Editor: Ay Maryani, S.E., M.Si. Penulis: Nurul Adhha, dkk.
TIM PENYUSUN Bima Sakti Bersatu Untuk Negeri Dusun Parung Kembang Buku ini adalah laporan hasil kegiatan kelompok KKNPpMM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 di Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. @BIMASAKTI2016_Kelompok KKN 050
ISBN Tim Penyusun Editor Penyunting Penulis Layout Design Cover Kontributor
978-602-6628-91-6 Ay Maryani, S.E., M.Si. Eva Nugraha,MA Nurul Adhha, Ika Tri Mustika, Rona Roudhotul Jannah, Ahmad Syarif Hidayatullah Nurul Adhha Imam Mahudi Arta Nurul Adhha, Ika Tri Mustika, Sahri Rahma Fitri, Mitra Sukma Apriyani, Rona Roudhotul Jannah, Latifa Zahra, Ahmad Syarif Hidayatullah, Muhamad Ilham Aldair, Alif Septritama Zhikhri, M. Fatih Akmal, Muhammad Syarif Hidayatullah
Diterbitkan atas kerjasama Pusat Pengabdian kepada Masyarakat(PPM)- LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Kelompok KKN BIMA SAKTI
LEMBAR PENGESAHAN Buku Laporan Hasil Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian pada Masyarakat oleh Mahasiswa Kelompok KKN Nomor: 050 di Desa Bagoang yang berjudul: Bima Sakti Bersatu Untuk Negeri Parung Kembang telah diperiksa dan disahkan pada tanggal, 25 Mei 2017. Dosen Pembimbing
Koord. Program KKN-PpMM
Ay Maryani, S.E., M.Si.
Eva Nugraha, M.Ag. NIP. 19710217 199803 1 002
Mengetahui, Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Djaka Bradanaya, M.E. NIP. 19770530 200701 1 008
iii
“Meski sudah tak berada di sana, hati ini ternyata tetap terpaut, meski raga tak lagi terbelai angin teduh dari ayunan padi itu, pikiranku masih melayang di langitnya, meski waktu telah memisahkan kita, Bagoang akan selalu jadi inspirasi.” -Nurul Adhha-
iv
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku laporan KKN dengan judul Bima Sakti Bersatu Untuk Negeri Parung Kembang ini dapat diselesaikan. Buku yang berjudul Bima Sakti Bersatu Untuk Negeri Parung Kembang ini disusun sebagai bentuk laporan kepada PpMM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kegiatan pengabdian pada masyarakat di Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian buku ini terdapat kekurangan dan tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta saran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7. 8.
Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Penanggung Jawab Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Djaka Bradanaya, M.E. selaku Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya. Tanpanya kami tidak dapat melakukan KKN. Bapak Eva Nugraha, M.Ag. selaku Koordinator Program KKN-PpMM yang telah banyak memberikan bimbingan. Bapak Eva Nugraha, MA, selaku penyunting, yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan buku. Ibu Ay Maryani, S.E., M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam melaksanakan program-program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami. Bapak Maman Suparman, selaku Kepala Desa Bagoang beserta jajarannya, yang telah menyambut baik kedatangan kami dan mendukung setiap program yang kami selenggarakan. Bapak Ketua RW dan Ketua RT di Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang, yang telah menerima kami dengan baik. Bapak Surya dan Bapak Nursin selaku tokoh masyarakat yang telah banyak membantu kami dalam terselenggaranya program kerja bidang keagamaan.
v
9.
Ibu Kepala Sekolah SDN Parung Kembang beserta jajarannya, yang telah membantu kami dalam terselenggaranya program kerja kami di SDN Parung Kembang yakni Guru Siaga 10. Kepala Madrasah Diniyah Dusun Parung Kembang beserta jajarannya, yang telah menerima dan membantu kami dalam terlaksananya program kerja penyuluhan di Madrasah ini. 11. Bapak KH. Eman yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengajar di Majelis Ta’lim Al-Banat, Bapak Ukik yang juga telah memberikan kesempatan kami mengajar di Majelis Ta’lim Roudhotul Athfal, serta Ibu Mimin yang juga menerima kami dengan sangat baik di Majelis Ta’lim PAUD sehingga hal ini menjadi program kerja rutinan bagi kami.
Dengan demikian buku ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang telah atau akan melaksanakan kegiatan KKN, khususnya KKN di Desa Bagoang, juga bagi segenap civitas akademika secara luas. Jakarta, 20 Maret 2017
Tim Penyusun
vi
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ............................................................................................iii Kata Pengantar ...................................................................................................... v Daftar Isi ............................................................................................................ vii Daftar Tabel ..........................................................................................................ix Daftar Gambar ......................................................................................................xi Tabel Identitas Kelompok ............................................................................... xv Ringkasan Eksekutif ...................................................................................... xvii Prolog ................................................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN
A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Dasar Pemikiran .............................................................................. 1 Kondisi Umum Desa Bagoang ................................................... 2 Permasalahan Aset Utama Desa Bagoang ............................... 3 Profil Kel. KKN-PpMM 050 Bima Sakti ................................ 4 Fokus atau Prioritas Program..................................................... 9 Sasaran dan Target ....................................................................... 11 Jadwal Pelaksanaan Program ....................................................16 Pendanaan dan Sumbangan ....................................................... 17 Sistematika Penyusunan .............................................................18
BAB II. METODE PELAKSANAAN PROGRAM A. Metode Intervensi Sosial .......................................................... 21 B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat .................. 29 BAB III. KONDISI DESA BAGOANG KECAMATAN JASINGA A.
Sejarah Singkat Desa Bagoang ......................................................... 35
B. C. D.
Letak Geografis............................................................................. 36 Struktur Penduduk .................................................................... 38 Sarana dan Prasarana ................................................................ 43
BAB IV. DESKRIPSI HASIL PELAYANAN DAN PEMBERDAYAAN A. B. C. D.
Kerangka Pemecahan Masalah ........................................................ 49 Bentuk dan Hasil Kegiatan Pelayanan pada Masyarakat .......... 68 Bentuk dan Hasil Kegiatan Pemberdayaan pada Masyarakat..113 Faktor-faktor Pencapaian Hasil .....................................................117
vii
BAB V. PENUTUP A. B.
Kesimpulan ........................................................................................ 121 Rekomendasi..................................................................................... ... 123
EPILOG A. Kesan Masyarakat atas Pelaksanaan KKN-PpMM ................. 127 B. Penggalan Kisah Inspiratif KKN-PpMM ..................................... 129 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................225 BIOGRAFI SINGKAT KKN BIMASAKTI ........................................ 227 LAMPIRAN ............................................................................................. 233
viii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1: Fokus Permasalahan dan Prioritas Program .............................. 9 Tabel 1.2: Sasaran dan Target Program ........................................................ 11 Tabel 1.3: Jadwal Pra KKN PpMM 2016 .......................................................16 Tabel 1.4: Jadwal Pelaksanaan Program di Lokasi KKN ..........................16 Tabel 1.5: Jadwal Laporan dan Evaluasi Program....................................... 17 Tabel 1.6: Pendanaan KKN Bima Sakti .......................................................... 17 Tabel 3.1: Periode Kepemimpinan Desa Bagoang ...................................... 35 Tabel 3.2: Batas Wilayah Desa Bagoang ...................................................... 37 Tabel 3.3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 39 Tabel 3.4: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok .40 Tabel 3.5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 41 Tabel 3.6: Sarana dan Prasarana di Desa Bagoang.................................... 43 Tabel 4.1: Matrik SWOT 01 Bidang Keagamaan .......................................49 Tabel 4.2: Matrik SWOT 02 Bidang Pendidikan ...................................... 53 Tabel 4.3: Matrik SWOT 03 Bidang Kesehatan ........................................ 57 Tabel 4.4: Matrik SWOT 04 Bidang Ekonomi ...........................................61 Tabel 4.5: Matrik SWOT 05 Bidang Sosial dan Pemuda ........................64 Tabel 4.6: Matrik SWOT 06 Bidang Sarana dan Prasarana ................... 66 Tabel 4.7: Kegiatan Pelayanan Pendidikan Majelis Ta’lim ..................... 68 Tabel 4.8: Kegiatan Pelayanan Pendidikan SD ........................................... 71 Tabel 4.9: Kegiatan Pelayanan Penyuluhan Kesehatan DBD, Vaksin Palsu, dan Penyakit Kulit ................................................................................. 74 Tabel 4.10: Kegiatan Pelayanan Penyuluhan ASI dan Balita ................. 77 Tabel 4.11: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Makanan Sehat ................. 79 Tabel 4.12: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Bantuan Warga Kurang Mampu ............................................................................................................81 Tabel 4.13: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Alat Shalat ......................... 83 Tabel 4.14: Kegiatan Pelayanan Talkshow Kepemudaan........................... 85 Tabel 4.15: Kegiatan Pelayanan Konsultasi Hukum ................................. 87 Tabel 4.16: Kegiatan Pelayanan Renovasi Posyandu ................................ 89 Tabel 4.17: Kegiatan Pelayanan Pembangunana Gapura ........................90 Tabel 4.18: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim ...................................................................................................... 92 Tabel 4.19: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana SD95 ix
Tabel 4.20: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Komputer ............................. 97 Tabel 4.21: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Internet .................................. 99 Tabel 4.22: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Olahraga ............................... 101 Tabel 4.23: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Pramuka .............................. 103 Tabel 4.24: Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perlombaan .......... 105 Tabel 4.25: Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Gerak Jalan Sehat 107 Tabel 4.26: Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perayaan Hari Kemerdekaan ..................................................................................................... 108 Tabel 4.27: Kegiatan Pelayanan Renovasi Jembatan ................................111 Tabel 4.28: Kegiatan Pemberdayaan Tahlilan Majelis Ta’lim............... 113 Tabel 4.29: Kegiatan Pemberdayaan Siswa Bidang Ekonomi............... 115
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1: Logo Kelompok KKN Bima Sakti ............................................ 5 Gambar 3.1: Peta Administratif Kecamatan Jasinga ................................ .36 Gambar 3.2: Peta Desa Bagoang ..................................................................... 37 Gambar 3.3: Peta Jarak Perjalanan ................................................................. 38 Gambar 3.4: Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. .........................................................................................................42 Gambar 3.5: Posyandu Kp. Parung Kembang ............................................ 44 Gambar 3.6: Jalan Utama Kp. Parung Kembang ...................................... 44 Gambar 3.7: SDN Parung Kembang ............................................................. 44 Gambar 3.8: Lapangan Bermain..................................................................... 44 Gambar 3.9: Kali Besar Kp. Parung Kembang ........................................... 44 Gambar 3.10: Sawah Warga Kp. Parung Kembang ................................. 44 Gambar 3.11: Kali Kecil Kp.Parung Kembang.............................................45 Gambar 3.12: Madrasah Diniyah Kp. Parung Kembang ..............................45 Gambar 3.13: Pos Pemuda Kp. Parung Kembang.......................................45 Gambar 3.14: Lapangan Kegiatan Dusun .....................................................45 Gambar 3.15: Pengajian Al-Banat ...................................................................45 Gambar 3.16: Gang RT.03/RW.05 .................................................................46 Gambar 3.17: Posko KKN Bima Sakti ...........................................................46 Gambar 3.18: Kantor Desa Bagoang...............................................................46 Gambar 3.19: Paud Anugrah di Kp. Cublek ................................................46 Gambar 3.20: Puskesmas Bagoang ................................................................ 47 Gambar 3.21: Pasar Bagoang ............................................................................ 47 Gambar 3.22: Jalan Utama Desa Bagoang............................................... .... 47 Gambar 4.1: Pengajian Pak Ukik untuk Ibu-ibu ........................................ 71 Gambar 4.2: Suasana Pengajian PAUD ......................................................... 71 Gambar 4.3: Keseruan Pengajar dan Murid ................................................. 71 Gambar 4.4: Suasana Pengajian Bapak-Bapak ............................................ 71 Gambar 4.5: Pembelajaran Kelas 3 ................................................................ 74 Gambar 4.6: Suasana Jam Istirahat ............................................................... 74 Gambar 4.7: Pembelajaran Pendidikan Agama .......................................... 74 Gambar 4.8: Keaktifan Siswa Kelas 3 ........................................................... 74 Gambar 4.9: Suasana Penyuluhan DBD ...................................................... 76 Gambar 4.10: Lomri Darmawan ..................................................................... 76 xi
Gambar 4.11: Penyerahan Cindera Mata ...................................................... 77 Gambar 4.12: Penyuluhan Kesehatan ........................................................... 77 Gambar 4.13: Penyuluhan ASI......................................................................... 79 Gambar 4.14: Peserta Penyuluhan ................................................................ 79 Gambar 4.15: Hadiah Penyuluhan ................................................................. 79 Gambar 4.16: Penutupan Penyuluhan ASI .................................................. 79 Gambar 4.17: Biskuit Makanan Bergizi .........................................................81 Gambar 4.18: Anak-Anak Mengantri .............................................................81 Gambar 4.19: Pemberian Bantuan Peralatan Rumah Tangga ................ 83 Gambar 4.20: Bantuan Kepada Masyarakat ............................................... 83 Gambar 4.21: Motivator Desa ......................................................................... 86 Gambar 4.22: Antusias Audiens Talkshow ...................................................... 86 Gambar 4.23: Wawancara Tokoh Masyarakat .......................................... 88 Gambar 4.24: Konsultasi Hukum dengan Kepala Desa .......................... 88 Gambar 4.25: Semangat Renovasi ................................................................90 Gambar 4.26: Pengecatan Posyandu .............................................................90 Gambar 4.27: Sablon Manual Papan Nama ................................................90 Gambar 4.28: Posyandu Paska Renovasi ...................................................90 Gambar 4.29: Gapura merdeka is Ready ...................................................... 92 Gambar 4.30: Semangat Membangun Gapura ........................................... 92 Gambar 4.31: Proses Pengecatan .................................................................... 92 Gambar 4.32: Pembuatan Gapura Semi Permanen ................................... 92 Gambar 4.33: Pembuatan Meja Mengaji untuk 3 Majelis Ta’lim .........94 Gambar 4.34: Bantuan Meja Mengaji ...........................................................94 Gambar 4.35: Pemberian Bantuan Tas Mengaji ........................................94 Gambar 4.36: Bantuan Prasarana Mengaji ..................................................94 Gambar 4.37: Penyerahan Bantuan Meja Mengaji .................................... 95 Gambar 4.38: Bantuan Tong Sampah ........................................................... 95 Gambar 4.39: Bantuan Tas Mengaji .............................................................. 95 Gambar 4.40: Bantuan Microphone ................................................................. 95 Gambar 4.41: Bantuan Bingkai untuk Kelas ............................................... 96 Gambar 4.42: Penyerahan Bantuan ............................................................... 96 Gambar 4.43: Bantuan Tong Sampah Sekolah ........................................... 97 Gambar 4.44: Bantuan Prasarana .................................................................. 97 Gambar 4.45: Bantuan Tas Sekolah .............................................................. 97
xii
Gambar 4.46: Serah Terima Bantuan ............................................................ 97 Gambar 4.47: Kelompok Pelatihan Komputer ...........................................99 Gambar 4.48: Kerjasama dalam Latihan ...................................................... 99 Gambar 4.49: Media Pelatihan Komputer .................................................. 99 Gambar 4.50: Pelatih M. Ilham Aldair ......................................................... 99 Gambar 4.51: Pelatih Latifah Zahra.............................................................. 101 Gambar 4.52: Antusias Peserta Pelatihan .................................................. 101 Gambar 4.53: Suasana Pemberian Materi Pendidikan Kesehatan Jasmani ...................................................................................................... 102 Gambar 4.54: Peserta Lomba ........................................................................ 102 Gambar 4.55:Persiapan Latihan Baris-berbaris ....................................... 104 Gambar 4.56: Para Peserta Lomba Pramuka ............................................ 104 Gambar 4.57: Barisan Hasil Pelatihan ........................................................ 104 Gambar 4.58: Suasana Pelatihan .................................................................. 104 Gambar 4.59: Pemberian Hadiah ................................................................. 106 Gambar 4.60: Peserta Lomba Menggambar.............................................. 106 Gambar 4.61: Para Jawara Smart Bagoang PAUD .................................... 106 Gambar 4.62: Penjurian Smart Bagoang ..................................................... 106 Gambar 4.63: Instruktur Gerak Jalan Sehat ............................................. 108 Gambar 4.64: Wajah Sumringah Peserta .................................................. 108 Gambar 4.65: Persiapan Lomba Comot Koin .............................................. 110 Gambar 4.66: Peserta Memperjuangkan Kemenangan .......................... 110 Gambar 4.67: Lapangan Perlombaan Merdeka ..........................................111 Gambar 4.68: Ekspresi Kemenangan ............................................................111 Gambar 4.69: Peserta Lomba Make Up ..........................................................111 Gambar 4.70: Keseruan Panitia Merdeka dan Peserta ............................111 Gambar 4.71: Perbaikan Jembatan ................................................................ 113 Gambar 4.72: Proses Renovasi ....................................................................... 113 Gambar 4.73: Suasana Tahlilan Ibu-Ibu...................................................... 115 Gambar 4.74: Bantuan kepada Masyarakat ............................................... 115 Gambar 4.75: Tahlilan Bapak-bapak ........................................................... 115 Gambar 4.76: Pemberian Bantuan Peralatan Rumah Tangga ............... 115 Gambar 4.77:Peserta Workshop sedang Fokus ............................................ 117 Gambar 4.78: Suasana Workshop Daur Ulang ............................................. 117 Gambar 4.79: Hasil Karya Daur Ulang Botol............................................. 117
xiii
Gambar 4.80: Keceriaan Mentor Workshop ................................................. 117
xiv
TABEL IDENTITAS KELOMPOK Kode
1/Bogor / Jasinga / 050
Desa
Bagoang [20]
Kelompok
BIMA SAKTI
Dana
Rp 10.500.000,-
Jumlah Mahasiswa
11 orang
Jumlah Kegiatan
18 kegiatan
Jumlah Pembangunan Fisik
1.3.20 050
5 Kegiatan, yaitu Kegiatan Pelayanan Renovasi Posyandu, Kegiatan Pelayanan Pembangunan Gapura, Kegiatan Pemberdayaan Renovasi Jembatan, Kegiatan Pelayanan Pengadaan Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim, Kegiatan Pelayanan Pengadaan Sarana dan Prasarana SD
xv
“Dewasa itu bukan hanya perkara usia. Melainkan seberapa mampu kita menyelesaikan permasalahan hidup yang sedang kita hadapi.” -Ika Tri Mustika-
xvi
RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Bima Sakti Bersatu Untuk Negeri Parung Kembang disusun berdasarkan hasil kegiatan KKN-PpMM di Desa Bagoang selama 31 hari. Ada 11 orang mahasiswa yang terlibat di kelompok ini, yang berasal dari 8 fakultas yang berbeda. Kami namai kelompok ini dengan Bima Sakti, dengan nomor kelompok 050. Kami dibimbing oleh Ibu Ay Maryani, S.E., M.Si., beliau adalah Dosen pada Program Studi Perbankan Syari’ah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tidak kurang dari 23 kegiatan yang kami lakukan di desa tersebut, yang sebagian besar merupakan pelayanan kepada masyarakat dan sebagian kecilnya adalah pemberdayaan. Dengan fokus kepada 3 kampung, kegiatankegiatan yang kami lakukan menghabiskan dana sebesar Rp 10.500.000,-. Dana tersebut kami dapatkan dari iuran dana kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebesar Rp 5.500.000,- dan dana penyertaan Program Pengabdian pada Masyarakat oleh Dosen (PpMD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar Rp 5.000.000,-. Dari hasil kegiatan yang kami lakukan, terdapat sejumlah keberhasilan yang telah kami raih, yaitu: 1. Meningkatnya peran masyarakat dalam membangun desa. 2. Bertambahnya motivasi peserta didik di PAUD, SD, dan SMP untuk belajar serta melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 3. Meningkatnya minat masyarakat khususnya anak-anak di Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang untuk berinteraksi dengan al-Qur’an dan Hadist. 4. Meningkatnya pengetahuan masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga di Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang tentang ASI bagi bayi, Kesehatan Jasmani seputar DBD, Vaksin Palsu dan Penyakit Kulit, maupun Lingkungan Hidup. 5. Bertambahnya prasarana di PAUD, SDN Parung Kembang, Masjid Zami Mat’laul Anwar, dan Majelis Ta’lim Al-Banat, Roudhotul Athfal, dan Roudhotul Jannah sebagai penunjang kegiatan yang dilaksanakan di tempat tersebut. Saat merencanakan dan implementasi kegiatan, terdapat sejumlah kendala yang kami hadapi, antara lain: xvii
1. Kurangnya waktu untuk melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik internal anggota kelompok, pihak sponsor, instansi-instansi terkait dan desa. 2. Tidak semua program kerja dapat terlaksana sesuai rencana dan time schedule yang telah dibuat, karena harus kembali menyesuaikan kondisi di lokasi KKN 3. Begitu dipegang teguhnya kultur atau budaya di desa membuat anggota KKN harus cepat beradaptasi terutama dalam membuat kegiatan. Namun sekalipun demikian, kami pada akhirnya dapat menyelesaikankan sebagian besar rencana kegiatan kami. Adapun kekurangan-kekurangannya adalah tiadanya tindak lanjut atau orang yang dapat melanjutkan pada sebagian besar program kerja, serta belum dapat menjangkau seluruh warga Desa Bagoang. Sehingga, harapan kami bagi kelompok KKN selanjutnya untuk kembali melanjutkan program-program kerja yang sekiranya masih relevan dan memperluas wilayah jangkauannya.
xviii
PROLOG Desa Bagoang terletak di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2016 ini, Desa Bagoang mendapatkan kunjungan mahasiswa peserta KKN-PpMM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah penduduk Desa Bagoang sampai tahun 2014 berjumlah 5.258 jiwa. Penduduk-penduduk tersebut tersebar ke dalam 3 dusun. Kelompok KKN Bima Sakti mendapat lokasi di dusun 3, yaitu Dusun Parung Kembang. Desa Bagoang terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah kurang lebih 983 Rumah Tangga/Kepala Keluarga. Secara umum masyarakat Desa Bagoang bermata pencaharian petani, buruh tani dan pedagang, sedangkan buruh kasar, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pertukangan dan pensiunan jumlahnya relatif kecil. Sebagian besar remaja baik wanita maupun laki-laki setelah lulus tingkat pendidikan SLTA langsung menikah, sangat sedikit yang melanjutkan ke tingkat Universitas. Remaja yang telah menikah menjadi ibu rumah tangga dan laki-laki yang sudah menikah ada yang bekerja, merantau atau menjadi petani.1 Luas wilayah Desa Bagoang 450 Ha, yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian. Lokasi Dusun Parung Kembang berada jauh dari jalan raya, terpisah dari dusun satu dan dua, hal ini juga mempengaruhi pemukian warga antar dusun dibatasi oleh jarak yang cukup jauh pula, jarak rumah antar wargapun belum begitu padat. Dusun Parung Kembang dilintasi sungai besar dan sungai kecil yang membelah Dusun Parung Kembang. Sungai besar dan sungai kecil ini sangat besar manfaatnya bagi warga, selain untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) juga berfungsi untuk irigasi lahan pertanian. Hasil pertanian warga sebagian besar adalah padi. Padi ini oleh warga tidak dijual.
1Profil Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 3-9
xix
Dusun Parung Kembang belum memiliki bangunan sekolah, baik SD, SLTP maupun SLTA. Bangunan sekolah berlokasi di dusun kedua, sehingga anak-anak sekolah harus menempuh jarak yang cukup jauh. Kondisi jalan yang dilintasi masih tanah liat dan batubatu yang belum menggunakan aspal, sehingga ketika hujan turun kondisinya sangat becek dan banyak genangan air, hal ini sangat menyulitkan untuk dilintasi baik bagi warga maupun kendaraan. Dusun Parung Kembang hanya memiliki satu bangunan sekolah, yaitu Madrasah Diniyah. Bangunan ini digunakan anak-anak tingkat SD untuk belajar agama dan lain-lain. Kegiatan belajar mengajar dilakukan setelah jam belajar di SD selesai, yaitu sekitar pukul 14.0016.00 WIB. Hampir semua fasilitas umum seperti layanan kesehatan dan fasilitas umum lainnya terletak di dusun satu dan dua. Kegiatan warga seperti pengajian, rapat dan konsolidasi warga dilaksanakan oleh laki-laki dan wanita secara rutin, hal ini mengakibatkan hubungan dan kerukunan warga terjalin erat. Selama proses KKN berlangsung, banyak pelajaran yang kami peroleh. Sikap warga yang sopan, ramah dan menerima kami dengan hangat membuat kami merasa pulang ke kampung halaman. Anak-anak begitu cepat akrab dengan peserta KKN dan banyak mengalami perubahan positif. Banyak warga yang memberikan bantuan terutama hasil bumi kepada mahasiwa peserta KKN. Warga sangat antusias untuk menghadiri setiap kegiatan yang diadakan oleh peserta KKN. Rasa keingintahuannya sangat tinggi, hal ini membuat warga aktif bertanya kepada narasumber yang mengisi pada beberapa penyuluhan yang kami selenggarakan. Ketika kegiatan KKN telah berakhir, kami pun sangat berat meninggalkan Dusun Parung Kembang. Gambaran ideal saya, selaku Dosen Pembimbing atas pelaksanaan KKN-PpMM dan bimbingan mahasiswa dengan mengacu pada kajian pemberdayaan masyarakat pada saat ini. Tujuan dari kegiatan KKN-PpMM itu sendiri harus diperjelas, apakah mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh ke masyarakat atau diharapkan mampu menyelesaikan atau menjadi fasilitator bagi permasalahan yang dihadapi warga?. Jika mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya ke masyarakat, maka mahasiswa hanya membuat kegiatan yang sesuai dengan ilmu yang xx
telah diperoleh, tetapi jika mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan atau menjadi fasilitator permasalahan yang ada, maka mahasiswa dan dosen sebaiknya sebelum kegiatan KKN-PpMM dilaksanakan, diberikan masukan mengenai kegitan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan dari KKN-PpMM itu sendiri, sehingga peserta KKN tidak banyak melakukan revisi kegiatan agar kegiatan tidak salah sasaran. Mahasiswa peserta KKN-PpMM yang notabenenya adalah masyarakat yang baru mau memulai kehidupannya dan berasal dari kondisi wilayah tempat tinggal serta latar belakang pendidikan yang berbeda dituntut harus mengemban tugas ke satu wilayah yang membutuhkan mereka sebagai leader, hal ini tentunya membuat mereka mengalami kebingunan jika tidak mendapatkan pengarahan yang komprehensif. Masalah yang dihadapi oleh setiap wilayah juga berbeda-beda, misalnya masalah di Dusun Parung Kembang yang mayoritas warganya menggunakan sungai untuk MCK dan belum memiliki septic tank, remaja putra putrinya yang menikah di usia dini, hasil pertanian yang hanya untuk dikonsumsi sendiri, lokasi pendidikan yang jauh, pengetahuan tentang kesehatan dan teknologi yang minim dan lain-lain. Waktu satu bulan dan pengetahuan mahasiswa tentang masalah-masalah di atas yang masih sedikit, saya rasa kurang tepat jika mahasiswa dituntut harus menjadi fasilitatornya sebelum mereka mendapatkan pembekalan yang cukup dan pencapaian tujuan kegiatan tidak maksimal. Hasil pelaksanaan kegiatan KKN-PpMM baik buku maupun film dokumenternya bisa diunggah ke internet, sehingga bisa dikonsumsi oleh publik.
xxi
“Saat itu mereka masih muda belia, raut muka mereka lugu tanpa tau betapa besar harapan Bagoang di pundaknya, waktu yang bijaksanalah yang akan membuktikan, mereka menjadi pahlawan dan pemimpin di dusun syahdu Bagoang. “ -Nurul Adhha-
xxii
BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Kuliah Kerja Nyata (KKN) diartikan sebagai keintegrasian secara menyeluruh baik di bidang keahliaan atau disiplin ilmu pengetahuan untuk mengaplikasikan teori-teori yang dimilikinya ke dalam sebuah wujud nyata pengabdian kepada masyarakat. KKN merupakan program yang harus diikuti semua mahasiswa semester enam yang telah memenuhi persyaratan akademik, di mana pelaksanaan KKN ini merupakan proses yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses akhir masa perkuliahan sebagai salah satu persyaratan dan kelulusan mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat mengaktualisasikan disiplin ilmu yang masih dalam tataran teoritis terhadap realisasi praktis dengan bentuk pengabdian langsung kepada masyarakat, di samping penelitian yang dilakukan sebagai usaha pengembangan ilmu yang didapat sebelumnya, KKN juga mengasah keterampilan agar dapat mengatasi dan meminimalisir masalah-masalah yang terjadi di tengah masyarakat sebagai media untuk belajar membangun hubungan yang integral dalam komunitas masyarakat, sebagai obyek utama yang akan dihadapi kelak setelah menyelesaikan studi. KKN sangat besar manfaatnya bagi para mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya, karena dilaksanakan demi mendapatkan pengalaman di lapangan. KKN mengandung makna yang sangat penting yaitu pendidikan dan pengabdian mahasiswa yang diwujudkan dalam pengenalan dan penghayatan tentang pembangunan masyarakat serta berusaha menciptakan metode-metode pemecahan berbagai masalah dengan menggunakan kemampuan dan keterampilan yang sangat tepat terhadap situasi yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat dalam upaya menerapkan hasil kegiatan perkuliahan yang pernah ditempuh . Keberadaan perguruan tinggi pada hakekatnya adalah memenuhi tuntutan dinamika pembangunan dan kebutuhan masyarakat di bidang jasmani dan rohani serta mahasiswa dituntut mampu membina, mengembangkan atau menyebarluaskan ilmu 1
pengetahuan, teknologi, dan seni kepada masyarakat melalui salah satu darma yang harus dilaksanakan secara institusional dan professional. Kuliah pengabdian mahasiswa ini merupakan perwujudan dari partisipasi Perguruan Tinggi dalam upaya mengembangkan dan peningkatan pemberdayaan serta partisipasi masyarakat terhadap tuntutan kemajuan zaman melalui perkembangan iptek melalui mahasiswa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa akan memiliki berbagai pengalaman, mulai dari berusaha untuk beradaptasi, bersosialisasi, dan saling membantu dalam menjalankan berbagai program kerja hingga memberikan solusi terhadap problematika yang timbul dalam internal peserta KKN maupun yang terjadi di tengah-tengah masyarakat majemuk seperti di Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang. Dusun ini menjadi salah satu tempat yang akan menjadi objek untuk mengimplementasikan ilmu-imu yang kami punya. Oleh karena itu, sarana pengembangan akademis mahasiswa UIN Jakarta perlu mengembangkan, meningkatkan dan melaksanakan program aksinya sebagai perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang utuh, sehingga bisa memahami dan menghayati fenomena sosial di masyarakat secara riil, sebagai pengembangan program dalam proses belajar. KKN sebagai bentuk pengabdiaan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dengan bimbingan PpMM, Pemerintah Daerah dan Kopertais Wilayah Kota Bogor adalah pendekatanpendekatan berbasis multidisiplin. Kuliah pengabdian mahasiswa ini merupakan gemblengan multiselektif ke arah pengembangan, motivasi dan persepsi, di mana mahasiswa tersebut melaksanakan pengabdiannya. B. Kondisi Umum Desa Bagoang Desa Bagoang terletak di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduknya sampai tahun 2014 berjumlah 5.258 jiwa dengan luas wilayah 450 Ha. Penduduk-penduduk tersebut tersebar ke dalam yang terdiri dari 3 dusun dengan 6 Rukun Warga
2
(RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah kurang lebih 983 Rumah Tangga/Kepala Keluarga2 Setiap orang senantiasa berusaha mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing. Dari jumlah penduduk 5.258 jiwa sebagian besar penduduk Desa Bagoang bermata pencaharian petani , buruh tani dan pedagang, sedangkan buruh kasar, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, petani, pertukangan dan pensiunan jumlahnya relatif kecil.3 C. Permasalahan Aset Utama Desa Berdasarkan hasil survei kami di Desa Bagoang, desa ini memiliki permasalahan yang cukup banyak. Terdapat delapan bidang masalah yang masing-masing telah disusun berdasarkan prioritasnya untuk diselesaikan. Bidang tersebut adalah bidang pertanian, bidang lingkungan hidup, bidang pemuda dan olahraga, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang koperasi dan UKM, bidang sosial budaya dan bidang sarana dan prasarana.4 Pada bidang pendidikan, masalah prioritas yang dihadapi adalah masih banyaknya warga yang belum menyelesaikan pendidikan formal setingkat SLTP dan SLTA. Kemudian, beberapa perlengkapan fasilitas operasional belajar mengajar pun belum memadai seperti yang terjadi di Majelis Ta’lim Roudhotul Jannah asuhan Bapak Ukik. Pada bidang kesehatan, Sebanyak ± 100 Kepala Keluarga belum memiliki jamban keluarga dan septictank sendiri.5 Sehingga sehari-harinya mereka menggunakan kali besar untuk MCK, begitu pula ada sebagian yang juga melakukan cuci dan mandi di sana. Kemudian ada beberapa Kepala Keluarga yang masih kesulitan mendapatkan air bersih bila musim kemarau tiba atau kali kecil dekat sawah warga kering. Pada
2Ibid.,
h. 6.
3Wawancara
Juli 2016.
pribadi dengan Kepala Desa Bagoang Tahun 2013-2019 pada 27
4Profil
Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 7-8. 5Wawancara pribadi dengan Ibu Mimin di Kampung Parung Kembang pada 22 Mei 2016.
3
bidang sarana dan prasarana, Majelis Ta’lim masih dilaksanakan di rumah guru tanpa prasarana seperti papan tulis, kipas angin dan lain-lain. Padahal prasarana merupakan perangkat yang penting untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Pada bidang lingkungan hidup, hampir seluruh warga membuang sampah rumah tangganya ke kali/sungai, baik kali besar maupun kali kecil dekat sawah. Pada bidang sosial budaya, masih terdapat rumah tidak layak huni, yakni sebanyak 25 rumah. Produktivitas angkatan kerja pun masih kecil, yakni sekitar 20% yang belum bekerja dan belum memiliki pekerjaan tetap. Pada bidang koperasi dan UKM. Pada bidang pertanian, para petani belum memiliki traktor darat dan pemasaran hasil pertanian masih tradisional. Masalah yang terakhir adalah pada bidang pemuda dan olahraga, Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang belum memiliki lembaga Karang Taruna.6 D. Profil Kelompok KKN-PpMM 050 Bima Sakti Kami dipersatukan ke dalam sebuah kelompok yang beranggotakan 11 (sebelas) orang dalam pelaksanaan KKN-PpMM tahun ini, yang mana dalam anggota kelompok kami 6 (enam) orang berjenis kelamin perempuan dan 5 (lima) orang lainnya berjenis kelamin laki-laki. Kami dipertemukan pertama kalinya saat acara pembekalan KKN yang diselenggarakan oleh LP2M, yang mana sebelumnya kami belum saling mengenal, jangankan mengenal bertemu saja belum pernah. Kami berlatar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang lulusan SMA, SMK, MA, ataupun Pesantren. Kami pun dengan latar belakang jurusan berbeda, ada yang berasal dari Jurusan Syari’ah, Dirasat, Ekonomi Syari’ah, Tafsir Hadits, Komisi Penyiaran Islam, Tarjamah, Sastra Arab, Sistem Informasi, Teknik Informatika, dan Ilmu Politik. Walaupun kami berasal dari pendidikan dan jurusan yang berbeda, bukan berarti kami tidak dapat bersatu. Kami berusaha
6Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RW 05 Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang pada 13 Mei 2016 di rumah Bapak Surya.
4
mengenal dan memahami satu sama lain, sehingga kami pun merasa nyaman dan semakin akrab dari hari ke hari. Kelompok ini kami beri nama Bima Sakti, harapan kami walaupun kami berasal dari jurusan dan latar belakang yang berbeda bukan berarti kami tidak dapat hidup harmonis melainkan kami dapat berjalan bersama dan bersatu bagai bintang dan planet yang bersatu dalam sebuah galaksi besar yaitu Galaksi Bima Sakti.7 Bima Sakti itu sendiri merupakan sebuah singkatan dari Bijak, Transformatif, Solutif, dan Aktif. Yang mana tekad dan cita-cita kami dalam pelaksanaan KKN tahun ini adalah bersikap bijak terhadap masyarakat desa. Melakukan sebuah transformasi atau perubahan yang mana dapat mengubah masyarakat untuk semakin berfikir maju dan berkembang sehingga tidak terbelakang dari desa lainnya, serta dapat menjadikan desa tersebut semakin maju dan sejahtera. Solutif berarti memberikan solusi terhadap masyarakat desa berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga masyarakat tidak bingung harus berbuat apa namun dapat sharing dengan kami yang mana sedikit banyak akan kami Gambar 1.1: Logo Kelompok KKN Bima Sakti berikan solusinya sehingga permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan. Aktif maksudnya kami akan terus bersikap aktif terhadap masyarakat khususnya aktif dalam berinteraksi dengan masyarakat sehingga hubungan kami akan semakin akrab dan berbaur menjadi satu, dengan itu antara kami dan masyarakat akan terbangun hubungan kekeluargaan, saling memiliki satu sama lain.
7Wawancara dengan Ketua Kelompok KKN 050 Bima Sakti Ahmad Syarif Hidayatullah, pada 27 Juli 2016 di kampus UIN Jakarta.
5
Adapun filosofi logo yang kami buat untuk kelompok kami yaitu kelompok Bima Sakti ialah lambang bintang yang berjumlah 5 buah itu berasal dari asumsi masyarakat yang sejak kecil jika mendapatkan nilai 100 atau 10 yaitu nilai tertinggi sang guru akan memberikan bintang, maka kamipun berargumen setiap bintang yang kami buat mengandung arti 10, maka jika terdapat 5 buah bintang berarti 5x10 = 50, 50 adalah urutan kelompok kami. Adapun tulisan Bersatu untuk Negeri merupakan cita-cita dasar kami serta tekad kami untuk terus bersatu demi memajukan negeri, dalam hal ini ialah memajukan masyarakat desa yang kami tempati. Kami berharap mampu mengubah desa tersebut atau menjadikan desa tersebut semakin maju, berarti kami telah menunjukkan dedikasi kami dalam pengabdian kami kepada negeri yaitu Indonesia. Adapun tulisan Bima Sakti merupakan nama kelompok kami yang memiliki kepanjangan Bijak, Transformatif, Solutif, Aktif. Adapun tulisan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan identitas kami, bahwasannya kami merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan KKN dalam rangka pengabdian kepada masyarakat. Adapun filosofi warna biru yang kami pilih ialah biru melambangkan warna langit, yang mana langit tersebut berada di atas dan tinggi, begitupun kami akan terus menggantungkan cita-cita kami setinggi mungkin untuk terus berjuang mengabdi pada negeri sebagai bentuk dedikasi kami pada tanah Ibu Pertiwi. Bertepatan dengan wilayah desa yang kami tempati ialah Desa Bagoang tepatnya Kampung Parung Kembang, maka kami beri nama buku ini dengan nama Bima Sakti Bersatu untuk Negeri Parung Kembang. Dengan filosofi yang terkandung pada nama maupun logo kami, kami pun berharap KKN kelompok kami dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang kami rencanakan dan sesuai dengan apa yang kami cita-citakan. Dengan pelaksanaan KKN ini, kami dapat belajar memahami arti kehidupan yang sebenarnya, dapat belajar memahami segala permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, dapat belajar berfikir secara cepat dan sigap dalam mencari solusi dari permasalahan yang terjadi, kami dapat belajar memahami sifat dan karakter orang lain yang berasal dari kepribadian yang berbeda-beda, dapat belajar
6
berinteraksi dengan anggota masyarakat lain dalam hal bergotong royong menjadikan desa semakin maju dan sejahtera. Serta dapat belajar menyampaikan ilmu yang kami dapat hingga bangku Perguruan Tinggi kepada masyarakat, sehingga ilmu yang kami miliki dapat bermanfaat untuk orang lain. Banyak hal lain yang dapat kami peroleh dengan adanya pelaksanaan KKN ini yang mungkin tidak dapat kami sebutkan satu per satu, walau demikian akan selalu hidup dan menjadi kenangan terindah di dalam sanubari.8 Berikut ini adalah informasi tentang anggota kelompok KKNPpMM 050 Bima Sakti. Ahmad Syarif Hidayatullah adalah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum. Ia memiliki kompetensi akademik pada bidang Hukum Islam dan Konvensional. Selain itu ia berkompeten pada keterampilan seperti merencanakan berbagai strategi organisasi. Posisi ia saat ini adalah ketua kelompok. Nurul Adhha adalah mahasiswi konsentrasi Syariah, Jurusan Dirasat Islamiyah Fakultas Dirasat Islamiyah. Ia mempunyai kompetensi akademik pada bidang keagamaan terutama pada kajian alQur'an, Hadist dan Bahasa Arab. Selain itu ia juga berkompetensi di bidang kepenulisan, organisasi, desain grafis dan masak-memasak. Posisi ia saat ini adalah sekretaris kelompok. Latifa Zahra merupakan mahasiswi Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Ia memiliki kompetensi akademik di bidang Sistem Informasi. Selain itu ia juga seorang yang ahli dalam melakukan analisis data, mengaji al-Qur’an dan masak-memasak. Posisi ia saat ini adalah bendahara 2 kelompok. Sahri Rahma Fitri merupakan mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Ia memiliki kompetensi akademik pada bidang Komunikasi . Ia juga memiliki kompetensi mengajar dan fotografi. Posisi ia saat ini adalah bendahara 1 kelompok.
8Wawancara
pribadi dengan Ika Tri Mustika, pada 4 Oktober 2016. Ia merupakan salah seorang anggota KKN-PpMM 050 Bima Sakti dan juga Mahasiswi Semester 7 pada Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertempat di kampus UIN Jakarta.
7
Muhammad Syarif Hidayatullah merupakan mahasiswa Jurusan Sastra dan Bahasa Arab Fakultas Adab dan Humaniora . Ia memiliki kompetensi dalam bidang akademik di bidang Bahasa dan Sastra Arab. Ia juga memiliki kompetensi dalam bidang olahraga, tertama sepak bola, futsal, dan sepak takraw. Mita Sukma Apriyani adalah mahasiswi Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora. Ia memiliki kompetensi dalam bidang akademik di bidang Bahasa Arab. Selain itu ia juga ahli dalam bidang tari-menari dan masak-memasak. M. Fatih Akmal adalah mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin. Ia memiliki kompetensi dalam bidang akademik di bidang pengajaran. Selain itu ia memiliki kompetensi dalam bidang Pramuka dan baris-berbaris. Muhammad Ilham Aldair adalah mahasiswa Teknik Informasi semester 5, bakatnya tidak jauh dari studi yang dia geluti di kampus. Dari organisasi komputer sampai desain grafis sudah pernah dia pelajari. Selain itu ia juga memiliki keahlian dalam bidang olahraga, di antaranya badminton dan futsal. Alif Septritama Zhikhri adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia memiliki kompetensi akademik yang berhubungan dengan ilmu politik. Selain itu ia juga memiliki kompetensi pada bidang musik, kepemudaan dan fotografi. Ika Tri Mustika adalah mahasiswi Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum. Ia memiliki kompetensi akademik dalam bidang Syari’ah dan Hukum Islam. Selain itu dia berkompeten dalam bidang mengajar, memasak dan membaca puisi. Rona Roudhotul Jannah merupakan mahasiswi Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ia memiliki kompetensi akademik dalam bidang ekonomi syariah dan konvensional. Selain itu, ia juga memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan yaitu mengajar dan menulis, terutama mengajarkan daur ulang barang bekas menjadi barang-barang yang bermanfaat dan bernilai jual di masyarakat.
8
E. Fokus atau Prioritas Program F. Berdasarkan hasil survei kami terkait permasalahan di Dusun Parung Kembang yang sebelumnya telah dipaparkan dalam pembahasan permasalahan desa (sub bab C) yakni terdapat delapan bidang masalah yang masing-masing telah disusun berdasarkan prioritasnya untuk diselesaikan. Bidang tersebut adalah bidang pertanian, bidang lingkungan hidup, bidang pemuda dan olahraga, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang koperasi dan UKM, bidang sosial budaya dan bidang sarana dan prasarana. Sedangkan kompetensi anggota kelompok KKN Bima Sakti hanya dapat melakukan pengabdian pada enam bidang saja, yaitu: 1)Bidang Keagamaan; 2) Bidang Pendidikan; 3) Bidang Kesehatan 4)Bidang Ekonomi; 5) Bidang Sosial dan Pemuda; 6) Bidang Sarana dan Prasarana. Adapun rincian prioritas programnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1: Fokus Permasalahan dan Prioritas Program Fokus Permasalahan Prioritas Program & Kegiatan Bidang Keagamaan Bagoang Mengaji Kegiatan Pelayanan Pengajaran Majelis Ta’lim Kegiatan Pemberdayaan Tahlilan Majelis Ta’lim Bidang Pendidikan Guru Siaga Kegiatan Pelayanan Pendidikan SD Kegiatan Pelayanan Pelatihan Komputer Kegiatan Pelayanan Pelatihan Internet Kegiatan Pelayanan Pelatihan Olahraga Kegiatan Pelayanan Pelatihan Pramuka Smart Bagoang Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perlombaan
9
Bidang Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan Kegiatan Pelayanan Penyuluhan Kesehatan DBD, Vaksin Palsu, dan Penyakit Kulit Kegiatan Pelayanan Penyuluhan ASI dan Balita Bagoang Sehat Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Gerak Jalan Sehat Kegiatan Pelayanan Penyediaan Makanan Sehat Bidang Ekonomi Workshop Daur Ulang Kegiatan Pemberdayaan Siswa Bidang Ekonomi Bidang Sosial dan Bagoang Peduli Pemuda Kegiatan Pelayanan Penyediaan Bantuan Warga Kurang Mampu Kegiatan Pelayanan Penyediaan Baju Layak Pakai Kegiatan Pelayanan Penyediaan Alat Shalat Merdeka Kegiatan Pelayanan Talkshow Kepemudaan Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perayaan Hari Kemerdekaan Kegiatan Pelayanan Konsultasi Hukum Bidang Sarana dan Renovasi Parung Kembang Prasarana Kegiatan Pelayanan Renovasi Posyandu Kegiatan Pelayanan Pembangunan Gapura Kegiatan Pelayanan Renovasi Jembatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim
10
Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana SD
G. Sasaran dan Target Berdasarkan program kerja yang telah disusun, berikut sasaran dan target setiap programnya:
No 1
2
3
Tabel 1.2: Sasaran dan Target Program Kegiatan Sasaran Target Kegiatan Anak-anak dan 50 orang anak dan Pelayanan remaja Dusun remaja Dusun Pendidikan Parung Kembang, Parung Kembang Majelis Ta’lim Desa Bagoang mendapatkan pengajaran tata cara thaharah dan shalat yang baik dan benar. Kegiatan Bapak-bapak dan 50 orang bapakPemberdayaan anak-anak bapak dan anakTahlilan Majelis Majelis Ta’lim anak Majelis Ta’lim Ta’lim Dusun Parung Dusun Parung Kembang, Desa Kembang Bagoang berpastisipasi dalam mengikuti Tahlilan di Masjid Zami Mat’laul Anwar dan Majelis Ta’lim Kegiatan Siswa/i SDN 100 orang siswa/i Pelayanan Parung Kembang, SDN Parung Pendidikan SD Desa Bagoang Kembang kelas 3-6 mendapatkan pengajaran materi Bahasa Indonesia, Matematika,
11
4
Kegiatan Pelayanan Pelatihan Komputer
5
Kegiatan Siswa/i kelas 6 Pelayanan SDN Parung Pelatihan Internet Kembang, Desa Bagoang
6
Kegiatan Pelayanan Pelatihan Olahraga
Siswa/i kelas 4 & 5 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang
7
Kegiatan Pelayanan Pelatihan Pramuka
Siswa/i Kelas 1 – 6 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang
12
Siswa/i kelas 6 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, dan IPS 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 6 mendapatkan informasi dasar perangkat komputer dan mendapatkan pelatihan Microsoft Word 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 6 mendapatkan pelatihan dan informasi cara mengakses internet serta mengirim e-mail sederhana 40 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 4 dan 5 mendapatkan pelatihan olahraga dan kesehatan jasmani. 30 orang Siswa/i SDN Parung Kembang Kelas 1 – 6 mendapatkan pelatihan Pramuka dan mampu
8
9
10
11
Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perlombaan Kegiatan Pelayanan Penyuluhan Kesehatan DBD, Vaksin Palsu, dan Penyakit Kulit
Perlombaan mewarnai
mengaplikasikannya pada saat lomba antar sekolah Perlombaan mewarnai terselenggara
Warga Kampung 100 orang warga Parung Kembang Kampung Parung Desa Bagoang Kembang mendapatkan informasi mengenai beberapa penyakit yang sering mengganggu kesehatan masyarakat dan cara penanganan dini yang tepat untuk penyakit-penyakit tersebut Kegiatan Ibu-ibu Kampung 100 orang ibu-ibu Pelayanan Parung Kembang, Kampung Parung Penyuluhan ASI Desa Bagoang Kembang, Desa dan Balita Bagoang mendapatkan informasi seputar ASI dan kaitannya dengan pertumbuhan Balita Kegiatan Gerak Jalan Sehat Gerak Jalan Sehat Pelayanan terselenggara dan Penyelenggaraan 100 orang warga Gerak Jalan Sehat Kampung Parung Kembang ikut serta
13
12
Kegiatan Pelayanan Penyediaan Makanan Sehat
Balita Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang
13
Kegiatan Pemberdayaan Siswa Bidang Ekonomi
Siswa/i kelas 5 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang
14
Kegiatan Warga Kampung Pelayanan Parung Kembang Penyediaan Desa Bagoang Bantuan Warga Kurang Mampu
15
Kegiatan Pelayanan Penyediaan Shalat
14
Masjid Zami Mat’laul Anwar, Alat Kampung Parung Kembang RW. 005, Desa Bagoang
dalam kegiatan Gerak Jalan Sehat 100 orang Balita Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan makanan sehat yaitu bubur kacang hijau dan biskuit Balita 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 5 berpartisipasi menjaga lingkungan hidup dan mampu melakukan praktek daur ulang botol bekas menjadi sebuah tempat pensil yang bernilai jual ekonomis 50 orang warga Kampung Parung Kembang mendapatkan bantuan baju layak pakai dan perabotan rumah tangga Masjid Zami Mat’laul Anwar tersedia 5 buah alat shalat
16
17
18
19
20
21
Kegiatan Pelayanan Talkshow Kepemudaan
Pemuda/i 50 orang pemuda/i Kampung Parung Kampung Parung Kembang Desa Kembang, Desa Bagoang Bagoang mendapatkan informasi tentang pentingnya peran pemuda di masyarakat Kegiatan Perlombaan 9 perlombaan dalam Pelayanan rangka Perayaan Penyelenggaraan Hari Kemerdekaan Perayaan Hari terselenggara. Kemerdekaan Kegiatan Warga Kampung 10 orang warga Pelayanan Parung Kembang, Kampung Parung Konsultasi Desa Bagoang Kembang Hukum mendapatkan informasi dan bimbingan seputar Hukum Islam maupun Konvensional Kegiatan Posyandu 1 Posyandu Kasih Pelayanan Kampung Parung Ibu di Kampung Renovasi Kembang, Desa Parung Kembang Posyandu Bagoang direnovasi Kegiatan Gapura 1 Gapura Kampung Pelayanan Parung Kembang, Pembangunan Desa Bagoang Gapura dibangun Kegiatan Jembatan selokan Jembatan Se lokan Pelayanan RT/RW 004/005 RT/RW 004/005 Renovasi Kampung Parung Kampung Parung Jembatan Kembang, Desa Kembang direnovasi
15
Bagoang 22
Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim
23
Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana Prasarana SD
Majelis Ta’lim Al-Banat, Roudhotul Athfal, PAUD Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang
Majelis Ta’lim AlBanat, Roudhotul Athfal, PAUD Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan sarana dan prasarana pengajian SDN Parung SDN Parung Kembang, Desa Kembang tersedia Bagoang sarana dan dan prasarana sekolah
H. Jadwal Pelaksanaan Program 1. Pra KKN PpMM 2016 (Mei-Juli 2016) Tabel 1.3: Jadwal Pra KKN PpMM 2016 No Uraian Kegiatan Waktu 1 Pembentukan Kelompok Mei 2016 2 Penyusunan Proposal 20 Mei – 10 Juni 2016 3 Pembekalan 28 April 2016 4 Survei 13 Mei 2016 22 Mei 2016 21 Juli 2016 5 Pelepasan 25 Juli 2016 2. Pelaksanaan Program di Lokasi KKN (25 Juli-25 Agustus 2016) Tabel 1.4: Jadwal Pelaksanaan Program di Lokasi KKN No Uraian Kegiatan Waktu 1 Pembukaan di lokasi KKN 27 Juli 2016 2 Pengenalan lokasi dan 28 Juli 2016
16
3 4 5
masyarakat Implementasi Program Penutupan Kunjungan dosen pembimbing
29 Juli 2016 23 Juli 2016 26 Juli 2016 12 Agustus 2016 25 Agustus 2016
3. Laporan dan Evaluasi Program (September – Desember 2016) Tabel 1.5: Jadwal Laporan dan Evaluasi Program No Uraian Kegiatan Waktu 1 Penyusunan Buku Laporan 26 Agustus -9 Hasil KKN-PpMM September 2016 2 Penyelesaian dan 1 September-15 pengunggahan film Oktober 2016 documenter 3 Pengesahan dan penerbitan 25 Mei 2017 buku laporan 4 Pengiriman buku laporan hasil 10 Juni 2017 KKN-PpMM I. Pendanaan dan Sumbangan Berikut adalah rincian pendanaan dan sumbangan dari sponsor yang telah kami terima untuk kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) : a.
