E. Hasil Kampanye Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 3 tujuan utama , yaitu: Ø Ø Ø
Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan dua segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu: (1) petani yang tinggal di empat desa (Mekar Makmur, Halaban, Namo Sialang, Sei Serdang), dan (2) masyarakat umum yang ada empat desa tersebut yang mempunyai akses dan peluang untuk masuk ke dalam kawasan TNGL wilayah Besitang. Untuk mengukur tingkat capaian setiap sasaran SMART kami di setiap titik sepanjang Teori Perubahan Kampanye Pride. Untuk menilai adopsi model kebun tumpangsari (agroforestri) oleh petani untuk memaksimalkan penggunaan lahan di luar hutan sehingga akan mengurangi tingkat kebutuhan lahan dan mengurangi laju perambahan hutan.
69
Metode Survei Pra dan Pasca Kampanye Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) melakukan dua survei kuantitatif di empat desa target kampanye (Mekar Makmur, Halaban, Namo Sialang, Sei Serdang). Sebuah survei pra-kampanye dilakukan pada bulan April 2009 untuk menetapkan dasar bagi sasaransasaran SMART kampanye Pride yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek = PSP (Knowledge-Attitude-Practice = KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Yang kedua, survei pasca kampanye, dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan-kegiatan kampanye yang dilaksanakan pada Juli 2010 untuk mengukur perubahan dalam variabel-variabel Pengetahuan-Sikap-Perilaku untuk menilai tingkat capaian sasaran-sasaran SMART. Kedua survei mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Perilaku yang disebut dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai basis, juga memberikan informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak-khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka, program-program media pilihan mereka, dan halangan-halangan untuk perubahan perilaku; ini digunakan untuk mendesain kegiatan-kegiatan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam Rencana Proyek (Ismail, 2009). Survei pascakampanye juga termasuk pertanyaan-pertanyaan baru yang didesain untuk mengukur paparan kegiatan-kegiatan kampanye. Dua segmen khalayak sasaran kampanye merupakan sub-sub kelompok untuk dianalisa dalam survey, meliputi: (1) petani yang tinggal di empat desa target, yang melakukan perambahan maupun yang berpotensi untuk melakukannya, (2) masyarakat umum yang ada di empat desa target yang mempunyai kesempatan dan akses kepada kawasan htan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang. Surveysample.com digunakan untuk memilih ukuran sampel untuk setiap sub kelompok berdasarkan pada: (1) ukuran populasi mereka di masing-masing desa, (2) tingkat batas dasar yang diharapkan untuk pertanyaan-pertanyaan utama dalam survei, (3) jumlah perubahan yang kami harapkan dicapai dalam variabel-variabel tersebut, dan (4) kami menggunakan tingkat interval kepercayaan (interval confidence ) 95% . Dengan menggunakan hasil suveysample.com, kami menetapkan kuota minimum 355 responden dari total empat desa target kampanye. Membentuk kelompok “pembanding” merupakan sarana untuk menunjukkan "pertalian" adanya perubahan akibat intervensi kampanye Pride secara menyeluruh, dan dianggap sebagai standar "emas" untuk evaluasi kampanye Pride. Kelompok pembanding ini adalah masyarakat di desa Trenggulun yang berada di Aceh (Aceh Tamiang) yang diharapkan dengan jarak yang jauh dari desa target kampanye akan mengurangi kebocoran informasi kampanye. Dengan demikian, desain proyek pra-pasca survei adalah desain terbaik yang dapat dilaksanakan untuk mengukur pengaruh kampanye terhadap perubahan Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek. Para responden ditanya di mana mereka memperoleh informasi baru, dan informasi yang mungkin telah menghasilkan perubahan perilaku dalam upaya untuk mengaitkan dampak adanya perubahan akibat intervensi kampanye Pride. Tabel 12 berikut berisi ringkasan jumlah responden yang diwawancara dan penyebaran survei secara geografis. Penetapan jumlah sampel menggunakan LOC 95% dan CI +5
70
Tabel 12 Informasi Latar Belakang tentang Survei Pra dan Pasca Kampanye
Kecamatan
Desa
Total populasi
Persentase distribusi
Jlh kuisioner tiap desa
Keterangan
Besitang
Halaban
7398
28%
100
Target
Sei Lepan
Mekar Makmur
2789
22.5%
80
Target
Sei Serdang
4635
28%
100
Target
Namo Sialang
5181
21.5%
75
Target
20003
100%
355
Target
14000
100%
374
Pebanding
14000
100%
374
Batang Serangan Jumlah
Tenggulun Jumlah Total Sample
Tenggulun
729
Kuesioner survei ini dirancang dan dianalisis menggunakan piranti lunak Apian̏s SurveyPro®. Kuesionernya dikembangkan setelah khalayak sasaran diidentifikasi dan ancaman-ancaman penting yang ditangani oleh kampanye dan tujuan umum untuk kampanye sudah ditetapkan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kawasan Taman Masional Gunung Leuser, wilayah Besitang, kondisi dan interaksi social pada umumnya dan secara khusus ancaman-ancaman yang dihadapinya; tentang pilihan media, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) dan sumber-sumber informasi yang dipercaya. Kuesioner yang digunakan dalam survei pra dan pasca kampanye sama persis kecuali beberapa pertanyaan dibuat khusus untuk survei pasca-kampanye untuk menilai beberapa sasaran SMART yang dikembangkan setelah survei dasar/pre-kampanye dilakukan dan untuk memastikan bahwa paparan terhadap semua kegiatan utama kampanye diukur. Kuesioner ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka dan pertanyaan-pertanyaan langsung dan tidak langsung. Salinan lengkap kuesioner survei yang digunakan dalam survei pasca-kampanye dapat dilihat dalam Lampiran A. Pewawancara dilatih untuk mengelola kuesioner dalam sebuah lokakarya satu hari yang selenggarakan oleh saya sendiri (Ismail) dengan bantuan dari yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC). Para pewawancara memiliki latar belakang sebagai mahasiswa dan pelajar sekolah menengah. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan dengan jelas oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban yang diberikan direkam dan dicatat dalam lembar survei oleh pewawancara. Survei diperiksa dengan cermat sebelum mewawancarai orang berikutnya. Setiap pewawancara didampingi oleh tokoh lokal dan staf balai Besar TNGL SPTN VI Besitang.
