TINGKAT KETERAMPILAN BERBICARA DITINJAU DARI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini oleh Nur Azizah 1601409035
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang,
Agustus 2013
Nur Azizah NIM. 1601409035
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A
Drs. Khamidun, M.Pd
NIP.19810704 200501 2 003
NIP. 19671216 199903 1 002
Mengetahui, Ketua Jurusan PG PAUD FIP Unnes
Edi Waluyo, M.Pd NIP. 19790425 200501 1
iii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5- 6 Tahun” telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Hari
:
Tanggal
:
Panitia Ujian Skripsi, Ketua,
Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd.
Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A
NIP. 19510801 197903 1 007
NIP.19810704 200501 2 003 Penguji I,
Henny Puji Astuti, S.Psi., M.Si. NIP. 19771105 201012 2 002 Penguji II/ Pembimbing I,
Penguji III/ Pembimbing II,
Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A
Drs. Khamidun, M.Pd
NIP.19810704 200501 2 003
NIP. 19671216 199903 1 002
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO 1. Jalan yang benar akan menuntun kita pada kesuksesan. 2. Jika kita masih mampu untuk melakukan sesuatu, maka lakukanlah. Sesuatu yang ditunda hanya akan menimbulkan penyesalan.
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Ibuku (Tiamah) dan Bapakku (Damanhuri) tersayang, terima kasih atas segala pengorbanan yang telah bapak ibu lakukan untukku. 2. Saudaraku (Ana Sufyana, Abdul Muiz, Aisyatuz Zahwa, dan Renaldi Eka Saputra) yang tak pernah lupa memberikan doa dan dukungan. 3. Keluarga besar semua, terima kasih turut memberi doa dan dukungan kepadaku.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5- 6 Tahun” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi jenjang Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Negeri Semarang. Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis selalu mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Edi Waluyo, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini UNNES yang telah memberi motivasi. 4. Yuli Kurniawati S.P, S.Psi, M.A sebagai pembimbing I dan Drs. Khamidun, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Ali Formen, M.Ed sebagai dosen wali yang telah memberikan nasihat dan membimbing penulis selama studi.
vi
6. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah menyampaikan ilmunya kepada penulis. 7. Abdul Choliq, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap guru TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dan Edy Priyadi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap guru TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara yang telah memberikan izin penelitian. 8. Bapak ibuku yang telah melakukan pengorbanan dengan penuh keikhlasan untukku, serta saudaraku yang selalu mengingatku dalam setiap doa. 9. Marcilia Dwi Astuti yang selalu setia menemaniku dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, serta Clowor (Cell, Mb Nha, K-woel, Naa) yang selalu memberikan semangat. 10. Teman-teman Jurusan PG PAUD UNNES 2009 seperjuangan. 11. Teman-teman Sakura Kos yang selalu mendukungku dengan berbagi canda tawa. 12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 13. Almamaterku tercinta, UNNES. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca. Semarang, Penulis
vii
Agustus 2013
ABSTRAK
Azizah, Nur. 2013. Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5- 6 Tahun. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing 1. Yuli Kurniawati S.P, S.Psi, M.A, Pembimbing 2. Drs. Khamidun, M.Pd.
Kata kunci: Metode Bermain Peran Makro dan Mikro, Keterampilan Berbicara, Anak Usia 5-6 Tahun. Keterampilan berbicara selalu dibutuhkan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kemampuan berkomunikasi pada anak usia 5-6 tahun masih dalam taraf rendah, sehingga masih banyak kosakata yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Peningkatan kemampuan komunikasi pada anak tersebut dapat dilakukan melalui metode bermain peran yang terdiri dari dua jenis yaitu metode bermain peran makro dan mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun. Pendekatan dalam penelitian ini adalah eksperimen The Reversed-Treatment Nonequivalent Control Group Design with Pretest and Postest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Negeri Pembina Pekalongan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, terambil dua sampel yaitu Kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dengan 30 peserta didik sebagai kelompok eksperimen, dan kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara dengan 30 peserta didik sebagai kelompok kontrol. Analisis perhitungan t test posttest menghasilkan nilai nilai thitung sebesar 4,243 > ttabel sebesar 2,002. Nilai sig (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa H o ditolak dan Ha diterima. Rata-rata atau mean keterampilan berbicara pada kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 26,03. Sedangkan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 40,9. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan mikro. Peningkatan keterampilan berbicara pada anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro lebih tinggi daripada peningkatan keterampilan berbicara pada anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
ABSTRAK ................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................
8
ix
1.4.1 Manfaat Teoritis ...........................................................................
8
1.4.1.1 Bagi Penulis ........................................................................
8
1.4.1.2 Bagi Pembaca .....................................................................
8
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................
9
1.4.2.1 Bagi Siswa.........................................................................
9
1.4.2.2 Bagi Guru ..........................................................................
9
1.4.2.3 Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak ..................................
9
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Berbicara .......................................................................
10
2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara ............................................
10
2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Berbicara .........................................
11
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara .......
15
2.2 Bermain ..............................................................................................
17
2.2.1 Pengertian Bermain ....................................................................
17
2.2.2 Teori Bermain ............................................................................
18
2.2.3 Fungsi Bermain ..........................................................................
20
2.3 Metode Bermain Peran ........................................................................
23
2.3.1 Tujuan Metode Bermain Peran ....................................................
24
2.3.2 Jenis Metode Bermain Peran ........................................................
26
2.3.3 Perbedaan Metode Bermain Peran Makro dan Mikro ...................
27
2.3.4 Fungsi Metode Bermain Peran .....................................................
31
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran .....................
33
2.3.6 Fungsi Metode Bermain Peran dalam Pengembangan
x
Keterampilan Berbicara ...............................................................
35
2.4 Anak Taman Kanak-kanak ..................................................................
35
2.4.1 Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak ......................................
37
2.4.2 Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ....................................
37
2.4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ........
38
2.4.4 Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ............
39
2.4.5 Aspek-aspek Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ...............
42
2.4.5.1 Tugas-tugas Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ........
44
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................
47
2.6 Kerangka Berpikir ...............................................................................
50
2.7 Hipotesis Penelitian .............................................................................
51
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................
51
3.1.1 Variabel Bebas ............................................................................
51
3.1.2 Variabel Terikat ...........................................................................
51
3.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................................
51
3.2.1 Keterampilan Berbicara Anak ......................................................
52
3.2.2 Metode Bermain Peran ................................................................
53
3.3 Subjek Penelitian ..................................................................................
53
3.3.1 Populasi .......................................................................................
53
3.3.2 Sampel.........................................................................................
54
xi
3.4 Metode Pengumpulan Data...................................................................
55
3.5 Pelaksaan Penelitian .............................................................................
58
3.5.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ..................................
58
3.5.1.1 Persiapan Instrumen Penelitian............................................
58
3.5.1.1.1 Teknik Pengukuran Validitas ....................................
59
3.5.1.1.2 Teknik Pengukuran reliabilitas ..................................
61
3.5.2.1 Penyusunan Metode Bermain Peran sebagai Perlakuan dalam Eksperimen .............................................................
62
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................
64
3.6 Metode Analisis Data ...........................................................................
65
3.6.1 Uji Asumsi ....................................................................................
65
3.6.1.1 Uji Normalitas .........................................................................
65
3.6.1.2 Uji Homogenitas .....................................................................
65
3.6.2 Analisis Data Deskriptif ................................................................
66
3.6.3 Uji Hipotesis .................................................................................
67
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ..................................................................
68
4.2 Deskripsi Data Penelitian .....................................................................
70
4.3 Analisis Data ........................................................................................
73
4.3.1 Uji Asumsi................................................................................
74
4.3.1.1 Uji Normalitas Data ......................................................
74
4.3.1.2 Uji Homogenitas Data ...................................................
75
4.3.2 Analisis Data Deskriptif ............................................................
76
xii
4.3.3 Uji Hipotesis .............................................................................
81
4.3.3.1 Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest .................................
81
4.3.3.2 Perbedaan Dua Rata-rata Data Posttest................................
82
4.4 Pembahasan.........................................................................................
84
4.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................
94
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan ..............................................................................................
96
5.2 Saran ...................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
98
LAMPIRAN ..............................................................................................
102
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Mengukur Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun………………………………………..
67
3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan Berbicara..........................
71
3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berbicara ......................
74
4.1 Data Hasil Pretest.................................................................................
83
4.2 Data Hasil Posttest ...............................................................................
84
4.3 Uji Homogenitas Data ..........................................................................
87
4.4 Uji Normalitas Data..............................................................................
88
4.5 T-test Data Pretest ................................................................................
96
4.6 T-test Data Posttest ..............................................................................
97
4.7 Hasil Persentase Pretest Keterampilan Berbicara .................................
89
4.8 Hasil Persentase Postest Keterampilan Berbicara .................................
91
4.9 Hasil Pretest Keterampilan Berbicara ...................................................
92
4.10 Hasil Posttest Keterampilan Berbicara ...............................................
94
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Berfikir .................................................................................
59
4.1 Grafik Hasil Pretest Keterampilan Berbicara ........................................
90
4.2 Grafik Hasil Posttest Keterampilan Berbicara .......................................
91
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian Uji Coba ................................................
102
Lampiran 2. Daftar Nama Responden Uji Coba Instrumen Keterampilan Berbicara ..............................................................
104
Lampiran 3. Tabulasi Data Validitas dan Realibilitas Instrumen Keterampilan Berbicara ............................................................
105
Lampiran 4. Hasil uji Validitas dan reliabilitas Data ...................................
108
Lampiran 5. Instrumen Penelitian ...............................................................
112
Lampiran 6. Daftar Nama Responden Penelitian ........................................
116
Lampiran 7. Jadwal Penelitian ....................................................................
129
Lampiran 8. Rencana kegiatan Harian ........................................................
130
Lampiran 9. Tabulasi Data Hasil Penelitian ................................................
132
Lampiran 10. Uji Normalitas Data..............................................................
150
Lampiran 11. Uji Homogenitas Data ..........................................................
151
Lampiran 12. Uji Hipotesis ........................................................................
153
xvi
Lampiran 13. Profil Lembaga .....................................................................
155
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ........................................................
157
Lampiran 15. Surat-surat ............................................................................
166
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi pada anak secara fungsional. Perkembangan anak meliputi beberapa aspek perkembangan. Salah satu aspek yang penting dalam perkembangan anak adalah perkembangan bahasa dimana perkembangan bahasa ini berkaitan dengan perkembangan lainnya (Halida, 2011:27). Perkembangan bahasa memerlukan beberapa kemampuan, yaitu berbicara, menyimak, membaca, menulis, dan menggunakan bahasa isyarat. Keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang, termasuk anak-anak. Keterampilan berbicara selalu dibutuhkan setiap hari mulai kita bangun tidur hingga akan tidur kembali sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Menurut Hurlock (1978:185) belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah, tetapi saling berhubungan satu sama lain, yaitu mengucapkan kata, membangun kosakata, dan membentuk kalimat. Kegagalan menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara. Oleh karena itu, Peraturan Menteri No. 58 (2009:10) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-≤6 tahun dengan lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa meliputi menjawab pertanyaan yang lebih kompleks; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama; berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung; menyusun kalimat 1
2 sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan); memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain; serta melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Kemampuan berkomunikasi pada awal masa kanak-kanak masih dalam taraf rendah, sehingga masih banyak kosakata yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan baik (Hurlock, 1990:109). Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan di lapangan, masih terdapat anak yang belum mampu mengekspresikan ide pada orang lain. Sebagai contoh, pada saat guru meminta anak maju untuk menceritakan pengalaman anak, anak belum mampu menceritakan secara rinci. Permasalahan ini perlu diatasi melalui peningkatan kemampuan komunikasi pada anak yang dapat dilakukan melalui metode bermain. Bermain dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) diartikan sebagai berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). Bermain memiliki fungsi memberikan efek positif terhadap perkembangan anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Montessori, sebagaimana dikutip oleh Sudono dalam buku “Manajemen PAUD” (Suyadi, 2011) bahwa ketika anak sedang bermain, anak akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru di sekitarnya seperti kosakata. Pemilihan jenis permainan yang cocok sesuai dengan perkembangan anak menjadi penting agar pesan edukatif dari permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan menyenangkan. Jenis permainan yang dapat dipilih untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak adalah bermain peran. Hal ini disebabkan pada saat anak memilih peran dan memainkan perannya, kosakata baru yang dimiliki anak bertambah (Arriyani & Wismiarti, 2010).
3 Metode bermain peran merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut buku Metodik di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2003:41) dalam Magfiroh (2011) salah satu tujuan dari bermain peran adalah melatih anak berbicara dengan lancar. Berdasarkan pengamatan di lapangan pelaksanaan bermain peran belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari intensitas bermain peran yang masih rendah. Guru memberikan bermain peran hanya pada tema-tema tertentu. Salah satu tema yang biasa digunakan untuk bermain peran adalah tema profesi. Dilihat dari jenisnya bermain peran terdiri dari bermain peran makro dan bermain peran mikro. Bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerja sama lebih dari 2 orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak, sedangkan bermain mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan hanya 2 orang saja bahkan sendiri. Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan bermain peran mikro akan memberikan perbedaan tingkat keterampilan berbicara pada anak. Bermain peran makro dapat melatih kerja sama pada anak dalam kelompok. Dengan adanya kerja sama tersebut akan terjadi interaksi antara anak dengan teman mainnya sehingga dapat menambah kosakata yang dimiliki anak. Sedangkan pada bermain peran mikro dimana bermain peran ini merupakan awal bermain kerja sama, sehingga peluang anak untuk bekerjasama lebih sedikit. Hal ini disebabkan lawan main anak pada bermain peran mikro lebih sedikit dibandingkan pada bermain peran makro yang dilakukan secara berkelompok.
Berdasarkan
pertimbangan
tersebut,
tidak
menutup
kemungkinan
penambahan kosakata melalui bermain peran mikro lebih sedikit. Anak bertindak sebagai dalang dalam bermain peran mikro, sehingga anak merupakan otak penggerak yang menghidupkan alat main untuk memainkan suatu adegan, serta peran-
4 peran dalam skenario main peran (Arriyani & Wismiarti, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa pada bermain peran mikro anak dapat memainkan lebih dari satu peran. Sedangkan pada bermain peran makro anak hanya memainkan satu peran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan jika dilihat dari kerjasama yang terjadi, bermain peran makro memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Sedangkan dilihat dari segi peran yang dimainkan, bermain peran mikro yang memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Smilansky (1968) dalam Arriyani & Wismiarti (2010) mengungkapkan bahwa anak yang memiliki sedikit pengalaman main peran terlihat mendapatkan kesulitan dalam merangkai kegiatan dan percakapan mereka. Sejalan dengan Smilansky (1968), Levy, et.all (1992) dalam Shim (2007) mengungkapkan adanya hubungan positif antara bermain pura-pura dengan peningkatan kemampuan bahasa pada anak usia taman kanak-kanak. Metode bermain peran makro memiliki pengaruh yang baik terhadap kualitas bermain peran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shim (2007) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kuantitas bermain peran adalah rendahnya keterlibatan teman sebaya, kemampuan bahasa anak, serta media yang digunakan. Sejalan dengan Shim, hasil penelitian yang dilakukan Fitriani (2010: 89) di TK Lab.School UPI bahwa “Terdapat perbedaan secara signifikan antara kosakata bahasa Indonesia pada anak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diterapkannya metode bermain peran (role play) makro.”
5 Metode bermain peran makro untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halida (2011) bahwa bermain peran makro merupakan metode yang tepat dalam menjembatani anak untuk lebih leluasa dalam berbicara. Hal ini disebabkan dalam melakonkan tokoh dari sebuah cerita, anak dituntut untuk melakukan percakapan dengan lawan mainnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Yulia Siska (2011) yang membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran makro cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum pernah digunakan dan sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat aktif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui tokoh yang dipilih untuk diperankan. Hasil penelitian lain diungkapkan oleh Andresen (2005) bahwa bermain peran makro sebagai bentuk tindakan pada ZPD, termasuk perkembangan bahasa dimana bahasa memegang peranan penting sebagai sarana pembentukan daya khayal anak. Dengan adanya komunikasi yang terjadi secara verbal dalam bermain, anak dapat bertukar ide mengenai maksud dari permainan. Sejalan dengan pendapat Andresen (2005), hasil penelitian yang dilakukan oleh Bergen (2002) menunjukkan hubungan yang jelas antara keterampilan sosial dan kompetensi bahasa dengan tingginya kualitas daya khayal anak. Sehingga bermain peran makro dimana anak bermain dengan teman sebaya dapat membantu perkembangan bahasa anak. Hal yang sama diungkapkan oleh Anderson (2010) bahwa bermain peran makro dapat memperluas daya imajinasi anak dimana anak menggunakan kosakata baru untuk mengekspresikan cerita yang dimainkan. Anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan meniru anak yang lain maupun orang dewasa sebagai modelnya.
6 Berbeda dengan hasil penelitian mengenai bermain peran makro, hasil penelitian tentang pengaruh bermain peran mikro pada perkembangan bahasa sangat terbatas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Li (2012) menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan melalui pendekatan bermain peran di rumah dimana daya khayal anak secara individual dapat terlihat melalui bermain peran mikro. Hasil penelitian lain dikemukakan oleh Maryatun (2010) yang membuktikan bahwa pemanfaatan wayang damen dapat meningkatkan moral behavior pada anak melalui metode bermain peran mikro. Selain hasil penelitian dari Maryatun, penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) membuktikan bahwa secara umum keterampilan sosial anak meningkat dengan baik melalui metode bermain peran mikro. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lilis (2012) memperoleh hasil bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kompetensi dasar komunikasi menggunakan telepon. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas XI AP 2 SMK N Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa bermain peran tidak hanya dapat diterapkan pada anak usia dini, namun dapat diterapkan juga pada anak usia sekolah menengah atas. Dengan demikian bermain peran merupakan metode pembelajaran yang tepat
untuk mendukung
perkembangan bahasa. Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan yang merupakan TK inti sebagai TK percontohan di kota Pekalongan. Dengan demikian berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 ketersediaan media pembelajaran sudah mencukupi, sedangkan pada TK non Pembina ketersediaan media kurang mencukupi terutama pada area drama.
7 Model pembelajaran di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan masih menggunakan model area. Model area merupakan model pembelajaran dimana dalam satu hari membuka tiga area, sehingga intensitas bermain drama lebih rendah dibandingkan dengan intensitas bermain drama dengan menggunakan model pembelajaran sentra. Hal ini tidak seimbang dengan ketersediaan media pembelajaran pada area drama yang sudah mencukupi. Dengan demikian penerapan metode bermain drama dalam kegiatan pembelajaran belum maksimal. Jika ditinjau dari segi keterampilan berbicara, anak TK Negeri Pembina memiliki keterampilan berbicara yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada laporan perkembangan anak yang menunjukkan bahwa masih terdapat indikator-indikator pada aspek bahasa terutama pada lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa yang belum tercapai dengan baik, diantaranya indikator menyebutkan nama orang tua, alamat rumah dengan lengkap; berkomunikasi dengan bahasanya sendiri (sesuai anak); serta bercerita tentang gambar yang disediakan dengan bahasa yang jelas. Oleh karena itu diperlukannya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal ini dapat dilakukan karena TK Negeri Pembina terbuka dengan saran dari pihak luar sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti melakukan penelitian di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan. Berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5-6 Tahun”. Dalam hal ini apakah ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
8
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan permasalahan adakah perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan/ institusi sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1 Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan pengalaman serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
1.4.1.2 Bagi pembaca Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai penelitian yang berkaitan dengan tingkat
9 keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
1.4.2
Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun. 1.4.2.2 Bagi guru dari hasil penelitian ini guru dapat: 1.4.2.2.1 Mengetahui
pentingnya
metode
bermain
peran
untuk
meningkatkan keterampilan berbicara pada anak. 1.4.2.2.2 Menciptakan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode yang tepat bagi anak. 1.4.2.2.3 Meningkatkan intensitas pelaksanaan bermain peran dalam kegiatan pembelajaran.
1.4.2.3 Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak (TK) Hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melalui metode yang tepat untuk anak usia 5-6 tahun.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Berbicara 2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting untuk dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa lisan merupakan unsur penting dalam interaksi atau sosialisasi (Dardjowidjojo, 2003:17). Menurut Djiwandono (2008) dalam Halida (2011) berbicara adalah mengungkapkan pikiran secara lisan. Sejalan dengan pendapat Djiwandono, Tarigan dalam Suhartono (2005:20) mengatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan. Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara, sehingga dapat menghilangkan rasa malu, berat lidah, dan rendah diri (Iskandarwassid, 2008). Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang yang terdiri dari saspek kebahasaan dan nonkebahasaan (Dhieni, 2007:3.6) dalam Halida (2011). Menurut teori belajar (Rachmat 1986: 282) dalam Siska (2011), anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses: asosiasi, imitasi dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan
10
11 suatu bunyi dengan obyek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Berdasarkan uraian mengenai keterampilan berbicara, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan dalam aspek bahasa yang sangat penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Keterampilan berbicara ini perlu distimulus melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kosakata yang dimiliki anak. 2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Berbicara Kemampuan berbicara merupakan pengungkapan diri secara lisan. Unsur-unsur kebahasaan yang dapat menunjang keterampilan berbicara diungkapkan oleh Djiwandono
(1996)
dalam
Halida
(2011)
yaitu
unsur
kebahasaan,
unsur
nonkebahasaan, dan unsur isi. Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal yang jelas, (2) Penerapan intonasi yang wajar, (3) Pilihan kata, (4) Penerapan struktur/susunan kalimat yang jelas. Sedangkan unsur nonkebahasaan meliputi: 1) Keberanian Keberanian yaitu keberanian dalam mengemukakan pendapat, seperti anak mampu menceritakan pengalaman yang dialami. Selain itu, keberanian untuk berpihak terhadap gagasan yang diyakini kebenarannya.
12 2) Kelancaran Lancar dalam berbicara sangat ditunjang oleh penguasaan materi/bahan yang baik. Penguasaan kosakata akan membantu dalam penguasaan materi pembicaraan. 3) Ekspresi/Gerak-gerik Tubuh Ekspresi tubuh sangat diperlukan dalam menunjang keefektifan berbicara. Arti pembicaraan tersebut dapat dipahami melalui
ekspresi tubuh yang
ditunjukkan pembicara. Unsur isi dalam pembicaraan merupakan bagian yang lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara tidak akan tersampaikan secara jelas pula, dalam aspek isi dari berbicara terdiri dari kerincian dan kejelasan dalam menyampaikan isi dari pembicaraan. Senada dengan pendapat Djiwandono (1996), Dhieni (2007) dalam Halida (2011) mengungkapkan bahwa aspek keterampilan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi keterampilan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; pilihan kata; dan ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan aspek nonkebahasaan meliputi sikap tubuh; kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; relevansi, penalaran, dan penguasaan terhadap topik tertentu.
