71
DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kutai Timur. 2001. Siklus Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah. Bappeda Kutai Timur. Sangatta. Balai Penelitian Pertanian Bengkulu. 2006. Paket Teknologi Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit. {
[email protected]}. Bengkulu. [23 januari 2007]. Badan Pusat Statistik Kutai Timur. 2005. Kutai Timur Dalam Angka 2004 – 2005. Bappeda dan BPS Statistik Kutai Timur. Sangatta. Bambang dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Bambang R. 2004. Analisa Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Berg RT, Butterfield RM. 1976. New Concepts of Cattle Growth.. Jhon Willey & Son. New York-Toronto. Blakely dan Bade J. 1993. Yogyakarta.
Ilmu Ternak.
Gadjamada University Press.
Brown, W. E., 1979. Beef Breeding Production and Marketing. Land Books. Bupati Kutai Timur. 2003. Selayang Pandang Daerah Kabupaten Kutai Timur. Humas Kutai Timur. Sangatta: 2003. Campbel JR, Lawrie RA. 1975. Beef Production Guide Veterinary Adveses to the Graziers Asosociation of New South Wales. New York. David FR. 2002. Manajemen Strategis Konsep. Edisi Ketujuh. Education Asia Pte. Ltd. Dan PT Prenhallindo. Jakarta.
Pearson
Dasuki, M. A, J. M. Atmaja., dan B. D. Martanegara. 1981. Peranan Usaha ternak Perah Rakyat Bagi Keluarga Tani di Daerah Pengalengan dan Lembang ditinjau dari Pencurahan Biaya, Tenaga Kerja dan Pendapatan yang dihasilkan. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. Didi BW, Lukman A, Rasyid A. 2003. Integrasi Ternak Dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Di dalam : Sistem Integrasi Kelapa Sawit – Ternak. Prosiding Lokakarya Nasional; Bengkulu, 9 – 10 Sep 2003. hlm 147. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Pembangunan Produksi Peternakan Tahun 2001-2004. Rencana Strategi dan Program. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Pedoman Pengembangan Integrasi Sawit Ternak. Dirjen Bina Produksi Ternak. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Pedoman Pengembangan Kawasan Agribisnis Dirjen Bina Produksi Ternak. Jakarta.
72
[Deptan] Departemen Pertanian. 1993. Buku Pintar Penyuluh. Dirjen Peternakan. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Pembangunan Produksi Peternakan Tahun 2001-2004. Rencana Strategi dan Program. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Pedoman Kerjasama Tekhnis Evaluasi Program/Proyek Pembangunan Peternakan. Ditjen Produksi Ternak. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Analisis Kebijakan Makro Pembangunan Pertanian. (www.deptan.go.id.) .Jakarta. [20 juli 2008]. Dinas Peternakan Jambi 2001. Integrasi Usaha Peternakan dan Perkebunan Kelapa sawit. Makalah Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi pada pertemuan persiapan Working Group on Agriculture and Fisheries. Kerjasama Ekonomi Sub Regional IMT-GT. Jambi. Nopember 2001. Dinas Peternakan Sulawesi Selatan. 2004. Statistik Peternakan Tahun 2003. Makassar. Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Peternakan Kaltim. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Peternakan Kaltim Melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok. Dinas Peternakan Propinsi. Samarinda. Dinas Peternakan Kaltim. 2004. Program Pembangunan Peternakan Kaltim 2003 – 2008. Dinas Propinsi Kaltim. Samarinda. Dinas Perkebunan Kaltim. 2003. Program Pembangunan Perkebunan Kaltim. Dinas Perkebunan Propinsi Kaltim. Samarinda. Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak. 1995. Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak. Direktorat
Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan (www.ditjennak.go.id) Jakarta. [14 Nopember 2006].
2006.
Dwiyanto K, Dapot S, Ishak M, I-Wayan M, Soentoro. 2003. Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Di dalam Di dalam : Sistem Integrasi Kelapa Sawit – Ternak. Prosiding Lokakarya Nasional; Bengkulu, 9 – 10 Sep 2003. hlm 11. Elisabeth J. dan Ginting S. P. 2003. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Prosiding Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9 – 10 September 2003. Elizabeth J. dan Simon PG 2003. Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Teknologi Pakan Bahan Dasar Hasil Sampingan Perkebunan Kelapa Sawit. [Materi Loakarya]. Bengkulu.