Pendanaan Tabel 1.6: Pendanaan KKN Bima Sakti No Uraian Asal Dana Jumlah Kontribusi mahasiswa anggota 1 Rp 5.500.000,kelompok, @Rp 500.000,2
Dana Penyertaan Program Rp 5.000.000,Pengabdian Masyarakat oleh
17
Dosen (PpMD 2016) Total
Rp 10.500.000,-
J. Sistematika Penyusunan Buku ini disusun dalam tujuh bagian. Adapun bagianbagian tersebut mempunyai spesifikasi pembahasan mengenai topik dengan sistematika: Bagian Pertama adalah Prolog. Prolog berisi refleksi Dosen Pembimbing selaku editor buku dalam melihat pelaksanaan KKN-PpMM tahun 2016. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi para pihak terkait program KKN selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi. Bagian Kedua adalah BAB I, Pendahuluan. Bab ini bertujuan untuk memberikan Gambaran Umum pelaksanaan kegiatan mahasiswa di lokasi KKN. Adapun rincian pada bab I ini menjelaskan mengenai Dasar Pemikiran, Kondisi Umum Desa Bagoang, Permasalahan/Aset Utama Desa Bagoang, Profil Kelompok KKN-PpMM 050 Bima Sakti, Fokus dan Prioritas Program, Sasaran dan Target, Jadwal Pelaksanaan Program, Pendanaan dan Sumbangan, dan Sistematika Penyusunan. Bagian Ketiga adalah BAB II, Metode Pelaksanaan Program. Bab ini bertujuan untuk memberikan kerangka teoritis atas pelaksanaan KKN-PpMM. Adapun rincian pada bab II ini menjelaskan mengenai Metode Intervensi Sosial dan Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bagian Keempat adalah BAB III, Kondisi Wilayah Pengabdian KKN-PpMM. Adapun rincian pada bab III ini menjelaskan mengenai Sejarah Singkat Desa Bagoang, Letak Geografis, Struktur Penduduk, dan Sarana dan Prasarana. Bagian Kelima adalah BAB IV, Deskripsi Hasil Pelayanan dan Pemberdayaan. Adapun rincian pada bab IV ini menjelaskan mengenai Kerangka Pemecahan Masalah, Bentuk dan Hasil Kegiatan Pelayanan pada Masyarakat, Bentuk dan Hasil Kegiatan Pemberdayaan pada Masyarakat, dan Faktor-faktor Pencapaian Hasil.
18
Bagian Keenam adalah BAB V, Penutup. Adapun rincian pada bab V ini menjelaskan mengenai Kesimpulan dan Rekomendasi. Bagian Ketujuh adalah Epilog. Pada bagian ini berisi tentang kesan-kesan dari masyarakat atas pelaksanaan KKNPpMM, dan Penggalan Kisah Inspiratif mahasiswa KKN.
19
“Selalu ada arti di setiap detik yang kau miliki” -Rona Roudhotul Jannah-
20
BAB II METODE PELAKSANAAN PROGRAM A. Metode Intervensi Sosial Intervensi sosial merupakan upaya perubahan yang telah direncanakan secara matang baik terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Berbicara tentang intervensi sosial maka tidak dapat terlepas dengan yang namanya pekerja sosial. Menurut Edi Suharto yang merujuk pada pendapat Zastrow menjelaskan bahwasannya pekerjaan sosial adalah “aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut”.9 Sebagai suatu aktivitas profesional, pekerjaan sosial di dasari oleh tiga komponen dasar yang secara integratif membentuk profil dan pendekatan pekerjaan sosial: kerangka pengetahuan (body of knowledge), kerangka keahlian (body of skills) dan kerangka nilai (body of values). Ketiga komponen tersebut dibentuk dan dikembangkan secara ekletik dari beberapa ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, antropologi, filsafat, politik dan ekonomi. Adapun peran-peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial di tengah masyarakat, di antaranya sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut10: 1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2005), h. 24. 10 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 27-28. 9
21
2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan, dan kesempatan. 3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan berperikemanusiaan. 4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial. Fokus utama pekerjaan sosial ialah meningkatkan keberfungsial sosial (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial, yang mana segala perbuatan atau program yang dilakukan oleh si pekerja sosial dalam hal ini ialah mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat bermanfaat bagi masyarakat. Ia merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya. Adapun definisi keberfungsian sosial menurut suharto, dkk. ialah sebagai “kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam memenuhi/merespon kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses).” Bersandar pada kerangka pengetahuan (body of knowledge), keterampilan (body of skills) dan nilai (body of value), ciri utama pendekatan pekerjaan sosial adalah senantiasa menempatkan klien dalam hal ini warga desa atau kelompok sasaran (target group) dalam konteks situasi atau lingkungan yang mengitarinya. Pendekatan person-in-situation atau person-in-environment ini kemudian menjadi “cetak biru” (blue print) pekerjaan sosial yang tidak melihat klien sebagai orang atau sekelompok orang yang bermasalah. Melainkan, orang yang memiliki kekuatan (strengths) yang sesungguhnya bisa dijadikan “sumber” (resources) dalam proses pemecahan masalah atau
22
pemenuhan kebutuhan hidupnya.11 Dari penjelasan di atas dapat dikatakan atau dianalogikan dengan konsep motivator. Dalam hal ini jika seseorang sedang menghadapi masalah bukan berarti orang tersebut yang kita salahi sehingga seolah-olah apa yang terjadi pada dirinya saat ini merupakan akibat dari apa yang diperbuatnya, melainkan dengan terus memotivasi dalam hal ini beranggapan baik dan terus memberi dorongan pada seseorang atau kelompok untuk mengembangan keahliannya, mungkin dari satu sisi memang mereka meliliki kekurangan, namun sisi lain mereka memiliki kelebihan, yang mana kelebihan tersebut jika dapat dimanfaatkan dengan baik akan mampu menyeimbangkan bahkan mampu menutupi kekurangan. Sehingga kelebihan yang dimilikinya mampu menjadi solusi dari kekurangan yang sedang dihadapi. Menurut penjelasan Edi Suharto bahwasannya tujuan utama Model Kekuatan (Strengths Model) ini adalah “untuk menjamin bahwa pekerja sosial sangat memperhatikan kekuatan-kekuatan klien selama proses assessment dan intervensi”.12Dalam hal ini terus meyakinkan bahwasanya setiap permasalahan pasti memiliki solusi, setiap kekurangan pasti ada kelebihan, setiap kesusahan pasti ada kemudahan, sehingga pekerja sosial terus merangkul klien dalam hal ini warga desa untuk terus melangkah maju merubah kelemahan yang dimiliki menjadi potensi bersaing yang baik dalam meningkatkan taraf kehidupan yang inovatif. Dengan demikian, fokus model ini lebih ditekankan pada bagaimana menggali dan memobilisasi sumbersumber yang terkait dengan klien, baik sumber internal yang ada pada diri klien sendiri, maupun sumber eksternal yang berada di lingkungan sekitar klien. Model yang berbasis pada kekuatan klien sangat berkaitan dengan konsep pemberdayaan (empowerment). Menurut Edi Suharto
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 31 12 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 32. 11
23
yang merujuk pada pendapat Barker dalam bukunya Zastrow menjelaskan bahwasannya “pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai proses membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosio-ekonomi dan politik, serta mengembangkan pengaruh terhadap perbaikan lingkungan mereka”. Model ini berupaya untuk mengidentifikasi, menggunakan, membangun, dan memperkuat kekuatan dan sumbersumber yang dimiliki atau berada di seputar klien. Pendekatan ini menekankan pada kemampuan, nilai-nilai, perhatian, keyakinan, sumber-sumber, pencapaian-pencapaian, dan aspirasi-aspirasi orang yang menjadi klien pekerja sosial. Menurut Edi Suharto yang merujuk pada pendapat Sallebey terdapat lima asumsi yang mendasari model ini13: 1. Setiap individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat memiliki kekuatan-kekuatan. 2. Trauma, perlakuan salah, penyakit, dan penderitaan bisa saja menjadi luka, namun dapat pula menjadi sumber tantangan dan kesempatan. 3. Tidak seorang pun yang mengetahui batas maksimal kemampuan klien untuk tumbuh dan berubah. 4. Klien akan sangat terbantu jika dilayani melalui kerjasama dengannya dan melalui penghargaan terhadap aspirasi dan harapannya secara serius. 5. Lingkungan di mana klien berada dan berfungsi sesungguhnya memiliki sumber-sumber yang lengkap. Dalam hal ini, model yang digunakan oleh pekerja sosial dalam hal pengembangan masyarakat ialah perencanaan sosial. Perencanaan sosial di sini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 33. 13
24
(rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi), dll. Perencanaan sosial lebih berorientasi pada “tujuan tugas” (task goal). Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan.14 Apapun perspektif dan model yang digunakan, pekerja sosial perlu memiliki perangkat pengetahuan dan keterampilan profesionalnya yang saling melengkapi, di antaranya15: Engagement (cara melakukan kontak, kontrak dan pendekatan awal dengan beragam individu, kelompok dan organisasi). Assessment (cara memahami dan menganalisis masalah dan kebutuhan klien, termasuk assessment kebutuhan dan profil wilayah). Penelitian (cara mengumpulkan dan mengidentifikasi data sehingga menjadi informasi yang dapat dijadikan dasar dalam merencanakan pemecahan masalah atau mengembangkan kualitas program). Groupwork (bekerja dengan kelompok-kelompok yang dapat dijadikan sarana pemecahan masalah maupun dengan kelompokkelompok kepentingan yang bisa menghambat atau mendukung pencapaian tujuan program pemecahan masalah). Negosiasi (bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi-situasi konflik). Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga). Konseling (melakukan bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat dengan beragam latar kebudayaan).
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 44. 15 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 46. 14
25
Manajemen sumber (memobilisasi sumber-sumber yang ada di masyarakat, termasuk manajemen waktu dan aplikasi-aplikasi untuk memperoleh bantuan). Pencatatan dan pelaporan terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program. Pekerja sosial perlu memiliki keahlian dalam memahami masyarakat. Tujuan mempelajari masyarakat adalah agar dapat melakukan asessment atau penelitian mengenai masyarakat sehingga mampu memahami konteks di mana kegiatan PM akan dilaksanakan, mengevaluasi sistem pelayanan kemanusiaan yang ada, dan mengerti struktur pengambilan keputusan yang ada di wilayah tersebut. Salah satu program yang seringkali dilakukan oleh pekerja sosial dalam pengembangan masyarakat ialah peningkatan kapasitas klien (kapacity building). Pendidikan dan pelatihan merupakan keahlian yang sangat penting dimiliki oleh pekerja sosial. Tujuan program ini ialah untuk membimbing dan membantu klien dalam memperoleh informasi, pengetahuan atau keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. Pekerja sosial umumnya memberikan pelajaran mengenai keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan pengasuhan anak, komunikasi interpersonal, manajemen stress, pencarian kerja, hidup mandiri. Pengajaran mereka diberikan kepada klien, tenaga sukarela, teman sejawat atau peserta biasa. Pengajaran dilakukan dalam konteks relasi personal, lokakarya atau kelas formal. Menurut Edi Suharto merujuk pada penjelasan yang digambarkan oleh United Nations dalam bukunya Mangatas Tanpubolon menjelaskan bahwasannya sebelum melakukan kegiatan pengembangan di desa, ada beberapa proses yang dilalui, sebagaimana digambarkan oleh United Nations meliputi16: 1. Getting to karakteristik
know
the
masyarakat
local
community.
setempat
(lokal)
Mengetahui yang akan
16 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. Ke-2, h. 77-79.
26
2.
3.
4.
5.
6.
7.
diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbal balik antara petugas dengan masyarakat. Gathering knowledge about the local community. Mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tersebut merupakan informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, seks, pekerjaan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual, dan custom, jenis pengelompokan, serta faktor kepemimpinan baik formal maupun informal. Identifying the local leaders. Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia jika tidak memperoleh dukungan dari pinjaman/tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, faktor the local leaders harus selalu diperhitungan karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat. Stimulating the community to realize that it has problems. Di dalam masyarakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Helping people to discuss their problem. Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan. Helping people to identify their most pressing problems. Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya. Fostering self-confidence. Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat.
27
Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya. 8. Deciding on a program action. Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya. 9. Recognition of strengths and resources. Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya. 10. Helping people to continue to work on solving their problems. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara continue. 11. Increasing people’s ability for self-help. Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri. Begitu pun dengan pelaksanaan KKN Bima Sakti, sebelum pelaksanaan KKN dimulai kami pun melakukan survey yang mana survey tersebut ditujukan untuk mencari atau menelusuri data-data statistik yang dimiliki oleh lembaga Pemerintahan di desa yang akan kami jadikan tempat mengabdi. Adapun data tersebut kami peroleh dari lembaga kelurahan, dari kelurahan tersebutlah kami memperoleh data secara terperinci terkait keadaan desa, baik seputar jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, program yang diadakan di desa tersebut, serta berbagai keunggulan serta permasalahan yang ada di desa tersebut. Setelah memperoleh data dari lembaga Pemerintahan desa yaitu dalam hal ini ialah kelurahan terkait segala permasalahan seputar kependudukan di desa tersebut, maka dilakukanlah pemilahan, yang mana pemilahan ini bertujuan untuk membuat prioritas masalah yaitu mendahulukan masalah yang kami rasa paling 28
urgent sehingga harus didahulukan dalam pencarian jalan keluar atau solusi dari permasalah tersebut. Pemilahan atau membuat prioritas masalah ini tidak terlepas karena kami sadar bahwasannya permasalahan yang terdapat di desa yang kami tempati sangatlah kompleks atau banyak, berfariasi sehingga tidak mungkin rasanya kami memecahkan seluruh masalah yang ada di desa, mengingat keterbatasan dana dan waktu sehingga dibuatlah prioritas masalah yang sekiranya seputar permasalahan apa dulu yang akan kami pecahkan dilihat dari urgensi terhadap pengaruh yang akan ditimbulkan kepada warga desa. Dengan adanya prioritas masalah ini, kami berharap dapat lebih fokus dalam penyelesaian masalah yang ada di desa tersebut sehingga kinerja kami lebih terarah dan maksimal. Setelah kami membuat prioritas masalah, maka kamipun melakukan kordinasi kepada tokoh masyarakat desa yaitu dalam hal ini Kepala Dusun, Ketua RW dan Ketua Kepemudaan Desa. Dengan beliau semualah kami berdiskusi seputar kegiatan apa saja yang akan kami lakukan selama masa pengabdian kami di desa tersebut. Kegiatan diskusi ini bertujuan untuk mensosialisasikan seputar kegiatan apasaja yang nantinya akan kami lakukan di desa serta meminta pendapat serta masukan terkait kegiatan kami, sehingga tercipta hubungan interaksi antara peserta KKN dengan warga desa. B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Berdasarkan pandangan Edi Suharto yang merujuk pada pendapat Eddy Ch. Papilaya menjelaskan bahwasannya
29
“pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata”.17 Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam; a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan. b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan. c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka. 1) Indikator Keberdayaan Menurut Edi Suharto yang merujuk pada pendapat Kieffer menjelaskan bahwasannya, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Adapun penjelasan lain Edi Suharto yang bersumber dari pandangan Parson et.al. juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada18:
Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, h. 24. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 63. 17
18
30
Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upayaupaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah strukturstruktur yang masih menekan (Parsons et.al., 1994: 106) 2) Strategi Pemberdayaan Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual; meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, Edi Suharto berpendapat bahwasannya pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) yaitu mikro, mezzo, dan makro.19 a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, kenseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugastugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach). b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 66-67. 19
31
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. 3) Pendekatan Merujuk pada pendapat Suharto, “pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan”20: a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. b. Peguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 67-68. 20
32
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompokkelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
33
“Ada kalanya kita harus keluar dari zona nyaman. Melihat dunia luar yang lebih menakjubkan.” -Rona Roudhotul Jannah-
34
BAB III KONDISI DESA BAGOANG KECAMATAN JASINGA A. Sejarah Singkat Desa Bagoang21 Desa Bagoang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama dalam forum musyawarah. Penamaannya diambil dari salah satu hewan yang sering berkeliaran di wilayah tersebut, yaitu antara Kampung Tarisi dan Kampung Bagoang. Hewan tersebut merupakan seekor babi atau dalam istilah masyarakat tersebut dikenal dengan sebutan bagong, sehingga desa tersebut dinamakan Desa Bagoang. Sehingga pada tahun 1973 tokoh masyarakat yang terdiri dari perwakilan Kampung Tarisi, Kampung Bagoang, Kampung Parung Kembang, Kampung Jolpot, dan Kampung Pasir Kandang mengadakan musyawarah kesepakatan agar Desa Bagoang menjadi Desa Induk di kawasan tersebut. Berikut ini nama – nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Bagoang : No 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.1: Periode Kepemimpinan Desa Bagoang22 Nama Tahun Kepemimpinan Menjabat pada tahun Bapak H. Suradi 1953-1963 Menjabat pada tahun Bapak H. Sanusi 1963-1973 Menjabat pada tahun Bapak H. Ambras 1973-1978 Menjabat pada tahun Bapak H. Muhadi 1978-1988 Menjabat pada tahun Bapak H. Badri 1988-2003 Bapak Daeng Darma Menjabat pada tahun
21 Profil Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 2-4. 22 Loc. Cit.
35
7
Bapak Maman Suparman
2003-2013 Menjabat Pada Tahun 2013-2018
Dari tabel di atas, diketahui bahwasanya mulai dari tahun 1953-2016 sudah mengalami pergantian pimpinan desa sebanyak 7 kali, yang mana masing-masing periode jabatan berlangsung selama 5 tahun. Namun, dari 7 pimpinan atau Kepada Desa di atas ada beberapa tokoh yang berhasil menduduki jabatan hingga 2 atau 3 periode. Hal ini menunjukkan prestasi keberhasilan dalam memimpin desa, sehingga masyarakat pun memilihnya kembali untuk mengemban amanah menjadi Kepala Desa di periode selanjutnya. B. Letak Geografis23 Wilayah Jasinga memiliki luas 14.280,16 hektar dan terdiri dari 16 desa. Adapun batas administratif Kecamatan Jasinga, ialah: Sebelah Utara : Kecamatan Tenjo Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Sebelah Selatan : Kecamatan Sukajaya Sebelah Timur : Kecamatan Cigudeg
Gambar 3.1: Peta Administratif Kecamatan Jasinga24
23 24
WIB.
36
Ibid., h. 6. Gambar diambil dari Goggle Maps, diakses pada 16/05/17, pukul 00:10
Desa Bagoang terletak di perbatasan Provinsi Banten yang ada di Sebelah Barat Wilayah Desa Bagoang, dengan Luas Wilayah 450 Ha. yang terdiri dari 3 dusun dengan 6 Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Desa Bagoang memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut : Tabel 3.2: Batas Wilayah Desa Bagoang Sebelah Utara Desa Pangaur Sebelah Timur Desa Barengkok Sebelah Selatan Desa Selatan Sebelah Barat Desa Prov. Banten
Gambar 3.2: Peta Desa Bagoang25
WIB.
25Gambar
diambil dari Goggle Maps, diakses pada 16/05/17, pukul 00:18
37
Gambar 3.3: Peta Jarak Perjalanan26 Pada Peta Jarak Perjalanan di atas, maka dapat diketahui bahwasannya perjalanan menuju lokasi tempat pengabdian kelompok 050 yaitu di Desa Bagoang dapat ditempuh selama 1 jam 49 menit atau jika dibulatkan kurang lebih selama 2 (dua) jam. Perjalanan yang biasa dilalui oleh anggota kelompok KKN 050 Bima Sakti ialah mulai pemberangkatan dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perjalanan yang dilakukan dapat ditempuh baik dengan kendaraan bermotor maupun dengan menggunakan kereta. C. Struktur Penduduk27 Berikut ini adalah struktur penduduk Desa Bagoang berdasarkan beberapa jenis: 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Penduduk Desa Bagoang berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk Tahun 2014 tercatat sebanyak 5.118 Jiwa, dan pada tahun 2015 sebanyak 6.342 jiwa.
26Diambil
dari Google Maps, diakses pada 15/10/2016, pukul 08.00 WIB. Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 7-8. 27Profil
38
Tabel 3.3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin28 No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) 1 Laki – Laki 3.330 2 Perempuan 3.012 Jumlah 6.342 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwasannya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2015 ialah sebanyak 6.342 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki lebih dominan yaitu 3.330 jiwa dibanding dengan penduduk perempuan yaitu 3.012 jiwa. 2. Keadaan Penduduk Menurut Agama Masyarakat Desa Bagoang adalah masyarakat yang religi dan agamis, terbukti dengan kegiatan peribadatannya yang masih kental dan kegiatan-kegiatan ibadah yang terus menerus dilaksanakan. Masyarakat Desa Bagoang menganut beberapa agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Kongwuchu. Namun jumlah terbanyak adalah Islam, untuk itu kami mengadakan program mengaji, tahlilan, dan bantuan pengadaan alat shalat.29 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian penduduk dan merupakan jantung kehidupan bagi manusia, setiap orang senantiasa berusaha mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing, dari jumlah penduduk 6.342 jiwa, yang mana usia pekerja dan pencari kerja diperkirakan sebanyak 2.115 jiwa. Secara umum dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Bagoang bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, pedagang keliling, pedagang, buruh, tukang, wiraswasta/pengrajin, petani, buruh tani, kuli, pengemudi ojeg. Sedangkan yang bermata pencaharian PNS
28Ibid.,
h. 45. Kepala Desa Bagoang Tahun2013-2019 pada Pembukaan KKNPpMM 048, 049, dan 050 tanggal 27 Juli 2016. 29Sambutan
39
Umum, PNS Guru, Guru honor/GTY/GTT, TNI, POLRI, Pensiunan TNI/POLRI, Pensiunan PNS, Pensiunan BUMN, Ustadz, Dokter, Perawat, Bidan, Dukun Beranak, Pengrajin, Pegawai seni, Wartawan/Koresponden, Politikus, Mahasiswa, TKI/TKW relatif sedikit jumlahnya. Tabel 3.4: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok30 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Keterangan 1 PNS Umum 7 2 PNS Guru 9 3 Guru honor / GTY/GTT 6 4 TNI 5 POLRI 6 Pensiunan TNI/POLRI 7 Pensiunan PNS 10 8 Pensiunan BUMN 4 9 Karyawan Swasta 235 10 Buruh 318 11 Tukang 215 12 Wiraswasta/Pengrajin 60 13 Pedagang keliling 30 14 Pedagang 45 15 Petani 302 16 Buruh Tani 129 17 Kuli 216 18 Pengemudi Ojeg 129 19 Ustadz 15 20 Dokter 21 Perawat 1 22 Bidan 1
30Profil Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 46-47.
40
23 Dukun Beranak 24 Pengrajin 25 Pegawai seni 26 Wartawan/Koresponden 27 Politikus 28 Mahasiswa 29 TKI(TKW) 30 Tidak Bekerja 31 Lainya JUMLAH
4 9 5 4 214 93 2115
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa sebagian besar warga Desa Bagoang bermata pencaharian sebagai Buruh dan Petani. 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan data yang tercatat di Desa Bagoang, bahwa penduduk tahun 2014 dari segi pendidikan dengan klasifikasi sebagai berikut : Tabel 3.5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan31 Jumlah Penduduk Tingkat Pendidikan (Orang) Belum Sekolah 721 Usia 7 – 45 tahun tidak pernah 1.126 Sekolah Tamat Sekolah Dasar ( SD ) 3.246 Tamat SLTP/Sederajat 944 Tamat SLTA/Sederajat 702 Tamat Akademi/Sederajat 51 Tamat Perguruan 31 Tinggi/Sederajat Buta Huruf 278
31Ibid.,
h. 45.
41
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan mayoritas penduduk ialah hanya tamatan Sekolah Dasar (SD), minim sekali penduduk yang berhasil mengenyam pendidikan hingga Perguruan Tinggi.
Gambar 3.4: Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan32 Grafik di atas merupakan klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang menunjukkan rendahnya minat warga Desa Bagoang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagian besar penduduk hanya tamat SD, bahkan banyak pula yang tidak sekolah. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membuat program pendidikan berupa pengajaran di SDN Parung Kembang dan les gratis sepulang sekolah bagi siswa/i.
32Grafik hasil olahan data pada Profil Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 45.
42
D. Sarana dan Prasarana33 Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Bagoang secara garis besar adalah sebagai berikut: Tabel 3.6: Sarana dan Prasarana di Desa Bagoang34 No Jenjang Jenjang Lokasi 1
TK/PAUD/RA
4
Se-Desa Bagoang
2
SD
4
Se-Desa Bagoang
3
SLTP
1
Kp. Tarisi
4
SLTA
-
-
5
Masjid
6
Se-Desa Bagoang
6
Mushalla
4
Se-Desa Bagoang
7
Langgar
-
8
Madrasah
6
Jumlah
25
Se-Desa Bagoang
Melihat jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Bagoang berdasarkan tabel di atas dan mengingat luas wilayah Desa Bagoang 450 Ha dan 6.342 jiwa, maka dinilai sangat kurang sekali sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Bagoang. Oleh karena itu, kami menghimbau pada Pemerintah untuk terus meningkatkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Bagoang.
33Profil
Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 18. 34 Tabel hasil olahan data pada Profil Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016, h. 48-49.
43
Gambar 3.5: Posyandu Kp. Parung Kembang
Gambar 3.7: SDN Parung Kembang
Gambar 3.9: Kali Besar Kp. Parung Kembang
44
Gambar 3.6: Jalan Utama Kp. Parung Kembang
Gambar 3.8: Lapangan Bermain
Gambar 3.10: Sawah Warga Kp. Parung Kembang
Gambar 3.11: Kali Kecil Kp. Parung Kembang
Gambar 3.12: Madrasah Diniyah Kp. Parung Kembang
Gambar 3.13: Pos Pemuda Kp. Parung Kembang
Gambar 3.14: Lapangan Kegiatan Dusun
Gambar 3.15: Pengajian Al-Banat
45
Gambar 3.16: Gang RT.03/RW.05
Gambar 3.17: Posko KKN Bima Sakti
Gambar 3.18: Kantor Desa Bagoang
Gambar 3.19: Paud Anugrah di Kp. Cublek
46
Gambar 3.20: Puskesmas Bagoang
Gambar 3.21: Pasar Bagoang
Gambar 3.22: Jalan Utama Desa Bagoang
47
“KKN adalah Guru, dengan KKN aku belajar arti sebuah pengabdian dan pengorbanan. Karena ilmu tak selalu tentang apa yang kita peroleh di bangku sekolah, melainkan pengalamanlah sebaik-baik ilmu dalam kehidupan.” -Ika Tri Mustika-
48
BAB IV DESKRIPSI HASIL PELAYANAN DAN PEMBERDAYAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah Kelompok kami memiliki enam bidang kegiatan, berikut matrik argumentasi pemecahan masalah untuk setiap bidangnya: 1. Matrik SWOT 01 Bidang Keagamaan Tabel 4.1: Matrik SWOT 01 Bidang Keagamaan Matrik SWOT 01. BIDANG KEAGAMAAN Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) 1. Mayoritas warga Kampung Parung Kembang beragama Islam. 2. Tersedia satu masjid di Dusun Parung Kembang. 3. Kepala Dusun dan perangkatnya mendukung programprogram keagamaan kami. 4. Mayoritas warga merupakan muslim yang taat beribadah. 5. Mayoritas anakanak Dusun Parung Kembang
49
1. Sebagian anakanak sudah enggan mengikuti pengajian. 2. Banyak anakanak yang merantau ke luar daerah untuk bekerja sehingga murid dari pengajian berkurang. 3. Warga Kp. Parung Kembang sedikit yang mengikuti pengajian, dikarenakan masing-masing dari warga mengutamakan
mengikuti pengajian usia dini.
pekerjaan. sejak
6. Kegiatan pengajian anakanak bervariasi. , sehingga menambah wawasan keIslaman dan keagamaan mereka. 7. Para orang tua dan anak-anak menjadikan pembelajaran ilmu agama sebagai prioritas. 8. Kampung Parung Kembang mempunyai 3 (tiga) tempat pengajian anakanak, yang memadai untuk menampung seluruh anakanak warga Kp. Parung Kembang. 9. Pengajian diadakan bergilir satu sehingga 50
ibu-ibu secara dalam dusun,
4. Waktu antara pekerjaan beberapa warga dan pengajian sering berbenturan menyebabkan warga tidak mengikuti pengajian.
memungkinkan bagi ibu-ibu untuk menyesuaikan waktu pengajian dengan waktu luang mereka. 10. Pengajian bapakbapak dilakukan setiap malam Rabu yang merupakan waktu efektif yang tidak mengganggu pekerjaan mereka.
Eksternal STRATEGI (SO) STRATEGI (WO) OPPORTUNITIES (O) 1. Tersedia dana 1. Mengadakan 1. Membuat jadwal untuk pengadaan kegiatan mengajar Majelis sarana dan penyediaan Ta’lim bagi prasarana Majelis sarana dan seluruh anggota Ta’lim prasarana bagi 3 KKN Bima Sakti Majelis Ta’lim setiap harinya 2. Adanya bantuan yang ada. secara bergiliran. dari seluruh anggota KKN dan 2. Membersihkan 2. Mengadakan Dosen masjid agar penambahan Pembimbing untuk nyaman dan fasilitas program bersih. pengajaran Ilmu penyediaan Agama dan al3. Memberikan bantuan alat Qur’an bagi 3
51
sholat.
kegiatan Majelis Ta’lim pembelajaran anak. 3. Beberapa anggota agama yang KKN Bima Sakti 3. Seluruh anggota bervariasi di tiap merupakan KKN Bima Sakti Majelis Ta’lim mahasiswa jurusan menyumbangkan anak. keagamaan alat shalat untuk 4. Memotivasi masjid. 4. Seluruh anggota anak-anak agar KKN Bima Sakti rajin mengikuti bisa mengajar baca Majelis Ta’lim tulis al-Qur’an setiap hari. 5. Melakukan inovasi dalam mengajarkan baca tulis alQur’an di Majelis Ta’lim anak. 6. Mengikuti pengajian bersama ibu-ibu dan bapak-bapak untuk meramaikan masjid. STRATEGI (ST) THREATHS (T) 1. Pengaruh 1. Memberikan teknologi yang motivasi belajar terus berkembang, Ilmu Agama dan sehingga al-Qur’an melalui melalaikan warga kegiatan nonton dalamberibadah. bareng kisah2. Adanya agenda kisah Nabi dan lain di luar Rasul di Majelis
52
STRATEGI (WT) 1. Memberikan motivasi kepada anak– anak sebagai generasi muda untuk menghindari pengaruh
kegiatan bidang Ta’lim anak. keagamaan atau 2. Menanamkan acara pertelevisian pendidikan yang lebih disukai moral dan diprioritaskan keagamaan di oleh warga. Majelis Ta’lim 3. Pengaruh anak. globalisasi yang kian hari menggerus nilainilai budaya lokal. 4. Pengaruh televise yang tidak mendukung pembelajaran agama bagi anak.
buruk dari dunia luar dengan rajin mengikuti Majelis Ta’lim. 2. Memberikan wawasan keagamaan kepada warga Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang.
Dari Matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program sebagai berikut: Bagoang Mengaji 2. Matrik SWOT 02 Bidang Pendidikan Tabel 4.2: Matrik SWOT 02 Bidang Pendidikan MATRIK SWOT 02 BIDANG PENDIDIKAN Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) 1. Anak-anak warga Kp. Parung Kembang, Desa Bagoang banyak yang masih bersekolah, baik di tingkat SD,
1. Faktor perekonomian yang menjadi salah satu penyebab anakanak warga harus putus
53
SMP, SMA.
maupun
2. Mayoritas anakanak memiliki semangat belajar yang tinggi. 3. Letak sekolah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal warga. 4. Anak-anak senang dan antusias dengan kedatangan anggota KKN kami. 5. Mayoritas pihak sekolah menyambut kelompok KKN dengan sangat baik. 6. Kepala Dusun menyambut baik program-program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. 7. Suasana desa yang masih asri dan nyaman.
sekolah 2. Beberapa anakanak dituntut untuk bekerja atau merantau ke daerah lain, sehingga pendidikan maksimal yang ditempuh hanya sampai tingkat SD. 3. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan. 4. Beberapa anakanak masih belum bisa membaca dan menulis. 5. Anak-anak tidak memiliki pengetahuan tentang komputer dan internet. 6. Tenaga pengajar ekstrakulikuler tidak ada. 7. Masih kurangnya sarana
54
pendukung pembelajaran di sekolah. 8. Jumlah tenaga pengajar di sekolah masih belum memadai. 9. Manajemen kurikulum pendidikan yang belum optimal di SDN Parung Kembang. 10. Pergaulan anakanak dengan pemuda dari luar Dusun Parung Kembang yang tidak sehat.
Eksternal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI (SO)
1. Semangat yang 1. Mengadakan bimbingan tinggi dari seluruh belajar di luar anggota KKN Bima jam sekolah bagi Sakti untuk anak-anak SD. melaksanakan kegiatan mengajar 2. Seluruh Anggota di SDN Parung KKN membantu Kembang. guru untuk mengajar mata 2. Adanya alokasi pelajaran IPA, dana khusus yang Matematika, IPS, diperuntukan PKN, Agama, untuk pelaksanaan Bahasa Indonesia,
STRATEGI (WO) 1.Adanya keterlibatan kelompok KKN dalam kegiatan PBM anak-anak SDN Parung Kembang dengan membuat jadwal mengajar secara bergilir. 2. Anggota KKN memberikan
55
kegiatan bidang pendidikan.
dan Bahasa Inggris.
3. Mayoritas anggota 3. Beberapa anggota KKN KKN mempunyai memberikan pengalaman pelatihan mengajar anak SD. Pramuka dan 4. Seluruh anggota Olahraga untuk KKN menyiapkan mendukung kegiatan metode khusus Ekstrakurikuler untuk mengajar sekolah. agar lebih menarik
bantuan sarana dan prasarana untuk menunjang PBM di SD.
sehingga membuat 4. Mengadakan anak-anak pelatihan bersemangat. pengoperasian komputer dan internet bagi murid kelas 5 dan 6 SDN Parung Kembang. STRATEGI (ST) THREATHS (T) 1. Kurangnya peran 1. Adanya aktif Pemerintah penyampaian dalam peningkatan pendidikan kualitas sarana dan akhlak dan moral prasarana Islami oleh pendidikan di SDN anggota KKN Parung Kembang saat Desa Bagoang. pembelajaran agama 2. Pengaruh Televisi yang membuat 2. Mengadakan anak-anak malas pelatihan untuk pergi ke ekstrakurikuler sekolah. untuk menunjang prestasi anak56
STRATEGI (WT) 1. Anggota KKN memberikan motivasi kepada anak–anak sebagai generasi muda untuk menghindari pengaruh buruk dari anak-anak warga dusun lain yang tidak memperioritask an pembelajaran di sekolah.
3. Pengaruh globalisasi yang kian hari menggerus nilainilai budaya lokal.
anak.
4. Pengaruh game online yang menjadikan anak malas belajar.
2. Memberikan pendidikan moral agama kepada anakanak sebelum memulai PBM di SD.
Dari Matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program sebagai berikut: 1. Guru Siaga 2. Smart Bagoang 3. Matrik SWOT 03 Bidang Kesehatan Tabel 4.3: Matrik SWOT 03 Bidang Kesehatan MATRIK SWOT 03 BIDANG KESEHATAN Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) 1. Kepala Dusun 1. Kurangnya dan tokoh kepedulian serta masyarakat kesadaran warga Parung Kembang untuk menjaga memberikan kebersihan dukungan dan lingkungan bantuan untuk tempat tinggal. pelaksanaan 2. Banyak warga programyang masih program bidang membuang kesehatan. sampah 2. Mayoritas warga sembarangan memiliki lahan tempat baik ke perkebunan, kali ataupun ke
57
3.
4.
5.
6.
58
sehingga banyak kebun, sehingga warga yang banyak terdapat bercocok tanam. sarang kuman Warga memiliki yang menjadi sumber pangan sumber penyakit dari olahan bagi warga. sendiri sehingga 3. Beberapa Balita masyarakat desa sangat jarang pun jarang sakit mendapatkan karena tidak asupan makanan banyak bergizi. mengkonsumsi 4. Warga tidak makanan dengan pernah bahan pengawet mendapatkan yang terdapat penyuluhan pada makanan kesehatan oleh kaleng atau Pemerintah Desa kemasan. atau Daerah. Adanya aula Madrasah yang bisa digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan di bidang kesehatan. Pemuda dan anak-anak antusias mengikuti kegiatankegiatan di bidang kesehatan. Warga yang
Eksternal
membuka katering membuka warung membantu memenuhi kebutuhan pelaksaan kegiatan bidang kesehatan.
jasa dan
di
STRATEGI (WO) OPPORTUNITIES(OP) STRATEGI (SO) 1. Puskesmas Desa 1. Mengajukan 1. Mengadakan Bagoang yang permohonan Penyuluhan membantu untuk tentang menyediakan menyediakan pentingnya pembicara untuk narasumber menjaga kegiatan kegiatan bidang kebersihan penyuluhan kesehatan KKN sungai dan kali kesehatan. kepada agar masyarakat 2. Tersedianya dana Puskesmas terihindar dari untuk Bagoang. penyakit kulit. melaksanakan 2. Dosen 2. Pengadaan tong kegiatan-kegiatan Pembimbing sampah di KKN bidang KKN 050 Posyandu kesehatan. mengajukan diri tepatnya di tepi 3. Tersedianya untuk menjadi kali. dukungan dari salah satu 3. Membagikan Dosen Pembimbing Narasumber makanan bergizi KKN 050 untuk kegiatan untuk seluruh menjadi salah satu penyuluhan Balita di Dusun Narasumber kesehatan. Parung Kembang. kegiatan 3. Mengadakan
59
penyuluhan ASI bidang kesehatan.
THREATHS (T) 1. Kebiasaan sebagian masyarakat dusun tetangga yang kurang memperdulikan kesehatannya dan lingkungan sekitar dengan membuang sampah di kali Dusun Parung Kembang. 2. Pemerintah daerah yang tidak memberikan bantuan sarana dan prasarana di bidang kesehatan. 3. Pola hidup di zaman modern yang tidak sehat.
60
agenda penyuluhan di Madrasah yang ada di Dusun Parung Kembang 4. Mengadakan Penyuluhan ASI dan DBD, dan penyakit kulit yang merupakan masalah utama yang menimpa Dusun Parung Kembang. STRATEGI (ST) 1.Pemberitahuan tentang fasilitas kesehatan desa yang kurang memadai kepada Pemerintah daerah setempat dengan mengirimkan proposal permohonan bantuan. 2. Mengadakan tanya jawab seputar penjagaan kebersihan lingkungan antara warga, anggota KKN dan pihak Puskesmas.
STRATEGI (WT) 1. Menghimbau masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah ke kali Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang. 2. Memberikan motivasi atau pengarahan kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga kesehatan.
Dari Matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program sebagai berikut: 1. Penyuluhan Kesehatan 2. Bagoang Sehat 4. Matrik SWOT 04 Bidang Ekonomi Tabel 4.4: Matrik SWOT 04 Bidang Ekonomi MATRIK SWOT 04 BIDANG EKONOMI Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) 1. Banyak warga 1. Kurangnya dusun yang pengetahuan berdagang di yang dimiliki pasar, baik oleh warga desa berdagang ikan mengenai asin, maupun kewirausahaan. berdagang 2. Warga sembako. cenderung 2. Beberapa ibu-ibu kurang kreatif membantu dalam kondisi ekonomi memanfaatkan keluarga dengan peluang ekonomi bekerja di sawah dan usaha yang atau kebun. ada di Kp. 3. Beberapa ibu-ibu Parung Kembang membuka Desa Bagoang. warung untuk 3. Kurangnya minat meningkatkan warga untuk perekonomian memanfaatkan keluarga. peluang bisnis kreatif di bidang pariwisata, baik untuk membuat kerajinan tangan yang kemudian 61
dapat dipasarkan, maupun membuat aneka macam makanan khas desa yang dapat diperjual belikan 4. Mayoritas ibuibu memilih menjadi ibu rumah tangga sehingga tidak bisa membantu kondisi ekonomi keluarga. Eksternal OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
1. Tersedianya dana 1. Memberikan 1. Memberikan dari pihak Kampus pelatihan Workshop Daur UIN Jakarta dan membuat Ulang yang iuran anggota KKN barang ramah bernilai jual untuk pelaksanaan lingkungan yang kepada anakkegiatan bidang bernilai jual anak SDN Parung ekonomi. kepada anakKembang sebagai 2. Salah satu anggota anak Sekolah penunjang KKN merupakan Dasar. kreatifitasnya di mahasiswa usia muda yang 2. Mengadakan program studi dialog dengan dapat bermanfaat ekonomi sehingga ibu-ibu tentang di usia kerja, dapat peluang bisnis serta dapat berkontribusi yang ada di meningkatkan untuk kegiatan Dusun Parung kemakmuran KKN bidang Kembang. ekonomi
62
ekonomi.
keluarga.
STRATEGI (ST) THREATHS (T) 1. Semakin 1.Mengadakan berkembangnya workshop daur zaman, kompetisi ulang untuk usaha semakin melatih kreatif ketat di ekonomi anakmasyarakat. anak sejak dini. 2. Harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari setiap tahunnya selalu naik. 3. Kurangnya peran Pemerintah dalam meningkatkan kualitas perekonomian warga desa.
STRATEGI (WT) 1. Mengadakan evaluasi kepada siswa/i yang telah mengikuti pelatihan, agar ilmu yang didapat bisa dipraktekkan kembali di rumah mereka pada kemudian hari. 2. Memberikan motivasi kepada peserta bahwa workshop ini akan memberikan manfaat saat mereka berada di usia kerja.
Dari Matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program sebagai berikut: Workshop Daur Ulang
63
5. Matrik SWOT 05 Bidang Sosial dan Pemuda Tabel 4.5: Matrik SWOT 05 Bidang Sosial dan Pemuda MATRIK SWOT 05 BIDANG SOSIAL Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) 1. Hubungan 1. Kegiatan sosial yang kepemudaan di terjalin antara desa cenderung warga desa tidak banyak yang satu berjalan dengan dengan yang rutin. lain berjalan 2. Mayoritas harmonis, saling pemuda warga akur dan peduli dusun bekerja satu sama lain. sebagai buruh 2. Adanya dengan merantau perhimpunan ke luar daerah atau organisasi sehingga kepemudaan di intensitas waktu Dusun Parung di desanya Kembang. cenderung singkat. 3. Pemuda yang pulang ke dusun saat libur bekerja lebih memilih beristirahat dibandingkan mengadakan kegiatan kepemudaan di dusun. 4. Kurangnya kepedulian pemuda dusun
64
terhadap pentingnya peran dan kontribusi mereka untuk kemajuan dusun. Eksternal OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
1. Adanya dana iuran 1. Membuat 1. Berkoordinasi anggota KKN untuk dengan staf desa Talkshow membantu untuk kepemudaan pelaksanaan pelaksanaan untuk kegiatan-kegiatan Perayaan mengaktifkan kepemudaan. Kemerdekaan peran pemuda. 2. Seluruh anggota 2. Mengadakan Indonesia. KKN menjadi perlombaan bagi 2. Memotivasi pelaksana kegiatan anak-anak dan masyarakat desa kepemudaan. memberikan sebagai perayaan 3. Beberapa anggota pelatihan secara kemerdekaa KKN dan mandiri sebelum Indonesia. pembimbing KKN mengikuti 050 agenda menyumbangkan perlombaan beberapa peralatan kepemudaan. untuk melaksanakan kegiatan kepemudaan. STRATEGI (ST) STRATEGI (WT) THREATHS (T) 1. Pengaruh televisi 1. Mengadakan 1. Berusaha yang membentuk perlombaan 17 memberikan jiwa pemudi Agustus dalam bantuan menjadi rangka Perayaan kepedulian untuk individualistik. Kemerdekaan warga dusun 2. Pengaruh yang Indonesia. yang kurang buruk dari mampu melalui pemuda/i dusun event sosial yang 65
tetangga yang menimpa pemuda Dusun Parung Kembang
diadakan KKN Bima Sakti di sesi penutupan kegiatan bidang kepemudaan.
Dari Matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program sebagai berikut: 1. Bagoang Peduli 2. Merdeka
6. Matrik SWOT 06 Bidang Sarana dan Prasarana Tabel 4.6: Matrik SWOT 06 Bidang Sarana dan Prasarana MATRIK SWOT 06 BIDANG SARANA DAN PRASARANA Internal STRENGTHS (S) WEAKNESS (W) 1. Dusun Parung 1. Sarana dan Kembang prasarana yang memiliki ada di desa sarana dan belum memenuhi prasarana kebutuhan untuk bidang utama Kp. pendidikan Parung Kembang ekonomi dan dalam bidang kesehatan. pendidikan, 2. Kepala Dusun sosial maupun dan kesehatan. perangkatnya 2. Kurang menyambut pedulinya warga baik rencana desa dalam penyediaan menjaga sarana bantuan dan dan prasarana membantu yang sudah ada. pelaksanaan 3. Warga tidak kegiatan di punya 66
bidang sarana dan prasarana.
Eksternal OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI (SO)
1. Adanya dana bantuan 1. Mengadakan yang diterima dari PPM peremajaan untuk melakukan sarana dan peremajaan terhadap prasarana di beberapa sarana dan bidang prasarana di Kp. kesehatan, Parung Kembang, Desa yaitu Bagoang. Posyandu. 2. Seluruh anggota KKN 2. Memberikan laki-laki membantu bantuan peremajaan sarana dan pengadaan prasarana di dusun. sarana dan 3. Seluruh anggota KKN prasarana ikut memberikan untuk 3 bantuan dana untuk Majelis Ta’lim. penambahan sarana
kepedulian dan inisiatif untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang sudah ada. 4. Tidak adanya alokasi dana dari dusun untuk peremajaan beberapa sarana dan prasarana yang ada di Kp. Parung Kembang Desa Bagoang.
