EFISIENSI BIAYA DAN EFISIENSI PROFIT PADA UNIT USAHA SYARIAH (UUS) DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA) TAHUN 2007-2011 Thivany Agnesty Z dan M. Budi Prasetyo Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi biaya dan efisiensi profit perbankan syariah di Indonesia khususnya Unit Usaha Syariah (UUS). Terdapat 18 UUS yang digunakan sebagai sampel penelitian ini dengan jangka waktu penelitian selama 5 tahun yaitu 2007-2011. Dalam penelitian ini akan digunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dengan menggunakan software Frontier 4.1. Variabel dipilih berdasarkan pendekatan intermediasi dengan variabel input berupa harga tenaga kerja, harga dana, dan harga modal. Sementara variabel output berupa total pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Semakin mendekati angka 1 maka semakin efisien bank tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada UUS yang mempunyai nilai 1 dalam efisiensi biaya dan efisiensi profit. Rata-rata efisiensi biaya selama 5 tahun sebesar 1.252, artinya inefisiensi biaya sebesar 0.252. Sedangkan rata-rata efisiensi profit sebesar 0.881, artinya inefisiensi profit sebesar 0.1192. Hal ini menandakan selama periode penelitian, UUS lebih efisien dalam menghasilkan profit dibandingkan mengendalikan biaya.
Cost and Profit Efficiency of Islamic Business Unit with Sochastic Frontier Analysis (SFA) Method in 2007-2011 Abstract This research purpose to analyze the cost efficiency and profit efficiency of Islamic Business Unit. There are 18 Islamic Business Unit are used as the sample of this study for 5 years during 2007-2011. In this research the method of Stochastic Frontier Analysis (SFA) using the software Frontier 4.1. Variables selected based intermediation approach. Input variable in this study is the price of labor, the price of funds, and the price of capital. While the output variables such as total financing and the other earning assets. The closer to 1 the more efficient the bank. The analysis showed that there was no UUS which has 1 of value in cost efficiency and profit efficiency. The average cost efficiency for 5 years is 1.252, it means the inefficiency of cost is 0.252. while the average profit efficiency is 0.881, it means the inefficiency of profit is 0.1192. The value of profit inefficiency is lower than the cost inefficiency, it means that during the research period, UUS more efficient in generating profits than controlling costs. Keywords: cost efficiency, islamic business unit, profit efficiency, stochastic frontier analysis
Pendahuluan Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Efisiensi bagi sebuah bank atau industri perbankan secara keseluruhan merupakan aspek yang paling
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
penting diperhatikan untuk mewujudkan suatu kinerja keuangan yang sehat dan berkelanjutan (sustainable). Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 1997 – 1998 merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut, banyak lembaga-lembaga keuangan, termasuk perbankan, mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Sebagai akibatnya kualitas aset perbankan turun secara drastis sementara sistem perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar.
Kondisi ini diperparah lagi akibat tindakan pemerintah melikuidasi beberapa bank konvensional sehingga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan konvensional merosot tajam. Berbeda dengan bank syariah, yang selama periode krisis keuangan dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga tetapi berdasarkan prinsip bagi hasil. Dengan demikian perbankan syariah dapat menjalankan fungsi intermediasinya secara optimal tanpa terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah daripada bank konvensional.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Selaku regulator, Bank Indonesia memberikan perhatian yang serius dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa „maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor riil karena produk yang ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying transaksi di sektor riil sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional. Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan membawa manfaat yang lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha selaku debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana.
Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara (Tabel 1.1). Total aset perbankan syariah mencapai Rp149,3 triliun (BUS & UUS Rp145,6 triliun dan BPRS Rp3,7 triliun) atau tumbuh sebesar 51,1% dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima tahun terakhir (2007-2011), sementara rata-rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟.
Tabel 1. Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia
Indikator BUS UUS BPRS Jaringan Kantor
2007 3 26 114 802
2008 5 27 131 1069
2009 6 25 138 1069
2010 11 23 150 1763
2011 11 24 155 2102
2012* 11 24 155 2380
Aset (miliar Rp) DPK (miliar Rp) PYD (miliar Rp)
37754 28730 28837
51249 37818 38455
51249 37828 38455
100258 77640 70190
148987 117510 105331
149321 116871 106532
*posisi bulan Februari 2012 Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah, September 2012.