73
Fakultas Peternakan. 1985. Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan Ruminansia Sapi dan Kerbau Potong. Gurnadi E.
1998. Livestock Development In Indonesia. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Peternakan di Indonesia. Jakarta.
Guntoro S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Direktur Jenderal Peternakan. 1985. Laporan Akhir Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hadi P.U., Ilham N. 2000. Peluang pengembangan usaha pembibitan ternak sapi potong di Indonesia dalam rangka swasembada daging 2005. Makalah dipresentasikan dalam Pertemuan Teknis Penyediaan Bibit Nasional dan Revitalisasi UPT T.A. 2000. Direktorat Perbibitan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Jakarta. Hammond J. 1979. Farm Animal. Third Ed. Edward Arnold Publisher Ltd. London. Hasnudi. 2005. Peranan Limbah Sawit dan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Terhadap Pengembangan Ternak Ruminansia di Sumatra Utara. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Sumatra Utara. Medan. Hardojowigeno S., Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hax AC, Majluf NS. 1991. The Strategy : Concepts and Process. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Hoda A. 2002. Potensi Pengembangan Sapi Potong Pola Usaha Tani Terpadu di Wilayah Maluku Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Horne M.P dan Stur W. 1999. Mengembangkan Teknologi Hijauan Makanan Ternak Bersama Petani Kecil-Cara Memilih Varietas Terbaik Untuk Ditawarkan Kepada Petani di Asia Tenggara. (Terjemahan). Australian Center For International Agricultural Research (ACIAR). Canberra. Australia. Ibrahim T. M. 2003. Strategi Penelitian Hijauan Mendukung Pengembangan Ternak Kambing Potong di Indonesia. Wartazoa Buletin Peternakan Indonesia. Ishak A. F. 2002. Membangun Wilayah Baru. Penerbit Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Sangatta. Ilroy Mc R.J dan Susteyo 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita. Jakarta. Ilroy Mc. R. J. 1964. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Volume ke2. Susetyo B. Soedarmadi, Kismono I., Harini IS. Penerjemah. Fakultas Peternakan IPB. Pradnya Paramita; 1977. Terjemahan dari An Introduction to Tropical Grassland Husbandry.
74
Jalaluddin S. 2001. Integrated Animal Production in the Oil Palm Plantation. Universiti Pertanian Malaysia. Serdang- Selongor. Malaysia. Johari et al. 2005. Ternakan. Penerbit Teknologi Institut Penyelidikan dan Kemajuan Pertanian Malaysia (MARDI). Kuala Lumpur. Johnson G, Scholes K, Sexty RM. 1989. Exploring Strategic Management. Ontario: Prentice-Hall, Inc. Kanisius A. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Lembaga Usahawantani Malaysia, 2007. Integrasi Ternakan Ruminan. http://iklancentre.com/usahawantani. [14 Januari 2008] Lubis U. Adlin, 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Pematang Siantar Sumatra Utara. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo. Mohamed HA. Halim, Ahmad TM. 1986. Availability and potensial of oil palm atrunks and fronds up to the year 2000. Palm Oil Research Institut Of Malaysia. Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Natasasmita, A dan Mudikjo K. 1979. Beternak Sapi Daging. Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fakultas
Nickols F. 2000. Strategy Is A Lot of Things. http://home.att.net/Nickols/strategy_is.htm [28 Januari 2003]. Nurdin M. H. 2006. Identifikasi Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Lombok Tengah. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gandja Mada University Press. Yogyakarta. Preston TR, dan Leng RA. 1986. Matching Ruminant Production System With Avalilable Resourcesa in the Tropics and sub-tropics. New South Wales. Australia. Pusat Penelitan dan Pengembangan Peternakan. 1980. Kesimpulan sosial ekonomi. Seminar Ruminansia II. Proceeding Seminar Ruminansia II. Puslitabang Bogor. Querke D et al. 2003. Effects of Globalosation and economic development on the Asian Livestock Sector. Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR). Canberra. Australia. Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Reijntjes C., Haverkort B. dan Bayer A.W. 2004. Penerbit Kanisus. Jakarta.
Pertanian Masa Depan.
