perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PENARIKAN RETRIBUSI PASAR DI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh: NIKEN RUSI PAMUNGKAS D0108087
SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Drs. Sukadi, M.Si commit to197603 user 1 001 NIP. 19470820
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 28 Juni 2012
Panitia Penguji
:
1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si NIP. 19531009 198003 2 003
( ………………… ) Ketua
2. Drs. Suryatmojo, M.Si NIP. 19530812 198601 1 001
( ………………… ) Sekretaris
3. Drs. Sukadi, M.Si NIP. 19470820 197603 1 001
( ………………… ) Penguji
Mengetahui, Dekan
Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Memayu hayuning pribadi; memayu hayuning kulawarga; memayu hayuning sesama; memayu hayuning bawana”. (Kata-kata Bijak)
“Dari-Mu yang tak pernah terlihat,mulai nampak, merangkak, berjalan & menunduk. Dari putih bersinergi dengan hitam dan asa sebuah warna... Sebuah perjalanan menuju malam, api pun akan padam, dari yang ada menuju ketiadaan.. segala arah menuju Manunggaling Kawulo Gusti” (Hantyan G T R)
Jangan batasi dirimu dengan kata “Menyerah”. Kegagalan hanya sementara. Percaya diri, terus berusaha, dan katakan “AKU BISA”. Dan apapun yang terjadi, jangan dijadikan beban. Berserah diri sepenuhnya pada Tuhan, dan yakin Tuhan telah merencanakan yang terbaik. (Penulis)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan kepada: ♥ Kedua orang tuaku tercinta untuk kasih sayang, doa, nasehat, dan dukungan yang tidak pernah habis diberikan… ♥ Kakak-kakakku
tersayang
dan
keponakan-keponakanku
tercinta.. yang selalu mendukung dan mewarnai hari-hariku… ♥ Hantyan Galih Tri Rukmana… yang selalu memberi dukungan, doa, perhatian, dan motivasi.. ☺ ♥ Mbak Ayuk, Mbak Inggil dan Sahabat-sahabatku : Ling2 Linglung, ErikaBeck, Anggyuunn, Nurynthull, Dwix Ndobek serta teman-teman angkatan 2008 khususnya AN A yang selalu menemani dan mendukungku selama ini.. ♥ Chrizz, Nana, Adit, Mbak Diana, dan Leksi terimakasih atas keceriaannya dan kegilaannya.. ♥ Almamaterku Administrasi Negara 2008 UNS. ♥ Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Sukadi, M.Si selaku Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ali, M.Si selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini. 3. Prof. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 5. Segenap dosen Jurusan Ilmu Administrasi
yang telah memberikan
pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi. 6. Bapak Anton Herdinarto, S.Sos selaku Sekretaris Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang telah commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini. 8. Petugas yang terlibat dalam penarikan retribusi pasar yang banyak memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Surakarta,
Juni 2012
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
ABSTRAK ......................................................................................................
xii
ABSTRACT ....................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
9
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI A. Keuangan Daerah ................................................................................
11
B. Retribusi Daerah ..................................................................................
16
C. Retribusi Pasar ....................................................................................
22
D. Efektivitas ...........................................................................................
25
E. Kerangka Pikir ....................................................................................
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ....................................................................................
35
B. Lokasi Penelitian .................................................................................
36
C. Sumber Data ........................................................................................
36
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. commit to user E. Teknik Penentuan Informan ................................................................
39
viii
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data ......................................................................................
43
G. Teknik Analisa Data ............................................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................
47
B. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta .....................
65
C. Tingkat Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar ....................................
94
D. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dan Upaya untuk Mengatasinya
97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................
102
B. Saran .................................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Target dan Realisasi PAD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2011 .......................................................
Tabel 1.2
Realisasi Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2011 .......................................................
Tabel 4.1
5
6
Komposisi Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Per 1 Desember 2011 ..........................................
Tabel 4.2
61
Komposisi Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Kepangkatan Tahun 2011 ………..........................................................
Tabel 4.3
62
Jenis Pasar Berdasarkan Klasifikasi Pasar Kota Surakarta .................................................................
63
Tabel 4.4
Dasar Tingkat Penggunaan Jasa .......................................
77
Tabel 4.5
Tarif Retribusi Pelayanan Pasar .......................................
78
Tabel 4.6
Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar ……………………………..........
79
Tabel 4.7
Kriteria Pengukuran Efektivitas …...................................
95
Tabel 4.8
Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 ……………………………..........
Tabel 4.9
95
Kriteria Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 ……………………………..........
commit to user
x
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran ...........................................
31
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif ...............................................
46
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta ................................................................
57
Gambar 4.2
Contoh Surat Hak Penempatan (SHP) ...........................
69
Gambar 4.3
Contoh Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP) .........
72
Gambar 4.4
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar ...............................................................
commit to user
xi
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Niken Rusi Pamungkas. D0108087. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012. 105 Halaman. Sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, retribusi pasar diharapkan mampu mempunyai potensi serta prospek yang cerah melihat keberadaan pasar di Kota Surakarta yang jumlahnya cukup banyak, yaitu 43 pasar. Realisasi penerimaan retribusi pasar yang mengalami peningkatan dan penurunan menunjukkan bahwa potensi retribusi pasar masih dapat untuk dioptimalkan. Penerimaan retribusi pasar tidak lepas dari penarikan retribusi pasar itu sendiri. Dengan penarikan retribusi pasar yang efektif diharapkan dapat meningkatkan penerimaan retribusi pasar sehingga penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus meningkat sehingga dapat memperlancar pembangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta serta hambatan-hambatan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sedangkan untuk validitas data dilakukan dengan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta dari segi prosesnya sudah efektif. Efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan retribusi yang meliputi penentuan wajib retribusi, penetapan nilai kena retribusi, pemungutan retribusi, penegakan sistem retribusi, dan pembukuan penerimaan. Efektivitas dalam penentuan wajib retribusi sudah efektif karena sudah ada prosedur dan persyaratan-persyaratan yang ada seperti identitas wajib retribusi meliputi SHP dan KTPP. Efektivitas penetapan nilai kena retribusi sudah efektif karena tarif retribusi pasar sudah diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan sendiri. Pemungutan retribusi pasar sudah efektif karena sudah sesuai dengan aturan yang ada. Penegakan sistem retribusi sudah efektif karena petugas dapat melakukan penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dan benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan. Pembukuan penerimaan retribusi pasar sudah efektif. Retribusi pasar yang dipungut dibukukan secara cermat dan melalui tahap-tahap untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Apabila dilihat dari segi hasil penarikan, kriteria efektivitas besarnya penarikan retribusi pasar secara keseluruhan pada tahun anggaran 2011 adalah cukup efektif. Hambatan-hambatan yang dihadapi adalah kurangnya ketertarikan pedagang untuk menempati los dan kios yang kosong dan keterbatasan SDM. Sedangkan upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan sosialisasi dan meningkatkan mutu petugas pelaksana retribusi. to retribusi user Kata kunci: efektivitas, penarikancommit retribusi, pasar.
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, Pembangunan Nasional harus dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia masih terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik material maupun spiritual dalam rangka mewujudkan tercapainya Pembangunan Nasional yang telah dicita-citakan. Dalam hal ini dibutuhkan adanya suatu kerjasama atau hubungan timbal balik antara Pemerintah dengan seluruh Warga Negara Indonesia meliputi seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat baik di bidang ekonomi, politik, hukum, maupun dari aspek sosial budaya agar tercipta adanya keharmonisan yang terpadu dan serasi. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah selain memberikan keleluasaan bagi masing-masing daerah untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, juga memberikan ruang bagi daerah untuk menggali dan mendayagunakan potensi commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
yang dimiliki secara optimal. Hal ini dikarenakan setiap daerah dirasa lebih mengenal dan mengetahui apa yang menjadi potensi daerah, yang mempunyai peluang untuk dikembangkan, dan apa yang menjadi kekurangan dari masingmasing daerah untuk selanjutnya diperbaiki. Karena pada dasarnya konsep dasar otonomi daerah adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah masing-masing. Dengan demikian, daerah akan menjadi kreatif untuk menciptakan kelebihan dalam menunjang kegiatan ekonomi dan pembangunan daerah, mampu mendorong daerah untuk berprakarsa lebih nyata dan mandiri dalam merumuskan berbagai prioritas strategi daerah melalui kewenangan penuh kepada daerah untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevalusi berbagai kebijakan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Seperti yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu : “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Kewenangan daerah yang dimaksud adalah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter, fiskal, dan agama, serta kewenangan bidang lain. Dimana kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perimbangan
keuangan,
sistem
administrasi
negara
dan
lembaga
perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Pelaksanaan Otonomi Daerah perlu dibarengi dengan antisipasi daerah terhadap segala implikasinya. Salah satunya adalah tuntutan bagi Pemerintah Daerah agar mandiri dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Kemandirian itu dapat dilihat dari soal pembiayaan atau dana untuk daerah masing-masing dapat mencukupi atau tidak. Hal itu termasuk apakah daerah itu dapat menggali segala sumber keuangan yang potensial dari daerah itu sendiri atau tidak, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu tolok ukur keberhasilan dalam mencapai kemandirian tersebut dapat dilihat dari capaian hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan daerah, Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu : a. Hasil pajak daerah; b. Hasil retribusi daerah; c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain PAD yang sah; 2. Dana perimbangan; dan 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah adalah sebagai berikut: 1. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; 2. Jasa giro; 3. Pendapatan bunga; 4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan 5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah. Sumber-sumber pendapatan daerah tersebut di atas perlu terus dikelola dan
diupayakan
peningkatannya
sehingga
berperan
dalam
rencana
kemandirian pemerintah daerah yang tidak ingin bergantung dari APBN dan daerah di atasnya. Kota Surakarta sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di wilayah Jawa Tengah selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seiring dengan meningkatnya kebutuhan daerah. Secara umum, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari data mengenai target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta selama 5 (lima) tahun anggaran, yaitu mulai dari tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun anggaran 2011.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Target dan Realisasi PAD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2011 Tahun Anggaran
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Prosentase Pencapaian
2007
88.034.379.000
89.430.977.982
101,59%
2008
96.199.901.000
102.929.501.970
106,99%
2009 110.842.157.600 101.972.318.682 2010 114.555.527.815 114.141.348.062 2011 159.164.782.000 159.165.544.480 Sumber : DPPKAD Kota Surakarta (diolah)
92% 99,64% 100,001%
Sesuai dengan tabel di atas dapat dikatakan bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta naik dari tahun ke tahun. Hanya saja pada tahun 2009 penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Target anggaran tidak tercapai dengan baik pada tahun 2009 dan tahun 2010, tetapi untuk tahun-tahun selanjutnya target tersebut dapat tercapai dengan baik. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut tidak lepas dari kontribusi penerimaan sumber-sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya adalah Retribusi Daerah. Retribusi Daerah diperoleh dari pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Diantara bermacam-macam Retribusi Daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar. Pasar (tradisional) sebagai sarana dari usaha sektor informal berperan dalam menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang commit to user memadai untuk bekerja di sektor formal karena minimnya tingkat pendidikan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mereka miliki. Kelompok pedagang pasar tradisional sebagai bagian dari kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari aset pembangunan nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Keberadaan pasar di Kota Surakarta jumlahnya cukup banyak, terdapat 43 pasar tradisional yang diantaranya adalah Pasar Klewer, Pasar Nusukan, Pasar Gedhe, Pasar Legi, Pasar Kembang, Pasar Kliwon, Pasar Sangkrah, Pasar Triwindu, Pasar Depok, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dilihat bahwa banyaknya pasar di Kota Surakarta sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena adanya pungutan retribusi pasar di pasar-pasar tersebut. Berikut ini adalah gambaran mengenai realisasi retribusi pasar Kota Surakarta dari tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun 2011. Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2011 No.
1. 2. 3. 4. 5.
Target Realisasi Prosentase (Rp) (Rp) Pencapaian (%) 2007 6.237.080.000 5.703.392.435 91,44 2008 5.537.330.000 6.200.698.420 111,98 2009 6.200.696.000 6.173.387.525 99,56 2010 6.586.404.000 6.322.989.554 96,00 2011 7.245.042.000 6.262.442.435 86,44 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun anggaran 2011 penerimaan retribusi pasar kota Surakarta mengalami peningkatan dan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penurunan. Retribusi pasar mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan tahun 2010. Akan tetapi pada tahun 2009 dan tahun 2011 mengalami penurunan. Penerimaan retribusi tertinggi yaitu pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp.6.322.989.554,00 dan penerimaan retribusi terendah pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp.5.703.392.435,00. Retribusi pasar dapat mencapai target hanya pada tahun anggaran 2008 yaitu prosentase pencapaian targetnya 111,98 %, sedangkan untuk tahun anggaran lain retribusi pasar tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. Gambaran mengenai realisasi penerimaan retribusi pasar yang mengalami peningkatan dan penurunan menunjukkan bahwa potensi retribusi pasar sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih dapat untuk dioptimalkan sehingga penerimaan retribusi pasar dapat selalu mengalami peningkatan. Penerimaan retribusi pasar tidak lepas dari penarikan retribusi pasar itu sendiri. Dengan penarikan retribusi pasar yang efektif diharapkan dapat meningkatkan penerimaan retribusi pasar sehingga penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus meningkat dan dapat memperlancar pembangunan. Untuk mencapai hal tersebut pemerintah harus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola secara efektif.
