perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012)
SKRIPSI
Oleh
SITI SALAMAH NIM K7108229
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
PENERAPAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh: Siti Salamah K7108229
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Siti Salamah. APPLICATION SQ3R METHOD (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TO IMPROVE READING COMPREHENSION SKILL CHILD STORIES (Classroom Action Research on The Fifth Grade Students of Elementary School 02 Tuban District Gondangrejo Regency Karanganyar on The Academic Year 2011/2012). Minithesis , Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University Surakarta, July 2012. The purpose of this research is to improve reading comprehension skill child stories on the fifth grade students of Elementary School 02 Tuban. This research is a Classroom Action Research (CAR). The experiment was conducted in two cycles, with each cycle consisting of four phases: planning, implementation of the action, observation, and reflection. Subjects were the fifth grade students of elementary school 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar totaling 37 students. The sources data came from teachers, students, syllabus, lesson plans, and the data value of reading comprehension the fifth grade students. The technique data collection are test, observation, interviews, and documentation. The validity of the data using the technique of triangulation of data sources and triangulation methods. Analysis of data using an interactive model analysis techniques Miles and Huberman that has three main components, namely data reduction, presentation of data and drawing conclusions (verification). Procedure of the research is spiral model interrelated one another. The results of research showed that application of SQ3R method can improve the quality of process and quality of product reading comprehension skills of child stories the fifth grade students of elementary school 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar from phase test prior to first cycle and from first cycle to second cycle. The average value result of the test is 60,67 and the classical learning completeness 41,67%. On the first cycle the average value result of the test rose becomes 72,51 classical learning completeness rose becomes 83,78%. In the second cycle the average value increased to 81,11 by 91,89% classical completeness. The conclusions of this research is the application of SQ3R method can improve reading comprehension skills of child stories on the fifth grade students of Elementary School 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar on The Academic Year of 2011/2012.
Key Words: method SQ3R, reading comprehension skill, child stories
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
MOTTO
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-‗Alaq: 3—5) … dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir. (Q.S. Yusuf: 87) … Bersemangatlah kamu untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan kamu merasa tidak berdaya. (H.R. Muslim dan Abu Hurairah)
Cintailah apa yang kamu miliki jika kau tak bisa memiliki apa yang kamu cintai. (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kepada-Mu dan dengan sepenuh cinta, kupersembahkan skripsi ini untuk: Orang tuaku, Bapak Akhsani dan Ibu Suparmi. Terima kasih atas kasih sayang dan doa yang tiada putus mengiringi setiap langkahku. Cinta kalian setulus mentari, menguatkan sendi-sendiku yang rapuh, menegakkan pandanganku untuk berani menghadapi dunia. Adikku tersayang, Imroatus Sholihah. Terima kasih sudah bersedia menjadi kameramenku. You’re my inspiration. S., insan istimewa yang dihadirkan Allah untuk menanamkan rasa cinta, kedamaian, dan kebahagiaan di hatiku, menyalakan bara semangatku, memahamkanku tentang arti hidup dengan sabar dan syukur. I am strong when I am on your shoulder, you rise me up to more than I can be. Teman-teman PGSD FKIP UNS angkatan 2008. Kalian telah memberi warna di hitam putih hidupku. PGSD FKIP UNS, almamaterku, tempatku menimba ilmu untuk masa depan yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi dengan judul ―PENERAPAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012)‖ ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 5. Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis. 7. Bapak Sutarno, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 Tuban yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 8. Bapak Suripto, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri 02 Tuban yang dengan commit to user senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Guru-guru SD Negeri 02 Tuban yang telah memberi motivasi dan sebagai informan terhadap penyusunan skripsi ini. Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis menyadari tak ada gading yang tak retak. Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah Swt.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
v
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
ABSTRACT ..................................................................................................
vii
MOTTO .........................................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
7
1. Hakikat Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) .........................................................................
7
a. Pengertian Metode ..............................................................
7
b. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) ...
8
1) Langkah-Langkah Metode SQ3R ....................................
10
a) Survey ........................................................................
10
b) Question .................................................................... commit to user c) Read ...........................................................................
11 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Recite .........................................................................
12
e) Review .......................................................................
12
2) Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R .....................
13
2. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman .........................
15
a. Pengertian Keterampilan .....................................................
15
b. Membaca .............................................................................
16
1) Pengertian Membaca .......................................................
16
2) Tujuan Membaca .............................................................
18
3) Aspek-Aspek Membaca ..................................................
20
4) Tahap-Tahap Proses Kegiatan Membaca ........................
20
5) Manfaat Membaca ...........................................................
23
6) Jenis-Jenis Membaca yang Diajarkan di SD ....................
24
c. Membaca Pemahaman ........................................................
26
1) Pengertian Membaca Pemahaman ..................................
26
2) Tujuan Membaca Pemahaman ........................................
27
3) Aspek-Aspek Membaca Pemahaman ..............................
28
4) Tahapan Membaca Pemahaman .......................................
28
d. Keterampilan Membaca Pemahaman ..................................
29
e. Penilaian keterampilan membaca pemahaman ...................
30
3. Cerita Anak ..............................................................................
34
B. Penelitian yang Relevan ...............................................................
36
C. Kerangka Berpikir ........................................................................
37
D. Hipotesis .......................................................................................
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
41
1. Tempat Penelitian ....................................................................
41
2. Waktu Penelitian ......................................................................
41
B. Subjek Penelitian ..........................................................................
42
C. Data dan Sumber Data ..................................................................
42
1. Data .......................................................................................... commit to user 2. Sumber Data ............................................................................
42 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
D. Pengumpulan Data .......................................................................
43
E. Uji Validitas Data ..........................................................................
45
F. Analisis Data .................................................................................
46
G. Indikator Kinerja Penelitian...........................................................
47
H. Prosedur Penelitian ........................................................................
48
I. Prosedur Penelitian .......................................................................
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
55
A. Deskripsi Pratindakan ....................................................................
55
B. Dekripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus.............................................
58
1. Tindakan Siklus I ......................................................................
59
2. Tindakan Siklus II .....................................................................
71
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus ....................................
83
D. Pembahasan ..................................................................................
90
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................
95
A. Simpulan .......................................................................................
95
B. Implikasi .......................................................................................
95
C. Saran .............................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Hal-Hal yang Perlu Disurvai dalam Bacaan ..................................
10
Tabel 2.2 Indikator Membaca Pemahaman (Tes Tertulis) .............................
31
Tabel 3.1 Indikator Tes Unjuk Kerja .............................................................
32
Tabel 2.3 Indikator Kinerja Penelitian ...........................................................
43
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................
42
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian...........................................................
48
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Pratindakan .......................................................
56
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Nilai Rata-Rata pada Pratindakan ...........................................................................
57
Tabel 4.3 Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus I ..............................................
66
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I .............................................................
67
Tabel 4.5 Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan ke Siklus I ................................................
69
Tabel 4.6 Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus II .............................................
79
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus II ............................................................
80
Tabel 4.8 Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Siklus I ke Siklus II ......................................................
82
Tabel 4.9 Perbandingan Observasi Aktivitas Siswa dari Siklus I ke Siklus II .........................................................................................
83
Tabel 4.10 perbandingan hasil penilaian kemampuan guru mengajar dari siklus I ke siklus II ....................................................................................
85
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan, Siklus I, hingga Siklus II ............................................................................. commit to user Tabel 4.12 Perbandingan Rekapitulasi Nilali Terendah, Nilai Rata-Rata,
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
dan Nilai Tertinggi pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ......
87
Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Nilai Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ...................................................................
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Kerangka Berpikir dalam Penelitian Tindakan Kelas ............
39
Gambar 3.1
siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas ........................
43
Gambar 3.2
Alur Penelitian Tindakan Kelas .............................................
49
Gambar 4.1
Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Pratindakan ..........................................................
Gambar 4.2
57
Rekapitulasi Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Nilai RataRata pada Pratindakan ...........................................................
58
Gambar 4.3
Grafik Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus I ............................
66
Gambar 4.4
Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I .................................................................
Gambar 4.5
68
Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan ke Siklus I ..........
70
Gambar 4.6
Grafik Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus II ..........................
79
Gambar 4.7
Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus II ...............................................................
Gambar 4.8
Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Siklus I ke Siklus II ...............
Gambar 4.9
81
82
Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dari Siklus I ke Siklus II ...............................................................
84
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru Mengajar dari Siklus I ke Siklus II ........................................
85
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan, Siklus I, hingga Siklus II .................................................................................
87
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Nilai Terendah, Nilai Rata-Rata, dan Nilai Tertinggi pada Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ................................................................................. commit to userNilai Siswa pada Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Ketuntasan
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II .......................................
89
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Peningkatan Presentase Ketuntasan Nilai Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ...........
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Pratindakan .................
104
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Guru pada Pratindakan ...................
106
Lampiran 3 Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Pratindakan ............................................................
108
Lampiran 4 Silabus SD Negeri 02 Tuban ...................................................
109
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................
111
Lampiran 6 Materi Pembelajaran Membaca Cerita Anak Siklus I .............
118
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ...............................................
123
Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus I ..............................................................
124
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I ................
130
Lampiran 10 Lembar Penilaian Kemampuan Mengajar Guru pada Siklus I ......................................................................................
132
Lampiran 11 Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I Pertemuan Pertama (Tes Tertulis) ..............................
134
Lampiran 12 Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I Pertemuan Kedua (Tes Unjuk Kerja) .........................
135
Lampiran 13 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I ...................................................................
137
Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ..............
139
Lampiran 15 Materi Pembelajaran Cerita Anak Siklus II ...........................
146
Lampiran 16 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ...........................................
151
Lampiran 17 Soal Evaluasi Siklus II ...........................................................
152
Lampiran 18 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II ...............
158
Lampiran 19 Lembar Penilaian Kemampuan Mengajar Guru ....................
160
Lampiran 20 Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I Pertemuan Pertama (Tes Tertulis) .............................
162
Lampiran 21 Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada user Siklus II Pertemuancommit Keduato (Tes Unjuk Kerja) ......................
164
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
Lampiran 22 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus II ....................................................
166
Lampiran 23 Penjelasan dari Tiap-Tiap Deskriptor pada Penilaian Tes Tertulis ...................................................................................
168
Lampiran 24 Penjelasan dari Tiap-Tiap Deskriptor Skor pada Penilaian Tes Unjuk Kerja .....................................................
170
Lampiran 25 Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Tindakan ...............
172
Lampiran 26 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Tindakan ................
174
Lampiran 27 Hasil Pekerjaan Siswa ...........................................................
176
Lampiran 28 Dokumentasi Foto-Foto Kegiatan .........................................
180
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia menurut Nurjamin (2008) memuat empat keterampilan yang wajib dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak, keterampilaan membaca, keterampilan berbicara, dan
keterampilan menulis.
Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca termasuk kelompok keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis termasuk kelompok keterampilan produktif. Menyimak termasuk keterampilan reseptif karena keterampilan ini bersifat memahami tuturan orang lain. Demikian juga membaca yang bersifat memahami tulisan orang lain. Berbicara termasuk keterampilan produktif karena berbicara selalu menghasilkan suatu produk berbicara yaitu tuturan atau pembicaraan. Sama halnya dengan menulis, selalu menghasilkan suatu produk yaitu tulisan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun 2006 berdasarkan Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pentingnya penguasaan empat macam keterampilan dasar berbahasa oleh subjek didik yang meliputi: keterampilan menyimak atau mendengarkan (dengan pemahaman), keterampilan membaca (dengan pemahaman), keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan dasar berbahasa tersebut saling berkaitan secara fungsional (―Pembelajaran Bahasa Indonesia,‖ 2011). Keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut siswa untuk meguasai aktivitas membaca guna memperoleh berbagai pengetahuan. Maka, keterampilan membaca menempati posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai keterampilan
berbahasa
reseptif (terutama membaca) sangat membantu commit to user berbahasa produktif (berbicara keberhasilannya dalam menguasai keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
dan menulis). Siswa yang gemar membaca akan memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat dengan mudah mengkomunikasikan kembali pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk lisan maupun tulisan. Singkatnya, keterampilan membaca dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam bentuk lain. Kehadiran metode membaca yang terencana dengan baik dan sistematis dirasakan sangat mendesak mengingat pentingnya kegiatan membaca yang dirasakan oleh hampir semua orang khususnya bagi siswa SD. Sayangnya, dalam proses pembelajaran tidak semua siswa mampu melakukan aktivitas membaca dengan baik dan benar. Hal ini bisa dilihat dari beberapa temuan di lapangan. Harian Kompas tanggal 2 Juli 2003 menuliskan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Program of International Student Assessment (PISA), Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas menunjukkan kemahiran membaca anak usia 9 – 15 tahun di Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6% hanya bisa membaca tanpa bisa menangkap maknanya dan 24,8% hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan (Karyono, 2011). Data tahun 2006 pada blog Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama untuk mendapatkan informasi. Orang lebih tertarik dan memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%) (Karyono, 2011). Permasalahan yang berkaitan dengan keterampilan membaca pemahaman juga dialami oleh siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V, siswa belum mampu memahami bacaan terutama karya sastra yang berbentuk prosa. Siswa mengalami kesulitan mengidentifikasi unsurunsur cerita dan kesulitan memahami ide-ide pokok cerita yang dibacanya. Kalaupun siswa memahami, mereka akan mudah lupa. Berdasarkan data awal hasil pretest tentang keterampilan membaca pemahaman cerita anak, ada 21 siswa dari 36 siswa yang belum tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini berarti ketuntasan klasikal baru 41,67% karena mengacu pada batas Kriteria commit to user Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yakni 62. Hal ini menunjukkan guru belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhasil dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak. Data awal nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Awal Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak
Interval No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nilai 38—43 44—49 50—55 56—61 62—67 68—73 74—79 Jumlah
Nilai Tengah (xi) 40,5 46,5 52,5 58,5 64,5 70,5 76,5
Presentase
Frekuensi fi.xi (%) 1 40,5 2,78 0 0 0 14 735 38,89 6 351 16,67 4 258 11,11 7 494 19,44 4 306 11,11 36 2184 100 Nilai Rata-Rata = 2184:36 = 60,67 Ketuntasan Klasikal = (21:36) x 100% = 41,67% Nilai Tertinggi = 77 Nilai Terendah = 41
Keterangan belum tuntas belum tuntas belum tuntas belum tuntas tuntas tuntas tuntas
