UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI MANAJEMEN SETTING KELAS (Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh MUFNIL IDA NIM 3105240
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185 PENGESAHAN Nama
: MUFNIL IDA
NIM
: 3105240
Fakultas/Jurusan
: Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi
: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI MANAJEMEN SETTING KELAS (Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 23 Juni 2010 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Semarang,
Juli 2010
Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Drs. Wahyudi, M.Pd. NIP. 19680314 199503 1 001
Ahmad Maghfurin, M.A. NIP. 19750120 200003 1 001
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Sajid Iskandar NIP. 19480212 198703 1 002
Nadhifah, M.SI. NIP. 19750827 200312 2 003
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185 PERSETUJUAN PEMBIMBING Semarang, Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi An. Sdri. Mufnil Ida
Juni 2010
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Setelah kami mengadakan koreksi perbaikan seperlunya maka bersama ini saya kirimkan naskan skripsi saudara: Nama
: MUFNIL IDA
NIM
: 053111240 / 3105240
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dengan Judul
: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI MANAJEMEN SETTING KELAS (Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Pembimbing II
Ismail SM, M.Ag. NIP. 19711021 199703 1 002
Drs. Ikhrom, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1 002
iii
MOTTO
ÉOŠÏm§•9$# Ç`»uH÷q§•9$# «!$# Oó¡Î0 ÇÌÈ x8t•ôgsß uÙs)Rr& ü“Ï%©!$# ÇËÈ x8u‘ø—Ír š•Ztã $uZ÷è|Êurur ÇÊÈ x8u‘ô‰|¹ y7s9 ÷yuŽô³nS óOs9r& #sŒÎ*sù ÇÏÈ #ZŽô£ç„ ÎŽô£ãèø9$# yìtB ¨bÎ) ÇÎÈ #·Žô£ç„ ÎŽô£ãèø9$# yìtB ¨bÎ*sù ÇÍÈ x8t•ø.ÏŒ y7s9 $uZ÷èsùu‘ur ÇÑÈ =xîö‘$$sù y7În/u‘ 4’n<Î)ur ÇÐÈ ó=|ÁR$$sù |Møît•sù “(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, (2) dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, (3) yang memberatkan punggungmu ? (4) dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Q.S. Al Insyirah : 1-8)
1
Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Toha Putra,
1989), hlm 1073.
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk : 1. Kedua Bapak dan Ibu yang terhormat 2. Suamiku tercinta 3. Ananda Azril Azka Anbamy yang tersayang 4. Kakak-Kakakku dan ponakan-ponakanku yang lucu 5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini 6. Pembaca yang budiman.
v
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Kendal, 21 Juni 2010 Deklarator,
Mufnil Ida NIM 3105240
vi
ABSTRAK Mufnil Ida (NIM: 3105240). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI setelah digunakan strategi manajemen setting kelas (2) bagaimana penerapan manajemen setting kelas dalam menumbuhkan motivasi, keaktifan, dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode studi tindakan (action research) pada siswa dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode tes dan metode dokumentasi. Dari hasil observasi secara langsung di kelas VII C SMP N 28 Semarang melalui penelitian tindakan tahap prasiklus dapat diketahui bahwa pada pembelajaran PAI, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata pelajaran masih menggunakan metode ceramah dan siswa masih cenderung pasif. Proses belajar mengajar belum mencerminkan pembelajaran aktif, sehingga komunikasi yang terjalin cenderung masih komunikasi satu arah. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C yang mendapat pembelajaran PAI tahun ajaran 2009 /2010 semester I yang berjumlah 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan manajemen setting kelas, suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan siswa ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh kesiapan siswa menerima pelajaran, perhatian siswa dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam kelas, dan mampu menghadapi kesulitan. Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap yaitu, prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada tahap prasiklus, motivasi belajar siswa mempunyai persentase sebesar 62,22% dan rata-rata hasil test akhir 72,53. Pada siklus I setelah dilakukan tindakan, motivasi belajar siswa meningkat menjadi 68,89% dan rata-rata hasil tes akhir 74,83. Pada tahap siklus II persentase motivasi belajar siswa meningkat menjadi 77,78% dan rata-rata hasil tes akhir sebesar 77,93. Sedangkan pada tahap siklus III setelah dilakukan tindakan, persentase motivasi belajar siswa meningkat menjadi 85,56% dan ratarata hasil tes akhir sebesar 80,63. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan manajemen setting kelas. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak terutama guru/tenaga pengajar, orang tua dan siswa.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi penulis, sehingga dapat menyusun skripsi ini. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada penghulu para nabi dan rasul, junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmuilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan
dengan
sebaik-baiknya.
Bagi
penulis,
penyusunan
skripsi
merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis menyadari, banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang; 2. Ismail SM, M.Ag. dan Ikhrom, M. Ag. selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini; 3. Drs. Sugeng Ristiyanto, M. Ag. selaku dosen wali yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama studi; 4. Para dosen pengajar beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;
viii
5. Pengelola perpustakaan fakultas Tarbiyah beserta karyawan yang telah memberikan fasilitas dan layanan peminjaman sumber referensi; 6. Teguh Waluyo, S. Pd. MM. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 28 Semarang yang telah memberikan izin penelitian; 7. Iswatun Khasanah, M. Ag. selaku guru mitra/kolaborator yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk berkolaborasi dalam penelitian yang penulis lakukan; 8. Bapak, ibu, kakak serta suami dan anakku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, perhatian dan do’anya untuk tetap bersemangat menggapai citacita demi keberhasilan penulis; dan 9. Teman-teman seperjuangan PAI B angkatan 2005 (Aliyah, Soendari, Ulis, Etik, Umas, Fitri dan Ranti) yang senantiasa mengiringi perjalanan penulis selama studi, dan semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Kepada mereka semua, penulis sampaikan ucapan terima kasih dengan tulus, serta iringan do’a semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Semoga skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan Pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang) ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya. Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Kendal,
Juni 2010
Penulis,
Mufnil Ida NIM 3105240
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK...............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
HALAMAN DEKLARASI...........................................................................
v
HALAMAN MOTTO...................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang.....................................................................
1
B. Penegasan Istilah .................................................................
6
C. Rumusan Masalah................................................................
9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................
9
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar.............................................
11
2. Macam-macam Motivasi Belajar .....................................
13
3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar...............
16
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ........................................
18
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar........
20
B. Mata Pelajaran PAI 1. Pengertian PAI di SMP ...................................................
26
2. Tujuan Pembelajaran PAI di SMP ...................................
27
3. Ruang Lingkup Mapel PAI di SMP .................................
28
C. Manajemen Setting Kelas 1. Pengertian Manajemen Setting Kelas...............................
31
2. Ruang Lingkup Manajemen Setting Kelas .......................
35
x
3. Tujuan Manajemen Setting Kelas ....................................
39
4. Fungsi Manajemen Setting Kelas.....................................
40
5. Bentuk-bentuk Manajemen Setting Kelas ........................
41
D. Kajian Pustaka .....................................................................
50
E. Pengajuan Hipotesis.............................................................
52
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................
53
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................
53
C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................
53
D. Metode Penelitian ................................................................
54
E. Siklus Kegiatan....................................................................
58
F. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data......................
64
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Tahap Prasiklus ............
67
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I .........................
71
C. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ........................
77
D. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus III.......................
83
E. Keterbatasan Penelitian........................................................
88
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................
90
B. Saran ...................................................................................
91
C. Penutup................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Indikator Motivasi Belajar Siswa .................................................... 17
Tabel 2
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas................ 54
Tabel 3
Indikator Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran.................... 56
Tabel 4
Nama-nama Siswa Kelas VII C SMPN 28 Semarang ..................... 57
Tabel 5
Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Tahap Prasiklus ................ 68
Tabel 6
Hasil Tes Akhir Tahap Prasiklus..................................................... 69
Tabel 7
Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I.............................. 72
Tabel 8
Hasil Tes Akhir Siklus I.................................................................. 74
Tabel 9
Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa Tahap Prasiklus dan Siklus I ........................................................... 75
Tabel 10 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Prasiklus dan Siklus I ..... 75 Tabel 11 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II ............................ 78 Tabel 12 Hasil Tes Akhir Siklus II ................................................................ 80 Tabel 13 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 81 Tabel 14 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Siklus I dan Siklus II................. 81 Tabel 15 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus III ........................... 84 Tabel 16 Hasil Tes Praktik Shalat Wajib Siklus III........................................ 86 Tabel 17 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa Tahap Prasiklus, Siklus I, II, dan III................................................ 87 Tabel 18 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Prasiklus, Siklus I, II, dan III............................................................................................. 87
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Penelitian Tindakan .............................................................. 55
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.2 Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsipprinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, dalam KBM, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sepanjang hayat.3 Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. 4 Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika guru bersifat menunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhi secara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya. Guru juga perlu memberikan 2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 5, hlm.1. 3 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 48. 4 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.23.
1
umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan
(comfortable)
dan
menunjang
(supportive),
sehingga
membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang positif.5 Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Guru harus mampu memotivasi siswa dalam belajar mengajar. Kemampuan guru dalam dua hal tersebut akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Kondisi seperti itu dapat terwujud, jika guru dapat menggunakan strategi tertentu dalam pemakaian metodenya, sehingga dia dapat mengajar dengan tepat, efektif dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.6 Suatu metode bisa dikatakan efektif, jika prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan memakai metode tertentu, tetapi dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Hasil pembelajaran yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu. Perubahan ini tentu harus dapat dilihat dan diamati, bersifat khusus dan operasional, dalam arti mudah diukur. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, di antaranya adalah motivasi. Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Demikian juga para siswa mau melakukan sesuatu bilamana berguna bagi mereka untuk melakukan tugastugas pekerjaan sekolah. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin gagal dalam pelajaran karena kekurangan motivasi. Hasil baik tercapai dengan motivasi yang kuat.7 Dalam sebuah kelas kadang ditemukan siswa yang malas berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Sebagian dari mereka tidak mengetahui bahwa semua 5
Oemar Hamalik , Kurikulum dan Pembelajaran , ( Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 87. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), hlm.65. 7 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet.2, hlm. 73 6
2
mata pelajaran dan pengetahuan yang mereka dapatkan dari studi pasti membantu kesuksesan mereka pada masa depan. Untuk itulah, guru memegang posisi penting dalam memberikan dorongan dan harapan. Guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan, agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. 8 Dalam kegiatan belajar mengajar kadang ditemukan siswa yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara siswa yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Seorang atau dua orang siswa duduk dengan santainya dikursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah ke mana. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 9 Keadaan minat terhadap suatu mata pelajaran tersebut menjadi pangkal penyebab mengapa siswa tidak berminat untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Itulah pertanda bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Hal tersebut di karenakan oleh minimnya motivasi yang ada dalam diri siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus mampu membangkitkan motivasi dari luar diri siswa. Hal ini diharapkan untuk membantu agar siswa mempunyai minat dan semangat untuk belajar, sehingga dengan bantuan itu siswa dapat keluar dari kesulitan belajar. 10 Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar para siswanya. Dalam usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-kondisi tertentu dapat membangkitkan motivasi belajar. Selain motivasi, salah satu upaya untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, khususnya mutu proses belajar dan hasil belajar adalah peningkatan mutu guru sehingga memiliki kemampuan profesional yang 8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm.21. 9
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.114. Ibid.
10
3
memadai. Profesionalitas guru harus terlihat pada kemampuannya mengelola kelas dan mengajar secara efektif. Guru harus mampu membelajarkan para siswa menguasai bahan pelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. 11 Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan siswa dapat belajar. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan guru adalah manajemen kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik. 12 Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur
siswa
dan
mengelola
sarana
pengajaran.
Guru
harus
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Manajemen kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif. 13 Kemampuan manajemen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa kemampuan manajemen kelas yang efektif, segala kemampuan guru yang lain dapat menjadi netral dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Tiada gunanya seorang guru menguasai
bahan
pembelajaran,
tidak
bermanfaat
kemampuannya
menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang menarik sesuai dengan pokok bahasan, tiada gunanya dia mengetahui jenis pertanyaan yang perlu ditanyakan atau kemampuannya menjelaskan pelajaran secara gamblang; jika
11
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), Cet.2, hlm. 166 – 167. 12 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 144. 13 Ibid, hlm. 145.
4
segala yang diupayakan guru itu tidak diperhatikan atau didengarkan oleh para siswanya. 14 Salah satu bentuk manajemen kelas bagi guru yang penting adalah mengelola kelas dan penataan ruang yang terlihat asri, rapi, indah sehingga membuat anak kerasan di dalam kelas, dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Ada beberapa manfaat manajemen setting kelas yang menarik antara lain siswa tidak merasa jenuh, siswa akan merasa betah dalam kelas, siswa termotivasi dalam belajar serta dapat menumbuhkan kreativitas untuk mendesain kelas yang lebih rapi. Lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Tidak ada satu pun susunan yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. “Pendekorasian interior” kegiatan belajar aktif merupakan hal yang menyenangkan dan menantang (khususnya bila perabotannya kurang ideal). Dalam beberapa kasus, perabotan kelas bisa disusun ulang untuk menciptakan formasi yang berbeda. Bahkan meja tradisional bisa disatukan agar membentuk meja besar dan juga membentuk formasi yang berbeda. 15 Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang, dan kurang. Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada siswa yang pandai atau bodoh, yang lebih tepat adalah siswa dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi siswa satu memerlukan dua kali pertemuan untuk memahami isinya, namun bagi siswa lain perlu empat kali pertemuan atau lebih untuk dapat menyerapnya. Karena itu, guru perlu mengatur kapan siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, kelompok atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok, kapan siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu siswa yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan 14
E. C. Wragg, Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin, (Jakarta : PT. Grasindo, 1996),
hlm.1. 15
Melvin L. Silberman, Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), terj.Raisul Muttaqien, (Bandung : Nusamedia, 2006), hlm. 35.
5
secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya (Peer teaching).16 Manajemen setting kelas meliputi pengelolaan beberapa benda / objek yang ada dalam ruang belajar seperti meja, kursi, pajangan sebagai hasil karya siswa, perabot sekolah, atau sumber belajar yang ada di kelas. Pengelolaan meja-kursi dapat disusun secara kelompok, lingkaran, berbentuk U atau bentuk berjajar atau secara berbaris. Susunan ini tergantung strategi yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Bertolak dari latar belakang permasalahan di atas, dapat dilakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) sebagai sebagai alternatif dalam
penyelesaian permasalahan ini. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Upaya penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan dapat menciptakan budaya belajar (learning culture) di kalangan guru-siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan pola kerja yang bersifat kolaboratif. Berangkat dari pokok permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang) .
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami pokok kajian penelitian ini, perlu dijelaskan batas-batas pengertian dan maksud dari penelitian. Sebagaimana disebutkan di atas, judul penelitian ini adalah “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI
16
Melalui
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : RaSAIL Media Group, 2008), hlm.57.
6
Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan Pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)”. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu pengertian yang utuh sesuai dengan maksud sebenarnya dari judul penelitian tersebut antara lain : 1. Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.17 2. Meningkatkan motivasi belajar siswa Meningkatkan adalah menaikkan, mempertinggi, memperhebat (derajat, taraf dan sebagainya).18 Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 19 Adapun tentang pengertian belajar banyak dari pakar pendidikan yang mendefinisikan mengenai hal tersebut. Slameto mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20 Belajar menurut Muhibbin Syah secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
17
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hlm. 995. 18 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1992), hlm.1078. 19 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 28. 20 Slameto, Op. Cit., hlm.2.
7
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.21 Jadi secara sederhana motivasi belajar siswa dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar (siswa) itu dapat tercapai. 3. Mata pelajaran PAI PAI adalah nama bidang studi atau mata pelajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan pendidikannya di tingkat tertentu. 4. Manajemen Setting Kelas Manajemen kelas adalah nama lain dari pengelolaan kelas, yang berarti manajemen kelas dan pengelolaan kelas punya arti dan pengertian yang sama, yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya. 22 Manajemen adalah ilmu, yaitu yang mempelajari dan meneliti upaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien dengan bantuan beberapa sumber. 23 Sedangkan kelas menunjukkan pada kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Menurut Suharsimi Arikunto, kelas adalah bagian atau unit terkecil dari sekolahan yang terdiri dari sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama mendapat pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
24
Adapun kelas
pada umumnya dibedakan menjadi dua bagian : a. Fisik (ruang kelas, sarana
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.92. 22 Sufyarma M, Kapita Selekta Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2003), hlm.187. 23 Onong Uchjana Effendy, Sistem Informasi dalam Manajemen, (Bandung : Alumni, 1981), hlm.6. 24 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.3.