75
Riady M. 2001. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju tahun 2020. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong. Yogyakarta 8-9 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Reksohadiprodjo S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Universitas Gadja Mada. Penerbit BPFE Yogyakarta. Rusono N. 1999. Sinergis Antar Sub-sektor Dalam Pengembangan Pertanian Terpadu. Seminar Nasional Dalam Rangka Lustrum Fapet UGM. Yogyakrta. Robert GD, Steel, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Penerbit PT. Gramedia Jakarta. Said E.G.,
Intan H. 2003. Jakarta.
Manajemen Agribisnis.
Penerbit PT. Gramedia
Saragih B. 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan. Pusat Studi Pengembangan. Lembaga Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Satya
T.P.N.H. 2001. Pengembangan Kawasan Peternakan. Direktur Pengembangan Peternakan. [Lokakarya]. Jakarta. Nopember 2001.
Sarwono, 1995. Peternakan sapi rakyat pada ekosistem sawah beririgasi di Pulau Lombok NTB. Laporan Penelitian Universitas Mataram. Mataram. Siregar, A. R., S. Soedirman, T. Manurung dan A. P. Siregar. 1981. Budidaya ternak dalam usahatani terpadu di daerah transmigrasi. Prosiding seminar penelitian peternakan. Puslitbang, Bogor. Sitompul, D. M., B. P. Manurung, I. W. Mathius dan Azmi, 2004. Integrasi sapisawit; Daya dukung produk samping dalam pengembangan ternak sapi. Makalah presentasi pada Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak, Denpasar, 20-22 Juli 2004. Sitompul, D. 2003. Desain Pembangunan Kebun Dengan Sistem Usaha Terpadu Ternak Sapi Balesia. Di dalam : Sistem Integrasi Kelapa Sawit – Ternak. Prosiding Lokakarya Nasional; Bengkulu, 9 – 10 Sep 2003. hlm 120. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta. Syamsu J.A. 2006. Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Sulawesi Selatan. [Disertasi] Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Subroto G. 2003. Analisis SWOT Tinjauan Awal Pendekatan Manajemen. Sugeng. YB. 1992. Sapi Potong. Penebar Sawadaya. Jakarata. Sutanto R.
2004. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius Jakarta.
Suryahadi. 2006. Manajemen Lingkungan dan Sumber daya Peternakan. [materi kuliah]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
76
Susanto et al. 2001. Peta Pengembangan Kawasan Ternak Ruminansia di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jakarta. Soeparno. 1993. Ilmu dan Teknologi Daging. Penerbit Gadja Mada University Press. Yogyakarta. Soepardi. 1983. Ciri dan Sifat Tanah. [buku ajar]. Lembaga Penerbitan Kampus Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Solihin D. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Penerbit PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta. Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. O. Beaton. 1985. Soil Fertilizers. 4th . edition. Mac Millan Publishing Company, New York. Tawaf R. 2006. Persfektif Kecukupan Daging 2010. Materi Seminar Sehari Menyoal Swasembada Daging 2010. Hiwacana Peternakan IPB. Bogor. Tjiptono Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Penerbit ANDI Yogyakarta. Umiyasih U, Anggraeny Y. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan Dengan Ternak ; Tinjauan Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan Perkebunan Sawit. [Materi Lokakrya]. Bengkulu. Wahyudi AS. 1996. Manajemen Strategik : Pengantar Proses Berpikir Strategik. Jakarta Binarupa Aksara. Jakarta. Wijaya E, Utomo BN. 2006. Pemanfaatan Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Yang Berupa Solid Untuk Pakan Ternak (Sapi, Domba, Ayam). BPTP Kalteng. Kalteng. Wiyono D. B., Affhandy L. dan Rasyid A. 2003. Integrasi Ternak dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Sistem Integrasi Sapi – Sawit. Bengkulu 9 – 10 September 2003. Wiyatna M. F. 2002. Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. (Tesis). Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Yulistiawati D. Dan Puastuti W. 2008. Eksplorasi Hutan untuk Perkebunan Kelapa Sawit dan Integrasinya dengan Ternak. Makalah Seminar Nasional Bioetika. Bogor 29 Mei 2008. Bogor.
