DETERMINAN PENANAMAN MODAL ASING ………………………………………………………………...………...(Joko Susanto)
DETERMINAN PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG DI ASEAN Joko Susanto Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta Jl. Lingkar Utara, Condong Catur, Depok, Sleman E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research analysis the factors’ that determine the foreign direct investment (FDI) in ASEAN’s countries especially Indonesia, Malaysia, Philippine and Thailand during 19902009. Multinational Enterprises’ (MNE) must decide to choose a location for relocating its’ factory by market seeking dan resources seeking strategy. Based on this statement, it can be obtained the regression equation with foreign direct investment is a function of market size, worker’s productivity and infrastructure of road. Statistical data of UNESCAP was used in this research. The regression was base on the panel data model, while the estimation was based on common effects model. This results show that the market size, worker’s productivity and availability of infrastructure road could be an importance consideration for MNE’s in their choice for FDI. Keywords: foreign direct investment, market size, worker’s productivity, infrastructure of road
PENDAHULUAN Penanaman modal asing langsung dipandang merupakan komponen pokok dalam pembangunan ekonomi di negaranegara sedang berkembang. Penanaman modal asing langsung merupakan katalisator dalam pembangunan industri (Markusen, 1997). Dengan pertimbangan manfaat penanaman modal asing langsung terhadap perekonomian negara-negara sedang berkembang, maka pemerintah negara-negara tersebut mengeluarkan kebijakan guna mempermudah investasi. Berbagai kesempatan dan kemudahan diberikan bagi perusahaan-perusahaan multinasional (Multinational Enterprises=MNEs)) untuk melakukan
penanaman modal asing langsung di wilayahnya (UNTACD, 2004). Demikian pula dengan pemerintah negara-negara ASEAN yang melakukan berbagai promosi investasi guna menarik investor asing untuk melakukan investasi di kawasan Asia Tenggara (Uttama, 2005). Beberapa negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand) menawarkan insentif khusus kepada investor asing seperti tax holiday, import duty exemption dan subsidi terhadap infrastruktur. Manfaat penanaman modal asing langsung dapat dirasakan oleh negara penerima antara lain berupa masuknya modal dan teknologi baru, dan meningkatnya employment (Haddad dan Harrison, 1993 : 53). 75
JRMB, Volume 7, No 1 Juni 2012
Sebaliknya perusahaan-perusahaan multinasional juga berupaya untuk mencari lokasi produksi baru yang dipandang lebih menguntungkan. Proses produksi perusahaan multinasional melibatkan kepemilikan, internalisasi dan keunggulan lokasi. Aspek yang terakhir ini merupakan aspek penting sehingga investor harus cermat dalam memilih lokasi produksinya. Pertimbangan pemilihan lokasi akan mencakup berbagai faktor seperti ketersediaan bahan baku, luasnya pasar di negara penerima investasi, biaya transportasi, tingkat pendapatan masyarakat, produktivitas pekerja, ketersediaan infrastruktur, dan kebijakan ekonomi pemerintah setempat (Dunning, 1983). Hal ini berarti antara pemerintah negara-negara ASEAN dan perusahaan multinasional sebenarnya memiliki kepentingan sama. Pemerintah berkepentingan dengan manfaat penanaman modal asing langsung baik berupa pertumbuhan ekonomi, peningkatan employment dan masuknya teknologi baru. Sementara itu, perusahaan multinasional berkepentingan dengan biaya produksi yang lebih murah dan peningkatan pangsa pasar. Selanjutnya penelitian ini akan mengkaji determinan penanaman modal asing di negara-negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand. KAJIAN LITERATUR Perkembangan teori penanaman modal asing langsung mencakup aktivitas perusahaan multinasional baik secara horisontal maupun vertikal. Secara horisontal, pengambilan keputusan pada perusahaan multinasional berupa upaya untuk memperoleh keunggulan dalam supply pasar regional (market seeking). Sementara itu, secara vertikal perusahaan multinasional juga berupaya untuk dapat 76