Salah
satu
perbaikan
dan
penyempurnaan
tersebut
adalah
dilakukannya pertanggungjawaban keuangan oleh pemerintah daerah dan penilaian kinerja keuangan daerah otonom agar dapat diketahui sejauh mana pemerintah daerah otonom seperti Kota Surakarta mampu melaksanakan commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
otonomi khususnya di bidang keuangan. Dimensi efektivitas keuangan daerah otonom merupakan salah satu indikator keberhasilan daerah dalam merealisasikan penerimaan yang dianggarkan. Dengan demikian, perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan daerah yang lebih komprehensif. Penarikan retribusi pasar tidak lepas dari peranan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Surakarta di bidang pengelolaan pasar serta sebagai dinas penggali penerimaan retribusi pasar berkomitmen tinggi agar penerimaan pasar dapat meningkat dan mencapai hasil yang optimal, sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi maksimal terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pembiayaan dalam menggerakkan roda pemerintahan dan pembangunan daerah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “EFEKTIVITAS PENARIKAN RETRIBUSI PASAR DI KOTA SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut : “ Bagaimana efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta? ”
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta. b. Untuk
mengetahui
hambatan-hambatan
yang
dihadapi
dalam
efektivitas penarikan retribusi pasar dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk menambah pengetahuan dan aspek ilmu administrasi dalam teori dan praktek. b. Sebagai sarana untuk dapat menyumbangkan gagasan dan pemikiran guna perkembangan ilmu pengetahuan administrasi pada umumnya. c. Untuk memperoleh data yang lengkap dan jelas sebagai bahan untuk menyusun penulisan administrasi sebagai persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu administrasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu administrasi.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Dapat menambah pengetahuan tentang efektivitas penerimaan retribusi pasar di Kota Surakarta. 2. Manfaat Praktis a. Untuk memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan serta memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. b. Untuk memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keuangan Daerah Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya (Kaho, 1991: 123) Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah satu kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Agar daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaikbaiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber pembiayaan yang cukup. Akan tetapi mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah, maka kepada daerah diwajibkan untuk menggali sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1. Pendapatan Daerah Berdasarkan Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui commit to user
11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan Daerah bersumber dari : a. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Dana Perimbangan Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Robert Fouchet dan Marcel Guenoun dalam Int. J. Public Sector Performance Management, Performance Management in Intermunicipal Authorities (2007: 81) mengemukakan : “ Decentralisation is an administrative system allowing a human community or a public service to manage themselves according to the legislation. They possess a juridical personality, with selfauthority and resources. Its purpose is to better manage a public service or a public activity, thanks to a public organisation different from the state and from local governments. Most of the time, it is a public institution which is autonomous in terms of management.” (Desentralisasi adalah sistem administrasi yang memungkinkan sebuah komunitas manusia atau pelayanan publik untuk mengelola sendiri sesuai dengan undang-undang. Mereka memiliki kepribadian yuridis, dengan wewenang dan sumber daya sendiri. Tujuannya adalah untuk mengelola layanan publik atau kegiatan publik dengan lebih baik, karena publik berbeda dari negara dan dari organisasi pemerintah daerah. Kebanyakan, itu adalah lembaga publik yang mandiri dalam hal manajemen.)
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber-sumber dari Dana Perimbangan yang disebutkan pada Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, adalah : 1) Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 2) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 3) Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. c. Lain-lain Pendapatan Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Pendapatan ini bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian tentang Pendapatan Asli Daerah tidak sama dengan Pendapatan Daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “ Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi”. Selanjutnya di dalam penjelasan Undang-Undang tersebut Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan “Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut Adrian Sutedi (2008: 12) mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) : “ Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Oleh karena itu, kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap total APBD. Semakin besar kontribusi yang dapat diberikan terhadap APBD, berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah dapat terwujud.” Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah; c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain PAD yang sah, meliputi : 1) hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; 2) jasa giro; 3) pendapatan bunga; 4) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan 5) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 158 ayat (1) ditegaskan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang-Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan Perda. Menurut Adrian Sutedi (2008: 18) sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting daripada sumber-sumber keuangan di luar Pendapatan Asli Daerah (PAD): “ Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber di luar pendapatan karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah, sedangkan bentuk pemberian pemerintah (nonPAD) sifatnya lebih terikat. ” Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
commit userpokok maupun tugas pembantuan Berbagai kegiatan pemerintahan baik to tugas
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
harus diimbangi oleh adanya Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebagai media penggerak program Pemerintah Daerah. Agar keberadaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berjalan lancar, maka jumlah pendapatan minimal seimbang dengan pengeluaran artinya tidak besar pasak daripada tiang. Oleh karena itu Pemerintah Daerah harus mempunyai strategi dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya.
B. Retribusi Daerah 1. Pengertian Retribusi Definisi ataupun batasan pengertian retribusi banyak diberikan oleh para ahli dengan memberikan definisi yang berbeda. Perbedaan tersebut sebenarnya pada tekanannya saja. Pada umumnya dari berbagai definisi yang saling berbeda tersebut sebenarnya saling melengkapi. Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, retribusi didefinisikan sebagai “pengembalian, penggantian kerugian, pemungutan uang oleh pemerintah”. Rochmad Sumitro (dalam Adrian Sutedi, 2008: 83) memberikan definisi retribusi sebagai “Pembayaran kepada daerah yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa daerah”. Sedangkan S. Munawir (dalam Adrian Sutedi, 2008: 83-84) memberikan definisi retribusi : “ Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik yang secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merasakan jasa balik dari pemerintah, maka dia tidak dikenakan iuran itu.” Dari pendapat di atas, terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi adalah : a. Retribusi dipungut oleh negara b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis c. Adanya kontrapretasi yang secara langsung dapat ditunjuk d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan jasa-jasa yang disiapkan negara. 2. Pengertian Retribusi Daerah Menurut Mardiasmo (2006: 14), retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah “Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Sedangkan menurut Azhari A. Samudra (1995: 273-274) memberikan definisi Retribusi Daerah : “ Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena jasa yang diberikan daerah. Dalam hal ini kekecualian tertentu, yaitu pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai penyelenggara perusahaan atau usaha yang dianggap sebagai perusahaan tidak dimaksudkan sebagai retribusi daerah.” Pengertian retribusi daerah menurut Pasal 1 ayat (26) Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yaitu, “ Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Rohmat Sumitro (dalam Adrian Sutedi,
2008: 74) memberikan
definisi retribusi daerah : “ Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan, atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung.” Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa setiap pungutan yang dilakukan pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keleluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi, retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah daerah kepada yang membutuhkan. Menurut Davey (dalam Adrian Sutedi, 2008: 75) pembayaran retribusi harus memenuhi dua syarat, yaitu : 1) dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost daripada pelayanan-pelayanan yang disediakan; dan 2) dalam beberapa hal, retribusi biasanya harus didasarkan pada kesinambungan harga jasa suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari keuntungan. Menurut Josep Riwu Kaho, ada beberapa ciri retribusi, yaitu : 1) retribusi dipungut oleh negara; 2) dalam pungutan terdapat paksaan secara ekonomis; 3) adanya kontrapretasi yang secara langsung dapat ditunjuk; dan 4) retribusi dikenakan kepada setiap orang/badan yang menggunakan atau
commit tooleh user mengenyam jasa-jasa yang disediakan negara.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah merupakan pungutan sebagai pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Jadi, secara umum keunggulan utama sektor retribusi ialah karena didasarkan pada kontrapretasi, dimana tidak ditentukan secara limitatif, seperti halnya sektor pajak. Pembatas utama sektor retribusi ialah terletak pada ada atau tidaknya jasa yang disediakan Pemda. Oleh sebab itu, sebenarnya Pemda dapat saja mengusahakan retribusi selama ia dapat menyediakan jasa untuk itu. 3. Objek dan Penggolongan Retribusi a. Objek Retribusi Menurut Mardiasmo (2006: 16-17) objek retribusi daerah terdiri dari : 1) Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2) Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. 3) Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penggolongan Retribusi Menurut Mardiasmo (2006: 15-16) jenis retribusi daerah dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1) Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : a) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan tertentu; b) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum; d) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi; e) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya; f) Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan g) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria sebagai berikut : a) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah. 3) Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : a) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi; b) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan c) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Retribusi Pasar 1. Pengertian Retribusi Pasar Menurut Pasal 1 ayat (26) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional,
“Retribusi pasar yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin pelayanan pasar yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan”. Sedangkan pelayanan pasar menurut Kesit Bambang Prakoso (2005: 135) didefinisikan sebagai “ Fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa pelataran atau los yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus yang disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Perusahaaan daerah Pasar”. Selanjutnya menurut Kesit Bambang Prakoso (2005: 136) : “ Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa ini. Tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional.” Sedangkan menurut Ahmad Yani (2002: 57) mengenai Retribusi Pelayanan Pasar : “ Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi pasar adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional atau sederhana yang commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa tempat dasaran, los
dan/atau toko/ kios/ ruko yang dikelola
Pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang dan/atau Badan Hukum. Pedagang adalah mereka yang memakai tempat untuk berjualan secara tetap maupun tidak tetap di pasar tersebut. Pemerintah daerah telah menyediakan tempat yang berupa pasar sebagai tempat berjual-beli bagi pedagang sehingga kepada mereka dikenakan pungutan retribusi. Dari pungutan retribusi diperoleh kontrapretasi yang langsung dapat ditunjuk yaitu tersedianya tempat-tempat tertentu yang digunakan untuk berdagang sesuai dengan barang dagangan yang telah diatur oleh Dinas Pengelolaan Pasar berdasarkan prinsip keteraturan dan keseragaman jenis barang. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar a. Subjek dan Objek Retribusi Pasar Menurut Pasal 2 ayat (3) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 1-C Tahun 2012 yang dimaksud subjek retribusi pasar adalah orang pribadi dan Badan yang memperoleh fasilitas pelayanan pasar. Sedangkan objek retribusi
pasar
adalah
pelayanan
penyediaan
fasilitas
pasar
tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. Pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta tidak termasuk dalam objek retribusi. Retribusi pasar termasuk golongan retribusi jasa umum.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fasilitas pasar mengenai dasaran terdiri dari : 1) Tempat Dasaran adalah bangunan berupa kios, los maupun tanah lapang 1 (satu) plataran yang merupakan bagian dari pasar; 2) Kios adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan dan dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain mulai dari lantai, dinding, plafon dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai tempat berjualan barang atau jasa. 3) Los adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan yang beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tempat berjualan barang atau jasa. 4) Pelataran adalah tempat atau lahan terbuka di area pasar yang digunakan untuk ruang publik dan sebagian dapat digunakan untuk pedagang oprokan. b. Sistem Pemungutan Retribusi Pasar 1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas letak, jumlah dan jenis barang, luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul untuk menyelenggarakan fasilitas pasar. 2) Prinsip yang dianut, dalam Penetapan Tarif adalah didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan fasilitas pasar, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
3) Dasar Penetapan Struktur Tarif berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri dari : naiaman / plataran, los, kios, was lokasi, letak, kelas pasar, jenis dagangan, jangka waktu pemakaian, dan / pemakaian daya listrik.
D. Efektivitas Menurut Sumarsan (2010: 83) efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif juga unit tersebut. Menurut Robbins seperti yang dikutip oleh Kusdi (2009: 92) efektivitas didefinisikan sebagai sejauh mana suatu organisasi mampu merealisasikan berbagai tujuannya. Lebih lanjut Robbins (dalam Kusdi, 2009: 93) mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai: the degree to which an organization attains its short-(ends) and long-term (means) goals, the selection of which reflects strategic contituencies, the self-interest of the evaluator, and the life stage of the organization. Jadi menurut definisi ini, efektivitas organisasi adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuantujuan itu mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan organisasi. Menurut Abdul Halim dan Theresia Damayanti (2007: 75) efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program kerja dengan target yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Cristiano Codagnone dalam European Journal of ePractice, Efficiency and Effectiveness (2008: 5) mengemukakan: “ Government spending is financed through taxation, which can create distortion in resource allocation. It is, thus, important to measure its results in terms of efficiency and effectiveness to ensure that they foster both economic growth and social cohesions and contribute to the Lisbon agenda (Mandl et al 2008:2). While eGovernment spending is of a much smaller order of magnitude, the measurement of its result is also important as such and in relation to the its promised contribution to make government as a whole more efficient and effective.” (Pengeluaran pemerintah dibiayai melalui perpajakan, yang dapat membuat penyimpangan dalam alokasi sumber daya. Hal ini, dengan demikian, penting untuk mengukur hasilnya dalam hal efisiensi dan efektivitas untuk memastikan bahwa mereka mendorong baik pertumbuhan ekonomi dan cohesions sosial dan memberikan kontribusi pada agenda Lisabon (Mandl dkk 2008: 2). Sementara anggaran eGovernment adalah suatu tatanan yang jauh lebih kecil besarnya, pengukuran hasilnya juga penting, serta dalam kaitannya dengan kontribusinya menjanjikan akan membuat pemerintah secara keseluruhan lebih efisien dan efektif.) Lebih lanjut Cristiano Codagnone (2008: 10) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “ Effectiveness = the relationship between the sought and achieve results for the constituencies, or “spending wisely.” (Efektivitas = hubungan antara yang dicari/target dan capaian hasil untuk konstituen, atau "membelanjakan uang dengan bijaksana) Sedangkan menurut Devas (1989: 144) efektivitas mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dan potensi hasil pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajak masing-masing, dan membayar seluruh pajak terhutang masing-masing. Lebih lanjut Devas (1989: 144-145) mengemukakan bahwa efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
meliputi: penentuan wajib pajak, penetapan nilai kena pajak, pemungutan pajak, penegakan sistem pajak, dan pembukuan penerimaan. 1. Menentukan Wajib Pajak Dalam hal ini harus ada prosedur pajak yang menyulitkan bagi wajib pajak untuk menyembunyikan hutang pajaknya. Hal tersebut dapat dibantu dengan pembayaran secara otomatis, bila ada orang harus menunjukkan identitas, bila identitas dapat dikaitkan dengan sumber-sumber informasi yang lain, dan bila objek pajak sudah jelas sekali. 2. Menetapkan Nilai Pajak Terhutang Nilai pajak terhutang harus ditentukan dengan cermat, dan ini melibatkan wajib pajak atau petugas pajak (atau keduanya) dalam menentukan nilai sesungguhnya dari objek pajak dan dalam menentukan tarif pajak yang benar. Hal-hal yang dapat membantu adalah bila penetapan bersifat otomatis, bila tarif umum diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan sendiri, dan bila ada catatan lain yang dapat digunakan untuk membandingkan nilai terhutang sebenarnya. Semakin besar wewenang petugas pajak dalam menentukan pajak terhutang, dan semakin besar peluang untuk “berunding” dengan wajib pajak, semakin kurang cermat besar pajak terhutang yang dihasilkan. Kerjasama antara petugas pajak dengan wajib pajak tidak dapat dilenyapkan sama sekali, hanya dapat dikurangi, dengan cara memisahkan fungsi menetapkan nilai pajak terhutang dan fungsi memungut pajak, dan dengan memeriksa ulang (oleh orang lain) nilai pajak terhutang. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Memungut Pajak Memungut pajak terhutang pada waktunya dapat lebih mudah: bila pembayaran bersifat otomatis, bila pembayaran dapat dipancing, dan bila ancaman hukuman atas kelalaian membayar pajak cukup berat dan ada kemungkinan ditegaskan sehingga dapat berlaku sebagai alat untuk menakutnakuti. 4. Pemeriksaan Kelalaian Pajak Untuk mengetahui wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya dibutuhkan sistem catatan yang baik, sehingga kelalaian pembayaran pajak dapat segera diketahui dan dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan silang dengan jenis-jenis pajak daerah yang lain. Sistem ini harus dilengkapi dengan prosedur untuk menegakkan pajak dan sungguh-sungguh dijalankan. 5. Prosedur Pembukuan Yang Baik Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua pajak yang dipungut petugas pajak benar-benar dibukukan dan masuk rekening pemerintah.
