STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI BIAYA PADA NILAI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERBASIS STOCHASTIC FRONTIER APPROACH (SFA) DAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS(DEA) Oleh: Umi Hoeroh dan Nur Diana Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the strategy of increasing cost efficiency in value-based Islamic financial institutions Stochastic Frontier Approach (SFA) and Data Envelopment Analysis (DEA). To determine the effect on the performance efficiency prifitabilitas Islamic Financial Institutions. This research was conducted against five Islamic Financial Institutions with the largest total assets in July 2016 period, ie that bank Muamalat Indonesia, Islamic Bank Mandiri, Bank Mega Syariah BRI Syariah, and Bank Bukopin. Financial Statement Data that has been published by Bank Indonesia (BI) and listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). The period of observation in this study is from 2013 to 2015. This research uses Correlational research, operational research variables using Third Party Fund data, Personnel expense or burden of Labor, Total Assets and Total Funding with each scale ratio. Data collection method is documentation while data analysis using the calculation of the efficiency of LKS (Islamic Financial Institutions) in terms of the cost by using the method of approach to cost efficiency, while for the calculation using a parametric approach Stochastic Frontier Approach (SFA) and nonparametric Data Envelopment Analysis (DEA) to R-Studio program. And to measure the impact on output and output variables on the efficiency of researchers used multiple linear regression analysis using SPSS. The results showed that the overall average, both the SFA and DEA methods, LKS fifth condition is efficient. The average value of efficiency LKS SFA and DEA methods 1.000% and 0.99212%. Of the two methods, LKS has the highest level of efficiency is Bank Syariah Bukopin and the lowest is the Bank Mega Syariah. The results of multiple linear regression analysis of the effect of input variables on output shows that the Third Party Funds, expenses or expenses Personnel Labor, Total Assets Total Financing positive influence on worksheets. There is influence between the input and output components of the level of cost efficiency Islamic Financial Institutions is heavily influenced by the Operating Expenses. This means that the higher the Operating Expenses Total Funding will increase and conversely the lower the Operating Expenses Total Funding will decrease.
Keywords: Financial Statements, Islamic Financial Institutions, Efficiency, Stochastic Frontier Approach (SFA) and Data Envelopment Analysis (DEA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Di dalam Lembaga Keuangan pada dasarnya terdapat dua masalah utama yaitu penghimpunan dana dan hal penyaluran dana. Biasanya dikatakan sebagai indikator input dan output. Lembaga Keuangan memerlukan dana untuk menjalankan kegiatannya. Sedangkan penyaluran dana dalam Lembaga Keuangan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Dari kedua sisi tersebut harus ada keseimbangan yang berkesinambungan. Islam merupakan agama yang bersifat universal dan komprehensif. Universal artinya bersifat umum, dan komprehensif artinya mencangkup seluruh bidang kehidupan. Dalam melaksanakan kegiatan muamalah, secara umum tugas kekhalifahan manusia adalah mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan, Serta tugas pengabdian atau ibadah dalam arti yang luas (QS 6:165 ; alAnbiya’:107). Perkembangan industri Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Diawali dengan terbitnya Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, dan terbitnya Undang-Undang No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Selanjutnya yaitu keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 2003. Dengan fatwa ini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Kemudian terbitnya peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No 21 tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di Indonesia dan diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah dengan pesat.. Dan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tersebut yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1.1 Data Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Indikator 2010
Desember 2011 2012
2014 2013 Sep Des Jan Bank Umum Syariah 11 11 12 12 12 1.745 1998 2.174 2.157 2.145 Unit Usaha Syariah 24 23 22 22 22 517 590 397 320 322 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 158 163 163 163 164 401 402 433 439 477 2663 2990 3004 2910 2944
Jumlah Bank Jumlah kantor
11 1.215
11 1.401
Jumlah Bank Jumlah kantor
23 262
24 336
Jumlah Bank Jumlah kantor Total Kantor
150 286 1763
155 364 2101
Feb
2015 Mar
Apr
Mei
12 2.144
12 2.138
12 2.135
12 2.121
22 324
22 325
22 323
22 327
162 486 2954
162 471 2934
162 433 2891
161 440 2888
Sumber data: Bank Indonesia, Juni 2015
Secara sederhana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala makro dan mikro kepada anggota dan masyarakat. Berdasarkan pemaparan di atas, dengan semakin meningkatnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yaitu biaya dana pihak ketiga yang terus meningkat dan seiring
dengan banyaknya persaingan serta bertambahnya pula biaya operasional, apalagi dengan akan dinaiknnya rasio GWM menjadi 8% yang membuat bank syariah harus lebih optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini diberi judul: “Strategi Peningkatan Efisiensi Biaya Pada Nilai Lembaga Keuangan Syariah Berbasis Stochastic Frontier Approach (SFA) Dan Data Envelopment Analysis (DEA)” 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di rumuskan masalah sebagai berikut 1. Berapa tingkat efisiensi pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia periode Januari 2013– Desember 2015 berdasarkan meotde pengukuran Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Data Envelopment Analysis (DEA)? 2. Strategi-strategi apa saja yang harus di lakukan dalam peningkatan efisiensi biaya pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia sebagai bentuk implementasi dari hasil pengukuran tingkat efisiensi menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Data Envelopment Analysis (DEA)? 3. Bagaimana pengeruh variabel input terhadap variabel outpu Lembaga Keuangan syariah? 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian memecahkan rumusan masalah 1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Bagi penulis, penelitian ini memberi pengetahuan langsung mengenai bagimana peningkatan efisiensi biaya pada nilai lembaga keuangan syariah. b. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan efisiensi biaya secara efisien. c. Dunia pendidikan ini diharapkan menambah referensi untuk penelitian selanjutnya dalam menghadapi permasalahan yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah suatu lembaga keuangan yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenag pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang UU no 21 tahun 2001 yang terbit tanggal 22 November tahun 2011. UU ini dibuat agar sistem kontrol dan pengawasan terhadap industri keuangan yang lebih lengkap dan menyatu. Semua komunikasi pengawsan lembaga perbankan dan non-perbankan akan menjadi satu atap. Artinya, tidak saling lempar tanggungjawab antar regulator seperti yang selama ini terjadi. Dalam menagani satu kasus yang sama tidak ada istilah kasus ini dibawah pengawasan BI atau sebaliknya itu menjadi tanggungjawab Bapepam-LK. 2.2.2 Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang berdasarkan kepada asas kemitraan, kedilan, transparansi, dan universal serta melaukan kegitan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan Bank Syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik, seperti pelanggaran riba dalam berbagai bentuk, tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money), konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagi komoditas, tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif, tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang, tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad. 2.2.3 Konsep Efisiensi Perbankan Pegelolaan dana dalam islam megharuskan dana yang optimal, sehingga tidak ada dana yang terbuang sia-sia. Di alam Al-Qur’an surat An-Nahl (16) ayat 5 dan 68:
“Dan Dia telah ciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagian kamu makan.”
