Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 1
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Penasihat: - Pdt. Moldy Mambu - Pdt. Noldy Sakul - Pdt. Sammy Lee Pimpinan Ministry : Handry Sigar, Willy Wuisan, Yoshen Danun, Lucky Mangkey Pemred Handry Sigar Wapemred Willy Wuisan Sekretaris Meilien Langi-M Bendahara Yoshen Danun General Controller Yance Pua, Ellen Mangkey HRD Pdtm. Davy Politon, Pdtm. Dale Sompotan Koordinator Produksi Osvald Taroreh, Harold Somba
BAIT MINISTRY Visi: Menyebarkan pekabaran tiga malaikat khususnya di Indonesia Kawasan Timur dan untuk mempersiapkan umat pada kedatangan Kristus yang kedua kali Misi: BAIT Ministry sebagai suatu wadah perpanjangan tangan GMAHK di Indonesia Kawasan Timur mengusahakan mendorong berkembangnya pekerjaan Tuhan secara maksimal melalui berbagai bidang pelayanan
Editor Alfa Tumbuan , Royke Sundalangi, Handry Suwu, Wayne Rumambi, Jufrie Wantah, John Taebenu. Rubrik Opini Lucky Mangkey, Mickael Mangowal, Bruce Sumendap, Pdt. Bayu Kaumpungan, Jack Kusoy Kolom Renungan Pdtm. Davy Politon Pdt. Stenly Karwur, Pdt. Ronie Panambunan, Pdt. Raymond Lohonauman Rubrik Kesehatan Jeiner Rawung, dr. Harold Manueke, dr. Alvin Rantung, dr. Grace Rantung, dr. Marthin Walean, dr. E Tomarere, dr. Ruben Supit Rubrik Keluarga Repsta Moal, James Manurip, Pdt. Jacky Runtu, Pdt. H. Suawah Rubrik Roh Nubuat Pdt. Kalvein Mongkau Pdt. Allan Pasuhuk, Pdtm. Roy Pitoy,Pdt. Douglas Sepang, Pdt. Robert Walean, Pdtm. Glen Rumalag Rubrik Pathfinder Frankie Sumarauw, Green Manueke, Fransisca Muntu Rubrik Profil Irma Pakasi, Janice Losung, Green Mandias Rubrik Pionir Pdt E. Takasanakeng Rubrik Ragam Tommy Manawan, Debby Langitan, Jimi Pinangkaan, Ellen Mangkey Rubrik Kesaksian Freddy Losung, Agustine Lureke Rubrik Biblical & Theological Pdt. Blasius Abin, Pdt. Swineys Tandidio Motivational Words Peggy Iskandar-Wowor Inspirational Story Bredly Sampouw Tanya Jawab Pdt. Bryan Sumendap, Pdt. Larry Windewani, Pdt. Ronell Mamarimbing Catatan Kami Denny Kalangi Tim Layout Caddy Malonda, Ivan Kembuan, Freddy Kalangi, Pdt. Harold Oijaitou, Jenry Wungkana Samuel Rorimpandey, Herold Heydemans, Belly Wungkana, Pdtm. Dave Tielung, Jimy Moedjahedy, Brayn Mamanua, Stanly Keles, Pdtm. Ressa Liwe Marchel Tombeng, Edwin Tenda Web Master Nielson Assa Distribution Janette Sepang, Herschel Najoan
Biro: Philipina David Bindosano Manado Jeiner Rawung Mikael Terok, Janet Ngantung, Hengki Kambey Papua Govert Waramori, Noldy Abraham Maluku Utara Erwin Wuisan Sulawesi Tengah Christian Siwy, Jawa Timur Pdtm. Fabyo Rumagit Ratahan Refli Ompi,Sangir Talaud Pdt. Edison Takasanakeng Ambon Mario Lekatompessy Kotamobagu Maikel Makarewa
Bejana Advent Indonesia Timur
Penginjilan di Semua Lini Dalam Kristus: Jawaban Atas Krisis Kesia-siaan
-
Kasih Bapa Sorgawi
Artikel Kesehatan Jangan Tertarik Kalau Merah Menarik Warnanya
Berhenti Untuk Peduli
Opini 1 Geraja Gereja Masa Masa Kini Kini dan dan Masa Masa Depan Depan
Opini 2 Mendamaikan Perbedaan
Artikel Rohani Apakah Tulisan-Tulisan Roh Nubuat Menjauhkan Gereja Advent Dari Prinsip Sola Scriptura?
Ragam Dari Buah Kepada Sari
Page 2
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
PENGINJILAN DI SEMUA LINI
K
urang lebih dua minggu lalu, saya diundang untuk hadir dalam rapat koordinasi bidang pelayanan Komunikasi di Konferens DKI Jakarta yang dihadiri oleh beberapa pendeta dan praktisi net ministry. Karena saya pulang ke rumah dulu dan tidak langsung ke tempat rapat sehingga saya tiba agak terlambat. Istimewanya setelah sampai di Café Newstart di GPA MT Haryono, selain para undangan rapat, juga terlihat hadir Pdt. J. Perangin-angin, Ketua Uni Indonesia Kawasan Barat, di antara peserta rapat walaupun beliau tidak sedang berdiskusi tapi sekedar makan malam. Yang ingin saya ceritakan adalah bahwa setelah Pdt. Perangin-angin selesai makan malam, beliau berpamitan kepada kami semua, dan sembari berjabatan tangan dengan saya, Ketua Uni berkata (kurang lebih seperti ini), ”Selamat mengadakan rapat. Saya doakan kalian makin jaya mengudara!” Mungkin karena yang dibicarakan sebelumnya adalah mengenai penginjilan lewat media televisi dan radio, sehingga Ketua Uni berkata seperti itu. Setengah bergurau, saya membalas, “Keliru Pendeta! Tim kita ini tidak hanya akan berjaya di udara, tapi juga akan berjaya di darat dan laut serta di semua lini!” Semua yang mendengar (termasuk Ketua Uni) tertawa. Hanya sebuah joke kecil, mungkin saja Pdt. Perangin-angin akan tersenyum jika membaca tulisan saya kali ini (dari info yang saya peroleh, Pdt. Perangin-angin merupakan salah satu pembaca setia BAIT). Tapi poin yang saya ingin sampaikan adalah bahwa penginjilan yang dilakukan lewat media jika dulunya terbatas lewat penyebaran traktat, majalah dan radio, sekarang ini sudah mencakup sarana internet, televisi, dan menjangkau lebih banyak pirsawan dan pembaca. Saya membaca kisah dari dr. Edwin Jess Supit di Guam yang diceritakan oleh dr. Reuben Supit di mailing list Advent Indonesia beberapa hari lalu. Sungguh sangat mengesankan dimana dr. Edwin Supit (yang bekerja sebagai misionaris kesehatan di Guam) juga dapat mewujudkan impian penginjilan lewat pusat kesehatan alami dan restoran vegetarian yang baru beliau operasikan. Tidak hanya itu, beliau juga membuka ”stasiun radio yang menyiarkan secara khusus lagu-lagu rohani dan kutipan-kutipan dari tulisan Ny. Ellen G. White.” ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah 1:8). Rasul Paulus menuliskan pesan dari Yesus Kristus bahwa penginjilan tidak terbatas di tempat tertentu melalui ayat di atas. Seluruh penginjilan harus menembus ke seluruh pelosok bumi ini dengan tidak terbatas dengan wilayah dan perbatasan negara. Salah satu cara yang efektif untuk menjangkau yang belum terjangkau adalah dengan memanfaatkan media. Inilah yang Redaksi BAIT berusaha untuk tetap laksanakan setiap minggu dengan mengirimkan nasehat-nasehat rohani dan berita penginjilan yang pada akhirnya diharapkan dapat membawa jiwa baru kepada Tuhan. Doakan pelayanan kami di BAIT agar selalu dapat dengan setia hadir untuk melayani anda dalam media yang sudah dimulaikan ini.