71
Hasil Survei Pra dan Pasca Kampanye Data dari kuesioner yang dikumpulkan selama survei pasca kampanye yang dimasukkan ke dalam berkas data SurveyPro® yang sama yang berisi data survei pra kampanye. Ringkasan hasil dari survei pra kampanye disajikan dalam Rencana Proyek (Ismail, 2009). Hasil yang disajikan di sini hanyalah yang terkait dengan penjajakan pengaruh kampanye Pride. Sebuah tabulasi hasil lengkap disajikan pada Lampiran B. Sebanyak 679 responden diwawancarai dalam survei pra-kampanye yang terdiri dari 353 responden (N = 174 petani, 179 berprofesi lainnya) di kawasan desa target kampanye dan 326 responden kawasan desa control. Dan 661 responden dalam survei pasca kampanye terdiri dari 344 responden (N = 231 petani, 112 berprofesi lainnya) di kawasan desa target kampanye dan 317 responden kawasan desa control.
Tingkat Perbandingan Kedua Survei Sangat penting untuk memastikan bahwa survei pasca kampanye dibandingkan dengan survei pra kampanye karena responden dalam dua sampel yang dipilih punya kemiripan satu sama lain dalam hal karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi. Tabel 1 pada halaman 90 menyajikan beberapa dari apa yang disebut sebagai variabel-variable independen dari survei-survei pra dan pasca kampanye untuk (1) memberikan sejumlah latar belakang tentang karakteristik-karakteristik para responden dan (2) menilai tingkat perbandingan dari kedua survey pada setiap variabel dengan menggunakan uji ChiSquare untuk menguji signifikansi statistic. Tabel 13 . Variabel-variabel Independen untuk Menilai Tingkat Perbandingan Survei Pra dan Pasca Kampanye
Pra Kampanye Variabel Daerah enumerasi
Jenis kelamin
Pendidikan formal
Pilihan Jawaban
Petani (N=173)
GA (N=180)
Desa Mekar Mamur Namo Sialang
37.6%
8.3%
28.9%
13.9%
Sei Serdang
11.6%
44.4%
Halaban
22.0%
Laki-laki Perempuan Tidak tamat SD/Tidak sekolah
Pasca Kampanye Total (N=353)
2
Hasil X
Petani (N=230)
GA (N=112)
Total (N=342)
22.7%
33.0%
17.0%
28.0%
21.2%
28.3%
15.2%
33.3%
28.3%
16.5%
37.5%
20.9%
33.3%
27.8%
22.0%
30.4%
28.4%
90.20%
86.20%
94.40%
87.30%
94.10%
86.60%
5.30%
13.80%
5.60%
12.70%
5.90%
13.40%
Yes at 95.0%
19%
17.2%
19.10%
24.7%
17.0%
41.20%
Under 50%*
under 50%
72
Tamat SD
42%
26.1%
41.60%
44.6%
25.9%
13.90%
Tidak Tamat SMP/Sederajat
10%
10.40%
6.1%
8.9%
23.00%
15%
10.0% 17.8%; 32
14.50%
13.4%
16.1%
17.90%
Tidak tamat SMA/Sederajat
5%
3.9%; 7
4.60%
1.7%
2.7%
1.20%
Tamat SMA/Sederajat
8%
17.8%
8.10%
7.4%
23.2%
1.80%
Diploma
0%
3.9%
0.00%
0.9%
0.9%
0.90%
Sarjana
2%
3.3%
1.70%
1.3%
5.4%
Tamat SMP/Sederajat
Sumber: Analisa Data primer, 2010 Tabel 14. Luasan kepemilikan lahan kebun oleh target khalayak petani.
(A) Berapa luas lahan pertanian yang Anda garap/kerjakan?
Kurang dari 1 ha 1-3 ha 3-5 ha di atas 5 ha Totals Freq Error* ChiSq Significance
target 4 desa/petani Periode Survei PascaDasar Kampanye Kawasan Overall 403 kawasan Kampanye Kampanye 42.9%, (N = 57.1%, (N = 230) 173) 24.5%; 98 23.8%; 54 25.4%; 44 55.3%; 221 55.5%; 126 54.9%; 95 16.0%; 64 16.3%; 37 15.6%; 27 4.3%; 17 4.4%; 10 4.0%; 7 100.0%; 400 100.0%; 227 100.0%; 173 5.00% 6.60% 7.60% NA Under 50% Under 50%
Sumber: Analisa Data primer, 2010
73
Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride Tabel 5. Pada halaman ini menyajikan data dari survei pasca kampanye yang menunjukkan persentase masing-masing kelompok sasaran yang teringat pernah melihat/mendengar masing-masing kegiatan utama Kampanye Pride kami. Media kalender, poster, lembar informasi, dan kunjungan sekolah tampak jelas menjadi kegiatan dan media kampanye yang paling sering dilihat dan diingat oleh khalayak. Lagu populer, festival dan stiker menjadi media kampanye yang juga diingat khalayak. Program radio tidak terlalu signifikan diingat, ini dimungkinkan karena penyiaran program radio hanya disiarkan di satu stasiun radio saja (RPC FM), sementara dalam survey awal kampanye setidaknya ada radio lain yang bisa menjangkau khalayak (Sikamoni FM) namun ini tidak terlaksana dalam kampanye. Tabel 15 . Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride
Kegiatan
Pasca Kampanye Petani (N=230) GA (N=112)
Poster
54.40%
50.00%
Lembar informasi/brosur mengenai manfaat hutan leuser
64.00%
59.10%
Program radio mengenai hutan Leuser
10.50%
19.10%
Flyer/brosur ajakan untuk bertani tumpangsari
39.90%
29.10%
Kalender
71.50%
67.30%
Dakwah agama mengenai hutan Leuser
29.80%
20.00%
Lagu mengenai hutan Leuser
41.70%
47.30%
SMS tentang hutan Leuser dan ajakan bertani tumpangsari
12.30%
9.10%
Pelatihan pemanfaatan lahan dengan pola tumpangsari
21.10%
30.90%
Festival dan perlombaan yang berkaitan dengan hutan Leuser
40.80%
34.50%
Kunjungan sekolah
58.30%
59.10%
Buku Komik tentang hutan Leuser
33.30%
24.50%
Studi banding kebun tumpangsari
20.60%
19.10%
Stiker tentang hutan Leuser Sumber: Analisa Data primer, 2010
47.40%
46.40%
74
Kami melakukan banyak upaya dalam memberikan presentasi di sekolah, tapi hal ini hampir tidak menjangkau populasi orang dewasa secara langsung kecuali beberapa orang dewasa yang menjadi guru. Dalam melakukan kunjungan sekolah selain presentasi juga menghadirkan maskot kampanye (kostum orangutan) sehingga menambah daya tarik kampanye.
