahmi, Kukuh Widodo, Rosyidamayanti, Dessy Silitonga, Pratitou Arafat, dan Nurika Naulie Faizah); 10. Sahabat Yasminers (Mei, Imel, Mb Arrin, Puworjo, Tami, Fuji, Rekha, Tika, Anjar, Saidah, Bapo-ex dan sepupunya); 11. Sahabat perjuangan hidup dari SMP-SMA (Dwi, Ruth, Qonay, Tia, Fauzaiah, Aulia, Widya, Gita, Mia, Endah, Sapi). Penulis senantiasa menerima kritik dan saran demi kelancaran dan kesempurnaan penelitian dan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Desember 2010
Mutty Ebtessam
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2 1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2 1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Bussines District (CBD) .................................................................. 4 2.2 Fungsi Ekologis Tanaman dalam Lanskap ................................................... 4 2.3 Modifikasi Angin dalam Lanskap ................................................................. 6 2.4 Modifikasi Radiasi Matahari dalam Lanskap ............................................... 8 2.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH) ...................................................................... 10 2.6 Evaluasi ....................................................................................................... 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi .............................................................................. 13 3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................ 14 3.3 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 14 3.3.1 Persiapan ........................................................................................... 15 3.3.2 Inventarisasi ...................................................................................... 15 3.3.3 Analisis ............................................................................................. 16 3.3.4 Evaluasi ............................................................................................. 19 3.3.5 Sintesis .............................................................................................. 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas .................................................................... 21 4.2 Topografi ..................................................................................................... 24 4.3 Iklim ............................................................................................................ 24 4.4 Tanah ........................................................................................................... 25 4.5 Vegetasi ....................................................................................................... 25 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis ....................................................................................................... 27 5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin .............................. 27 5.1.2 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari .......... 36 5.1.3 Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari ............................. 43 5.2 Evaluasi ...................................................................................................... 48 5.2.1 Evaluasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin ............................. 48
5.2.2 Evaluasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari .......... 52 5.2.3 Evaluasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari............................. 56 5.3 Sintesis........................................................................................................ 60 5.3.1 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin ..................... 60 5.3.2 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari .. 64 5.3.3 Rekomendasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari..................... 69 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ..................................................................................................... 70 6.2 Saran ........................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74 LAMPIRAN .......................................................................................................... 76
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Nilai Albedo untuk Vegetasi dan Perkerasan .................................................. 5
2.
Jenis, Interpretasi, dan Sumber Data yang Diperlukan ................................. 16
3.
Kriteria Penilaian Fungsi Ekologis Pohon .................................................... 18
4.
Persentase Pembobotan Penilaian ................................................................. 19
5.
Suhu dan Kelembaban Tahun 2009 ............................................................... 25
6.
Status Kesuburan Tanah ................................................................................ 25
7.
Jenis dan Jumlah Pohon Pada 4 Area CBD ................................................... 26
8.
Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin ......................... 27
9.
Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pereduksi Angin ............................................................................................................. 34
10. Penilaian Kriteria Standar Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari ............................................................................................ 36 11. Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari di Empat Area CBD Sentul City ....................................... 42 12. Data Analisis Kecepatan Angin Berdasarkan Skala Beaufort ....................... 47 13. Data Analisis Pengukuran Suhu dengan Thermohygrometer ........................ 48 14. Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pereduksi Angin Pada Empat Lokasi CBD .. 51 15. Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pengontrol Radiasi Matahari Pada Empat Lokasi CBD ................................................................................................... 55
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 3
2.
Diagram Kecepatan Angin dengan Pohon ...................................................... 6
3.
Diagram Kecepatan Angin dengan Dinding.................................................... 7
4.
Radiasi Matahari Membentuk Garis Lurus ..................................................... 8
5.
Neraca Radiasi Matahari ................................................................................. 9
6.
Radiasi Cahaya Tampak dan Inframerah ........................................................ 9
7. 8.
Vegetasi Mengontrol Radiasi Matahari dan Memberikan Manfaat Kepada Manusia ........................................................................................................... 10 Peta Lokasi Penilitian .................................................................................... 13
9.
Bagan Tahapan Penilitian .............................................................................. 14
10. Peta Lokasi Sentul City ................................................................................. 21 11. Peta Letak dan Aksesibilitas Marketing Office ............................................. 22 12. Peta Letak dan Aksesibilitas Plaza Niaga 1 .................................................. 23 13. Peta Letak dan Aksesibilitas Graha Utama dan Graha Madya ...................... 23 14. Peta Letak dan Aksesibilitas Taman Budaya dan Alam Fantasia ................. 24 15. Penanaman Pohon Pada Bagian Utara Marketing Office............................... 29 16. Penanaman Pohon Pada Bagian Selatan Plaza Niaga 1 ................................ 30 17. Penanaman Pohon Pada Graha Utama dan Graha Madya ............................. 32 18. Penanaman Pohon Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia ........................ 34 19. Bentuk Tajuk Pohon ...................................................................................... 37 20. Pepohonan Mereduksi Kecepatan Angin ..................................................... 47 21. Suhu Lebih Rendah Pada Naungan Pohon ................................................... 48 22. Pohon Sebagai Pelindung Manusia dan Bangunan dari Angin ..................... 57 23. Foto Area Parkir dan Sirkulasi Marketing Office .......................................... 57 24. Foto Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Plaza Niaga I ............................ 58 25. Foto Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Graha Utama, Graha Madya ..... 59 26. Foto Area Parkir dan Sirkulasi Taman Budaya dan Alam Fantasia .............. 60 27. Pohon Tinggi dapat Mereduksi Angin dengan Baik .................................... 61 28. Pohon dengan Daerah Bebas Cabang yang Rendah ...................................... 61 29. Pohon yang Dipadukan dengan Semak ......................................................... 62
30. Rekomendasi Orientasi Penanaman Pohon ................................................... 62 31. Penanaman Pohon yang Rapat, Tajuk Bersinggungan, dan Kontinu ............ 64 32. Pohon Berdaun Padat dapat Mengurangi Radiasi Matahari Lebih Baik ....... 65 33. Orientasi Penanaman Pohon Terhadap Arah Datang Radiasi Matahari ........ 66 34. Rekomendasi Perlindungan dari Angin ......................................................... 67 35. Rekomendasi Perlindungan dari Radiasi Matahari ....................................... 68 36. Rekomendasi untuk Memodifikasi Angin dan Radiasi Matahari.................. 69
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Skala Beaufort ............................................................................................... 77
2.
Luas RTH Pada Empat Kawasan CBD Sentul City ...................................... 78
3.
Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Marketing Office ............................ 80
4.
Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Plaza Niaga I .................................. 81
5.
Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Graha Utama dan Graha Madya .... 82
6.
Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Taman Budaya dan Alam Fantasia 83
7.
Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Marketing Office .... 84
8.
Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Plaza Niaga I .......... 85
9.
Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Graha Utama dan Graha Madya ................................................................................................. 86
10. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Area Taman Budaya dan Alam Fantasia ............................................................................ 87 11. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Pada Marketing Office ............................................................................................ 88 12. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Pada Plaza Niaga I ...... 89 13. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Pada Graha Utama dan Graha Madya........................................................................................... 90 14. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Pada AreaTaman Budaya dan Alam Fantasia ............................................................................ 91
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Simonds, 1983) menerangkan bahwa suatu kota idealnya memiliki suatu
kompleks kota yang terdiri atas blok pemerintahan, distrik, wilayah kegiatan bisnis, blok gedung perkantoran, pusat kebudayaan, blok kegiatan hiburan dan tempat perdagangan utama. Berdasarkan hal itu, kota memiliki fasilitas yang beragam dan lengkap dalam memenuhi kebutuhan manusia seperti fasilitas pemukiman,
pendidikan,
perdagangan,
perkantoran,
pusat-pusat
bisnis,
pemerintahan dan rekreasi. Menurut Ekcbo (1964), dalam sebuah kota terjadi kegiatan utama yang bukan pertanian, dengan susunan fungsinya sebagai tempat pemukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung, yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut, yang meliputi; keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan (Tim Departemen ARL Faperta IPB). Berdasarkan pernyataan diatas, RTH kota dapat berfungsi secara ekologis dan estetik dalam kawasan perkotaan dengan berbagai fasilitas yang dimilikinya. Salah satu fasilitas terpenting dalam suatu kota adalah area perdagangan atau lebih dikenal dengan sebutan Central Business District (CBD). Central Business District merupakan kawasan bisnis komersial pada pusat kota yang meliputi pertokoan, perkantoran dengan gedung-gedung tinggi, restoran, mal, bioskop serta sirkulasi jalan besar yang memudahkan keluar dan masuk kawasan tersebut. Pada umumnya kawasan CBD terdiri dari banyak bangunan dan perkerasan dengan beberapa tanaman hias yang membentuk RTH. RTH tersebut direncanakan dengan memperhatikan penanaman vegetasi yang estetik dan sedikit memperhatikan fungsi ekologisnya. Menurut Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki
2
fungsi utama yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Karena itu, diperlukan suatu evaluasi yang berkaitan dengan kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH lanskap CBD. Indikator kesesuaian fisik dan fungsi ekologis berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Agar terbentuk suatu
lanskap CBD yang tidak hanya estetik tetapi juga ekologis, serta
memberikan kenyaman dan keamanan pada penggunanya. Salah satu kawasan CBD yang sedang berkembang terletak pada kota satelit Sentul City, Bogor. Kawasan tersebut secara estetik sudah dinilai sesuai namun secara fisik dan ekologis belum diketahui kesesuaiannya maka dilakukan evaluasi yang berkaitan dengan kesesuaian fisik dan fungsi ekologis.
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk mengevaluasi kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH pada kawasan CBD, Sentul City. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pohon pada kawasan CBD, Sentul City yang berkaitan dengan fungsi ekologisnya berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari.
1.3 Manfaat Penelitian Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa mengetahui tingkat kesesuaian fisik dan fungsi ekologis pohon pada lanskap CBD, Sentul City. Studi ini juga bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengembang Sentul City dalam membuat perencanaan yang berkaitan dengan fisik dan fungsi ekologis RTH khususnya pohon.
1.4 Kerangka Pikir Terjadinya peningkatan populasi manusia pada kawasan urban lanskap menyebabkan tingginya permintaan terhadap area permukiman. Maka muncul lah beberapa kota satelit seperti BSD City, Kota Baru Parahyangan, dan Sentul City. Penelitian ini dilakukan pada kota satelit Sentul City karena memiliki RTH yang sudah dinilai sesuai secara estetik dan mendapatkan rekor MURI, namun belum
3
diketahui kesesuaiannya secara fisik dan ekologis. Kawasan Sentul City memiliki berbagai fasilitas yang dapat mendukung berbagai kegiatan seperti fasilitas perdagangan, perkantoran, dan rekreasi atau hiburan. Fasilitas tersebut sering disebut dengan nama Central Business District (CBD). Kawasan CBD mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat mendukung kesesuaian fisik dan fungsi ekologis area tersebut. Kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH yang dimaksud dalam studi ini adalah yang berkaitan dengan angin dan radiasi matahari. Dengan kata lain, RTH yang berfungsi sebagai pereduksi angin dan pengontrol
radiasi
matahari.
Kedua
aspek
tersebut
dianalisis
dengan
membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar berdasarkan literatur. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah mengevalusi hasil analisis. Hasil yang dinyatakan tidak sesuai maupun sesuai dengan kriteria standar akan diberikan rekomendasinya, sebagai bahan pertimbangan penanaman pohon dimasa datang. Sentul City
Kota Satelit
Urban Lanskap
CBD Ruang Terbuka Hijau
Fungsi Ekologis
Kesesuaian Fisik
Pereduksi Angin Pengontrol Radiasi Matahari Kriteria Standar Evaluasi
Tidak Sesuai dengan Kriteria Standar
Sesuai dengan Kriteria Standar
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi. Salah satu sarana di perkotaan adalah CBD yang terletak di pusat kota dengan berbagai fasilitas kota serta jalur sirkulasi utama yang memudahkan pengguna keluar dan masuk kawasan CBD. Kawasan CBD mempunyai karakteristik sebagai area perdagangan utama yang komersial dengan banyak bangunan-bangunan fasilitas umum seperti tempat beribadah, pertokoan, perkantoran, hotel atau penginapan. Selain itu, dalam kawasan CBD juga terdapat tempat rekreasi, alun-alun kota, pedestrian dan area parkir yang luas. Lanskap sebagai bagian dari kawasan CBD mempunyai keterikatan dan peranan yang besar untuk mendukung segala aktivitas yang berlangsung di dalam kawasan ini. Kehadiran lanskap pada suatu kawasan CBD disamping mendukung aktivitas juga dapat memenuhi kebutuhan rekreasi bagi masyarakat di sekitarnya. Menurut Simonds (1983), lanskap pada kawasan CBD biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) Daerah untuk pejalan kaki, 2) Jalur sirkulasi, dan 3) Ruang terbuka, dimana ruang terbuka dibagi menjadi dua yakni: 1) Ruang terbangun dan 2) Ruang terbuka hijau.
2.2 Fungsi Ekologis Tanaman dalam Lanskap (Soemarwoto, 1994) mengartikan ekologi sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Pada penelitian Harti (2004), menjelaskan bahwa secara umum pengaruh komponen vegetasi akan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penurunan suhu udara sekitarnya apabila lingkungan memiliki vegetasi yang rapat dan padat, sedangkan untuk lingkungan dengan dominasi perkerasan dan tanah serta aktivitas kendaraan yang ramai menyebabkan kondisi selang suhu lingkungan memiliki sebaran suhu
5
udara tinggi. Tanaman sebagai salah satu ruang luar yang utama dapat difungsikan untuk merakayasa lingkungan sehingga dapat menyamankan gedung, mereduksi kebisingan di sekitar sumber bunyi, mengurangi pencemaran udara sekitarnya, mengarahkan sirkulasi dan melembutkan lingkungan luar (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan tanaman memberikan kenyamanan dengan perbaikan iklim mikro. Menurut Robinette (1993), vegetasi dapat mengontrol pengaruh sinar matahari dengan cara : (1) Menyaring radiasi langsung dari sinar matahari, (2) Permukaan tanah mengalami perbedaan suhu setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang berbeda, (3) Melalui penahan radiasi matahari secara keseluruhan, (4) Melalui radiasi yang dipantulkan. Maka dengan pengaturan sinar matahari yang datang dapat memberikan rasa nyaman bagi pengguna tapak dan tidak memberikan efek silau jika sinar matahari terpantul oleh perkerasan pada area CBD, yang pada umumnya banyak perkerasan dan bangunan. Terdapat suatu perbandingan radiasi yang dipantulkan oleh suatu benda dengan radiasi yang datang pada benda tersebut dalam (%) disebut albedo. Tabel 1 Nilai Albedo untuk Vegetasi dan Perkerasan Vegetasi Rumput Padang Rumput Lapangan Hijau Vegetasi Berkayu Hutan Semak Hutan Pohon Berjarum Hutan Rawa Perkerasan Aspal Beton Batubata Batu Atap Beraspal dan Kerikil Genteng Atap Atap Batu Atap Ilalang Besi Berombak Cat Putih Cat Merah, Cokelat, Hijau Cat Hitam
Albedo (%) 20-30 10-30 3-15 5-20 10-20 5-16 12 5-15 10-50 20-50 20-35 8-18 10-35 10 15-20 10-16 50-90 20-35 2-15
Sumber: Brown dan Gillespie (1995)
Berdasarkan (Tabel 1) semakin terang warna suatu permukaan, semakin kering dan permukaan halus maka semakin besar nilai albedonya. Hal sebaliknya terjadi bila permukaan banyak mengandung uap air, berwarna gelap dan
6
permukaan kasar atau bergelombang maka makin kecil nilai albedo, yang menandakan indikator radiasi banyak mengalami absorpsi atau penyerapan. Pada permukaan tanaman mempunyai nilai albedo yang rendah. Hal tersebut menandakan bahwa tanaman dapat menyerap radiasi dengan baik.
2.3 Modifikasi Angin dalam Lanskap Angin adalah elemen mikroklimat yang dapat dimodifikasi secara signifikan oleh komponen lanskap dan juga berpengaruh kuat terhadap kenyamanan suhu manusia, pemakaian energi pada bangunan atau gedung serta banyak lagi lainnya dalam lanskap (Brown dan Gillespie, 1995). Angin mempunyai suatu karakteristik diantaranya adalah : (1) Bergerak dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah, (2) Hampir semua kandungan dari angin adalah gas, maka normalnya angin tidak dapat dilihat, (3) Jika kelembaban udara lebih kering dari kulit manusia maka sejumlah angin akan berevaporasi dari kulit dan angin akan masuk ke dalam kulit yang akan menimbulkan efek sejuk, (4) Jika suhu udara lebih dingin dari suhu kulit manusia maka panas akan dipindahkan ke udara dan kulit akan terasa lebih dingin. Menurut Geiger dalam Brown dan Gillespie (1995), banyak objek lanskap yang dapat mempengaruhi angin, pengaruhnya berupa : (1) Mengurangi kecepatan angin, (2) mengalihkan arah angin, dan (3) meningkatkan kecepatan angin. Sedangkan menurut Brooks (1988), vegetasi dapat mengontrol atau memodifikasi angin dengan cara menghalangi, memecah, mengalihkan, dan mengarahkan.