Lampiran 1 Gambaran keadaan letak geografis dan demografi masing-masing kecamatan di Kutai Timur. No
Kecamatan
1
Sangkulirang
2
Sandaran
3
Kaliorang
4
Bengalon
Letak geografis batas dan demografi
Karakteristik
Utara : Utara :Berau Selatan : Kec. Kaliorang & Kec Bengalon Timur : Kec. Sandaran Barat : Kec. Ma. Wahau & Kec. Bengalon Luas wilayah adalah : 5.6137,88 km2 Jumlah Penduduknya : 15.698
- Kelerengan : 2-5 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 0 - 3000 mm/tahun - Jumlah hari hujan : 129 hari/tahun
Utara : Kab. Berau Selatan : Selat Makassar Timur : Selat Makassar Barat : Kec. Sangkulirang Luas wilayah adalah : 380.354 Ha Jumlah Penduduknya adalah : 5.170
- Kemiringan : 15-40 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 0 - 2500 mm/tahun - Jumlah hari hujan : 129 hari/tahun
Utara : Kec. Sangkulirang Selatan : Selat Makassar Timur : Selat Makassar Barat : Kec. Bengalon Luas wilayah adalah : 53.796 Ha Jumlah Penduduknya : 14.870
- Kemiringan : 15-40 % - Suhu Udara : 5 - 7 Celcius - Curah hujan rata-rata : 0 - 2000 mm/tahun - Jumlah hari hujan : 98 hari/tahun
Utara : Kec. Sangkulirang Selatan : Kec. Sangatta Timur : Kec. Kombeng & Kec. Ma. Wahau Barat : Selat Makassar Luas wilayah adalah : 339.624 Ha Jumlah Penduduknya : 11.833
- Kemiringan : 0 - 2 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 2000-2500 mm/tahun
77
5
Muara Wahau
6 Kombeng
7 Telen
8 Ma. Ancalong
9 Busang
Utara : Kab. Berau Selatan : Kec. Telen & Kec Kombeng Timur : Kec. Bangalon & Kec.Sangkulirang Kab. Berau Barat : Kec. Telen dan Kab. Berau Luas wilayah adalah : 339.624 Ha Jumlah Penduduknya : 9.027 Utara : Kec. Ma. Wahau Selatan : Kec. Sangatta Timur : Kec. Telen Barat : Kec. Bengalon Luas wilayah adalah : 57.087 Ha Jumlah Penduduknya : 10.176 Utara : Kec. Ma. Wahau Selatan : Kec. Ma.Ancalong & Ma.Bengkal Timur : Kec. Busang Barat : Kec. Sangatta Luas wilayah adalah : 312.961 Ha Jumlah Penduduknya : 6.137 Utara : Kec Busang & Kec. Telen Selatan : Kec. Tabang & Kembang Jangut Timur : Kec. Ma. Bengkal Barat : Kec. Ma. Kaman Luas wilayah adalah : 312.961 Ha Jumlah Penduduknya : 16.086 Utara : Kec. Telen Selatan : Kec. Ma. Ancalong Timur : Kec. Telen Barat : Kec. Bulungan Luas wilayah adalah : 372.162 Ha Jumlah Penduduknya : 7.752
- Kemiringan : 40 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 2500-3000 mm/tahun
- Kemiringan : 2-40 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 2500-3000 mm/tahun
- Kemiringan : 40 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 2500-4000 mm/tahun
- Kemiringan : 0,2 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 2000-4000 mm/tahun - Jumlah hari hujan : 98 hari/tahun - Kemiringan : 40 % - Suhu Udara : 26 Celcius - Curah hujan rata-rata : 2500-4000 mm/tahun - Jumlah hari hujan rata-rata 130-150 hari/tahun
78
10 Ma. Bengkal
11
Sangatta
Utara : Ma. Wahau Selatan : Kec. Ma. Kaman Timur : Kec. Sangatta & Kt. Bontang Barat : Kec. Ma. Ancalong Luas wilayah adalah : 153.830 Ha Jumlah Penduduknya adalah : 19.153 Sangatta dan sekaligus Ibukota Kabupaten Kutai Timur Luas Wilayah: 3861,26 Km2, meliputi 10,8% wilayah Kabupaten Kutai Timur Demografi (Statistik Tahun 2004): Jumlah penduduk 65.356 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 13 jiwa/km2
Kondisinya masih idominasi oleh hutan dan rawa industri, sedang areal lainnya masih semak, danau, rawa, alang-alang & tegalan
Curah Hujan : 1700-2000 mm/tahun Klasifikasi Lereng : > 15% Rata-rata kedalaman muka air tanah: 80 cm Ketinggian tanah 5-100 meter diatas muka air laut
79
80
Lampiran
2
Komposisi penduduk kecamatan Muara Wahau berdasarkan tingkat pendidikan, keadaan KK dan pengangguran.