Grafik 1 menunjukkan bahwa dari berbagai media dan kegiatan pemasaran yang telah dilaksanakan dalam aktivitas kampanye memperlihatkan bahwa, media poster (42%) adalah media yang paling mempengaruhi pikiran khalayak target petani. Kemudian aktivitas pertemuan/penyuluhan (37%), kalender (33%), pelatihan agroforestri (13%) dan brosur (12) selain media di atas tidak terlalu mempengaruhi pikiran khalayak target untuk berpikir mengubah perilakunya. Namun data juga menunjukkan masih besar jumlah khalayak yang tidak mengingat media atau aktivitas kampanye yaitu sebesar 40%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena distribusi di dua desa (Sei Serdan dan Namo Sialang) tidak terdistribusi dengan baik dan jumlahnya tidak sebanyak di dua desa lainnya. Hal ini terjadi karena mekar keterbatasan sumberdaya untuk menjangakau lebih banyak khalayak, dan desa Mekar makmur lebih difokuskan untuk perubahan perilaku. Poster menjadi media yang paling berpengaruh, disebabkan poster tersebar dalam jumlah yang banyak dan tertempel di tempat-tempat strategis seperti warung, kantor, balai pertemuan, sekolah dan lain-lain (berdasarkan data pra survey). Poster juga dicetak dalam dua versi yang masing-masing menekankan pesan yang berbeda namun tetap menguatkan pesan yang sebelumnya. Akan tetapi sebenarnya antar media yang telah diproduksi dan, kami tidak yakin untuk mengatakan satu media/materi itu adalah hal yang paling berpengaruh, karena sebenarnya pesan dan materi semua saling terkait an mendukung untuk mendorong perubahan.
Grafik 1. Media/aktivitas pemasaran kampanye yang mempengaruhi pikiran khalayak target petani untuk merubah perilakunya.
75
Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-sasaran SMART Pengetahuan untuk Khalayak Primer & Sekunder Tabel 16 menyajikan hasil survei untuk pertanyaan-pertanyaan utama yang dirancang untuk menilai pengaruh kampanye pada sasaran SMART Pengetahuan. Dalam beberapa kasus, lebih dari satu pertanyaan digunakan untuk menilai pengaruh dari kampanye terhadap sasaran SMART, tapi hanya satu yang benar-benar digunakan untuk menetapkan sasaran SMART. Persentase sasaran SMART yang dicapai dihitung dari kenaikan persentase poin (pp) sasaran dan perubahan aktual yang diukur dengan survei sebagai (pp yang dicapai / pp sasaran SMART) * 100. Jadi, jika sasaran SMART adalah untuk meningkatkan pengetahuan para petani di 4 desa target (Mekar makmur, halaban, namo sialang, Sei Serdang) bahwa Hutan Taman Nasional Gunung Leuser adalah situs warisan dunia dari 3.5% sampai 30% (sasaran 26.5 pp (30% - 3.5% = 26.5 pp)), dan kami mengukur peningkatan sebesar 23.9 pp (27.4% - 3.5% = 23.9 pp), kemudian persentase sasaran SMART yang dicapai adalah sama dengan (23.9/26.5) * 100 = 90.18%. Data dalam Error! Reference source not found. sangat mendukung hipotesis bahwa Kampanye Pride meningkatkan pengetahuan tentang status TNGL bukan hanya sebagai hutan konservasi Taman Nasional, akan tetapi juga sebagai salah satu situs Warisan Dunia dengan sebutan Hutan Hujan Tropis Sumatera warisan dunia, dan beberapa sasaran SMART terpenuhi atau melebihi; dan beberapa mengalami kenaikan yang sedikit (34.14% dan 32.38%). Rata-rata, variabel-variabel pengetahuan meningkat antara survei pra kampanye dan survei pasca kampanye, dan kami mencapai 124,42% dari sasaransasaran SMART. Ini jelas mendukung hipotesis bahwa kampanye ini menyebabkan perubahan besar dalam pengetahuan sekitar masalah ini. Dua sasaran SMART yang mengalami kenaikan tidak terlalu tinggi, adalah tujuan untuk meningkatkan pengetahuan bahwa perambahan hutan dapat berdampak pada konflik satwa dan manusia mengalami kenaikan hanya 11.2 persentase poin pada pra survey dan pasca survey dan kami hanya mencapai 34.14% pada sasaran SMART. Dan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan meningkatkan pengetahuan pola agroforestri pada petani di Desa Mekar Makmur, kami hanya mencapai 9.1 persentase poin pada pra survey dan pasca survey dan mencapai 32.38% pada sasaran SMART.
76
Tabel 16 Perubahan dalam Variabel-variabel Pengetahuan antara Survei-survei Pra dan Pasca Kampanye untuk khalayak Petani (khalayak primer)
No
1
2
3
4
5
Sasaran SMART
Pada Juni 2010, 30% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang, Halaban) mengerti bahwa hutan Leuser merupakan hutan tropis warisan dunia (meningkat dari 3,5% pada survei pra-proyek)
Pada Juni 2010, 40% petani yang tinggal di desa Mekar Makmur mengetahui cara menerapkan pola agroforestry (meningkat dari 13,8% pada survei pra-proyek)
Juni 2010, 70% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang, Halaban) paham bahwa melestarikan Leuser merupakan tanggung jawab bersama (meningkat dari 54,9% pada survei pra-proyek)
Pada Juni 2010, 60% petani akan paham bahwa perambahan hutan adalah sebab munculnya konflik satwa (meningkat dari 27,2%).
Pada Juni 2010, 65% petani di Desa Mekar Makmur akan mengerti apa itu pola agroforestry (meningkat dari 36,9%).