Dalam penelitian ini akan dianalisis kinerja Unit Usaha Syariah yang diukur dari efisiensi biaya dan efisiensi profit pada Unit Usaha Syariah (UUS) dengan metode Stochastic Frontier Analysis tahun 2007-2011.
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Tinjauan Teoritis Bank pada umumnya dikenal masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan berupa giro, tabungan, dan deposito. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Salah satu fungsi vital perbankan adalah sebagai lembaga yang berperan menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah lain yang membutuhkan dana. Bagi perbankan konvensional, sumber keuntungan terbesar merupakan selisih (spread) antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada para nasabah penyimpan dana (Wirdyaningsih, 2005). Sistem perbankan Islam berbeda dengan sistem perbankan konvensional, karena sistem keuangan dan perbankan Islam merupakan subsistem dari suatu sistem ekonomi Islam yang cakupannya lebih luas. Oleh karena itu, perbankan Islam, tidak hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut secara sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah (Wirdyaningsih, 2005).
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya.Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya.Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh bank syariah (Institut Bankir Indonesia, 2001). Tabel.2 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Perbedaan
Bank Konvensional
Falsafah
Berdasarkan atas bunga
Fungsi dan Kegiatan Bank
Intermediasi, Jasa Keuangan
Mekanisme dan Objek Usaha
Tidak antiriba dan antimaysir
Bank Syariah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi dan ketidakjelasan Intermediasi, Manager Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan Antiriba dan Antimaysir
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Operasional
Prinsip Dasar Operasi
-Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo - Penyaluran pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama -Bebas nilai (prinsip materialis) - Uang sebagai komoditi - Bunga
Prioritas Pelayanan Orientasi
Kepentingan pribadi Keuntungan
Bentuk
Bank komersial
Evaluasi Nasabah
Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness dan collateral) Terbatas debitor-kreditor Pasar Uang, Bank Sentral
Hubungan Nasabah Sumber Likuiditas Jangka Pendek Pinjaman yang diberikan Aspek Sosial
Lembaga Penyelesai
Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Tidak diketahui secara tegas
Pengadilan, Arbitrase
Sengketa
-Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika “diusahakan” terlebih dahulu - Penyaluran dana pada usaha yang halal dan menguntungkan -Tidak bebas nilai (prinsip syariah Islam) -Uang sebagai alat tukar dan bahan komoditi -Bagi hasil, jual beli, sewa Kepentingan publik Tujuan sosial-ekonomi Islam, keuntungan Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multiporpose Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko
Erat sebagai mitra usaha Pasar Uang Syariah, Bank Sentral Komersial dan komersial, berorientasi laba dan nirlaba Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam Visi dan Misi Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional
Risiko Usaha
Struktur Organisasi Pengawas
-Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank -Kemungkinan terjadi negative spread Dewan Komisaris
-Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran -tidak mungkin terjadi negative spread Dewan Komisaris, Dewan Pengawas
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Investasi
Halal atau haram
Syariah, Dewan Syariah Nasional Halal
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Efisiensi perbankan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan dari sisi keuntungan (profit efficiency). Sebuah bank dilihat dari sisi biaya (cost efficiency), dapat dinilai dengan membandingkan dengan bank yang memiliki biaya beroperasi terbaik (best practice bank‟s cost) yang menghasilkan output yang sama dan teknologi yang sama. Sementara dari sisi keuntungan (profit efficiency), mengukur tingkat efisiensi diukur dari kemampuan sebuah bank dalam menghasilkan laba/keuntungan pada setiap unit input yang digunakan (Berger dan Mester, 2006).
Untuk menentukan variabel input dan output suatu bank tersebut terlebih dahulu perlu diketahui mengenai proses produksi suatu bank. Bank adalah lembaga yang bergerak dalam jasa intermediasi antara unit pemilik dana dan pengguna dana. Jasa ini terkait baik langsung maupun tidak langsung kepada asset dan liabilities yang dikelola oleh bank seperti pembiayaan dan pendanaan (Heralina, hal 32, 2005).
Konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input dan output dalam tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun nonparametrik adalah (Heralina, hal 32, 2005): 1. Pendekatan produksi (the production approach) 2. Pendekatan intermediasi (the intermediation approach) 3. Pendekatan asset (the asset approach).
Pendekatan produksi melihat bank sebagai produsen dari akun deposit (deposit accounts) dan kredit pinjaman (loans) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input dalam kasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed assets) dan material lainnya. Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada simpanan, lalu dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments). Akhirnya, pendekatan ini melihat fungsi primer
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset, namun dengan lebih memperlakukan institusi keuangan adalah lembaga yang menjalankan fungsi utama sebagai pencipta pinjaman kredit (loans). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi, input pada penelitian ini adalah harga tenaga kerja (beban personal/total asset), harga dana (beban bagi hasil/total dana pihak ketiga), dan harga modal (biaya administrasi & umum dan biaya lainnya/aktiva tetap). Sedangkan output pada penelitian ini adalah total pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Total pembiayaan terdiri dari Piutang (Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah), dan Pembiayaan Bagi Hasil (Musyarakah dan Mudharabah). Untuk aktiva produktif lainnya terdiri dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Penempatan Pada Bank Lain, dan Surat Berharga Yang Dimiliki. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa Laporan Keuangan Publikasi yang diperoleh dari website Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.karena adanya laporan keuangan Bank yang tidak dipublikasikan pada website Bank Indonesia, data tambahan diakses melalui website bank yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu menyamakan laporan keuangan tersebut pada tahun sebelum dan sesudahnya dengan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh website Bank Indonesia.
Penelitian ini menganalisis efisiensi perbankan syariah dengan metode parametrik yaitu Stochastic Frontier Analysis yang didasarkan pada fungsi biaya dan fungsi profit guna mengukur efisiensi Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini data yang diambil sebagai input adalah harga tenaga kerja, harga dana, dan harga modal. Sedangkan untuk output adalah total pembiayaan dan aktiva produktif Iainnya. Pengambilan variabel tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan intermediasi, dimana input berupa dana dan output dalam bentuk pembiayaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah UUS yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2007-2011. Sampel data yang digunakan diambil berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
1. UUS yang beroperasi di Indonesia selama periode penelitian 2007-2011 2. Secara konsisten tidak mengalami perubahan bentuk badan usaha pada periode penelitian 2007-2011 3. Menyajikan laporan keuangan pada periode penelitian 2007-2011 dan telah dipublikasikan di Bank Indonesia.
Dengan kriteria pengambilan sampel di atas maka terpilih 19 Unit Usaha Syariah, yaitu Bank Permata Syariah, BTN Syariah, BPD Sumatera Utara Syariah, Bank DKI Syariah, Bank CIMB Niaga Syariah, Bank Aceh Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Syariah, Bank BPD Riau dan Kepulauan Riau Syariah, BPD Kalimantan Barat Syariah, BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Syariah, BPD Sumatera Barat Syariah, BPD Kalimantan Selatan Syariah, BPD Nusa Tenggara Barat Syariah, BPD Jawa Timur Syariah, BPD Jawa Timur Syariah, HSBC Syariah, BII Syariah, BPD Kalimantan Timur Syariah, dan BPD Yogyakarta Syariah.
Namun BPD Yogyakarta Syariah tidak menyajikan secara lengkap laporan keuangannya, yaitu item beban personalia, yang akan diolah sebagai input pada penelitian ini sebagai pembagi pada harga tenaga kerja, sehingga bank daerah ini tidak dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Sehingga total sampel pada penelitian ini adalah 18 UUS.
Variabel independen terdiri dari variabel harga input dan kuantitas output. Variabel harga input terdiri dari harga tenaga kerja (Y1), harga dana (Y2), dan harga modal (Y3). Harga tenaga kerja diperoleh dari beban personalia dibagi dengan total aktiva. Harga dana merupakan hasil bagi antara beban bagi hasil dengan total dana pihak ketiga. Untuk harga modal diperoleh dari beban administrasi umum dan beban lainnya dibagi dengan aktiva tetap. Karena kurangnya informasi mengenai jumlah tenaga kerja, dalam penelitian ini menggunakan ukuran proksi harga tenaga kerja dengan menggunakan rasio beban personalia dibagi dengan total aktiva. Hal ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Srairi (2009). Sedangkan variabel output terdiri dari total pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Total pembiayaan terdiri dari Piutang (Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah), dan Pembiayaan Bagi Hasil (Musyarakah dan Mudharabah). Untuk aktiva produktif lainnya terdiri dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Penempatan Pada Bank Lain, dan Surat Berharga Yang Dimiliki.
