Empat Kebenaran Mulia Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin
7E9064DE
Nilai Penting Empat Kebenaran Mulia Para bhikkhu, dikarenakan tidak memahami, tidak menembus Empat Kebenaran Mulia, demikianlah ini, Aku dan juga kamu harus berlarian untuk waktu yang lama sekali dan berputar-putar di lingkaran kelahiran-dankematian (D 2:90)
Ceramah Progresif Ānupubbīkathā • “…ceramah ttg: dāna, sīla, surga; ketidak-murnian, kerendahan dan bahaya dari kenikmatan inderawi dan manfaat dari ‘penolakan.’ Ketika bhagavā mengetahui hati brahmana Pokkharasāti sudah siap, lembut (muducitta —hati yg lembut), bebas dari rintangan, gembira dan jernih (pasannacitta), kemudian Beliau membabarkan dhamma yang unik dan istimewa dari para Buddha (buddhānaṃ sāmukkaṃsikā dhammadesanā), yaitu penderitaan (dukkha), kemunculannya (samudaya), kelenyapannya (nirodha) dan Jalan (magga). (D 1:110)
• Karakteristik anattā tidak diketahui kecuali oleh Buddha
Tiga Latihan (Ti sikkhā) • Latihan sīla, samādhi dan paññā berkaitan dengan hierarki kemajuan spiritual.
• Sīla bagus, belum tentu samādhi dan paññābagus.
• Samādhi bagus, sīla juga bagus, tetapi paññā ttg nāma-rūpa belum tentu bagus.
• Paññā-nya berkembang, maka sīla dan samādhi-nya pasti sudah berkembang juga.
Tiga Latihan dan Kelahiran Kembali • Sīla melampaui kelahiran di 4 apāya; samādhi melampaui kelahiran di 7 alam-inderawi; paññā melampaui kelahiran apapun.
• Sīla maksimal tetapi samādhi dan paññā tidak, maka seseorang akan mencapai tingkat kesucian sotāpanna dan sakadāgāmī. Apabila sīla dan samādhi maksimal tetapi hanya sedikit paññā maka seseorang akan mencapai tingkat kesucian Anāgāmī.
• Apabila ketiganya maksimal maka dia akan mencapai ke-arahat-an. (ref: Vimuttimagga:ESK 5; lih. A 4:380f)
• Pandangan Benar Adi-duniawi adalah penembusan 4KM.
Empat Kebenaran Mulia Ref: Mahāsatipaṭṭhānasuttaṃ, D 2:305
1.Kebenaran Mulia ‘Penderitaan' (dukkha ariyasacca).
• Dukkha: (1) kelahiran, (2) usia-tua, (-)sakit, (3)kematian, (4)kesedihan, ratap-tangis, sakittubuh, sakit-batin dan keputus-asaan, (5)berkumpul dengan yang tidak dicintai, (6)berpisah dengan yang dicintai, (7)tidak mendapatkan apa yang diinginkan,(8)secara singkat lima agregat yang menjadi objek kemelekatan.
1. Kelahiran: ‘kelahiran, terlahir, muncul (di kandungan), kelahiran kembali (abhinibbatti), penjelmaan agregat2, mendapatkan landasan-indriya di berbagai mahluk dalam bermacam kelompok mahluk.’
2. Usia tua: ‘usia-tua, tua-renta, tanggalnya gigi, beruban, keriput, berkurangnya usia, menurunnya kemampuan indriya2 di berbagai mahluk dalam bermacam kelompok mahluk.’
3. Kematian: ‘“jatuh,” berpindah, perpecahan, kelenyapan, kematian (maccu maraṇa), waktunya telah habis (kālakiriyā), rusaknya agregat, membuang tubuh, kehancuran indriya-hidup di berbagai mahluk dalam bermacam kelompok mahluk.’
4. Kesedihan: “tersentuh oleh sesuatu atau apapun itu yang menyakitkan (dukkhadhamma), oleh ketidak-beruntungan terhadap apapun (aññataraññatarena byasanena samannāgatassa), kesedihan, kepedihan, kesusahan, kesedihan-di dalam (antosoka), duka-cita-di dalam (antoparisoka).”
• Ratap-tangis: “tersentuh oleh sesuatu atau apapun itu yang menyakitkan (dukkhadhamma), oleh ketidak-beruntungan terhadap apapun (aññataraññatarena byasanena samannāgatassa), menangis, meratapi, menangis penuh penyesalan, meraung, tangisan, ratap-tangis.”