Para siswa di kelas tinggi tidak hanya dituntut mahir melafalkan kata-kata dengan intonasi yang baik dan benar. Hal ini seharusnya telah diperolehnya di kelas-kelas rendah (kelas I, II, dan III). Idealnya para siswa kelas V telah mampu memahami bacaan meliputi unsur-unsur cerita dan ide-ide pokok. Siswa juga dituntut untuk memahami bermacam jenis bacaan baik yang sederhana maupun kompleks baik itu dalam disipllin ilmu bahasa maupun ilmu-ilmu yang lain sebagai hasil skemata yang diperoehnya pada kelas-kelas rendah. Metode membaca yang sistematis, tepat, dan efektif sangat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih digunakannya metode membaca yang konvensional. Prosedur pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dilakukan oleh guru sebagai berikut: (1) guru memberikan teks cerita anak; (2) siswa langsung disuruh untuk membaca teks tersebut; (3) guru memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita anak untuk menguji tingkat to user soal; (5) soal dibahas, guru pemahaman siswa; (4) siswa commit mengerjakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
memberikan jawaban yang benar. Prosedur pembelajaran tersebut tanpa disertai proses refleksi ataupun peninjauan ulang terhadap pemahaman siswa. Siswa tidak dilatih untuk mengungkapkan kembali cerita anak yang dibacanya sehingga mengakibatkan siswa mudah lupa. Metode yang ditawarkan yaitu metode SQ3R sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan membaca pemahaman cerita anak. Metode ini semakin populer digunakan karena langkah-langkahnya sangat sistematis, mudah diterapkan, dan juga membantu mempertahankan daya ingat melalui proses recite (mengemukakan ulang) dan review (meninjau kembali). Tanpa adanya dua proses tersebut, ingatan dan pemahaman kita terhadap suatu bacaan akan menurun drastis. Soedarso (2002) mengemukakan, ―Sekalipun pada waktu membaca 85% kita menguasai isi bacaan, kemampuan kita dalam waktu 8 jam untuk mengingat detail yang penting tinggal 40%. Dan, dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal 20%‖ (hlm. 64). Bertolak dari uraian langkah-langkah metode SQ3R di atas, maka dapat dilihat bahwa metode ini paling tepat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman karena sebelum membaca, siswa melakukan survei awal guna mengenali dan mengetahui gambaran umum teks yang akan dibacanya. Soedarso menuliskan ada lima tahap dalam metode SQ3R meliputi tahap-tahap: (1) survey, (2) question, (3) read, (4) recite, dan (5) review (2002). Tahapan pertama ini disebut survey (survai/penjajagan). Tahapan survey ini akan menumbuhkan minat baca siswa sebab ia telah mengenal cerita anak yang akan dibacanya. Kedua, tahap question, yaitu siswa menyusun daftar pertanyaan. Hal ini membuat siswa menjadi semangat, penuh rasa ingin tahu guna menjawab pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Ketiga, tahapan read. Membaca akan menjadi menyenangkan jika siswa telah mengenal cerita anak yang akan dibacanya dan timbulnya minat. Siswa akan dengan asyik mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul pada tahap sebelumnya. Keempat, tahap recite memungkinkan siswa dapat mengingat lebih lama esensi cerita anak yang dibacanya dengan mengungkapkan kembali isi bacaan baik commit to user dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kelima, adanya tahap review yaitu meninjau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ulang hal-hal penting dari bacaan cerita anak seperti ide-ide pokok dan unsurunsur cerita anak. Ditinjau dari sistematika metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, maka ditetapkan metode tersebut untuk mencoba mengatasi permasalahan membaca pemahaman. Untuk selanjutnya penelitian ini diberi judul ―Penerapan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012).‖
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya: ―Apakah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahamaan cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban?‖
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: ―Untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak dengan metode SQ3R pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan pokok permasalahan yang sejalan dengan penelitian ini. b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penerapan dan pengembangan metode SQ3R. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatkan pemahaman dan kecepatan membaca siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
2) Siswa mendapat metode membaca yang tepat sehingga kegiatan membaca menjadi lebih menyenangkan dengan tingkat pemahaman yang tinggi. b. Bagi Guru Guru diharapkan mampu meningkatkan kinerjanya untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif dan mampu mengatasi permasalahan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan metode SQ3R. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak di kelas V SD Negeri 02 Tuban dan untuk selanjutnya dapat dikembangkan di kelas-kelas lain dalam berbagai jenis bacaan dan mata pelajaran yang lain. d. Bagi Peneliti 1) Memperoleh fakta penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. 2) Mengembangkan
wawasan
dan
pengalaman
peneliti
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
commit to user
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) a. Pengertian Metode Pengertian metode dalam bidang pendidikan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing berbeda dalam mendefinisikan pengertian metode ini. Perbedaan ini disebabkan cara pandang dan disiplin ilmu yang ditekuni oleh masing-masing ahlli. Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian metode menurut para ahli di bidang pendidikan maupun di bidang lainnya. Menurut Farida (2011), secara etimologis, metode berasal dari kata ‗met‘ dan ‗hodes‘ yang berarti melalui. Sedangkan secara istilah, metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Sejalan dengan Siswantoro (2010) yang mengatakan, ―Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam usaha memecahkan masalah yang diteliti‖ (hlm. 55). Dapat ditarik benang merah dari dua pendapat di atas bahwa secara singkat, metode adalah cara atau jalan. Peran metode dalam penelitian sangat penting sebagaimana dikutip dari Nawawi (1995), yaitu: 1. Menghindari cara pemecahan masalah dan cara berpikir yang spekulatif. 2. Menghindari cara pemecahan atau cara bekerja yang bersifat trial and error. 3. Meningkatkan sifat objektivitas dalam meggali kebenaran pengetahuan. (Siswantoro, 2010: 56). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
Ahli lain mendefinisikan metode secara lebih komprehensif. Diantaranya Suyono dan Hariyanto, (2011) mengemukakan, ―Metode pembelajaran merupakan seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan‖ (hlm. 19). Sudjana memberikan pengertian metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar (2005: 76). Metode menurut Wahab dapat pula diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Jika metode dianggap sebagai suatu proses yang memungkinkan terjadinya belajar, maka metode terdiri atas beberapa tahapan. Tahapan-tahapan pada metode tertentu dapat pula digunakan pada metode mengajar lainnya (2008: 83). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam bidang pembelajaran ialah seperangkat perencanaan, cara, prosedur, dan langkah-langkah yang digunakan guru untuk mengadakan interaksi dengan siswa selama proses pembelajaran; serangkaian proses yang diusahakan oleh guru sehingga memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran. b. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam artikel Arie (2010) disebutkan bahwa Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) ini dikembangkan oleh Prof. Francis P. Robinson, seorang guru besar psikologi dari Ohio State University Amerika Serikat sejak tahun 1941. Untuk mempermudah dalam mengingat, Arie (mengutip pendapat Nurhadi, 1989) memberi istilah syrtabaku (survai, tanya, baca, katakan, dan ulangi). SQ3R merupakan metode yang sangat baik untuk membaca intensif dan rasional sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keperluaan studi. Metode ini di rancang menurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar secara sistematis dan efisien (2010: 4). Soedarso mengutarakan bahwa metode SQ3R merupakan sistem membaca yang semakin populer digunakan orang. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah: (1) Survey; (2) Question; (3) Read; (4) Recite/recall; (5) Review (2002). Dalam metode SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survai bacaan untuk mendapatkan gagasan umum dari bacaan. Lalu mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya diharapkan terdapat dalam bacaan tersebut agar lebih mudah memahami bacaan. Selanjutnya dengan mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya agar kita menguasai bacaan dan mengingatnya lebih lama. SQ3R merupakan salah satu metode paling populer yang biasa digunakan untuk studi dan belajar efektif. Jika digunakan secara teratur dan konsisten, dapat membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif dengan mengajarkan mereka bagaimana mempersiapkan membaca, membaca secara aktif, menilai pembelajaran mereka, dan menginternalisasi isi bacaan. Syah menerangkan, metode SQ3R pada prinsipnya merupakan kiat yang secara spesifik dirancang untuk mempelajari isi teks. Langkahlangkahnya meliputi: (1) Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks; (2) Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks; (3) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun; (4) Recite, maksudnya menghafal jawaban yang telah ditemukan; (5) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga (2005). Berdasarkan pemaparan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode SQ3R adalah metode studi yang efektif dan to userdan memahami berbagai jenis efisien tentang bagaimanaacommit mempelajari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
bacaan (kecuali dalam bidang matematika, statistik, dan fisika) yang langkah-langkahnya terdiri dari survey, question, read, recite, dan review. 1) Langkah-Langkah Metode SQ3R Metode dalam penerapannya, metode SQ3R ini mempunyai lima langkah praktis yaitu: survey, question, read, recite, dan review. Praktis karena tidak memerlukan banyak waktu dan peralatan rumit dalam melaksanakannya. Berikut masing-masing penjelasannya: a) Survey (survai/penjajagan) Survai dilakukan dengan cara membaca sekilas teks pada paragraf pertama, mungkin merupakan pendahuluan yang bermanfaat. Membaca sekilas paragraf terakhir yang mungkin merupakan ringkasan atau rangkuman yang berharga. Perlu juga memperhatikan ikon-ikon yang membantu kita mengenali bacaan seperti gambar-gambar, fotograf-fotograf, peta, diagram, grafik yang semuanya ini direncanakan untuk menolong pembaca memahami teks/bacaan. Soedarso (2002) mengatakan bahwa: Survey atau prabaca adalah metode untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: (1) Mempercepat menangkap arti; (2) Mendapatkan abstrak; (3) Mengetahui ide-ide yang penting; (4) Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut; (5) Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan; (6) Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah (hlm. 60). Survai dalam satu bab atau sebuah bacaan memerlukan waktu kurang lebih 5—10 menit. Apa saja yang disurvai? Tabel 2.1 Hal-Hal yang Perlu Disurvai dalam Bacaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Baca judul Baca pendahuluan Baca kepala judul/ sub bab Perhatikan grafik (bila ada) Perhatikan alat bantu baca
Hal ini dapat membantu untuk menfokuskan pada topik bab. Memberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam bab. Memberikan gambaran mengenai kerangka pemikiran. Adanya grafik, diagram, dan gambar ditujukan untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks. Termasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk pemahaman dan mengingat.
(Sumber: http://ramlannarie.wordpress.com/2010/02/26/SQ3R/) b) Question (membuat pertanyaan) Tarigan (2008) menuturkan, ―Pengalaman menunjukkan bahwa apabila kita membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, maka kita membaca lebih hati-hati serta seksama dan kita akan mengingat lebih baik apa yang kita baca‖ (hlm. 55). Hernowo (2005) mengatakan, ―Dengan mengajukan pertanyaan, secara sadar kita akan menjadi penuh perhatian, mampu berpikir tentang tantangan kreatif yang akan kita hadapi dan tangkap dalam mengenali benih-benih ide yang berguna. Pelontaran ide juga memberikan energi pada otak sebelum dimulainya proses membaca‖ (hlm. 46). Arie memberi cara menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan metode SQ3R yaitu: Menulis pertanyaan-pertanyaan itu pada suatu kolom dengan lebar
halaman kertas dan kolom sisanya untuk
jawaban yang diperoleh selama membaca. Misalkan kita membaca buku tentang ―Belajar di SMA‖ dan kepala judulnya adalah ―Manfaatkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolahmu‖. Pertanyaan yang dapat kita munculkan adalah ―Mengapa kita harus memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler?‖ dan ―Bagaimana caranya kita bisa ikut terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler?‖ (2010). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
c) Read (membaca secara menyeluruh) Read atau membaca merupakan langkah yang digunakan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh pembaca. Cara yang digunakan adalah membaca kritis yaitu membaca bagian demi bagian sambil mencari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan topik bacaan itu. Pada tahap ini pembaca hendaknya konsentrasi pada penguasaan ide pokok serta detail yang mendukung ide pokok. Arie menjelaskan bahwa dengan membaca, kita mulai mengisi informasi ke dalam kerangka pemikiran bab yang kita buat pada proses survey. Membaca suatu subbab dengan tuntas tanpa berpindah ke subbab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan dengan kata-kata sendiri di kertas yang pada kolom yang disiapkan (2010). d) Recite (menceritakan kembali) Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca. Dengan melakukan proses recite ini kita bisa melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang dibaca. Proses ini dilakukan setelah kita menyelesaikan suatu sub bab. Cara melakukan recite adalah dengan melihat pertanyaanpertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku. Pada tahap ini, kata Syah (2005) siswa dilatih untuk tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya sehingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik (hlm. 131). e) Review (meninjau ulang) Kita perlu merenungkan pengalaman membaca, meninjau commit to user informasi baru, kalau-kalau ada kaitan penting yang tercecer.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hernowo (2005) menuliskan beberapa pertanyaan untuk kegiatan review (perenungan pascabaca) ini: 1. Apa intisari artikel atau paragraf ini? 2. Masalah apa yang sedang coba dipecahkan pengarang, atau ide apa yang sedang ia tawarkan? 3. Bagaimana ide atau sousi penulis berkaitan dengan hidup saya? 4. Adakah metode berpikir atau metafora yang terkandung dalam bacaan ini yang bisa saya ambil untuk memecahkan masalah dalam hidup saya? 5. Adakah kemungkinan ide baru terselip dalam artikel ini? 6. Adakah pertanyaan dalam bagian ini yang tak terjawab? 7. Apakah saya ingin menjelajahi topic dalam artikel ini atatu buku ini lebih jauh lagi (hlm. 46—47). 2) Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R Sebagai sebuah metode studi dan belajar efektif metode SQ3R memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Dalam hal ini, tidak ada satu pun metode yang sempurna tanpa ada kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan metode SQ3R. Tadlock (1978) mengatakan, “The SQ3R method can be taught in a large group, small group, or individually.
It is designed as an
individual activity and can be employed at home as a study skill or in the classroom to elicit information from a chapter or article” (page 110—112). Metode SQ3R dapat diajarkan dalam kelompok besar, kelompok kecil, atau individual. Hal ini dirancang sebagai kegiatan individu dan dapat digunakan di rumah sebagai keterampilan belajar atau di kelas untuk mendapatkan informasi dari sebuah bab atau artikel. Selain itu, metode SQ3R menurut Soedarso memiliki kelebihan karena dengan menggunakan metode ini pembaca cenderung lebih mudah menguasai isi bacaan. Hal ini terjadi karena sebelum membaca, pembaca melakukan survey bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan
umum apa yang akan dibaca. Kemudian dia mengajukan
berbagai pertanyaan pada diri sendiri commit to user yang jawabannya terdapat dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
bacaan tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk membaca lanjut bagi anak yang sudah dapat berpikir secara abstrak, logis dan sistematis (2002). Langkah-langkah sistematis pada metode SQ3R memungkinkan guru untuk menciptakan peran siswa sebagai subjek, bukan sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dianjurkan dalam kurikulum yang sedang diterapkan. Peran subjek dalam pembelajaran tercermin dalam aktivitas siswa yang lebih dominant dalam setiap kegiatan pembelajaran. Metode SQ3R jika dikaitkan dengan karakteristik materi pembelajaran SD, metode ini dapat digunakan untuk mata pelajaran selain bahasa Indonesia. Hal ini karena sebagian besar mata pelajaran yang ada menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan pembaca, kecuali Bahasa Inggris dan mata pelajaran Matematika. Kekurangan metode SQ3R antara lain: Seperti dijelaskan oleh Santoso & Wijaya bahwa metode SQ3R hanya menguntungkan jika digunakan untuk membaca bacaan menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan oleh pembaca (1997). Oleh karena itu, jika bacaan yang dibaca menggunakan bahasa asing, metode ini akan sulit digunakan. Di samping itu, metode ini akan sulit digunakan untuk memahami bacaan yang banyak memuat rumus (misalnya pada pelajaran Kimia). Bagi siswa SD kelas rendah (kelas I dan II), metode SQ3R akan sulit digunakan dikarenakan tujuan membaca di SD selain untuk memahami isi bacaan, juga untuk belajar menghafal kosakata dan lafal yang wajar. Selain itu, Earnes (mengutip simpulan Tierney, Readence, & Dishner, 1990) memaparkan, ―...the lack of instructional procedures for ensuring its appropriate use and the teacher’s inability to convince students of its value‖ (1997: 79). Kurangnya prosedur instruksional untuk memastikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan yang tepat juga turut mempersulit penerapan metode SQ3R ini. 2. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak a. Pengertian Keterampilan Soemarjadi, Ramanto, & Zahri (2001) mengatakan, ―Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar‖ (hlm. 2). Boyatzis dan Kolb secara detail menjelaskan, A skill is a combination of ability, knowledge and experience that enables a person to do something well. A learning skill defines a generic heuristic that enables mastery of a specific domain. It has two components: a domain of application and a knowledge transformation process. Three aspects of this definition are important: (1) Skills are domain-specific and knowledgerich; (2) A skill describes an integrated transaction between the person and the environment; (3) Skills are developed by practice (1995). Keterampilan ialah perpaduan dari kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik. Sedangkan keterampilan belajar adalah istilah umum yang memungkinkan adanya keunggulan pada ranah tertentu . Keterampilan meliputi 2 komponen yaitu: ranah aplikasi dan proses pemindahan pengetahuan. Tiga aspek penting dalam definisi keterampilan yaitu: (1) keterampilan memiliki ranah yang spesifik dan bermacam pengetahuan; (2) keterampilan menggambarkan perpaduan antara manusia dengan lingkungan; (3) keterampilan dikembangkan melalui latihan. Sanjaya (mengutip pendapat Hoetomo MA, 2005) mengatakan bahwa terampil adalah: Cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana disyaratkan (2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
Pendapat Hoetomo di atas menyiratkan bahwa keterampilan itu melibatkan aspek psikomotorik. Sehubungan dengan hal tersebut, Hamalik (2010) menjelaskan, ―… suatu keterampilan memiliki tiga karakteristik, yakni menunjukkan ikatan (a chain) respon motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, menuntut kaitan-kaitan organisasi menjadi pola-pola respon yang kompleks‖ (hlm. 173). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kecakapan, kepandaian, dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat. Seseorang tidak dapat dikatakan terampil jika hanya mampu menyelesaikan suatu pekerjaan tetapi dalam waktu yang lama. b. Membaca 1) Pengertian Membaca Banyak ahli yang menjelaskan tentang pengertian membaca. Para ahli pada umumnya sepakat bahwa membaca merupakan suatu proses yang bermuara pada pemerolehan pemahaman tentang apa yang dibacanya. Berikut dipaparkan beberapa pendapat ahli tentang pengertian membaca. Tarigan (2008) mendefinisikan membaca sebagai proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa tulis (hlm. 7). Slamet (mengutip pendapat Harjasujana, 1985) mengungkapkan bahwa membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal itu berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik (2009: 66). Spodek dan Saracho (1994) mengemukakan bahwa: Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada dua cara yangtoditempuh pembaca dalam memperoleh commit user makna dari barang cetak: (1) langsung, yakni menghubungkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya, dan (2) tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan makna. Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan cara kedua digunakan oleh pembaca permulaan (Rofi‘uddin & Zuhdi, 2002: 31). Para ahli di atas sepakat bahwa hasil dari kegiatan membaca yaitu untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang dibacanya (bahasa tulis). Semakin banyak orang membaca semakin luas pula wawasannya. Banyak pula yang menganggap membaca sebagai kegiatan yang melelahkan dan sangat berat. Hal ini menurut Hernowo dikarenakan membaca melibatkan banyak aspek: to think (berpikir), to feel (merasakan), dan to act (bertindak melaksanakan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang dianjurkan oleh sebuah buku) (2005). Sedangkan Farris (2011) menjelaskan bahwa: Membaca adalah pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya (skema) dengan apa yang terdapat di dalam bacaan (hlm. 4). Mujiyanto, Setiawan, Purwadi, & Suryanto mendefinisikan membaca sebagai suatu kegiatan yang aktif dan interaktif. Aktif karena ketika membaca, kita aktif mencari informasi-informasi yang tersurat dan yang tersirat yang terdapat dalam suatu bacaan. Interaktif, maksudnya saat membaca kita harus berinteraksi dengan teks, terusmenerus berpartisipasi dalam memburu makna dan ide-ide yang tertuang dalam bacaan (2000). Dalam pengertian yang lebih luas lagi, Mujiyanto dkk. membagi membaca menurut objek yang dibaca menjadi dua yakni membaca teks dan membaca semesta. Membaca teks ialah membaca yang menggunakan naskah/karya tulis sebagai objek kajiannya. Sedangkan commit to user membaca semesta ialah membaca dalam arti total/utuh, membaca
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