Gambar 2 Diagram Kecepatan Angin dengan Pohon (Sumber: Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995)
7
Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa beberapa molekul angin naik ke atas melewati pohon, lewat diantara daun dan ranting, kemudian terhenti oleh pohon. Menurut Dahlan (1992), agar tanaman dapat berfungsi sebagai penahan angin yang baik diperlukan beberapa syarat, diantaranya: (1) Memiliki dahan yang kuat dan cukup lentur, (2) Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin, (3) Tajuk tidak terlalu rapat dan terlalu jarang, (4) Kerapatan ideal 75% - 85%, (5) Tinggi tanaman harus cukup, (6) Jalur tanaman yang cukup tebal agar dapat menahan angin dengan baik, (7) Mempunyai perakaran yang kuat, banyak serta masuk ke dalam tanah, (8) Mempunyai daerah cabang yang cukup rendah sehingga angin tidak dapat menerobos dari bawah. Menurut Grey dan Denekke (1978), vegetasi dapat mengontrol angin dengan kriteria sebagai berikut; morfologi daun (tebal, bentuk jarum) dan jarak tanam yang rapat. Karena itu pohon merupakan elemen lanskap yang paling efektif dalam memodifikasi kecepatan dan arah angin dibandingkan elemen lainnya. Elemen lain tersebut dapat diilustrasikan dengan tembok yang berketinggian 2m dari tanah yang disajikan dalam diagram pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram Kecepatan Angin dengan Dinding (Sumber: Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995) Berdasarkan ilustrasi di atas, tembok merupakan barrier yang bersifat impermeable. Ketika itu, pola kecepatan angin yang datang membentuk suatu area kecil dari penurunan kecepatan angin tetapi jarak penurunannya terlalu luas (Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995). Pada area perkotaan ketinggian gedung-gedung dapat menahan angin dengan pergerakan angin yang lebih cepat pada level yang tinggi dan mengarahkannya ke permukaan tanah. Angin ini
8
menjadi sangat tidak menyenangkan karena dekat dengan pintu masuk gedung dan mengakibatkan tingginya suhu dingin di pedestrian saat musim dingin. Salah satu solusi yang mungkin dalam masalah ini adalah dengan membelokkan angin sebelum sampai ke permukaan tanah (Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995).
2.4 Modifikasi Radiasi Matahari dalam Lanskap Radiasi merupakan perpindahan energi berupa rambatan gelombang elektromagnetik tanpa membutuhkan medium perantara. Matahari adalah sumber energi utama bagi atmosfer, lautan, dan semua benda hidup yang ada di bumi (Turyanti dan Effendy, 2006). Menurut Brown dan Gillespie (1995), radiasi melintas dalam garis lurus, garis pararel dan tidak bergelombang sampai radiasi tersebut ditangkap atau dipantulkan oleh suatu benda. Radiasi matahari langsung yang melintas dalam garis pararel lurus dan dapat membentuk bayangan yang dapat diprediksi, terlihat dalam Gambar 4.
Gambar 4 Radiasi Matahari Membentuk Garis Lurus (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995) Terdapat neraca radiasi matahari yang menerangkan bahwa, dari 100% radiasi matahari yang datang hanya 46% yang sampai secara langsung ke permukaan bumi, 6% yang dipantulkan permukaan, 19% diserap udara (uap air, debu, ozon), 4% diserap awan, 17% dipantulkan awan dan 8% dipantulkan oleh
9
udara. (Turyanti dan Effendy, 2006). Neraca radiasi matahari disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5 Neraca Radiasi Matahari (Sumber: Turyanti dan Effendy, 2006) Gambar 6 menerangkan mengenai bayangan yang terbentuk dari pohon berdaun lebat yang mengandung sangat sedikit radiasi cahaya tampak dan banyak mengandung radiasi cahaya inframerah yang bermanfaat dalam input energy budget. Hal ini terjadi karena daun banyak menyerap dan menggunakan cahaya tampak untuk pertumbuhannya tetapi banyak memantulkan dan meneruskan cahaya inframerah yang tidak dibutuhkannya (Brown dan Gillespie, 1995).
Gambar 6 Radiasi Cahaya Tampak dan Inframerah (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995)
10
Menurut Dahlan (1992), suhu udara pada area pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi tanaman. Karena daun dapat memantulkan sinar infra merah sebesar 70% dan cahaya tampak sekitar 6% - 12%. Cahaya hijau adalah cahaya tampak yang paling banyak dipantulkan oleh daun yakni sebesar 10% - 20%, tergantung dari warna daun dan morfologi daun. Sedangkan cahaya jingga dan merah adalah cahaya yang paling sedikit dipantulkan oleh daun yaitu 3% - 10%. Terdapat 70% cahaya yang masuk ke dalam jaringan mesofil yang akan diserap oleh kloroplas. Sinar Ultra-Violet paling sedikit dipantulkan oleh daun yakni sebesar 3%. Sinar yang diserap dengan baik oleh daun adalah sinar infra merah yakni sebesar 97%. Terdapat empat strategi dasar untuk mengontrol radiasi matahari dengan menggunakan vegetasi yaitu dengan cara admission, menghalangi, menyerap, dan memantulkan. Vegetasi menghasilkan bayangan, menangkap dan menyerap 60% - 90% radiasi matahari yang datang. Karena itu suhu permukaan tanah yang ternaungi vegetasi dapat dikurangi dengan mudah oleh bayangan vegetasi tersebut (Brooks, 1988). Menurut Grey dan Denekke (1978), daun dapat menangkap, memantulkan, menyerap, dan meneruskan radiasi matahari yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Vegetasi Mengontrol Radiasi Matahari dan Memberikan Manfaat Kepada Manusia (Sumber: Grey dan Denekke,1978) 2.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaan RTH (fungsi ekologis, sosial, ekonomi dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek lingkungan) tidak hanya dapat meningkatkan kualitas lingkungan untuk
11
kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola, struktur, bentuk dan distribusinya
harus
menjadi
pertimbangan
dalam
membangun
dan
mengembangkan RTH kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum). Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruangruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung, yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu: (1) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung), (2) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi dua yaitu: (1) bentuk RTH kawasan, (2) bentuk RTH jalur. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi lima:(1) RTH kawasan perdagangan, (2) RTH kawasan perindustrian, (3) RTH kawasan permukiman, (4) RTH kawasan pertanian, dan (5) RTH kawasan-kawasan khusus (Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum
2.6 Evaluasi Menurut Napisah (2009), evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langka-langkah alternatif perbaikan untuk mengurangi kelemahan tersebut. Napisah juga menambahkan bahwa kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan suatu standar dengan diikuti pemberian saran untuk perbaikan dalam kegiatan selanjutnya. (Hidayah, 2010) Untuk keberhasilan evaluasi terdapat empat hal yang perlu dilakukan diantaranya desain data, pengumpulan data, analisis data, dan presentasi.
12
1. Desain data adalah pendefinisian dengan jelas mengenai tujuan evaluasi, pertanyaan apa yang harus dijawab, informasi apa yang dibutuhkan, bagaimana cara pengumpulannya, dan bagaimana menggunakan informasi tersebut. 2. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yagn benar dan akurat yang mendukung pencapaian hasil evaluasi harus dikumpulkan. Untuk itu, perlu diketahui apakah informasi tersebut memang tersedia dan bagaimana cara memperolehnya, siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan wawancara dengan para karyawan kunci, meninjau kebijakan dan prosedur, dan memastikan bahwa data akan tersedia untuk diakses. 3. Informasi yang telah didapat dan dikumpulkan tidak memiliki arti apa-apa sepanjang belum dianalisis dan diinterpretasikan sehingga dapat menjadi bahan pendukung dalam membuat simpulan hasil evaluasi. Dengan analisis, evaluator akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait. 4. Presentasi adalah pengidentifikasian temuan dan rekomendasi yang oleh evaluator perlu didiskusikan dengan pihak lain untuk mendapatkan masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan hasil-hasil analisis.
13
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan CBD yang diteliti yaitu Marketing Office, Plaza Niaga 1, Graha Utama dan Graha Madya serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2010,serta penyusunan hasil studi sampai bulan Desember 2010. Keterangan: 1 = Marketing Office 2 = Plaza Niaga 1 3 = Graha Utama, Graha Madya 4 = Taman Budaya Alam Fantasia
Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: www.googlemaps.com)
14
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta Sentul City (PT. Sentul City Tbk.), citra satelit (googlemaps.com), data titik pohon (Global Possitioning System, GPS), dan data iklim Sentul City (Stasiun BMKG Dramaga). Alat yang digunakan yaitu GPS e-Trex Summit HC, kamera digital, Thermohygrometer, dan Personal Computer (PC) Compaq S550 Pentium 4, dengan beberapa program pendukung, diantaranya AutoCAD 2006, ArcView GIS 3.2, Adobe Photoshop CS3, Microsoft Word 2007, dan Microsoft Excel 2007.
3.3 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan tersaji dalam bagan tahapan penelitian pada Gambar 9. CBD, Sentul City Ruang Terbuka Hijau
Kesesuaian Fisik
Fungsi Ekologis Pohon
Pereduksi Angin Pengontrol Radiasi Matahari
Inventarisasi
Membandingkan Kondisi Aktual dengan Standar Literatur Mengolah Data dengan Arc View Evaluasi
Sesuai dengan Kriteria Standar
Analisis & Evaluasi Tidak Sesuai dengan Kriteria Standar
Rekomendasi
Gambar 9 Bagan Tahapan Penelitian
Sintesis
15
3.3.1 Persiapan Pada tahapan ini yang dilakukan adalah penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, pengumpulan dan pemilihan data sekunder dari berbagai studi pustaka atau penelitian sebelumnya mengenai evaluasi fungsi ekologis RTH, kriteria pohon sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari serta perkiraan biaya penelitian. Kemudian dilakukan persiapan administrasi dan keperluan penelitian seperti, surat perizinan pada lokasi penelitian, yaitu PT. Sentul City Tbk.
3.3.2 Inventarisasi Tahapan inventarisasi kondisi tapak dilakukan dengan cara studi literatur dan survei lapang untuk mengetahui kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH lanskap CBD yang eksisting. Tahapan ini ditujukan untuk mendapatkan data yang diperlukan, terdapat dua jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh saat melakukan survei lapang yang meliputi pengamatan kecepatan angin dengan Skala Beaufort, pengambilan data suhu dengan Thermohygrometer, mengidentifikasikan karakteristik pohon, mengamati kondisi fisik, pengambilan gambar atau foto dan pemetaan pohon dengan GPS pada kawasan CBD Sentul City. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, penelitian sebelumnya dan pihak pengembang Sentul City. Terdapat pula data spasial berupa peta yang diperoleh dari pihak pengembang CBD Sentul City dan pemetaan pohon kawasan CBD berdasarkan GPS. Data primer dan data sekunder mengenai kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH khususnya pohon pada lanskap CBD Sentul City terhadap angin dan radiasi matahari yang diperoleh akan dibandingkan dengan standar berdasarkan studi literatur. Hasil perbandingan tersebut akan menghasilkan suatu data yang dapat dianalisis secara deskriptif dan spasial. Data spasial yang diperoleh akan dibandingkan secara spasial pada tiap lokasi RTH lanskap CBD Sentul City, dengan begitu akan terlihat perbedaan antara kawasan yang ditumbuhi vegetasi atau RTH dengan kawasan terbangun seperti perkerasan dan bangunan. Selain itu, akan terlihat dominasi tanaman pada RTH lanskap CBD yang dapat dinilai fungsi ekologisnya dari segi pereduksi angin dan pengontrol
16
radiasi matahari. Data spasial tersebut akan menghasilkan suatu peta yang dapat dianalisis secara spasial. Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan data primer maupun sekunder dan berbagai informasi yang dapat mendukung penelitian. Secara rinci jenis data, interpretasi data dan sumber data inventarisasi disajikan pada Tabel 2. Table 2 Jenis, Interpretasi, dan Sumber Data yang Diperlukan Aspek
No
Jenis Data
Interpretasi Data Jumlah, jenis, dan lokasi pohon
1.
Peta RTH CBD
2.
Foto/gambar pohon
Kondisi fisik pohon
3.
Angin
Kecepatan dan arah angin
4.
Radiasi Matahari
Suhu
5.
Peta Sentul City
Batas CBD
6.
Iklim
Data Primer
Data Sekunder
7. 8. 9.
Data standar fungsi ekologis pohon Data standar kesesuaian fisik Topografi, kondisi tanah
Kecepatan angin, radiasi matahari, suhu, dan RH pemecah angin dan pengontrol radiasi matahari Aksesibilitas, sirkulasi, area parkir, bangunan Kesesuaian dengan tanaman
Sumber Data Lapang (pemetaan dengan GPS) Lapang (pengambilan foto) Lapang (Skala Beaufort) Lapang (Thermohygrometer) PT. Sentul City Tbk., googlemaps.com Stasiun klimatologi Dramaga Studi pustaka Studi pustaka PT Sentul City Tbk, studi pustaka
3.3.3 Analisis Data yang sudah diperoleh dari tahapan persiapan, pengamatan, dan penilaian dapat dianalisis dengan: a. Analisis deskriptif Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kondisi fisik dan fungsi ekologis pohon yang eksisting dengan standar kondisi fisik dan ekologis pohon yang telah didapatkan dari studi literatur. Kondisi fisik dan fungsi ekologis pohon yang dianalisis meliputi pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Pereduksi angin dapat dianalisis dengan menggunakan Skala Beaufort dan data iklim dari Stasiun BMGK Dramaga. Radiasi matahari dapat dianalisis menggunakan data yang diperoleh dari Thermohygrometer dan Stasiun BMGK Dramaga. b. Analisis spasial Analisis ini dilakukan dengan mengolah data yang telah diperoleh dari hasil menitikkan posisi pohon pada area CBD menggunakan GPS. Pengolahan
17
data ini menggunakan software ArcView 3.2. Setelah data tersebut diolah, dapat dinilai fungsi ekologis pohon secara spasial. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan warna-warna yang berbeda pada tiap area pepohonan yang membentuk RTH dalam kawasan CBD. Tujuannya untuk membedakan area pepohonan yang sesuai, cukup sesuai, kurang sesuai atau tidak sesuai dengan standar fungsi ekologis pohon. Analisis ini dilakukan untuk menilai secara spasial area pepohonan lanskap CBD berdasarkan analisis deskripsi yang telah dilakukan dan mengetahui kekurangan serta kelebihan dari masing-masing lokasi sehingga dapat ditentukan alternatif perbaikannya secara spasial. Menurut Brown dan Gillespie, (1995) pada dasarnya semak mempunyai pengaruh terhadap angin yang sama dengan pohon, perbedaannya hanya terletak pada luas areanya. Semak dapat dengan efektif melindungi area yang kecil, dimana orang duduk serta mereduksi angin di sekitar area rumah. Maka pada penelitian ini yang dinilai fungsi ekologis RTH pada kawasan CBD hanya sebatas pohon dengan ketinggian ≥ 2m. Secara rinci kriteria penilaian fungsi ekologis pohon yang membentuk RTH lanskap CBD kawasan Sentul City disajikan dalam Tabel 3. Pada tabel tersebut terdapat penilaian dari 1 hingga 4, dimana nilai 1 = tidak sesuai, nilai 2 = kurang sesuai, nilai 3 = cukup sesuai, dan nilai 4 = sesuai. Penilain dilakukan berdasarkan kondisi eksisting setiap pohon pada tiap tapak CBD. Kemudian membandingkannya dengan masing-masing karakteristik standar pohon untuk pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Terdapat tujuh karakteristik pohon untuk pereduksi angin dan enam untuk pengontrol radiasi matahari. Karakteristik pereduksi angin antara lain kerapatan ideal 75% - 85%, pohon tinggi >15m, daerah bebas cabang yang cukup rendah, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, morfologi daun, ditanam beberapa baris serta orientasi penanaman pohon. Karakteristik untuk pengontrol radiasi matahari adalah berdaun tebal, rindang, dan evergreen, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan tidak beraturan, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, bermassa daun padat, morfologi daun, dan orientasi penanaman pohon.
18
Tabel 3 Kriteria Penilaian Fungsi Ekologis Pohon Variabel Aspek Fungsi
Pereduksi Arah dan Kecepatan Angin
Kriteria Penilaian a. b. c. d. e. f. g. a.
Kerapatan ideal 75% - 85%. Pohon tinggi >15m. Daerah bebas cabang yang cukup rendah. Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Morfologi daun. Ditanam beberapa baris. Orientasi penanaman pohon. Total Berdaun tebal, rindang, dan evergreen.
1-4 1-4 1-4
Nilai Standar 4 4 4
1-4
4
1-4 1-4 1-4 7-28 1-4
4 4 4 28 4
Penilaian
b. Bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan 1-4 4 tidak beraturan. c. Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan Pengontrol 1-4 4 kontinu. Radiasi Matahari d. Bermassa daun padat,sempit/tebal. 1-4 4 e. Morfologi daun. 1-4 4 f. Orientasi penanaman pohon. 1-4 4 Total 7-24 24 Sumber : Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Carpenter et al. (1975).
(Irwan, 2008) menerangkan mengenai karakteristik untuk kesesuian fisik RTH yang dikelompokkan menjadi tiga bentuk dan dua struktur, antara lain: 1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu RTH dengan komunitas vegetasi yang terkonsentrasi pada suatu area dengan jumlah pohon minimal 100 batang dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan. 2. Menyebar, yaitu RTH yang tidak mempunyai pola tertentu dengan komunitas vegetasi yang tumbuh menyebar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil. 3. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasi yang tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran, dan sebagainya. 4. Berstrata dua, yaitu komunitas vegetasi yang hanya terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya. 5. Berstrata banyak, yaitu komunitas vegetasi yang terdiri dari pepohonan, rumput, semak, dan penutup tanah dengan jarak tanam rapat serta tak beraturan.