Pertanyaan (jawaban) (20) Menurut pengetahuan Anda, apakah status/sebutan/julukan hutan Gunung Leuser ? (jawaban maksimal 2) Respon: sebagai warisan dunia (27) Apakah Anda tahu cara menerapkan tumpangsari pada lahan pertanian/kebun ? Respon:Tahu (18) Bagi Anda menjaga hutan Gunung Leuser adalah ? Respon: Tanggung jawab bersama (23) Menurut Anda, apakah penyebab terjadinya gajah, orangutan atau satwa lain dapat masuk ke areal perkebunan yang ada di luar hutan ? (jawaban minimal 2) Respon: Akibat adanya perambahan hutan (26) Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan pengelolaan lahan dengan cara tumpangsari? (Jika TIDAK TAHU, tuliskan 'tidak tahu)
Signifikansi capaian Pra Pasca Chi-Square Sasaran Perubahan kampanye kampanye (X²) SMART (pp) (N=173) (N=230)
3.5%
27.4%
+23.9
Yes at 99.0%
90,18%
13.8%
50.0%
+36.2
Yes at 99.0%
124,42%
54.9%; 95
69.60%
+14,7
Yes at 95.0%
97.35%
27.20%
38.40%
+11.2
Yes at 99.0%
34.14%
36.90%
46.0%
+9.1
Yes at 99.0%
32.38%
77
Respon: Menanam berbagai tanaman Menanam lebih dari satu jenis pada satu lahan Mengelola kebun dengan tanaman campuran Menanam tanaman palawija di sela-sela tanaman pohon Menanam sayuran diantara pohon karet Sumber: Analisa Data primer, 2010
Tabel 17 Perubahan dalam Variabel-variabel Pengetahuan antara Survei-survei Pra dan Pasca Kampanye untuk khalayak masyarakat umum
No
Sasaran SMART
1
Pada Juni 2010, 70% masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan peduli bahwa menjaga hutan Taman Nasional Gunung Leuser adalah tanggung jawab bersama (meningkat dari 52%)
2
Pada Juni2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) tahu peraturan/hukum tentang Taman Nasional Gunung Leuser (meningkat dari 49,7%)
Pertanyaan (jawaban) (18) Bagi anda menjaga hutan Gunung Leuser adalah ? Tanggung jawab bersama Respon : Tanggung jawab bersama (24) Sepengetahuan Anda, apakah ada peraturan yang mengatur masyarakat terhadap hutan Leuser ?
Pra kampanye (N=353)
Pasca kampanye (N=343)
Perubahan (pp)
Signifikansi Chi-Square (X²)
capaian Sasaran SMART
51.80%
67.80%
+16.00
Yes at 75.0%
87.91%
49.60%
81.30%
+31.70
Yes at 99.0%
155.39%
33.40%
52.00%
+18.60
Yes at 99.0%
50.82%
Respon : Ya
3
Pada Juni 2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan tahu pal batas antara Taman Nasional Gunung Leuser dengan lahan masyarakat (meningkat dari 33,5%)
(25) Apakah anda tahu batas antara hutan Leuser dan lahan yang bukan berstatus hutan ? Respon : Ya
Sumber: Analisa Data primer, 2010
78
Tingkat pengetahuan masyarakat juga meningkat terkait dengan tanggung jawab terhadap konservasi TNGL merupakan tanggung jawab bersama semua pihak termasuk masyarakat lokal naik sebesar 16 persentase poin dan 87.91% pada capaian sasaran SMART. Pengetahuan masyarakat juga meningkat tentang adanya peraturan dan sanksi hukum pelanggaran peraturan dan perundangundangan kehutanan di TNGL, meningkat 31.7 persentase poin dan 155.39% capaian sasaran SMART, ini merupakan capaian yang sangat tinggi. Untuk penggalian informasi lebih dalam, responden ditanyakan kembali dengan peraturan apa yang dilarang di hutan TNGL ?. jawaban responden juga mengalami peningakatan dari hasil survey awal kampanye. 89.40% responden menjawab tidak boleh menebang kayu di hutan TNGL meningkat dari 88.00% pada survey awal kampanye. Kemudian 62.80% responden menjawab tidak boleh merambah hutan meningkat dari 40.00% pada survey awal. Dan 66.00% menyatakan tidak boleh memburu binatang/satwa di hutan TNGL meningkat sebesar 30.70% dari survey awal. Data survey paska ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah mengetahui aktivitas-aktivitas yang illegal dilakukan di dalam kawasan Taman nasional Gunung Leuser. Pada survey awal kampanye ada sebanyak 8.00% responden yang berpendapat bahawa membuka kebun di hutan TNGL itu dibolehkan, akan tetapi pada suervei akhir kampanye kelompok responden yang berpendapat seperti itu menurun menjadi 6.40%. Tabel 18 Peningkatan Pengetahuan responden (Khalayak Umum) tentang bentuk aturan/larangan di kawasan hutan TNGL.
4 desa target/GA Periode Survei (A) Jika Ya, bagaimana peraturan itu ? (jawaban minimal 2)
Dasar - Kawasan Kampanye 61.6%, (N=180)
Pasca-Kampanye kawasan Kampanye 38.4%, (N=112)
Dilarang menebang kayu
88.00%
89.40%
Dilarang merambah kawasan hutan
40.00%
62.80%
dilarang memburu binatang di hutan
30.70%
66.00%
Diperbolehkan membuka hutan untuk menjadi kebun Other
8.00% 13.30%
6.40% 0.00%
*
*
Totals Freq Error* ChiSq Significance
7.50%
6.40%
Yes at 99.0%*
Yes at 99.0%*
79
Pengetahuan responden tentang tata batas hutan TNGL dan lahan lainnya meningkat sebesar 18.6 persentase poin dari 33.4% pada survey awal kampanye dan meningkat 50.82% pada capaian sasaran SMART. Saat ditanya lebih detail tentang pengetahuan bentuk batas hutan TNGL dengan lahan/area di sekitarnya, pengetahuan responden juga meningkat. Mayoritas responden telah mengetahui bentuk batas hutan TNGL yaitu pal batas berupa beton/semen meningkat dari 42.74% menjadi 59.22%. dan selebihnya ada yang menjawab sungai dan alur/anak sungai atau lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya masyarakat telah banyak yang mengetahui bentuk batas hutan TNGL dengan kawasan bukan hutan seperti lahan desa maupun kebun masayarakat. Untuk lebih jelas grafik 2 di bawah ini akan menunjukkan peningkatan pengetahuan responden tentang bentuk pal batas hutan TNGL.