13 Hal serupa diungkapkan oleh Hurlock (1978:185-189) bahwa keterampilan berbicara meliputi beberapa aspek, yaitu: 1) Pengucapan Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya. Perbedaan ketepatan pengucapan bergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara, serta bimbingan yang diterima dalam mengaitkan suara ke dalam kata yang berarti. Perbedaan logat disebabkan karena meniru model yang pengucapannya berbeda dengan yang biasa digunakan anak. 2) Pengembangan Kosakata Anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam mengembangkan kosakata yang dimiliki. Peningkatan jumlah kosa kata tidak hanya karena mempelajari kata-kata baru, tetapi juga karena mempelajari arti baru bagi katakata lama. 3) Pembentukan Kalimat Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata yakni kata benda atau kata kerja. Kemudian kata tersebut digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh yang dapat dipahami orang lain. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Ari (2012) bahwa keterampilan berbicara terdiri dari empat aspek, yaitu: 1) Keterampilan Sosial (Social Skill) Keterampilan Sosial adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan sosial menuntut agar kita
14 mengetahui: apa yang harus dikatakan, bagaimana cara mengatakannya, dimana mengatakannya, kapan tidak mengatakannya. 2) Keterampilan Semantik (Semantic Skill) Keterampilan Semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan katakata dengan tepat dan penuh pengertian. Untuk memperoleh keterampilan semantik maka kita harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai maknamakna yang terkandung dalam kata-kata serta ketepatan dan kepraktisan dalam penggunaan kata-kata. 3) Keterampilan Fonetik (Phonetic Skill) Keterampilan Fonetik adalah kemampuan membentuk unsur-unsur fonenik bahasa kita secara tepat. Keterampilan ini perlu karena turut mengemban serta menentukan persetujuan atau penolakan sosial. 4) Keterampilan Vokal (Vocall Skill) Keterampilan Vokal adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita. Berdasarkan berbagai pendapat mengenai aspek-aspek keterampilan berbicara, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan, aspek nonkebahasaan, serta aspek isi yang dapat dilihat ketika anak berbicara.
15 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam diri maupun dari luar. Menurut Hurlock (1978:185) keterampilan berbicara dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1) Persiapan Fisik untuk Berbicara Kemampuan berbicara tergantung pada kematangan mekanisme bicara. Sebelum semua organ bicara mencapai bentuk yang lebih matang, saraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi katakata. 2) Kesiapan Mental untuk Berbicara Kesiapan mental untuk berbicara tergantung pada kematangan otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Biasanya kesiapan tersebut berkembang di antara umur 12 dan 18 bulan dan dalam perkembangan bicara dipandang sebagai “saat dapat diajar”. 3) Model yang Baik untuk ditiru Model yang baik untuk ditiru diperlukan agar anak tahu mengucapkan kata dengan benar.
Model tersebut mungkin orang di lingkungan sekitar
mereka. Jika mereka kekurangan model yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan mereka. 4) Kesempatan untuk Berpraktik Jika anak tidak diberikan kesempatan untuk berpraktek maka mereka akan putus asa dan motivasi anak menjadi rendah. Fledman dalam Halida (2011) mengungkapkan bahwa di dalam area drama, anak-anak memiliki kesempatan
16 untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya serta mempraktikkan kemampuan berbahasa sehingga dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara pada anak. 5) Motivasi Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika anak tahu bahwa pengganti bicara seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka motivasi anak untuk belajar berbicara akan melemah. 6) Bimbingan Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah menyediakan model yang baik, mengadakan kata-kata dengan jelas, serta memberikan bantuan mengikuti model. Ungkapan lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara dikemukakan oleh (Rahayu, 2007:216) yang terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) Gaya Berbicara, secara umum gaya bicara ditandai dengan tiga ciri, yaitu: a. Gaya Ekspresif, gaya bicara ekspresif ditandai dengan spontanitas, lugas, gaya ini digunakan saat mengungkapkan perasaan, bergurau, mengeluh, atau bersosialisasi. b. Gaya Perintah, gaya ini menunjukkan kewenangan dan bernada memberikan keputusan. c. Gaya Pemecahan Masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka, dan lemah lembut. 2) Metode Penyampaian
17 Metode penyampaian ini terdiri dari: (1) penyampaian mendadak; (2) penyampaian tanpa persiapan; (3) penyampaian dari naskah; dan (3) penyampaian dari ingatan (Rahayu, 2007:217). Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh model yang baik untuk ditiru serta adanya kesempatan yang diberikan pada anak untuk berbicara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui bermain peran.
2.2 Bermain 2.2.1 Pengertian Bermain Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspekaspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan lima kriteria dalam bermain (Moeslichatoen, 1996:26) yaitu: 1) Motivasi Intrinsik: tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh. 2) Pengaruh Positif: tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk dilakukan. 3) Bukan dikerjakan sambil lalu: tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau aturan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura. 4) Cara/Tujuan: cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasikan.
18 5) Kelenturan: bermain itu perilaku yag lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi. Apapun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain, bermain membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang
memberikan kegembiraan, dan
memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah; suatu dunia anak-anak (Moeslichatoen, 1996:26). Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat atau yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan serta mengembangkan imajinasi anak (Anggani, 1995:1) dalam Handayani (2012) . Menurut Tedjasaputra (1995:4) tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, Frobel lebih memandang bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak termasuk keterampilan berbicara. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai bermain, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan dunia anak sebagai wadah untuk mengekspresikan rasa kegembiraan melalui aktivitas bermainnya untuk meningkatkan keterampilan tertentu. 2.2.2 Teori Bermain Bermain diartikan oleh banyak ahli dalam teori bermain. Joan dalam Yus (2011:134-135) mengutip pendapat beberapa ahli tentang teori bermain, yaitu: 1) Anak mempunyai energi berlebih karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomis maupun sosial sehingga mengungkapkan energinya dalam bermain (Schiller & Spencer).
19 2) Melalui kegiatan bermain, seorang anak menyiapkan diri untuk kehidupan dewasa kelak. Misalnya, tanpa disadari dengan bermain peran anak menyiapkan diri untuk peran pekerjaan pada masa depan (Karl Groos). 3) Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang sama dari perkembangan sejarah umat manusia (teori rekapitulasi). Kegiatan-kegiatan seperti lari, melempar, memanjat, dan melompat merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dari generasi ke generasi (Stanley Hall). 4) Anak bermain untuk membangun kembali energi yang telah hilang. Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan kembali setelah bekerja berjamjam (Lazarus). 5) Melalui kegiatan bermain, anak memuaskan keinginan-keinginannya yang terpendam atau tertekan. Dengan bermain anak seperti mencari kompensasi untuk apa yang tidak diperoleh dalam kehidupan nyata, untuk keinginankeinginan yang tidak mendapatkan kepuasan (Mazhab psikoanalisis). 6) Kepribadian terus berkembang dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu ada rangsangan (stimulus), dan bermain memberikan stimulus untuk pertumbuhan (Appleton). Hal serupa diungkapkan oleh Depdikbud (Cahyaningsih, 2009:36) dalam Kurnia (2011) yang menyimpulkan berbagai macam teori bermain, yaitu: 1) Teori Surplus Energy dari Spenser, mengatakan bahwa bermain bermanfaat untuk mengisi kembali energi anak yang telah melemah.
20 2) Teori Practice for Adulthood dari K. Gross, mengatakan bahwa bermain merupakan peluang bagi pengembangan keterampilan dan pengetahuan anak yang sangat penting bagi mereka pada saat dewasa kelak. 3) Teori Psychoanalytic dari Freud, mengatakan bahwa bermain dapat mengurangi kecemasan anak dengan mencoba mengekspresikan berbagai dorongan infulsipnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan. 4) Teori Cognitif Development dari Piaget, mengemukakan bahwa bermain sangat penting bagi perkembangan kognitif seorang anak dengan melatih kemampuan adaptasi dengan lingkungannya dalam suasana yang menyenangkan. 5) Teori Neuropsychological dari Weininger dan Fitzgerald, mengemukakan peranan penting bermain untuk mengintegrasikan fungsi belahan kanan dan kiri otak anak secara seimbang. Dari berbagai pandangan mengenai teori bermain, metode bermain peran sesuai dengan teori bermain Practice for Adulthood dan Psychoanalytic, bahwa bermain memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai stimulus. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK karena bermain dapat menghilangkan kecemasan pada anak.. 2.2.3 Fungsi Bermain Bermain merupakan suatu aktivitas yang sangat bermanfaat bagi anak. Vygotsky dalam Musthafa (Agustin, 2005) dalam Magfiroh (2011) mengemukakan bahwa fungsi bermain yaitu: 1) Bermain menumbuhkan motivasi diri pada anak (play effects the child’s motivation). Dalam bermain peran anak mengembangkan sistem yang kompleks
21 dalam menentukan tujuan baik jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. 2) Bermain memfasilitasi anak untuk mengembangkan berpikir (kognitif) secara desentralisasi (tidak terpusat) (play facilitates cognitive decentering). Dengan bermain tidak secara langsung memetakan permasalahan dengan berupaya menemukan solusi atas permasalahan tersebut. 3) Bermain meningkatkan kemampuan mental (play advances the development of mental refresentation). Perkembangan kemampuan mental dalam bermain anak pada dasarnya terbangun melalui interaksi yang harmonis dengan lingkungan tempat anak tinggal. 4) Bermain merupakan gambaran pengembangan perilaku yang disengaja (bertujuan), kegiatan fisik dan mental yang dilakukan secara sukarela (play fosters the development of deliberate behaviors-physical admental voluntary action).
Dengan
mengembangkan
perilaku
melalui
bermain,
akan
mempengaruhi terhadap pengembangan proses mentalnya. Selain fungsi bermain yang dikemukakan oleh Vygotsky (Agustin, 2005) dalam Magfiroh (2011) di atas, bermain memiliki fungsi pada semua aspek perkembangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Moeslichatoen (1996:27) yang menyatakan bahwa bermain memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Aspek Psikomotor, melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar. Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya.
22 2) Aspek Kognitif, melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur isi, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya. 3) Aspek Bahasa, melalui kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia, dan sebagainya. 4) Aspek Sosial Emosional, melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya. Melalui bermain anak dapat meningkatkan kepekaan
emosinya
dengan
cara
mengenalkan
bermacam
perasaan,
mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan, menumbuhkan kepercayaan diri. Fungsi bermain sebagaimana yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain merupakan kegiatan yang bermanfaat pada anak. Bermain memberikan pengaruh positif pada kemampuan mental serta perilaku anak. Kegiatan bermain sangat penting untuk mendukung perkembangan anak pada semua aspek perkembangan, yang emosional.
meliputi aspek psikomotor, kognitif, bahasa, serta sosial
23
2.3 Metode Bermain Peran Pengertian metode bermain peran diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Shim (2007) mengemukakan: “Pretend play is generally defined in the research literature as an activity that involves role play, object substitution, and imaginary situations.” Dengan maksud, bermain pura-pura adalah aktivitas yang bersangkutan dengan bermain peran, objek pengganti, dan situasi imajiner yang biasanya didefinisikan dalam kajian pustaka riset. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi, make believe, atau simbolik. Menurut Piaget, awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak. Ia menyatakan bahwa bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya. Piaget menyatakan bahwa keterlibatan anak dalam bermain peran dan upaya anak mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lainnya disebut sebagai collective symbolism. Ia juga menerangkan percakapan lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai idiosyncratic soliloquies. Selanjutnya sependapat dengan Shim, Tarigan (1996:243) dalam Halida (2011) mengatakan dalam bermain peran, anak bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti anak harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa. Definisi metode bermain peran yang lebih luas dikemukakan oleh Supriyati dalam Winda Gunarti, dkk, (2008:10.10) bahwa metode bermain peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Tedjasaputra (1995:43) memiliki pendapat yang sejalan dengan Supriyati bahwa bermain peran merupakan salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi, dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Apa yang
24 dilakukan anak melibatkan penggunaan bahasa yang dapat diamati dalam tingkah laku yang nyata. Ungkapan serupa dikemukakan Suparman (1997:91), bermain peran berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut mampu berbuat (bertindak dan berbicara) seperti peran yang dimainkannya. Jadi, melalui bermain peran anak dapat berbicara secara spontan dan dapat meniru bahasa seperti tokoh yang diperankannya. Pada umumnya anak-anak menyukai bermain peran (dramatik) (Garvey, 1997 dalam Berger, 1983 dan dalam Tedjasaputra, 1995:25). Hal ini dikarenakan melalui bermain dramatik membantu anak mencobakan berbagai peran sosial yang diamati, melepaskan ketakutan, mewujudkan khayalan, serta belajar bekerja sama (Garvey, 1990; Singer dan Singer, 1990 dalam Berk, 1994) dalam Tedjasaputra: 1995:25). Berdasarkan beberapa uraian mengenai metode bermain peran, dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran merupakan permainan dimana anak memainkan peran dari tokoh yang dimainkannya untuk mengembangkan daya imajinasi anak serta keterampilan berbicara pada anak. 2.3.1 Tujuan Metode Bermain Peran Metode bermain peran memiliki tujuan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan bermain peran di Taman Kanak-kanak (TK) menurut Djahri (1980:2) yang utama adalah: 1) Mendorong Motivasi dan Minat Anak terhadap Sesuatu. Motivasi dan minat anak untuk belajar dapat meningkat melalui peran yang dimainkannya. Hal ini dikarenakan melalui bermain peran anak belajar dengan cara yang menyenangkan.
25 2) Melatih Sejumlah Keterampilan. Bermain peran dapat melatih keterampilan terutama keterampilan berbicara. Ketika anak bermain peran, anak membutuhkan kosakata untuk berkomunikasi dengan teman mainnya. 3) Memberikan Kesempatan untuk Menerapkan Pengetahuan Anak. Pengetahuan yang didapat anak melalui berbagai informasi dapat diaplikasikan ketika anak bermain peran melalui peran yang dimainkannya. 4) Melatih Mempertajam Seluruh Komponen Afektif. Komponen afektif meliputi perasaan-emosi-cinta-kemauan-sikap-nilaikeinginan. Komponen-komponen tersebut dapat dilatih melalui bermain peran. 5) Menciptakan Suasana Belajar secara Aktif. Anak terlibat secara langsung ketika bermain peran sehingga pembelajaran yang berlangsung adalah pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif akan menyenangkan bagi anak karena pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan. Sejalan dengan pendapat Djahri, dalam buku Didaktik Metodik di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2003:41) disebutkan bahwa tujuan bermain peran yaitu: (1) melatih daya tangkap; (2) melatih anak berbicara lancar; (3) melatih daya konsentrasi; (4) melatih membuat kesimpulan; (5) membantu perkembangan intelegensi; (6) Membantu perkembangan fantasi; dan (7) menciptakan suasana yang menyenangkan. Dari pendapat dua orang tokoh mengenai tujuan bermain peran, dapat disimpulkan bahwa bermain peran memiliki tujuan melatih keterampilan terutama
26 keterampilan berbicara. Selain itu, dengan bermian peran pembelajaran berlangsung secara aktif sehingga anak dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan. 2.3.2 Jenis Metode Bermain Peran Metode Bermain peran dilihat dari jenisnya terdiri dari dua jenis yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat oleh Erikson (1963) dalam Magfiroh (2011) bahwa metode bermain peran terdiri dari: 1)
Metode Bermain Peran Mikro Anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda
berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. 2)
Metode Bermain Peran Makro Anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang
digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan. PAUD YARSI dalam http://paud.metodologi.com mengemukakan bahwa metode bermain peran terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut : 1) Metode bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerja sama lebih dari 2 orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak. 2) Metode bermain mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan hanya 2 orang saja bahkan sendiri.
27 Hal serupa dikemukakan oleh Khoiruddin (2010) bahwa terdapat dua jenis metode bermain peran, yaitu: 1) Metode Bermain Peran Makro Metode bermain peran makro yaitu bermain peran yang sesungguhnya dengan alat-alat main berukuran sesungguhnya. Anak dapat menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya bermain peran profesi dokter, maka alat yang digunakan stetoskop, replika jarum suntik, buku resep dan bolpoin. 2) Metode Bermain Peran Mikro Metode bermain peran mikro yaitu kegiatan bermain peran dengan menggunakan bahan-bahan main berukuran kecil seperti rumah boneka lengkap dengan perabotannya dan orang-orangannya sehingga anak daapt memainkannya. Berdasarkan pendapat mengenai jenis metode bermain peran, dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran terdiri dari dua jenis yang berbeda dalam pelaksanaannya. Kedua jenis tersebut adalah metode bermain peran makro dan mikro. Metode bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerjasama lebih dari dua orang dengan menggunakan alat-alat main berukuran sesungguhnya. Sedangkan dalam bermain peran mikro, anak menggunakan alat-alat main yang berukuran kecil yang dilakukan oleh dua orang bahkan sendiri. 2.3.3 Perbedaan Metode Bermain Peran Makro dan Mikro Metode bermain peran makro dan mikro memiliki definisi yang berbeda sehingga terdapat perbedaan antara metode bermain peran makro dan mikro. Perbedaan tersebut terletak pada objek pemain dan peran anak. Dalam metode
28 bermain peran mikro, anak menjadi sutradara/dalang dan benda-benda menjadi pemainnya, seperti boneka tangan, boneka jari, wayang, tanpa skenario. Sedangkan dalam metode bermain peran makro, anak menjadi pemain yang memerankan karakter/tokoh yang diperankan, dan guru sebagai sutradaranya. Metode bermain peran makro dan mikro sama-sama menempatkan anak sebagai pemain, namun apabila tema atau jalan cerita pada metode bermain peran mikro dapat bersifat umum, atau imajinatif, sedangkan pada metode bermain peran makro jalan cerita mengandung konflik sosial yang terselesaikan di akhir cerita. Menurut Feindan Smilansky dalam Gunarti, dkk (2010:10.21-10.22), dalam metode bermain peran mikro anak menggunakan simbol, seperti kata-kata, gerakan, dan mainan untuk mewakili dunia yang sesungguhnya. Dalam metode bermain peran makro, anak mengembangkan permainan simbolik itu agar bisa bekerja sama dengan anak/pemeran lainnya. Menurut Gunarti, dkk (2010:10.18-10.19) perbedaan antara metode bermain peran makro dan mikro dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu sebagai berikut: 1) Dari keluasan tema Dalam metode bermain peran makro tema berkaitan dengan kehidupan nyata, kehidupan sosial dan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, tema pada metode bermain peran mikro bersifat luas, imajinatif, berkaitan dengan kehidupan nyata maupun fiktif.
29 2) Dari sudut kesinambungan jalan cerita Metode bermain peran makro mengembangkan adanya jalinan cerita dan kesinambungan peran antara semua tokoh yang terlibat. Selain itu, dalam metode bermain peran makro ini terdapat masalah sosial yang harus dipecahkan sehingga menuntut adanya kerja sama yang sinergis untuk menemukan solusi. Sedangkan metode bermain peran mikro, anak menekankan pada penampilan yang menunjukkan peran yang dibawakan dalam perilaku dan pembicaraan, namun tidak menekankan pada ada atau tidaknya jalan cerita. 3) Dari sudut permasalahan yang ditampilkan Dalam metode bermain peran makro terdapat masalah sosial yang harus dipecahkan bersama. Sedangkan pada metode bermain peran mikro tidak ada masalah sosial yang harus dipecahkan. 4) Dari sudut waktu Dalam metode bermain peran makro, jalan cerita berlangsung cukup lama sampai pada segmen selesainya suatu masalah. Sedangkan dalam metode bermain peran mikro, jalan cerita berlangsung singkat, namun anak suka berganti-ganti peran sehingga dari segi waktu, kegiatan anak dalam bermain peran dapat berlangsung lama. Akan tetapi jalan cerita berlangsung singkat dalam setiap segmen. 5) Dari sudut tingkat kesulitan Metode bermain peran makro memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan dalam metode bermain peran makro mempersyaratkan adanya kerja sama yang sinergis.
30 Metode bermain peran mikro lebih bersifat spontan, imajinatif, dan singkat sehingga memiliki tingkat kesulitan yang rendah. 6) Dari sudut inisiatif Metode bermain peran makro lebih mengutamakan inisiatif guru dalam membuat cerita, merencanakan kegiatan langkah demi langkah, mengarahkan peran, serta dialog para pemainnya. Sedangkan metode bermain peran mikro lebih membuka ruang kepada anak untuk membentuk jalan cerita sendiri sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode bermain peran makro dan mikro dapat terlihat pada alur cerita. Alur cerita pada metode bermain peran makro telah ditentukan oleh guru dimana jalan cerita mengandung konflik yang terselesaikan di akhir cerita. Sedangkan alur cerita pada metode bermain peran mikro diciptakan oleh anak sendiri. Hal ini menunjukkan dalam metode bermain peran mikro anak berperan sebagai sutradara. Peran anak dalam metode bermain peran makro berbeda dengan peran anak dalam metode bermain peran mikro. Dalam metode bermain peran makro anak berperan sebagai tokoh dari cerita. Dari
perbedaan-perbedaan
disimpulkan, metode bermain
jenis
metode
bermain
peran,
dapat
peran makro dan mikro akan memberikan
pengaruh yang berbeda dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun.