19
3.3.4 Evaluasi Pada tahapan ini diberikan suatu penilaian evaluasi secara deskriptif dalam bentuk tabel maupun uraian singkat mengenai kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH CBD di Sentul City. Penilaian ini dilakukan dengan membuat suatu tabel kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis setiap pohon. Penilaian dilakukan dengan memberikan persentase pembobotan yang dikelompokan menjadi empat kategori kesesuaian, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai, cukup sesuai, dan sesuai. Pengelompokan dilakukan dengan lima selang, yang membagi sempurna bobot dari 100% menjadi lima bagian sama besar, yaitu masing-masing 25%. Namun, untuk menaikkan standar penilaian, pada bobot terendah penilaian menjadi 40%. Tabel 4 Persentase Pembobotan Penilaian Kriteria Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Persentase Pembobotan ≥81% 61% - 80% 41% - 60% ≤40%
Untuk mendapatkan persentase pembobotan dilakukan perhitungan sederhana, sebagai berikut: Persentase Pembobotan = Nilai Aktual x 100% Nilai Standar Jika hasil penilaian memperlihatkan ketidaksesuain dengan standar kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH maka dapat dilakukan perbaikan penanaman pohon yang membentuk suatu RTH. Perbaikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mereduksi angin dan mengontrol radiasi matahari. Namun, jika hasil penilaian memperlihatkan kesesuain dengan standar kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH maka diperlukan suatu pengelolaan yang berkelanjutan. Agar kondisi fisik dan RTH tersebut dapat berfungsi secara berkesinambungan.
3.3.5 Sintesis Tahapan ini adalah tahap akhir dari evaluasi kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH lanskap CBD yang akan menghasilkan suatu rekomendasi. Jika hasil evaluasi menyatakan kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sesuai
20
dengan kriteria berdasarkan literatur. Maka perlu dilakukan implementasi pengelolaan berlanjut pada kawasan CBD. Namun, jika hasil evaluasi menunjukkan ketidaksesuaian dengan kriteria berdasarkan literatur maka perlu diusulkan rekomendasi. Rekomendasi tersebut diarahkan untuk meningkatkan kualitas RTH lanskap CBD terhadap fungsinya sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari yang disajikan dalam bentuk deskriptif berupa gambar dan uraian singkat.
21
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan Sentul City melalui kompleks perumahan Bogor Baru menuju Desa Cihampar kemudian ke Desa Cijayanti dengan kondisi jalan beraspal. Lokasi Sentul City berbatasan dengan Desa Cipambuan, Desa Cijayanti dan Desa Kadungmangu di sebelah utara. Sedangkan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nanggrak dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar. Sebelah timur dibatasi oleh Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah. Berdasarkan kondisi AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), kawasan permukiman sentul mempunyai luas 2.465 Ha yang terletak pada batas kawasan seluas 3.001,4 Ha. Kawasan ini mencangkup delapan desa yang dikelilingi oleh beberapa gunung. Kawasan ini dilalui oleh aliran Sungai Citeureup, Sungai Cikeas, Sungai Citarunggul, dan Sungai Cijayanti.
se
Sentul City
Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City Lokasi studi meliputi empat area CBD di Sentul City yaitu Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Area Marketing Office dapat diakses melalui Jl. Thamrin yaitu jalan utama pada Sentul City, dengan pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda.
22
Terdapat satu pintu masuk dengan lebar 7,8m dan dua pintu keluar dengan lebar masing-masing sebesar 6,8m dan 3,5m. Area ini memiliki luas sebesar 6278 m2. Plaza Niaga I merupakan area perniagaan dengan luas total 3,4 ha. Area tersebut dapat diakses melalui Jl. Thamrin dengan satu pintu masuk dan satu pintu keluar untuk kendaraan bermotor dan manusia atau pengguna. Pintu masuk terletak di bagian depan bangunan Plaza Niaga 1 yang mengarah ke Jl. Thamrin. Sedangkan, pintu keluar terletak di samping bangunan yang mengarah ke jalan kecil yang terhubung langsung ke Jl. Thamrin dengan lebar keduanya sebesar 3m. Area Graha Utama dan Graha Madya memiliki luas total 1,2 ha. Akses masuk area ini hanya dapat melalui Jl. Thamrin. Pintu masuk dan pintu keluar menjadi satu yang dipisahkan dengan pos jaga atau loket parkir dengan lebar jalan 4,5m. Pintu tersebut terhubung langsung dengan Jl. Thamrin dan jalan yang menuju Cluster Mediterania. Area Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki luas masing-masing sebesar 4,8 ha dan 3,1 ha. Area ini hanya dapat diakses melalui Jl. Siliwangi dengan pintu masuk dan keluar kawasan ini menjadi satu namun masing-masing area mempunyai pintu masuk dan pintu keluar tersendiri. Berikut disajikan gambaran letak dan aksesibilitas empat area CBD Sentul City.
Gambar 11 Peta Letak dan Aksesibilitas Marketing Office
23
Gambar 12 Peta Letak dan Aksesibilitas Plaza Niaga I
Gambar 13 Peta Letak dan Aksesibilitas Graha Utama dan Graha Madya
24
Gambar 14 Peta Letak dan Aksesibilitas Taman Budaya dan Alam Fantasia
4.2 Topografi Sentul City berada pada ketinggian 200-750 m dpl. Kawasan tersebut secara umum berbukit-bukit dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% - 45%. Kondisi tersebut disiasati oleh perencana dengan lanskap jalan yang berkelokkelok dan bangunan yang terletak di atas jalan dan di bawah jalan. Selain itu, dapat disiasati dengan penanaman RTH yang sesuai dengan tapak atau membiarkan tanaman tumbuh pada kavling-kavling kosong untuk mencegah terjadinya longsor pada tapak dengan kemiringan yang cukup tajam. Karena kondisi topografi Sentul City yang bervariasi maka diperlukan tanaman yang sesuai dengan kondisi tersebut. Sehingga tanaman tersebut dapat mendukung fungsi-fungsi ekologis pada tapak.
4.3 Iklim Berdasarkan data BMG Dramaga, kawasan Sentul City memiliki suhu rata-rata sebesar 26ºC dengan kelembaban rata-rata 81% pada tahun 2009. Kawasan tersebut terkena penyinaran matahari dengan rata-rata lama penyinaran
25
65,9% dan intensitasnya sebesar 274,8 Joule/ cm2. Kecepatan angin yang melalui kawasan Sentul City berkisar antara 1 m/s – 1,2m/s dengan rata-rata 1m/s. Arah angin pun selalu ke arah barat. Data-data tersebut tersaji pada Tabel 5. Tabel 5 Suhu dan Kelembaban Tahun 2009 Penyinaran Matahari Angin Suhu Kelembaban (ºC) (%) LP Intensitas Kecepatan Arah 1. Januari 25 88 49 223 1.2 W 2. Februari 25,1 88 24 254 1.2 W 3. Maret 25,8 82 63 240 1.0 W 4. April 26,2 82 65 257 0.9 W 5. Mei 26,1 85 74 254 0.8 W 6. Juni 26,1 81 79 253 0.8 W 7. Juli 25,8 77 91 272 0.9 W 8. Agustus 26,3 75 81 317 0.8 W 9. September 26,6 75 86 355 1.0 W 10 Oktober 26 82 72 356 0.9 W 11. November 26,3 81 56 315 1.1 W 12. Desember 26,1 85 50 201 1.0 W Jumlah 311,4 981,5 791 3297 11.4 Rata-rata 26 81 65.9 274.8 1.0 Keterangan : LP : Lama Penyinaran %; Intensitas: Joule/cm2; Kec.Angin : m/s Sumber: BMKG Dramaga, Bogor No
Bulan
4.4 Tanah Berdasarkan data Amdal Bukit Sentul (2000), kawasan sentul memiliki kesuburan tanah yang rendah. Hal ini terbukti dengan kondisi tanah yang kurang menyerap air sehingga tanah yang berumput pun tergenang oleh air dan menyebabkan tanah menjadi lembek. Berikut status kesuburan tanah yang tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Status Kesuburan Tanah No. 1 2 3 4 5
Klasifikasi Typic Hapludult Typic Dystropept Oxic Dystropept Typic Humitropept Aquic Dystropept
Keterangan :
KTK KB SR
KTK
KB
P2O5
S S R-S R S
R SR-R SR-R SR S
SR-R SR-R SR SR S
: Kapasitas Tukar Kation : Kejenuhan Basah : Sangat Rendah
Kandungan Organik S S R-S S-T S
Status Kesuburan R R R R S
S : Sedang R: Rendah T: Tinggi
4.5 Vegetasi Jumlah pohon yang membentuk RTH pada kawasan Marketing Office sebanyak 49 pohon dengan 4 jenis pohon yang berbeda. Pada area Plaza Niaga 1
26
jumlah pohon yang membentuk RTH sebanyak 111 dengan 7 jenis pohon yang berbeda. Pada area Graha Utama dan Graha Madya terdapat 110 pohon dengan 19 jenis pohon yang berbeda. Sedangkan pada area Taman Budaya dan Alam Fantasia terdapat 921 pohon dengan 42 jenis pohon yang berbeda. Jadi jumlah pohon secara keseluruhan adalah 1191, dengan 48 jenis pohon yang berbeda. Tabel 7 Jenis dan Jumlah Pohon Pada 4 Area CBD No
Marketing Office
1 2 3 4 5
Alstonia scholaris Phoenix roebeleni Samanea saman Terminalia mantaly
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Plaza Niaga 1 Acacia mangium Bauhinia purpurea Erythrina cristagali Mangifera indica Paraserianthes falcataria Rosytonea regia Samanea saman
49
(Sumber: Data Survei, Mei 2010)
111
Graha Utama dan Graha Madya Alstonia scholaris Averrhoa bilimbii Bauhinia blakeana Bauhinia purpurea
Taman Budaya dan Alam Fantasia Acacia mangium Alstonia scholaris Araucaria cunninghamii Araucaria heterophylla
Cerbera odollam
Arthocarpus heterophylla
Elaeis guineensis Erythrina cristagali Ficus elastica Hevea brasiliensis Lagerstomia indica Mangifera indica Manilkara kauki Nephelium lapaceum Paraserianthes falcataria Plumeria sp. Pterocarpus indicus Samanea saman Spathodea campanulata Terminalis catappa
Averrhoa bilimbii Bambusa sp. Bauhinia blakeana Bauhinia purpurea Bixa orellana Callistemon citrinus Ceiba petandra Cerbera odullam Cinnamomum inners Cocos capitata Diallum indum Elaeis guinensis Erythrina cristagali Erythrina indica-picta Eucalyptus deglupta Ficus benjamina Ficus elastica Gmelina arborea Hibiscus tiliaceus Livistonia australis Mangifera indica Mimusop elengi Nichelia campaka Paraserianthes falcataria Phoenix roebelini Pinus merkusii Pisonia alba Plumeria sp. Psidium guajava Pterocarpus indicus Samanea saman Spathodea campanulata Swietenia mahogany Syzygium polyanthum Tamarindus indica Terminalia catappa Theretia peruvisma 921
110
27
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Analisis bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sebagai pereduksi angin area CBD Sentul City. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Berikut disajikan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada Tabel 8. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin Kriteria Standar Kerapatan ideal 75% - 85%
Pohon tinggi > 15m
Daerah bebas cabang yang cukup rendah
Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu
Morfologi daun
Ditanam beberapa baris
Orientasi penanaman pohon
Poin 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan Kerapatan < 65% Kerapatan 65% - 75% Kerapatan > 85% Kerapatan 75% - 85% Tinggi pohon < 5m Tinggi pohon 5m – 9m Tinggi pohon 10m – 15m Tinggi pohon >15m Percabangan > 2,5m Percabangan 2m- 2,5m Percabangan 1,5m – 2m Percabangan < 1,5m Tidak rapat, tajuk tidak bersinggungan, tidak kontinu Rapat, tajuk tidak bersinggungan, tidak kontinu Rapat, tajuk bersinggungan, tidak kontinu Rapat, tajuk bersinggungan, kontinu Daun besar Daun lebar Daun menengah Daun kecil Tidak ada barisan dan menyebar Satu baris Dua baris Tiga baris Di balik arah angin Di samping arah angin, tidak rapat Di samping arah angin, rapat Di depan arah angin
Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2: kurang sesuai, 3: cukup sesuai, 4: sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).
28
Marketing Office Area ini memiliki empat jenis pohon yang berbeda dengan jumlah total 49 batang. Fisik RTHnya ialah berbentuk menyebar dengan struktur berstrata dua. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara tak teratur dan rumput. Analisis pohon yang sesuai atau tidak sesuai berdasarkan fungsi ekologisnya sebagai pereduksi angin dinilai dengan tujuh kriteria standar. Pertama adalah kriteria kerapatan ideal 75% - 85%, pohon yang dinilai sesuai adalah Terminalia mantaly. Adapun pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria pohon tinggi > 15m adalah Alstonia scholaris (40m) dan Samanea saman (25m). Sedangkan yang dinilai tidak sesuai adalah Phoenix roebeleni karena memiliki tinggi 4m. Untuk karakteristik daerah bebas cabang yang cukup rendah tidak ada pohon yang dinilai sesuai, namun terdapat pohon yang dinilai tidak sesuai yakni Alstonia scholaris, karena memiliki tinggi bebas cabang > 2,5m. Kriteria selanjutnya adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria tersebut yaitu Phoenix roebeleni dan Terminalia mantaly. Pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Alstonia scholaris. Kemudian kriteria morfologi daun, pohon yang dinilai sesuai adalah Samanea saman dan Terminalia mantaly. Karena memiliki daun yang kecil dan rapat sehingga angin dapat terpecah dengan baik. Kriteria berikutnya adalah pohon yang ditanam beberapa baris, agar dapar mereduksi angin dengan baik dan berfungsi sebagai winbreak. Pohon yang dinilai sesuai yaitu Terminalia mantaly, karena ditanam hingga tiga baris. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Alstonia scholaris dan Samanea saman, karena ditanam tidak berbaris dan menyebar. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman yang sesuai dengan arah datang angin. Pohon yang dinilai sesuai dalam hal ini adalah Phoenix roebeleni, karena ditanam di depan arah datang angin yakni disebelah utara area Marketing Office, seperti yang tersaji pada Gambar 15. Sedangkan Alstonia scholaris dinilai tidak sesuai, karena ditanam di balik arah angin. Kriteria-kriteria tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 9.
29
Gambar 15 Penanaman Pohon Pada Bagian Utara Marketing Office Plaza Niaga I Area perniagaan ini memiliki tujuh jenis pohon dengan jumlah 111 batang yang tersebar di sekitar area tersebut. Fisik RTHnya ialah berbentuk bergerombol atau menumpuk dengan struktur RTH berstrata dua. Karena pepohonan pada Plaza Niaga terkonsentrasi pada suatu suatu area dengan jarak tanam yang rapat dan tak beraturan dengan jumlah pohon diatas 100 batang. Pohon-pohon itu membentuk suatu RTH yang dapat dinilai fungsi ekologisnya terhadap kecepatan angin. Maka dilakukan analisis terhadap tujuh kriteria standar fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Kriteria pertama berupa kerapatan ideal 75% 85%, adapun pohon yang dinilai sesuai yakni Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan pohon yang tidak sesuai adalah Mangifera indica, karena ditanam tidak rapat atau renggang dengan pohon lainnya. Selanjutnya kriteria pohon tinggi > 15m, pohon yang dinilai sesuai adalah Mangifera indica (25m), Paraserianthes falcataria (30m), dan Samanea saman (25m). Kriteria ketiga adalah daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang dinilai sesuai adalah Erythrina cristagali dan yang tidak sesuai yakni Rosytonea regia. Kriteria selanjutnya berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Erythrina cristagali, dan Rosytonea regia. Adapun yang dinilai tidak sesuai adalah Mangifera indica. Karena pohon tersebut ditanam soliter, tidak bersinggungan, dan kontinu. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun, pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium dan Samanea saman. Karena memiliki daun yang kecil
30
dan rapat sehingga dapat memecah angin dengan baik. Kriteria selanjutnya yaitu pohon yang ditanam beberapa baris sehingga ketahanan terhadap angin semakin kuat. Pada area ini tidak terdapat pohon yang dinilai sesuai karena pohonpohonnya ditanam maksimal dalam dua baris, sehingga dinilai cukup sesuai. Pohon yang dimaksud adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan, pohon yang dinilai tidak sesuai karena tidak dalam satu baris pun dan soliter yakni Mangifera indica. Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pada area ini tidak terdapat pohon yang dinilai sesuai karena pohon yang ditanam kebanyakan diletakkan di balik arah angin. Pohon tersebut antara lain Acacia mangium, Bauhinia purpurea, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman, yang tersaji dalam Gambar 16 Kriteria-kriteria tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 9.
Gambar 16 Penanaman Pohon Pada Bagian Selatan Plaza Niaga I Graha Utama dan Graha Madya Area Graha Utama dan Graha Madya memiliki jumlah pohon 110 batang dengan 19 jenis yang berbeda. Fisik RTHnya ialah berbentuk jalur dengan struktur berstrata banyak. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi area ini. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Pohon-pohon tersebut akan dianalisis berdasarkan kriteria standar fungsi ekologis sebagai pereduksi angin. Kriteria standar yang pertama adalah kerapatan ideal 75% - 85%. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria tersebut adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Ficus elastica, Hevea brasiliensis, Lagerstomia speciosa, Manilkara
31
kauki, Paraserianthes falcataria, Pterocarpus indicus, Samanea saman, dan Spathodea campanulata. Kriteria selanjutnya adalah pohon tinggi > 15m. Pohon yang dinilai sesuai adalah Alstonia scholaris (40m), Elaeis guineensis (20m), Ficus elastic (24m), Hevea brasiliensis (30m), Lagerstomia speciosa (15m), Manilkara kauki (15m), Paraserianthes falcataria (30m), Pterocarpus indicus (30m), Samanea saman (25m), Spathodea campanulata (25m), dan Terminalia catappa (27m). Kriteria ketiga adalah daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Erythrina cristagali, dan Mangifera indica. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Alstonia scholaris dan Spathodea campanulata, karena memiliki daerah bebas cabang yang tinggi > 2,5m. Kriteria berikutnya adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang ditanam sesuai dengan kriteria tersebut antara lain Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Cerbera odollam, Elaeis guineensis, Hevea brasiliensis, dan Manilkara kauki. Kriteria kelima berupa morfologi daun, pohon yang sesuai adalah Hevea brasiliensis, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Karena pohon tersebut memiliki daun yang kecil dan lebat sehingga angin dapat dipecah dengan baik. Selanjutnya kriteria pohon yang ditanam dalam beberapa baris. Pohon yang diberi poin 4 (sesuai) adalah Hevea brasiliensis. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Averrhoa bilimbii, Cerbera odollam, Lagerstomia speciosa, Mangifera indica, Nephelium lapaceum, Plumeria sp., dan Terminalia catappa. Karena pohon tersebut ditanam tidak berbaris, soliter, atau menyebar. Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam di depan arah angin adalah Hevea brasiliensis dan yang ditanam di balik arah angin yaitu Averrhoa bilimbii, Nephelium lapaceum, Plumeria sp., dan Terminalia catappa. Berikut penanaman pohon Graha Utama dan Graha Madya yang disajikan pada Gambar 17 dan perincian penilaian kriteria pada Tabel 9.