OSVALD TAROREH
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 3
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
“Dalam Kristus”: Jawaban Atas Semua Krisis Kesia-Siaan Pdt. Stenly Karwur, Gembala Wilayah Palolo, Sulawesi Tengah
A
pakah anda dan saya masih akan terus mempercayai Tuhan setelah mengalami semua krisis ini? Saya membayangkan saat anak saya baru saja dibawa ke ruang gawat darurat di Rumah Sakit. Dia menderita luka akibat keteledoran yang menjaga…, Saya membayangkan saat menghadapi anggota jemaat yang otoriter atau yang suka merajuk, atau kaum muda di jemaat yang bermasalah dan mengandung di luar nikah..., Saya juga membayangkan alat transportasi yang rusak akibat melawat di tempat yang harus melewati jalan berbatuan dan kurangnya dana reparasi…, dan masih banyak kesulitan-kesulitan yang lainnya. Kesimpulannya, saya ragu dan mulai bertanya: Mengapa saya berkomitmen melayani Tuhan sepenuh hati, tapi tampaknya perjalanan hidup saya justru lebih kacau dari sebelumnya?. Krisis adalah bagian dari hidup. Kita tidak dapat lepas dari semua kesulitan yang ada. Yesus berkata, “dalam dunia engkau menderita ... “ (Yohanes 16 : 33). Pendek kata, hidup adalah perjuangan. Namun saya menyadari bahwa bukanlah krisis yang menyebabkan penderitaan; melainkan itu adalah bagaimana kita mengalaminya. Jadi, merasakan kesakitan serta menyesali atau bersikap tabah melewati akibatnya dan bersyukur pada tiap rintangan adalah dua pilihan yang akan menentukan keberhasilan dalam perjuangan iman untuk keluar dari krisis ini. Pengalaman setiap orang tentu saja berbeda, namun satu hal yang pasti yaitu akibat yang dihadapi. Jika dua orang Kristen menghadapi tragedi yang sama, yang satu bisa menghadapi depresi dan kelesuhan, sedangkan yang lainnya justru akan lebih dekat dengan Tuhan. Saat mereka menemukan diri mereka tanpa uang, kesehatan atau martabat, bahkan kesukaran-kesukaran besar, beberapa orang Kristen
Bejana Advent Indonesia Timur
larut dalam kepercayaannya sendiri dan menyesalkan bahwa pastilah Allah yang telah meninggalkan mereka. Pemikiran seperti itu akhirnya mengarahkan seseorang untuk berhati dingin, kurang berdoa, susah percaya, khawatir, dan hidup cinta diri. Mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya merekalah yang meninggalkan Allah dengan mendua hati (Yakobus 1:8). Nampaknya hanya sedikit saja yang berhasil keluar dari jerat ini dan tetap memilih untuk mengabaikan semua penderitaan dan akibatnya sehingga di sanggupkan untuk lari lebih dekat pada Tuhan. Dalam Yesus Segala Kekhawatiran adalah Sia-sia.
Sejujurnya, saya bukanlah Musa yang melayani tanpa memperdulikan nyawanya. Saya juga belum bias seperti Paulus yang tetap yakin bahwa dia akan selamat walaupun di gigit ular berbisa tanpa di obati. Namun saya sangat mengagumi mata ayub yang menjadi terang dan melihat dalam kegelapan. “Ia mempertanyakan keadilan, kebaikan, dan kasih Allah, dan putus asa dengan hidupnya sendiri, namun Ia menolah untuk meninggalkan Allah… Ayub mungkin memang sudah kehilangan harapan akan keadilan Allah, tetapi ia dengan teguh menolah melepaskan
Page 4
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 harapan akan Tuhan. Justru di saat-saat keputusasaan, dengan sangat tidak terduga ia menemukan kilatan-kilatan terang harapan dan iman. ” 1Selain Yesus, rasanya hanya Ayub-lah orang yang sanggup mewakili kondisi super natural dari semua keluhan manusia yang mengalami krisis dalam hidup mereka yang akhirnya mampu menuai upah yang lebih baik dari krisis tersebut dengan tetap bertahan pada fakta iman gantinya pengalaman.
yang menghasilkan buah-buah Roh Suci. _________________________________________________ 1 Yancey, Philip.,KitabSuci Yang Di Baca Yesus, (Interaksara: Batam Centre, 2001), Hal. 59. 2
Kennedy, James D danNewcombe, Jerry.,BagaimanaJikaYesusTidakPernahLahir?(Interaksara : Batam Centre, 1999), Hal. 248.
Dalam buku “Bagaimana Jika Yesus Tidak Pernah Lahir”, James Kennedy dan Jerry Newcombe mengakui eksistensi Yesus dalam semua segi kehidupan di dunia ini sebagai satu-satunya penyataan dasar Alkitab yang paling hakiki saat mereka mengatakan bahwa hanya Yesus yang bias membuang kesalahan masa lampau, memberikan kepada kita kemenangan atas dosa di masa sekarang dan di masa depan kehidupan kita. 2Jika saja pemikiran ini telah berkembang dan berakar, kita akan lebih mudah memahami apa artinya tinggal dan hidup di dalam kristus, walaupun dengan bahasa yang sedikit dan paling sederhana sekalipun. Saudaraku, Semua kita akan mengalami konflik ketika kita berjalan dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi kemenangan adalah milik kita sementara kita belajar untuk tinggal di dalam Kristus. Karena Kristu stelah mati untuk memenangkan setiap peperangan gerilya dalam kehidupan kita. Yesus berkata, "Akulah pokok anggur, engkaulah carang-carangnya. Dia yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia, menghasilkan banyak buah; karena diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yoh15:5). Kenyataan tinggal didalam Kristus dan Kristus didalam kita menjadikan mungkin melalui kuasa supranatural Roh Kudus yang menyanggupkan. Diluar Yesus, maka pilihan iman untuk tetap berharap pada Allah sangat mustahil di pertahankan. Tapi dalam yesus, semua krisis adalah kesia-siaan yang tidak berguna. Dalam Kristus berarti Berbuah. Tinggal di dalam Kristus berarti menjadi satu dengan Dia melalui Iman. Hidup di dalam kesadaran bergantung sepenuhnya kepadaNya. Menyadari bahwa itu adalah kehidupanNya, KuasaNya, KebijaksanaanNya, KekuatanNya, dan KesanggupanNya yang bekerja melalui kita menyanggupkan kita untuk hidup menurut kehendakNya. Kita melakukan ini melalui penyerahan secara berkesinambungan tahta hidup kita kepadaNya, dan oleh iman ditarik kepada sumber-sumber kekuatanNya untuk menghidupkan kehidupan yang berkuasa, dan kehidupan
Bejana Advent Indonesia Timur
Kehidupan yang tinggal didalam Kristus, dan Kristus di dalamkita, menyanggupkan kitau ntuk menghidupkan satu kehidupan yang berbuah dan penuh kemenangan. Jutaan orang Kristen di seluruh dunia mengakui kasih mereka kepada Kristus setiap minggu melalui menghadiri acara-acara gereja, menyanyi lagu-lagu rohani, mempelajari Alkitab, dan menghadiri pertemuan-pertemuan doa. Namun, semua yang dikatakan didunia tidak akan pernah meyakinkan siapa saja bahwa anda atau saya benarbenar mencintai Tuhan sepenuh hati kecuali kita menuruti Dia, dan ini termasuk menghasilkan buah bagi-Nya. Satusatunya cara dimana kita dapat mendemonstrasikan bahwa kita benar-benar tinggal di dalam Dia dan adalah milik-Nya adalah dengan “menghasilkan buah” (LihatYoh 15:4 dan Roma 7:4). Amin.
