Denting Piano Xandra [Hiatus] Victoria Alexandra Rahardian, atau yang sering di panggil Xandra adalah seorang anak dari pengusaha sukses bernama Adam Rahardian. Xandra tak pernah mengenal ibunya, karena ibunya telah meninggal di saat setelah melahirkan Xandra. Bahkan ayahnya tak pernah menganggap Xandra ada dan sangat membenci Xandra, karena Istri yang sangat ia cintai meninggal karena melahirkan Xandra. Meskipun ayahnya membencinya, tapi Xandra tetap menyayangi ayahnya. Terlebih setelah ayahnya menikah lagi dan memiliki kakak tiri yang di sayangi oleh ayahnya membuat Xandra iri, membuat Xandra semakin tertekan. Namun, Xandra tetap tegar. Tak ada yang mengetahui kehidupan Xandra yang sebenarnya, karna Xandra selalu menyimpannya di balik senyum ceria di hari harinya. Hanya dengan bermain piano Xandra menunpahkan keluh kesahnya, banginya piano adalah separuh dari hidupnya. Hanya dengan bemain pianolah ia merasa berada di dekat ibunya.
Part 1: PROLOG Dentingan suara piano mengalun indah menyeruak ke seluruh penjuru aula tersebut. Para penonton tak hentinya berdecak kagum dengan mendengar suara nyanyian yang begitu bagus dengan diiringi piano yang mengalun indah. Bahkan ada beberapa orang yang menitihkan air mata karna terhanyut dalam nyanyian dan permainnan piano tetsebut yang penuh haru. Saat lagu selesai di nyanyikan dan dentin piano telah berakhir mengiringi nyanyian tetsebut. Seluruh penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada gadis yang menyanyi dan memainkan piano tersebut. Tak terkecuali seorang pria yang ikut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang tak kalah meriah dengan diiringi derai air mata haru yang masih mengalir dari matanya. Sang gadis pun tersenyum senang saat melihat pria tersebut dan menghampirinya lalu memeluknya dengan erat penuh rasa sayang. "Ayah, terima kasih!" Ucap gadis tersebut dam tetsenyum tulus kepada pria tersebut yang tak lain adalah ayahnya. KRINGGGG!!! "Huaaa!..." seorang gadis tersentak dan terbangun dari tidurnya. "Hahh, cuman mimpi" ucapnya lesu. Hai!. nama aku Victoria Alexandra Rahardian, kepanjanganya hehehe... tapi tenang, panggil aja aku Xandra. Nama ayah aku Adam Rahardian, seorang pengusaha sukses dan pintar. Sedangkan Bunda aku bernama Anneke Alexander, seorang pianis terkenal dengan kecantikan yang dimilikinya. Sayangnya Bunda udah meninggal beberapa jam serelah melahirkan aku. Mungkin itu yang bikin Ayah benci sama aku, tapi aku tetep sayang kok sama ayah, dan aku yakin sebenarnya ayah juga sayang sama aku.
Aku suka main piano, bagi aku piano itu udah kayak separuh nafas aku. Dan kalian pasti tau, itu adalah bakat bunda yang nurun ke aku. Itu sebabnya, kalau aku lagi main piano aku merasa Bunda ada di samping aku, memperhatikan aku yang lagi main piano dengan senyuman yang manis. Yaa, meskipun aku nggak pernah ketemu bunda secara langsung. And this is my story ________________ Hai hai.... A im back again... hohoho... *plakk (auch) T_T Aku datang lagi dengan cerita ke tiga aku. Maaf sebelumnya, mungkin update cerita yang ini agak slow update , mengingat aktivitas aku yang makin padat. Tapi aku usahain update secepetnya kok suer dah... So, mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan. Dan semoga kalian suka sama cerita kau yang satu ini. Hihihi :D » jika ada kritik dan saran, silahkan komentar. Aku terima dengan lapang dada kok. Sekian dan terima kasih
Part 2: 1 Xandra sedang duduk di kursi sambil menikmati jus apel di tangannya. Matanya tak lepas dari ayahnya yang sedang berbahagia di hari pernikahannya, tapi tidak dengan Xandra. Ia hanya tersenyum kecut melihat ayahnya tersenyum di depan istri dan anak tirinya. Xandra berpikir apakah ayahnya dulu juga bahagia saat menikahi ibunya. Lamunan Xandra terbuyar ketika ada yang menepuk pundaknya. "Xan, lo kenapa? Kok muka lo di tekuk gitu. Seharusnya lo bahagia dong, inikan hari pernikahan bokap lo!" Seru Angel Kartika Bouwman sahabat Xandra, atau yang lebih sering di panggil Angel "Enggak, gakpapa kok! Gue cuman sedikit ngantuk aja. Hehehe...!" Ucap Xandra dan tersenyum ceria. "Xandra!" Pangil seseorang. Sandrapun menoleh dan matanya tertuju pada seorang pria. Ya, dia adalah kakak tirinya mulai saat ini yang bernama Reyhan Ananta. "Kenapa Rey?" Tanya Xandra "Di panggil sama ayah, katanya mau foto keluarga" jawab Rey lalu pergi. "Angel, gue pergi dulu ya!" Seru Xandra kepada temannya Angel lalu pergi meninggalkan Angel yang terkejut melihat kakak tiri Xandar. Xandra berjalan menghampiri ayahnya serta ibu tirinya.