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Tabel 3. Daftar Variabel
Variabel Dependen Variabel TC : Total Cost
Definisi
Π : Total Profit Harga input dan output Y1 : Harga Tenaga Kerja Y2 : Harga Dana Y3 : Harga Modal P1 : Total Pembiayaan
P2 : Aktiva Produktif Lainnya
Beban bagi hasil + beban personalia + beban administrasi + beban operasi lainnya Total pendapatan – total biaya Beban personalia dibagi dengan total aset Beban bagi hasil dibagi dengan total dana pihak ketiga Beban administrasi + beban operasi lainnya dibagi dengan total aset tetap Piutang Murabahah + Piutang Salam + Piutang Istishna‟ + Piutang Qardh + Piutang Lainnya + Pembiayaan + Ijarah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia + Penempatan Pada Bank Lain + Surat Berharga yang Dimiliki
Sumber : Srairi, Cost and Profit Efficiecy of Conventional and Islamic Banking in GCC Countries, 2009
Fungsi biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi biaya translog. Fungsi translog adalah suatu fungsi yang fleksibel mengikuti populasi data yang digunakan. Fungsi translog pertama kali diperkenalkan oleh Christensen, Jorgensen, and Lau (1971), dan sejak itu telah sering kali diaplikasikan dalam banyak literatur untuk mengestimasi biaya bank (Heralina, 2005). Untuk mengetahui efisiensi perbankan syariah, dilakukan estimasi dari inefisiensi teknis dan inefisiensi alokatif dengan menggunakan metode frontier yang mengestimasi fungsi biaya dengan metode parametrik. Fungsi biaya yang dihasilkan merupakan fungsi biaya total yang dikeluarkan oleh bank yang menjadi benchmark untuk mengukur inefisiensi suatu bank dengan cara membandingkan perbedaan biaya aktual yang dikeluarkan oleh bank dengan biaya minimum yang seharusnya dikeluarkan oleh bank tersebut. Perbandingan tersebut diperoleh dengan memanfaatkan error term, yaitu perbedaan hasil estimasi biaya yang diestimasi melalui fungsi biaya dengan biaya yang sebenarnya. Error term dari fungsi yang diestimasi dipisahkan menjadi error term yang merupakan inefisiensi dan error term yang merupakan unsur random.
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Fungsi profit yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi profit translog. Perhitungan efisiensi dari sisi profit ini menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) yang menghitung deviasi dari fungsi profit, yang diestimasi terlebih dahulu dengan profit frontiernya.
Dalam model efisiensi profit, pada dasarmya profit diderivasi dari maksimum revenue karena diasumsikan bahwa telah dicapai biaya minimum sehingga dengan maksimum revenue akan diperoleh maksimum profit. Hal ini menggambarkan konsep inefisiensi yang diderivasi dari fungsi profit (selanjutnya disebut efisiensi profit). Sehingga efisiensi profit secara umum dinyatakan sebagai keuntungan aktual dibandingkan dengan keuntungan maksimum yang seharusnya dapat dicapai oleh suatu bank, sehingga makin kecil dari 1 nilai efisiensi profit yang dihasilkan berarti semakin tidak efisien.
Pada penelitian ini fungsi translog biaya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Srairi (2009) yaitu : ∑
∑
∑
[∑ ∑
-
∑∑
∑∑
∑
∑
Dimana : i
= bank
j
= Negara
t
= waktu
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
ln TC = logaritma natural dari Total Biaya ln Ym = logaritma natural dari Harga Input ln Ps = logaritma natural Output E
= vektor dari variabel level negara
T
= tren waktu
Namun dalam penelitian ini tidak membandingkan efisiensi pada negara-negara sehingga vektor E tidak digunakan dalam penelitian ini. Sehingga model empiris dalam penelitian ini adalah : TCijt = f (Pijt, Yijt) + ε ijt, dan ε ijt= v ijt + u ijt dimana : TC = Total Cost P = vektor dari total pembiayaan Y = vektor dari harga input
Stochastic profit frontier dapat dituliskan sebagai: (
)
* +
Dimana: , (
)
* +-adalah stochastic profit frontier.