32
Gambar 17 Penanaman Pohon Pada Graha Utama dan Graha Madya Taman Budaya dan Alam Fantasia Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 42 jenis pohon yang berbeda dengan jumlah 921 pohon. Fisik RTHnya ialah berbentuk jalur dan menyebar dengan struktur berstrata banyak. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi area ini. Serta beberapa pohon yang ditanam melengkung dan mengikuti bentukan area. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Pohon-pohon itu akan dianalisis untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai pereduksi angin. analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual di lapang dengan kondisi standar dari literatur. Kriteria yang diperoleh dari kondisi standar ada tujuh buah. Kriteria pertama yaitu kerapatan ideal 75% - 85%, pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium, Arthocarpus heterophylla, Bambusa sp., Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Cinnamomum inners, Diallum indum, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, dan Pterocarpus indicus. Kriteria selanjutnya adalah pohon tinggi > 15m. Pohon yang dinilai sesuai antara lain Acacia mangium (15m), Alstonia scholaris (40m), Araucaria cunninghamii (30m), Araucaria heterophylla (60m), Arthocarpus heterophylla (20m), Bambusa sp. (30m), Diallum indum (20m), Elaeis guinensis (20m), Erythrina indica-picta (18m), Eucalyptus deglupta (60m), Ficus benjamina (24m), Ficus elastica (24m), Gmelina arborea (30m), Paraserianthes falcataria (30m), Pinus merkusii (30m),
33
dan Pterocarpus indicus (30m). Pohon yang tidak sesuai dengan kriteria ini adalah Phoenix roebelini (4m) dan Pisonia alba (3m). Kriteria berikutnya berupa daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria ini yaitu Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Bixa orellana, Callistemon citrinus, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Mangifera indica, Phoenix roebelini, Psidium guajava, dan Pterocarpus indicus. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yakni Cocos capitata, Livistonia australis, dan Spathodea campanulata. Selanjutnya kriteria berupa jarak tanam yang rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria itu yaitu Acacia mangium, Bixa orellana, Callistemon citrinus, Ceiba petandra, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Cocos capitata, Diallum indum, Elaeis guinensis, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Nichelia campaka, Paraserianthes falcataria, Phoenix roebelini, Pinus merkusii, Pisonia alba, dan Samanea saman. Kriteria kelima adalah morfologi daun, karena daun yang kecil dan rapat dapat mereduksi angin dengan baik. Sedangkan, daun yang besar dan lebar mudah gugur dan sobek jika diterpa angin sepoi lemah berdasarkan Skala Beaufort. Pohon yang sesuai adalah Acacia mangium, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Callistemon citrinus, Pinus merkusii, Swietenia mahogany, dan Tamarindus indica. Kemudian pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Gmelina arborea. Kriteria pohon yang ditanam beberapa baris berfungsi sebagai windbreak yang baik. Pohon yang dinilai sesuai adalah Averrhoa bilimbii, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Nichelia campaka, , Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, Syzygium polyanthum, Tamarindus indica, dan Terminalia catappa. Terdapat juga pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Arthocarpus heterophylla, Bixa orellana, dan Mangifera indica. Karena ditanam tidak berbaris dan menyebar, serta soliter. Kriteria terakhir berupa orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam di depan arah angin adalah Cerbera odullam, Cinnamomum
34
inners, Eucalyptus deglupta, Ficus elastica, Gmelina arborea , dan Pinus merkusii. Pohon yang ditanam di balik arah angin merupakan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Theretia peruvisma. Berikut penanaman pohon pada Taman Budaya dan Alam Fantasia yang tersaji dalam Gambar 18 dan rincian penilaian kriteria-kriteria tersebut pada Tabel 9.
Gambar 18 Penanaman Pohon Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia Tabel 9 Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH sebagai Pereduksi Angin di Empat Area CBD Sentul City No Marketing Office
1. 2. 3. 4.
No 1. 2. Plaza Niaga I
3. 4. 5. 6. 7. No
Graha Utama dan Graha Madya
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Phoenix roebeleni Palem Phoenix Samanea saman Ki Hujan Terminalia Ketapang Kencana mantaly Jumlah Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Erythrina Dadap Merah cristagali Mangifera indica Mangga Paraserianthes Sengon falcataria Rosytonea regia Palem Raja Samanea saman Ki Hujan Jumlah Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Averrhoa bilimbii Belimbing Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu Cerbera odollam Bintaro Elaeis guineensis Kelapa Sawit Erythrina Dadap Merah cristagali Ficus elastica Beringin Karet Hevea brasiliensis Karet
18 13 3
a b 2 4 3 1 3 4
Penilaian c d e 1 1 3 3 4 2 2 3 4
f 1 2 1
g 1 4 2
15
4
2
4
49
35 4
Jumlah Rata-rata Penilaian a b c d e f 4 3 2 4 4 3 2 2 3 3 2 2
29
3 2
4
4
2
1
1 4
3
1
2
4 4
2
3
34 6 111
2 3 4 4
3 1 9 6 2 8
a 3 2 4 4 3 3
18
3 2
4
3
3
7 19
4 4 4 4
3 2
3 4
2 4
Jml
Jml
Jml
Nilai Aktual 11 16 16
Nilai Standar 28 28 28
2
19
28
g 1 1
15.5 Nilai Aktual 17 13
28 Nilai Standar 28 28
2
2
16
28
2
1
1
12
28
3
3
1
16
28
1 4 2 2 2 3 4 3 Jumlah Rata-rata Penilaian b c d e f 4 1 3 3 2 2 3 2 2 1 2 4 4 2 3 2 4 4 2 3 3 3 4 3 1 4 3 4 2 2
2 1
g 3 1 3 3 2 2
14 17 15 Nilai Aktual 19 13 22 22 19 20
28 28 28 Nilai Standar 28 28 28 28 28 28
2
3
20
28
2 4
3 4
21 26
28 28
3
4
4
35
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Taman Budaya Dan Alam Fantasia
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Lagerstomia Bungur speciosa Mangifera indica Mangga Manilkara kauki Sawo Kecik Nephelium Rambutan lapaceum Paraserianthes Sengon falcataria Plumeria sp. Kamboja Pterocarpus Angsana indicus Samanea saman Ki Hujan Spathodea Kecrutan campanulata Terminalia Ketapang catappa Jumlah Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia Alstonia scholaris Pulai Araucaria Cemara Gunung cunninghamii Araucaria Cemara Norflok heterophylla Arthocarpus Nangka heterophylla Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon Sikat Botol citrinus Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro Cinnamomum Kayu Manis inners Cocos capitata Kelapa Gading Diallum indum Asem Kranji Elaeis guinensis Kelapa sawit Erythrina Dadap Merah cristagali Erythrina indicaDadap Kuning picta Eucalyptus Kayu Putih deglupta Ficus benjamina Beringin Ficus elastica Beringin Karet Gmelina arborea Jati Hibiscus tiliaceus Waru Livistonia australis Lettuce Palm Mangifera indica Mangga Mimusop elengi Tanjung Nichelia campaka Cempaka Paraserianthes Sengon falcataria Phoenix roebelini Palem phoenix Pinus merkusii Pinus Pisonia alba Cabbage Tree Plumeria sp. Kamboja Psidium guajava Jambu Pterocarpus Angsana indicus Samanea saman Ki Hujan Spathodea Kecrutan campanulata Swietenia Mahoni mahogany
1
4 3
3
3
3
1
2
19
28
1 4
2 4 4 3
4 3
2 4
2 3
1 2
2 2
17 21
28 28
1
3 4
2
3
3
1
1
17
28
12
4 4
2
3
4
2
3
22
28
2
3 2
3
2
2
1
1
14
28
1
4 4
2
3
3
2
3
21
28
5
4 4
2
3
4
2
3
22
28
9
4 4
1
3
3
2
2
19
28
1
3 4
2
3
3
1
1
17
28
50 6
Jumlah Rata-rata Penilaian a b c d e f 4 4 2 4 4 3 3 4 2 4 3 2
g 3 3
20 Nilai Aktual 20 18
28 Nilai Standar 28 28
17
3
4
4
2
4
2
3
19
28
17
3
4
4
2
4
2
3
19
28
1
4
4
3
3
3
1
2
16
28
6 9 4 1 3
2 4 4 4 3
2 4 2 2 2
3 4 3 3 4
3 3 3 3 4
2 4 2 2 3
4 3 2 2 1
3 2 2 2 2
17 20 14 14 16
28 28 28 28 28
7
2
2
4
4
4
2
3
19
28
3 105
3 3
4 3
2 3
4 4
2 3
2 4
2 4
16 21
28 28
70
4
3
3
4
3
4
4
21
28
21 11 56
2 4 3
2 4 4
1 2 3
4 4 4
2 3 2
2 3 2
2 3 2
13 19 17
28 28 28
60
2
2
4
4
3
3
3
19
28
3
2
4
4
4
3
2
2
19
28
10
4
4
2
4
3
4
4
21
28
75 20 84 15 34 1 9 9
4 4 4 4 3 3 2 3
4 4 4 3 3 4 3 4
3 2 2 2 1 4 3 2
4 4 4 4 2 3 3 4
3 2 1 3 2 2 3 3
4 4 4 3 2 1 2 4
3 4 4 3 2 2 2 2
21 20 19 18 12 16 16 19
28 28 28 28 28 28 28 28
30
4
4
2
4
3
4
3
20
28
10 23 34 35 2
2 4 3 2 3
1 4 1 2 2
4 3 3 3 4
4 4 4 2 3
2 4 2 2 2
2 4 2 2 3
2 4 2 2 3
15 23 14 13 17
28 28 28 28 28
6
4
4
4
3
3
4
3
21
28
43
3
4
3
4
2
4
3
20
28
2
3
4
1
3
3
4
3
18
28
1
3
4
3
2
4
4
3
20
28
110 Jml
36
39. 40. 41. 42.
Syzygium polyanthum Tamarindus indica Terminalia catappa Theretia peruvisma Jumlah
Salam
8
3
4
2
3
3
4
2
18
28
Asam Jawa
12
3
4
2
3
4
4
3
20
28
Ketapang
7
3
4
3
3
3
4
3
20
28
1 921
3
3 3 2 2 2 Jumlah Rata-rata
1
13 17,88
28 28
Kembang Jepun
Ket: a: Kerapatan ideal 75% - 85%. e: Morfologi daun. b: Pohon tinggi >15m. f: Ditanam beberapa baris. c: Daerah bebas cabang yang cukup rendah. g: Orientasi penanaman pohon. d: Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. ≤ 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, ≥ 81% : sesuai
Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).
5.1.2 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Analisis dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Analisis bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sebagai pengontrol radiasi matahari area CBD Sentul City. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Kriteria tersebut antara lain berdaun tebal, rindang, dan evergreen, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan tidak beraturan, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, bermassa daun padat, ditanam secara kontinu/ teratur, dan morfologi daun. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Berikut disajikan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada Tabel 10. Tabel 10 Penilaian Kriteria Standar Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Kriteria Standar Berdaun tebal, rindang, dan evergreen
Tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan
Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu Bermassa daun padat, sempit atau tebal
Poin 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Keterangan Tidak tebal, tidak rindang, dan evergreen Cukup tebal, tidak rindang, dan evergreen Tebal, tidak rindang, and evergreen Tebal, rindang, dan evergreen Tajuk palmae Tajuk kerucut, kolumnar Tajuk oval, menjuntai Tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan Tidak rapat, tidak bersinggungan, dan tidak kontinu Rapat, tidak bersinggungan, dan tidak kontinu Rapat, bersinggungan, dan tidak kontinu Rapat, bersinggungan, dan kontinu Bermassa daun tidak padat, tidak sepit/tebal Bermassa daun padat dengan tajuk kerucut
37
Morfologi daun
Orientasi penanaman
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bermassa daun padat tidak tebal dengan tajuk sesuai Bermassa daun padat, sempit atau tebal Berdaun kecil dan jarang Berdaun menengah dan jarang Berdaun menengah dan rapat Berdaun lebar, besar, dan rapat Ditanam pada bagian Utara-Selatan dan tidak menaungi Ditanam pada bagian Timur-Barat dan tidak menaungi. Ditanam pada bagian Utara-Selatan dan menaungi Ditanam pada bagian Timur-Barat dan menaungi.
Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2: kurang sesuai, 3: cukup sesuai, 4: sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).
Gambar 19 Bentuk Tajuk Pohon (Sumber: Carpenter et al., 1975) Marketing Office Area ini memiliki empat jenis pohon yang dapat dianalisis berdasarkan fungsi ekologisnya sebagai pengontrol radiasi matahari. Fungsi ekologis tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kriteria standar berdasarkan literatur yang diperoleh. Kriteria standar tersebut terdiri dari enam kriteria yang dapat mendukung fungsi pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Kriteria pertama adalah pohon yang berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Samanea saman. Kriteria selanjutnya yaitu pohon dengan tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) adalah Alstonia scholaris, Samanea saman, dan Terminalia mantaly. Sedangkan pohon yagn dinilai 1 (tidak sesuai) yaitu Phoenix roebeleni. Kriteria ketiga berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang masuk dalam kriteria tersebut yaitu Phoenix roebeleni dan Terminalia mantaly. Terdapat juga pohon yang tidak sesuai dengan kriteria itu yakni Alstonia scholaris. Selanjutnya berupa kriteria pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Alstonia scholaris.
38
Kriteria berikutnya yaitu morfologi daun. Daun yang baik sebagai penaung adalah yang besar dan lebar atau kecil dan rapat. Pohon yang mempunyai daun seperti itu adalah Alstonia scholaris. Karena pohon tersebut memiliki daun yang kecil dan rapat. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon. Pohon yang sesuai ditanam pada bagian Timur – Barat dan menaungi objek yang ingin dilindungi. Pohon yang diberi poin 4 (sesuai) adalah Phoenix roebeleni, Samanea saman, dan Terminalia mantaly. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.
Plaza Niaga I Pohon pada area ini dianalisis berdasarkan enam kriteria pohon yang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Kriteria pertama yaitu pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan, pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Rosytonea regia. Kriteria selanjutnya adalah pohon bertajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang memiliki tajuk seperti itu adalah Acacia mangium, Bauhinia purpurea, Erythrina cristagali, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Rosytonea regia, karena memiliki tajuk palmae. Kriteria ketiga yaitu jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, Rosytonea regia, dan Samanea saman. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Mangifera indica. Karena ditanam berjauhan dan soliter. Selanjutnya, kriteria berupa pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Kemudian, pohon yang dinilai 1 (tidak sesuai) adalah Rosytonea regia. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun. Pohon yang memiliki daun lebar, besar, dan padat atau berdaun kecil dan padat merupakan daun yang sesuai untuk pengontrol radiasi matahari. Karena pohon tersebut dapat memberikan naungan yang baik dari radiasi matahari. Pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman.
39
Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pohon yang sesuai untuk pengontrol radiasi matahari ditanam pada bagian Timur – Barat dari objek yang ingin dinaungi. Pada area ini tidak terdapat pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut. Karena pohon-pohon pada area ini ditanam pada bagian Utara – Selatan dari objek yang ingin dinaungi. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai karena tidak menaungi dan ditanam pada bagian Utara – Selatan objek yang ingin dinaungi. Pohon tersebut adalah Mangifera indica. Secara rinci penilaian kriteriakriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.
Graha Utama dan Graha Madya Area CBD ini memiliki 110 pohon dengan 19 jenis yang berbeda. Pohonpohon tersebut akan dianalisis fungsi ekologisnya sebagai pengontrol radiasi matahari. Fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari memiliki enam kriteria standar yang akan dibandingkan dengan kondisi aktual pohon pada lokasi studi. Kriteria pertama adalah
pohon berdaun tebal, rindang, dan
evergreen. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) untuk kriteria ini yaitu
Alstonia
scholaris, Ficus elastica, Nephelium lapaceum, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, dan Terminalia catappa. Kriteria selanjutnya adalah pohon bertajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Karena tajuk seperti itu dapat berfungsi dengan baik sebagai penaung dan memberikan suhu yang nyaman di bawah tajuknya. Semua pohon pada area ini dinilai memenuhi kriteria tersebut kecuali Elaeis guineensis dan Plumeria sp. Karena Elaeis guineensis mempunyai tajuk palmae dan Plumeria sp. Memiliki tajuk menyebar namun tidak rapat. Sehingga fungsinya sebagai penaung kurang mencukupi. Kriteria ketiga ialah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Sehingga pohon – pohon dapat membentuk sekumpulan tajuk yang dapat mengontrol radiasi matahari yang datang. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria ini adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Elaeis guineensis, Ficus elastic, Hevea brasiliensis, Manilkara kauki, Paraserianthes falcataria, Pterocarpus indicus, dan Terminalia catappa. Karena pohon-pohon tersebut ditanam secara kontinu dan rapat hingga tajuknya bersinggungan. Terdapat juga pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Averrhoa bilimbii dan Nephelium lapaceum.