• Sakit tubuh: “perasaan sakit-tubuh apapun, perasaan tidak nyaman di tubuh, perasaan sakit atau tidak menyenangkan yang muncul melalui kontak tubuh.”
• Sakit-batin: “apapun perasaan hati yang menyakitkan (cetasika dukkha), perasaan hati yang tidak menyenangkan (cetasika asāta), perasaan menyakitkan atau tidak menyenangkan yang muncul melalui kontak-batin.”
• Keputus-asaan: “tersentuh oleh sesuatu atau apapun itu yang menyakitkan (dukkhadhamma), oleh ketidak-beruntungan terhadap apapun (aññataraññatarena byasanena samannāgatassa), kesedihan, kesengsaraan, putus asa, keputus-asaan.”
5. Berkumpul dengan yang tidak dicintai: “Disini, siapapun yang tidak mengharapkan, tidak menyukai objek mata,…batin yang tidak menyenangkan, atau berjumpa, menemui, berkumpul dengan, bercampur dengan mereka yang berharap kepadanya yg tidak baik, celaka, sakit dan tidak aman.”
6.Berpisah dengan yang dicintai: “Disini, siapapun yang mengharapkan, menyukai objek mata,…, batin yang menyenangkan, atau berjumpa, menemui, berkumpul dengan, bercampur dengan mereka yang berharap kepadanya yg baik, bermanfaat, nyama dan aman: ibu atau ayah atau kakak laki2 atau kakak perempuan atau teman2 atau kolega2 atau saudara sedarah yang kemudian direnggut dari kebersamaan, pergaulan, hubungan, persatuan.”
7.Tidak mendapatkan apa yang diinginkan: “Di mahluk2 yang mengalami kelahiran (jātidhamma), harapan spt ini muncul: • ‘Oo andaikan kita tidak terlahir, andaikan kita tidak harus datang untuk lahir,’ Tetapi hal ini tidak bisa didapat dengan cara berharap, inilah tidak mendapatkan yang seseorang inginkan adalah dukkha. (Catatan: yg digaris bawah diganti dg tidak menjadi tua, tidak menjadi sakit, tidak mati, tidak sedih, tidak ada ratap-tangis, tidak sakit tubuh, tidak sakit batin, tidak putus asa.)
8. Secara singkat lima agregat yang menjadi objek kemelekatan: yaitu: agregat materialitas, agregat perasaan, agregat persepsi, agregat formasi-formasi, agregat kesadaran yang menjadi objek kemelekatan.
2. Kebenaran Mulia “Sebab Penderitaan” • “Taṇhā (keinginan) yang menghasilkan kelahiran kembali, disertai dengan kenikmatan dan nafsu, mencari kepuasan disini dan disana, yaitu: keinginan inderawi (kāmataṇhā), keinginan akan eksistensi (bhavataṇhā), keinginan akan noneksistensi (vibhavataṇhā).
• ‘Keinginan muncul dan mengokohkan’ dirinya di apapun yang menyenangkan dan dapat dinikmati di dunia ini (yaṃ loke piyarūpaṃ sātarūpaṃ).
• 6 indriya, 6 objek, 6 kesadaran, 6 kontak, 6 perasaan yg muncul dari kontak, 6 kehendak, 6 keinginan, 6 pikiranawal (vitakka) dan 6 kelanjutan pikiran (vicāra)
Avijjā (Ketidak-tahuan) Vism.xvii.587 • Ketidaktahuan akan 4KM, masa lalu, depan, masa lalu & masa depan, akan hal-hal yang menyebabkan sebab-akibat-yang-saling-berketergantungan.’ • Menyembunyikan Kebenaran akan 4KM, mencegah penembusan fungsi dan karakteristik yang sesungguhnya. Demikian pula halnya dg limaagregat yang dulu disebut masa-lalu, lima-agregat yang menghampiri disebut masa depan, dan kausalitas khusus, serta sebab-akibat yang saling bergantungan.
3. Kebenaran Mulia “Lenyapnya Dukkha” • ‘Lenyap dan berhentinya taṇhā tersebut tanpa sisa (taṇhāya asesavirāganirodha), melepaskan, meninggalkan, terbebaskan dan tidak melekatinya.