STRATEGI (WO) 1.Bekerjasama dengan perangkat desa mengenai pengadaan, peremajaan dan pengembangan sarana dan prasarana desa.
67
dan prasarana Majelis Ta’lim anak. THREATHS (T) 1. Pengaruh kemajuan teknologi yang menimbulkan lahirnya karakter Individualistik di Dusun Parung Kembang.
STRATEGI (ST) STRATEGI (WT) 1.Meminta 1.Memberikan bantuan pemahaman perangkat kepada dusun untuk masyarakat akan melakukan pentingnya pemantauan menjaga sarana sarana dan dan prasaranan prasarana umum di yang sudah Kampung Parung diremajakan. Kembang.
Dari Matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program sebagai berikut: 1. Renovasi Parung Kembang 2. Pengadaan Sarana dan Prasarana B. Bentuk dan Hasil Kegiatan Pelayanan pada Masyarakat Tabel 4.7: Kegiatan Pelayanan Pendidikan Majelis Ta’lim Bidang Keagamaan Program Bagoang Mengaji Nomor Kegiatan 1 Nama Kegiatan Mengaji Tempat, Tgl Pengajian Al-Banats, Roudhotul Athfal, dan PAUD Parung Kembang, Selama 3 minggu setiap hari Senin-Minggu, 1-19 Agustus 2016. Lama Pelaksanaan 19 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Nurul Adhha Tim Pembantu: Sahri Rahma Fitri, Rona Raudhatul Jannah, Mita Sukmi Apriyani, Ika Tri Mustika, Muhammad Syarif
68
Tujuan Sasaran Target
Deskripsi Kegiatan
Hidayatullah, Ahmad Syarif Hidayatullah, Muhamad Ilham Aldair, Alif Septritama Zhikhri, Latifa Zahra, M. Fatih Akmal. Memberikan pengajaran keagamaan dan motivasi mengaji. Anak-anak dan remaja Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang. 50 orang anak dan remaja Dusun Parung Kembang mendapatkan pengajaran tata cara thaharah dan shalat yang baik dan benar. Salah satu kegiatan rutinitas yang kami lakukan ialah mengajar mengaji anak-anak di desa setempat. Adapun kami mengajar di 3 titik tempat berbeda, yang mana masingmasing tempat muridnya berjumlah 40 anak di 2 tempat sedangkan 1 tempat lainnya berjumlah 25 anak. Dalam proses belajar mengajar kami membuat jadwal dengan tujuan rolling sehingga setiap anggota dari kami mendapat bagian mengajar di semua lokasi mengaji. Adapun materi mengaji di antaranya seputar al-Qur'an, Hadits, Fiqih dan Bahasa Arab. Khusus di lokasi ke tiga yaitu pengajian PAUD setiap materi yang kami sampaikan ke anak- anak di sana harus dibuatkan menjadi nyanyian dengan harapan membuat nyaman si anak dalam belajar dan akan mempermudah dalam menghafal materi. Anak-anak di setiap tempat pengajian merupakan anak yang aktif dan giat belajar hanya saja ada kekurangan, di lokasi mengaji tidak terdapat meja mengaji, sehingga setiap anak saat mengaji meletakkan al-Qur'an di lantai, melihat hal
69
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
70
tersebut kami merasa tergugah untuk melakukan pengadaan papan tulis dan meja mengaji. Namun meja mengaji yang kami berikan tidak terlalu banya banyak hanya 4 buah meja di masing-masing lokasi mengaji. Kegiatan mengaji dilakukan setiap hari mulai dari hari Senin hingga Minggu, dikarenakan tidak ada hari libur. Walau begitu, anak-anak sangat antusias dan semangat belajar mengaji dengan seluruh anggota KKN Bima Sakti. Di saat mendekati atau menjelang berakhirnya masa bakti kami dalam mengabdi di masyarakat Jasinga, kami pun mengadakan penutupan kecil-kecilan dengan tujuan perpisahan dengan semua pihak, baik para murid maupun guru mengaji di pengajian tersebut. Saat Perpisahan kami merasa sangat haru, walau demikian kami optipis dan yakin bahwa anak-anak di pengajian akan menjadi anak yang sholeh, cerdas dan akan menjadi pemimpin bangsa, agama di kemudian hari. 92 orang anak dan remaja Dusun Parung Kembang mendapatkan pengajaran tata cara thaharah dan shalat yang baik dan benar, serta dapat mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari. Kegiatan Tidak Berlanjut
Gambar 4.1: Pengajian Pak Ukik untuk Ibu
Gambar 4.2: Suasana Pengajian PAUD
Gambar 4.3: Keseruan Pengajar dan Murid
Gambar 4.4: Suasana Pengajian Bapak-Bapak
Tabel 4.8: Kegiatan Pelayanan Pendidikan SD Bidang Pendidikan Program Guru Siaga Nomor Kegiatan 3 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Pendidikan SD Tempat, Tgl SDN Parung Kembang, Selama 3 minggu setiap hari Senin-Kamis, 1-4, 8-11, 15-18, Agustus 2016. Lama Pelaksanaan 12 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Ika Tri Mustika Tim Pembantu: Sahri Rahma Fitri, Rona Raudhatul Jannah, Mita Sukmi Apriyani, Nurul Adhha, Muhammad Syarif Hidayatullah, Ahmad Syarif Hidayatullah,
71
Tujuan
Sasaran Target
Deskripsi Kegiatan
72
Muhamad Ilham Aldair, Alif Septritama Zhikhri, Latifa Zahra, M. Fatih Akmal. Memberikan pengajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, dan IPS. Siswa/i SDN Parung Kembang, Desa Bagoang kelas 3-6. 100 orang siswa/i SDN Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan pengajaran materi Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, dan IPS. Dalam pelaksanaan KKN kali ini, terdapat beberapa kegiatan yang kami laksanakan di bidang pendidikan baik kegiatan proker rutin maupun kegiatan yang bersifat non proker. Salah satu kegiatan rutin yg kami laksanakan ialah mengajar di SDN Parung Kembang Desa Bagoang. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, kami diberi kesempatan untuk mengajar siswa kelas 3, 4, 5, dan 6 mulai dari jam 07.30 sampai jam 10.00. Setelah itu pengajaran diambil alih oleh guru asal SDN Parung Kembang yang mengajar di kelas tersebut. Kami mengajar di sekolah tersebut mulai dari hari Senin sampai dengan Kamis, dan untuk proses mengajar dilakukan secara bergantian sesuai jadwal yang sudah disusun oleh penanggung jawab kegiatan mengajar, sehingga seluruh anggota kelompok mendapat bagian mengajar setiap pekannya, sehingga berpengalaman mengajar di kelas yang berbeda dengan mata
pelajaran yang berbeda serta murid yang berbeda pula setiap pekannya. Sebelum proses belajar mengajar dimulai, tak lupa kami pun melakukan games terlebih dahulu dengan mengeluarkan jargon atau yel-yel, hal ini bertujuan untuk membangkitkan semangat anak didik sebelum belajar, sehingga nantinya tetap merasa semangat dalam belajar. Di samping yel-yel yang selalu kami suarakan sebelum belajar di mulai, Kami pun selalu membiasakan presensi kepada siswa kelas tersebut dibarengi dengan mengetes satu persatu anak mengenai perkalian dengan tujuan mengingatkan kembali siswa terhadap perkalian matematika sederhana dengan tujuan meningkatkan fokus belajar mereka. Setelah yel-yel dan perkalian maka proses belajar mengajar pun dimulai. Selain mengajar di bidang akademik, kami juga mengajarkan siswa di bidang non akademik, di antaranya mengajar Pramuka, Paskibra, Gerak Jalan serta Olahraga. Di akhir pertemuan, kami dengan keluarga besar sekolah baik pihak guru maupun siswanya, mengadakan perkumpulan sederhana ke masing-masing kelas untuk berpamitan dan memohon maaf jika ada kesalahan selama mengajar di sekolah itu. Kemudian kami pun memberikan cendera mata berupa bantuan sarana dan prasarana untuk sekolah kepada pihak sekolah berupa tong sampah dan foto presiden beserta wakil. Walau sederhana namun diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah dan siswa di SDN
73
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
Parung Kembang. 147 Siswa/i SDN Parung Kembang Desa Bagoang mendapatkan pengajaran materi Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, dan IPS. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.5: Pembelajaran Kelas 3
Gambar 4.6: Suasana Jam Istirahat
Gambar 4.7: Pembelajaran Pendidikan Agama
Gambar 4.8: Keaktifan Siswa Kelas 3
Tabel 4.9: Kegiatan Pelayanan Penyuluhan Kesehatan DBD, Vaksin Palsu, dan Penyakit Kulit Bidang Kesehatan Program Penyuluhan Kesehatan Nomor Kegiatan 9 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyuluhan Kesehatan
74
Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana
Tujuan
Sasaran Target
Deskripsi Kegiatan
DBD, Vaksin Palsu, dan Penyakit Kulit Madrasah Diniyah Parung Kembang, Selasa, 9 Agustus 2016 2 Jam Penanggung Jawab: Nurul Adhha Tim Pembantu: Ika Tri Mustika, Muhamad Ilham Aldair, Sahri Rahma Fitri, Ahmad Syarif Hidayatullah, Latifa Zahra, M. Fatih Akmal, Rona Roudhotul Jannah, Mita Sukma Apriyani. Memberikan informasi mengenai beberapa penyakit yang sering mengganggu kesehatan masyarakat dan penanganan dini yang tepat untuk penyakit-penyakit tersebut. Warga Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang 100 orang warga Kampung Parung Kembang mendapatkan informasi mengenai beberapa penyakit yang sering mengganggu kesehatan masyarakat dan cara penanganan dini yang tepat untuk penyakit-penyakit tersebut. Agenda penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Selasa. Seminggu sebelumnya saya beserta beberapa rekan sudah membagikan undangan terkait agenda ini kepada warga Kp. Parung Kembang dan beberapa warga di luar kampung lainnya. Kemudian persiapan kami untuk agenda ini juga sudah dipersiapkan seperti konsumsi, peralatan pendukung dan lainlain. Yang menjadi Narasumber dalam kegiatan ini adalah pihak PROMKES dari Puskesmas Desa Bagoang yaitu Bapak
75
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
Lomri Darmawan. Beliau juga menjadi pihak yang mengusulkan agar pembahasan pada penyuluhan ini ditambah dengan vaksin palsu dan penyakit kulit mengingat banyaknya kasus yang terjadi seputar penyakit kulit di Kp. Parung Kembang. Penyuluhan ini dihadiri oleh kurang lebih 130 orang warga Dusun Parung Kembang dan sebagian kecil dari Dusun Jolpot dan Pasir Nangka yang merupakan dusun tetangga terdekat. Agenda ini mendapat respon positif dari perangkat Puskesmas Desa Bagoang, warga dusun, dan tokoh masyarakat di sana. 130 orang warga Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan informasi mengenai beberapa penyakit yang sering mengganggu kesehatan masyarakat dan mengetahui cara penanganan dini yang tepat untuk penyakit-penyakit tersebut. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.9:Suasana Penyuluhan DBD
76
Gambar 4.10: Lomri Darmawan
Gambar 4.11: Penyerahan Cindera Mata
Gambar 4.12: Penyuluhan Kesehatan
Tabel 4.10: Kegiatan Pelayanan Penyuluhan ASI dan Balita Bidang Kesehatan Program Penyuluhan Kesehatan Nomor Kegiatan 10 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyuluhan ASI dan Balita Tempat, Tgl Madrasah Diniyah Parung Kembang, Kamis, 11 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 2 Jam Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Nurul Adhha Tim Pembantu: Ika Tri Mustika, Muhamad Ilham Aldair, Sahri Rahma Fitri, Ahmad Syarif Hidayatullah, Latifa Zahra, M. Fatih Akmal, Rona Roudhotul Jannah, Mita Sukma Apriyani. Tujuan Memberikan informasi seputar ASI dan pertumbuhan Balita. Sasaran Ibu-ibu Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang. Target 100 orang ibu-ibu Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan informasi seputar ASI dan kaitannya dengan pertumbuhan Balita. Deskripsi Kegiatan Mayoritas perempuan di Dusun Parung
77
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
78
Kembang menikah pada usia yang masih sangat muda. Pengetahuan tentang ASI juga sangat mini, bahkan pihak Puskesmas Desa Bagoang belum pernah mengadakan penyulusan mengenai Ibu dan Anak sebelumnya. Untuk menambah wawasan mereka terhadap ASI, ibu dan Balita, maka agenda penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Agustus 2016. Seminggu sebelumnya saya beserta beberapa rekan sudah membagikan undangan terkait agenda ini kepada warga dusun. Kemudian persiapan kami untuk agenda ini juga sudah dipersiapkan seperti konsumsi, peralatan pendukung dan lain-lain. Yang menjadi Narasumber dalam kegiatan ini adalah Pembimbing Kelompok Kuliah Kerja Nyata Bima Sakti, yaitu Ibu Ay Maryani. Penyuluhan ini dihadiri oleh kurang lebih 130 orang ibu-ibu Dusun Parung Kembang dan sebagian kecil dari Dusun Jolpot dan Pasir Nangka. Agenda ini mendapat respon positif dari Puskesmas Desa Bagoang, warga dusun dan tokoh masyarakat setempat. 138 orang ibu-ibu Kp. Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan informasi seputar ASI dan pertumbuhan Balita. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.13: Penyuluhan ASI
Gambar 4.14: Peserta Penyuluhan
Gambar 4.15: Doorprise Penyuluhan
Gambar 4.16: Penutupan Penyuluhan ASI
Tabel 4.11: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Makanan Sehat Bidang Kesehatan Program Bagoang Sehat Nomor Kegiatan 12 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyediaan Makanan Sehat Tempat, Tgl Parung Kembang, Kamis, 11 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 2 Jam Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Mita Sukma Apriyani Tim Pembantu: Nurul Adhha, Ika Tri Mustika, Alif Septritama Zhikhri, Muhammad Syarif Hidayatullah, M. Fatih Akmal. Tujuan Memberikan makanan sehat berupa bubur kacang hijau dan biskuit Balita. Sasaran Balita Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang.
79
Target
Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
80
100 orang Balita Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan makanan sehat yaitu bubur kacang hijau dan biskuit Balita. Gizi yang baik dan cukup sangat dibutuhkan oleh anak. Sebagian orang tua mungkin tidak tahu makanan bergizi seperti apa yang harus diberikan kepada anak-anaknya. Lewat kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran contoh makanan bergizi yang baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak mereka. Sehingga para ibu dapat membuatkan anak-anaknya makanan yang bergizi baik di kemudian hari. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan oleh Posyandu Dusun Parung Kembang Desa Bagoang. Pemberian makanan sehat dan bergizi tersebut dilakukan setelah Balita selesai melakukan imunisasi langsung oleh pihak Posyandu. Makanan sehat dan bergizi yang kami berikan kepada para Balita yaitu berupa bubur kacang hijau dan biskuit Balita. 98 orang Balita Warga Kp. Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan makanan sehat yaitu bubur kacang hijau dan biskuit Balita. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.17: Biskuit Makanan Bergizi
Gambar 4.18: Anak-anak Mengantri
Tabel 4.12: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Bantuan Warga Kurang Mampu Bidang Sosial dan Pemuda Program Bagoang Peduli Nomor Kegiatan 14 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyediaan Bantuan Warga Kurang Mampu Tempat, Tgl Parung Kembang, Selasa/23 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 3 Jam Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Sahri Rahma Fitri Tim Pembantu: Nurul Adhha, Ika Tri Mustika, Rona Roudhotul Jannah, Mita Sukma Apriyani, Latifa Zahra, Ahmad Syarif Hidayatullah, Muhammad Syarif Hidayatullah, M. Fatih Akmal, Alif Septritama Zhikhri, Muhamad Ilham Aldair. Tujuan Memberikan bantuan baju layak pakai dan perabotan rumah tangga. Sasaran Warga Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang Target 50 orang warga Kampung Parung Kembang mendapatkan bantuan baju
81
Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
82
layak pakai dan perabotan rumah tangga. Program Bagoang Peduli ini merupakan salah satu program bantuan untuk masyarakat Dusun Parung Kembang yang tidak mampu atau miskin. Untuk itu seluruh anggota Kuliah Kerja Nyata Bima Sakti beserta Dosen Pembimbing mengumpulkan pakaian layak pakai untuk kemudian diberikan kepada masyrakat yang sangat membutuhkan. Selain itu kami juga memberikan bantuan berupa perabotan rumah tangga dan alat tulis serta buku belajar bagi anak anak yang berasal dari keluarga tidak mampu melalui pemberian doorprise setelah diadakannya Kegiatan Gerak Jalan Sehat, tepatnya saat setelah penutupan kegiatan pengabdian Kuliah Kerja Nyata Bima Sakti di Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang. Selain itu pemberian bantuan baju bekas dimulai dengan pengumpulan pakaian selama seminggu kemudian penyerahannya di berikan kepada Ketua RW untuk kemudian beliau dan perangkat dusun lainnya yang akan membagikan kepada warga. 50 orang warga mendapatkan bantuan baju layak pakai dari seluruh anggota KKN sebanyak 20 kg dan perabotan rumah tangga berupa 2 kipas angin, 1 kompor gas, 1 setrikaan, 3 set gayung, 2 set kuali, 2 set panci, 2 lusin piting, 1 lusin gelas, 3 spatula, 2 ulekan, 3 ember. Anak-anak yang bersekolah juga mendapatkan bantuan 6 tas sekolah, 2 kotak alat tulis
Keberlanjutan Kegiatan
dan 6 kodi buku tulis. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.19: Pemberian Bantuan Peralatan Rumah Tangga
Gambar 4.20: Bantuan kepada Masyarakat
Tabel 4.13: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Alat Shalat Bidang Sosial dan Pemuda Program Bagoang Peduli Nomor Kegiatan 15 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyediaan Alat Shalat Tempat, Tgl Parung Kembang, Selasa, 21 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 1 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Latifa Zahra Tim Pembantu: Sahri Rahma Fitri, Rona Raudhatul Jannah, Mita Sukmi Apriyani, Nurul Adhha, Ika Tri Mustika, Ahmad Syarif Hidayatullah, Muhammad Syarif Hidayatullah, Muhamad Ilham Aldair, M.Fatih Akmal, Alif Septritama Zhikhri. Tujuan Meyediakan alat shalat Sasaran Masjid Zami Mat’laul Anwar, Kampung Parung Kembang RW. 005, Desa Bagoang
83
Target Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan Keberlanjutan Kegiatan
84
Masjid Zami Mat’laul Anwar tersedia 5 buah alat shalat Shalat 5 waktu merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Alat-alat penunjang untuk melaksanakan shalat seperti, sajadah, mukena, dan sebagainya adalah alat shalat yang setidaknya harus dimiliki oleh kita. Namun di Masjid Zami Mat’aul Anwar, yaitu masjid yang berada di Dusun Parung Kembang, belum memiliki alat shalat yang dapat digunakan oleh pengunjung masjid tersebut. Sehingga warga yang ingin menjalankan shalat di masjid tersebut kurang mendapatkan fasilitas penunjang berupa alat shalat yang cukup untuk melaksanakan ibadah shalat ataupun mengaji di sana. Atas dasar inilah kami memberikan bantuan alat shalat kepada Bapak Surya selaku Ketua RW di Dusun Parung kembang, untuk kemudian beliau dan perangkat dusun yang lainnya yang akan mendistribusikannya kepada yang membutuhkan. Akan tetapi lebih diutamakan untuk Masjid Zami Mat’laul Anwar. Masjid Zami Mat’laul Anwar tersedia 7 buah alat shalat. Kegiatan Tidak berlanjut
Tabel 4.14: Kegiatan Pelayanan Talkshow Kepemudaan Bidang Sosial dan Pemuda Program Merdeka Nomor Kegiatan 16 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Talkshow Kepemudaan Tempat, Tanggal Madrasah Diniyah Parung Kembang, Minggu, 14 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 2 Jam Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Alif Septritama Zhikhri Tim Pembantu: Sahri Rahma Fitri, Rona Raudhatul Jannah, Mita Sukmi Apriyani, Nurul Adhha, Muhammad Syarif Hidayatullah. Tujuan Memberikan informasi tentang pentingnya peran pemuda di masyarakat. Sasaran Pemuda/i Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang Target 50 orang pemuda/i Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan informasi tentang pentingnya peran pemuda di lingkungan masyarakat. Deskripsi Kegiatan Pemuda adalah generasi penerus bangsa. Peran pemuda dalam membangun bangsa dan daerah lingkungannya memiliki arti penting. Pemuda yang berkualitas akan menentukan masa depan bangsa yang baik. Di Dusun Parung Kembang, aktivitas pemuda masih terbilang pasif, sehingga butuh suatu perkumpulan untuk berbagi pengetahuan dan semangat motivasi kepemudaan. Acara
85
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
talkshow kepemudaan ini menjadi salah satu langkah awal untuk meningkatkan semangat pemuda dalam keaktifannya di Kp. Parung Kembang, serta saling berbagi wawasan pengetahuan tentang kepemudaan. Agenda ini dilaksanakan pada hari Minggu. Seminggu sebelumnya saya beserta beberapa rekan sudah membagikan undangan terkait agenda ini kepada warga dusun. Kemudian persiapan kami untuk agenda ini juga sudah dipersiapkan seperti konsumsi, peralatan pendukung, dan lain-lain. Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 60 orang pemuda warga Dusun Parung Kembang dan sebagian kecil dari Dusun Jolpot dan Pasir Nangka. Agenda ini mendapat respon positif dari masyarakat terutama tokoh di sana. 60 orang pemuda Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan informasi tentang pentingnya peran pemuda di masyarakat. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.21:Motivator Desa
86
Gambar 4.22:Antusias Audiens Talkshow
Tabel 4.15: Kegiatan Pelayanan Konsultasi Hukum Bidang Sosial dan Pemuda Program Merdeka Nomor Kegiatan 18 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Konsultasi Hukum Tempat, Tgl Parung Kembang, Selasa, 2 Agustus 2016 dan Jum’at, 19 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 2 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Ahmad Syarif Hidayatullah Tim Pembantu: Nurul Adhha, Ika Tri Mustika. Tujuan Memberikan informasi dan bimbingan seputar Hukum Islam maupun Konvensional. Sasaran Warga Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang. Target 10 orang warga Kampung Parung Kembang mendapatkan informasi dan bimbingan seputar Hukum Islam maupun Konvensional. Deskripsi Kegiatan Kegiatan ini berupa konsultasi hukum terkait permasalahan yang sering terjadi di tengah masyarakat. Untuk mengetahui berbagai permasalahan di desa, maka langkah awal yang kami lakukan ialah melakukan wawancara terlebih dahulu kepada Tokoh Masyarakat, yang mana dari wawancara tersebut diketahui permasalahan yang sering terjadi ialah menikah di bawah umur. Mengetahui informasi tersebut kami bermaksud memberikan informasi kepada masyarakat khususnya permasalahan pernikahan dini. Oleh karena itu, kami melakukan survei
87
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
resmi yaitu pada Selasa, 2 Agustus 2016 dengan cara mendatangi masyarakat yang melakukan pernikahan dini atau yang akan melangsungkan pernikahan. Kami menjelaskan aturan-aturan hukum baik tentang Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maupun UndangUndang tentang Perlindungan Anak. Sehingga mereka paham isi dan maksud dari aturan-aturan tersebut serta mengetahui lembaga yang menaungi aduan jika terjadi suatu permasalahan yang menimpa rumah tangganya untuk mengarahkan solusi yang tepat sesuai aturan negara. Tak sedikit warga datang ke kediaman kami hanya sekedar menanyakan solusi dari permasalahan mereka, baik terkait perkara perdata maupun pidana menurut Hukum Islam dan Konvensional. 10 warga Kp. Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan informasi dan bimbingan seputar Hukum Islam maupun Konvensional. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.23: Wawancara Tokoh Masyarakat
88
Gambar 4.24: Konsultasi Hukum dengan Kepala Desa
Tabel 4.16: Kegiatan Pelayanan Renovasi Posyandu Bidang Sarana dan Prasarana Program Renovasi Parung Kembang Nomor Kegiatan 19 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Renovasi Posyandu Tempat, Tgl Posyandu Dusun Parung Kembang, Jum’at-Senin, 12-16 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 5 Hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Ahmad Syarif Hidayatullah Tim Pembantu: Alif Septritama Zhikhri, Muhamad Ilham Aldair, Muhammad Syarif Hidayatullah, M. Fatih Akmal. Tujuan Merenovasi Bangunan Posyandu Kampung Parung Kembang. Sasaran Posyandu Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang. Target 1 Posyandu Kasih Ibu di Kampung Parung Kembang direnovasi. Deskripsi Kegiatan Salah satu fasilitas kesehatan di Dusun Parung Kembang adalah Posyandu Dusun. Akan tetapi bangunan Posyandu yang terdapat di Dusun Parung Kembang terlihat kurang layak dan butuh adanya peremajaan terhadap bangunan tersebut. Papan nama Posyandu yang masih terpampang di depan bangunan Posyandu tersebut pun juga sudah usang dan sudah tidak terbaca lagi tulisannya. Renovasi yang dilakukan yaitu berupa pengecetan dinding , kusen pintu dan jendela. Serta pembuatan papan nama Posyandu yang baru. Pada Jum’at, 12 Agustus 2016. Seluruh Anggota KKN laki-laki bersama sama melakukan renovasi Posyandu,
89
Hasil pelayanan Keberlanjutan Kegiatan
pembuatan dan pengecatan papan nama Posyandu. Pembelian bahan-bahan pembuatan papan nama Posyandu adalah pada Kamis, 11 Agustus 2016 oleh 2 orang anggota KKN Bima Sakti di Pasar Jasinga. 1 Posyandu Kasih Ibu di Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang direnovasi. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.25: Semangat Renovasi
Gambar 4.27: Sablon Manual Papan Nama
Gambar 4.26: Pengecatan Posyandu
Gambar 4.28: Posyandu Paska Renovasi
Tabel 4.17: Kegiatan Pelayanan Pembangunan Gapura Bidang Sarana dan Prasarana Program Renovasi Parung Kembang Nomor Kegiatan 20 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Pembangunan Gapura Tempat, Tgl Dusun Parung Kembang, 7-16 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 10 Hari
90
Tim Pelaksana
Tujuan Sasaran Target Deskripsi Kegiatan
Penanggung Jawab: Muhammad Syarif Hidayatullah Tim Pembantu: Alif Septritama Zhikhri, Muhamad Ilham Aldair, Ahmad Syarif Hidayatullah, M. Fatih Akmal. Membangun Gapura Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang. Gapura 1 Gapura Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang dibangun Dalam menyambut perayaan Kemerdekaan RI, ada beberapa hal yang kami persiapkan. Salah satunya adalah pembuatan Gapura semi permanen di Kp. Parung Kembang atas permintaan perangkat dusun dan warga setempat. Hari Minggu, tanggal 7 Agustus 2016 Pembelian bahan-bahan pembuatan Gapura dilakukan. Kemudian Senin sampai dengan Selasa, yaitu pada tanggal 8-16 Agustus 2016, seluruh anggota KKN lakilaki lainnya melakukan pembuatan Gapura untuk perayaan Kemerdekaan RI dibantu oleh warga Dusun Parung Kembang. Pengerjaan Gapura dimulai pukul 20.30 WIB. hingga kurang lebih pukul 23.30 WIB., bahkan biasanya bisa hingga pukul 01.00 WIB. dini hari. Rasa sosial warga dalam membantu pembuatan Gapura sangat tinggi. Warga begitu antusias dalam menyambut perayaan Kemerdekaan RI. Selain sebagai bentuk persiapan dalam rangka menyambut perayaan Kemerdekaan RI, pembuatan Gapura tersebut juga sebagai pembatas daerah antara Dusun Parung Kembang dengan Desa Neglasari.
91
Hasil pelayanan Keberlanjutan Kegiatan
1 Gapura Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang dibangun. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.29: Gapura Merdeka is Ready
Gambar 4.31: Proses Pengecatan
Gambar 4.30: Semangat Membangun Gapura
Gambar 4.32: Pembuatan Gapura Semi Permanen
Tabel 4.18: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim Bidang Sarana dan Prasarana Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Nomor Kegiatan 22 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana Majelis Ta’lim Tempat, Tgl Parung Kembang, Rabu, Kamis & Jum’at, 17,18 & 19 Agustus 2016
92
Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana
Tujuan
Sasaran
Target
Deskripsi Kegiatan
3 hari Penanggung Jawab: Muhamad Ilham Aldair dan M. Fatih Akmal Tim Pembantu: Ika Tri Mustika, Muhammad Syarif Hidayatullah. Memberikan sarana dan prasarana pengajian kepada Majelis Ta’lim di Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang. Majelis Ta’lim Al-Banat, Roudhotul Athfal, PAUD Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang Majelis Ta’lim Al-Banat, Roudhotul Athfal, PAUD Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan sarana dan prasarana pengajian. Warga Dusun Parung Kembang memiliki nilai keagamaan yang tinggi. Terlihat pada pengajian rutin yang dilakukan oleh warga setempat. Di Dusun Parung Kembang terdapat tiga tempat pengajian anak-anak. Yang pertama adalah tempat pengajian Bu Mimin, lalu yang kedua adalah tempat pengajian Pak Ukik, dan yang terakhir adalah pengajian Pak Eman. Prasarana dari ketiga tempat pengajian tersebut masih sangat minim dan tidak menunjang proses belajar anak-anak. Kami memberikan bantuan fisik kepada ketiga tempat pengajian tersebut berupa 3 lampu, 2 kipas angin. 2 microphone, 12 meja mengaji, 1 tong sampah, 50 Tas mengaji untuk masingmasing siswa/i di Majelis Ta’lim. Untuk meja mengaji pengerjaannya adalah selama 1 minggu lebih. Bantuan fisik yang kami berikan diharapkan mampu menambah
93
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
semangat anak-anak dan menunjang proses belajar mengaji mereka. Majelis Ta’lim Al-Banat, Roudhotul Athfal, PAUD Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang mendapatkan sarana dan prasarana pengajian Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.33: Pembuatan Meja Mengaji untuk 3 Majelis Ta’lim
Gambar 4.34: Pemberian Bantuan Tas Mengaji
Gambar 4.35: Bantuan Meja Mengaji
Gambar 4.36: Bantuan Prasarana Mengaji
94
Gambar 4.37: Penyerahan Bantuan Meja Mengaji
Gambar 4.39: Bantuan Tas Mengaji
Gambar 4.38: Bantuan Tong Sampah
Gambar 4.40: Bantuan Microphone
Tabel 4.19: Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana SD Bidang Sarana dan Prasarana Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana SD Tempat, Tgl Parung Kembang, Kamis, 18 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 1 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Muhammad Syarif Hidayatullah Tim Pembantu: Ika Tri Mustika, Ahmad Syarif Hidayatullah, Alif Septritama Zhikhri. Tujuan Menyediakan bantuan sarana dan prasarana SDN Parung Kembang. Sasaran SDN Parung Kembang Desa Bagoang
95
Target Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
SDN Parung Kembang tersedia bantuan sarana dan prasarana sekolah Satu-satunya Sekolah Dasar yang terdapat di Dusun 3 Desa Bagoang adalah SDN Parung Kembang. SDN Parung Kembang hanya menyediakan satu tempat sampah saja untuk 9 kelas yang ada. Hal tersebut dirasa kurang efektif dalam menjaga kebersihan sampah di sekolah. Begitu juga kondisi di dalam kelas yang terlihat kurang nyaman dengan tidak adanya foto Presiden dan Wakil Presiden. Kami memberikan bantuan fisik untuk SDN Parung Kembang berupa bak sampah serta bingkai dan foto Presiden dan Wakil Presiden. Selain itu kami juga memberikan bantuan tas sekolah untuk seluruh siswa SDN Parung Kembang. Pengecatan dan pemberian nama pada tong sampah, lama pengerjaannya berlangsung 2 hari sebelum pemberian bantuan. SDN Parung Kembang tersedia bantuan sarana dan prasarana sekolah berupa 6 bak sampah, 8 bingkai dan foto Presiden dan Wakil Presiden serta 300 tas sekolah. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.41: Bantuan Bingkai untuk Kelas
96
Gambar 4.42: Penyerahan Bantuan
Gambar 4.43: Bantuan Tong Sampah Sekolah
Gambar 4.44: Bantuan Prasarana
Gambar 4.45: Bantuan TAS Sekolah
Gambar 4.46: Serah Terima Bantuan
Tabel 4.20: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Komputer Bidang Pendidikan Program Guru Siaga Nomor Kegiatan 4 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Pelatihan Komputer Tempat, Tgl Parung Kembang, Rabu-Kamis, 10-11 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 2 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Muhamad Ilham Aldair Tim Pembantu: Latifa Zahra, Sahri Rahma Fitri, Nurul Adhha, Mita Sukmi Apriyani. Tujuan Memberikan informasi dasar perangkat komputer dan memberikan pelatihan Microsoft Word Sasaran Siswa/i kelas 6 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang Target 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang
97
Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
98
kelas 6 mendapatkan informasi dasar perangkat komputer dan mendapatkan pelatihan Microsoft Word SDN Parung Kembang tidak memiliki mata pelajaran tentang pengoperasian komputer. Sedangkan di zaman yang sudah mulai maju ini pendidikan tentang komputer sangat dibutuhkan, salah satunya adalah di dunia kerja. Pengetahuan tentang komputer perlu dikenalkan sejak dini. Hal inilah yang melatarbelakangi kegiatan pelatihan komputer di SDN Parung Kembang. Para siswa yang akan mengikuti pelatihan komputer ini akan diajarkan beberapa hal dasar mengenai perangkat komputer. Yang paling dasar yaitu penggunaan Microsoft Word. Kegiatan ini dilakukan pada satu hari dengan waktu pelaksanaan pada jam istirahat kelas dan dambil beberapa jam dari kegiatan belajar mengajar setelah istirahat selesai. Kegiatan ini dilakukan dengan cara berkelompok, masing-masing kelompok dipimpin oleh satu orang ketua kelompok yang sudah ditentukan oleh penanggung jawab kegiatan ini. Kegiatan ini menggunakan 5 laptop dari Anggota Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bima Sakti. 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 6 mendapatkan informasi dasar perangkat komputer dan mendapatkan pelatihan Microsoft Word Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.47: Kelompok Pelatihan Komputer
Gambar 4.48: Kerjasama dalam Pelatihan
Gambar 4.49: Media Pelatihan Komputer
Gambar 4.50: Pelatih M. Ilham Aldair
Tabel 4.21: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Internet Bidang Pendidikan Program Guru Siaga Nomor Program 5 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Pelatihan Internet Tempat, Tgl Parung Kembang, Rabu-Kamis, 10-11 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 2 hari Tim Pelaksana Penanggung jawab : Latifa Zahra Tim pembantu : Muhammad Ilham Aldair, Ika Tri Mustika, Nurul Adhha, Muhammad Syarif Hidayatullah, Mita Sukma Apriyani, Sahri Rahma Fitri. Tujuan Memberikan pelatihan dan informasi cara mengakses internet dan mengirim e-mail sederhana. Sasaran Siswa/i kelas 6 SDN Parung Kembang, Desa
99
Target
Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
100
Bagoang 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 6 mendapatkan pelatihan dan informasi cara mengakses internet, serta dapat mengirim e-mail sederhana. Era globalisasi seperti saat ini, penggunaan internet sangat diperlukan untuk menambah wawasan pengetahuan siswa. Tetapi, bebasnya akses internet membuat kita harus berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan internet. Agar para siswa SDN Parung Kembang dapat dengan bijak menggunakan internet, maka kami membuat suatu pelatihan internet untuk siswa kelas 6. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat waktu jam istirahat kelas 6 dan sejam setelah waktu istirahat selesai. Kegiatan ini hanya berlangsung satu hari saja. Kegiatan ini juga menggunakan 5 laptop dari anggota kelompok KKN Bima Sakti, dan dilakukan secara berkelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 8 siswa, karena jumlah siswa di kelas 6 berjumlah 40 siswa. 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 6 mendapatkan pelatihan dan informasi cara mengakses internet, serta dapat mengirim e-mail sederhana. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.51: Pelatih Latifah Zahra
Gambar 4.52: Antusias Peserta Pelatihan
Tabel 4.22: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Olahraga Bidang Pendidikan Program Guru Siaga Nomor Kegiatan 6 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Pelatihan Olahraga Tempat, Tgl Parung Kembang, Kamis, 4 dan 11 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana
Tujuan Sasaran Target
Deskripsi Kegiatan
2 hari Penanggung Jawab: Muhammad Syarif Hidayatullah Tim Pembantu: Muhamad Ilham Aldair Memberikan pelatihan olahraga dan kesehatan jasmani. Siswa/i kelas 4 & 5 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang 40 orang siswa/I SDN Parung Kembang kelas 4 dan 5 mendapatkan pelatihan olahraga dan kesehatan jasmani. Ketertarikan para siswa di SDN Parung Kembang terhadap pendidikan olahraga sangatlah tinggi. Mereka begitu antusias dalam berolahraga. Kegiatan ekstrakulikuler olahraga ini bertujuan untuk meningkatkan
101
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
minat para siswa dan kemampuan mereka pada olahraga. Selain itu juga untuk membiasakan mereka dengan praktik memulai hidup yang sehat dengan berolahraga. Salah satu olahraga yang diajarkan di kegiatan ekstrakulikuler olahraga ini adalah bermain sepak bola dan voli. Siswa/i kelas 4 SDN Parung Kembang mengikuti pelatihan sepak bola dengan tertib. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok untuk putra dan putri secara terpisah. Beberapa anak ada yang belum bisa menendang bola dengan tepat sasaran. Namun secara kesuluruhan anak laki-laki sudah mampu bermain dan mengendalikan bola. Hanya perlu sering berlatih saja untuk bisa bermain lebih bagus lagi. 65 orang siswa/i SDN Parung Kembang Kelas 4 dan 5 mendapatkan pelatihan olahraga dan kesehatan jasmani. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.53: Suasana Pemberian Materi Pendidikan Kesehatan Jasmani
102
Gambar 4.54: Peserta Lomba
Tabel 4.23: Kegiatan Pelayanan Pelatihan Pramuka Bidang Pendidikan Program Guru Siaga Nomor Kegitan 7 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Pelatihan Pramuka Tempat, Tgl Parung Kembang, Setiap Senin-Jum’at, 1-5 dan 8-14 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 12 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: M. Fatih Akmal Tim Pembantu: Ika Tri Mustika, Mita Sukma Apriyani Tujuan Memberikan pelatihan Pramuka Sasaran Siswa/i Kelas 1 – 6 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang Target 30 orang Siswa/i SDN Parung Kembang Kelas 1 – 6 mendapatkan pelatihan Pramuka dan mampu mengaplikasikannya pada saat lomba antar sekolah. Deskripsi Kegiatan Siswa/i kelas 6 SDN Parung Kembang mengikuti pelatihan Baris-berbaris untuk persiapan Upacara Bendera pada Senin, 1 Agustus 2016 dan persiapan lomba antar sekolah se-Kecamatan Jasinga pada Senin, 15 Agustus 2016. Kemudian pada Kamis 1-4 Agustus 2015 bersama anak kelas 4-6 SDN Parung Kembang dan saya dibantu oleh rekan saya Mita Sukma memberikan materi mengajarkan Pramuka dan Baris-berbaris kepada Kelas 5 di waktu istirahat sekolah. Pada tanggal 8-11 Agustus materi yang diberikan adalah pengetahuan Pramuka untuk balik kanan dan kiri, hadap kanan dan kiri. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan tata cara menggunakan tongkat saat siap, istirahat di tempat dan jalan di
103
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
tempat. Materi dan praktek diikuti oleh kurang lebih 20 siswa/i Jum’at-Minggu, 1214 Agustus 2016 saya dan rekan Mita membimbing anak-anak SDN Parung Kembang mengikuti Jambore dan membantu mendirikan tenda, yel-yel, dan menyiapkan perlengkapan perlombaan Pramuka. 75 orang siswa/i SDN Parung Kembang Kelas 1 – 6 mendapatkan pelatihan Pramuka dan 30 orang siswa mampu mengaplikasikan materi Pramuka saat lomba Jambore antar sekolah. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.55: Persiapan Latihan Barisberbaris
Gambar 4.56: Para Peserta Lomba Pramuka
Gambar 4.57: Barisan Hasil Pelatihan
Gambar 4.58: Suasana Pelatihan
104
Tabel 4.24: Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perlombaan Bidang Pendidikan Program Smart Bagoang Nomor Kegiatan 8 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perlombaan Tempat, Tgl Parung Kembang, Minggu, 31 Juli dan 7, 14 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 3 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Ika Tri Mustika Tim Pembantu: Sahri Rahma Fitri, Rona Raudhatul Jannah, Mita Sukmi Apriyani Tujuan Menyelenggarakan perlombaan mewarnai. Sasaran Perlombaan mewarnai Target Perlombaan mewarnai terselenggara Deskripsi Kegiatan Salah satu perlombaan yang dilakukan dalam rangka kegiatan Smart Bagoang ialah lomba mewarnai. Lomba tersebut dilakukan setiap hari Minggu malam di pengajian PAUD yang diikuti kurang lebih 25 peserta. Sebelum pelaksanaan lomba tersebut malam sebelumnya diberitahukan terlebih dahulu kepada anak didik bahwa besok malam akan diadakan lomba mewarnai, sehingga setiap dari mereka bersiap membawa perlengkapan mewarnai, seperti pensil warna, crayon, sepidol warna dan serutan pensil warna, yang mana nanti gambar yang akan diwarnai dibagikan oleh panitia dan kemudian diwarnai oleh anak didik. Setelah mewarnai selesai sesuai waktu yang ditentukan panitia, maka kerta gambar tersebut dikumpulkan yang nantinya akan dinilai oleh panitia sehingga diketahui siapa yang paling bagus dan mendapatkan nilai
105
Hasil pelayanan Keberlanjutan Kegiatan
tinggi, maka dialah yang akan menjadi pemenangnya. Setiap pelaksanaan lomba mewarnai tersebut selalu diambil 3 orang pemenang, yaitu juara 1, juara 2, juara 3. Urutan juara tersebut akan diumumkan di keesokan malamnya sekaligus pemberian hadiah langsung di malam itu juga. Perlombaan mewarnai terselenggara Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.59: Pemberian Hadiah
Gambar 4.60: Peserta Lomba Menggambar
Gambar 4.61: Para Jawara Smart Bagoang PAUD
Gambar 4.62: Penjurian Smart Bagoang
106
Tabel 4.25: Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Gerak Jalan Sehat Bidang Kesehatan Program Bagoang Sehat Nomor Kegiatan 11 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Gerak Jalan Sehat Tempat, Tgl Parung Kembang, Minggu, 21 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 1 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Sahri Rahma Fitri Tim Pembantu: Nurul Adhha, Alif Septritama Zhikhri, Muhamad Ilham Aldair, Ika Tri Mustika. Tujuan Mengajak warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gerak Jalan Sehat dan memulai hidup sehat Sasaran Gerak Jalan Sehat Target Gerak Jalan Sehat terselenggara dan 100 orang warga Kampung Parung Kembang ikut serta dalam kegiatan Gerak Jalan Sehat Deskripsi Kegiatan Gerak jalan sehat ini menjadi acara puncak sebelum penutupan program pembinaan Kelompok KKN Bima Sakti di Dusun Parung Kembang. Agenda ini diikuti oleh kurang lebih 200 orang warga dusun, baik dari kalangan anak-anak, remaja, pemuda dan terutama ibu-ibu. Kami selaku panitia menyediakan doorprise untuk warga sebagai bentuk bantuan bagi warga dalam rangka merayakan Kemerdekaan Indonesia. Acara dimulai pada pukul 16.00 WIB setelah Shalat Ashar hingga pukul 17.20 WIB. Gerak jalan sehat ini juga sebagai bentuk contoh mengajak para warga sekitar untuk memulai hidup sehat dengan berolahraga. Adanya gerak jalan sehat ini juga menambah
107
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
kedekatan para anggota KKN Bima Sakti dengan warga sekitar Dusun Parung Kembang. Gerak Jalan Sehat terselenggara dan 196 orang warga Kampung Parung Kembang ikut serta dalam kegiatan Gerak Jalan Sehat Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.63: Instruktur Gerak Jalan Sehat
Gambar 4.64: Wajah Sumringah Peserta
Tabel 4.26: Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perayaan Hari Kemerdekaan Bidang Sosial dan Pemuda Program Merdeka (Merayakan Hari Kemerdekaan) Nomor Kegiatan 17 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Penyelenggaraan Perayaan Hari Kemerdekaan
108
Tempat, Tgl Lama Pelaksanaan Tim Pelaksana
Tujuan Sasaran Target Deskripsi Kegiatan
Parung Kembang, Minggu, 17 Agustus 2016 1 hari Penanggung Jawab: Alif Septritama Zhikhri Tim Pembantu: Sahri Rahma Fitri, Rona Raudhatul Jannah, Mita Sukmi Apriyani, Nurul Adhha, Muhammad Syarif Hidayatullah, Ahmad Syarif Hidayatullah, Muhamad Ilham Aldair, Ika Tri Mustika, Latifa Zahra, M. Fatih Akmal. Menyelenggarakan perlombaan dalam rangka Perayaan Hari Kemerdekaan Perlombaan 9 perlombaan dalam rangka Perayaan Hari Kemerdekaan terselenggara Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, yaitu berupa acara perlombaan yang diikuti oleh warga Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang, dari anak-anak sampai orang dewasa. Beberapa perlombaan yang dihadirkan yaitu lomba makan kerupuk, lomba kelereng, lomba memasukan paku ke dalam botol, lomba pacu bendera, lomba balap karung, lomba joget balon, dan lomba dandan untuk ibuibu. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WIB sampai sore hari pukul 17.30 WIB. Selain sebagai bentuk perayaan kemerdekaan Indonesia, kegiatan ini juga sebagai bentuk mempererat tali persaudaraan anggota KKN Bima Sakti dengan warga Dusun Parung Kembang Desa Bagoang. Perlombaan ini dapat menghibur warga dan membuat warga bersemangat di Perayaan Kemerdekaan Indonesia tersebut.