Grafik 2. Pengetahuan responden (khalayak umum, N pra=353; N pasca;343) ) tentang bentuk tanda batas hutan TNGL
80
Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk Khalayak Primer & Sekunder Tabel 19 menyajikan data survei yang digunakan untuk mengukur sasaran-sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak petani. Satu dari tiga, sasaran SMART berhasil dipenuhi lebih tinggi dari 100%. Rata-rata, variabel-variabel sikap dan komunikasi interpersonal ini meningkat. Dari data survey paska menunjukkan bahwa petani di empat desa target menyatakan sikap setuju sebanyak 82.2% meningkat dari survey pra sebanyak 53.2%. kampanye menargetkan hingga 70% saja, akan tetapi pada survey paska ternyata melebihi target kampanye, memiliki selisih 29.1 poin persentase dan mencapai 172.15 pada sasaran SMART. Khusus petani di Desa Mekar makmur yang lebih menjadi focus utama kampanye terutama strategi penyingkiran halangan, setelah kampanye dan mendapatkan berbagai informasi kini lebih merasa mudah untuk menerapkan kebun pola tumpangsari (agroforestri) meningkat 5.7 poin persentasi dari 50.8% pada survey pra menjadi 56.5% pada survey paska, sehingga mengalami peningkatan 61.95% pada sasaran SMART dari target kampanye sebesar 60%. Komunikasi interpersonal juga meningkat, yaitu dari 7.7% pada survey pra menjadi 25% pada survey paska (meningkat 17.3 poin persentase), dan mencapai 63.36% pada sasaran SMART dari target kampanye sebesar 35%. Ini jelas mendukung hipotesa bahwa kampanye Pride menyebabkan perubahan substansial dalam sikap dan peningkatan komunikasi di seputar hal-hal ini. Untuk melihat kenaikan sikap dan komunikasi interpersonal dari survey pra dan paska terlihat jelas pada table di bawah ini. Tabel 19 Perubahan dalam Variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara Survei Pra Kampanye dan Pasca Kampanye untuk Khalayak Petani.
No
1
2
Sasaran SMART Pada Juni 2010, 70% petani yang ada di empat desa target setuju bahwa perambahan hutan dapat menyebabkan masalah pada manusia dimasa depan (meningkat dari 53,2% pada survey pra-proyek).
Pada Juni 2010, 60% petani yang ada di desa Mekar Makmur merasa mudah mudah mencoba pola agroforestry pada lahan diluar hutan TNGL (meningkat dari 49,4% pada survei pra-proyek).
Pertanyaan (jawaban) (F) Membuka lahan kebun di dalam hutan G. Leuser tidak akan menimbulkan masalah serius bagi hidup manusia -Tingkat persetujuan
Pra kampanye (N=173)
Pasca kampanye (N=230)
Perubahan (pp)
Signifikansi Chi-Square (X²)
capaian Sasaran SMART
53.2%
82.2%
+29.1
Yes at 99.0%
172.21%
50.8%
56.5%
+5.7
Under 50%
61.95 %
Respon : Tidak Setuju (B) Mencoba teknik agroforestri di lahan kebun di luar hutan G. Leuser Respon : - Sangat Mudah - Mudah
81
3
Pada Juni 2010, 35% petani yang terlibat dalam praktek agroforestry akan menyampaikan pada teman mereka mengenai pola agroforestry (meningkat dari 7.7%)
(34) Dalam 6 bulan terakhir ini, kepada siapa Anda berbicara mengenai tumpang sari (agroforestri) ? (Jawaban boleh lebih dari SATU)
7.7%
25.0%
+17.3
Yes at 50.0%
63.36%
Respon : Berbicara kepada teman
Variable sikap dan komunikasi pada khalayak masyarakat umum juga tampak naik pada survey paska. Masyarakat umum di empat desa target merasa bahwa mengelola lahan/kebun di luar hutan TNGL itu lebih menguntungkan meningkat dari 57.5% pada survey pra menjadi 69.8% pada survey paska (artinya ada kenaikan 12.3 poin persentase) dan mencapai 98.4% pada sasaran SMART dari target kampanye sebesar 70%. Tingkat komunikasi interpersonal dalam masyarakat tidak terlalu mengalami kenaikan yang signifikan. Contohnya komunikasi seorang masyarakat dengan temannya tentang pentingnya pelibatan masyarakat dalam pengamanan dan pengawasan hutan TNGL hanya mengalami kenaikan dari 14.7% pada survey pra menjadi 17.2% pada survey paska (2.5 poin persentase) dan hanya mencapai 8.25 % pada sasaran SMART dari target 45%.
82
Tabel 20 Perubahandalam Variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara Survei Pra Kampanye dan Pasca Kampanye untuk Khalayak Mayarakat Umum.
No
1
2
Sasaran SMART
Pada Juni 2010, sedikitnya 70% dari para masyarakat di empat desa target merasa bahwa mengolah lahan sendiri di luar kawasan hutan TNGL lebih menguntungkan. (meningkat 57,4%)
Pada Juni 2010, setidaknya 45% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) membicarakan kepada teman-teman mereka tentang isu pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan pelestaraian kawasan TNGL (meningkat dari 14,8%).
Pertanyaan (jawaban) (H) Mengolah lahan kebun milik sendiri di luar hutan G. Leuser tidak menguntungkan dibandingkan lahan kebun di dalam G. Leuser(lahan apa ya?)-Tingkat persetujuan Respon : Tidak Setuju (36) Dalam 6 bulan terakhir, kepada siapa Anda berbicara mengenai pentingnya pelibatan masyarakat dalam pengaman dan pengawasan hutan leuser ? (Jawaban boleh lebih dari SATU)
Pra kampanye (N=353)
Pasca kampanye (N=343)
Perubahan (pp)
Signifikansi Chi-Square (X²)
capaian Sasaran SMART
57.5%
69.8%
+12.3
Yes at 90.0%
98.4%
14.7%
17.2%
+2.5
Under 50%*
8.25 %
Respon : Berbicara dengan teman
83
Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran SMART Perilaku untuk khalayak Primer & Sekunder Berbagai aktivitas kampanye dilaksanakan untuk mecapai perubahan perilaku target khalayak petani dan masyarakat umum. Perubahan perilaku yang dikehendaki pada awal kampanye adalah sebagai berikut (sesuai dokumen rencana proyek dan dokumen BROP) : Akhir Mei 2010 telah tersusun draft action plan oleh kelompok petani di Desa Mekar Makmur untuk mendukung rencana tindak lanjut adopsi system agroforestry pada lahan milik petani di luar hutan TNGL. Pada Juni 2010, 30% (30 orang) petani anggota di Desa Mekar Makmur akan mengadopsi pola agroforestry pada lahan milik petani di luar hutan Taman Nasional Gunung Leuser Hingga Juni 2010, telah terbit satu kesepakatan lokal (dalam bentuk peraturan desa atau kesepatan kelompok masyarakat) di desa Mekar Makmur yang mendukung program pengembangan agroforestry dan dukungan terhadap pelestarian kawasan TNGL sebagai warisan dunia dan habitat penting berbagai satwa langka termasuk orangutan sumtera.