Desa
KK
Pen duduk
Buta Huruf
Peng angguran SD
Pendidikan SMP SLTA
PT
Juk Luay
72
276
39
-
151
20
1
10
Nehes Liah Bing
403
1,779
234
-
242
233
232
435
Muara Wahau
1,457
5,627
345
-
343
953
1,943
59
Dabeq
41
136
43
23
32
11
34
Diaq Lay
53
205
43
-
34
38
43
45
Benhes
149
497
45
-
57
25
18
-
Wana Sari
274
1,241
232
-
453
56
90
-
Wahau Baru
260
1,107
171
54
103
151
196
28
Karya Bakti Jumlah
452
1,672
30
355
498
571
59
21
1,904
2,079
3,161
12,540
1,182
5
414
2,593
632
Lampiran 4 Perhitungan produktivitas hijauan makanan mernak di areal kebun sawit. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
HMT Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Brachiaria + Rumput Alam Jumlah
a1 = a/m2 (cm) 34 32 33 33 40 55 47 34 35 41 45 37 60 58 584 41
b1= b/m2 (cm) 12 12 12 11 13 14,5 10 13 12 13 12 12 13 13
C = a1 – b1
Hasil Perhitungan (%)
22 20 21 22 27 40,5 37 21 23 28 33 25 47 45
64.70 62.50 63.63 66.66 67.50 73.63 78.72 61.76 65.71 68.29 73.33 67.56 78.33 77.58
83
81
Lampiran 3 Daya dukung hijauan makanan ternak bahan segar, bersumber dari areal kebun sawit di lokasi Penelitian. 1. Daya dukung hijauan makanan ternaka bahan segar berupa rumput/legume Pengolahan data : a. Produksi HMT setiap m2 bahwa : • Berat segar HMT rata-rata = 115 gram/meter2 • Setiap 1 hektar diasumsikan 8000 meter yang ditumbuhi HMT karena ditanami pohon sawit Jadi = 115 x 8000 = 920.000 gram (920 kg/panen) b. Asumsi bahwa • 920 kg/panen/hektar • 5 kali panen/tahun Jadi 920 x 5 = 4.600 kg/tahun/hektar kebun sawit c. Luas areal sawit rakyat di Kecamatan Muara Wahau 2352 hektar Jadi : 4600 x 2352 = 10.819.2 ton/tahun. Diketahui • Luas Kebun Sawit Rakyat = 2352 hektar • Produksi 10.819.2 ton/tahun • Kebutuhan HMT setiap 1 ST = 10.950 kg/tahun Maka :
DDHMT bahan segar
=
Produksi segar HMT (ton/hektar) = Kebutuhan 1 ST (ton/tahun)
4.60 ton/tahun 1.09 ton/tahun
= 4.2 ST. Maka kemampuan produksi HMT adalah : 1. Kemampuan lahan sawit rakyat kecamatan Muara Wahau adalah = 2352 x 4.2 ST = 9.878.4 ST . 2. Sawit rakyat (bermitra dengan inti) = 13.605.70 hektar dengan kemampuan produksi adalah 4.6 ton x 13.605.70 = 62.586.22 ton/tahun ( 4.2 ST x 13605.70 hektar = 57.143.94 ST) 3. Produksi HMT kebun sawit seluas 314.511 hektar di Kutai Timur adalah 4.6 ton x 314.511 hektar = 1.446.750.6 ton/tahun atau setara dengan 1.320.946.2 ST. 2. Daya dukung produksi HMT pelepah dan daun sawit bahan segar sumber kebun sawit. Diketahui : 1. Pelepah 22/tahun dengan berat 2,2 kg = 48, 4 kg (6.292 kg/hektar/tahun) 2. Produksi daun 0,5 kg/pelepah = 11 kg/pohon/tahun ( 1.430 kg/hektar/tahun) 3. Pohon sawit 130/hektar 4. Luas Kebun Sawit Rakyat = 2352 hektar 5. Komsumsi 1 ST = 30 kg/hari atau 10.950 kg/tahun (1.095. ton/tahun/ST)
82
Maka : Produksi segar pelepah sawit (ton/hektar) a. DDHMT bahan segar = Kebutuhan 1 ST (ton/tahun) 6.2 ton/hektar =
= 5.6 ST.