109
Hasil pelayanan Keberlanjutan Kegiatan
9 perlombaan dalam rangka Perayaan Hari Kemerdekaan terselenggara Kegiatan Berlanjut
Gambar 4.65: Persiapan Lomba Comot Koin
110
Gambar 4.66: Peserta Memperjuangkan Kemenangan
Gambar 4.67: Lapangan Perlombaan Merdeka
Gambar 4.68: Ekspresi Kemenangan
Gambar 4.69: Peserta Lomba Make Up
Gambar 4.70: Keseruan Panitia Merdeka dan Peserta
Tabel 4.27: Kegiatan Pelayanan Renovasi Jembatan Bidang Sarana dan Prasarana Program Renovasi Parung Kembang Nomor Kegiatan 21 Nama Kegiatan Kegiatan Pelayanan Renovasi Jembatan Tempat, Tgl Jembatan Selokan RT/RW 004/005 Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang, Rabu, 17 Agustus 2016, Lama Pelaksanaan 1 Hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: M. Fatih Akmal Tim Pembantu: Muhamad Ilham Aldair Tujuan Merenovasi Jembatan selokan RT/RW 004/005 Kampung Parung Kembang, Desa
111
Sasaran Target Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
112
Bagoang. Jembatan selokan RT/RW 004/005 Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang Jembatan Selokan RT/RW 004/005 Kampung Parung Kembang direnovasi Jembatan penghubung dua jalan utama di Dusun Parung Kembang ambruk sejak hari Senin, 15 Agustus 2016 dini hari, untuk itu pada Rabu, 17 Agustus 2016, saya bersama 2 orang warga dan satu orang anggota KKN Muhamad Ilham merencanakan perbaikan untuk jembatan tersebut. Sebelumnya kami melakukan pengukuran dan penentuan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan. Dua anggota KKN bertugas membeli material ke Pasar Jasinga. Kemudian sore harinya seluruh anggota lakilaki kelompok KKN saya dibantu dua orang warga sekitar melakukan perbaikan jembatan selokan yang ambruk tersebut. Perbaikan ini memakan waktu 2 hari. Perbaikan jembatan selokan ini sangat membantu melancarkan aktivitas warga seperti biasa. Karena semenjak jembatan selokan ambruk, air hujan tidak mengalir dengan baik dan menyebabkan banjir di rumah warga. Jembatan selokan RT/RW 004/005 Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang direnovasi. Kegiatan Tidak berlanjut
Gambar 4.71: Perbaikan Jembatan
Gambar 4.72: Proses Renovasi
C. Bentuk dan Hasil Kegiatan Pemberdayaan pada Masyarakat Tabel 4.28: Kegiatan Pemberdayaan Tahlilan Majelis Ta’lim Bidang Keagamaan Program Bagoang Mengaji Nomor Kegiatan 2 Nama Kegiatan Kegiatan Pemberdayaan Tahlilan Majelis Ta’lim Tempat, Tgl Pengajian Al-Banats, Roudhotul Athfal, dan PAUD Parung Kembang dan Masjid Zami Mat’laul Anwar, Selama 4 minggu setiap hari Kamis ba’da Isya Lama Pelaksanaan 4 hari Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Rona Raudhatul Jannah Tim Pembantu: Rona Roudhotul Jannah, Sahri Rahma Fitri, , Mita Sukmi Apriyani, Ika Tri Mustika, Muhammad Syarif Hidayatullah, Ahmad Syarif Hidayatullah, Muhamad Ilham Aldair, Alif Septritama Zhikhri, Latifa Zahra, M. Fatih Akmal. Tujuan Mengajak bapak-bapak dan anak-anak untuk mengikuti Tahlilan di Masjid Zami Mat’laul Anwar dan Majelis Ta’lim. Sasaran Bapak-bapak dan anak-anak Majelis Ta’lim
113
Target
Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
Keberlanjutan Kegiatan
114
Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang 50 orang bapak-bapak dan anak-anak Majelis Ta’lim Dusun Parung Kembang berpartisipasi dalam mengikuti Tahlilan di Masjid Zami Mat’laul Anwar dan Majelis Ta’lim. Salah satu kegiatan rutin bidang keagamaan yang kami lakukan di Kp. Parung Kembang ialah mengadakan Tahlilan di Pengajian dan Masjid. Adapun Tahlilan yang kami adakan dilaksanakan di 4 titik tempat yang berbeda, yang mana masing-masing tempat muridnya berjumlah 40 anak di 2 tempat pengajian sedangkan 1 tempat lainnya hanya berjumlah 25 anak. Kemudian kami tahlilan bagi bapak-bapak dan pemuda di Masjid Zami Mat’laul Anwar, seluruh anggota KKN yang laki-laki selalu menghadiri Tahlilan di masjid tersebut. Sedangkan anggota yang perempuan mengikuti dan membimbing anak-anak untuk mengikuti tahlilan di 3 tempat Majelis Ta’lim. Untuk itu anggota perempuannya yang berjumlah 6 orang dibagi menjadi tiga kelompok. Agenda Tahlilan ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam setelah Shalat Maghrib. 40 orang bapak-bapak, 45 orang ibu-ibu dan 98 orang anak-anak Majelis Ta’lim Kampung Parung Kembang berpartisipasi dalam mengikuti Tahlilan di Masjid Zami Mat’laul Anwar dan Majelis Ta’lim. Kegiatan Berlanjut
Gambar 4.73: Suasana Tahlilan Ibu-Ibu
Gambar 4.74: Pimpinan Tahlilan
Gambar 4.75: Tahlilan Bapak-bapak
Gambar 4.76: Suasana Tahlilan
Tabel 4.29: Kegiatan Pemberdayaan Siswa Bidang Ekonomi Bidang Ekonomi Program Workshop Daur Ulang Nomor Kegiatan 13 Nama Kegiatan Kegiatan Pemberdayaan Siswa Bidang Ekonomi Tempat, Tgl SDN Parung Kembang, 15 Agustus 2016 Lama Pelaksanaan 3 Jam Tim Pelaksana Penanggung Jawab: Rona Roudhotul Jannah. Tim Pembantu: Ika Tri Mustika, Sahri Rahma Fitri, Mita Sukma Apriyani, Nurul Adhha, M. Fatih Akmal. Tujuan Mengajak siswa/i kelas 5 SDN Parung
115
Sasaran Target
Deskripsi Kegiatan
Hasil pelayanan
116
Kembang untuk menjaga lingkungan hidup dan memulai melakukan daur ulang sederhana dari barang bekas. Siswa/i kelas 5 SDN Parung Kembang, Desa Bagoang 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 5 berpartisipasi menjaga lingkungan hidup dan mampu melakukan praktek daur ulang botol bekas menjadi sebuah tempat pensil yang bernilai jual ekonomis. Workshop Daur Ulang merupakan kegiatan untuk mendaur ulang botol plastik bekas menjadi sebuah tempat pensil serbaguna yang berbentuk boneka yang unik. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari di ruang kelas 5 SDN Parung Kembang, dan berlangsung selama 2 jam. Selain diajarkan mendaur ulang botol plastik bekas menjadi sebuah barang yang bernilai ekonomi, siswa/i juga diberikan informasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan dari sampah. Karena salah satu permasalahan terbesar yang terjadi di Dusun Parung Kembang yaitu pengelolaan sampah. Pembuangan sampah ke sungai masih dilakukan oleh warga sekitar. Kesadaran akan kebersihan dirasa masih kurang dari diri warga. Sehingga perlu adanya kesadaran sejak dini tentang menjaga kebersihan lingkungan. Kemudian kami juga memberikan informasi tentang pengelolaan sampah yang baik dengan cara mendaur ulang. 30 orang siswa/i SDN Parung Kembang kelas 5 berpartisipasi menjaga lingkungan hidup dan mampu melakukan praktek daur
Keberlanjutan Kegiatan
ulang botol bekas menjadi sebuah tempat pensil yang bernilai jual ekonomis. Kegiatan Berlanjut
Gambar 4.77: Peserta Workshop sedang Fokus
Gambar 4.78: Suasana Workshop Daur Ulang
Gambar 4.79: Hasil Karya Daur Ulang Botol
Gambar 4.80: Keceriaan Mentor Workshop
D. Faktor-faktor Pencapaian Hasil Selama kurang lebih satu bulan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN), tidaklah mungkin dapat berjalan sukses tanpa adanya partisipasi dan peran aktif dari semua pihak, baik dari tim pelaksana KKN, dosen pembimbing, aparatur Pemerintah dusun dan desa, maupun masyarakat Desa Bagoang itu sendiri. Adapun dalam pelaksanaannya baik kegiatan pelayanan maupun pemberdayaan memiliki beberapa faktor pendorong dan penghambat yang
117
mempengaruhi ketercapaian setiap program kerja. Berikut merupakan pemaparan faktor pendorong dan penghambat. 1. Faktor Pendorong Ada beberapa faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelompok 050 ini, di antaranya: a. Kerjasama antar anggota KKN yang sangat baik, solidaritas serta adanya semangat untuk saling melengkapi antar anggota KKN menjadi faktor utama keberhasilan setiap program kerja yang kami lakukan. Setiap masalah yang datang selalu diselesaikan bersama. b. Pemberian Dana Penyertaan Program Pengabdian Masyarakat oleh Dosen yang diberikan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar Rp.5.000.000,- menjadi pendanaan utama dalam menjalankan seluruh program pembangunan fisik KKN Bima Sakti. c. Aparatur desa memberikan dukungan yang baik dan bersikap kooperatif dalam pelaksanaan seluruh kegiatan program kerja KKN Bima Sakti. d. Terjalinnya kerjasama serta hubungan yang baik antara KKN Bima Sakti dengan tokoh-tokoh masyarakat, Ketua RW, Ketua RT serta Instansi Pendidikan seperti Majelis Ta’lim dan SDN Parung Kembang Desa Bagoang. e. Masyarakat Dusun Parung Kembang Desa Bagoang memberikan tanggapan yang positif terhadap pelaksanaan kegiatan KKN Bima Sakti yang dilakukan di desa mereka dan sebagian besar masyarakat ingin dan mampu berperan aktif dalam berbagai program yang telah direncanakan. f. Kampung tempat tinggal sementara anggota KKN Bima Sakti yang kental dengan nuansa agamis sangat tepat dengan program unggulan yang telah direncanakan. g. Akses yang mudah dan dekat dari pusat desa, lembaga, instansi, dan sarana umum memudahkan kami selama KKN.
118
2. Faktor Penghambat Walaupun dalam pelaksanaan program KKN berjalan dengan baik dan sukses, namun bukan berarti tanpa hambatan. Berikut merupakan faktor penghambat keberlangsungan KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelompok 050: a.
b.
c.
Padatnya aktivitas dan kegiatan kami serta singkatnya rentang waktu yang diberikan pihak PPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuat kami harus mengatur jadwal sebaik mungkin untuk melaksanakan kegiatan, dan terkadang dengan padatnya aktivitas tidak sedikit anggota KKN yang sakit. Tidak semua program kerja dapat terlaksana sesuai rencana dan time schedule yang telah dibuat, karena harus disesuaikan dengan kondisi di lokasi KKN. Begitu dipegang teguhnya kultur atau budaya di dusun maupun desa membuat anggota KKN Bima Sakti harus cepat beradabtasi dengan masyarakat terutama dalam membuat rencana program kegiatan.
119
“Jika suatu bangsa di huni oleh masyarakat yang malas membaca, maka bersiap-siaplah negara tersebut mencetak generasi yang senang berkomentar” -Anonymous-
120
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Selama 30 hari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN), kami melaksanakan pengabdian kepada masyarakat Dusun Parung Kembang Desa Bagoang. Banyak sekali pelajaran berharga yang kami dapatkan selama melaksanakan pengabdian KKN di Dusun Parung Kembang, terutama pelajaran berharga bagi masing-masing anggota KKN Bima Sakti. Kami sekarang lebih memahami bagaimana suasana kehidupan masyarakat di desa, berbagai macam problematika yang harus dihadapi oleh masyarakat di desa. Oleh karena itu, kami selaku mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) tergerak untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat desa dengan berbagai macam permasalahan yang ada di dalamnya. Kami pun hanya manusia biasa yang lemah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tidak pernah lepas dari kesalahan dan kekurangan. Di balik semua kekurangan tersebut, kami memiliki tekad yang besar dan berusaha sekuat tenaga kami untuk mengabdi, membantu dan membimbing masyarakat Desa Bagoang, khususnya Dusun Parung Kembang dalam berbagai bidang, yang mana bidang-bidang tersebut merupakan bidang-yang sering masyarakat menghadapi berbagai permasalahan dan hambatan di dalamnya, baik yang datang dari diri mereka sendiri, maupun yang datang dari luar. Kami pun telah membuat berbagai macam program kegiatan, baik program-program dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat maupun program-program dalam bentuk pemberdayaan masyarakat. Program-program tersebut telah kami upayakan semaksimal mungkin, dalam pelaksanaan KKN yang bagi kami terasa amat singkat, yakni hanya selama 30 hari. Dalam waktu 30 hari tersebut kami berusaha menghasilkan suatu bentuk pelayanan dan pemberdayaan yang nantinya terkenang dan terkesan serta memberikan pelajaran dan banyak manfaat bagi seluruh masyarakat Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang. Program-program tersebut terbagi menjadi enam bidang besar yang mencakup Bidang Keagamaan, Bidang Pendidikan,
121
Bidang Kesehatan, Bidang Ekonomi, Bidang Sosial dan Pemuda serta Bidang Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan seluruh program, kami dibantu dan sangat didukung oleh masyarakat setempat, karena masyarakat Dusun Parung Kembang Desa Bagoang menyambut baik dan antusias terhadap kegiatan-kegiatan yang kami laksanakan. Berdasarkan hasil program yang kami laksanakan di Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, yang dilaksanakan dari tanggal 25 Juli – 24 Agustus 2016, dengan demikian jika diuraikan, maka kami kelompok KKN 050 Bima Sakti berkesimpulan bahwa: 1. Keberhasilan Pelaksanaan KKN tidak lepas dari kerjasama dan komunikasi antara mahasiswa dengan aparatur desa, masyarakat, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung terlaksananya segala bentuk kegiatan KKN. Tanpa adanya kerja sama dan komunikasi yang baik, maka program-program dalam KKN ini tidak akan berhasil dan terlaksana dengan baik. 2. Seluruh mahasiswa anggota KKN Bima Sakti dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang ada di desa dengan cara membuat kegiatan yang terbagi atas beberapa bidang, kemudian program kegiatan tersebut dikaitkan dengan permasalahan yang ada. Pada setiap program yang dilakukan, selalu meminta saran dari Dosen Pembimbing, dan peserta KKN lainnya agar semua program terkoordinir dengan baik sebelum melaksanakannya. 3. Keberadaan mahasiswa sebagai anggota kelompok KKN Bima Sakti secara umum mendapatkan tempat yang baik di hati masyarakat, anggota KKN Bima Sakti disambut dengan hangat dan penuh keramahan oleh masyarakat, terutama aparat Dusun Parung Kembang dan Desa Bagoang yang senantiasa membantu dan mendukung seluruh rangkaian kegiatan KKN. Dan tak lupa juga para tokoh masyarakat yang selalu membimbing dan memberikan saran kepada kami selaku pelaksana kegiatan pengabdian, belum lagi antusias yang sangat tinggi dari anak-anak dan pemuda dalam mengikuti setiap kegiatan KKN Bima Sakti. 4. Secara umum pelaksanaan program fisik maupun non fisik yang sifatnya pelayanan dan pemberdayaan dari seluruh anggota KKN 122
Bima Sakti bisa terlaksana dengan baik dan lancar, serta mendapatkan bantuan dana dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar Rp 5.000.000,-. 5. Keberadaan mahasiswa sedikitnya mempengaruhi pola berpikir masyarakat agar mau berpikir maju dan positif, masyarakat pun terbantu oleh mahasiswa karena mahasiswa memberikan informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada mereka. Begitu pun sebaliknya, mahasiswa juga memperoleh pengalaman dan ilmu tentang kehidupan di desa, seperti gotong-royong, dan juga mendapatkan spirit keagamaan dari tokoh masyarakat yang sangat bermanfaat. 6. Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang memiliki potensi yang besar, baik potensi Sumber Daya Alam (SDA), maupun potensi Sumber Daya Manusia (SDM), namun masyarakat Dusun Parung Kembang kurang menyadari untuk memanfaatkan dan meningkatkan potensi-potensi tersebut. B. Rekomendasi Dari program kerja dan pelaksanaan kegiatan KKN yang telah kami laporkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 1. Pemerintah Desa a. Pemerintah desa lebih memperhatikan kelompok- kelompok yang ada di masyarakat, seperti Guru Ngaji, Santri, Pelaku UKM, dan Karang Taruna. b. Memberdayakan warga agar bisa menjaga kebersihan dan segera membuat tempat pembuangan akhir sampah. c. Memberdayakan para santri muda untuk bisa menghafal dan mengajar ngaji kepada anak-anak kecil dengan metode yang menarik agar seluruh anak-anak kecil Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang bisa dan tidak enggan lagi untuk mengaji dan menghafal.
123
2. Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN Jakarta a. Memberikan pembekalan yang lebih intensif kepada mahasiswa/i yang akan melakukan program KKN, khususnya pada program pemberdayaan, agar mahasiswa/i bisa melaksanakan program KKN dengan baik dan tepat sasaran. b. Dalam memberikan informasi mengenai program KKN, diharapkan informasi tersebut diberikan secara masif dan bijaksana, informasi disampaikan secara lengkap dan dalam waktu yang tidak mendadak serta merata bagi peserta KKN, agar para peserta KKN dapat memahami dan mencerna informasi yang diberikan secara baik dan benar sehingga setiap persyaratan yang diminta dapat terselesaikan sesuai dengan harapan bersama. c. Bagi PPM UIN Jakarta, Pemerintah Daerah dan pihak- pihak yang terkait, disarankan untuk bekerjasama secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kegiatan KKN untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan warga di lokasi- lokasi KKN, dengan cara dilakukannya pemantauan secara intensif yang mana nantinya akan terbentuk forum diskusi yang membahas terkait segala kekurangan maupun potensi desa untuk dicarikan solusinya, sehingga dalam pengabdian kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan lancar. 3. Pemangku Kebijakan di Tingkat Kecamatan dan Kabupaten a. Secepatnya menurunkan dana untuk penyelesaian renovasi kelas baru dan pembangunan kamar mandi di SDN Parung Kembang b. Secepatnya mengeluarkan dana untuk perbaikan akses jalan dan penerangan di SDN Parung Kembang dan Dusun Parung Kembang 4. Pelaksana KKN- PpMM yang Akan Datang a. Berperan aktif dalam seluruh aktifitas kegiatan yang ada di masyarakat dan diharapkan mampu menjaga nama baik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Menjalin hubungan yang baik dengan warga desa, perangkat desa dan para tokoh masyarakat setempat agar terjalin 124
silaturahmi dan sinergitas dalam melaksanakan programprogram KKN yang telah dicanangkan. c. Melanjutkan program- program pemberdayaan yang telah dilaksanakan kelompok KKN Bima Sakti, agar program tersebut bisa terlaksana, serta mengkaji ulang apakah program tersebut masih bisa dilanjutkan atau tidak.
125
“Karena hidup selalu tentang Cinta, Cinta pada Tuhanmu, cinta pada Rasulmu, cinta pada Ibu dan Bapakmu, cinta pada Gurumu, dan tebarkan selalu cinta kasihmu pada makhluk ciptaan Tuhan.”
-Ika Tri Mustika-
126
EPILOG A. Kesan Masyarakat Atas Pelaksanaan KKN-PpMM 1. Bapak Maman Suparman~ Kepala Desa Bagoang ”Saya merasa banyak sekali manfaat yang diberikan oleh mahasiswa KKN Bima Sakti. Apalagi warga Dusun III Parung Kembang ini sangat membutuhkan wawasan tentang kesehatan. Terimakasih untuk para mahasiswa KKN Bima Sakti atas kinerjanya, terutama dalam mengajar di sekolah maupun di pengajian. Perbaikan Posyandu dan bantuan lain yang diberikan juga sangat kami rasakan manfaatnya. Semoga UIN Jakarta semakin maju dan lebih bermasyarakat lagi. Sukses selalu untuk mahasiswa UIN Jakarta. Semoga apa yang dicita-citakan bisa tercapai”, ujar Pak Maman Suparman dalam wawancara yang dilakukan oleh anggota KKN Bima Sakti. (Wawancara tanggal, 27 Juli 2016 di Kantor Desa Bagoang) 2. Bapak Surya – Ketua RW 05 Dusun Parung Kembang “Alhamdulillah Desa Bagoang kedatangan tamu yang istimewa yaitu rekan-rekan mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kurang lebih satu bulan mahasiswa KKN Bima Sakti mengabdi di desa ini. Kami merasa sangat terbantu atas bantuan ilmunya selama ini. Terutama dalam bidang keagamaan, kepemudaan, dan juga kesehatan. Kami sangat berterima kasih sekali atas manfaat yang diberikan. Mudah-mudahan masih terus berlanjut di tahun-tahun yang akan datang”, ujar Bapak Surya dalam wawamcara yang dilakukan oleh anggota KKN Bima Sakti. (Wawancara tanggal, 20 Agustus 2016 di kediaman Bapak Surya)
127
3. Ibu Mimin – Ustadzah Pengajian PAUD “Saya mengucapkan banyak terimakasih untuk mahasiswa KKN Bima Sakti yang sudah banyak membantu, terutama mengajarkan ilmu agama dan mengaji. Kehadiran mahasiswa sebagai pengajar di desa ini sangat bermanfaat sekali, apalagi untuk anak-anak sekolah SD Parung Kembang yang sedang mempersiapkan mengikuti lomba baris-berbaris, gerak jalan, dan juga persiapan menghadapi UN. Pesan untuk kakak mahasiswa KKN Bima Sakti, semoga bisa cepat lulus dengan nilai yang bagus, cepat mendapatkan jodoh dan bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya”, ujar Ibu Mimin dalam wawancara yang dilakukan oleh anggota KKN Bima Sakti. (Wawancara tanggal, 22 Agustus 2016 di kediaman Ibu Mimin)
128
B. Penggalan Kisah Inspiratif KKN-PpMM. 1 BERSATU UNTUK PARUNG KEMBANG Oleh : Ahmad Syarif Hidayatullah 1. Menyambut KKN Senin, 25 Juli 2016, pukul 08:30 WIB, Kampus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ratusan peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta berkumpul di halaman parkir Student Center (SC). Kegiatan KKN yang diikuti oleh ratusan mahasiswa UIN Jakarta angkatan 2013 ini dilepas langsung oleh Rektor UIN Jakarta, Bapak Prof. Dede Rosyada. Ratusan peserta KKN dibagi beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok berjumlah 11 orang, ada juga yang 12 orang. Kami akan disebar ke beberapa desa di Kabupaten Bogor dan Tangerang/ Tangerang Selatan. Sedangkan kelompok saya kebetulan akan ditempatkan di Desa Bagoang tepatnya di Dusun Parung Kembang, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Hari ini merupakan hari yang istimewa, karena kami telah dipersilahkan menuju lokasi KKN. KKN Tahun ini memang berbeda dengan KKN tahun lalu. Jika tahun lalu terkait pembagian kelompok dan desanya ditentukan oleh masing-masing mahasiswa, maka tahun ini kelompok dan desanya ditentukan oleh pihak kampus yaitu PpMM secara acak. Setelah acara pelepasan dari Bapak Rektor selesai pada pukul 13.00 WIB, kami peserta KKN berangkat menuju tempat lokasi KKN, ada yang membawa motor dan juga ada yang naik kereta. Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit dengan perjalanan yang cukup baik, akhirnya kami sampai di lokasi KKN. Saya dan teman-teman langsung menuju ke tempat singgah kami, tepatnya bersebelahan dengan rumah Ketua RW 05, Bapak Surya. Kami pun langsung membersihkan rumah dan merapihkan barang-barang bawaan. Namun, sebelum keberangkatan ke lokasi KKN ada beberapa hal yang harus kami persiapkan untuk kebutuhan sehari-hari di sana yaitu membawa perlengkapan pribadi terutama pakaian, uang, bekal makanan, dan perlengkapan ibadah. Untuk para wanita biasanya
129
tidak mau ketinggalan yang namanya bantal boneka. Membawa bukubuku maupun sumber ilmu lainnya yang bisa membantu kami pada saat di lokasi, dan yang paling penting adalah ketika sudah di sana jangan sampai telat bangun, dan untuk memudahkan kami dalam mempersiapkan segala perlengkapan, kami melakukan pembagian tugas untuk menyediakan sekaligus membawa barang yang akan kami butuhkan nanti di lokasi KKN. Masyarakat di sini memang tingkat pendidikannya rendah akan tetapi kelembutan dan kesopansantunan mereka ketika menyambut kami begitu bernilai bagi kami. Bagoang adalah sebuah desa di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jasinga terletak di sebelah barat Kota Bogor, berjarak sekitar 50 KM. Kecamatan Jasinga merupakan sebuah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, batas sebelah selatan terletak di Kampung Cigelung, tengah Kampung Cisarua, dan utara Desa Tarisi. Pada umumnya masyarakat Jasinga berprofesi sebagai petani, pedagang, dan buruh di Jakarta. Letak Kota Jasinga sendiri sekitar 100 kilometer dari Jakarta jika melalui jalur Tangerang-Tigaraksa-Tenjo. Jasinga berasal dari kata Jayasinga Warman, yang merupakan nama raja pertama dari Kerajaan Tarumanegara. Dengan demikian diperkirakan pusat kerajaan Tarumanegara pertama kali kemungkinan berada di Kawasan Jasinga sekarang. Di Desa Pangradin, salah satu desa di Kecamatan Jasinga, masyarakat setempat percaya bahwa dahulu kala raja dan para pembesar sering beristirahat di sebuah bukit yang sekarang bernama Bukit Kaso, yang terletak di Kampung Pangradin I, Desa Pangradin. Kecamatan ini menjadi persimpangan jalur dari Bogor menuju Rangkas Bitung dan Tigaraksa. Jarak dari Jasinga menuju Tigaraksa sendiri tidak begitu jauh, yaitu sekitar ± 35 kilometer jika melalui Stasiun Tenjo dan Tigaraksa Golf dan Resort (d/h Takara) yang berada di Wilayah Sodong, Tigaraksa, Tangerang. Esok harinya kami berangkat menuju Kantor Desa untuk melaksanakan acara pembukaan KKN di Desa Bagoang yang dihadiri 3 kelompok, kelompok 48 (Gencar), 49 (Barakat) dan 50 (Bima Sakti) juga dihadiri Kepala Desa, Bapak Maman Suparman beserta Staf 130
Desanya, Pejabat Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Tokoh Pemuda. Acara pertama pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an disambung dengan sambutan-sambutan, Alhamdulillah saya mewakili kelompok 48,49, 50 untuk memberikan sambutan dan ucapan terima kasih karena sudah menerima kami dan menyambut kedatangan kami pada kegiatan KKN 2016 ini dan Alhamdulillah masyarakatpun merespon baik kedatangan kami, sambutan yang selanjutnya dari Kepala Desa Bapak Maman Suparman yang menerima dan merespon kedatangan kami dan terakhir penutup beserta do’a. 2. Jayalah Parung Kembang Motivasi dari antusias warga Desa Bagoang, Dusun Parung Kembang merupakan sumber energi gerak kami dalam menjalankan segala tanggung jawab yang telah kami janjikan untuk desa ini. Mereka selalu tersenyum di kala berjumpa kami, walau sebenarnya mereka sedang memiliki masalah kehidupan mereka masing-masing. Pantaslah desa ini disebut sebagai kampung yang agamis yang masih kental dengan pengetahuan agamanya, karena kami pun merasakan sebagai santri ketika hidup di dalamnya. Maka tidak heran, ada yang berkata di antara kami “Kita itu KKN bukan Kuliah Kerja Nyata, tapi Kuliah Kerja Nyantri”. Saya pun setuju dengan ucapan itu. Terlalu banyak kenangan dan kesan indah bersama KKN Bima Sakti di desa ini jika ingin diceritakan. Setiap pagi, ada kegiatan rutin yang juga kami lakukan pergi ke Sekoah Dasar (SD) untuk mengajar dan memberi pengalaman yang kami punya. Saya dan teman-teman diberi kesempatan mengajar empat dari enam kelas yang ada, dari kelas 3, kelas 4, kelas 5, dan yang terakhir kelas 6. Setiap satu kelas diisi dua orang dari kelompok kami. Biasanya, setelah mengajar di sekolah kami istirahat sejenak untuk persiapan malam hari yaitu mengajar mengaji di tiga tempat. Tempat yang pertama di Majelis Ta’lim Ibu Mimin yang di sana mayoritas anakanak usia dini, yang kedua di Majelis Ta’lim Tarbiyatul Atfal rumah Bapak Ukik dan yang ketiga di Maejlis Ta’lim Albanat yaitu rumah Kyai
131
Eman, setiap Majelis Ta’lim berisi dua atu tiga orang dari kelompok kami untuk mengajar dan berbagi pengalaman. Desa ini merupakan perkampungan yang masih banyak tanaman padi dan sawah, sehingga cuaca sejuk selalu membayangi kehidupan di sini. Tidak sampai di situ saja kesulitan yang kita hadapi, di sini kita menghadapi masyarakat yang sumber dayanya sangat amat kurang. Masyarakat di daerah ini tingkat pendidikannya sangat rendah, dari perbincangan yang kami lakukan kepada sebagian masyarakat hampir 75% pendidikan masyarakatnya hanya lulusan SD/SMP, sisanya ada yang SMA dan itupun masih bisa terhitung dengan jari. Mereka lebih memilih menikah/bekerja setelah lulusan SD/SMP. Harapan mereka untuk sekolah lebih tinggi sebenarnya ada, tetapi dikalahkan dengan harapan mereka mendapatkan uang untuk membiayai hidup mereka sendiri. Masyarakat dengan pendidikan rendah, masyarakat dengan kehidupan petani, ya! Masyarakat yang terkenal dengan wataknya yang ramah dan lembut, sangat santun dan peduli dengan lingkungan di sekitar, bahkan peduli dengan dirinya sendiri. Hal ini yang membuat kami semakin sangat nyaman berada di daerah ini, rasanya ingin berlama-lama di desa ini. KKN di desa ini membuat kami harus rela belajar Bahasa Sunda yang baik dan benar. Sebab, masyarakat di desa ini biasanya ada yang belum mengerti Bahasa Indonesia walaupun mengerti akan tetapi sulit untuk mengucapkannya. KKN ini juga bisa jadi ajang kami untuk belajar Bahasa Sunda dengan masyarakat di desa. Tambah satu keahlian bahasa lagi deh. Hari demi hari kami menjalankan kehidupan di desa ini yaitu Desa Parung Kembang tidaklah sulit, cukup ikut adat istiadat dan etika pada masyarakat setempat sudah pasti akan mendapatkan perlakuan baik dari masyarakat setempat. Kehadiran kami di desa ini disambut hangat dengan penuh keramahan serta warga yang sangat antusias untuk membatu pogram kami selama satu bulan di desa ini. Krisis air sudah menjadi hal biasa di desa lokasi KKN kami. Apalagi kalau KKN-nya tepat di waktu musim kemarau. Sudah tak heran ketika tiba-tiba kami harus mandi di sungai. Nah, di sinilah kami
132
harus belajar beradaptasi dengan kondisi yang ada. Desa lokasi KKN kami memang terletak di lokasi yang jauh dari kota. Jadi wajar jika pada malam hari pasti selalu sunyi dan sepi. Di Desa Parung Kembang juga sering mati listrik. Belum lagi ditambah teman kami cerita horor di saat mati listrik dan titik penerangan hanya sebatas lilin. Haduhhh…..siap-siap bulu kuduk merinding. Perselisihan juga terkadang sering muncul di antara kami karena kami memang berbeda pendapat dan berbeda paham, bagi kami semuanya itu hal biasa. Hal itu tidak memberikan perbedaan apapun pada kekompakan dan kekeluargaan kami. Bahkan kami saling mengenal karakter satu sama lain. Ada yang sering di bully dengan ejekan, ada yang tertawa lepas, bahkan ada yang pecicilan. 3. Kita adalah Satu Sebelum disebut sebagai satu tim atau kelompok, kami mahasiswa adalah masing-masing individu yang berbeda dan unik. Tak kenal satu sama lain bahkan baru kali pertama bertemu saat pembekalan yang masih canggung disatukan oleh sistem dan sempat mengalami kesulitan dalam pembekalan ada salah satu kelompok kami yang belum bisa hadir karena mungkin masih di luar kota atau urusan lain, dalam waktu yang singkat kami mulai memahami masing-masing. latar belakang fakultas yang berbeda. Namun saya paham, semuanya pasti hanya bercanda dan hanya bergurau. Ini karena kami tak akan bisa berlama-lama marah. Karena kehangatan keluarga kami ini, begitu sangat banyak membuat kelompok yang berkunjung ke rumah kami iri dengan candaan dan guyonan kelompok kami. Percayalah ini keluarga kedua yang begitu menyenangkan hati. Mungkin bagi yang pernah merasakan KKN, cinta lokasi adalah hal yang biasa. Namun bagi kami yang merasakan KKN, cinta lokasi adalah hal yang masih perkiraan semata. Ingatkah kalian ada beberapa teman yang setiap hari menyibukkan diri dengan smartphonenya agar tidak terlihat jomlo? Atau menyibukkan diri dengan
133
smarthphone-nya padahal jomlo? Ada juga teman kami saat KKN ingin dilamar oleh seseorang yang belum begitu dikenal. Ingatkah teman-teman yang selalu menebar pesona sana sini dan masih tidak berbuah apapun? Atau teman yang tak sendiri lagi, tapi tetap menggoda banyak wanita? Saya sungguh tertawa dan tersenyum kecil karena semuanya begitu menggoreskan kebahagiaan hati bagi kami dan mengukir kenangan untuk semua di Desa Parung Kembang. Di sini saya belajar bahwa sebanyak apapun ilmu yang saya peroleh dari pendidikan yang telah saya emban, ketika ilmu tersebut tidak diterapkan kemanfaatannya kepada segala aspek lingkungan yang ada di sekitar saya maka ‘sia-sia’ adalah suatu kata yang pantas untuk disandangkan kepada ilmu saya. Sebaliknya sekecil apapun ilmu yang saya miliki, ketika ilmu tersebut diterapkan kemanfaatannya kepada segala aspek lingkungan yang ada di sekitar saya maka ilmu tersebut menjadi suatu yang besar untuk melakukan perubahan yang lebih baik bagi diri saya maupun orang lain. Ada beberapa program kerja prioritas kami yang sudah kami susun di dalam agenda kami di antaranya; penyuluhan DBD untuk seluruh masyarakat di desa itu dengan Narasumber Bapak Lomri Darmawan, S.K.M., PROMKES Puskesmas Desa Bagoang, penyuluhan ASI yang dikhususkan untuk ibu menyusui dengan Narasumber Ibu Ay Maryani, S.E. selaku Dosen Pembimbing kami selama KKN, Bagoang Sehat, membangun pembatas desa atau gapura bergotong royong dengan masyarakat setempat dan juga dibantu oleh bapak Kepala Dusun, merenovasi Posyandu, memberikan tempat sampah di Sekolah Dasar Negeri Parung Kembang dan di Madrasah Al-Banat Bapak Kyai Eman, membuat meja ngaji atau leker untuk di tiga tempat kami mengajar, Konsultasi Hukum untuk seluruh masyarakat setempat dan Computer Training untuk anak-anak Sekolah Dasar. Alhamdulilah program ini terjalani berkat adanya kerjasama dan dukungan dari masyarakat setempat. Setiap mahasiswa peserta KKN harus memiliki program individu yang harus dikonsep sendiri akan tetap mengaplikasi dan penerapannya akan dibantu oleh kelompok. Program individu saya
134
adalah Konsultan Hukum. Konsultan Hukum ini saya melakukannya dengan cara mendatangi warga untuk menanyakan problem atau masalah yang berada di desa tersebut baik Hukum Pidana maupun Hukum Perdata. Setelah saya melakukan perbincangan dengan sebagian warga, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Bapak Kepala Desa terkait masalah yang ada di desa itu adalah mayoritas masyarakat melakukan pernikahan di bawah umur/nikah di bawah tangan ini merupakan persoalan Hukum Perdata. Setelah saya kaji dan saya telusuri ternyata faktor dan sumber utaman ya masyarakat di desa tersebut melakukan nikah di bawah umur atau nikah di bawah tangan adalah rendahnya pendidikan dan juga adanya perjodohan dari orang tua tersebut. “Di sini sudah adat dan istiadat atau keturunan dari keluarga dan nenek moyang dulu“ pernyataan masyarakat setempat. Satu hal yang bikin deg-degan adalah saat Dosen Pembimbing kami datang dan melakukan eksekusi mendadak. Duh...langsung deh kalang kabut. Pastikan semua blanko selalu terisi sesuai jadwal dan piket harian masing-masing. Pastikan juga setiap sudut rumah kami bersih dan memberikan sambutan ramah dan penuh percaya diri kepada dosen tercinta. Kami menyediakan makanan yang ternikmat untuk Dosen Pembimbing kami. Pada hari Rabu, tanggal 17 Agustus 2016 kami mengadakan perlomban-perlombaan di antaranya; lomba makan kerupuk, lomba memasukan paku kedalam botol, lomba joget balon, lomba mencari koin di dalam tepung, dan pada hari Minggu, tanggal 21 Agustus 2016 kami melanjutkan perlombaan yaitu panjat pinang pada siang hari dan jalan santai pada sore hari. Acara pelombaan ini dimeriahkan oleh masyarakat setempat yang amat sangat antusias untuk mengikuti lomba tersebut dan antusias berharap untuk mendapatkan doorprize atau hadiah.
135
4. Pengalaman Terbaik Banyak pengalaman yang kami dapat selama mengabdi di sini, seperti kelembutan mereka ketika menyapa dan menyambut kami, selain mendapat pengalaman dan pengetahuan baru kami juga mendapatkan keluarga baru, keberadaan kami di sana bukan sematamata kami yang banyak memberi, tetapi juga kami yang banyak diberi, mulai dari ilmu pengetahuan, pengalaman baru, sampai yang paling berharga adalah pelajaran hidup dan bagaimana memaknai hidup. Intinya, kami banyak belajar di sana. Di penghujung pengabdian kami di Desa Parung Kembang, mulai terlihat dan terasa dari warga setempat yang tidak menginginkan kepergian kami untuk kembali ke Jakarta. Dalam moment perpisahan pada malam puncak 17 Agustus yaitu malam di mana kami mengumumkan dan membagikan hadiah kepada para pemenang lomba yang kami selenggarakan, sekaligus kami memohon pamit kepada masyarakat setempat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda bapak RT/RW untuk kembali ke Jakarta, berat dan sedih rasanya untuk angkat kaki dan meninggalkan desa ini namun apalah daya tugas dan pengabdian kami hanyalah satu bulan di desa ini, akan tetapi kami berniat pengabdian kami di Desa Parung Kembang tidak dibatasi oleh masa pengabdian yang diberikan oleh kampus. Betapa bahagianya kami, seperti memiliki orang tua baru, adikadik baru, saudara baru, dan keluarga baru di Desa Parung Kembang ini. Hal inilah yang meyakini kami untuk terus menjaga tali silaturahmi kami selepas KKN di sana.“Kami sangat senang dengan adanya kegiatan KKN, dan yang jelas pintu desa ini terus terbuka bagi adik-adik sekalian di masa mendatang untuk mempererat tali silaturahim, dan jangan lupakan kami setelah kalian sukses”, tutur Bapak Maman Suparman selaku Kepala Desa. Syukur Alhamdulillah selama satu bulan di sini program kami terlaksana dengan baik, walaupun banyak hambatan, tantangan dan rintangan bagi kami ini bukan sebuah penghambat atau penghalang untuk menyelesaikan program kami akan tetapi membuat kami kuat dan semangat untuk melewati itu semua. 136
Akhirnya pukul 14:30 WIB kami pulang dengan menggunakan mobil dan sebagian ada yang naik sepeda motor. Dan Alhamdulillah semua selamat sampai tujuan. Dan yang paling saya ingat dan tidak bisa dilupakan adalah momen terindah saat KKN, yang mungkin susah untuk terulang kembali. Memang tak begitu banyak yang bisa kami bantu, tapi setidaknya kami telah berbuat sesuatu untuk bangsa ini. Membangun yang belum terbangun adalah sekelumit kisah yang pernah kami miliki. Kisah nan penuh suka dan duka bersama masyarakat desa yang bersahaja. Kisah yang tak mungkin bisa kami lupakan. Begitu pula dengan keramah-tamahan masyarakat Desa Parung Kembang yang telah membawa kami menjadi diri kami seutuhnya. Salah satu pengalaman yang tidak bisa saya lupakan adalah kami terkadang sering berdebat dalam hal apapun salah satunya berdebat ketika antri mandi, memang di sana kadang airnya keluar sedikit dan kadang pula tidak keluar air sama sekali. Tetapi, di desa sana ada alternatif untuk mandi yaitu di belakang desa terdapat sebuah sungai yang mana para penduduk setempat banyak yang menyuci pakaian dan mandi di sana. Awalnya kami takut dan ragu-ragu untuk mandi di sana karena banyak berbagai macam mitos yang diceritakan kepada kami dari warga setempat, namun dengan rasa nekat kami untuk mandi akhirnya Alhamdulillah aman-aman saja. “Setiap ada orang pendatang yang ingin mandi di sana harus didamping oleh penduduk setempat” Tutur Bapak RW Surya. Akhirnya kami didampingi oleh adik-adik kecil di sana yang mayoritas usianya masih SD, di sana kami mandi bersama dengan adik-adik warga setempat. Terimakasih Desa Parung Kembang, yang telah menjadi bagian dari cerita dan sejarah baru hidup kami, dan memberikan kisah dan kenangan yang indah. Banyak pelajaran yang kami dapatkan di sana yaitu bagaimana cara beretika dan bersosialisasi dengan masyarakat di daerah yang asing menurut kami, bagaimana cara bersikap kepada orang yang berpendidikan rendah, dan menghadapi warga desa yang masih kental akan adat dan budaya.
137
2 SEJUTA HARAPAN UNTUK PARUNG KEMBANG Oleh: Nurul Adhha Meski sudah tak berada di sana hati ini ternyata tetap terpaut, meski raga tak lagi terbelai angin teduh dari ayunan padi itu, pikiranku masih melayang di langitnya, meski waktu telah memisahkan kita Bagoang akan selalu jadi inspirasi. 1. Kuliah Kerja Nyata, Siapa Takut! Kuliah Kerja Nyata? Saya terus saja bertanya kepada senior di fakultas. Apa sebenarnya esensi kegiatan ini, kemudian apa yang melatarbelakangi munculnya kegiatan ini sehingga harus aku alami. Segala hal tentang KKN saya pelajari. Mulai dari membaca buku hasil KKN tahun lalu, searching google seperti yang biasa saya lakukan, hingga bertanya kepada orang tua saya sendiri mengenai pengalaman beliau melaksanakan KKN saat masih di bangku kuliah. Bukannya berlebihan, tapi inilah satu-satunya mata kuliah yang membuat saya penasaran dan menerka banyak hal. Waktu berlalu, pendaftaran KKN dibuka. Bingung, itulah kata pertama yang keluar dari mulut saya saat membaca pengumuman secara online di handphone. Untungnya Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) menginfokan tata cara dan alur pendaftaran kepada seluruh mahasiswa. Sehingga proses pendaftaran terarah dan dapat diikuti oleh saya dan mahasiswa lainnya dengan lancar. Beberapa minggu kemudian saya dan mahasiswa lainnya yang ikut serta dalam KKN tahun ini mengikuti pembekalan dari pihak kampus. Great !. Saya kaget dengan pemaparan pembicara saat itu, bagaimana tidak, saya akhirnya menemukan alasan yang tepat atas pertanyaanpertanyaan nakal seputar KKN di otak saya beberapa waktu yang lalu. Singkat kata, KKN merupakan implementasi yang nyata dari seluruh mata perkuliahan yang telah saya pelajari kepada masyarakat desa ataupun dusun yang butuh perhatian dan perbaikan agar dapat tumbuh dan berkembang seperti lingkungan perkotaan yang sudah maju dan modern. Tidak hanya itu, saya dan mahasiswa lainnya 138
bahkan dituntut untuk melakukan pelaporan kegiatan tiap minggunya. Saya merasa bagai melakukan penelitian. Saya menjadi tidak sabar menunggu pengumuman lokasi KKN kelompok saya. Kemudian pengumuman kelompok pun berlangsung, saya sedikit kecewa dengan peraturan baru dari Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), karena berdasarkan pengalaman senior, mereka bisa menentukan teman-teman kelompok mereka sendiri. Faktanya, peraturan baru dari Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) kali ini mengharuskan saya berada dalam kelompok secara random. Bagaimana pun juga peraturan ini mau tidak mau harus ikhlas dijalani. Apapun resikonya saya hanya berharap Allah memudahkan langkah saya dan anggota KKN lainnya untuk menjalankan tugas nantinya. 2. Eksotisme Parung Kembang Sore itu langit Bagoang teduh berawan. Udara yang hangat menerpa wajahku dengan lembut. Suara mobil yang saya tumpangi berpacu dengan suara riuh anak-anak. Mereka terlihat gembira keluar dari gerbang sekolah yang menghadap ke jalan raya. Duhai syahdunya desa ini. Pikirku. Dusun tempat kami berkarya masih jauh. Namun rasa penasaran sudah menggelayuti pikiranku. Tak heran aku sedikit gugup dengan keadaan ini. Bagaimana tidak, sebulan kedepan aku akan berada di lingkungan asing, lingkungan yang belum pernah kutempati untuk waktu yang lumayan lama, “Apakah aku akan bertahan?” Batinku. Kulihat satu persatu wajah rekan-rekanku. Aneh. Itulah yang terbersit dalam benakku. Mereka sangat santai. Bahkan terkesan mengabaikan kenyataan bahwa mereka akan tinggal di daerah yang terpencil. Perjalanan ini terasa singkat karena kecemasan ku yang berlebihan. Malu pun mulai mengusik hatiku. “Bagaimana mungkin aku sempat ragu untuk berada di tempat yang benar-benar indah ini!” Ya, itulah kata yang tepat untuk mengambarkan tempat ini. Surga dunia ini memiliki sawah yang terhampar bagaikan permadani hijau jika dilihat dari atas. Burung-burung senantiasa berlalu lalang menghiasi langit biru. Para petani tersenyum sumringah menyambut panen padi yang sudah sangat dekat. 139
Bagoang adalah desa asri yang masih dikelilingi oleh lahanlahan pertanian. Sepanjang jalan masih terlihat kawasan-kawasan hijau yang menurutku terlihat seperti hutan. Apalagi Dusun 3 tempatku mengabdi, Kampung Parung Kembang itulah namanya. Kampung ini terletak di kawasan pedalaman. Untuk sampai kesana kami membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit dari Kantor Desa Bagoang. Daerahnya pun melewati beberapa desa lainnya seperti Neglasari dan Cikopomayak. Kampung Parung Kembang merupakan desa yang kaya akan sumber daya alamnya, selain sawah desa ini juga memiliki sungai atau kali yang mengalir hingga ke desa lainnya. Sungai ini merupakan salah satu rahmat yang sangat disyukuri bagi warga desa. Hampir seluruh warga melakukan kebutuhan mandi dan cuci baju di sana. Saat ini para warga sedang membangun saluran irigasi untuk sawah yang akan memakan waktu kurang lebih 6 bulan. Warga Kampung Parung Kembang merupakan masyarakat yang taat beragama dan agamis, bahkan menurut saya masyarakat kampung ini peduli akan ilmu agama, walaupun dari segi berpakaian tidak terlalu banyak perempuan/ibu-ibu yang memakai jilbab setiap harinya. Biasanya mereka memakai jilbab saat pengajian saja. Selain itu setiap anak di kampung ini wajib untuk mengikuti pengajian walaupun usia mereka sudah menginjak remaja. Kampung Parung Kembang memiliki 3 pengajian untuk ibu-ibu dan 3 pengajian pula untuk anak-anak. Pengajian pertama adalah Pengajian Al-Banat yang dipimpin oleh KH. Eman, selain itu beliau juga memimpin Madrasah Diniyah dan Pengajian untuk Ibu-ibu setiap hari Senin sore. Pengajian kedua adalah Pengajian Bapak Ukik. Pengajian ini bernama Roudhotul Athfal. Pengajian ketiga adalah Pengajian Bu Mimin yang dikhususkan bagi anak-anak Usia PAUD. Bu mimin juga memiliki pengajian untuk ibu-ibu yang biasanya diadakan di kampung tetangga, yaitu di Kampung Jolpot. Tidak ketinggalan, Bapak-bapak pun memiliki pengajian setiap hari Rabu yang biasanya diadakan di Masjid ataupun di kampung tetangga. Bagi saya fakta ini patut untuk disyukuri. Karena dari sini terlihat semangat keilmuan terutama bidang kegamaan dari masyarakat Kampung Parung Kembang. Walaupun
140
tidak banyak dari warga yang melanjutkan jenjang pendidikan formalnya hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat). Kampung Parung Kembang memiliki satu SD. Anak-anak dari desa tetangga pun juga bersekolah di sana. Murid di sekolah ini mencapai 240 orang Siswa/i dari kelas 1 hingga kelas 6. Sekolah ini pun sedang masa pembangunan beberapa kelas. Alhamdulillah hampir seluruh anak-anak Kampung Parung Kembang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar, namun sayangnya sangat sedikit yang melanjutkan hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat), apalagi Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dikarenakan adat istiadat atau budaya yang melekat pada masyarakat, salah satunya yaitu menikah di usia muda. Bagi masyarakat setempat usia ideal untuk menikah adalah remaja akhir atau sekitar 15-20 tahun bagi perempuan ataupun lakilaki. Fakta ini terlihat jelas ketika saya dan seorang rekan KKN sedang berbincang dengan salah satu warga. “Umur 20-an belum menikah, itu namanya perawan tua neng”. Saya dan teman-teman melakukan pengabdian di seluruh pengajian dan SD tersebut. Kami bersama-sama menyusun jadwal agar setiap orang mendapatkan jadwal untuk mengajar. Mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab saya adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk kelas 5 dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) kelas 4. Jadwal mengajar di sekolah mulai Senin hingga Kamis sedangkan jadwal mengajar di pengajian adalah full dalam satu pekan. Yang paling menyentuh hati saya adalah kenyataan bahwa seluruh anak-anak yang mengikuti pengajian sangat bersemangat dengan kehadiran kami setiap harinya. Mereka terlihat tidak sabar untuk menerima asupan ilmu dari saya dan teman-teman. Masyarakat kampung ini sangat ramah kepada saya beserta rekan KKN lainnya. Dulu sewaktu masih melakukan survei lokasi, masyarakat menyambut kami dengan antusias. Ternyata setelah menetap di sini pun kami mendapatkan perlakuan yang sangat baik pula. Selama masa pengabdian ini hampir setiap hari saya dan rekanrekan lainnya mendapatkan berbagai macam makanan pemberian masyarakat. Ada yang memberikan kue-kue kering, kerupuk, kembang goyang, seblak dan lain-lain. Senja pun selalu kami lewatkan dengan
141
menyantap makanan pemberian masyarakat yang sungguh enak di lidah. Namun di balik keseruan dan kebahagiaan saya kepada kondisi masyarakat kampung ini, ternyata ada satu hal yang terus membuat saya prihatin, yaitu permasalahan kesehatan baik kesehatan jasmani maupun lingkungan. Hampir seluruh masyarakat Kampung Parung Kembang membuang sampah rumah tangga mereka ke kali kecil dekat sawah. Bahkan walau sudah demikian, warga tetap melakukan cuci pakaian di kali kecil tersebut. Miris memang saya melihat kebiasaan dan perilaku salah tersebut. Selain merusak dan mencemari lingkungan, kegiatan tersebut juga membawa penyakit yang serius bagi sebagian warga, di antaranya penyakit kulit. 3. Program Kerja Favorit Saya merencanakan program individu yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan untuk warga Kampung Parung Kembang. Tepatnya pada hari Selasa 9 Agustus 2016 saya dibantu rekan-rekan KKN lainnya melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Demam Berdarah, Penyakit Kulit, dan Vaksin Palsu. Sebelum hari H, saya mengunjungi Puskesmas Bagoang untuk meminta masukan tema yang akan diangkat pada penyuluhan kepada pihak Puskesmas. Alhamdulillah saya langsung berkomunikasi dengan Bapak Lomri Darmawan, beliau adalah pimpinan bagian PROMKES Puskesmas Bagoang. Beliau adalah sarjana di Bidang Kesehatan Masyarakat. Beliau memaparkan bahwasanya permasalahan kesehatan utama di Kampung Parung Kembang adalah penyakit kulit, dikarenakan kebiasaan mencuci dan mandi yang dilakukan warga di kali kecil. Padahal mereka juga membuang sampah rumah tangga ke kali kecil tersebut. Sehingga banyak sekali kasus penyakit kulit yang diderita warga baik anak-anak maupun dewasa. Selain itu, beberapa bulan yang lalu salah satu warga Kampung Parung Kembang juga terkena penyakit demam berdarah dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit di Leuwiliang. Hal ini terjadi, karna kurangnya wawasan warga tentang demam berdarah, baik dalam hal mengenali gejalanya, menanganinya, maupun mencegahnya. Untuk itu dua tema ini penting
142
dan direkomendasikan oleh pihak Puskesmas kepada saya untuk dijadikan tema penyuluhan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Agenda Penyuluhan Kesehatan ini dihadiri oleh hampir seluruh warga. Sebagian besar di antara mereka adalah ibu-ibu. Jumlah warga yang menghadiri seminar ini tidak kurang dari 130 orang berdasarkan presensi yang diisi oleh warga. Selain warga Kampung Parung Kembang, yang menjadi peserta dalam kegiatan ini juga di antaranya warga desa tetangga seperti dari Kampung Jolpot ataupun Kampung Neglasari. Warga sangat senang dan menyambut baik kegiatan ini. Karena sebelumnya belum pernah diadakannya penyuluhan kesehatan oleh pihak Puskesmas atau lembaga kesahatan lainnya di kampung ini. Tanya jawab antar warga dan pembicara yaitu Bapak Lomri Darmawan juga berlangsung lancar dan bersemangat. Para warga tidak segan-segan untuk bertanya terkait penyakit demam berdarah ataupun penyakit kulit yang pernah dialami oleh sebagian warga di sini. Saya yang menjadi pembawa acara saat itu juga sangat antusias mendengarkan pemaparan Bapak Lomri terkait penyakit kulit dan kebiasaan buruk warga membuang sampah dan melakukan cuci di kali kecil. Saya berharap setelah diadakannya penyuluhan kesehatan ini, masyarakat lebih peka terhadap kesehatan diri dan lingkungannya, dan mulai menghentikan kebiasaan membuang sampai di kali kecil seperti sebelumnya. Semoga!. Sebagai bentuk follow up atau tindak lanjut dari penyuluhan kesehatan ini, saya dan beberapa rekan KKN lainnya mengusulkan program kelompok atau fisik baru untuk kami laksanakan di kampung ini, yaitu pembuatan bak sampah untuk warga sekitar. Saya merencanakan tiga titik penempatan bak sampah untuk kampung ini. Setelah melakukan rapat dengan seluruh anggota kelompok saya dan ketua kelompok KKN Ahmad Syarif Hidayatullah melakukan rapat dengan Ketua RW 05 Bapak Surya terkait rencana program ini. Setelah memaparkan alasan dan urgensi dari pembuatan bak sampah ini, Bapak Surya pun berterima kasih kepada saya dan teman-teman karena sudah peduli dengan lingkungan dan kesehatan warga. Akan tetapi beliau tidak bisa menyetujui usulan tersebut. Dikarenakan tidak ada tempat untuk menjadi titik pembuatan bak sampah. Alasannya 143
tidak ada warga yang bersedia halaman atau tanah di rumahnya dijadikan tempat pembuatan bak sampah. Beliau menambahkan, bahwa membuang sampah ke kali kecil bisa ditekan dengan akan sedang berlangsungnya pengeringan kali kecil untuk pembangunan irigasi sawah. Untuk itu warga mengubah tempat pembuangan sampah rumah tangga mereka, dari kali kecil menjadi kali besar atau sungai. Saya sedikit merasa kecewa dengan keputusan dan pemaparan Bapak Surya, akan tetapi apalah daya, merubah kebiasaan yang sudah menjadi perilaku sehari-hari memang sangat sulit. Saya hanya berharap semoga ke depan anak-anak Kampung Parung Kembang sadar dan peduli akan kebersihan lingkungan dan menghentikan perilaku membuang sampai sembarangan seperti itu sehingga Desa Bagoang bisa lebih bersih dan tidak mendatangkan mudharat bagi desadesa lainnya di daerah hilir sungai. Tidak begitu lama setelah pelaksanaan program mandiri saya tersebut, saya dikejutkan dengan kenyataan bahwasanya hari favorit saya saat masih kanak-kanak dahulu telah tiba. Lomba balap karung, makan kerupuk, lomba membawa bendera merah putih dan masih banyak lagi lomba-lomba lainnya yang terus saja terlintas di pikiran ini. ‘Merdeka’ itulah nama program yang hari ini akan dilaksanakan. Merdeka merupakan singkatan dari Menyambut Hari Kemerdekaan, program ini merupakan program favorit saya sewaktu merancang program bersama rekan-rekan kelompok KKN lainnya. Tanpa bermalas-malasan satu per satu teman-temanku telah rapi dengan baju khas kelompok Bima Sakti. Ada yang menyiapkan kerupuk untuk lomba ada yang memasak sarapan untuk saya dan teman-teman lainnya, bahkan saya sendiri pun telah siap untuk berangkat ke rumah KH. Eman untuk meminjam microphone untuk memandu acara ‘Merdeka’ pada hari ini. Dari jauh saya sudah bisa melihat anak-anak KampungParung Kembang telah berkumpul di lapangan. Terlihat dari muka mereka raut tidak sabar. Hal itu menjadi sinyal tersendiri bagi saya dan teman-teman agar segera memulai acara perlombaan untuk anak-anak pada pagi hari ini. Perlombaan pun dimulai dengan lomba balap kelereng dengan sendok. Tawa terus saja mengalir dari wajah para penonton. Bagaimana tidak, para pejuang lomba sangat kesulitan berjalan sambil menahan sendok yang membawa kelereng di mulut 144
mereka. Saya senang melihat raut ibu-ibu dan anak-anak yang hadir pada hari ini. Semuanya tampak bahagia menyambut kemerdekaan Indonesia. Semoga semangat lomba tersebut menjadi bukti kecintaan mereka terhadap negeri ini, sehingga ke depan semangat itu bisa dibuktikan dengan semangat untuk terus belajar dan bahu-membahu memajukan Kampung Parung Kembang khususnya. Seperti biasa, pada malam hari saya dan rekan-rekan lainnya selalu dengan semangat menghadiri Majelis Ta’lim untuk membagi sedikit ilmu agama kami kepada adik-adik dan remaja Kampung Parung Kembang. Malam ini saya memberikan mata pelajaran Tajwid. Saya sangat bersemangat mengisi Majelis Ta’lim kali ini, karena ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an adalah yang paling saya sukai. Adikadik pun tidak kalah semangatnya, Alhamdulillah mereka mengikuti pembelajaran dengan baik, walaupun masih diiringi oleh becandaan dan lelucon yang kadang keluar dari mulut polos mereka. Ilmu Tajwid dalam Surat Al-Falaq pun kami tamatkan pada malam ini. Alhamdulillah semua adik-adik paham dan sudah bisa membacanya dengan baik dan lancar sesuai dengan kaidah yang seharusnya. Saya tidak lupa memberikan nasehat dan motivasi untuk membiasakan diri membaca al-Qur’an di rumah masing-masing, dan bermujahatan untuk bisa menghafalkan al-Qur’an di akhir pembelajaran kepada mereka. Ada yang terlihat berkaca-kaca matanya, ada yang diam seribu kata mungkin mereka tersentuh dengan nasehat tersebut. Semoga nasehat itu bisa membuat mereka menjadi generasi Islami dan Qur’ani yang akan membawa perubahan postif di dusun ini, Amin. 4. Selamat Tinggal Parung Kembang Tibalah saatnya perpisahan, panggung sederhana yang merupakan pos kecil di salah satu halaman rumah warga pun kami sulap semenarik mungkin sehingga bisa layak dijadikan panggung, walau terlihat sangat sederhana, saya dan rekan-rekan lainnya tetap senang dengan kesederhanaan tersebut. Acara malam ini berlangsung dengan hikmat, Bapak Maman selaku Kepala Desa pun hadir memberikan sambutan dan menutup acara dengan lancar. Bukan
145
penutupan ini yang sebenarnya membuat saya bahagia. Karena bagaimana mungkin saya bahagia berpisah dengan warga Dusun Parung Kembang yang telah menyambut saya dan teman-teman dengan ramah serta mengajarkan saya arti hidup beragama yang sangat menyentuh. Singkatnya acara puncak malam inilah yang membuat saya bahagia, saya dan teman-teman memberikan bantuan perabotan rumah tangga serta buku belajar dan tas sekolah kepada warga sebagai doorprize atas partisipasi mereka yang telah mengikuti rangkaian acara KKN kami, dan khususnya telah semangat mengikuti Gerak Jalan Sehat yang baru saja kami laksanakan sore tadi. Malam ini pun jadi malam paling berkesan di antara malam-malam lainnya selama sebulan kehadiran saya di dusun ini. Malam ini saya menangis bahagia sekaligus sedih akan perpisahan yang sudah dekat. Segala hal yang telah saya lalui pun kembali terbayang. Mulai dari persahabatan saya dengan rekan-rekan satu kelompok. Kemudian senyum dan tawa adik-adik Majelis Ta’lim Al-Banat, Roudhotul Athfal dan PAUD. Semuanya terbingkai dalam rapi di ingatan ini. Hanya syukur dan do’a yang bisa saya panjatkan kepada Sang Illahi semoga keberkahan terus tercurah bagi masyarakat Dusun Parung Kembang dan segala hal yang saya dan rekan-rekan lainnya perbuat di kampung ini bisa bermanfaat dan dilanjutkan oleh warga, Amin.