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohonpohon, dan tempat-tempat yang dibuat manusia.” Dapat di simpulkan bahwa setelah kita sebagai pelaku ekonomi mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang ada disekitar kita seperti yang sudah di jelaskan dalam ayat diatas (binatang ternak dan lain sebagainya) itu semua adalah sebagi media bai kita untuk kehidupan di dunia ini, selain itu kita meminta untuk melukan kebaikan-kebaikan kepada saudara kita, yaitu arakaum miskin, kerabat dengan cara yang baik tanpa kikir dan boros. 2.2.4 Pengukuran efisiensi Perbankan Metode Pengukuran Efisiensi Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) ditemukan oleh Farell (1957). DEA merupakan model pemrograman linier yang menjelaskan penerapan dari pemrograman matematika untuk menjelaskan pembatasan data yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari organisasi dalam menjelaskan jumlah output dan input. Dimana teknik pemrograman linear ini mengunakan fungsi objektif dan fungsi kendala dalam melakuakan pengukuran efisiensi. Pada penelitian ini akan dianalisis perhitungan efisiensi biaya dengan dua metode. Pertama, metode SFA. Kedua, metode DEA dengan asumsi Constant Return To Scale (CRS). Kemudian dilakukan analisis faktor-faktor input dan output mana yang berpengaruh terhadap efisiensi biaya pada LKM. Kemudian dilakukan analisis faktor-faktor input dan output mana yang berpengaruh terhadap efisiensi biaya pada masing-masing cabang LKM. 2.3
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang di bangun didalam penelitian ini yaitu mengukur efisiensi LKS di Indonesia, yaitu pada Lembaga Keuangan Syariah yang terdaftar di Bursa Indonesia (BI) 2013-2015. Pada periode Januari 2013 sampai Desember 2015. Input Dana Pihak Ketiga (DPK) Beban Operasional Total aset
Output Total Pembiayaan
Variabel Terkait (Cost Model) Total Biaya (TC)
Nilai Efisiensi Biaya LKM Syariah
Pengaruh Komponen-Komponen Input dan Output Terhadap Tingkat Efisiensi Lembaga Keuangan Syariah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau kesimpulan sementara dari suatu penelitian yang masih harus dibuktikan kebenarannya dengan serangkaian pengujian dan penelitian. Dalam penelitian ini, Nilai efisiensi perbankan syariah di asumsikan dapat dihasilkan dari hubungan interaksi antara variabel input dan variabel output. Berdasarkan asumsi diatas, peneliti melakukan rumusan hipotesis sebagai berikut: Ho = Tidak terdapat pengaruh antara komponen input dan output terhadap tingkat efisiensi biaya Lembaga Keuangan Syariah H1 = Terdapat pengaruh antara komponen input dan output terhadap tingkat efisiensi biaya Lembaga Keuangan Syariah Untuk mendapatkan hasil yang signifikan (mendekati kebenaran) maka penulis melakukan penelitian menggunakan keyakinan 95% (α = 5%). BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Korelasional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). 3.1.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Keuangan Syariah yang terdaftar di Bank Sentral Publik Indonesia (BI) tahun 2013-2015. 3.1.3 Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan dari tanggal 28 Juli 2016 sampai 15 April 2017. 3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian adalah seluruh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang tercatat selama periode tahun 2013 sampai 2015. Laporan Keuangan yang sudah di publikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2013 sampai dengan 2015. 3.2.2 Sampel Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2012:126). Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 5 BUS, yaitu bank
Muamalat Indonesia, Bank syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, BRI Syariah, dan Bank Bukopin. Alasannya Penentuan input dan output dilakukan dengan pendekatan asset approach. 3.3
Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Operasional Variabel-variabel Penelitian Jenis Variabel Input Input Input Output
Indikator X1 X2 X3 Y
Defisi Indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) Beban Personalia atau Beban Tenaga Kerja Total Aset Total Pembiayaan
Skala Rasio Rasio Rasio Rasio
Diketahui bahwa semua data input dan output adalah dalam bentuk rasio terhadap total aktiva. Hal ini agar data tidak terlalu mencolok perbedaannya antara LKS yang lebih besar dan LKS yang lebih kecil. 3.4 Definisi Operasional Variabel 3.4.1 Komponen Input 3.4.1.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada LKS syariah dana pihak ketiga juga dapat diimplementasikan sebagai penghimpuan dana. Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap LKS, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi LKS sebagai penghimpunan dana dari masyarakat. 3.4.1.2. Beban Personalia atau Beban Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2000 hal 343) “Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk, Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia tersebut.” Secara umum komponen biaya / beban personalia yang termasuk biaya karyawan adalah Gaji karyawan dan direksi, Tunjangan karyawan Beban dewan komisaris (honor komisaris), Bonus, THR (Tunjangan Hari Raya), Asuransi karyawan, Lembur, dan Beban personalia lainnya. 3.4.1.3. Total Aset Total aset merupakan nilai keseluruhan dari sesuatu yang dimiliki aoleh perusahaan. Daftar aset dalam neraca disusun menurut tingkat likuiditasnya, mulai dari yang paling likuid hingga yang tidak likuid. Aktiva pada neraca disajikan pada sisi kiri secara berurutan dari atas ke bawah. Penyusunan neraca dimulai dari yang paling likuid (lancar), yaitu mulai dari aktiva lancar, aktiva tetap dan seterusnya. Komponen aktiva lancar menurut Kasmir sebagai beriktu: “kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan sebagainya” (2008:31) Komponen aktiva tetap menurut Kasmir sebagai berikut: “Tanah, bangunan, mesin, kendaraan, peralatan, dan lainnya” (2008:32) Berdasarkan teori di atas aktiva disusun secara berurutan dari mulai yang likuid sampai yang kurang likuid atau yang gampang dengan mudah diuangkan. 3.4.2 Komponen Output Total Pembiayaan Menurut Kasmir (2008:96) Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Total pembiayaan merupakan produk utama LKS sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara unit surplus dengan usit defisit..