memperoleh keunggulan biaya produksi dengan cara mengakses sumber daya yang lebih murah (resource seeking) (Uttama, 2005). Pemilihan lokasi berdasar aspek market seeking akan mendasarkan pada pertimbangan faktor-faktor seperti luasnya pasar dan pendapatan masyarakat di negara penerima investasi (Blomström dan Kokko, 2003). Salah satu kriteria luas pasar adalah besarnya produk domestik bruto (PDB). Negara-negara yang memiliki PDB tinggi merupakan wilayah yang potensial sebagai basis untuk melakukan pemasaran. Sementara itu, pemilihan lokasi berdasar aspek resource seeking adalah pertimbangan biaya produksi di negara penerima investasi. Biaya produksi yang lebih rendah merupakan modal bagi peningkatan daya saing produk. Untuk itu perusahaan multinasional akan membandingkan faktor-faktor seperti upah, produktivitas pekerja dan ketersediaan infrastruktur (Kurniati, 2009). Untuk pertimbangan upah pekerja, maka perusahaan multinasional belum tentu memilih negara yang memiliki tingkat upah terendah. Hal ini dikarenakan upah berkaitan dengan produktivitas pekerja (Mamman et al, 1996: 102). Perusahaan lebih berkepentingan dengan produktivitas pekerja yang menggambarkan kemampuan pekerja untuk menghasilkan output. Pekerja yang produktif mampu mengoperasikan peralatan/ kapital dengan lebih efisien sehingga biaya produksi lebih rendah. Bagi sebagian pengusaha, tingkat upah yang rendah akan menurunkan moral pekerja sehingga berdampak negatif bagi kinerja perusahaan (Bewley, 1998). Pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi negara penerima investasi adalah ketersediaan infrastruktur (Easterly dan Rebelo, 1993). Infrastruktur ini mencakup berbagai prasarana fisik seperti jaringan
DETERMINAN PENANAMAN MODAL ASING ………………………………………………………………...………...(Joko Susanto)
jalan raya, pelabuhan, bandara, dan fasilitas komunikasi. Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan penanaman modal asing langsung. Infrastruktur yang memadai merupakan hal esensial karena perusahaan menginginkan akses yang bagus baik terhadap konsumen maupun supplier. Infrastruktur merupakan bagian esensial dalam proses produksi (Naguis dan Tang, 2001). Ketersediaan infrastruktur menyebabkan proses produksi dapat berlangsung dengan lebih efisien. Biaya produksi dapat diturunkan sehingga perolehan laba akan meningkat. Investasi dalam infrastruktur merupakan salah satu upaya untuk menarik masuknya penanaman modal asing langsung. Perusahaan multinasional sangat memperhatikan faktor ketersediaan dan kualitas infrastruktur termasuk infrastruktur jalan. Investasi dalam sarana transportasi misalnya akan membuat perdagangan internasional dapat dilakukan dengan biaya lebih rendah. Biaya transportasi yang murah akan dapat menyebabkan tingginya mobilitas perusahaan (Naguis dan Tang, 2001). Pengembangan infrastruktur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pemerintah untuk menarik masuknya penanaman modal asing langsung (Kumar, 2001). Perusahaan multinasional akan mempertimbangkan efisiensi biaya produksi dalam merelokasi industrinya. Luasnya pasar, ketersediaan pekerja yang produktif dan ketersediaan infrastruktur merupakan faktor penentu bagi masuknya penanaman modal asing langsung. Selanjutnya penelitian ini mengajukan hipotesis bahwa luas pasar, produktivitas pekerja, dan infrastruktur jalan di ASEAN (Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand) merupakan faktor yang menentukan bagi penanaman modal asing
langsung yang masuk ke negara-negara tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data dari publikasi United Nations Economic Social Commission for Asia and the Pasific (UNESCAP) yang terdapat pada website http://www.unescap.org. Data yang digunakan mencakup jumlah penanaman modal asing yang masuk ke negara-negara Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand, dan produktivitas pekerja dan kondisi infrastruktur di keempat negara ASEAN tersebut selama periode 1990-2009. Berikut akan dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel. Penanaman modal asing langsung adalah keseluruhan penanaman modal asing langsung yang masuk ke negara Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand. Satuan yang digunakan adalah juta dollar AS. Luas Pasar diproksi dengan Produk Domestik Bruto yang menggambarkan besarnya pendapatan masyarakat di ASEAN (Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand). Produk domestik bruto diukur berdasarkan harga konstan tahun 2005 dan dinyatakan dalam milyar dollar AS. Produktivitas pekerja adalah ratarata nilai tambah yang dihasilkan oleh tiap-tiap sektor ekonomi dibagi jumlah pekerja pada sektor bersangkutan. Satuan yang digunakan adalah ribu dollar AS per pekerja per tahun. Infrastruktur adalah prosentase panjang jalan yang telah beraspal di negara Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand. Satuan yang digunakan adalah persen. Penelitian ini meliput kondisi empat negara ASEAN mulai tahun 1990 sampai dengan 2009. Cakupan negara dibatasi pada negara Indonesia, Malaysia, Philipina 77