Page 5
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Oleh : Govert Waramori
A
ir adalah salah satu kebutuhan utama manusia setelah oksigen. Manusia bisa saja hidup beberapa hari tanpa air, tetapi tanpa air, proses kelangsungan hidup manusia bisa berakibat fatal. Air penting bagi semua mahkluk hidup, tidak hanya manusia. Dalam tubuh beberapa organisme, kandungan air bisa mencapai 90%. Kandungan air dalam tubuh manusia bisa mencapai 60%, otak sendiri mengandung 70% air, paru-paru sekitar 90%. Jaringan otot mengandung kurang lebih 75%, lemak tubuh mengandung 10% air dan tulang mengandung 22% air. Dapat dibayangkan bahwa dalam densitas tulang yang keras, masih terdapat air. Kenyataan ini menjadikan alasan, mengapa air begitu penting dan mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia.
WHO dalam laporan kesehatan tahunannya pada tahun 2002 menyatakan bahwa air yang tidak aman untuk dikonsumsi masih menjadi resiko kesehatan yang harus dicegah. Dalam Sasaran Pembangunan Millenium atau yang lebih dikenal dengan Millenium Development Goals, khususnya pada sasaran ketujuh, menetapkan tujuan untuk meningkatkan akses terhadap air yang sehat untuk diminum yang harus dicapai pada tahun 2015. Keadaan-keadaan ini
Bejana Advent Indonesia Timur
menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap ketersediaan air yang sehat atau air yang layak diminum dan masih menjadi permasalahan dunia. Akses terhadap air yang sehat merupakan masalah global, tetapi secara individu, masih terdapat permasalahan mendasar yang berhubungan dengan kualitas air minum yang juga menentukan derajat kesehatan individu dan bisa berpengaruh pada kelompok-kelompok individu. Hal ini berhubungan dengan pengaruh (daya tarik) dan ketergantungan pada rasa yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Mengkonsumsi air putih yang bersih dan sehat dengan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan tubuh adalah gaya hidup positif untuk mempertahankan kesehatan tetap optimal. Allah sungguh baik, karena Ia adalah Pencipta yang tidak hanya merancang tetapi menetapkan segala sesuatu dalam kelangsungan hidup manusia, mahkluk termulia dengan sumber daya yang mudah didapat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Bila Allah merangcang dan menentukan bahwa kebutuhan tubuh manusia untuk air minum adalah Coca-Cola atau Sprite, maka setiap harinya
Page 6
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 manusia akan mengeluarkan sejumlah tambahan uang untuk pemenuhan kebutuhan dan itu pasti menyebabkan kompleksitas masalah manusia saat ini. Sayangnya, masih banyak yang lebih cenderung memilih untuk mempersulit keadaannya sendiri dengan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak penting, atau yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh. Secara Alkitabiah, Allah menghendaki manusia untuk mengkonsumsi air putih yang sehat dan bersih untuk mememuhi kebutuhan tubuh. Mulai dari cerita sejarah keberadaban manusia, air minum langsung diambil dari
sumur, itu berarti air putih alami, yang pada zaman tersebut, masih belum ada polutan yang mencemari air tanah. Khasiat air putih juga jelas dibuktikan dalam Alkitab. Percobaan yang ditetapkan oleh Daniel dan teman-temannya di Kerajaan Babilon ketika mereka ditawan, menjadi salah satu bukti bahwa air putih adalah minuman anak-anak muda Ibrani yang setia (Baca Daniel pasal 1). Hal ini tidak terbukti secara Alkitabiah saja, melainkan teori kesehatan pun mendukung akan kenyataan mendasar tentang kebutuhan air minum bagi manusia. Untuk kelayakan air yang dapat diminum oleh manusia agar tetap sehat adalah air yang harus tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Pengaruh kontaminan, termasuk logam berat akan mempengaruhi tiga syarat pertama yaitu tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna, dengan demikian akan lebih mudah untuk menentukan apakah air itu layak diminum atau tidak.
warna. Sayangnya masih banyak yang tidak mengetahui akan syarat air yang layak untuk kesehatan, dan justru membawa dirinya pada masalah-masalah kesehatan yang sebenarnya bisa dihindari dengan meminum air yang berbau, berasa dan berwarna. Justru, untuk air yang berwarna, berasa dan berbau, seseorang harus mengeluarkan uang yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang sehat dan layak untuk diminum. Air dapat dibedakan dengan jus buah atau sayur. Jus buah atau sayur adalah hasil perasan yang mengandung konsentrat baik buah maupun sayur dengan volume air yang lebih banyak. Jus, memang adalah minuman, tetapi bukanlah minuman yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk pemenuhan cairan layaknya air minum. Air yang memiliki rasa pada mayoritas jenis minuman yang cenderung menjadi kebutuhan karena setiap hari dikonsumsi adalah rasa yang didominasi oleh kadar gula yang sangat tinggi. Kadar gula yang tinggi dalam minuman sangat berpengaruh pada kesehatan secara khusus dapat meningkatkan kadar gula dalam darah dan memperberat fungsi tubuh untuk menetralisir kadar gula yang berlebihan. Tidak hanya itu, dengan rasa, seseorang bisa lebih tertarik untuk terus mengkonsumsi dan mengarah pada ketergantungan. Keadaan ini dapat berakibat pada pola hidup yang tidak sehat. Perlu diingat bahwa air alkitabiah untuk kebutuhan tubuh manusia dan makhluk ciptaan lainnya adalah air yang tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Hargailah panduan Allah yang begitu bijak dalam menentukan kebutuhan hidup manusia sehingga manusia tidak dipersulit dalam mempertahankan hidupnya. Jangan tertarik dengan bau, rasa atau warna, karena itu akan mengakibatkan masalah kesehatan yang bukan menjadi tujuan Allah bagi hidup manusia. Air putih yang bersih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna adalah minuman yang Allah tetapkan dan menjadi pilihan bagi bapa – bapa beriman yang telah menyatakan iman mereka demi kemuliaan Allah. Muliakanlah Allah dengan mengkonsumsi air yang sehat tanpa rasa, warna dan bau dan terus berdoa untuk memohon kekuatan Allah agar tidak tertarik dengan air yang menarik karena rasa, bau, dan warna. Amsal 23 : 31 “Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat.” ***
Pada saat ini, tidak sulit dan tidak terlalu mahal untuk mendapatkan air bersih yang sehat, tanpa bau, rasa dan
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 7
s
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
BERHENTI UNTUK PEDULI Oleh : Bredly Sampouw
S
uatu sore yang indah, pengusaha muda dan kaya baru saja membeli mobil mewah yang mahal dan mengkilap. Kini, sang pengusaha muda, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan tinggi, kendaraan itu dipacunya mengelilingi jalanan di sekitar rumahnya dengan penuh rasa bangga. Saat melaju dengan kecepatan tinggi itu, di pinggir jalan tampak beberapa anak yang bermain sambil melempar sesuatu. Karena berjalan terlalu kencang, ia tidak memperhatikan anak-anak itu. Tiba-tiba ia melihat seorang anak kecil melintas dari arah mobil-mobil yang parkir di jalan. Anak itu berumur kira-kira 6 tahun. Tiba-tiba “Buk!” Ya, ampun ternyata sebuah batu seukuran telapak tangan menimpa mobil mewah si pengusaha muda. Sisi pintu mobil itu pun penyok kena timpuk batu yang dilemparkan oleh anak kecil yang nakal itu. “Ciiit!” ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu tadi dilemparkan. “Mobil mewahku penyok? Huh, ini bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang
Bejana Advent Indonesia Timur
lain. Dasar anak kurang ajar. Nggak pernah sekolah, enggak tahu didikan!” pikir si pemuda dalam hati. Amarahnya memuncak. Ia pun keluar dari mobil dengan tergesa-gesa dan amat marah. Ditariknya anak yang ia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan dipojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir. “APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN? HAAAH? LIHAT PERBUATANMU PADA MOBILKU! LIHAT GORESAN ITU.” Teriaknya sambil menunjuk goresan dan cacat di pintu mobil. “KAMU TAHU BERAPA ONGKOS UNTUK MEMPERBAIKINYA?” ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul si anak itu. Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat. Ia berusaha meminta maaf. “Maaf pak, Maaf, Saya benar-benar minta maaf. Saya tidak tahu lagi harus berbuat apa. “Air mukanya tampak ngeri dan tangannya memohon ampun. “Maaf, maaf, dasar anak tak tahu diri, kamu seenaknya melempar mobil orang dan cuma bilang minta maaf? Bagaimana kamu akan menggantinya? Dasar anak kurang ajar! Kamu nakal sekali dan harus di ajar.”