40
Kriteria selanjutnya yaitu pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang masuk kriteria tersebut ialah Alstonia scholaris, Ficus elastic, Hevea brasiliensis, Mangifera indica, Manilkara kauki, Pterocarpus indicus, dan Terminalia catappa. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun. Pohon yang dinilai sesuai adalah pohon yang memiliki daun lebar atau besar. Namun pohon berdaun kecil pun dapat dinilai sesuai dengan syarat bermassa daun padat atau rapat. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Alstonia scholaris, Ficus elastica, Hevea brasiliensis, Mangifera indica, Manilkara kauki, Nephelium lapaceum, Pterocarpus indicus, Spathodea campanulata, dan Terminalia catappa. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam dengan orientasi yang sesuai adalah Ficus elastica dan Hevea brasiliensis. Sedangkan pohon yang ditanam dengan tidak memperhatikan orientasi adalah Averrhoa bilimbii. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.
Taman Budaya dan Alam Fantasia Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 921 pohon yang dapat dianalisis berdasarkan enam kriteria standar untuk fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Pertama ialah pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Terdapat 15 pohon yang dinilai sesuai dengan karakteristik tersebut yaitu Acacia mangium, Arthocarpus heterophylla, Bambusa sp., Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Cinnamomum inners, Diallum indum, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, dan Pterocarpus indicus. Selanjutnya, kriteria berupa tajuk pohon menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) ada 29 pohon yaitu Acacia mangium, Arthocarpus heterophylla, Averrhoa bilimbii, Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Bixa orellana, Callistemon citrinus, Ceiba petandra, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Diallum indum, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, Nichelia campaka, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, Syzygium polyanthum, Tamarindus sp., dan Terminalia catappa.
41
Pohon yang dinilai 1 (tidak sesuai) adalah Cocos capitata, Elaeis guinensis, Livistonia australis, dan Phoenix roebelini. Karakteristik ketiga adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang dinilai sesuai dengan karakteristik tersebut yaitu Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Bixa orellana, Callistemon citrinus, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Mangifera indica, Phoenix roebelini, Psidium guajava, dan Pterocarpus indicus. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Cocos capitata, Livistonia australis, dan Spathodea campanulata. Kriteria selanjutnya ialah pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) ada 24 antara lain Acacia mangium, Alstonia
scholaris, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Arthocarpus heterophylla, Averrhoa bilimbii, Bambusa sp, Diallum indum, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Mangifera indica, Mimusop elengi, Nichelia campaka, Paraserianthes falcataria, Phoenix roebelini, Pinus merkusii, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, dan Syzygium polyanthum. Kemudian kriteria berupa morfologi daun. Pohon yang sesuai adalah pohon yang memiliki daun lebar, besar, dan padat. Namun, pohon berdaun kecil dan lebat dapat juga menjadi penaung yang baik. Pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium, Alstonia scholaris, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Ficus benjamina, Gmelina arborea, Swietenia mahogany, Syzygium polyanthum, dan Terminalia catappa. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Callistemon citrinus dan Cocos capitata. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon yang dapat melindungi objek dari radiasi matahari. Pohon yang dinilai sesuai ditanam pada bagian Timur – Barat dan menaungi objek. Pohon yang masuk dalam kriteria ini adalah Bambusa sp., Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Ceiba petandra, Cinnamomum inners, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, dan Syzygium polyanthum. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu pohon yang ditanam pada bagian Utara – Selatan dan tidak menaungi objek. Pohon yang dimaksud
42
adalah Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, dan Livistonia australis. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH sebagai Pengontrol Radiasi Matahari di Empat Area CBD Sentul City No 1. Marketing 2. Office 3. 4. No
Plaza Niaga I
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No
Graha Utama dan Graha Madya
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Phoenix roebeleni Palem Phoenix Samanea saman Ki Hujan Terminalia mantaly Ketapang Kencana Jumlah Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Erythrina cristagali Dadap Merah Mangifera indica Mangga Paraserianthes Sengon falcataria Rosytonea regia Palem Raja Samanea saman Ki Hujan Jumlah Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Averrhoa bilimbii Belimbing Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu Cerbera odollam Bintaro Elaeis guineensis Kelapa Sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Ficus elastica Beringin Karet Hevea brasiliensis Karet Lagerstomia speciosa Bungur Mangifera indica Mangga Manilkara kauki Sawo Kecik Nephelium lapaceum Rambutan Paraserianthes Sengon falcataria Plumeria sp. Kamboja Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea Kecrutan campanulata Terminalia catappa Ketapang Jumlah Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia Alstonia scholaris Pulai Araucaria cunninghamii Cemara Gunung Araucaria heterophylla Cemara Norflok Arthocarpus Nangka heterophylla Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon citrinus Sikat Botol Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro
35 1 29 4
Penilaian a b c d e 3 4 1 4 4 2 1 4 2 2 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 Jumlah Rata-rata Penilaian a b c d e 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 1 3 4
2
4
34 6 111
1 4
Jml 18 13 3 15 49 Jml
Jml
4
4
4
4
1 4 1 1 4 4 4 4 Jumlah Rata-rata Penilaian b c d e 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 1 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4
f 3 2 3 1
Nilai Aktual 19 15 20 21 18,75 Nilai Aktual 23 17 19 17
Nilai Standar 24 24 24 24 24 Nilai Standar 24 24 24 24
3
23
24
3 3
f 3 1 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2
11 23 19,16 Nilai Aktual 22 13 19 19 18 14 18 24 23 18 18 22 18
24 24 24 Nilai Standar 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
f 3 4 4 4
3 1 9 6 2 8 18 7 19 1 1 4 1
a 4 2 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3 4
12
3
4
4
3
3
3
20
24
2 1 5
2 4 4
3 4 4
2 4 4
2 4 3
2 4 3
2 3 3
13 23 21
24 24 24
9
4
4
2
3
4
3
20
24
1 110
4
4 2 4 4 3 Jumlah Rata-rata
21 19
24 24
50 6 17 17
Penilaian * a b c d e 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 2 4 4 4 3 2 4 4 4
f 3 3 1 1
Nilai Aktual 21 19 18 18
Nilai Standar 24 24 24 24
1
4
4
3
4
3
2
20
24
6 9 4 1 3 7 3 105
2 4 4 4 3 2 3 3
4 2 4 4 4 4 4 4
3 4 3 3 4 4 2 3
4 4 3 3 3 2 3 3
2 4 2 2 3 1 3 3
3 4 4 4 3 3 4 3
18 22 20 20 20 16 19 19
24 24 24 24 24 24 24 24
Jml
43
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Cinnamomum inners Kayu Manis 70 4 4 3 3 3 4 21 Cocos capitata Kelapa Gading 21 2 1 1 2 1 3 10 Diallum indum Asem Kranji 11 4 4 2 4 3 3 20 Elaeis guinensis Kelapa sawit 56 3 1 3 2 2 2 13 Erythrina cristagali Dadap Merah 60 2 4 4 3 3 3 19 Erythrina indica-picta Dadap Kuning 3 2 4 4 2 3 3 18 Eucalyptus deglupta Kayu Putih 10 4 4 2 3 3 4 20 Ficus benjamina Beringin 75 4 4 3 4 4 4 23 Ficus elastica Beringin Karet 20 4 4 2 4 3 4 21 Taman Gmelina arborea Jati 84 4 4 2 4 4 3 21 Budaya Hibiscus tiliaceus Waru 15 4 4 2 4 3 3 20 Dan Livistonia australis Lettuce Palm 34 3 1 1 2 2 1 10 Alam Mangifera indica Mangga 1 3 4 4 4 3 2 20 Fantasia Mimusop elengi Tanjung 9 2 3 3 4 3 3 18 Nichelia campaka Cempaka 9 3 4 2 4 3 3 19 Paraserianthes 29. Sengon 30 4 4 2 4 3 4 21 falcataria 30. Phoenix roebelini Palem phoenix 10 2 1 4 4 2 2 15 31. Pinus merkusii Pinus 23 4 2 3 4 2 4 19 32. Pisonia alba Cabbage Tree 34 3 2 3 3 2 2 15 33. Plumeria sp. Kamboja 35 2 2 3 3 2 2 14 34. Psidium guajava Jambu 2 3 4 4 4 2 3 20 35. Pterocarpus indicus Angsana 6 4 4 4 4 3 4 23 36. Samanea saman Ki Hujan 43 3 4 3 4 3 4 21 37. Spathodea campanulata Kecrutan 2 3 4 1 4 3 4 19 38. Swietenia mahogany Mahoni 1 3 4 3 4 4 4 22 39. Syzygium polyanthum Salam 8 3 4 2 4 3 4 20 40. Tamarindus sp. Asam Jawa 12 3 4 2 3 4 3 19 41. Terminalia catappa Ketapang 7 3 4 3 4 3 3 20 42. Peruviana peruvisma Kembang Jepun 1 3 3 3 3 2 2 16 Jumlah 921 Jumlah Rata-rata 18,73 Ket: a : Berdaun tebal, rindang, evergreen d : Bermassa daun padat, sempit/ tebal b : Tajuk spreading, bulat, dome, irregular e : Morfologi daun c : jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan,kontinu f : Orientasi penanaman pohon ≤ 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, ≥ 81% : sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).
24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
5.1.2 Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office Analisis kecepatan angin pada area ini dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Sehingga dapat diketahui peningkatan atau pengurangan kecepatan angin pada lokasi ini. Analisis dilakukan dengan cara memperhatikan keadaan sekitar kemudian menyesuaikannya dengan deskripsi dan indikator yang ada pada Skala Beaufort. Berdasarkan Skala Beaufort diketahui bahwa angin pada area ini semakin meningkat ketika sore hari. Hal tersebut terjadi karena cuaca pada sore hari yang mendung atau hujan yang disertai angin cukup kencang. Selain dari faktor cuaca, perubahan kecepatan angin juga dapat dipengaruhi oleh keberadaan bangunan dan ruang terbuka hijau. Kurangnya ruang terbuka yang tersedia sehingga area-area yang sering dilalui manusia kurang terlindungi dari terpaan angin yang cukup kencang pada sore hari. Sedangkan bangunan dapat memblok kecepatan angin secara langsung, namun berakibat pada area dibawah bangunan.
44
Karena angin bergerak dari atas bangunan ke bawah bangunan dengan membawa angin yang dingin. Sehingga pengguna yang melalui area tersebut merasa kurang nyaman dengan angin tersebut (Brown dan Gillespie,1995). Untuk menyiasati hal tersebut dapat dilakukan penambahan pohon yang dapat berfungsi sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut dapat diletakkan pada area yang rawan terkena terpaan angin dan belum terlindungi dengan baik. Pohon yang baik sebagai pereduksi angin adalah mempunyai karakteristik fisik yang sesuai seperti perakaran yang kuat, tahan angin atau tidak mudah tumbang, dan daun tidak mudah gugur oleh angin yang lemah (Dahlan, 1992). Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis mengenai radiasi matahari pada area ini menggunakan pengukur suhu Thermohygrometer. Untuk mengetahui perbedaan suhu pada area yang terkena radiasi matahari langsung dengan area yang ternaungi dari radiasi matahari. Pada studi ini diambil sampel dari empat area yang berbeda dalam satu kawasan. Tujuannya
adalah untuk
memperoleh kevalidan data survei.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa suhu pada area terbuka atau yang terkena radiasi matahari langsung yakni area parkir dan sirkulasi lebih tinggi. Sedangkan suhu pada area yang ternaungi yakni area di bawah pohon lebih rendah. Jadi pohon dapat mengurangi efek dari radiasi matahari. Karena tajuk pohon dapat memantulkan, meneruskan, dan menyerap radiasi matahari yang datang (Grey dan Denekke, 1978). Maka diperlukan penambahan pohon yang dapat menaungi area yang masih terbuka agar dapat memberikan kenyamanan kepada manusia yang sering melalui area tersebut. Pohon yang sesuai untuk ditanam pada area tersebut memiliki kriteria seperti rindang, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan bermassa daun padat. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13.
Plaza Niaga 1 Analisis kecepatan angin yang dilakukan pada kawasan ini sama dengan analisis pada Marketing Office yakni menggunakan Skala Beaufort. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kecepatan angin mengalami peningkatan ketika sore hari sama halnya seperti area Marketing Office.
45
Kurangnya RTH pada kawasan ini menyebabkan angin yang bertiup kencang tidak dapat terpecah dengan baik. Sehingga mengakibatkan angin yang melintas pada area ini cenderung cepat dan kurang melindungi pengguna yang melintas. Keberadaan dari sekumpulan pohon yang membentuk ruang terbuka hijau, bangunan, dan perkerasan, mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kenyamanan manusia terhadap kecepatan angin yang terjadi. Misalnya, pohon dengan tajuknya yang rapat dapat melindungi suatu area yang sering dilalui oleh manusia dengan menahan, memecah, dan mengurangi kecepatan angin. Sehingga angin yang terbentuk ketika mencapai area tersebut merupakan angin yang nyaman bagi manusia atau sejuk. Sedangkan bangunan merupakan penahan angin yang sifatnya keras atau impermeable. Sehingga angin yang terbentuk setelah melewati bangunan tersebut dapat menjadi angin yang tidak menyenangkan (Brown dan Gillespie, 1995). Karena tidak terpecah dengan baik dan menimbulkan angin kencang atau angin yang kurang sejuk. Jadi pohon merupakan pereduksi angin yang baik dibandingkan dengan bangunan atau perkerasan lainnya. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis radiasi matahari pada kawasan Plaza Niaga 1. Kawasan ini memiliki area perkerasan dan bangunan yang lebih luas daripada area terbuka hijaunya. Akibatnya kondisi pada siang hari di kawasan tersebut sangat panas karena minimnya pohon peneduh. Untuk menganalisis radiasi matahari pada kawasan ini digunakan pengukur suhu Thermohygrometer, sehingga dapat diketahui perbedaan suhu antara area yang ternaungi pohon dengan area yang tidak ternaungi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui perbedaan suhu antara area yang ternaungi dengan area tanpa naungan pohon. Pada area yang tidak ternaungi menunjukan suhu yang tinggi. Artinya radiasi matahari pada area tersebut cukup tinggi sehingga menimbulkan suasana yang panas. Hal sebaliknya terjadi pada area yang ternaungi pohon. Karena pohon dapat mengurangi radiasi matahari yang datang. Sehingga ketika radiasi mencapai permukaan tanah tidaklah dalam intensitas yang tinggi. Karena sudah dipantulkan, diserap, dan diteruskan terlebih dahulu oleh tajuk pepohonan. Maka area ini memerlukan penambahan pohon untuk memodifikasi radiasi matahari yang
46
datang. Agar pengguna dapat merasakan kenyamanan ketika berkunjung ke Plaza Niaga I. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13.
Graha Utama dan Graha Madya Pada kawasan ini dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan kecepatan angin. Analisis dilakukan saat pagi, siang dan sore hari, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan atau penurunan kecepatan angin. Selain itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kecepatan angin dalam kawasan ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort seperti yang dilakukan pada dua kawasan sebelumnya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada area ini pun, angin bertambah kuat ketika sore hari. Karena cuaca pada sore hari yang semakin mendung dan hujan yang disertai oleh angin. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kecepatan angin yang bertiup pada area ini. Faktor tersebut antara lain pepohonan yang membentuk ruang terbuka hijau. Sehingga dapat mengurangi kecepatan angin yang bertiup. Karena pohon dapat memecah angin dengan baik. Maka ketika angin melewati area ini, kecepatannya telah berkurang karena sudah direduksi atau dipecah oleh pepohonan. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis radiasi yang dilakukan dengan membandingkan suhu antara area yang ternaungi pohon dengan area tanpa naungan. Dengan begitu dapat diketahui intensitas radiasi matahari yang datang. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pengukur suhu, yakni Thermohygrometer. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa area yang ternaungi pohon memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan area tanpa naungan. Hal tersebut terjadi karena tajuk pepohonan dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik. Ketika radiasi matahari mencapai permukaan tajuk pohon terjadi proses pemantulan, penyerapan, dan penerusan radiasi oleh daun (Grey dan Denekke, 1978). Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13.
