EFEKTIVITAS METODE READ ALOUD TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK USIA 5-6 TAHUN Ardi Kusuma1, Siti Wahyuningsih1, Muh. Munif Syamsuddin1 1
Program Studi PG PAUD, Universitas Sebelas Maret Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi eksperimen dengan desain between subject design. Sampel penelitian ini adalah 50 anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Surakarta. Data dikumpulkan menggunakan tes untuk mengukur keterampilan menyimak anak. Analisis data menggunakan independent sample t-test dengan SPSS 15 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6 tahun. Metode read aloud memberikan sumbangan efektif 75,2% terhadap keterampilan menyimak anak. Kata Kunci: metode read aloud, keterampilan menyimak,pendidikan anak usia dini. ABSTRACT The study aimed to determine the effectiveness of the read aloud method toward listening skills of children aged 5-6 years.The research is quantitative quasi-experimental design with between subject design. The research samples was 50 children’s among 5-6 years old of TK Negeri Pembina Surakarta. Data was collected by test to measure children’s listening skill. The researcher used independent sample t-test with SPSS 15 for windows. The result of this study showed that there is effectiveness read aloud method on children’s listening skill aged 5-6 years. Read aloud method gave an effect size 75,2% toward child’s listening skill. Keywords: read aloud method, listening skill, early childhood education.
PENDAHULUAN Bahasa merupakan bagian penting dalam berkomunikasi sehari-hari untuk mengungkapkan ekspresi dan keinginan. Berkomunikasi dan aktivitas menyimak adalah hal yang selalu dilakukan anak setiap hari. Oduolowu & Oluwakemi (2014) mengungkapkan bahwa, menyimak adalah keterampilan bahasa pertama anak-anak yang berkembang dan keterampilan komunikasi yang paling dominan dalam kelas dan kehidupan sehari-hari. Keterampilan menyimak termasuk dalam aspek perkembangan bahasa anak usia dini. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang terdapat di dalam Permendikbud No.146 tahun 2014, menyebutkan anak usia 5-6 tahun khususnya, sudah mampu menceritakan kembali apa yang ia dengar dan melaksanakan perintah yang lebih kompleks, yang secara tidak langsung keterampilan menyimak berpengaruh pada cara berkomunikasi anak. Penekanan yang kurang dalam pembelajaran pada keterampilan menyimak telah menyebabkan masalah yang dihadapi oleh anak untuk memahami teks yang mereka dengarkan, ditambah dengan kurangnya bantuan visual yang menyebabkan anak menjadi frustasi (Soureshjani & Etemadi, 2012). Anak yang frustasi tidak akan memperhatikan pembelajaran dengan baik. Seperti Renukadevi (2014) yang menyatakan bahwa
keterampilan menyimak yang tidak dapat dicapai dengan baik menyebabkan belajar tidak mendapat perbaikan apapun dan tidak ada komunikasi yang dapat dicapai. Anak dikatakan secara aktif melakukan proses menyimak, apabila anak merespon dan menaruh perhatian pada apa yang mereka dengar termasuk sebuah cerita. Wolf, Marsnik, Tacey dan Nicholas (Bilican, Kutlu, & Yildirim, 2012) menyatakan bahwa menyimak sebagai alat belajar yang didefinisikan sebuah proses aktif yang melibatkan: mendengar, memahami, mengintegrasikan informasi dan adanya sebuah respon. Perlu adanya stimulasi untuk mengembangkan keterampilan menyimak anak. Fisher, Flood, Lapp, dan Frey (2004) menemukan bahwa read aloud efektif meningkatkan perkembangan dasar anak dan keterampilan menyimak. Al-Mansour dan Al-Shorman (2011) juga menyatakan pendapatnya bahwa temuan penelitian menunjukkan menyimak sebuah cerita dengan read aloud membantu anak mengembangkan kebiasaan menyimak dan pada saat yang sama memberikan pelatihan khusus untuk memahami melalui isi yang menarik dan makna dari cerita. Studi Strachan (2015) menyatakan bahwa, selama pembelajaran read aloud, guru memberikan pengertian kepada anak-anak dan mendukung pembelajaran mereka dari hal baru melalui instruksi langsung, mengajukan pertanyaan sebelum, selama, dan setelah membaca, membantu anak-anak membuat hubungan antara buku dan kehidupan mereka sendiri atau dunia, dan memperluas respon anak-anak. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas Read Aloud terhadap Keterampilan Menyimak Anak Usia 5 – 6 Tahun”. Studi yang dilakukan Rubin dan Meldelsohn‘s (Mai, Ngoc, & Thao, 2014) menjelaskan menyimak adalah proses aktif dimana penyimak memilih dan menafsirkan informasi yang berasal dari apa yang didengar dan dilihat untuk menentukan serta memahami yang disampaikan oleh pembicara melalui ekspresinya. Menyimak dapat dilatih dengan pelatihan menyimak. Metode pelatihan menyimak dapat diwujudkan dengan memberikan anak untuk mendengarkan puisi, cerita, dongeng, fabel, dll, atau teks dengan alat bantu audio atau mereka menonton secara visual (Gulec & Durmus, 2014). Morrow’s (Oduolowu & Oluwakemi, 2014) menyatakan 5 indikator yang diuraikan menjadi 10 instrumen dalam pengukuran keterampilan menyimak sebuah cerita yaitu: mengidentifikasi karakter, isi cerita, alur cerita, pemecahan masalah, dan mengurutkan cerita. Read Aloud merupakan kegiatan dimana seorang guru maupun orang dewasa membaca nyaring untuk anak-anak (Mikul, 2015). Johnston (2015) menambahkan dalam pelaksanaannya, read aloud menggunakan ekspresi, suara yang nyaring dan berintonasi serta gerak tubuh untuk menarik perhatian anak-anak dan melibatkan mereka kedalam cerita.