.
Pembangunan demplot kebun tumpangsari (agroforestri) Tujuan untuk mengurangi aktivitas perambahan lahan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) menjadi kebun, yang mengancam habitat dan populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Untuk menghilangkan ancaman ini, maka pengembangan system agroforestri pada lahan masyarakat di sekitar (diluar) hutan sangat penting. Pengembangan demplot agroforesrty ini diharapkan akan menambah pengetahuan petani dan membentuk sikap bahwa agroforestri sangat bermanfaat, dan pada akhirnya diharapkan petani mau mengadopsi pola agroforestri pada lahan mereka di luar hutan TNGL. Dengan mengadopsi pola agroforestri tersebut diharapkan lahan mereka akan menjadi lebih optimal dan mengurangi kebutuhan lahan sehingga kubutuhan lahan akan berkurang dan dapat mengurangi laju perambahan hutan menjadi kebun. Demplot kebun tumpangsari (agroforestri) berfungsi sebagai pusat belajar dan pembuktian para petani tentang teknik mengelola kebun dengan pola tumpangsari, manfaat dan tahapan yang harus dilakukan untuk mengelola kebun diluar hutan agar mendapatkan keuntungan yang dapat menambah ekonomi keluarga petani. Demplot dibangun dengan memanfaatkan ruang lahan diantara tanaman karet dengan menanami tanaman holtikultura. Demplot kebun tumpangsari
Foto 21 Tanaman holtikultura diantara tanaman karet di kebun demplot tumpangsari (agroforestri) di Desa Mekar Makmur
84
dikembangkan dengan empat tipe ; (1) pengembangan tanaman holtikultura diselah-selah tanaman karet muda, (2) pengembangan tanaman rimpang di antara tanaman karet tua, (3) pengembangan tanaman sereh wangi di lahan berbatas dengan hutan, (4) pengembangan holtikultura dinatara tanaman sawit muda (baru terlaksana diakhir program). Untuk mencapai perubahan perilaku, yaitu jumlah adopsi pola kebun tumpangsari (agroforestri), maka dilakukan berbagai tahapan kegiatan. Pengorganisasian dan pembentukan kelompok merupakan awal dari pembangunan demplot dan pengenalan sistim tumpangsari kepada petani. Pelaksanaan pelatihan teknik pola kebuntumpangsari dan metode pembuatan pupuk kompos juag dilaskanakan untuk meningkatkan pengetahuan petani. Pertemuan rutin setiap bulan juga dilakukan untuk meningkatkan komunikasi dan berbagi informasi perkembangan dan hambatan dalam implementasi demplot kebun tumpangsari. Pada tahap ini, selain usaha memelihara demplot yang ada, dilakukan juga upaya mendorong adopsi kepada petani lain. Untuk melakukan perluasan informasi dan mendorong terjadinya adopsi strategi penyingkir halangan, maka tim melakukan kunjungan ke dusun-dusun untuk bertemu dan berdiskusi dengan para petani. Proses pertemuan dan diskusi dengan para petani ini dilakukan selama tiga bulan sejak Maret sampai dengan bulan Mei 2010. Pertemuan dilakukan dizkebun petani dan dirumah petani yang menjadi tokoh masyarakat. Pertemuan dan diskusi dilakukan dengan beberapa agenda yaitu : 1. Mensosialisasikan perkembangan dan pembelajaran dari demplot yang telah dibangun. 2. Mengidentifikasi hambatan para petani untuk mengadopsi pola kebun tumpangsari. 3. Menyepakati strategi bersama untuk mengadopsi pola kebun tumpangsari.
Foto 22 fokus diskusi masyarakat membentuk kesepakatan pengelolaan kebun tumpangsari
Hasil dari kunjungan dan pertemuan para petani pada periode Maret – Mei 2010 yang menyatakan siap untuk melakukan pola tumpang sari dikebun mereka. Berikut adalah nama petani yang bersedia melakukan adopsi setelah tim melakukan kunjungan dan berdiskusi dengan para petani.
85
Untuk meningkatkan pengetahuan para petani tentang teknik pengembangan kebun tumpangsari, maka dilakukan pelatihan kepada para petani. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2010 di gedung aula kantor desa Mekar Makmur. Peserta yang hadir pada pelatihan ini berjumlah 80 orang petani dari empat desa target (Mekar Makmur, Halaban, Sei Serdang, Namo Sialang). Tujuan dari pelatihan adalah : 1. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan peserta untuk menerapkan pola tumpang sari (agroforestri) di lahan milik sendiri dan mampu memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan sebagai kompos. 2. Meningkatnya motivasi peserta untuk mengadopsi pola tumpang sari (agroforestri) di atas lahan milik petani di luar kawasan TNGL 3. Tertabulasinya rencana tindak lanjut peserta untuk melakukan adopsi pola tumpang sari (agroforestri) di lahan milik sendiri Untuk mencapai tujuan pelatihan, maka disampaikan materi tentang teknik memanfaatkan lahan/kebun dengan pola tumpang sari dengan berbagai tanaman holtikultura & tanaman pangan. Penyampaian materi disampaikan oleh Bapak Deddy AR Natadiredja (mitra BR) yang dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Pada sessi kedua, peserta diberikan materi dan praktek pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan untuk menjadi kompos dan sekaligus kunjungan dan belajar langsung di lahan demplot.
86
Tabel 21. Para petani yang menjadi early adopters (Periode Maret – Mei 2010).