yang menggunakan alam semesta sebagai objek kajiannya. Membaca semesta meliputi kegiatan meihat, mengamati, menyelidiki, menilai, dan memetik hikmah segala fenomena alam dan peristiwa, baik yang menyukacitakan maupun yang mengharukan dan menggetarkan. Dalam penelitian ini, membaca dibatasi pada membaca teks saja sebagai objek kajiannya (2000). Definisi lain dikemukakan oleh Tarigan (mengutip dari pendapat Anderson) bahwa dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), lain dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (2008: 7). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas kompleks yang melibatkan aspek to think (berpikir), to feel (merasakan), dan to act (bertindak) bersifat aktif dan interaktif untuk memperoleh informasi dari barang cetak melalui proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Hasil dari kegiatan membaca yaitu pemahaman tentang isi bacaan. 2) Tujuan Membaca Para
pakar
mengemukakan
pendapatnya
tentang
tujuan
membaca. Berikut ini tujuan orang membaca menurut Subyakto & Nababan (1993): 1. Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandunng dalam satu bacaan seefisien mungkin. 2. Morrow (1981) mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang: (a) kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri; (b) referensial dan faktual; yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan (c) afektif dan emosional, yakni yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca (hlm. 164—165). Anderson (1972) merinci tujuan membaca sebagai berikut: a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or fact). b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization). d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. Membaca
untuk
mengelompokkan,
membaca
untuk
mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate). g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) (Tarigan, 2008: 9—10). Sue menyatakan tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dari sumber tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap bentuk-bentuk yang ditampilkan. Secara lebih khusus membaca sebagai suatu ketrampilan bertujuan untuk mengenali aksara dan tanda-tanda baca, mengenali hubungan antara aksara dan tanda baca dengan unsur linguistik yang formal, serta mengenali hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning. Makna (meaning) erat hubungannya dengan maksud, tujuan atau intensif kita dalam membaca (2011). Ayan mengatakan, ―… salah satu tujuan penting membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif….‖ (Hernowo, 2005: 35). Sementara itu, seorang ahli filsafat Jerman, Schopenhauer (1851) menyatakan
bahwa membaca setara dengan berpikir userbukan pikiran sendiri (Hernowo, menggunakan pikirancommit orang to lain,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
2005: 35). Dengan kata lain, membaca membuat kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pikiran serta ide-ide oranng lain ke dalam pemikiran kita sendiri 3) Aspek-Aspek Membaca Secara garis besar, Tarigan menerangkan dua aspek penting dalam membaca, yaitu: a) Keterampilan
yang
bersifat
mekanis
(mechanical
skills),
mencakup: (1) Mengenal bentuk huruf. (2) Mengenal unsur-unsur linguistik seperti fonem, kata, frase, kalimat, dan lain-lain. (3) Mengenal hubungan pola ejaan dan bunyi. (4) Kecepatan membaca. b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills). Aspek ini mencakup: (1) Memahami pengertian sederhana tentang leksikal, gramatikal, dan retorikal. (2) Memahami signifikansi atau makna (berkenaan dengan unsurunsur ekstrinsik). (3) Evaluasi atau penilaian yang meliputi penilaian bentuk dan isi. (4) Kecepatan membaca yang fleksibel, sesuai dengan keadaan dan taraf kesulitan bacaan (2008). Sedangkan Tarjo (mengutip pendapat Burn dkk, 1996) mengemukakan ada sembilan aspek membaca yang meliputi: (1) mengamati simbol-simbol tulisan, (2) menginterprestasikan apa yang diamati, (3) mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis, (4) menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dipunyai, (5) membuat referensi dan evaluasi materi yang dibaca, (6) mengingat apa yang dipelajari sebelumnya dan memasukkan gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru, (7) membangun asosiasi, (8) menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya, (9) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengumpulkan serta menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca (2009). 4) Tahap-Tahap Proses Kegiatan Membaca Buzan memerinci kegiatan membaca menjadi tujuh langkah, yaitu: 1. Pengenalan Simbol-simbol dalam buku bisa berupa abjad, ikon (icon), atau simbol dalam bentuk gambar (visual). Mengenali secara cermat atas simbol-simbol ini membuat kita lebih nyaman dan cepat dalam membaca buku. 2. Peleburan Peleburan disebut juga penyesuaian atau asimilasi. Saat mata kita menatap simbol, saraf-saraf mengirimkan simbol ke pusat berpikir kita. Di sini terjadi semacam tarik ulur antara apa yang disampaikan oleh buku/bacaan dan apa yang kita miliki sehingga membaca memerlukan banyak aspek fisik. 3. Intra-integrasi Setelah proses peleburan, kita melakukan proses menghubung-hubungkan antara materi satu dengan yang lain, antar kalimat, dan antar bab. Dengan demikian kita mencoba memadukan semua hal yang disampaikan buku dengan sisi-sisi pengalaman yang sudah kita miliki begitu lama. 4. Ekstra-integrasi Ekstra-integrasi ialah tahap pengambilan keputusan. Kita melakukan analisis, apresiasi, seleksi, kritik, dan mau menerima atau menolak informasi yang disampaikan buku/bacaan kepada kita. 5. Penyimpanan Kita harus menyimpan hasil yang kita peroleh dari suatu bacaan. Kita harus dapat memanfaatkan apa saja yang kit abaca untuk pengembangan diri kita. commit to user 6. Pengingatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151
Kita harus dapat menggunakan apa-apa yang kita baca untuk dikeluarkan lagi suatu saat. Buzan memberikan tips dengan menggunakan ―peta pikiran‖. Lewat ―peta pikiran,‖ apa-apa yang kita ingat akan lebih mudah kita panggil dan keluarkan lagi. 7. Pengkomunikasian Secara tersirat, membaca buku berarti mendengar aktif (active listening) suara-suara yang masuk ke dalam diri kita. Suatu saat apa yang masuk ke dalam diri kita itu kita sampaikan (komunikasikan) dengan orang lain lagi (baik dalam bahasa tulis maupun bahasa tutur/lisan) (Hernowo, 2005: 20—24). Lain halnya dengan Comb (1996) yang memilah kegiatan membaca menjadi tiga tahap: tahap persiapan, tahap perkembangan, dan tahap transisi. Dalam tahap persiapan, anak mulai anak mulai menyadari tentang fungsi barang cetak, konsep tentang cara kerja barang cetak, konsep tentang huruf, konsep tentang makna. Dalam tahap perkembangan, anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata yang lain. Dalam tahap transisi, anak mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara menjadi membaca dalam hati. Anak mulai dapat melakukan kegiatan membaca dengan santai (tidak tegang) (Rofi‘uddin & Zuhdi, 2002: 31). Sementara itu Guzzeti, B.J. (1999) dan Urquhart & Weir (1998) membagi kegiatan membaca mejadi tiga tahap yakni: 1. Tahap Prabaca Ada lima strategi yang ditawarkan pada tahap ini, yaitu: a) Pemberian gambaran awal: siswa diberi gambaran umum tentang topik yang akan dibahas. b) Peta semantik: guru menuliskan kata atau frase kunci yang ada dalam bacaan dan ditemukan dengan membaca sekilas—dalam SQ3R disebut survey. c) Diskusi
kelas:
siswa secara klasikal maupun kelompok commit to user membicaraka topik utama yang terdapat dalam bacaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Dramatisasi: siswa memperagakan apa yang ada di dalam bacaan. e) Prequestion: membuat sejumlah pertanyaan yang nantinya akan ditemukan jawabannya melalui membaca intensif—dalam metode SQ3R disebut question. 2. Tahap Membaca Kegiatan membaca yang sesungguhnya atau kegiatan inti membaca dilakukan dengan kondisi diam atau silent way. Hal ini dikarenakan gerak mata lebih cepat daripada gerak bibir sehingga dengan membaca diam akan lebih cepat daripada membaca bersuara. Ada tiga strategi yang bisa diterapkan dalam tahap ini yaitu: a) Metakognitif: menggunakan daya intelektualnya dan usaha sadarnya
dalam
memonitor
atau
mengontrol
penggunaan
intelektual tersebut. b) Cloze procedure: menghilangkan sejumlah informasi dalam bacaan
dan
pembaca
dituntut
untuk
mengisinya
untuk
memperoleh pemahaman utuh tentang isi bacaan. Dalam evaluasi bisa berupa mengisi paragraf rumpang. c) Prequestion: pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pada tahap prabaca digunakan untuk memandu pembaca mengingat bagianbagian penting dalam bacaan. 3. Tahap Pascabaca Tahap ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengintegrasikan informasi baru ke dalam skemata yang sudah ada dan memperkuat serta mengembangkan hasil belajar yang telah diperoleh. Strategi yang bisa digunakan yaitu: mengajukan pertanyaan, memperluas kesempatan belajar, menuturkan kembali isi bacaan—dalam SQ3R disebut recite, mengaplikasikan dalam bentuk praktik, dan mengadakan pementasan (Saddhono & Slamet, 2010: 126—127). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153
Dari beberapa uraian di atas, secara umum tahap-tahap membaca meliputi tahap sebelum membaca yakni mengenal bacaan dengan membaca sekilas, tahap membaca (dilakukan dengan membaca diam), dan tahap setelah membaca yaitu meninjau kembali pemahaman kita baik dengan menceritakan kembali secara tertulis maupun lisan. 5) Manfaat Membaca Membaca memiliki banyak manfaat. Para ahli mengungkapkan manfaat membaca sesuai dengan wawasan dan sudut pandang masingmasing. Berikut ini manfaat membaca dari beberapa ahli. Hernowo menuliskan manfaat umum kegiatan membaca yaitu kita dapat belajar dari pengalaman orang lain atau dapat menambah pengetahuan. Sedangkan manfaat khususnya yaitu bahwa orang yang rajin membaca terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tua. Bahkan menurut riset mutakhir tentang otak menyatakan bahwa membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan sarafsaraf baru di otak (2005). Menurut Slamet membaca bermanfaat untuk menambah pengalaman hidup, memperoleh pengetahuan umum yang sangat berguna bagi kehidupan, memperluas cakrawala pandang dan pikir, meningkatkan taraf hidup dan budaya, serta memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, dan istilah sehingga dapat menunjanng keterampilan berbahasa yang lain (2009). Beberapa manfaat membaca yang berdampak bagi perkembangan sebagian besar jenis kecerdasan, menurut Hernowo (mengutip simpulan Ayan) adalah: a. Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif,
mempertajam
kepekaan
linguistik,
dan
kemampuan
menyatakan perasaan. Dengan membaca kita mengenal metafora, implikasi, persuasi, sifat nada, dan banyak unsur ekspresi lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Mengajak kita untuk berintrospeksi dan meontatrkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain. Koleksi novel romantis, misteri, dan humor secara tak langsung turut mengembangkan kecerdasan kecerdasan intrapersonal. c. Membaca memicu imajinasi. Bacaan yang baik mengajak kita membayangkan duniaa beserta isinya dengan segala kejadian, lokasi, dan karakternya. Bayangan yang terkumpul dari tiap bacaan ini melekat dalam pikiran dan seiring berlalunya waktu membangun jaringan ide dan perasaan yang menjadi dasar bagi ide kreatif (2005: 36—37). 4. Jenis-Jenis Membaca yang Diajarkan di SD Mengajarkan membaca dengan menfokuskan perhatian pembaca pada bacaan, menurut Rosenblatt ada dua, yaitu: a) Membaca Efferen Membaca efferent adalah proses membaca yang menfokuskan perhatian pembaca pada isi cerita yang dianalisis dan diperoleh setelah membaca. Sehubungan dengan pengertian di atas, membaca efferent (menurut Depdikbud, 1995) akan terlihat pada pembelajaran membaca lanjut seperti: (1) membaca teknis; (2) membaca dalam hati; (3) membaca bahasa; (4) membaca cepat; dan (5) membaca mengikhtisar. b) Membaca Estetis Membaca estetis yaitu membaca yang lebih difokuskan pada pemertalian pengalaman kehidupan melalui membaca buku-buku yang relevan dengan pengalaman yang menyentuh perasaan pembaca (Abbas, 2006: 106—109). Selain penggolongan di atas, jenis-jenis membaca yang diberikan di SD dapat dibedakan sebagai berikut: a) Membaca Metode Membaca metode ini cenderung bersifat teknis sehingga cocok diterapkan di kelas-kelas rendah. Tujuannya yaitu melatih siswa committulisan to userdengan lafal dana intonasi yang menyuarakan lambing-lambang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155
baik dan benar. Guru harus melatih siswa mengucapkan fonem yang benar dan menghilangkan dialek kedaerahan. b) Membaca dalam Hati Membaca dalam hati dilatihkan sesegera mungkin setelah anak benar-benar menguasai semua huruf. Bahan bacaan disesuaikan dengan kemampuan berpikir siswa, mmulai dari bahan bacaan yang sederhana dan juga yang telah diajarkan sebelumnya. Membaca dalam hati mulai diajarkan di kelas II. c) Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari mmbaca dalam hati. Mulai diajarkan di kelas III dengan tujuan untuk memahami suatu bacaan. Sebagai kegiatan evaluasi, guru dapat menugasi siwa untuk menceritakan kembali isi bacaan maupun mengajukan pertanyaan tentanng isi bacaan. d) Membaca Indah Membaca indah hampir sama dengan membaca metode yakni menonjolkan teknik membaca yang benar dan dilakukan dengan bersuara. Perbedaannya terletak pada bahan bacaan. Membaca indah digunakan untuk membaca fiksi atau cerita anak dan juga pantun maupun puisi. Membaca indah bersifat apresiatif sehingga melibatkan emosi anak. Kegiatan membaca indah ini cocok dipadukan dengan apresiasi sastra. e) Membaca Cepat Tujuan membaca cepat ialah supaya siswa dapat memahami isi bacaan dalam waktu singkat. Mulai diajarkan di kelas IV ketika anak sudah terampil membaca. Guru harus membatasi waktu membaca yang sesuai dengan tingkat kesukaran bacaan. Siswa juga perlu dibiasakan berlatih gerakan mata saat membaca, menghindari menggerakkan bibir, menghindari membaca kata per kata, dan menghindari menunjuk kata denngan jari. Hal-hal tersebut dapat mengurangi kecepatan membaca. commit to user f) Membaca Pustaka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Membaca pustaka dilakukan di luar jam pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengembangkan minat membaca siswa. Kegiatannya berupa penugasan, baik penugasan individu maupun kelompok. Perpustakaan sekolah memiliki peran sangat penting untuk meningkatkan minat membaca siswa sehingga perlu adanya perpustakaan yang memadai dari segi jumlah buku maupun penataannya. g) Membaca Bahasa Membaca bahasa menekankan pada pemahaman kabahasaan yang meliputi makna dan penggunaan kata, pemakaian imbuhan, ungkapan, frase, serta kalimat (Santosa dkk, 2008). 5. Membaca Pemahaman 1) Pengertian Membaca Pemahaman Tarigan menjelaskan, ―Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami: a) standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards); b) resensi kritis (critical review); c) drama tulis (printed drama); d) pola-pola fiksi (pattern of fiction)” (2008: 6). Menurut Saddhono dan Slamet membaca pemahaman adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya dikuasai siswa/pembaca (2010: 122). Membaca pemahaman merupakan jenis kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan secara mendalam. Dalam hal ini pembaca dituntut untuk mengetahui dan mengingat hal-hal pokok, serta perincian-perincian penting, membaca pemahaman menuntut ingatan agar dapat memahami isi bacaan tersebut secara mendalam dan menggunakannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Krisiyanto (mengutip dari Suhendar, 1997) yang mengatakan, ―Membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang diungkapkan pengarang sehingga kepuasan tersendiri setelah bacaan dibaca selesai‖ (2011). Sebuah artikel (mengutip pendapat Goodman dkk.) mengungkapkan bahwa: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157
Membaca pemahaman merupakan suatu proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang mana proses merekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan terjadi proses-proses pembentukan dan pengujian hipotesis.Artinya, pada saat membaca seseorang melakukan proses penggalian pesan dari teks, berinteraksi dengan makna yang terdapat di dalam teks tersebut, selanjutnya pembaca membuat dan menguji hipotesis. Hasil dari pengujian hipotesis tersebut dijadikan dasar untuk menarik simpulan.(―Pengertian Membaca,‖ 2011). Berkaitan dengan pemahaman bacaan, Saddhono & Slamet (mengutip pendapat Pearson & Johnson, 1997) menyatakan bahwa inti pemahaman berkaitan dengan satu prinsip yang sederhana, yaitu sebagai upaya membangun jembatan antara yang baru dengan yang sudah diketahui (2010: 122). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah membaca dengan tujuan memahami isi bacaan secara mendalam, menemukan pikiran pokok setiap paragraf, dan menemukan pesan/amanat baik yang tersirat maupun tersirat. 2) Tujuan Membaca Pemahaman Tujuan membaca pemahaman yang utama adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencari isi, memahami makna baca. Makna arti erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam bacaan. Tujuan-tujuan membaca pemahaman sebagai berikut: a. Mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para tokoh, peristiwa yang terjadi pada tokoh, mengetahui pemecahan masalah yang dilakukan oleh tokoh. Disebut juga membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta. b. Mengetahui hal-hal yang menarik, seperti peristiwa yang dialami tokoh, masalah-masalah utama, dan merangkum hal-hal yang terjadi pada tokoh. Membaca seperpti ini disebut membaca ubbtuk memperoleh ideide utama. c. Mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada cerita sejak mulamula pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya secara berurutan menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu kejadian. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan, susunan, atau organisasi cerita. d. Mengetahui perasaan-perasaan yang dialami oleh para tokoh. Mengapa sang tokoh mengalami perubahan-perubahan berdasarkan kualitas yang dimiliki oleh para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Membaca seperti ini disebut juga membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading inference) (Santosa, 1997). Tujuan membaca pemahaman juga dipaparkan oleh Tarigan (2008), yaitu: (a) menemukan ide pokok; (b) memilih butir-butir penting; (c) mengikuti petunjuk-petunjuk; (d) menentukan organisasi bahan bacaan; (e) menemukan citra visual dan citra lainnya; (f) menarik simpulan; (g) menduga makna dan merangkaikan dampaknya; (h) menyusun rangkuman; dan (i) membedakan fakta dari pendapat (hlm. 37). 3) Aspek Membaca Pemahaman Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam membaca pemahaman. Menurut Astuti (mengutip simpulan Kamidjan, 1996) aspekaspek dalam membaca pemahaman ialah: (a) mempunyai kosakata yang banyak, (b) mempunyai kemampuan menafsirkan makna kata, frase, kalimat, dan wacana, (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang, (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian, (e) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (2010: 21). 4) Tahapan Membaca Pemahaman Kegiatan membaca pemahaman meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1) menentukan tujuan, (2) memilih bahan, (3) menentukan cara penyajian (mengajarkan), (4) menentukan hal-hal yang akan dilatih (tema), dan (5) evaluasi (―Koreasi Antara,‖ 2009). Menentukan tujuan yang dimaksud di sini ialah tujuan pembelajaran. Guru juga harus pandai-pandai memilih bahan bacaan sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Menentukan cara penyajian ini erat kaitannya dengan metode dan teknik pembelajaran yang akan dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
159
Selanjutnya guru juga harus pandai-pandai menemukan tema yang mendidik dan membentuk moralitas siswa. Muara dari kegiatan membaca pemahaman ini tentu saja adalah kegiatan evaluasi. Evaluasi kegiatan membaca dapat berupa evaluasi tertulis maupun unjuk kerja. 6. Keterampilan Membaca Pemahaman Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Proses pemahaman dalam membaca merupakan proses yang dimiliki serta dipengaruhi berbagai faktor yang bervariasi, antara lain: intelegensi, minat baca, pengaruh lingkungan kondisi psikologis, pengetahuan/pengalaman pribadi pembaca, dan keterbacaan wacana maupun kompetensi kebahasaan. Ginting dalam jurnalnya mengemukakan, ―Keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia adalah kemampuan-kemampuan pokok dalam memahami bahan-bahan bacaan tertulis atau tercetak bahasa Indonesia yang mencakup kemampuan mekanik (surface structure) dan kemampuan pemahaman (deep structure) dalam waktu tertentu‖ (2005: 26). Berkenaan dengan keterampilan yang memadai, menurut Santosa (mengutip pernyataan Wiryodijoyo, 1989), guru harus dapat mengajarkan enam keterampilan sebagai berikut: (1) menentukkan detail, (2) menunjukkan pikiran pokok, (3) menunjukkan urutan kejadian pokok, (4) mencapai kata akhir dalam bentuk pernyataan, (5) menarik simpulan dengan cara menggabungkan kenyataan
dengan hipotesis yang ada, dan (6) membuat
evaluasi (2009: 22). Respon pembaca yang dapat mengindikasikan tigkat pemahamannya terhadap suatu bacaan menurut Saddhono & Slamet (mengutip dari pendapat Brown, 2001), yaitu: (1) mengerjakan, yaitu merespon secara fisik suatu petunjuk; (2) memilih, yaitu menyeleksi alternatif (topik, gambar, data, teks) yang relevan dengan bacaan di antara beberapa alternatif yang diberikan; (3) mentransfer, yaitu membuat ringkasan teks yang telah dibaca; (4) menjawab, yaitu menjawab pertanyaan commit to user tentang isi teks; (5) meringkas, yaitu membuat outline atau kerangka bacaan; (6) memperluas, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melanjutkan ending bacaan; (7) memperagakan, yaitu mempraktikkan untk memberi contoh; (8) bercakap-cakap, yaitu melakukan tanya jawab yang mengindikasikan pemberian informasi tentang isi bacaan (2010: 131—132). Dengan demikian keterampilan membaca pemahaman dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk memahami suatu bacaan, mengidentifikasi pokok-pokok pikiran, dan amanat dari suatu bacaan dengan pemahaman yang mendalam. 7. Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Keterampilan membaca pemahaman dalam penelitian ini dievaluasi dengan tes tertulis dan tes unjuk kerja. Tes tertulis bertujuan untuk menilai pemahaman siswa tentang cerita anak yang dibaca sehingga melibatkan ranah kogniitif. Indikator-indikator membaca pemahaman yang dijadikan pedoman penilaian dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.2. Sedangkan pada tes unjuk kerja, siswa menceritakan kembali cerita anak secara lisan di depan kelas sehingga melibatkan ranah kognitif dan psikomotor. Indikator-indikator pada tes unjuk kerja dapat dilihat pada tabel 2.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
161
Tabel 2.2 Indikator Membaca Pemahaman (Tes Tertulis) No Indikator 1 Unsur-unsur intrinsik cerita, meliputi: a. tema b. tokoh c. latar d. amanat 2
3
4
Menemukan ideide pokok.