JRMB, Volume 7, No 1 Juni 2012
dan Thailand, dengan pertimbangan bahwa keempat negara tersebut memiliki karakteristik yang relatif sama sehingga perilaku tiap-tiap negara relatif sama. Hal ini berarti data penelitian merupakan data panel atau gabungan data runtun waktu dan belah silang. Penggunaan data panel mempunyai keunggulan dibandingkan data runtun waktu atau belah silang murni. Penggunaan data panel akan menaikkan derajat kebebasan dan mengurangi kolinieritas antar variabel penjelas sehingga menghasilkan koefisien estimasi yang efisien. Data panel juga dapat mengontrol heterogenitas individual dan mengurangi bias akibat agregasi beberapa unit belah silang (Baltagi, 2003: 5). Selanjutnya, dalam ilmu ekonomi ketergantungan suatu variabel terikat atas variabel – variabel bebas jarang yang bersifat seketika. Sangat sering variabel terikat bereaksi terhadap variabel bebas dengan suatu selang waktu (Gujarati : 2003) Selang waktu tersebut dinamakan lag. Analisis regresi perlu memperhatikan adanya selang waktu (lag) tersebut. Dengan kata lain diwujudkan dalam suatu bentuk model dimanis. Model dinamis diperlukan karena variasi variabel endogen pada periode yang berlaku tidak hanya ditentukan oleh variasi variabel eksogen dalam periode yang sama. Variabel endogen perlu selang waktu (lag) untuk menanggapi variabel eksogen. Salah satu isu penting dalam pembentukan model dinamis adalah penentuan panjang lag. Model regresi dengan lag yang terlalu pendek berisiko terjadi kesalahan spesifikasi (mispecified), sedangkan model regresi dengan lag terlalu panjang berakibat terjadinya pengurangan derajat kebebasan. Guna memilih panjang lag yang tepat, maka penentuan panjang lag dalam penelitian ini menggunakan kriteria Akaike (AIC). Kriteria AIC unggul dan mampu 78
memprediksi panjang lag dengan lebih baik (Liew, 2004). Sementara itu, untuk mengetahui apakah suatu set variabel berkointegrasi ataukah tidak maka dilakukan uji kointegrasi. Pendekatan ini berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antar variabel ekonomi seperti dikehendaki teori ekonomi. Uji kointegrasi menggunakan model yang dikemukakan oleh Kao (1999). Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi data panel. Analisis dilakukan berdasar model regresi berikut. Yit b0 b1 X 1it b2 X 2it b3 X 3it u it ...(1) Y adalah penanaman modal asing langsung; X1 adalah luas pasar; X2 adalah produktivitas pekerja; X3 adalah presentase jalan beraspal; i adalah dimensi belah silang (negara); t adalah dimensi runtun waktu (tahun); b1 , b2 dan b3 adalah koefisien yang merepresentasikan respons terhadap penanaman modal asing langsung dari variabel luas pasar, produktivitas pekerja, dan infrastruktur jalan. Tanda koefisien yang diharapkan dari Persamaan (1) adalah b1 > 0, b2 > 0 dan b3 > 0. Model regresi data panel berbeda dengan regresi runtun waktu. Perbedaan ini terlihat pada efek individual ditunjukkan oleh intercept yang bersifat spesifik untuk setiap unit belah silang (Gujarati, 2003: 642). Akan tetapi efek individual ini juga dimungkinkan sama untuk semua unit belah silang. Untuk memilih model yang lebih unggul apakah intercept berbeda-beda atau intercept sama dilakukan uji F terkendala (Baltagi, 2003 : 14). Apabila hasil pengujian menunjukkan Fhitung < F tabel maka model dengan intercept sama lebih unggul daripada model dengan intercept berbeda, dan sebaliknya.
DETERMINAN PENANAMAN MODAL ASING ………………………………………………………………...………...(Joko Susanto)
Selanjutnya apabila hasil uji F terkendala menunjukkan model yang lebih unggul adalah model dengan intercept berbeda untuk setiap unit belah silang, maka dikenal model fixed effects dan random effects. Untuk mengetahui model yang lebih baik apakah fixed effects ataukah random effects digunakan uji Hausman.
HASIL PENELITIAN Hasil pengujian kointegrasi dengan model Kao menunjukkan adanya penolakan terhadap hipotesis H0 yang menyatakan tidak adanya kointegrasi. Dengan demikian variabel-variabel dalam model berkointegrasi atau memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang (Tabel 1). Residual yang dihasilkan dari model regresi ini bersifat stasioner I(0).
Tabel 1. Hasil Pengujian Kointegrasi Kao Nomor 1.