146
3 KELUARGA KECIL BAGOANG Oleh : Latifa Zahra Tiga puluh hari sudah saya menjalankan Kuliah Kerja Nyata atau yang biasa disebut KKN, bersama dengan 10 orang teman saya dari masing masing fakultas yang berbeda saya telah tinggal bersama dengan mereka, dimulai pada tanggal 25 Juli 2016 lalu, hari di mana kita dikumpulkan untuk bergegas menuju desa yang penuh dengan cerita dan makna, setelah mendengarkan pidato dengan secara simbolis pelepasan balon dari pihak PPM, kami seluruh angkatan 2013 diberangkatkan menuju masing-masing lokasi yang telah ditetapkan oleh PPM. Kami dari kelompok 050 membentuk sebuah nama Bima Sakti sebagai nama kelompok yang memiliki arti Bijak, Transformatif, Solutif dan Aktif. Kelompok Bima Sakti dipimpin oleh Ahmad Syarif Hidayatullah (Amay) dari Fakultas Syariah Dan Hukum, dan wakilnya adalah M. Fatih Akmal yang berasal dari Fakultas Ushuludin, sekretarisnya adalah Nurul Adha dari Fakultas Dirosat Islamiah, pada kegiatan KKN ini saya sebagai bendahara dari Fakultas Sains dan Teknologi bersama Sahri Rahma Fitri dari Fakultas Dakwah Islam, lalu di bantu dengan anggota lainnya Ika Trimustika dari Fakultas Syariah Dan Hukum Sebagai Seksi Konsumsi , lalu Muhammad Ilham Aldair sebagai Seksi Dokumentasi dari Fakultas Sains Dan Teknologi, dan yang lainnya seperti Alif Septritama Zhikhri dari Fakultas Ilmu Politik, Rona Roudhotul Jannah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang terakhir yaitu, M Syarif Hidayatullah dan Mita Sukma Apriyani dari Fakultas Adab dan Humaniora. 1. Tentang Diriku Pertama saya ingin memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, saya kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Sistem Informasi, menurut teman-teman seperjuangan saya, saya memiliki sifat pendiam dan cerewet, tergantung seberapa lama saya mengenal teman teman saya. Kesan yang biasa saya dengar jika awal bertemu dengan seseorang yaitu saya terlihat sedikit judes, sombong, dan pendiam. Mungkin karena saya 147
memiliki ingatan yang kurang bagus dalam menghafal nama seseorang, jadi saya tidak sering menyapa seseorang sehingga mereka beranggapan kalau saya itu judes sekaligus sombong, tapi seiring berjalannya waktu tidak kok. Jika saja kalian mengenal saya lebih dekat, saya sebetulnya memiliki sifat yang hangat kepada siapa pun, Dan tidak sedikit orang dekat di sekitar saya yang mengatakan kalau saya itu cerewet atau pun bawel. Sayakan cerewet dengan mereka karena saya sayang sama mereka. 2. Keluargaku Kedua saya akan menceritakan karakter khusus yang dimiliki dari teman kelompok Bima Sakti, di mana si Amay atau biasa dipanggil Gemay ‘Gemas Amay’ sebagai Ketua memiliki selera humor yang rendah, dan sering sekali dia mencoba untuk menghibur tetapi nyantanya tidak ada yang tertawa untuknya. Selanjutnya Fatih atau biasa dipanggil teman-teman Fatiang atau kepanjangannya ‘Fatih Tayang’ , Fatih adalah sosok perantau yang membiayai kuliah dan kehidupan sehari-hari dengan penghasilan sendiri dari aktivitas bekerja dan aktif dalam bidang berorganisasi, Fatih adalah salah satu teman saya yang bisa dibilang sudah dewasa dan mandiri, jarang sekali untuk mengeluh selalu sabar dan sopan bila menghadapi seseorang. Lalu berikutnya Sahri. Dia teman menjelang tidurku dan tempat curhatku, tidak jarang sebelum tidur kita melakukan ritual sharing sebelum tidur. Mulai dari masalah keluarga, masa lalu, ataupun kisah percintaan yang sedang dialami. Selama ini menurut saya, Sahri adalah sosok yang keras dengan keinginannya, Sahri juga sangat tidak suka dengan asap rokok, pintar bergaul, suka sekali dengan anak kecil. Selalu sabar bila menghadapi anak kecil, tapi Sahri juga bisa tegas bila menghadapi teman-teman nya yang malas apabila ada kegiatan atau program kerja (Proker) kita yang sedang berlangsung, dia tidak segan untuk sekedar menegur ataupun memarahinya, Sahri menurut saya wanita yang kuat, tahan banting tapi keras kepala apabila diminta untuk beristirahat dia masih tetap menolaknya, saya sampai kelelahan untuk memarahi untuk sejenak beristirahat. Padahal, kesehatan itu nomor satu menurut saya.
148
Cerita selanjutnya dia adalah wanita yang kerap sekali dipanggil bunda, alasan Ika Tri Mustika dipanggil bunda adalah karena dia memiliki sifat yang sangat keibuan serta sabar. Tidak jarang dia di pagi hari sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk kami, karena bunda selalu menjadi yang pertama dalam antrian mandi. Setelah bunda mandi, bunda langsung membangunkan kami untuk Shalat Subuh sekaligus dia sibuk menyiapkan sarapan kecil sekedar pengganjal rasa lapar untuk kami. Lalu, ada Ilham Aldair yang memiliki sifat pecicilan atau tidak ada berhentinya untuk bergerak. Ada saja yang bergerak pada saat menonton, menyanyi bahkan sedang bengong atau berdiam diri pun pasti ada salah satu anggota tubuhnya yang digoyangkan. Kebalikan dari Alda, wanita yang satu ini cukup pendiam. Namanya Rona, dia memang pendiam sekali, tetapi sesekali dia terbuka menceritakan kepada kita tentang masalah percintaan nya yang telah dijalani oleh kekasihnya selama kurang lebih tujuh tahun, waktu yang cukup lama, Rona juga tak segan menceritakan kehidupan di keluarganya. Dengan begitu, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah yang diceritakan olehnya. Wanita selanjutnya dia pernah pesantren selama enam tahun, dia adalah Mita. Dia sosok yang aktif dalam kegiatan Pramuka dan Paskibra dulu ceritanya. Tidak heran di salah satu proker yang dia kerjakan untuk anak sekolah adalah mengajar Pramuka untuk Jambore se-Kecamatan Jasinga. Dan berbeda dengan wanita yang satu ini, Nurul Adhha atau yang seringnya berada di hadapan laptop kecilnya saja. Dia terlalu sibuk mengerjakan laporan-laporan yang dibutuhkan oleh kelompok kita. Dan biasanya Uul ini lebih suka menghabiskan waktu luangnya untuk menonton Drama Korea ataupun menelfon dengan logat Bahasa Padang yang kental, dia cuapcuap asik hingga lupa waktu, terkadang tidak sadar si Uul menelfon hingga larut malam keluarga ataupun temannya di Padang. Lalu ada Alif dan Syarif yang selalu bersama, terkadang terlihat seperti pasangan hehe ups! itu hanya lelucon kita saja kok, tidak nyata. Masingmasing dari mereka sudah memiliki kekasih, tetapi sangat disayangkan Syarif ini mengalami kisah hubungan jarak jauh dengan kekasihnya yang berada di Makasar. Katanya Syarif kekasihnya di
149
sana kerap menunggu Syarif pulang untuk melamarnya setahun yang akan datang. Karena Syarif waktu itu pernah bercerita bahwa dia telah diminta oleh pamannya untuk bekerja di KUA Makasar tetapi memiliki syarat kalau harus menikah terlebih dahulu sebelum melamar. Jadi, tak heran kalau Syarif ini rajin sekali untuk masuk kuliah, kan ingin cepat lulus balik ke Makasar hihihi. Berbeda dengan si Alif, dia lebih banyak menghabiskan waktu berorganisasi dan berpolitik sebelum lulus di masa mudanya ini, katanya sih biar memperbanyak link pertemanan juga. Jadi nanti setelah lulus tidak ada kata menganggur, walaupun lulusnya telat tapi dia ini sudah berpengalaman sekali loh untuk urusan organisasi dan politik. Begitulah sepenggal kisah karakter khusus yang dimiliki teman sekelompok saya. Ternyata tanpa disadari, orang-orang di sekitar saya adalah seseorang yang hebat yaa. Semoga kelak kita sukses yaa guys... See you on top! 3. Kenanganku Untuk yang ketiga, kali ini saya akan bercerita tentang kotaku, desaku, kampungku, kenanganku selama sebulan penuh bersama keluarga baru di sana. Sebulan di Kota Jasinga, Desa Bagoang, dan Kampung Parung Kembang di sinilah aku tinggal. Di Desa Bagoang ini memiliki 3 dusun, ketepatan sekali kelompok saya mendapatkan dusun yang jauh sekali dari jalan raya, jauh dari keramaian, dan hanya dikelilingi oleh sawah-sawah yang terbentang luas sekitar tempat tinggalku, yaitu dusun 3. Dusun 3 ini juga memiliki 3 kampung, yaitu Parung Kembang, Pasir Kandang, dan Jolpot. Kelompok saya tinggal di Dusun Parung Kembang dekat dengan rumah Pak RW. Menjalani keseharian di tempat baru, Dusun 3 Parung Kembang tidaklah membuat kami kesulitan, kami hanya harus mengikuti adat istiadat dan etika masyarakat di sini, adat istiadat dan etika yang pasti akan mendapatkan perlakuan baik dari masyarakat setempat. Hanya saja kami kesulitan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang masih menggunakan Bahasa Sunda yang masih menjadi bahasa sehari-hari. Di manapun sebenarnya kita berada, sebaiknya selalu mengikuti kebiasaan dan adat istiadat setempat. Alhamdulillah, kehadiran kami
150
diterima dengan baik oleh masyarakat di Dusun 3 Parung Kembang, disambut dengan hangat, dengan tangan terbuka, serta masyarakat yang antusias akan kedatangan kami, warga baru yang akan menetap selama beberapa hari di dusunnya. Masyarakat juga antusias untuk menghadiri setiap acara dan mendukung berbagai program kerja prioritas kami. Sebagai acara pembukaan, dari kelompok kami bekerjasama dengan kelompok KKN 048 Gencar dan KKN 049 Barakat yang memang di tempatkan di Desa Bagoang mengadakan acara pembukaan di Kantor Kepala Desa Bagoang, sekaligus sebagai pengenalan bahwa kami untuk satu bulan ke depan di tempatkan di Desa Bagoang. Kelompok kami yang hari demi hari bekerja sebagai satu tim, halangan kerja dalam tim pasti ada, memulainya adalah sebuah keharusan agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat. Ada banyak problematika yang harus kami lalui selama ada di sini. Mulai dari problem eksternal yang lebih banyak dipengaruhi kami dalam memperkaya pengalaman. Satu per satu kegiatan kami berjalan sesuai rencana, dengan antusias warga di Desa Bagoang khususnya Dusun 3 Parung Kembang yang cukup mengapresiasi kerjasama kelompok, yang menurut kami adalah hal yang sangat luar biasa. Program kerja yang menyibukkan kami memang sangat menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Di saat kami menyusun program kerja untuk desa yang kami tempati, menyusun program yang dibutuhkan di desa dalam bentuk fisik dan non fisik. Kami disibukkan oleh program kerja yang menguras sebagian tenaga kami. Proposal yang harus dibuat, direvisi, dan ajukan. Dusun 3 yang letaknya sangat jauh dari dusun 1 dan dusun 2, jarak yang jauh dari Kantor Kepala Desa, akses yang sulit dilalui untuk ke dusun 3. Namun itulah kewajiban kami untuk menyelesaikan tugas yang kami bawa dari kampus dan memberikan yang terbaik bagi kami sendiri untuk KKN ini. Bersama kawan-kawan dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dengan berbagai rancangan strategi, mengukir sejarah baru dalam pengabdian. Namun banyak pelajaran yang berarti, yang mampu menyentuh kalbu ini. Pengabdian yang menguras tenaga hingga canda tawa yang menghibur dari teman satu tim, semua seolah terbayar lelahnya pengabdian kami. 151
Ada beberapa program kerja individu yang kami jalani selama sebulan di sana, di antaranya Workshop Mini Pengenalan Komputer. Workshop mini atau kecil ini sengaja dibuat untuk siswa kelas enam Sekolah Dasar (SD). Antusias mereka sangat tinggi untuk belajar komputer. Sesuatu yang sangat jarang dijamah oleh para anak desa yaitu komputer. Kita menjelaskan sedikit tentang apa itu komputer dan untuk apa kegunaannya. Untuk penanggung jawab atas jalannya workshop mini ini adalah si Alda, tetapi dibantu juga oleh teman lainnya seperti saya, Ika dan Syarif. Tak jarang teman kita yang sedang mengajar di kelas lain menghampiri workshop mini Alda. Pada kesempatan kali itu, Alda lebih banyak memberi materi tentang menggunakan Ms. Word. Bagaimana cara mengetik, membuat, dan mengedit biodata atau data diri yang para siswa buat dengan ketikan mereka sendiri. Tak lupa kami adakan pula Seminar Pengenalan Internet. Pada seminar kali ini, sayalah yang bertanggung jawab atas jalannya acara. Kali ini saya menjelaskan sedikit kepada anak kelas 6 SD, apa itu internet dan apa kegunaannya. Tetapi kali ini materi saya lebih difokuskan dengan bagaimana cara membuat surat elektronik atau email dan bagaimana cara menggunakannya. Untuk menambah keterampilan warga desa khususnya anakanak di bangku Sekolah Dasar maka kami pun mengadakan Workshop Mini Kerajinan Tangan. Penanggung jawab workshop mini ini adalah Rona, dia menargetkan kelas 6 SD lah yang mendapatkan materi ini. Mereka sangat pintar membuat tempat alat tulis dari bahan botol bekas juga kain flanel. Dan hasil karyanya yang lucu bisa mereka bawa pulang ke masing-masing rumah. Selain anak-anak desa yang antusias dengan kegiatan kami selama di sana, ibu-ibu pun senang dengan kehadiran kami, oleh karena itu kami pun membuatkan agenda khusus yang diikuti oleh ibu-ibu yaitu Gerak Jalan Sehat ibu-ibu di Kampung Parung Kembang. Gerak jalan sehat para ibu dilaksanakan pada sore hari. Mereka banyak sekali dan antusias untuk mengikutinya. Semua terlihat senang saat di garis start. Mereka masing-masing membawa kupon yang telah dibagikan untuk sebagai salah satu tanda kalau mereka
152
telah mengikuti gerak jalan, dan kupon tersebut juga sekaligus sebagai salah satu syarat untuk pengambilan hadiah doorprize yang bisa diundi pada saat malam puncak, malam pentas seni sekaligus malam di mana kelompok kami berpamitan. Acara gerak jalan sekaligus doorprize ini dipegang oleh Sahri, yang berkolaborasi dengan acaranya Alif pada malam puncak. Untuk menambah wawasan kepada warga desa, maka kami pun melakukan Penyuluhan Kesehatan Kulit dan DBD Penyuluhan ini mengundang seluruh masyarakat dusun 3. Kira-kira ada sekitar kurang lebih 130 peserta yang ikut berpartisipasi. Kami mengira tidak akan sebanyak itu pesertanya, dikarenakan acara ini berlangsung pagi dan biasanya masyarakat setempat yang berprofesi sebagai petani mereka harus pergi ke ladang, karena pada saat itu ketepatan padi sedang panen. Kegiatan penyuluhan ini menjadi tugas Nurul sebagai penanggung jawabnya. Nurul berkolaborasi dengan pihak Puskesmas Desa Bagoang untuk mengisi acara tersebut. Mayoritas warga desa menikah di usia dini dan banyak kami lihat di desa anak-anak yang sekiranya berusia di bawah kami sudah menggendong Balita. Melihat fenomena di desa dan untuk menambah wawasan warga dalam mengurus balita, maka kami tergerak untuk melakukan Penyuluhan ASI dan Ibu Hamil. Ibu Ay Mariani, selaku Dosen Pembimbing kami adalah salah satu penanggung jawab sekaligus pengisi materi penyuluhan ini. Ternyata peserta kali ini lebih banyak sekali dari hari sebelumnya, yaitu hari di mana ada penyuluhan kesehatan kulit dan DBD. Penyuluhan ini ada sekitar 150 peserta yang ikut berpartisipasi. Pada saat kegiatan ini ketepatan sekali pada tanggal 8 Agustus, di mana ada kegiatan rutin tahunan dari pihak Posyandu. Jadi pada saat penyuluhan ini, ibu-ibu bisa mendapat vaksin atau imunisasi dari pihak Posyandu, lalu mengikuti materi penyuluhan dari Ibu Ay, dan sekaligus makanan sehat untuk para Balita dari pemilik kegiatan, yaitu Mita. Selain penyuluhan ASI dan Ibu hamil, kami pun memberikan makanan sehat untuk para Balita.
153
Mita selaku penanggung jawab makanan sehat ini, mengatasi kurang lebih 150 peserta yang hadir dalam acara penyuluhan. Karena acara ini saling bekerja sama, Mita harus membagi rata makanan sehat seperti bubur kacang ijo, biskuit Balita, dan kotak makanan sehat kepada semua peserta. Untuk melatih kemampuan serta pemahaman pada anak, maka dibuatlah perlombaan yang kami sebut dengan Acara Smart Bagoang. Acara ini dipegang oleh Ika, kegiatan ini dilaksanan pada setiap pengajian anak pada malam hari. Acaranya dibuat seperti lomba mewarnai pada pengajian PAUD, ada lagi di pengajian lainnya kuis setelah menonton 25 Nabi. Banyak teman-teman yang membantu dalam jalannya kegiatan ini. Untuk membuka wawasan pengetahuan warga desa terkait peraturan yang ditetapkan di Negara Indonesia, maka dibuatlah Penyuluhan Hukum untuk masyarakat sekitar. Adanya penyuluhan ini diadakan dengan konsep sharing, di mana ibu-ibu bisa menceritakan bersama contoh masalah yang dihadapi dan dibantu dengan jawaban-jawaban yang sudah dipersiapkan oleh Amay selaku penanggung jawab ini. Bersamaan dengan penyambutan hari kemerdekaan negara Indonesia, yang mana akan diadakan Gerak Jalan se-Kecamatan Jasinga. Maka sebelumnya anak-anak SD kelas 5 dan 6 dilatih atau dibimbing oleh Fatih. Dengan persiapan fisik dan mental juga berbagai yel-yel kreatif untuk anak SD nanti mengitari puluhan kilometer yang akan dilombakan di GOR Jasinga serentak. Kegiatan kami selama sebulan di Dusun Parung Kembang ditutup dengan kegiatan pentas seni dan doorprize. Acara ini sangat meriah dan sangat dinanti-nanti oleh para ibu, para ibu sudah tidak sabar untuk mendapatkan hadiah dari kami. Di sela acara pembagian hadiah beberapa warga menyumbangkan pentas kecil-kecilan sebagai hiburan bersama. Ada beberapa program fisik yang kita jalani seperti renovasi dan pengecatan bangunan Posyandu, Parung Kembang, penyediaan bak sampah pada Sekolah Dasar, penyediaan bak sampah pada Madrasah, penyediaan beberapa fasilitas kelas pada Sekolah Dasar,
154
penyediaan beberapa fasilitas pada 3 pengajian malam anak-anak, Gapura “Selamat Datang” untuk Kampung Parung Kembang, renovasi jembatan penghubung jalan Kampung Parung Kembang. Kegiatan kami di basecamp mulai pagi hari sampai malam menjelang, mulai dari mengajar anak-anak di SD Parung Kembang yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer, mengurusi program kerja yang kami buat, mengajar mengaji di beberapa tempat di Dusun 3 Parung Kembang. Kami hidup bersama selama 30 hari di rumah yang kami kontrak bersama selama masa pengabdian. Banyak hal yang membuat kami semakin menyatu, makan bersama dengan beralaskan daun pisang, nasi yang dimasak terlalu banyak air, hingga apapun yang dimasak, di makan habis tanpa sisa. Kamar mandi yang hanya satu dan rebutan, mandi hanya satu kali dalam sehari karena air sumur yang kering. 11 orang manusia dalam satu rumah, rumah yang dirasa kurang luas, jam tidur yang berantakan, remuknya badan yang berhari-hari tidur hanya beralaskan karpet tipis serta dingin yang menusuk tulang, bangun pagi yang kesiangan, dan banyak hal lainnya.
155
4 CERITAKU UNTUK BAGOANG Oleh : Sahri Rahma Fitri “Aku bersyukur dulu pernah bermain petak umpet, karenanyalah aku jadi menikmati proses mencari dan menemukan.” 1. Bukan KKN Biasa Bercerita perihal KKN-PpMM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 yang aku ikuti sebulan yang lalu. Dan kebetulan karena kegiatan tersebut, aku akan bercerita sepenggalan kisah inspiratif mengenai Kuliah Kerja Nyataku. Kuliah Kerja Nyata atau biasa disingkat KKN adalah suatu kegiatan di luar kampus yang harus dilakukan untuk memenuhi sejumlah Satuan Kredit Semester atau SKS yang dibutuhkan, meski harus berhadapan dengan banyak rintangan dan lika-liku yang tak terduga. Dengan kurang lebih pembekalan dari PPM yang diberikan, mengajak setiap mahasiswa dan mahasiswi agar bisa mandiri dan menerapkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat. Tak hanya belajar dari buku dan mendengarkan ceramah dari dosen-dosen hingga tugas-tugas yang diberikan dirasa tak cukup untuk menghadapi kehidupan bermasyarakat. Kuliah Kerja Nyata adalah jenjang di mana perkuliahan akan terasa begitu nyata, karena dengan buku dan pena terkadang tak memberi jaminan bahwa kita telah benar-benar hidup. Awalnya aku tidak begitu senang dengan diadakannya KKN, sederhananya kami mahasiswa dan mahasiswi satu Universitas akan diambil secara acak dari beberapa fakultas untuk disatukan dalam satu kelompok, tanpa kenal satu sama lain. KKN juga membuat aku sedikit gundah, jawabannya klise saja, imaje KKN itu ibarat dua sisi mata uang di satu sisi itu merupakan pengabdian masyarakat, di sisi lain karena KKN adalah kegiatan yang kawan-kawan mahasiswa itu disebut-sebut sebagian peserta hanya main-main saja dan tidak banyak aksi nyata sebagai wujud pengabdian terhadap masyarakat. Pendaftaran KKN yang dilakukan via website kemudian mengisi formulir yang harus dipenuhi selanjutnya dicetak dan diberikan kepada bagian akademik. Lanjut paska pendaftaran KKN, maka akan 156
ada selang waktu menunggu siapakah anggota tiap kelompok, siapakah dosen yang akan menjadi Dosen Pembimbing kita dan di manakah tempat kami akan melaksanakan KKN dan pengabdian kepada masyarakat. Itu adalah masa-masa yang paling ku tunggu, bagaimana tidak ditunggu, ada beberapa tempat yang ditentukan oleh PPM di daerah sekitaran UIN yaitu beberapa daerah di beberapa kabupaten yang memakan waktu yang panjang karena jarak yang jauh dijangkau. Setelah menunggu waktu yang panjang, datanglah pengumuman nama kelompok, tempat dilaksanakan pengabdian dan nama dosen pembimbing pun akan dikeluarkan oleh PPM. Maka mulailah kami para mahasiswa berselancar di dunia maya, menemukan siapakah yang satu kelompok, di manakah penempatan kami. Maka mulailah kami membuka pengumuman lokasi KKN dan mencari nama-nama siapa saja yang ada di kelompok 050 satu per satu. Setelah melihat pengumuman nama-nama di kelompok 050, selanjutnya mencari di mana kami akan ditempatkan selama pengabdian masyarakat. Ternyata kami ditempatkan di Jasinga dan ternyata mulailah kekalutan menghantui karena saat mencari data lewat mesin pencari di internet, Jasinga adalah salah satu tempat yang rawan dan banyak hal mistis. Kami panik saat mengetik ‘Jasinga’ yang keluar malah tautan link cerita horor. Setelah pengumuman nama-nama anggota kelompok, tempat dilaksanakannya KKN, dan Dosen Pembimbing, maka berlanjut dengan pembekalan KKN oleh PPM UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Pembekalan awal dilakukan oleh PPM UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang diwakili oleh Pak Djaka. Dalam pembekalan KKN yang pertama membahas sekilas tentang KKN. Apa visi dan misinya, apa tujuannya, apa yang harus dilakukan, apa yang tak harus dilakukan, dan yang lainnya. Sedangkan pembekalan selanjutnya lebih banyak membahas hal-hal yang bersifat teknis, seperti kapan akan pergi meninjau lokasi supaya bisa memetakan kebutuhan kami dan masyarakat di sana, membahas pembentukan Ketua masing-masing dan pastinya juga perkenalan dengan Dosen Pembimbing. Kebetulan kami mendapatkan Dosen Pembimbing dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang lumayan masih muda. Ibu Ay Maryani, M.Si nama Dosen 157
Pembimbing kami. Alhamdulillah, Ibu Ay sangat baik dan banyak membantu kami dalam pembuatan program kerja, kami juga banyak konsultasi dengan beliau. Pada tanggal 25 Juli 2016 akhirnya kami berkumpul di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lalu menjadi keluarga baru di satu tempat, Dusun 3 Parung Kembang, Desa Bagoang, Jasinga, Bogor Barat. Di sana, kami menemukan teman baru, menemukan jati diri satu sama lain dari berbagai jurusan di satu kampus yang kami naungi selama 6 semester. Perkenalan kami singkat, hanya satu bulan, namun kami telah mengenal satu sama lain. Sejak saat itu, tidak sedikit canda tawa yang hadir saat kami tinggal bersama. Kami memang diharuskan untuk membaur dan menjadi keluarga baru di desa tempat kami mengabdi. 2. Selamat Datang Parung Kembang Menjalani keseharian di tempat baru, Dusun 3 Parung Kembang tidaklah membuat kami kesulitan, kami hanya harus mengikuti adat istiadat dan etika masyarakat di sini, adat istiadat dan etika yang pasti akan mendapatkan perlakuan baik dari masyarakat setempat. Hanya saja kami kesulitan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang masih menggunakan Bahasa Sunda yang masih menjadi bahasa sehari-hari. Di manapun sebenarnya kita berada, sebaiknya selalu mengikuti kebiasaan dan adat istiadat setempat. Alhamdulillah, kehadiran kami diterima dengan baik oleh masyarakat di Dusun 3 Parung Kembang, disambut dengan hangat, dengan tangan terbuka, serta masyarakat yang antusias akan kedatangan kami, warga baru yang akan menetap selama beberapa hari di dusunnya. Masyarakat juga antusias untuk menghadiri setiap acara dan mendukung berbagai program kerja prioritas kami. Sebagai acara pembukaan, kami kelompok KKN 050 Bima Sakti bekerjasama dengan kelompok KKN 048 Gencar dan KKN 049 Barakat yang memang ditempatkan di Desa Bagoang mengadakan acara pembukaan di Kantor Kepala Desa Bagoang, sekaligus sebagai pengenalan bahwa kami untuk satu bulan ke depan ditempatkan di Desa Bagoang. Kami kelompok KKN 050 Bima Sakti yang hari demi
158
hari bekerja sebagai satu tim, halangan kerja dalam tim pasti ada, memulainya adalah sebuah keharusan agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat. Ada banyak problematika yang harus kami lalui selama ada di sini. Mulai dari problem eksternal yang lebih banyak dipengaruhi kami dalam memperkaya pengalaman. Satu per satu kegiatan kami berjalan sesuai rencana, dengan antusias warga di Desa Bagoang khususnya Dusun 3 Parung Kembang yang cukup mengapresiasi kerjasama tim KKN 050 Bima Sakti, yang menurut kami adalah hal yang sangat luar biasa. Program kerja yang menyibukkan kami memang sangat menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Di saat kami menyusun program kerja untuk desa yang kami tempati, menyusun program yang dibutuhkan di desa dalam bentuk fisik dan non fisik. Kami disibukkan oleh program kerja yang menguras sebagian tenaga kami. Proposal yang harus dibuat, direvisi, dan ajukan. Dusun 3 yang letaknya sangat jauh dari dusun 1 dan dusun 2, jarak yang jauh dari Kantor Kepala Desa, akses yang sulit dilalui untuk ke dusun 3. Namun itulah kewajiban kami untuk menyelesaikan tugas yang kami bawa dari kampus dan memberikan yang terbaik bagi kami sendiri untuk KKN ini. Bersama kawan-kawan dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berbagai rancangan strategi, mengukir sejarah baru dalam pengabdian. Namun banyak pelajaran yang berarti, yang mampu menyentuh hati ini. Pengabdian yang menguras tenaga hingga canda tawa yang menghibur dari teman satu tim, semua seolah terbayar lelahnya pengabdian kami. Kegiatan kami di basecamp mulai pagi hari sampai malam menjelang, mulai dari mengajar anak-anak di SD Parung Kembang yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer, mengurusi program kerja yang kami buat, mengajar mengaji di beberapa tempat di Dusun 3 Parung Kembang. 3. Tentang Kalian Kami hidup bersama selama 30 hari di rumah yang kami kontrak bersama selama masa pengabdian. Banyak hal yang membuat kami semakin menyatu, makan bersama dengan beralaskan daun pisang, nasi yang dimasak terlalu banyak air, hingga apapun yang 159
dimasak, dimakan habis tanpa sisa. Kamar mandi yang hanya ada satu dan itupun rebutan, mandi hanya satu kali dalam sehari karena air sumur yang kering. 11 manusia dalam satu rumah, rumah yang tidak terlalu besar, jam tidur yang berantakan, remuknya badan yang berhari-hari tidur hanya beralaskan karpet tipis serta dingin yang membuat menggigil, bangun pagi yang kesiangan, dan banyak hal lainnya. Perselisihan antara kami, itu biasa. Namun kami semua tetap baik-baik saja dan tetap jadi keluarga, keluarga baru yang kami bentuk pada tanggal 25 Juli 2016. Perselisihan sering muncul karena adanya perbedaan pendapat dan berbeda paham. Bagi kami semua itu hal yang biasa, hal tersebut justru malah menguatkan kami sebagai keluarga baru. Bahkan kami mengenal karakter satu sama lain. Ada satu orang perempuan hebat yang biasa ku panggil ‘Bunda’ karena sosok keibuannya mengurus kami bersepuluh, terimakasih Bunda Ika untuk 30 hari yang selalu sabar merawat kami bersepuluh layaknya anak-anak, menyiapkan makan, membangunkan kami saat waktu Shalat Subuh, yang selalu sabar walaupun kami bersepuluh rewel, berisik dan selalu rusuh. Ada Latifa yang selalu menguasai seisi rumah dan kamar mandi, yang selalu jadi pendengar setia saat cerita menjelang tidurku. Mita yang selalu sibuk menelepon abang tersayang yang jauh di Bekasi. Rona yang selalu diganggu Fatih dan tetap sabar meski selalu dibuat kesal Fatih. Nurul yang selalu sibuk dengan laporan mingguannya, Amay yang selalu dibully karena candaannya tak pernah lucu sampai akhirnya bisa membuat seisi ruangan tertawa lepas. Fatih si pelipur lara, si pekerja keras yang selalu di bully karena gaya berbicaranya yang mencirikan dengan logat Jawa, Syarif yang senang bercerita tentang tanah kelahirannya, Bugis. Alif yang terlalu cuek dengan muka Cina Kotanya, Ilham yang pecicilan gak ada obat. Mereka semua yang selalu tertawa lepas jika salah satu dari kami membuat lawakan yang ‘receh’ menurutku, ada yang marah karena kebiasaan buruk satu sama lain. Tapi aku memahami, semua pasti hanya sementara. Ini karena kami tidak akan bisa berlama-lama marah. Ini karena kehangatan keluarga baru kami, sangat membuat
160
banyak orang iri. Percayalah keluarga baru kami, keluarga kedua yang bagi saya begitu membuat nyaman dan menyenangkan hati. Namun dari sekian banyak pengalamanku dengan kesannya masing-masing, ada satu pengalaman yang membuatku sangat kagum dan merasa beruntung bisa bersama dengan KKN 050 Bima Sakti dalam mengabdi di Dusun 3 Parung Kembang, yaitu pengalaman kami dalam menuntut ilmu agama di Dusun 3 Parung Kembang. Antusias anak-anak dalam belajar di Sekolah Dasar, Madrasah maupun pengajian yang sangat besar dalam berbagai keterbatasan. Mulai dari sekolah yang menurut kami kurang dari kata layak, bangunan Sekolah Dasar yang hanya memiliki 6 ruang kelas dan 1 ruang guru. Madrasah yang hanya memiliki 3 ruang kelas dan 1 ruang guru, penerangan yang hanya mengandalkan sinar matahari. 3 tempat pengajian yang hanya memiliki ruang yang kurang luas untuk menampung 40 anak. Mereka selalu memiliki antusias yang luar biasa untuk datang pagi ke Sekolah Dasar untuk menuntut ilmu, dilanjut siang hari selepas ba’da Dzuhur pergi ke Madrasah untuk menambah ilmu agama, dan malam harinya melanjutkan mengaji di pengajian masing-masing. Kami yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, sudah menjadi kebutuhan kami selama belajar di kampus untuk mengimbangi ilmu akademis yang kami pelajari dengan ilmu agama yang dapat menambah wawasan ke-Islaman yang tentunya mengisi keimanan kami. Namun ketika berada di sini Alhamdulillah makin bertambah keimanan kami, selain mengikuti pengajian mingguan rutin, kami di ajak masyarakat untuk ikut serta pada pengajian bulanan yang diadakan di Dusun 3, baik di Parung Kembang, Pasir Kandang, atau Jolpot. 4. Di balik Pesonanya Masyarakat Dusun Parung Kembang umumnya bekerja di ladang atau sawah, sawah biasanya ditanami padi. Pada saat kami mengabdi di dusun, kebetulan waktu panen padi, bapak-bapak dan ibu-ibu di dusun biasanya pagi-pagi sekali sudah datang ke sawah untuk memanen hasil padi yang ditanam kurang lebih selama 3 bulan. Lain hal dengan pemuda di Dusun 3 Parung Kembang, pemuda dusun
161
kebanyakan merantau ke Jakarta untuk menjadi supir mobil-mobil besar di Tanjung Priok, kebanyakan pemuda di Desa Parung Kembang hanya tamat Sekolah Dasar, ada juga beberapa yang tamatan Sekolah Menengah Pertama atau SMP, jarang sekali pemuda di Dusun 3 Parung Kembang yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas atau SMA, sedangkan pemudi di Dusun 3 Parung Kembang biasanya lulus Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama sudah menikah. Di dusun yang kami tinggali, pemudi usia 17 tahun dan belum menikah itu di cap sebagai “perawan tua” padahal umumnya di kota, usia 17 tahun adalah usia di mana seorang perempuan masih mengejar study untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Bagaimana dengan kami, 6 orang perempuan yang berusia sekitaran 21 tahun dan belum menikah? Sering sekali kami berenam berbincang tentang pernikahan usia dini yang dilakukan pemudi di Dusun 3 Parung Kembang. Syukur Alhamdulillah kami tinggal di rumah yang kami kontrak dan berdekatan dengan rumah Ketua RT juga Ketua RW, tetangga di dekat rumah kontrakan kami ramah dan baik. Kadang tak jarang juga kami dikirimi makanan atau minuman bahkan cemilan dari tetangga dan masyarakat Dusun 3 Parung Kembang. Kami disambut dan dijamu dengan baik di dusun ini, sampai kami rasa berat badan kami naik selama tinggal di Dusun 3 Parung Kembang ini. Satu persatu Program Kerja (Proker) kelompok KKN kami selesai dicicil, mulai dari penyuluhan kesehatan, penyuluhan ASI, workshop daur ulang botol kemasan, workshop pengenalan internet, mengajar di Sekolah Dasar, mengajar mengaji di beberapa pengajian, Smart Bagoang, memperbaiki kondisi fisik Posyandu, memperbaiki jalan yang rusak, memperingati perayaan 17-an di dusun, gerak jalan, malam pentas seni dan lainnya. Malam pentas seni yang kami adakan hari Minggu tanggal 21 Agustus sekaligus pembagian hadiah lomba 17-an dan doorprize gerak jalan. Senang rasanya banyak masyarakat yang datang dan ikut memeriahkan acara malam puncak 17-an, diiringi kasidah dari adikadik pengajian, kebetulan juga bisa hadir Kepala Desa Bagoang Bapak Maman Suparman yang ikut memeriahkan pembagian hadiah dan
162
doorprize. Karena proker kami sudah selesai, setelahnya kami hanya menghabiskan waktu-waktu terakhir di rumah kontarakan, pamit perpisahan di Sekolah Dasar, pengajian ibu-ibu, 3 pengajian rutin tiap hari dan ke rumah-rumah warga. Sebagai acara penutup pada tanggal 24 Agustus 2016 kelompok KKN 050 Bima Sakti bekerjasama dengan kelompok KKN 048 Gencar dan KKN049 Barakat yang memang ditempatkan di Desa Bagoang mengadakan acara penutupan di Kantor Kepala Desa Bagoang, sekaligus sebagai perpisahan bahwa kami sudah satu bulan lamanya ditempatkan untuk mengabdi pada masyarakat di Desa Bagoang. Di sini sangat terlihat dari sebagian warga yang mempunyai rasa antusias yang tinggi dalam membantu program KKN kami, salah satunya dari Kepala Dusun tempat kami tinggal, beliau pernah berkata “membangun sukses itu dari hal yang kita sukai. Dengan semangat dan ketekunan yang tinggi, maka apapun yang dikerjakan akan membuat waktu dan keterapilan kita lebih bernilai”. Akhirnya pada tanggal 25 Agustus 2016 kami berpisah, kebersamaan kami harus terhenti karena masa pengabdian kami telah usai di Dusun 3 Parung Kembang, Bagoang, Jasinga, Bogor Barat. Namun kepergian kami satu per satu meninggalkan basecamp, banyak hal yang membuat kami di sini betah, warga dusun 3 yang menerima kami dengan baik membuat sedikit guratan di hati sampai membuat kami meneteskan air mata karena akan berpamitan dengan meninggalkan banyak kenangan dan banyak pembelajaran yang membuat kami menyeka air mata. Air mata haru karena merasa kami adalah bagian dari masyarakat Dusun 3 Parung Kembang, senang karena diterima baik bahkan dijamu dengan sangat baik di sini. Bahkan saat malam perpisahan yang kami adakan bertepatan dengan pembagian hadiah 17-an dan doorprize gerak jalan, masyarakat di sini antusias dan melepas kepergian kami dengan ucapan terimakasih dan pelukan hangat. Bilik basecamp adalah saksi perjuangan pengabdian kami di sini, di Dusun 3 Parung Kembang. Bilik basecamp seakan memberi isyarat bahwa kami memang harus kembali ke tempat kami masing-masing. Kami harus berpisah pada aktivitas baru kami, di kampus dan
163
semester baru. Namun dengan rasa kekeluargaan yang sangat erat, jabat tangan dan pelukan yang begitu hangat seolah tak ingin terpisah, memberikan kami jaminan bahwa keluarga baru ini tak akan sampai di sini saja. Kalian memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana artinya kebersaaman, ilmu yang bermanfaat dan berbagai kesan mendalam. Terima kasih keluarga KKN Bima Sakti, warga Dusun 3 Parung Kembang, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, Bogor Barat. Sebagai pendatang baru di Tanah Sunda, aku merasa memiliki keluarga baru. “Aku tak butuh yang kesempurnaan, aku juga tidak sempurna. Aku tahu bahwa kita hanya tahu satu sama lain untuk waktu yang sebentar, kelemahanmu, kebiasaan burukmu, buatku itu semua yang terbaik!”.