Membedakan ide pokok dengan ide penunjang.
Menemukan dan memahami hubungan sebabakibat.
Deskriptor Siswa mampu menyebutkan semua unsur intrinsik cerita dengan tepat. Siswa mampu menyebutkan 3 unsur intrinsik cerita dengan tepat. Siswa mampu menyebutkan 2 unsur intrinsik cerita dengan tepat. Siswa mampu menyebutkan 1 unsur intrinsik cerita dengan tepat.
Skor 7,6—10
a. Siswa mampu menemukan ide-ide pokok tiap-tiap paragraf dengan benar. b. Siswa mampu menemukan ide-ide pokok 75% dari jumlah paragraf dengan benar. c. Siswa mampu menemukan ide-ide pokok 50% dari jumlah paragraph yang tersedia dengan benar. d. Siswa menemukan ide-ide pokok kurang dari 25% dari jumlah paragraf yang tersedia. a. Siswa mampu membedakan ide-ide pokok dengan ide penunjang tiaptiap paragraf dengan benar. b. Siswa mampu membedakan ide-ide pokok dengan ide penunjang 75% dari jumlah paragraf dengan benar. c. Siswa mampu membedakan ide-ide pokok dengan ide penunjang 50% dari jumlah paragraf yang tersedia dengan benar. d. Siswa membedakan ide-ide pokok dengan ide penunjang kurang dari 25% dari jumlah paragraf yang tersedia. a. Siswa mampu menemukan dan memahami hubungan sebab-akibat pada setiap paragraf dengan benar. b. Siswa mampu menemukan dan memahami hubungan sebab-akibat 75% dari jumlah paragraf dengan benar. commit to user c. Siswa mampu menemukan dan
7,6—10
a. b. c. d.
5,1—7,5 2,6—5,0 1,0—2,5
5,1—7,5
2,6—5,0
1,0—2,5
7,6—10
5,1—7,5
2,6—5,0
1,0—2,5
7,6—10
5,1—7,5
2,6—5,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d.
5
Menyimpulkan isi a. cerita anak.
b.
c.
d.
memahami hubungan sebab-akibat 50% dari jumlah paragraf dengan benar. Siswa mampu menemukan dan memahami hubungan sebab-akibat 25% dari jumlah paragraf dengan benar. Siswa mampu menyimpulkan isi cerita anak dengan sempurna mencakup seluruh isi cerita dengan susunan kalimat yang tepat dan kalimat yang jelas. Siswa mampu menyimpulkan isi cerita anak dengan baik mencakup seluruh isi cerita dengan susunan kalimat yang tepat dan kalimat yang jelas. Siswa mampu menyimpulkan isi cerita anak kurang baik dengan susunan kalimat yang masih rancu dan bermakna ambigu. Siswa belum mampu menyimpulkan isi cerita anak dengan baik dengan susunan kalimat yang masih rancu dan bermakna ambigu.
1,0—2,5
7,6—10
5,1—7,5
2,6—5,0
1,0—2,5
Tabel 2.3 Indikator Tes Unjuk Kerja (Menceritakan Kembali Secara Lisan) No 1
Aspek yang dinilai Lafal
Deskriptor Skor a. Siswa mengucapkan kata maupun 4 kalimat dengan sangat jelas yaitu benarbenar dapat dibedakan bunyi konsonan dan vokal (hampir tidak ada kesalahan). b. Siswa mengucapkan kata maupun 3 kalimat dengan jelas yaitu dapat dibedakan bunyi konsonan dan vokal (artikulasi jelas tetapi sesekali melakukan kesalahan). c. Siswa cukup kesulitan mengucapkan 2 bunyi konsonan dan vokal dengan jelas tetapi masih dapat dipahami pendengar. d. Siswa melafalkan kata-kata yang susah 1 sekali dipahami karena masalah pengucapan yaitu bunyi konsonan dan vokal kurang jelas untuk dibedakan commit to user sehingga memaksa pendengar harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
163
2
3
4
Pilihan kata
Kelancaran
Ekspresi berbicara
mendengarkan dengan teliti ucapannya. a. Siswa selalu menggunakan kata-kata yang baik dan tepat, tidak ada pengaruh bahasa asing maupun bahasa daerah, sehingga keseluruhan pembicaraan jelas dan mudah dipahami. b. Siswa terkadang menggunakan kata yang kurang tepat namun sedikit sekali dan pembicaraan masih dapat dipahami. c. Siswa sering menggunakan kata yang kurang tepat, sering terpengaruh bahasa asing atau bahasa daerah. d. Siswa selalu menggunakan kata yang tidak baik dan tidak tepat sehingga pembicaraan tidak dapat dipahami. a. Siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan sangat lancar, tanpa bimbingan guru, tidak terputus-putus, dan tidak terdapat sisipan bunyi ―ee…‖ dan sejenisnya. b. Siswa sedikit sekali menceritakan kembali isi bacaan dengan terputus tetapi tanpa bimbingan guru, tidak terdapat sisipan bunyi ―ee…‖ dan sejenisnya. c. Siswa terkadang menceritakan kembali isi bacaan dengan terputus-putus, memerlukan sedikit bimbingan guru dan terdapat sisipan bunyi ―ee…‖ dan sejenisnya. d. Siswa menecritakan kembali isi bacaan sering terputus-putus, memerlukan banyak bimbingan dari guru, dan menyisipkan bunyi ―ee…‖ dan sejenisnya. a. Ekspresi berbicara tampak percaya diri, meyakinkan lawan bicara, pandangan fokus, dan komunikatif. b. Ekspresi berbicara tampak sedikit kurang percaya diri, sesekali pandangan masih mengarah kepada guru. c. Berbicara dengan sedikit ragu-ragu dan pandangan kurang fokus. d. Ekspresi berbicara tampak kurang percaya diri, pandangan tidak fokus, terkesan kaku, dan cenderung masih commit to user grogi.
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2 1
perpustakaan.uns.ac.id
5
8.
digilib.uns.ac.id
Pemahaman isi
a. Sangat paham isi cerita anak, isi cerita anak sesuai dengan topik dan tokoh yang dibaca tanpa kesulitan. b. Memahami isi cerita anak, isi cerita anak sesuai dengan topik dan tokoh yang diperankan tetapi sedikit mengalami kesulitan (kekeliruan). c. Cukup memahami isi cerita anak, terkadang berbicara tidak sesuai topik dan tokoh yang diperankan. d. Kurang memahami isi cerita anak, sering berbicara tidak sesuai topik/isi cerita anak dan tokoh yang diperankan.
4
3
2
1
Cerita Anak Cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak, yang berbicara mengenai kehidupan anak dan sekitarnya yang mempengaruhi anak, dan tulisan itu hanyalah dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa. Sejalan dengan uraian di atas, Endaswara mendefinisikan cerita anak adalah cerita yang mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami
oleh
anak,
melukiskan perasaan, dan menggambarkan
pemikiran-pemikiran anak. Pada dasarnya cerita anak merupakan cerita sederhana. Kesederhanaan ini ditandai oleh wacana yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak sulit, sehingga komunikatif. Cerita anak termasuk jenis sastra anak yang dikembangkan dalam bentuk prosa (2011). Slamet memaparkan laporan nasional mengenai peningkatan hasil membaca di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak kelas empat yang diajar oleh guru-guru yang menekankan penggunaan karya sastra sebagai materi pembelajaran membaca menunjukkan nilai rata-rata membaca lebih tinggi daripada anak-anak yang oleh guru-guru yang kurang atau tidak memberikan penekanan pada penggunaan karya sastra untuk pembelajaran membaca (2008). Menurut Rokhmansyah (mengutip simpulan Puryanto, 2008) secara garis besar, ciri commit dan syarat sastra anak adalah: Cerita anak to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
165
mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak (2009). Faisal dkk, (mengutip pendapat Hasyim, 1981) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak sebagai bahan belajar di Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri sebagai berikut: (a) Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak. (b) Isi ceritanya harusah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada tahap pertama (kelas 1-3 SD), bacaan untuk anak laki-laki dan wanita dapat disamakan. Untuk selanjutnya (kelas 4-6 SD) secara berangsur-angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita petualangan, olahraga, dan metode, sedangkan anak wanita lebih menyenangi cerita yang bersifat kekelluargaan dan sosial. (c) Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak (2009: 7.22—7.23). Sejalan dengan Hasyim, Faisal dkk. (mengutip pendapat Pramuki, 2000) mengemukakan bahwa hendaknya cerita yang diberikan kepada anak adalah cerita yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia anakanak, yakni: usia 6—9 tahun lebih menyenangi cerita yang bertema kehidupan sehari-hari sampai termasuk dongeng hewan (fabel) dan cerita lucu, usia 9—12 tahun menyukai cerita yang bertema kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realistis, cerita fantastis, dan cerita petualangan (2009: 7.22—7.23). Faisal dkk. (mengutip penjelasan Cullinan, 1987) menjelaskan secara lebih spesifik bahwa bahan cerita yang diberikan kepada anak SD hendaknya memiliki ciri-ciri: (1) Latar atau setting cerita dikenal oleh anak. (2) Alurnya bersifat tunggal dan menggunakan alur maju. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Pelaku utama berasal dari kalangan anak-anak dengan jumlah yang terbatas (3—4 orang) dan hendaknya karakter tokoh dilukiskan secara konkret dan disesuaikan dengan perkembangan moral anak. (4) Tema cerita sederhana dan sesuai dengan perkembangan individusosial anak. Hendaknya dipilih tema kejujuran, kepatuhan, kebencian pada kobohongan, dan tema-tema lain yang mengarah pada pembentukan budi pekerti yang luhur. (5) Amanat atau pesan cerita dapat membantu siswa memahami dan menyadari perbedaan sikap baik dan buruk. (6) Menggunakan bahasa anak, kosakata yang telah akrab di telinga anakanak serta struktur kalimatnya sederhana agar dapat dipahami anak (2009: 7.22—7.23).
B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian ini, diantaranya: Noor Aini Wulandari (2007) dengan judul ―Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berbahasa Jawa dengan Strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity) pada Siswa Kelas V SD Wonorejo 1 Karanganyar Demak.‖ Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada keterampilan membaca pemahaman. Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca pemahaman, dari kondisi awal ke siklus I dan ke siklus II. Dari hasil tes diketahui terjadi peningkatan, yaitu skor rata-rata kelas 60,59 menjadi 75,29, dengan ketuntasan 55,88%. Sementara pada siklus II skor rata-rata kelas menjadi 86,47, dengan ketuntasan 17,65% dari siklus I. Jadi peningkatan dari kondisi awal ke siklus II sebesar 27,18 dengan ketuntasan 73,53%. Pada pembelajaran membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa dengan strategi DRTA para siswa menjadi lebih aktif. Sartono (2009) dengan judul ―Pengaruh Metode Membaca Survey, commit to userterhadap Prestasi Belajar Bahasa Question, Read, Recite, dan Review (SQ3R)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
167
Indonesia Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan Tirtomoyo Ditinjau dari Motivasi Belajar.‖ Relevansinya terletak pada metode yang digunakan yaaitu metode SQ3R (variabel bebas). Hasilnya adalah sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan metode membaca SQ3R dengan metode konvensional terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa di Sekolah Dasar di Kecamatan Tirtomoyo (F hitung > F tabel atau 15,58 > 4,02), (2) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa di Sekolah Dasar di kecamatan Tirtomoyo (F hitung > F tabel atau 19,78 > 4,02), dan 3) Terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara metode membaca dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa di Sekolah Dasar di Kecamatan Tirtomoyo (F hitung > F tabel atau 13,44 > 4,02). Vithroh Laeli Widhiyanti (2008) dengan judul ―Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dengan Metode SQ3R Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran dan Prestasi Belajar Materi Pokok Unsur, Senyawa, dan Campuran pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Gemolong.‖ Relevansinya terletak pada metode yang digunakan yaaitu metode SQ3R (variabel bebas). Hasilnya adalah: (1) pembelajaran kooperatif tipe CIRC SQ3R berbantuan modul dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran, (2) pembelajaran kooperatif tipe CIRC SQ3R berbantuan modul dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran. Pada siklus I ada 14 siswa yang dapat mencapai SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal) dengan nilai ratarata aspek kognitif 69,875 dan nilai rata-rata aspek afektif 64,575. Pada siklus II ada 35 siswa yang dapat mencapai SKBM dengan nilai rata-rata aspek kognitif 85,925 dan nilai rata-rata aspek afektif meningkat menjadi 65,35.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan membaca pemahaman, merupakan hal yang sangat penting mengingat membaca adalah commit to user terhadap prestasi belajar siswa keterampilan dasar yang sangat besar pengaruhnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam berbagai macam pealjaran. Sebagaimana diketahui bahwa berbagai macam materi pelajaran kebanyakan disajikan dalam bahasa tulis. Oeh karena itu keterampilan membaca sangat vital peranannya dalam proses pembelajaran di sekolah dasar (khususnya). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sekolah dasar belum memiliki keterampilan membaca yang memadai untuk menunjang proses belajarnya.terutama dalam memahami bacaan cerita anak. Para siswa ratarata belum bisa mengidentifikasi pokok-pokok pikiran, detail penting, dan amanat/pesan yang disampaikan dalam cerita anak. Padahal karya sastra pada umumnya dan cerita anak padakhususnya memiliki peranan penting dalam pemahaman membaca anak. Hal ini juga terjadi di SD Negeri 02. Dari hasil wawancara dengan guru kelas V, ada 21 siswa kelas V (dari 36 siswa) yang belum tuntas KKM. Hal ini berarti ada 58,3% siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar untuk materi membaca pemahaman cerita anak. Sedangkan sisanya (41,7%) sudah mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dari hasil temuan tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 masih rendah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditawarkan salah satu metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien guna mencoba mengatasi masalah tersebut. Dari sekian metode belajar efektif, dipilih metode SQ3R untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Metode ini mempunyai lima langkah yang meliputi: survey, question, read, recite, dan review. Kelima langkah tersebut apabila dilalksanakan dengan sungguh-sungguh akan dapat meningkatkan pemahaman membaca siswa secara signifikan. Tidak hanya itu. Bahkan siswa akan mengingat informasi-informasi dari bacaan daam jangka waktu yang lebih lama. Metode ini dapat dilakukan secara berkelompok baik kelompok kecil, kelompok besar, berpasangan, maupun individu. Dalam penelitian ini, ditekankan pemahaman cerita anak yang meliputi pemahaman terhadap ide-ide pokok dan pemahaman unsurk-unsur intrinsik cerita to user (tema, tokoh, latar, amanat). Ceritacommit anak yang dipilih disesuaikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
169
karakteristik anak-anak kelas V dengan tema-tema yang mengedepankan pembentukan moral dan perilaku. Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus. Pada tiap-tiap siklus diberikan cerita anak yang berbeda-beda untuk tiap-tiap kelompok. Langkah mereview dilakukan pada akhir pertemuan dengan cara masing-masing kelompok akan mempresenntasikan cerita yang dibacanya. Dengan kegiatan ini, akan terjadi komunikasi interaktif antar kelompok di kelas sehingga para siswa dapat bertukar infornasi tentang cerita yang dibacanya. Di akhir siklus II ditargetkan 85% anak mendapatkan nilai ≥65 (KKM). Apabila dalam dua siklus target belum terpenuhi, maka akan dilanjutkan siklus ketiga dan seterusnya hingga target tercapai. Dengan penerapan metode SQ3R diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban. Selanjutnya, untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
Kondisi awal
Guru belum menggunakan metode SQ3R
Tindakan
Guru menggunakan metode SQ3R
Kondisi akhir
Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak.
Rendahnya nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Siklus I, meningkatnya presentase siswa yang mencapai ketuntasan Siklus II, meningkatnya presentase siswa yang mencapai ketuntasan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir dalam Penelitian Tindakan Kelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa pada kondisi awal, keterampilan membaca pemahaman cerita anak masih rendah. Kemudian dilakukan suatu tindakan yaitu dengan menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak. Tindakan ini direncanakan dalam dua siklus. Target pencapaian pada akhir siklus dua diharapkan 85% siswa mendapatkan nilai ≥ 65. Jika target ini belum tercapai pada akhir siklus dua, akan direncanakan tindakan selanjutnya (siklus tiga, siklus empat, dan seterusnya) hingga tercapai target yang telah ditetapkan.
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: ―Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban.‖
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
171
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Tuban. SD ini beralamat di Desa Tuban Kulon, RT 01, RW II, Kelurahan Tuban, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Lokasi SD ini cukup strategis, berjarak ± 250 meter di sebelah utara pusat kecamatan dan 200 meter dari
jalan raya.
Gedung/bangunan yang ada sudah cukup memadai, meliputi: 6 ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang komputer, gudang, perpustakaan, dan 2 kamar mandi, dan kantin. Luas bangunan adalah 22 meter x 24 meter dan terdiri dari 2 lantai. Kelas I, II, IV, dan VI ada di lantai bawah sedangkan kelas III dan V ada di lantai atas. Sarana dan prasarana sudah baik, alat peraga, poster-poster pembelajaran, KIT IPA dan KIT Matematika serta buku-buku perpustakaan cukup lengkap. Pemilihan SD Negeri 02 Tuban sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1) Sekolah tersebut bersedia memberikan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini. 2) Hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak khususnya pada siswa kelas V masih perlu ditingkatkan. 3) Di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012, selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli. Jumlah siklus yang direncanakan sebanyak dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan (4 x 35 menit). Adapun waktu dan jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian No
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Kegiatan Penyusunan dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian Persiapan penelitian
Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 x x x x x x x x
Pelaksanaan tindakan dan analisis data Penyusunan laporan Ujian skripsi dan revisi Penggandaan dan pengumpulan laporan
x x x x x x x x x x x x x x x
x
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar semester genap tahun ajaran 2011/2012, dengan jumlah 37 siswa. Terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan dengan Bapak Suripto, S.Pd sebagai wali kelas. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen baik dari segi tingkat ekonomi maupun tingkat intelegensinya. Kondisi fisik dan mental siswa normal, tidak ada anak berkebutuhan khusus.