Nilai Statistik Kao -1,939 *)
Probabilitas 0,026
Keterangan: *) signifikan pada (α = 5% ) Setelah diketahui bahwa variabelvariabel dalam model berkointegrasi, maka selanjutnya dilakukan uji F terkendala untuk memilih model yang lebih unggul apakah model dengan intercept berbedabeda atau intercept sama. Hasil pengujian F terkendala menunjukkan nilai F hitung sebesar 0,931. Sementara itu nilai F tabel ( 5% ) sebesar 2,758. Hal ini berarti Fhitung < F tabel sehingga model dengan intercept sama lebih unggul daripada model dengan intercept. Oleh karena model yang unggul adalah model dengan
intercept sama untuk tiap unit belah silang maka tidak dilakukan pengujian Hausman. Langkah selanjutnya adalah menentukan panjang lag yang tepat. Berdasar kriteria Akaike, maka panjang lag yang tepat adalah 1 tahun (Tabel 2). Panjang lag sebesar 1 tahun menghasilkan nilai Akaike terendah. Dengan demikian estimasi berdasar lag sebesar 1 tahun akan mampu menghindari kesalahan spesifikasi (mispecified) model akibat lag terlalu pendek dan pengurangan derajat kebebasan akibat lag terlalu panjang.
Tabel 2 Hasil Penentuan Panjang Lag Nomor Panjang Lag Nilai Akaike 1 1 1*) 18,019 2 1 2 18,084 3 2 2 18,486 Keterangan: *) panjang lag optimum Setelah panjang lag yang tepat diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mengestimasi persamaan regresi.
Melalui pengujian redundant coefficient guna mereduksi paramater-paramater yang tidak signifikan diperoleh hasil estimasi 79
JRMB, Volume 7, No 1 Juni 2012
sederhana. Hasil pengujian redundant coefficient menunjukkan F hitung lebih kecil daripada F tabel ( 5% ) sehingga
tidak signifikan (Tabel 3). Dengan demikian model reduksi dapat digunakan sebagai dasar analisis (Tabel 4).
Tabel 3 Pengujian Redundant Coefficient No.
Variabel direduksi
1. X1,t-1, X2i,t-1, dan X3,t
F hitung 2,314
F tabel 5% 2,525
Kesimpulan Model reduksi tidak ditolak
Tabel 4 Hasil Estimasi No.
Variabel
Koefisien
t-statistik
1. -1280,041 -1,382 C 2. 7,984 1,763)* X1i,t 3. 73,889 1,912)* X2 i,t 4. 38,919 3,105)* X3 i,t-1 Keterangan: Adjusted R2 = 0,301 dan *) signifikan pada (α = 5% ) PEMBAHASAN Variabel luas pasar (X1i,t), produktivitas pekerja (X2i,t) dan infrastruktur jalan tahun sebelumnya (X3i,t1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing langsung di keempat negara ASEAN. Sementara itu, intercept tidak signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila di suatu negara tidak terdapat pasar, produktivitas pekerja dan infrastruktur jalan, maka tidak akan ada penanaman modal asing langsung yang masuk ke negara tersebut. Pertambahan luas pasar (X1i,t), yang diproksi dengan PDB, sebesar 1 milyar dollar AS akan mengakibatkan kenaikan jumlah penanaman modal asing langsung sebesar 7,984 juta dollar AS, cetiris paribus. Kenaikan PDB menunjukkan 80
t-tabel (α =5%) -1,645 1,645 1,645 1,645
kenaikan daya beli sehingga permintaan akan barang dan jasa meningkat. Negaranegara yang memiliki PDB tinggi merupakan wilayah yang potensial sebagai basis pemasaran. Motif untuk mendapatkan pelanggan baru merupakan dorongan bagi perusahaan multinasional untuk melakukan investasi di luar negeri. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa luas pasar merupakan faktor penentu bagi masuknya penanaman modal asing langsung ke negara-negara ASEAN. Sementara itu, produktivitas pekerja (X2i,t) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing langsung. Koefisien regresi produktivitas pekerja sebesar 73,889 menunjukkan bahwa apabila produktivitas pekerja naik sebesar 1 ribu dollar per pekerja, maka penanaman modal asing
DETERMINAN PENANAMAN MODAL ASING ………………………………………………………………...………...(Joko Susanto)