Untuk
itu
diperlukan
langkah-langkah
untuk
mencegah
kehilangan atau pencurian hasil pajak, pembukuan yang cermat, pemeriksaan silang oleh berbagai petugas, dan sistem pengawasan keuangan. Lebih lanjut Devas (1989: 145) menjelaskan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi pajak yang bersangkutan. Indikator efektivitas adalah rasio antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi hasil pajak, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya membayar
(wajib
pajak),
benar-benar membayar commit to user
pajak
yang
menjadi
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kewajibannya pada tahun berjalan, dan membayar semua jumlah yang seharusnya dibayarkan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas pajak merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak terhadap target penerimaan pajak yang memungkinkan apakah besarnya pajak sesuai dengan target atau anggaran yang ada. Sehingga tingkat efektivitas retribusi pasar dapat diformulasikan sebagai berikut:
Tingkat Efektivitas
Realisasi Pendapatan Anggaran Pendapatan
x 100%
Dengan perhitungan di atas dapat diketahui besarnya efektivitas penarikan Retribusi Pasar, dengan asumsi bahwa semakin besar angka efektivitas yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Angka efektivitas ini menunjukkan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan aktivitas pemungutan dapat dicapai. Dengan demikian, semakin besar efektivitas menunjukkan semakin efektif aktivitas pemungutannya. Artinya, semakin besar kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas pemungutan semakin mendekati untuk dapat dicapai (Kesit Bambang Prakosa, 2005: 144). Untuk dapat menentukan apakah penarikan retribusi telah efektif atau belum, diperlukan adanya suatu kriteria efektivitas. Departemen Dalam Negeri dengan Kepmendagri No.690.900-327 Tahun 1996 seperti yang dikutip commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A.A.N.B. Dwiranda (http://ejournal.Unud.ac.id) mengkategorikan kemampuan
efektivitas ke dalam lima kriteria, yaitu sebagai berikut: a. > 100%
: sangat efektif
b. > 90% - 100% : efektif c. > 80% - 90% : cukup efektif d. > 60% - 80% : kurang efektif e. ≤ 60%
: tidak efektif
Menurut berbagai teori efektivitas yang ada, peneliti memilih teori dari Devas (1989: 144) yang mengemukakan bahwa efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak yang meliputi: penentuan wajib pajak, penetapan nilai kena pajak, pemungutan pajak, penegakan sistem pajak, dan pembukuan penerimaan, yang merupakan efektivitas dari segi prosesnya. Lebih lanjut Devas (1989: 145) menjelaskan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi pajak yang bersangkutan, yang merupakan efektivitas dari segi hasilnya. Indikator efektivitas adalah rasio antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi hasil pajak, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya membayar (wajib pajak), benar-benar membayar pajak yang menjadi kewajibannya pada tahun berjalan, dan membayar semua jumlah yang seharusnya dibayarkan. Peneliti menggunakan teori ini untuk mengetahui efektivitas retribusi pasar dikarenakan teori ini merupakan teori yang paling relevan untuk penelitian ini dibandingkan dengan teori-teori lain.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kerangka Pikir Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Mengacu pada teori yang ada maka kerangka dasar pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
a. b. c. d. e. f.
Retribusi Pasar Pasar Kelas IA Pasar Kelas IB - Los Pasar Kelas IIA - Kios Pasar Kelas IIB - Pelataran Pasar Kelas IIIA Pasar Kelas IIIB
Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar (Devas, 1989: 144-145)
-
Tahap Administrasi Penerimaan Retribusi Pasar Penentuan wajib retribusi Penetapan nilai kena retribusi Pemungutan retribusi Penegakan sistem retribusi Pembukuan penerimaan
Hasil Penarikan Retribusi Pasar - Rasio antara hasil penarikan retribusi dengan potensi hasil retribusi
commit to user
Hambatan dan Upaya untuk Mengatasinya
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari skema pemikiran tersebut dapat diperoleh gambaran sebagai berikut: Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran dari tugasnya mengurus rumah tangga daerah, yang terdiri dari sumbangan atau subsidi pemerintah pusat, pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Dalam hal ini retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang berperan bagi pembiayaan daerah. Retribusi pasar adalah salah satu retribusi daerah yang masuk dalam wilayah kota atau kabupaten. Retribusi pasar dipungut berdasarkan atas jenis pelayanan pasar yang digunakan. Pasar yang ada di Kota Surakarta dapat diklasifikasikan menjadi 6 macam, yaitu Pasar Kelas IA, Pasar kelas IB, Pasar kelas IIA, Pasar Kelas IIB, Pasar Kelas IIIA, dan Pasar Kelas IIIB. Tiap kelas pasar memiliki tarif retribusi pasar yang berbeda-beda. Untuk itu pemerintah harus menetapkan tentang tarif retribusi itu dan jasa apa yang akan diterima oleh masyarakat dari pungutan retribusi itu. Jika kedua hal ini berjalan baik maka impian pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya pun akan terwujud. Seperti misalnya yang dirasakan oleh para pedagang pasar di Kota Surakarta yang menjadi pengguna jasa pelayanan umum dari pemerintah berupa pelayanan ijin dan pemakaian bangunan pasar yang meliputi los, kios dan pelataran maupun penggunaan fasilitas umum yang ada di pasar. Pedagang harus membayar tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam penarikan
retribusi pasar harus dilakukan dengan efektif.
Berdasarkan pendapat Devas (1989: 144), efektivitas penarikan retribusi pasar commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyangkut semua tahap administrasi penerimaan retribusi yang meliputi: penentuan wajib retribusi, penetapan nilai kena retribusi, pemungutan retribusi, penegakan sistem retribusi, dan pembukuan penerimaan, yang merupakan efektivitas penarikan retribusi pasar dari segi prosesnya. Lebih lanjut berdasarkan pendapat Devas (1989: 145), efektivitas merupakan hubungan antara hasil pungutan suatu retribusi dengan potensi retribusi yang bersangkutan, yang merupakan efektivitas penarikan retribusi pasar dari segi hasilnya. Indikator efektivitas retribusi pasar adalah rasio antara hasil pungutan retribusi pasar dengan potensi hasil retribusi pasar, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya membayar retribusi pasar (wajib retribusi), benar-benar membayar retribusi yang menjadi kewajibannya pada tahun berjalan, dan membayar semua jumlah yang seharusnya dibayarkan. Akan tetapi, dalam mencapai efektivitas penarikan retribusi pasar tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut agar retribusi pasar dapat dipungut dengan efektif yang diharapkan akan mengoptimalkan penerimaan retribusi pasar sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang proses penyelidikan suatu permasalahan yang akan dibahas. Woody (dalam Moh. Nazir, 2005: 13) mendefinisikan penelitian sebagai sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 803), penelitian diartikan sebagai kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu. (Sugiyono, 2010: 3-4) Metode penelitian sangat penting dalam menunjang proses penyelesaian suatu permasalahan yang akan dibahas sehingga akan diperoleh hasil yang ilmiah dan mempunyai nilai validitas (mantap) yang tinggi serta tingkat reliabilitas (dapat dipercaya) yang besar. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
34
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang tepat dan utuh tentang suatu gejala. Penelitian deskriptif ini biasanya ditempuh dengan cara memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada. Mula-mula data disusun dan dikumpulkan, dijelaskan kemudian dianalisis. Dimana di dalamnya juga terdapat data-data, kata-kata dan gambar (data kualitatif) maupun data angka-angka (data kuantitatif). Sedangkan ditinjau dari metodenya,penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Seperti yang disampaikan oleh H.B. Sutopo (2002: 35) yaitu dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angkaangka atau frekuensi. Metode deskriptif menurut Moh. Nazir (2005: 54), “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan alasan: 1. Penempatan diri pada pemecahan masalah sekarang dan bersifat aktual.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penelitian ini menggunakan tahapan yang sistematis dengan cara mengumpulkan
data,
mengklasifikasikan
dan
menganalisis,
dan
menginterpretasikan. 3. Menjelaskan prosedur setiap langkah penyelidikan dengan teliti dan terperinci. Maka berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan dan
menguraikan tentang efektivitas penarikan retribusi
pasar di Kota Surakarta.
B. Lokasi Penelitian Penetapan
lokasi
penelitian
sangat
penting
dalam
rangka
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang beralamatkan di Komplek Balaikota, Jalan Jendral Sudirman No. 2, Kota Surakarta, dengan pertimbangan bahwa Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan pihak yang memiliki wewenang secara teknis mengurusi penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta. Selain itu, penelitian juga dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta dan beberapa pasar di Kota Surakarta.
C. Sumber Data Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 99) “Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk keperluan”. Data merupakan faktor yang sangat penting karena melalui data dapat diperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informan Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah sebagai berikut : a. Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Dinas Pengelolaan Pasar melaksanakan fungsi sebagai pengelola keuangan pasar. b. Ibu Ratih selaku Customer Service (CS) di Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta. Bank Jateng melaksanakan fungsi sebagai Kas Daerah Pemerintah Kota Surakarta. c. Pejabat dan Petugas Pasar di sejumlah pasar Kota Surakarta, yaitu: 1) Bapak Sudarno selaku Lurah Pasar Nusukan Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan 2) Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut retribusi pasar di Pasar Nusukan 3) Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok 4) Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pedagang di sejumlah pasar di Kota Surakarta, yaitu: 1) Pedagang Pasar Klewer (Pasar Kelas IA) 2) Pedagang Pasar Nusukan (Pasar Kelas IA) 3) Pedagang Pasar Notoharjo (Pasar Kelas IB) 4) Pedagang Pasar Depok (Pasar Kelas IIA) 5) Pedagang Pasar Tanggul (Pasar Kelas IIB) 6) Pedagang Pasar Sangkrah (Pasar Kelas IIIA) 7) Pedagang Pasar Ngumbul (Pasar Kelas IIIB) Sejumlah informan di atas diseleksi melalui teknik purposive sampling berdasarkan penguasaan mereka terhadap persoalan dan informasi yang sedang diteliti. 2. Dokumen Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dokumen antara lain: a. Arsip, surat, dokumen yang berkaitan dengan efektivitas penarikan retribusi pasar, yaitu: 1) Laporan target dan realisasi penerimaan retribusi pasar Kota Surakarta 2) Laporan target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah e. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional f. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah g. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah h. Peraturan Walikota Nomor 19-0 tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar i. Peraturan Walikota Nomor 1-C tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar j. Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang obyektif karena data diterapkan sebagai sesuatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan apakah penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak, yang diperlukan di sini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2010: 327). Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dan commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing-masing teknik tersebut saling melengkapi satu sama lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada narasumber yang diwawancarai. Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Pewawancara
menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan
kepada
yang
diwawancarai untuk menjawab, menggali jawaban lebih dalam dan mencatat jawaban yang diwawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2010: 157) Untuk memperoleh data dari informan sebagai sumber data yang sangat penting, maka dalam penelitian ini diperlukan wawancara secara mendalam
(in-depth
interviewing).