C. Data dan Sumber Data 1. Data Data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data hasil wawancara sebelum dan sesudah tindakan. Kemudian ada juga data hasil observasi sebelum dan sesudah tindakan. Sedangkan data kuantitatif berupa data nilai keterampilan membaca pemahaman mulai dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
173
2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Contoh dari sumber data primer yaitu: informasi dari narasumber yang terdiri dari siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan daftar nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak.
D. Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan obyektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Tes Arikunto (2010) menerangkan, ―Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok‖ (hlm. 193). Tes digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam membaca pemahaman cerita anak sebelum dan sesudah diterapkan metode SQ3R dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh guru. Tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis pada pertemuan pertama di tiap-tiap siklus dan tes unjuk kerja yang dilakukan pada pertemuan kedua tiap-tiap siklus. Penilaian keterampilan membaca pemahaman secara tertulis dilaksanakan berdasarkan instrument evaluasi tertulis dan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Sedangkan penilaian keterampilan membaca pemahaman secara liasn commit to user dilaksanakan berdasarkan lembar penilaian unjuk kerja (menceritakan kembali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cerita anak secara lisan). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur perkembangan keterampilan membaca pemahaman cerita anak. 2. Observasi Ismawati (2011) mengemukakan, ―Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan seluruh alat indera manusia, yaitu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (hlm. 98). Observasi dapat dilakukan secara partisipatif maupun nonpartisipatif. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif. Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yaitu peneliti melakukan tindakan (mengajar) dengan menerapkan metode SQ3R pada kegiatan membaca pemahaman cerita anak. Menurut jenisnya, observasi dibagi menjadi dua jenis yaitu observasi nonsistematis dan observasi sistematis. Penelitian ini menggunakan observasi sistematis yang dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi sebagai instrument observasi.Observasi dilakukan selama proses pembelajaran. Guru kelas bertindak sebagai partipan pasif dan peneliti sebagai partisipan aktif. Teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses pembelajaran (sikap siswa) dan data tentang hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman. Observasi guru yang mengajar (peneliti) difokuskan pada RPP dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman cerita anak dengan metode SQ3R. Selanjutnya hasil observasi ini dianalisis dan didiskusikan bersama guru kelas untuk menemukan kelemahannya dan merencanakan upaya perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. 3. Wawancara Wawancara, interview, kuesioner lisan menurut Ismawati (2011) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (hlm. 97). Sugiyono membagi wawancara menjadi tiga, yaitu: wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak terstruktur (2008). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini commit to user adalah wawancara semiterstruktur.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
175
Wawancara semiterstruktur dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kesan siswa dan guru kelas terhadap pembelajaran membaca pemahaman. Narasumber dalam wawancara ini adalah guru kelas V dan beberapa siswa kelas V yang semuanya diwawancarai secara langsung. 4. Dokumentasi Sukmadinata menerangkan bahwa dokumentasi atau studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen ini pada bagian tertentu yang dipandang penting dapat disajikan dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang lainnya disajikan pokok-pokoknya dalam rangkaian uraian hasil analisis kritis dari peneliti (2011). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan dan mengkaji data-data yang sudah tersedia seperti RPP guru, materi pelajaran, arsip nilai yang diberikan oleh guru, daftar nama siswa. Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto atau video.
E. Uji Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya agar data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas data dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi. Rahardjo (2010) memaparkan, bahwa triangulasi ialah gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. 1. Triangulasi Data/Sumber Triangulasi sumber berarti membandingkan atau mencek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Data yang sama atau sejenis akan lebih valid kebenarannya bila digali dan commit yang to user dikomparasikan dari beberapa sumber berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah data terkait pembelajaran membaca pemahaman cerita anak. Data dikumpulkan dari sumber yang berbeda yaitu dari guru dan siswa kelas V serta nilai tes evaluasi keterampilan membaca pemahaman cerita anak. 2. Triangulasi Metode Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan berbagai metode/teknik pengumpulan data yang berbeda lalu membandingkannya. Dalam penelitian ini, data keterampilan membaca pemahaman cerita anak dikumpulkan melalui metode tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data sejenis yang diperoleh dari berbagai metode kemudian dikomparasikan, dianalisis, baru ditarik simpulan.
F. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan analisis model interaktif Miles & Huberman. Teknik analisis model interaktif terdiri dari tiga buah komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Tahap-tahap analisis model interaktif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data pada penelitian tindakaan kelas ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Data yang direduksi untuk mendukung penelitian ini berupa data hasil wawancara dengan guru dan siswa, hasil keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada prasiklus, siklus I, dan siklus II, serta data hasil observasi kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah diterapkan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak. 2. Penyajian Data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
177
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan cara diklasifikasikan berdasarkan jenisnya. Tujuannya ialah agar mudah dibaca dan dipahami. Data kualitatif hasil dari observasi dan wawancara disajikan dalaam bebntuk teks naratif, sedangkan data kuantitatif berupa angka, nilai siswa dan lain-lain disajikan dalam bentuk diagram, grafik, maupun tabel. 3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Simpulan dalam penelitian tindakan kelas dimungkinkan sudah dapat dirumuskan selama tindakan berlangsung. Hal ini dimungkinkan karena proses reduksi data dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. Menurut Glaser dan Strauss (1967) mula-mula simpulan ini tampak samarsamar, belum jelas namun kemudian menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh (Suwandi, 2010: 19).
G. Indikator Kinerja Penelitian Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Hal yang dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar dengan menerapkan metode SQ3R. Keberhasilan penelitian ini dapat dirumuskan dengan indikator-indikator pada tabel 3.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian No Aspek Target Cara Mengukur 1 Kualitas proses Ketuntasan klasikal Diamati saat pembelajaran pembelajaran membaca sebesar 85%. dengan menggunakan pemahaman cerita anak. lembar observasi penilaian proses (aktivitas siswa). 2 Kualitas hasil 85% dari jumlah Diamati saat pembelajaran pembelajaran membaca siswa mendapat nilai dengan menggunakan pemahaman cerita anak ≥ 65 (KKM). lembar penilaian tes meliputi unsur-unsur tertulis dan tes unjuk cerita (tema, latar, kerja. tokoh, amanat), ide-ide pokok, kesimpulan, merangkum cerita, dan menceritakan kembali. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Lebih jelasnya langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan dengan gambar 3.1 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
179
Permasalahan
Siklus I
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan I
Refleksi I
Perencanaan tindakan II
Siklus II
Refleksi II
Apabila permasalahan belum terselesaikan terselesaikan
Dilanjutkan siklus berikutnya
Pelaksanaan tindakan I
Pengamatan/ pengumpulan data I
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan data II
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2006: 74) Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa empat tahap dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan unsur yang membentuk satu siklus. Siklus ini berulang secara terus menerus dan berakhir jika target yang ditetaapkan telah tercapai. Tiap-tiap tahap dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan berikut: 1) Menentukan kompetensi dasar mengenai menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat sesuai silabus (lampiran 4). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, serta sistem penilaian (lampiran 5). 3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung,. Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain: a) Tempat duduk dirapikan dan disusun per individu. b) Media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini tidak dominan karena menekankan pada metode, bukan media. Media yang digunakan yaitu slide tahap-tahap metode SQ3R, LCD, dan teks cerita anak ―Gerhana Bulan.‖ c) Sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran yang utama ialah buku bahasa Indonesia kelas V karya Umri Nur‘aini dan Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia karya H. Suyatno, dkk. d) Menyiapkan soal evaluasi siswa dan kriteria penilaian (lampiran 6 dan 7). e) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 8) dan lembar penilaian kemampuan mengajar guru (lampiran 9). b. Pelaksanaan Tindakan Guru (peneliti) melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam RPP siklus I dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 70 menit untuk tiap-tiap pertemuan. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu to user selama 2 jam pelajaran (2 xcommit 35 menit) dimulai setelah upacara bendera atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
181
jam pelajaran ke-2 dan ke-3 (0735—08.45 WIB). Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IV SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo – karena ruang kelas V digunakan untuk try out kelas VI. Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 April 2012 jam pelajaran ke-3 dan ke-4 (pukul 08.10—09.35 WIB) setelah jam pelajaran bahasa Inggris. Penelitian tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Lokasi penelitian tindakan masih berada di ruang kelas IV SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo. c. Observasi/Pengamatan Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observer mencatat dan menilai kegiatan guru dan siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak dengan menerapkan metode SQ3R. Observer dalam kegiatan pembelajaran ini adalah wali kelas V. Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa (penilaian proses) yang meliputi perhatian dan keaktifan dan kerja guru (peneliti) di dalam proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman di kelas dengan berpedoman pada lembar penilaian proses pembelajaran keterampilan membaca dan lembar penilaian aktivitas guru. 2) Melakukan penilaian keterampilan keterampilan membaca pemahaman siswa dengan tes tertulis dan tes unjuk kerja (menceritakan kembali cerita anak) berpedoman pada lembar penilaian tes unjuk kerja. Pada siklus I telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dari 60,67 pada pratindakan menjadi 72,41 pada siklus I. Ketuntasan klasikal meningkat dari 41,67% pada pratindakan menjadi 83,78% pada siklus I. d. Refleksi Peneliti bersama guru kelas melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I. Hasil yang didapat dari kegiatan observasi commit to user berupa kegiatan pembelajaran dan nilai membaca pemahaman siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudian di analisis dan didiskusikan untuk menemukan permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan siklus I. Masalah yang ditemukan pada siklus I dijadikan dasar perbaikan dalam siklus selanjutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus II ini meliputi tahap-tahap: 1) Menyiapkan alternatif pemecahan masalah yang menjadi kekurangan pada siklus I, yaitu: a) Peneliti menyiapkan pengembangan materi yang relevan dengan materi pokok. b) Menambah waktu untuk tahap eksplorasi dan tidak lupa mengecek pemahaman awal siswa sebelum masuk ke materi yang baru. c) Membentuk kelompok-kelompok untuk melaksanakan tahapantahapan metode SQ3R. d) Menyiapkan media pembelajaran yang berbeda dengan media yang digunakan apda siklus I. 2) Menentukan kompetensi dasar mengenai menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat sesuai silabus (lampiran 4). 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, serta sistem penilaian (lampiran 13). 4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung. Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain: a) Tempat duduk dirapikan dan disusun per kelompok b) Media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini tidak commit to user dominan karena menekankan pada metode, bukan media, Media
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
183
yang digunakan yaitu bagan tahap-tahap metode SQ3R dan unsurunsur intrinsik cerita yang disajikan pada kertas karton, dan teks cerita anak. c) Sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran utama pada siklus II ini yaitu dari buku bahasa Indonesia kelas V karya Sri Murni dan Ambar Widianingtyas dan Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia V karya H. Suyatno. d) Menyiapkan soal evaluasi siswa dan kriteria penilaian (lampiran 14 dan 15). e) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 16) dan lembar penilaian kemampuan mengajar guru (lampiran 17). b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanakan tindakan perbaikan sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Alokasi waktu yang disediakan 70 menit setiap kali pertemuan. Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian tindakan berlangsung pada jam pelajaran ke-4 dan ke-5 (09.00—10.10) atau setelah istirahat pertama. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo. Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian tindakan berlangsung pada jam pelajaran ke-2 dan ke-3 (07.35—08.45) atau setelah upacara bendera. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar. c. Observasi/Pengamatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observer mencatat dan menilai kegiatan guru dan siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak dengan menerapkan metode SQ3R. Observer dalam kegiatan pembelajaran ini adalah wali kelas V. Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa (penilaian proses) yang meliputi perhatian dan keaktifan dan kerja guru (peneliti) di dalam proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman di kelas dengan berpedoman pada lembar penilaian proses pembelajaran keterampilan membaca dan lembar penilaian aktivitas guru. 2) Melakukan penilaian keterampilan keterampilan membaca pemahaman siswa dengan tes tertulis dan tes unjuk kerja (menceritakan kembali cerita anak) berpedoman pada lembar penilaian tes unjuk kerja. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II ini yaitu adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari 72,51 pada siklus I menjadi 81,11 pada siklus II. Ketuntasan klasikal naik dari 83,78% pada siklus I menjadi 91,89% pada siklus II. d. Refleksi Peneliti bersama guru kelas melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I. Hasil yang didapat dari kegiatan observasi berupa kegiatan pembelajaran dan nilai membaca pemahaman siswa kemudian di analisis dan didiskusikan untuk menemukan permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan siklus II. Peneliti bersama guru kelas juga mendiskusikan temuan-temuan pada siklus II serta ketercapaian target. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa target ketuntasan klasikal sebesar 85% anak mendapatkan nilai ≥65 (KKM). Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dihentikan di siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
185
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan Kelas yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah kelas V yang terdiri dari dua puluh satu siswa laki-laki dan enam belas siswa perempuan dengan guru kelas Bapak Suripto, S.Pd. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan survai untuk mengetahui keadaan sebenarnya proses pembelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan membaca pemahaman. Survai dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Februari tahun 2012 pukul 10.10—12.10 WIB. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk mengetahui aktivitas siswa dan metode yang digunakan guru dalam kegiatan membaca pemahaman. Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan membaca pemahaman, metode yang digunakan guru kurang inovatif. Guru dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Penyampaian materi dengan ceramah disertai meninjau tingkat pemahaman siswa. Metode tanya jawab digunakan sebatas mengulang apa yang telah disampaikan, belum sampai pada tahap pertanyaan untuk memecahkan masalah atau pun untuk menganalisis bacaan. Tidak ada kegiatan prabaca sehingga siswa tidak mengenali terlebih dahulu cerita anak yang akan dibacanya. Siswa langsung membaca secara bergantian, guru mengulang membaca secara keseluruhan. Siswa mencari kata-kata sulit dan guru membantu mengartikan. Setelah membaca, siswa diberi tugas menjawab sejumlah pertanyaan terkait dengan cerita anak yang telah dibacanya. Setelah membahas jawaban siswa, tidak ada kegiatan pascabaca/peninjauan kembali. Hal ini meyebabkan mengakibatkan pemahaman siswa terhadap cerita anak rendah dan siswa mudah lupa dengan apa yang dibacanya. Susunan tempat duduk siswa juga menghambat proses pembelajaran, Siswa yang ramai tempat duduknya mengelompok, mengakibatkan suasana kelas gaduh. Sedangkan siswa yang belajar sungguh-sungguh tempat duduknya juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengelompok. Keadaan ini menyebabkan kesenjangan antar siswa terhadap materi membaca pemahaman cerita anak. Hasil wawancara terhadap siswa kelas V (lampiran 1) dan Bapak Suripto, S.Pd (lampiran 2) relevan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Bahkan, berdasarkan wawancara dengan guru, ada seorang siswa yang belum lancar membaca sehingga menghambat pemahamannya. Siswa yang benar-benar paham bacaan baru 30%—40% atau 11—15 siswa. Selain itu, siswa masih mengalami kesulitan dalam menganalisis pokok-pokok isi cerita yang telah dibacanya. Berdasarkan hasil pretest pada tahap pratindakan, dari seluruh siswa kelas V yang berjumlah 36, ada 15 siswa atau 41,67% yang nilainya mencapai KKM (≥ 62). Sedangkan sisanya, 58,33% masih di bawah KKM (lampiran 3). Rendahnya hasil belajar membaca pemahaman siswa menunjukkan ada kekurangan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman. Nilai hasil pretest membaca pemahaman cerita anak yang terdapat pada lampiran 3 dapat dilihat pula pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Pratindakan
Interval
Nilai
Presentase
Tengah No
Nilai
Frekuensi
(xi)
fi.xi
(%)
Keterangan
1.
38—43
1
40,5
40,5
2,78
belum tuntas
2.
44—49
0
46,5
0
0
belum tuntas
3.
50—55
14
52,5
735
38,89
belum tuntas
4.
56—61
6
58,5
351
16,67
belum tuntas
5.
62—67
4
64,5
258
11,11
tuntas
6.
68—73
7
70,5
494
19,44
tuntas
7.