Stochastic profit frontier terdiri dari dua bagian, yaitu bagian deterministik (
) yang berlaku sama untuk semua bank dan bagian acak
* + yang berlaku
khusus untuk masing-masing bank. Jika profit frontier bersifat stochastic, ukuran yang tepat untuk efisiensi profit adalah (Berger dan Mester, 1997);
, (
)
* +-
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Persamaan di atas mendefinisikan efisiensi alternatif
profit sebagai rasio
keuntungan sesungguhnya terhadap keuntungan maksimum yang dapat dicapai dalam lingkungan yang dikarakteristikkan dengan
* +. Nilai
. Sehingga makin kecil
dari 1 nilai efisiensi profit yang dihasilkan berarti makin tidak efisien.
Hasil Penelitian Pada tabel 4 menyajikan hasil statistika deskriptif berupa mean, median, standarddeviation, minimum, dan maximum. Tabel 4. Statistika Deskriptif Variabel-Variabel Fungsi Biaya dan Profit UUS
TC π Y1 Y2 Y3 P1 P2
Mean 42,423.98 15,582.51 0.020352 0.056219 1.393667 527,083.5 194,621.6
Median 23,826 8,333.5 0.0157937 0.050905 1.271697 265,685.5 97,086
Std. Dev 54,420.53 27.939.38 0.0178115 0.029754 0.940564 743,428.5 319,080.8
Minimum 338 (76,300) 0.000094 0.00797 0 6,612 0
Maximum 311,452 133,141 0.14140142 0.163036 4.627211 4,225,928 1,981,763
Sumber : Data Laporan Keuangan Bank (diolah dengan Microsoft Excel)
Keterangan ; TC Π Y1 Y2 Y3 P1 P2
Total Cost (Juta Rupiah) Total Profit (Juta Rupiah) Harga Tenaga Kerja (%) = Beban personalia ÷ total aktiva Harga Dana (%) = Beban bagi hasil ÷ total dana pihak ketiga Harga Modal (%) = Beban Administrasi + beban lainnya ÷ total aset tetap Total Pembiayaan (Juta Rupiah) Aktiva Produktif Lainnya (Juta Rupiah)
Total cost (TC) selama tahun 2007-2011 dari 18 UUS menunjukkan nilai rata-rata Rp 42,423,980,000. Nilai rata-rata profit sebesar Rp 15,582,510,000. Harga input yang disajikan pada tabel 4 pada periode 2007-2011 yakni harga tenaga kerja, harga dana, dan harga modal berturut-turut memiliki nilai rata-rata 2.035%, 5.621%, dan 139.367%. Total pembiayaan yang diberikan merupakan variabel output selama periode penelitian memiliki rata-rata Rp
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
527,083,500. Untuk rata-rata aktiva produktif lainnya sebagai output sebesar Rp 194,621,600,000. Tabel 5. Efisiensi Biaya UUS Tahun 2007-2011
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank Bank Permata Syariah Bank BTN Syariah Bank SUMUT Syariah Bank DKI Syariah Bank CIMB Niaga Syariah Bank BPD Aceh Syariah Bank Danamon Syariah Bank Sulselbar Syariah Bank Riau Kepri Syariah Bank Kalbar Syariah Bank Sumsel Babel Syariah Bank Nagari Syariah Bank BPD Kalsel Syariah Bank NTB Syariah Bank Jatim Syariah Bank HSBC Syariah Bank BII Syariah Bank Kaltim Syariah Rata-rata
2007 1.182 1.286 1.249 1.266 1.289 1.218 1.215 1.101 1.130 1.142 1.175 1.362 1.185 1.059 1.112 1.239 1.199 1.186 1.200
2008 1.203 1.319 1.278 1.297 1.323 1.243 1.241 1.113 1.145 1.158 1.195 1.404 1.207 1.066 1.125 1.267 1.223 1.207 1.223
2009 1.227 1.357 1.311 1.332 1.361 1.272 1.269 1.127 1.162 1.177 1.218 1.452 1.231 1.073 1.140 1.299 1.249 1.232 1.249
2010 1.254 1.399 1.347 1.371 1.403 1.304 1.301 1.142 1.181 1.198 1.244 1.505 1.259 1.082 1.156 1.334 1.278 1.259 1.279
2011 1.284 1.445 1.388 1.415 1.451 1.339 1.336 1.158 1.202 1.221 1.272 1.565 1.289 1.092 1.175 1.373 1.311 1.289 1.311
Sumber : diolah dengan software Frontier 4.1
Dari perhitungan skor efisiensi biaya di atas, selama periode penelitian tahun 2007-2011 terlihat bahwa secara umum inefisiensi biaya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang artinya
efisiensi biaya mengalami penurunan selama periode penelitian.