langsung akan mengalami kenaikan sebesar 73,889 juta dollar, cetiris paribus. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa produktivitas pekerja di negara-negara ASEAN merupakan faktor penentu bagi masuknya penanaman modal asing langsung ke negara tersebut. Peningkatan produktivitas pekerja menunjukkan peningkatan jumlah output yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja. Peningkatan produktivitas pekerja akan menurunkan biaya tenaga kerja per unit output. Penurunan biaya tenaga kerja dapat menurunkan biaya produksi. Industri dengan biaya produksi rendah akan dapat bersaing sekaligus meningkatkan pangsa pasarnya. Peningkatan pangsa pasar membuat perusahaan dapat menikmati economies of scale sehingga perolehan laba meningkat. Sementara itu, infrastruktur jalan tahun sebelumnya (X3i,t-1), yang diproksi dengan persentase jalan diaspal, berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing langsung. Apabila prosentase jalan diaspal tahun sebelumnya naik sebesar 1 persen, maka penanaman modal asing langsung tahun berjalan mengalami kenaikan sebesar 38,919 juta dollar, cetiris paribus. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa ketersediaan infrastruktur jalan di negara-negara ASEAN merupakan faktor penentu bagi masuknya penanaman modal asing langsung ke wilayah tersebut. Faktor infrastruktur ini dirasa penting karena kegiatan perusahaan tidak akan dapat terlepas dari ketersediaan infrastruktur. Perusahaan perlu memiliki akses baik terhadap supplier maupun konsumennya. Perusahaan memerlukan bahan baku yang harus didatangkan dari daerah lain. Demikian pula perusahaan harus mengirimkan/memasarkan outputnya ke daerah lain. Perbaikan sarana transportasi baik menuju lokasi supplier maupun pasar output dapat menekan biaya pemesanan bahan baku dan pengiriman
barang jadi sehingga biaya total dapat berkurang. KESIMPULAN DAN KETERBATASAN Luas pasar, produktivitas pekerja dan ketersediaan infrastruktur jalan di Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand merupakan faktor penentu masuknya penanaman modal asing langsung di negara-negara bersangkutan. Dalam penelitian ini, variabel infrastruktur diproksi dengan prosentase jalan diaspal. Sementara itu masih terdapat infrastuktur lain yang juga dipertimbangkan oleh perusahaan multinasional. Hal ini dikarenakan keterbatasan data. Publikasi dari UNESCAP tidak menyajikan data infrastuktur secara terperinci. Untuk itu, penelitian berikutnya dapat mencermati aspek infrastuktur berdasar publikasi selain dari UNESCAP.
DAFTAR REFERENSI Baltagi, B. H. 2003. Econometric Analysis of Panel Data. John Wiley and Sons, Bewley, T.F. 1998. “Why Not Cut Pay”. European Economic Review, 42: 459-490. Blomström, M. dan Kokko, A. 2003. “The Economics of Foreign Direct Investment Incentives”. Working Paper, 168, January. Dunning, J.H. 1993. Multinational Enterprises and the Global Economy, Reading: Addison-Wesley. Easterly, W. and Rebelo, S. 1993. “Fiscal Policy and Economic Growth: An 81
JRMB, Volume 7, No 1 Juni 2012
Empirical Investigation”. Journal of Monetary Economics, 32: 417-458. Gujarati, D.N.2003. Basic Econometric. McGraw-Hill, Inc. Haddad, M. dan Ann, H. 1993. “Are There Positive Spillovers from Direct Foreign Investment ? ”. Journal of Development Economics, 42:51-74. Kao, C., 1999. “Spurious Regression and Residual-Based Tests for Cointegration in Panel Data”. Journal of Econometrics, 90: 1–44 Kumar, N. 2001. “Infrastructure Availability, Foreign Direct Investment Inflows and Their Exportorientation: A Cross-Country Exploration”. Working paper, Research and Information System for Developing Countries. Kurniati, Y., Prasmuko, A. dan Yanfitri, 2007. Determinan FDI, Working Paper, WP/06/2007, Bank Indonesia Liew, V. 2004. "Which Lag Length Selection Criteria Should We
Employ?." 33:1−9.
Economics
Bulletin,
Mamman, A., Sulaiman, M. dan Fadel, A. 1996. “Attitude to Pay Systems: an Explanatory Within and Across Culture”, The International Journal of Resource Management, 7: 101121. Markusen, J.R. 1997. “Trade Versus Investment Liberalization”. Working Paper No. 6231. National Bureau of Economic Research. Naguis, R., Paul J. G. and Tang, 2001. “Competing with Public Infrastructure: Ineffective or Unwelcome”, International Conference Faculte des Affaires Internationales, September. UNCTAD, 2004. “World Investment Report: The Shift towards Services”. Uttama, N. 2005. “Foreign Direct Investment in ASEAN Countries: An Empirical Investigation”, Discussion Papers, University of Nantes. UNESCAP, http://www.unescap.org/stat/
82