164
5 SEPENGGAL KENANGAN Oleh : Muhammad Syarif Hidayatullah “Jika sebuah cerita terantai maka Desa Bagoang-lah pesonanya. Jika sebuah syair terlantunkan maka Desa Bagoang-lah kesyahduannya. Jika sebuah lukisan tergoreskan maka Desa Bagoang-lah keindahannya”. 1. Hari Baru Kita Sebulan lamanya mengabdi di desa yang asri, Desa Bagoang. Awal menapakan kaki dengan ragu tapi pasti, entah ini mimpi namun inilah yang harus dihadapi. Berada di desa orang lain, desa yang asing bagi kami. Namun banyak pelajaran yang berarti, yang mampu menyentuh kalbu ini. Bersama sahabat-sahabati Bima Sakti dengan berbagai rancangan strategi, mengukir sejarah baru dalam pengabdian. Pada tanggal 25 Juli 2016 kami berkumpul di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lalu menjadi keluarga baru di satu tempat, Dusun 3 Parung Kembang, Desa Bagoang, Jasinga, Bogor Barat. Di sana, kami menemukan teman baru, menemukan jati diri satu sama lain dari berbagai jurusan di satu kampus yang kami naungi selama 6 semester. Perkenalan kami singkat, hanya satu bulan, namun kami telah mengenal satu sama lain. Sejak saat itu, tidak sedikit canda tawa yang hadir saat kami tinggal bersama. Kami memang diharuskan untuk membaur dan menjadi keluarga baru di desa tempat kami mengabdi. Menjalani keseharian di tempat baru, Dusun 3 Parung Kembang tidaklah membuat kami kesulitan, kami hanya harus mengikuti adat istiadat dan etika masyarakat di sini, adat istiadat dan etika yang pasti akan mendapatkan perlakuan baik dari masyarakat setempat. Hanya saja kami kesulitan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang masih menggunakan Bahasa Sunda yang masih menjadi bahasa sehari-hari. Di manapun sebenarnya kita berada, sebaiknya selalu mengikuti kebiasaan dan adat istiadat setempat. Alhamdulillah, kehadiran kami diterima dengan baik oleh masyarakat
165
di Dusun 3 Parung Kembang, disambut dengan hangat, dengan tangan terbuka, serta masyarakat yang antusias akan kedatangan kami, warga baru yang akan menetap selama beberapa hari di dusunnya. Masyarakat juga antusias untuk menghadiri setiap acara dan mendukung berbagai program kerja prioritas kami. Sebagai acara pembukaan, kami kelompok KKN 050 Bima Sakti berkerjasama dengan kelompok KKN 048 Gencar dan KKN 049 Barakat yang memang ditempatkan di Desa Bagoang mengadakan acara pembukaan di Kantor Kepala Desa Bagoang, sekaligus sebagai pengenalan bahwa kami untuk satu bulan ke depan ditempatkan di Desa Bagoang. Kami kelompok KKN 050 Bima Sakti yang hari demi hari bekerja sebagai satu tim, halangan kerja dalam tim pasti ada, memulainya adalah sebuah keharusan agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat. Ada banyak problematika yang harus kami lalui selama ada di sini. Mulai dari problem eksternal yang lebih banyak dipengaruhi kami dalam memperkaya pengalaman. Satu per satu kegiatan kami berjalan sesuai rencana, dengan antusias warga di Desa Bagoang khususnya Dusun 3 Parung Kembang yang cukup mengapresiasi kerjasama tim KKN 050 Bima Sakti, yang menurut kami adalah hal yang sangat luar biasa. Program kerja yang menyibukkan kami memang sangat menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Di saat kami menyusun program kerja untuk desa yang kami tempati, menyusun program yang dibutuhkan di desa dalam bentuk fisik dan non fisik. Kami disibukkan oleh program kerja yang menguras sebagian tenaga kami. Proposal yang harus dibuat, direvisi, dan ajukan. Dusun 3 yang letaknya sangat jauh dari dusun 1 dan dusun 2, jarak yang jauh dari Kantor Kepala Desa, akses yang sulit dilalui untuk ke dusun 3. Namun itulah kewajiban kami untuk menyelesaikan tugas yang kami bawa dari kampus dan memberikan yang terbaik bagi kami sendiri untuk Kuliah Kerja Nyata ini. Bersama kawan-kawan dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berbagai rancangan strategi, mengukir sejarah baru dalam pengabdian. Namun banyak pelajaran yang berarti, yang mampu menyentuh kalbu ini. Pengabdian yang
166
menguras tenaga hingga canda tawa yang menghibur dari teman satu tim, semua seolah terbayar lelahnya pengabdian kami. Kegiatan kami di rumah sementara mulai pagi hari sampai malam menjelang, mulai dari mengajar anakanak di SD Parung Kembang yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer, mengurusi program kerja yang kami buat, mengajar mengaji di beberapa tempat di Dusun 3 Parung Kembang Khusus di Malam Jum’at semua laki-laki yasinan di masjid bersama semua warga Parung kembang. Namun dari sekian banyak pengalaman dengan kesannya masing-masing, ada satu pengalaman yang membuat saya sangat terkagum dan merasa beruntung bisa membersamai KKN Bima Sakti dalam mengabdi di Desa Bagoang adalah pengalaman kami dalam menuntut ilmu agama di Desa Bagoang. Sudah menjadi kebutuhan kami selama belajar di kampus untuk mengimbangi ilmu akademis yang kami pelajari dengan ilmu agama yang dapat menambah wawasan ke-Islaman dan tentunya merechage keimanan kami. Namun ketika berada di Desa Bagoang, yang tadinya kami khawatir akan kehilangan suatu kegiatan yang menjadi rutinitas pekanan kami yang bahkan sudah seperti kebutuhan kami ini, ternyata salah, justru kami berkesempatan untuk belajar secara langsung kepada guru sekaligus Kiyai di Desa Bagoang. Bahkan bukan kami yang meminta, tapi Kiyainya yang menawarkan kepada kami untuk ikut belajar bersama anak-anak Desa Bagoang. 2. Bersama Bima Sakti Kami hidup bersama selama sebulan di rumah yang kami kontrak bersama selama masa pengabdian. Banyak hal yang membuat kami semakin menyatu, makan bersama dengan beralaskan daun pisang, nasi yang dimasak terlalu banyak air, hingga apapun yang dimasak, dimakan habis tanpa sisa dan kamar mandi yang hanya satu dan rebutan, mandi hanya satu kali dalam sehari karena air sumur yang kering. 11 orang dalam satu rumah, rumah yang dirasa kurang luas, jam tidur yang berantakan, remuknya badan yang berhari-hari tidur hanya beralaskan karpet tipis serta dingin yang menusuk tulang, Walaupun seperti itu kita masih bisa tidur dengan pulas, bangun pagi
167
yang kesiangan, dan banyak hal lainnya. Perselisihan antara kami, itu biasa. Namun kami semua tetap baik-baik saja dan tetap jadi keluarga, keluarga baru yang kami bentuk pada tanggal 25 Juli 2016. Perselisihan sering muncul karena adanya perbedaan pendapat dan berbeda paham. Bagi kami semua itu hal yang biasa, hal tersebut justru malah menguatkan kami sebagai keluarga baru. Bahkan kami mengenal karakter satu sama lain. Ada satu orang perempuan hebat yang biasa kupanggil ‘Bunda’ karena sosok keibuannya mengurus kami bersepuluh, terimakasih Bunda Ika untuk sebulan yang selalu sabar merawat kami bersepuluh layaknya anak, menyiapkan makan, membangunkan kami saat waktu Subuh, yang selalu sabar walaupun kami bersepuluh rewel, berisik dan selalu rusuh. Ada Latifa yang selalu menguasai seisi rumah dan kamar mandi. Mita yang kalau ngomong logat Betawinya yang sangat jelas didengar. Rona yang selalu diganggu Fatih dan tetap legowo meski selalu di buat kesal Fatih. Nurul yang selalu sibuk dengan laporan mingguannya, Amay yang dari awal KKN tidak lucu lama-kelamaan bisa berubah jadi lucu. Fatih yang selalu dibully karena dari logat Jawa dan sering dikatain hitam, Sahri yang orangnya periang dan kadang-kadang dia juga bisa ngambek gara-gara digangguin, Alif dia ini sahabat seperjuangan dalam hal begadang, Ilham sama halnya dengan Alif dia juga teman seperjuangan begadang tiap malam. Setiap hari pasti ada yang marah gara-gara kebiasaan buruk kami masing-masing, tapi aku memahami, semua pasti hanya sementara. Ini karena kami takkan bisa berlama-lama marah. Ini karena kehangatan keluarga baru kami, Namun dari sekian banyak pengalamanku dengan kesannya masing-masing, ada satu pengalaman yang membuatku sangat kagum dan merasa beruntung bisa bersama dengan KKN 050 Bima Sakti dalam mengabdi di Dusun 3 Parung Kembang, yaitu pengalaman kami dalam mengajar ilmu agama di Dusun 3 Parung Kembang. Antusias anak-anak dalam belajar di sekolah, Madrasah maupun pengajian yang sangat besar dalam berbagai keterbatasan. Mulai dari sekolah yang menurut kami kurang dari kata layak, bangunan Sekolah Dasar yang hanya memiliki 6 ruang kelas dan 1 ruang guru. Madrasah yang hanya memiliki 3 ruang kelas dan 1 ruang guru, penerangan yang hanya
168
mengandalkan sinar matahari. 3 tempat pengajian yang hanya memiliki ruang yang kurang luas untuk menampung 40 anak. Mereka selalu memiliki antusias yang luar biasa untuk datang pagi ke Sekolah Dasar untuk menuntut ilmu, dilanjut siang hari selepas ba’da Dzuhur pergi ke Madrasah untuk menambah ilmu agama, dan malam harinya melanjutkan mengaji di pengajian masing-masing. Kami yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, sudah menjadi kebutuhan kami selama belajar di kampus untuk mengimbangi ilmu akademis yang kami pelajari dengan ilmu agama yang dapat menambah wawasan ke-Islaman yang tentunya mengisi keimanan kami. Namun ketika berada di sini Alhamdulillah makin bertambah keimanan kami, selain mengikuti pengajian mingguan rutin, kami diajak masyarakat untuk ikut serta pada pengajian bulanan yang diadakan di dusun 3, baik di Parung Kembang, Pasir Kandang, atau Jolpot. 3. Salam Perpisahan Masyarakat Dusun Parung Kembang umumnya bekerja di ladang atau sawah, sawah biasanya ditanami padi. Pada saat kami mengabdi di dusun, kebetulan waktu panen padi, bapak-bapak dan ibu-ibu di dusun biasanya pagi-pagi sekali sudah datang ke sawah untuk memanen hasil padi yang ditanam kurang lebih selama 3 bulan. Lain hal dengan pemuda di dusun 3, pemuda dusun kebanyakan merantau ke Jakarta untuk menjadi supir mobil-mobil besar di Tanjung Priok, kebanyakan pemuda di Desa Parung Kembang hanya tamat SD, ada juga beberapa yang tamatan SMP, jarang sekali pemuda di Dusun 3 Parung Kembang yang melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas, sedangkan pemudi di Dusun 3 Parung Kembang biasanya lulus SD atau SMP sudah menikah. Di dusun yang kami tinggali, Pemudi usia 17 tahun dan belum menikah itu dicap sebagai “perawan tua” padahal umumnya di perkotaan, usia 17 tahun adalah usia di mana seorang perempuan masih mengejar studi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Bagaimana dengan kawan kami, 6 orang perempuan yang berusia sekitaran 21 tahun dan belum
169
menikah? Kadang kawan kami berenam sering berbincang tentang pernikahan dini yang dilakukan pemudi di Dusun 3 Parung Kembang. Syukur Alhamdulillah kami tinggal di rumah yang kami kontrak dan berdekatan dengan rumah Ketua RT juga Ketua RW, tetangga di dekat rumah kontrakan kami ramah dan baik. Kadang tak jarang juga kami dikirimi makanan atau minuman bahkan cemilan dari tetangga dan masyarakat Dusun 3 Parung Kembang. Kami disambut dan dijamu dengan baik di dusun ini, sampai kami rasa berat badan kami naik selama tinggal di Dusun 3 Parung Kembang ini. Satu persatu Program Kerja (Proker) kelompok KKN kami selesai dicicil, mulai dari penyuluhan kesehatan, penyuluhan ASI, workshop daur ulang botol kemasan, , mengajar di sekolah dasar, mengajar mengaji di beberapa pengajian, Smart Bagoang, memperbaiki kondisi fisik Posyandu, memperbaiki jalan yang rusak, memperingati perayaan 17-an di dusun, gerak jalan, malam pentas seni dan lainnya. Malam pentas seni yang kami adakan hari Minggu tanggal 21 Agustus sekaligus pembagian hadiah lomba 17-an dan doorprize gerak jalan. Senang rasanya banyak masyarakat yang datang dan ikut memeriahkan acara malam puncak 17-an, diiringi kasidah dari adikadik pengajian, kebetulan juga bisa hadir Bapak Kepala Desa Bagoang yang ikut memeriahkan pembagian hadiah dan doorprize. Karena program kerja kami sudah selesai, setelahnya kami hanya menghabiskan waktu-waktu terakhir di rumah kontarakan, pamit perpisahan di SD, pengajian ibu-ibu, 3 pengajian rutin tiap hari dan ke rumah-rumah warga. Sebagai acara penutup pada tanggal 24 Agustus 2016 kelompok KKN 050 Bima Sakti bekerjasama dengan kelompok KKN 048 Gencar dan KKN 049 Barakat yang memang ditempatkan di Desa Bagoang mengadakan acara penutupan di Kantor Kepala Desa Bagoang, sekaligus sebagai perpisahan bahwa kami sudah satu bulan lamanya ditempatkan untuk mengabdi pada masyarakat di Desa Bagoang. 25 Agustus 2016 lalu kami berpisah, kebersamaan kami harus terhenti karena masa pengabdian kami telah usai di Dusun 3 Parung Kembang, Bagoang, Jasinga, Bogor Barat. Namun kepergian kami satu persatu meninggalkan basecamp, banyak hal yang membuat kami di sini betah, warga dusun 3 yang menerima kami dengan baik
170
membuat sedikit guratan dihati sampai membuat kami meneteskan air mata karena akan berpamitan dengan meninggalkan banyak kenangan dan banyak pembelajaran yang membuat kami menyeka air mata. Air mata haru karena merasa kami adalah bagian dari masyarakat dusun 3, senang karena diterima baik bahkan dijamu dengan sangat baik di sini. Bahkan saat malam perpisahan yang kami adakan bertepatan dengan pembagian hadiah 17-an dan doorprize gerak jalan, masyarakat disini antusias dan melepas kepergian kami dengan ucapan terimaksih dan pelukan hangat. Bilik basecamp adalah saksi perjuangan pengabdian kami di sini, di Dusun 3 Parung Kembang. Bilik basecamp seakan memberi isyarat bahwa kami memang harus kembali ketempat kami masingmasing. Kami harus berpisah pada aktivitas baru kami, di kampus dan semester baru. Namun dengan rasa kekeluargaan yang sangat erat, jabat tangan dan pelukan yang begitu hangat seolah tak ingin terpisah, memberikan kami jaminan bahwa keluarga baru ini tak akan sampai di sini saja. Kalian memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana artinya kebersaaman, ilmu yang bermanfaat dan berbagai kesan mendalam.
171
6 PELANGI DI LANGIT DESA BAGOANG Oleh : Rona Roudhotul Jannah “Pernah kulihat pelangi, mewarnai langit sehabis hujan… Pernah kurasakan kesedihan, meski akhirnya aku tersenyum bahagia… Entah air mata apa yang mengalir deras dari kedua sudut mataku… Yang aku tahu ,bahagiaku pernah bersama dengan kalian… Kalian para insan di Dusun 3 Desa Bagoang”. 1. Tentang Kita dan Bagoang Pertama kali menapaki kaki di tanah Dusun 3 Desa Bagoang, kami sudah dimanjakan dengan hamparan sawah yang hijau. Suasana asri menyambut kedatangan kami dengan hangat. Di sinilah kami mengemban amanah dalam satu bulan lamanya, dengan tujuan bisa menjadikan desa ini lebih baik lagi lewat ilmu akademik maupun non akademik yang kami miliki. Dusun 3 Desa Bagoang ini letaknya memang lumayan jauh jaraknya dari dusun 1 dan dusun 2. Namun hal itu tak menjadikan dusun ini menjadi terpinggirkan. Justru semangat gotong royong dan sikap ramah tamah sangat terasa oleh masyarakat di sini. Kami dari 11 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang terdiri dari ketua kelompok kami yaitu Ahmad Syarif Hidayatullah alias Amay, kemudian Nurul Adha alias Uul, lalu Ika Tri Mustika alias Ika, Muhammad Syarif Hidayatullah alias Syarif, Mita Sukma Apriyani alias Mita, Muhammad Ilham Aldair alias Alda, Sahri Rahma Fitri alias Sahri atau ii, Alif Septritama Zhikhri alias Alif atau Cinko, Muhammad Fatih Akmal alias Fatih, Latifa Zahra alias Tifa, dan terakhir adalah saya, Rona Roudhotul Jannah alias Rona. Para pejuang Dusun 3 Desa Bagoang ini kami beri nama kelompok KKN Bima Sakti yang merupakan kepanjangan dari “Bijak, Transformatif, Solutif, dan Aktif”. Sebelumnya kami belum mengenal satu sama lain. Kelompok kami dibentuk lewat pihak PPM. Awalnya memang sedikit canggung, tapi kami mencoba untuk terus mengenal kepribadian kami masingmasing secara perlahan. Bersama dengan dua kelompok KKN dari UIN
172
Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Gencar dan Barakat, yang juga ikut mendapatkan amanah mengabdi di Dusun 1 dan Dusun 2 Desa Bagoang, kami membuat acara pembukaan di Kantor Desa Bagoang bersama dengan Kepala Desa dan para tokoh masyarakat di Desa Bagoang. Dengan membaca Basmallah, pemotongan pita secara simbolis mengatakan bahwa kami siap mengabdi untuk Desa Bagoang. 2. Dunia Baruku Hari pertama, kami melakukan perkenalan di tiga tempat pengajian anak-anak yang ada di Dusun 3 Desa Bagoang. Pengajian pertama berada di kediaman Bapak Eman, pengajian kedua berada di kediaman Bapak Ukik, dan terakhir pengajian anak-anak PAUD berada di kediaman Ibu Mimin. Di ketiga tempat pengajian tersebut kami saling memperkenalkan diri satu sama lain. Wajah lugu anakanak di ketiga tempat pengajian tersebut memecahkan suasana hati kami. Rasa gembira atas kedatangan kami sangat kami rasakan. Alhamdulillah, perkenalan singkat kami dengan anak-anak pengajian di sini berjalan dengan baik. Keesokan paginya, kami melakukan perkenalan di SD Parung Kembang. Satu-satunya SD yang ada di dusun ini. Kami ditugaskan untuk mengajar di kelas 3 sampai dengan kelas 6. Karena ini adalah hari pertama kami bertemu dengan para siswa di sini, kami hanya memperkenalkan diri sambil diikuti dengan sedikit games agar mereka bisa lebih dekat dengan kami. Tak terasa bel di sekolah berdenting, waktunya siswa-siswi di SD Parung Kembang untuk istirahat. Suasana di sekolah ini sangat asri. Posisi sekolah ini berada di dataran tinggi, bersantai di belakang sekolah membawa kami seperti berada di atas bukit dengan dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi. Selama istirahat, kami mencoba berbaur dengan para siswa SD Parung Kembang. Ada yang ikut bermain sepak bola, ada yang bermain kejar-kejaran, dan banyak lagi keseruan kami bermain dengan mereka. Cukup mudah untuk bisa dekat dengan mereka, padahal kami baru bertemu dengan mereka hanya dalam hitungan jam saja. Selama satu minggu berada di dusun ini, kami fokus pada kegiatan mengajar. Entah itu mengajar mengaji maupun mengajar
173
sekolah di SD Parung Kembang. Mengajar di SD Parung Kembang kami laksanakan pada pagi hari, sedangkan untuk mengajar mengaji kami laksanakan setelah Shalat Maghrib. Kebetulan juga kami diberikan tempat tinggal yang berdekatan dengan rumah Bapak RW 005 yaitu Bapak Surya. Hal yang pertama kali kami rasakan ketika tinggal di rumah ini adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Air di tempat tinggal kami cukup keruh dan sering tidak keluar airnya. Beruntungnya, Pak RW mau menghubungkan selang airnya dari keran rumahnya menuju kamar mandi tempat tinggal singgah kami. Kepedulian masyarakat di Dusun 3 Desa Bagoang ini juga sangat kami rasakan terhadap kami. Mereka selalu men-support kami untuk tetap sabar tinggal di lingkungan yang sulit air seperti ini. Bahkan mereka dengan senang hati menyediakan kamar mandinya untuk kami gunakan jika air di rumah singgah kami mendadak tidak keluar lagi. Mayoritas penduduk di dusun ini memang lebih memilih kali besar atau kali irigasi untuk keperluan mencuci, mandi, maupun buang air kecil dan buang air besar. Kamar mandi di setiap rumah pendudukpun masih sangat minim. Cukup sulit untuk mengubah kebiasaan masyarakat di sini yang sudah menjadi tradisi mereka secara turuntemurun. Tapi situasi seperti inilah yang menantang kami untuk terus maju membangun Dusun 3 Desa Bagoang, meski harus merasakan sulitnya kehidupan di dusun ini. 3. Kesalahpahaman Semakin lama pengabdian ini kami jalani, kami sudah semakin mengenal diri kami sendiri satu sama lainnya. Kami semakin mengerti tingkah laku asli yang kami miliki. Ada yang suka menonton Drama Korea, ada yang sifatnya keibuan sehingga kita memanggilnya dengan sebutan Bunda, ada juga yang suka memberi lawakan atau lelucon sehingga tanpa ada dia rasanya tempat persinggahan kami ini terasa sangat sepi. Dan masih banyak lagi berbagai sifat kami yang baru kami ketahui setelah beberapa hari saling mengenal. Rasanya terlalu nyaman jika saya mengatakan bahwa mereka semua adalah teman, saya merasakan ikatan yang begitu kuat dari mereka yang lebih dari sekedar teman. Mereka lebih pantas saya sebut dengan keluarga.
174
Kamis pagi menyapa kami dengan embunnya. Sinar sang surya mulai menyelinap masuk ke dalam bilik bambu rumah singgah kami. Seperti biasa setiap pagi kami bersiap untuk mengajar di SD Parung Kembang. Namun hari ini tidak seperti biasanya, kami hanya tinggal ber-sepuluh. Salah satu teman kami yaitu Uul, kemarin izin pulang untuk mengurusi surat perpindahan adiknya. Sejak siang dia mengontak kami untuk minta dijemput di pertigaan Pasir Nangka. Di mana pertigaan itu adalah salah satu akses menuju Dusun 3 Desa Bagoang. Memang untuk menuju Dusun 3 Desa Bagoang ini tidak ada transportasi lain selain ojek yang mangkal di pertigaan Pasir Nangka tersebut. Sehingga setiap teman kami yang izin pulang selalu dijemput oleh salah satu teman kami di pertigaan Pasir Nangka itu. Perjalanan menuju dusun kami pun cukup menegangkan. Melewati hutan pohon karet yang sepi tanpa ada lampu penerangan jalan. Kami mengiyakan ketika Uul ingin meminta jemput di pertigaan Pasir Nangka tersebut. Sore harinya Uul mengabarkan telah sampai di Stasiun Tenjo, dan sedang menuju pertigaan Pasir Nangka dengan menaiki angkot. Tetapi angkot yang ditumpanginya masih ngetem untuk mencari penumpang yang lebih banyak. Dan waktupun sudah mulai dekat dengan adzan Maghrib. Kegiatan rutin kami setiap selesai Maghrib di malam Jum’at adalah yasinan di tempat pengajian. Namun untuk yang laki-lakinya dianjurkan oleh tokoh agama sekitar untuk yasinan di masjid. Niat kami, sambil menunggu kabar dari Uul, kami pergi untuk yasinan sebentar. Pikir kami mungkin sekitar jam 7 malam kami sudah selesai yasinan. Tapi ternyata diluar dugaan kami, kami selesai yasinan pukul 07.30 malam. Notif di handphone saya pun cukup banyak. Uul mengontak saya lewat Whatsapp, dia mengabarkan sudah menunggu lama di pertigaan Pasir Nangka. Apalagi kondisinya gelap dan sepi di sana. Dan dia memilih untuk menginap di salah satu kelompok KKN UIN Jakarta yang kebetulan tempat singgahnya berada di dekat pertigaan Pasir Nangka tersebut. Sedangkan di tempat singgah kami, terjadi adu argumen yang sangat hebat. Fatih bersikeras ingin menjemput Uul karena merasa sangat bersalah terhadapnya. Tapi kami mencoba untuk menahan Fatih agar berpikir ulang atas nasehat Pak RW yang menghimbau agar keluar malam tidak sendirian. Karena
175
kondisi jalan di sini melewati hutan yang gelap tanpa penerangan jalan. Yang kami takutkan pun sekarang adalah Malam Jum’at. Sebenarnya saya sendiri tidak membedakan antara Malam Jum’at dengan malam-malam yang lainnya. Tapi rasa khawatir terus mengusik hati saya. Di sisi lainpun saya merasa kasihan dengan Uul. Fatih yang sudah mengenakan helm, cukup bulat tekadnya untuk menjemput Uul. Dia sudah bersiap keluar dari pintu. Beberapa teman kami yaitu Syarif, Ii, dan Amay menarik Fatih kembali ke dalam. Saya juga ikut berdiri di depan pintu untuk menghalangi Fatih keluar dari rumah. Tapi yang keluar dari mulut Fatih adalah “Gua tahu apa yang harus gua lakukan” sambil berlalu keluar menuju motornya. Sementara Syarif dan Alda tidak tega melihat temannya keluar sendirian melewati hutan yang sepi dan gelap tanpa ada penerangan jalan. Pada akhirnya Syarif dan Alda ikut menemani Fatih menjemput Uul. Kami yang ada di rumah hanya bisa berdoa agar tidak terjadi sesuatu dengan mereka. Dan Alhamdulillah mereka kembali pulang dengan selamat. Beberapa di antara kami meminta maaf secara langsung dengan Uul. Kami berharap kesalahpahaman ini cukup terjadi sekali dalam masa pengabdian kami. 4. Malaikat Kecil dari Bagoang Selang beberapa hari setelah insiden kesalahpahaman kami terhadap Uul, kami kembali fokus untuk kegiatan kami selanjutnya. Kami membuat acara penyuluhan DBD dan penyakit kulit. Kami bekerjasama dengan pihak Puskesmas setempat berusaha menjelaskan pada masyarakat tentang pencegahan DBD, dan bahayanya penyakit kulit karena kebiasaan masyarakat yang mandi di kali yang kotor. Kami berharap dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat di Dusun 3 Desa Bagoang bisa lebih menjaga lingkungannya agar bisa terhindar dari penyakit DBD, serta mengurangi kebiasaannya mandi di kali yang kotor. Dan kami sangat bersyukur, antusias masyarakat di Dusun 3 Desa Bagoang sangat tinggi. Mereka mau mengikuti acara penyuluhan kami dengan sangat baik. Tidak hanya penyuluhan DBD dan penyakit kulit, lusanya kami membuat acara penyuluhan ASI yang diisi oleh Ibu Dosen Pembimbing kami yaitu Ibu Ay Maryani. Saya sangat salut
176
dengan masyarakat di Dusun 3 Desa Bagoang. Mereka selalu peduli dan merespon apapun kegiatan yang kami lakukan di dusun mereka. Saya menyesal pernah berpikir kalau masyarakat di Dusun 3 Desa Bagoang ini akan sulit untuk diajak berpartisipasi dengan kegiatan kami. Namun kenyataannya mereka sangat amat menghargai kegiatan kami. Seperti pada penyuluhan ASI, para ibu dengan kain gendongan yang diselempangkan di pundaknya untuk menggendong balitanya, begitu rela mengikuti penyuluhan kami dengan baik meskipun tangis si Balita pecah di petengahan acara. Sesekali mereka mengibaskan kertas karena kegerahan. Tak terbayang berapa keringat yang di keluarkan hanya untuk mencari ilmu dan pengetahuan yang belum mereka ketahui. Hampir 3 minggu kami tinggal di kampung orang. Mencoba memahami dan meneladani adat dan budaya yang ada di dusun ini. Semakin lama kami semakin dekat dengan warga di sekitar kami. Bahkan ada saja yang membawakan kami makanan di tempat persinggahan kami yang usang ini. Seorang nenek pun yang tinggal di gubuk kecil tepat di depan rumah singgah kami, tak melewatkan memberi sedikit rezeki makanannya untuk kami. Nenek tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia, tapi kami merasakan ketulusan pemberian makanannya. Bahkan ibu-ibu di sini sering mengajak kami untuk makan bersama dan mengobrol tentang penduduk di sini. Tidak hanya itu, anak-anak kecil di Dusun 3 Desa Bagoang pun sudah cukup akrab dengan kami. Seorang anak perempuan yang tinggal di samping rumah kami, selalu menyapa kami dengan senyuman khasnya. Namanya Sabrina, saya memanggilnya dengan sebutan Sabi. Dia adalah salah satu anak yang cukup dekat dengan saya. Usianya masih sekitar 11 tahun.Dia juga merupakan siswi dari SD Parung Kembang tempat kami mengajar. Dengan rambut pirangnya yang dikuncir kuda, dia bermain karet dengan penuh semangat bersama dengan temantemannya di samping rumah singgah kami. Terkadang ketika saya sedang beranjak keluar rumah hanya sekedar untuk membeli kwetiaw rebus langganan kami, tiba-tiba dia datang menghampiri saya sambil menggandeng tangan saya diikuti dengan senyuman manisnya. Saya membalas dengan senyuman kembali sambil mengobrol apapun
177
bersamanya. Rasa suka dan riang tak pernah terlepas dari dalam diri Sabi. 5. Hari Terakhirku Selama pengabdian kami di Dusun 3 Desa Bagoang juga bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Kami membuat suatu perlombaan untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia, sekaligus sebagai bentuk acara puncak kami dalam rangka detik-detik perpulangan kami dari Dusun 3 Desa Bagoang, khususnya Kampung Parung Kembang tempat pesinggahan pengabdian kami. Acara perlombaan yang kami buat cukup sederhana. Ada lomba untuk anak-anak kecil sampai remaja yang terdiri dari lomba makan kerupuk, lomba balap karung, lomba memasukkan bendera ke dalam botol, serta lomba memasukkan paku ke dalam botol. Antusias anak-anak pada perlombaan ini disertai canda tawa lugu mereka. Saat perlombaan makan kerupuk, ada seorang anak kecil yang kira-kira berusia 5 tahun. Lucunya anak kecil itu tidak memakan kerupuknya, tapi hanya dijilat dengan lidahnya. Tawa kami lepas melihat anak kecil lugu itu. Perlombaan ini semakin menarik saat tiba waktunya perlombaan untuk para ibu di Dusun 3 Desa Bagoang. Perlombaannya terdiri dari lomba joget balon dan lomba make up. Saat lomba joget balon, setiap pasangan ibu-ibu harus menjaga balonnya agar tidak jatuh dari kedua dahi mereka dengan diimbangi oleh jogetan yang heboh. Lantunan lagu dangdut menyertai lomba joget balon tersebut. Jogetan ibu-ibu disini bermacam-macam, yang paling lucu yaitu yang joget bukan pinggulnya melainkan ibu jarinya. Tawa kami semakin lepas ketika ibu-ibu mendandani temannya dengan mata tertutup. Tak terbayang jadinya melihat hasil make up mereka yang sangat berantakan. Ada yang lipstiknya keluar dari bibir, ada yang melukis alisnya di atas alis aslinya, ada yang blush on-nya terlalu tebal, dan masih banyak lagi kelucuan hasil make-up mereka. Dan Alhamdulillah acara kami usai dengan sangat baik. Warga di sekitarpun cukup terhibur dengan acara perlombaan kami. Kemudian hujan pun turun sebagai salam berakhirnya acara kami.
178
Rintikan hujan meluluhkan rasa lelah kami. Hujan menyadarkan kami bahwa hari tak selamanya cerah. Selalu ada hujan yang mengimbangi. Setelah melepas lelah di rumah singgah kami, selesai Shalat Maghrib kami semua harus bersiap pergi menuju tempat pengajian Pak Eman. Hari ini akan ada acara sederhana dari pihak pengajian Pak Eman bersama dengan anak-anak di pengajian tersebut sebagai bentuk salam perpisahannya kepada kami. Rasanya baru kemarin saya dan teman-teman KKN Bima Sakti memperkenalkan diri di pengajian Pak Eman. Saya tidak bisa menahan air mata saya ketika melihat wajah teduh anak-anak di sini. Satu per-satu anak-anak di pengajian Pak Eman mengeluarkan buliran bening dari kedua sudut matanya, seakan tak ingin melepas kepergian kami. Semakin lama isak tangis mereka pun pecah saat bersalaman dengan kami. Saya semakin tidak kuat menahan haru air mata saya. Tidak pernah saya sangka bahwa saya akan merasa sangat sulit berpisah dengan mereka. Apalagi keluarga Pak Eman juga telah banyak membantu kami selama mengabdi di sini. Dari mulai menyediakan aula untuk acara penyuluhan, mengajak kami makan bersama setelah mengajar mengaji, dan masih banyak lagi kebaikan beliau selama pengabdian kami di Dusun 3 Desa Bagoang. Acara perpisahan kami tak hanya di pengajian Pak Eman. Hari berikutnya kami mengadakan perpisahan di SD Parung Kembang. Hal yang tak pernah saya duga adalah mereka datang memeluk kami sambil mengeluarkan emosi kesedihannya. Isak tangisnya tak berhenti dan tak ada habisnya. Ketika saya sedang berdiri melihat tangis mereka, tiba-tiba ada yang memeluk saya dari samping dan berkata “Kak Rona disini aja sama aku, jangan pulang” itulah Sabi yang disertai dengan isak tangisnya. Tanpa sadar air mata saya jatuh begitu saja melihatnya seperti itu. Kini bukan senyuman yang saya lihat darinya, tetapi wajah mendung yang tak pernah saya lihat. Saya berpesan pada Sabi untuk terus rajin belajar dan tidak perlu khawatir karena kami akan menyempatkan diri untuk datang berjumpa dengan kalian. Usai di sekolah, hari-hari berikutnya kami juga melakukan perpisahan di pengajian Pak Ukik dan Bu Mimin. Hal yang sama kami rasakan saat perpisahan tersebut adalah kesedihan. Sedih karena terlalu berat melepaskan mereka. Bahkan Bu Mimin pun sampai meneteskan air 179
matanya karena tak mampu melepaskan kami dan merasa belum siap jika harus kami tinggalkan. Waktu perpulangan pun tiba. Barang-barang yang menemani kami selama singgah di dusun ini harus kami keluarkan dan dimasukan ke dalam mobil. Rasanya aneh melihat rumah ini kosong. Masih terbayang di pikiran saya ketika kami makan bersama dengan kertas nasi yang disejajarkan di ruang tengah ini. Masih teringat juga canda kawan-kawan KKN Bima Sakti yang terjadi di rumah singgah ini. Berat rasanya mengangkat kaki ini ketika berdiri di ruang tengah. Konflik kesalahpahaman, canda, tawa, haru, semua kami rasakan di sini. Selamat tinggal Dusun 3 Desa Bagoang. Selamat tinggal Kampung Parung Kembang. Sampai jumpa teman-teman Bima Sakti. Perpisahan mengajarkan kita akan arti dari sebuah kehidupan. Hidup tak selamanya abadi. Kenangan yang tersimpan biarkan menjadi sejarah yang terlukis indah di kehidupan masing-masing. Salam rindu untuk kalian para pejuang Dusun 3 Desa Bagoang!
180
7 BAGOANG PUNYA CERITA Oleh : Muhamad Ilham Aldair Sebulan merupakan waktu yang cukup lama namun sebulan bagi saya itu waktu yang sangat singkat hari demi hari berganti inilah kisah saya dalam menjalankan tugas KKN (Kuliah Kerja Nyata). Nama saya Muhamad Ilham Aldair saya berada di kelompok 50 yang diberi nama Bima Sakti kami di tugaskan di Jasinga Desa Parung kembang. 1. Hari Baru, Pengalaman Baru Akses jalan yang sangat jauh dari jalan utama melewati perkebunan yang sangat sepi dan rawan ketika malam membuat sedikit perasaan saya tidak betah untuk tinggal di sana, apadaya tugas sudah di berikan, amanat sudah di sampaikan, mau tidak mau saya harus menjalankan tugas saya. Dua setengah jam dengan berkendara sepeda motor dari tempat saya tinggal, hal yang cukup melelahkan. Akses jalan yang sudah mulai bagus mempercepat perjalanan saya namun di balik akses jalan yang bagus ada kekurangan yang masih tersisa dimana tempat pengisian bahan bakar yang susah dicari dan hanya ada bensin-bensin eceran yang cukup merogoh kocek dengan literan yang tidak jelas menjadi faktor kesulitan saya di dalam perjalanan. Setibanya datang ke tempat di mana saya dan teman teman akan tinggal di rumah sederhana dengan dinding berbentuk bilik bambu, dimana angin biasa menembus dengan dinginnya, tetapi kami tidak mengeluhkan tempat yang akan kami tinggali. Menjalani keseharian di Desa Parung Kembang itu mudah dengan mengikuti aturan yang ada kita sudah biasa di perlakukan baik oleh masyarakat, mayoritas penduduk di sana merupakan petani di mana anda akan merasa sepi sedari jam 6 pagi hingga jam 12 siang . Acara pembukaan kegiatan KKN kami berlangsung di Kantor Desa Bagoang. Saya tidak mengerti kenapa Desa Bagoang di bagi menjadi tiga dusun. Tetapi dusun saya dinamakan Parung Kembang yang padahal masih bagian dari Desa Bagoang. Acara pembukaan kami dibuka oleh tim gabungan dari kelompok 48, 49, dan 50. Sempat terjadi gesekan kecil antar kelompok di mana kesalahpahaman terjadi. 181
Pembukaan dimulai dengan dipotongnya pita pembukaan dan diberikannya cendramata simbolis maka kami diterima di desa tersebut. Minggu pertama merupakan minggu yang sangat mengasyikan di mana kami berkenalan dengan warga, dengan anakanak, dengan tokoh masyarakat. Pagi keesokan harinya saya memperkenalkan diri di hadapan anak Sekolah Dasar Parung Kembang dan malamnya saya memperkankan diri di masing – masing tempat pengajian. Hal yang pertama kali saya lakukan berkenalan dengan banyak anak – anak. Antusias anak – anak luar biasa di mana kegirangan terlihat dari senyum anak – anak yang sangat polos dan lugu. Jadwal piket dibuat dan saya diberi tugas untuk mengajar Olahraga, Seni Budaya, dan Bahasa Indonesia. 2. Kehidupan Mereka Dengan kebiasaan masyarakat yang masih mandi di saluran irigasi yang membuat kami kaget dan pemandangan yang disuguhi oleh sawah padi yang lambat laun mulai membungkuk yang bertanda hampir sudah dipanen. Lambat laun sambutan masyarakat mulai terasa di mana anak-anak bermain ke tempat singgah kami, ibu-ibu berdatangan silih berganti memberikan makanan serta cemilancemilan kecil. Ada seorang anak bernama Maman, ia sering mendatangi kami dalam kesaharian ia datang dengan teman – temannya yang bernama Agus, Haikal dan yang lainnya. Saya seperti mempunyai adik baru dan keluarga baru. Pertanyaan singkat dengan celotehan yang keluar dari mulut anak-anak yang polos kami dengarkan, dari pertanyaan yang pada umumnya sering kita dengar hanya sebatas “Rumah kakak di mana?”, dan sebagainya. Sebagaian besar pemuda di Kampung Parung Kembang hijrah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan sangat sedikit pemuda di kampung ini, jadi kami hanya bersosialisasi dengan para ibu – ibu dan anak- anak. Mayoritas pemuda di kampung ini bekerja sebagai supir antar kota. Pernikahan di usia belia sangatlah banyak di kampung ini setelah lulus Sekolah Menengah Pertama kebanyakan para gadis di desa ini sudah menikah.
182
Pak Eman salah satu guru ngaji sekaligus pengurus Majelis AlBanat menjelaskan bahwa kebanyakan di Desa Parung Kembang di usia 15 sampai 20 tahun sudah menikah dan tingkat pendidikan di desa tersebut sangatlah minim bisa diitung dengan jari yang meneruskan ke jenjang pendidikan SMA ( Sekolah Menengah Atas). Di sana terdapat Sekolah Madrasah di mana para anak – anak bersekolah di pagi harinya dan di lanjutkan bersekolah lagi pada siangnya, kemudian sehabis Maghrib mereka belajar mengaji. Yang saya lihat tingkat ilmu keagamaan di Desa Parung Kembang sangatlah tinggi di mana anak – anak Sekolah Dasar sudah bisa membaca al – Qur’an secara baik dan benar dan sudah berani memberikan tausyiah dan pidato di depan murid-murid yang lain di mana kata canggung itu sudah tidak ada. Banyak pelajaran yang saya dapat dalam mengabdi di Desa Parung Kembang dimana saya mendapatkan murid pertama kalinya dan mengajar pertama kalinya. Rasa canggung dan garing di awal saya mengajar terlihat di muka saya di mana kebingungan terjadi dalam memberikan materi dan tata cara mengajar baik dan benar saya pelajari kembali. Pertama saya mengajar anak kelas 3 SD, keributan dan kegaduhan tercipta dari polos dan lugunya anak-anak usia dini. 3. Kisah Kita Dari awal saya mengajar terlihat keceriaan yang terpancar dari wajah siswa kelas 3 Sekolah Dasar Parung Kembang. Hari demi hari berganti tali persaudaraan mulai merekat di antara kami di mana kami kelompok 50 berkomitmen untuk mengabdi pada desa tersebut. Hal yang membuat tali persaudaraan kami semakin erat adalah di mana kami makan bersama dengan lesehan dan menggunakan kertas nasi yang di jajarkan sejajar dengan lauk yang sangat sederhana dan masak secara bergantian itulah yang membuat kami semakin solid dan mampu meredam keegoisan satu sama lain. Dengan kamar mandi hanya ada 1 di mana air yang dipompa dari sumur tempat tinggal kami bisa dibilang sumur tersebut tidak bagus karna mengeluarkan air berwarna cokelat dan aroma tanah yang sangat menyengat membuat kami sangat risih di minggu pertama. Beruntungnya saya dan temanteman saya mendapatkan Bapak RW yang sangat baik hati, ia
183
memindahkan saluran air ke sumur rumahnya sendiri yang di mana airnya cukup bersih dan membuat kami kembali merasa nyaman. Minggu kedua merupakan minggu yang bisa dibilang sudah mulai berat di mana masing-masing anak menjalankan program kerjanya. Dalam hal ini saya mengusung program computer training di mana saya mengajarkan yang berhubungan tentang komputer. Ini merupakan kewajiban kami di mana kami harus mengamalkan yang telah dipelajari di kampus dalam bidangnya masing – masing. Sebagian teman saya mengusung program kerja penyuluhan di mana biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Dari mulai penyuluhan ASI sampai penyuluhan vaksin palsu, hal yang pertama kali terbayangkan adalah hanya sedikit warga yang antusias untuk menghadiri penyuluhan tersebut, namun hal yang paling mengagetkan adalah warga masyarakat datang berbondong – bondong untuk mengikuti penyuluhan tersebut , kekurangan makanan menjadi faktor utama dalam program penyuluhan pertama kali diadakan. Kami hanya menargetkan 50 peserta yang menghadiri penyuluhan namun peserta yang datang hampir 100 orang yang datang ini hal yang sangat luar biasa. Canda tawa menghiasi kegiatan kami sehari-hari namun di mana canda tawa itu berada pasti ada gesekan yang wajar di mana kesalahpahaman, berbeda pendapat dan masalah sepele di antara kami namun itu bukan menjadi masalah yang besar untuk saya dan teman teman saya dalam menjalani Kuliah Kerja Nyata. Di minggu ketiga ini merupakan minggu yang sangat paling melelahkan di mana program kerja fisik dijalankan dari awal pengecatan Posyandu, awal melihat Posyandu hanya tembok yang belum dicat tiang yang sudah lapuk di makan air hujan, maka kami setuju untuk memperbaiki Posyandu tersebut. Dalam proses pengerjaan hampir memakan waktu 5 hari lamayan selain itu kami juga membuatkan meja untuk para anak anak mengaji. Ustadz di pengajian sangat senang dengan kedatangan kami yang bisa menghibur anak – anak dalam memberi materi. Dalam pengerjaan perbaikan Posyandu diawali dengan mencopot tiang Posyandu kemudian mengamplas tiang, lalu dicat kembali, untuk pengerjaan tembok banyak terkendala kekurangan cat dengan diawali
184
cat dasar berwarna putih dengan tekstur tembok yang bergelombang menyulitkan kami dalam mengecat tembok tersebut dengan roll-an cat. Proses pengerjaanpun selesai kemudian saya beserta kawankawan saya melanjutkan pekerjaan membuat meja ngaji untuk para santri di masing-masing tempat pengajian. Dan alhamdulillah-nya proses pembuatan meja untuk mengaji tidak memakan waktu yang sangat lama dengan tenaga kerja 5 orang. Kemudian kami membuat gapura dalam rangka menyambut hari kemerdekaan yang dibantu oleh bapak – bapak dari proses awal membuat pondasi, lalu dengan pengecataan warna dasar, kemudian melukis tentang pristiwa kemerdekanaan, butuh 3 hari untuk menyelesaikan gapura tersebut karena kami juga sibuk pada siang harinya untuk mengerjakan Posyandu dan bangku ngaji, jadi kami terpaksa mengerjakan gapura pada malam hari. Pengalaman pahit pun pernah kami rasakan di mana mesin air bocor pada jam 4 subuh. Ada salah satu teman kami yang menyalakan mesin air tersebut untuk mandi dan tanpa ia ketahui mesin air tersebut bocor, air membanjiri seisi dapur dan sudah masuk ke ruang tengah di mana saya dan teman- teman saya tertidur lelap. Air hampir merendam printer dan telivisi yang kami bawa, Alhamdulillah-nya itu tidak terjadi karena salah satu teman saya menyadari hal itu. Pengalaman lucu juga terdapat dalam sebulan di Desa Parung Kembang, di mana memperebutkan kamar mandi satu banding 11 di mana keterbatasaan air yang tersedia pengalaman yang saya dapatkan saya mandi dengan air galon itupun satu kali mandi dalam sehari, perbedaan kriteria masing masing teman saya pun berbeda-beda, ada yang lama dan ada yang sebentar. Ketika air habis mau tidak mau saya mandi di kali bersama teman-teman saya. Rasa malu dan tidak malu terlihat dari hal tersebut. Hal paling menarik adalah ketika kita mandi ada beberapa kerbau yang lewat yang membuat kami tercengang sontak kami berlarian untuk menghindari kerbau tersebut. Di salah satu tempat mengaji yaitu Majelis Ta’lim Al-Banat saya diberi tugas sebagai mubaligh, itu pertama kalinya saya
185
mendapatkan tugas sebagai mubaligh. Mubaligh itu adalah sejenis Da’i, saya mengambil tema yang berjudul “Mengamalkan ilmu”. Ini membuat saya gugup karna dilihat langsung oleh Ustadz Eman. Semakin hari semakin erat hubungan kami dengan para anak-anak dan ibu-ibu. Setiap hari kami mengajarkan ilmu yang kami ketahui kepada anak – anak hal yang paling tak terlupakan adalah di mana siswa kelas 3 bernama Uga dan Yaya mengajak saya berjalan mengelilingi kampung pada pelajaran Olahraga. Melewati perkebunan di mana tidak ada satupun rumah. Itu membuat saya sedikit takut di mana rasa takut itu muncul karna tidak ada satupun orang dewasa sedangkan saya membawa murid kelas 3 yang berjumlah 30 orang yang menjadi tanggung jawab saya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, kini sudah memasuki minggu ke empat di mana ini adalah minggu terakhir saya di desa tersebut dan persiapan di minggu terakhir sangat berat di mana kondisi keuangan kami sudah mulai menipis dan perlengkapan menyambut hari kemerdekan serta mengadakan lomba dari mulai lomba makan kerupuk, balap karung, memasukan paku kedalam botol, sampai mengambil koin dalam tepung, ini merupakan acara besar untuk kami, tidak sedikit biaya untuk mengadakan acara ini dengan masalah dana terbatas dan mempersiapkan hadiah. Malam hari kami mengadakan evaluasi dan menghitung habis berapakah dana untuk membeli hadiah. Gesekan dan perdebatan kecil di antara kami mulai terasa, ini bukan hal tidak biasa namun ini hal biasa di mana persepsi masing masing digabungkan dan kami mencari jalan tengah hingga mendapatkan solusi yang ada, dan keesokan harinya kami mencari hadiah untuk perlombaan dan jalan santai diadakan doorprize dan bukan hanya itu juga kami menambahkan program fisik untuk madrasah dan sekolah di mana kami membelikan tong sampah yang sangat besar untuk sekolah dan madrasah. Saya beserta teman-teman saya mengadakan lomba diawali dengan lomba makan kerupuk, keceriaan terlihat dari Nanda bocah kecil yang berusia sekitar 5 tahun ini hampir mengikuti semua lomba dan alhasil pada lomba ini dimenangkan bocah berusia 7 tahun yang sudah bisa dibilang sudah
186
besar, selanjutnya adalah lomba kelereng lucu sekali dalam lomba ini di mana anak anak berlarian untuk mengikuti lomba ini. Terlintas kekangenan saya terhadap keluarga mulai ada di mana terlintas sekilas di pikiran saya sedang apa ibu saya di rumah dan bagai mana keadaan ayah saya di rumah, kami hanya memberi kabar lewat telepon dan itupun 2 atau sampai 3 hari sekali, keterbatasan sinyal yang ada menjadi faktor kendala yang membuat saya susah menghubungi kedua orang tua saya. Kebingungan terjadi di mana di desa tersebut tidak ada yang menjual beras, logikanya adalah sebagian besar penduduk mempunyai sawah jadi mereka tidak memerlukan beras untuk dibeli. Harga jajanan di Desa Perung Kembang sangatlah murah di mana anda biasa membeli kwetiau goreng seharga enam ribu rupiah di mana di kota-kota besar harganya bisa mencapai 13 ribu-an dan gorengan pun lima ratus rupiah yang mana harga di kota bisa dua ribu 3. 4. Perpisahan Lambat laun anak – anak pun mengetahui bahwa kami akan segera pulang. Hujan pertanyaan “Kak mau pulang?, Kak Pulang kapan?” pun banyak berdatangan dari anak – anak dan hari perpisahaan pun tiba di mana saya dan teman teman saya berpamitan kepada guru – guru sekolah dan pamit kepada masing-masing kelas. Air mata pun terlihat dari masing-masing anak suasana harupun tercipta di mana satu per satu anak mulai memegang tangan kami masing-masing. Begitu pula di Majelis di mana para anak-anak mengaji. Acara penutupan pun direncanakan, awal rencana penutupan adalah di gabungnya kembali seperti acara pembukaan dengan kelompok 48, 49, dan 50. Kembali lagi terjadi gesekan yang luar biasa di mana penentuan hari penutupan yang pas untuk acara gabungan untuk kali ini tidak ada jalan tengah dalam menentukan hari penutupan dan kelompok kami dari 50 memutuskan untuk membuat acara penutupan sendiri namun dalam hal ini pun terjadi gesekan internal tapi bisa diredam dan kemudian penentuan hari pun ditentukan. Hanya kelompok kami yang datang ke rumah Bapak Kades untuk mengadakan acara penutupan secara sederhana pada acara puncak dalam pembagian doorprize terlihat ibu – ibu sudah tidak sabar
187
menunggu nomor undian yang akan di kocok serta di bacakan. Hadiah seperti dispenser, gosokan, hingga kipas angin menjadi hadiah utama yang kami berikan. Dalam malam puncak ini bersyukurnya kami Bapak Kepala Desa dapat hadir untuk melihat sekaligus membacakan nomor undian. Yang jadi permasalahan adalah dusun 3 ini sangat sulit di jamah pada malam hari di mana harus melawati hutan yang sangat panjang dengan kondisi jalan yang berliku dan penerangan lampu jalan yang hampir tidak ada yang hanya bisa disinari oleh lampu kendaraaan, kami bersyukur bisa didatangi oleh Kepala Desa, Bapak Maman Suparman. Tawa riang terlihat dari para ibu – ibu yang mendapatkan hadiah hiburan dan akhirnya dalam pembagian hadiah utama ini yang paling di tunggu – tunggu oleh para kaum ibu dalam pengundian pertama yaitu satu buah dispenser raut muka sangat senang yang diperlihatkan salah seorang ibu ketika mendapatkan sebuah dispenser, dan lucunya lagi adalah yang mendapatkan hadiah paling utama adalah anak dari Ketua RT yang rumahnya di samping rumah kontrakan saya dan ia mendapatkan hadiah kipas angin. Pak Mamanlah selaku Kepala Desa yang memberikan hadiah tersebut. Hadiah pun sudah diberikan semua proses do’a menutup acara pada malam tersebut, keesokan harinya kami tidak ada kegiatan melainkan hanya melakukan bersih- bersih dan packing baju masingmasing. Satu per satu anak- anak datang pada kami untuk memberikan hadiah sebagai cendramata. Lambat laun satu per satu dari kami mendapatkan hadiah itu namun hanya saya yang belum mendapatkan tapi tak disangka ada salah satu anak yang memberi hadiah kepada saya sebuah sepatu bersyukur sekaligus haru yang saya rasakan. Sebagian teman kami ada yang pulang untuk mengambil mobil untuk proses pengangkutan barang, setibanya mobil datang satu per satu barang diangkut ke mobil, masyarakat sekitarpun membantu, berat rasanya hati kami meninggalkan Desa Parung Kembang ini, apadaya masa KKN kami di sana sudah habis, mudah-mudahan tali silatuhrahmi kami dengan masyarakat di sana masih terjaga sampai nanti.