3.5 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer yang terdiri dari arsip laporan keuangan LKS berupa neraca dan laporan laba-rugi dan data-data lainnya yang mendukung seperti sejarah singkat dan struktur organisasi langsung dari perusahan yang bersangkutan. Data tersebut diperoleh dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang telah di publikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pada Januari 2013 sampai dengan Desember 2015. 3.5.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang peneliti peroleh dari data laporan keuangan yang sudah dipublikasikan dan di periksa oleh auditor, dan dari berbagai media baik elektronik maupun media yang lainnya. 3.5.3 Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan perhitungan efisiensi LKS (Lembaga Keuangan Syariah) dari sisi biaya dengan menggunakan metode pendekatan cost efficiency, sedangkan untuk perhitungannya menggunakan metode pendekatan parametrik Stochastic Frontier Approach (SFA) dan non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) yang menghitung deviasi dari fungsi biaya yang diestimasikan terlebih dahulu dengan profit frontier-nya. Efisiensi biaya diartikan sebagai rasio antara biaya minimum dimana perusahaan dapat menghasilkan sejumlah output tertentu, dengan biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan tersebut. Semakin kecil biaya sebenarnya yang digunakan dibandingkan dengan biaya minimum, maka tingkat efisiensi biaya bank akan semakin besar. 3.5.3.1. Stochastic Frontier Approach (SFA) Stochastic Frontier Approach (SFA) digunakan untuk mengetahui milai efisiensi dari waktu ke waktu. Nilai efisien yang dihasilkan berupa skor dari 0-1. Semakin mendekati 1,mka perusahan itu semakin efisien. Begitu juga sebaliknya. Fungsi standar Stochastic Frontier Approach (SFA) sebagi berikut: Ln(Qn) = …… Dimana P1 adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), P2 adalah Beban Personalia atau Beban Tenaga Kerja, dan P3 adalah Total Aset, sedangkan Qn merupakan kualitas output dalam penelitian ini yaitu total pembiayaan pada LKS n. Model diatas diinterprestasikan jika total simpanan dan total aset bertambah serta beban operasional berkurang maka akan meningkatkan nilai profit efisiensi suatu LKS. Eror term (En), dari fungsi tersebut terdiri dari dua komponen yang terlihat pada persamaan: En = Ut – Vt …………….. Dimana: Ut = faktor acak yang dapat dikendalikan (inefisiensi) Vt = faktor acak yang tidak dapat dikendalikan Asumsi yang digunakan pada persamaan Ut ~ iid І N (0,ϭ2u) I Vt ~ iid І N (0,ϭ2u) I Ut dan Vt berdistribusi secara independen satu sama lain juga terhadap variabel input. Dimana ui adalah faktor eror yang dapat di kendalikan dan vi adalah faktor eror yang bersifat random yang tidak dapat dikendalikan. Diasumsikan bahwa v terdistribusi normal N ((0, σ2v) dan u terdistribusi half-normal, |N(0, σ2v)| di mana uit = (ui exp(-h(t-T))3 dan h adalah parameter yang akan diestimasi Cost efficiency di-derivasi dari suatu fungsi biaya, misalkan fungsi biaya dengan bentuk persamaan umum (log) sebagai berikut In C = f(w.y) + e………………………………….(3)
Dengan menggunakan bentuk persamaan stochastic cost frontier maka persamaan biaya dapat dituliskan sebagai berikut: In C = f(w.y) + In u + In v………………………. (4) Dimana C adalah total biaya atau cost efficiency; w adalah jumlah input; y adalah jumlah output; dan u dan v adalah galat. Maka, cost efficiency dapat dituliskan sebagai berikut: ………(5)
3.5.3.2. Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis merupakan metode non parametrik yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE). Fungsi dari DEA adalah menentukan bobot (weghits) atau timbangan untuk setiap input dan output DMU. Bobot tersebut memiliki sifat tidak bernilai negativ dan bersifat universal, yaitu setiap DMU dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/ total weighted input) dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari satu (total weighted output/ total weighted input ≤ 1 Farell (1957) memperkenalkan ide efisiensi menggunakan unit produksi, dengan mengginakan konsep input oriented dengan pemrograman linear, yang berasumsi tidak ada kesalahan secara acaak, dan digunakan untuk mengukur efisiensi teknis. Beriut adalah persamaan matematis yang digunakan: Maksimal h
∑ ∑
Batasan ∑ ∑
≤1
j = 1,…., n (untuk keseluruhan j) Ur, vi ≥ ε
Keterangan: h : efisiensi teknis perbankan yrj : merupakan jumlah output r yang diproduksi oleh bak s ur : merupakan bobot output yang dihasilkan oleh bank s vi : bobot input I yang diberikan oleh bank s, dan r dihitung dari 1 ke m serta i dihitung dari 1 ke n.