8
prasarana), b. Nonfisik (siswa). Sedangkan yang dimaksud kelas dalam judul penelitian ini adalah ruangan kelas dan perlengkapan proses pembelajaran. Jadi manajemen setting kelas adalah suatu ketrampilan / usaha yang dilakukan guru atau penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelas untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal melalui pengaturan ruang kelas dan siswa (setting kelas) sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. 5. SMP Negeri 28 Semarang Adalah lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang berstandar Nasional (SSN) yang berlokasi di Jl. Kyai Gilang Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu Kota Semarang.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui manajemen setting kelas ? 2. Apakah manajemen setting kelas pada pembelajaran PAI dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tidak terlepas dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI setelah digunakan strategi manajemen setting kelas. b. Untuk mengetahui penerapan manajemen setting kelas dalam menumbuhkan motivasi dan keaktifan serta meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat :
9
a. Secara Teori Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui konsep manajemen setting kelas khususnya dalam pembelajaran PAI di sekolah yang penulis teliti yaitu SMP N 28 Semarang. b. Secara Praktis 1) Lahirnya suatu model pembelajaran yang dapat memberi nuansa baru bagi siswa untuk semangat belajar dan berperan aktif dalam proses pembelajaran serta mampu menghadapi masalah-masalah baru dalam lingkungan yang semakin hari semakin kompleks. 2) Bagi guru, diperolehnya suatu kreativitas variasi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) yang berakarkan kurikulum 2004, yakni memberi banyak keaktifan pada siswa dan guru sebagai fasilitator. 3) Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
10
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar a. Motivasi Menurut Frederick J. McDonald mengatakan bahwa : Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.
25
“Motivasi adalah suatu
perubahan energi yang ada dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perubahan sikap (affective) dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan”. Richard M. Sterrs dan Lyman W. Porter dalam bukunya mengatakan The term motivation was originally derived from the Latin word
movere
which means
to move .26 Istilah motivasi
berasal dari bahasa Latin, dari kata
movere
yang berarti
menggerakkan/mendorong. Menurut Anita E. Woolfolk, Motivation is usually defined as an internal state that arouses, direct, and maintain behavior.27 “Motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam
diri
seseorang
yang
mendorong,
menguatkan
dan
mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, “motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”.28 Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang 25
Frederick J. Mc.Donald, Educational Psychology, (Tokyo : Overseas Publications, Ltd., 1959), hlm.77. 26 Richard M. Steers dan Lyman W. Potter, Motivation And Work Behavior, (Singapore : Mc. Graw Hill, 1973), hlm. 5 . 27 Anita E. Woolfolk, Educational Psychology, 6th ed. (USA : Allyn & Bacon, 1980), hlm. 330. 28 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 70.
11
berasal dari dalam diri yang menggerakkan seseorang untuk bersikap atau bertindak yang pangkalnya adalah untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. b. Belajar Belajar mempunyai arti suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan daya pikir.29 S. Nasution menjelaskan belajar diartikan sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.30 Adapun Morgan dalam bukunya Introduction of Psychology mendefinisikan belajar sebagai berikut : Learning is any relatively permanent change in behavior which occurs as result of experience
31
(Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman). Menurut Muhibbin Syah, belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.32 Dari beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku pada dirinya sebagai akibat dari kenyataan atau pengalaman masa lalu yang menimbulkan pengetahuan.
29 30
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Cet.2 , hlm.1. S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet. 2, hlm.
34. 31
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York : Mc.Graw Hill Book Company, 1971, hlm. 187. 32 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 5 . hlm. 92.
12
c. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah dorongan dalam diri individu yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk melakukan proses belajar sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Menurut Sardiman A. M, motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.33 Peranannnya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, guru mempunyai peran penting untuk menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Guru perlu mendorong atau membangkitkan motivasi siswa, sehingga dia mau melakukan kegiatan belajar. 2. Macam-macam Motivasi Belajar Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut34 : 33
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2001), hlm. 73. 34 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 29.
13
a. Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan berguna pada masa kini dan masa masa yang akan datang. Apa pun yang dilakukan oleh seseorang itu jika di niati dari dalam hati (niat/memotivasi diri sendiri untuk melakukan sesuatu) merupakan salah satu motivasi intrinsik, sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhori berikut ini
: :
35
(
)
Dari Umar bin Khattab r.a dia berkata; saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda
:
Sesungguhnya
setiap
perbuatan
tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
35
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhori, Shahih Al Bukhori, (Beirut Libanon : Darul kutub al ‘Alamiyah, 1992), Jilid I, hlm. 3.
14
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.(HR. Imam Bukhori). Dari hadits di atas, dapat dipahami bahwasanya setiap orang akan memperoleh balasan amalan yang dia lakukan sesuai dengan niatnya. Niat dalam ajaran Islam menempati posisi sentral, karena setiap perbuatan pasti berawal dari niat. Niat juga akan menentukan apa yang akan kita dapat. Dalam hal belajar, jika siswa melakukannya dengan sungguhsungguh (niat/memotivasi diri untuk melakukan sesuatu), maka ia akan memperoleh hasil dari kegiatan belajar tersebut. b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya. Dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik
diperlukan.
Motivasi
bagi
pelajar
dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan. Karena motivasi mempunyai tiga fungsi yakni : a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan b. Penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
15
c. Penyeleksi perbuatan, sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai. 36 3. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Ada tidaknya motivasi dalam diri siswa dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila siswa mempunyai motivasi, ia akan : 1) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; 2) berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut; dan 3) terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. 37 Sedangkan menurut Sardiman A.M., motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut 38 : a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya). d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
36
S. Nasution, Op. Cit., hlm. 76 – 77. Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 138. 38 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 81. 37
16
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan
pendapatnya,
kalau
ia
sudah
yakin
dan
dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal itu semua harus dipahami agar guru dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. Motivasi merupakan energi penting dalam meraih keberhasilan karena motivasi merupakan unsur penentu yang mempengaruhi perilaku dalam individu, merupakan daya penggerak aktif, yang terjadi pada masa tertentu dengan sebuah tujuan tertentu. Berbagai pendapat tentang ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar tersebut, dapat penulis rumuskan ke dalam bentuk tabel indikator motivasi belajar sebagai berikut : Tabel 1 Indikator Motivasi Belajar Siswa Variabel Indikator Motivasi Belajar Kesiapan siswa Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai dalam menerima Ø Menyiapkan buku dan alat tulis pelajaran Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai. Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi Perhatian siswa Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitas dalam proses pembelajaran siswa tampak pembelajaran Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespon penjelasan guru Keaktifan siswa Ø Mengungkapkan pendapat dalam kelas Ø Aktif bertanya Ø Aktif menjawab Ø Merespons pendapat / jawaban siswa lain
17
Mampu menghadapi kesulitan
Ø Komunikasi antarsiswa Ø Mengerjakan tugas PR di rumah Ø Senang mencari dan mengerjakan soal-soal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi motivasi adalah mendorong, menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.39 Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya motivasi. Dengan adanya motivasi, hasil belajar yang diperoleh akan menjadi optimal. Semakin tepat motivasi yang diberikan, semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. 40 Akan tetapi pada kenyataannya tidaklah semua berjalan seperti apa yang diinginkan guru. Banyak hambatan yang dihadapi agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan di mengerti oleh siswa. Sebagai contoh, di kelas ditemukan siswa yang malas berpartisipasi dalam belajar. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran tersebut menjadi pangkal penyebab mengapa siswa tidak berminat untuk mencatat ataupun memperhatikan apa-apa yang telah disampaikan guru
apalagi untuk
belajar mandiri. 41 Hal tersebut di karenakan minimnya motivasi yang ada dalam diri siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa dengan memberikan motivasi dari luar diri siswa. Hal ini diharapkan untuk membantu siswa agar mempunyai minat dan semangat untuk belajar. Motivasi merupakan kunci sukses dalam belajar. Semakin tepat 39
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.
40
Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 82. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 122.
73. 41
18
motivasi yang diberikan guru atau semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa, maka semakin berhasil pelajaran yang disampaikan. Perlu ditegaskan, bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan atau bertalian dengan tujuan. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi (tindakan mencapai tujuan dilakukan). Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan atau tindakan. 42 Keberhasilan suatu usaha dalam mencapai tujuan, sangatlah ditentukan oleh kuat lemahnya motivasi. Prestasi yang baik akan sulit didapat tanpa adanya usaha mengatasi permasalahan atau kesulitan. Proses usaha dalam menyelesaikan kesulitan tersebut memberikan dorongan yang sungguh kuat. Dalam Islam secara jelas menerangkan bahwa memotivasi dalam usaha mengatasi kesulitan sangatlah berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11 : ..........3 öNÍkŦàÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉi•tóム4Ó®Lym BQöqs)Î/ $tB çŽÉi•tóムŸw ©!$# žcÎ) ……. ..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Surat Ar-Ra’d ayat 11) 43 Dari ayat di atas, bisa diketahui bahwa motivasi memiliki fungsi yang sangat besar dalam mencapai tujuan, yaitu menggapai cita-cita, keberhasilan atau adanya kerusakan dalam diri seseorang. Ada tiga fungsi motivasi, yakni 44 : a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;
42
Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 73 – 74. Departemen Agama Repubik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Toha Putra, 1989), hlm. 370. 44 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 83. 43
19
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; dan c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang fungsi motivasi. Motivasi berfungsi mendorong manusia untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Motivasi menentukan arah perbuatan yang diinginkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, dan menyeleksi atau memilih kegiatan dan perbuatan yakni perbuatan mana yang akan dikerjakan dengan tanpa rasa keterpaksaan dengan senang hati. Dalam pembelajaran, guru hendaknya membuat segala sesuatu yang sulit menjadi mudah dan sekaligus menyenangkan. Sehingga siswa tidak tertekan secara psikologis dan tidak bosan dengan suasana di kelas.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Motivasi menurut Eysenck dan kawan-kawan, sebagaimana disadur oleh Slameto, dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.45 Siswa yang tampaknya tidak memiliki motivasi, mungkin pada kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan pengajar. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk berprestasi di sekolah, 45
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm.170.
20
akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatan-kekuatan lain, seperti misalnya teman-teman yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di sekolah. Dalam hal ini, perlu diungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal. 1) Faktor Internal a) Biologis Secara biologi seseorang juga memerlukan dorongan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. (1) Rasa cinta Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 59 :
ª!$# $uZç6ó¡ym (#qä9$s%ur ¼ã&è!qß™u‘ur ª!$# ÞOßg9s?#uä !$tB (#qàÊu‘ óOßg¯Rr& öqs9ur ÇÎÒÈ šcqç6Ïîºu‘ «!$# ’n<Î) !$¯RÎ) ÿ¼ã&è!qß™u‘ur ¾Ï&Î#ôÒsù `ÏB ª!$# $oYŠÏ?÷sã‹y™ “Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) RasulNya, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. 46 Kata targhib berasal dari kata raghbah, yang mengikuti pola kata taf iil. Kata raghbah secara harfiah berarti cinta, senang kepada yang baik. Penjelasan kata targhiib dan tabsyiir ialah kalau kata tabsyiir adalah mencintai kebaikan karena ada dorongan mendapatkan imbalan kongkret. Sedangkan targhiib ialah
46
mencintai
kebaikan
Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 288.
21
demi
meningkatkan
kualitas
kebajikan dirinya walaupun tidak mendapatkan imbalan kongkret. (2) Kesehatan Kesehatan penting untuk belajar, karena mendorong perhatian untuk lebih meningkatkan belajarnya. b) Fisiologis Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, terdiri dari : 47 (1) Makanan Merupakan sumber energi utama untuk melakukan aktivitas belajar. (2) Pakaian Merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi yang akan menunjukkan kepribadian dirinya. (3) Tempat berlindung Ini sangat dibutuhkan untuk mampu mempertahankan hidup. c) Psikologis Secara psikologi, seorang siswa juga memerlukan motivasi belajar, di antaranya adalah : (1) Stimulasi terhadap diri sendiri (autonomy of self reward) Autonomy of self reward yaitu siswa memberi stimulasi terhadap dirinya sendiri, sehingga dirinya melakukan fungsi penggerakan itu. 48 (2) Percaya diri (Self Confidence) Ini merupakan modal utama bagi seorang pelajar untuk belajar lebih tekun dan lebih baik lagi karena didorong rasa keinginan yang tinggi didasari percaya diri.
47
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
48
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.
81. 116.
22
(3) Pengembangan diri (Self Actualization) Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.49 (4) Rasa ingin tahu (Curiosity) Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya
untuk
mendapatkan
pengetahuan,
keterangan-
keterangan dan untuk mengerti sesuatu. 50 2) Faktor Eksternal Di samping faktor internal dapat dilihat juga beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain : a) Lingkungan Fisik (1) Cuaca Cuaca yang baik dan mendukung mampu membantu kegiatan belajar siswa dan tentunya akan tercipta kondisi yang indah tanpa gangguan. (2) Lingkungan sekolah yang sehat dan bersih Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. 51 b) Lingkungan Psikologi (1) Rasa aman Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang
dapat
diramalkan.
Ketidakpastian,
ketidakadilan,
keterancaman akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri individu. (2) Pemberian Pujian Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik. Namun harus diingat, bahwa efek pujian itu tergantung pada siapa yang memberi pujian dan
49 50 51
Slameto, Op. Cit., hlm. 172. Ibid. Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit., hlm. 99.
23
siapa yang menerima pujian. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.52 (3) Pemberian Penghargaan atau Ganjaran Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah setelah seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukannya sendiri di luar kelas. 53 (4) Ego Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima tantangan sehingga bekerja dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.54 c) Lingkungan Budaya (1) Kompetisi dan Kooperasi Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak kondisi orang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dan sifat-sifat para peserta. Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok, dan kebutuhan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan kerjasama. Menurut Lowry dan Rankin sebagaimana disadur oleh Oemar Hamalik, kerjasama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan antarkelompok.55
52 53
Sardiman A.M., Op.Cit., hlm. 92. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hlm.
184. 54 55
Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 91. Oemar Hamalik, Op. Cit., hlm. 186.
24
d) Lingkungan Keluarga (1) Bimbingan Orang tua yang mampu membimbing anaknya dengan tekun dan teliti, tentunya anak pun termotivasi untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan yang belum ia miliki. (2) Arahan Dalam keluarga, seorang anak cenderung meniru tingkah laku orang tuanya. Oleh karena itu orang tua mempunyai peran sangat besar dalam menunjukkan tingkah laku yang baik agar bisa diikutinya. Hal ini mendorong semangat anak dalam bertingkah laku dan akan mengetahui mana yang baik dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. 56 e) Lingkungan Sekolah (Kelas) Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan mengelola sarana pengajaran (manajemen setting kelas). Guru harus mampu mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa. Manajemen kelas yang efektif dan menyenangkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sesuai dengan kemampuannya. Dalam pelaksanaan pendidikan tiap siswa memiliki motivasi (dorongan/alasan)
untuk
melaksanakan
kegiatan.
Dalam
pendidikan, motivasi yang kuat memudahkan pencapaian tujuan, karena motivasi yang kuat ini melahirkan usaha aktivitas dan minat yang benar dalam mencapai tujuan itu. Guru perlu mengusahakan agar siswa dalam proses belajar sesuatu disertai dengan motivasi yang memadai. Seperti yang diketahui, motivasi adalah dorongan yang menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Ia menjadi
56
Slameto, Op. Cit., hlm. 176.
25
kunci utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia.
B. Mata Pelajaran PAI 1. Pengertian PAI di SMP Di dalam GBPP PAI di sekolah umum dijelaskan pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.57 PAI adalah nama bidang studi atau mata pelajaran agama Islam. Berdasarkan Undang-Undang No. 2 / 1989 Pasal 39 (2), disebutkan makna dari PAI adalah sebagai salah satu bidang studi pendidikan yang bersamasama
dalam pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi kurikulum wajib bagi setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan. 58 Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa 59 : “Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Sedangkan menurut Syaikh Musthafa Al Ghulayani 60 :
:
57
Muhaimin, et.al, Op. Cit., hlm. 75 – 76. Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm.17. 59 Tim Redaksi Media Wacana,UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Jogjakarta : Media Wacana Press, 2003), hlm. 9. 60 Syaikh Musthafa Al Ghulayani, Idhatun Nasyi in, (Beirut : Al Maktabah Al ‘Asriyyah, 1953), hlm. 185. 58
26
Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air. Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan pendidikannya di tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah, sehingga merupakan alat untuk mencapai tujuan sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam di barengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain, dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 61 Jadi yang di maksud PAI di SMP adalah mata pelajaran yang diupayakan secara sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan. Pengajaran dan latihan serta menghormati penganut agama lain, dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. 2. Tujuan Pembelajaran PAI di SMP Secara
umum,
pendidikan
agama
Islam
bertujuan
untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.62 Selanjutnya menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, PAI di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan 61
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130. 62 Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, Op. Cit., hlm. 17.