31 2.3.4 Fungsi Metode Bermain Peran Bermain peran bukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Bermain peran memiliki banyak fungsi, sebagaimana disebutkan oleh Fledman dalam Gunarti, dkk (2010:10.10) mengungkapkan: “ In the dramatic play area children have an opportunity to role play real life situations, release emotions, practice language, develop social skills, express themselves creatively.” Fledman berpendapat bahwa di dalam area drama anak memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya, melepaskan
emosi,
mempraktikkan
kemampuan
berbahasa,
membangun
keterampilan sosial dan mengekspresikan diri dengan kreatif. Sejalan dengan pendapat Fledman, Gunarti, dkk (2010:10.11-10.12) secara eksplisit bila ditinjau dari tujuan pendidikan, melalui metode bermain peran diharapkan anak dapat: (1) mengeksplorasi perasaan-perasaan; (2) memperoleh wawasan; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; (4) mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas inisiatif anak; (5) melatih daya tangkap; (6) melatih daya konsentrasi; (7) melatih membuat kesimpulan; (8) membantu perkembangan kognitif; (9) membantu perkembangan fantasi; (10) menciptakan suasana yang menyenangkan; (11) mencapai
kemampuan
komunikasi
secara
spontan/berbicara
lancar;
(12)
membangun pemikiran yang analitis dan kritis; (13) membangun sikap positif dalam diri anak; (14) menumbuhkan aspek afektif melalui penghayatan isi cerita; (15) untuk membawa situasi yang sebenarnya ke dalam bentuk simulasi miniatur
32 kehidupan; (16)
untuk membuat
variasi yang
menarik dalam kegiatan
pengembangan. Pendapat-pendapat mengenai fungsi metode bermain peran, dapat disimpulkan bahwa bermain peran bukan kegiatan bermain yang sia-sia karena bermain peran memiliki fungsi untuk membantu anak mempraktekkan peran dalam kehidupan yang sebenarnya, melatih anak berbicara lancar, serta membantu perkembangan kognitif anak melalui pengalaman bermain. 2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran Fungsi metode bermain peran yang berpengaruh positif terhadap perkembangan anak menjadi nilai lebih dari metode bermain peran. Namun, disamping kelebihannya, metode bermain peran juga memiliki kekurangan. Sudjana (1989:79)
dalam Kurnia (2011) mengemukakan keunggulan
metode bermain peran, yaitu: 1) Peran yang ditampilkan dengan menarik akan mendapatkan perhatian
dari
anak, sehingga perhatian anak dapat terfokus pada pembelajaran. 2) Bermain peran ini dapat ditampilkan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan jenis metode bermain peran yang terdiri dari metode bermain peran makro dan mikro. 3) Dapat membantu anak dalam memahami pengalaman orang lain yang melakukan peran. Melalui bermain peran, anak dapat memahami mengenai tokoh yang dimainkan. 4) Dapat membantu untuk menganalisis. Kemampuan anak dalam menganalisis permasalahan dapat dilatih melalui metode bermain peran.
33 5) Menumbuhkan kemampuan dan rasa kepercayaan diri anak dalam menghadapi masalah. Kelebihan dari metode bermain peran juga dikemukakan oleh Suparman (2006:93) dalam Halida (2011), yaitu: 1) Bermain peran merupakan bentuk kreativitas setiap anak melalui daya imajinasi dan fantasi, memungkinkan anak mengeksplorasi dunianya sendiri sehingga akan terbangun kreativitas untuk mempergunakan pikiran dan logika. 2) Dengan bermain peran, anak melakukan eksperimen dan menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru akan menimbulkan kepuasan sehingga mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain. Sedangkan kekurangan dalam metode bermain peran yang dikemukakan Suparman (2006:93) Halida (2011) yaitu kecenderungan tidak bersungguhsungguh, serta memerlukan waktu yang cukup banyak. Berdasarkan pendapat mengenai kelebihan metode bermain peran, dapat dilihat bahwa metode bermain peran memiliki banyak kelebihan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran dapat menjadi metode pembelajaran di taman kanak-kanak yang dapat mendukung perkembangan anak. 2.3.6 Fungsi Metode Bermain peran dalam pengembangan keterampilan berbicara Anak berlatih menggunakan bahasa ekspresif (berbicara) dan reseptif (mendengarkan) melalui bermain peran. Menurut Gunarti dkk, (2008:10.11) bermain peran bertujuan untuk memecahkan masalah melalui serangkaian tindakan pemeranan. Sebagaimana yang telah disebutkan pada faktor-faktor yang
34 mempengaruhi keterampilan berbicara bahwa di dalam area drama, anak-anak memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya serta mempraktikkan kemampuan berbahasa. Pelaksanaan metode bermain peran dalam pengembangan bahasa pada anak usia dini menurut Dhieni (2007:7.33) dalam Halida (2011) bertujuan: 1)
Melatih Daya Tangkap Metode bermain peran dapat melatih anak untuk menangkap banyak hal melalui interaksi yang terjadi dengan lawan main ketika permainan berlangsung.
2)
Melatih Anak Berbicara Lancar Keterampilan berbicara anak dapat meningkat dengan metode bermain peran. Hal ini disebabkan ketika anak bermain peran terjadi interaksi baik interaksi dengan permainannya maupun interaksi yang terjadi dengan lawan mainnya.
3)
Melatih Daya Konsentrasi. Jenis permainan drama merupakan jenis permainan yang membutuhkan konsentrasi sehingga bermain drama dapat melatih daya konsentrasi anak.
4)
Melatih Membuat Kesimpulan. Cerita dari peran yang dimainkan anak dapat melatih anak menyimpulkan banyak hal mengenai tokoh yang dimainkannya.
5)
Membantu Perkembangan Intelegensi Aspek kognitif dapat dikembangkan melalui bermain drama karena dalam bermain drama dibutuhkan ide-ide yang kreatif.
35 6)
Membantu Perkembangan Fantasi Daya khayal anak sangat dibutuhkan ketika bermain peran. Hal ini dapat membantu perkembangan fantasi anak. Uraian mengenai fungsi metode bermain peran dalam pengembangan
keterampilan berbicara menekankan bahwa metode bermain drama dapat mengembangkan keterampilan berbicara. Metode bermain drama dapat menjadi media untuk memberikan kesempatan pada anak mengekspresikan imajinasinya.
2.4 Anak Taman Kanak-kanak 2.4.1 Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak Anak Taman Kanak-kanak merupakan anak yang berusia 4 sampai 6 tahun yang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, maupun bahasa. Perkembangan anak bersifat progresif, sistematis, dan berkesinambungan. Setiap aspek perkembangan saling berkaitan satu
sama
lain,
terhambatnya
satu
aspek
perkembangan tertentu
akan
mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya. Montessori dalam Syaodih (2005:8) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa untuk periode selanjutnya.
36 Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan setiap anak berbeda-beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya. Kartono (1986:113) dalam
Syaodih (2005:13-16) mengungkapkan ciri khas anak masa
kanak-kanak sebagai berikut: a)
Bersifat Egosentris Naif Seorang anak yang egosentris naif memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit.
b)
Relasi Sosial yang Primitif Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya.
c)
Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir tidak Terpisahkan Dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan satu kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya.
d)
Sikap Hidup yang Fisiognomis Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut/sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda
37 mati. Segala sesuatu dianggap memiliki jiwa sehingga anak pada usia ini sering bercakap-cakap dengan binatang, boneka, dan sebagainya. Berdasarkan uraian mengenai karakteristik anak taman kanak-kanak, dapat disimpulkan bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan pola perkembangan yang berbeda-beda. Ciri khas pada anak usia kanak-kanak diantaranya anak bersifat egosentris, kemampuan sosial yang masih rendah, serta belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati. 2.4.2 Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak 2.4.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Istilah pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang berbeda. Menurut Syaodih (2005:20) pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Kedua paragraf mengenai definisi pertumbuhan dan perkembangan menunjukkan perbedaan definisi pertumbuhan dan perkembangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif.
38 2.4.2.2 Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan. Menurut
Syaodih (2005:22-24) prinsip-prinsip perkembangan adalah sebagai
berikut: a) Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya berkenan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek perkembangan. b) Setiap individu memiliki irama dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seorang individu mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi, sedang dalam aspek perkembangan lainnya cenderung kurang. c) Perkembangan secara relatif beraturan,
mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan suatu segi didahului atau mendahului segi lainnya. d) Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. e) Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju pada yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. f) Secara normal, perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dapat dilewati secara cepat, sehingga nampak seperti tidak melewati fase tersebut. g) Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
39 h) Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial sejajar dengan kemampuan berbahasa. Dari uraian mengenai prinsip-prinsip perkembangan anak taman kanakkanak, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip perkembangan diantaranya perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek, perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit, dan setiap individu memiliki irama dan kualitas perkembangan yang berbeda. 2.4.2.3 Aspek-aspek Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak, karena kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum, dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian anak, yaitu aspek intelektual, fisikmotorik, sosial, emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Menurut Syaodih (2005:24-26) aspek-aspek perkembangan adalah sebagai berikut: a) Perkembangan Aspek Fisik dan Motorik Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahuntahun pertama kehidupan, perkembangan aspek fisik motorik sangat menonjol. Setelah dua tahun pertama, anak dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan berjalan dan berlari. b) Perkembangan Aspek Intelektual Perkembangan
aspek
intelektual
diawali
dengan
perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah
40 sederhana. Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit. c) Perkembangan Aspek Sosial Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak. Anak senang bermain dengan teman sebayanya. d) Perkembangan Aspek Bahasa Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Bahasa merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam perkembangan berpikir sebagai sarana yang utama untuk mengekspresikan pikiran. Anak adalah makhluk peniru (imitator) dengan mencontoh orang lain di sepanjang kehidupannya. Hal ini disebabkan anak memiliki dorongan yang kuat untuk meniru orang lain. Kemampuan imitasi anak menjadi modal penting dalam perkembangan bahasanya. Menurut Syaodih (2005:49) perkembangan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak umumnya anak sudah mampu berkata-kata sederhana serta dapat berbicara dengan lancar. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Jamaris dalam Susanto (2011:78-79) bahwa karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:
41 1.
Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
2.
Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus).
3.
Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.
4.
Dapat berpartisipasi dalam percakapan. Anak dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan.
5.
Percakapan yang dilakukan anak 5-6 tahun menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
e) Perkembangan Aspek Emosional Perkembangan emosi atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). f) Perkembangan Aspek Moral dan Keagamaan Aspek moral dan keagamaan berkembang sejak anak masih kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral, atau keagamaan karena meniru, kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Berdasarkan uraian mengenai aspek-aspek perkembangan anak taman kanak-kanak, dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan yang utama meliputi aspek intelektual, fisik-motorik, sosial, emosional, bahasa, moral dan keagamaan yang dapat membentuk satu kesatuan yang disebut kepribadian. Dalam aspek
42 perkembangan bahasa, anak usia 5-6 tahun memiliki kemampuan berpartisipasi dalam percakapan dimana isi percakapan tersebut berupa komentarnya terhadap apa yang dilihatnya. 2.4.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, karena tugas ini akan mempengaruhi pencapaian perkembangan berikutnya. Tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Triyon dan Lilienthal (Hildebrand, 1986:45) dalam Syaodih (2005:27-28) adalah sebagai berikut: a) Berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memenuhi kebutuhannya sendiri. b) Belajar memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang. Anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi. Anak juga belajar memperoleh kasih sayang dari sesama dalam lingkungannya. c) Belajar bergaul dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk dapat bergaul, dan berinteraksi dengan anak lain dalam lingkungan di luar lingkungan keluarga. d) Mengembangkan pengendalian diri. Pada masa ini anak belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungannya. e) Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat.
43 Anak belajar bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ada berbagai jenis pekerjaan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. f) Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya, dan bagaimana penggunaannya. g) Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar. Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya baik otot kasar maupun otot halus. h) Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan. Pada masa ini diharapkan anak dapat mengenal benda-benda yang ada di lingkungan. i) Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami orang lain. Anak belajar menguasai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan bendabenda di sekitarnya, maupun yang berinteraksi dengan lingkungannya. j) Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan. Pada masa ini anak belajar mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Sejalan dengan pendapat Triyon dan Lilienthal (Hildebrand, 1986), Havighurst (Monks, 2001) dalam Soetjiningsih (2012, 182) mengungkapkan bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal yaitu: (a) mencapai stabilitas fisiologis; (b) belajar berbicara/berbahasa; (c) belajar mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tidak perlu; (d) belajar mengenal perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin; (e) membentuk konsep-
44 konsep sederhana mengenai realitas sosial dan realitas fisik; dan (f) belajar tentang benar-salah. Berdasarkan kedua pendapat mengenai tugas-tugas perkembangan, maka dapat disimpulkan bahwa anak usia kanak-kanak memiliki tugas perkembangan diantaranya belajar berbicara/berbahasa dengan menguasai kata-kata baru untuk memahami orang lain, belajar bersosialisasi, serta belajar mengendalikan diri.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa: a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Halida dalam Jurnal Cakrawala Kependidikan . Vol. 9 , No. 1 (2011) mengenai metode bermain peran dalam mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini menyebutkan bahwa bermain peran makro merupakan metode yang tepat dalam menjembatani anak untuk lebih leluasa dalam berbicara. Hal ini disebabkan dalam melakonkan tokoh dari sebuah cerita, anak dituntut untuk melakukan percakapan dengan lawan mainnya. b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siska dalam Jurnal ISSN 1412-565X . No. 2 (2011) mengenai penerapan metode bermain peran (Role Playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran makro cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum pernah digunakan dan sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat aktif untuk
45 mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui tokoh yang dipilih untuk diperankan. c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andresen dalam Journal Culture Psychology. Vol. 11, No. 4 384-414 (2005) mengenai role play and language development in the preschool years mengungkapkan bahwa bermain peran makro sebagai bentuk tindakan pada ZPD, termasuk perkembangan bahasa dimana bahasa memegang peranan penting sebagai sarana pembentukan daya khayal anak. d. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bergen dalam Journal of Early Childhood Research and Practice. Vol. 4, No. 1 (2002) mengenai the role of pretend play in childrens cognitive development menunjukkan hubungan yang jelas antara keterampilan sosial dan kompetensi bahasa dengan tingginya kualitas daya khayal anak. Sehingga bermain peran makro dimana anak bermain dengan teman sebaya dapat membantu perkembangan bahasa anak. e. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson, dkk dalam Journal of Family and Human Development. Vol. 4, No. 10 (2010) mengenai The Importance of Play in Early Childhood Development bahwa bermain peran makro dapat memperluas daya imajinasi anak dimana anak menggunakan kosakata baru untuk mengekspresikan cerita yang dimainkan. Anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan meniru anak yang lain maupun orang dewasa sebagai modelnya. f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Li dalam Australasian Journal of Early Childhood. Vol. 37, No. 1 (2012) mengenai how do immigrant parents support preschooler’s bilingual heritage language development in a role-play context
46 menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan melalui pendekatan bermain peran di rumah dimana daya khayal anak secara individual dapat terlihat melalui bermain peran mikro. g. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanapiah dan Suwadi dalam Jurnal TEQIP. No. 1 (2010) mengenai peningkatan keterampilan berbicara dengan teknik bermain peran bagi siswa kelas V SDN 2 Ngali menunjukkan bahwa penggunaan teknik bermain peran makro dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 2 Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. h. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hewes dalam Journal Of Early Childhood Learning Knowledge Centre mengenai Let The Children Play: Nature’s Answer to Early Learning mengungkapkan bahwa bermain peran makro dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak yaitu kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan temannya. i.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Somantri dalam Tesis PENDAS (2010) mengenai pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran (Role Playing) makro terhadap keterampilan sosial dan berbicara anak usia dini mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan keterampilan berbicara anak pada kelas kontrol dan kelas ekeperimen. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran sesuai dengan dunia anak yang menekankan pada eksplorasi permainan dan eksplorasi gerak tubuh serta bahasa anak.
j.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shim dalam Disertasi (2007) mengenai LowIncome Children’s Pretend Play: The Contributory Influences of Individual and
47 Contextual Factors mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kuantitas bermain peran adalah rendahnya keterlibatan teman sebaya, kemampuan bahasa anak, serta media yang digunakan. k. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pane dalam UNIMED-Master-130074 (2013) mengenai pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap keterampilan berbicara anak usia dini di kelompok bermain kota Medan menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran bermain peran mikro.
2.6 Kerangka Berpikir Metode bermain peran merupakan jenis permainan yang dapat meningkatkan aspek bahasa terutama keterampilan berbicara. Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 15 Desember 2012, pelaksanaan bermain peran di TK Negeri Pembina Pekalongan belum maksimal. Hal ini terlihat dengan sudah tersedianya media pembelajaran yang mendukung bermain peran seperti tempat tidur, meja, serta kursi, namun intensitas pelaksanaan bermain peran masih rendah. Bermain peran terdiri dari dua jenis yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro. Kedua jenis bermain peran tersebut akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap keterampilan berbicara anak usia taman kanak-kanak. Banyak ditemukan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa metode bermain peran makro dapat meningkatkan keterampilan berbicara, namun masih sedikit ditemukan hasil penelitian
48 yang menunjukkan bahwa metode bermain peran mikro dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara anak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator pada teori Hurlock (1978) mengenai tugas utama dalam belajar berbicara, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58 tahun 2009 dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini (2002) serta perkembangan bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus (2011), dan Djiwandono (1996) dalam Halida (2011). Pada bermain peran makro terjadi interaksi antara anak dengan lawan mainnya sehingga dapat mengembangkan semua indikator keterampilan berbicara yang terdapat pada teori yang telah disebutkan di atas. Bermain peran mikro hanya terjadi interaksi antara anak dengan mainannya yang merupakan benda mati sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah. Berdasarkan pertimbangan tersebut bermain peran mikro hanya dapat mengembangkan indikator berkomunikasi secara lisan, Panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata perkalimat, isi pembicaraan berpusat pada diri sendiri (Egosentrik), serta melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun. Dari berbagai uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kerangka berpikir “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5-6 tahun”.
49 Berkomunikasi secara lisan, dan memiliki perbendaharaan kata. Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan). Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang diperdengarkan
Bermain Peran Makro
Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-≤6 tahun.
telah
Berpusat pada orang lain (Sosialisasi). Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik.
Berbicara lancar kalimat sederhana. Metode Bermain Peran (Role Play)
dengan
Mengekspresikan diri melalui dramatisasi.
Berkomunikasi secara lisan, dan memiliki perbendaharaan kata.
Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat.
Bermain Peran Mikro
Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-≤6 tahun.
Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang diperdengarkan
telah
Berpusat pada diri sendiri (Egosentrik).
50
2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2009:96). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dibuat rumusan hipotesis komparatif, yaitu: 1) Ho: Tidak ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. 2) Ha: Terdapat perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161). Obyek penelitian yang dimaksud di sini adalah TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat, dan TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah: 3.1.1 Variabel Bebas (X) Variabel bebas atau independent variabel adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat) atau variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2010:61). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bermain peran makro (X1) dan metode bermain peran mikro (X2). 3.1.2 Variabel Terikat (Y) Variabel terikat atau dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara anak (Y).
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan atau spesifikasi dari variabelvariabel penelitian yang secara konkret berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan
51
52 merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati peneliti berdasarkan sifat yang didefinisikan dan diamati sehingga terbuka untuk diuji kembali oleh orang atau peneliti lain. Adapun batasan atau definisi operasional variabel yang diteliti adalah: 3.2.1 Keterampilan Berbicara Anak Makna secara harafiah keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan (Tarigan dalam Suhartono, 2005:20). Keterampilan berbicara adalah kemampuan individu untuk mampu mengatasi segala
permasalahan
dalam
mengucapkan
bunyi-bunyi
artikulasi
untuk
mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan. Unsur-unsur kebahasaan yang dapat
menunjang keterampilan berbicara
diungkapkan oleh Djiwandono (1996) dalam Halida (2011) yaitu unsur kebahasaan, unsur nonkebahasaan, dan unsur isi. Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal yang jelas; (2) Penerapan intonasi yang wajar; (3) Pilihan kata; dan (4) Penerapan struktur/susunan kalimat yang jelas. Unsur nonkebahasaan meliputi: (1) Keberanian; (2) Kelancaran; dan (3) Ekspresi/Gerak-gerik Tubuh. Unsur isi dalam pembicaraan merupakan bagian yang lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara tidak akan tersampaikan secara jelas pula, dalam aspek isi dari berbicara terdiri dari kerincian dan kejelasan dalam menyampaikan isi dari pembicaraan.
53 3.2.2 Metode Bermain Peran Metode bermain peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan (Depdikbud, 1998 dalam Winda Gunarti, dkk, 2008:10.10). Metode Bermain peran dilihat dari jenisnya terdiri dari dua jenis yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat oleh Erikson (1963) dalam Magfiroh (2011) bahwa metode bermain peran terdiri dari: 3) Metode Bermain Peran Mikro Anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. 4) Metode Bermain Peran Makro Anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan. Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan mikro akan mengakibatkan tingkat keterampilan berbicara yang berbeda pada anak.
3.3 Subjek Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010:173), sedangkan menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
54 ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. TK Negeri Pembina merupakan TK inti yang menjadi TK percontohan di kota Pekalongan. Dengan demikian ketersediaan media pembelajaran sudah mencukupi. Selain hal di atas, TK Negeri Pembina terbuka dengan saran dari pihak luar sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran. TK Negeri Pembina Pekalongan terdiri dari TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat yang berada di jalan Merapi No.2, Bendan, Pekalongan Serta TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara yang berada di jalan Apollo 75 A, Kandang Panjang, Pekalongan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 240 siswa. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Sedangkan menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas B1 TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:124). Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan usia dan ketersediaan media. Dilihat dari segi usia, sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 5-6 tahun, sedangkan dari segi ketersediaan media sampel dalam penelitian ini adalah kelas yang memiliki media bermain drama yang mencukupi. Berdasarkan
55 pertimbangan tersebut, maka diperoleh Kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dengan 30 peserta didik sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan penerapan metode bermain peran makro, dan kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara dengan 30 peserta didik sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan penerapan metode bermain peran mikro. Jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah 60 anak.
3.4 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010: 308). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan apabila responden tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi terstruktur atau observasi yang telah dirancang secara sistematis. Observasi ini dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung serta dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi disusun dalam bentuk skala yang dibuat dalam panduan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya (Sugiyono, 2010: 205). Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert dimana jawaban setiap item instrumen memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian
56 dibuat dalam bentuk cheklist. Jawaban dibuat skor tertinggi 4 untuk kategori “Selalu muncul”, skor 3 “Sering muncul”, skor 2 “Jarang muncul”, dan skor terendah 1 untuk kategori “Tidak Pernah muncul ”. Instrumen penelitan untuk mengukur keterampilan berbicara anak disusun berdasarkan indikator pada teori Hurlock (1978) mengenai tugas utama dalam belajar berbicara, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58 tahun 2009 dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini (2002) serta perkembangan bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus (2011), dan Djiwandono (1996) dalam Halida (2011). Adapun kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengukur keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
No.
1.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Mengukur Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Variabel Aspek Indikator Fav Unfav Perkembangan yang dinilai Keterampilan Aspek kebahasaan: berbicara a) Pengucapan anak usia 5-6 tahun.
a) Menyebutkan nama, jenis 1, 2 kelamin. b) Mengucapkan suku kata. 4 c) Berkomunikasi secara 5, 6 lisan, dan memiliki perbendaharaan kata.
b) Pengembangan a) Menggunakan kata ganti. Kosakata b) Menggunakan kata sifat. c) d) e) f)
3 7
8 9 10, 11, 12 Menggunakan kata benda. 15 13, 14 Menggunakan konsep 17 16, 18 waktu. Penggunaan kata 19 20 penghubung. Penggunaan kata kerja 22 21 dasar yang tidak membutuhkan objek.
57 c) Pembentukan Kalimat
d) Isi Bicara
Aspek Nonkebahasaan: a) Keberanian
b) Kelancaran
c) Ekspresi atau gerak-gerik tubuh
a) Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat. b) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimatpredikat-keterangan). c) Menyusun kalimat Tanya. d) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
23
24
25
26
27, 28 30
29
a) Berpusat pada diri sendiri (Egosentrik). b) Berpusat pada orang lain (Sosialisasi).