Gambar 3.1 Persamaan DEA
Dari persamaan di atas dapat didefinisikan kedalam beberapa notasi. Dengan asumsi bahwa sigma I adalah input dan sigma r adalah output untuk setiap perusahaan, atau seringkali disebut dengan Decision Making Unit (DMU) dalam literatur DEA. Untuk DMU ke-1 diwakili secara berturut-turut oleh vektor x1 dan y1. Dalam hal x adalah matrik input i x n, dan Y adalah matriks output r x n, maka reserpasi tersebut merupakan cara merumuskan data dalam bentuk matriks dari semua n UKE. Dalam model DEA terdapat dua pendekatan optimalisasi atau asumsi yang bisa digunakan, yaitu model Variable Retrun to Sale dan Constant Return To Scale (CRS). Pada penelitian ini, akan digunakan model dengan asumsi CRS atau disebut dengan model CCR (Charnes-Cooper-Rhodes).Berbeda hasilnya jika menggunakan VRS yang akan mengakibatkan DMU memberikan hasil efisiensi yang berbeda antara menggunakan orintasi input dan output dalam pengukurannya menurut Sufiab Faldzan (2012), ketika melakukan pengukuran cost, profit dan revenue efisiensi menggunakan VRS dua orientasi, hasil efisiensinya mejadi berbeda-beada. Keterangan: yrj = jumlah output r yang diproduksi oleh DMU j
∑
xij = jumlah input I yang digunakan oleh DMU j ur = bobot yang diberikan kepada output r, (r = 1,…,t dan t adlah jumlah output) vi = bobot yang diberikan kepada input i, (i = 1,…, m dan m adalah jumlah input) n = jumlah DMU
Ui, Vi S, t ∑ ∑ ∑
j0 = DMU yang diberi penilaian Gambar 3.2 Model DEA CRS
3.5.3.3. Analisis Regresi Analisis regresi adalah salah satu analisis yang paling populer dan luas pemakaiannya. Analisis regresi dipakai secara luas untuk melakukan prediksi dan ramalan, dengan penggunaan yang saling melengkapi dengan bidangpembelajaran mesin. Analisis ini juga digunakan untuk memahami variabel bebas mana saja yang berhubungan dengan variabel terikat, dan untuk mengetahui bentuk-bentuk hubungan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis Analisis Regresi Berganda atau Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS). Berbeda dengan alat analisis lainnya, regreasi linear ganda memerlukan uji persyaratan yang sangat ketat. Setelah persamaan Uji Asumsi Klasik, Yaitu Uji Normalitas Residual, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi terbentuk. Setelah itu dilakukan Analisis Linear Berganda. A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Residual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi Normalitas. 2. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut Homosekedastisita. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik Scatterplot. 3. Uji Multikolinearitas bertujuan unuk menguji apakah model regresi ditemukanadanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya oleh angka tolerance dan variance inflation factor (VIP). Apabila angka tolerance > 0,10 dan VIP < 10 maka menunjukan adanya Multikolinearitas dalam model regresi 4. Uji Autokorelasi merupakam korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu atau urutan tempat, atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) B. Analisis regresi linear berganda Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk megetahui sejauh mna tingkat efisiensi dan variabel terkait. Untuk mengetahui pengaruh antara Dana Pihak Ketiga (DPK) (P1), Beban Personalia atau Beban Tenaga Kerja (P2), Total Aset (P1), terhadap Total Pembiayaan (Q2) digunakan persamaan regresi sebagai berikut: CEFF = a + b1 1nP2 + b3 InQ1 + b4 1nQ2 + ei….. (3.6) Diamana:
CEFF = Tingkat Efisiensi Biaya Bank Syariah P1 = Dana Pihak Ketiga (DPK) P2 = Beban Personalia atau Beban Tenaga Kerja P3 = Total Aset Q1 = Total Pembiayaan Dikatakan efisien apabila masing-masing parameter memiliki angka mendekatai 1 atau 100%. Sebaliknya jika mendekati 0 menunjukan efisiensi yang semakin rendah. Pembuktian dilakukan dengan Uji Simultan (Uji F-Statistik), Koefisien Determinasi (R2) dan Uji Parsial (Uji t-Statistik) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Analisis Efisiensi Menggunakan Data Envelopment Analysis Sistem perhitungan DEA pada penelitian ini, apabila suatu periode perbankan syariah yang menjadi sudah efisien diasumsikan bernilai efisiensi 1,00 (100%), sedangkan yang inefisien bernilai antara 0 (0%) sampai dengan 1,00 (100%). Efisiensi pembagian unit input output, yaitu nilai efisiensi perbagian unitunit input output suatu proses produksi pada sebuah periode. Perhitungan efisiensi dengan analisis DEA dilakukan dengan menggunakan software R-Studio, hasil perhitungan efisiensi dengan analisis DEA: Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui nilai efisiensi pada tiap bank mulai tahun 2013 hingga tahun 2015, dimana masing-masing hasil dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Efisiensi pada Bank Mega Syariah Rata-Rata Efisiensi Bank Mega Syariah 2013 - 2015 1
0.99285
0.98
0.98875
0.96
0.960166667
0.94 2013
2014
2015
Gambar 4.1 Rata-Rata Efisiensi Bank Mega Syariah 2013 - 2015
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 terjadi penurunan efisiensi dari Bank Mega Syariah hal ini mengindikasikan turunnya kinerja dari Bank Mega Syariah, walaupun tingkat efisiensi yang dimiliki masih di atas 90%. Dengan menggunakan analisis DEA dapat diketahui nilai yang harus ditambahkan dalam input yang digunakan dalam penelitian ini agar efisiensi mampu mencapai 100% yang dijelaskan secara rinci pada tabel 4.2 berikut Tabel 4.2Penambahan Input Untuk Mencapai Efisiensi Optimum (100%) dalam Juta Rupiah Bank Mega Syariah 2013 - 2015 Tahun Triwulan DPK (X1) Biaya Operasional (X2) Total Aset (X3) 2013 1 2451,827 1228,795 61426,96 2 9819,056 5033,532 125031,7 3 6806,589 3555,339 57990,76 4 0 0 0 2014 1 3167,665 1818,522 82696,6
Tahun