188
8 BAGOANG DAN KISAHNYA Oleh : Mita Sukma Apriyani 1. Awal Pengabdian Ketika kami hentakan kaki di desa ini tepatnya pada tanggal 25 Juli 2016. Bagiku masih terasa sangat asing. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Desa yang indah penuh dengan hijaunya persawahan. Udara sejuk yang terhirup membuat enggan penciuman ini terhenti. Namun di tempat ini bukanlah untuk berlibur akan tetapi untuk menjalankan amanah selama satu bulan kurang lebihnya yang bertujuan dalam mengembangkan desa ini yang lebih baik lagi melalui ilmu akademik maupun non akademik yang kami pelajari. Desa Bagoang adalah salah satu tempat kami mengemban amanah. Desa Bagoang terdapat 3 dusun. Kami berkesempatan bertempat tinggal di dusun 3. Dusun yang letaknya agak jauh dibanding dusun 1 dan dusun 2. Namun, tidak membuat kami untuk patah semangat dalam semua hal. Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami terdiri dari 11 mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatatullah Jakarta yang diketuai oleh Ahmad Syarif Hidayatullah (Amay) berasal dari Ciputat, kemudian Ika Tri Mustika (Ika) berasal dari Ciamis, Muhammad Syarif Hidatatullah (Syarif) yang berasal dari Makasar, Nurul Adha (Uul) berasal dari Padang, Muhammad Ilham Aldair (Alda) berasal dari Serpong, Sahri Rahma Fitri (Ii) berasal dari Depok, Alif Septritama Zhikhri (Cinko) berasal dari Pasar Minggu, Muhammad Fatih Akmal (Fatih) berasal dari Pekalongan, Latifa Zahra (Tifa) berasal dari Condet, Rona Roudhotul Jannah (Rona) berasal dari Depok, dan terakhir saya Mita Sukma Apriyani (Mita) berasal dari Kota Bekasi. Nama kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami dinamai Bima Sakti. Yang kepanjangan dari “Bijak, Tranformatif, Solutif, dan Aktif”. Kelompok ini dibentuk oleh PPM. Kami belum mengenal satu sama lain. Awalnya masih canggung, tapi kami mecoba untuk saling mengenal masing-masing dari kepribadiannya sedikit demi sedikit. Ada dua kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang 189
berada di Desa Bagoang yaitu nama kelompok KKN Gencar yang mendapatkan pengabdiannya di dusun 1 dan nama kelompok KKN Barakat yang mendapat di dusun 2. Acara pertama kami yaitu acara pembukaan yang digabung dengan kelompok KKN Gencar dengan kelompok KKN Barakat, yang diselenggarakan di Kantor Desa Bagoang. Dengan mengucapkan Basmallah, dilanjutkan dengan pemotongan pita secara simbolis yang mengatakan bahwa kami siap dalam mengabdi untuk Desa Bagoang. Malam harinya, di dusun tersebut memiliki 3 pengajian anakanak. Kami mendatangi setiap pengajian. Pengajian pertama yang di gurui oleh Kyai Eman, pengajian kedua yang dipimpin oleh Ustadz Ukik dan yang terakhir yaitu pengajian untuk PAUD yang di emban langsung oleh Ustadzah Mimin. Ketiga tempat pengajian tersebut masing-masing kami memperkenalkan diri dan tujuan mengabdi di tempat ini. Alhamdulillah, semua anak-anak pengajian beserta gurunya dapat menerima kami dengan sangat gembira. Keesokannya, pagi-pagi kami bersiap-siap untuk melakukan perkenalan di SDN Parung Kembang. Sekolah satu-satunya yang berada di sini. Perkenalan tersebut dimulai pada kelas 3 Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Saat itu, kami memberikan sedikit jargon-jargon agar para siswa di sekolah tersebut bersemangat dalam belajar di kelas dan memberikan motivasi kepada siswa - siswi. Ketika perkenalan telah selesai dan istirahat tiba, kami tidak kembali ke rumah justru bermain bersama siswa-siswi di sana untuk mendekatkan rasa emosional kami terhadap mereka. Dengan waktu yang singkat kami merasa sudah dekat sekali bukan lagi seperti orang asing bagi mereka melainkan saudara untuk mereka. Sekolah tersebut masih dikelilingi oleh hutan, gedung sekolah terbagi menjadi 2 bagian. Gedung pertama, terdiri dari empat ruangan, ruangan yang paling ujung yaitu kantor guru, yang bersebelahan dengan ruang kelas 1 Sekolah Dasar (SD), selanjutnya ruang kelas 2 Sekolah Dasar (SD) dan paling depan ruang kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Gedung kedua, terletak di atas tanah yang agak tinggi dibanding gedung pertama yang agak rendah. Ada 4 ruangan yaitu ruang kelas 6 Sekolah Dasar (SD), ruang kelas 5 Sekolah Dasar (SD), ruang kelas 4 Sekolah Dasar (SD), dan ruangan yang
190
terakhir yaitu ruang perpustakaan untuk siswa - siswa yang gemar membaca yang menjadikan mereka luas dalam wawasan. Tak sengaja sering sekali kami melihat mobil bolak – balik ke arah sekolah itu untuk mengambil pohon – pohon yang telah ditebang. Setelah melakukan diskusi dengan guru-guru setempat kami ditugasi untuk mengajar di kelas 3 SD sampai 6 SD. Setelah satu minggu berada di dusun ini, kami memfokuskan dalam kegiatan belajar-mengajar di SDN Parung Kembang dan mengajar pengajian anak-anak yang dilaksanakan pada malam hari setelah Sholat Maghrib. Pada pengajaran sekolah kami membagi tugas dalam mengajar dan masing-masing satu kelas diajari oleh 2 mahasiswa sesuai dengan bidangnya. Pengajian pun sama, masingmasing dari kami diberi tugas mengajar 3 orang dalam satu pengajian tersebut. 2. Cerita dari Bagoang Tempat tinggal kami kebetulan berdekatan dengan rumah Bapak RW 006 yaitu Bapak Surya. Hal pertama yang sulit bagi kami yaitu kurangnya air bersih, kadang pula air tersebut susah keluarnya dan air yang digunakan tidak sejernih seperti yang dipakai di rumah. Dengan kebaikan Pak RW ada selang yang menghubungkan antara rumah kami dengan rumahnya agar kita tidak merasakan kesulitan air lagi. Di dusun ini masih terdapat kali yang mengalir mengikuti lintasan air. Ketika mata ini menerpa di suatu sudut, ternyata masih banyak warga di sana beramai-ramai mencuci baju di kali tersebut dengan air yang keruh juga tidak jernih bahkan di saat malam hari tak sengaja ada warga yang buang air besar di tempat itu tanpa ditutupi jamban atau alat apapun. Bagi warga di sana mungkin memang sudah biasa ketika melihatnya tapi bagi kami itu bukanlah kebiasaan yang wajar, bisa juga ini merupakan tradisi yang turun – temurun di kampung ini. Kami sangat senang. Tak pernah terbayangkan bahwa warga di dusun 3 ini sangat ramah, padahal kami hanyalah orang pendatang yang berusaha untuk mengabdi di dusun ini. Warga di dusun ini menerima kami dengan penuh senyuman. Walau hanya sebentar dalam perkenalan kami, lalu kami bersatu dalam pengabdian di suatu kampung. Waktu yang tak begitu lama dan juga tak begitu 191
singkat. Kami semakin mengenal satu per satu kepribadian dalam diri dan tingkah laku mereka. Ada yang sikapnya agak sedikit repot, ada yang sifatnya keibuan yang tak pernah kami melihatnya marah, ada juga yang suka memberikan senyuman lepas tiada henti dalam menghibur segala lara kami dalam pengabdian ini, sehingga yang awalnya sangat sunyi menjadi berisik karena ada bahan bicaraan yang membuat kami sangat tertawa lepas, ada yang masih kekanakkanakan sehingga membuat kami tersenyum melihatnya. Berbagai macam karakter teman – teman yang kami miliki. Sikap mereka tersebutlah yang membuat kami merasa seperti keluarga dan tidak membeda – bedakan ras di antara kami semua. Kebersamaanlah yang nomor satu dalam hal ini yang membuat kita selalu kompak dalam mengerjakan tugas apapun dan bekerja dalam tim yang meringankan segala tugas yang menurut kami sangatlah berat untuk dijalani. Merekalah bukan orang yang asing lagi bagi kami bahkan sudah merupakan keluarga dalam kehidupan kami. Wanita ditugasi untuk memasak secara bergiliran, padahal tak semuanya bisa masak. Karena kemauan dan tekad dari perempuan di kelompok kami untuk bisa memasak, mereka berusaha mengetahui bumbu apa saja yang digunakan, dan saling membantu dalam meracik suatu masakan yang lezat di lidah ketika dimakannya. Banyak keseruan dalam memasak, banyak obrolan yang tak bisa dihindari oleh telinga dengan rasa penasaran. Tawa dan canda di saat memasak pun tidak kalah saing dengan yang lainnya. Harumnya masakan menandakan bahwa masakan tersebut telah matang. Cara makan dalam kelompok kami cukup unik, yaitu dengan menjejerkan kertas nasi sebanyak 6 lembar, lalu meletakkan nasi dengan lauknya di kertas tersebut. Ada yang bilang “ biar ga banyak cucian piring yang kotor”, ada pula yang bilang “ ga apa – apa pake kertas nasi juga biar ada kebersamaannya di kelompok kita”. Memang benar, kebersamaan saat makan pun sangat seru dalam berebut lauk, berebut bukan dalam hal bertengkar tapi berebut dalam hal bercanda. Sangat seru sekali ketika melihatnya. Kami makan nasi selalu bersama – sama jika tidak bersama – sama pun itu karena belum ada yang memasak nasi. Di sekolahan, akses kami menuju sekolah menggunakan kendaraan roda dua. Jarak antara rumah kami dengan sekolah sangat 192
jauh jika dengan berjalan kaki. Satu kendaraan bisa dinaiki 3 orang karena kendaraan roda dua yang ada sangat terbatas hanya berjumlah 3 motor. Itu tidak menjadikan alasan kami dalam bermalasan. Kami hanya diberi waktu mengajar hingga istirahat. Ketika istirahat tiba, kami tak langsung kembali ke tempat tinggal kami. Namun, kami bermain dengan murid – murid di sekolah tersebut, baik bermain kejar – kejaran maupun bermain bola di lapangan yang berada di belakang gedung sekolah mereka. Yang mengasyikkan lagi kami mencoba jajanan yang ada di sekolah itu, mengingatkan kami ketika masih beranjak di Sekolah Dasar dahulu. Ada jajanan yang namanya Upin Ipin yaitu makanan yang terbuat dari sagu yang sudah matang lalu di goreng diadupadukan dengan telor gulung, ada bihun yang di selimuti dengan telor gulung seperti sate, ada dengkul yaitu tulang paha ayam yang dibaluti dengan tepung dan diberi saus, ada seblak, dan ada berbagai macam minuman yang dijual di sekolah itu. Biasanya, setelah membeli salah satu jajanan yang ada di sana kami baru bergegas pulang ke tempat tinggal. Sesampainya di rumah, kami menghempaskan rasa lelah di sana. Kembali melakukan canda dan tawa bersama dengan teman– teman kelompok kami. Ketika di sore hari, semua personil bersiap– siap untuk membersihkan badan untuk berangkat mengajar di pengajian. Selepas habis Maghrib, kami membagi tugas untuk mengajar mengaji anak – anak di dusun tersebut. Pengajian pertama yaitu rumah Bapak Kyai Eman, murid – murid di sana mayoritas perempuan dari yang masih kecil hingga yang sudah dewasa. Pengajian kedua, yaitu berada di rumah Ustadz Ukik, jumlah murid laki – laki di tempat tersebut lebih banyak kebalikan dari murid – murid yang ada di tempat pengajian Bapak Kyai Eman. Pengajian terakhir yaitu pengajian ketiga, berada di kediaman rumah Ustadzah Mimin, murid – murid di sana justru masih sangat kecil sekitar umur 3 tahun hingga 7 tahun. Kecintaan kami pada murid di tempat ini membuat kami ingin selalu tersenyum karena mereka masih sangat kecil sekali. Ada murid yang ingin sekali diperhatikan, ada yang nakal, ada pula yang sangat sopan. Mereka semua masih sangat lucu sehingga apa yang mereka lakukan di sana dapat membuat kami tertawa. Kami
193
mengajarkan banyak nyanyian di sana dari nyanyian Naik – naik ke Puncak Gunung, nyanyian Balonku, nyanyian Pelangi – pelangi. Selanjutnya, personil kami mendiskusikan untuk mencari lagu – lagu yang mudah dihafalkan untuk anak – anak seusia dini. Lalu kami mengajarkan ke anak – anak pengajian lagu ya robbi bil mustafa dan lagu Tanganku (liyadanii) dengan menggunakan Bahasa Arab. Anak – anak pengajian di sana sangatlah cepat dalam menghafalkan sesuatu hanya dalam 3 kali pertemuan dengan mereka, mereka sudah dapat menghafalkan materi – materi yang kami berikan kepada mereka dengan penuh semangat. Setiap hari Kamis malam di semua pengajian mengadakan yasinan bersama yang dipimpin oleh personil perempuan karena semua anak laki – laki baik di setiap pengajian maupun di personil kami dianjurkan untuk membaca yasin di masjid bersama warga laki – laki di sana. Seminggu kami mengajarkan pengajian dan tidak ada libur. Di sekolah akan di adakan lomba Jambore Pramuka yang ikut serta acara tersebut hanya beberapa anak kelas 5 SD dan lomba gerak jalan yang diikuti oleh kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Fatih mendapatkan tugas mengajari semua acara tersebut yang di bantu oleh saya. Setiap waktu istirahat saya dan Fatih mengajarkan persiapan Jambore dan menghafalkan Dasa Dharma Pramuka di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Dan ketika bel masuk tiba, kelas 6 bergantian diajari bagaimana cara berjalan dalam gerak jalan dan membuat yel –yel agar mereka tak jenuh saat berjalan kaki yang jaraknya cukup jauh. Perlombaan Jambore di adakan pada hari Jum’at sampai hari Minggu pagi. Jum’at pagi kami bersiap – siap untuk mengiringi anak– anak kelas 5 SD dalam kegiatan Jambore. Transportasi kami ke sana menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan untuk anak–anak yang dalam mengikuti Jambore menggunakan mobil pick-up. Ketika sesampainya di sebuah lapangan yang cukup luas hal pertama yang kami lakukan di sana ialah membuat tenda untuk tempat tinggal sementara peserta Jambore tersebut. Kami beserta guru yang bersangkutan membantu dalam membuat tenda, tenda dibuat menjadi 2 yang satu untuk tenda putri SDN Parung Kembang dan satu lagi untuk tenda putra SDN Parung Kembang. Kebetulan cuaca pada hari
194
itu sangat terang, kami berteduh di dalam tenda ketika persiapan semua perlengkapan telah selesai. Alhasil, di dalam tenda sangatlah panas sekali hingga keringat tak hentinya bercucuran membasahi seluruh badan ini, menggunakan kipas pun tak meringankan rasa gerah. Akhirnya keluar tenda untuk mencari sedikit udara sejuk yang ada di luar. Di pekan kedua kami mengadakan acara penyuluhan DBD dan Penyakit Kulit di hari Selasa bekerjasama dengan pihak Puskesmas setempat. Materi tersebut menjelaskan bagaimana cara pencegahan terhadap bahaya DBD, membersihkan lingkungan terutama genangan air yang tidak mengalir dan bahaya DBD ketika sudah terkena lalu bagaimana cara menganggulangi bahaya DBD tersebut. Begitupun sama dengan penyakit kulit karena masih banyak warga yang masih mandi di kali yang airnya keruh karena di dalam air tersebut terdapat kuman atau bakteri yang tidak dapat terlihat oleh kasat mata yang ketika terjangkit sangat sulit untuk disembuhkan. Acara yang awalnya menurut kami tak akan banyak warga yang berdatangan ternyata itu semua di luar dugaan kami. Kami hampir kerepotan dalam acara itu karena banyak sekali peserta yang datang di desa tersebut yang kami kira hanya 50 orang ternyata bisa sampai 130 orang kurang lebihnya. Konsumsi yang kami berikan sangatlah kurang. Di hari Kamis selanjutnya kami mengadakan punyuluhan ASI yang diiisi oleh Dosen Pembimbing kami yaitu Ibu Ay Maryani. Warga yang hadir di sana sangat antusias dengan semua penjelasaan materi yang diberikan oleh Dosen Pembimbing kami. Banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada Ibu Dosen Pembimbing kami tentang penyuluhan tersebut. Kebetulan waktu itu bulan Agustus bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2016. Dalam memperingati moment itu di dusun 3 yaitu Kampung Parung Kembang. Kami mengadakan berbagai – macam perlombaan dari lomba kelereng, lomba makan kerupuk, lomba memasukan paku ke dalam botol, lomba mengambil koin di dalam tepung, lomba mengambil bendera lalu memasukkannya ke dalam botol, dan lomba balap karung. Semua perlombaan tersebut diikuti oleh kalangan anak – anak yang usia masih dini hingga usia sekitar 12 tahun. Kami tak henti – hentinya menahan tawa karena semuanya sangatlah lucu ketika kami 195
melihatnya, rasa lelah terasa tak ada dalam diri kami. Anak – anak yang membuat kami selalu tersenyum dalam setiap kegiatan yang kami adakan. Perlombaan tersebut kami berikan khusus untuk anak – anak di pagi dan siang hari. Ketika siang hari tiba kami bergegas pulang untuk beristirahat melepaskan rasa lelah dalam kegiatan 17 Agustus-an. Pukul 15.00 WIB. kami melanjutkan perlombaan untuk kalangan ibu – ibu di Desa Parung Kembang tersebut. Dari lomba mendadani dengan mata tertutup dan lomba joget balon. Perlombaan di kalangan ibu –ibu tak kalah saing dengan perlombaan di kalangan anak – anak yang dapat memecahkan tawa kami di sore hari. Setelah selesai, kami memberitahu pengumuman perlombaan dan acara puncak akan diadakan pada hari Minggu malam. Seketika warga di sana kembali ke rumah untuk memulai rutinitasnya lagi. Setelah selesai semua, di sekolah kami diundang oleh guru – guru di sana untuk mengikuti acara gerak jalan yang diadakan pada Selasa pagi yang bertitik kumpul bertempat di GOR Jasinga Bogor. Rute gerak jalan yaitu dari GOR Jasinga, Bogor sampai Pasar Jasinga. Sangat jauh ketika berjalan kaki tapi kami tak peduli akan hal itu. Melihat anak – anaklah yang dapat menghilang rasa lelah kami. 3. Selamat Tinggal ! Di akhir terakhir kami dalam mengabdi di desa ini. Kami mendatangi semua pengajian bersama – sama untuk pamit dalam menjalankan amanah ini dan mengucapkan banyak terima kasih karena telah menerima kami dengan sangat baik di desa ini. Semua anak – anak di sana merasa sedih bahkan sampai menangis. Keesokan harinya, kami juga bergegas ke sekolah untuk mengatakan perpisahan di sekolah tersebut dan pamit untuk kembali dalam rutinitas perkuliahan kami. Namun, tak disangka ternyata murid-murid di sana sampai menangis histeris ketika kami ingin meninggalkannya. Sebenarnya kami pun tak ingin. Setiap ada pertemuan pasti ada pula perpisahan yang memang tak ingin terjadi, tapi apalah daya kami di sini telah menjalani pengabdian kurang lebih satu bulan lamanya. Selamat tinggal Desa Parung Kembang kami berjanji akan selalu mengunjungi warga di sini dan selalu bersilaturahmi ke tempat ini.
196
9 LANGIT BIRU BAGOANG Oleh : Alif Septritama Zhikhri 1. Selamat Datang KKN Sebulan lamanya mengabdi di desa yang asri, Desa Bagoang. Awal menginjakkan kaki dengan langkah penuh keraguan tapi pasti, entah ini mimpi atau kenyataan yang harus dihadapi. Berada di desa orang lain, yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang sangat asing bagi kami. Namun banyak pelajaran yang berarti, yang mampu menggedor batin ini. Bersama kawan-kawan Bima Sakti dengan berbagai macam strategi, membuat sebuah gebrakan baru dalam pengabdian. Desa Bagoang terdapat 3 dusun, kemudian kami berkesempatan bertempat tinggal di dusun 3. Dusun yang letaknya agak jauh dibanding dusun 1 dan dusun 2. Namun, tidak membuat kami untuk patah semangat dalam semua hal. Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami terdiri dari 11 mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatatullah Jakarta, yang diketuai oleh Ahmad Syarif Hidayatullah (Amay) berasal dari Ciledug, kemudian Ika Tri Mustika (Ika) berasal dari Ciamis, Muhammad Syarif Hidatatullah (Syarif) yang berasal dari Makasar, Nurul Adha (Uul) berasal dari Padang, Muhammad Ilham Aldair (Alda) berasal dari Serpong, Sahri Rahma Fitri (Ii) berasal dari Depok, Alif Septritama Zhikhri (Alif) berasal dari Pasar Minggu, Muhammad Fatih Akmal (Fatih) berasal dari Pekalongan, Latifa Zahra (Tifa) berasal dari Condet, Rona Roudhotul Jannah (Rona) berasal dari Depok, dan terakhir Mita Sukma Apriyani (Mita) berasal dari Kota Bekasi. Nama kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) kami dinamai Bima Sakti. Yang kepanjangan dari “Bijak, Tranformatif, Solutif, dan Aktif”. Kelompok ini dibentuk oleh PPM. Kami belum mengenal satu sama lain. Awalnya masih canggung, tapi kami mencoba untuk saling mengenal masing-masing dari kepribadiannya sedikit demi sedikit. Ada dua kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di Desa Bagoang yaitu nama kelompok KKN Gencar yang mendapatkan pengabdiannya di dusun 1 dan nama kelompok KKN Barakat yang 197
mendapat di dusun 2. Acara pertama kami yaitu acara pembukaan yang digabung dengan kelompok KKN Gencar dengan kelompok KKN Barakat, yang diselenggarakan di Kantor Desa Bagoang. Dengan mengucapkan Basmallah, dilanjutkan dengan pemotongan pita secara simbolis yang mengatakan bahwa kami siap dalam mengabdi untuk Desa Bagoang. Menjalani kehidupan sehari-hari di Kampung Parung Kembang tidaklah sulit, cukup mengikuti adat istiadat setempat sudah pasti akan mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar. Kehadiran kami di sana sangat disambut baik oleh masyarakat di sana, disambut keramahan dengan penuh pengharapan, serta rasa antusias masyarakat Kampung Parung Kembang untuk menghadiri dan berpartisipasi aktif dalam mendukung berbagai program kerja kami. Alhamdulillah... 2. Kenangan Tak Terlupakan Minggu pertama berada di sana, kami bersilahturahmi dengan masyarakat sekitar untuk menjaga hubungan baik dan membuka relasi serta menambah keluarga baru kami yang sebulan akan mengabdi di Parung Kembang. Mengenal budaya dan kebiasaan masyarakat sekitar yang kebanyakan adalah petani (karena di sekitar Parung Kembang masih banyak hamparan sawah). Cukup sulit memang, karena harus membiasakan diri di tengah lingkungan yang baru kamu temui dan ditambah lagi kami sekelompok adalah orang-orang yang baru kenal saat pembentukan kelompok KKN, makin banyak dinamika yang terjadi selama kegiatan KKN berlangsung. Tapi bila tidak dihadapi malah akan berkepanjangan. Hari demi hari kami sudah terbiasa dan saling mengenal satu sama lain. Menjadi manusia yang memanusiakan manusia, menjadi pribadi yang lebih baik setelah menghadapi proses panjang. Selama kami berada di sana, kami mendapatkan banyak sekali pengalaman, seperti ketulusan masyarakat yang menerima kami. Keberadaan kami di sana bukan semata-mata kami yang banyak memberi, namun kamilah yang banyak diberi, mulai dari ilmu pengetahuan, pengalaman baru, sampai yang paling berharga adalah pelajaran hidup dan bagaimana memaknai hidup. Pokoknya kami belajar banyak selama di sana.
198
Pada hari keempat kami di sana, pagi-pagi kami bersiap-siap untuk melakukan perkenalan di SDN Parung Kembang. Sekolah satusatunya yang berada di sini. Perkenalan tersebut dimulai pada kelas 3 Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Saat itu, kami memberikan sedikit jargon-jargon agar para siswa di sekolah tersebut bersemangat dalam belajar di kelas dan memberikan motivasi kepada siswa - siswi. Ketika perkenalan telah selesai dan istirahat tiba, kami tidak kembali ke rumah justru bermain bersama siswa-siswi di sana untuk mendekatkan rasa emosional kami terhadap mereka. Dengan waktu yang singkat kami merasa sudah dekat sekali bukan lagi seperti orang asing bagi mereka melainkan saudara untuk mereka. Sekolah tersebut masih dikelilingi oleh hutan, gedung sekolah terbagi menjadi 2 bagian. Gedung pertama, terdiri dari empat ruangan ruangan yang paling ujung yaitu kantor guru, yang bersebelahan dengan ruang kelas 1 Sekolah Dasar (SD), selanjutnya ruang kelas 2 Sekolah Dasar (SD) dan paling depan ruang kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Gedung kedua, terletak di atas tanah yang agak tinggi dibanding gedung pertama yang agak rendah. Ada 4 ruangan yaitu ruang kelas 6 Sekolah Dasar (SD), ruang kelas 5 Sekolah Dasar (SD), ruang kelas 4 Sekolah Dasar (SD), dan ruangan yang terakhir yaitu ruang perpustakaan untuk siswa - siswa yang gemar membaca yang menjadikan mereka luas dalam wawasan. Tak sengaja sering sekali kami melihat mobil bolak – balik ke arah sekolah itu untuk mengambil pohon – pohon yang telah ditebang. Setelah melakukan diskusi dengan guru-guru setempat kami ditugasi untuk mengajar di kelas 3 SD sampai 6 SD. Akses kami menuju sekolah dari rumah singgah menggunakan kendaraan roda dua. Jarak antara rumah kami dengan sekolah sangat jauh jika dengan berjalan kaki. Satu kendaraan bisa dinaiki 3 orang karena kendaraan roda dua yang ada sangat terbatas hanya berjumlah 3 motor. Itu tidak menjadikan alasan kami untuk mengurangi semangat mengajar. Kami hanya di beri waktu mengajar hingga istirahat. Ketika istirahat tiba, kami tak langsung kembali ke tempat tingga kami. Namun, kami bermain dengan murid-murid di sekolah tersebut, baik bermain kejar-kejaran maupun bermain bola di lapangan yang berada di belakang gedung sekolah mereka. 199
3. Tawa dan Semangat Namun dari sekian banyak pengalaman dengan kesannya masing-masing, ada satu pengalaman yang membuat saya sangat berberat hati untuk kembali ke Jakarta, yaitu canda tawa serta keriangan anak-anak kecil di sana. Yang setiap hari berada di sekitar rumah tempat tinggal kami untuk sekedar bermain bersama maupun untuk belajar. Hampir setiap hari mereka datang tanpa undangan, mengetahui bahwa mahasiswa-mahasiswa UIN Jakarta sedang KKN di sana, mereka sangat antusias sekali untuk bermain bersama kami. Sebelum kami berangkat mengajar Sekolah Dasar Parung Kembang, ada saja yang mampir untuk sekedar pamit pada kami yang akan mengajar mereka selama di sana. Bahkan, bila kami sedang berjalan, ada saja anak kecil yang berkata “eh itu tuh ada mahasiswa..”, tersentuh hati saya saat mendengar kata-kata itu. Menurut mereka, mahasiswa adalah sosok spesial bak pahlawan yang akan menolong mereka. Kebanyakan anak-anak serta remaja di sana hanya menempuh pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka yang tamat SMP lalu berangkat ke Jakarta dengan iming-iming pekerjaan melimpah. “Duh dik, masa mudamu telah terkapitalisasi oleh kepentingan pemegang modal”. Selama kami berada di sana kami tinggal di rumah kerabat Ketua RW. Bapak RW kami bernama Pak Surya. Pak Surya mempunyai 2 anak, yang pertama bernama Sayuti. Dia sedang menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bagoang kelas 11. Anak yang kedua bernama Sumiati yang bersekolah di SMP Negeri 2 Bagoang. Pak Surya adalah seorang pengusaha lho, setiap pagi sesudah subuh Pak Surya selalu berangkat ke Pasar Jasinga untuk berjualan dan jam setengah 7 kembali ke rumah untuk mengantar Sumi (panggilan untuk anak perempuannya) ke sekolah. Seorang pekerja keras dan ayah yang keren menurut saya. Pak Surya ini adalah sosok yang sangat peduli pada kami. Bagaimana tidak, beliaulah orang pertama yang selalu sigap dalam membantu kami dalam setiap kegiatan yang kami lakukan. Beliau sangat perhatian dengan kami, bukan hanya Pak Surya tetapi warga di sekitar lingkungan kami
200
menaruh kepedulian besar terhadap kami. Tak jarang kami diberi makanan ringan oleh warga. Walaupun tak seberapa, menurut kami itu sudah sangat berarti karena dengan hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan kami disambut baik oleh warga Kampung Parung Kembang. Setelah kami mengenal situasi dan kondisi warga di sana, kami menjalankan program pertama kami, yaitu mengajar ilmu agama di pengajian-pengajian sekitar. Ada tiga tempat pengajian di sana, yang pertama yaitu pengajian milik Bapak Eman. Bapak Eman adalah salah satu tokoh masyarakat di sana. Selain memimpin sebuah pengajian, Pak Eman juga memimpin sebuah sekolah Madrasah (Sekolah Agama Islam). Tak heran jika anak-anak di sana pandai dalam urusan agama, karena setelah pulang dari sekolah umum, siang harinya mereka menimba ilmu agama di Madrasah Pak Eman. Kami bersebelas bergantian mengajar di masing-masing pengajian. Tapi entah ketika mengajar di tempat Pak Eman, ada hasrat dan semangat yang besar untuk segera berangkat ke sana. Mungkin karena anak-anak pengajian di tempat Pak Eman adalah alasan kami untuk segera berangkat mengajar ngaji di sana. Pak Eman adalah seorang yang sangat baik kepada kami, karena setelah selesai mengajar pengajian pastilah kami disuguhkan makan malam di sana hampir setiap hari. Kami merasa sangat merepotkan keluarga Pak Eman bila seperti itu tiap malam, tetapi Pak Eman selalu memaksa kami untuk sekedar makan malam bersama. Bahkan pernah Pak Eman memanggil seluruh teman-teman Bima Sakti untuk makan malam di rumahnya walaupun teman-teman yang lain tidak sedang mendapat giliran mengajar di tempat Pak Eman. “Pak, Anda memberikan kesan yang sangat berarti untuk Bima Sakti”. Tempat pengajian yang kedua adalah yang dipimpin oleh Pak Ukik. Beliau adalah seorang tokoh agama di Kampung Parung Kembang. Pak Ukik aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan di sana. Di tempat pengajiannya pun anak-anaknya sudah berusia remaja. Pertama kali saya mengajar di tempat pak Ukik, kebetulan jadwalnya adalah muhadharah atau ceramah. Saya bersama Amay dan Latifa langsung memikirkan tema apa yang akan saya bagikan ke anak-anak
201
pengajian ini. Akhirnya saya sepakati bahwa saya akan membahas mengenai politik dan agama. Mudah-mudahan kalian mengerti ya adik-adik, kakak ingin kalian menjadi pribadi yang mengerti politik agar tak dibodohi orang lain. Dan di tempat pengajian yang ketiga ini adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berisikan anak-anak yang masih sangat kecil nan menggemaskan. Di sini saya berkesempatan untuk ikut mengajar bersama Ika dan Sahri. Mereka berdua adalah teman kelompok saya yang paling dikenal oleh anak-anak PAUD. Oiya, PAUD ini dipimpin oleh Ibu Mimin. Walaupun tempatnya sederhana, Ibu Mimin bertekad besar untuk mendidik anak-anak kecil ini dengan pengetahuan agama. Ya meskipun anak-anak seusia PAUD masih identik dengan bermain, Ibu Mimin tak pantang menyerah begitu saja. Yang saya paling ingat ketika mengajar di sini adalah sambutan dari anak-anak kecil yang langsung menyambar kami saat kami baru saja sampai di PAUD. Mereka berebutan untuk mencium tangan kami. Wah, rasanya kaya artis idola saja nih kalo kaya gini, hehehe... Walau hanya sebentar dalam perkenalan kami, lalu kami bersatu dalam pengabdian di suatu kampung. Waktu yang tak begitu lama dan juga tak begitu singkat. Kami semakin mengenal satupersatu kepribadian dalam diri dan tingkah laku mereka. Ada yang sikapnya agak sedikit repot, ada yang sifatnya keibuan yang tak pernah kami melihatnya marah, ada juga yang suka memberikan senyuman lepas tiada henti dalam menhibur segala lara kami dalam pengabdian ini, sehingga yang awalnya sangat sunyi menjadi berisik karena ada bahan bicaraan yang menbuat kami sangat tertawa lepas, ada yang masih kekanak-kanakan sehingga membuat kami tersenyum melihatnya. Dan berbagai macam karakter teman-teman yang kami miliki. Sikap mereka tersebutlah yang membuat kami merasa seperti keluarga dan tidak membeda-bedakan ras di antara kami semua.
202
4. With You35 Kebersamaanlah yang nomor satu dalam hal ini yang membuat kita selalu kompak dalam mengerjakan tugas apapun dan bekerja dalam tim yang meringankan segala tugas yang menurut kami sangatlah berat untuk dijalani. Merekalah bukan orang yang asing lagi bagi kami bahkan sudah merupakan keluarga dalam kehidupan kami. Wanita ditugasi untuk memasak secara bergiliran, padahal tak semuanya bisa masak. Karena kemauan dan tekad dari perempuan di kelompok kami untuk bisa memasak, mereka berusaha mengetahui bumbu apa saja yang digunakan, dan saling membantu dalam meracik suatu masakan yang lezat di lidah ketika dimakannya. Banyak keseruan dalam memasak, banyak obrolan yang tak bisa dihindari oleh telinga dengan rasa penasaran. Tawa dan canda di saat memasak pun tidak kalah saing dengan yang lainnya. Harumnya masakan menandakan bahwa masakan tersebut telah matang. Cara makan dalam kelompok kami cukup unik, yaitu dengan menjejerkan kertas nasi sebanyak 6 lembar, lalu meletakkan nasi dengan lauknya di kertas tersebut. Ada yang bilang “ biar ga banyak cucian piring yang kotor”, ada pula yang bilang “ gapapa pake kertas nasi juga biar ada kebersamaannya di kelompok kita”. Memang benar, kebersamaan saat makan pun sangat seru dalam berebut lauk, berebut bukan dalam hal bertengkar tapi berebut dalam hal bercanda. Sangat seru sekali ketika melihatnya. Kami makan nasi selalu bersama-sama jika tidak bersama-sama pun itu karena belum ada yang memasak nasi. Hari demi hari kami lewati dengan berbagai macam kegiatan yang kami susun guna mengembangkan dan menyejahterakan warga masyarakat Parung Kembang. Kebetulan kami mempunyai program seminar untuk berbagi informasi dengan warga di sana. Kegiatan kami waktu itu adalah seminar mengenai vaksin palsu yang kian merebak dan meresahkan warga. Kami bersama pihak Puskesmas Bagoang bekerjasama untuk mensosialisasikan dan memberikan informasi tentang apa saja yang harus diketahui tentang vaksin, terutama yang
35
Artinya: Bersama dengan Kamu.
203
asli dan berwaspada dengan vaksin palsu yang dijelaskan kriteriakriterianya oleh pihak Puskesmas. Antusiasme masyarakat dengan program yang kami selenggarakan ternyata sangat besar. Terbukti dengan ramainya kehadiran mereka pada seminar kami waktu itu. Memasuki bulan Kemerdekaan Indonesia yaitu bulan Agustus, kami berencana untuk membuat lomba-lomba 17-an untuk masyarakat Parung Kembang. Begitu kami berkonsultasi dengan Pak Surya, hal ini disambut baik karena kebetulan di Parung Kembang tidak ada kegiatan lomba pada saat 17 Agustus. Mendengar hal itu, timbul inisiatif kami untuk membuat lomba yang akan berkesan dan akan diingat selalu oleh warga di sana. Malam harinya, kami mengadakan evaluasi sekaligus membicarakan mengenai perayaan Kemerdekaan Indonesia yang ke-71 di Parung Kembang. Keesokan paginya, Pak Surya menghampiri kami ke rumah singgah untuk menyampaikan informasi bahwa malam itu akan diadakan rapat pemuda untuk membahas kegiatan 17-an yang sebelumnya sudah kami bicarakan bersama Pak Surya. Alhamdulillah gayung bersambut, lantas kami setujui ajakan dari Pak Surya untuk menghadiri rapat bersama pemuda. Sore itu langit gelap, gemuruh petir saling bersambutan dan turunlah hujan. Di sini biasanya ketika hujan melanda dan sudah berhenti, listrik pun mengalami pemadaman. Tapi alhamdulillah listrik masih menyala walaupun hujan sudah berhenti. Kami pun bergegas untuk mandi dan menyiapkan diri untuk menghadiri rapat Pemuda Kampung Parung Kembang. Pada pukul 20.00 WIB. kami sudah berkumpul di rumah salah satu ketua pemuda untuk sekedar silahturahmi karena selama kami di sana kami jarang sekali bertemu dengan pemuda. Hal ini dikarenakan para pemuda Kampung Parung Kembang saat hari kerja berada di Jakarta. Mereka bekerja di sana dan pulang ke dusun hanyalah di hari libur (Sabtu dan Minggu). Kebetulan hari itu adalah hari Minggu, jadi kami berkesempatan untuk bertatap muka dengan mereka. Pada pertemuan tersebut kami membahas tentang kegiatan apa yang akan diselenggarakan untuk menyambut perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Mulai dari jenis-jenis lomba, sasaran lomba dan pentas penutupan sekaligus pembagian hadiah lomba untuk para pemenang. Sampailah kami pada hari H. Dalam memperingati hari kemerdekaan 204
di dusun 3 yaitu Kampung Parung Kembang, pukul 08.00 WIB. kami mengadakan berbagai macam perlombaan dari lomba kelereng, lomba makan kerupuk, lomba memasukan paku ke dalam botol, lomba mengambil koin di dalam tepung, lomba mengambil bendera lalu memasukkannya ke dalam botol, dan lomba balap karung. Semua perlombaan tersebut diikuti oleh kalangan anak-anak yang usia masih dini hingga usia sekitar 12 tahun. Kami tak henti-hentinya menahan tawa karena semuanya sangatlah lucu ketika kami melihatnya, rasa lelah terasa tak ada dalam diri kami. Anak-anak yang membuat kami selalu tersenyum dalam setiap kegiatan yang kami adakan. Perlombaan tersebut kami berika khusus untuk anak-anak di pagi dan siang hari. Pukul 15.00 WIB. kami melanjutkan perlombaan untuk kalangan ibu-ibu di desa Parung Kembang tersebut. Dari lomba mendadani dengan mata tertutup dan lomba joget balon. Perlombaan di kalangan ibu-ibu tak kalah saing dengan perlombaan di kalangan anak-anak yang dapat memecahkan tawa kami di sore hari. “Setiap yang hidup pasti akan mati, dan yang berawal pasti akan berakhir”. Kurang lebih begitulah ungkapan yang saya katakan. Kami pun harus mengakhiri kegiatan KKN kami di Dusun 3 Kampung Parung Kembang. Isak tangis dan haru menyambangi kami ketika kami harus berpamitan dengan masyarakat di sana. Bukan kami yang memaksa, tapi memang semua program kerja kami di sana telah terlaksana dengan baik secara keseluruhan. Dan itu tandanya bakti kami untuk Parung Kembang harus usai. Saya pribadi dan kami KKN Bima Sakti berjanji, kekeluargaan ini tercipta secara sengaja, Allah telah menggariskan pertemuan kita walaupun hanya sesaat. Silaturahmi akan tetap berlanjut selama kami masih bisa menghirup oksigen di Tanah Bakti Pertiwi ini. Sampai jumpa Kampung Parung Kembang. Kita akan kembali bertatap bila waktu telah tiba untuk menjawab. “Bersemilah... Kampung Parung Kembang... Masa depan di tanganmu untuk meneruskan perjuangan... Bersemilah... Kau harapan bangsa...”.
205
10 PENGALAMAN SERTA KEBAHAGIAANKU DI DESA Oleh : Ika Tri Mustika 1. Bayanganku mengenai Pelaksanaan KKN Pelaksanaan KKN merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tujuan diadakannya KKN ini ialah memberi pelajaran serta pengalaman kepada mahasiswa mengenai sikap serta tindakan yang dapat dilakukan di tengah masyarakat dalam bentuk pengabdian terhadap negeri. Pelaksanaan KKN kali ini mengusung tema berbeda dari tahun sebelumnya, yaitu menggunakan konsep baru yang mana dalam penentuan teman kelompoknya ditentukan oleh pihak PPM, berbeda dengan tahun lalu yang mana temannya ditentukan sendiri oleh anggota kelompok baru kemudian didaftarkan kepada pihak PPM. Mengetahui kebijakan baru ini sempat membuat saya sedikit gelisah, karena khawatir teman yang ditentukan oleh PPM ini tidak sesuai dengan yang saya harapkan, serta khawatir dalam pelaksanaan KKN nanti antara anggota satu dengan anggota yang lainnya tidak dapat berbaur menjadi satu, sehingga kurang kompak dan dapat menghambat perealisasian program kerja KKN yang dibuat. Beberapa saat setelah pembagian kelompok dilakukan, kebetulan saya masuk ke dalam kelompok 050 (lima puluh), maka selanjutnya diadakan pembekalan KKN oleh pihak PPM. Dalam pembekalan itu, untuk pertama kalinya saya dan teman-teman kelompok lainnya dipertemukan dan saling berkenalan, mulai dari menanyakan nama, jurusan serta fakultas dan tak lupa menanyakan rumah atau tempat tinggalnya saat ini. Setelah saya saling bertemu dan berkenalan dengan anggota kelompok, maka dilanjut untuk mendiskusi guna mencari kesepakatan waktu berkumpul selanjutnya. Beberapa saat kemudian, di mana pihak PPM telah memberikan pembagian wilayah yang akan dijadikan sebagai tempat KKN. Pada saat itu kebetulan kelompok saya mendapatkan Wilayah Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, bersama dengan dua kelompok lain yaitu kelompok 048 (empat puluh delapan) dan kelompok 049 (empat puluh sembilan). 206
Setelah mengetahui kelompok yang berada dalam satu wilayah desa, maka kelompok saya dan kelompok lainnya segera mengambil langkah untuk survei lokasi KKN. Sesampai di lokasi KKN, saya dan teman-teman yang lainnya segera bertemu dan mencari informasi seputar desa kepada Bapak Kepala Desa. Ternyata diketahui bahwa Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga itu terdiri dari 3 dusun yaitu dusun satu, dusun dua, dan dusun tiga. Supaya sama-sama enak antara kelompok saya dengan kelompok lain. Maka dengan segera dilakukan pembagian dusun dengan cara sistem undi atau kocok. Dari pengundian tersebut maka diketahuilah bahwa kelompok saya yaitu kelompok 050 mendapat bagian dusun tiga, kelompok 048 dusun satu dan kelompok 049 dusun dua. Setelah mengetahui bahwa kelompok saya mendapat bagian dusun tiga, maka tanpa menunggu lama saya dan teman-teman kelompok pun segera melihat kondisi atau survei dusun tiga. Saat survei tersebut dilakukan, maka diketahui bahwa dusun tiga tersebut berada jauh di belakang, baik dalam hal prasarana serta transportasinya juga dalam hal kemajuan informasi dan teknologinya. Dusun tiga tersebut terdiri dari 2 (dua) RW yaitu RW 5 dan RW 6 serta terdiri dari 9 (sembilan) RT yaitu RT 1-6 di RW 5, RT 1-3 di RW 6. Melihat cukup luasnya wilayah cakupan KKN saya dan kelompok. Maka di situlah ada sedikit kekhawatiran dalam pelaksanaan kegiatan saya dan teman-teman. Saya sangat khawatir dengan antusias warga. Saya takut warga cuek atau bersikap acuh tak acuh dengan kehadiran saya dan kelompok untuk melaksanakan KKN di dusun tersebut, serta saya juga takut tidak sanggup untuk merangkul seluruh warga dusun tersebut yang terdiri dari 9 RT. Cakupan wilayahnya sangat luas dikarenakan jarak antara satu RW ke RW lain sangat jauh. Di samping kekhawatiran akan luasnya wilayah serta antusias warga, juga ada kendala lain yang membuat saya khawatir yaitu dalam hal transportasi. Saya khawatir program KKN ini tidak dapat berjalan lancar, karena lokasi saya dan teman-teman berada jauh ke dalam, khawatir dalam pemenuhan keperluan KKN kami tersendat karena jauh dari mana-mana, tidak dilalui angkutan umum serta minimnya 207
penerangan di jalan menuju dusun kami, sehingga jika melakukan perjalanan lewat Maghrib baik dari dusun kami menuju jalan raya desa atau pun sebaliknya cenderung berbahaya. Walau demikian, saya dan teman-teman terus berusaha menjaga kekompakkan dan berusaha semaksimal mungkin dalam hal merealisasikan program KKN yang telah saya dan teman-teman buat demi kemajuan desa yang kami tinggali dan dalam niat mulia yaitu mengabdi pada negeri. 2. Kebersamaan yang Tak Terlupakan Sungguh kebahagiaan yang luar biasa yang saya rasakan bisa memiliki teman kelompok KKN seperti kelompok KKN Bima Sakti ini. Yang awalnya saya merasa khawatir takut tidak mampu menyesuaikan diri dengan mereka semua, sehingga tidak dapat berbaur menjadi satu dan terjadi konflik terjawab sudah. Ternyata itu semua tidak benar melainkan berbalik 180 derajat dari apa yang aku khawatirkan. Teman-teman saya yang saya kenal saat KKN belum lama ini merupakan sosok pribadi yang asik dan seru. Mungkin jika tidak ada KKN saat ini, saya tidak dapat mengenal mereka dan tidak dapat memiliki pengalaman baru memiliki teman yang berasal dari daerah berbeda, jurusan dan fakultas berbeda serta watak dan kebiasaan berbeda. Ahmad Syarif Hidayatullah teman dari Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum yang merupakan teman satu jurusan dengan saya hanya saja berbeda konsentrasi, jika saya konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqih, sedang Ahmad Syarif konsentrasi Perbandingan Hukum. Ahmad Syarif ini merupakan ketua kelompok saya yaitu kelompok 050 Bima Sakti. Ahmad Syarif ini bertempat tinggal di sekitar Ciputat, sehingga dia pulang pergi kuliahnya. Muhammad Fatih Akmal merupakan mahasiswa dengan Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin yang berasal dari wilayah Pekalongan, Jawa Tengah dan saat ini dia ngekos di daerah Jakarta.