47
Taman Budaya dan Alam Fantasia Analisis kecepatan angin pada area ini dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya perubahan kecepatan angin ketika sore hari. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang mendung dan hujan yang disertai angin dengan skala sepoi kuat menurut Skala Beaufort. Kecepatan angin dapat dikurangi dengan adanya pepohonan yang melindungi area ini. Karena kumpulan tajuk pohon yang rapat dapat memecah, menahan, dan membelokkan angin ke arah area yang jarang dilalui manusia. Berikutnya akan dibahas mengenai analisis radiasi matahari pada kawasan Taman Budaya dan Alam Fantasia. Kawasan ini memiliki cukup banyak pohon bertajuk besar, sehingga dapat menaungi lokasi ini dari radiasi matahari. Untuk mengetahui perbedaan intensitas radiasi matahari dapat digunakan Thermohygrometer. Sebab suhu dapat menentukan banyak atau sedikitnya intensitas radiasi matahari yang datang. Sama halnya dengan ketiga lokasi sebelumnya, bahwa area dengan naungan pohon memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan area tanpa naungan. Penyebabnya pun sama, yakni tajuk pepohonan yang rapat dapat mengurangi intensitas radiasi matahari yang datang. Sehingga saat radiasi matahari sampai ke permukaan tanah yang ternaungi pohon, intensitasnya sudah berkurang. Berikut disajikan data kecepatan angin berdasarkan Skala Beaufort dan pengukuran suhu dengan Thermohygrometer pada Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 12 Data Analisis Kecepatan Angin Berdasarkan Skala Beaufort Kecepatan Angin (m/s) Pagi 0.5 – 8 Marketing Office Siang 0.5 – 8 Sore 2 – 16,5 Pagi 0.5 – 8 Plaza Niaga I Siang 0.5 – 8 Sore 2 – 10,5 Pagi 0.5 – 8 Graha Madya dan Graha Siang 2–8 Utama Sore 2 – 13,5 Pagi 0.5 – 8 Taman Budaya dan Alam Siang 0.5 – 8 Fantasia Sore 2 – 13,5 (Sumber : Data Survei, Agustus 2010) Lokasi
Waktu
Deskripsi Udara ringan hingga sepoi sedang Udara ringan hingga sepoi sedang Sepoi lemah hingga angin ribut lemah Udara ringan hingga sepoi sedang Udara ringan hingga sepoi sedang Sepoi lemah hingga sepoi segar Udara ringan hingga sepoi sedang Sepoi lemah hingga sepoi sedang Sepoi lemah hingga sepoi kuat Udara ringan hingga sepoi sedang Udara ringan hingga sepoi sedang Sepoi lemah hingga sepoi kuat
48
Gambar 20 Pepohonan Mereduksi Kecepatan Angin (Sumber: Grey dan Denekke,1978) Tabel 13 Data Analisis Pengukuran Suhu dengan Thermohygrometer Lokasi
Tempat Titik Ukur
Pintu Masuk Marketing Office Area Parkir Naungan Pohon Pintu Masuk Plaza Niaga I Area Parkir Naungan Pohon Pintu Masuk Graha Madya dan Area Parkir Graha Utama Naungan Pohon Pintu Masuk Taman Budaya dan Area Parkir Alam Fantasia Naungan Pohon (Sumber : Data Survei, Mei-Juni 2010)
Suhu (oC) Mei 32 33 30 33 33 30 31 30.5 30 30,5 30 30
Juni 31 33 30 33 33 31 31 32 30 30,5 30 30
Gambar 21 Suhu Lebih Rendah Pada Naungan Pohon (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995)
49
5.2 Evaluasi 5.2.1 Evaluasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Evaluasi dilakukan pada empat lokasi studi yaitu Marketing Office, Plaza Niaga 1, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Evaluasi berkaitan dengan fungsi pohon sebagai pereduksi angin. Terdapat tujuh kriteria standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian pohonpohon pada tiap area CBD sebagai pereduksi angin. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dan kriteria standar. Maka dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui sesuai atau tidak sesuainya pohon sebagai pereduksi angin pada kondisi aktual. Hal itu dapat diketahui dari nilai persentase pembobotan yang telah diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Persentase Pembobotan = Nilai Aktual x 100% Nilai Standar Marketing Office Berdasarkan persentase pembobotan yang telah diperoleh, area ini memiliki satu pohon yang dinilai tidak sesuai sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut adalah Alstonia scholaris (39%), karena memiliki daerah bebas cabang yang rendah, ditanam tidak rapat, tajuk tidak bersinggungan, ditanam menyebar dan tidak sesuai orientasi penanamannya. Sehingga pohon tersebut pada area Marketing Office tidak sesuai sebagai pereduksi angin. Kemudian, ada dua pohon yang dinilai kurang sesuai dan satu pohon yang dinilai cukup sesuai. Jadi area ini tidak memiliki pohon yang dinilai sesuai untuk pereduksi angin. Maka, area Marketing Office memerlukan penambahan pohon yang dapat berfungsi dengan baik sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut dapat ditanam di lokasi yang sering dilalui oleh pengguna dan dilewati oleh angin yang cukup kuat. Secara detail penilaian evaluasi terhadap kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 14.
Plaza Niaga 1 Berdasarkan persentase pembobotan yang diperoleh, Plaza Niaga I tidak memiliki pohon yang dinilai sesuai sebagai pereduksi angin. Karena terdapat beberapa kriteria pohon yang dinilai rendah untuk pereduksi angin. Hanya ada satu dari tujuh pohon yang dinilai cukup sesuai, yaitu Acacia mangium (61%).
50
Enam pohon lainnya dinilai kurang sesuai, karena tidak memenuhi kriteria standar sebagai pereduksi angin. Jadi secara keseluruhan pohon-pohon pada area ini dinilai kurang sesuai sebagai pereduksi angin karena nilai pembobotannya sebesar 53%. Maka Plaza Niaga I memerlukan penambahan pohon yang dapat berfungsi sebagai pereduksi angin. Sehingga pengguna dapat merasa nyaman dan aman jika berada pada area yang dilewati oleh angin sepoi kuat. Area pada Plaza Niaga I yang membutuhkan penambahan pohon adalah area parkir, sekeliling bangunan, dan sirkulasi. Secara rinci penilaian evaluasi terhadap kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 14.
Graha Utama dan Graha Madya Area perkantoran ini memiliki 19 jenis pohon yang tersebar pada seluruh bagian. Hanya satu pohon yang dinilai sesuai untuk pereduksi angin adalah Hevea brasiliensis (93%). Pohon lainnya dinilai cukup sesuai dan kurang sesuai. Terdapat 16 pohon yang dinilai cukup sesuai karena memiliki pembobotan sebesar 61% - 80%. Serta dua pohon yang dinilai kurang sesuai yaitu Averrhoa bilimbii (46%) dan Plumeria sp. (50%). Secara keseluruhan pepohonan pada area Graha Utama dan Graha Madya dinilai cukup sesuai sebagai pereduksi angin dengan nilai pembobotan 70%. Jadi area ini tidak memerlukan penambahan pohon karena fungsinya sudah dinilai cukup sesuai. Pepohonan pada area ini memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik. Sehingga fungsinya sebagai pereduksi angin dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Penilaian evaluasi terhadap kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 14.
Taman Budaya dan Alam Fantasia Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 42 jenis pohon dengan jumlah 921 pohon. Sehingga area ini cukup terlindungi oleh pepohonan. Berdasarkan penilaian pembobotan yang telah dilakukan area ini hanya memiliki satu pohon yang dinilai sesuai yakni Pinus merkusii (82%). Pepohonan lainnya dinilai cukup sesuai dan kurang sesuai. Pohon yang dinilai cukup sesuai berjumlah 28 batang dan kurang sesuai berjumlah 13 batang. Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai sebagai pereduksi angin dengan nilai
51
pembobotan 64%. Agar pohon yang dinilai kurang sesuai menjadi sesuai sebagai pereduksi angin. Maka dibutuhkan penambalan beberapa pohon pada titik-titik dimana pohon yang kurang sesuai berada. Kemudian pohon yang telah dinilai sesuai dan cukup sesuai, hanya memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik. supaya fungsinya sebagai pereduksi angin dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Sehingga pengguna yang sering datang ke area ini merasa nyaman dan aman, karena terlindungi dari angin yang cukup kuat. Berikut penilaian evaluasi RTH (pohon) sebagai pereduksi angin pada Tabel 14.
Tabel 14 Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pereduksi Angin Pada Empat Lokasi CBD No Marketing Office
1. 2. 3. 4. No
Plaza Niaga I
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No
Graha Utama dan Graha Madya
Taman Budaya Dan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. No 1.
Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Phoenix roebeleni Palem Phoenix Samanea saman Ki Hujan Terminalia mantaly Ketapang Kencana Jumlah Rata-rata Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Erythrina cristagali Dadap Merah Mangifera indica Mangga Paraserianthes falcataria Sengon Rosytonea regia Palem Raja Samanea saman Ki Hujan Jumlah Rata-rata Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Averrhoa bilimbii Belimbing Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu Cerbera odollam Bintaro Elaeis guineensis Kelapa Sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Ficus elastica Beringin Karet Hevea brasiliensis Karet Lagerstomia speciosa Bungur Mangifera indica Mangga Manilkara kauki Sawo Kecik Nephelium lapaceum Rambutan Paraserianthes falcataria Sengon Plumeria sp. Kamboja Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Terminalia catappa Ketapang Jumlah Rata-rata Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia
Nilai Aktual 11 16 16 19 15.5 Nilai Aktual 17 13 16 12 16 14 17 15 Nilai Aktual 19 13 22 22 19 20 20 21 26 19 17 21 17 22 14 21 22 19 17 20 Nilai Aktual 20
Nilai Standar 28 28 28 28 28 Nilai Standar 28 28 28 28 28 28 28 28 Nilai Standar 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 Nilai Standar 28
Persentase Pembobotan 39% 57% 57% 68% 55% Persentase Pembobotan 61% 46% 57% 43% 57% 50% 57% 53% Persentase Pembobotan 68% 46% 79% 79% 68% 71% 71% 75% 93% 68% 61% 75% 61% 79% 50% 75% 79% 68% 61% 70% Persentase Pembobotan 71%
52
Alam Fantasia
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Alstonia scholaris Pulai Araucaria cunninghamii Cemara Gunung Araucaria heterophylla Cemara Norflok Arthocarpus heterophylla Nangka Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon citrinus Sikat Botol Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro Cinnamomum inners Kayu Manis Cocos capitata Kelapa Gading Diallum indum Asem Kranji Elaeis guinensis Kelapa sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Erythrina indica-picta Dadap Kuning Eucalyptus deglupta Kayu Putih Ficus benjamina Beringin Ficus elastica Beringin Karet Gmelina arborea Jati Hibiscus tiliaceus Waru Livistonia australis Lettuce Palm Mangifera indica Mangga Mimusop elengi Tanjung Nichelia campaka Cempaka Paraserianthes falcataria Sengon Phoenix roebelini Palem phoenix Pinus merkusii Pinus Pisonia alba Cabbage Tree Plumeria sp. Kamboja Psidium guajava Jambu Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Swietenia mahogany Mahoni Syzygium polyanthum Salam Tamarindus indica Asam Jawa Terminalia catappa Ketapang Theretia peruvisma Kembang Jepun Jumlah Rata-rata
18 19 19 16 17 20 14 14 16 19 16 21 21 13 19 17 19 19 21 21 20 19 18 12 16 16 19 20 15 23 14 13 17 21 20 18 20 18 20 20 13 17,88
28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
64% 68% 68% 57% 61% 71% 50% 50% 57% 68% 57% 75% 75% 46% 68% 61% 68% 68% 75% 75% 71% 68% 64% 43% 57% 57% 68% 71% 54% 82% 50% 46% 61% 75% 71% 64% 71% 64% 71% 71% 46% 64%
Keterangan: ≤ 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, ≥ 81% : sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).
5.2.2 Evaluasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Evaluasi dilakukan pada empat lokasi studi yaitu Marketing Office, Plaza Niaga 1, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Evaluasi berkaitan dengan fungsi pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Terdapat enam kriteria standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian pohon-pohon pada tiap area CBD sebagai pengontrol radiasi matahari. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dan kriteria standar. Maka dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui sesuai atau
53
tidak sesuainya pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Hal itu dapat diketahui dari nilai persentase pembobotan yang telah diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Persentase Pembobotan = Nilai Aktual x 100% Nilai Standar Marketing Office Pada area ini terdapat dua jenis pohon yang dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari karena memenuhi hampir semua kriteria standar. Pohon tersebut adalah Samanea saman (83%) dan Terminalia mantaly (88%). Sedangkan dua pohon lainnya dinilai cukup sesuai, yaitu Alstonia scholaris (79%) dan Phoenix roebeleni (63%). Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai (78%) sebagai pengontrol radiasi matahari. Namun, area ini tetap membutuhkan beberapa penambahan pohon penaung untuk menaungi area parkir yang masih terbuka. Karena penanaman pohon pada area ini kurang menyebar dan mengakibatkan beberapa area terlihat terbuka atau tanpa naungan. Untuk pohon yang telah dinilai sesuai dan cukup sesuai memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik, agar dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsinya sebagai pengontrol radiasi matahari. Penilaian evaluasi RTH (pohon) untuk pengontrol radiasi matahari pada area ini tersaji dalam Tabel 15.
Plaza Niaga 1 Area perniagaan ini memiliki tiga jenis pohon yang dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Pohon tersebut adalah Acacia mangium (96%), Paraserianthes falcataria (96%), dan Samanea saman (96%). Adapun tiga jenis pohon yang dinilai cukup sesuai yaitu Bauhinia purpurea (71%), Erythrina cristagali (79%), dan Mangifera indica (71%). Serta satu pohon yang dinilai kurang sesuai yaitu Rosytonea regia (46%). Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Namun, pepohonan tersebut ditanam secara tidak merata pada seluruh area Plaza Niaga I. Sehingga terdapat banyak bagian pada area ini yang tidak ternaungi pohon dengan baik dan mengakibatkan kekurangnyamanan saat melintas pada area tersebut. Bagian yang tidak ternaungi pohon adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling
54
bangunan. Hal itu mengakibatkan kendaraan yang parkir menjadi cepat panas karean terkena radiasi matahari secara langsung. Begitu juga pada sirkulasi dan sekeliling bangunan yang menjadi tidak nyaman ketika dilewati oleh pengguna pada siang hari yang terik. Maka pada Plaza Niaga I memerlukan penambahan pohon pada tiga area tersebut, yang dapat berfungsi dengan baik sebagai pengontrol radiasi matahari. Untuk pohon yang dinilai sesuai dan cukup sesuai memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik agar fungsinya sebagai pengontrol radiasi matahari dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Penilaian evaluasi RTH (pohon) untuk pengontrol radiasi matahari pada area ini tersaji dalam Tabel 15.
Graha Utama dan Graha Madya Graha Utama dan Graha Madya memiliki 19 pohon, diantaranya ada yang dinilai sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Pohon yang dinilai sesuai ada sembilan, cukup sesuai ada tujuh, dan pohon yang dinilai tidak sesuai ada tiga. Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai dengan pembobotan 80%. Dengan begitu pepohonan pada area ini sudah dinilai cukup sesuai dan tidak memerlukan penambahan pohon untuk pengontrol radiasi matahari. Namun, pohon-pohon tersebut harus dirawat dan dikelola dengan baik, agar fungsinya sebagai pengontrol radiasi matahari dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Penilaian evaluasi RTH (pohon) untuk pengontrol radiasi matahari pada area ini tersaji dalam Tabel 15.
Taman Budaya dan Alam Fantasia Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 20 pohon diantara 42 pohon yang dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Adapun 18 pohon yang dinilai cukup sesuai dan empat pohon yang dinilai kurang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai. Namun, pohon-pohon tersebut ditanam secara kurang merata di seluruh area terutama pada Alam Fantasia. Sehingga area tersebut memerlukan beberapa penambahan pohon yang dapat berfungsi dengan baik sebagai pengontrol radiasi matahari. Penambahan pohon dapat dilakukan pada lokasi-
55
lokasi yang masih terbuka tanpa naungan pohon. Lokasi tersebut adalah area parkir dan sirkulasi di Alam Fantasia. Sedangkan pada area Taman Budaya tidak memerlukan penambahan pohon karena penyebarannya sudah merata pada lokasilokasi yang sering dilalui oleh manusia. Pohon-pohon yang dinilai sesuai dan cukup sesuai pada dua area tersebut memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik agar fungsinya dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Berikut penilaian pembobotan pohon untuk pengontrol radiasi matahari yang tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pengontrol Radiasi Matahari Pada Empat Lokasi CBD No Marketing Office
1. 2. 3. 4. No
Plaza Niaga I
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No
Graha Utama dan Graha Madya
Taman Budaya Dan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
No 1.
Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Phoenix roebeleni Palem Phoenix Samanea saman Ki Hujan Terminalia mantaly Ketapang Kencana Jumlah Rata-rata Nama Pohon Latin Lokal Acacia mangium Akasia Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Erythrina cristagali Dadap Merah Mangifera indica Mangga Paraserianthes falcataria Sengon Rosytonea regia Palem Raja Samanea saman Ki Hujan Jumlah Rata-rata Nama Pohon Latin Lokal Alstonia scholaris Pulai Averrhoa bilimbii Belimbing Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu Cerbera odollam Bintaro Elaeis guineensis Kelapa Sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Ficus elastica Beringin Karet Hevea brasiliensis Karet Lagerstomia speciosa Bungur Mangifera indica Mangga Manilkara kauki Sawo Kecik Nephelium lapaceum Rambutan Paraserianthes falcataria Sengon Plumeria sp. Kamboja Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Terminalia catappa Ketapang Jumlah Rata-rata
Latin Acacia mangium
Nama Pohon Lokal Akasia
Nilai Aktual 19 15 20 21 18,75 Nilai Aktual 23 17 19 17 23 11 23 19,16 Nilai Aktual 22 13 19 19 18 14 18 24 23 18 18 22 18 20 13 23 21 20 21 19
Nilai Standar 24 24 24 24 24 Nilai Standar 24 24 24 24 24 24 24 24 Nilai Standar 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Persentase Pembobotan 79% 63% 83% 88% 78% Persentase Pembobotan 96% 71% 79% 71% 96% 46% 96% 79% Persentase Pembobotan 92% 54% 79% 79% 75% 58% 75% 100% 96% 75% 75% 92% 75% 83% 54% 96% 88% 83% 88% 80%
Nilai Aktual 21
Nilai Standar 24
Persentase Pembobotan 88%
56
Alam Fantasia
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Alstonia scholaris Pulai Araucaria cunninghamii Cemara Gunung Araucaria heterophylla Cemara Norflok Arthocarpus heterophylla Nangka Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon citrinus Sikat Botol Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro Cinnamomum inners Kayu Manis Cocos capitata Kelapa Gading Diallum indum Asem Kranji Elaeis guinensis Kelapa sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Erythrina indica-picta Dadap Kuning Eucalyptus deglupta Kayu Putih Ficus benjamina Beringin Ficus elastica Beringin Karet Gmelina arborea Jati Hibiscus tiliaceus Waru Livistonia australis Lettuce Palm Mangifera indica Mangga Mimusop elengi Tanjung Nichelia campaka Cempaka Paraserianthes falcataria Sengon Phoenix roebelini Palem phoenix Pinus merkusii Pinus Pisonia alba Cabbage Tree Plumeria sp. Kamboja Psidium guajava Jambu Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Swietenia mahogany Mahoni Syzygium polyanthum Salam Tamarindus sp. Asam Jawa Terminalia catappa Ketapang Peruviana peruvisma Kembang Jepun Jumlah Rata-rata
18 18 18 20 18 22 20 20 20 19 18 19 21 11 20 13 19 18 20 22 20 18 20 10 19 18 19 21 15 21 15 14 20 23 20 19 22 20 19 20 16 18,73
24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
75% 75% 75% 83% 75% 92% 83% 83% 83% 79% 75% 79% 88% 46% 83% 54% 79% 75% 83% 92% 83% 75% 83% 42% 79% 75% 79% 88% 63% 88% 63% 58% 83% 96% 83% 79% 92% 83% 79% 83% 67% 78%
Keterangan: ≤ 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, ≥ 81% : sesuai
Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).