inefisiensi biaya pada penelitian berada di atas frontier, yaitu di atas nilai 1.
Tabel 6. Efisiensi Profit UUS Tahun 2007-2011
No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Bank Bank Permata Syariah Bank BTN Syariah Bank SUMUT Syariah Bank DKI Syariah Bank CIMB Niaga Bank BPD Aceh Syariah Bank Danamon Syariah
2007 0.916 0.897 0.887 0.928 0.911 0.941 0.946
2008 0.918 0.899 0.889 0.930 0.913 0.942 0.947
2009 0.919 0.901 0.891 0.931 0.915 0.943 0.948
2010 0.921 0.902 0.892 0.932 0.916 0.944 0.949
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
2011 0.922 0.904 0.894 0.933 0.918 0.945 0.950
Nilai
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Bank Sulselbar Syariah Bank Riau Kepri Syariah Bank Kalbar Syariah Bank Sumsel Babel Syariah Bank Nagari Syariah Bank BPD Kalsel Syariah Bank NTB Syariah Bank Jatim Syariah Bank HSBC Syariah Bank BII Syariah Bank Kaltim Syariah Rata-rata
0.943 0.939 0.925 0.894 0.804 0.939 0.916 0.864 0.405 0.861 0.861 0.877
0.944 0.940 0.927 0.896 0.807 0.940 0.918 0.867 0.415 0.863 0.863 0.879
0.945 0.941 0.928 0.897 0.811 0.941 0.919 0.869 0.426 0.866 0.865 0.881
0.946 0.942 0.929 0.899 0.814 0.942 0.921 0.871 0.436 0.868 0.868 0.883
0.947 0.943 0.930 0.901 0.817 0.943 0.922 0.873 0.446 0.870 0.870 0.885
Sumber : diolah dengan software Frontier 4.1
Dari perhitungan skor efisiensi profit pada tabel 6, selama periode penelitian tahun 20072011 tidak ada bank yang efisien dari sisi profit, karena tidak ada UUS yang memperoleh skor 1. Namun secara rata-rata terjadi peningkatan efisien setiap tahunnya.
Pada hasil penelitian selama 5 tahun, rata-rata efisiensi biaya pada 18 Unit Usaha Syariah sebesar 1.252 dan efisiensi profit sebesar 0.881. Hal ini berarti selama tahun 2007-2011 inefisiensi biaya UUS sebesar 0.252, sementara nilai inefisiensi profit sebesar 0.1192. Nilai inefisiensi profit lebih rendah dibandingkan nilai inefisiensi biaya, artinya UUS lebih efisien dalam menghasilkan profit dibandingkan mengendalikan biaya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Srairi (2009), bahwa di negara GCC nilai rata-rata efisiensi biaya 56% dan efisiensi profit sebesar 71%. Korelasi antara efisiensi biaya dan efisiensi profit menunjukkan nilai -0.247. Nilai negatif menunjukkan bahwa jika efisiensi biaya meningkat maka efisiensi profit menjadi turun, artinya jika inefisiensi biaya tinggi maka inefisiensi pofit pun menjadi tinggi.