27
melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan
pengamalan serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. 63 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan tujuan PAI di SMP adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala perintah-Nya melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang ajaran agama Islam. 3. Ruang Lingkup Mapel PAI di SMP Pada tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, mata pelajaran PAI secara keseluruhannya dalam lingkup keimanan, fiqh/ibadah, Al Qur’an dan al hadist, akhlak, muamalah, syari’ah dan tarikh atau sejarah Islam. 64 Ruang lingkup PAI meliputi perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.65 Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, PAI sebagai mata pelajaran yang umum dilaksanakan di sekolah menengah pertama, di antaranya : a. Pengajaran Keimanan Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat mutlak yang Maha Esa yaitu Allah beserta sifat dan wujudnya yang sering disebut dengan tauhid. Tauhid menjadi rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam. 66 Keimanan merupakan akar atau pokok agama, pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan.
63
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 135. Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, Op.Cit., hlm. 183. 65 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 131. 66 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 3, hlm.199. 64
28
b. Pengajaran Akhlak Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq. Secara bahasa akhlak artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara istilah akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.67 Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. 68 Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. c. Pengajaran Ibadah Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut dan berdoa.
69
Dalam pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk
pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. 70 Aspek ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu fiqih, karena itu ada yang mengidentikkan ibadah dengan fiqih adalah pengajaran ibadah. Ini tentu tidak benar, karena fiqih merupakan bidang studi Islam yang terkait langsung dengan kehidupan masyarakat serta tidak hanya mengkaji ibadah saja.71
67
M. Ramli HS, dkk., Memahami Konsep Dasar Islam, (Semarang : UPT MKU UNNES, 2004), Cet. 2 , hlm. 141. 68 Muhaimin, et. al. Op. Cit., hlm. 80. 69 Muhammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 244. 70 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 70. 71 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. 3, hlm. 247.
29
Pengajaran ibadah ini, tidak hanya memberikan pengetahuan tentang ibadah tetapi menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga situasi dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. d. Pengajaran Al Qur’an Al Qur’an adalah sumber ajaran agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama. Al Qur’an adalah sumber asli dari semua ajaran dan syari’at Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW yang memuat firman-firman (wahyu) Allah. 72 Dalam hal ini pada tingkatan SMP, diharapkan siswa mampu membaca Al Qur’an, memahami, dan menghayati ayat-ayat Al Qur’an pilihan yang berkenaan dengan keimanan, ibadah, akhlak, hukum dan kemasyarakatan serta menarik hikmah yang terkandung di dalamnya secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan. e. Pengajaran Muamalah Muamalah merupakan sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial,
pendidikan,
kekeluargaan,
kebudayaan/seni,
IPTEK,
olahraga/kesehatan, dll) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. 73 Muamalah adalah tuntunan hidup manusia sebagai mahkluk psiko fisik yang berada di tengah manusia lainnya. Oleh karena itu muamalah merangkum seluruh dimensi sosial manusia seperti aturan pernikahan, pewarisan, ekonomi dan pidana dan sebagainya yang menyangkut tata hukum dalam hubungan sosial. 74 f. Pengajaran Syari’ah Syari’ah adalah ukuran atau undang-undang Allah yang berisi tata cara pengaturan perilaku hidup manusia dan alam sekitarnya untuk mencapai keridhaan Allah yaitu keselamatan di dunia dan akhirat.
72 73 74
Muhammad Daud Ali, Op. Cit., hlm. 93. Muhaimin, Op., Cit., hlm. 80. M. Ramli HS, dkk., Op. Cit., hlm.130.
30
Dilihat dari segi ilmu hukum syari’at merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang Islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan lingkungannya. Dasar-dasar hukum ini dijelaskan dan dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah menjadi lebih konkrit karena norma yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits masih bersifat umum terutama dibidang muamalahnya. 75 g. Pengajaran Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam yang meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa Nabi dan sesudahnya baik pada masa Umayah dan Abbasiyah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.76 Pelaksanaan
tarikh
ini
diharapkan
mampu
membantu
peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi Muslim disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan kebudayaannya,
memberikan
bekal kepada siswa dalam
melanjutkan tingkatan pendidikan yang lebih tinggi atau untuk menjalani kehidupan pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang, disamping meluaskan cakrawala pandangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan kebudayaan umat Islam.
C. Manajemen Setting Kelas 1. Pengertian Manajemen Setting Kelas Manajemen kelas terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan kelas. Manajemen berasal dari istilah Inggris “management” kemudian terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke bahasa Indonesia lalu 75 76
Ibid., hlm. 99 – 100. Muhaimin, et. al., Op.Cit., hlm. 83.
31
istilah Inggris itu diindonesiakan yang kemudian mempunyai arti sama dengan pengelolaan.77 Banyak ahli pendidikan mempunyai pandangan yang bervariasi tentang manajemen, diantaranya adalah : a. Stanly Vance seperti yang dikutip Ibnu Syamsi, menyatakan bahwa : Management is simply process of decision making and control over the actions human beings for the express purpose of attaining predetermined goals. Artinya :
Manajemen adalah proses pengambilan keputusan dan
pengendalian terhadap tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 78 b. George R. Terry, seperti yang dikutip Winardi mengatakan bahwa : manajemen adalah sebuah proses yang khas, terdiri dari tindakantindakan : perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.79 c. Menurut Onong Uchjana Effendy, manajemen adalah ilmu, yaitu yang mempelajari dan meneliti upaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien dengan bantuan beberapa sumber.80 d. Manajemen menurut Ibrahim Ismat Muthowim adalah :
81
77
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 4, hlm. 7. 78 Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 59. 79 Winardi, Asas-asas Manajemen, terj. George R. Terry, Principles of Management, 7th Edition, (Bandung : Alumni, 1979), hlm. 3. 80 Onong Uchjana Effendy, Sistem Informasi dalam Manajemen, (Bandung : Alumni, 1981), hlm. 6. 81 Ibrahim Ishmat Muthowim, Al Ushul Al Idariyah Li Al Tarbiyah, (Riyad : Dar Al Syuruq, 1996), hlm. 2.
32
Artinya : Manajemen adalah suatu aktivitas yang mengakibatkan pengarahan, pengawasan, dan pengerahan segenap kemampuan untuk melakukan sesuatu aktivitas dalam organisasi. Dari pengertian di atas, secara umum dapat diambil pengertian manajemen adalah suatu proses yang didasari dengan ilmu untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan tindakan-tindakan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan ditentukan sebelumnya. Selanjutnya pada
istilah “kelas”,
pengertian kelas
menurut
pandangan umum dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kelas dalam bentuk fisik, yaitu ruangan dan fasilitas belajar b. Kelas dalam bentuk nonfisik, yaitu siswa.82 Karena kelas mempunyai dua pandangan berbeda maka kelas juga mempunyai pengertian yang berbeda. Pengertian kelas dalam bentuk fisik dan mempunyai arti sempit adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah anak didik berkumpul dan mendapat pelajaran atau mengikuti proses belajar mengajar, seperti contoh pembicaraan : “Kelas ini berukuran 6 x 8 meter persegi”. Sedangkan pengertian kelas dalam bentuk nonfisik atau luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan organisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan,
83
seperti dalam contoh pembicaraan : “Juara kelas III A mempunyai total nilai 108 pada EBTA”. Dalam didaktik terkadang suatu pengertian umum mengenai kelas adalah bagian atau unit terkecil dari sekolahan yang terdiri dari
82
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 68. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Gunung Agung, 1985), hlm. 116. 83
33
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.84 Dengan melihat dan mengkaji pengertian “manajemen” dan “kelas” di atas, maka dapat diartikan manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan dengan didasari ilmu untuk mendayagunakan potensi kelas, baik dari fisik atau nonfisik untuk mencapai tujuan atau sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan ditentukan dengan cara merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.85 Sudirman N, dkk, juga mengemukakan pendapat bahwa manajemen kelas adalah ketrampilan bertindak seorang guru, dan pengelolaan kelas adalah suatu alat untuk mengembangkan kerjasama dan dinamika kelas yang
stabil
walaupun
banyak
gangguan
dan
perubahan
dalam
lingkungan.86 Akoib berpendapat bahwa pengelolaan kelas menunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. 87 Dalam kegiatan belajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan pengaturan pengajaran itu sendiri. Kedua hal tersebut saling berkaitan. Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan instruksional tergantung pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar dengan
84 85 86 87
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 17. Ibid, hlm. 67. Sudirman N., dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, tth), hlm. 331. Akoib, Pengelolaan Kelas, (Surakarta : FKIP UNS, 1984), hlm. 4.
34
tenang sehingga itu merupakan titik awal keberhasilan suatu pengajaran.88 Mengelola kelas secara baik dalam rangka menyediakan kondisi yang kondusif saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan salah satu kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan mengelola sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa. Manajemen kelas yang efektif dan menyenangkan dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar sesuai dengan kemampuannya. 2. Ruang Lingkup Manajemen Setting Kelas Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa ruang lingkup kegiatan manajemen kelas ada dua, meliputi : a. Pengelolaan siswa, di antaranya : mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan administrasi siswa. b. Pengelolaan fisik, di antaranya : ruangan, perabot, dan alat pelajaran. 89 Sedangkan menurut Richard Dunne Ted Wrag dalam bukunya yang disadur oleh Anwar Jasin ada beberapa hal yang harus dilakukan agar pembelajaran menjadi sukses, diantaranya : a. Display (pameran di kelas) b. Pengaturan perabotan c. Aturan d. Gaya mengajar e. Penilaian f. Monitor. 90 Adapun pendapat E. C. Wragg dalam bukunya yang disadur oleh Anwar Jasin ada lima kegiatan manajemen kelas, meliputi : 88
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta : Grasindo, 1992),
89
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 68. Anwar Jasin, Pembelajaran Efektif, (Jakarta : Grasindo, 1961), hlm. 50.
hlm. 63. 90
35
a. Mengelola kelompok dan individu (siswa) b. Pengelolaan waktu c. Pengelolaan ruang d. Kewaspadaan e. Penyimpangan dan gangguan. 91 Dalam penelitian ini tidak semua ruang lingkup akan dibahas, akan tetapi hanya tiga hal yang menjadi indikator, yaitu : a. Penataan ruang kelas Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan manajemen kelas menyangkut “mengatur tata ruang (setting) kelas yang memadai untuk pengajaran” dan “menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi”.92 Mengatur tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendesain dan mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru dan siswa itu kreatif, kerasan belajar di ruang itu. Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam ruangan kelas. Di samping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan bersih. 93 Lingkungan fisik kelas dapat menjadi faktor penting untuk mempengaruhi para siswa. Posisi tempat duduk guru perlu dipikirkan, mencari tempat dimana guru bisa menguasai kelas. Posisi tersebut hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan di bawah ini, diantaranya: 1) Semua siswa dapat melihat guru dengan jelas ketika ia duduk, dan begitu juga guru dapat melihat keadaan siswa saat dia duduk. 91
E.C. Wragg, Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin (Jakarta : Grasindo, 1996), hlm.
92
Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 167. Ibid.
74. 93
36
2) Meja dan kursi guru tampak jelas dari pintu masuk. 94 Kemudian yang harus dipikirkan adalah pengaturan bangku siswa. Kesulitan utama dalam pekerjaan ini adalah ketika bangku harus ditata sedemikian rupa agar siswa bisa bekerja sendiri dalam tugas individu dan mudah bekerja sama dalam tugas kelompok. Kesulitan kedua adalah mengaturnya, sehingga ruangan yang diperlukan siswa cukup, disamping masih luang juga jalan untuk keliling. 95 Kegiatan belajar mengajar di dalam dan diluar kelas perlu kelengkapan belajar mengajar yaitu sarana belajar. Alat kelengkapan kelas itu dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Alat-alat kependidikan yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar, seperti papan tulis, kapur, buku sumber, alat peraga dan lain-lain. 2) Alat-alat nonkependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti meja, kursi, almari, buku raport, absensi, jendela dan lain-lain. 96 Dalam masalah alat kelengkapan kelas ini perlu adanya pemeliharaan dan penyimpanan di tempat yang tidak mengganggu proses belajar mengajar saat tidak digunakan, perlu ditekankan pula aspek pengaturannya yang menyangkut kerapian dan keindahan kelas. b. Pengelolaan siswa Dalam manajemen kelas, guru dituntut harus menguasai kelas agar tercapai kondisi yang kondusif, maksudnya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku siswanya agar tidak merusak suasana kelas. Kalau sekiranya terdapat tingkah laku siswa yang kurang serasi, misalnya ramai, nakal, ngantuk atau mengganggu teman lain, guru harus dapat mengambil tindakan yang tepat,
94
Michael Marland, Seni Mengelola Kelas, (Semarang : Dahara Prize, 1990), Cet. 3,
hlm. 44. 95 96
Ibid, hlm. 45 – 46. Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 136.
37
menghentikan tingkah laku siswa tadi, kemudian
mengarahkan
97
kepada yang lebih produktif.
Dalam hal ini secara konkrit ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru 98 , yaitu : 1) Langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi dukungan yang positif. 2) Guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas. 3) Sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang 4) Guru harus memperhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan. c. Pengelolaan Waktu belajar mengajar Dalam konteks belajar klasikal, penggunaan waktu merupakan masalah penting. Sering terjadi keterbatasan waktu yang tersedia dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan waktu guru untuk perencanaan dan persiapan seharusnya dilakukan sebelum waktu pelajaran tersebut dimulai. Apabila ingin waktu tidak tersia-sia maka perencanaan dan persiapan harus matang. Guru harus tahu kapan dia menerangkan, mengamati siswa, mengajukan pertanyaan ataupun berbicara dengan siswa secara individual atau kelompok.99 Apabila dalam pengelolaan waktu tepat dan berjalan lancar maka proses belajar mengajar akan lancar dan waktu lebih efisien serta tepat guna dan tepat sasaran. Setelah pengelolaan waktu tercapai maka bisa dikatakan guru itu akan mempengaruhi manajemen kelas dan pemanfaatan media. Bila waktu terbuang sia-sia tanpa adanya tujuan dan mengarah pada tujuan pembelajaran maka bisa dikatakan manajemen kelas belum berhasil. Apabila waktu tidak diatur sedemikian rupa untuk dan bagaimana fungsinya, maka pemanfaatan mediapun kurang dan jauh dari suasana kondusif. 97 98 99
Sardiman A.M., Op. Cit, hlm. 167. Ibid. E.C.Wragg, Op. Cit, hlm. 75 – 76.
38
3. Tujuan Manajemen Setting Kelas Proses pendidikan akan berjalan baik, apabila proses pembelajaran itu terjadi dalam suasana yang sedemikian rupa dimana siswa dalam keadaan sikap penuh perhatian sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Maksudnya siswa itu dalam keadaan berminat untuk terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Manajemen kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan dari suatu proses yang panjang karena tujuan merupakan sesuatu yang esensial, oleh karena itu besar maknanya dalam
segala aktifitas.
Tujuan dapat
dijadikan petunjuk dalam
melaksanakan aktivitas. Sebagaimana telah dijelaskan Sayyed Ahmad Al Hasyimi dalam kitabnya Mukhtar Al Akhadits sebagai berikut
.
: 100
(
)
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda : ketika urusan diberikan (diserahkan) kepada yang bukan ahlinya (tidak mampu) maka tunggulah kehancurannya . (HR. Imam Bukhari). Hadits tersebut menunjukkan betapa Islam menekankan pentingnya manajemen dan kepemimpinan dalam setiap aktivitas, termasuk di dalamnya aktivitas kependidikan. Suatu aktivitas akan berjalan lancar dan teratur apabila didasarkan pada manajemen yang sehat dan didukung oleh kepentingan yang tepat dan handal. Semua komponen keterampilan manajemen kelas mempunyai tujuan yang baik untuk siswa maupun guru, 101 yaitu:
100
Sayyed Ahmad Al Hasyimi, Mukhtar al Akhadist an Nabawiyyah wa Al hikami al Muhammadiyah (Indonesia : Dar Ihyaul Kutub al ‘Arabiyyah, 1948), hlm. 19. 101 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 147 – 148.
39
a. Untuk Siswa 1) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri. 2) Membantu siswa mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan. 3) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan. b. Untuk Guru 1) Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat. 2) Menyadari kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa. 3) Mempelajari bagaimana merespons secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu. 4) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul di dalam kelas. 4. Fungsi Manajemen Setting Kelas Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Oleh sebab itu, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap siswa untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
102
Untuk dapat
menciptakan suasana kelas yang baik, diperlukan seperangkat ketrampilan manajemen kelas dan menerapkannya dalam proses pembelajaran secara efektif sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
102
Ibid., hlm. 172.