2015
Triwulan 2 3 4 2 3 4
DPK (X1) 11960,62 15113,62 0 21252,23 18686,27 62122,8
Biaya Operasional (X2) 6920,246 9048,794 0 19338,26 14712,78 60018,97
Total Aset (X3) 159266,7 133189,3 0 256748,5 98774,75 290131,7
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa pada tiap triwulan tersebut perlu diadakan penambahan jumlah input yaitu DPK, biaya operasional, dan total aset. Terdapat beberapa triwulan yang telah mencapai efisiensi optimum (100%) hal ini dapat dilihat dengan penambahan yang dilakukan sebesar 0 rupiah, menunjukkan bahwa efisiensi yang dilakukan pada triwulan tersebut telah mencapai 100%. 2. Efisiensi pada Bank BRI Syariah Rata-Rata Efisiensi Bank BRI Syariah 2013-2015 0.991 0.99 0.989 0.988 0.987 0.986 0.985 0.984 0.983 0.982
0.9905
0.9904
0.985033333
2013
2014
2015
Gambar 4.2. Rata-rata efisiensi Bank BRI Syariah Selama Tahun 2013 – 2015
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 terjadi penurunan efisiensi dari Bank BRI Syariah hal ini mengindikasikan turunnya kinerja dari Bank BRI Syariah, walaupun tingkat efisiensi yang dimiliki masih di atas 90%, dan masih memiliki kinerja lebih baik dibandingkan Bank Mega Syariah pada tahun 2015 dengan efisiensi sebesar 98,5% diatas Bank Mega Syariah dengan efisiensi sebesar 96,0% . Dengan menggunakan analisis DEA dapat diketahui nilai yang harus ditambahkan dalam input yang digunakan dalam penelitian ini agar efisiensi mampu mencapai 100% yang dijelaskan secara rinci pada tabel 4.3 berikut Tabel 4.3 Penambahan Input Untuk Mencapai Efisiensi Optimum (100%) dalam Juta Rupiah Bank BRI Syariah Selama Tahun 2013 – 2015 Tahun Triwulan DPK (X1) Biaya Operasional (X2) Total Aset (X3) 2013 1 1511,192 756,5994 60144,55 2 7421,137 3899,034 153690,2 3 17299,58 9197,783 232170,1 4 18789,68 10016,16 188175,9 2014 1 2777,671 1463,262 96465,54 2 10123,96 5260,928 184654,3
2015
3 4 2 3 4
21389,78 18211,84 16227,46 31954,52 32858,07
11114,5 9473,186 9491,788 18573,35 18720,16
258312,2 180145,7 291656 405167,5 328346,6
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa pada tiap triwulan tersebut perlu diadakan penambahan jumlah input yaitu DPK, biaya operasional, dan total aset. Tiap triwulan dievaluasi dan perlu dilakukan penambahan seperti pada tabel 4.3 untuk mencapai efisiensi optimum (100%). 3. Efisiensi pada Bank Muamalat Indonesia Rata-Rata Efisiensi Bank Muamalat Indonesia 2013-2015 1.005 1 0.995 0.99 0.985
0.998175
1 0.992566667
2013
2014
2015
Gambar 4.3. Rata-rata efisiensi Bank Muamalat Indonesia Selama Tahun 2013 – 2015
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan efisiensi dari Bank Muamalat Indonesia hal ini mengindikasikan meningkatnya kinerja dari Bank Muamalat Indonesia namun dari tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi penurunan efisiensi, namun tingkat efisiensi yang dimiliki masih di atas 90%, dan masih memiliki kinerja lebih baik dibandingkan Bank Mega Syariah dan Bank BRI Syariah pada tahun 2015 dengan efisiensi sebesar 99,3% diatas Bank Mega Syariah dengan efisiensi sebesar 96,0% dan Bank BRI Syariah dengan efisiensi sebesar 98,5%. Dengan menggunakan analisis DEA dapat diketahui nilai yang harus ditambahkan dalam input yang digunakan dalam penelitian ini agar efisiensi mampu mencapai 100% yang dijelaskan secara rinci pada tabel 4.4 berikut Tabel 4.4 Penambahan Input Untuk Mencapai Efisiensi Optimum (100%) dalam Juta Rupiah Bank Muamalat Indonesia Selama Tahun 2013 – 2015 Tahun Triwulan DPK (X1) Biaya Operasional (X2) Total Aset (X3) 2013 1 0 0 0 2 4488,215 1795,163 109438,7 3 9027,126 3597,392 148960,8 4 9245,9 3532,197 114607,6 2014 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 2015 2 10254,01 4418,317 218938,8 3 38533,09 19459,37 566562,3 4 41451,82 19790,56 478831,1
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tiap triwulan tersebut perlu diadakan penambahan jumlah input yaitu DPK, biaya operasional, dan total aset. Terdapat beberapa triwulan yang telah mencapai efisiensi optimum (100%) hal ini dapat dilihat dengan penambahan yang dilakukan sebesar 0 rupiah, menunjukkan bahwa efisiensi yang dilakukan pada triwulan tersebut telah mencapai 100%. 4. Efisiensi pada Bank Bukopin Syariah Rata-Rata Efisiensi Bank Bukopin Syariah 2013-2015 1.002 1 0.998
1
1
2013
2014
0.999033333 2015
Gambar 4.4. Rata-rata efisiensi Bank Bukopin Syariah Selama Tahun 2013 – 2015
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 efisiensi dari Bank Bukopin Syariah stabil dengan efisiensi sempurna sebesar 100%, hal ini mengindikasikan kinerja Bank Bukopin Syariah selama tahun 2013-2014 sangatlah baik walaupun terjadi penurunan di tahun 2015 namun penurunan tersbut tidak berarrti karena hanya mengalami penuruna sebesar 1% menjadi 99%. Dengan menggunakan analisis DEA dapat diketahui nilai yang harus ditambahkan dalam input yang digunakan dalam penelitian ini agar efisiensi mampu mencapai 100% yang dijelaskan secara rinci pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Penambahan Input Untuk Mencapai Efisiensi Optimum (100%) dalam Juta Rupiah Bank Bukopin Syariah Selama Tahun 2013 – 2015 Tahun Triwulan DPK (X1) Biaya Operasional (X2) Total Aset (X3) 2013 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 2014 1 0 0 0 2 153,9992 49,17596 3328,753 3 128,8392 39,63318 1844,592 4 0 0 0 2015 2 0 0 0 3 318,5218 99,71822 4530,428 4 999,9438 329,4581 11532,22
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tiap triwulan tersebut perlu diadakan penambahan jumlah input yaitu DPK, biaya operasional, dan total aset. Terdapat beberapa triwulan yang telah mencapai efisiensi optimum (100%) hal ini dapat dilihat dengan penambahan yang dilakukan sebesar 0 rupiah, menunjukkan bahwa efisiensi yang dilakukan pada triwulan tersebut telah mencapai 100%. 5. Efisiensi pada Bank Syariah Mandiri