5.2.3 Evaluasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai kecepatan angin pada area ini yang berhubungan dengan fungsi pohon sebagai pereduksi angin. Terjadi peningkatan kecepatan angin ketika sore hari yang disebabkan oleh cuaca. Untuk melindungi pengguna yang melintas saat itu di area sekitar bangunan, sirkulasi maupun area parkir, diperlukan suatu perisai yang mampu menahan, membelokkan, atau pun mengurangi kecepatannya. Perisai yang dapat berfungsi
57
dengan baik adalah vegetasi atau pepohonan (Brown dan Gillespie, 1995). Dengan begitu perlu dilakukan penambahan penanaman pohon untuk mereduksi angin yang melintas. Selain itu, pepohonan yang ditanam juga dapat memberikan perlindungan pada bangunan dari angin kencang yang menerpa. Berikut disajikan salah satu contoh yang memperlihatkan pohon sebagai pelindung bagi manusia dan bangunan dari kecepatan angin yang datang pada Gambar 22.
Gambar 22 Pohon sebagai Pelindung Manusia dan Bangunan Dari Angin (Sumber : Carpenter et al.1975 dan Brown dan Gillespie,1995) Untuk evaluasi radiasi matahari yang datang, diperlukan beberapa pohon peneduh pada area parkir dan sirkulasi. Karena pohon yang tersedia bertajuk kecil dan kurang mampu mengontrol radiasi matahari. Hal itu mengakibatkan kendaraan yang parkir cepat panas karena tidak terlindung dari radiasi matahari. Pengguna yang memarkirkan mobilnya juga merasa kurang nyaman karena panas. Pada akses masuk dan keluar area dibutuhkan sedikit pohon peneduh untuk memberikan rasa nyaman saat pengguna dengan kendaraan memasuki area. Berikut foto eksisting area parkir dan sirkulasi yang tersaji pada Gambar 23.
Gambar 23 Foto Area Parkir dan Sirkulasi Marketing Office
58
Plaza Niaga 1 Plaza Niaga I memiliki perkerasan yang lebih luas dibandingkan dengan RTH. Maka pada saat angin bertambah kencang atau kuat, pengguna tidak dapat terlindungi dengan baik dan merasa kurang nyaman. Jadi diperlukan penambahan penanaman pohon yang dapat mereduksi angin dengan baik dan memenuhi kriteria sebagai pereduksi angin. Penambahan tersebut dilakukan pada area-area yang terbuka seperti area parkir, sirkulasi, dan bangunan. Agar pengguna dapat dengan mudah memarkir mobil dan berjalan pada sirkulasi yang ada. Untuk evaluasi yang berkaitan dengan pengontrol radiasi matahari, area ini termasuk dalam kategori panas. Karena kurangnya pepohonan yang dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman. Jadi area ini memerlukan penanaman pohon yang dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik. Sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan sejuk, juga terlindungi dari radiasi matahari yang datang. Penambahan pohon dapat dilakukan pada area yang sering dilalui pengguna dan terbuka dari radiasi matahari. Area tersebut adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pada area parkir diperlukan penanaman pohon peneduh agar mobil yang parkir terlindungi dari radiasi matahari dan tidak mudah panas. Pada sirkulasi dibutuhkan pohon yang dapat memberikan rasa nyaman kepada pengguna yang melintas. Pada area sekeliling bangunan perlu penambahan penanaman pohon. Sehingga bangunan terlindungi dari radiasi matahari dan tidak cepat panas pada saat matahari terik.
Gambar 24 Foto Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Plaza Niaga I
59
Graha Utama dan Graha Madya Graha Utama dan Graha Madya dinilai sudah cukup sesuai untuk melindungi manusia dan bangunan dari angin kuat dan radiasi matahari yang datang. Karena area tersebut memiliki banyak pohon yang dapat memberikan perlindungan terhadap angin dan radiasi matahari. Untuk perlindungan dari angin pepohonan dapat berfungsi sebagai pemecah, penghalang, dan pengurang kecepatan angin. Menurut Brooks (1988), pepohonan dapat berfungsi sebagai penyerap, pemantul, dan penerus radiasi matahari. Pepohonan tumbuh pada area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Sehingga dapat melindungi manusia yang melintas, mobil yang parkir, dan bangunan. Jadi ketika siang hari yang panas, area ini tetap terasa sejuk dan nyaman bagi pengguna. Juga saat sore hari dimana kecepatan angin meningkat, area ini terlindungi dengan cukup baik. Berikut foto kondisi pepohonan eksisting pada area parkir, sirkulasi, dan bangunan yang disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25 Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Graha Utama dan Madya Taman Budaya dan Alam Fantasi Area Taman Budaya dan Alam Fantasia juga dinilai sudah mampu untuk memberikan perlindungan terhadap penggunanya dari kecepatan angin dan radiasi matahari yang datang. Karena memiliki banyak pohon yang tumbuh di sekitar lokasi yang sering dilalui oleh pengguna seperti bangunan, area parkir, dan sirkulasi. Sehingga pada saat siang hari yang panas dan terik, area tersebut terasa sejuk dan nyaman bagi penggunanya. Serta pada saat sore hari, dimana angin yang bertiup semakin kuat, area tersebut terlindungi dengan baik. Sebab
60
dikelilingi oleh pepohonan yang dapat berfungsi sebagai windbreaks. Berikut foto yang memperlihatkan kondisi pepohonan area parkir, sirkulasi, dan bangunan pada Gambar 26.
Gambar 26 Area Parkir dan Sirkulasi Taman Budaya dan Alam Fantasia 5.3 Sintesis Pada tahapan ini dihasilkan rekomendasi yang berkaitan dengan evaluasi kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH pada empat kawasan CBD, Sentul City. Selain itu, rekomendasi juga berkaitan dengan identifikasi dan analisis karakteristik pohon terhadap fungsi ekologisnya berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Maka tiap area CBD memiliki rekomendasi masingmasing yang telah disesuaikan berdasarkan analisis dan evaluasi.
5.3.1 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Marketing Office Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, pepohonan pada area ini dinilai kurang sesuai sebagai pereduksi angin. Maka area ini membutuhkan penambahan pohon untuk melindungi lokasi-lokasi yang sering dilalui manusia dan termasuk lokasi yang berpotensi dilewati oleh angin kencang. Rekomendasi penambahan pohon disesuaikan dengan kriteria pohon sebagai pereduksi angin. Terdapat tujuh kriteria pohon sebagai pereduksi angin yang harus dipenuhi. Berarti pohon tersebut harus memiliki tinggi > 15m agar dapat memecah angin pada ketinggian tertentu. Karena angin bertiup semakin kencang ketika ketinggian bertambah.
61
Gambar 27 Pohon Tinggi dapat Mereduksi Angin dengan Baik Kriteria kedua adalah berdaun kecil, karena dapat memecah angin dengan baik. Lagipula pohon yang memiliki daun lebar atau besar akan mudah gugur dan sobek ketika tertiup angin yang cukup kuat. Selanjutnya pohon yang memiliki daerah bebas cabang yang rendah. Jika pohon yang telah ditanam memiliki daerah bebas cabang yang tinggi dapat disiasati dengan menanam semak di bawahnya. Sehingga terbentuk strata ketinggian pohon yang sesuai untuk mereduksi angin. Menurut Brown dan Gillespie (1995), pada dasarnya semak mempunyai pengaruh terhadap angin yang sama dengan pohon, perbedaannya hanya terletak pada luas areanya. Semak dapat dengan efektif melindungi area yang kecil, dimana orang duduk serta mereduksi angin di sekitar area rumah.
Gambar 28 Pohon dengan Daerah Bebas Cabang yang Rendah
Kemudian pohon ditanam dengan jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Sehingga pohon-pohon tersebut dapat membentuk kerapatan yang ideal sebesar 75% - 85%. Supaya angin dapat dipecah dengan baik dan tidak
62
menimbulkan angin turbulen. Selanjutnya pohon bisa ditanam dalam beberapa baris dan sesuai dengan orientasi penanaman. Orientasi penanaman yang baik adalah pohon yang ditanam di depan arah angin. Pada kawasan ini angin bertiup dari arah utara ke selatan, sehingga pohon dapat ditanam di sebelah utara dari objek yang akan dilindungi dari terpaan angin.
Gambar 29 Pohon yang Dipadukan dengan Semak
Gambar 30 Rekomendasi Orientasi Penanaman Pohon Pohon yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah Pinus merkusii, Araucaria heterophylla, Araucaria cunninghamii, Bauhinia blakeana, dan Manilkara kauki. Karena pohon-pohon tersebut dinilai sesuai dan cukup sesuai sebagai pereduksi angin. Selain itu, pohon tersebut dinilai sesuai untuk ditanam di area perkantoran karena tidak menghalangi pandangan ke bangunan yang ada.
63
Plaza Niaga I Rekomendasi untuk area Plaza Niaga I sama dengan pada area Marketing Office. Karena pepohonan pada area ini juga dinilai kurang sesuai dan membutuhkan penambahan penanaman pohon. Pohon yang akan ditambahkan haruslah memenuhi tujuh kriteria fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Alasannya seperti yang telah dikemukan pada area Marketing Office. Beberapa pohon direkomendasikan ditanam pada lokasi-lokasi yang masih terbuka dari terpaan angin atau di depan arah datangnya angin. Lokasi yang dimaksud adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Sehingga pohon tersebut dapat memberikan perlindungan kepada pengguna dari terpaan angin yang datang. Pohon yang dinilai sesuai untuk ditanam pada tiga lokasi tersebut adalah Pinus merkusii, Araucaria
heterophylla, Araucaria cunninghamii, Bauhinia blakeana, Hevea brasiliensis, dan Manilkara kauki. Karena pohon tersebut sudah dinilai sesuai dan cukup sesuai untuk pereduksi angin.
Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya, dan Alam Fantasia Pohon pada Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya, dan Alam Fantasia dievaluasi cukup sesuai sebagai pereduksi angin. Karena banyak pohon pada area tersebut yang memenuhi kriteria standar untuk fungsi ekologis sebagai pereduksi angin. Lagipula pohon-pohon tersebut ditanam cukup menyebar sehingga dapat mereduksi angin dengan optimal. Rekomendasi yang disarankan untuk pepohonan pada area tersebut berupa perawatan dan pengelolaan yang baik. Agar fungsi pohon tersebut sebagai pereduksi angin dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Area ini juga tidak memerlukan penambahan pohon, karena pohon yang ada di sana sudah mencukupi untuk mereduksi angin. Hal itu terbukti dengan 16 pohon yang dinilai cukup sesuai dari 19 pohon yang ada pada Graha Utama dan Graha Madya. Juga 28 pohon yang dinilai cukup sesuai dari 42 pohon yang ada pada kawasan Taman Budaya dan Alam Fantasia.
64
5.3.2 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Marketing Office Pepohonan pada area ini secara keseluruhan dievaluasi cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. namun pohon tersebut ditanam tidak merata di seluruh area Marketing Office. Sehingga masih terdapat lokasi yang tidak ternaungi dengan baik dan mengakibatkan pengguna yang sering melewati lokasi tersebut
merasa
kurang nyaman
karena
panas.
Maka
pada
area
ini
direkomendasikan penambahan pohon pada lokasi-lokasi yang masih terbuka. Lokasi tersebut meliputi area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pohon yang direkomendasikan sebaiknya memenuhi enam kriteria standar sebagai pengontrol radiasi matahari. Pertama adalah kriteria berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Alasannya adalah pohon berdaun tebal dapat menyaring radiasi matahari dengan baik dibandingkan dengan daun yang tipis. Pohon yang rindang dan evergreen memberikan rasa nyaman dan sejuk ketika berada di bawah naungannya. Lagipula pohon evergreen selalu berdaun sepanjang tahun dan tidak menggugurkan daunnya. Dengan begitu pohon dapat berfungsi dengan baik sebagai pengontrol radiasi matahari. Selanjutnya pohon dengan tajuk menyebar, bulat, kubah, atau tak beraturan dapat memberikan naungan yang lebih baik dibandingkan dengan tajuk kerucut ataupun palmae. Karena tajuknya dapat menahan radiasi matahari lebih banyak dan membentuk area bayangan yang lebih luas dibandingkan dengan bentuk tajuk lainnya.
Gambar 31 Penanaman Pohon yang Rapat, Tajuk Bersinggungan, dan Kontinu (Sumber: Brooks, 1988)
65
Berikutnya kriteria berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu (Gambar 31). Karena jarak tanam yang rapat dapat membentuk sekumpulan tajuk yang dapat menahan, memantulkan, dan meneruskan radiasi matahari yang datang. Kriteria lainnya berupa pohon bermassa daun padat, sempit, atau tebal (Gambar 32). Karena pohon dengan massa daun padat dan sempit dapat menahan, menyaring, menangkap, dan memantulkan radiasi dengan baik. Sebab hanya sedikit celah pada dedaunan yang dapat dilewati oleh radiasi matahari.
Gambar 32 Pohon Berdaun Padat dapat Mengurangi Radiasi Matahari Lebih Baik (Sumber: Brooks, 1988) Hal tersebut juga berkaitan dengan morfologi daun atau bentuk daun. Bentuk daun yang lebar dan besar sesuai untuk mengontrol radiasi matahari. Daun yang kecil pun dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik jika kerapatannya sempit. Kemudian orientasi penanaman sangat menentukan suatu pohon dapat memberikan naungan terhadap sesuatu objek (Gambar 33). Orientasi yang baik adalah menanam pohon pada bagian Timur – Barat dari suatu objek yang ingin dilindungi. Selain itu, hal yang terpenting adalah pohon tersebut dapat memberikan naungan yang baik. maka pohon yang direkomendasikan untuh ditambahkan pada area ini adalah Bauhinia purpurea, Manilkara kauki, atau Erythrina indica-picta. Pohon tersebut dapat ditanam pada area parkir dan sirkulasi. Pada sekeliling bangunan dapat ditambahkan Samanea saman atau Manilkara kauki. Pohon-pohon tersebut telah dinilai sesuai untuk mengontrol radiasi matahari, karena memenuhi kriteria standar yang ada.
66
Gambar 33 Orientasi Penanaman Pohon Terhadap Arah Datang Radiasi Matahari (Sumber: Carpenter et al., 1975) Plaza Niaga I Pada area ini pepohonanya dievaluasi cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Namun, pohon-pohon tersebut ditanam secara tidak merata sehingga pada beberapa lokasi masih terbuka tanpa naungan dari pohon. Hal itu mengakibatkan suasana yang panas pada siang hari dan membuat pengunjung merasa kurang nyaman. Lokasi tersebut adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pohon yang direkomendasikan harus memenuhi enam kriteria standar yang telah ditentukan. Enam kriteria tersebut telah dijelaskan sebelumnya. Jadi pohon yang sesuai untuk ditambahkan pada area ini adalah Bauhinia purpurea, Manilkara kauki, atau Erythrina indica-picta. Pohon tersebut direkomendasikan untuk ditanam pada area parkir. Untuk sirkulasi dan sekeliling bangunan direkomendasikan pohon Acacia mangium, Hevea brasiliensis, Mimusoph elengi atau Pinus merkusii.
Graha Utama dan Graha Madya Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada pepohonan di area ini, dinyatakan bahwa pohon-pohon tersebut dinilai cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Sehingga area ini tidak memerlukan penambahan pohon karena pohon-pohon yang ada sudah ditanam merata pada keseluruhan area. Jadi hanya memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik. Supaya fungsi sebagai pengontrol radiasi dari pohon tersebut dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
67
Taman Budaya dan Alam Fantasia Hasil evaluasi dan rekomendasi pada area ini sama dengan pada area Graha Utama dan Graha Madya. Namun, untuk area Alam Fantasia dibutuhkan beberapa tambahan penanaman pohon. Karena pohon yang ada di area tersebut ditanam secara tidak merata. Sehingga terdapat beberapa area yang tidak ternaungi oleh pohon. Area tersebut adalah area parkir dan sirkulasi. Maka pada area parkir direkomendasikan pohon Ficus benjamina atau Acacia mangium. Karena pohon tersebut dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Selain itu, pohon tersebut merupakan pohon eksisting pada area parkir Alam Fantasia. Pada sirkulasi direkomendasikan pohon Bauhinia purpurea, Cerbera odullam, Manilkara kauki, Mimusop elengi, atau Erythrina indica-picta.
5.3.3 Rekomendasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office Angin yang melintasi area Marketing Office mempunyai kecepatan yang beragam. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kecepatan angin pada area ini berkisar 0,5 – 16,5 m/s menurut Skala Beaufort. Ketika sore hari atau hujan kecepatan angin semakin kuat. Maka dibutuhkan beberapa pohon yang mampu mereduksi angin dengan memecahnya, menghalanginya, dan membelokkannya (Gambar 34). Pohon-pohon tersebut diletakkan di area yang sering dilalui pengguna, seperti area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Agar pepohonan tersebut dapat memodifikasi angin yang mencapai Marketing Office.