Page 8
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 “Maaf Pak, saya melemparkan batu itu karena tidak seorang pun yang mau berhenti.” Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan lehernya, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil yang parkir tadi. “Itu di sana ada kakak saya yang lumpuh sejak lahir. Dia tergelincir dan jatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya. Dia terlalu berat dan tidak seorang pun mau menolong saya. Badannya tak mampu kuangkat, dan sekarang dia sedang kesakitan.” Kini ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. “Maukah Bapak membantu saya mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah Pak. Kakak saya terluka, dan saya tidak mampu mengangkatnya.” Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah melihat seorang anak lelaki yang tergeletak sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah.
Inspirasi
Ia segera berjalan menuju anak lelaki tersebut. Diangkatnya si cacat kembali ke kursi rodanya. Kemudian, dengan sapu tangan mahal miliknya, diusapnya lutut si cacat yang terluka dan tergores. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterimakasih dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. “Terima kasih, dan semoga Tuhan membalas perbuatan baik Bapak.” Keduanya kemudian pergi meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergiaan mereka. Matanya terus mengikuti langkah si anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka. Dengan berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju mobil mewahnya. Ditelusurinya pintu mobil yang penyok dan tergores oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dialaminya. Kerusakan mobilnya bisa jadi bukan yang yang sepele. Mungkin perlu biaya mahal untuk memperbaikinya. Tetapi, pengalaman tadi menghentakkan perasaaannya. Anak sekecil itu menempuh risiko dihajar untuk menolong kakanya yang lumpuh.
Untuk direnungkan : Saya pernah membaca seorang mandor bangunan memanggil anak buahnya yang ada di bawah. Karena tidak digubris, ia melemparkan sebutir kerikil kecil agar anak buahnya melihat ke atas. Pernahkah Anda berhenti sejenak dan melihat kepada Tuhan?
Akhirnya pengusaha muda ini memilih untuk tidak memperbaiki mobilnya. Ia membiarkan kerusakan itu apa adanya agar tetap dapat mengingatkannya pada hikmah ini : “Janganlah melaju terlau cepat dalam hidupmu, karena seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”
Bejana Advent Indonesia Timur
Untuk Dilakukan : “Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikaan langit dan bumi.” Mazmur 121 : 2. Saat Tuhan melemparkan kerikil ke atas kepala kita, melihatlah. Jangan-jangan ada meteor yang hendak jatuh di tempat anda berdiri. Seringkali kerikil kecil yang kena pada diri kita ada maksud yang besar dibalik semua peristiwa itu. Karena itu jangan terlalu cepat dalam hidup ini, terlalu cepat kaya, terlalu cepat makmur, terlalu cepat sombong, terlalu cepat tidak peduli disekitar kita. Dan tanpa kita sadari ada saja yang kita alami apakah kena batu kecil, sampai besar, kemudian baru kita sadar dan melihat keatas, Oh mengapa Tuhan terjadi! Dan manakala kita ditimpah masalah, barulah kita sadar bahwa kita tidak sendiri, ada yg memerlukan kita disekitar kita. Karena itu bila hidup kita ditimpah penderitaan janganlah cepat mengeluh karena mungkin ada yang lebih besar yang akan menimpah besok, jadi selalulah tengok keatas atas segala apa yang diberikan Tuhan dalam hidup. ***
Page 9
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Oleh : John Taebenu
A
pa itu masa kini dan masa depan? Secara filosofissosiologis masa kini menunjuk pada rentang waktu di mana kita hidup, secara lebih khusus masa kini menunjuk pada waktu yang sedang diisi dengan sebuah aktifitas. Persepsi Kristen tentang masa kini dan masa depan berbeda dengan definisi filosofi di atas. Menurut pandangan gereja, masa kini adalah waktu yang terbentang antara kenaikan Yesus Kristus ke sorga (secara khusus Pentakosta) sampai kedatangan kembali Yesus Kristus dari sorga. Dengan demikian rentang waktu yang dalam pengertian filosofis disebut masa depan, dalam pandangan gereja, itu justru adalah bagian dari masa kini. Sementara itu masa depan dalam pandangan gereja menunjuk pada peristiwa kedatangan kembali Yesus Kristus. Dua persepsi ini perlu menjadi pegangan kita dalam perbincangan ini dengan maksud agar perkacapan kita tentang masa kini dan masa depan gereja tidak terperangkap dalam bahaya: pertama, terlalu menduniawikan gereja atau menganggap gereja semata-mata sebagai sebuah paguyuban sosial dan karena itu perlu tunduk bahkan beradaptasi begitu rupa dengan perkembangan dan roh zaman sehingga menjadi serupa dengan paguyuban sosial lainnya sambil kehilangan karakter eskatologis dari dirinya. Kedua, terlalu merohanikan atau menspiritualkan gereja sehingga mengabaikan peran sosial dan mandat budaya yang digariskan oleh Yesus Kristus dalam metafora garam dan terang bagi dunia.