Dalam
melakukan
wawancara
mendalam, situasi yang akrab selalu diusahakan dan dikembangkan, serta menghindari situasi tanya jawab seperti dalam proses interogasi. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open-ended”, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. (H.B. Sutopo, 2002: 59) Informasi mengenai efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta diperoleh peneliti dari: a. Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta b. Pejabat Kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta c. Pejabat dan petugas pemungut retribusi e. Pedagang di sejumlah pasar di Kota Surakarta 2. Studi Dokumen atau Kepustakaan (Dokumentasi) Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dan mengambil sumber-sumber tertulis yang ada, baik melalui dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (H.B. Sutopo, 2002: 54). Dokumentasi dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu dengan pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar kategori yang akan dicari datanya dan dengan check-list. Dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang berisi laporan penerimaan retribusi pasar yang didapat dari Dinas Pengelolaan Pasar dan dari Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Kota
Surakarta.
Penelitian
ini
dokumentasi dengan pertimbangan sebagai berikut: commit to user
menggunakan
teknik
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
a. Dokumen digunakan sebagai sumber data karena datanya stabil, kaya akan informasi. b. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam suatu pengujian. c. Lebih murah dan lebih mudah didapatkan.
E. Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Dalam teknik ini peneliti cenderung untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Menurut Susanto (2006:120) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja, sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi, dimana peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan diharapkan mengetahui permasalahan secara mendetail. Dapat dikatakan bahwa dalam teknik purposive sampling unsur kedalaman informasi sangat ditekankan, bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton dalam H.B. Sutopo, 2002:56). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel penelitian adalah Pejabat Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta, Pejabat Kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, petugas pemungut retribusi dan pedagang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
di sejumlah pasar di Kota Surakarta. Akan tetapi, tidak ditutup kemungkinan pilihan terhadap informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
F. Validitas Data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Validitas yang dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan di lokasi penelitian. (H.B. Sutopo, 2002: 78) Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Salah satu cara untuk menguji validitas data adalah dengan menggunakan triangulasi data atau sumber. Teknik triangulasi data lebih mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Hal ini berarti data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda sehingga data yang diperoleh akan lebih teruji kebenarannya. Menurut H.B. Sutopo (2002: 79) triangulasi data atau sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data narasumber (manusia) yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara yang mendalam, sehingga informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya.
G. Teknik Analisa Data Proses analisis data dalam penelitian kualitatif sering merupakan bagian yang tersulit bagi para peneliti. Dalam analisis data seorang peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengolah hasil penelitian menjadi data yang akurat, dimana data yang diperoleh harus dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga peneliti dapat menyusun, menyimpulkan serta menjawab persoalan yang diajukan sebagai hasil penelitian itu. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Dalam model ini terdapat tiga komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo (2002: 91-96), ketiga komponen tersebut adalah : 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. 2. Sajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceriterakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami. 3. Penarikan Simpulan Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proposisi. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan.
Proses analisis data dengan menggunakan model interaksi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Simpulan/ Verifikasi
(Sumber : H.B. Sutopo, 2002: 96)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Surakarta a. Letak Geografi Kota Surakarta yang sering disebut Kota Solo, secara astronomis terletak antara 110°45’15”-110°45’35” Bujur Timur dan 7°36’00”7°56’00” Lintang Selatan, dengan luas wilayah ± 4.404,0593 Ha. Kota Surakarta berada di dataran rendah, terletak antara kaki Gunung Lawu di sebelah timur dan kaki Gunung Merapi di sebelah barat dengan ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes, dan Bengawan Solo. Posisi Kota Solo sangat strategis di jalur lalu lintas ekonomi perdagangan maupun kepariwisataan diantara Yogyakarta – Solo – Semarang, Surabaya – Bali. Sedangkan batas wilayah administratif Kota Surakarta meliputi : 1) Sebelah Utara
: Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar
2) Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
3) Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo
4) Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta mempunyai suhu udara maksimum 32,4°C dan suhu minimum 21,6°C. Tekanan udara rata-rata adalah 1008,74 mbs
commit to user
47
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4 Knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas. Luas wilayah administratifnya ± 4.404,0593 Ha sebagian besar telah menjadi lahan permukiman seluas 2.672,21 Ha dan sisanya berturutturut untuk jasa 428,06 Ha, ekonomi industri dan perdagangan 383,51 Ha, ruang terbuka 248,29 Ha, pertanian 210,83 Ha dan lain-lain 461,16 Ha. Kota Surakarta terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Kelima kecamatan tersebut terdiri dari 51 kelurahan yang masing-masing kecamatan terdiri dari Kecamatan Laweyan 11 kelurahan, Kecamatan Serengan 7 kelurahan, Kecamatan Pasar Kliwon 9 kelurahan, Kecamatan Banjarsari 13 kelurahan, Kecamatan Jebres 11 kelurahan, dan ke-51 kelurahan tersebut terdiri dari 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK. b. Kependudukan Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Surakarta 500.642 jiwa, dimana jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, yaitu 257.279 perempuan dan 243.363 laki-laki. Kecamatan Banjarsari
merupakan
kecamatan
yang
paling
banyak
jumlah
penduduknya, yaitu sebanyak 157.438 jiwa (31,45%). Kemudian disusul Kecamatan Jebres sebanyak 27,9 persen dari total penduduk atau 138.624 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Laweyan dan Pasar Kliwon berturutturut yaitu 86.315 dan 74.145 jiwa. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
penduduk paling sedikit yaitu Serengan sejumlah 44.120 jiwa dengan persentase 8,81 persen dari jumlah keseluruhan penduduk. Dengan luas wilayah hanya sebesar 44,04 km2 membuat tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa tengah yaitu 11.370 jiwa/km2. Hal tersebut menuntut pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi penduduk Kota Surakarta, belum lagi adanya kaum commuters yang jumlahnya tidak kalah banyak. Laju pertumbuhan Kota Surakarta selama periode tahun 2000-2010 mengalami penurunan yang signifikan yaitu 0,25 persen jauh di bawah angka laju petumbuhan Jawa Tengah yaitu 0,46 persen. c. Potensi Wilayah Kota Surakarta merupakan kota budaya di Jawa Tengah dengan mengusung slogan “Solo The Spirit Of Java“ (Solo merupakan Jiwanya Jawa) yang menjadi trend setter kota / kabupaten lain terutama di bidang ekonomi dan budaya. Meskipun luas wilayahnya tidak begitu besar dan Sumber Daya Alamnya (SDM) tidak melimpah namun Kota Solo mempunyai potensi yang luar biasa. Dengan memanfaatkan semua kelebihan yang ada di dalamnya, Surakarta mampu menyerap perhatian daerah lain bahkan mancanegara. Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Seni dan pembatikan commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Solo menjadi pusat batik di Indonesia. Apalagi setelah resmi dibuka Kampung Batik Laweyan menjadi ikon area penuh dengan wisata batik dari
proses
pembuatannya
sampai
penjualannya.
Pariwisata
dan
perdagangan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling mendukung meningkatkan sektor ekonomi. Berbeda dengan kegiatan perdagangan, sektor pertanian kurang bisa diandalkan, kebutuhan pokok seperti beras, sayur - sayuran dan bahan dasar protein harus bergantung dengan daerah lain karena keterbatasan lahan. Secara kumulatif, sektor tersier yang terdiri dari usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan, dan komunikasi serta jasa. Terdapat beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumah tangga, kebanyakan industri bergerak dalam bidang pembuatan batik dan pakaian jadi yang hasilnya mencapai pasar internasional. 2. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta a. Sejarah Singkat dan Kedudukan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 363 Tahun 1977 tentang pedoman pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, yang memberikan kemungkinan kepada Daerah untuk membentuk Dinas yang dibutuhkan, maka dengan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Kota Surakarta No. 188.3/103/1980 tertanggal 3 November 1980 dibentuklah Dinas Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berpedoman
pada
Surat
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
061.1/2749/JJ tertanggal 3 Maret 1987 dan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 061/9358 tertanggal 30 Maret 1987 dipandang perlu meningkatkan pengelolaan pasar agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu peningkatan dan penataan organisasi Dinas Pasar sangat diperlukan. Dengan alasan tersebut, maka Pemerintah Daerah Kota Surakarta dipandang perlu untuk menetapkan peraturan daerah tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II Kota Surakarta. Perkembangan selanjutnya adalah diterbitkannya Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta No. 1 Tahun 1988 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. Seiring dengan perkembangan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kotamadya Surakarta, maka peraturan daerah yang berlaku saat ini adalah Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19-0 Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar. Kedudukan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dinas Pengelolaan Pasar sebagai unsur pelaksanaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab
kepada
Walikota
melalui Sekretaris Daerah. b. Dasar Hukum Dinas Pengelolaan Pasar Dalam menjalankan tugasnya Dinas Pengelolaan Pasar memiliki dasar hukum yang jelas. Adapun dasar hukum yang digunakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar dalam menjalankan tugasnya meliputi: 1) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional 2) Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima 3) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 4) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah 5) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 6) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah 7) Peraturan Walikota Nomor 19-0 tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar 8) Peraturan Walikota Nomor 1-C tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional 10) SK Walikota Surakarta No. 12 tahun 2002 Tentang Penetapan Tarif Pengganti Biaya Pembayaran Listrik Dalam Komplek Pasar 11) SK Walikota Surakarta No. 511.2/085-2/I/2001 Tentang Penetapan Kelas Pasar & Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar c. Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta 1) Visi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta mempunyai Visi Organisasi sebagai berikut “Mewujudkan citra pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman”. 2) Misi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dalam rangka mewujudkan visi organisasinya, mempunyai beberapa misi organisasi yaitu sebagai berikut: a) Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha; b) Meningkatkan kebersihan, ketertiban dan keamanan pasar; c) Meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pengunjung; d) Meningkatkan kualitas SDM pengelola dan pedagang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
d. Tugas Pokok dan Fungsi 1) Tugas Pokok Tugas pokok Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan pasar. 2) Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas b) Penyusunan rencana program, pengendalian,
evaluasi,
dan
pelaporan c) Pengelolaan pendapatan pasar d) Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar e) Pengawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki lima f) Pengaturan los dan kios pasar g) Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban pasar dan pedagang kaki lima h) Penyelenggaraan sosialisasi i) Pembinaan jabatan fungsional e. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Di dalam suatu instansi terdapat struktur organisasi dan struktur organisasi yang dimaksudkan untuk membagi pekerjaan dari struktur organisasi akan terlihat tugas dan fungsi masing-masing bagian dan commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada siapa bagian pekerjaan tersebut harus dipertanggungjawabkan pelaksanaan pekerjaannya. Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, khususnya BAB V Bagian Ke Duabelas tentang Dinas Pengelolaan Pasar
maka guna kelancaran
penyelenggaraan tugas tersebut perlu ditindaklanjuti dengan uraian tugas yaitu dikeluarkannya Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19-0 Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar. Maka dari itu, telah diatur mengenai Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yaitu terdiri dari: 1) Kepala; 2) Sekretariat, membawahkan: a) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan b) Subbagian Keuangan c) Subbagian Umum dan Kepegawaian 3) Bidang Pendapatan Pasar, membawahkan: a) Seksi Pendataan dan Penetapan b) Seksi Penagihan dan Penerimaan c) Seksi Pembukuan 4) Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar, membawahkan: a) Seksi Peralatan dan Kebersihan b) Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar c) Seksi Pemeliharaan Bangunan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Bidang Pengawasan dan Pembinaan, membawahkan: a) Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang b) Seksi Keamanan dan Ketertiban c) Seksi Pengawasan Pedagang 6) Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, membawahkan: 1) Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima 2) Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima 7) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing, berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Berikut gambar struktur organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Kepala
Sekretaris
Kelompok Jabatan Fungsional
Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Subbagian Keuangan
Subbagian Umum dan Kepegawaian
Bidang Pendapatan Pasar
Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan
Bidang Pengawasan dan Pembinaan
Seksi Pendataan dan Penetapan
Seksi Peralatan dan Kebersihan
Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang
Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
Seksi Penagihan dan Penerimaan
Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar
Seksi Keamanan dan Ketertiban
Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima
Seksi Pembukuan
Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar
Seksi Pengawasan Pedagang
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
commit to user
Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
f. Uraian Tugas Jabatan Bidang Pendapatan Pasar Bidang Pendapatan Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan penetapan, penagihan dan penerimaan serta pembukuan. Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19-0 Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar, berikut ini adalah uraian tugas dari Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta: 1) Melaksanakan rencana kerja Bidang berdasarkan rencana strategis dan rencana kerja Dinas. 2) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan. 3) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas. 4) Melaksanakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar efektif dan efisien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 5) Menerapkan standar pelayanan minimal sesuai bidang tugas. 6) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pendataan dan penetapan pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima. 7) Merumuskan kebijakan teknis di bidang penagihan tunggakan dan penerimaan pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima. 8) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pembukuan pendapatan pasar. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Melaksanakan pendataan dan penetapan pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima. 10) Merumuskan target pendapatan pasar. 11) Memberikan
pertimbangan
teknis
perizinan
dan
memantau
pemanfaatan pasar oleh pedagang pasar. 12) Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja di bidang pendapatan pasar. 13) Melaksanakan sosialisasi di bidang pendapatan pasar. 14) Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik. 15) Memberikan usul dan saran kepada atasan. 16) Melaporkan
hasil
pelaksanaan
tugas
kepada
atasan
sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. 17) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Bidang Pendapatan Pasar membawahkan: 1) Seksi Pendataan dan Penetapan Seksi Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan penetapan, meliputi: pendataan dan penetapan retribusi pasar dan Pedagang Kaki Lima, pengaturan dan pembagian kios, los, perijinan, dan hak penempatan pedagang.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Seksi Penagihan dan Penerimaan Seksi Penagihan dan Penerimaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan penerimaan, meliputi: penagihan dan penerimaan retribusi pasar dan Pedagang
Kaki
Lima
serta
penyusunan
laporan
perhitungan
pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima. 3) Seksi Pembukuan Seksi Pembukuan mempunyai tugas malakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pembukuan, meliputi: melakukan pembukuan semua hasil penagihan dan penerimaan retribusi pasar dan Pedagang Kaki Lima, penyiapan data secara periodik penerimaan dan tunggakan retribusi pasar dan Pedagang Kaki Lima. g. Kepegawaian Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Jumlah keseluruhan pegawai kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta adalah 341 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdiri dari 308 orang (90,32%) pegawai laki-laki dan 33 orang (9,68%) pegawai perempuan, serta 71 orang tercatat sebagai tenaga Honorer. Pegawaipegawai yang bertugas pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta ini berasal dari latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Berikut ini akan disampaikan komposisi pegawai yang ada pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan formalnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Per 1 Desember 2011 No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah Pegawai
Prosentase (%)
1.