74—79
4
76,5
306
11,11
tuntas
2184
100
Jumlah
36
Nilai Rata-Rata = 2184:36 = 60,67
commit to user
Ketuntasan Klasikal = (21:36) x 100% = 41,67%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
187 Nilai Tertinggi = 77 Nilai Terendah = 41
Tabel 4.1 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.1 berikut:
16
14
14
frekuensi
12 10 8
7
6
6
4
4
4 1
2
0
0 0
38-43
44-49
50-55
56-61
62-67
68-73
74-79
interval nilai
Gambar 4.1 Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Pratindakan Berdasarkan tabel dan gambar 4.1 menyatakan bahwa nilai membaca pemahaman cerita anak pada prasiklus dengan panjang kelas 6 dan jumlah kelas 7, diperoleh data siswa dengan rentang nilai 38—43 sebanyak 1 siswa atau 2,8%, siswa dengan rentang nilai 44—49 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa dengan rentang nilai 50—55 sebanyak 14 siswa atau 38,9%, siswa dengan rentang nilai 56—61 sebanyak 6 siswa atau 16,7%, siswa dengan rentang nilai 62—67 sebanyak 4 siswa atau 11,1%, siswa dengan rentang nilai 68—73 sebanyak 7 siswa atau 19,4%, sedangkan siswa dengan rentang nilai 74—79 sebanyak 4 siswa atau 11,1%. Nilai terendah yaitu 41, nilai tertinggi yang dicapai ialah 77, sedangkan nilai rata-rata 60,67 dengan ketuntasan 41,67%. Ada 15 siswa yang mendapat nilai ≥62 (KKM) sedangkan sisanya, 21 siswa masih di bawah KKM. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rekapitulasi nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata dapat diamati pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Nilai Rata-Rata pada Pratindakan
No
Keterangan
Pratindakan
1
Nilai tertinggi
77
2
Nilai terendah
41
3
Nilai rata-rata
60,67
4
Ketuntasan
41,67%
Untuk memperjelas rekapitulasi nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata siswa pada pratindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
77 80 61
70 60
41,67%
41
50 40 30 20 10 0 Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai rata-rata
Ketuntasan
Gambar 4.2 Grafik Rekapitulasi Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Nilai RataRata pada Pratindakan Berdasarkan tabel dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban belum mencapai KKMdengan jumlah 21 siswa, sedangkan yang tuntas KKM (≥62) sebesar 41,67% atau 15 siswa. Nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
189
tertinggi yang diperoleh yaitu 77 dan nilai terendah 41. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa ialah 60,67 dan belum tuntas KKM.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari dua pertemuan, Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit). Masing-masing tindakan serta tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap siklus dapat dijelaskan dalam uraian berikut. 1. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4x35 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 April 2012. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan berikut: 5) Menentukan kompetensi dasar mengenai menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat sesuai silabus (lampiran 4). 6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, serta sistem penilaian (lampiran 5). 7) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung,. Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain: f) Tempat duduk dirapikan dan disusun per individu. g) Media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini tidak dominan karena menekankan pada metode, bukan media. Media commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang digunakan yaitu slide tahap-tahap metode SQ3R, LCD, dan teks cerita anak ―Gerhana Bulan.‖ h) Sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran yang utama ialah buku bahasa Indonesia kelas V karya Umri Nur‘aini dan Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia karya H. Suyatno, dkk. i) Menyiapkan soal evaluasi siswa dan kriteria penilaian (lampiran 8). j) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 9) dan lembar penilaian kemampuan mengajar guru (lampiran 10). b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan I Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) dimulai setelah upacara bendera atau jam pelajaran ke-2 dan ke-3 (0735—08.45 WIB). Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IV SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo – karena ruang kelas V digunakan untuk try out kelas VI. Urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan Guru mengucapkan salam pembuka dan siswa menjawab salam dari guru. Lalu siswa berdoa bersama dipimpin oleh ketua kelas. Selesai berdoa, siswa memberi penghormatan kepada bendera merah putih yang ada di depan kelas dan memberi penghormatan kepada guru. Kegiatan dilanjutkan dengan presensi. Pada siklus I pertemuan pertama semua siswa masuk, tidak ada yang absen. Selanjutnya guru mengajak siswa bernyanyi lagu ―Ibu Kita Kartini‖ bertepataan dengan hari yang telah mereka peringati. Setelah dirasa siswa siap untuk menerima pelajaran, baru kemudian commit to jawab user untuk mengantarkan siswa dilaksanakan kegiatan tanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
191
masuk ke materi yang akan diajarkan. Pada tahap ini guru juga mulai menampilkan media dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Adapun tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah pengenalan metode SQ3R dan menemukan unsur-unsur intrinsik cerita anak.
b) Kegiatan Inti Kegiatan inti meliputi 3 tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Berikut ini dijelaskan secara detail kegiatankegiatan pada tiap-tiap tahap: Pada tahap eksplorasi guru menjelaskan pengertian membaca. Di sela-sela penjelasannya, guru bertanya kepada siswa, ―Siapa di antara kalian yang gemar membaca?‖ Beberapa siswa mengangkat tangan, ―Bacaan apa saja yang kalian senangi?‖ Ada siswa yang menjawab suka membaca komik, majalah anak-anak, cerita anak, legenda, cerita detektif, dll. Dari sini guru mulai mengenalkan materi dengan bertanya, ―Bagaimana kalau kita belajar membaca cerita anak? Kalian suka tidak?‖ Sementara itu guru mulai mengenalkan metode membaca SQ3R kepada siswa. Setelah siswa paham, guru mengingatkan kembali unsurunsur intrinsik cerita yang telah mereka pelajari bersama guru kelas. Sebagian besar siswa masih ingat unsur-unsur intrinsik cerita sehingga tidak perlu waktu lama guru membagikan lembar evaluasi. Masuklah pada tahap elaborasi. Pada tahap elaborasi, guru membimbing siswa untuk memahami dan mempelajari cerita anak yang berjudul ―Gerhana Bulan‖ dengan metode SQ3R. Mula-mula guru menuntun siswa untuk melakukan tahapan pertama dari SQ3R yaitu survey/survai (penjajagan) dengan cara mengenal judul cerita, membaca commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekilas/membaca cepat, memahami makna gambar ilustrasi, dan menghitung jumlah paragraf. Tahap kedua, question (membuat pertanyaan) dilakukan dengan menyusun pertanyaan menggunakan pola 5W+1H (what, where, when, who, why, how). Guru menjelaskan bahwa dari pola ini sekaligus ditemukan sebagian unsur-unsur intrinsik cerita anak. Misalnya, where untuk latar tempat, when untuk latar waktu, who untuk tokoh-tokoh, why dan how bisa membantu menemukan unsur watak/karakter tokoh. Setiap siswa menyusun daftar pertanyaan ini di buku tugas sambil sesekali guru memberikan bimbingan bagi siswa yang belum paham. Tahap ketiga, read (membaca) cerita. Setelah siswa menyusun daftar pertanyaan, mereka ditugasi untuk membaca cerita secara menyeluruh. Guru memberi trik-trik membaca cepat dengan pemahaman tinggi diantaranya membaca tanpa bersuara, tidak menunjuk teks bacaan dengan jari, sebarkan pandangan pada seluruh teks, tidak membaca teks per kata tetapi per kalimat, tidak terfokus pada kata-kata sulit, dan memberi perhatian lebih hanya pada bagian-bagian yang penting dari teks cerita anak. Pada tahap ini (read) siswa membaca sambil mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pada tahap sebelumnya (question). Recite (menceritakan kembali) dilakukan secara berpasangan dengan teman sebangkunya. Tahap ini akan diulangi lagi pada pertemuan kedua. Recite pada pertemuan pertama hanya dilakukan secara singkat dan dinilai oleh teman sebaya sehingga tidak masuk dalam penilaian guru karena sifatnya sebagai pengantar untuk mengerjakan soal evaluasi. Kegiatan konfirmasi merupakan bagian akhir dari inti pembelajaran. Guru memberi umpan balik dan tanggapan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Siswa diberi kesempatan to yang user sulit atau bagian cerita yang untuk menanyakancommit kosakata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
193
belum dipahami. Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis dengan bentuk soal esai. c) Penutup Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membahas jawaban soal evaluasi secara singkat setelah terlebih dahulu pekerjaan siswa dikumpulkan. Guru dan siswa secara bersama-sama merangkum jalannya pembelajaran dan menanyakan kembali pada siswa tentang materi apa saja yang telah dipelajari. Siswa diberi tugas rumah untuk menceritakan kembali secara lisan cerita anak ―Gerhana Bulan.‖ Selain itu guru memberikan motivasi agar siswa lebih giat belajar dan menyukai kegiatan membaca. 2) Pertemuan II Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 April 2012 jam pelajaran ke-3 dan ke-4 (pukul 08.10—09.35 WIB) setelah jam pelajaran bahasa Inggris. Penelitian tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Lokasi penelitian tindakan masih berada di ruang kelas IV SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo. Urutan Pelaksanaan Tindakan Kelas dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Pendahuluan Kegiatan pembelajaran dibuka dengan ucapan salam dari guru kemudian siswa menjawab salam dari guru. Guru bertanya apakah siswa sudah berdoa sebelum memulai pelajaran? Siswa menjawab sudah. Kemudian guru melakukan kegiatan presensi, mengkondisikan siswa untuk menyiapkan diri mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus I pertemuan kedua ini semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran, tidak ada yang absen. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menemukan ide-ide pokok pada cerita anak dan menceritakannya secara lisan. commit to user b) Kegiatan Inti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada tiga tahap dalam kegiatan inti, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang ketiganya merupakan kelanjutan maupun pengulangan dari pembelajaran pada pertemuan pertama yang lalu. Berikut penjelasannya masing-masing: Kegiatan inti diawali dengan tahap eksplorasi. Pada tahap ini guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari kemarin. Guru bertanya, ―Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari kemarin?‖ Siswa menjawab bersahutan. Sebagian besar siswa masih ingat mereka kemarin mempelajari tentang metode SQ3R, unsur-unsur intrinsik cerita, dan cerita anak ―Gerhana Bulan.‖ Tiga siswa ditunjuk secara acak dan diberi pertanyaan seputar materi kemarin dan ternyata mereka masih mengingatnya dengan baik. Elaborasi dimulai dengan membuka kembali daftar pertanyaan yang ditulis siswa pada tahap question pada pertemuan sebelumnya. Guru menjelaskan cara-cara menemukan ide pokok dalam cerita anak dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak kemudian anak dilatih mencari ide-ide pokok tiap-tiap paragraf. Cerita anak yang digunakan masih sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu ―Gerhana Bulan.‖ Dalam metode SQ3R, kegiatan mencari ide-ide pokok ini termasuk pada tahap survey. Elaborasi dilaksanakan secara singkat karena evaluasi akan dilakukan secara lisan dengan menceritakan kembali cerita anak ―Gerhana Bulan‖ yang memakan waktu lama. Pada tahap konfirmasi inilah guru kembali mengambil nilai evaluasi membaca pemahaman kepada siswa dengan menceritakan kembali (recite) secara lisan cerita ―Gerhana Bulan.‖ Siswa maju satu per satu menceritakan kembali ―Gerhana Bulan‖ dengan bahasanya sendiri. Sebagian besar siswa telah menyiapkan diri pada malam sebelumnya dengan membuat catatan kecil berisi poincommit to ―Gerhana user poin penting dari cerita anak Bulan.‖ Saat salah satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
195
siswa maju siswa yang lain berlatih bercerita dengan bantuan catatan kecil mereka. Kegiatan ini terpotong jam istirahat tetapi tidak sampai mengganggu kelancaran pembelajaran. Siswa dan guru menjalin kesepakatan untuk istirahat tepat waktu dan masuk kelas tepat waktu. Tidak semua siswa bercerita secara penuh agar semua mendapat giliran dan pembelajaran selesai tepat waktu. Guru menghentikan siswa di pertengahan cerita jika dirasa siswa tersebut menguasai dan memahami cerita dengan baik yang ditandai dengan kelancaran dalam menuturkan, sikap yang tenang, dan sistematis sesuai dengan kronologi cerita. Tahap terakhir dari metode SQ3R yaitu review, dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan siswa. Guru melakukan peninjauan dan penilaian terhadap siswa yang maju menceritakan kembali cerita anak ―Gerhana Bulan‖ sementara siswa lain memperhatikan dan menyimak. Jika ada kekeliruan, guru akan meminta bantuan siswa yang di belakang untuk membenarkan kelanjutan cerita yang dilisankan oleh siswa yang maju. c) Penutup Kegiatan penutup diisi dengan motivasi-motivasi dari guru serta pesan-pesan agar anak gemar membaca. Guru juga mengajak siswa menyimpulkan dan mengulang secara sekilas tentang materi yanag telah dipelajari pada pertemuan ini. c. Observasi Pada tahap observasi, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dan penilaian terhadap kemampuan mengajar guru (mahasiswa peneliti). Penilaian observasi aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti sesuai dengan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 9) yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan lembar penilaian kemampuan commit10) to user mengajar guru/peneliti (lampiran diisi oleh guru kelas V.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Observasi khususnya ditujukan pada kegiataan/aktivitas siswa selama pembelajaran dan kemampuan mengajar guru peneliti. Penilaian aktivitas siswa meliputi: kedisiplinan siswa, kesiapan siswa menerima pelajaran, keaktifan siswa, kemampuan siswa melaksanakan tugas, kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam proses penugasan, kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi, dan perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru peneliti (lampiran 9). Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I masuk dalam kategori cukup. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 8. Sedangkan nilai kemampuan mengajar guru sudah baik (lampiran 10). Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus I
No 1. 2. 3.
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II Rata-Rata Skor
Skor 2,3 2,9 2,6
Dari tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.3 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
197
2,9 3
2,6 2,3
2.5 2 1.5 1 0.5 0 Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata skor
Gambar 4.3 Grafik Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus I Dari tabel dan gambar 4.3 menyatakan bahwa pada siklus I pertemuan pertama, nilai aktivitas siswa adalah 2.3 dan termasuk kategori cukup. Pada siklus I pertemuan kedua, nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 2.9, masih termasuk dalam kategori cukup. Hasil pengamatan kemampuan mengajar guru dapat dilihat pada lampiran 10. Penilaian kemampuan mengajar guru meliputi tujuh aspek kemampuan guru, yaitu: (1) pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran dengan nilai 3,5 termasuk dalam kategori baik, (2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran bernilai 3,3 kategori baik, (3) pengelolaan interaksi kelas mendapat nilai 3,3 dalam kategori baik, (4) sikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar dengan nilai 3,5 termasuk kategori baik, (5) melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar dengan nilai 4 kategori sangat baik, (6) kesan umum kerja guru bernilai 4 dan dalam kategori sangat baik, dan (7) kegiatan penyampaian materi dengan metode SQ3R dengan nilai 4 kategori sangat baik. Hasil nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak commit to user mengalami peningkatan dibandingkan saat tahap pratindakan. Peneliti juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menaikkan KKM dari 62 menjadi 65 dengan persetujuan guru kelas V. Tabel 4.4 berikut ini menunjukkan nilai hasil keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus 1 Interval
Frekuensi
Nilai tengah
No
nilai
(fi)
(xi)
fi.xi
Presentase
Keterangan
1
44—50
3
47
141
8,10
belum tuntas
2
51—57
1
53
53
2,70
belum tuntas
3
58—64
2
61
122
5,4
belum tuntas
4
65—71
7
68
476
18,92
tuntas
5
72—78
15
75
1125
40,54
tuntas
6
79—85
5
82
410
13,51
tuntas
7
86—92
4
89
356
10,81
tuntas
2683
100
Jumlah
37
Nilai Rata-Rata = 2683:37 = 72,51 Ketuntasan Klasikal = (31:37) x 100% = 83,78% Nilai Tertinggi = 90,5 Nilai Terendah = 44
Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.4 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
199 15
16 14
frekuensi
12 10 7
8
5
6 3
4 2
1
0
4
2
0 0
44-50
51-57
58-64
65-71
72-78
79-85
86-92
interval nilai
Gambar 4.4 Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus I Dari tabel dan gambar 4.4 dengan panjang kelas 7 dan jumlah kelas 7, menyatakan bahwa siswa dengan rentang skor 44—50 sebanyak 3 siswa atau 8,10%, siswa dengan rentang skor 51—57 sebanyak 1 siswa atau 2,70%, siswa dengan rentang skor 58—64 berjumlah 2 siswa atau 5,4%, siswa dengan rentang skor 65—71 sebanyak 7 siswa atau 18,92%, siswa dengan rentang skor 72—78 sebanyak 15 siswa atau 40,54%, siswa dengan rentang skor 79—85 berjumlah 5 siswa atau 13,51%, dan siswa dengan rentang skor tertinggi yaitu 86—92 berjumlah 4 siswa atau 10,81%. Nilai terendah 44, nilai tertinggi 90,5. Sedangkan nilai rata-rata 72,51 dan ketuntasan 83,78%. Berdasarkan data pratindakan dan data siklus I dapat dilihat adanya peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Peningkatan itu meliputi peningkatan nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan ketuntasan. Data peningkatan nilai dari pratindakan ke siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita commitke to Siklus user I Anak dari Pratindakan
perpustakaan.uns.ac.id
NoNo
digilib.uns.ac.id
Keterangan
Pratindakan
Siklus I
1. Nilai Terendah
41
44
2. Nilai Tertinggi
77
90,5
3. Nilai Rata-Rata
60,67
72,51
41,67%
83,78%
4. Ketuntasan
Tabel 4.5 dapat dinyatakan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar 4.5 berikut:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
90,5 77
83,78% 72,51 60,67 Pra tindakan
41 44
Nilai terendah
41,67%
Nilai tertinggi
Siklus 1
Rata-rata Ketuntasan nilai klasikal
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan ke Siklus I Tabel dan gambar 4.5 menyatakan adanya peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak dari pratindakan ke siklus I. Nilai terendah meningkat dari 41 pada pratindakan menjadi 44 pada siklus I. Nilai tertinggi meningkat dari 77 pada pratindakan menjadi 90,5 pada siklus I. Nilai rata-rata meningkat dari 60,67 pada pratindakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
201
menjadi 72,51 pada siklus I. Ketuntasan juga meningkat dari 41,67% pada pratindakan menjadi 83,78% pada siklus I. Dengan demikian target siklus I telah tercapai. Target yang direncanakan
yakni
adanya
peningkatan
keterampilan
membaca
pemahaman cerita anak dengan presentase 70% siswa tuntas mencapai KKM (≥65), sedangkan hasil yang dicapai pada sikklus I telah melampaui target dengan presentase ketuntasan 83,78% siswa berhasil mencapai KKM (≥65). d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes yang telah dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas melakukan refleksi untuk menemukan
kelemahan-kelemahan
yang
terjadi
selama
proses
pembelajaran siklus I. Kelemahan siklus I yaitu: peneliti tidak mengisi jurnal kelas (pada pertemuan pertama), peneliti kurang mengorganisasikan dan mengembangkan materi pembelajaran, tergesa-gesa masuk ke materi tanpa mengecek pemahaman awal siswa terlebih dahulu, penjelasan unsurunsur intrinsik cerita masih kurang, dan pada pertemuan kedua siswa sudah mulai bosan dengan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti disebabkan siswa sudah paham dengan langkah-langkah metode SQ3R dan memahami bacaan. Adapun alternatif solusi yang ditawarkan oleh guru kelas adalah mengisi jurnal kelas, lebih mengembangkan materi pembelajaran dengan sistematis, menambah porsi untuk tahap eksplorasi dan mengecek tingkat pemahaman awal siswa sebelum masuk ke materi, pembentukan kelompok-kelompok dalam melakukan tahapan-tahapan metode SQ3R agar siswa tidak bosan dan masing-masing memiliki rasa tanggung jawab, dan menggunakan media lain yang berbeda dengan media pada siklus I. 2. Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 x 35 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 April 2012 dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 April 2012. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui sudah ada peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Namun, target akhir yakni 85% siswa mencapai KKM (≥65) belum tercapai. Proses pembelajaran yang dilalukan peneliti juga masih terdapat adanya beberapa kekurangan sebagaimana yang diuraikan pada tahap refleksi. Oleh karena itu, peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas, maka perencanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus II ini meliputi tahap-tahap: 4) Menyiapkan alternatif pemecahan masalah yang menjadi kekurangan pada siklus I, yaitu: e) Peneliti menyiapkan pengembangan materi yang relevan dengan materi pokok. f) Menambah waktu untuk tahap eksplorasi dan tidak lupa mengecek pemahaman awal siswa sebelum masuk ke materi yang baru. g) Membentuk kelompok-kelompok untuk melaksanakan tahapantahapan metode SQ3R. h) Menyiapkan media pembelajaran yang berbeda dengan media yang digunakan apda siklus I. 5) Menentukan kompetensi dasar mengenai menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat sesuai silabus (lampiran 4). 6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, serta sistem penilaian (lampiran 14). 8) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