Bejana Advent Indonesia Timur
Masa Kini dan Masa Depan Gereja Dalam Persepsi Kristen Salah seorang teolog yang pikirannya banyak dikutip tentang masa kini dan masa depan gereja dalam persepsi ini adalah Augustinus. Uskup dari Karthago ini berpendapat bahwa pada dasarnya gereja adalah realitas sorgawi. Benar bahwa gereja ada di bumi dan bergumul dalam sejarah, tetapi hakekat terdalam dari gereja adalah sorga. Persekutuan yang bernama gereja itu meliputi baik manusia maupun para malaikat. Apa yang kita temui di bumi yang kita namakan gereja dengan segala kekurangan dan keterbatasannya adalah antisipasi dari keberadaannya di sorga yang merupakan realistas final dari gereja. Gereja yang di bumi memang bukanlah “the city of God” (kota Allah). Tetapi keberadaan gereja membuka mata kita untuk melihat “the city of God”, yang merupakan tujuan dari ziarah yang gereja sedang jalani saat ini di bumi. Di “kota Allah” ini nantinya gereja yang di bumi mendapat wujud yang baru. Jelas bahwa ada dua modus keberadaan gereja dalam pikiran Augustinus tentang gereja, betapapun esensi dari gereja itu hanya satu. Esensi gereja adalah Yesus Kristus, sedangkan wujudnya dua: gereja yang di bumi (masa kini) dan gereja yang di sorga (masa depan). Bertolak dari Yohanes 21:22, Agustinus menggambarkan dua bentuk (duae vitae) dari gereja itu sebagai berikut: “Bentuk pertama hidup dalam iman, bentuk yang lain telah berhadapan muka dengan muka; yang satu masih
Page 10
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 sebagai peziarah di negeri asing, yang lain sudah menetap di rumah yang kekal; yang satu berada dalam perjuangan, yang lain menikmati perhentian; yang satu adalah kaum musafir, yang lain telah berada di kampung halaman; yang satu masih menjalankan tugas, yang lain telah menerima upah atas pekerjaannya; yang satu terus berperang melawan yang jahat dan melakukan yang baik, yang lain tidak perlu lagi berperang karena tidak lagi berjumpa dengan kejahatan; yang satu mengalami tekanan dengan adanya keinginan daging, yang lain telah bebas dan menikmati kehidupan dalam roh; yang satu berada dalam kebutuhan akan pertolongan karena kekurangan yang dimilikinya, yang lain tidak lagi membutuhkan pertolongan karena telah hidup dalam kelimpahan; yang satu terus berdoa memohon pengampunan dosa sebagaimana mereka mengampuni dosa sesamanya, yang lain tidak perlu lagi memohon pengampunan karena dosa sudah tidak lagi dikenal.” Menjawab pertanyaan: Seperti apakah gereja pada masa kini dan masa depan? Keyakinan iman klasik sebagaimana yang disuarakan oleh Agustinus memberi jawaban demikian: Gereja di masa kini harus menampilkan diri sebagai komunitas yang berkerja dalam kata dan perbuatan untuk memperlihatkan kemanusiaan baru, sedangkan gereja di masa depan adalah beristirahat dari semua kepenatan, duduk di kaki Yesus untuk memperoleh penghiburan dan turut ambil bagian dalam persekutuan kasih dalam Allah.
Masa Kini Gereja Dalam Persepsi FilosofisSosiologi Masa kini dalam persepsi filosofis-sosiologis mengandaikan keberadaan dalam satu rentang waktu dalam melaksanakan satu aktivitas. Manakala pengandaian ini diterapkan pada gereja, maka masa kini Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia dapat digambarkan sebagai rentang waktu dimana gereja melakukan tugas penginjilan. Dalam menjalankan mandat kerasulan ini dalam dunia yang semakin kompleks ini adalah satu hal yang mudah terdeteksi; yakni perobahan. Perobahan yang sedang terjadi dalam konteks kita adalah: berkembangnya Iptek, dunia politik yang dicirikan oleh kemerdekaan demokrasi dan hak azasi manusia, dunia ekonomi yang ditandai dengan persaingan global dan eksploitasi sumber daya alam. Dalam konteks yang serba berobah ini, gereja tetap harus mengejakan tugas memberitakan Injil yang tidak berobah. Demi mendaratkan Injil yang tidak berobah dalam dunia yang berobah ini, gereja perlu melakukan apa yang saya sebut: meng-hari-ini-kan dirinya. Bukan maksud saya untuk mendorong gereja untuk menyesuaikan diri dengan dunia ini, melainkan membuat gereja peka terhadap persoalan-persoalan manusia masa kini, supaya Injil yang diberitakan gereja kepada dunia merupakan berita tentang keselamatan masa kini.
Bejana Advent Indonesia Timur
Upaya gereja untuk meng-hari-ini-kan dirinya dimulai dengan keseriusan gereja untuk melakukan gerakan kembar (rangkap dua), yakni: gereja perlu memahami diri secara lain, sekaligus menampilkan diri secara lain pula. Berbeda dengan Israel kuno, gereja tidak lagi hidup dalam mono cultural society. Pentas kehidupan gereja dicirikan oleh kehidupan yang berkarakter multy culture. Gereja harus selalu membaharui dirinya dalam dunia yang terus berobah supaya ia tetap ada sebagai gereja. Mengatakan hal ini, saya teringat kepada seruan Rasul Paulus yang sangat terkenal itu: “Berobahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2). Dunia dimana gereja berada mengalami perobahan dalam skala yang cepat dan masif. Dalam upaya kearah itu gereja perlu meninggalkan paham lama tentang dirinya sebagai institusi keselamatan, artinya gereja bukan pemilik atau sumber keselamatan. Karena Yesuslah satu-satunya jalan keselamatan dan hidup. Gereja bukan lagi sekedar sebuah lembaga dengan organisasi, struktur dan aturanaturan. Gereja harus lebih menampilkan diri sebagai tanda yang menghadirkan citra kehidupan yang baru yang telah diobahkan oleh Yesus Kristus dan selanjutkan memancarkan terang sukacita di dalam masyarakat. Inilah seyogyanya hakekat keberadaan gereja. Gereja bukan sekedar sebuah domain yang terpisah dari bidang kehidupan manusia. Gereja harus lebih menampilkan diri sebagai cara hidup yang baru di dalam dunia yang lama. Gereja bukan biro perjalanan ke sorga, tetapi adalah laboratorium di mana keselamatan itu ditumbuh-kembangkan, untuk diteruskan kepada sesama. Dalam artian ini, gereja juga merupakan penerima keselamatan dan karena itu gereja merupakan bentuk yang kelihatan dari keselamatan itu. Kecenderungan masa kini gereja-gereja di Indonesia untuk memperkuat diri adalah sebuah penyimpangan teologis sekaligus menciderai rasa keadilan masyarakat. Tidak heran jika gereja menjadi sasaran kekerasan dari sesama warga masyarakat. Sementara itu di dalam lingkungan gereja sendiri kita gontok-gontokan, seperti kucing dan tikus. Memperkuat gereja itu penting. Tetapi bukan memperkuat aspek organisasi dan birokrasi gereja. Sebab selalu ada bahaya ketika kita memperkuat gereja secara organisatoris, yakni bukan hanya masyarakat yang menjadi lemah, tetapi Yesus pun ikut diperkecil. Karena gereja menjadi semakin besar dan Kristus makin kecil, maka kita tidak lagi peduli pesan-pesan dan perintah agung Yesus Kristus.Menjadi gereja yang memperkuat Kristus artinya berpihak dan peduli kepada: orang-orang miskin, yang tercecer dan tertindas. Dengan cara ini kita mendemonstrasikan kasih Kristus kepada dunia di mana gereja ditempatkan. Mari kita memperkuat gereja sebagai pembawa damai dan khabar sukacita akan akan mentransformasi dunia. Tuhan kiranya memberkati gereja dalam mengemban misi mulia ini.***
Page 11
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
“Mendamaikan Perbedaan” Oleh : Jack Kussoy
“Demikianlah juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. . . Lidahpun adalah api”. Jakobus 3:4,5
D
alam perdebatan hutang nasional Agustus lalu, wakil rakyat Tim Scott, Republikan dari South Carolina, mensyukuri “wahyu ilahi” untuk gagasannya menentang usulan House Speaker John Boehner. Ketua Boehner, Republikan dari Ohio, baru saja menolak rancangan undang-undang untuk menghapus keringanan pajak bagi badan-badan usaha dan orang-orang berpenghasilan tinggi. Menurut dia, memperberat beban pajak para pemilik modal dalam suasana resesi itu seperti membunuh ayam yang telornya diperlukan orang banyak. Sementara itu, di serambi sebelah Capitol Hill, Ketua Senate Harrry Reid, Demokrat dari Nevada, dengan lantang menyuarakan optimisme bahwa Tuhan akan memberkati rancangan memperpanjang masa tunjangan pengangguran bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan.
dari lainnya. Kalau semua individu sama, tidak ada beda satu dari yang lain, manusia turun derajadnya menjadi . . . Kalau anjing kesayangan hilang, boleh pilih penggantinya kapan saja: jenis, ukuran, warna, umur, dll. sesuai selera. Lain dengan manusia, begitu orang berkilah. Masyarakat itu majemuk dan perbedaan terlihat tiap saat, dimanapun. Dibesarkan dalam situasi, kondisi, milieu dan kultur yang berbeda tanpa dapat dihindari kita bertumbuh dan membentuk sifat, kebiasaan, selera, pengertian, naluri, dan kepribadian yang unik, beda dari orang lain. Perbedaanperbedaan itu mesti disadari, ditolerir, dan diterima.