Franzese (Oueini, Bahous, & Nabhani, 2008) dalam studinya mendefinisikan read aloud adalah dimana anak-anak menyimak orang dewasa membaca berbagai jenis teks dan kemudian terlibat dalam diskusi tentang buku yang diceritakan. Hasil penelitian sebelumnya, pada studi Dickinson (McGee & Schickedanz, 2007) metode read aloud adalah metode pembelajaran yang interaktif. Read aloud memiliki efek positif pada perkembangan membaca dan kosa kata (Al-Mansour & Al-Shorman, 2011). Morrison & Wlodarczyk (2009) menghasilkan temuan metode read aloud dapat membantu anak dalam membangun dan mendukung keterampilan menyimak dan kemampuan berbicara serta perkembangan bahasa secara keseluruhan. Studi Needlman (Al-Mansour & Al-Shorman, 2011) mengemukakan bahwa metode read aloud dapat membantu mengembangkan daya imajinasi, dan mengajarkan berbagai karakter.
METODE Penelitian ini merupakan quasi experimental design menggunakan between subject design yang dilaksanakan selama 6 bulan, mulai bulan Januari hingga bulan Juni 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 anak usia 5-6 tahun TK Negeri Pembina Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diadaptasi dari Morrow’s (Oduolowu & Oluwakemi, 2014). Validitas instrumen menggunakan content validity. Analisis data menggunakan t-test dengan SPSS for windows untuk mengetahui efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6 tahun. Prosedur penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap pengolahan data, dan tahap penyajian data.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji prasyarat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogeny sehingga masuk dalam kategori statistic parametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kolmogorov smirnov, dengan dasar keputusan bahwa data yang normal akan menunjukkan 𝝆>0,05. Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil, mewakili populasi. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis levene test for equality of variance, dengan dasar pengambilan keputusan bahwa data dinyatakan homogen jika 𝝆>0,05. Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa data homogen, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini mempunyai varian yang sama.
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1.Hasil uji independent sample t-test
Pretest Eksperimen Pretest Kontrol Posttest Eksperimen Posttest Kontrol
N 25 25 25 25
M 24,92 22,80 32,40 27,12
𝝆 0,77 0,78 0,000 0,000
Berdasarkan table 1 dapat dilihat bahwa hasil sebelum perlakuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedan yang signifikan, sedangkan setelah adanya perlakuan hasil analisis menunjukkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diketahui bahwa terdapat efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6 tahun. Rata-rata posttest terbukti meningkat apabila dibandingkan dengan rata-rata posttest. Beberapa hal yang melandasi bahwa metode read aloud memiliki efektivitas dalam keterampilan menyimak pada anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut: Pertama, metode read aloud dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Membacakan cerita atau dongeng secara ekspresif dengan menggunakan gaya bahasa melalui intonasi lebih menarik perhatian anak, sehingga anak dapat terbawa suasana dalam cerita yang diberikan serta waktu perhatian yang diberikan relatif lebih lama. Johnston (2015) menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya, metode read aloud menggunakan ekspresi, suara yang nyaring dan berintonasi serta gerak tubuh untuk menarik perhatian anak-anak dan melibatkan mereka kedalam cerita. Kedua, penerapan metode read aloud merupakan sebuah metode yang dapat menciptakan komunikasi yang baik dan interaktif dalam pembelajaran. Dickinson (McGee & Schickedanz, 2007) metode read aloud adalah metode pembelajaran yang interaktif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa metode read aloud merupakan metode pembelajaran yang tidak menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran, akan tetapi anak juga berperan aktif saat pembelajaran berlangsung. Diskusi dan pertanyaan yang diberikan guru kepada anak dalam penerapan metode read aloud, membantu mengarahkan pemahaman anak tentang informasi melalui cerita sekaligus sebagai cara untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak tentang apa yang mereka simak. Strachan (2015) mengemukakan bahwa selama penerapan metode read aloud, guru-guru membantu anak memberi pemahaman dan mendukung pembelajaran mereka tentang konsep-konsep baru melalui instruksi langsung dengan cara bertanya sebelum, selama, dan setelah membaca, membantu anak-anak untuk suka terhadap buku dan meningkatkan respon anak-anak.