40
Terkait dengan manajemen kelas, maka guru mempunyai empat fungsi pokok sebagai berikut 103 : a. Merencanakan (planning) Adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan pembelajaran. b. Mengorganisasikan (organizing) Adalah
pekerjaan
seorang
guru
untuk
mengatur
dan
menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif dan efisien. c. Memimpin Adalah pekerjaan seorang guru untuk memilih strategi mengajar yang sesuai dan mempunyai daya tarik agar siswanya mau belajar. d. Mengawasi (supervising) Adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin kelas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam manajemen kelas ada dua subyek yang memegang peranan penting, yaitu guru dan siswa. Pada dasarnya kegiatan guru dalam
mengajar
atau
saat
pengajaran
berlangsung
dapat
dikelompokkan menjadi dua kegiatan yaitu pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pengajaran adalah kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung komponen materi pengajaran, metode pembelajaran dan alat bantu mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung secara optimal. 5. Bentuk-Bentuk Manajemen Setting Kelas Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satu pun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada 103
Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar terj. Sudarsono Sudirjo, (Jakarta : CV. Rajawali, 1991), Cet. 2, hlm. 35.
41
beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas perlu dirancang yang memungkinkan siswa belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). 104 Ada setidaknya 10 (sepuluh) macam formasi kelas dalam kerangka mendukung penerapan pembelajaran aktif. Setting atau formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam manajemen setting kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan guru. a. Formasi Huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para siswa dapat melihat guru dan media visual dengan mudah dan mereka saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam format U sebagai berikut :
104
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 58.
42
Selain model di atas, format U berikut ini memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga siswa atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah.
b. Formasi Corak Tim Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa siswa harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar.
43
Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis. c. Meja Konferensi Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran penting siswa.105
Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para siswa di ujung merasa tertutup seperti tampak pada gambar berikut :
Guru dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil (di tengahnya biasanya kosong) seperti tampak pada gambar berikut :
105
Ibid, hlm. 58 – 60.
44
d. Formasi Lingkaran Para siswa duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
Jika guru menginginkan siswa memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.
45
e. Kelompok Untuk Kelompok Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Guru dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Tempat Kerja (Workstation) Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap siswa duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat
46
setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua siswa pada tempat yang sama.
g. Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings) Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara siswa sulit dijaga.
h. Susunan Chevron Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif, jika terdapat banyak siswa (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali guru perlu menyusun siswa dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi
47
jarak
antara
para
siswa,
pandangan
lebih
baik
dan
lebih
memungkinkan untuk melihat siswa lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah, seperti tampak pada gambar berikut :
i.
Kelas Tradisional Format atau setting kelas ini banyak digunakan di lembaga pendidikan mana pun karena paling mudah dan sederhana. Tetapi secara psikologis, bila digunakan sepanjang masa tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis siswa. Siswa akan merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama siswa tidak pernah saling berhadapan (face to face) dan hanya melihat punggung temannya sepanjang tahun dalam belajar. Meskipun demikian, tidak berarti format kelas seperti ini tidak bisa digunakan untuk pembelajaran aktif. Tentu hal ini tergantung bagaimana guru menciptakan suasana belajar aktif dengan strategi yang tepat. Berikut ini tampak gambar / formasi kelas tradisional :
48
j.
Auditorium / Aula Formasi auditorium atau aula dalam
menyusun
ruang
kelas.
merupakan tawaran alternatif Meskipun
bentuk
auditorium
menyediakan lingkungan yang terbatas untuk belajar aktif. Hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika sebuah kelas memiliki tempat duduk yang mudah dipindahpindah, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk membuat hubungan lebih erat dan memudahkan siswa melihat guru. 106
106
Ibid., hlm. 61-68.
49
Demikianlah beberapa alternatif setting kelas terkait formasi meja dan kursi serta ruang belajar yang dapat dipilih guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas. Formasi yang digambarkan di depan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti tidak dapat dirubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Disamping formasi kursi dan meja, setting kelas juga terkait dengan penempatan pajangan hasil karya, portofolio siswa, pojok baca, tugas sarapan pagi, dan sejenisnya. Hal ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya menciptakan suasana yang mengesankan dan mencapai tujuan pembelajaran.
D. Kajian Pustaka Dalam pembuatan skripsi ini, peneliti mencoba menggali informasi terhadap skripsi atau karya ilmiah lainnya yang relevan dengan permasalahan yang sedang digarap sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah-masalah yang diteliti baik dalam segi metode maupun objek penelitian. Beberapa referensi pustaka pokok yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : Skripsi yang ditulis oleh Zukhrifatul Jannah (3100029) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang (2007) berjudul Pengaruh Ketrampilan Pengelolaan Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP N 1 Kendal , yang mengkaji ada atau tidaknya pengaruh keterampilan pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Pengelolaan yang dikaji terbatas pada pengelolaan kelas dari segi nonfisik yaitu pengelolaan siswa dalam kelas. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Wakhid (3100141) berjudul Persepsi Siswa tentang Manajemen Kelas dan Pengaruhnya terhadap Minat Belajar PAI Siswa di SMP N 02 Wirosari Grobogan . Tulisan tersebut membahas tanggapan
siswa
terhadap
sesuatu
yang
dilakukan
guru
dalam
mendayagunakan potensi fisik (penataan ruang kelas, penggunaan fasilitas
50
belajar mengajar) atau nonfisik (aturan-aturan kelas, administrasi kelas, catatan-catatan) untuk mencapai tujuan atau sasaran-sasaran yang telah ditetapkan untuk meningkatkan minat belajar PAI siswa di SMP N 02 Wirosari Grobogan. Skripsi yang ditulis oleh Annis Afifah (3103206) berjudul Pengaruh Persepsi Siswa tentang Ketrampilan Guru Mengelola Kelas terhadap Minat Belajar PAI Siswa SMPN 1 Welahan Jepara . Dalam penelitian tersebut pengelolaan kelas didasarkan pada penataan siswa dalam kelas, penataan ruang dan alat pengajaran serta penciptaan disiplin kelas. Dalam skripsinya, penulis memaparkan kemampuan mengelola kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Dengan adanya pengelolaan kelas yang efektif, maka siswa akan mempunyai persepsi atau tanggapan yang positif terhadap pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru sehingga diharapkan dengan persepsi atau sikap yang positif tersebut, akan timbul minat yang kuat pada diri siswa untuk melakukan efektifitas belajar. Buku yang berjudul
Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) karangan Ismail SM, M.Ag., memaparkan beberapa alternatif setting kelas terkait formasi meja dan kursi serta ruang belajar yang dapat dipilih guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas. Formasi yang digambarkan bukan merupakan bentuk yang paten dalam arti tidak dapat diubah, tetapi bersifat fleksibel dan sangat mungkin dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi kebutuhan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis lebih menitikberatkan pada kajian “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 28 Semarang)”. Pada penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pembahasan pada penciptaan lingkungan fisik belajar yang merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan kesulitan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa harus dikembangkan secara optimal dengan memberikan kemudahan mempelajari ilmu pengetahuan yang kompleks.
51
Berbagai faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa ini termuara pada menurunnya motivasi belajar, sedangkan motivasi belajar sendiri salah satunya disebabkan oleh faktor ekstern. Untuk itu guru sebagai pengelola kelas yang secara langsung melakukan kontak baik dengan lingkungan maupun siswa, harus mempunyai data lengkap terhadap keadaan yang ada disekitarnya. Dalam kerangka mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan kelas dan siswa (setting kelas) merupakan tahap yang penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang belajar perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik.
E. Pengajuan Hipotesis Berkaitan dengan hipotesis penelitian, perlu dicatat bahwa keberadaan hipotesis adalah sebagai kesimpulan sementara tentang masalah yang merupakan perkiraan tentang keterikatan variable-variabel yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar dan mungkin juga salah, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannnya.107 Berdasarkan uraian kajian teori di atas dapat dimunculkan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Penerapan manajemen setting kelas pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan motivasi belajar siswa 2. Penerapan manajemen setting kelas dalam mata pelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
107
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2004),
hlm.63.
52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan pokok penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI setelah digunakan strategi manajemen setting kelas. 2. Untuk
mengetahui
penerapan
manajemen
setting
kelas
dalam
menumbuhkan motivasi dan keaktifan serta meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Manajemen Setting Kelas (Studi Tindakan pada Siswa Kelas VII SMP N 28 Semarang)” ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan mulai 26 Oktober sampai 16 Nopember 2009. 2. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 28 Semarang.
C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 28 Semarang.
53
Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas No.
Rencana Kegiatan
1
Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan Menyusun jadwal dan tugas Menyusun instrumen Diskusi konsep pelaksanaan Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat Pelaksanaan pra siklus Melakukan tindakan siklus I Melakukan tindakan siklus II Melakukan tindakan siklus III Pembuatan Laporan Menyusun konsep laporan
2
3
1
Waktu (Minggu ke) 2 3 4 5
6
X X X X X X X X X X
D. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 108
1. Model Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi) dan refleksi. 109
108
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 12. 109 Ibid., hlm. 66.
54
Gambar 1 Model Penelitian Tindakan 110
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
? 2. Kolaborasi Kolaborasi yang yang dimaksud adalah sudut pandang setiap orang akan dianggap memberikan andil pada pemahaman. Dalam asas ini, peneliti perlu selalu ingat bahwa ia adalah bagian dari situasi yang diteliti, ia bukan pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut.
Kolaborasi
di
antara
keanggotaan
situasi
inilah
yang
memungkinkan proses tersebut berlangsung.111 Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan andil demi terciptanya tujuan penelitian. Yang menjadi kolaborator dalam penelitian ini adalah Ibu Iswatun Khasanah, M. Ag. selaku guru mata pelajaran PAI kelas VII C. 3. Variabel Penelitian 110
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. I.
hlm. 16. 111
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm. 71.
55
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi : a. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran b. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran c. Keaktifan siswa dalam kelas d. Mampu menghadapi kesulitan Sedangkan indikator dari setiap variabel di atas adalah sebagai berikut Indikator Kinerja Tabel 3 Indikator Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran No.
Variabel
1
Kesiapan siswa menerima pelajaran. Indikator pencapaian mencapai lima kadar dengan skala (1 s.d 5). Indikator pencapaian di atas 75%.
2
Perhatian siswa dalam pembelajaran. Indikator pencapaian mencapai lima kadar dengan skala (1 s.d 5). Indikator pencapaian di atas 75%. Keaktifan siswa dalam kelas. Indikator pencapaian mencapai lima kadar dengan skala (1 s.d 5). Indikator pencapaian di atas 75%.
3
4
Mampu menghadapi kesulitan. Indikator pencapaian mencapai lima kadar dengan skala (1 s/d 5). Indikator pencapaian di atas 75%.
Indikator Motivasi Belajar Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai Ø Menyiapkan buku dan alat tulis Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai. Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitas pembelajaran siswa tampak Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespons penjelasan guru Ø Mengungkapkan pendapat Ø Aktif bertanya Ø Aktif menjawab Ø Merespon pendapat / jawaban siswa lain Ø Komunikasi antarsiswa Ø Mengerjakan tugas PR di rumah Ø Senang mencari dan mengerjakan soalsoal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok
56
Rata-rata nilai yang dicapai di Ø Diadakan tes akhir setelah pembelajaran prasiklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. atas hasil ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 71. 4. Subyek Penelitian Jumlah keseluruhan siswa yang ada di SMP Negeri 28 Semarang tahun ajaran 2009/2010 adalah 780 siswa yang dibagi menjadi 22 kelas. Kelas VII berjumlah 223 siswa (95 putra dan 128 putri), kelas VIII berjumlah 274 siswa (129 putra dan 145 putri), kelas IX berjumlah 283 siswa (138 putra dan 145 putri).112 Sedangkan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C yang mendapat pelajaran PAI tahun ajaran 2009/2010 semester I yang berjumlah 30 siswa.
Tabel 4 Nama – nama siswa kelas VII C SMP N 28 Semarang 113 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 112 113
Nama Amelia Fajar Safitri Amy Nadia Alifah Andhyka Pranadita Arif Maulana Eka Fadlilatun Hardiah Putri Utami Juliana M. Wahyu Hidayat M. Yusril Rif’an Abid Tamami Maulina Nailissyifa Muhamad Lutfi Anam Muhammad Ageng Jenar Mukhamad Sobirin Nanda Puspa Anisya Nenny Ratnawati Puspa Ayu Ariyananda Reza Afif Bayu Rizqi Richardo Kurnia Novianto Rima Editya Septiyani Rofidah Yunita Ambarsari Rosi Masyito Rosita Ratnaningtyas
Dokumen SMP N 28 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Ibid.
57
Jenis Kelamin P P L L P P P L L P L L L P P P L L P P P P
23 24 25 26 27 28 29 30
Sarlita Armita Sari Septi Dwi Cahyanti Upi Zulfikar Vitdo Ade Pangestu Wicaksana Alif Saputra Winda Kurnia Sari Zawian Deva Sugiarto Zayyana Arova
P P L L L P L P
E. Siklus Kegiatan Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Persiapan a. Permohonan ijin kepada Bapak Teguh Waluyo, S.Pd, MM selaku Kepala Sekolah SMP N 28 Semarang pada 26 Oktober 2009 untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas VII C. b. Pengamatan dan wawancara Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan instrumen observasi pada saat pembelajaran PAI berlangsung di kelas VII C SMP N 28 Semarang. Dalam pembelajaran PAI tersebut, guru belum menerapkan manajemen setting kelas dan masih menggunakan setting kelas model tradisional yang identik dengan metode ceramah dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam hal ini peneliti menemukan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI dengan indikasi sebagai berikut : -
Siswa kurang memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan.
-
Siswa cenderung pasif dan tidak banyak yang berkomentar terhadap materi pelajaran.
-
Siswa kurang berani dalam menyampaikan pendapat.
-
Komunikasi yang terjalin saat pembelajaran hanya komunikasi satu arah.
58
Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI kelas VII C tersebut guna membahas permasalahan yang nampak pada saat pembelajaran PAI berlangsung.114 c. Menyusun rencana penelitian Pelaksanaan penelitian dirancang dalam tiga tahap yaitu siklus I, siklus II dan siklus III yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untuk mendapatkan data awal, peneliti melaksanakan pengamatan awal yang disebut sebagai prasiklus. 2. Pelaksanaan a. Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I ini sebagai tindak lanjut atas refleksi prasiklus. Siklus I dilaksanakan pada 2 November 2009 dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Perencanaan a) Meninjau
kembali rancangan pembelajaran
yang
telah
disiapkan dalam prototype. Penekanan perencanaan disini adalah menyiapkan siswa benar-benar berada pada suasana penyadaran diri untuk tetap selalu termotivasi dalam belajar dengan menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan berada pada konsentrasi materi pelajaran PAI yang sedang dibahas atau dipelajari. b) Menyiapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan manajemen setting kelas yang sesuai dengan formasi tempat duduk siswa dan metode / strategi pembelajaran yang dipakai. Sehingga materi pokok yang sedang dipelajari dapat dipahami oleh siswa dengan mudah dan senantiasa termotivasi serta selalu aktif dalam proses belajar.
114
Hasil Pengamatan di Kelas VII C SMP N 28 Semarang Pada tanggal 26 Oktober
2009.
59
c) Bersama dengan guru PAI, peneliti : (1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM (2) Menentukan pokok bahasan (3) Mengembangkan skenario pembelajaran (4) Menyiapkan sumber belajar (5) Mengembangkan format evaluasi (6) Mengembangkan format observasi pembelajaran d) Menyiapkan lembar soal yang digunakan untuk akhir pembelajaran sebagai tes formatif dan soal yang dikerjakan dirumah, sehingga siswa tetap termotivasi untuk belajar meskipun berada dirumah. 2) Pelaksanaan Guru mitra dengan didampingi peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : a) Guru memberikan apersepsi tentang materi pembelajaran yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan manajemen setting kelas yang disesuaikan dengan metode / strategi yang dipakai dan materi pokok yang sedang dipelajari. Sedangkan peneliti mengamati, menilai melalui lembar observasi berkaitan dengan keaktifan belajar dalam kelas serta mencatat apa yang terjadi di dalam kelas pada siklus I. c) Guru menerapkan metode atau model yang dipakai dalam PBM. d) Menerapkan
tindakan
pembelajaran.
60
yang
mengacu
pada
skenario
e) Untuk menghemat waktu pembelajaran di kelas terkait dengan manajemen setting kelas maka formasi tempat duduk siswa, penataan ruangan dalam kelas serta pembentukan kelompok dilakukan di luar jam pelajaran yang kemudian diumumkan pada waktu pembelajaran. f) Guru memberikan soal yang akan dijawab dan didiskusikan melalui kelompok sedangkan peneliti menilai bagaimana aktivitas siswa dalam kelompok tersebut. Melalui diskusi antarkelompok, diharapkan siswa dapat menuangkan ide berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. g) Guru memberikan soal yang sifatnya pengamatan di dalam kehidupan nyata terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. h) Guru melaksanakan tes formatif secara indidual. 3) Pengamatan a) Guru mengamati keaktifan siswa siklus I. b) Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa mulai dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan keterampilan proses yang telah disiapkan. c) Guru mengamati hasil tes formatif, apakah sudah mencapai ketuntasan belajar. d) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan LKS. e) Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. 4) Refleksi a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
61
b) Secara kolaboratif guru mitra dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, apakah ada yang perlu dipertahankan dan diperbaiki. c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk tindakan berikutnya. d) Membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I. b. Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II ini sebagai tindak lanjut atas refleksi siklus I. Siklus II dilaksanakan pada 9 Nopember 2009 dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Perencanaan a) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b) Meninjau kembali rencana pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil refleksi siklus I. Penekanan perencanaan pada siklus ini adalah kesiapan siswa menerima pelajaran, perhatian siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa dalam kelas dan mampu menghadapi kesulitan. c) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan dibagikan setelah penggunaan metode / model pembelajaran yang dipakai. 2) Pelaksanaan a) Guru
menyampaikan
tujuan
dan
gambaran
konsep
pembelajaran. b) Melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario dan hasil refleksi. c) Melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran dengan penerapan manajemen setting kelas, tetapi formasi tempat duduk siswa berbeda dengan siklus I karena disesuaikan lagi dengan metode dan materi yang dipelajari. d) Guru melakukan tes formatif secara individual.