Perbedaan dan Persamaan
Syukur, disamping perbedaan juga ditemukan persamaan antar individu. Persatuan kelompok di masyarakat, tempat pekerjaan, klub sosial, gereja, maupun negara mesti mempertimbangkan perbedaan dan persamaan antar individu. Persamaan itu jarang, tidak pernah membawa masalah. Tapi perbedaan antar individu banyak kali menjadi penghalang persatuan. Untuk mencapai hasil dan tujuan kelompok perlu persatuan. Persatuan adalah proses memadukan sumberdaya dan kinerja tiap bagian dalam kelompok, yaitu individu. Itu adalah konglomerasi banyak dan berbagai bagian, organ, alat dan badan yang bergabung mejadi satu untuk tujuan bersama. Kesatuan dan keutuhan suatu badan, kelompok atau keluarga ditentukan oleh dinamika perbedaan dan persamaan anggotaanggotanya.
Perbedaan itu ada, itu adakah realitas kehidupan. Itu menimbulkan polarisasi, kelompok-kelompok, gugusgugus, dan partai-partai. Orang bilang diversitas itu baik, itu yang membikin dunia kita indah. Individu itu unik, beda satu
Kenyataan pahit yang terlihat sehari-hari, perbedaan dan perpecahan adalah awan gelap di banyak kelompok, mungkin tidak terlihat di satu tempat, tapi marak di tempat lain.
Tidak urung adu pendapat yang saling bertentangan namun sama-sama mengakui pimpinan Ilahi di arena legislatif itu memancing komentar sinis dari berbagai penjuru. Wartawan dan aktivis Donna Brazile berujar, “Sepengetahuan saya, Tuhan tidak ikut serta dalam pertentangan antar partai.” Michael Gerson, kolumnis Washington Post dan pernah penulis pidato President G.W. Bush, nyeletuk: “Tuhannya sama dan Alkitabnya juga sama, cuma konsultan ekonominya lain-lain.”
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 12
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Tujuan dan Tugas Mengarahkan teropong introspeksi ke diri kita sendiri, ke perkumpulan dan organisasi gereja, akan menunjukkan persamaan dan perbedaan. Itu juga menunjukkan berapa jauh kita berada dari tujuan. Tujuan kita jelas yaitu keselamatan jiwa dalam Kerajaan Yesus. Tapi apakah kita berhasil mencapai tujuan itu bergantung pada apakah kita berhasil melaksanakan dua tugas: pertama, membina persekutuan keluarga Allah di dunia, dan kedua, menyampaikan berita selamat kepada orang lain.
sedia memaafkan, tidak mengampuni. Kalau memaafkan, ingat terusss apa yang sudah terjadi.
toh
Syukur ini bukan kondisi umum di mana-mana. Tapi di tempat-tempat tertentu ini adalah fenomena yang sangat mengenaskan. Tahun berganti tahun! Sampai turuntemurun!
Membawa khabar selamat kepada dunia adalah tugas besar dan maha penting. Itu kita semua setuju. Tapi membina persekutuan keluarga Allah di dunia adalah masaalah besar yang digumuli banyak anggota dan jemaat. Pokok permasaalahannya macam-macam. Sebagian karena perbedaan satu dengan yang lain, kebiasaan, aspirasi, cara berpikir, latar belakang, dll. Hal-hal ini tidak dapat dihindari, namun dapat diatasi oleh kesediaan untuk menerima keberadaan orang lain. Persatuan adalah buah dari keinginan untuk bersatu. Di lain pihak, ada bentrokan akibat perbedaan yang timbul oleh pilihan dan kesengajan. Cinta diri adalah penyebabnya. Mungkin karena keinginan yang tidak wajar, memaksakan keinginan sendiri, dan tidak menghargai orang lain. Apabila itu timbul dari konflik pribadi, kecemburuan dan ambisi posisi, perkumpulan berobah menjadi medan laga. Kasih dan damai hilang, Setan pegang kemudi.
Khas Orang Kita Orang-orang Indonesia dan Timur umumnya ramahtamah dan saling memperhatikan. Ini membikin kagum orang-orang Barat. Para misionaris yang meninggalkan kenyamanan hidup di negerinya sangat terhibur oleh keramahan orang-orang di tempat mereka mengabdi. Di negeri asalnya ada orang-orang yang bertetangga selama bertahun-tahun tapi tidak saling kenal. Tapi keramahtamahan bangsa kita ada jeleknya, yaitu rentan masalah. Kebiasaan suka memperhatikan orang lain tidak jarang diikuti banding-membanding satu sama lain. Itu lalu menimbulkan cemburu dan iri. Dan jika praktek itu digabung dengan bisik-bisik, antar-antar ceritera, timbul perang diplomatik di balik layar alias gossip. Lebih dari itu, kegiatan mewartakan gossip membuat timbulnya kelompokkelompok yang saling simpan hati.
Damai Dalam Keluarga Allah Pertentangan akibat perbedaan itu disayangkan. Konflik yang berkecamuk dan berkepanjangan di antara kita yang tempat ibadahnya sama, jam-jamnya juga sama, itu menyedihkan sebagian saudara-saudara dan menyayat hati Tuhan. Persekutuan sesama umat hilang dan tidak ada kuasa menjalankan tugas menyampaikan berita keselamatan kepada orang lain. Kalau tidak bersekutu dalam keluarga Tuhan di dunia, bagaimana bisa masuk persekutuan keluarga-Nya di Surga.
Praktisi dan spesialis gossip serta-merta melibatkan suami, isteri, anak-anak dan teman-teman dekat; semakin mengokohkan kubu-kubu dan blok-blok, hal mana segera nyata dalam pergaulan,di tempat pekerjaan dan gereja. Sifat orang kita yang rada “emosionil” memperburuk situasi. Bukan emosionil sehat, tapi suka menyimpan dendam, tidak
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 13
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 Ibrani pasal 12, berjudul “Nasihat supaya bertekun dalam iman,” ayat 14 mengatakan, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Hidup damai dengan semua orang adalah bagian dari kekudusan, tanpa itu katanya kita tidak akan melihat Tuhan, tidak akan bertemu dengan Tuhan. Mazmur 34:15; “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya.”