203
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain: f) Tempat duduk dirapikan dan disusun per kelompok g) Media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini tidak dominan karena menekankan pada metode, bukan media, Media yang digunakan yaitu bagan tahap-tahap metode SQ3R dan unsurunsur intrinsik cerita yang disajikan pada kertas karton, dan teks cerita anak. h) Sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran utama pada siklus II ini yaitu dari buku bahasa Indonesia kelas V karya Sri Murni dan Ambar Widianingtyas dan Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia V karya H. Suyatno. i) Menyiapkan soal evaluasi siswa dan kriteria penilaian (lampiran 17). j) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 18) dan lembar penilaian kemampuan mengajar guru (lampiran 19). b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan Pertama Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian tindakan berlangsung pada jam pelajaran ke-4 dan ke-5 (09.00—10.10) atau setelah istirahat pertama. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo. Urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan Setelah
semua
siswa
masuk
kelas,
guru
mulai
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, commit user mengucapkan salam, dan tomenumbuhkan motivasi siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata-kata mutiara. Guru tidak melakukan presensi dengan memanggil satu per satu tetapi cukup bertanya, ―Siapa yang tidak masuk hari ini?‖ Hal ini dilakukan karena pada jam pelajaran pertama guru kelas sudah melakukan presensi. Setelah
menyampaikan
tujuan
pembelajaran,
guru
melakukan apersepsi dengan mengulas materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Sebagian besar siswa masih ingat langkah-langkah metode SQ3R, unsur-unsur intrinsik cerita, dan bahkan bisa mengemukakan tanggapan terhadap cerita anak ―Gerhana Bulan,‖ menyebutkan bagian mana yang disukai dan tidak disukai beserta alasannya. Selanjutnya guru memasang media berupa bagan langkahlangkah metode SQ3R dan contoh bacaan pendek yang nanti akan dianalisis bersama. Seorang siswa secara sukarela menawarkan diri untuk membantu peneliti memasang media. b) Kegiatan Inti Seperti pada siklus I, kegiatan inti pada siklus II meliputi tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Berikut ini diuraikan secara rinci tiap-tiap tahapan: Pada tahap eksplorasi, guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dibacanya dalam waktu seminggu terakhir. Apakah siswa juga mulai menerapkan metode SQ3R untuk memahami suatu bacaan? Bagaimana kalau kita mulai menerapkan metode SQ3R untuk berbagai jenis bacaan dan dalam berbagai mata pelajaran yang mungkin? Sebagian besar siswa menjawab siap. Tahap elaborasi dimulai dengan membaca teks pendek yang ada pada media dan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya bersama-sama. Setelah siswa paham, guru membagikan teks cerita anak berjudul ―Berani Berkata Jujur.‖ commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
205
Jika pada siklus I metode SQ3R digunakan secara individu, maka pada siklus II divariasi secara berkelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam siswa. Guru kembali membimbing siswa untuk melakukan tahapan pertama dari SQ3R yaitu survey/survai (penjajagan) dengan cara mengenal judul cerita, membaca sekilas/membaca cepat, memahami makna gambar ilustrasi, dan menghitung jumlah paragraf. Tahap kedua, question (membuat pertanyaan) dilakukan dengan menyusun pertanyaan menggunakan pola 5W+1H (what, where, when, who, why, how). Guru menjelaskan bahwa dari pola ini sekaligus ditemukan sebagian unsur-unsur intrinsik cerita anak, Misalnya, where untuk latar tempat, when untuk latar waktu, who untuk tokoh-tokoh, why dan how bisa membantu menemukan unsur watak/karakter tokoh. Setiap siswa menyusun daftar pertanyaan ini di buku tugas sambil sesekali guru memberikan bimbingan bagi siswa yang belum paham. Tahap ketiga, read (membaca) cerita secara keseluruhan, Setelah siswa menyusun daftar pertanyaan, mereka ditugasi untuk membaca cerita secara menyeluruh. Tahap ini sekaligus digunakan siswa untuk mencari jawaban yang telah disusun pada tahap sebelumnya (question). Setelah membaca secara keseluruhan dan menemukan jawaban, siswa melakukan tahap recite (menceritakan kembali). Recite (menceritakan kembali) dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok menceritakan kembali secara utuh. Jadi, satu cerita diceritakan kembali oleh beberapa siswa secara bergantian dalam satu kelompok. Kegiatan ini berada dalam pantauan guru tetapi tidak masuk dalam penilaian karena sifatnya hanya sebagai pengantar menuju tahap selanjutnya (review). Untuk tahap review dilakukan secara individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap terakhir dari kegiatan inti yaitu konfirmasi. Selesai diskusi kelompok, siswa kembali ke tempat duduknya masingmasing dan guru membagikan lembar evaluasi. Pada siklus kedua ini siswa lebih lancar dalam menerapkan langkah-langkah metode SQ3R daripada siklus pertama. Terbukti, sedikit siswa yang bertanya. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu di bawah pengawasan dari guru. Dalam hal ini guru juga melakukan penilaian aktivitas siswa. c) Penutup Bagian akhir dari pembelajaran ialah kegiatan penutup. Selesai
mengerjakan
soal
evaluasi,
siswa
mengumpulkan
pekerjaannya. Selanjutnya siswa bersama guru membahas jawaban soal evaluasi secara singkat. Setelah itu guru bersama siswa mengulas kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini, menyimpulkan kegiatan pembelajaran, dan mengingatkan kepada siswa agar membiasakan membaca dengan metode SQ3R serta sekali lagi memberi motivasi. Tidak lupa guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari dan menceritakan secara lisan cerita anak ―Berani Berkata Jujur‖ pada pertemuan berikutnya, 2) Pertemuan Kedua Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian tindakan berlangsung pada jam pelajaran ke-2 dan ke-3 (07.35—08.45) atau setelah upacara bendera. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 02 Tuban, Gondangrejo. Urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan Terlebih dahulu guru mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas dan member commit to user penghormatan kepada bendera merah putih yang ada di depan kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
207
seerta penghormatan kepada guru. Guru melakukan presensi dan yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 3 siswa. Guru memberi apersepsi dengan bertanya kepada siswa tentang apa isi amanat yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah. Kebetulan isi amanat tersebut relevan dengan tema cerita anak yang akan dibahas yakni pentingnya memiliki sifat-sifat terpuji. Di antara sifat terpuji yang disampaikan dalam amanah kepala sekolah terdapat sifat jujur – sifat ini terkait dengan tema cerita anak yang akan dipelajari, Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran beserta materi yang akan dipelajari. b) Kegiatan Inti Pada tahap ekplorasi, mula-mula guru bertanya kepada siswa, ―Anak-anak, siapa yang tadi malam mempelajari cerita ―Berani Berkata Jujur?‖ ―Coba siapa yang masih ingat bagaimana alur ceritanya?‖ Siswa menjawab dengan berebut dan bersahutsahutan. Sebagian besar siswa masih mengingat dengan baik alur cerita ―Berani Berkata Jujur.‖ Pada tahap elaborasi, siswa membuka kembali daftar pertanyaan cerita ―Berani Berkata Jujur‖ yang mereka tulis di buku tugas. Kemudian guru menanyakan apakah siswa sudah menulis poin-poin penting dari cerita tersebut sebagaimana yang mereka lakukan pada siklus pertama. Siswa menjawab sudah. Secara acak, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca poin-poin penting yang telah mereka tulis dari cerita ―Berani Berkata Jujur‖ dan memberi tanggapan serta umpan balik kepada siswa. Dalam metode SQ3R, kegiatan ini masuk dalam tahap review (meninjau ulang). Bagian elaboarsi berlangsung secara singkat karena perlu lebih banyak waktu yang digunakan untuk tahap konfirmasi. Akhir dari kegiatan inti ialah konfirmasi. Pada tahap konfirmasi inilah guru kembali mengambil nilai evaluasi membaca commit user menceritakan kembali (recite) pemahaman kepada siswatodengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara lisan cerita ―Berani Berkata Jujur.‖ Siswa maju satu per satu menceritakan kembali ―Berani Berkata Jujur‖ dengan bahasanya sendiri. Sebagian besar siswa telah menyiapkan diri pada malam sebelumnya dengan membuat catatan kecil berisi poin-poin penting dari cerita anak ―Berani Berkata Jujur.‖ Saat salah satu siswa maju siswa yang lain berlatih bercerita dengan bantuan catatan kecil mereka. Tidak semua siswa bercerita secara penuh agar semua mendapat giliran dan pembelajaran selesai tepat waktu. Guru menghentikan siswa di pertengahan cerita jika dirasa siswa tersebut menguasai dan memahami cerita dengan baik yang ditandai dengan kelancaran dalam menuturkan, sikap yang tenang, dan sistematis sesuai dengan kronologi cerita. Tahap terakhir dari metode SQ3R yaitu review, dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan siswa. Guru melakukan peninjauan dan penilaian terhadap siswa yang maju menceritakan kembali cerita anak ―Berani Berkata Jujur‖ sementara siswa lain memperhatikan dan menyimak. Jika ada kekeliruan, guru akan meminta bantuan siswa yang di belakang untuk membenarkan kelanjutan cerita yang dilisankan oleh siswa yang maju. Selain itu, guru mengadakan penilaian aktivitas siswa (lampiran 18). c) Penutup Kegiatan penutup diisi dengan motivasi-motivasi dari guru serta pesan-pesan agar anak gemar membaca. Guru juga mengajak siswa menyimpulkan dan mengulang secara sekilas tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. c. Observasi Pada tahap observasi, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk
melakukan
pengamatan
terhadap
aktivitas
siswa
selama
pembelajaran dan penilaian terhadap kemampuan mengajar guru commitobservasi to user aktivitas siswa dilakukan oleh (mahasiswa peneliti). Penilaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
209
peneliti sesuai dengan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 18) yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan lembar penilaian kemampuan mengajar guru/peneliti (lampiran 19) diisi oleh guru kelas V. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Observasi khususnya ditujukan pada kegiataan/aktivitas siswa selama pembelajaran dan kemampuan mengajar guru peneliti. Penilaian aktivitas siswa meliputi: kedisiplinan siswa, kesiapan siswa
menerima
pelajaran,
keaktifan
siswa,
kemampuan
siswa
melaksanakan tugas, kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam proses penugasan, kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi, dan perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru peneliti (lampiran 18). Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II masuk dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 18. Sedangkan nilai kemampuan mengajar guru juga masuk dalam kategori baik (lampiran 17). Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus II
No Keterangan
Skor
1.
Pertemuan I
3,3
2.
Pertemuan II
3,7
3.
Rata-Rata Skor
3,5
Untuk lebih jelasnya, tabel 4.6 juga dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar 4.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3,7 3.7 3,5
3.6 3.5 3.4
3,3
3.3 3.2 3.1 Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata skor
Gambar 4.6 Grafik Nilai Aktivitas Siswa pada Siklus II Dari tabel dan gambar 4.6 diketahui bahwa pada siklus II pertemuan pertama, nilai aktivitas siswa adalah 3,3 dan termasuk kategori baik. Pada siklus II pertemuan kedua, nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 2,9, masih termasuk dalam kategori cukup. Hasil pengamatan kemampuan mengajar guru dapat dilihat pada lampiran 19. Penilaian kemampuan mengajar guru meliputi tujuh aspek kemampuan guru, yaitu: (1) pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran dengan nilai 4 termasuk dalam kategori sangat baik, (2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran bernilai 3,7 kategori baik, (3) pengelolaan interaksi kelas mendapat nilai 3,7 dalam kategori baik, (4) sikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar dengan nilai 3,5 termasuk kategori baik, (5) melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar dengan nilai 4 kategori sangat baik, (6) kesan umum kerja guru bernilai 3,5 dan dalam kategori baik, dan (7) kegiatan penyampaian materi dengan metode SQ3R dengan nilai 4 kategori sangat baik. Hasil nilai evaluasi keterampilan membaca pemahaman cerita anak mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I (lampiran 20). Tabel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
211
4.7 berikut ini menunjukkan nilai hasil keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus II
Interval
Frekuensi Nilai
Presentase
Keterangan
No Nilai
(fi)
Tengah (xi)
fi.xi
(%)
1.
59—65
3
62
186
8,11
belum tuntas
2.
66—72
9
69
621
24,32
tuntas
3.
73—79
4
76
304
10,81
tuntas
4.
80—86
10
83
830
27,03
tuntas
5.
87—93
1
90
90
2,70
tuntas
6.
94—100
10
97
970
27,03
tuntas
Jumlah
37
3001 100
Nilai Rata-rata = 3001:37 = 81,11 Ketuntasan = (34/37) x 100% = 91,89% Nilai Tertinggi = 100 Nilai Terendah = 60
Lebih jelasnya, tabel 4.7 juga dapat dinyatakan dalam bentuk grafik sebagaimana yang tertera pada gambar 4.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 10 10
10
9
frekuensi
8 6 4 4
3
2
1
0 Nilai
59—65
66—72
73—79
80—86
87—93
94—100
interval nilai
Gambar 4.7 Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak pada Siklus II Berdasarkan tabel dan gambar 4.7 dengan jumlah kelas 7 dan panjang kelas 7 dapat diketahui bahwa siswa dengan rentang skor 52—58 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa dengan rentang skor 59—65 berjumlah 3 siswa atau 8,11%, siswa dengan rentang skor 66—72 berjumlah 9 siswa atau 24,31%, siswa dengan rentang skor73—79 sebanyak 4 siswa atau 10,81%, siswa dengan rentang skor 80—86 sebannyak 10 siswa atau 27,03%, siswa dengan rentang skor 87—93 berjumlah 1 siswa atau 2,70%, terakhir siswa dengan rentang skor 94—100 sebanyak 10 siswa atau 27,03%. Sedangkan untuk ketuntasan mencapai 91,89% dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 60, dan nilai rata-rata 81,11. Berdasarkan data pada siklus I dan data pada siklus II dapat dilihat adanya peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Peningkatan itu meliputi peningkatan nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan ketuntasan. Data peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita commit to userII Anak dari Siklus I ke Siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
213
No Keterangan
Siklus I
Siklus II
1.
Nilai terendah
44
60
2.
Nilai tertinggi
90,5
100
3.
Rata-rata nilai klasikal
72,51
81,11
4.
Ketuntasan
83,78%
91,89%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dibuat grafik seperti yang terlihat pada gambar 4.8 di bawah ini.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 90,5 81,11 72,51
91,89% 83,78%
60 44
Siklus 1 Siklus 2
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata Ketuntasan nilai klasikal
Gambar 4.8 Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Siklus I ke Siklus II Dari tabel dan gambar 4.8 terlihat adanya peningkatan nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai klasikal, dan ketuntasan. Nilai terendah 44 pada siklus I meningkat menjadi 60 pada siklus II. Nilai tertinggi 90,5 pada siklus I meningkat menjadi 100 pada siklus II. Nilai rata-rata naik dari 72,51 pada siklus I menjadi 81,11 pada siklus II. Ketuntasan naik dari 83,78% pada siklus I menjadi 91,89% pada siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian target siklus II telah tercapai. Target yang direncanakan
yakni
adanya
peningkatan
keterampilan
membaca
pemahaman cerita anak dengan presentase 85% siswa tuntas mencapai KKM (≥65), sedangkan hasil yang dicapai pada sikklus II telah melampaui target dengan presentase ketuntasan 91,89% siswa berhasil mencapai KKM (≥65). Dari hasil yang telah dicapai sesuai target, maka tidak perlu diadakan perencanaan siklus III. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes yang telah dilaksanakan oleh guru dan peneliti, maka guru dan peneliti melakukan refleksi. Kelemahankelemahan yang ditemukan pada siklus I ternyata dapat diatasi pada siklus II. Kemampuan guru mengajar pada siklus II memperoleh skor rata-rata 3,8 dalam kriteria baik. Aktivitas siswa pada siklus II memperoleh nilai ratarata 3,5 termasuk dalam criteria baik. Terlihat pula pada siklus II jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM (≥65) meningkat menjadi 91,89% atau 1 siswa dari 37 siswa, dengan nilai rata-rata 81,11 sesuai indikator yang telah ditetapkan. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil sesuai indikator keberhasilan yaitu 85% dari 37 siswa nilainya mencapai KKM (≥65), sehingga tidak perlu diadakan tindakan ke siklus berikutnya.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus Penerapan metode SQ3R telah memberikan peningkatanyang signifikan terhadap nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak bagi siswa. Peneliti mengamati bahwa hasil observasi siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dari Siklus I ke Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
215
No
Keterangan
Siklus I
Siklus II
1.
Pertemuan I
2,3
3,3
2.
Pertemuan II
2,9
3,7
3.
Rata-Rata Skor
2,6
3,5
Data pada tabel 4.9 dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada gambar 4.9.
3,7
4 3.5
2,9
3 2.5
3,5
3,3 2,6 2,3
Siklus I
2
Siklus II
1.5 1 0.5 0 Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-Rata Skor
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dari Siklus I ke Siklus II Dari tabel dan gambar 4.9 dapat dilihat adanya peningkatan hasil observasi aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I pertemuan pertama diperoleh skor 2,3 dan pertemuan kedua 2,9. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 3,3 pada pertemuan pertama dan 3,7 pada pertemuan kedua. Rata-rata dari siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan, yaitu 2,6 pada siklus I dan 3,5 pada siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil observasi aktivitas siswa ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan lampiran 18. Hasil perolehan penilaian kemampuan guru mengajar mengalami peningkatan pula. Data peningkatan penilaian kemampuan gurumengajar dapat diamati pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru Mengajar dari Siklus I ke Siklus II
No
Keterangan
Skor
1.
Siklus I
3,7
2.
Siklus II
3,8
3.
Rata-Rata
3,75
Tabel 4.10 di atas bisa juga ditampilkan dalam bentuk grafik sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.10 di bawah ini.
3,8 3.8 3.78
3,75
3.76 3.74 3.72
3,7
3.7 3.68 3.66 3.64 Siklus I
Siklus II
Rata-Rata
Gambar 4.10 Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru Mengajar dari Siklus I ke Siklus II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
217
Berdasarkan data pada tabel dan gambar 4.10 tampak adanya peningkatan nilai kemampuan guru mengajar. Pada siklus I nilai yang diperoleh guru 3,7 (termasuk dalam kategori baik) dan meningkat pada siklus II menjadi 3,8 (termasuk dalam kategori baik) sehingga nilai ratarata yang diperoleh yaitu 3,75 dan termasuk dalam kategori baik. Data perolehan nilai kemampuan guru mengajar ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 (siklus I) dan lampiran 19 (siklus II). Demikian juga perolehan nilai siswa dari pratindakan, siklus I, hingga siklus II terdapat kenaikan nilai baik nilai terendah, nilai tertinggi, maupun nilai rata-rata siswa serta ketuntasan. Peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak dari pratindakan, siklus I, dan siklus II tercantum pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan, Siklus I, hingga Siklus II Interval No
Nilai
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase (fi)
(%)
(fi)
(%)
(fi)
(%)
1.