62
3) Pengamatan a) Pengamatan dilakukan bersama dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen
yang
telah
tersedia.
Fokus
pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuai dengan skenario pembelajaran. b) Peneliti
mengamati
pelaksanaan
pembelajaran
dan
membandingkannya dengan hasil siklus I. c) Guru bersama peneliti mengamati hasil tes formatif apakah sudah mencapai ketuntasan belajar ? d) Peneliti mencatat semua kelemahan, baik ketidaksesuaian antara tindakan dengan skenario maupun tindakan dan respons siswa yang berbeda dengan yang diharapkan. 4) Refleksi a) Secara kolaboratif peneliti dan guru mapel PAI menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus II. b) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. c. Siklus III Pelaksanaan tindakan siklus III ini sebagai tindak lanjut atas refleksi siklus II. Siklus III dilaksanakan pada 16 Nopember 2009 dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Perencanaan a) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus III. Disini benar-benar dipersiapkan lebih terarah pada indikator pencapaian. b) Menyiapkan instrumen tes akhir dan meninjau lebih detail tentang indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran.
63
c) Mempersiapkan bantuan lebih khusus pada siswa-siswa yang belum kelihatan aktif dan masih kesulitan dalam memahami pelajaran.
2) Pelaksanaan Secara kolaboratif peneliti dan guru mapel PAI mengawasi dan membimbing siswa dalam melaksanakan semua tindakan siklus III seperti pada siklus I dan II. Peneliti dan guru mitra harus benar-benar memperhatikan jalannya pembelajaran dan keaktifan individu. 3) Pengamatan a) Melakukan pengamatan bersama pada tindakan siklus III dengan menggunakan lembar observasi yang telah tersedia. b) Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai
dengan skenario pembelajaran dengan
melihat motivasi belajar siswa dilihat secara jeli terhadap semua indikator pencapaian. Apakah setiap individu sudah memenuhi standar minimal pencapaian indikator. 4) Refleksi Hasil dari pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Jika permasalahan sudah terselesaikan dan sudah dirasa cukup maka tindakan akan dihentikan.
F. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
(=data)
yang
dilakukan
dengan
mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang
64
sedang dijadikan sasaran pengamatan.115 Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian pada perubahan tersebut. Dalam observasi ini dilaksanakan di kelas saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. b. Metode Wawancara Wawancara atau interview merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.
116
Dalam penelitian tindakan kelas menurut Hopkins, wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. 117 Wawancara dilakukan oleh peneliti untuk mewawancarai guru sebagai mitra kerja dalam melaksanakan penelitian yaitu Ibu Iswatun Khasanah, M.Ag. selaku guru Mapel PAI Kelas VII C di SMP 28 Semarang. c. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 118 Instrumen yang berupa tes, peneliti gunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi belajar setelah mempelajari sesuatu. Metode tes ini oleh peneliti digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa
setelah
melakukan
115
pembelajaran
PAI
melalui
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 76. 116 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif dalam Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 130. 117 Rochiati Wiriaatmadja, Op.Cit., hlm. 117. 118 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), Cet.3, hlm. 127.
65
manajemen setting kelas sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran berlangsung.
d. Metode Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya “dokumen” yang artinya barangbarang tertulis. 119 Sumber dokumentasi pada dasarnya adalah segala bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun yang tidak resmi. 120 Metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang bersifat dokumenter yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan. 2. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator motivasi belajar siswa tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran melalui manajemen setting kelas dalam pembelajaran PAI. Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data skala penilaian yang diperoleh dari observasi (pengamatan) motivasi belajar siswa dari indikator masing-masing variabel, analisis yang digunakan adalah persentase dengan rumus sebagai berikut Persentase =
Skor yang dicapai x100% Skor maksimal
119
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), hlm.
120
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Statistik, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm. 41.
149.
66
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Tahap Prasiklus Pelaksanaan pembelajaran tahap prasiklus untuk kelas VII C yang diampu oleh Ibu Iswatun khasanah, M. Ag. dilaksanakan pada hari Senin, 26 Oktober 2009. Pada tahap prasiklus ini materi yang diajarkan adalah Bab Thaharah (bersuci) tentang “Ketentuan-Ketentuan Mandi Wajib”. Tahap prasiklus, ini bertujuan untuk mengetahui
motivasi belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran PAI sebelum diterapkannya manajemen setting kelas. Dengan melihat dan mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas, kemudian dicatat tentang apa saja yang terjadi dalam kelas tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tahap prasiklus ini, dalam proses pembelajarannya guru mata pelajaran PAI masih menggunakan metode ceramah, dan komunikasi yang terjalin hanya komunikasi satu arah. Format atau setting kelas yang digunakan adalah bentuk kelas tradisional, yang banyak digunakan di lembaga pendidikan karena paling mudah dan sederhana. Kelas tradisional secara psikologi, bila digunakan sepanjang masa tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape psikologis siswa. Siswa akan merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama siswa tidak pernah saling berhadapan (face to face) dan hanya melihat punggung temannya sepanjang tahun dalam belajar. Interaksi antara guru dan siswa maupun antarsiswa tidak dapat terjalin dengan baik. Variasi kerja siswa yang memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan, berpasangan atau kelompok, juga tidak dapat berjalan dengan baik, karena mereka hanya mendengar penjelasan guru dan menatap papan tulis. Pengamatan pada tahap prasiklus ini, menggunakan lembar observasi motivasi belajar siswa yang dipegang oleh peneliti dan lembar kerja soal yang dipegang oleh guru, untuk dibagikan kepada siswa di akhir pembelajaran. Lembar kerja ini adalah sebagai tes kemampuan untuk mengetahui
67
kemampuan siswa
dalam
memahami materi sebelum diterapkannya
manajemen setting kelas.
Tabel 5 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Prasiklus No Variabel Indikator Motivasi Belajar 1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai Ø Menyiapkan buku dan alat tulis Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi 2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitas pembelajaran siswa tampak Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespon penjelasan guru 3. III Ø Mengungkapkan pendapat Ø Aktif bertanya Ø Aktif menjawab Ø Merespons pendapat / jawaban siswa lain Ø Komunikasi antar siswa 4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumah Ø Senang mencari dan mengerjakan soal-soal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok Jumlah Keterangan : Variabel I
: Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan Skor
: 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (rendah)
68
Skor 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56
1 (kurang) Skor maksimal : 90 Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari skor indikator masingmasing variabel di atas dalam proses pembelajaran PAI pada tahap prasiklus bahwa motivasi belajar siswa sebelum diterapkannya manajemen setting kelas dapat dipersentasekan sebagai berikut Persentase
=
skor yang dicapai x100% skor maksimal
=
56 x100% 90
= 62,22%
Tabel 6 Hasil Tes Akhir Tahap Prasiklus No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Amelia Fajar Safitri Amy Nadia Alifah Andhyka Prana Dita Arif Maulana Eka Fadlilatun Hardiah Putri Utami Juliana M. Wahyu Hidayat M. Yusril Rif’an Abid T. Maulina Nailissyifa Muhamad Lutfi Anam Muhammad Ageng Jenar Mukhammad Sobirin Nanda Puspa Anisya Nenny Ratnawati Puspa Ayu Ariyananda Reza Afif Bayu Rizqi Richardo Kurnia Novianto Rima Editya Septiyani Rofidah Yunita Ambarsari Rosi Masyito Rosita Ratnaningtyas Sarlita Armita Sari Septi Dwi Cahyanti
69
Nilai 80 64 76 68 74 54 78 76 66 92 78 78 50 48 66 90 40 70 60 78 92 72 82 88
25. 26. 27. 28. 29. 30.
Upi Zulfikar Vitdo Ade Pangestu Wicaksana Alif Saputra Winda Kurnia Sari Zawian Deva Sugiarto Zayyana Arova Jumlah Rata-rata
94 82 90 60 48 82 2176 72,53
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada tahap prasiklus, diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1. Perhatian siswa kurang terfokus pada pelajaran dan aktifitas pembelajaran belum tampak. 2. Siswa cenderung pasif dan tidak banyak bertanya atau berkomentar (merespons) terhadap pelajaran. 3. Siswa kurang berani dalam menyampaikan pendapat. 4. Komunikasi yang terjalin pada saat pembelajaran hanya komunikasi satu arah. 5. Metode yang diterapkan masih mengedepankan metode ceramah. 6. Setting kelas yang digunakan, yakni penataan ruang kelas dan pengaturan meja-kursi siswa masih model konvensional. Siswa yang tempat duduknya paling belakang masih melakukan aktivitas selain pembelajara, seperti halnya bicara sendiri atau berbisik-bisik dengan temannya dan mengerjakan tugas mata pelajaran selain mapel PAI. Berkaitan dengan hasil tes akhir tahap prasiklus, peneliti menggunakan hasil tes dari Ulangan Harian Terprogram (UHT) I yang dilaksanakan pada hari Rabu, 2 September 2009, yakni sebulan sebelum tindakan tahap prasiklus dilakukan. Meskipun nilai rata-rata kelas sudah di atas Kriteria Ketuntasan Minimum yakni 72, 53 dari yang ditentukan yaitu 71, tetapi masih ada 12 siswa yang nilainya dibawah KKM atau belum tuntas. Setelah mengamati secara langsung proses pembelajaran PAI kelas VII C pada tahap prasiklus, kemudian peneliti mengidentifikasi permasalahan
70
tersebut. Peneliti mendiskusikannya dengan guru mitra, yang kemudian direfleksikan dalam bentuk solusi untuk pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu : 1. Menerapkan model pembelajaran kontekstual. 2. Menerapkan komponen yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual. 3. Menata ulang kembali setting kelas yang akan digunakan untuk pembelajaran aktif, yaitu dengan menyusun bangku dan meja-meja hingga membentuk formasi huruf ”U”. 4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan pembelajaran kontekstual, dengan menyesuaikan strategi / metode pembelajaran dan setting kelas yang digunakan.
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ”Perbedaan Hadas dan Najis”, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa dan lembar penilaian setting kelas. 2. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I, dilaksanakan pada hari Senin, 2 November 2009. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran PAI, yang telah dipersiapkan peneliti dan kolaborator dengan materi ”Perbedaan Hadas dan Najis”, yang di dalamnya memuat komponen pembelajaran kontekstual, yaitu : a. Guru menjelaskan tentang hadas dan najis, pembagiannya serta cara mensucikannya. b. Siswa menanyakan materi yang belum dipahami tentang hadas dan najis. c. Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis pada lembar / kolom yang diberikan oleh guru.
71
d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing di depan kelas. e. Kelompok lain menanggapi. f. Guru sebagai fasilitator. g. Guru mengakhiri proses ini dengan memberikan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak lanjut dengan memberikan evaluasi tes tertulis. 3. Observasi (Pengamatan) Observasi
(pengamatan)
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan pembelajaran. Adapun data hasil penelitian tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I No Variabel Indikator Motivasi Belajar 1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai Ø Menyiapkan buku dan alat tulis Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi 2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitas pembelajaran siswa tampak Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespons penjelasan guru 3. III Ø Mengungkapkan pendapat Ø Aktif bertanya Ø Aktif menjawab Ø Merespons pendapat / jawaban siswa lain Ø Komunikasi antarsiswa 4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumah Ø Senang mencari dan mengerjakan soal-soal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok Jumlah
72
Skor 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 62
Keterangan : Variabel I
: Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan Skor
: 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (rendah) 1 (kurang)
Skor maksimal : 90 Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari skor indikator masingmasing variabel motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada tahap siklus I setelah diterapkan manajemen setting kelas dapat dipersentasekan sebagai berikut : Persentase
=
skor yang dicapai x100% skor maksimal
=
62 x100% 90
= 68,89% Hasil pengamatan pada tahap siklus I tersebut diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran : 1. Perhatian siswa sedikit demi sedikit mulai terfokus pada pelajaran dan aktivitas pembelajaran siswa mulai tampak. 2. Siswa mulai aktif bertanya dan berkomentar terhadap pelajaran. 3. Siswa mulai berani dalam menyampaikan pendapat meskipun masih harus ditunjuk oleh guru. 4. Siswa mulai menunjukkan kesungguhannya dalam mengerjakan tugas. 5. Komunikasi yang terjalin menjadi komunikasi dua arah.
73
Tabel 8 Hasil Tes Akhir Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Amelia Fajar Safitri Amy Nadia Alifah Andhyka Prana Dita Arif Maulana Eka Fadlilatun Hardiah Putri Utami Juliana M. Wahyu Hidayat M. Yusril Rif’an Abid T. Maulina Nailissyifa Muhamad Lutfi Anam Muhammad Ageng Jenar Mukhamad Sobirin Nanda Puspa Anisya Nenny Ratnawati Puspa Ayu Ariyananda Reza Afif Bayu Rizqi Richardo Kurnia Novianto Rima Editya Septiyani Rofidah Yunita Ambarsari Rosi Masyito Rosita Ratnaningtyas Sarlita Armita Sari Septi Dwi Cahyanti Upi Zulfikar Vitdo Ade Pangestu Wicaksana Alif Saputra Winda Kurnia Sari Zawian Deva Sugiarto Zayyana Arova Jumlah Rata-rata
Nilai 75 70 75 75 75 60 75 75 75 90 80 80 60 60 75 85 55 75 65 75 85 75 80 85 90 80 85 70 60 80 2245 74,83
Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran pada siklus I, diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 74,83 yang sebelumnya pada tahap prasiklus sebesar 72,53. Dari data yang diperoleh pada prasiklus ada 12 siswa yang belum tuntas, pada tahap siklus I ini masih tersisa delapan siswa yang belum tuntas.
74
Tabel 9 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa Tahap Prasiklus dan Siklus I No Pelaksanaan Tindakan 1. Prasiklus 2. Siklus I
Jumlah Skor 56 62
Persentase (%) 62,22% 68,89%
Tabel 10 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Prasiklus dan Siklus I No Pelaksanaan Tindakan 1. Prasiklus 2. Siklus I 4.
Rata-rata 72,53 74,83
Refleksi Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I ini, guru mencoba menggunakan setting kelas “formasi huruf U”. Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Dengan menggunakan formasi ini, para siswa dapat melihat guru atau media visual dengan mudah dan mereka saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Formasi huruf U ini juga memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga siswa atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah. Salah seorang siswa bernama Mukhammad Sobirin mengatakan bahwa, dengan setting kelas formasi huruf U ini dia dapat melihat guru dengan mudah tanpa terhalang oleh punggung temannya dan dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Pada proses pembelajaran sebelumnya, siswa tersebut duduk di bagian kursi paling belakang, sehingga seringkali tidak memperhatikan penjelasan dari guru dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Hal ini tentu tidak baik bagi siswa tersebut dan keberlangsungan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dapat mengatur siswa dan mengelola sarana
75
pengajaan (manajemen setting kelas) untuk menciptakan suasana pembelajaran aktif yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I ini, guru bersama peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang dihadapi ketika berada di kelas. Dari hasil evaluasi siklus I, menghasilkan beberapa catatan yang akan direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran tahap siklus II, yaitu sebagai berikut : 1. Siswa belum sepenuhnya menjadi pusat kegiatan pembelajaran dan antara satu siswa dengan siswa lain belum saling terjadi proses tanya jawab. 2. Pembentukan
kelompok
diskusi
sudah
diterapkan,
tetapi
pelaksanaannya kurang maksimal. Guru masih terlalu
banyak
mengarahkan dan peran guru masih dominan dalam diskusi. 3. Penampilan siswa untuk menyampaikan hasil diskusi masih kurang berani, kecuali kalau ditunjuk oleh guru. 4. Pelaksanaan materi pemodelan tidak dapat diterapkan, karena materi yang disampaikan bukan merupakan materi keterampilan atau cara melakukan sesuatu. 5. Masih adanya siswa yang menjadi trouble maker dalam kelompok. Aspek yang mendapat penilaian kurang di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II adalah : 1. Memberikan motivasi untuk semangat belajar kepada siswa dengan menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual, yakni mengaitkan materi (memberi contoh) yang sesuai dengan kehidupan nyata siswa. 2. Meninjau kembali RPP yang berbasis manajemen setting kelas dengan menata ruangan kelas menjadi bentuk ”Formasi Corak Tim”. 3. Materi disampaikan dengan bentuk praktik. 4. Memberikan tugas pengamatan di lingkungan masing-masing siswa sesuai dengan materi yang disampaikan.