31, 32 33
34
a) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik. b) Anak berani mengungkapkan keinginannya, penolakannnya, maupun pendapatnya c) Keberanian untuk berpihak terhadap gagasan yang diyakini kebenarannya.
35
36
38
37
39
40
a) Berbicara lancar dengan kalimat sederhana. b) Memberikan informasi tentang suatu hal.
41, 42
43
a) Mengekspresikan diri melalui dramatisasi. b) Bercerita menggunakan kalimat yang terdiri dari 36 kata dengan ekspresi.
47
46
49
48
44, 45
58
3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian Peneliti melakukan studi pendahuluan berupa studi teoritis, empiris dan observasi lapangan sebelum penelitian. Studi teoritis dan empiris berupa proposal penelitian yang merupakan dasar dari dilakukannya penelitian ini. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi dan kondisi lokasi penelitian. Studi pendahuluan bertujuan agar proses penelitian terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan kaidah ilmiah. 3.5.1.1 Persiapan Instrumen Penelitian Pengembangan instrumen dilakukan dengan cara menentukan variabel penelitian terlebih dahulu untuk kemudian dikembangkan menjadi aspek yang ingin diketahui keadaannya. Instrumen keterampilan berbicara ini berasal dari teori Hurlock (1978:) mengenai tugas utama dalam belajar berbicara, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58 tahun 2009 dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini (2002) serta perkembangan bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus (2011), dan Djiwandono (1996). Berdasarkan pedoman tersebut di atas, sudah terdapat indikator-indikator yang kemudian harus disusun menjadi butir item dalam sebuah skala keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun. Butir item tersebut berupa cerita bergambar yang digunakan pada saat pretest dan posttest. Setelah penyusunan instrumen keterampilan berbicara selesai, peneliti
59 melakukan uji coba instrumen di TK Batik Buaran, Pekalongan dan TK Negeri Cempaka, Pekalongan yang dilaksanakan pada bulan April 2013. Arikunto (2006:168) mengungkapkan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. 3.5.1.1.1 Teknik Pengukuran Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010: 211). Pengujian validitas instrument keterampilan berbicara ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 18 teknik Corrected Item Total Correlation, yaitu mengorelasikan antara skor item dengan total item, kemudian melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi (Priyatno, 2009:167). Adapun hasil uji validitas instrumen penelitian dengan menggunakan teknik Corrected Item Total Correlation sebagai berikut: Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan Berbicara Aspek
Variabel Penelitian Keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun.
Nomor Item Item Item Gugur Valid
Indikator
Aspek Kebahasaan: a)
b)
Pengucapan
Pengembangan Kosakata.
a. Menyebutkan jenis kelamin.
nama,
1, 2, 3, 1, 2 4 b. Mengucapkan suku kata. 5, 6 5
3, 4
c. Berkomunikasi secara 7, 8, 9 lisan, dan memiliki perbendaharaan kata.
7, 8, 9
a. Menggunakan ganti.
kata
10, 11,
10,
6
11
60
b. Menggunakan kata sifat.
c)
Pembentukan Kalimat.
d)
Isi Bicara
c. Menggunakan kata benda. d. Menggunakan konsep waktu. e. Penggunaan kata penghubung. f. Penggunaan kata kerja dasar yang tidak membutuhkan objek. a. Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat.
12, 13
12, 13
14, 15, 16 17, 18
14, 16
15
17
18
19, 20
19
20
21, 22, 23 24, 25, 26
22
21, 23 25
24, 26
27
27
b. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikatketerangan). c. Menyusun kalimat tanya. d. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. a. Berpusat pada diri sendiri (Egosentrik). b. Berpusat pada orang lain (Sosialisasi).
28, 29
29
28
30, 31, 32 33, 34
32
30, 31 33, 34
37, 38, 39
37
a. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik. b. Anak berani mengungkapkan keinginannya, penolakannnya, maupun pendapatnya. c. Keberanian untuk berpihak terhadap gagasan yang diyakini kebenarannya.
40, 41
41
40
42, 43
43
42
44, 45
45
44
35, 36
35, 36 38, 39
Aspek Nonkebahasaan: a) Keberanian
61 b) Kelancaran
c) Ekspresi atau gerak-gerik tubuh
a. Berbicara lancar dengan kalimat sederhana.
46, 47, 48
b. Memberikan informasi tentang suatu hal. a. Mengekspresikan diri melalui dramatisasi.
49, 50
49
46, 47, 48 50
51, 52
51
52
b. Bercerita menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata dengan ekspresi.
53, 54
Jumlah item yang tidak valid
= 21
Jumlah item yang valid
= 33
53, 54
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan, maka diketahui ada dua puluh satu item yang tidak valid, yaitu item nomor 1, 2, 5, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 22, 24, 26, 29, 32, 37, 41, 43, 45, 49, dan 51. Menurut Arikunto (2010: 221) mengatakan bahwa peneliti bisa mengganti atau merevisi butir-butir yang tidak valid. Berdasarkan hal tersebut peneliti menganalisis kembali item-item yang tidak valid, untuk item nomor 5, 12, 14, 16, 17, 19, 26, 29, 41, 43, 45, 49, dan 51 diperbaiki sedangkan nomor 1, 2, 10, 13, 22, 24, 32, dan 34 dibuang. Kemudian peneliti menambah 3 item pengamatan sehingga total item pengamatan menjadi 49 item pengamatan. 3.5.1.1.2 Teknik Pengukuran Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010:221). Untuk uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan program SPSS 18 teknik Reliability analysis yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
62 konsistensi alat ukur yang menggunakan skala, kuesioner, atau angket (Priyatno, 2009:167). Adapun hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan teknik Reliability analysis sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berbicara Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.929
54
Pada a = 5% dengan n = 30 diperoleh rtabel = 0.361, tabel di atas menunjukkan bahwa Cronbach Alpha lebih dari rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. 3.5.1.2 Penyusunan
Metode
Bermain
Peran
sebagai
Perlakuan
dalam
Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode bermain peran makro sebagai perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen, dan metode bermain peran mikro sebagai perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol. Validitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:173). Pengujian validitas instrumen metode bermain peran ini menggunakan pengujian validitas konstrak. Untuk menguji validitas konstrak, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli
63 (Professional judgment). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspekaspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2010: 177). Dalam penelitian ini, terdapat professional judgment untuk menyatakan bahwa bermain peran yang digunakan adalah sesuai untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun. Professional judgment dalam penelitian ini adalah Wulan Adiarti, M.Pd selaku dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Negeri Semarang yang menguasai mengenai model pembelajaran sentra, serta guru dari sekolah eksperimen. Menurut professional judgment, bermain peran yang bisa digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara untuk anak usia 5-6 tahun adalah bermain peran dengan judul permainan: Rumahku Banjir, Restoran, Pergi ke dokter, Pemadam Kebakaran, Bawang merah Bawang putih, “Si Unyil” (Bekerja sama yuk!), Pesta Ulang Tahun, dan Bermain Bersama untuk bermain makro. Sedangkan untuk bermain peran mikro, permainan yang bisa digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara untuk anak usia 5-6 tahun adalah bermain peran dengan judul permainan: Mengasuh Bayi, Fun Cooking, Kedai Es Krim, Aktivitasku, Barbie, Pesawatku, Bermain perang-perangan, serta Robot. Adanya media yang lengkap yang terdapat di area drama pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, sehingga bisa dikatakan bahwa bermain peran ini bisa diterapkan di sekolah tersebut.
64
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan dalam waktu satu bulan. TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara melakukan pretest pada tanggal 13 Mei 2013 dan 14 Mei 2013, dan posttest dilakukan pada tanggal 23 Mei 2013 dan 24 Mei 2013. Sedangkan TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat melakukan pretest pada tanggal 27 Mei 2013, dan posttest pada tanggal 11 Juni 2013. Penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: a. Peneliti melakukan pendataan nama anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dan nama anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara. b. Peneliti melakukan pre-test keterampilan berbicara anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara. c. Peneliti melakukan proses kegiatan eksperimen dengan metode bermain peran mikro pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara. d. Peneliti melakukan post-test pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara dan mencatat keterampilan berbicara anak dengan melakukan skoring. e. Peneliti melakukan pre-test keterampilan berbicara anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat. f. Peneliti melakukan proses kegiatan eksperimen dengan metode bermain peran makro pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat. g. Peneliti melakukan post-test pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dan mencatat keterampilan berbicara anak dengan melakukan
65 skoring. h. Menghitung perbedaan antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok, dan perbedaan hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. i. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah penerapan perlakuan X+
itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok
eksperimen. j. Melakukan analisis hipotesis dengan menggunakan Uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu signifikan.
3.6 Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : 3.6.1 Uji Asumsi 3.6.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah analisis One Sample Kolmogrov-Smirnov Test dengan menggunakan bantuan SPSS 18. 3.6.1.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan
66 dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: Ho = varian kedua kelompok sama (homogen) Ha = varian kedua kelompok tidak sama (tidak homogen) Pengujian kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:
Fhitung
Vb Vk
Keterangan: Vb
= varians yang terbesar.
Vk
= varians yang terkecil. (Sudjana, 2005:250)
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka F hitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan α= 5% dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen. 3.6.2 Analisis Data Deskriptif Data yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan keterampilan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan dengan keterampilan berbicara sesudah diberikan perlakuan. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
67 membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:207208). Analisis data deskriptif dalam penelitian ini menggunakan analisis Descriptive Statistics dengan bantuan program SPSS 18. 3.6.3 Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini yaitu menggunakan t-test atau uji t dengan bantuan program SPSS 18. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2 artinya tidak ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Ha : µ1 ≠ µ2 artinya ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Dalam hal ini, tingkat keterampilan berbicara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro lebih tinggi dibandingkan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak yang homogen yaitu TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dan TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Eksperimen dilakukan di kelas B1 dengan usia anak 5-6 tahun dan masing-masing sekolah berjumlah 30 anak. Perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok tersebut berbeda. Kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat diberikan perlakuan berupa
penerapan
metode bermain peran makro, sedangkan Kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara diberikan perlakuan berupa penerapan metode bermain peran mikro. TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat berada di Jalan Merapi No.2, Bendan, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat memiliki visi membentuk peserta didik menjadi anak yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa; berkepribadian mulia, mandiri, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani; serta memiliki misi sebagai berikut: (1) menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan agar terbentuk pribadi yang beriman, bertaqwa, dan berkepribadian mulia; (2) memberikan tugastugas yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang mandiri; (3) memberi dasar pengetahuan agar anak bisa merespon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) mempersiapkan anak agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya dan lingkungan; dan (5) menumbuh kembangkan kreatifitas anak
68
69 dalam seni, budaya, dan olahraga melalui pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal. TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara berada di Jalan Apolo, Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara memiliki visi terciptanya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, kreatif, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani; serta memiliki misi sebagai berikut: (1) menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila sehingga tercapainya pribadi peserta didik yang beriman dan bertaqwa; (2) memberikan pendidikan keterampilan agar peserta didik memiliki prestasi dalam bidang seni maupun olahraga; (3) memberikan tugas-tugas yang mengarah terciptanya pribadi peserta didik yang mandiri; dan (4) memberikan dasar-dasar pengetahuan agar peserta didik bertambah kembang sesuai dengan tahapan perkembangan. TK negeri Pembina Kota Pekalongan merupakan TK inti sebagai TK percontohan di kota Pekalongan, dengan demikian ketersediaan media pembelajaran sudah mencukupi terutama pada area bermain drama, namun penerapan metode bermain drama kurang maksimal. Hal ini disebabkan TK Negeri Pembina Kota Pekalongan menggunakan model pembelajaran area. Ditinjau dari segi keterampilan berbicara, anak TK Negeri Pembina memiliki keterampilan berbicara yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada laporan perkembangan anak yang menunjukkan bahwa masih terdapat indikator-indikator pada aspek bahasa terutama pada lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa yang belum tercapai dengan baik.
70
4.2 Deskripsi Data Penelitian Penelitian mengenai tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran memiliki data sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Pretest
1
Kelompok Eksperimen Nilai % Kategori 103 70% Sedang
2
105
71%
Sedang
96
65%
Sedang
3
100
68%
Sedang
98
67%
Sedang
98
67%
Sedang
93
63%
Sedang
96
65%
Sedang
80
54%
Rendah
6
116
79%
Tinggi
108
73%
Sedang
7
124
84%
Tinggi
94
64%
Sedang
124
84%
Tinggi
106
72%
Sedang
97
66%
Sedang
116
79%
Tinggi
98
67%
Sedang
92
63%
Sedang
106
72%
Sedang
118
80%
Tinggi
94
64%
Sedang
130
88%
Tinggi
109
74%
Sedang
121
82%
Tinggi
104
71%
Sedang
128
87%
Tinggi
110
75%
Sedang
135
92%
Tinggi
16
98
67%
Sedang
135
92%
Tinggi
17
105
71%
Sedang
130
88%
Tinggi
137
93%
Tinggi
134
91%
Tinggi
19
120
82%
Tinggi
102
69%
Sedang
20
109
74%
Sedang
105
71%
Sedang
21
110
75%
Sedang
133
90%
Tinggi
22
114
78%
Tinggi
104
71%
Sedang
98
67%
Sedang
126
86%
Tinggi
Subyek
4 5
8 9 10 11 12 13 14 15
18
23
Kelompok Kontrol Nilai % Kategori 111 76% Sedang
71
24
111
76%
Sedang
60
41%
Rendah
25
108
73%
Sedang
127
86%
Tinggi
112
76%
Sedang
109
74%
Sedang
123
84%
Tinggi
111
76%
Sedang
91
62%
Sedang
116
79%
Tinggi
120
82%
Tinggi
121
82%
Tinggi
120
82%
Tinggi
111
76%
Sedang
Sedang
111,57
26 27 28 29 30 Rata-rata
108,67
74%
76%
Sedang
Berdasarkan tabel data hasil Pretest dapat diketahui bahwa anak pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara kategori sedang dengan jumlah 74%, dengan rincian tidak terdapat anak yang memiliki tingkat keterampilan berbicara rendah, memiliki tingkat keterampilan berbicara sedang berjumlah 21 anak, dan memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi berjumlah 9 anak. Berbeda dengan hasil Pretest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro, hasil Pretest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara kategori sedang dengan jumlah 76% dengan rincian anak yang memiliki tingkat keterampilan berbicara rendah berjumlah 2 anak, memiliki tingkat keterampilan berbicara sedang berjumlah 14 anak, dan memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi berjumlah 14 anak.
72 Tabel 4.2 Data Hasil Posttest Subyek 1
Nilai 153
Kelompok Eksperimen % Kategori 100% Tinggi
Nilai 141
Kelompok Kontrol % Kategori 96% Tinggi
161
100%
Tinggi
140
95%
Tinggi
151
100%
Tinggi
147
100%
Tinggi
144
98%
Tinggi
126
86%
Tinggi
146
99%
Tinggi
112
76%
Sedang
160
100%
Tinggi
153
100%
Tinggi
136
93%
Tinggi
127
86%
Tinggi
133
90%
Tinggi
144
98%
Tinggi
143
97%
Tinggi
127
86%
Tinggi
133
90%
Tinggi
158
100%
Tinggi
146
99%
Tinggi
134
91%
Tinggi
142
97%
Tinggi
131
89%
Tinggi
143
97%
Tinggi
129
88%
Tinggi
141
96%
Tinggi
135
92%
Tinggi
153
100%
Tinggi
139
95%
Tinggi
151
100%
Tinggi
138
94%
Tinggi
147
100%
Tinggi
137
93%
Tinggi
18
149
100%
Tinggi
135
92%
Tinggi
19
142
97%
Tinggi
156
100%
Tinggi
20
153
100%
Tinggi
138
94%
Tinggi
21
152
100%
Tinggi
149
100%
Tinggi
22
162
100%
Tinggi
145
99%
Tinggi
23
150
100%
Tinggi
138
94%
Tinggi
24
167
100%
Tinggi
95
65%
Sedang
161
100%
Tinggi
140
95%
Tinggi
26
151
100%
Tinggi
130
88%
Tinggi
27
152
100%
Tinggi
141
96%
Tinggi
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
25
73
28
155
100%
Tinggi
146
99%
Tinggi
29
157
100%
Tinggi
149
100%
Tinggi
153
100%
Tinggi
151
100%
Tinggi
149,57
100%
Tinggi
137,70
94%
Tinggi
30 Rata-rata
Berdasarkan tabel data hasil Posttest dapat diketahui bahwa anak pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara kategori tinggi dengan jumlah 100%, dengan rincian 30 anak memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi. Berbeda dengan hasil Posttest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro, hasil Posttest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara kategori tinggi dengan jumlah 94% dengan rincian tidak terdapat anak yang memiliki tingkat keterampilan berbicara rendah, memiliki tingkat keterampilan berbicara sedang berjumlah 2 anak, dan memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi berjumlah 28 anak. Berdasarkan uraian mengenai hasil Posttest dapat diketahui bahwa anak pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara lebih tinggi daripada anak pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
4.3 Analisis Data Berdasarkan penelitian yang dilakukan kemudian hasilnya dihitung atau diolah dengan cara memasukkan data ke dalam rumus yang terdapat dalam analisis data. Selain itu, olah data yang dilakukan menggunakan bantuan program SPSS 18.
74 4.3.1 Uji Asumsi Untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka pada masing-masing kelas diberikan pretest. 4.3.1.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji normalitas dengan bantuan program SPSS 18 dengan analisis One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Hasil penghitungan uji normalitas data keterampilan berbicara ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kelompok eksperimen N Normal Parametersa Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
30 108.67 10.842 .104 .104 -.085 .570 .901
kelompok kontrol 30 111.67 17.691 .094 .094 -.091 .513 .955
Pada Tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) menunjukkan 0,901 pada kelas eksperimen dan 0,955 pada kelas kontrol. Nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan taraf signifikansi 0,05 berarti nilai probabilitas signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan
75 demikian dapat dikatakan bahwa data keterampilan berbicara anak berdistribusi normal.
4.3.1.2 Uji Homogenitas Data Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak. Untuk menganalisis Homogenitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
Fhitung
Vb Vk
Ho = varian kedua kelompok sama (Homogen) Ha = varian kedua kelompok tidak sama (tidak Homogen) Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data
Fhitung
Ftabel
Keputusan
2,6628
1,86
Fh ˃ Ftab (2,6628 ˃ 1,86 ) Jadi Ha ditolak
Berdasarkan data hasil pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen, setelah data dimasukkan ke dalam rumus maka diperoleh nilai Fhitung = 2,6628 dengan taraf signifikansi = 0,05. Sedangkan nilai Ftabel sebesar 1,86. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel artinya Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tidak Homogen atau mempunyai varians yang berbeda.
76 4.3.2 Analisis Data Deskriptif Data yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan keterampilan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan dengan keterampilan berbicara sesudah diberikan perlakuan. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:207-208). Tabel 4.5 Hasil Persentase Pretest Keterampilan Berbicara
Kategori
Kelompok Kontrol 0%
Kelompok Eksperimen 0%
Sering Muncul
30%
13%
Jarang Muncul
63%
87%
Tidak Pernah Muncul
7%
0%
Selalu Muncul
77 Hasil pretest keterampilan berbicara pada tabel 4.5 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini: Grafik 4.1. Hasil Pretest Keterampilan Berbicara
87%
90% 80%
63%
70% 60%
50% 40%
Kontrol
30%
Eksperimen
30% 13%
20% 10%
7% 0% 0%
0%
0% Selalu Muncul
Sering Muncul
Jarang Muncul
Tidak Pernah Muncul
Berdasarkan grafik 4.1 di atas dapat diketahui bahwa hasil pretest keterampilan berbicara kategori “Selalu Muncul” sebesar 0% pada kelompok kontrol dan 0% pada kelompok eksperimen, “Sering Muncul” sebesar 30% pada kelompok kontrol dan 13% pada kelompok eksperimen, “Jarang Muncul” sebesar 63% pada kelompok kontrol dan 87% pada kelompok eksperimen, “Tidak Pernah Muncul” sebesar 7% pada kelompok kontrol dan 0% pada kelompok eksperimen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pretest keterampilan berbicara pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen pada kategori “Sering Muncul”. Sedangkan pada kategori “Jarang Muncul” dan “Tidak Pernah Muncul”, hasil pretest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
78 Tabel 4.6 Hasil Persentase Posttest Keterampilan Berbicara
Kategori
Kelompok Kontrol 0%
Kelompok Eksperimen 17%
Sering Muncul
93%
83%
Jarang Muncul
7%
0%
Tidak Pernah Muncul
0%
0%
Selalu Muncul
Hasil postest keterampilan berbicara pada tabel 4.6 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini: Grafik 4.2. Hasil Posttest Keterampilan Berbicara
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
93% 83%
Kontrol Eksperimen 17% 7%
0% Selalu Muncul
Sering Muncul
0%
0% 0%
Jarang Muncul
Tidak Pernah Muncul
Berdasarkan grafik 4.2 di atas dapat diketahui bahwa hasil posttest keterampilan berbicara kategori “Selalu Muncul” sebesar 0% pada kelompok kontrol dan 17% pada
79 kelompok eksperimen, “Sering Muncul” sebesar 93% pada kelompok kontrol dan 83% pada kelompok eksperimen, “Jarang Muncul” sebesar 7% pada kelompok kontrol dan 0% pada kelompok eksperimen, “Tidak Pernah Muncul” sebesar 0% pada kelompok kontrol dan 0% pada kelompok eksperimen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil posttest keterampilan berbicara pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan pada kategori “Selalu Muncul” kelompok eksperimen memiliki jumlah prosentase yang lebih tinggi yaitu sebesar 17%. Untuk membandingkan hasil pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, serta hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dari skor terendah, skor tertinggi, nilai mean, serta standar deviasi pada masing-masing kelompok yang dibandingkan dengan skor hipotesis. Untuk menguji nilai skor terendah, skor tertinggi, nilai mean, serta standar deviasi, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 18 dengan analisis deskriptif. Tabel 4.7 Hasil Pretest Keterampilan Berbicara
Skor Empirik Kelompok Eksperimen N 30 Minimum 91 Maksimum 137 Mean 108.67 Std. Deviation 10.842
Skor Empirik Kelompok Kontrol 30 60 135 111.67 17.691
Skor Hipotesis 30 49 196 196.00 .000
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa hasil pretest keterampilan berbicara kelompok eksperimen memiliki skor minimum 91; skor
80 maksimum 137; nilai rata-rata 108,67; dan standar deviasi 10,842 sebagai skor empirik. Hasil pretest keterampilan berbicara kelompok kontrol memiliki skor minimum 60; skor maksimum 135; nilai rata-rata 111,67; dan standar deviasi 17,691 sebagai skor empirik, sedangkan pada skor hipotesis memiliki skor minimum 49; skor maksimum 196; nilai rata-rata 196; serta standar deviasi 0,0. Berdasarkan uraian mengenai hasil pretest keterampilan berbicara, dapat diketahui terdapat perbedaan hasil pretest keterampilan berbicara antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelompok eksperimen memiliki skor minimum dan skor maksimum yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Namun nilai rata-rata dan standar deviasi pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen.