S2
17
4,98
2.
S1
22
6,45
3.
D3
8
2,35
4.
SMA
190
55,72
5.
SLTP
68
19,94
6.
SD
36
10,56
TOTAL
341
100
Sumber : Dinas Pengelolaaan Pasar Kota Surakarta Berdasarkan tabel komposisi pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan formal di atas, dapat kita ketahui bahwa prosentase terbesar pegawai adalah lulusan SMA yaitu sebesar 55,72%. Sedangkan jumlah pegawai yang menyelesaikan studi Diploma-3 sampai dengan jenjang Strata-2 berjumlah 47 pegawai atau 13,78% dari keseluruhan pegawai yang ada di Dinas Pengelolaan Kota Surakarta. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, meskipun ada beberapa pegawai yang berlatar belakang pendidikan SD maupun SMP. Dengan demikian, maka kualitas SDM yang dimiliki oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sudah cukup bagus. Hal tersebut sangat mendukung output kebijakan yang dirumuskan commitdalam to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam upaya mengoptimalisasikan kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pasar. Sedangkan komposisi pegawai yang ada pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta berdasarkan kepangkatannya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Kepangkatan Tahun 2011 Pangkat Golongan
Jumlah
a
b
c
d
IV
8
1
-
-
9
III
7
35
9
9
60
II
98
64
6
2
170
I
14
33
26
29
102
TOTAL
341
Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Keterangan : IV/b
: Pembina Tingkat I
II/d
: Pengatur Tingkat I
IV/a
: Pembina
II/c
: Pengatur
III/d
: Penata Tingkat I
II/b
: Pengatur Muda Tingkat I
III/c
: Penata
II/a
: Pengatur Muda
III/b
: Penata Muda Tingkat I
I/b
: Juru Tingkat I
III/a
: Penata Muda
I/a
: Juru
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa golongan jabatan to user terbanyak untuk pegawai commit Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta adalah
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
golongan II sebanyak 170 orang. Sedangkan golongan IV sebanyak 9 orang, golongan III sebanyak 60 orang dan yang bergolongan I ada 102 orang. 3. Gambaran Umum Pasar di Kota Surakarta Saat ini jumlah pasar tradisional di Kota Surakarta adalah sebanyak 43 titik pasar yang tersebar di wilayah Kota Surakarta. Dari ke-43 titik pasar tersebut, oleh Dinas Pengelolaan Pasar diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) klas yaitu, klas I, klas II, dan klas III yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota. Berdasarkan Lampiran Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar, klasifikasi pasar di Kota Surakarta adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Jenis Pasar Berdasarkan Klasifikasi Pasar Kota Surakarta No.
Klasifikasi
1.
Pasar Kelas IA
2.
3.
Nama Pasar
1. Pasar Singosaren 2. Pasar Klewer 3. Pasar Legi 4. Pasar Nusukan 5. Pasar Gede Pasar Kelas IB 1. Pasar Harjodaksino 2. Pasar Jongke 3. Pasar Notoharjo Pasar Kelas IIA 1. Pasar Gading 2. Pasar Ngarsopuro 3. Pasar Sidodadi 4. Pasar Purwosari 5. Pasar Kadipolo 6. Pasar Ledoksari 7. Pasar Mojosongo 8. Pasar Rejosari Pasar Turisari commit to9.user 10. Pasar Depok
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Pasar Pucang Sawit 12. Pasar Ayu 13. Pasar Panggungrejo 14. Pasar Cinderamata 4. Pasar Kelas IIB 1. Pasar Kembang 2. Pasar Triwindu 3. Pasar Kabangan 4. Pasar Jebres 5. Pasar Tanggul 6. Pasar Ayam 7. Pasar Kliwon 8. Pasar Mebel 9. Pasar Penumping 5. Pasar Kelas IIIA 1. Pasar Elpabes 2. Pasar Ngemplak 3. Pasar Bangunharjo 4. Pasar Sidomulyo 5. Pasar Sangkrah 6. Pasar Buah Jurug 7. Pasar Tunggulsari 6. Pasar Kelas IIIB 1. Pasar Mojosongo Perumnas 2. Pasar Joglo 3. Pasar Bambu 4. Pasar Ngumbul 5. Pasar Besi Tua Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Sedangkan untuk menampung kegiatan pedagang dalam pasar, disediakan tempat dasaran yang meliputi: a. Kios adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan dan dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain mulai dari lantai, dinding, plafon dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai tempat berjualan barang atau jasa. b. Los adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan yang beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tempat berjualan barang atau jasa. c. Pelataran adalah tempat atau lahan terbuka di area pasar yang digunakan untuk ruang publik dan sebagian dapat digunakan untuk pedagang oprokan. Sedangkan tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan atas letak, zona tempat, kelas pasar, luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul untuk menyelenggarakan fasilitas. Pasar ditentukan kelasnya oleh Walikota melalui Dinas Pengelolaan Pasar dengan memperhatikan letak strategis pasar; luasan lahan; kualitas bangunan; jumlah pedagang terkait dengan pendapatan pedagang, jumlah kios dan los, serta pedagang oprokan; waktu efektif; dan fasilitas.
B. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta 1. Penentuan Wajib Retribusi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, retribusi pasar dikenakan bagi pedagang atau pengusaha yang memanfaatkan fasilitas pasar tradisional/sederhana, yang berupa pelataran, los dan kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Fasilitas pasar yang dikenai retribusi di pasar-pasar yang berada di wilayah Kota Surakarta yaitu untuk pemakaian kios, los dan pelataran serta pelayanan persampahan.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta mengungkapkan tentang prosedur dalam penempatan pedagang di pasar: “ Pedagang atau pengusaha dikenakan biaya balik nama hak penempatan untuk pedagang los dan kios, serta biaya herregistrasi SHP dan KTPP. Setelah calon pedagang mendapatkan ijin berdagang, dan membayar lunas bea balik nama tempat dasaran, setelah itu diberikan Surat Hak Penempatan (SHP). Jadi pedagang tidak cuma membayar retribusi saja, tapi harus punya surat ijin dulu yaitu SHP dan KTPP “ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Pernyataan tersebut senada dengan Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional bahwa terdapat tata cara atau prosedur dalam penempatan pedagang di pasar, yaitu: a. Surat Hak Penempatan (SHP) Surat Hak Penempatan yang selanjutnya disingkat SHP adalah surat hak yang diberikan kepada orang atau badan usaha yang menggunakan kios atau los di pasar dan dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar. Menurut Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar
Tradisional setiap orang atau badan yang menggunakan kios atau los harus memperoleh SHP dari Kepala Dinas Pengelolaan Pasar atas nama Walikota. Pedagang wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar lewat Kepala Pasar setempat untuk diteruskan pada Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, permohonan tertulis tersebut harus memuat dan memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Nama atau Badan Usaha, alamat tempat tinggal atau domisili pemohon, kewarganegaraan, luas dan letak berjualan, dan jenis dagangan atau usaha. 2) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku, pas photo ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar, dan denah lokasi kios atau los yang dimohon. Setelah permohonan tertulis dapat dikabulkan, kepada pedagang yang bersangkutan diberikan SHP oleh Kepala Dinas Pengelolaan Pasar atas nama Walikota Surakarta yang di dalamnya dicantumkan identitas pedagang yang bersangkutan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pedagang. SHP diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan
diperpanjang
dengan
mengajukan
permohonan
pembaharuan
(herregistrasi) dengan persyaratan seperti pada permohonan tertulis di atas. Permohonan SHP dapat ditolak apabila pemohon tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan di atas. Pak Narto pedagang los Pasar Sangkrah menyatakan: “ Di sini pedagangnya harus punya SHP mbak. Buat kios juga harus punya mbak. Itu ke Dinas Pengelolaan Pasar ngurus-nya mbak. Kalo syaratnya ya banyak yang harus dipenuhi. Suruh ngisi formulir, fotokopi KTP, foto juga mbak. Itu berlakunya buat 3 tahun, kalo udah 3 tahun harus diperpanjang lagi bayar 15 ribu mbak.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar Depok: “ Ya kalo SHP dulu saya ngisi formulir yang isinya macem-macem mbak. Suruh ngasih nama, alamat lengkap, luas dasarannya, sama letaknya. Trus juga dagang apa, juga disuruh ngasih fotokopi KTP sama foto mbak. Kalo berlakunya itu 3 tahun mbak, nek habis ya diperbaru ngisi kayak yang tadi. Mbayarnya 17.500 mbak. ”(wawancara pada tanggal 4 Juni 2012) Pemohon
harus
memenuhi
persyaratan-persyaratan
dalam
mengajukan permohonan SHP seperti yang terdapat dalam Pasal 4 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam pembuatan SHP juga sudah ditentukan. Seperti yang disampaikan Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan: “ Iya, SHP harus sesuai dengan ketentuan. Ya syaratnya itu mbak sama yang di Perda. Kalau untuk herregistrasi SHP pakainya tetep SHP asli. Kalau nggak ada harus pakai surat keterangan kehilangan, trus arsip. Arsip ini lho yang ada di pasar. Kita kan punya 2, yang asli sama arsip. Yang asli dikasih sama yang punya, yang arsip disimpan di sini. Jadi sewaktu-waktu balik nama atau herregistrasi trus SHP-nya ilang pakainya ini (arsip) sama surat kehilangan. Biayanya 20 ribu. Los atau kios sama saja.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012) Pernyataan di atas dipertegas lagi oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan: “ SHP itu untuk pedagang yang menempati los atau kios yang ada syarat-syarat yang harus dipenuhi pemohon. Pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis, yang di situ memuat nama atau Badan Usaha, alamat tempat tinggal, commit user kewarganegaraan, jenis todagangan, luas dan letak berjualan.
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu juga harus menyetorkan fotokopi KTP sama pas photo. Kalau syarat-syaratnya sudah semua, baru sama Dinas dibuatkan SHP. SHP berlaku untuk 3 tahun, biayanya beda-beda untuk tiap kelas pasar. Pasar kelas I 20.000, pasar kelas II 17.500, pasar kelas III 15.000” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Untuk memberi gambaran yang jelas tentang SHP, berikut salah satu contoh SHP: Gambar 4.2 Contoh Surat Hak Penempatan (SHP)
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan SHP sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap orang atau badan yang menggunakan los atau kios harus memperoleh SHP, serta adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. b. Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP) Kartu Tanda Pengenal Pedagang yang selanjutnya disingkat KTPP adalah kartu tanda pengenal yang diberikan oleh Dinas Pengelolaan Pasar kepada pedagang sebagai bukti pengakuan terhadap orang yang beraktivitas dan menggunakan pasar tertentu sebagai tempat melakukan kegiatan usaha. Menurut
Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar
Tradisional KTPP digunakan sebagai identitas pedagang kios atau los maupun pelataran. Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, syarat-syarat permohonan KTPP adalah: 1) Mengisi blangko yang disediakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku. 3) Pas photo terbaru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar. KTTP diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Setelah jangka waktu tersebut berakhir, pedagang yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pembaharuan (herregistrasi) dengan persyaratan seperti pada permohonan KTTP di atas. Akan tetapi mulai tahun 2012, KTTP berlaku untuk 3 (tiga) tahun. Ibu Mur pedagang los Pasar Ngumbul menyatakan: “ Di sini nggih semua pedagang harus punya KTPP mbak. Syarate nggih ngisi formulir, fotokopi KTP, foto. Kalo dulu tiap tahun harus buat, tapi sekarang 3 tahun sekali mbak. Biayane pinten nggih mbak. Saya agak lupa, ya sekitar 7500-an.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012) Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Gini pedagang pelataran Pasar Nusukan: “ Oprokan nggih anu mbak, wajib gadah KTPP mbak. Niku kan dingge tanda pengenal ngoten cirose pegawaine pasar. Kala mbiyen mbayare tiap tahun 2500 mbak, tapi nek sakniki tiga tahun, dadose nggih sekitar 7500 ngoten mbak.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012) Pemohon
harus
memenuhi
persyaratan-persyaratan
dalam
mengajukan permohonan KTTP seperti yang terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam pembuatan KTPP juga sudah ditentukan.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan: “ Semua pedagang harus punya KTPP. Itu juga sudah ada ketentuannya di Perda. Biaya KTPP 2.500 per tahun. Tapi kan sekarang per tiga tahun, biayanya jadi 7.500.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012) Pernyataan di atas dipertegas lagi oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta: “ Pemohon KTPP juga harus memenuhi syarat-syarat, pemohon harus mengisi blangko yang disediakan Dinas, menyerahkan fotokopi KTP sama pas photo juga. Biaya KTPP sama untuk tiap pedagang. Dulu kan per tahun, biayanya 2.500. Kalo sekarang kan 3 tahun, jadi biayanya 7.500.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Untuk memberi gambaran yang jelas tentang KTPP, berikut salah satu contoh KTPP: Gambar 4.3 Contoh Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan KTTP sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap pedagang kios atau los maupun pelataran harus memiliki KTPP sebagai kartu tanda pengenal, serta adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon KTPP yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. c. Balik Nama Hak Penempatan Sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, pedagang pemegang SHP dapat mengajukan balik nama tempat dasaran kepada orang lain atau Badan lain dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar. 2) Mengisi blangko yang disediakan Dinas Pengelolaan Pasar. 3) Melampirkan SHP asli. 4) Telah melunasi retribusi. 5) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku. 6) Pas photo terbaru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Melampirkan surat kematian bagi pemohon yang menggantikan pemegang SHP yang telah meninggal dunia. Bapak Nardi pedagang los Pasar Notoharjo menyatakan: “ Kalo biaya buat balik nama dulu sekitar 575 ribu mbak. Sini kan luasnya 2 meter mbak. Syaratnya dulu apa ya mbak, suruh ngisi blangko, foto, fotokopi KTP sama SHP mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012) Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar Depok menyatakan: “ Dulu sebelum saya menempati kios ini, kan sebelumnya udah ada yang makai mbak, jadi ya harus apa ya mbak namanya. Intinya diswalikne dulu, biar kiosnya resmi atas nama saya. Wah, syaratnya banyak mbak. Ya disuruh ngasih keterangan tertulis buat Dinas, trus disuruh ngisi formulir dari Dinas, banyak mbak, suruh bawa foto, trus fotokopi KTP, SHP, yang lain agak lupa mbak. Kalo biayanya kan di sini kiosnya 4 meter, bayarnya sekitar 800 kurang dikit lah.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012) Pemohon
harus
memenuhi
persyaratan-persyaratan
dalam
pengajuan balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran seperti yang terdapat dalam Pasal 6 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran juga sudah ditentukan berdasarkan Pasal 28 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yaitu sebesar 10% dari taksiran nilai tempat dasaran pasar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bapak Nanang Slamet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta: “ Untuk balik nama, syarat juga hampir sama seperti yang tadi. Syaratnya yaitu pemberitahuan secara tertulis pada Kepala Dinas, mengisi blangko dari sini, retribusinya lunas, SHP yang asli, pas photo, sama fotokopi KTP. Biayanya perhitungannya 10% kali luasan kali TNTD.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap pedagang kios atau los yang ingin mengajukan balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran harus memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional.