76
C. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus II 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran, dengan materi ”Ketentuan-ketentuan Shalat wajib” yang berbasis manajemen setting kelas dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa dan soal tes tertulis untuk dibagikan diakhir pembelajaran. 2. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar
untuk
siklus
II,
dilaksanakan pada hari Senin, 9 November 2009. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada sikus I tidak terulang lagi pada siklus II. Adapun proses belajar mengajar yang mengacu pada rencana pembelajaran PAI, yang telah dipersiapkan peneliti dan kolaborator dengan materi ”Menjelaskan Ketentuan-ketentuan Shalat Wajib” adalah sebagai berikut : a. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. b. Guru meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja di ruang kelas (membentuk formasi corak tim), agar memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi tim. c. Guru menjelaskan pengertian dan syarat-syarat shalat wajib. d. Siswa menanyakan materi yang belum dipahami mengenai shalat wajib. e. Siswa berlatih membaca dalil naqli tentang shalat wajib dengan metode tutor sebaya. f. Masing-masing kelompok yang sudah dibentuk, mengirimkan delegasi ke beberapa kelompok baru berdasarkan materi yang berbeda. g. Siswa yang menjadi delegasi di beberapa kelompok materi, kembali ke kelompok awal untuk bertukar informasi hasilnya masing-masing, ke anggota kelompok yang lain.
77
h. Siswa berdiskusi untuk mencari dan menemukan informasi mengenai shalat wajib melalui ayat Al Qur’an dan Hadits. i.
Guru melempar beberapa pertanyaan untuk menjajaki pemahaman dan kompetensi yang dimiliki siswa.
j.
Guru mengembalikan siswa ke dalam posisi semula untuk mengulas lagi seandainya ada masalah yang belum terpecahkan.
k. Guru mengakhiri proses ini, dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak lanjut. 3. Observasi (Pengamatan) Observasi (pengamatan) dilakukan bersamaan dengan pelaksanan pembelajaran. Adapun data hasil penelitian tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut : Tabel 11 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II No Variabel Indikator Motivasi Belajar Siswa 1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai Ø Menyiapkan buku dan alat tulis Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi 2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitas pembelajaran siswa tampak Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespons penjelasan guru 3. III Ø Mengungkapkan pendapat Ø Aktif bertanya Ø Aktif menjawab Ø Merespons pendapat / jawaban siswa lain Ø Komunikasi antarsiswa 4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumah Ø Senang mencari dan mengerjakan soal-soal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok Jumlah
78
Skor 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5 3 4 5 4 3 3 4 4 70
Keterangan : Variabel I
: Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan Skor
: 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (rendah) 1 (kurang)
Skor maksimal : 90 Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari skor indikator masingmasing variabel motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada tahap siklus II setelah diterapkan manajemen setting kelas dapat dipersentasekan sebagai berikut : Persentase
=
skor yang dicapai x100% skor maksimal
=
70 x100% 90
= 77,78% Hasil pengamatan pada tahap siklus II tersebut diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran : 1. Perhatian siswa sudah terfokus pada pelajaran dan aktivitas pembelajaran siswa tampak. 2. Keaktifan siswa baik dalam bertanya maupun merespons jawaban siswa lain mengalami peningkatan dan berani menyampaikan hasil karya di depan kelas. 3. Siswa mulai berani menyampaikan pendapat tanpa disuruh oleh guru. 4. Kerja kelompok tampak saat mengerjakan tugas kelompok. 5. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas sesuai fungsi dalam kelompoknya masing-masing. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak
79
tergantung sepenuhnya pada guru dan mereka berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk didiskusikan dalam kelas permasalahan yang mereka hadapi siap untuk ditanyakan pada guru. Tabel 12 Hasil Tes Akhir Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Amelia Fajar Safitri Amy Nadia Alifah Andhyka Prana Dita Arif Maulana Eka Fadlilatun Hardiah Putri Utami Juliana M. Wahyu Hidayat M. Yusril Rif’an Abid T. Maulina Nailissyifa Muhamad Lutfi Anam Muhammad Ageng Jenar Mukhamad Sobirin Nanda Puspa Anisya Nenny Ratnawati Puspa Ayu Ariyananda Reza Afif Bayu Rizqi Richardo Kurnia Novianto Rima Editya Septiyani Rofidah Yunita Ambarsari Rosi Masyito Rosita Ratnaningtyas Sarlita Armita Sari Septi Dwi Cahyanti Upi Zulfikar Vitdo Ade Pangestu Wicaksana Alif Saputra Winda Kurnia Sari Zawian Deva Sugiarto Zayyana Arova Jumlah Rata-rata
Nilai 78 74 75 74 79 65 78 81 75 91 81 82 72 72 78 88 60 74 70 80 88 74 78 84 91 81 88 75 68 84 2338 77,93
Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran pada siklus II diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 77,93 yang sebelumnya pada tahap siklus I sebesar 74,83. Dari data yang diperoleh
80
pada siklus I ada delapan siswa yang belum tuntas. Pada tahap siklus II ini hanya tersisa empat siswa yang belum tuntas. Tabel 13 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa Tahap Siklus I dan Siklus II No Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus I 2. Siklus II
Jumlah Skor 62 70
Persentase (%) 68,89% 77,78%
Tabel 14 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Tahap Siklus I dan Siklus II No Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus I 2. Siklus II
Rata-rata 74,83 77,93
4. Refleksi Pelaksanaan tindakan siklus II ini, guru menggunakan setting kelas “formasi corak tim”. Guru mencoba mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi tim. Guru juga dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi mejameja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa siswa harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar. Guru juga dapat memilih alternatif lain dengan meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis. Pada tahap siklus II ini, guru memakai strategi Jigsaw Learning, yakni belajar melalui tukar delegasi antarkelompok. Guru memadukan metode ini dengan setting kelas formasi corak tim. Upi Zulfikar, salah seorang siswa mengatakan bahwa suasana pembelajaran kali ini berbeda dari sebelumnya. Biasanya ia berdiskusi dengan teman sebelahnya atau siswa yang duduk di depannya. Dengan strategi dan setting kelas ini, siswa tersebut menjadi termotivasi dalam
81
belajar karena dapat memperoleh pengetahuan baru, menemukan konsep yang diperoleh dari hasil diskusi dengan siswa lain dalam kelas. Siswa lain, Zayyana Arova mengemukakan bahwa strategi yang dipadukan dengan setting kelas ini, membuka jalan baginya untuk membangun komunikasi dengan siswa lain. Dalam kegiatan belajar mengajar
sebelumnya,
siswa
ini
cenderung
pendiam,
jarang
menyampaikan pendapat dan pasif dalam kegiatan, padahal sebenarnya ia siswa yang pandai. Dengan penerapan strategi dan setting kelas ini, siswa tersebut menjadi ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Tujuan penerapan strategi ini adalah untuk melatih siswa agar terbiasa berdiskusi dan bertanggung jawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Perlu adanya refleksi untuk perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus III, antara lain : 1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep dan harus lebih tegas pada siswa yang membuat kegaduhan. 3. Guru harus mendistribusikan waktu dengan baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil pengamatan jumlah skor motivasi belajar siswa dan ratarata hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII C pada mata pelajaran PAI. Dengan demikian rumusan tindakan yang diterapkan pada siklus II akan tetap dipertahankan untuk diterapkan kembali pada siklus III.
82
D. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus III 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis manajemen setting kelas dengan materi ”Mempraktikkan Shalat Wajib” dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa dan lembar penilaian praktik shalat wajib. 2. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus III dilaksanakan pada hari Senin, 16 November 2009. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada sikus II tidak terulang lagi pada siklus III. Adapun proses belajar mengajar yang mengacu pada rencana pembelajaran PAI, yang telah dipersiapkan peneliti dan kolaborator, dengan materi ”Mempraktikkan Shalat Wajib” adalah sebagai berikut : 1. Setting kelas berbentuk formasi lingkaran yang bertempat di Musholla SMP Negeri 28 Semarang. 2. Guru memotivasi siswa pentingnya shalat dengan benar dan khusyu’. 3. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group) dan siswa duduk membentuk sebuah lingkaran. 4. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan tugas yang harus dilakukan siswa. 5. Siswa menghafalkan bacaan-bacaan shalat dengan metode tutor sebaya. 6. Guru sebagai model mendemonstrasikan gerakan-gerakan sholat terlebih dahulu. 7. Siswa melakukan praktik shalat wajib dengan berkelompok. 8. Siswa membiasakan diri melakukan shalat wajib dalam kehidupan sehari-hari.
83
3. Observasi (Pengamatan) Observasi (pengamatan) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Adapun data hasil penelitian tindakan pada siklus III adalah sebagai berikut Tabel 15 Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus III No Variabel Indikator Motivasi Belajar Siswa 1. I Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dimulai Ø Menyiapkan buku dan alat tulis Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi 2. II Ø Perhatian siswa terpusat dan aktifitas pembelajaran siswa tampak Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespons penjelasan guru 3. III Ø Mengungkapkan pendapat Ø Aktif bertanya Ø Aktif menjawab Ø Merespons pendapat / jawaban siswa lain Ø Komunikasi antarsiswa 4. IV Ø Mengerjakan tugas PR di rumah Ø Senang mencari dan mengerjakan soal-soal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok Jumlah Keterangan : Variabel I
: Kesiapan siswa menerima pelajaran
Variabel II : Perhatian siswa dalam pembelajaran Variabel III : Keaktifan siswa dalam kelas Variabel IV : Mampu menghadapi kesulitan Skor
: 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup)
84
Skor 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 3 4 5 5 77
2 (rendah) 1 (kurang) Skor maksimal : 90 Hasil pengamatan oleh peneliti, yang dilihat dari skor indikator masing-masing variabel motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada tahap siklus III setelah diterapkan manajemen setting kelas dapat dipersentasekan sebagai berikut : Persentase
=
skor yangdicapai x100% skor maksimal
=
77 x100% 90
= 85,56% Pada tahap ini, akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar, dengan penerapan manajemen setting kelas. Dari data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Selama proses belajar mengajar, guru telah melaksanakan semua rencana pembelajaran dengan baik. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan terlihat sangat termotivasi dalam belajar. 3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan, sehingga menjadi lebih baik. Walaupun terkadang masih terdapat satu atau dua anak yang membuat gaduh dalam kelas, tapi dapat ditangani dengan baik oleh guru.
85
Tabel 16 Hasil Tes Praktik Shalat Wajib Pada Siklus III No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Amelia Fajar Safitri Amy Nadia Alifah Andhyka Prana Dita Arif Maulana Eka Fadlilatun Hardiah Putri Utami Juliana M. Wahyu Hidayat M. Yusril Rif’an Abid T. Maulina Nailissyifa Muhamad Lutfi Anam Muhammad Ageng Jenar Mukhamad Sobirin Nanda Puspa Anisya Nenny Ratnawati Puspa Ayu Ariyananda Reza Afif Bayu Rizqi Richardo Kurnia Novianto Rima Editya Septiyani Rofidah Yunita Ambarsari Rosi Masyito Rosita Ratnaningtyas Sarlita Armita Sari Septi Dwi Cahyanti Upi Zulfikar Vitdo Ade Pangestu Wicaksana Alif Saputra Winda Kurnia Sari Zawian Deva Sugiarto Zayyana Arova Jumlah Rata-rata
Nilai 80 80 75 80 85 72 80 85 78 95 82 83 75 75 80 90 72 75 75 83 90 72 75 85 95 80 89 74 73 86 2419 80,63
Berkaitan dengan hasil tes praktik shalat wajib pada siklus III yang dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa dari ranah psikomotoriknya, maka diperoleh bahwa rata-rata hasil tes praktik sebesar 80,63.
86
Tabel 17 Perbandingan Jumlah Skor dan Persentase Motivasi Belajar Siswa Tahap Prasiklus, Siklus I, II dan III No 1. 2. 3. 4.
Pelaksanaan Tindakan Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah Skor 56 62 70 77
Persentase (%) 62,2% 68,89% 77,78% 85,56%
Tabel 18 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Pada Tahap Prasiklus, Siklus I, II dan III No 1. 2. 3. 4.
Pelaksanaan Tindakan Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III
Rata-rata 72, 53 74,83 77,93 80,63
4. Refleksi Pada pelaksanaan siklus III ini, guru menerapkan settting kelas formasi lingkaran. Materi yang dipelajari adalah praktik shalat wajib, oleh karena itu guru menerapkan setting kelas tersebut di musholla SMPN 28 Semarang. Para siswa duduk membentuk sebuah lingkaran di musholla tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima sampai enam siswa. Setiap kelompok menghafal doa atau bacaan-bacaan di masing-masing rakaat dalam shalat, dengan cara apabila salah satu menghafal, yang lain menyimak dan membetulkan yang salah. Setelah hafal kemudian masing-masing kelompok mempraktikkan atau mendemonstrasikan shalat wajib, salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum. Salah seorang siswa bernama M. Wahyu Hidayat menyampaikan pendapatnya bahwa pembelajaran seperti inilah yang seharusnya diperoleh
87
siswa. Dengan memakai setting kelas formasi lingkaran yang bertempat di musholla, siswa merasa seperti melaksanakan sholat yang sebenarnya (kontekstual). Tata cara wudlu dan tata cara urutan shalat di praktikkan sebagaimana
orang yang sedang beribadah. M. Wahyu Hidayat juga
berpendapat, hal-hal yang belum ia ketahui dapat langsung ia tanyakan pada guru. Siswa tersebut juga dapat langsung membenarkan gerakan shalat yang salah dengan bertanya langsung kepada guru. Pada siklus III ini, guru telah menerapkan manajemen setting kelas dengan baik. Dilihat dari pengamatan saat pelaksanaan proses belajar mengajar, juga sudah berjalan dengan baik pula, maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak. Yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada. Tujuannya agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya, penerapan manajemen setting kelas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui tabel perbandingan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa manajemen setting kelas mempunyai dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Hal ini dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Skor motivasi belajar siswa meningkat dari prasiklus, siklus I, II dan III yaitu masing-masing 56, 62, 70 dan 77.
E. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 28 Semarang ini, mencoba menerapkan manajemen setting kelas sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Merupakan keterbatasan penelitian, di antaranya cara memperoleh data dari penelitian tersebut, peneliti harus mengamati secara langsung dengan cermat penerapan manajemen setting kelas. Dengan mengamati secara langsung, maka peneliti yang dibantu oleh kolaborator harus benar-benar
88
bekerja keras untuk memperoleh data dan mengetahui perkembangan yang dialami oleh siswa selama model pembelajaran tersebut diterapkan. 2. Penelitian di SMP Negeri 28 Semarang oleh peneliti yang dilaksanakan di kelas VII C menerapkan manajemen setting kelas. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian hanya siswa kelas VII C yang berjumlah 30 siswa, sehingga penelitian ini tidak dapat menyeluruh di semua kelas. Hal ini di karenakan keterbatasan peneliti untuk melakukan penelitian di semua kelas di SMP Negeri 28 Semarang. 3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti di SMP Negeri 28 Semarang tidak terlepas dari sumber-sumber pustaka sebagai landasan teori. Dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki, maka referensi, daftar pustaka atau hasil-hasil penelitian yang relevan kurang maksimal dalam mencari sumber tersebut, sehingga menjadi sebuah kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. 4. Penelitian ini dilaksanakan pada saat menjelang pergantian kepala sekolah yang lama dengan kepala sekolah yang baru. Kolaborator (guru mitra) masih
sibuk
mempersiapkan
laporan-laporan
pertanggungjawaban
kegiatan maupun administrasi untuk diserahkan kepada kepala sekolah yang lama. Saat penelitian ini dimulai, para siswa baru saja selesai melaksanakan Tes Mid semerter I, sehingga guru mata pelajaran PAI masih sibuk mengoreksi nilai dan melaporkan hasil Tes Mid Semester I tersebut kepada kepala sekolah. Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti hadapi, tentunya sedikit banyak berpengaruh terhadap penelitian yang dilakukan. Namun demikian, meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi, peneliti bersyukur bahwa penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Deskripsi data dan analisis penelitian tentang upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui manajemen setting kelas di SMP Negeri 28 Semarang, dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis, maka pada akhir skripsi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembelajaran PAI yang menerapkan manajemen setting kelas ini, merupakan salah satu cara dari sekian banyak cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Keberhasilan penerapan model pembelajaran melalui manajemen setting kelas, sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP N 28 Semarang, ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Variabelnya yaitu, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, perhatian siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa dalam kelas serta mampu menghadapi kesulitan. Ditunjukkan juga oleh adanya peningkatan nilai rata-rata tes akhir dari masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang dipersentasekan melalui pengamatan, tentang motivasi belajar siswa dari indikator masing-masing variabel. Persentase peningkatan motivasi belajar siswa dari prasiklus, siklus I, II sampai III yaitu 62,2% meningkat menjadi 85,56%. Angka tersebut di atas indikator pencapaian yang ditentukan yaitu 75%. Sedangkan peningkatan nilai rata-rata tes akhir dari prasiklus, siklus I, II sampai III yakni dari 72,53 meningkat menjadi 80,63. Peningkatan tersebut di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mapel PAI yang ditentukan yaitu 71. 2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikerjakan peneliti di SMP Negeri 28 Semarang, dengan menerapkan manajemen setting kelas sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI ini,
90
dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disebut siklus. Hal tersebut dilakukan, untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui manajemen setting kelas. Penerapan pembelajaran dengan mengunakan manajemen setting kelas dalam penelitian ini, membawa dampak positif terhadap aktivitas belajar siswa, terutama mengurangi kejenuhan, rasa bosan, dan sebagai variasi dalam pembelajaran.