Tabel 4.8 Hasil Posttest Keterampilan Berbicara
N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
Skor Empirik Kelompok Eksperimen 30 133 167 149.57 8.406
Skor Empirik Kelompok Kontrol 30 95 158 137.70 12.804
Skor Hipotesis 30 49 196 196.00 .000
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa hasil posttest keterampilan berbicara kelompok eksperimen memiliki skor minimum 133; skor maksimum 167; nilai rata-rata 149,57; dan standar deviasi 8,406 sebagai skor empirik. Hasil posttest keterampilan berbicara kelompok kontrol memiliki skor minimum 95; skor maksimum 158; nilai rata-rata 137,7; dan standar deviasi 12,804 sebagai skor empirik, sedangkan
81 pada skor hipotesis memiliki skor minimum 49; skor maksimum 196; nilai rata-rata 196; serta standar deviasi 0,0. Berdasarkan uraian mengenai hasil posttest keterampilan berbicara, dapat diketahui terdapat perbedaan hasil posttest keterampilan berbicara antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelompok eksperimen memiliki skor minimum, skor maksimum, serta nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Namun standar deviasi pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. 4.3.3 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode t-test untuk melihat perbedaan pada masing-masing test dan untuk melihat seberapa besar tingkat keterampilan berbicara anak ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun. Data dikatakan mengalami perbedaan yang signifikan jika sig < 0,05. Jika sig > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak dan sebaliknya jika sig < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima. Nilai t pada tabel juga dapat melihat hasil perbedaan, jika –ttabel ≤ thitung ≤ t
tabel,
maka Ho diterima, jika –thitung >-ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak. Nilai
ttabel yang digunakan pada penelitian ini 2,002. 4.3.3.1. Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest Untuk menguji nilai rata-rata data pretest dan mengetahui nilai signifikansi kedua kelompok, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 18 dengan analisis Independent Samples T Test. Independent samples T Test digunakan untuk menguji dua rata-rata pada dua kelompok data yang independen.
82 Tabel 4.9 T test Data Pretest Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Nilai Equal variances tes assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
t
5.102 .028 -.792
Equal variances not assumed
df
95% Confidence Std. Interval of the Error Difference Sig. (2Mean Differenc tailed) Difference e Lower Upper
58
.432
-3.000
3.788 -10.583
4.583
-.792 48.089
.432
-3.000
3.788 -10.616
4.616
Ho : Tidak ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Ha : Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Berdasarkan tabel 4.9, nilai thitung sebesar -0,792 dan nilai ttabel sebesar 2.00. Oleh karena itu nilai thitung lebih kecil daripada nilai ttabel maka Ho diterima. Dengan kata lain keterampilan berbicara anak pada kelompok eksperimen tidak lebih baik daripada kelompok kontrol. 4.3.3.2. Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest Berdasarkan hasil analisis data awal yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama yaitu berdistribusi normal, dan mempunyai rata-rata sampel yang sama.
83 Pemberian perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengukur keterampilan berbicara dilakukan dengan cara yang berbeda. Kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa metode bermain peran mikro. Sedangkan dalam kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa metode bermain peran makro. Tabel 4.10 T test Data Posttest
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Sko Equal r variances assumed
1.541
Equal variances not assumed
Sig.
t
.219 4.243
Df
Sig. (2- Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower
Upper
58
.000
11.86667
2.79648 6.26890 17.46443
4.243 50.084
.000
11.86667
2.79648 6.25000 17.48333
Ho : Tidak ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak
yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Ha : Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Terlihat bahwa rata-rata hasil keterampilan berbicara anak pada kedua kelompok tersebut berbeda. Nilai thitung sebesar 4.243 > t tabel sebesar 2,002. Nilai sig (2-tailed) <
84 0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
4.4 Pembahasan Penelitian mengenai tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran menunjukkan rata-rata hasil keterampilan berbicara anak pada kedua kelompok tersebut berbeda. Nilai thitung sebesar 4.243 > t tabel sebesar 2,002. Nilai sig (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Tingkat keterampilan berbicara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil posttest keterampilan berbicara kelompok eksperimen memiliki skor minimum 133; skor maksimum 167; nilai rata-rata 149,57; dan standar deviasi 8,406; sedangkan hasil posttest keterampilan berbicara kelompok kontrol memiliki skor minimum 95; skor maksimum 158; nilai rata-rata 137,7; dan standar deviasi 12,804. Eksperimen mengenai tingkat keterampilan berbcara ditinjau dari metode bermain peran ini dilakukan pada anak yang berusia lima sampai enam tahun di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak
85 dimana menurut Syaodih (2005:48) anak adalah makhluk peniru (imitator) dengan mencontoh orang lain di sepanjang kehidupannya. Hal ini disebabkan anak memiliki dorongan yang kuat untuk meniru orang lain, sehingga kemampuan imitasi anak ini menjadi modal penting dalam perkembangan bahasanya. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara yang berbeda. Kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara diberikan perlakuan berupa penerapan metode bermain peran mikro, sedangkan kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat diberikan perlakuan berupa penerapan metode bermain peran makro. Metode bermain peran makro dan mikro merupakan dua jenis metode bermain peran yang berbeda dalam pelaksanaannya. Metode bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerjasama lebih dari dua orang sehingga komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi dua arah dengan menggunakan alat-alat main berukuran sesungguhnya, sedangkan dalam bermain peran mikro, anak menggunakan alat-alat main yang berukuran kecil yang dilakukan oleh dua orang bahkan sendiri sehingga komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Menurut Gunarti, dkk (2010:10.18-10.19) perbedaan antara bermain peran makro dan mikro dapat ditinjau dari beberapa sudut, diantaranya sudut alur cerita dimana bermain peran makro memiliki alur cerita yang mengandung konflik yang harus dipecahkan sehingga menuntut adanya kerja sama yang sinergis untuk menemukan solusi. Hal ini menyebabkan bermain peran makro memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada bermain peran mikro. Ditinjau dari sudut peran anak dalam bermain, anak berperan sebagai tokoh dari cerita dengan alur cerita yang telah ditentukan oleh guru, sedangkan pada bermain peran
86 mikro alur cerita diciptakan oleh anak sendiri sehingga dalam bermain peran mikro anak berperan sebagai sutradara. Dari perbedaan-perbedaan antara metode bermain peran makro dan mikro, dapat disimpulkan tingkat keterampilan berbicara anak akan berbeda ditinjau dari metode bermain peran yang dilakukan. Perbedaan tingkat keterampilan berbicara anak tersebut akan diuraikan berdasarkan penjelasan mengenai bermain peran yang diberikan sebagai perlakuan. Adapun bermain peran yang diberikan dalam penelitian ini yaitu bermain peran dengan judul permainan: Rumahku Banjir, Restoran, Pergi ke dokter, Pemadam Kebakaran, Bawang merah Bawang putih, “Si Unyil” (Bekerja sama yuk!), Pesta Ulang Tahun, dan Bermain Bersama untuk bermain peran makro. Sedangkan untuk bermain peran mikro, permainan yang bisa digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara untuk anak usia 5-6 tahun adalah bermain peran dengan judul permainan: Mengasuh Bayi, Fun Cooking, Kedai Es Krim, Aktivitasku, Barbie, Pesawatku, Bermain perang-perangan, serta Robot. Pada bermain peran makro dengan judul “Rumahku Banjir” keterampilan berbicara anak dapat terlatih melalui komunikasi dengan teman mainnya dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan peran yang dimainkan. Peran yang berbeda-beda dapat melatih daya khayal anak. Dalam permainan ini terdapat permasalahan yaitu rumah yang banjir yang membutuhkan adanya kerjasama dalam memecahkan masalah tersebut. Dengan adanya kerjasama yang terjadi akan meningkatkan keterampilan berbicara pada anak serta keterampilan sosial anak. Bermain peran “Restoran” dapat menstimulus keterampilan berbicara anak karena dalam permainan ini dibutuhkan adanya percakapan antar pemain. Misalnya: seorang pelayan harus bertanya pada pembeli mengenai makanan yang akan dipesan. Begitu pula
87 dengan pembeli membutuhkan adanya percakapan ketika akan membayar makanan yang telah dipesannya. Dalam bermain peran “Pergi ke dokter” membutuhkan banyak percakapan terutama anak yang berperan sebagai dokter dimana anak harus memiliki kosakata yang cukup mengenai kesehatan. Untuk bermain peran “Pemadam Kebakaran” sangat membutuhkan adanya kerjasama yang akan menstimulus keterampilan berbicara anak serta kemampuan pemecahan masalah pada anak. Hal ini dikarenakan, dalam permainan ini, anak dihadapkan pada situasi yang berbahaya. Dalam keadaan tersebut, percakapan anak dengan ekspresi akan terlihat. Hal yang sama dengan bermain peran “Pemadam kebakaran”, ketika anak bermain peran “Bawang merah dan Bawang putih”, anak dihadapkan pada permasalahan yang harus dipecahkan. Melalui permainan tersebut, anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan yang tidak baik. Hal tersebut akan menstimulus anak dalam menggunakan kosakata yang baik untuk diucapkan. Intonasi percakapan yang berbeda akan terlihat pada kedua peran yang dimainkan. Berbeda dengan bermain peran “Bawang merah dan Bawang putih”, bermain peran “Si Unyil” (Bekerja sama yuk!) anak mengembangkan keterampilan berbicara melalui kerjasama dalam membersihkan lingkungan. Dalam kerjasama tersebut, komunikasi dua arah akan terjadi. Hal yang sama terjadi saat anak bermain peran “Pesta Ulang Tahun” dimana anak bekerjasama dalam mempersiapkan pesta. Melalui permainan ini dapat melatih anak untuk mengucapkan kata “terimakasih”. Sedangkan ketika anak bermain peran “Bermain Bersama” dapat melatih anak untuk mengucapkan kata “maaf” dan kata yang menunjukkan ekspresi memaafkan.
88 Uraian mengenai bermain peran makro yang diberikan sebagai perlakuan menjelaskan bagaimana bermain peran makro yang diberikan dalam penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak, yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi pada anak, meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak dalam memecahkan masalah, serta menambah kosakata yang dimiliki anak. Hal yang berbeda akan dijelaskan bagaimana tingkat keterampilan berbicara anak melalui metode bermain peran mikro. Dalam bermain peran “Mengasuh Bayi” percakapan yang terjadi hanya antara anak dengan boneka bayi yang dimainkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi adalah komunikasi searah. Hal yang sama terjadi ketika anak bermain peran “Barbie” dimana percakapan yang terjadi hanya antara anak dengan boneka barbie yang dimainkan. Ketika bermain peran “Fun Cooking”, anak cenderung hanya mengucapkan kosakata mengenai masakan dan proses memasak sehingga permainan ini kurang dapat memperluas kosakata yang dimiliki anak. Bermain peran“Fun Cooking” ini sama dengan bermain peran “Bermain perang-perangan” yang kurang dapat memperluas kosakata yang dimiliki anak. Dalam bermain peran “Kedai Es Krim”, percakapan yang terjadi hanya antara penjual dan pembeli. Kemudian pada bermain peran “Aktivitasku”, anak lebih cenderung bermain dengan mainannya. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki aktivitas yang berbeda-beda sehingga anak bermain sesuai dengan alur cerita yang dibuat sendiri dan berbeda antara anak satu dengan anak yang lainnya. Karena anak bermain sendiri, tidak terjadi pertukaran kosakata sehingga anak hanya menggunakan kosakata yang dimilikinya. Bermain peran mikro yang lainnya adalah bermain peran “Pesawatku”, melalui permainan ini daya khayal anak dapat meningkat, namun peningkatan kosakata yang dimiliki
89 anak kurang. Hal ini disebabkan anak lebih cenderung bermain dengan mainannya. Hal ini juga terjadi ketika anak bermain peran “Robot”. Berdasarkan uraian mengenai bermian peran mikro yang diberikan sebagai perlakuan dapat disimpulkan bahwa dalam bermain mikro komunikasi yang terjadi yaitu komunikasi satu arah. Hal ini dikarenakan dalam bermain peran mikro anak cenderung bermain dengan mainannya sehingga tidak terjadi pertukaran kosakata. Tidak adanya pertukaran kosakata tersebut kurang memperluas kosakata pada anak. Dilihat dari perbedaan antara bermain peran makro dan bermain peran mikro yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa bermain peran mikro dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak, namun tingkat keterampilan berbicara anak dengan bermain peran makro lebih tinggi, terutama dalam hal luasnya kosakata yang dimiliki anak. Hal ini diperkuat dengan hasil pretest dan posttest yang akan diuraikan dalam paragraf selanjutnya. Hasil pretest menunjukkan bahwa terdapat anak yang memiliki keterampilan berbicara yang kurang. Misalnya, pada gambar seorang koki, sebagian besar anak belum mengetahui bahwa itu gambar “Koki”. Selain itu ketika peneliti bertanya dimana tempat bekerja koki?, anak belum mengetahuinya. Kemudian item pengamatan “anak dapat menyebutkan nama orangtua” belum terlihat pada saat pretest. Dilihat dari segi pengucapan anak masih kurang jelas terutama pada kata “Es krim”. Ekspresi anak pun belum begitu terlihat, seperti saat anak melihat gambar rumah yang terbakar pada cerita, ekspresi kaget pada anak belum terlihat. Bermain peran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat menarik bagi anak. Namun, pelaksanaan bermain peran dalam penelitian ini mengalami hambatan terutama pada
90 bermain peran mikro. Menurut Gunarti, dkk (2010:10.18) dalam bermain peran mikro, anak menjadi sutradara/dalang dan benda-benda menjadi pemainnya, seperti boneka tangan, boneka jari, wayang, tanpa skenario. Hal ini menunjukkan bahwa dalam bermain peran mikro anak merancang skenario sendiri. Namun, yang terlihat di lapangan sebagian anak merasa kesulitan dalam merancang skenario sendiri sehingga jalan cerita pada bermain peran mikro berlangsung cukup singkat. Selain hambatan dalam bermain peran mikro, dalam bermain peran makro, hambatan yang terjadi yaitu anak berebut peran. Hal ini dikarenakan menurut Syaodih (2005:13) bahwa pada masa kanak-kanak, anak bersifat egosentris sehingga dalam bermain makro ini setiap anak menginginkan peran yang mereka sukai. Seperti ketika bermain peran “Pergi ke dokter”, sebagian besar anak menginginkan peran seorang dokter dan perawat. Hasil posttest pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebagian besar keterampilan berbicara anak meningkat. Seperti anak yang pada saat pretest belum mengetahui bahwa itu adalah gambar koki, melalui bermain peran ”Restoran”, anak mengetahui bahwa itu merupakan gambar koki, serta melalui bermain peran tersebut, anak mengetahui bahwa tempat bekerja koki adalah di restoran. Selain itu, ketika anak bermain peran ”Rumahku Banjir”, dan ”Pemadam kebakaran”, anak dapat menunjukkan ekspresi panik maupun kaget. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui bermain peran makro yang dilakukan, anak dapat mengekspresikan apa yang ia rasakan. Penggunaan kata ganti yang jarang digunakan anak dalam kehidupan sehari-hari, dapat terlihat ketika anak bermain peran makro. Misalnya, ketika anak bermain peran ”Pergi ke dokter”, anak mengucapkan kata ganti ”Anda” dalam konteks kalimat ”Anak anda sakit apa?”. Penggunaan kata tanya juga sering muncul ketika anak bermain peran makro.
91 Hasil posttest kelompok anak yang diberikan perlakuan berupa penerapan metode bermain peran mikro, anak yang semula belum mampu melanjutkan cerita yang telah diperdengarkan, setelah bermain peran mikro, anak mampu melanjutkan cerita tersebut. Selain anak mampu melanjutkan cerita, kemampuan berkomunikasi secara lisan pada anak meningkat terutama komunikasi dengan guru sebagai peneliti. Rasa ketertarikan anak pada bermain peran membuat anak sangat senang ketika bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tedjasaputra (2001: 43) yang menyatakan bahwa pengenalan konsep pada anak usia prasekolah dilakukan sambil bermain, maka anak akan merasa senang dan tanpa dia sadari ternyata dia sudah banyak belajar. Dalam hal ini, pada saat bermain peran, tanpa disadari keterampilan berbicara pada anak meningkat terutama melalui bermain peran makro. Peningkatan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran makro tersebut dapat terlihat dengan tercapainya indikator berkomunikasi secara lisan dan
memiliki
perbendaharaan kata, panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata perkalimat, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan), melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan, isi pembicaraan berpusat pada orang lain (Sosialisasi), mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik, berbicara lancar dengan kalimat sederhana, serta mengekspresikan diri melalui dramatisasi. Sedangkan melalui metode bermain mikro, peningkatan keterampilan berbicara yang terlihat yaitu tercapainya indikator berkomunikasi secara lisan, panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata perkalimat, isi pembicaraan berpusat pada diri sendiri (Egosentrik), serta melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Perbedaan tingkat keterampilan anak ditinjau dari metode bermain peran pada anak
92 usia 5-6 tahun di atas, diperkuat dengan perbedaan peningkatan skor antara kelompok anak yang diberikan perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberikan perlakuan dengan metode bermain peran mikro sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan. Peningkatan skor yang lebih tinggi terlihat pada hasil sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan pada kelompok anak yang diberikan perlakuan dengan metode bermain peran makro. Penelitian mengenai tingkat keterampilan anak ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun ini terbatas. namun ada beberapa penelitian yang sesuai dengan hasil penelitian ini. Levy, et.all (1992) dalam Shim (2007) mengungkapkan adanya hubungan positif antara bermain pura-pura dengan peningkatan kemampuan bahasa pada anak usia taman kanak-kanak. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan Fitriani (2010: 89) di TK Lab.ScHool UPI bahwa “Terdapat perbedaan secara signifikan antara kosakata bahasa Indonesia pada anak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diterapkannya metode bermain peran (role play) makro.” Hasil penelitian yang dilakukan Fitriani, sejalan dengan hasil penelitian Halida (2011) bahwa bermain peran makro merupakan metode yang tepat dalam menjembatani anak untuk lebih leluasa dalam berbicara. Hal ini disebabkan dalam melakonkan tokoh dari sebuah cerita, anak dituntut untuk melakukan percakapan dengan lawan mainnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Yulia Siska (2011) yang membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran makro cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum pernah digunakan dan sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat aktif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui tokoh yang dipilih untuk diperankan.
93 Hasil penelitian lain diungkapkan oleh Andresen (2005) bahwa bermain peran makro sebagai bentuk tindakan pada ZPD, termasuk perkembangan bahasa dimana bahasa memegang peranan penting sebagai sarana pembentukan daya khayal anak. Dengan adanya komunikasi yang terjadi secara verbal dalam bermain, anak dapat bertukar ide mengenai maksud dari permainan. Sejalan dengan pendapat Andresen (2005), hasil penelitian yang dilakukan oleh Bergen (2002) menunjukkan hubungan yang jelas antara keterampilan sosial dan kompetensi bahasa dengan tingginya kualitas daya khayal anak, sehingga bermain peran makro dimana anak bermain dengan teman sebaya dapat membantu perkembangan bahasa anak. Hal yang sama diungkapkan oleh
Anderson, dkk (2010) bahwa bermain peran makro dapat
memperluas daya imajinasi anak dimana anak menggunakan kosakata baru untuk mengekspresikan cerita yang dimainkan. Anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan meniru anak yang lain maupun orang dewasa sebagai modelnya. Berbeda dengan hasil penelitian mengenai bermain peran makro, hasil penelitian tentang metode bermain peran mikro dalam meningkatkan perkembangan bahasa sangat terbatas. Hasil penelitian yang relevan hanya hasil penelitian dari Li (2012) yang menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan melalui pendekatan bermain peran di rumah dimana daya khayal anak secara individual dapat terlihat melalui bermain peran mikro. Perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun dikemukakan oleh Pane dalam UNIMED-Master-130074 (2013) mengenai pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap keterampilan berbicara anak usia dini di kelompok bermain kota Medan menunjukkan bahwa kemampuan berbicara
94 anak yang mengikuti pembelajaran bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran bermain peran mikro. Berdasarkan uraian mengenai hasil penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun dimana tingkat keterampilan berbicara dengan metode bermain peran makro memiliki lebih tinggi daripada tingkat keterampilan berbicara dengan metode bermain peran mikro. Peningkatan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun melalui metode bermain peran makro yang terjadi diantaranya dalam hal peningkatan kosakata, penggunaan kata ganti, serta ekspresi anak. Sedangkan metode bermain peran mikro kurang dapat memperluas kosakata anak. Metode bermain peran mikro ini lebih dapat meningkatkan kemampuan daya khayal anak.
4.5 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, ada beberapa hal yang membuat peneliti tidak bisa menghasilkan penelitian yang sempurna. Berikut beberapa keterbatasan dalam penelitian: 1. Dalam pelaksanaan metode bermain peran makro dalam penelitian ini, anak sangat tertarik terhadap peran yang mereka inginkan. Hal tersebut menyebabkan anak merebutkan peran yang mereka inginkan. Hal ini menyebabkan peneliti mengalami kebingungan dalam membagi peran karena dalam bermain peran, anak tidak dapat dipaksakan pada peran tertentu. Pemilihan peran harus berdasarkan keinginan anak sehingga dalam bermain anak dapat menghayati peran yang
95 dimainkan. 2. Kelompok kontrol memiliki ruang kelas yang terbatas. Hal ini menyebabkan pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan pada ruang aula yang digunakan bersama dengan kelas B2 yang hanya dibatasi dengan pembatas ruang yang terbuat dari triplek. Kondisi tersebut menyebabkan pelaksanaan metode bermain peran mikro terganggu dengan adanya anak pada kelas B2 yang ikut bermain. 3. Kurangnya waktu pelaksanaan eksperimen pada sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara. Hal ini disebabkan pada akhir semester, TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara memiliki banyak acara sehingga hanya mengijinkan peneliti memberikan perlakuan selama 6 hari. Berbeda dengan TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat yang mendapatkan perlakuan selama 10 hari. Perbedaan dalam prosedur penelitian tersebut mengakibatkan tingkat keterampilan berbicara yang berbeda.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Dilihat dari selisih nilai rata-rata keterampilan berbicara hasil Pretest dan Posttest, kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki selisih nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada selisih nilai rata-rata keterampilan berbicara pada kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Berdasarkan uraian mengenai selisih nilai rata-rata keterampilan berbicara hasil Pretest dan Posttest, dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan berbicara anak dengan metode bermain peran makro lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keterampilan berbicara anak dengan metode bermain peran mikro pada anak usia 5-6 tahun.