Rata-Rata Efisiensi Bank Syariah Mandiri 2013-2015 1.01 1 0.99 0.98 0.97
0.993875
0.998975 0.980666667
2013
2014
2015
Gambar 4.5. Rata-rata efisiensi Bank Syariah Mandiri Tahun 2013 – 2015
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan efisiensi dari Bank Syariah Mandiri hal ini mengindikasikan meningkatnya kinerja dari Bank Syariah Mandiri namun dari tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi penurunan efisiensi, namun tingkat efisiensi yang dimiliki masih di atas 90%, dan masih memiliki kinerja lebih baik dibandingkan Bank Mega Syariah pada tahun 2015 dengan efisiensi sebesar 98,1% diatas Bank Mega Syariah dengan efisiensi sebesar 96,0%. Dengan menggunakan analisis DEA dapat diketahui nilai yang harus ditambahkan dalam input yang digunakan dalam penelitian ini agar efisiensi mampu mencapai 100% yang dijelaskan secara rinci pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Penambahan Input Untuk Mencapai Efisiensi Optimum (100%) dalam Juta Rupiah
Tahun 2013
2014
2015
Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4
DPK (X1) 2884,713 17253,92 37272,07 36581,71 0 11826,78 0 0 0 260259,7 0
Biaya Operasional (X2) 1399,973 8473,374 18682,46 18061,35 0 5767,588 0 0 0 338608,5 0
Total Aset (X3) 126343,6 378949,6 562849,2 419097 0 257059,8 0 0 0 3892819 0
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada tiap triwulan tersebut perlu diadakan penambahan jumlah input yaitu DPK, biaya operasional, dan total aset. Terdapat beberapa triwulan yang telah mencapai efisiensi optimum (100%) hal ini dapat dilihat dengan penambahan yang dilakukan sebesar 0 rupiah, menunjukkan bahwa efisiensi yang dilakukan pada triwulan tersebut telah mencapai 100%. 4.2
Analisis Efisiensi Menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) Stochastic Frontier Analysis (SFA) digunakan untuk mengetahui nilai efisiensi dari waktu ke waktu. Nilai efisiensi yang dihasilkan berupa skor dari 0-1. Semakin mendekati 1 maka perusahaan itu semakin efisien begitu juga sebaliknya, semakin mendekati angka 0 maka perusahaan itu semakin tidak efisien. Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) menggunakan u (error yang dapat dikendalikan) untuk mendapatkan nilai efisiensi tersebut. Analisis fungsi produksi dengan menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dilakukan dengan mengikuti parametrisasi time varying model. Analisis SFA menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dilakukan dengan menggunakan software R-Studio. Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan efisinsi menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA), hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh bank memiliki nilai efisiensi sempurna yaitu sebesar 1 atau (100%) hal ini menunjukkan bahwa input yang digunakan Dana Pihak Ketiga (DPK),
beban operasional, dan total aset dinilai telah efisien sehingga tidak memerlukan adanya perubahan untuk mencapai efisiensi optimum. 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas Residual Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model regresi mengikuti sebaran normal atau tidak, model regresi yang baik adalah model dimana residualnya mengikuti distribusi normal. Metode yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah grafik histogram dan normal probability plot, serta uji Kolmogorov-Smirnov. Residual model dikatakan mengikuti distribusi normal apabila data pada grafik histogram mengikuti garis normal, dan sebaran data pada grafik normal probability plot terletak disekitar garis diagonal, serta nilai signifikansi uji Kolmogorov-smirnov lebih besar dari α yang digunakan. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut :
Gambar 4.6 Histogram
Gambar 4.7 Normal Probability Plot
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov-Smirnov
KolmogorovSignifikansi Keterangan Smirnov Z Residual Model (e) 0,863 0,446 Berdistribusi Normal Asumsi normalitas pada gambar diatas bahwa data pada grafik histogram mengikuti garis normal dan sebaran data pada grafik normal probability plot terletak disekitar garis diagonal serta nilai signifikansi dari pengujian Kolmogorov-smirnov pada Residual model sebesar 0,446 yang lebih besar dari α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa residual data model regresi berdistribusi normal (asumsi normalitas terpenuhi). 4.3.2 Asumsi Heteroskedastisitas Variabel
Gambar 4.8 Scatterplot Uji Heterokedastisitas
Hasil analisis pada Gambar 4.2. menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi adanya heterokedastisitas pada model yang diuji sehingga asumsi ini terpenuhi. Selain menggunakan metode grafik, pengujian asumsi heteroskedastisitas dapat dilakukan juga dengan metode pengujian statistik uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Apabila nilai sig. > 0,05 maka akan terjadi homoskedastisitas dan jika nilai sig. < 0,05 maka akan terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser Variabel independen Dana Pihak Ketiga (X1) Beban Operasional (X2) Total Aset (X3)
Sig. 0,984 0,309 0,084
Keterangan Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada masing-masing variabel bebas diperoleh nilai sig. > 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Atau dengan kata lain asumsi nonheteroskedastisitas telah terpenuhi. 4.3.3 Asumsi Multikolinearitas Tabel 4.10 Hasil Uji Asumsi Multikolineritas Variabel Bebas Tolerance Dana Pihak Ketiga (X1) 0,432 Beban Operasional (X2) 0,259 Total Aset (X3) 0,392
VIF 2,312 3,868 2,553