No 1
Nama
Asal Desa
Rudiawan
Halaban
2
Jamin Syarif
Halaban
3 4 5 6 7 8 9 10
Prayitno Nurman M. Sofian Suhardi Mansyagi Darmadi Sukarmin Sutris Priyadi
Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Edi Saputra Aman Sari Sukardi Rawatno M. Nur Ponari Junaidi S Bakir Mulyono Rawatno Runtah Boimin Asnawati
Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur Mekar Makmur
Keterangan Menanam tanaman rimpang & obat (jahe, kunyit) di antara tanaman karet dan mengembangkan kebun pekarangan Mengembangkan kebun pekarangan dan tanaman sayiran dinatara tanaman karet Menanam tanaman cabai dinatara tanaman sawit Mengembakan tanaman holtilkultura diantara tanaman karet Menanam tanaman sayur di kebun pekarangan Menanam tanaman syur diantara tanaman karet Mengembakan tanaman holtikultura dianatara tanaman karet Menanam cabai diatara tanaman sawit Menanam tanaman cabai dan sayur diatara tanaman karet dan sawit Menanam cabai diatara tanaman sawit, dan menanam kacang tanah diatara tanaman karet Mengembangkan kebun pekarangan Menanam tanam holtikultura diantara tanaman karet Menanam tanam holtikultura diantara tanaman karet Menanam cabai dan sayur dikebun pekarangan Menanam tanaman rimpang 7 obatan (jahe, kunyit) ditara tanaman karet Menanam semangka diantara tanaman sawit muda Menanam tanaman sayur di kebun pekarangan Mengembangkan kebun pekarangan Menanam sereh wangi diantara tanaman karet Mengembangkan holtikultura di antara tanaman pohon dan buah Menanam kacang tanah diantara tanaman karet Mengembangkan kebun pekarangan Mengembangkan kebun pekarangan
87
Sampai akhir kampanye telah ada 30 orang petani yang mengadopsi pola tumpangsari di desa Mekar Makmur dan sebagian di Desa Halaban. Pada survei paska kampanye meningkat 18.4% responden (14 orang) dari 3.08% pada survey pra yang telah melakukan replikasi pola tumpangsari di kebun mereka masing-masing.
Grafik 3 Perubahan perilaku petani untuk mengadopsi pola kebun tumpangsari
88
Untuk memudahkan para petani mengadopsi pola tumpangsari, maka dilakukan berbagai aktivitas : Diskusi terfokus untuk menyusun kerangka panduan dan kesepakatan untuk melakukan adopsi model tumpangsari di kebun mereka secara mandiri tanpa intervensi program. Aktivitas ini dilakukan untuk menyusun kesepatakan rencana tindak lanjut dari replikasi dan adopsi oleh petani. Hasil yang didapat dari pertemuan-pertemuan ini adalah sebagai berikut : - Adanya kesepaktan dengan anggota kelompok bahwa masing-masing anggota kelompok tani memberikan kontribusi untuk adopsi model kebun tumpangsari di kebun masing-masing. Sementara proyek hanya mendukung sebagian saja. ditahap akhir proyek hanya mendukung pengadaan mesin pompa air untuk pengairan tanaman, dan petani (adopter) menyediakan bibit, pupuk, dan waktu dan tenaga. - Direncana tindak lanjut harus melakukan hubungan komunikasi yang lebih intensif dan berusaha menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat untuk meningkatkan pengembangan adopsi. - Perlunya pelatihan lebih teknis dan pengadaan modul panduan untuk penerapan model kebun tumpangsari, untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang teknis aplikasi model kebun tumpangsari dan mengurangi ketergantungan petani kepada proyek. - Untuk melatih kemandirian petani dan mengurangi ketergantungan pada proyek, petani dan diminta memberikan kontribusi untuk proses adopsi, yaitu dengan memberikan kontribusi mereka (berupa bibit, pupuk, waktu dan tenaga). Studi banding kebun tumpangsari dan pelatihan lapang; Foto 23 studi banding pola kebun tumpangsari oleh anggota kelompok petani pengadopsi Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, memotivasi serta melihat kesuksesan orang lain, agar para petani target lebih yakin dan merasa mudah untuk mengadopsi.
Penyusunan Regulasi Lokal (PERDES Konservasi) Tujuan Maksud dari workshop ini adalah untuk menyusun sebuah aturan/kesepakatan lokal di Desa Mekar Makmur untuk melindungi hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) khususnya di wilayah Sei Lepan. Regulasi lokal (Peratran Desa) ini berisikan perlindungan hutan dan rencana pembentukan ekowisata di 0 0 masa yang akan datang. Luas kawasan hutan yang dilindungi di dalam PERDES ini seluas 8325 hektar terletak pada koordinat 03 10’12.3’’ LU, 98 06’10.5’ 0 0 BT s/d 03 50’44.1’’ LU, 98 10’15.9’ BT. Workshop penyusunan PERDES ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2010 bekerjasama dengan CRU-Flora Fauna international (FFI) dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan UNESCO.
89
Inti dari kesepatan.peraturan desa ini adalah : (1) Perlindungan Taman Nasional Gunung Leuser dilakukan oleh masyarakat dan bekerjasama dengan pihak-pihak yang peduli dengan perlindungan dan penyelematan Taman Nasional Gunung Leuser (2) Pengelolaan Kawasan Ekowisata Damar Hitam akan dilaksanakan secara bersama antara LPRD (lembaga Pariwoisata Damar Hitam) dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser serta pihak dan mitra lainnya. (3) Setiap orang yang dilarang untuk : - Merusak keaslian, kealamian bentangan alam dan ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser - Melakukan konversi lahan, perambahan Taman Nasional Gunung Leuser - Melakukan illegal loging di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser - Melakukan upaya sengaja atau tidak sengaja yang menyebabkan kebakaran hutan - Melakukan perburuan dan perdagangan satwa liar - Melakukan perubahan bentuk keaslian alam, seperti pengrusakan gua, tebing, air terjun, sumber air panas. - Dan lain-lain.
Foto 24 Penandatanganan PERDES konservasi oleh Kepala Desa dan BPD Desa Mekar makmur
Walaupun judul dari peraturan ini adalah ekowisata, akan tetapi tujuan utamanya adalah untuk menyelamatkan hutan yang belum rusak dan melalui aktivitas ekowisata yang didalamnya melakukan aktivitas perlindungan dan pengawasan kawasan hutan TNGL dari ancaman perambahan hutan. (dokumen peraturan desa/PERDES lihat pada Lampiran X). Setelah dokumen PERDES selesai disusun, kemudian dokumen ini dikomunikasikan kepada para pengungsi yang selama ini melakukan perambahan dan penguasaan lahan hutan di hutan Leuser blok Damar Hitam Desa Mekar Makmur, dan telah terjadi kesepakatan (dalam bentuk apa? Siapa yang bertanggung jawab untuk memonitor tindak lanjutnya?) untuk tidak lagi melakukan perluasan perambahan/pembukaan hutan untuk kebun atau pemukiman di hutan Leuser.