96
97
5.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian penulis memberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Bagi pihak sekolah Salah satu metode pembelajaran yang menarik bagi anak usia 5-6 tahun adalah metode bermain peran, baik metode bermain peran makro dan mikro. Oleh karena itu, metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan di sekolah dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun. 5.2.2 Bagi Guru Guru di Taman Kanak-kanak perlu meningkatkan pelaksanakan kegiatan bermain peran dalam pembelajaran, terutama bermain peran makro. Hal ini bertujuan agar anak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui metode bermain peran ini, keterampilan berbicara, daya khayal, serta kemampuan sosialisasi anak dapat meningkat. Selain meningkatkan intensitas kegiatan bermain peran makro, guru juga perlu memberikan kesempatan pada anak dalam melaksanakan kegiatan bermain peran mikro yang dapat dilaksanakan pada waktu istirahat. 5.2.3 Bagi siswa/ orangtua Metode bermain peran ini dapat juga dilaksanakan di rumah, sehingga diharapkan agar orangtua tidak membatasi anak dalam bermain peran dengan menyediakan media yang mencukupi. Media yang berupa alat permainan tersebut, dapat menstimulus daya khayal anak dalam melaksanakan bermain peran, baik bermain peran makro maupun mikro.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Jona K, et.all. 2010. The Importance of Play in Early Childhood Development. Journal of Family and Human Development: 4 (10). (www.msuextension.org/store. Diakses 01 Mei 2013). Andresen, Helga. 2005. Role Play and Language Development in the Preschool Years. Journal Culture Psychology: 11 (4) 384-414. (http://cap.sagepub.com/content/11/4/415.abstract. Diakses 01 Mei 2013). Anonim. 2009. Metodologi dan Strategi Pembelajaran (Metodologi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)) [online]. (http://paud.metodologi.com/. Diakses 04 April 2013). Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arriyani, Neni & Wismiarti. 2010. Panduan Pendidikan Sentra untuk PAUD Peran. Jakarta Timur: Pustaka Al-falah.
Sentra Main
Azwar, saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bergen, Doris. 2002. The Role of Pretend Play in Childrens Cognitive Development. Journal of Early Childhood Research and Practice: 4 (1). (http://ecrp.uiuc.edu/v4n1/bergen.html. Diakses 01 Mei 2013). Cook, Thomas D; Donald T. Campbell. 1979. Quasi-Experimenation Design & Issues for Field Settings. U.S.A: Houghton Miffilin Company.
Analysis
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini 4-6 th. Jakarta Pusat: Pusat Kurikulum, Bolitbang Depdiknas. _________. 2003. Metodik di Taman Kanak-kanak. Jakarta Pusat: Depdiknas. _________. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia. Ermawan, Mikhael Ari. 2012. Keterampilan Berbahasa: Aspek Berbicara[online]. (http://ariermawan.blogspot.com/2012/09/keterampilan- berbicara.html. Diakses 22 Januari 2013). Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal [online]. Pontianak:
98
99 PAUD FKIP Universitas Tanjungpura. (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/270/275. Diakses tanggal 20-052012). Hanapiah, Jenep dan Suwadi. 2010. Peningkatan Keterampilan Bertanya dengan Teknik Bermain Peran Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima Tahun 20102011. Jurnal TEQIP: 1. (Online). (http://www.google.co.id/url?q=http://. Diakses 9 Juli 2013). Handayani, Sri. 2012. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online). (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=13535. Diunduh tanggal 08-012013). Hewes, Par Jane. 2005. Let the Children Play: Nature’s Answer to Early Learning. Journal of Early Childhood Learning Knowledge Centre. (www.ccl-cca.ca/earlychildhoodlearning. diakses 9 Juli 2013). Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. _________________. 1990. Alih Bahasa. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Iskandarwassid, Sunendar dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Khoiruddin. Akhmad. 2010. Belajar sambil Bermain dan Bermain sambil Belajar. Tersedia: Cairudin, blogspot. Com/…/belajar-sambil-bermain-atau-bermain.html-(19 Desember 2012) Kurnia, Ely. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Makro terhadap Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia Taman Kanak-kanak. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online). (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=6228. Diunduh tanggal 08-012013). Li, Liang. 2012. How do Immigrant Parents Support Preschooler’s Bilingual Heritage Language Development in a Role-Play Context?. Australasian Journal of Early Childhood: 37 (1). (http://www.earlychildhoodaustralia.org.au/. Diakses 01 Mei 2013).
Magfiroh, Vera Siti. 2011. Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan Matematika Awal Anak TK. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online). (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=11030. Diunduh tanggal 28-012013).
100
Maryatun, Ika Budi. 2010. Pemanfaatan Wayang ”Damen” untuk Mengembangkan Moral Behavior Anak Usia Dini. Karya Tulis. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. (Online). (http://scholar.google.co.id/scholar?q=skripsi. Diunduh tanggal 27-01-2013 ). McMillan, J. & Schumacher, S. 2001. Research in Education. New York: Longman. Moeslichatoen. 1996. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Mujib, Rahmawati Nailur. 2012. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab (2). Yogyakarta: Diva Press. Pane, Eli Tohonan Tua . 2013. Pengaruh Metode Bermain Peran dan Konsep Diri terhadap
Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Tesis. Teknologi Pendidikan. UNIMED. Medan. (Online). (http://digilib.unimed.ac.id/. Diakses 9 Juli 2013).
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: ANDI. Rachmawati, Erlina Nur. 2010. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Upaya Meningkatkan Kecerdasan Natural Pada Siawa Kelompok B Di RA Persis Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Jurnal [online]. (http://karya ilmiah.um.id.ac, diakses 30 April 2012 ). Rahayu, Minto, 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo. Shim, Jonghee. 2007. Low-Income Children’s Pretend Play: The Contributory Influences of Individual and Contextual Factors. Disertasi. Universitas Carolina Greensboro. Greensboro. (Online). (http://www.google.com/url?sa. Diunduh tanggal 20-02-2013). Siska, Yulia. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Play) dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara anak Usia Dini. J. Penelitian Tindakan Kelas PAUD Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. Bandung: PDS UPI. [online]. (http://jurnal.upi.edu/file/4- Yulia_Siska-edit.pdf, diakses 27-02-2012). Sriyandi. 2008. Metode Role Play [online]. http://www.wordpress.com [30 April 2012]. Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada. Somantri, Elin B. 2010. Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Keterampilan Sosial Dan Berbicara Anak Usia Dini (Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Taman Kanak-Kanak Laboratorium Universitas
101 Muhammadiyah Pontianak). Tesis. Pendidikan dasar. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online). (http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=6. Diakses 9 Juli 2013). Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudono, Anggani. 1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Depdikbud Dikjen Dikti. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ________. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Sujiono, Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks. Sukestiyarno & Wardono. (2009). Statistika. Semarang: UNNES Press. Suyadi. (2011). Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto, Slamet. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Syakir, Azhim Abdul. (2002). Membimbing Anak Terampil Berbahasa. Jakarta:
Gema Insani.
Syaodih, Ernawulan. (2005). Perilaku Sosial Anak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tedjasaputra, Mayke.S. (1995). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Wulansari, Lilis. (2012). Implementasi Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Standar Kompetensi Komunikasi Menggunakan Telepon Siswa Kelas Xi Ap Smk Negeri 2 Semarang. Skripsi. Unnes. Yus, Anita. (2011). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana.
102 Lampiran 1 Instrumen Penelitian Uji Coba Keterampilan Berbicara No. Item Pengamatan 1 Anak dapat menyebutkan namanya sendiri. 2 Anak dapat menyebutkan jenis kelaminnya. 3 Anak dapat menyebutkan nama orangtua. 4 Anak dapat menyebutkan nama teman. 5 Anak dapat mengucapkan kata berdasarkan suku kata dengan benar. 6 Anak mengalami kesulitan menyebutkan kata yang memiliki awalan suku kata yang sama, seperti: Ka-ki dengan Ka-yu. 7 Anak berkomunikasi dengan teman. 8 Anak berkomunikasi dengan guru. 9 Kurangnya kosakata yang dimiliki anak dalam kehidupan seharihari, ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Krayon, Spidol, Rautan. 10 11 12 13 14 15
Menggunakan kata ganti “Saya”. Menggunakan kata ganti “Kamu”. Menggunakan kata ganti “Kalian”. Menggunakan kata ganti “Kita” Menggunakan kata “Baik”, “Bagus”. Menggunakan kata “Buruk”, “Jelek”, “Nakal”.
16 Menggunakan kata “Jujur”, “Bohong”. 17 Menggunakan kata “Rumah”, “Sekolah”, “Kamar”. 18 Menggunakan kata “Alat tulis" untuk menunjuk kata Buku”, “Pensil”, “Meja”, “Kursi”, “Almari”. 19 Menggunakan kata “Pagi”, “Siang”. 20 Menggunakan kata "Gelap" untuk mengganti waktu “Malam”. 21 Menggunakan kata “dan”, “dengan”. 22 Menggunakan kata “lalu”, “kemudian”. 23 Menggunakan kata "Tetapi" pada kalimat pertentangan. 24 Menggunakan kata “Tidur” 25 Menggunakan kata “Duduk” untuk mengganti kata "Jongkok". 26 Menggunakan kata “Berjalan”, “Berlari”.
S
SR
J
TP
103 27 Anak dapat mengucapkan kalimat dengan panjang kalimat terdiri lebih dari 6 kata perkalimat. 28
Anak dapat menyusun kalimat sederhana dengan struktur kalimat (subjek-predikat-objek-keterangan), Seperti: Aku makan roti di kelas.
29 Anak dapat menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang tidak membutuhkan objek kalimat. Seperti: Aku tidur, Aku duduk, aku berlari. 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Anak menggunakan kata tanya “Apa”. Anak menggunakan kata tanya “Siapa”. Anak menggunakan kata tanya “Kapan”. Anak dapat melanjutkan cerita dengan meniru kalimat guru. Anak dapat melanjutkan cerita sesuai dengan tema. Anak berbicara mengenai diri sendiri. Anak memandang sesuatu hanya dari sudut pandang sendiri. Anak memandang situasi dari sudut pandang orang lain. Mampu berkomunikasi. Anak diam ketika diminta untuk bertukar ide. Anak berani mengajukan pertanyaan pada teman. Anak berani mengajukan pertanyaan pada guru. Anak lebih memilih diam ketika menginginkan sesuatu.mengungkapkan keinginannya.
Anak lebih memilih diam ketika menginginkan sesuatu. Anak berani memilih salah satu pihak. Anak dapat mempertahankan pendapatnya. Anak lancar dalam berbicara. Anak dapat mengucapkan kalimat sederhana. Anak lancar dalam berkomunikasi dua arah. Anak dapat memberikan informasi mengenai pengalaman mainnya. 50 Anak dapat memberikan informasi mengenai pengalaman seharihari. 51 Anak dapat menunjukkan ekspresi senang. 52 Ekspresi anak datar ketika terjadi sesuatu yang mengagetkan. 53 Anak bercerita mengenai pengalamannya tanpa ekspresi. 54 Anak bercerita dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata. Keterangan: S : Selalu Muncul J : Jarang Muncul SR : Sering Muncul TP : Tidak Pernah Muncul
104 Lampiran 2 DAFTAR NAMA ANAK KELAS B1 TK NEGERI CEMPAKA NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA Akfi Maulana Ah. Dinar Al Madani Addo Prawira Ramadika Ady Maulana Azhar A.H Arina Sabilannajah Alifa Naura Ahmad Bayyinatun Nabila Farah Fatia nabila Fitria Tahta Alfina S. Hana Hilda Yati Irfan Hakim Khasinatul Maula Laili Arofah M. Imam Ali M. Valiant Fahmi Al. H M. Rasya Izza Ahlana M. Abdullah Fawwas M. Alfan Az zaka M. Chafa Zadittaqi M. Najiyullah M. Kevin Mahatir Muhammad Monica Sabrina Riskhatul Husna Silviani ayyu Octavia Shakira Amadhita R. Vanya Aurellia Putri Zahra Maulida Zainal Arifin Zahwa Maulida
DAFTAR NAMA ANAK KELAS B1 TK BATIK BUARAN
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA Aditya Eka Putra Wahyono Andika Haydar Zakny Andika Pradana Ristanto Aprilia Sahqty Hananto Ardelia Nadya Tama Auryn Nadhif talitha Dinda Sahara Yasmin Dwi Kurniawan Eduardo Rizqi Al Firdaus Fajar ajie Rasyid Farhan Nadhif Fatikhah Fifi Nasilati Izzi Ilham Maulana Abdillah Kanta Sheila Dwi Saputri Kesya Putri Andiani Dewi Ningrum Kholfu Shidqi M. Dimas Naufal Maulana M. Fadhil Pratama M. Hanif Ramadhan M. Ibad Nasyrul Ghiffar M. Mirza Danish Malika Sabina Melly Febriana Najwa Albab Nasywa Shofaa Utomo Naura Nova Aurelia Rafina Aufa Safina Rizqi Apriliani Selvi Nor anggraini
105
Data Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Berbicara Subyek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
2
5
4
4
4
2
4
6
4
4
3
2
7
4
4
3
8
4
4
9
4
10 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
3
3
4
1
2
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
4
3
2
4
4
4
4
4
2
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
2
3
4
3
3
4
4
4
2
3
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
3
1
2
3
3
3
4
4
4
3
3
2
3
4
3
3
3
1
3
3
3
3
3
2
2
4
3
2
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
2
3
2
3
4
3
1
2
2
3
3
4
3
4
2
2
3
2
4
3
3
2
3
4
3
2
2
3
4
3
1
2
2
2
2
4
3
4
2
2
2
2
4
3
3
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
2
4
4
2
4
4
4
3
3
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
2
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
4
4
2
1
1
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
4
2
3
3
4
4
4
2
2
3
2
3
4
4
4
2
2
2
2
4
3
3
3
12
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
1
2
3
3
2
4
4
4
4
4
3
2
4
3
3
4
13
4
4
4
4
4
2
4
4
4
3
4
2
2
3
4
2
4
4
4
3
4
3
3
3
4
3
4
14
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
15
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
2
3
3
4
3
4
2
2
3
3
4
4
4
3
16
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
3
3
2
4
4
4
4
4
3
2
4
3
3
4
17
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
2
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
18
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
2
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
19
4
4
3
3
4
2
3
2
4
4
4
2
3
2
2
3
4
4
4
2
3
2
3
4
4
4
3
20
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
2
4
3
2
4
4
4
4
3
2
3
4
4
4
4
21
4
4
4
2
4
2
4
3
3
3
4
2
2
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
4
22
4
4
3
4
4
2
4
3
4
4
4
1
2
3
3
3
4
4
4
3
3
2
3
4
4
3
4
23
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
3
2
2
3
4
2
4
4
4
3
3
2
2
4
4
4
4
24
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
2
4
4
3
4
25
4
4
4
3
4
2
3
3
3
3
3
1
3
2
3
2
2
4
4
4
3
2
1
2
3
3
3
26
4
4
4
3
4
3
4
2
3
3
2
2
3
4
3
2
3
3
4
3
3
3
1
2
3
3
3
27
4
3
3
3
3
2
4
4
3
3
4
1
4
3
2
3
4
3
4
3
3
3
2
3
3
3
4
28
4
3
3
3
4
2
4
3
3
3
4
2
4
3
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
106 29
4
4
3
4
3
2
4
4
3
3
4
1
4
3
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
30
4
3
3
3
4
2
4
3
3
3
4
3
4
3
2
2
4
4
4
2
2
3
2
3
3
3
4
107 28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
4
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
2
4
3
4
4
4
3
4
3
3
1
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
1
3
4
3
3
4
2
4
2
2
3
4
3
3
4
4
4
2
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
41
42
43
44
45
46
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
2
2
4
4
3
2
3
2
3
3
3
2
1
3
2
2
3
3
2
1
3
2
2
3
3
3
1
4
3
4
4
4
4
1
4
3
4
4
4
4
1
4
2
4
3
3
1
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
4
47
48
49
50
51
52
53
54
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
4
2
2
2
4
3
3
2
4
4
3
4
3
3
2
3
4
2
2
2
4
3
3
4
2
4
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
4
3
4
3
2
3
4
4
2
4
2
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
2
4
4
2
2
3
4
4
2
4
2
4
1
4
2
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
3
4
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
1
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
4
4
4
4
3
2
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
4
4
4
4
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
1
4
4
4
3
3
2
2
1
4
3
2
4
2
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
2
4
3
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
2
4
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
3
2
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
1
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
1
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
1
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
3
2
4
4
3
4
3
2
4
4
4
4
2
3
2
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
1
2
3
2
4
3
3
2
3
2
4
4
4
3
3
3
2
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
1
3
2
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
4
2
3
3
3
3
3
2
3
2
4
4
3
4
3
2
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
1
3
2
4
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
3
2
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
4
3
2
2
4
4
108
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berbicara Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .929
54
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
VAR00001
4.00
.000
30
VAR00002
3.90
.305
30
VAR00003
3.63
.490
30
VAR00004
3.47
.681
30
VAR00005
3.93
.254
30
VAR00006
2.53
.730
30
VAR00007
3.70
.535
30
VAR00008
3.40
.770
30
VAR00009
3.53
.507
30
VAR00010
3.60
.498
30
VAR00011
3.67
.547
30
109
VAR00012
1.80
.610
30
VAR00013
2.60
.770
30
VAR00014
3.10
.803
30
VAR00015
3.00
.695
30
VAR00016
2.63
.556
30
VAR00017
3.83
.461
30
VAR00018
3.73
.450
30
VAR00019
4.00
.000
30
VAR00020
2.97
.718
30
VAR00021
3.03
.615
30
VAR00022
2.77
.504
30
VAR00023
2.60
.724
30
VAR00024
3.63
.615
30
VAR00025
3.47
.507
30
VAR00026
3.30
.535
30
VAR00027
3.57
.626
30
VAR00028
3.83
.379
30
VAR00029
3.53
.507
30
VAR00030
3.87
.346
30
VAR00031
3.73
.450
30
VAR00032
3.93
.254
30
VAR00033
3.67
.606
30
VAR00034
3.77
.430
30
VAR00035
3.27
.640
30
VAR00036
3.63
.615
30
VAR00037
1.20
.484
30
VAR00038
3.53
.629
30
VAR00039
3.00
.830
30
VAR00040
3.57
.774
30
VAR00041
3.57
.568
30
VAR00042
3.67
.479
30
VAR00043
2.83
.747
30
VAR00044
3.13
.776
30
VAR00045
2.60
.621
30
110
VAR00046
3.87
.507
30
VAR00047
3.90
.305
30
VAR00048
3.53
.681
30
VAR00049
3.90
.305
30
VAR00050
3.23
.728
30
VAR00051
3.53
.730
30
VAR00052
3.03
.928
30
VAR00053
3.67
.661
30
VAR00054
3.73
.583
30
Item-Total Statistics Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
VAR00001
178.13
210.947
.000
.929
VAR00002
178.23
208.737
.240
.929
VAR00003
178.50
202.052
.621
.926
VAR00004
178.67
196.782
.717
.925
VAR00005
178.20
209.545
.182
.929
VAR00006
179.60
202.041
.403
.928
VAR00007
178.43
200.875
.645
.926
VAR00008
178.73
195.030
.712
.925
VAR00009
178.60
204.179
.449
.927
VAR00010
178.53
208.602
.146
.929
VAR00011
178.47
203.775
.440
.928
VAR00012
180.33
205.678
.280
.929
VAR00013
179.53
214.257
-.173
.933
VAR00014
179.03
203.068
.316
.929
VAR00015
179.13
199.706
.548
.927
VAR00016
179.50
208.121
.157
.929
VAR00017
178.30
207.803
.220
.929
VAR00018
178.40
204.731
.467
.927
VAR00019
178.13
210.947
.000
.929
VAR00020
179.17
200.833
.471
.927
111
VAR00021
179.10
201.403
.525
.927
VAR00022
179.37
206.309
.303
.928
VAR00023
179.53
201.154
.451
.927
VAR00024
178.50
205.776
.272
.929
VAR00025
178.67
203.402
.503
.927
VAR00026
178.83
205.316
.349
.928
VAR00027
178.57
195.702
.848
.924
VAR00028
178.30
205.597
.479
.928
VAR00029
178.60
211.766
-.073
.931
VAR00030
178.27
204.961
.593
.927
VAR00031
178.40
201.352
.736
.926
VAR00032
178.20
208.993
.258
.929
VAR00033
178.47
203.361
.417
.928
VAR00034
178.37
206.240
.366
.928
VAR00035
178.87
199.085
.634
.926
VAR00036
178.50
198.672
.686
.926
VAR00037
180.93
209.375
.095
.930
VAR00038
178.60
202.800
.433
.928
VAR00039
179.13
196.947
.571
.926
VAR00040
178.57
193.771
.769
.924
VAR00041
178.57
206.806
.234
.929
VAR00042
178.47
199.706
.813
.925
VAR00043
179.30
204.838
.260
.929
VAR00044
179.00
195.448
.686
.925
VAR00045
179.53
203.568
.394
.928
VAR00046
178.27
204.547
.423
.928
VAR00047
178.23
205.840
.573
.927
VAR00048
178.60
199.834
.553
.927
VAR00049
178.23
210.599
.029
.929
VAR00050
178.90
195.886
.713
.925
VAR00051
178.60
204.041
.305
.929
VAR00052
179.10
198.024
.462
.928
VAR00053
178.47
198.189
.662
.926
VAR00054
178.40
200.869
.589
.926
112 Keterangan: S SR J
: Selalu Muncul : Sering Muncul : Jarang Muncul Instrumen Penelitian Keterampilan Berbicara
TP
: Tidak Pernah Muncul
113 No. Item Pengamatan 1 Anak dapat menyebutkan nama orangtua. 2 Anak dapat menyebutkan nama teman. 3 Anak mengalami kesulitan menyebutkan kata yang memiliki awalan suku kata yang sama, seperti: Ka-ki dengan Ka-yu. 4 Anak dapat mengucapkan suku kata yang terdiri dari gabungan huruf mati yang sulit. Seperti: “St” pada kata “Stiker”, “Kr” pada kata “Es Krim”, “Kring”, dan “Kreatif”. 5 Anak berkomunikasi dengan teman. 6 Anak berkomunikasi dengan guru. 7 Kurangnya kosakata yang dimiliki anak dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Krayon, Spidol, Rautan. 8 Menggunakan kata ganti “Kamu”. 9 Anak menyebutkan nama orang ketiga sebagai kata ganti orang ketiga. 10 11 12 13
Menggunakan kata “Buruk”, “Jelek”, “Nakal”. Menggunakan kata ”Pintar”, “rajin”. Menggunakan kata “Rapi”, “Indah”. Menggunakan kata “Alat tulis" untuk menunjuk kata "Buku”, “Pensil”, “Meja”, “Kursi”, “Almari”.