208
Muhammad Syarif Hidayatullah merupakan mahasiswa dengan Jurusan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora berasal dari Makassar dan saat ini dirinya ngekos di sekitar Pesanggrahan samping Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Muhammad Ilham Aldair merupakan mahasiswa dengan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi, bertempat tinggal di sekitar BSD Serpong, dan pulang pergi kuliahnya. Alif Septritama Zikhri merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik bertempat tinggal di daerah Pasar Minggu dan dirinya pulang pergi kuliahnya. Latifa Zahra merupakan mahasiswi Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi yang bertempat tinggal di daerah Condet, Jakarta Timur dan dirinya pulang pergi kuliahnya. Sahri Rahma Fitri merupakan mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah bertempat tinggal di daerah Depok, Jawa Barat dan dirinya saat ini pulang pergi ketika berangkat kuliah. Mita Sukma Apriyani merupakan mahasiswi Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora dan berasal dari daerah Bekasi, Jawa Barat dan kini dirinya ngekos di daerah sekitar jalan Pesanggrahan samping Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rona Raudhatul Jannah merupakan mahasiswi Jurusan Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, berasal dari daerah Depok, Jawa Barat dan kini kuliahnya pulang pergi. Nurul Adhha merupakan mahasiswi dengan Jurusan Dirasat Islamiyah di Fakultas Dirasat Islamiyah dan berasal dari Padang, Sumatera Barat dan kini ngekos di daerah belakang Masjid Fathullah dekat Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nurul ini merupakan sekretaris dari kelompok 050 Bima Sakti. Kesepuluh teman saya yang telah saya sebutkan satu persatu di atas merupakan sosok yang amat luar biasa. Sosok yang mudah beradaptasi di lingkungan baru, mudah menyesuaikan diri di kelompok baru dan mudah memahami karakter masing-masing pihak sehingga saling menghargai satu sama lain dan pastinya saling menyayangi satu sama lain.
209
3. Kenangan Indah Tak terasa satu bulan telah dilalui bersama, susah senang diarungi bersama, pahit manis di rasakan bersama, sungguh kebersamaan yang amat singkat namun amat melekat di hati. Mulai dari sarapan bersama hingga begadang bersama demi menyelesaikan program KKN yaitu mengabdi pada negeri memajukan desa yang tertinggal. Mulai pukul 04.00 WIB. sebelum Adzan Subuh berkumandang, satu per satu dari kami mulai bangun untuk mandi serta Sholat Subuh berjama’ah, setelah sholat selesai ada sebagian dari kami yang melanjutkan tidur kembali, ada juga yang menyiapkan bahan perlengkapan untuk materi di kelas saat mengajar di Sekolah Dasar Parung Kembang pada pukul 07.30 WIB., ada juga sebagian mahasiswi yang bertugas piket masak di hari tersebut untuk menyiapkan sarapan mulai dari memasak nasi hingga menyiapkan lauk pauk untuk sarapan dan tak lupa menuang air untuk minum setelah sarapan bersama. Setelah seluruh menu sarapan selesai dimasak, maka langsung disajikan dan kamipun langsung sarapan pagi dengan menggunakan kertas nasi yang disusun sejajar menyamping sehingga kami sarapan dalam posisi membuat lingkaran, hal ini kami lakukan karena dengan sarapan bersama menggunakan kertas nasi dan dalam bentuk membuat lingkaran akan menambah rasa nikmat masakan itu sendiri juga menambah rasa kebersamaan antara saya dan teman-teman sehingga tidak ada lagi jarak antara saya dan teman-teman dengan itu berbaur menjadi satu. Setelah sarapan selesai, saya dan teman-temanpun langsung bersiap-siap ke sekolah untuk mengajar anak Sekolah Dasar. Karena letak sekolah yang sangat jauh, mengharuskan saya dan teman-teman untuk menaiki sepeda motor dan karena keterbatasan jumlah sepeda motor yang saya dan teman-teman miliki, maka mengharuskan teman saya untuk bolak-balik menjemput anggota lain hingga semua dari teman saya tidak ada satupun yang tertinggal. Dari sebelas orang anggota kelompok, setiap harinya hanya dua orang saja yang tidak pergi ke sekolah karena mereka bertugas piket di rumah sedang yang lainnya berangkat ke sekolah semua guna mengajar anak Sekolah
210
Dasar Parung Kembang. Dalam proses belajar mengajar kita hanya mengajar kelas 3,4,5, dan 6 SD dan hanya dari pukul 07.30 sampai pukul 10.00 WIB., selebihnya ditangani oleh guru aslinya masingmasing. Sepulang dari mengajar saya dan teman-temanpun istirahat dan makan siang, setelah makan siang dan Shalat Dzuhur saya dan teman-temanpun beraktifitas masing-masing, mulai dari mengerjakan laporan, tidur siang, bermain dengan anak-anak desa serta ada pula yang mendengarkan musik. Pada sore harinya selepas Shalat Ashar, kami pun bermain ke rumah warga walau hanya sekedar berbincang-bincang ringan, bermain dengan anak-anak di desa maupun ikut serta bermain atau mandi di kali besar desa setempat. Hal ini dilakukan agar saya dan teman-teman berbaur langsung dengan warga sekitar sehingga tidak ada jarak di antara saya dan teman-teman dengan warga sekitar. Selepas Shalat Maghrib saya dan teman-teman bergegas mengajar di tempat pengajian anak yang mana terdapat tiga tempat pengajian anak, kami pun bagi tugas dalam mengajar. Setelah mengajar ngaji selesai saya dan teman-teman langsung makan malam, saya dan teman-temanpun mengajarkan anak-anak desa yang datang ke kediaman kami untuk mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) sekolah mereka, setelah itu saya dan teman-teman istirahat sekaligus menyiapkan program serta perlengkapan untuk kegiatan esok harinya. Kegiatan rutinitas seperti itulah yang tidak dapat saya lupakan, karena di setiap kegiatan yang kami lakukan selalu diselimuti rasa kasih sayang kebersamaan seorang teman yang saling mensupport antara satu dengan yang lainnya. Terlebih adapun kegiatan yang tidak dapat saya lupakan ialah kegiatan renovasi Posyandu, yang mana antara putra dan putri saling bekerja sama. Yang putranya bahu membahu merenovasi Posyandu mulai dari merapihkan bangunan hingga pengecatan dinding dan pintu juga peremajaan plang Posyandu, sedang yang putrinya menyiapkan minuman dengan sari rasa ditambah es batu yang menjadikan minuman tersebut semakin segar. Dan tak lupa
211
menyediakan makanan ringan untuk teman-teman putra yang sedang merenovasi Posyandu tersebut. Selain itu, pada suatu malam di mana saat itu sedang turun hujan deras sekali sebuah jembatan kecil yang letaknya tak jauh dari kediaman saya dan teman-teman ambruk sehingga menyulitkan air untuk mengalir ke bawah dan menyebabkan terjadinya banjir di sekitar jembatan kecil tersebut. Tanpa mikir panjang dengan siaga dan cepat anggota KKN laki-laki kami dibantu oleh warga sekitar memperbaiki jembatan kecil itu sehingga air tersebut dapat mengalir sebagaimana mestinya dan tidak banjir lagi. Di samping itu, saya dan teman-teman lainnya meluangkan waktunya untuk begadang demi menyelesaikan program kami yaitu pengadaan leker atau meja mengaji yang diperuntukkan bagi anakanak pengajian di Majelis. Saya dan teman-teman saya saling bahu membahu mulai dari memaku kayu hingga membentuk sebuah meja serta mengecat meja tersebut hingga tampak cantik dan indah dan dapat digunakan untuk mengaji al-Qur’an. Kegiatan seminar yang saya dan teman-teman lakukan yaitu mengenai ASI, DBD, penyakit kulit dan kebersihan lingkungan menuntut kami untuk bahu membahu merapihkan ruangan Madrasah yang kami gunakan dalam pelaksanaan seminar tersebut, saling membantu menyapu, mengepel hingga menata posisi bangku dan meja hingga tampak rapih dan tak lupa menata tata letak proyektor dan sound sistem dalam seminar tersebut. Dalam meyambut perayaan HUT RI yang ke-71, maka saya dan teman-teman pun membuat gapura di depan gang atau wilayah dusun kami, pembuatan gapura itu dilakukan secara bergotong royong antara teman-teman KKN dengan warga dusun sekitar, di samping pembuatan gapura, dalam merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia ini, saya dan teman-teman pun mengadakan berbagai macam perlombaan, mulai dari perlombaan untuk anak-anak, hingga perlombaan untuk ibu-ibu, pemuda dan bapak-bapak. Selain perlombaan yang kami persembahkan, kami pula mengadakan pentas seni kecil-kecilan dan di dalamnya ada penampilan qasidah, dll. Pembagian hadiah bagi pemenang lomba pun dilakukan pada saat
212
malam pentas seni tersebut, dilanjut dengan pembagian doorprise yaitu pengundian nomor yang didapat saat melakukan jalan sehat pada sore harinya. Antusias warga sangat luar biasa, mereka sangat menyambut hangat kegiatan apapun yang kami adakan. Setiap kegiatan yang kami lakukan selalu diselimuti dengan kebersamaan dan kasih sayang, sehingga menurut saya semua kegiatan yang kami lakukan selama sebulan ini, sangat membekas dan terkenang sebagai kenangan terindah, di samping itu memotivasi saya dan teman-teman juga untuk lebih melakukan yang terbaik guna kemajuan desa tersebut. 4. Desa Parung Kembang Selalu di Hati Di dalam dusun 3 terdapat 3 kampung, yaitu Kampung Parung Kembang, Kampung Jolpot, dan Kampung Pasir Kandang. Ketiga kampung tersebut merupakan kampung yang menjadi wilayah cakupan KKN saya dan teman-teman. Dari ketiga kampung tersebut, kampung yang paling saya tahu akan seluk beluknya ialah Kampung Parung Kembang, karena bertepatan rumah tempat tinggal saya dan teman-teman berada di Kampung Parung Kembang. Situasi kampungnya cukup baik dan tidak terlalu kumuh, bahkan cenderung kondisi bangunan rumah di sekitar kampung cukup bagus dan semua rumah sudah merupakan bangunan kokoh dalam bentuk tembok bangunan, sudah tidak ada lagi yang rumah bilik atau kayu. Di kampung tersebut banyak terdapat anak kecil berusia Balita atau Batita, mayoritas pendidikan penduduk di kampung tersebut ialah SMP, ada juga yang melanjutkan ke tingkat SMA namun sangat jarang, apalagi yang perguruan tinggi sangat jarang sekali atau bahkan dapat dikatakan tidak ada. Minat belajar warga kampung tersebut sangat kurang, jika sudah tamat menduduki sekolah di bangku SMP maka banyak di antara mereka langsung menikah atau bekerja di luar kota hingga satu atau dua tahun lamanya, setelah dua tahun bekerja di luar kota, maka kembali ke kampung dan tak lama menikah, dan ada juga yang tamat SMP melanjutkan ke pesantren lalu setelah itu menikah. Banyak 213
praktek menikah muda di kampung tersebut, mayoritas penduduk menikah di usia wanita 16 tahun dan laki-laki 18 tahun. Jika terdapat wanita berusia 20 tahun belum menikah, maka suka disebut atau dikatakan perawan tua. Mayoritas penduduk laki-lakinya berprofesi sebagai supir di luar kota yaitu di Tanjung Priok, Jakarta dan ada juga yang berprofesi sebagai petani dan pedagang. Terlepas dari itu semua, sambutan warga tersebut terhadap kedatangan saya dan teman-teman untuk melakukan KKN sangat hangat. Mereka sangat antusias dengan setiap program yang saya dan teman-teman lakukan di sana. Tak sedikit dari warga yang suka mengantarkan makanan kepada saya dan teman-teman, baik berupa kerupuk atau makanan ringan, nasi dan lauk-pauk, sayuran mentah dan buah pisang dan pepaya. Hal ini sungguh pembelajaran berharga bagi kami, bahwa betapa baik dan tulusnya warga kampung ini dalam hal saling memberi dan telah menganggap kami sebagai anak dan warga kampung itu sendiri. Sehingga kami mengambil hikmah bahwasanya kita dalam melakukan sesuatu harus dengan tulus, ikhlas dan selalu bersikap gotong royong, kekeluargaan dengan siapapun. Jika saya menjadi bagian dari warga daerah tersebut, maka pastinya saya akan berusaha semaksimal mungkin dalam memajukan desa tersebut, terutama di bidang pendidikan. Masa depan Bangsa Indonesia berada di tangan putra-putrinya, sehingga seluruh anak bangsa harus menjadi anak yang cerdas yang dapat mengharumkan Bangsa Indonesia. Memotifasi anak kampung tersebut, serta memberikan pelayanan pendidikan yang baik, baik pendidikan agama maupun pendidikan formal.
214
11 INI CERITAKU YANG TERBAIK LAH POKOKNA MAH DI DESA BAGOANG DUSUN PARUNG KEMBANG Oleh: M. Fatih Akmal 1. Mahasiswa dan Tantangan Saya M. Fatih Akmal, salah satu mahasiswa tingkat akhir di Fakultas yang menjadi jantungnya semua Universitas Islam Negeri di Indonesia yaitu Fakultas Ushuluddin. Jurusan Tafsir Hadis yang mulai tahun 2016 ini dipisah menjadi Ilmu Tafsir al-Qur’an dan Ilmu Hadits, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, pada periode liburan menuju semester 7 mau tidak mau kami diwajibkan menunaikan tugas mulia dari kampus tercinta, yakni KKN (Kuliah Kerja Nyata). Mahasiswa dari berbagai macam jurusan dan fakultas dijadikan satu unit berkumpul untuk bergerak membangun masyarakat madani di desa terpencil nan jauh dari peradaban, yang mana anggota kelompoknya terdiri dari perempuan dan laki-laki. 2. KKN Istimewa KKN tahun 2016 beda dengan KKN sebelumnya, tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya mahasiswa masih diberikan hak untuk memilih teman kelompoknya masing-masing sesuai dengan kemauan sendiri asalkan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Tetapi tahun ini berbeda, mahasiswa tinggal menerima dengan siapa kita disatukan dalam sebuah kelompok yang belum tentu mengenal satu sama lain. Karena di UIN Syarif Hidayatullah setiap angkatannya mencapai ribuan mahasiswa. Pada waktu yang telah ditentukan kita dikumpulkan di auditrorium untuk diberikan pembekalan mengenai KKN serta untuk saling berkumpul menjadi satu kesatuan. Akhirnya acara pembekalan dimulai, saya sibuk mencatat setiap detail presentasi dari Bapak Eva Nugraha sambil memikirkan program kerja yang cocok untuk diadakan. Yang menarik dari pemaparan tersebut adalah di mana mahasiswa diberikan wawasan terkait cara pandang dalam rangka pembangunan masyarakat desa, yang pertama cara pandang kelemahan dari desa tersebut yang kita 215
pelajari kemudian dicari pemecahan masalahnya, yang kedua cara pandang keunggulan (aset) dari desa tersebut yang kita pelajari kemudian dikembangkan untuk lebih bermanfaat. Jadi tidak hanya kekurangan tetapi kelebihannya pun tetap harus dipelajari. Acara pembekalan pun selesai. “Acara selanjutnya adalah kumpul per kelompok, silahkan kalian berkumpul dengan teman sekelompok kalian yang mempunyai nomor sama.”ujar Pak Eva dalam pemaparan materinya. Setelah sibuk mencari tempat nyaman untuk membentuk lingkaran besar yang berisikan sepuluh orang karena ada salah satu anggota kelompok yang tidak bisa hadir. Maka akhirnya berkenalan satu per satu. Entah bagaimana prosesnya hingga saya dan sahabat-sahabati saya terdampar di Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Senin, 25 Juli 2016 adalah hari yang saya tunggu-tunggu karena pada hari itulah saya dan teman-teman akan melakukan prosesi pelepasan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk berangkat menuju lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) kami. Lokasi KKN kami adalah sebuah dusun yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten. Sesampainya di Desa Bagoang Dusun Parung Kembang saya dan sahabat-sahabati lainnya disambut dengan hangat dan ramah oleh aparatur desa serta masyarakat Parung Kembang. Di minggu-minggu awal saya dan sahabat-sahabati menetap di Dusun Parung Kembang, saya masih canggung tingggal bersama orang-orang yang baru dikenal sebulan lamanya terlebih berada di desa orang dengan kebudayaan dan adat yang berbeda dari daerah asalku. Program demi program mulai berjalan, pikiran saya mulai terbuka dan tercerahkan. Ya, saya mendapatkan jawaban atas kegelisahan saya terhadap persepsi saya mengenai tinggal bersama orang tak dikenal selama sebulan lamanya. Lingkungan baru dan orang-orang baru, yang tidak hanya berasal dari daerah dan kebiasaan yang sama, harus dipersatukan. Begitu juga dengan masyarakat yang ternyata begitu ramah terhadap kita sampai-sampai tiap harinya ada saja yang mengirim makanan untuk kami. Seketika terlintas dalam
216
benak saya bahwa KKN ini akan sedikit penuh dengan challenge untuk melaksanakan beberapa program. Namun itu semua terbantahkan ketika saya dan teman-teman sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan dan mulai membaur dengan warga. Beberapa kebiasaan atau adat tertentu hanya dapat ditemui di Parung Kembang. Hal ini sangat jarang ditemui di daerah lain. Seperti suatu ketika saya dan beberapa teman didelegasikan untuk menghadiri acara tasyakuran tujuh bulan kehamilan salah satu warga Parung Kembang. Mereka mempunyai tradisi sesuai ajaran agama dan keyakinan namun terjadi akulturasi antara keduanya, yaitu ajaran agama dengan adat istiadat Dusun Parung Kembang. Ketika bacaan do’a-do’a dan surat al-Qur’an mulai dikumandangkan dengan nada atau alunan yang kurang familiar untuk didengar. Pada acara tersebut salah seorang tokoh agama membakar kemenyan yang kemudian dibawa keliling tamu undangan. Di situ juga disediakan banyak makanan khas Parung Kembang. Sesampainya di rumah yang menjadi tempat tinggal KKN kami, saya ceritakan apa yang terjadi di acara tersebut kepada teman-teman. Mereka malah tertawa terbahak-bahak ketika sedang mencontohkan sholawat marhaban dengan nada khas Parung Kembang. Banyak sekali hal yang saya dan sahabat-sahabati lalui selama tinggal sebulan di Dusun Parung Kembang. Suka dan duka tetap kita lalui bersama. Kita menjadikan semuanya tumpuan kala sulit dan bagian dari kebahagiaan. Mulanya tak sedikit dari kami yang merasakan ketidaknyamanan, karena walau bagaimanapun kami harus bersikap sesuai kebiasaan masyarakat setempat, itu artinya saya dan sahabat-sahabati harus mulai untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya dan sahabat-sahabati sadar inilah awal perjalanan kami yang sesungguhnya, setelah saya dan sahabat-sahabati hanya berjumpa beberapa kali saja di kampus, itupun hanya sekedar membahas kelak kami akan mejalankan program kerja apa saja di Dusun Parung Kembang. Sering kali tidak memakan waktu yang lama, terlebih beberapa sahabat-sahabati berhalangan hadir dikarenakan kesibukan masing-masing. Saya dan sahabat-sahabati dipaksa untuk saling mengerti, memahami, bahu-membahu dan peduli satu sama lain, tanpa ada perselisihan dan bawa perasaan (BAPER) walaupun masing-
217
masing mempunyai kesibukan tersendiri. Sulit memang, tetapi saya dan sahabat-sahabati selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik, yakni menyatukan isi kepala yang berbeda-beda dari tiap orang yang pastinya kadang menerima ataupun menolak. 3. Arti Persaudaraan Suatu ketika saya dan sahabat-sahabati dihadapkan pada konflik yang cukup rumit dan sedikit dramatis antara kami dengan beberapa tetangga tempat kami tinggal. Ini cukup baru untuk saya pribadi, karena biasanya konflik terjadi hanya secara internal saja, misalnya sesama anggota KKN. Kini yang terjadi berbeda, saya dan sahabat-sahabati harus bersikap dewasa dalam menyelesaikan problemnya. Bukan problem seperti biasa yang kami temui, seperti berbeda opini satu sama lain, salah paham mengenai hal-hal kecil atau sebel-sebelan karena pertemanan. Beberapa tetangga merasa yang terganggu karena kebiasaan kami bercengkrama hingga larut malam, dengan suara bising yang berasal dari berbagai mulut, atau dengan suara televisi ataupun MP3 yang kadang-kadang kami nyalakan sampai larut malam. Terdengar sepele namun ini sungguh berakibat fatal. Jalinan silaturrahim yang sudah terbangun dengan baik, kini hilang seketika. Kepercayaan tak lagi saya dan sahabat-sahabati dapatkan. Kemudian pada akhirnya kamilah yang berinisiatif untuk memohon maaf dengan segala kerendahan hati. Sebenarnya masalah yang saya dan sahabat-sahabati hadapi sudah beberapa kali diamali oleh salah satu dari kami, akan tetapi ini menjadi tantangan tersediri untuk saya pribadi untuk mengalahkan ego dan berhenti menyalahkan orang lain hingga di akhiri dengan meminta maaf secara tulus. Akhirnya tetangga baru kami itu mamaafkan dan memaklumi apa yang kami lakukan tentunya setelah kami jelaskan panjang lebar. Kami pun berjanji tidak akan melakukan aktifitas sampai larut malam lagi. SDN Parung Kembang menjadi tempat saya dan teman-teman membagi ilmu serta pengalaman yang didapat selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. Kebetulan pada saat itu saya mendapat tugas khusus melatih gerak jalan siswa-siswi kelas 6 dan Pramuka siswa-
218
siswi kelas 5 untuk mengikuti acara yang diadakan setiap bulan Agustus di Kecamatan Jasinga. Dusun Parung Kembang, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, merupakan kampung yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten dan hanya dipisahkan oleh sungai. Butuh waktu sekitar dua jam lebih untuk sampai ke tempat KKN kami. Desa Bagoang terbagi menjadi tiga dusun, kami mendapat bagian di dusun tiga yaitu Dusun Parung Kembang, letak Dusun Parung Kembang sendiri terpisah dari dusun-dusun lainnya jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Sama halnya seperti daerah-daerah di Bogor lainnya, nilai-nilai budaya dan sosial kemasyarakatan sangat dijunjung tinggi di sini. Suatu contoh warga Parung Kembang lebih memilih mementingkan urusan bersama dari pada urusan pribadi. Seperti rumah Bapak Soleh (Ketua Pemuda) yang biasa digunakan untuk saling ngariung, berdiskusi, sekedar mengobrol, atau sekedar kumpul-kumpul. Hal inilah yang membuat rasa persaudaraan mereka semakin rekat. Pada dasarnya Desa Bagoang, secara kasat mata memang tidak berbeda dengan desa lainnya, akan tetapi jika ditelusuri lebih jauh lagi, Desa Bagoang sangatlah kaya akan potensi alam dan masyarakatnya. Kaya dalam hal keharmonisan keluarga dan adat istiadatnya. Sejak awal saya dan sahabat-sahabati datang ke Desa Bagoang, setiap kali berpapasan dengan masyarakat setempat pasti tak ragu untuk saling bertegur sapa sembari tersenyum hangat yang sudah jarang kita dapati jika tinggal di daerah perkotaan, tak lupa pula suguhan atau jamuan untuk sekedar mampir minum kopi dan mengobrol di rumah warga. Merasa diterima sebagai keluarga, menjadikan saya dan sahabat-sahabati kerasan untuk tinggal selama sebulan penuh di Dusun Parung Kembang, memudahkan saya dan sahabat-sahabati KKN menjalankan program kerja KKN atau pengabdian masyarakat, dan mengingatkan kita kembali akan budaya timur yang khas dengan keramah-tamahannya. Siswa siswi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah serta anak-anak yang mengaji selepas Maghrib memberiku kepercayaan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman, membuat saya yakin bahwa rasa
219
kekeluargaan di Dusun Parung Kembang ini sangatlah tinggi. Terbukti dari antusias mereka dalam belajar bersama kami. Tak terasa begitu banyak program-program yang saya dan sahabat-sahabati telah laksanakan. Kegiatan demi kegiatan yang sifatnya fisik maupun pemberdayaan kami lalui dengan lancar meskipun terkadang terkendala masalah teknis. Di mulai dari beradaptasi dengan lingkungan baru, mempelajari budaya dan adat istiadat setempatpun menjadi santapan saya dan sahabat-sahabati sehari-hari. Pada minggu-minggu awal KKN ini berlangsung banyak sekali pengetahuan dan hal baru yang saya dan sahabat-sahabati dapatkan, atau malah mulai menjadi kesukaan saya dan sahabatsahabati, dari semua yang saya dan sahabat-sahabati dapatkan tidak lupa kamipun berbagi ke masyarakat Dusun Parung Kembang. Berbagi pengetahuan, ilmu yang didapat selama menimba ilmu di kampus tercinta, termasuk inovasi-inovasi yang berguna bagi Dusun Parung Kembang. Beberapa inovasi yang saya dan sahabat-sahabati bagikan adalah cara untuk mendaur ulang limbah sampah rumah tangga agar bisa bermanfaat kembali bahkan dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah dan turut mensukseskan program kebersihan lingkungan. Salah satunya yaitu mendaur ulang botol air mineral yang biasanya setelah dipakai langsung dibuang, kami mengarahkan agar dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna, seperti: celengan, tempat pensil, dan lain-lain. Selain itu, saya dan sahabat-sahabati sadar bahwa kami sebagai seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya kami memiliki sifat tabligh yaitu menyampaikan, sebagaimana yang sudah tertera dalam ayat al-Qur’an yang artinya sampaikanlah walau satu ayat. Akhirnya saya dan sahabat-sahabati pun melaksanakan program mengajar. Yang kami tuju untuk melaksanakan kegiatan mengajar bukan hanya Sekolah Dasar dengan segala perlengkapan dan peralatan lengkapnya saja, akan tetapi Madrasah Ibtidaiyah dan TPA (taman pendidikan alQur’an) setempat. Jadwal serta materi pun dipersiapkan secara matang. Tiap-tiap dari kami kebagian untuk mengajarkan apa yang kami punya, disesuaikan dengan bidang dan skill masing-masing dari
220
kami. Saya dan sahabat-sahabati mulai memperkenalkan siapa kami, asal kami dan alasan kenapa kami di Dusun Parung Kembang, hingga akhirnya kami pun membaur tanpa rasa canggung, kami saling bertukar ilmu dan saling belajar. 4. Alam dan Masyarakat adalah Guru Kehidupan Dari mereka saya mendapatkan banyak ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Mengajar adalah dunia yang identik dengan perkuliahan. Ini merupakan permulaan yang bagus, kesan pertama pun harus tersampaikan secara sempurna. Awalnya saya merasa programprogram yang kami jalankan ini memberikan sedikit efek bagi kehidupan masyarakat Parung Kembang. Namun suatu kejadian sederhana pun merubah asumsi saya terhadap program-program yang sudah kami jalankan. Suatu malam ketika saya dan beberapa teman memutuskan untuk membeli beberapa cemilan di warung depan, berdiri di samping saya tiga orang gadis kecil tengah memandangi saya, tak lama datang ayah dari salah satu ketiganya dengan saling pandang yang kemudian saling berbisik satu sama lain, perasaan risih mulai menyelimuti saya, “kak, fatih”, celetuk dari salah satu ketiganya dengan penuh ragu mereka bertiga akhirnya pun memberanikan diri untuk sekedar menyapa saya dan beberapa teman. Saya pun sedikit bingung, tanpa buang waktu sang ayah pun menjelaskan, bahwa mereka adalah murid dari salah satu sekolah yang ada di Dusun Parung Kembang yaitu murid SDN Parung Kembang yang memastikan bahwa saya sekarang mengajar di SDN Parung Kembang. Rasa kaget bercampur bangga karena diingat pun mendatangi saya. “Bagaimana kisah Nabinya?” ujar saya tanpa pikir panjang. Mereka pun mulai menjawab bahwa mereka kini sudah mulai membaca kisah 25 Nabi, dan menghafal nama 25 Nabi. Tidak menyangka bahwa hal kecil yang kita bagi ternyata bisa memberi pengaruh besar bagi sesama kita, dari sini pun saya terpacu untuk tak henti-hentinya terus berbagi dengan sesama. Sadar akan antusias warga mengenai program-program yang saya dan sahabat-sahabati tawarkan, warga pun mulai menaruh perhatian lebih terhadap kami, tak jarang beberapa warga
221
memberikan kami undangan untuk sekedar singgah yang kemudian mereka asyik menceritakan kisah hidupnya bahkan beberapa permasalahan hidupnya diceritakan pula. Awalnya saya merasa ini seperti ada yang salah, mengapa mereka begitu enteng dan mudah menceritakan hal demikian kepada orang baru, bahkan hanya dikenal saat itu saja. Akan tetapi setelah saya renungkan baik-baik di kamar. Ini adalah alasan kenapa Pak Lurah, Pak Kadus beserta perangkat desa dan masyarakat antusias menerima kami dengan baik dan ramah sebagai mahasiswa yang sedang melakukan KKN adalah “Masyarakat Parung Kembang menaruh harapan besar terhadap generasi muda penerus bangsa penggerak perubahan”, pantas saja jika saya perhatikan, setiap kali saya usai berbincang dengan beberapa ibu-ibu atau siapa pun warga Dusun Parung Kembang mereka selalu berpesan “pokoknya cukup satu modal sebagai anak muda yang nantinya pasti bakal sukses dan mampu meneruskan perjuangan Bangsa Indonesia, kudu berani!”. Tetapi dalam diam renungan saya yang mendalam di setiap malam usai evaluasi, saya mulai mengerti arti dari pesan masyarakat Parung Kembang tersebut. Yapz, mereka menggantungkan nasib dan masa depan bangsa pada para pemuda dan pemudi yang masih netral dari kepentingan, para pemuda dan pemudi yang berani melawan penindasan, yang nantinya pasti akan menjadi orang yang memiliki peran penting dalam Pemerintahan dan sekaligus menentukan nasib orang banyak, terutama warga Dusun Parung Kembang seperti mereka. Ternyata, di tengah beberapa problema hidup yang dihadapi, keterbatasan pengetahun dan pendidikan, dan sempitnya ruang mereka untuk bersuara dan berdaya, masyarakat Parung Kembang masih memiliki secercah harapan untuk kemajuan anak cucunya kelak yang diamanatkan pada saya dan teman-teman. Sesadarnya saya, bahwa saya dan sahabat-sahabati, tidak hanya menjadi harapan bagi kedua orang tua kami saja, akan tetapi untuk kemaslahatan masyarakat luas. Saya menimba ilmu di Universitas ternama, rela tinggal jauh dari orang tua, susah payah bertahan hidup di tengah kerasnya ibu kota, rela banting tulang hanya untuk mencari sesuap nasi, secara tidak langsung pun telah menjadi harapan “wong cilik” yang memiliki harapan perbaikan nasib dengan perubahan. Lagi-lagi pelajaran berharga yang dapat dipetik dari setiap
222
pengalaman adalah “anfauhum linnas” atau bermanfaat untuk sesama manusia. Semoga ghiroh ini bersifat istiqomah dan memacu untuk saya dan kawan-kawan untuk menjadi manusia yang lebih berarti untuk sesama. Tinggal selama sebulan, jauh dari kehidupan sebagaimana mestinya, belajar pada praktek bermasyarakat merupakan pengalaman pertama dan tak akan pernah terlupakan. Jika saya diberikan kesempatan oleh Allah untuk memiliki hunian di Dusun Parung Kembang yang secara tidak langsung saya turut menjadi warga Parung Kembang, karena di situ saya seperti mempunyai keluarga baru. Saya akan meneruskan apa yang sudah saya dan sahabat-sahabati awali, memberikan inovasi-inovasi serta turut memajukan kehidupan bangsa khususnya Dusun Parung Kembang yang sudah jelas memiliki berbagai potensi alam maupun sosialnya. Pemberdayaan masyarakat yang sudah mulai melek terhadap teknologi, pencegahan penyebaran narkotika di kalangan anak muda maupun dewasa serta kemajuan pendidikan untuk orang-orang yang kurang beruntung. Kemudian adalah luapan rasa syukur yang tak terhingga kehadirat illahi robbi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga karena seluruh program kerja dapat terlaksana dengan baik yang notabene tidak hanya bermodalkan pengetahuan akademik yang saya dapatkan di bangku perkuliahan yang diterapkan di sini, namun juga pengetahuan hidup kita seharihari. Teruntuk teman-teman dan keluarga baru KKN Bima Sakti, untuk tetap semangat menyebarkan semangat cinta damai dan meneruskan perjuangan di bangku perkuliahan. Sahabat-sahabati, bersenang-senanglah, karena hari ini yang akan kita rindukan, di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan. Bersenang-senanglah, karena hari ini yang kan kita banggakan di hari tua, sampai jumpa sahabat-sahabati, semoga kita selalu, menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan, yang mana saling mendo’akan dan tidak saling melupakan melainkan menjadi kenangan manis yang tak terlupakan.
223
“Don’t Be Sad, Always Be Happy” Jangan Bersedih, Selalu Bahagia
Karena Bahagia Ialah Pilihan
_Ika Tri Mustika_
224
DAFTAR PUSTAKA Nugraha, Eva, Panduan Penyusunan Buku Laporan Hasil KKN-PpMM tahun 2016, Ciputat: Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, 2016 Profil Desa Bagoang Tahun 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Word yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bagoang pada 27 Juli 2016 Peta “Jasinga, Bogor” diakses pada 16 Mei 2017 dari: https://www.google.com/maps/place/Jasinga,+Bogor. Peta “Bagoang, Jasinga” diakses pada 16 Mei 2017 dari: https://www.google.com/maps/place/Bagoang,+Jasinga, +Bogor. Peta “Jarak Perjalanan, Ciputat-Bagoang” diakses pada 15 Oktober 2016 dari: https://www.google.com/maps. Sambutan Kepala Desa Bagoang, Bapak Maman Suparman, pada Pembukaan KKN-PpMM tanggal 27 Juli 2016 Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Jakarta: PT Refika Aditama, 2005 Wawancara Pribadi dengan Kepala Desa Bagoang, Bapak Maman Suparman, 27 Juli 2016 Wawancara Pribadi dengan Pimpinan Majelis Ta’lim PAUD, Kampung Parung Kembang, Ibu Mimin, 22 Mei 2016 Wawancara Pribadi dengan Ketua RW 05 Kampung Parung Kembang, Desa Bagoang, Bapak Surya, 13 Mei 2016 Wawancara Pribadi dengan Ketua Kelompok KKN 050 Bima Sakti, Ahmad Syarif Hidayatullah, 27 Juli 2016
225
Wawancara Pribadi dengan Anggota Kelompok KKN 050 Bima Sakti, Ika Tri Mustika, 4 Oktober 2016 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2014
226
BIOGRAFI SINGKAT KKN BIMASAKTI
Ay Maryani, S.E. M.Si. Ay Maryani, S.E., M.Si. Merupakan dosen Jurusan Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Beliau lahir di Banyumas pada 19 Mei 1979, Alhamdulillah beliau sudah menikah dan telah dikaruniai 3 orang putra, yaitu: Uwais Ahmad Nabil, Khalid Ahmad Nadif dan yang terakhir Ammar Ahmad Najib. Suami beliau adalah Bapak Taufik Hidayat yang juga merupakan Dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Anak Kedua dari dua bersaudara ini pernah mengenyam bangku sekolah di MI di Banyumas Jateng, SMP Islam Al Mukhlishin, Bogor, MAN 4 Jakarta, (S1) UIN Jakarta, (S2) Universitas Trisakti Jakarta. 1. Ahmad Syarif Hidayatullah Saya Ahmad Syarif Hidayatullah dilahirkan oleh ibu tercinta saya pada tanggal 10 Mei 1995, saya memiliki kedua orang tua yang sangat begitu sabar dalam mendidik saya sampai saat ini, nama ibu saya Mardiyah dan nama ayah saya Yasin Fadilah. Saya terlahir dari dua bersaudara yang pertama kakak saya Anis Neneng Khoirunnisa dan yang ke dua saya sendiri. Alamat rumah saya bertempat di Jalan Bakti Karya RT. 01 RW. 02, Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, hobi saya bermain futsal dan mencari teman baru setiap harinya. Status saya yang sekarang adalah lajang. Riwayat pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sawah Baru 2,
227
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyah Islamiyyah, Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah dan sekarang di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Nurul Adhha Nurul Adhha adalah mahasiswa UIN Jakarta Jurusan Dirasat Islamiyah Takhossus Syari’ah Fakultas Dirasat Islamiyah ini merupakan anak ketiga dari 6 bersaudara yang lahir pada 9 Mei 1995 di Kota Padang. Sukunya adalah Chaniago. Dia adalah anak seorang Polri yang tipenya cerewet, ceria dan baik hati, serta selalu membantu sesama. Hobinya adalah membaca novel dan mengikuti oranisasi yang bergerak untuk dakwah dan hal positif lainnya. Cita-citanya adalah ingin menjadi seorang dosen. 3. Latifa Zahra Saya adalah Latifa Zahra yang saat ini kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, pada Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Sistem Informasi, menurut teman-teman seperjuangan saya, saya memiliki sifat pendiam dan cerewet, tergantung seberapa lama saya mengenal teman-teman saya. hehe. Kesan yang biasa saya dengar jika awal bertemu dengan seseorang yaitu saya terlihat sedikit jutek, sombong, dan pendiam. Mungkin karena saya yang memiliki ingatan kurang bagus dalam menghafal nama seseorang, jadi saya tidak sering menyapa seseorang sehingga mereka beranggapan kalau saya itu
228
jutek sekaligus sombong, tapi seiring jalannya waktu tidak kok. Jika saja kalian mengenal saya lebih dekat, saya sebetulnya memiliki sifat yang hangat kepada siapapun, hehehe (narsis dikit). 4. Sahri Rahma Fitri Sahri Rahma Fitri adalah Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perempuan ini lahir pada 16 Februari 1995, dia yang akrab di panggil ii ini tinggal di Depok sejak lahir, perempuan kecil berkacamata ini mudah bergaul dengan orang lain, bendahara kedua KKN Bima Sakti ini senang berbaur dengan siapa saja, mulai dari anak kecil sampai dewasa, hobinya curhat di manapun, pada siapapun dan kapanpun dia berada. 5. Muhammad Syarif Hidayatullah Lahir di Larumpu, 22 juni 1994. Anak kelima dari lima orang bersaudara ini sekarang berkuliah di Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab, Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Laki-laki yang akrab dipanggil Syarif ini tinggal di kontrakan, lakilaki yang paling pendek dari 5 teman KKN yang sering ngulucu walau kadang-kadang kagak lucu.
229
6. Ika Tri Mustika Ika Tri Mustika (20 tahun) adalah mahasiswi Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan menengahnya ia habiskan di SMA Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Assiddiqiyah 2, Tangerang. Saat ini, di luar kegiatannya sebagai mahasiswi, Ika juga menuntut ilmu di LPQ (Lembaga Pengajian al-Qur’an) Masjid Fathullah setiap malam sehabis Shalat Maghrib. Ika Tri Mustika ini lahir di Tangerang pada tanggal 24 November 1995 yang merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Ayahnya berprofesi sebagai wiraswasta di bidang bangunan.
7. Muhammad Ilham Aldair Muhamad Ilham Aldair adalah mahasiswa yang biasa dipanggil Alda, lahir pada tanggal 09 Agustus 1996. Saat ini berkuliah di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alamat rumahnya berada di Jl. Cilenggang I RT 05/02 No. 23, Serpong, Tangerang Selatan. Alda ini merupakan anak tunggal, walau begitu alda merupakan sosok yang mandiri. Alda memiliki hobbi bermain futsal, dan tak jarang ia bermain futsal bareng anak-anak di Desa Parung Kembang. 230
8. Alif Septritama Zhikhri Lelaki berwajah oriental dan berkacamata ini mempunyai nama lengkap Alif Septritama Zhikhri. Biasa dipanggil Alif ataupun Cinko (Cina Kota). Secara tak sengaja mendapatkan rezeki dan berkesempatan menambah ilmu pengetahuan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Ilmu Politik. Saat ini ia sedang mendapat amanah menjadi Koordinator Departemen Seni dan Budaya Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL), UIN masa bakti 2015-2016. Asli dari Jakarta, bertempat tinggal di Pasar Minggu. Menikmati musik adalah kegemarannya, dan bermain musik adalah hobinya. Diam bila baru mengenal orang atau lingkungan baru, namun banyak celoteh bila sudah akrab adalah sifatnya. 9. Mita Sukma Apriyani Namanya Mita Sukma Apriyani. Anak keempat dari enam bersaudara ini lahir di Bekasi tepat pada 9 April tahun 1995. Saat ini dia sedang menimba ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Tarjamah Bahasa Arab. Orang tua yang berasal dari Pulogadung, Jakarta Timur dan Cilacap, Jawa Tengah. Hobinya adalah menari dan melukis kaligrafi, pernah bercita – cita untuk menjadi seorang pelukis kaligrafi.
231
10. Rona Roudhotul Jannah Rona Roudhotul Jannah merupakan anak kedua dari 3 bersaudara ini lahir di Jakarta pada tanggal 19 Januari 1995. Saat ini dia sedang menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Anak perempuan berdarah Betawi ini bertempat tinggal di Kawasan Cipayung, Depok, Jawa Barat. Hobinya adalah menulis fiksi dan pernah bercita-cita menjadi seorang penulis novel dan cerpen. Salah satu anggota KKN Bima Sakti ini sedikit pendiam dan pemalu dengan orang yang baru dikenalnya, tapi dia juga salah satu orang yang setia terhadap kawannya.
11. M. Fatih Akmal M. Fatih Akmal (22 tahun) adalah mahasiswa di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadist di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia seorang aktifis dan pengurus SEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain menjadi pelopor untuk salah satu organisasi ekstra, ia juga berprofesi sebagai wartawan di salah satu majalah di Jakarta. Selanjutnya ia merupakan sosok yang mandiri, ia tinggal sebatangkara di Jakarta, ayah
232
dan ibu beserta adik-adiknya tinggal di kampung halaman. Walau begitu, ia tidak patah semangat untuk terus berjuang dalam menggapai cita-citanya.
233
LAMPIRAN-LAMPIRAN
234
TABEL KEGIATAN MINGGUAN 1. Ahmad Syarif Hidayatullah Minggu ke-1
Melakukan pendekatan kepada beberapa warga untuk mencari informasi mengenai kendala-kendala atau fenomena sosial berkaitan tentang hukum yang ada di masyarakat tersebut.
Minggu ke-2
Melakukan survey permasalahan Hukum Perdata kepada salah seorang tokoh masyarakat di Kampung Parung Kembang yaitu Pak Uki, untuk selanjutnya melakukan survey ke KUA setempat guna mendapatkan data terkait permasalahan hukum yang sering terjadi di masyarakat.
Minggu ke-3
Pembuatan Gapura Kampung Parung Kembang dan mengikuti pengajian bapakbapak Kampung Parung Kembang dan Kampung Jolpot di Masjid Zami Mat’laul Anwar, Kampung Parung Kembang, RW. 005, Desa Bagoang.
Minggu ke-4
Melakukan wawancara terkait program konsultasi hukum dengan Kepala Desa Bagoang pada Jum’at, 19 Agustus 2016 mengenai pendidikan dan fenomena pernikahan dini 235
yang kerap kali terjadi di tengah-tengah masyarakat Desa Bagoang. 2. Nurul Adhha Minggu ke-1
Minggu ke-2
Persiapan sosialisasi pekarangan obat organik dan penyuluhan kesehatan.
Minggu ke-3
Pelaksanaan sosialisasi pekarangan obat organik dan penyuluhan kesehatan.
Minggu ke-4
Mengajar mengaji 3 kali pada minggu keempat untuk pembahasan Hadist, Ilmu Tajwid dan Yasinan.
3. Latifa Zahra Minggu ke-1
236
Mengirimkan surat permohonan menjadi Narasumber ke Puskesmas Desa Bagoang pada Rabu, 27 Juli 2016.
Menjadi salah satu tenaga pengajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Matematika
Minggu ke-2
Mengajarkan Tajwid dan bacaan Juz ‘Amma di pengajian.
Minggu ke-3
Melakukan pelatihan pembuatan formulir data
riwayat hidup di komputer. Minggu ke-4
4. Sahri Rahma Fitri Minggu ke-1
Pelatihan dengan materi Pengenalan dan Pelatihan Surat Elektronik atau Email.
Menjadi salah satu tenaga pengajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia.
Minggu ke-2
Membimbing menulis Iqro’ dan Huruf Hijaiyah di pengajian.
Minggu ke-3
Persiapan program Gerak Jalan Merdeka. Rapat persiapan Gerak Jalan Merdeka dengan anggota kelompok KKN.
Minggu ke-4
Pelaksanaan Gerak Jalan Merdeka yang diikuti oleh kurang lebih 130 orang warga Kampung Parung Kembang.
5. Muhammad Syarif Hidayatullah Minggu ke-1 Menjadi salah satu tenaga pengajar dalam program kelompok yaitu untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Matematika.
237
Minggu ke-2
Memulai kelas Ekstrakulikuler dan Olahraga untuk kelas 3 SDN Parung Kembang.
Minggu ke-3
Pengerjaan papan nama untuk Posyandu pada bagian penamaan.
Minggu ke-4
Membantu pembuatan dan pengecatan leker atau meja untuk mengaji dalam program Pelayanan Penyediaan Sarana dan Prasarana untuk Majelis Ta’lim.
6. Mita Sukma Apriyani Minggu ke-1
238
Menjadi salah satu tenaga pengajar di SDN Parung Kembang. Kegiatan pertama yaitu ta’aruf dan memberikan materi Bahasa Indonesia kepada siswa.
Minggu ke-2
Melatih Pramuka dan latihan baris berbaris dengan para siswa SDN Parung Kembang.
Minggu ke-3
Pembuatan makanan sehat untuk Balita yang dibantu oleh anggota KKN lainnya.
Minggu ke-4
Pelaksanaan Gerak Jalan Merdeka yang diikuti oleh kurang lebih 130 orang warga Kampung Parung Kembang.
7. M. Fatih Akmal Minggu ke-1
Melakukan pelatihan barisberbaris di SDN Parung Kembang dibantu oleh salah seorang anggota KKN.
Minggu ke-2
Memberikan materi Pramuka yaitu balik kanan dan kiri, hadap kanan dan kiri kemudian tata cara menggunakan tongkat saat siap, istirahat di tempat dan jalan di tempat.
Minggu ke-3
Mengajarkan mata pelajaran Matematika kelas 4 dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 5.
Minggu ke-4
Mendampingi siswa/i kelas 5 SDN Parung Kembang mengikuti Acara Jambore seKecamatan Jasinga pada Sabtu-Minggu, 13-14 Agustus 2016.
8. Muhammad Ilham Aldair Minggu ke-1
Minggu ke-2
Menjadi salah satu tenaga pengajar untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani. Membeli peralatan untuk Program Renovasi Posyandu bersama beberapa anggota KKN lainnya.
239
Minggu ke-3
Pelatihan Internet dengan materi pengenalan dan pelatihan Ms. Word kepada para siswa SDN Parung Kembang.
Minggu ke-4
Pelaksanaan Gerak Jalan Merdeka yang diikuti oleh kurang lebih 130 orang warga Kampung Parung Kembang.
9. Alif Septritama Zhikhri Minggu ke-1
240
Menghubungi pembicara untuk program Talkshow Kepemudaan dari pihak CoFounder Indonesian Youth Projects dan eks-Presiden Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia periode 2013/2014.
Minggu ke-2
Mengajarkan gambar Peta Indonesia dan ramburambunya serta dapat menentukan skala pada Peta Indonesia kepada siswa SDN Parung Kembang.
Minggu ke-3
Mengikuti rapat persiapan acara penyambutan Kemerdekaan RI dengan tema Merdeka bersama pemuda/i Kampung Parung Kembang di rumah Ketua Pemuda/Ibu
Marsiah. Minggu ke-4
10. Ika Tri Mustika Minggu ke-1
Melaksanakan program Talkshow Kepemudaan kepada para pemuda di Dusun Parung Kembang.
Mengadakan perlombaan menggambar untuk anakanak mengaji usia 3-6 tahun (belum sekolah).
Minggu ke-2
Mengajar di SDN Parung Kembang selama 4 hari berturut-turut untuk mata pelajaran beragam di antaranya Bahasa Indonesia kelas 6, Matematika kelas 5, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 6.
Minggu ke-3
Mengadakan perlombaan Akademik Lomba Adzan dan Lomba Cerdas Cermat di SDN Parung Kembang sebagai bentuk penyambutan Kemerdekaan RI.
Minggu ke-4
Merayakan Kemerdekaan RI untuk anak-anak dan ibu-ibu warga Kampung Parung Kembang dilaksanakan pada 17 Agustus 2016.
241
11. Rona Roudhotul Jannah Minggu ke-1
242
Melakukan pengumpulan barang bekas seperti botol pelastik bekas secara berkala.
Minggu ke-2
Mengajar sebanyak 3 kali pertemuan dengan mata pelajaran yang berbeda-beda bersama teman KKN lainnya.
Minggu ke-3
Membeli bahan-bahan tambahan untuk Workshop Daur Ulang dan mengajarkan anggota KKN cara membuat kerajinan daur ulang terlebih dahulu agar bisa menjadi mentor saat workshop untuk membantu para siswa/i
Minggu ke-4
Melaksanakan Workshop Daur Ulang dengan dibantu oleh rekan-rekan anggota perempuan KKN lainnya.
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253