Perdamaian tentu tidak membabi-buta. Bukan damai dengan dunia dan dosa. Jakobus 4:4, “Hai kamu, orangorang yang tidak setia, tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?” Juga bukan berdamai dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran Alkitab dan keyakinan gereja. “Bertekun dalam iman,” “mengejar kekudusan,” “menjauhkan kejahatan dan keduniawian,” “melakukan kebaikan” adalah langkah-langkah untuk perdamaian sesama umat dan persekutuan di dalam Tuhan. Doa Raja Daud dalam Mazmur 51:14, New International Version, ayat 12, “Restore to me the joy of Your salvation and grant me a willing spirit, to sustain me.” Grant me a willing spirit, berilah aku roh yang rela dan sedia. Baiklah kita memohon Allah memberi kita roh yang rela memaafkan, sedia mengampuni, dan mau menuruti kehendak-Nya. Semoga kita beroleh damai dalam persekutuan keluarga-Nya sekarang juga, selagi kita menyiapkan diri untuk bergabung dalam persekutuan keluarga-Nya di Surga nanti. ***
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 14
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Artikel Rohani
Apakah Tulisan-Tulisan Roh Nubuat Menjauhkan Gereja Advent Dari Prinsip Sola Scriptura? Lanjutan …. Oleh: Pdt. Kalvein Mongkau (Gembala Jemaat Nanasi & Nanasi Timur)
P
ernyataan-pernyataan ini adalah perwakilan dari posisi mula-mula dari MAHK atas prinsip Sola Scriptura. Para penganut Advent mula-mula secara kokoh tetap mengukuhkan otoritas yang unik dari Alkitab sebagai normatid di dalam hal-hal iman dan perbuatan. Alasan mereka untuk mempercayai perwujudan dari karunia nubuat di seberang zaman Perjanjian Baru adalah didasarkan pada argumen-argumen alkitabiah. Posisi mula-mula ini sudah tetap tertinggal secara konsisten hingga dewasa ini sebagaimana ang ditunjukkan oleh pernyataan kepercayaankepercayaan fundamental terkini dari MAHK. Tentu saja, posisi ini bukanlah hal yang baru; itu sebenarnya adalah berakar pada formula klasik dari Reformasi Protestantisme. Betapapun, itu adalah sebuah posisi yang jarang direalisasikan untuk lebih dari satu periode singkat, sebab itu adalah sekedar penggalan uraian terhadap waktu yang cenderung menciptakan tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang dengan mudah dianggap mewakili Kitab Suci, tetapi yang kenyataannya dapat mengambil tempat dari Kitab Suci sebagai dasar untuk penggambilan keputusan-keputusan di dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal yang bersifat perbaikan kepada kecenderungan untuk menggantikan Kitab Suci dengan tradisi adalah untuk menghentikan sejenak dari zaman ke zaman—seperti yang kita sedang lakukan pada masa ini—untuk menguji kembali landasan-landasan bagi iman kita dan untuk menguji kembali kehidupan kita, agar supaya memastikan bahwa kita benarbenar membangun kehidupan kita pada Kitab Suci, seluruh Kitab Suci, dan tidak ada apa-apa yang berlawanan
Bejana Advent Indonesia Timur
dengan Kitab Suci. Salah satu pembela terkuat dari landasan Kitab Suci adalah seorang gadis muda (Ellen Gould Harmon), hadir pada ketujuh konfrensi tahun 1848, yang kemudian masih berumur 21 tahun. Perhatikan apa yang ia kemudian tulis tentang prinsip Sola Scriptura: “Allah akan memiliki satu umat di atas bumi untuk mempertahankan Alkitab, dan hanya Alkitab, sebagai standar dari semua dokrin dan dasar dari semua reformasi. Pandanganpandangan yang dipelajari manusia, deduksi-deduksi ilmu pengetahun, pengakuan-pengakuan iman (kredokredo) atau keputusan-keputusan konsili-konsili, . . . suara mayoritas---tidak ada satu atau semua dari hal-hal ini yang harus dianggap sebagai bukti untuk atau melawan maksud apapun dari iman agama. Sebelum menerima dokrin atau ajaran, kita harus mengharapkan satu hal yang sederhana “Demikianlah firman Tuhan” di dalam sokongannya” (Ellen G. White, Great Controversy, 595; semua penekanan ditambahkan kecuali catatan lain). Ia secara konsisten mempertahankan hanya Alkiab sebagai standar utama oleh mana semua standar lain harus diuji. Berbicara hubungan antara Alkitab dan karunia nubuat, ia menulis, “Roh tidak diberikan—maupun tidak pernah dapat dicurahkan— untuk menggantikan Alkitab; karena Kitab Suci secara tegas menyatakan bahwa firman Allah adalah standar oleh mana semua pengajaran dan pengalaman harus diuji [1 Yohanes 4:1, Yesaya 8:20 dikutip]” (Great Controversy, viii). Ini menyisahkan fondasi pengajaran dari Gereja MAHK dewasa ini, diabadikan pada bagian paling awal dari
Page 15
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 Kepercayaan-Kepercayaan Dasar dari gereja ini. Tetapi pandangan itu belum lagi “terjadi.” Bahkan tidak akan menyisahkan pengalaman terhadap gereja kita dewasa ini, hanya oleh karena itu dituliskan pada KepercayaanKepercayaan Dasar kita. Ujian terhadap kepercyaankepercayaan itu apakah itu dipraktekkan, dan bagaimana itu secara konsisten dipraktekkan dan Konfrensi-Konfrensi Pemelihara Sabat (tahun 1848-1850) menjadi satu tanda yang menunjukkan contoh praktek dari kepercayaan ini di antara Masehi Advent Hari Ketujuh. Jadi marilah kita berpaling sejenak kepada sejarah gereja ini sekalipun hanya berupa ringkasan. Untuk melihat signifikansi tahun 1848, kita harus kembali kepada empat tahun sebelumnya, kepada tahun 1844 dan Masa Kekecewaaan Besar. Kekecewaan, tentu saja, adalah hari pada bulan Oktober 1844 ketika kaum Advent pengikut Miller berharap akan kedatangan Kedua Kali Yesus. Kekecewaan adalah contoh kehancuran dari hasil-hasil menerima asumsi-asumsi non Alkitab sebagai kebenaran. Kaum Advent pengikit Miller sudah percaya bahwa kaabah di dalam Daniel 8:14 adalah bumi; sehingga “pembersihan kaabah” dipikirkan menjadi pembersihan bumi oleh api pada kedatangan Kristus kedua kali. Anda melihat betapa tidak ada satupun gagasan Alkitab—bahwa kaabah adalah bumi— meletakkan fondasi Kekecewaan. Menyusul sesudah Masa Kekecewaan 1844, pergerakan Miller terpecah-pecah ke dalam beberapa bagian. Mereka yang membela pemeliharaan Sabat hari ketujuh dianggap fanatik, dan dikesampingkan oleh saudara-saudara pendahulu mereka kaum pengikut Miller, yang dirujuk sebagai “orang-orang Advent hari pertama” oleh mereka yang mula-mula dikenal sebagai “Masehi Advent Hari Ketujuh.” Nama “Masehi Advent Hari Ketujuh” tidak akan menjadi resmi hingga tahun 1860, dan General Conference belum diorganisir hingga tahun1863, tetapi menjelang tahun 1848 bentuk doktrinal dari gereja yang hendak dilahirkan itu, sudah mulai muncul. b. Hubungan Antara Khayal-Khayal Dan Penyelidikan Alkitab Pada Perkembangan Doktrin Pra-1850 Konfrensi Sabat dan Kaabah, 1848-1850: Istilah “Konfrensi-Konfrensi Sabat ” atau “Konfrensi Sabat dan Kaabah” merujuk kepada satu seri paling kurang ada 23 pertemuan antara April 1848 dan Desember 1850, di timur laut USA, yang memulaikan satu proses formasi konsensus di anara para mantan Advent pengikut William Miller yang dituntun di dalam dua tahun ke dalam satu persetujuan terhadap doktrin inti, dan puncaknya 15 tahun kemudian pada organisasi General Conference MAHK. Konfrensi-konfrensi tersebut mencakup tujuh kali di tahun 1848, enam kali tahun 1849, dan sepuluh kali pada tahun 1850 (lihat C. Mervyn Maxwell, “The 1848 Sabbath and Sanctuary Conferences: What Actually Took Place?” in Source Book for CHIS674 Development of SDA Theology, ed. Gerard P. Damsteegt, Andrews University, 1994, hlm. 325-327).