Ketiga, Penggunaan buku besar dalam pembelajaran dapat dilihat oleh semua anak (Weaver, 1990). Media buku besar dalam penerapan metode read aloud sebagai media visual mempermudah anak untuk memahami informasi yang anak dapatkan melalui indra pendengarannya, karena pada saat pembelajaran anak dapat melihat gambar pada buku cerita yang diberikan. Usaha anak untuk melihat gambar buku cerita tidak lagi muncul pada saat pembelajaran dengan media buku besar, karena ukurannya yang besar anak sudah mampu melihat dari posisi awal anak duduk. Cerita yang memuat nilai moral, sosial dan emosional sangat mempengaruhi keaktifan anak dalam pembelajaran. Anak memberikan komentar sesuai dengan pengalamannya. Anak dapat melakukan komunikasi secara lisan, mengidentifikasi isi cerita sesuai dengan pemahaman yang dimiliki anak sebelumnya sehingga menciptakan pemahaman baru. Lane & Wright (2007) menyatakan bahwa buku cerita bergambar dengan kriteria secara sosial dan emosional yang mendorong anak untuk melakukan interaksi melalui verbal yang dapat mengarahkan anak ada perilaku yang positif. Keempat, adanya pengulangan materi pembelajaran dalam penerapan metode read aloud merangsang anak untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu, daya ingat anak akan terlatih dengan pengulangan materi yang dilakukan guru. Anak juga terlihat antusias dan memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung, karena anak ingin mengkomunikasikan hal-hal yang ia pahami sebelumnya. Langkah-langkah pengulangan dalam metode read aloud melatih dan memberikan banyak pengalaman kepada anak dalam keterampilan menyimak dan berbicara (McGee & Schickedanz 2007). Penelitian ini juga mendukung penelitian yang sebelumnya, bahwa bercerita dapat mengembangkan keterampilan menyimak anak. Oduolowu dan Oluwakemi (2014) menyatakan mendongeng atau bercerita merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan menyimak anak usia dini. Keterampilan menyimak adalah kemampuan anak yang harus dikembangkan dengan baik. Melalui bercerita, keterampilan menyimak anak dapat diasah, perilaku yang dimunculkan anak seperti anak lebih fokus ketika mereka dibacakan sebuah cerita, daya ingat terhadap informasi yang terdapat di dalam cerita terlihat ketika anak menjawab pertanyaan yang diberikan serta anak mampu menceritakan kembali cerita yang diberikan. Berarti ini membuktikan bahwa keterampilan menyimak erat hubungannya untuk menciptakan sebuah komunikasi yang efektif dan baik. Hal tersebut sesuai dengan STPPA yang terdapat di dalam Permendikbud No.146 tahun 2014. Ketika anak menyimak sebuah cerita, anak mendapatkan pengalaman baru. Anak menghubungkan pengalaman yang sebelumnya ia dapatkan untuk membantu anak memahami informasi melalui cerita, sehingga anak memperoleh pengetahuan baru melalui diskusi yang dilakukan pada saat pembelajaran. Melalui cerita anak secara alami membangun sebuah pengalaman ketika ia menyimaknya (Moore & Hall, 2012). Dampak dari metode read aloud yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan keterampilan menyimak pada anak, karena keterampilan menyimak menjadi salah satu perkembangan bahasa yang penting dan perlu diperhatikan. Keterampilan menyimak yang dapat berkembang dengan baik akan berpengaruh pada perkembangan bahasa yang lainnya, mengingat bahwa keterampilan menyimak adalah
fondasi dasar perkembangan bahasa yang berkembang pada anak seperti, berbicara, membaca dan menulis (Renukadevi, 2014). PENUTUP Penelitian ini mengkaji tentang metode read aloud yang merupakan suatu metode dengan penyampaian yang ekspresif yang menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih interaktif dan aktif. Metode read aloud memiliki efektivitas terhadap keterampilan menyimak pada anak. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pretest 24,92 meningkat menjadi 32,40 setelah dilakukan posttest. Penyampaiannya yang ekspresif ditambah dengan menggunakan buku cerita bergambar yang berukuran besar dapat menarik perhatian dan antusias anak dalam pembelajaran. Sumbangan efektif penggunaan metode read aloud terhadap keterampilan menyimak sebesar 75,2%. Pengulangan komponen yang diterapkan dalam pelaksanaannya dapat memancing daya ingat dan melatih anak untuk berfikir kritis. Bagi sekolah diharapkan dapat menerapkan metode read aloud dalam pembelajaran guna merangsang kemampuan pada anak, karena metode ini dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan interaktif dengan adanya interaksi dan diskusi yang diciptakan sebelum, pada saat dan setelah pembelajaran. guru diharapkan dapat menerapkan metode read aloud sebagai salah satu alternatif dalam pengembangan keterampilan menyimak anak. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan metode dan permasalahan yang sama atau bahkan untuk masalah yang berbedadiharapkan untuk lebih cermat dalam melakukan pelaksanaannya seperti materi yang digunakan dan melengkapi kekurangan yang ada, misalnya menambah pengujian perbedaan pengembangan keterampilan menyimak anak berdasarka status pekerjaan ibu. DAFTAR PUSTAKA Al-Mansour, N. S., & Al-Shorman, R. A. (2011). The effect of teacher’s storytelling aloud on the reading comprehension of Saudi elementary stage students. Journal of King Saud University Languages and Translation, 23(2), 69–76. http://doi.org/10.1016/j.jksult.2011.04.001 Bilican, S., Kutlu, O., & Yildirim, O. (2012). The factors that predict the frequency of activities developing students listening comprehension skills, 46, 5219–5224. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.06.413 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fisher, D., Flood, J., Lapp, D., & Frey, N. (2004). Interactive read-alouds: Is there a
common set of implementation practices? The Reading Teacher, 58(1), 8–17. http://doi.org/10.1598/RT.58.1.1 Gulec, S., & Durmus, N. (2015). A study aiming to develop listening skills of elementary second grade students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 191, 103–109. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.487 Johnston, V. (2015). The power of the read aloud in the age of the common core. Open Communication Journal, 9(2001), 34–38. Retrieved from http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.084928887712&partnerID=tZOtx3y1 Lane, H. B., & Wright, T. L. (2007). Maximizing the effectiveness of reading aloud. The Reading Teacher, 60(7), 668–675. http://doi.org/10.1598/RT.60.7.7 Mai, L. H., Ngoc, L. T. B., & Thao, V. T. (2014). Enhancing listening performance through schema construction activities. Journal of Language Teaching and Research, 5(5), 1042–1051. http://doi.org/10.4304/jltr.5.5.1042-1051 McGee, L. M., & Schickedanz, J. a. (2007). Repeated interactive read-alouds in preschool and kindergarten. The Reading Teacher, 60(8), 742–751. http://doi.org/10.1598/RT.60.8.4 Mikul, L. L. (2015). How do interactive read-alouds promote engagement and oral language development in kindergarten. Moore, M. R., & Hall, S. (2012). Listening and reading comprehension at story time: How to build habits of the mind. Dimensions of Early Childhood, 40(2), 24–32. http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&profile=ehost&scope=site&autht ype=crawler&jrnl=10686177&AN=78303872&h=F/r0Co5cBJuJKvJGqL6NkSLOGp vDj6JQccTxMeROjw/06E61CB7RQBnDqOHTskd/09gsMmFeo4iXDjMW0rfVxA= =&crl=c Morrison, V., & Wlodarczyk, L. (2009). Revisiting read-aloud: Instructional strategies that encourage students’ engagement with texts. The Reading Teacher, 63(2), 110–118. http://doi.org/10.1598/RT.63.2.2 Oduolowu, E., & Oluwakemi, E. (2014). Effect of storytelling on listening skills of primary one pupil in Ibadan North Local Government Area of Oyo State, Nigeria. International Journey of Humanities and Social Science, 4(9), 100–107. http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_4_No_9_July_2014/10.pdf Oueini, H., Bahous, R., & Nabhani, M. (2008). Impact of read-aloud in the classroom: a Case Study. The Reading Matrix, 8(1), 19. Renukadevi, D. (2014). The role of listening in language acquisition ; the challenges & strategies in teaching listening. International Journal of Education and Information Studies, 4(1), 59–63.
Soureshjani, K. H., & Etemadi, N. (2012). Listening comprehension success among EFL preschool children using internet-based materials. Journal of Social Sciences and Humanities , 7 (1), 243-251. Strachan, S. L. (2015). Kindergarten students’ social studies and content literacy learning from interactive read-alouds. Journal of Social Studies Research, 39(4), 207–223. http://doi.org/10.1016/j.jssr.2015.08.003 Weaver, Constance. (1990). Understanding Whole Language. Toronto: Irwin Publishing.