Pembahasan Dari hasil penelitian, terlihat harga modal yang dikeluarkan UUS paling besar dibandingkan harga tenaga kerja dan harga dana. Harga modal merupakan beban administrasi dan beban lainnya terhadap total aset tetap. Harga modal yang dikeluarkan lebih dari 100%, hal ini yang menyebabkan ketidakefisienan. Masih kurang efisiennya bank syariah tersebut, disebabkan oleh gencarnya ekspansi yang dilakukan oleh bank syariah, karena bisnis
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
perbankan syariah ini masih termasuk baru dan membutuhkan dana yang besar untuk pembentukannya sehingga bank syariah harus melakukan penambahan jumlah kantor, merekrut pegawai, hingga promosi besar-besaran. Alhasil, biaya operasional bank syariah membengkak, jauh di atas pendapatan operasional mereka. Selain itu dapat diamati bahwa UUS yang paling efisien dalam hal profit belum tentu paling efisien dari sisi biaya, begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, Bank NTB Syariah paling efisien dalam hal biaya, namun mendapat peringkat kesembilan dalam hal efisiensi profit. Begitu juga dengan Bank Danamon Syariah yang merupakan peringkat pertama dalam hal efisiensi profit, namun mendapat peringkat kesebelas dalam hal efisiensi biaya.
Dalam hal efisiensi biaya, lima peringkat teratas ditempati oleh BPD Syariah, yaitu bank NTB Syariah, Bank Sulselbar Syariah, Bank Jatim Syariah, Bank Riau Kepri Syariah, dan Bank Kalbar Syariah. Sementara dalam hal efisiensi profit, lima peringkat teratas ditempati oleh Bank Danamon Syariah, Bank Sulselbar Syariah, Bank BPD Aceh Syariah, Bank BPD Kalsel Syariah, dan Bank Riau Kepri Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi biaya dan efisiensi profit didominasi oleh BPD Syariah.
Besarnya kebutuhan layanan syariah di daerah, mendorong sejumlah bank daerah membuka UUS. Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai salah satu bank yang ada pada sistem perbankan nasional memiliki fungsi dan peran yang signifikan dalam konteks pembangunan ekonomi regional karena BPD mampu membuka jaringan pelayanan di daerah-daerah dimana secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh bank swasta. Beberapa BPD telah membuka kantor cabang di Jakarta seperti yang dilakukan BPD Jabar, BPD Jatim, dan BPD Sumbar. Ekspansi mereka sampai ke Jakarta ternyata dikarenakan beberapa alasan dan alasan yang paling utama adalah untuk mencari sumber dana (funding) yang murah dan lebih terdiversikasi. BPD yang telah memiliki kantor cabang di Jakarta dapat mendirikan kantor cabang pembantu syariah di wilayah seluruh Jakarta yang melayani penyaluran pembiayaan dan tabungan.
Kesimpulan Setelah dilakukan pengukuran efisiensi biaya dan efisiensi profit pada 18 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) pada tahun 2007-2011, hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada UUS yang mempunyai nilai satu dalam efisiensi biaya
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
dan efisiensi profit. Selama lima tahun periode penelitian peringkat efisiensi biaya maupun efisiensi profit tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan efisiensi biaya dan efisiensi profit pada Unit Usaha Syariah (UUS) dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) pada tahun 2007-2011. Dalam hal efisiensi biaya, lima peringkat teratas ditempati oleh BPD Syariah, yaitu bank NTB Syariah, Bank Sulselbar Syariah, Bank Jatim Syariah, Bank Riau Kepri Syariah, dan Bank Kalbar Syariah. Sementara dalam hal efisiensi profit, lima peringkat teratas ditempati oleh Bank Danamon Syariah, Bank Sulselbar Syariah, Bank BPD Aceh Syariah, Bank BPD Kalsel Syariah, dan Bank Riau Kepri Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi biaya dan efisiensi profit didominasi oleh BPD Syariah.
Saran Perhitungan efisiensi dari sisi biaya dan profit dengan menggunakan metode SFA dapat menjadi landasan bagi perbankan syariah apakah sebuah bank telah beroperasi secara efisien. Sebelum tenggat akhir pemisahan usaha (spin off) pada tahun 2023 sebagaimana terdapat pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11.10/PBI/2009, Unit Usaha Syariah bisa memanfaatkan jaringan kantor bank induknya untuk pengembangan bisnis, dengan menerapkan office channeling yang dinilai lebih efisien. Dengan memanfaatkan jaringan kantor induknya, akan membuat operasional usaha lebih efisien daripada harus membuka kantor cabang baru, secara teoritis dengan sistem office channeling seharusnya menguntungkan UUS tersebut. Kebijakan untuk spin off pada tahun 2023 harus dipersiapkan oleh seluruh Unit Usaha Syariah agar ke depannya dapat meningkatkan efisiensi biaya dan efisiensi profit.