14 Menggunakan kata "Mainan" untuk menunjuk kata “Boneka”, “Mobil-mobilan”, “Stetoskop”. 15 Menggunakan kata “Makanan”, “Minuman”, “Kado”. 16 Menggunakan kata gelap untuk menyebut waktu “Malam”. 17 Menggunakan kata “Kemarin”, “Hari ini”, “Sekarang”. 18 Menggunakan kata “Besok” untuk menyebut waktu “Lusa”. 19 Menggunakan kata “dan”, “dengan”. 20 Anak hanya menggunakan kata “Tetapi" pada kalimat pertentangan. 21 Kesalahan penggunaan kata "Duduk" untuk mengganti kata kerja "Jongkok". 22 Menggunakan kata “Mandi”, “Berdoa”.
S
SR
J
TP
114 23 Anak dapat mengucapkan kalimat dengan panjang kalimat terdiri lebih dari 6 kata perkalimat. 24 Anak dapat menggunakan kalimat yang menunjukkan tingkat perbandingan yang terdiri kurang dari 6 kata perkalimat. Contoh anak menggunakan kata “daripada” pada kalimat: “Sepatuku lebih bagus daripada sepatumu.” 25
Anak dapat menyusun kalimat sederhana dengan struktur kalimat (subjek-predikat-objek-keterangan), seperti: Aku makan roti di kelas.
26
Anak acuh terhadap kalimat rumpang yang diucapkan guru.
27 Anak menggunakan kata tanya “Apa”. 28 Anak menggunakan kata tanya “Siapa”. 29 Anak dapat melanjutkan cerita dengan meniru kalimat guru. 30 Anak dapat melanjutkan cerita sesuai dengan tema. 31 Anak berbicara mengenai diri sendiri. 32 Anak memandang sesuatu hanya dari sudut pandang sendiri. 33 34 35 36
Mampu berkomunikasi. Anak diam ketika diminta untuk bertukar ide. Anak berani mengajukan pertanyaan pada teman. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kurang terhadap kegiatan pembelajaran. 37 Anak lebih memilih diam ketika menginginkan sesuatu. 38 Anak berani mengungkapkan pendapatnya. Seperti anak mengungkapkan pendapatnya mengenai mainan kesukaannya. 39 40 41 42 43
Anak berani memilih salah satu pihak. Anak membiarkan temannya yang salah. Anak lancar dalam berbicara. Anak dapat mengucapkan kalimat sederhana. Komunikasi yang terjadi pada anak merupakan komunikasi satu arah.
44 Anak dapat memberikan informasi mengenai pengalaman sehari-hari.
115 45 Anak dapat keluarganya.
memberikan
informasi
mengenai
anggota
46 Ekspresi anak datar ketika terjadi sesuatu yang mengagetkan. 47 Anak dapat menunjukkan ekspresi marah. 48 Anak bercerita mengenai pengalamannya tanpa ekspresi. 49 Anak bercerita dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata.
116
Instrumen Bermain Peran Makro
No.
Variabel
1. Bermain Peran Makro
2.
3.
Tema Permainan Keluarga
Penjual dan Pembeli
Profesi
Judul Permainan Playing House
Tujuan
Alat-alat yang digunakan
Uraian Kegiatan
a) Bicara lancar dengan kalimat sederhana. b) Anak dapat menyebutkan namanya sendiri, nama orangtua dan anggota keluarga yang lain. c) Mengembangkan keterampilan sosial anak. d) Memberikan pengalaman nyata pada anak tentang kehidupan sehari-hari.
Meja, Kursi, Tempat tidur, peralatan memasak, boneka, botol minum bayi, almari pakaian, pakaian, gantungan baju, koran.
Anak memainkan peran sebagai ayah, ibu, kakak, adik, nenek, dan kakek. Kegiatan yang dilakukan: a) Pergi ke kantor, b) Pergi berbelanja, c) Memasak, d) Mencuci pakaian, e) Menyiram tanaman, f) Membaca Koran.
Restoran a) Membantu memahami peran sebagai penjual dan pembeli. b) Anak berani mengungkapkan keinginannya. c) Melatih keterampilan sosial anak.
Pergi ke dokter a) Membantu anak untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Alat-alat makan, meja, kursi, Buku menu, celemek, Topi koki, Uang Koin, Kalkulator, Pensil, kertas, makanan ringan.
Anak memainkan peran sebagai: a) Koki, b) Pelayan, c) Pelanggan, Jarum suntik mainan, d) Penerima tamu. Seragam dokter, seragam perawat, Stetoskop mainan,
117 b) Membantu anak memahami peran profesi dokter dan perawat. c) Membantu anak dalam menggunakan kata kerja dasar. d) Membantu anak dalam menyusun kalimat Tanya. e) Melatih keterampilan sosial anak. 4.
Profesi
“Bawang merah Bawang putih”
6. Bermain peran tokoh legendaris.
Anak memainkan peran sebagai: a) Dokter, b) Pasien, c) Perawat, d) Teman pasien, e) Ibu pasien.
Pemadam Kebakaran
5. Bermain peran tokoh legendaris.
Kertas, Pensil.
“Si Unyil” (Bekerja sama yuk!)
a) Melatih kerja sama anak dalam menyelesaikan masalah. b) Melatih keterampilan sosial anak. c) Melatih kecakapan anak. d) Melatih kemampuan komunikasi anak.
a) Mengembangkan daya khayal anak. b) Melatih anak menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap. c) Melatih anak berbicara lancar. d) Mengembangkan keterampilan sosial anak.
Seragam pemadam kebakaran, perlengkapan pemadam kebakaran (helm), alat pemadam kebakaran (selang air). Anak memainkan peran sebagai pemadam kebakaran. Selendang merah dan selendang putih.
Anak memainkan peran sebagai Bawang merah dan Bawang putih. Piring, mangkuk, sapu,
118
7.
Pesta
Pesta Ulang Tahun
a) Mengembangkan daya khayal anak. b) Melatih anak menyusun kalimat sederhana dan struktur lengkap. c) Melatih anak berbicara lancar. d) Mengembangkan keterampilan sosial anak.
8. 6
Kebersamaa n
Bermain Bersama
a) Melatih anak berbicara lancar. b) Mengembangkan keterampilan sosial anak. c) Membantu anak menyelesaikan masalah. d) Menumbuhkan rasa saying pada teman.
a) Mengembangkan keterampilan sosial anak. b) Melatih hidup rukun dengan teman. c) Membantu anak menyelesaikan masalah. d) Melatih anak menyusun kalimat sederhana. e) Melatih anak mengucapkan kata “Maaf”.
kemoceng, pakaian, ember, gayung.
Balon, Mainan, tahun.
Kue Topi
Mainan, balok.
Tart Ulang
Anak memainkan peran sebagai: a) Si Unyil b) Pak Ogah c) Teman-teman Si Unyil
Anak memainkan peran merayakan ulang tahun teman.
Anak bermain bersama kemudian berebut mainan.
119 Instrumen Bermain Peran Mikro
No.
Variabel
1 1. 1Bermain Peran Mikro
Tema Permainan
Judul Permainan
Keluarga
Mengasuh Bayi
Rumahrumahan
Fun Cooking
Penjual dan Pembeli
Kedai Es Krim
2.
3.
6.
Keluarga
e) Bicara lancar dengan kalimat sederhana. f) Anak dapat menyebutkan namanya sendiri, nama orangtua dan anggota keluarga yang lain. g) Membantu anak memahami peran sebagai ibu. d) Membantu anak dalam mengungkapkan ide. e) Anak dapat menceritakan pengalaman main. f) Memabantu perkembangan motorik pada anak.
4. .
5. 4
Tujuan
Aktivitasku
Alat-alat yang digunakan
Uraian Kegiatan
Boneka bayi, pakaian Anak memainkan boneka bayi, botol susu. peran sebagai ibu yang mengasuh anaknya.
Alat-alat memasak mainan, bahan memasak mainan (replika sayur-sayuran, Anak bermain masakbuah-buahan), celemek, masakan melalui wayang koki. boneka.
Gambar es krim, media wayang. f) Membantu anak memahami peran sebagai penjual dan pembeli. g) Anak berani mengungkapkan keinginan maupun idenya. Mainan orang-orangan, mainan perabot rumah.
Anak memainkan peran sebagai penjual dan pembeli melalui media wayang.
120 7.
8. Bermain peran tokoh animasi
Transportasi
Profesi “Tentara”
Bermain peran tokoh animasi
“Barbie”
“Pesawatku”
“Bermain perangperangan”
“Robot”
a) Membantu anak menceritakan pengalamannya. b) Membantu anak dalam menggunakan kata kerja dasar.
Boneka perlengkapan Barbie.
Anak melakukan aktivitas sehariharinya melalui media Barbie, orang-orangan. boneka
e) Mengembangkan daya khayal anak. f) Melatih anak menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap. g) Melatih anak berbicara lancar. Pesawat mainan.
Anak memainkan peran melalui boneka Barbie.
a) Mengembangkan daya khayal anak. b) Melatih anak menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap. c) Melatih anak berbicara lancar.
Anak memainkan pesawat.
Pistol mainan, wayang.
media
a) Melatih keberanian anak. b) Menumbuhkan jiwa nasionalisme pada anak. h) Mengembangkan daya khayal anak. Mainan robot-robotan. a) Mengembangkan khayal anak.
daya
Anak bermain perang-perangan melalui media wayang.
121 b) Mengembangkan jiwa pahlawan pada anak. d) Melatih anak berbicara lancar. Anak memainkan peran melalui mainan robot.
122
Naskah Bermain Peran Makro 1. Playing House “Rumahku Banjir” Bermain peran dengan judul permainan “Rumahku Banjir” ini membutuhkan 6 anak, dengan jalan cerita sebagai berikut: Jam telah menunjukkan pukul 5 pagi. Andi bangun, tak lama kemudian Nita juga bangun. Ayah, ibu, nenek, kakek, Andi, dan Nita sholat subuh berjama’ah. Secara bergantian, mereka mandi. Ibu membuatkan makanan untuk sarapan. Setelah makanan siap dihidangkan, mereka sarapan bersama. Setelah selesai sarapan, Andi dan Nita berpamitan dengan ayah dan ibu. Ayah berangkat kantor bersama Andi dan Nita. Tak lama kemudian, Ibu pergi berbelanja di pasar. Nenek menyiram tanaman di halaman rumah. Sedangkan kakek minum kopi sambil membaca Koran di teras rumah. Sepulang dari pasar, ibu mencuci pakaian, kemudian memasak untuk menu makan siang nanti. Hari telah siang, Andi dan Nita pulang dari sekolah sambil membawa jajan. Mereka membuang bungkus jajan di selokan di depan rumah. Setelah mereka masuk rumah, mereka makan siang, setelah itu mereka tidur siang. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan tak berhenti hingga malam hari. Ayah melihat ternyata di luar rumah banjir. Tak lama kemudian, air memasuki rumah. Mereka bekerja sama untuk membuang air dari dalam rumah. Setelah air surut, mereka bersamasama membrsihkan rumah.
2. Restoran Bermain peran dengan judul permainan “Restoran” ini membutuhkan 10 anak, dengan jalan cerita sebagai berikut:
123
Di sekolah anak membuka restoran yang mereka beri nama “Restoran kelas B1”. 2 anak berperan sebagai koki, 2 anak berperan sebagai pelayan, 1 anak berperan sebagai penerima tamu, 1 anak berperan sebagai petugas kasir, serta 4 anak berperan sebagai pelanggan. Yayuk, Ardi, Reza, dan Via berencana untuk makan bersama di restoran tsb. Saat jam istirahat, mereka keluar kelas menuju restoran. Kedatangan mereka disambut oleh penerima tamu yang berada di pintu restoran. Setelah mereka duduk, seorang pelayan datang mengantarkan buku menu yang ada di restoran tersebut. Mereka memesan menu makanan yang berbeda satu sama lain. Sambil menunggu koki memasak makanan yang mereka pesan, mereka membaca buku cerita. Tak lama kemudian seorang pelayan mengantarkan makanan mereka. Dengan lahap mereka menyantap makanan lezat buatan koki restoran. Setelah selesai makan, mereka menuju kasir. Saat Via akan membayar, dia lupa membawa uang. Petugas kasir akan melaporkan Via ke polisi jika dia tidak membayarnya. Ardi pun menolong Via dengan membayarkan makanan Via. Via senang sekali karena ada teman yang mau membantunya. Via pun mengucapkan terima kasih atas pertolongan Ardi.
3. Pergi ke dokter Bermain peran dengan judul permainan “Pergi ke dokter” ini membutuhkan 7 anak, dengan jalan cerita sebagai berikut: Saat pulang sekolah, Marta kehujanan. Sesampainya di rumah, dia diminta ibunya untuk mandi agar tidak pusing. Namun marta tidak mau menuruti nasehat ibu. Malam harinya, Marta merasa pusing dan badannya panas. Pada saat itu juga, ibu menyarankan agar Marta pergi ke dokter untuk periksa. Namun, Marta tidak menuruti apa yang dikatakan ibunya. Karena Marta merasakan suhu badannya semakin panas, keesokan harinya, baru
124
Marta mau dibawa ke dokter. Setelah memeriksa Marta, Dokter menyarankan agar dia dirawat di rumah sakit. Di rumah Tutik, seorang ibu mondar-mandir menunggu anak perempuannya pulang dari sekolah. -
Seorang anak perempuan datang dari sekolah (Tutik).
-
Tutik
-
Ibu Tutik : “Selamat siang Tutik!”
-
Tutik
: “Selamat siang Bu!”
: Bu, Marta sudah lama tidak masuk sekolah. Marta
dirawat di rumah sakit. -
Ibu Tutik : “Kasihan, Marta sakit apa?”
-
Tutik
: “Sakit panas!” “Bu, nanti Tutik akan menjenguk
Marta bersama teman-teman”. -
Ibu Tutik : “Boleh, nanti akan ibu bawakan buah-buahan”.
(Ibu Tutik meningggalkan tempat kemudian disusul Tutik). -
Tutik sedang merapikan taplak meja.
-
Dari luar terdengar ketukan pintu.
-
“Selamat sore!”, kata Rita (Suara dari luar)
-
“Selamat sore!”, kata Tutik (sambil menuju ke arah pintu).
-
Rita
: “Mari kita berangkat ke rumah sakit!”
-
Tutik
: “Ayo! Saya membawa buah-buahan untuk Marta”.
(Tutik dan Rita meningggalkan ruangan). Suasana di rumah sakit: -
Dokter dan perawat sedang memeriksa Marta.
-
Ibu Marta sedang menunggu Marta.
-
Dokter
: “Bagaimana Marta apa badan kamu masih panas?”
-
Marta
: “Sudah lumayan turun panasnya Dok”.
-
Dokter
:
“Baik,
saya
periksa
suntiknya!”, kata Dokter pada Perawat. -
Perawat : “Baik Dok”.
dahulu.
Tolong
jarum
125
-
Tidak lama kemudian datanglah Rita dan Tutik.
-
Tutik dan Rita
-
Marta
: “Selamat sore!”
-
Tutik
: “Saya membawa oleh-oleh untukmu, mudah-mudahan
: “Selamat sore, Marta!”
kamu cepat sembuh”. -
Ibu Marta: “Terima kasih anak-anak”. Doakan Marta cepat sembuh, dan bersekolah lagi.
4. Pemadam Kebakaran Bermain
peran
dengan
judul
permainan
“Pemadam
Kebakaran” ini membutuhkan 10 anak, dengan jalan cerita sebagai berikut: Pada suatu malam Tono dan Tini ditinggal orangtuanya membeli makan di warung yang terletak cukup jauh dari rumah. Tono dan Tini sedang belajar di ruang keluarga. Tiba-tiba lampu mati. Kemudian Tini mencari lilin dan korek api. Lalu Tono mencoba menyalakan
lilin.
Tono
berhasil
menyalakan
lilin.
Mereka
melanjutkan belajarnya hingga mereka tertidur. Tak lama kemudian, Tini merasakan panas. Saat membuka mata, Tini melihat kobaran api di dekatnya yang disebabkan karena lilin jatuh mengenai buku mereka. Tini segera membangunkan kakaknya. Dari luar terdengar suara jeritan ibu memanggil mereka berdua. Tono menelfon petugas pemadam kebakaran, lalu mereka segera lari ke luar rumah. Dengan cepat petugas pemadam kebakaran menuju rumah Tono dan Tini. Sesampainya di rumah mereka, petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api. Hingga akhirnya si jago merah dapat ditaklukkan oleh petugas pemadam kebakaran. 5. Bawang Merah Bawang Putih Bermain peran dengan judul permainan “Bawang Merah Bawang Putih” memiliki jalan cerita sebagai berikut:
126
Seorang ibu memiliki dua anak perempuan yang ia beri nama Bawang merah dan Bawang putih. Bawang merah adalah anak yang memiliki sifat tidak baik yaitu tidak pernah mau menuruti nasehat ibunya. Sedangkan Bawang putih adalah anak yang baik hati. Karena Bawang putih adalah anak yang baik, ibunya sangat menyanyangi dia. Ibu mereka lebih menyayangi Bawang mputih daripada Bawang merah. Oleh karena itu, Bawang merah iri terhadap Bawang putih karena dia lebih disayang ibunya. Karena kebenciannya, Bawang merah selalu bersikap tidak baik terhadap Bawang putih. Namun, suatu waktu, Bawang merah jatuh sakit. Dan dengan penuh kasih saying. Bawang putih merawat Bawang merah. Sejak saat itu, Bawang merah menyayangi Bawang putih dan menjadi anak yang baik. 6. Si Unyil Bermain peran dengan judul permainan “Si Unyil” ini memiliki jalan cerita sebagai berikut: Pak Ogah saat mengunjungi rumah Si Unyil, terkejut karena melihat rumah Si Unyil kotor dan berantakan. Pak Ogah : “Assalamualaikum…..Unyil….dimana kamu? Kenapa rumah ini kotor sekali? Si Unyil : “Waalaikum salam pak….ya pak, karena Unyil belum sempat membereskan rumah. Untuk membereskan rumah sebesar ini sendirian, aku tidak sanggup pak. Pak Ogah : “Kita harus bekerjasama untuk membersihkan rumah ini,” ajak Pak Ogah. Panggil teman-temanmu untuk membantu membersihkan rumah ini. Si Unyil : “Baik pak” Setelah teman-teman Si Unyil berkumpul, mereka bersamasama membersihkan rumah. Hingga rumah Si Unyil kembali bersih. 7. Pesta Ulang Tahun
127
Pada suatu pagi yang cerah, ibu membangunkan Cempaka. Setelah membuka mata, Cempaka membaca doa bangun tidur. Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun Cempaka. Dia bersyukur pada Allah karena Allah memberikan umur yang panjang hingga pada hari ini dia genap berusia 5 tahun. Pada hari itu, tak da satupun teman Cempaka yang ingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahun dia. Dia duduk di sungai dengan wajah yang sedih. Datanglah seorang nenek dan bertanya kenapa dia terlihat sedih. Kemudian Cemapak diajak ke rumah nenek itu. Tak lama kemudian nenek mengucapkan selamat ulang tahun pada Cempaka. Dengan senang hati, Cempaka pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ternyata teman-teman Cempaka memberikan kejutan pada Cempaka. Cemapak sangat senang. Dan Mereka merayakan ulang tahun Cempaka bersama-sama. 8. Bermain Bersama Di depan sebuah rumah, terlihat Shinta dan santi sedang asyik bermain bersama. Santi menyusun balok menjadi istana yang megah. Saat Santi akan meletakkan balok yang terakhir, tiba-tiba Shinta merebutnya. Mereka berdua berebut mainannya hingga tanpa disengaja Shinta merobohkan susunan balok yang sudah disusun oleh Santi. Santi pun marah pada Shinta. Kemudian karena terdengar keributan di luar, kakak Santi ke luar rumah dan berkata: Kakak: Ada apa ini kok kalian ribut? Santi: Ini kak, Shinta merebut mainanku dan merusak istanaku. Shinta: Tapi kan aku tidak sengaja kak. Kakak: Sudah sudah kalian jangan bertengakar. Kita harus menyayangi teman kita. Shinta ayo minta maaf sama Santi!
128
Shinta: Baik kak. Maafin aku ya Santi. Kakak: Kamu juga Santi, kamu harus memaafkan Shinta. Santi: Ya kak. Ya, aku mau memaafkan kamu Shinta. Setelah mereka berdua saling memaafkan, Mereka kembali bermain bersama.
129
Lampiran 6
Daftar Nama Anak Kelas B1 TK N Pembina Kec. Pekalongan Barat No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Abimanyu Yoga Ataullah Andi Salma Karima Aura Najwa Aprilia Axcel Raska Atryaaranda Balqis Adelia Putri Brian Rajendra Rafid S. Devan Syauqi Fathi Farrel akmal Rabani Gusti Ayu Bulan adhistanaya M. Sultan Andrew M. Khairul Fadli M. Budi Utomo M. Dhaniyal Alattas Nabila Mutiara Putri M. Nimas Hanestining Putri Nisa Fadilah Adi Caesaria Rashel Andra Rahmadhanti Salwa Mitha Az-zahwa Sekar Arum Maharani Talitha Anindya Rahmanda Narindra Ardhana PS Ashvanadya Fasya Shabrina Dibni Fathlun Jaya Muda M. Rifqi Sultan Olivia Putri Zayan Arrafi Mahdhi S. Shinji (Hideaki Hayyi Shinji) Muhammad Ibad Diva Calista
30
Nirmala Betari
Daftar Nama Anak Kelas B1 TK N Pembina Kec. Pekalongan Utara
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Achmad Zhifan Risqi Pratama Adila Putri Yuliani Agmel Ayu Sintiyas Agustian Tri Setyawan Arif Fakhriyanto Arista Aurellia As'ad Zainil Wafa Aviva Rosyaima Angelniyaf Dani Kurniawan Datto Farhan Bennani Dini Sabrina Dwi Priyo Utomo Fadhilatul Zakya Farrisa Hakim Febriand Dwi Pramudya Fitry Larasati Gading Satria Jati Hilmi Satria Wibowo Maulana Raffael Virgiawan Mochammad Rizky Rahman Nadia Puji Lestari Naufal Nabih Nikeisha Shifa Farras Nilla Saroya Nova Dina Fitriyani Nurul Khoirina Riang Imelda Zulfa Rizky Perdana Rizqy Sanjaya Putra Surya Ardhi Alfianto
130
Lampiran 7 Jadwal Penelitian
Tanggal
Hari
13 Mei 2013
Senin
14 Mei 2013
Selasa
15 Mei 2013
Rabu
16 Mei 2013
17 Mei 2013
18 Mei 2013
20 Mei 2013
21 Mei 2013
Kamis
Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Perlakuan ke-
Pretest kontrol. Pretest kontrol.