Berdasarkan uraian hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan wajib retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Aturan yang ada telah dijalankan sebagaimana mestinya. Selain itu, dalam penentuan wajib retribusi sudah ada prosedur retribusi yang menyulitkan bagi wajib retribusi untuk menyembunyikan commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hutang retribusinya. Hal tersebut dibantu dengan adanya persyaratanpersyaratan yang ada seperti identitas wajib retribusi yang meliputi SHP dan KTPP yang menjadikan objek retribusi jelas sekali sehingga lebih mudah dalam memungut retribusi dan pembayaran yang bersifat otomatis artinya di dalam pungutan retribusi pasar sudah memuat unsur retribusi lain, seperti pungutan retribusi pasar yang di dalamnya sudah memuat retribusi kebersihan. Identitas tersebut juga dapat dikaitkan dengan sumber-sumber informasi yang lain, yaitu daftar balik nama tempat dasaran dapat digunakan untuk menentukan wajib retribusi pasar. Sehingga dalam hal ini penentuan objek retribusi sudah jelas sekali yang menunjukkan sudah efektif menurut Teori Devas. 2. Penetapan Nilai Kena Retribusi Menurut Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar, tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul untuk menyelenggarakan fasilitas pasar berdasarkan atas letak, zona tempat, kelas pasar, luas tempat dasaran dan fasilitas pasar.
Berdasarkan Peraturan
Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar, tingkat penggunaan jasa tersebut adalah sebagai berikut :
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Dasar Tingkat Penggunaan Jasa No.
Dasar
1.
Letak
2.
Zona Tempat
3.
Kelas Pasar
4.
Luas Tempat Dasaran
5.
Fasilitas Pasar
Uraian
1. Terjangkau; 2. Kurang Terjangkau; 3. Sangat Kurang Terjangkau. Ketentuan-ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang pada pasar dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci pada tata ruang pasar. 1. IA 2. IB 3. IIA 4. IIB 5. IIIA 6. IIIB 1. > 11.000 m2 2. > 3.500 m2 3. > 2.000 m2 4. > 1.000 m2 5. < 1.000 m2 1. Lengkap Sekali 2. Lengkap 3. Kurang Lengkap
Sedangkan struktur dan besarnya tarif retribusi pasar ditetapkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri dari pelataran, los, kios, letak, zona tempat, kelas pasar, jangka waktu pemakaian, dan pemakaian daya listrik lingkungan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta: commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Tarif pemungutan retribusi juga disesuaikan dengan kelas pasar. Tarif pedagang dari pasar yang satu dengan yang lain itu berbeda tergantung kelas pasar. Klas pasar itu ada Klas pasar I, II, dan III. Lalu pedagang menggunakan fasilitas apa, misalnya apa itu los atau kios itu tarifnya berbeda, serta luasan yang dipakai. Jadi itu saling kait mengkait. Terus luasan tempat dasaran yang digunakan, kalau 4 meter dengan yang 6 meter kan berbeda, lebih mahal 6 meter misalnya dengan pasar yang sama. Misalnya Pasar Klewer itu kan tinggi ya, dengan pasar Klas III misalnya Pasar Ngumbul itu berbeda tarifnya karena Klas pasarnya udah lain. Pasar Klas IA dan IB itu juga berbeda tarifnya, disesuaikan dengan TNTD. Jadi kita memakai hitungan tarifnya 0,1 per mil dari TNTD dikali luasan yang dipakai ditambah retribusi kebersihan”. (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Berdasarkan Lampiran VI Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, tarif retribusi pelayanan pasar adalah : Tabel 4.5 Tarif Retribusi Pelayanan Pasar No.
1.
Jenis
Besarnya Retribusi
Pelataran : a. Pasar Kelas I
Rp. 500,00/m2/hari
b. Pasar Kelas II
Rp. 300,00/m2/hari
c. Pasar Kelas III
Rp. 200,00/m2/hari
2.
Los
0,1 ‰ TNTD
3.
Kios
0,1 ‰ TNTD
Sedangkan untuk penetapan TNTD (Taksiran Nilai Tempat Dasaran) pasar di Kota Surakarta berdasarkan lampiran Peraturan Walikota Surakarta Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Retribusi Pelayanan Pasar adalah sebagai berikut : commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Nama Pasar Singosaren Klewer Legi Nusukan Gede Harjodaksino Jongke Notoharjo Gading Ngarsopuro Sidodadi Purwosari Kadipolo Ledoksari Mojosongo Rejosari Turisari Depok Pucang Sawit Ayu Panggungrejo Cinderamata Triwindu Kembang Kabangan Jebres Tanggul Ayam Kliwon Mebel Penumping Elpabes Ngemplak Bangunharjo
Kelas Kios (Rp) IA 6.000.000,00 4.600.000,00 IA IA 3.100.000,00 IA 3.100.000,00 IA 3.100.000,00 IB 2.875.000,00 IB 2.875.000,00 IB 2.875.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIA 1.975.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIB 1.825.000,00 IIIA 1.250.000,00 IIIA 1.250.000,00 commit to user IIIA 1.250.000,00
Los (Rp) 3.100.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.720.000,00 1.720.000,00 1.720.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Sidomulyo Sangkrah Buah Jurug Tunggulsari Mojosongo Perumnas Joglo Bambu Ngumbul Besi Tua
IIIA IIIA IIIA IIIA IIIB IIIB IIIB IIIB IIIB
1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00
900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00
Selain retribusi pasar yang dikenakan berdasarkan tarif tersebut, maka kepada setiap pedagang dan atau pemegang izin dikenakan Retribusi Kebersihan Kota, yaitu : a. Pasar Kelas I : Rp 30,00/m2 b. Pasar Kelas II : Rp 15,00/m2 c. Pasar Kelas III : Rp 10,00/m2 Sehingga perhitungan retribusi pasar per hari adalah sebagai berikut :
(0,1 ‰ TNTD x Luas) + RKK Keterangan : TNTD : Taksiran Nilai Tempat Dasaran RKK : Retribusi Kebersihan Kota
Bapak Sumarno pedagang pelataran Pasar Ngumbul menyatakan: “ Mbayar karcis retribusinya setiap hari mbak. Mbayarnya 450. Sini mbok’o oprokan tapi luasnya 2 meter mbak.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan Ibu Parmi pedagang los Pasar Tanggul menyatakan: “ Tiap hari bayar retribusi mbak. Itu besarnya 600 tiap hari. Kan sini losnya 4 meter mbak. Itu udah termasuk bayar kebersihan.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012) Hal lain disampaikan oleh Bapak Joko pedagang kios Pasar Notoharjo yang menyatakan: “ Retribusi tiap hari, itu besarnya 1800. Emang mbayar-nya agak mahal soalnya sini kiosnya pake yang 6 meter mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012) Hal tersebut dipertegas oleh Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut retribusi pasar di Pasar Nusukan yang menyatakan: “ Tarifnya beda-beda. Kalau di sini kan pasarnya kelas I, TNTD-nya untuk kios Rp 3.100.000,00 kalau untuk los Rp 1.870.000,00, ngitung tarifnya 0,1 permil kali TNTD dikali luas, lalu ditambah RKK. Kalau untuk oprokan tarifnya 500 per m2 ditambah RKK tiap harinya.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012) Berdasarkan hasil dokumentasi yang diperoleh dan uraian hasil wawancara dengan Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE, Bapak Suryo Kurniawan, dan dengan beberapa pedagang di sejumlah pasar, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penetapan nilai kena retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara ketentuan yang ada dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Selain itu, dalam penetapan nilai retribusi sudah ditentukan dengan cermat dan dengan berbagai pertimbangan. Tarif retribusi pasar juga sudah diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan sendiri, serta ada catatan lain yang dapat digunakan untuk membandingkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
nilai terhutang sebenarnya, yaitu jumlah dan jenis tempat dasaran yang ditempati pedagang atau wajib retribusi. 3. Pemungutan Retribusi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, retribusi pasar dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen tersebut dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Setelah dilakukan pemungutan, pejabat atau petugas yang menerima pembayaran retribusi wajib menyetorkan hasil penerimaan retribusi ke Kas Daerah 1x24 jam. Bagi pedagang yang tidak membayar retribusi tepat pada waktunya, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% setiap bulan dari keseluruhan jumlah retribusi yang harus dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD), hal ini berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar, yang tercantum pada BAB VI Pasal 13 ayat 2. Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Nusukan menyatakan: “ Pemungutan retribusi dilakukan secara harian, ada yang pakai kartu, ada juga yang pakai karcis. Kalau yang kartu itu buat pedagang los dan kios, sedangkan yang karcis itu buat pedagang oprokan. Di sini belum pernah ada yang nunggak mbak, Alhamdulillah lancar mbak.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012) Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ibu Gini pedagang pelataran di Pasar Nusukan menyatakan: “ Tiap hari mbayar retribusi mbak. Kalau tidak masuk mbayar besoknya. Nanti dikasih karcis sama petugas.” (wawancara pada commit to user tanggal 19 Maret 2012)
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar Depok menyatakan: “ Bayar retribusinya tiap hari mbak. Kalau nunggak belum pernah mbak. Nanti misal losnya tutup, bayar besoknya.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012) Dari uraian wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sejumlah pedagang di atas membayar retribusi setiap harinya menggunakan kartu untuk pedagang los atau kios, dan menggunakan karcis untuk pedagang oprokan. Hal lain disampaikan oleh Ibu Dwi pedagang kios Pasar Klewer yang menyatakan: “ Kalo saya bayar-nya per bulan mbak. Jadi tiap bulannya saya ditariki, itu besarnya sekitar 56 ribu. Soalnya kiosnya ini ukurannya cuma sedengan, ukurannya 4 meter. Wah, belum pernah nunggak mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012) Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan: “ Kalau untuk cara pemungutannya ya dengan petugas mendatangi dan menagih langsung pedagangnya. Pemungutannya ada yang harian, ada yang bulanan. Los dan pelataran itu tarikannya harian untuk semua kelas dan semua pasar. Khusus untuk kios, ada 2 pasar yang tarikannya bulanan, yaitu Pasar Singosaren dan Pasar Klewer, yang lainnya tarikannya harian. Tanda buktinya kalau yang oprokan itu karcis, kalau buat pedagang kios dan los itu kartu. Jadi tarikannya ada 2 jenis, pakai kartu sama pakai karcis. Kalau sudah terkumpul ya diserahkan ke Bendahara Pasar untuk direkap lalu dibukukan di buku semacam rekapan itu hari ini berapa jumlah uang yang masuk, uang itu diserahkan kepada Petugas Administrasi, dibuatkan nanti Dastad atau Bend 17 sebagai tanda bukti setoran ke Kas Daerah, ditandatangani oleh Lurah Pasar.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pemungutan retribusi pasar, dilakukan dengan cara Petugas Pemungut mendatangi langsung pedagang dengan menggunakan tanda bukti kartu untuk pedagang kios atau los dan karcis untuk pedagang pelataran. Pemungutan retribusi pasar untuk los dan pelataran dilakukan setiap hari di semua kelas dan semua pasar. Sedangkan untuk kios, ada yang pemungutannya dilakukan secara bulanan, yaitu khusus untuk Pasar Singosaren dan Pasar Klewer, untuk pasar yang lain pemungutan tetap dilakukan secara harian. Setelah uang hasil pemungutan terkumpul, lalu diserahkan ke Bendahara Pasar untuk dibuat rekapitulasi, dilanjutkan ke Petugas Administrasi untuk dibuatkan Dastad atau Bend17 yang telah ditandatangani oleh Lurah Pasar atau Kepala Pasar sebagai tanda bukti setoran harian ke Kas Daerah.