Bank Indonesia sebagai pembuat kebijakan harus mengawasi kegiatan bisnis bank syariah. Saat ini perbankan syariah sedang dalam masa pengembangan sehingga biaya operasional yang dikeluarkan Unit Usaha Syariah sangat besar, padahal Unit Usaha Syariah masih bergabung dengan induknya. Bank Indonesia dapat menghimbau kepada Unit Usaha Syariah agar dapat memanfaatkan office channeling dengan sebaik-baiknya agar biaya operasional dapat turun sehingga efisiensi biaya pun bisa meningkat. Kebijakan untuk spin off pada tahun 2023 agar dapat dipersiapkan oleh seluruh Unit Usaha Syariah agar ke depannya dapat mengendalikan biaya dan efisien dalam menghasilkan profit.
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Daftar Referensi Aigner, D., Lovell, C. A. K. and P. Schmidt. 1977. Formulation And Estimation Of Stochastic Frontier Production Function Models.Journal of Econometrics 6, 21-37. Anindita, Ajeng Naya. 2008. Analisis Kinerja Technical Efficiency Pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2006-2007) Aplikasi Pendekatan Stochastic Frontier Analysis. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ascarya; Yumanita, Diana. 2005. Bank Syariah- Gambaran Umum, seri kebanksentralan nomor 14. Jakarta : Bank Indonesia Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksetralan Bank Indonesia.2012. Statistik Perbankan Syariah September 2012. Jakarta : Bank Indonesia Berger, A.N. and D.B. Humphrey. 1997. Efficiency of financial institutions: International survey and directions for future research, European Journal ofOperational Research, 98, 175-212. Berger, A.N. and L.J. Mester. 1997. Inside The Black Box: What Explains Differences In The Efficiencies of Financial Institutions?, Journal of Banking & Finance, 21, 895-947. Brigham, E.F and Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8.Suharto, Dodo.
Wibowo,
Herman,
penerjemah.
Jakarta:
Erlangga.
Terjemahan
dari:
Fundamental of Financial Management. Christensen, Jorgenson, and Lau.1971.Transcendental Logarithmic Production Frontiers. The Review of Economic and Statistic. Vol. 55. Issue 1 (Feb., 1973), 28-45. Hadad, Muliaman. D, et al. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia, Research Paper, No. 7/5. Hartono, Edy.
2009. Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia dengan
Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Analysis. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Heralina, Aida. 2005. Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensinal di Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Institut Bankir Indonesia. 2001. Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta : Djambatan Karim. 2004. Bank Islam-Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Kumbhakar S.C. and C.A.K. Lovell. 2000. Stochastic Frontier Analysis.Cambridge: University Press.
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013
Kwan, S. H. and Eisenbeis, R. A. 1996. An analysis of inefficiency in banking: A stochastic costfrontier approach. Federal Reserve Bank ofSan Francisco Economic Review, 2, 1626. Mokhtar HS, Ahmad., Abdullah, Naziruddin., Al-Habsh, Syed M. 2006.Efficiency Of Islamic Banking In Malaysia: A Stochastic Frontier Approach.Journal of Economic Cooperation. 27, 2 (2006) 37-70. Novarini. 2008. Efisiensi Unit Usaha Syariah dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) Derivasi Fungsi Profit dan BOPO. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Nugroho, Rino Adi. 2011. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah(BUS) dengan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan Metode Stocastic Frontier Approach (SFA) peride 2005-2009. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Pedoman Penulisan Tugas Akhir. 2008 Srairi, Samir Abderrazek. 2009. Cost and Profit Efficiency of Conventional and Islamic Banking in GCC Countries Syafi‟i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Wirdyaningsih,et al., 2006.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.Jakarta : Kencana Prenada Media. www.bi.go.id
Efisiensi biaya..., Thivany Agnesty Z, FE UI, 2013