B. Saran Hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih meningkatkan motivasi belajar siswa, maka peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut di atas sebagai berikut : 1. Pada Guru Mata Pelajaran PAI a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar paham menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi tersampaikan secara optimal. b. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran. Meskipun dalam taraf sederhana, tetapi siswa nantinya diharapkan dapat memperoleh pengetahuan baru, menemukan konsep dan memperoleh ketrampilan, sehingga siswa berhasil dalam studinya serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. c. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan manajemen setting kelas ini membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra bagi guru. Hal tersebut di karenakan, guru harus menata ulang kembali ruang kelas yang formasinya disesuaikan dengan metode dan materi, agar memungkinkan
pembelajaran
aktif.
Menciptakan
suasana
pembelajaran aktif bukan perkara yang mudah, guru hendaknya merancang sedemikian rupa strategi pembelajaran di kelas dan memperkaya variasi gaya mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi
91
kejenuhan dan rasa bosan yang dialami siswa. Guru diharapkan selalu memantau perkembangan para siswanya, terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. d. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan manajemen setting kelas pada mata pelajaran PAI, agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada selesainya penelitian ini saja, tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan secara kontinyu sebagai program untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengurangi kejenuhan pada waktu melaksanakan pembelajaran. 2. Pihak Sekolah a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung kegiatan pembelajaran yang berlangsung, dengan memfasilitasi atau menyediakan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk
digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. b. Kepada semua pihak sekolah terutama guru, sudah seharusnya meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi profesional. Guru harus membekali diri dengan pengetahuan yang luas. Kompetensi yang dimiliki seorang guru, berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tersebut, pada akhirnya akan menghasilkan siswa yang berprestasi, berbudi pekerti luhur dan berakhlakul karimah, sehingga berdampak positif bagi perkembangan dan kemajuan sekolah.
C. Penutup Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dalam pembahasan skripsi ini, tentunya tidak luput dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini di karenakan keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan.
92
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga amal baiknya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap, semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumya. Amin.
93
DAFTAR PUSTAKA
Akoib, Pengelolaan Kelas, Surakarta : FKIP UNS, 1984. Al Bukhori, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih al Bukhori, Jilid I, Beirut Libanon : Darul Kutub al ’Alamiyah, 1992. Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Statistik, Jakarta : Bumi Aksara, 1993. Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Persada, 2000, Cet. 3.
Agama Islam, Jakarta : Raja Grafindo
A. M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001. Arikunto, Suharsimi, Pengelolan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. 4. , Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1998. , Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif dalam Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2002. Daradjat, Zakiah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. Davis, Ivor K, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirjo, Jakarta : CV. Rajawali, 1991. Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya, Semarang : CV. Toha Putra, 1989. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002. _________, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. 2. _________, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002. Effendy, Onong Uchjana, Sistem Informasi dalam Manajemen, Bandung : Alumni, 1981. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta : ANDI Offset, 2004.
94
Hakim, Thursan, Belajar Secara Efektif, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, Cet. 2. Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 1992. ________, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. HS, M. Ramli, dkk, Memahami Konsep Dasar Islam, Semarang : UPT MKU UNNES, 2004, Cet. 2. Ibrahim Ishmat Muthowim, Al Ushul Al Idariyah Li Al Tarbiyah, Riyad : Dar Al Syuruq, 1996. Ismail SM., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang : RaSAIL Media Group, 2008. Jasin, Anwar, Pembelajaran Efektif, Jakarta : Grasindo, 1961. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004. Marland, Michael, Seni Mengelola Kelas, Semarang : Dahara Prize, 1990, Cet. 3. McDonald, Frederick J., Educational Psychology, Tokyo : Overseas Publications, Ltd., 1959. Morgan, Clifford T., Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw Hill Book Company, 1971. M, Sufyarma, Kapita Selekta Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2003. Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001. Muslich, Masnur, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, Cet. 3. Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2000, Cet.2. Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999, Cet. 3.
95
Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : Gunung Agung, 1985. N, Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, tth. Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1992. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000. Sayyed Ahmad Al Hasyimi, Mukhtar Al Akhadits an Nabawiyyah wa Al Hikami Al Muhammadiyah, Indonesia : Dar Ihyaul Kutub Al ‘Arabiyyah, 1948. Semiawan, Conny, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta : Grasindo, 1992. Silberman, Melvin L., Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), terj. Raisul Muttaqien, Bandung : Nusamedia, 2006. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003. Steers, Richard M. dan Lyman W. Potter, Motivation and Work Behavior, Singapore : Mc. Graw Hill, 1973. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. 5. Syaikh Musthafa Al Ghulayani, Idhatun Nasyi in, Beirut : Al Maktabah Al ‘Asriyyah, 1953. Syamsi, Ibnu, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Rineka Cipta, 1994. Thoha, Chabib dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990.
96
Tim Redaksi Media Wacana, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Jogjakarta : Media Wacana Press, 2003. Uno, Hamzah B., Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006. Winardi, Asas-Asas Manajemen, terj. George R. Terry, Principles of Management, 7th Ed., Bandung : Alumni, 1979. Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005. Woolfolk, Anita E., Educational Psychology, 6th ed., USA : Allyn & Bacon, 1980. Wragg, E. C., Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin. Jakarta : PT. Grasindo, 1996. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
97
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal, 20 Nopember 1986 sebagai anak terakhir dari tujuh bersaudara keluarga Bapak Muhammad Dasuki dan Ibu Mun’imah. Alamat tinggal penulis di Jl. K.H. Abdul Halim Rt. 02 Rw. 02 Ds. Margosari – Suropadan Kec. Patebon Kab. Kendal 51351. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN 01 Margosari tahun 1998. Melanjutkan di MTs Negeri Kendal dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan di MA Negeri Kendal, lulus pada tahun 2004. Melanjutkan di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2005.
Kendal, Juni 2010
Mufnil Ida
98
LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 28 SEMARANG SIKLUS I Mata Pelajaran : Pokok Bahasan : Sub Pokok Bahasan : Jam ke : Petunjuk : 1. Pusatkan perhatian anda pada perilaku siswa di dalam kelas 2. Tuliskan hasil pengamatan anda pada skala penilaian dengan tanda cek ( ) pada setiap indikator dengan skala penilaian : A : Sangat baik, B : Baik, C : Cukup, D : Kurang, E : Kurang Sekali
NO. 1
2.
3.
4.
Variabel
Indikator Motivasi Belajar
Kesiapan siswa Ø Hadir lebih awal sebelum pelajaran dalam menerima dimulai pelajaran Ø Menyiapkan buku dan alat tulis Ø Siswa mengkondisikan diri saat pelajaran dimulai. Ø Suasana tenang dan kondusif saat pelajaran dimulai Ø Siswa menyiapkan buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi Perhatian siswa Ø Perhatian siswa terpusat dan dalam proses aktifitas pembelajaran siswa tampak pembelajaran Ø Mencatat penjelasan dari guru Ø Merespon penjelasan dari guru Keaktifan siswa Ø Mengungkapkan pendapat di dalam kelas Ø Aktif dalam bertanya Ø Aktif dalam menjawab Ø Merespon pendapat / jawaban siswa lain Ø Komunikasi antar siswa Mampu Ø Mengerjakan tugas PR di rumah menghadapi Ø Senang mencari dan mengerjakan kesulitan soal-soal latihan Ø Menyelesaikan tugas individu Ø Menyelesaikan tugas kelompok Ø Aktif berpartisipasi dalam kelompok
99
Skala Penilaian A B C D E 5 4 3 2 1
LEMBAR PENILAIAN SETTING KELAS
Nama Sekolah : Kelas : Hari/Tanggal Penilaian : Petunjuk : 1. Pusatkan perhatian anda pada kondisi perabotan dan setting kelas pada saat proses pembelajaran ! 2. Tuliskan hasil penilaian anda dengan tanda cek ( ) pada kolom yang telah tersedia
No.
Penilaian
Aspek yang dinilai
SETTING KELAS
1.
Papan tulis
a. b. c. d. e.
2.
Meja Guru
a. b. c. d. e.
3.
Meja dan Kursi siswa
a. b. c. d. e. f.
4.
Papan Presensi
a. b. c. d.
Kesesuaian dengan ukuran kelas Warna cat memenuhi persyaratan Diletakkan ditempat yang sesuai Dapat ditulisi dengan jelas Dilengkapi dengan tempat kapur dan penghapus Ukurannya memadai dengan guru Diletakkan di tempat yang sesuai Dilengkapi dengan laci Dilengkapi dengan tempat duduk yang memadai Dilengkapi dengan taplak meja, vas bunga dan tempat presensi Meja terpisah dengan tempat duduk Jumlah tempat duduk sesuai dengan jumlah meja Jumlah tempat duduk sesuai dengan jumlah siswa Ada tempat untuk menyimpan alat pelajaran Diatur dengan rapi Diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat dengan mudah melihat papan tulis Ada papan presensi siswa Diisi sesuai dengan ketentuan Diletakkan di tempat yang sesuai Bentuk dan ukurannya memadai
100
Ya
Tidak
5.
6.
7.
Alat kebersihan a. Ada tempat untuk meletakkan alat kebersihan b. Ada sapu, tempat sampah, dan kemoceng (sulak) Dinding a. Warna cat dinding sesuai b.. Tidak ada corat-coret ditembok c. Dinding dihiasi gambar-gambar yang edukatif d. Ada jadwal pelajaran dan piket siswa e. Hasil karya siswa dipajang di dinding Lantai, a. Dilengkapi dengan jendela yang Ventilasi sesuai dengan bentuk dan ukuran Dan Penerangan kelas b. Pintu dapat dibuka dan ditutup dengan mudah c. Ada lampu sebagai penerangan d. Lantai rata dan bersih
Semarang, Observer
MUFNIL IDA NIM. 3105240
101
2009
Lampiran : Tahap Pra Siklus
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 5. 1 Sekolah Mata pelajaran Kelas / semester Standar Kompetensi (bersuci) Kompetensi Dasar Indikator
Alokasi waktu
: SMP 28 Semarang : Pendidkan Agama Islam : VII / 1 : 5. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah : 5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan mandi wajib : — Menjelaskan pengertian mandi wajib • Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan mandi wajib • Menjelaskan tata cara mandi wajib • Mendemonstrasikan mandi wajib : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian dan tata cara mandi wajib, hal-hal yang menyebabkannya serta mendemontrasikannnya Materi Pembelajaran Ø Pengertian mandi wajib Ø Hal-hal yang menyebabkan mandi wajib Ø Tata cara mandi wajib Ø Demontrasi mandi wajib Metode Pembelajaran v Ceramah v Tanya jawab v Demonstrasi Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan - Membaca surat pendek dalam Al Qur’an - Apersepsi - Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya thaharah terutama mandi wajib - Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
102
Kegaiatan Inti ¬ Guru menjelaskan pengertian mandi wajib dan hal-hal yang menyebabkan mandi wajib ¬ Siswa menelaah lebih dalam mengenai tata cara mandi wajib ¬ Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas mengenai mandi wajib ¬ Siswa berlatih mendemontrasikan mandi wajib dengan menggunakan alat peraga berupa boneka.
Kegiatan Penutup ± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini Bermanfaat atau tidak ? menyenangkan atau tidak ? Sumber belajar { Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira { Buku PAI kelas VII Penerbit Depag { LKS Cerah kelas VII { Mushaf Al Qur’an Penilaian Tehnik ♦ Tes tertulis Bentuk instrumen ♦ Tes uraian Instrumen 1. Jelaskan pengertian mandi wajib ! 2. Jelaskan cara-cara mandi wajib ! 3. Jelaskan sebab-sebab mandi wajib ! 4. Apakah hukum mandi wajib ? 5. Jelaskan sunah mandi wajib !
Semarang, Juli 2009 Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM NIP. 19620410 198302 1 003
Iswatun Khasanah, M.Ag NIP. 19781203 200501 2 004
103
Lampiran : Siklus 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 5. 2 Berbasis Manajemen Setting Kelas
Sekolah Mata pelajaran Kelas / semester Standar Kompetensi (bersuci) Kompetensi Dasar Indikator
Alokasi waktu
: SMP 28 Semarang : Pendidkan Agama Islam : VII / 1 : 5. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah : 5.2 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis : — Menjelaskan pengertian hadas dan najis • Menyebutkan macam-macam hadas dan cara mensucikannya • Menyebutkan macam-macam najis dan cara mensucikannya • Menjelaskan perbedaan antara hadas dengan najis : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian hadas dan najis, menyebutkan macammacamnya dan cara mensucikannya, serta menjelaskan perbedaan antara hadas dengan najis Materi Pembelajaran Ø Pengertian hadas dan najis Ø Macam-macam hadas dan cara mensucikannya Ø Macam-macam najis dan cara mensucikannya Ø Perbedaan antara hadas dengan najis Metode Pembelajaran v Ceramah v Tanya jawab v Diskusi v CTL (Contextual Teaching and Learning) Model Setting Kelas F Formasi huruf U
104
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan - Membaca surat pendek dalam Al Qur’an - Apersepsi - Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya bersuci - Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group) dan mensetting kelas dengan formasi huruf U
Kegaiatan Inti ¬ Guru menjelaskan tentang hadas dan najis, pembagiannya serta cara mensucikannya ¬ Siswa menanyakan materi yang belum dipahami tentang hadas dan najis ¬ Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis dalam kelompoknya pada lembar / kolom yang diberikan oleh guru ¬ Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing di depan kelas ¬ Kelompok lain menanggapi ¬ Guru sebagai fasilitator Kegiatan Penutup ± Guru mengakhiri proses ini dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak lanjut dengan memberi evaluasi test tertulis ± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini Bermanfaat atau tidak ? menyenangkan atau tidak ? ± Do’a dan salan Sumber belajar { Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira (halaman 77 – 86) { Buku PAI kelas VII Penerbit Depag (halaman 87 – 99) { LKS KTSP Cerah PAI kelas VII Penerbit CV Teguh Karya (halaman 41 – 42) { Mushaf Al Qur’an Penilaian Teknik ♦ Tes unjuk kerja Bentuk instrumen ♦ Tes identifikasi Instrumen
105
No. Perbedaan 1 Pengertian
Perbedaan Hadas dan Najis Hadas 1.
Najis 1.
2
Macam / jenisnya
2.
2.
3
Cara mensucikannya
3.
3.
4
Perbedaan lain.......?
4.
4.