Berikut ini merupakan alur pemungutan retribusi pasar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar:
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar
Pedagang/
Pemungut
Bendahara
Wajib Retribusi
Retribusi
Pasar
Petugas Administrasi
Kepala
Pasar
Kas Daerah/
Bank Jateng
Dinas Pengelolaan
Pasar Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Penjelasan singkat dari proses alur pemungutan Retribusi Pasar, adalah sebagai berikut : a. Melalui Pihak Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta ditunjuklah beberapa petugas khusus untuk memungut retribusi dari pedagang/Wajib Retribusi di
pasar.
Petugas
pemungut bertugas commit to user
menarik
retribusi
dari
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang/Wajib retribusi yang terdiri dari pedagang los, pedagang kios, dan pedagang oprokan (pelataran). b. Uang hasil penarikan diserahkan kepada Bendahara Pasar. Bendahara Pasar bertugas membuat rekapitulasi setoran harian pedagang oprokan (pelataran), los dan kios. Kemudian uang hasil penarikan disetorkan ke Kas Daerah/Bank Jateng oleh Petugas Administrasi. Petugas Administrasi juga bertugas mengirimkan bukti setoran harian pasar (dastad/Bend17) yang telah ditandatangani oleh Kepala Pasar ke Dinas Pengelolaan Pasar. c. Kas Daerah/Bank Jateng menerima setoran harian pungutan retribusi di masing-masing pasar, serta mengesahkan bukti setoran. d. Dinas Pengelolaan Pasar bertugas melakukan pembukuan hasil pungutan retribusi pasar; melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar; dan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan. Tata cara pembayaran retribusi telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar. Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditetapkan dengan menggunakan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah), SSRD (Surat Setoran Retribusi Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan (Bend 17 dan Bend 26).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Sedangkan untuk pedagang yang menunggak Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan: “ Pedagang yang nunggak kan ada Perda-nya itu, jadi Wajib Retribusi itu yang tidak membayar retribusi selama 30 hari, sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan. Tapi dengan melalui tahapan-tahapan.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Berdasarkan uraian hasil wawancara dan dokumentasi yang diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam pemungutan retribusi sudah efektif. Pemungutan retribusi pasar yang berlangsung di lapangan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemungutan retribusi pasar. Hal tersebut juga didukung oleh adanya ancaman hukuman yang cukup berat atas kelalaian membayar retribusi dan ada kemungkinan ditegaskan sehingga dapat berlaku sebagai alat untuk menakut-nakuti. 4. Penegakan Sistem Retribusi Penegakan sistem retribusi pasar bagi Wajib Retribusi yang belum memenuhi kewajibannya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar. Walikota dapat menerbitkan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) apabila retribusi dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Jumlah kekurangan retribusi yang terutang dalam STRD ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak
to user terutangnya retribusi. SKRD commit dan STRD yang menyebabkan jumlah retribusi
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan retribusi dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Penagihan retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran. Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul menyatakan: “ Di sini yang nunggak los, kios maupun oprokan tidak ada. Kalau sampai ada yang nunggak, ada SP I, II, dan III. Kalau sampai disegel itu ada jangka waktunya .” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012) Lain halnya dengan Ibu Sumi pedagang kios Pasar Depok yang menyatakan: “ Nggih kala mbiyen pernah nunggak mbak. Niku pas kula ne sakit. Gek nggih pripun mbak, mboten wonten sing nggenteni kok. Retribusine nggih tetep mlampah niku, kan kula nganggene kios. Dadose nggih dietung nunggak. Trus kula mbayar tunggakane niku nggih pas petugase mriki, nariki kalih sisan mbayar sing dinten niku. Kala mbiyen nggih disukani surat niku mbak.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012) Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok menyatakan: “ Yang nunggak dipanggil, dikasih Surat Peringatan, SP I, SP II, SP III, baru punishment atau tindakan. Itu kalau tunggakannya besar, tapi kalau tunggakannya kecil ya musyawarah dulu. ” (wawancara pada tanggal 26 Maret 2012) Lebih lanjut Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok menyatakan: “ Ya paling tidak 1 atau 2 orang ada lah mbak pedagang yang nunggak. Jadi nanti dihitung berapa hari pedagangnya nunggak. Trus nanti ditagih sama petugas pemungut, di kios apa losnya biar langsung dibayar sama pedagangnya. Jadi biar tunggakannya nggak numpuk.” (wawancara pada tanggal 26 Maret 2012)
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut juga diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan: “ Pedagang yang nunggak kan ada Perda-nya itu. Jadi Wajib Retribusi itu yang nggak mbayar retribusi selama 30 hari, sanksi, sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan tapi dengan melalui tahapan-tahapan, tidak langsung kita segel. Ada yang namanya pemberitahuan dulu ke pedagang kalau sampeyan punya tunggakan, terus kita panggil. Jika dari pemberitahuan tidak ada respon, 1 minggu kita luncurkan surat pemanggilan. Jika tidak ada respon lagi, kita luncurkan SP I, seminggu lagi tidak ada respon kita luncurkan SP II, tidak ada lagi kita luncurkan SP III. Dalam waktu itu Wajib Retribusi dikenai sanksi administrasi berupa bunga atau denda sebesar 2% tiap bulannya. Nagihnya pakai STRD yang dikeluarkan Walikota. Jika dari tahapan-tahapan itu tetap nggak ada respon, maka baru kita lakukan pemberitahuan penyegelan. Jadi ada 6 tahapan, masing-masing tahapan 1 minggu. Jadi tidak serta merta mereka nunggak langsung kita segel, tapi melalui tahapan-tahapan itu.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Berdasarkan hasil dokumentasi dan uraian hasil wawancara di atas, dapat
disimpulkan
bahwa
penagihan
retribusi
terutang
dilakukan
menggunakan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) yang didahului dengan Surat Teguran. Wajib Retribusi yang menunggak selama 30 hari dikenai sanksi sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan tetapi dengan melalui tahapan-tahapan. Sebelumnya ada pemberitahuan dari Dinas Pengelolaan Pasar kepada Wajib Retribusi yang menunggak. Apabila dari pemberitahuan tersebut tidak ada respon, dalam jangka waktu 1 minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Pemanggilan. Apabila dari Surat Pemanggilan tersebut juga tidak ada respon, maka dalam jangka waktu 1 minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Peringatan I. Apabila dari Surat
commit to userlagi, maka dalam jangka waktu 1 Peringatan I tersebut juga tidak ada respon
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Peringatan II, sampai Surat Peringatan III apabila tidak ada respon lagi setelah jangka waktu 1 minggu Surat Peringatan II dikeluarkan. Dalam jangka waktu tersebut, Wajib Retribusi yang menunggak dikenai sanksi administratif berupa bunga atau denda sebesar 2% setiap bulannya. Apabila dari tahapan-tahapan tersebut tidak ada respon, maka Dinas Pengelolaan Pasar baru akan melakukan pemberitahuan penyegelan. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penegakan sistem retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Dalam penegakan sistem retribusi, petugas dapat melakukan penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dan benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan. 5. Pembukuan Penerimaan Tugas masing-masing dari petugas atau pejabat yang terlibat dalam penarikan retribusi terkait dengan pembukuan penerimaan menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut: a. Pemungut Retribusi, memiliki tugas membuat rekapitulasi los dan kios per blok, serta karcis oprokan. b. Bendahara Pasar, memiliki tugas membuat rekapitulasi setoran harian oprokan, los, dan kios. c. Petugas Administrasi, memiliki tugas: 1) Membuat Manstad (karcis oprokan, los, dan kios) 2) Membuat buku Kas Umum 3) Membuat Dastad/Bend 17 (setoran harian) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
4) Menyetorkan hasil pungutan pasar ke Kas Daerah (Bank Jateng) 5) Mengirimkan bukti setoran ke Dinas Pengelolaan Pasar d. Kepala Pasar, memiliki tugas menandatangani bukti setoran harian pasar (dastad/Bend 17). e. Bank Jateng, memiliki tugas menerima setoran harian pungutan retribusi pasar di masing-masing pasar dan mengesahkan bukti setoran. f. Dinas Pengelolaan Pasar, memiliki tugas: 1) Melakukan pembukuan hasil penagihan atau pungutan pasar 2) Melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar 3) Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua retribusi yang dipungut petugas retribusi benar-benar dibukukan dan masuk Kas Daerah. Dari Standar Operasional Prosedur (SOP) penarikan retribusi pasar dapat diperoleh alur pembukuan sebagai berikut: a. Uang hasil tarikan retribusi oleh petugas pemungut diserahkan kepada Bendahara Pembantu Pasar. Bendahara Pembantu Pasar bertugas membuat rekapitulasi setoran harian pedagang oprokan (pelataran), los dan kios. Kemudian uang hasil tarikan disetorkan ke Kas Daerah/ Bank Jateng menggunakan tanda bukti setoran Bend17 dan Dastad yang ditandatangani oleh Kepala Pasar. Setelah itu, Petugas Administrasi menyetorkan hasil tarikan retribusi harian tersebut ke Kas Daerah/Bank Jateng. b. Kas Daerah/Bank Jateng menerima setoran harian pungutan retribusi di masing-masing pasar, serta mengesahkan bukti setoran. commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Dinas Pengelolaan Pasar bertugas melakukan pembukuan hasil pungutan retribusi pasar; melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar; dan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan. Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul menyatakan: “ Setelah retribusi pasar terkumpul langsung disetorkan ke Bank Jateng. Waktunya 1x24 jam, kecuali kalau hari libur. Kalau akhir tahun atau tutupan tahun tarikan langsung disetorkan. Kalau di sini kan pasarnya agak kecil, petugasnya terbatas. Jadi tugas saya banyak, selain menjadi Petugas Pemungut, juga menjadi Bendahara Pasar. Tugasnya ya agak serabutan, tiap hari harus buat rekap setoran harian los, kios, sama oprokan, per bloknya juga.” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012)
Hal senada disampaikan oleh Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan yang menyatakan: “ Kalau tugas saya sebagai Petugas Administrasi itu banyak dek. Ya seperti membuat manstad, buku kas umum, Bend17, lalu setoran ke Bank Jateng. Itu buat-nya tiap hari. Nah di situ bukti setorannya dikirim ke Dinas Pengelolaan Pasar sebagai tanda bukti. Jadi urutannya, dari pedagang dipungut retribusi sama petugas pemungut, lalu dibikin rekapannya. Kalau sini kan mungut-nya udah siang, jadi setorannya besok pagi. Yang penting nggak lebih dari 1x24 jam.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sudarno selaku Lurah Pasar Nusukan yang menyatakan: “ Kalau sudah dilakukan pemungutan lalu uangnya disetor ke Kas Daerah. 1x24 jam, hari ini narik, besok pagi harus sudah disetorkan. Kalau tugas yang terkait pembukuan ya menandatangani bukti setoran harian pasar mbak.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan: “ Alur buat setoran, dari pedagang kan sudah ada tarif retribusinya. Dari petugas pemungut melakukan pemungutan, uang tersebut diserahkan kepada petugas administrasi, dan dibukukan atau direkap di buku semacam rekapan itu hari ini berapa jumlah uang yang masuk. Uang itu diserahkan kepada Kas Bendahara Pembantu dibuatkan nanti daftar ataupun Bend 17 sebagai tanda bukti setoran ke Bank Jateng, ditandatangani sama Lurah Pasar. Di Bend 17 ada tembusan ke DPP, DPP nanti kroscek ke Kas Daerah/Bank Jateng. ” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Ibu Ratih selaku Customer Service (CS) Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta menyatakan: “ Iya mbak, retribusi pasar disetorkan ke sini. Trus direkap, lalu dilaporkan ke DPPKAD, Dinas Pengelolaan Pasar dan Keuangan Pemkot. Itu waktunya 1x24 jam. Kalo soal keterlambatan, belum pernah terjadi. Lancar dan rutin.” (wawancara pada tanggal 3 Mei 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam pembukuan penerimaan dalam retribusi pasar sudah efektif. Retribusi pasar yang dipungut lalu dibukukan secara cermat dan melalui tahap-tahap untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Selain itu, juga terdapat laporan teratur mengenai target dan realisasi retribusi pasar sehingga dapat mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam sistem pemungutan retribusi yang dijalankan.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tingkat Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Tingkat
efektivitas
penarikan
retribusi
pasar
didapat
dengan
membandingkan antara realisasi penarikan retribusi pasar dengan target penarikan retribusi pasar. Setelah mendapatkan persentase perbandingannya maka dilihat apakah telah memenuhi kriteria keefektifan. Bila didapat bahwa penarikan retribusi pasar telah efektif berarti kinerja penarikan retribusi pasar Kota Surakarta semakin baik. Dalam penelitian ini yang dipertimbangkan dalam menentukan efektivitas hanya pencapaian target. Sedangkan untuk tujuan lain, seperti keadilan, ketepatan waktu pembayaran, dan kepastian hukum diabaikan. Tingkat efektivitas penarikan retribusi pasar Kota Surakarta dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat Efektivitas
Realisasi Pendapatan Anggaran Pendapatan
x 100%
Setelah didapat persentasenya maka dapat dilihat dengan membandingkan dengan kriteria pengukuran efektivitas. Kriteria efektivitas menurut Departemen Dalam Negeri dengan Kepmendagri No.690.900-327 Tahun 1996 seperti yang dikutip A.A.N.B. Dwiranda (http://ejournal.Unud.ac.id) adalah sebagai berikut:
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Kriteria Pengukuran Efektivitas No. 1. 2. 3. 4. 5.