Keterangan Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui variabel bebas dalam penelitian ini memiliki Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara varibel bebas dalam penelitian ini. 4.3.4 Uji Autokorelasi Tabel 4.11 Hasil Pengujian Asumsi Non-Autokorelasi
dl 4-dl du 4-du dw Interprestasi 1,452 2,548 1,682 2,319 1,907 Tidak terjadi autokorelasi Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel diatas diketahui bahwa nilai Durbin Watson hasil pengujian berada diantara du < dw < 4-du (1,682 < 1,907 < 2,319) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang terbentuk. 4.4
Analisis Regresi Liniear Berganda
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Unstandardized Coefficients Model B Std. Error (Constant) 4,077 0,456 Dana Pihak Ketiga (X1) 0,009 0,023 Beban Operasional (X2) 0,190 0,054 Total Aset (X3) 0,038 0,013
Standardized Coefficients Beta 0,044 0,517 0,341
t
Sig. 8,944 0,387 3,495 2,837
0,000 0,700 0,001 0,007
Variabel dependen pada hasil uji regresi berganda adalah Total Pembiayaan sedangkan variabel independennya adalah Dana Pihak Ketiga (X1), Beban Operasional (X2) dan Total Aset (X3). Model regresi berdasarkan hasil analisis adalah: Total Pembiayaan = 4,077 + 0,009 X1 + 0,190 X2 + 0,038 X3 + e 4.4.1 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Y), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Penenlitian ini menggunakan nilai adjusted R Square untuk mengevaluasi model regresi terbaik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0,695 atau 69,5%, Artinya besarnya pengaruh variabel Dana Pihak Ketiga (X1), Beban Operasional (X2) dan Total Aset (X3) terhadap Total Pembiayaan adalah 69,5%. Sedangkan pengaruh sisanya yang sebesar 30,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan regresi atau yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.4.2 Uji Simultan (Uji F) Tabel 4.13 Hasil Uji Simultan (Uji F) Model Sum of Squares Regression 8,142 Residual 3,296 Total 11,438
df 3 51 54
Mean Square 2,714 0,065
F 41,995
Sig. 0,000
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh Fhitung sebesar 41,995 (Sig F =0,000). Ftabel pada taraf nyata 5% dengan derajat bebas 3 dan 51 sebesar 2,786. Karena Fhitung > Ftabel (41,995 > 2,786) dan Sig F < 5% (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel Dana Pihak Ketiga (X1), Beban Operasional (X2) dan Total Aset (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Total Pembiayaan. 4.4.3 Uji Model Regresi Secara Parsial (Uji t) Tabel 4.14 Hasil Uji Parsial (Uji T) Variabel bebas Dana Pihak Ketiga (X1) Beban Operasional (X2) Total Aset (X3)
thitung 0,387 3,495 2,837
Sig. t 0,700 0,001 0,007
ttabel 2,008 2,008 2,008
Keterangan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan
Pada pengujian hipotesis variabel X1 diperoleh thitung sebesar 0,387 dengan nilai signifikansi sebesar 0,700. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih kecil daripada ttabel (0,387 < 2,008) atau nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka disimpulkan variabel Dana Pihak Ketiga (X1) secara parsial memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel Total Pembiayaan. Pada pengujian hipotesis variabel Beban Operasional (X2) diperoleh thitung sebesar 3,495 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (3,495 > 2,008) atau nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka disimpulkan variabel Beban Operasional (X2) secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Total Pembiayaan. Pada pengujian hipotesis variabel Total Aset (X3) diperoleh thitung sebesar 2,837 dengan nilai signifikansi sebesar 0,007. Nilai statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (2,837 > 2,008) atau nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka disimpulkan variabel Total Aset (X3) secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Total Pembiayaan. 4.4.4 Penentuan Variabel yang Paling Dominan Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Peringkat Variabel
Koefisien Beta
Pengaruh
1
Beban Operasional (X2)
0,427
Signifikan
2
Total Aset (X3)
0,352
Signifikan
3
Dana Pihak Ketiga (X1)
0,110
Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa variabel Beban Operasional (X2) adalah variabel yang memiliki koefisien beta yang paling besar. Artinya, variabel Y lebih banyak dipengaruhi oleh variabel Beban Operasional (X2) dari pada variabel bebas yang lainnya. Koefisien yang dimiliki oleh variabel Beban Operasional (X2) bertanda positif, hal ini berarti bahwa semakin tinggi Beban Operasional (X2) maka Total Pembiayaan akan semakin meningkat dan sebaliknya semakin rendah Beban Operasional (X2) maka Total Pembiayaan akan semakin menurun.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebgai berikut: 1. Pada analisis tingkat efisiensi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yaitu Muamalat Indonesia, Bank syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, BRI Syariah, dan Bank Bukopin periode Januari 2013 sampai Desember 2015 dengan metode SFA dan DEA, diketahui nilai rata-rata efisensi pda masing-masing LKS 2. Dari hasil tersebut diketahui perbedaan hasil tingkat efisiensi biaya dengan metode SFA dan DEA. Pada penelitian ini SFA lebi sesuai untuk digunakan. 3. Hasil regresi menunjukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Beban Personalia atau Beban Tenaga Kerja, Total Aset dan Total Pembiayaan yang dimiliki berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi terhadap LKS. 4. Hasil Uji Asumsi Klasik menunjukan bahwa Kolmogorov-smirnov pada Residual model sebesar 0,446 yang lebih besar dari α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa residual data model regresi berdistribusi normal (asumsi normalitas terpenuhi), sig. > 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain asumsi nonheteroskedastisitas telah terpenuhi, penelitian ini memiliki Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara varibel bebas dalam penelitian ini, nilai Durbin Watson hasil pengujian berada diantara du < dw < 4du (1,682 < 1,907 < 2,319) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang terbentuk. 