Semarang, Nopember 2009 Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM NIP. 19620410 198302 1 003
Iswatun Khasanah, M.Ag NIP. 19781203 200501 2 004
106
Lampiran : Siklus 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6.1 Berbasis Manajemen Setting Kelas
Sekolah Mata pelajaran Kelas / semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Alokasi waktu
: SMP 28 Semarang : Pendidikan Agama Islam : VII / 1 : 6. Memahami tata cara shalat : 6.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat wajib : — Menjelaskan pengertian shalat wajib • Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang shalat wajib • Menyebutkan syarat-syarat shalat • Menyebutkan rukun shalat • Menyebutkan sunah-sunah shalat • Menyebutkan hal-hal yang membatalkan shalat : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian, syarat-syarat, rukun, sunah-sunah serta batalnya shalat wajib, membaca dan mengartikan dalil naqlinya Materi Pembelajaran Ø Pengertian shalat wajib Ø Dalil naqi tentang shalat wajib Ø Syarat-syarat shalat Ø Rukun shalat Ø Sunah-sunah shalat Ø Hal-hal yang membatalkan shalat Metode Pembelajaran v Ceramah v Tanya jawab v Tutor sebaya v Reading Guide (bacaan terbimbing) v Jigsaw Learning Model Setting Kelas F Formasi Corak Tim
107
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan - Membaca surat pendek dalam Al Qur’an - Apersepsi - Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya shalat wajib - Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil - Guru meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja diruang kelas sehingga membentuk formasi corak tim agar memungkinkan peserta didik melakukan interaksi tim Kegiatan Inti ¬ Guru menjelaskan pengertian dan syarat-syarat shalat wajib ¬ Siswa menanyakan materi yang belum dipahami mengenai materi shalat wajib ¬ Siswa berlatih membaca dalil naqli tentang shalat wajib dengan metode tutor sebaya ¬ Masing-masing kelompok yang sudah dibentuk mengirimkan delegasi ke beberapa kelompok baru berdasarkan materi yang berbeda ¬ Siswa yang menjadi delegasi di beberapa kelompok materi kembali ke kelompok awal untuk bertukar informasi hasilnya masing-masing ke anggota kelompok yang lain ¬ Siswa berdiskusi untuk mencari dan menemukan informasi mengenai shalat wajib melalui ayat Al Qur’an dan hadist ¬ Guru melempar beberapa pertanyaan untuk menjajagi pemahaman dan kompetensi yang dimiliki siswa Kegiatan Penutup ± Guru mengembalikan siswa ke dalam posisi semula untuk mengulas lagi seandainya ada masalah yang belum terpecahkan ± Guru mengakhiri proses ini dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak lanjut ± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini Bermanfaat atau tidak ? menyenangkan atau tidak ? ± Salan dan Do’a Sumber belajar { Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira (halaman 87 – 90) { Buku PAI kelas VII Penerbit Depag (halaman 101 – 105) { LKS KTSP Cerah PAI kelas VII (halaman 46 – 48) { Mushaf Al Qur’an
108
Penilaian Teknik ♦ Tes tertulis Bentuk instrumen ♦ Tes pilihan ganda (multiple choice) Instrumen Uji kompetensi dalam LKS cerah halaman 52 - 53 Semarang,
Nopember 2009
Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM NIP. 19620410 198302 1 003
Iswatun Khasanah, M.Ag NIP. 19781203 200501 2 004
109
Lampiran : Siklus 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6.2 Berbasis Manajemen Setting Kelas
Sekolah Mata pelajaran Kelas / semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Alokasi waktu
: SMP 28 Semarang : Pendidikan Agama Islam : VII / 1 : 6. Memahami tata cara sholat : 6.2 Mempraktikkan shalat wajib : — Hafal bacaan-bacaan shalat • Memperagakan gerakan-gerakan shalat • Mempraktikkan shalat wajib : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat hafal bacaan-bacaan shalat, memperagakan gerakan-gerakannya serta mempraktikannya Materi Pembelajaran Ø Hafalan bacaan-bacaan shalat Ø Peragaan gerakan-gerakan shalat Ø Praktikkan shalat wajib Metode Pembelajaran v Ceramah v Tutor sebaya v Demonstrasi v Modelling v CTL (Contextual Teaching and Learning) Model Setting Kelas F Formasi lingkaran yang bertempat di mushola Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan - Membaca surat pendek dalam Al Qur’an - Apersepsi - Guru memotivasi siswa pentingnya shalat dengan benar dan khusyu’ - Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group) dan siswa duduk membentuk sebuah lingkaran
110
Kegiatan Inti ¬ Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan dan tugas yang harus dilakukan siswa ¬ Siswa menghafalkan bacaan-bacaan shalat dengan metode tutor sebaya ¬ Guru sebagai model mendemonstrasikan gerakan-gerakan shalat terlebih dahulu ¬ Siswa melakukan praktik shalat dengan berkelompok ¬ Siswa membiasakan diri melakukan shalat wajib dalam kehidupan seharihari Kegiatan Penutup ± Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ? ± Do’a dan salan Sumber belajar { Buku PAI kelas VII Penerbit Yudhistira (halaman 91 – 95) { Buku PAI kelas VII Penerbit Depag (halaman 107 – 111) { LKS KTSP Cerah PAI kelas VII Penerbit CV Teguh Karya (halaman 48 – 50) { Mushaf Al Qur’an Penilaian Teknik ♦ Tes unjuk kerja Bentuk instrumen ♦ Tes identifikasi Instrumen ♦ Praktikkan shalat maghrib dengan benar ! Rubrik Aspek yang dinilai Ø Bacaan-bacaan
baik rukun maupun sunah Ø Gerakangerakan rukun Ø Kekhusyu’an/ tumakninah/
Indikator kemampuan • Melaksanakan shalat wajib tanpa melakukan kesalahan baik bacaan maupun gerakan • Melaksanakan shalat wajib dengan melakukan 1-10 kesalahan bacaan maupun gerakan • Melaksanakan shalat wajib dengan
111
Nilai • Khusyu’ • Kurang Khusyu’ • Khusyu’ • Kurang Khusyu’ • Khusyu’
100 95 90 85 80
penghayatan
melakukan 11-20 kesalahan bacaan maupun gerakan • Melaksanakan shalat wajib dengan melakukan 21-30 kesalahan bacaan maupun gerakan • Melaksanakan shalat wajib dengan melakukan lebih dari 30 kesalahan bacaan maupun gerakan
Semarang,
• Kurang Khusyu’ • Khusyu’ • Kurang Khusyu’ • Khusyu’ • Kurang Khusyu’
Nopember 2009
Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
Teguh Waluyo, S.Pd.MM NIP. 19620410 198302 1 003
Iswatun Khasanah, M.Ag NIP. 19781203 200501 2 004
112
75 70 65 60 55
Lampiran : Siklus 1 Soal Tes Tertulis
Materi Mapel Kelas / semester Nama / No. Absen
: Ketentuan Thaharah (Mandi Wajib, Hadas dan Najis) : Pendidikan Agama Islam : VII / 1 :
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d ! 1. Hukum bersuci bagi orang yang berhadas besar adalah......... a. mubah c. sunah b. makruh d. wajib 2. Dibawah ini air yang suci tetapi tidak mensucikan, kecuali ….. a. air kelapa c. air sumur b. air teh d. air yang dipanaskan di bejana 3. Cara bersuci bagi orang yang berhadas kecil jika tidak ada air adalah ...... a. tayamum c. istinja’ b. wudhu d. mandi wajib 4. Bagi orang yang terkena najis mukhafafah, maka cara mensucikannya dengan ...... a. mencuci sebanyak tujuh kali b. mencuci sebanyak tiga kali c. cukup memercikan air kepada benda yang terkena najis d. dicuci dengan sabun atau deterjen 5. Air yang suci dan dapat mensucikan adalah ....... a. air mutanajis c. air bersih b. air mutlak d. air alami 6. Yang termasuk hadas besar berikut ini, kecuali........ a. wiladah c. kotoran binatang b. mengeluarkan mani d. bersetubuh 7. Menggosok seluruh badan dengan tangan hukumnya....... a. mubah c. wajib b. sunah d. makruh 8. Berikut ini larangan bagi wanita yang sedang haid maupun nifas, kecuali........ a. sholat c. bersetubuh b. masuk masjid d. makan dan minum 9. Di bawah ini adalah cara mensucikan najis mughaladzah adalah........ a. dicuci sebanyak 7 kali salah satunya menggunakan debu b. disiram air yang telah masak paling sedikit 5 kali c. cukup memercikan air kepada benda yang terkena najis d. disabun sebanyak 3 kali 10. Terkena air kencing orang dewasa termasuk najis........ a. mutawasithah c. mukhafafah
113
b. mughaladzah d. najis berat 11. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar adalah....... a. terkena kotoran binatang c. nifas b. buang air besar d. terkena darah atau nanah
12. Suatu benda yang terkena najis mughaladzah akan dapat dikatakan suci apabila dicuci dengan air dan salah satunya dicampur dengan ....... a. debu c. cuka b. deterjen d. kapur barus 13. Menyengaja menghilangkan hadas karena junub adalah ........ a. syarat mandi wajib c. sunah mandi wajib b. rukun mandi wajib d. batalnya mandi wajib 14. Bagi orang yang terkena najis mutawasithah, maka cara mensucikannya adalah......... a. disiram sampai hilang bau, warna dan zatnya b. direndam selama tiga hari dan dicampur dengan deterjen c. cukup dipercikkan air saja d. dicuci sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur debu 15. Di bawah ini adalah rukun mandi wajib adalah ......... a. niat dan menyiramkan air ke seluruh tubuh b. niat, menyiramkan air ke selutuh tubuh, dan tertib c. menyiramkan air ke seluruh tubuh dan terakhir tertib d. niat dan menyiramkan air dari ujung rambut sampai ke ujung kaki 16. Bagi orang yang berhadas kecil maka cara mensucikannya adalah........ a. wudhu c. mandi biasa b. istinja’ d. mandi wajib 17. Ketika memulai untuk mandi wajib, maka disunahkan untuk membaca .......... a. Basmalah c. Takbir b. Hamdalah d. Tasbih 18. Bersentuhan antara kulit seorang laki-laki dengan perempuan dapat menyebabkan......... a. sahnya sholat c. sempurnanya sholat b. batalnya sholat d. tidak batalnya sholat 19. Berikut ini sunah-sunah dalam mandi wajib, kecuali....... a. mendahulukan tangan dan kaki b. mengalirkan air ke seluruh tubuh c. menggosok seluruh badan dan tangan d. membaca basmalah pada permulaan mandi 20. bagi wanita yang telah selesai masa haidnya maka diharuskan........ a. mandi biasa c. mandi wajib b. bertayamum d. istinja’ 21. Darah seorang wanita setelah melahirkan juga disebut......... a. nifas c. haid b. wadiah d. menstruasi 22. Cara bersuci bagi seorang wanita setelah masa nifasnya selesai adalah ........
114
a. wudhu c. tayamum b. mandi wajib d. mandi biasa 23. Berikut ini adalah sunah-sunah dalam mandi wajib, kecuali........ a. membaca basmalah ketika mengawali mandi b. mendahulukan anggota badan yang kanan c. berwudhu sebelum memulai mandi d. menggunakan air yang telah dimasak terlebih dahulu 24. Menyiram air ke seluruh tubuh adalah ............ a. wudhu c. mandi wajib b. istinja’ d. Tayamum
25. Najis itu dapat digolongkan menjadi 3 tiga macam, berikut ini macam-macam najis, kecuali........ a. mughaladzah c. mukhafaffah b. mutawasithah d. mutlaq
115
TABEL PERBEDAAN ANTARA HADAS DENGAN NAJIS Petunjuk : Carilah perbedaan antara hadas dengan najis ditinjau dari berbagai aspeknya, mulai dari pengertian, macam/jenisnya maupun cara mensucikannya serta carilah perbedaan lain yang mungkin dapat kamu temukan ! No. 1
Ditinjau dari segi / aspek ............... Pengertian
2
Macam / Jenisnya
Hadas
Najis
a.
a.
b.
b. c.
3
Cara mensucikannya
a.
a.
b.
b. c.
4
Perbedaan lain.....?
Kelompok
:
Ketua
:
Sekretaris
:
Anggota
:
1. 2. 3. 4.
116
Lampiran : Siklus 2 SOAL TES TERTULIS Materi Mapel Kelas / Semester Nama / No. Absen
: Ketentuan Shalat Wajib : Pendidikan Agama Islam : VII / 1 :
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d ! 1. Orang yang tidak sempurna akal pikirannya adalah tidak memenuhi dari........ a. Syarat wajib shalat c. Syarat sah shalat b. Rukun shalat d. Sunah shalat 2. Arti shalat menurut bahasa adalah......... a. Mengingat c. Memohon b. Takut d. Mendekatkan 3. Perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu diterima oleh Nabi Muhammad SAW, ketika....... a. isra’ mi’raj c. hijrah b. wukuf d. berkhalwat 4. Shalat lima waktu juga disebut........ a. Shalat biasa c. Shalat sunah b. Shalat fardhu d. Shalat mutlak 5. Suci dari hadas adalah salah satu dari....... a. Sunah shalat c. Syarat wajib shalat b. Rukun shalat d. Syarat sah shalat 6. Mengingat Allah dalam setiap waktu dan berbagai keadaan disebut....... a. i’tikaf c. tadarus b. do’a d. dzikir 7. Salah satu rukun shalat adalah........ a. ruku’ dengan tuma’ninah c. Membaca ayat atau surat Al Qur’an b. membaca do’a ketika sujud d. Mengangkat kedua tangan ketika takbir 8. Arti dari adalah ........... a. Allah Maha Mendengar c. Allah Maha Kuasa b. Allah Maha Esa d. Allah Maha Besar 9.
Bacaan disamping dibaca dalam shalat ketika...... a. ruku’ c. sujud b. duduk diantara dua sujud d. i’tidal 10. Setelah selesai takbiratul ihram maka tangan kanan diletakkan di....... a. samping telinga c. lutut b. punggung tangan kiri d. paha
117
11. Shalat yang dikerjakan setelah terbenam matahari adalah shalat....... a. Dzuhur c. Maghrib b. Ashar d. Subuh 12. Berikut ini adalah sunah shalat, kecuali........ a. mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram b. diam sebentar sebelum dan sesudah membaca Al fatihah c. takbir ketika turun dan bangun selain ketika akan i’tidal d. membaca shalawat atas nabi Muhammad SAW 13. Menyengaja dalam hati untuk melaksanakan shalat disebut……. a. tuma’ninah c. niat b. tertib d. khusyu’ 14. Telah masuk waktu shalat adalah salah satu dari …….. a. syarat wajib shalat c. rukun shalat b. sunah shalat d. syarat sah shalat 15. Apabila dalam shalat meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja, maka shalatnya....... a. batal shalatnya c. tetap sah shalatnya b. sah shalatnya d. tidak batal shalatnya 16. Apabila kita sedang melaksanakan shalat, maka harus dengan sikap....... a. tuma’ninah c. tawadhu’ b. tasamuh d. taqarrub 17. ......... Bacaan diatas adalah potongan dari bacaan.......... a. tasyahud awal c. b. tasyahud akhir d. 18. Membaca salam dalam shalat termasuk.......... a. syarat sah shalat c. b. syarat wajib shalat d.
do’a iftitah duduk diantara dua sujud Sunah shalat Rukun shalat
19.
bacaan disamping adalah bacaan........ a. salam c. sujud b. ruku’ d. i’tidal 20. Shalat yang dikerjakan setelah hilangnya mega merah di sebelah barat sampai menjelang terbitnya fajar disebelah timur adalah....... a. Subuh c. Maghrib b. Asar d. Isya’ 21. Shalat yang dikerjakan ketika matahari telah tergelincir di sebelah barat adalah....... a. Subuh c. Ashar b. Dzuhur d. Maghrib 22. Bacaan diatas adalah bacaan ........ a. ruku’ b. i’tidal 23. Gerakan setelah i’tidal adalah....... a. takbiratul ihram
c. sujud d. duduk diantara dua sujud c. sujud
118
b. ruku’ d. sujud 24. Arti dari mukallaf adalah....... a. Setiap mslim yang telah memenuhi syarat c. dewasa b. Setiap muslim besar maupun kecil d. besar 25. Shalat jum’at dilaksanakan pada waktu ....... a. Pada hari jum’at waktu subuh c. waktu dzuhur b. Pada hari jum’at pada waktu ashar d. isya’ 26. Nama lain dari shalat fardhu adalah........ a. Shalat lima waktu yang diwajibkan oleh Allah b. Shalat yang dikerjakan pada malam hari c. Shalat yang dikerjakan pada siang hari d. Seluruh shalat sunah
Duduk diantaranya dua
Setiap
manusia
yang
Orang tidak berhadas
Pada hari jum’at pada Pada hari jum’at waktu
27. Membaca surat Al Fatihah pada setiap rakaat dalam shalat fardhu adalah........ a. Wajib c. Mubah b. Sunah d. tidak sah 28. Selain shalat yang lima waktu itu, shalat wajib yang harus dikerjakan adalah shalat........ a. Tahajud c. Jum’at b. Tahiyatul Masjid d. Rawatib 29. Setelah takbiratul ihram maka selanjutnya disunahkan membaca......... a. Basmalah c. Hamdalah b. Al Fatihah d. Do’a iftitah 30. Shalat jenazah hukumnya ........... a. Sunah muakad c. Fardhu ain b. Fardhu kifayah d. Mubah — Selamat Mengerjakan –
119
Lampiran : Siklus 3 SOAL TES PRAKTIK Materi Mapel Kelas / Semester
: Mempraktikkan Shalat Wajib : Pendidikan Agama Islam : VII / 1
Praktik Shalat Wajib Dalam melaksanakan praktik shalat wajib ada beberapa hal yang harus diperhatikan, sebagai berikut : 1. Kelompok yang sudah ditentukan yang terdiri dari 5- 6 orang menghafal do’a atau bacaan-bacaan di masing-masing rakaat dalam shalat wajib dengan cara apabila salah satu menghafal, yang lain menyimak dan membetulkan yang salah, begitu seterusnya ! 2. Setelah hafal kemudian masing-masing kelompok mempraktikkan atau mendemonstrasikan shalat wajib, salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum. 3. Shalat wajib yang dipraktikkan adalah shalat maghrib.
120