Kamis
Tempat
kelompok
Kelas
kelompok
Kelas
1
Bermain peran “Robot”.
Kelas
2
Bermain peran “Barbie”.
3
Bermain peran “Mengasuh bayi”.
4
Bermain “Aktivitasku”.
5
Bermain peran “Fun Cooking”.
6
Bermain peran “Tentara”.
7
Bermain peran “Kedai Es Krim”.
8
Bermain peran “Pesawatku”.
9
Bermain peran “Robot”.
10
Bermain peran “Barbie”.
11
Bermain peran “Mengasuh bayi”.
12 23 Mei 2013
Perlakuan yang dilakukan
Bermain “Aktivitasku”. Posttest
Kelas
peran Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
peran kelompok
Kelas
131
J
kontrol.
24 Mei a 2013
Jumat
Posttest kontrol.
kelompok
Kelas
d 27 Mei 2013
Senin
Pretest eksperimen.
kelompok
Kelas
w 28 Mei 2013 a
Selasa
1
Bermain “Restoran”.
peran
Kelas
Rabu
2
Bermain peran “Pergi ke Dokter”.
Kelas
30 Mei 2013 P
Kamis
3
Bermain “Restoran”.
peran
Kelas
31 Mei e 2013
Jumat
4
Bermain peran “Pemadam Kebakaran”.
Luar Kelas
n 2013 01 Juni
Sabtu
5
Kelas
e 03 Juni 2013 l
Bermain peran “Pergi ke Dokter”.
Senin
6
Bermain peran “Bawang merah dan bawang putih”.
Kelas
i 04 Juni 2013 t
Selasa
7
Bermain peran “Bermain bersama”.
Kelas
07 Juni i 2013
Jumat
8
Bermain peran “Rumahku Banjir”.
Kelas
29l Mei 2013
a 9
Bermain peran “Si Unyil”.
n 08 Juni 2013
Sabtu
10
Bermain peran “Pesta Ulang Tahun”.
Kelas
10 Juni 2013
Senin
11
Bermain peran “Rumahku Banjir”.
Kelas
12 11 Juni 2013
Selasa
Bermain Unyil”. Posttest eksperimen.
peran
“Si
kelompok
Kelas
132
Lampiran 8
Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
1
2
3
2
2
3
3
3
3
1
2
1
2
1
3
2
2
3
4
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
1
2
3
2
2
2
2
2
2
5
1
2
1
2
2
1
2
2
6
2
2
2
2
2
2
2
7
2
3
3
4
3
3
8
2
2
1
2
3
9
1
2
2
2
10
2
2
2
11
2
3
12
3
2
13
2
14
Subyek
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
1
2
1
2
2
3
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
3
2
15
2
2
16
2
17
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
2
2
2
2
2
2
2
3
4
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
4
2
2
3
4
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
1
2
1
2
2
4
2
3
2
2
3
2
1
1
2
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
3
2
1
2
3
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
18
2
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
19
1
2
2
3
3
3
3
2
2
4
2
1
2
3
3
2
2
2
20
2
3
1
2
3
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
3
2
3
21
2
3
2
3
2
3
2
1
3
2
2
2
2
3
1
2
2
3
22
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
23
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
24
1
2
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
25
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
2
1
2
3
2
3
3
133
26
2
3
2
3
2
3
4
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
27
2
3
3
2
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
2
28
2
2
3
2
2
2
1
2
1
2
2
3
1
2
1
2
2
1
29
2
3
2
3
2
3
2
2
3
1
2
2
2
2
2
3
3
2
30
2
3
2
3
1
2
2
3
2
3
2
2
3
3
3
2
3
2
134
Item 19
Item 20
Item 21
3
2
3
3
1
2
Item 22
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 34
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 27
Item 33
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
2
2
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
1
1
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
4
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
4
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
3
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
1
2
3
2
3
2
3
2
1
3
1
3
4
2
2
2
2
2
1
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
2
1
3
2
3
1
3
2
2
3
1
2
3
2
1
2
2
1
2
2
3
2
1
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
4
1
1
4
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
4
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
4
2
2
4
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
2
2
3
2
1
2
3
1
2
2
2
1
2
2
2
3
1
2
1
135
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
2
2
3
2
136
Item 35
Item 36
Item 37
Item 38
Item 39
Item 40
Item 41
Item 42
Item 43
Item 44
Item 45
Item 46
Item 47
Item 48
Item 49
Total
2
2
3
2
1
1
3
2
3
2
2
1
1
2
2
103
2
2
3
1
1
1
2
2
3
2
2
2
1
2
3
105
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
100
2
1
3
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
98
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
96
2
2
2
2
2
4
3
3
3
3
3
2
2
2
2
116
2
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
1
2
3
124
2
2
3
3
2
2
3
3
3
2
2
2
4
3
3
124
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
97
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
98
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
106
2
2
2
1
2
2
3
2
3
1
2
1
1
2
2
94
2
2
3
3
2
4
3
2
2
2
2
1
1
2
2
109
2
1
1
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
3
1
104
3
2
2
2
3
3
1
2
2
2
2
3
2
2
3
110
2
3
1
2
3
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
98
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
1
1
2
2
105
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
137
3
2
3
3
2
1
2
3
3
3
3
2
2
3
2
120
2
3
2
2
3
2
1
2
3
2
2
4
2
2
3
109
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
3
110
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
114
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
98
2
3
3
2
1
2
2
2
3
2
2
1
1
2
3
111
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
108
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
112
2
3
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
123
2
2
3
1
2
3
1
2
1
2
1
2
2
3
2
91
137
3
3
2
3
3
1
3
2
2
3
2
3
2
3
3
120
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2
1
120
138
Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Item 1 2 4 4 4 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2
Item 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3
Item 3 2 4 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
Item 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3
Item 5 3 4 2 3 4 4 4 2 3 2 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3
Item 6 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
Item 7 4 4 2 3 2 2 4 2 3 2 3 2 4 4 4 4 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3
Item 8 2 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 2 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3
Item 9 4 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 4
Item 10 4 3 4 3 3 2 4 2 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3
Item 11 3 4 3 4 4 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4 4
Item 12 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3
Item 13 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4
Item 14 3 2 4 3 3 3 4 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3
Item 15 4 4 2 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 4 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4
Item 16 4 3 3 2 4 4 3 4 2 4 2 4 2 4 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
Item 17 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4
Item 18 3 3 4 3 4 4 2 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3
139 Item 19
Item 20 4 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 2 2 4 3 2 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
Item 21 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
Item 22 4 3 4 3 4 4 3 4 2 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 2 3
Item 23 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4
Item 24 3 4 3 3 3 4 2 4 3 2 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 2 4 3
Item 25 2 3 4 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2
Item 26 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4
Item 27 3 4 3 4 2 3 2 2 3 4 3 2 4 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4
Item 28 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3
Item 29 3 3 4 2 4 4 2 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3
Item 30 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2
Item 31 3 4 3 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2
Item 32 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3
Item 33 4 4 3 2 2 4 2 2 2 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3
Item 34 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2
Item 35 2 3 4 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 4 4 4 3 2 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4
Item 36 3 4 4 4 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3
3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 2 2 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
Item 37
Item 38 4 3 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4
Item 39 3 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4
Item 40 3 4 4 3 3 4 3 2 3 2 2 4 4 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
Item 41 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3
Item 42 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3
Item 43
Item 44
Item 45
Item 46
3 3 3 3 2 4 2 2 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3
3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3
4 3 2 3 3 4 2 3 4 2 2 4 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3
2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 47 4 3 3 2 3 4 2 2 4 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3
Item 48 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2
140
Item 49 2 3 3 2 2 4 3 3 4 2 2 4 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4
3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3
Total 153 161 151 144 146 160 136 133 143 133 146 142 143 141 153 151 147 149 142 153 152 162 150 167 161 151 152 155 157 153
Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
Subyek
Item 9
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 10
1
2
2
3
2
3
3
3
3
3
1
2
2
1
2
2
3
2
3
3
2
3
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
2
1
3
3
3
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
141
3
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
4
1
2
1
2
2
4
3
4
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
3
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
6
1
2
1
3
3
4
2
2
1
2
1
1
2
4
2
1
2
1
7
1
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
8
1
3
2
2
3
2
3
3
3
2
1
1
2
2
3
2
2
2
9
1
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
1
3
3
3
3
2
1
10
1
2
2
2
3
3
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
11
1
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
12
1
2
3
2
4
4
3
4
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
13
1
2
1
2
3
3
3
3
3
2
1
2
3
2
4
3
2
3
14
1
2
2
4
4
4
3
4
3
2
3
2
2
3
3
2
3
3
15
1
3
2
3
4
3
3
4
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
16
1
3
2
3
4
4
4
4
3
3
2
1
3
3
3
2
2
2
17
1
3
1
2
3
3
2
3
2
4
3
2
3
3
2
3
3
2
18
1
3
2
2
3
3
2
2
3
2
2
1
3
2
3
2
2
2
19
1
2
1
2
2
3
2
3
2
2
1
1
2
2
3
1
1
1
20
1
2
1
2
2
3
2
2
3
2
1
1
2
2
3
2
1
2
21
1
3
2
3
4
4
3
3
2
2
2
1
2
3
2
3
2
3
22
2
1
2
3
2
2
2
3
2
2
1
1
3
2
1
1
1
2
23
1
3
2
1
2
3
3
2
3
2
2
1
3
3
3
2
2
2
24
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
25
2
3
2
2
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
26
1
2
2
3
2
2
3
3
2
2
3
1
2
3
2
2
2
2
27
1
2
2
3
3
3
4
2
2
3
2
1
3
2
3
1
1
1
28
1
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
29
1
3
2
3
2
3
3
2
3
3
2
2
2
3
2
2
1
2
30
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 33
Item 34
2
3
3
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
3
2
2
2
1
2
1
2
2
2
4
2
3
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
4
2
1
4
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
3
3
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
3
3
2
1
2
1
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
2
1
2
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
2
2
3
1
2
4
2
2
2
2
2
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
4
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
2
3
3
4
2
3
3
3
3
4
4
3
2
3
3
2
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
2
3
3
3
2
2
4
3
3
3
22
2
2
2
1
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
3
2
2
3
2
1
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
4
3
4
3
2
3
3
4
4
3
4
2
2
4
2
3
2
2
3
2
4
4
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
3
3
3
2
2
1
2
2
2
3
3
2
2
3
4
3
3
3
2
4
4
4
3
2
3
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
1
2
3
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
3
2
1
3
2
2
1
2
3
4
2
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
2
1
2
1
2
3
3
2
3
3
3
3
4
2
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 27
2
1
2
3
3
1
2
3
1
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
3
2
3
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
2
4
2
2
1
2
3
2
1
2
2
1
2
2
1
2
Item 28
142 Item 35
Item 36
143
Item 37
Item 38
Item 39
Item 40
Item 41
Item 42
Item 43
Item 44
Item 45
3
3
2
1
3
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
2
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
4
2
2
1
2
3
2
2
1
3
3
2
3
3
2
1
2
Item 46
Item 47
Item 48
Item 49
Total
2
1
3
4
111
2
2
3
3
96
4
1
2
1
2
98
4
4
1
1
1
2
93
1
1
2
1
1
1
3
80
3
3
4
4
1
2
2
4
108
3
2
2
2
1
2
1
2
4
94
1
2
2
3
2
2
1
1
2
2
106
2
2
2
3
3
2
3
2
3
4
3
116
2
2
3
2
2
3
2
1
2
3
3
92
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
4
118
3
2
1
3
2
3
3
3
2
3
1
4
2
130
2
3
3
2
2
3
3
3
4
1
2
4
3
121
4
2
3
2
2
3
3
2
3
2
2
4
3
128
4
3
2
2
2
3
3
4
3
2
1
4
2
135
4
3
3
2
3
3
4
3
2
2
1
4
3
135
2
3
1
2
3
2
3
2
3
2
1
3
2
130
2
3
2
1
3
2
3
2
2
2
1
2
3
134
2
2
1
1
2
2
3
2
2
2
1
2
3
102
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
3
105
3
2
2
2
4
2
3
3
3
2
2
3
4
133
2
2
3
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
104
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
2
3
4
126
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
60
3
3
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
3
127
3
3
1
1
2
3
2
3
2
1
1
2
3
109
3
2
1
2
3
3
3
3
3
2
1
2
3
111
144
4
3
2
2
2
3
2
3
1
2
2
2
3
116
3
3
2
1
2
3
3
4
2
3
2
3
3
121
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
3
111
145
Data Hasil Posttest Keterampilan Berbicara Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Item 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3
Item 2 4 3 4 3 3 4 3 4 2 4 3 2 3 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3
Item 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 4 3 3 3
Item 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 2 4 2 3 2 3 4
Item 5 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4
Item 6 3 2 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 2 3 3 4 3
Item 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 2 3 3 4
Item 8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
Item 9 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 4
Item 10 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
Item 11 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3
Item 12 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2
Item 13 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 4 2 4 2 3 2 2 3 4 2 4 3
Item 14 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3
Item 15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 4 3
Item 16 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 4 3 3 2
Item 17 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3
Item 18 2 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 4 3 2
Item 19 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
Item 20 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 4 4
146
Item 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4
Item 22 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4
Item 23 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4
Item 24 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
Item 25 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 4
Item 26 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 1 3 2 3 4 3 3
Item 27 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2
Item 28 3 3 3 2 2 4 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
Item 29 3 4 3 3 3 4 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 2 4 3 3 4 4 3
Item 30 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 4
Item 31 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 4 3 3
Item 32 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2
Item 33 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3
Item 34 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 4 4
Item 35 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
Item 36 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 1
Item 37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 2 2 3 4 2
Item 38 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3
Item 39 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 3
Item 40 2 2 2 1 1 3 3 2 1 4 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2
147
Item 41 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4
Item 42 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
Item 43 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 4
Item 44 4 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3
Item 45 3 3 4 3 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4
Item 46 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2
Item 47 2 3 3 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 4 2 1 2
Item 48 3 3 3 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
Item 49 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4
148
Data Keterampilan Berbicara (Pretest) antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ n1
Eksperimen Kode E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 = =
Nilai 103 105 100 98 96 116 124 124 97 98 106 94 109 104 110 98 105 137 120 109 110 114 98 111 108 112 123 91 120 120 3260 30
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ n2
Kontrol Kode K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 K-08 K-09 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 = =
x1 s12 s1
= = =
108.67 117.5402 10.842
x2 s22 s2
= = =
Nilai 111 96 98 93 80 108 94 106 116 92 118 130 121 128 135 135 130 134 102 105 133 104 126 60 127 109 111 116 121 111 3350 30 111.67 312.9885 17.691
149
Data Keterampilan Berbicara (Postest) antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ n1 x1 s12 s1
Eksperimen Kode Nilai E-01 153 E-02 161 E-03 151 E-04 144 E-05 146 E-06 160 E-07 136 E-08 133 E-09 143 E-10 133 E-11 146 E-12 142 E-13 143 E-14 141 E-15 153 E-16 151 E-17 147 E-18 149 E-19 142 E-20 153 E-21 152 E-22 162 E-23 150 E-24 167 E-25 161 E-26 151 E-27 152 E-28 155 E-29 157 E-30 153 = 4487.00 = 30 = = =
149.57 70.6678 8.406
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ n2 x2 s22 s2
Kontrol Kode Nilai K-01 141 K-02 140 K-03 147 K-04 126 K-05 112 K-06 153 K-07 127 K-08 144 K-09 127 K-10 158 K-11 134 K-12 131 K-13 129 K-14 135 K-15 139 K-16 138 K-17 137 K-18 135 K-19 156 K-20 138 K-21 149 K-22 145 K-23 138 K-24 95 K-25 140 K-26 130 K-27 141 K-28 146 K-29 149 K-30 151 = 4131.00 = 30 = = =
137.70 163.9414 12.804
150
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pretest NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kelompok eksperimen N
kelompok kontrol
30
30
Mean
108.67
111.67
Std. Deviation
10.842
17.691
Absolute
.104
.094
Positive
.104
.094
Negative
-.085
-.091
Kolmogorov-Smirnov Z
.570
.513
Asymp. Sig. (2-tailed)
.901
.955
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
151
Lampiran 10
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA KETERAMPILAN BERBICARA (PRE TEST) ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis Ho
:
12
=
22
Ha
:
12
=
22
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2 (nb-1):(nk-1)
F 1/2 (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah
3260
3350
x Varians (s2) Standart deviasi (s)
30 108.67 117.5402 10.84
30 111.67 312.9885 17.69
n
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
Pada = 5% dengan:
312.99 117.54
=
2.6628
152
dk pembilang = nb - 1 dk penyebut = nk -1 F (0.025)(29:29)
= = =
30 30
-
1 1
= =
29 29
1.86
1.86
2.663
Karena F berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.
153
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji T-test Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol T-Test Group Statistics keterampilan berbicara Nilai tes
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
30
108.67
10.842
1.979
2
30
111.67
17.691
3.230
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Nilai Equal variances tes assumed Equal variances not assumed
5.102
Sig.
t
.028 -.792
Sig. (2tailed)
df
Std. Error Mean Differenc Difference e Lower
Upper
58
.432
-3.000
3.788
-10.583
4.583
-.792 48.089
.432
-3.000
3.788
-10.616
4.616
154
Hasil Perhitungan Uji T-test Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol T-Test Group Statistics Std. Error Jenis Skor
N
Mean
Std. Deviation
Mean
1
30
1.4957E2
8.40642
1.53479
2
30
1.3770E2
12.80396
2.33767
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Sko Equal r variances assumed Equal variances not assumed
1.541
Sig.
t
.219 4.243
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
Df
Lower
Upper
58
.000
11.86667
2.79648 6.26890 17.46443
4.243 50.084
.000
11.86667
2.79648 6.25000 17.48333
155
Lampiran 12
Profil Lembaga 1. Nama TK
: TK Negeri Pembina Pekalongan Barat
Telepon/ Hp : (0285) 7928360 Alamat
Jalan
: Merapi No.2
Kelurahan
: Bendan
Kecamatan
: Pekalongan Barat
Kota : Pekalongan Visi
: Membentuk peserta didik menjadi anak yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian mulia, mandiri, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.
Misi
:
1) Menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila dalam kehidupan seharihari melalui keteladanan dan pembiasaan agar terbentuk pribadi yang beriman, bertaqwa, dan berkepribadian mulia. 2) Memberikan tugas-tugas yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang mandiri. 3) Memberi dasar pengetahuan agar anak bisa merespon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Mempersiapkan anak agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya dan lingkungan. 5) Menumbuh kembangkan kreatifitas anak dalam seni, budaya, dan olahraga melalui pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal.
156
2. Nama TK
: TK Negeri Pembina Pekalongan Utara
Telepon/ Hp : (0285) 430046 Alamat
Jalan
: Apolo
Kelurahan
: Kandang Panjang
Kecamatan
: Pekalongan Utara
Kota
: Pekalongan
Visi
: Terciptanya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, kreatif, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani.
Misi
:
1) Menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila sehingga tercapainya pribadi peserta didik yang beriman dan bertaqwa. 2) Memberikan pendidikan ketrampilan agar peserta didik memiliki prestasi dalam bidang seni maupun olahraga. 3) Memberikan tugas-tugas yang mengarah terciptanya pribadi peserta didik yang mandiri. 4) Memberikan dasar-dasar pengetahuan agar peserta didik bertambah kembang sesuai dengan tahapan perkembangan.
157
Lampiran 13
Gb. Pretest Kelompok Eksperimen Peneliti sedang melakukan pretest pada responden dari kelompok eksperimen.
Gb. Bermain Peran “Bawang Merah Bawang Putih” Hanes berperan sebagai bawang merah dengan mengenakan selendang berwarna merah, sedangkan Rashel berperan sebagai bawang putih dengan mengenakan selendang berwarna putih.
158
Gb. Bermain peran “Pesta Ulang Tahun” Bulan (tengah) sedang meniup kue ulang tahun. Salma (kanan) berperan sebagai ibunya Bulan. Fadli (kiri) berperan sebagai ayahnya Bulan.
Gb. Bermain Peran “Bermain Bersama” Abi, Devan, Dibni, Brian sedang bermain balok bersama. Devan berperan sebagai kakak dari Abi yang melerai saat Abi, Dibni, dan Brian saling berebut balok.
159
Gb. Bermain Peran “Si Unyil” Bulan, Salma, Dhana, Oliv, dan abim sedang bermain peran bekerjasama membersihkan halaman sekolah.
Gb. Bermain Peran “Pemadam Kebakaran” Shinji, Dhana, Budi, Devan, Sekar, Hanes bersama-sama memainkan peran seorang pemadam kebakaran yang sedang memadamkan api.
160
Gb. Bermain Peran “Pergi ke Dokter” Dhaniyal yang berperan sebagai dokter sedang memeriksa Salma sebagai pasien. Najwa yang berperan sebagai perawat membantu dokter membawakan jarum suntik dan kapas.
Gb. Bermain Peran “Playing House” Abim, Mitha, dan Yayang sedang membersihkan rumah akibat banjir dengan membuang air banjir yang masuk ke dalam rumah.
161
Gb. Bermain Peran “Restoran” Dhana berperan sebagai pelayan sedang mengantarkan makanan pada pembeli (Brian, Nadia, dan Hanes).
Gb. Posttest Kelompok Eksperimen Peneliti melakukan posttest pada responden dari kelompok eksperimen.
162
Gb. Pretest Kelompok Kontrol Peneliti melakukan pretest pada responden dari kelompok kontrol.
Gb. Bermain Peran “Fun Cooking” Rina sedang memainkan wayang koki yang sedang memasak beras dengan menggunakan magic com.
163
Gb. Bermain Peran Mengsuh Bayi Surya sedang memberi minum pada bayi yang sedang berbaring di atas tempat tidur.
Gb. Bermain Peran Perang-perangan Ano sedang memainkan wayang tentara yang sedang membawa senjata saat perang.
164
Gb. Bermain Peran “Barbie” Keisha sedang memakaikan sepatu pada boneka Barbie.
Gb. Bermain Peran Pesawat Naufal sedang bermain menerbangkan pesawat.
165
Gb. Bermain Peran Kedai Es Krim Rina sedang memainkan wayang tukang es krim yang sedang melakukan transaksi jual beli.
Gb. Posttest Kelompok Kontrol Peneliti melakukan posttest pada responden dari kelompok kontrol
166
Lampiran 14
167
168
169
170