5. Hasil Analisis regresi Liniear Berganda yaitu Koefisien Determinasi diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0,695 atau 69,5%. Uji Simultan (Uji F) yaitu Fhitung sebesar 41,995 (Sig F =0,000) maka Ho ditolak. Uji Model Regresi Secara Parsial (Uji t) Pada pengujian hipotesis yaitu Dana pihak Ketiganya tidak signifikan, sedangkan Beban Operasional dan Total Aset Signifikan. Dalam Penentuan Variabel yang Paling Dominan adalah Total Pembiayaan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel Beban Operasional dari pada variabel bebas yang lainnya 6. Strategi-strategi yang harus di lakukan dalam peningkatan efisiensi biaya pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia sebagai bentuk implementasi dari hasil pengukuran tingkat efisiensi menggunakan meotde pengukuran SFA dan DEA adalah meningkatkan aset, DPK, Mengakses Biaya-biaya yang tidak perlu, inovasi produk keuangan syariah, penurunan gaji para Direksi, menempatkan dana yang ada pada portofolio yang menguntungkan. 5.2
Saran 1. Dalam mengatasi ketidakefisienan dalam islam yaitu, memaksimumkan pendapatan melalui spesialisasi kerja, memanfaatkan seluruh potensi alam dengan bijaksana, dalam produksi tidak boleh israf dan tabazir, tidak boleh mengambil keuntungan dengan cara yang bathil. Meminimumkan baiaya melalui upah yang adil bagi pekerja, optimalisasi input, dan tidak dengan cara yang bathil. 2. Lembaga Keuangan Syariah yang telah efisien memperlihatkan jumlah input dan output yang relatif sesuai dengan target efisiensi. LKS perlu memperbesar kapasitas dan jangkauan pemasarannya sehingga diperlukan peran pemerintah dan otoritasi moneter dalam pengeluaran kebijakan. Pihak manajemen LKS harus terus mengoptimalkan kinerja profitabilitas dengan adanaya penempatan dana-dana produktif agar dana yang ditempatkannya dapat menghasilkan profit yang lebih besar, disisi lain perlu dimemperhatikan
3.
4. 5.
juga peningkatan rsiko pembiayaan yang mungkin terjadi dan peningkatan NPF (Non Performing Financing). Pihak manajemen bank, diharapkan untuk terus meningkatkan tingkat efisiensi biaya dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak efektif. Profitabilitas juga harus dioptimalkan dengan adanya penempatan dana-dana produktif agar dana yang ada dapat menghasilkan profit yang lebih besar. Bagi Bank Indonesia, perlu adanya kriteria nilai tingkat efisiensi yang baku. Agar terjadi pemahaman yang sama terhadap nilai tingkat efisiensi dari suatu bank. Bagi peneliti selanjutnya, penentuan variabel-variabel independen agar lebih banyak dan divariasikan agar model yang diformulasikan lebih baik lagi. Selain itu, perlu dikaitkan dengan tingkat likuiditas BUS. Serta dianalisis dengan analisis tambahan yaitu analisis Risk Base.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Bungin, M. Burhan. 2005. “Metodologi Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu lainnya”. Kencana. Jakarta. Cetakan Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia tahun 2007-2015 Fakultas Ekonomi Unisma, 2016. “Panduan Usulan Penelitian dan Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang”. BPFE UNISMA. Malang. Hartono, Edy. 2009. “Analisis Biaya Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametik Stochastic Froniter Approach Analysis”. Universitas Diponegoro Semarang. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah”. Dewan standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta. Kartadinata, Abas. 2001. “Akuntansi dan Analisi Biaya”. Rineka Cipta. Jakarta. Kasmir, 2010. “Analisis Laporan Keuangan”. PT. Raja Grafindo Persada, cetakan ke-3. Jakarta. Kruskal, Wiliam H., Judith M. Tanur. 1978. "Linear Hypotheses" International Encyclopedia of Statistics. Free Press, v. 1, Kusmarigiani, Ida Savitri. 2006. “Analisis Efisiensi Operasional dan Efisiensi Profitabilitas Pada Bank yang Meeger dan Akuisisi di Indonesia”. Universitas Diponegoro Semaang. Maherani, Fitria. 2012. “Pengukuran Efisiensi Perbankan Dengan Menggunakan Pendekatan Data DEA dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock Retun Pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010”. Universitas Indonesia. Jakarta. Muhammad, 2014. “Manajemen Dana Bank Syariah”. Rajawali pers. Jakarta.
Muhammad, Ghafur W. 2007. “Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini: Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah”. Biruni Press. Yogyakarta.. Muliaman, D. Hadad, dkk. 2003. “Pendekatan Parametik Untuk Efisiensi Perbankan Syariah Indonesia”. Jurnal Bank Indonesia. hal. 6. Nafarin, M. 2004. “Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi”. Salemba Empat. Jakarta. Stephen, A. R., Westerfield, R. W., Jordan, B. D. 2009. “Pengantar Keuangan Perusahaan 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Sulistyoningsih, Maisyaroh. 2006. “Analisis Efisiensi Biaya Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Menggunakan X-Efisiensi”. Universitas Negri Semarang. Suswadi. 2007. “Analisa Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (metode Stoachastic Frontier Approach)”. Universitas Islam Indonesia Yogyakata. Syamsi, Ibnu. 2004. “Efisiensi, dan prosedur kerja”. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 07 tahun 1992 Tentang Perbankan. Website Bank Indonesia di akses pada 17 Januari 2017 Wicaksono, Anggit. 2014. “Efisiensi Perbankan Indonesia Pada Banl Yang Merger-Akuisisi dan SPIN OFF”. UIN Syarif Hidayatulloh. Jakarta.