Bejana Advent Indonesia Timur
c. Tinjauan Sejarah Konfrensi-Konfrensi 1848 1). Konfrensi di Rocky Hill, Connecticut, 20-24 April (Kamis-Senin), di dalam “bilik besar yang belum selesai dibuat” dari rumah baru dari Albert Belden. “Ini adalah rapat umum pertama dari MAHK.” (James White, Life Incidents, hlm. 271). Topik: Sabat. Penyaji Utama: Joseph Bates. Jumlah Kehadiran “sekitar 50 orang" (2SG, 93). 2). Konfrensi di Bristol, Connecticut, Juni 1848. Sumber: James White ke Saudara [Stockbridge Howland], 2 Juli 1848. 3). Konfrensi di Volney, New York, 18, 19 Agustus (Jumat, Sabat), di gudang milik David Arnold. Ellen White mengingat bahwa “ada kira-kira 35 orang yang hadir, semuanya dapat dikumpulkan di satu bagian dari Negara Bagian itu. Ada dua hal yang disetujui secara keras. Masing-masing kuat untuk pandangan-pandangannya, menyatakan bahwa mereka sesuai dengan Alkitab. Semuanya mencemaskan untuk satu kesempatan memajukan perasaan-perasaan mereka, atau untuk berkhotbah kepada kita. Mereka berkata bahwa kita tidak harus datang kepada satu jarah yang begitu besar untuk mendengarkan mereka, tetapi harus datang untuk mengajarkan mereka kebenaran” (E. G. White, 2SG, 97-98). David Arnold, tamu di pertemuan itu, memegang tiga “perbedaan pendapat yang aneh”: (1) bahwa tahun di Wahyu 20 sudah lewat; (2) bahwa 144.000 adalah mereka yang bangkit pada kebangkitan Kristus; dan (3) bahwa Perjamuan Tuhan harus dilakukan hanya pada Paskah tahunan (ibid.). Joseph Bates berkhotbah tentang Sabat dan James White menguraikan secara terperinci Kristus di dalam kaabah. Dua khayal diberikan kepada Ellen White untuk memecahkan perbedaan-perbedaan pendapat sehingga pertemuan berakhir di dalam kesatuan. 4). Konfrensi di Port Gibson, New York, 27, 28 Agustus (Minggu, Senin), di gudang Hiram Edson. Ellen White mendapatkan khayal lain yang mendesak kesatuan “terhadap kebenaran Alkitab” (2SG, 99). 5). Konfrensi di Rocky Hill, Connecticut, 8, 9 September (Jumat, Sabat), kembali diadakan di rumah Albert Belden. 6). Konfrensi di Topsham, Maine, 20-22 Oktober (JumatMinggu), rumah dari Stockbridge Howland, insinyur sipil. Lagi-lagi Bates dan James White berbicara masing-masing tentang Sabat dan Kaabah. 7). Konfrensi di Dorchester (sekarang bagian dari Boston), Massachusetts, 17-19 November (Jumat-Minggu), di rumah Otis Nichols, sebagai pencetak. Pertanyaan selama diskusi berlangsung: Apakah meterai Allah di dalam Wahyu 7:1-3? Ellen White diberikan satu khayal menunjukkan bahwa meterai itu adalah Sabat. Bersambung …….
Page 16
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012
Ragam
Dari Buah Kepada Sari Oleh: Ellen Manueke
A
da waktu di mana sebelum mengenal produk gula putih, orang masih memakan tanaman tebu dan sejenisnya untuk mendapatkan rasa gula yang manis. Suatu saat di dunia ini, belum ada camilan atau aneka jus-jus buah mapun berbagai produk tepung aneka rasa namun masih mengkonsumsi bahan baku langsung dari pohonnya. Adapula saat di mana susu sapi yang masih segar diambil langsung dari sapi bukan ternak. Semuanya berbeda ketika teknologi makanan dan industri pangan bertumbuh. Anak-anak kita menjadi terbiasa mengkonsumsi berbagai jus-jus dalam kemasan. Mereka juga telah terbiasa memakan aneka kue-kue basah maupun kering manis dan asin yang dikemas dalam bentuk yang menarik dan tahan lama atau makanan instan yang tersedia di berbagai pusat perbelanjaan dengan harga yang sangat terjangkau. Saat-saat tertentu, orang akan mencari minuman istimewa dalam acara-acara istimewa sebagai pertanda istimewanya acara. Semuanya berasal dari sari, kata produsen makanan. Banyak orang tertipu. Seorang kenalan, anaknya bahkan harus rawat lama di rumah sakit karena memakan hanya mie instan yang rasanya memang enak. Tak dapat dipungkiri, banyak orang yang menjadi sadar tentang bahayanya gula dan makanan instan sehingga mempromosikan hidup sehat back to nature for a better future. Meski demikian, tidak
Bejana Advent Indonesia Timur
sedikit yang tetap dalam pendiriannya, mengkonsumsi makanan olahan dan instan. Mari melihat ke belakang. Sebelumnya, makanan di dunia ini berbentuk sesuai aslinya, sesuai dasar yang kita ketahui sebagaimana tertulis dalam Kejadian `1:29 “tumbuhtumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohonpohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.” Meski para ahli kesehatan alami sudah membuktikan bahwa semua makanan olahan yang dikatakan berasal dari esktrak atau sari buah, sayur dan biji-bijian tidaklah seperti aslinya bahkan memberikan asupan zat berbahaya bagi tubuh, tetap saja produk-produk pangan olahan seperti itu tinggi permintaan di pasar. Berbagai perusahan minuman ringan tumbuh bak jamur di tengah kampanye mati-matian dari orang yang sudah sadar bahayanya makanan olahan seperti kue-kue, keripik, roti putih, jus-jusan, sirup dalan lain sebagainya. Kenapa? Karena masyarkat sudah terbiasa. Sebelumnya, ketika public belum terbiasa, perusahan penyedia makanan olahan meyakinkan masyarakat bahwa makanan yang mereka hasilkan berasal dari sari tumbuhtumbuhan. Produsen mengkampanyenya lewat iklan-iklan yang setiap harinya ditonton orang. Publik pun terpengaruh dan mencicipinya, kemudian mengkonsumsinya secara tetap
Page 17
Edsi 172 – 9 Pebruari 2012 karena bahan-bahan tersebut gampang didapat dan murah harganya. Akhirnya, mereka terbiasa. Ketika tahu kebiasaannya salah, mereka sulit keluar dari kebiasaan itu, seolah sudah masuk perangkap. Ada banyak hal baru yang akan dijumpai di dunia ini. Bisa saja hal itu berbentuk produk-produk untuk tubuh, untuk mengasah pikiran bahkan jiwa kita. Sebelum terbawa lebih jauh dan menjadi terbiasa untuk hal-hal baru, sebaiknya kita kembali kepada Firman Allah, pedoman kehidupan yang tidak pernah ditelan waktu. Namun demikian, jika sudah masuk perangkap, tidak ada yang mustahil bagi Dia. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Tidak ada sarana kehidupan lain yang lebih menghidupkan daripada pola-pola dan tips tentang makanan maupun segala aspek dalam kehidupan ini yang melebihi patron Alkitab. ***
Bejana Advent Indonesia Timur
Page 18