Gambar 34 Rekomendasi Perlindungan dari Angin (Sumber: Brooks R.G.,1988)
68
Berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan, area tersebut memiliki radiasi yang cukup besar. Hal tersebut dibuktikan dengan suhu yang tinggi. Untuk mengontrol radiasi matahari yang datang, diperlukan beberapa pohon peneduh untuk memberikan rasa nyaman dan sejuk saat siang hari yang panas. Berikut rekomendasi untuk mengontrol radiasi matahari dengan pohon pada Gambar 35.
Gambar 35 Rekomendasi Perlindungan dari Radiasi Matahari (Sumber: Grey and Denekke,1978) Plaza Niaga 1 Plaza Niaga I memiliki area perkerasan yang lebih luas dibandingkan dengan RTHnya. Karena itu area Plaza Niaga I kurang terlindungi dari angin dan radiasi matahari yang datang. Maka diperlukan sesuatu yang dapat memodifikasi angin dan radiasi matahari. Agar area tersebut nyaman dan sejuk pada saat terik matahari ataupun dilalui oleh angin yang kuat. Pepohonan merupakan modifikator yang baik untuk angin dan radiasi matahari. Area yang perlu dilindungi dengan pepohonan adalah area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan yang sering dilalui oleh manusia. Berikut beberapa rekomendasi untuk memodifikasi angin dan radiasi matahari dengan pepohonan pada Gambar 36.
69
Gambar 36. Rekomendasi untuk Memodifikasi Angin dan Radiasi Matahari (Sumber: Brown D.R. dan Gillespie T.J.,1995 ; Chiara dan Koppelman,1989) Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya dan Alam Fantasia Berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan Area Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya dan Alam Fantasia dinyatakan mampu memodifikasi angin dan radiasi matahari dengan baik. Karena kawasan tersebut memiliki pepohonan yang banyak dan rapat disekitar area yang sering dilalui manusia. Misalnya pada area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Sehingga saat siang hari yang panas dan terik kawasan-kawasan tersebut terasa sejuk dan nyaman. Begitu juga saat angin yang kuat melalui wilayah tersebut, dapat diminimalisir kecepatannya. Namun pada Alam Fantasia pohon yang ada ditanama kurang menyabar maka diperlukan sedikit penambahan pohon pada area ini. Penambahan pohon dapat dilakukan pada lokasi yang terbuka dari angin dan radiasi matahari. Lokasi yang dimaksud adalah area parkir dan sirkulasi manusia di dalam Alam Fantasia. Sedangkan ketiga area lainnya direkomendasikan untuk mempertahankan susunan pohon yang dapat menjadi pelindung dari angin dan radiasi
matahari,
berkesinambungan.
serta
perawatan
seperlunya
agar
berfungsi
secara
70
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Simpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian pada Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia CBD di Sentul City adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, kesesuaian fisik Marketing Office dinilai masih kurang sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Karena RTH area tersebut berbentuk menyebar dengan struktur berstrata dua. Hal yang sama terjadi pada fungsi ekologis RTH sebagai pereduksi angin karena nilai pembobotannya sebesar 55% (kurang sesuai). Hal tersebut disebabkan oleh hasil identifikasi dan analisis yang rendah terhadap banyak pohon di area tersebut. Pohon yang dinilai kurang sesuai ada tiga dari empat pohon yang ada di Marketing Office. Satu pohon sisanya dinilai cukup sesuai. Sebaliknya untuk pohon yang berfungsi sebagai pengontrol radiasi matahari dinilai cukup sesuai dengan bobot 78%. Karena terdapat dua pohon yang dinilai sesuai dan cukup sesuai. 2. Kesesuaian fisik pada Plaza Niaga 1 dinilai kurang sesuai sebagai pereduksii angin dan pengontrol radiasi matahari karena berbentuk bergerombol atau menumpuk dengan struktur RTH berstrata dua. Karena pepohonan terkonsentrasi pada suatu suatu area dengan jarak tanam yang rapat dan tak beraturan dengan jumlah pohon diatas 100 batang. Hal tersebut mengakibatkan penyebaran pohon yang tidak merata dan terdapat beberapa lokasi yang masih terbuka. Untuk fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin dinilai kurang sesuai (53%). Sebab banyak pohon yang dinilai kurang sesuai yakni enam pohon dari tujuh pohon yang terdapat di Plaza Niaga I. Selanjutnya fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari dinilai cukup sesuai (79%). Sebab terdapat tiga pohon yang dinilai sesuai dan cukup sesuai, serta satu pohon yang dinilai kurang sesuai. Namun, penyebaran dari pohon-pohon tersebut tidak merata pada seluruh area. Maka area ini memerlukan penambahan pohon agar secara
71
fisik dan ekologis dinyatakan sesuai, serta dapat memberikan perlindungan dari angin dan radiasi matahari pada beberapa lokasi yang sering dilewati oleh manusia. 3. Graha Utama dan Graha Madya memiliki RTH dengan kesesuain fisik yang dinilai cukup sesuai untuk mereduksi angin dan mengontrol radiasi matahari. Karena fisik RTH tersebut berbentuk jalur dengan struktur berstrata banyak dan terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi area ini. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Sehingga area ini cukup terlindungi dari angin yang cukup kuat dan radiasi matahari saat siang hari. Berdasarkan evaluasi terhadap fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin, area ini dinyatakan cukup sesuai (70%). Sebab 16 pohon dari 19 pohon yang ada pada Graha Utama dan Graha Madya dinilai cukup sesuai, satu pohon dinilai sesuai, dan dua pohon dinilai kurang sesuai. Untuk fungsi ekologis pohon terhadap radiasi matahari juga dinilai cukup sesuai dengan bobot 80%. Sebab terdapat sembilan pohon yang dinilai sesuai, tujuh pohon dinilai cukup sesuai, dan tiga pohon dinilai kurang sesuai. Karena itu, area ini tidak memerlukan penambahan pohon untuk mereduksi angin dan mengontrol radiasi matahari. 4. Fisik RTH Taman Budaya dan Alam Fantasia dinilai cukup sesuai untuk mereduksi angin dan mengontrol radiasi matahari. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi Taman Budaya dan Alam Fantasia. Serta beberapa pohon yang ditanam melengkung dan mengikuti bentukan area. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Untuk fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin dinilai cukup sesuai (64%). Karena terdapat satu pohon yang dinilai sesuai, 28 pohon yang dinilai cukup sesuai, dan 13 pohon yang dinilai kurang sesuai. Untuk fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari dinilai cukup sesuai (78%). Karena terdapat 19 pohon yang dinilai sesuai dari 42 pohon yang ada dan 18 pohon dinilai cukup sesuai, serta empat pohon dinilai kurang sesuai. Walaupun begitu area ini tetap membutuhkan penambahan pohon
72
pada kawasan Alam Fantasia. Karena pepohonan yagn ada di sana ditanam secara kurang merata. Sehingga masih terdapat beberapa area yang terbuka atau kurang terlindungi dari angin dan radiasi matahari.
6.2 Saran Hasil penelitian ini menghasilkan tiga macam rekomendasi yang disarankan kepada pihak pengelola Sentul City. Rekomendasi tersebut antara lain: 1. Rekomendasi RTH (pohon) sebagai pereduksi angin, Pada Marketing Office direkomendasikan beberapa penambahan pohon yang memenuhi tujuh kriteria standar fungsi pohon sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut adalah Pinus merkusii, Araucaria heterophylla, Araucaria cunninghamii, Bauhinia blakeana, dan Manilkara kauki. Pohon tersebut disarankan ditanam pada area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Tujuannya adalah memberikan perlindungan kepada pengguna yang sering melalui area tersebut. Untuk Plaza Niaga I disarankan menambah beberapa pohon pada area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pohon yang direkomendasikan adalah Pinus merkusii, Araucaria heterophylla, Araucaria cunninghamii, Bauhinia blakeana, Hevea brasiliensis, dan Manilkara kauki. Pada Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya, dan Alam
Fantasia
tidak memerlukan
penambahan pohon. Pohon yang sudah ada, cukup untuk mereduksi angin yang datang. Area tersebut hanya memerlukan perawatan dan pengelolaan, agar fungsi ekologisnya dapat dipertahankan atau ditingkatkan. 2. Rekomendasi RTH (pohon) sebagai pengontrol radiasi matahari, Marketing Office memerlukan penambahan pohon yang memenuhi enam kriteria standar fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. pohon tersebut adalah Bauhinia purpurea, Manilkara kauki, atau Erythrina indica-picta, yang dapat ditanam pada area parkir dan sirkulasi. Pada sekeliling bangunan dapat ditambahkan Samanea saman atau Manilkara kauki. Pada Plaza Niaga I direkomendasikan penambahan pohon untuk area parkiran yaitu Bauhinia purpurea, Manilkara kauki, atau Erythrina
indica-picta.
Sirkulasi
dan
sekeliling
bangunan
73
direkomendasikan pohon Acacia mangium, Hevea brasiliensis, Mimusoph elengi atau Pinus merkusii. Untuk Graha Utama, Graha Madya, dan Taman Budaya tidak memerlukan penambahan pohon, karena pohon yang ada sudah sesuai untuk mengontrol radiasi matahari. Area tersebut memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik, supaya fungsinya dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Pada Alam Fantasia disarankan menambah beberapa pohon pada area parkir, yaitu Ficus benjamina atau Acacia mangium. Pada sirkulasi direkomendasikan pohon Bauhinia purpurea, Cerbera odullam,
Manilkara kauki, Mimusop elengi, atau
Erythrina indica-picta. 3. Rekomendasi modifikasi angin dan radiasi matahari, Pada Marketing Office dan Plaza Niaga I membutuhkan beberapa pohon yang mampu mereduksi angin dengan memecahnya, menghalanginya, dan membelokkannya. Pohon tersebut diletakkan pada area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Untuk mengontrol radiasi matahari yang datang, diperlukan beberapa pohon peneduh untuk memberikan rasa nyaman dan sejuk saat siang hari yang panas. Pada Graha Utama, Graha Madya, dan Taman Budaya disarankan untuk mempertahankan pohon yang dapat menjadi pelindung dari angin dan radiasi matahari. Serta perawatan seperlunya agar berfungsi secara berkesinambunngan. Alam Fantasia disarankan menambah sejumlah pohon pada area parkir dan sirkulasi. Karena lokasi tersebut masih terbuka dari angin dan radiasi matahari.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arifin H. S.2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Sampoerna. Jakarta. Brooks R. G. 1988. Site Planning (Environment, Process, and Development). Prentice-Hall Inc. New Jersey. Brown D.R. dan Gillespie T.J. 1995. Microclimatic Landscape Design. John Willey and Sons Unc. New York. Bukit Sentul Tbk. 2000. Amdal Pembangunan Permukiman Bukit Sentul. Bandung:[penerbit tidak diketahui]. Carpenter, P.L., T.D. Walker dan F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. W.H. Freeman and Co. San Fransisco. Chiara J.D. dan Koppelman L.E. 1989. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Dahlan, E.N. 1992. Membangun Kota Kebun (Green City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. Direkorat Jendral Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. 53hal. Ekcbo, G. 1964. Urban Landscape Design. Mc Graw- Hill Book Company. New York. Frick H. dan Suskiyanto B. 2007. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. ITB Press. Bandung. Grey, G.W. dan Denekke, F.J. 1978. Urban Forestry. John Willey and Sons Inc. New York. Harris W.C. 1995. Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGrawHill Book Company. New York. Harti C.I. 2004. Pengaruh Taman Lingkungan terhadap Suhu Udara Sekitarnya. [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hidayah A.M.A. 2010. Studi Evaluasi Taman Terapeutik (Studi Kasus: Taman Cilaki Atas, Kota Bandung) [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Irwan Z.D. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. PT Bumi Aksara. Jakarta. McDowell, C.F. dan T.C. McDowell. 2008. The Sanctuary Garden. Di dalam: Kreitzer MJ. Healing by Design: Healing Garden and Learning Gardens on Children’s Live, J. Threap. Hort.
75
Napisah, I. 2009. Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor (Kasus: Pohon dan Perdu) [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Diktat Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Saunders Company. USA. Robinette, G. O. 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. Van Nostrad Reinhold Company. New York. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Company. New York. Soemarwoto O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup. Bandung : Jembatan. Tim Departemen ARL Faperta IPB. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan. Bogor: IPB. Turyanti, A. dan Effendy, S. 2006. Modul Mata Kuliah Meterologi. Diktat Departemen Geografi, Fisika, dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Institut Pertanian Bogor. Vitasari, D. 2004. Evaluasi Tata Hijau Jalan Pada Tiga Kawasan Pemukiman Besar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
76
LAMPIRAN
77
Lampiran 1. Skala Beaufort Force 0
Kecepatan Angin m/s Km/Jam 0 0
Deskripsi
Indikator di Darat
Calm (tenang)
Asap naik vertikal Arah angin ditunjukan oleh arah hanyut asap tetapi panah angin belum bergerak. Angin terasa di wajah, daun-daun gemerisik, panah angin mulai bergerak. Daun dan ranting kecil tetap bergerak, angin membentangkan bendera kecil/ringan. Debu dan kertas naik ke atas, cabang kecil bergerak Pohon kecil mulai bergoyang, timbul bentuk bergelombang pada perairan dalam. Cabang besar bergerak, kawat, telepon berdesingan, sulit memakai payung. Seluruh pohon bergerak, tidak mudah berjalan, melawn angin Ranting pohon patah, menghalangi gerak maju Kerusakan ringan pada bangunan. Jarang terjadi di pedalaman, pohon tumbang, kerusakan agak besar pada bangunan. Sangat jarang terjadi, kerusakan pada wilayah luas. Semua yang dilewati hancur, udara penuh gelembung, laut putih dengan jarak pandang amat terbatas.
1
0,5-1,5
1-3
Udara ringan
2
2-3
4-7
Sepoi lemah
3
3,5-10
8-19
Sepoi lembut
4
5,5-8
20-28
Sepoi sedang
5
8,5-10,5
29-38
Sepoi segar
6
11-13,5
39-49
Sepoi kuat
7
14-16,5
50-61
Angin ribut lemah
8
17-20
62-74
Angin ribut
9
20,5-23,5
75-88
Angin ribut kuat
10
24-27,5
89-102
Badai
11
28-31,5
103-117
Badai amuk
12
≥ 32
≥118
Topan
Sumber : (Turyanti A. dan Effendy S.,2006)
78
Lampiran 2 Luas RTH Pada Empat Kawasan CBD Sentul City Lokasi
Marketing Office
Nama Pohon Latin Alstonia scholaris Phoenix roebeleni Samanea saman Terminalia mantaly
Lokal Pulai Palem Phoenix Ki Hujan Ketapang kencana
Jumlah Acacia mangium Bauhinia purpurea Plaza Niaga I
Erythrina cristagali Mangifera indica Paraserianthes falcataria Rosytonea regia Samanea saman Jumlah Alstonia scholaris Averrhoa bilimbii Bauhinia blakeana Bauhinia purpurea
Graha Utama dan Graha Madya
Taman Budaya dan Alam Fantasia
Akasia Bunga Kupukupu Dadap Merah Mangga Sengon Palem Raja Ki Hujan Pulai Belimbing Daun KupuKupu Bunga KupuKupu Bintaro Kelapa Sawit Dadap Merah Beringin Karet Karet Bungur Mangga Sawo Kecik Rambutan Sengon Kamboja Angsana Ki Hujan Kecrutan Ketapang
Cerbera odollam Elaeis guineensis Erythrina cristagali Ficus elastic Hevea brasiliensis Lagerstomia indica Mangifera indica Manilkara kauki Nephelium lappaceum Paraserianthes falcataria Plumeria sp. Pterocarpus indicus Samanea saman Spathodea campunulata Terminalis catappa Jumlah Acacia mangium Akasia Alstonia scholaris Pulai Araucaria cunninghamii Cemara Gunung Araucaria heterophylla Cemara Norflok Arthocarpus heterophylla Nangka Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Daun KupuBauhinia blakeana kupu Bunga KupuBauhinia purpurea kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon citrinus Sikat Botol Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro Cinnamomum inners Kayu Manis Cocos capitata Kelapa Gading Diallum indum Asem Kranji
Luas (m2) 458 301 554
Pereduksi Angin 1 √
2
3
4
√ √
293
√
1606 1775
√
Pengontrol Radiasi Matahari 1 2 3 4 √ √ √ √ √
86
√
√
298 50 506 1568 785 5068 59 20
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
√
√
20
√
√
851
√
√
401 156 1217 364 562 78 29 70 28 978 25 100 427 310 50 5735 807 118 214 176 28 114 135
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √
√ √
148
√
√
29
√
√
59 198 85 1970 1554 314 151
√
√ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √
√
√
79
Elaeis guinensis Erythrina cristagali Erythrina indica-picta Eucalyptus deglupta Ficus benjamina Ficus elastica Gmelina arborea Hibiscus tiliaceus Livistonia australis Mangifera indica Mimusop elengi Nichelia campaka Paraserianthes falcataria Phoenix roebelini Pinus merkusii Pisonia alba Plumeria sp. Psidium guajava Pterocarpus indicus Samanea saman Spathodea campanulata Swietenia mahogany Syzygium polyanthum Tamarindus sp. Terminalia catappa Peruviana peruvisma Jumlah
Kelapa sawit Dadap Merah Dadap Kuning Kayu Putih Beringin Beringin Karet Jati Waru Lettuce Palm Mangga Tanjung Cempaka Sengon Palem phoenix Pinus Cabbage Tree Kamboja Jambu Angsana Ki Hujan Kecrutan Mahoni Salam Asam Jawa Ketapang Kembang Jepun
1518 676 28 157 1758 478 777 259 377 20 141 471 2423 155 4908 334 253 806 156 1230 1348 100 50 198 174 137 25032
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √
√
√
√ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91