90
Capaian Konservasi Capaian konservasi yang ingin dicapai adalah berkurangnya ancaman perambahan di hutan Taman nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang dan bertahannya populasi Orangutan Sumatera (Pongo abeli). Selama fase implementasi program yang berlangsung selama satu tahun (?), ancaman belum terlihat berkurang secara signifikan.
Data analisa citra tahun 2009 oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser pada tahun 2009 memperlihatkan tidak terjadi penurunan laju deforestrasi yang signifikan sejak tahun 2003. Selama tahun 2010 walau belum ada data citra yang menunjukkan secara detail , namun hasil pantauan di lapangan juga belum terjadi penurunan laju deforestrasi akibat pembukaan/perambahan hutan untuk kebun. Namun demikian ada hal yang menarik, pada wilayah hutan TNGL blok resort Sei Betung yang berada di sekitar desa Halaban (desa target) menurut pantauan data Seksi Pengelolaan TNGL wilayah VI Besitang tidak terjadi kasus/aktivitas perambahan. Hal ini juga diperkuat dengan data analisa citra tahun 2006 sampai tahun 2010 bahwa hutan TNGL di wilayah resort Sei Betung laju deforestrasi mengalami tren yang menurun, dan luasan tutupan hutan juga meningkat. Walaupun di resort lain seperti hutan di blok resort Sei Lepan ada yang mengalamai kenaikan laju deforestasi. Ini artinya satu blok hutan yaitu blok hutan Sei Betung mulai aman dari akvitas permabahan, ini dipengaruhi oleh berbagai aktivitas program konservasi yang dilakukan oleh YOSL-OIC, Balai Besar TNGL, dan mitra lainnya. Termasuk kampanye Pride di dalamnya.
91
Hutan Terdeforestasi
Perubahan Tutupan Hutan 40000
2500
37219,489
35000 2000
1999,579
30000
1022,781
1000 500 0
26801,608
25000
1500
15000 10000
469,603 232,037 0
281,867 20,979
Trenggulun Sei Betung
Sekoci 2006
20365,741 18553,366 14559,546 14867,467 15758,711 11814,954
20000
1158,521
5000 04,581
0
Sei Lepan Cinta Raja Tangkahan 2009
5216,181 4030,602
8563,48 6936,284
0 Trenggulun Sei Betung
Sekoci 2006
Sei Lepan Cinta Raja Tangkahan 2009
Grafik 4 Analisa citra kondisi tutupan hutan TNGL Wilayah Besitang pada masing-masing resort tahun 2006 - 2009
92
Tabel 22. Data analisa cita satelit tahun 2009 untuk masing-masing resort hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN VI Besitang.
Tahun 2009
Trenggulun
Hutan Hutan Terdeforestasi
5216.181
Hutan Terdegradasi Sawit Awan Bayangan Awan Total
Sei Betung
Sekoci
Sei Lepan
8563.480
14559.546
18553.366
0.000
20.979
1999.579
1023.924 0.000 1292.632 126.263 7659.000
922.604 0.000 109.193 117.744 9734.000
1605.584 267.329 3095.084 467.878 21995.000
Cinta Raja
Tangkahan
20365.741
37219.489
1158.521
0.000
0.000
314.825 0.000 3186.038 300.250 23513.000
119.966 0.000 5120.107 100.186 25706.000
2.511 0.000 0.000 0.000 37222.000
Tabel 23 Data analisa cita satelit tahun 2006 untuk masing-masing resort hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN VI Besitang.
Tahun 2006
Trenggulun
Sei Betung
Sekoci
Sei Lepan
Cinta Raja
Tangkahan
Hutan Hutan Terdeforestasi
4030.602
6936.284
11814.954
14867.467
15758.711
26801.608
232.037
281.867
1022.781
469.603
4.581
0.000
Hutan Terdegradasi Sawit Awan Bayangan Awan
519.536 0.000 2205.613 671.212 7659.000
149.866 127.865 1144.373 1093.745 9734.000
1207.087 119.319 5542.955 2287.904 21995.000
360.153 0.000 5701.268 2114.329 23512.820
316.217 0.000 7692.279 1934.212 25706.000
0.000 0.000 7656.584 2763.808 37222.000
93
Pada bulan Mei 2010 tim kampanye dan tim dari lembaga (YOSL-OIC) bekerjasama dengan SOCP dan Balai Besar KSDA Sumatera Utara melakukan penyitaan satwa orangutan sumatera (Pongo abeli), yang diserahkan secara sukarela dari Bapak Sumedi (masyarakat desa Mekar Makmur) kepada tim. Ini menunjukkan peningkatan kesadaran bapak Sumedi dan masyarakat desa Mekar Makmur untuk melindungi satwa unik orangutan sumatera. Bapak Sumedi telah dengan sadar melaporkan dan menyerahkan bayi orangutan yang ia dapatkan dikebunnya. Menurut keterangan dari pak Sumedi bayi orangutan yang ia dapatkan dikebunnya tanpa induk itu, telah satu minggu berada dikandang yang ia buat sebelum tim datang mengambil. Sebenarnya pak Sumedi sudah berusaha menghubungi tim lebih cepat sebelumnya, akan tetapi baru hari ke enam setelah bayi orangutan tersebut dipeliharanya akhirnya beliau melaporkan keberadan satwa orangutan tersebut kepada tim. Tentu kesadaran pak Sumedi tidak tumbuh begitu saja, kampanye bangga yang telah berjalan hampir satu tahun, dan informasi konservasi lainnya yang telah tersebar di masyarakat inilah yang telah Foto 25 Penyerahan bayi orangutan dari masyarakat menumbuhkembangkan sikap kesadaran dan kepedulian kepada satwa Orangutan Sumatera (Pongo kepada tim HOC YOSL-OIC untuk direhabilitasi. abelii) dan hutan. Dampak kampanye kepada pak Sumedi ini terlihat dari, laporannya kepada tim kampanye Pride, bahkan ia menyatakan bahwa sebenarnya ia sudah berencana ingin bertemu dan menyerahkan bayi orangutan tersebut lebih awal. Sikap ini mengindikasikan bahwa sebenarnya pak Sumedi sudah memperhatikan perjalan kampanye Pride dan mengenal siapa orang yang berperan dalam kampanye, sehinga beliau tahu kemana harus melaporkan mengkomunikasikan tentang kepemilikan satwa..
94