• Keinginan ditinggalkan dan lenyap di apapun yang menyenangkan dan dapat dinikmati di dunia ini (yaṃ loke piyarūpaṃ sātarūpaṃ).
• 6 indriya, 6 objek, 6 kesadaran, 6 kontak, 6 perasaan yg muncul dari kontak, 6 kehendak, 6 keinginan, 6 pikiranawal (vitakka) dan 6 kelanjutan pikiran (vicāra)
•
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha” • JMB 8
1. Pandangan Benar: Pengetahuan ttg dukkha (dukkhe ñāṇa), pengetahuan ttg penyebab dukkha (dukkhasamudaye ñāṇa), pengetahuan ttg lenyapnya dukkha (dukkhanirodhe ñāṇa) dan pengetahuan tentang Jalan menuju ke lenyapnya dukkha (dukkhanirodhagāminiyā paṭipadāya ñāṇa).
2.Pikiran Benar: pikiran ttg penolakan (nekkhammasaṅkappa), pikiran ttg bebas-kedengkian (abyāpādasaṅkappa), pikiran ttg bebas-kekerasan (avihiṃsāsaṅkappa).
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha” 3. Ucapan Benar: menahan diri dari berbohong, menahan diri dari fitnah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari pergunjingan.
4.Perbuatan Benar: menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari mengambil sesuatu yang tidak diberikan, menahan diri dari perzinahan.
5.Penghidupan Benar: ‘Disini, para bhikkhu, murid mulia meninggalkan penghidupan-salah dan memulai hidup dengan penghidupan-benar.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha” 6. Usaha Benar: ‘seorang bhikkhu membangkitkan kemauannya, berusaha keras, mengerahkan pikirannya dan berjuang untuk:
(1)Mencegah kemunculan keadaan batin yang tidak baik yang belum muncul.
(2)Meninggalkan keadaan batin yang tidak baik yang telah muncul.
(3)Mengembangkan keadaan batin yang baik yang belum muncul.
(4)Merawat keadaan batin yang sudah muncul supaya tidak hilang, semakin menumbuhkannya dan mengembangkannya secara maksimal.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha” 7. Perhatian Benar:
(1) Setelah menjauhkan dari iri-hati dan ketidak-nyamanan di dunia, seorang bhikkhu berdiam dengan usaha keras, penuh kewaspadaan, penuh perhatian merenungkan tubuh di dalam tubuh.
(2)…merenungkan perasaan di dalam perasaan-perasaan.
(3)…merenungkan pikiran di dalam pikiran.
(4)…merenungkan dhamma di dalam dhamma.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha” 8. Konsentrasi Benar:
(1) Disini, seorang bhikkhu, terpisah dari kepuasan inderawi, terpisah dari keadaan batin yang tidak baik, mencapai dan berdiam di jhāna ke-1 disertai dengan vitakka, vicāra, pīti dan sukha yang lahir dari ketidak-melekatan/kesunyian (vivekajā).
(2)Dengan tenang/diamnya (vūpasamā) vitakka dan vicāra melalui pencapaian kemanunggalan batin dan ketenangan-di dalam, dia mencapai dan berdiam di jhāna ke-2, tanpavitakka, tanpa-vicāra, pīti dan sukha yang lahir dari samādhi.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha” 8. Konsentrasi Benar:
(3)Dengan luruhnya pīti, dia berdiam dengan ketenangan-hati (upekkhā), penuh perhatian dan kewaspadaan, mengalami kebahagiaan dengan tubuhnya, dia mencapai dan berdiam di dalam jhāna ke-3 dimana para orang-suci menyatakannya, “dia berdiam dengan kebahagiaan dalam ketenangan-hati dan perhatian penuh (upekkhako satimā sukhavihārī’ti).”
(4)Dengan meninggalkan kebahagiaan (sukha) dan penderitaan (dukkha), dan dengan lenyapnya kegembiraan (somanassa) dan kesedihan (domanassa) di awal, dia mencapai dan berdiam di dalam jhāna ke-4 yang bukan kebahagiaan-danbukan-penderitaan (adukkhamasukha), dengan perhatianpenuh dan ketenangan-hati yang termurnikan secara sempurna (upekkhāsatipārisuddha) oleh upekkhā.”
Selesai Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin
7E9064DE