Prosentase > 100% > 90% - 100% > 80% - 90% > 60% - 80% ≤ 60%
Tingkat Efektivitas Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
Tanda/Kode SE E CE KE TE
Di bawah ini disajikan tabel hasil perhitungan efektivitas retribusi pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011. Tabel 4.8 Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 Jenis Target Realisasi Retribusi Pasar (Rp) (Rp) Pelataran Klas I 454.971.000 443.710.800 Pelataran Klas II 339.356.000 310.203.300 Pelataran Kelas III 103.734.000 110.256.650 Los Klas I 884.031.000 767.998.600 Los Klas II 343.420.000 286.862.115 Los Klas III 36.146.000 43.934.945 Kios Klas I 4.848.840.000 4.022.776.740 Kios Klas II 196.440.000 231.217.260 Kios Klas III 38.104.000 45.482.025 Jumlah 7.245.042.000 6.262.442.435 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta (diolah)
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Efektivitas Retribusi Pasar (%) 97,53 91,41 106,29 86,87 83,53 121,55 82,96 117,70 119,36 86,44
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan tertinggi penarikan retribusi pasar didapat dari retribusi Kios Klas I yaitu sebesar Rp 4.022.776.740,00 dan perolehan terendah didapat dari retribusi Los Klas III yaitu commit to user sebesar Rp 43.934.945,00. Dari 9 objek retribusi pasar hanya 4 yang dapat
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai target yaitu Pelataran Klas III, Los Klas III, Kios Klas II, Kios Klas III sedangkan lainnya belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu Pelataran Klas I, Pelataran Klas II, Los Klas I, Los Klas II, dan Kios Klas I. Jumlah penarikan retribusi pasar yang ditargetkan adalah sebesar Rp 7.245.042.000,00. Sedangkan jumlah penarikan retribusi pasar yang didapatkan atau realisasi dari target adalah sebesar Rp.6.262.442.435,00. Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas penarikan retribusi pasar sesuai dengan kriteria efektivitas menurut Departemen Dalam Negeri dengan Kepmendagri No.690.900-327 Tahun 1996 seperti yang dikutip A.A.N.B. Dwiranda (http://ejournal.Unud.ac.id) adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Kriteria Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Objek Retribusi Pasar Pelataran Klas I Pelataran Klas II Pelataran Klas III Los Klas I Los Klas II Los Klas III Kios Klas I Kios Klas II Kios Klas III Retribusi secara Keseluruhan
Kriteria Efektivitas E E SE CE CE SE CE SE SE CE
Berdasarkan tabel di atas penarikan retribusi pasar berdasarkan klasifikasinya ada 4 yang sangat efektif, 2 yang sudah efektif, dan 3 yang cukup commitKlas to user efektif. Untuk retribusi pasar Pelataran III, Los Klas III, Kios Klas II, dan
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
Kios Klas III tingkat efektivitasnya sangat efektif. Untuk retribusi pasar Pelataran Klas I dan Pelataran Klas II tingkat efektivitasnya sudah efektif. Untuk Los Klas I, Los Klas II, dan Kios Klas I tingkat efektivitasnya cukup efektif. Sedangkan bila dilihat dari retribusi secara keseluruhan pada tahun anggaran tersebut tingkat efektivitasnya adalah cukup efektif.
D. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dan Upaya untuk Mengatasinya 1. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dalam Rangka
Peningkatan
Efektivitas Retribusi Pasar Meskipun sudah berusaha secara maksimal untuk mengembangkan potensi dan menjalankan kewenangan yang dimiliki dengan optimal, akan tetapi masih ada permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi itu adalah sebagai berikut: a. Kurangnya Ketertarikan Pedagang untuk Menempati Los dan Kios yang Masih Kosong Kios dan los merupakan aspek yang sangat potensial dalam memberikan income yang cukup besar dalam retribusi pasar yang tentunya akan berdampak pada Pendapatan Asli Daerah. Akan tetapi masih banyak kios dan los yang masih kosong atau belum laku. Masyarakat yang ingin berdagang kurang tertarik untuk menempati los dan kios yang masih kosong, apalagi pasar tersebut pasca revitalisasi. Hal ini dikarenakan letak los dan kios pasar yang kurang strategis. Selain itu, pedagang juga commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beranggapan bahwa mangsa pasar yang masih rendah, dalam artian pembeli masih sedikit. Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Timan pedagang buah di dekat kampus ISI Surakarta: “ Ya gimana ya mbak. Ya belum berani buat nempatin los atau kios. Soalnya kan letak dari kiosnya itu nggak strategis. Masa ya nempatin kios yang di pojokan, kan ya nggak ada pembeli to mbak. Apalagi kiosnya di lantai atas.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012) Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan: “ Penjualan los dan kios pasca revitalisasi pasar. Misal pasar lama 40 kios, pedagang lama kan masuknya gratis. Setelah revitalisasi ada 50 kios, jadi kan sisa 10 kios. Tapi selama kios yang 10 ini belum laku, maka akan menyebabkan target tidak tercapai karena kios yang belum laku itu tetap masuk target“ (wawancara pada tanggal 28 Maret 2012) Masalah tersebut harus segera ditangani oleh Dinas Pengelolaan Pasar. Selain itu, kios dan los yang masih kosong atau belum laku akan tetap masuk dalam target anggaran sehingga menyebabkan target telah ditentukan tidak tercapai. b. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Karena jumlah petugas di pasar terbatas, seringkali membuat petugas pasar merangkap dalam bertugas atau bekerja. Misalnya saja, kadang-kadang ada petugas pemungut yang merangkap menjadi petugas kebersihan atau petugas administrasi. Jadi petugas harus pandai-pandai
to user dalam mengatur waktunyacommit agar tetap dapat melaksanakan pekerjaannnya
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
secara optimal. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas baik menyangkut kualitas maupun kuantitasnya merupakan akibat dari meningkatnya kewenangan, tugas, serta pekerjaan yang harus ditangani oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan: “ Ada juga kendala dari petugas, karena petugas kita kan terbatas. Kadang-kadang petugas pemungut itu merangkap ya kebersihan, ada yang administrasi. Jadi mereka itu harus pandai-pandai mengatur waktu. Terkadang kerjanya juga nggak maksimal. Misal saat pemungutan itu kadang petugas yang merangkap terburu-buru dalam memungut, karena juga harus bersih-bersih tadi.“ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul menyatakan: “ Di sini kan pasarnya agak kecil, petugasnya terbatas. Jadi tugas saya banyak, selain menjadi Petugas Pemungut, juga menjadi Bendahara Pasar. Tugasnya ya agak serabutan, tiap hari harus buat rekapan setoran harian los, kios, sama oprokan, per bloknya juga.” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012) 2. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dinas Pengelolaan Pasar Setiap masalah harus dicari penyelesaian agar kembali menjadi baik. Dalam hal ini hambatan pelaksanaan penarikan retribusi pasar harus dicari solusi agar pelaksanaan penarikan retribusi pasar dapat berjalan dengan lancar sesuai yang direncanakan, sehingga diperoleh pendapatan retribusi pasar sesuai yang ditargetkan, bahkan kalau bisa melebihi target tersebut serta commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperoleh peningkatan penerimaan retribusi dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut di atas, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut : a. Dengan mengadakan sosialisasi Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar retribusi, maka Dinas Pengelolaan Pasar telah mengadakan sosialisasi Peraturan Daerah tentang Retribusi Pasar, yaitu melalui penyuluhan-penyuluhan secara langsung dan tidak langsung kepada wajib retribusi. Dengan penyuluhan ini diharapkan masyarakat lebih mengerti tentang hak dan kewajiban sebagai wajib retribusi. Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan: “ Sebenarnya pedagang sudah memiliki kesadaran dalam membayar retribusi. Hanya saja perlu ditingkatkan. Caranya ya pedagang-pedagang itu diberi pengertian, juga sosialisasi misal ada Perda baru. Baik langsung maupun tidak langsung. Nanti kan pedagang jadi ngerti hak dan kewajibannya itu seperti apa.“ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Selain itu, dalam menumbuhkan minat pedagang untuk menempati kios dan los yang masih kosong atau belum laku, Dinas Pengelolaan Pasar mengadakan promosi yang berupa pemberitahuan bahwa kios atau los tersebut masih kosong. Hal itu dijelaskan oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan:
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Kalau untuk los dan kios yang masih kosong ya diadakan promosi mbak. Biasanya itu berupa papan atau kertas yang ditempel di depan los dan kios yang masih kosong yang menginformasikan bahwa kios dan los tersebut masih kosong. Kadang juga dari orang ke orang.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) b. Meningkatkan mutu petugas pelaksana retribusi Para petugas pelaksana retribusi harus diberi pengertian bahwa mereka adalah garda terdepan dalam meningkatkan pendapatan daerah melalui penarikan retribusi. Berarti jika tidak ada mereka, pembiayaan akan pembangunan terhenti. Di lain pihak, jika pembangunan terhenti maka penarikan retribusi pun tidak ada atau mereka akan kehilangan pekerjaan. Mutu petugas pelaksana retribusi ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan (Diklat). Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan: “ Kita tiap tahun melakukan pembinaan dan pelatihan bagi pengelola pasar, pedagang pasar, dan para paguyuban pasar. Pembinaan dan pelatihan diambil dari APBD Tk.II maupun bantuan dari Kementerian Perdagangan.“ (wawancara pada tanggal 28 Maret 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas retribusi pasar di Kota Surakarta, untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta dari segi prosesnya berdasarkan teori Devas sudah efektif. Efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan retribusi yang meliputi penentuan wajib retribusi, penetapan nilai kena retribusi, pemungutan retribusi, penegakan sistem retribusi, dan pembukuan penerimaan. a. Penentuan wajib retribusi dalam retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Dalam penentuan wajib retribusi sudah ada prosedur retribusi yang menyulitkan bagi wajib retribusi untuk menyembunyikan hutang retribusinya. Adanya persyaratan-persyaratan yang ada seperti identitas wajib retribusi yang meliputi SHP dan KTPP menjadikan objek retribusi jelas sekali sehingga lebih mudah dalam memungut retribusi, dan pembayaran yang bersifat otomatis artinya di dalam pungutan retribusi pasar sudah memuat unsur retribusi lain, seperti
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
pungutan retribusi pasar yang di dalamnya sudah memuat retribusi kebersihan. b. Penetapan nilai kena retribusi dalam retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Dalam penetapan nilai retribusi sudah ditentukan dengan cermat dan dengan berbagai pertimbangan. Tarif retribusi pasar juga sudah diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan sendiri, serta ada catatan lain yang dapat digunakan untuk membandingkan nilai terhutang sebenarnya, yaitu jumlah dan jenis tempat dasaran yang ditempati pedagang atau wajib retribusi. c. Pemungutan retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif. Pemungutan retribusi pasar yang berlangsung di lapangan sudah sesuai dengan aturan yang ada, yaitu sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemungutan retribusi pasar. Selain itu, juga didukung oleh adanya ancaman hukuman yang cukup berat atas kelalaian membayar retribusi dan ada kemungkinan ditegaskan sehingga dapat berlaku sebagai alat untuk menakut-nakuti. d. Penegakan sistem retribusi dalam retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif. Dalam penegakan sistem retribusi, petugas dapat melakukan penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dan benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan. e. Pembukuan penerimaan retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif. Retribusi pasar yang dipungut dibukukan secara cermat dan melalui tahapcommit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahap untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Selain itu, juga terdapat laporan teratur mengenai target dan realisasi retribusi pasar sehingga dapat mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam sistem pemungutan retribusi yang dijalankan. 2. Apabila dilihat dari segi hasil penarikan retribusi pasar, kriteria efektivitas besarnya penarikan retribusi pasar pada tahun anggaran 2011 berdasarkan klasifikasi retribusi pasar untuk Pelataran Klas III, Los Klas III, Kios Klas II, dan Kios Klas III tingkat efektivitasnya sangat efektif. Untuk retribusi pasar Pelataran Klas I dan Pelataran Klas II tingkat efektivitasnya sudah efektif. Untuk Los Klas I, Los Klas II, dan Kios Klas I tingkat efektivitasnya cukup efektif. Sedangkan bila dilihat dari penarikan retribusi pasar secara keseluruhan pada tahun anggaran 2011 tingkat efektivitasnya adalah cukup efektif. 3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam efektivitas penarikan retribusi pasar diantaranya adalah kurangnya ketertarikan pedagang untuk menempati los dan kios yang kosong dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah dengan mengadakan sosialisasi dan meningkatkan mutu petugas pelaksana retribusi.
B. Saran Dari kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Lebih menggalakkan promosi, misalnya dalam bentuk pamflet, iklan di koran, dan lain sebagainya, untuk kios dan los yang masih kosong apalagi yang letaknya kurang strategis agar kios dan los tersebut menjadi laku. Dengan demikian penerimaan retribusi pasar dapat meningkat dan mencapai target yang telah ditetapkan karena tidak terbebani lagi oleh kios dan los yang masih kosong yang sudah masuk target. 2. Mengenai jumlah pegawai di setiap pasar selayaknya Dinas Pengelolaan Pasar perlu segera meninjau kembali formasi petugas-petugas yang ada di pasar dan menata ulang formasinya dalam rangka pemerataan tugas mengingat adanya pegawai yang merangkap. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi petugas yang merangkap dalam melaksanakan tugasnya.
commit to user