38—46
1
2,78
1
2,70
0
0
2.
47—55
14
38,89
3
8,11
0
0
3.
56—64
7
19,44
2
5,40
2
5,40
4.
65—73
10
27,78
12
32,43
10
27,03
5.
74—82
4
11,11
15
40,54
5
13,51
6.
83—91
0
0
4
10,81
10
27,03
7.
92—100
0
0
0
0
10
27,03
Jumlah
36
100
37
100
37
100
Peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak dari pratindakan, siklus I, ke siklus II pada tabel 4.11 dapat disajikan pula dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar 4.11. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
14
15
12
frekuensi
10 10
10
10
10
7
5
4
3 11
0
pra tindakan
5
4
siklus I
22 0
0
00
siklus II
0 38-46
47-55
56-64
65-73
74-82
83-91
92-100
interval nilai
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak dari Pratindakan, Siklus I, hingga Siklus II Dari tabel dan grafik 4.11 dengan jumlah kelas 7 dan panjang kelas 9, dapat diperoleh hasil peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman cerita anak dari pratindakan hingga siklus II. Siswa dengan rentang nilai 38—46 pada pratindakan dan siklus I sebanyak 1 siswa atau 2,78% dan 2,70%. Sedangkan pada siklus II tidak ada. Siswa dengan rentang nilai 47—55 pada pratindakan sebanyak 14 siswa atau 38,89%, pada siklus II berkurang menjadi 3 siswa atau 8,11% dan pada siklus II tidak ada. Siswa dengan rentang nilai 56—64 pada prasiklus sejumlah 7 siswa atau 19,44%, pada siklus I dan siklus II berkurang menjadi 2 siswa atau sebesar 5,40%. Siswa dengan rentang skor 65—73 pada pratindakan sebanyak 10 siswa atau 27,78%, meningkat pada siklus II menjadi 12 siswa atau 32,43%, dan turun pada siklus II menjadi 10 siswa dengan presentase 27,03%. Siswa dengan rentang skor 74—82 sebanyak 4 siswa atau 11,11% pada pratindakan, meningkat menjadi 15 siswa atau 45,51% pada siklus I, dan menurun menjadi 5 siswa atau 13,51% pada siklus II. Siswa dengan rentang skor 83—91 tidak ada pada pratindakan, sedangkan pada siklus I sejumlah 4 siswa atau 10,81%, dan pada siklus II menjadi 10 siswa atau 27,03%. Siswa dengan rentang skor 92—100 pada pratindakan dan siklus I tidak ada, sedangkan pada siklus II ada 10 siswa atau 27,03%. Adapun perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
219
dan nilai rata-rata pada pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat diperhatikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Perbandingan Rekapitulasi Nilai Terendah, Nilai Rata-Rata, dan Nilai Tertinggi pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
No
Keterangan
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1.
Nilai terendah
41
44
60
2.
Nilai rata-rata
60,67
72,51
81,11
3.
Nilai tertinggi
77
90,5
100
Perbandingan rekapitulasi nilai terendah, nilai rata-rata, dan nilai tertinggi pada pratindakan, siklus I, dan siklus II pada tabel 4.10 di atas dapat disajikan pada gambar 4.12 berikut ini.
100 90,5
100 90
81,11 72,51
80 70
60
77
60,67
60 50
Pratindakan
41 44
Siklus I
40
Siklus II
30 20 10 0 Nilai terendah
Nilai rata-rata
Nilai tertinggi
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Nilai Terendah, Nilai Rata-Rata, dan Nilai Tertinggi pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Dari tabel dan grafik 4.10 dapat diamati adanya peningkatan nilai user tiap-tiap siklus. Pada pratindakan terendah, nilai rata-rata, dan nilai commit tertinggitopada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai terendah 41, meningkat menjadi 44 pada siklus I, dan 60 pada siklus II. Nilai rata-rata pada pratindakan 60,67, meningkat menjadi 72,51 pada siklus I, dan 81,11 pada siklus II. Sedangkan nilai tertinggi mengalami peningkatan dari 77 pada pratindakan, menjadi 90,5 pada siklus I, dan 100 pada siklus II. Pencapaian ketuntasan nilai siswa pada pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Nilai Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
No Keterangan
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
1.
Tuntas
15
31
36
2.
Belum tuntas
21
7
1
3.
Presentase ketuntasan
41,67%
83,78%
91,89%
Tabel 4.13 dapat dinyatakan dalam grafik sebagaimana yang tertera pada gambar 4.13.
40
36
35
31
30 25 20
21 Tuntas 15
Belum tuntas
15 7
10 5
1
0 Pratindakan
Siklus I
Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
221
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Terdapat 21 siswa pada pratindakan yang belum mencapai ketuntasan. Pada siklus I sudah mengalami peningkatan sehingga berkurang menjadi 7 siswa, sedangkan pada siklus II hanya terdapat 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan. Pada pratindakan terdapat 15 siswa yang nilainya telah mencapai ketuntasan. Pada siklus I telah mengalami peningkatan menjadi 31 siswa, sedangkan pada siklus II menjadi 36 siswa yang nilainya nilai ≥ 65 (KKM). Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat
digambarkan grafik perbandingan ketuntasan nilai siswa pada
pratindakan, siklus I, siklus II pada gambar 4.14 berikut ini:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
83,78%
91,89%
41,67%
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Peningkatan Presentase Ketuntasan Nilai Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Beradasarkan keterangan pada gambar 4.12 menyatakan bahwa pada pratindakan hanya terdapat 41,67% siswa yang nilainya telah mencapai ketuntasan. Pada siklus I mengalami kenaikan dua kali menjadi 83,78%, dan pada siklus II menjadi 91,89%. Sehubungan dengan indikator ketercapaian yang ditargetkan peneliti yaitu sejumlah 85% siswa mendapat nilai ≥ 65 (KKM), maka commit to user Penelitian Tindakan Kelas ini berhenti pada siklus II dengan ketuntasan 91,89%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pembahasan Hasil tes pratindakan membuktikan masih sedikitnya siswa yang tuntas KKM (≥65), yaitu sebesar 41,67% dari jumlah siswa. Wawancara dengan guru maupun siswa menunjukkan adanya metode pembelajaran yang masih bersifat satu arah (dari guru ke murid). Belum terjadi interaksi dua arah, apalagi multi arah. Hal ini meyebabkan siswa mudah bosan dengan pembelajaran membaca pemahaman yang disajikan oleh guru khususnya untuk materi cerita anak. Padahal, cerita anak sebenarnya merupakan bacaan yang amat digemari siswa jika saja disajikan secara menarik dengan metode membaca yang tepat. Observasi di lapangan menghasilkan temuan yang sama. Siswa kurang mampu menganalisis unsure-unsur intrinsik cerita anak yang disajikan oleh guru. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dengan segera terhadap proses pembelajaran yang tentunya juga akan meningkatkan hasil pembelajaran yang berupa nilai dan keaktifan siswa. Hasil penelitian tindakan menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Peningkatan ini terjadi setelah diterapkannya metode SQ3R untuk memahami bacaan pada siklus I dan siklus II. Secara umum, metode SQ3R mencakup tiga tahap yaitu prabaca, membaca, dan pascabaca. Tahap prabaca dalam metode SQ3R ada pada kegiatan survey (penjajagan) dan question (mengajukan pertanyaan). Keduanya merupakan pintu gerbang menuju kegiatan membaca. Dengan melaksanakan dua tahap pertama dari metode SQ3R tersebut, siswa lebih dahulu mengenali bacaan cerita anak yang tersaji sehingga mereka lebih siap untuk mempelajari dan memahaminya lebih mendalam. Kemudian tahap membaca (read) dalam metode SQ3R baru dilaksanakan setelah survey (penjajagan) dan question (mengajukan pertanyaan). Kecepatan membaca juga dilatihkan pada tahap ini. Kecepatan membaca yang disarankan bervariasi tergantung pada usia atau kematangan berpikir siswa dan tingkat kesulitan bacaan. Bacaan ringan tentu akan dibaca dengan kecepatan tinggi sedangkan bacaan yang berbobot akan dibaca dengan kecepatan lebih rendah. Cerita anak yang tersaji dalam penelitian tindakan ini memiliki tingkat kesukaran commitberpikir to user siswa kelas V SD. yang sedang, sesuai dengan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
223
Tahap pascabaca dalam metode SQ3R disebut recite (menceritakan kembali) dan review (meninjau ulang). Dalam recite, siswa benar-benar menerapkan pemahamannya terhadap suatu bacaan cerita anak tidak hanya bagi dirinya sendiri. Tetapi juga mampu menceritakan kembali kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Pada penelitian tindakan ini penulis menerapkan recite secara lisan atau unjuk kerja. Review pada penelitian tindakan ini dilakukan oleh siswa dan guru. Jadi, siswa juga diberi kesempatan untuk meninjau pemahamannya sendiri. Tingkat keberhasilan penerapan metode SQ3R telah teruji mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu bacaan. Hal ini bisa dilihat dari berbagai penelitian, tesis, dan juga hasil skripsi yang menjadi dasar diterapkannya metode ini. Dalam penelitian ini pun didapatkan hasil yang sama. Peningkatan terjadi sejak diterapkannya metode SQ3R dari siklus I dan siklus II. Nilai membaca pemahaman cerita anak pada pratindakan dengan panjang kelas 6 dan jumlah kelas 7, diperoleh data siswa dengan rentang nilai 38—43 sebanyak 1 siswa atau 2,8%, siswa dengan rentang nilai 44—49 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa dengan rentang nilai 50—55 sebanyak 14 siswa atau 38,9%, siswa dengan rentang nilai 56—61 sebanyak 6 siswa atau 16,7%, siswa dengan rentang nilai 62—67 sebanyak 4 siswa atau 11,1%, siswa dengan rentang nilai 68—73 sebanyak 7 siswa atau 19,4%, sedangkan siswa dengan rentang nilai 74—79 sebanyak 4 siswa atau 11,1%. Nilai terendah yaitu 41, nilai tertinggi yang dicapai ialah 77, sedangkan nilai rata-rata 60,67 dengan ketuntasan 41,67% atau 15 siswa. Sisanya, 21 siswa belum tuntas KKM. Hasil observasi dan wawancara juga menunjukkan relevansi dengan tes. Guru belum menggunakan metode yang inovatif, masih menggunakan metode konvensional. Membaca pemahaman tidak disertai kegiatan prabaca dan pascabaca, hanya langsung membaca, dan siswa diberi tugas menjawab sejumlah pertanyaan terkait isi bacaan cerita anak. Tidak ada kegiatan untuk meninjau ulang pemahaman siswa terhadap suatu bacaan cerita anak. Menurut hasil wawancara dan observasi, sebagian besar siswa belum menjadikan membaca commit to userTerlihat hanya ada 10—12 siswa sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelas V yang sering ke perpustakaan sekolah untuk membaca atau meminjam buku. Metode SQ3R yang diterapkan mulai siklus I ini terbukti mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa SD Negeri 02 Tuban. Pada siklus I ini, siswa baru mengenal metode SQ3R sehingga dalam langkah-langkahnya masih perlu banak bimbingan dari guru. Namun, hasilnya
sudah
tampak,
ditandai
dengan
keantusiasan
siswa
terhadap
pembelajaran yang disajikan oleh guru dan hasil belajar siswa yang meningkat. Nilai membaca pemahaman cerita anak pada siklus I dengan panjang kelas 7 dan jumlah kelas 7, menyatakan bahwa siswa dengan rentang skor 44—50 sebanyak 3 siswa atau 8,10%, siswa dengan rentang skor 51—57 sebanyak 1 siswa atau 2,70%, siswa dengan rentang skor 58—64 berjumlah 2 siswa atau 5,4%, siswa dengan rentang skor 65—71 sebanyak 7 siswa atau 18,92%, siswa dengan rentang skor 72—78 sebanyak 15 siswa atau 40,54%, siswa dengan rentang skor 79—85 berjumlah 5 siswa atau 13,51%, dan siswa dengan rentang skor tertinggi yaitu 86—92 berjumlah 4 siswa atau 10,81%. Nilai terendah 44, nilai tertinggi 90,5. Sedangkan nilai rata-rata 72,51 dan ketuntasan 83,78%. Presentase ini menunjukkan ada 31 siswa yang tuntas KKM, sedangkan 6 siswa belum tuntas mencapai KKM. Pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama mendapatkan total skor 2,6 dan termasuk dalam kategori cukup. Sementara pada siklus I pertemuan kedua mendapatkan skor 2,9 masih dalam kategori cukup. Hasil pengamatan kemampuan guru mengajar mendapatkan total skor 3, 8 dan termasuk dalam kategori baik. Siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari siklus II, yaitu siswa sudah bisa menerapkan tiap-tiap tahap dari metode SQ3R tanpa banyak bimbingan dari guru. Pada pertemuan pertama siklus II metode SQ3R diterapkan secara bervariasi yakni dengan cara berkelompok. Hasilnya siswa menjadi lebih aktif. Masing-masing siswa merasa ingin memahami bacaan yang disajikan sehingga mereka tidak banyak bergurau dan lebih serius dalam mempelajari dan commit to user menganalisis cerita anak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
225
Nilai membaca pemahaman dengan jumlah kelas 7 dan panjang kelas 7 dapat diketahui bahwa siswa dengan rentang skor 52—58 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa dengan rentang skor 59—65 berjumlah 3 siswa atau 8,11%, siswa dengan rentang skor 66—72 berjumlah 9 siswa atau 24,31%, siswa dengan rentang skor73—79 sebanyak 4 siswa atau 10,81%, siswa dengan rentang skor 80—86 sebannyak 10 siswa atau 27,03%, siswa dengan rentang skor 87—93 berjumlah 1 siswa atau 2,70%, terakhir siswa dengan rentang skor 94—100 sebanyak 10 siswa atau 27,03%. Sedangkan untuk ketuntasan mencapai 91,89% dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 60, dan nilai rata-rata 81,11. Hasil pengamatan aktivitas siswa mendapatkan skor 3,3 pada siklus II pertemuan pertama dan 3,7 pada siklus II pertemuan kedua. Skor ini termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pengamatan terhadap kemampuan guru mengajar memperoleh skor 3,8 dan termasuk dalam kategori baik. Wawancara dengan siswa setelah tindakan menunjukkan adanya peningkatan frekuensi aktivitas membaca siswa dan siswa juga lebih mudah mengingat dan memahami isi cerita anak yang dibacanya. Pada wawancara setelah tindakan, siswa juga mulai terbiasa meluangkan waktu khusus setiap harinya untuk aktivitas membaca. Hasil wawancara selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 172—173. Wawancara dengan guru membuktikan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa. Hanya ada sedikit kendala yaitu siswa belum terbiasa menerapkan metode SQ3R sehingga masih perlu dibimbing oleh guru. Guru kelas juga menyatakan ketertarikannya untuk menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran selanjutnya. Hasil wawancara selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 174—175. Peningkatan demi peningkatan pada tiap siklus sebagaimana yang tertera pada uraian sebelumnya menunjukkan keberhasilan penelitian. Hasil tersebut telah memenuhi indikator-indikator yang ditargetkan. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 02 Tuban, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca pemahaman cerita anak dengan menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recita, Review) dapat meningkatkan: Keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban. Pada kondisi awal siswa yang nilainya
62 (KKM) sejumlah 15
siswa dengan ketuntasan klasikal 41,67%. Pada siklus I siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 31 siswa dengan ketuntasan klasikal 83,78%. Pada
siklus II siswa yang nilainya mencapai KKM sejumlah 36 siswa dengan ketuntasan klasikal 91,89%. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak dengan menerapkan metode SQ3R. Pada siklus I hasil observasi aktivitas siswa dalam kriteria cukup dengan skor 2,6 sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 3,5 dalam kriteria baik. Kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak dengan menerapkan metode SQ3R. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, nilai aktivitas guru dalam pembelajaran 3,7 termasuk kategori baik. Pada siklus II naik lagi menjadi 3,8 dan termasuk kategori baik. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi, ―Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban,‖ terbukti.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan metode SQ3R dalam pelaksanaan commit to user pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Penelitian tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
227
ini terdiri dari dua siklus. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 April 2012. Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 April 2012. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi unsurunsur cerita anak; (2) menceritakan kembali isi cerita anak; (3) menemukan ideide pokok; (4) membedakan ide pokok dengan ide penunjang; (5) menyimpulkan isi cerita anak. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan secara berdaur ulang. Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus selanjutnya perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa dengan penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat agar mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak. Implikasi teori dalam penelitian ini antara lain kegiatan pembelajaran di sekolah dasar seharusnya dikemas dengan model pembelajaran yang inovatif. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran (Student Center). Pengelolaan kelas yang variatif sehingga membuat siswa merasa nyaman dan menyenangan dalam belajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variasi metode SQ3R dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran memungkinkn siswa bekerjasama dan saling memberikan bimbingan dalam penyelesaian masalah. Siswa akan lebih mudah memahami dan menganalisis bacaan karena anggota kelompoknya sedikit sehingga memungkinkan terjadinya tanya jawab antar siswa dala satu kelompok secara lebih tuntas. Guru hanya sebagai fasilitator dan mendampingi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para guru dan para calon guru untuk meningkatkan keefektifan metode pembelajaran yang digunakan. Guru perlu menganalisis permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran, kemudian mencari solusi dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif. Keterampilan membaca pemahaman cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Tuban Kecamatan Gondangrejo kabupaten Karanganyar Negeri 02 Tuban dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review). Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti untuk membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis dalam berbagai mata pelajaran.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Kepala sekolah perlu memberikan pengertian kepada guru tentang perlunya menggunakan metode pembelajaran yang inovatif. Mengikutsertakan guru dalam pelatihan metode pembelajaran inovatif seperti metode SQ3R yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang PAIKEM. Sehungan dengan penerapan metode pembelajaran yang inovatif tentunya harus didukung oleh sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan minat siswa untuk belajar lebih giat dan membangun commit to user pengetahuan siswa secara kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
229
2.
Bagi Guru Dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak guru hendaknya menggunakan metode SQ3R (Suervey, Question, Read, Recite, Review) yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Metode ini merupakan alternatif yang baik untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang sejenis
3.
Bagi Siswa a. Hendaknya siswa dalam pembelajaran lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menyampaikan pendapatnya. b. Dalam pembelajaran hendaknya terdapat kerjasama dan bimbingan sesama siswa demi tercapainya pemahaman yang merata. c. Dilaksanakannya metode SQ3R secara bervariasi agar tidak mengalami kejenuhan dalam mempelajari dan memahami berbagai jenis teks bacaan.
commit to user