1.095 ton/tahun Sehingga : • Kemampuan Lahan sawit Muara Wahau = 2352 x 5.6 ST = 13.171.2 ST. • Kemampuan lahan sawit rakyat = 76191.92 ST (13.605.70 hektar x 5.6 ST) • Kemampuan lahan sawit Kutai Timur = 1.761.261.6 ST (514.511 x 5.6 ST) Produksi segar daun sawit (ton/hektar) b. DDHMT bahan segar = Kebutuhan 1 ST (ton/tahun) 1.4 ton/hektar =
= 1.30 ST. 1.095 ton/tahun
Sehingga : • Kemampuan Lahan sawit Muara Wahau = 2352/1.30 = 3057.6 ST • Kemampuan lahan sawit rakyat = 17.687.41 ST (13.605.70 hektar x 1.3 ST) • Kemampuan lahan sawit Kutai Timur = 408.864.3 ST (314.511 hektar x 1.3 ST) 3. Daya dukung total HMT (Rumput/legume, pelepah, daun sawit)sumber areal sawit : Produksi segar rumput/legume, daun, pelepah (ton/hektar) DDHMT bahan segar = Kebutuhan 1 ST (ton/tahun) 12.3 ton/hektar =
= 11, 22 ST. 1.095 ton/tahun
Sehingga kemampuan kapasitas tampung ternak sapi di perkebunan sawit : • Kecamatan Muara Wahau adalah = 26.389.44 ST (11.22 ST x 2352 hektar) • Kebun sawit rakyat adalah = 152.655.95 ST (11.22 ST x 13.605.70 hektar) • Kabupaten Kutai Timur adalah = 3.528.813.42 ST (`11.22 ST x 314511 hektar).
84 Lampiran 5 Perhitungan Kepadatan Ternak Kepadatan ternak dibedakan dalam tiga tipe kepadatan yaitu kepadatan ekonomi, kepadatan usaha tani dan kepadatan wilayah : 1. Kepadatan ekonomi ternak sapi potong di Kutai Timur, diukur dari jumlah populasi/1000 penduduk Populasi ternak ruminansia (ST) Kepadatan Ekonomi : −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−− x Penduduk
1000.
Kriteria yang digunakan yaitu sangat padat >300, padat >100-300, sedang 50-100 dan jarang <50. 17.721,22 ST Kepadatan Ekonomi = −−−−−−−−−−− x 1000 = 95,90 ST/1000 jiwa 184.771 jiwa 2. Kepadatan usaha tani diukur dari jumlah populasi ternak ruminansia per hektar Populasi ternak ruminansia (ST) Kepadatan Usaha Tani = −−−−−−−−−−−−−−−−−− Luas lahan garapan (ha) Luas lahan yang dimaksud adalah luas sawah dan luas kebun di Kutai Timur,
= 17.721,2 ST (314.511 + 125.557 + 10.791,31) = 17.721,2 ST / 450.859,31 ha = 0,03 ST/hektar.
84
3. Kepadatan ekonomi ternak sapi potong di Kutai Timur, diukur dari jumlah populasi/1000 penduduk Populasi ternak ruminansia (ST) Kepadatan Ekonomi : −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−− x Penduduk
1000.
Kriteria yang digunakan yaitu sangat padat >300, padat >100-300, sedang 50-100 dan jarang <50. 17.721,2 ST Kepadatan Ekonomi = −−−−−−−−−−− x 1000 = 95,90 ST/1000 jiwa. 184.771 jiwa 4. Kepadatan usaha tani diukur dari jumlah populasi ternak ruminansia per hektar Populasi sapi potong (ST ) Kepadatan Usaha Tani = −−−−−−−−−−−−−−−−−− Luas lahan garapan (ha)