"Hai Xandra. Sini sayang!" Panggil ibu tirinya yang senang karena kehadiran xandra. Bernama Andini Liliana. "iya tante" ucap sandra tersenyum lalu menghampirinya. "Jangan panggil tante dong. Sekarang kamu itu anak ibu juga, jadi panggil ibu yah?!" Seru wanita itu sambil tetap tersenyum. "I-iya ibu" ucap Xandra sedikit canggung. "Sudah ayo kita sekarang foto bersama" ucap ayahnya. Mereka pun berfoto bersama, ayahnya yang terlihat lebih muda dari usianya dengan menggunakan tuxedo hitam sangat serasi dengan ibunya yang menggunakan kebaya putih yang terlihat mewah. Sedangkan Rey dengan setelan tuxedo putih yang pas dengan tubuhnya dan Xandra dengan kebaya putih gading yang terlihat elegan di tubuh Xandra. Ayah dan ibunya duduk berdampingan di kursi sedangkan Xandra berdiri di belakang ayahnya dan Ray berdiri di belakang ibunya, dan mereka pun sama sama tersenyum dan Cekrek cekrek cekrek mereka pun menyudahi berfoto bersama tersebut. Seusai berfoto bersama, Xandra langsung berlalu pergi tanpa basa basi kepada ayah, ibu, maupun Ray. Dengan susah payah Xandra menarik rok span bermotif batik yang di kenakannya hingga ke atas lutut supaya bisa mengendarai sepedanya. Xandra pun pergi pulang menuju apartemennya menggunakan sepeda tanpa alas kaki karena heels yang di gunakannya sudah di lepas dan di jinjing olehnya. *** "Xandra...!" Teriakan yang menggelegar seantero sekolah memecah keheningan di sekolah pada pagi hari. "Toa' banget sih lo, ngel!" Seru Xandra kepada angel. "Hehehe... sorry. Gak bisa di rem soalnya" ucap Angel. "Kenapa lo teriak manggil gue?" Tanya Xandara sambil berjalan menuju kelasnya. "Oh iya, tadi malem lo kemana? Gue nungguin lo sampai lumutan tau gak!" Oceh Angel "Gue langsung pulang ke apartemen!" Ucao Xandra santai. "Kenapa lo gak bilang gue? Kan bisa gue anter" ucap Angel "Gue gak mau ngerepotin lo, ngel" ucap Xandra. "Hah, elo mah gitu orangnya. Oh iya tadi lo di cariin sama ketos, katanya kalo gue liat lo, lo di suruh ke ruangan osis sekarang!" Ucap Angel.
Part 3: 2 Xandra sedang berjalan sendirian sambil bersenandung ria dan sesekali menendang kerikil yang ada di jalan. Tin tin tin! Sebuah mobil berhenti tepat di samping Xandra, dan sang pemilik mobil pun mengeluarkan kepalanya
melalui jendela mobilnya. "Woy bray! Mau ikut kagak?" Ajak Johan Berdinatus sahabat Xandra, yang lebih sering dipanggil Johan atau Bro. "Lha, lo ternyata han. Kagak gue lagi ada urusan, lain kali aja ya bro!" Tolak Xandra. "Ya udah deh, gue duluan ya bray!" Pamit Johan lalu pergi meninggalkan Xandra. "Gue sih mau aja ikut, tapi gue di suruh pulang ke rumah alias ke neraka..." gerutu Xandra sambil menendang betu kerikil yang ada di jalan. "Ck, argh... nyebelin ih!" Sungut Xandra. Tiba tiba ada sebuah motor berhenti tepat di depan Xandra. Xandra, yang tekejut berniat memaki orang yang telah membuatnya terkejut namun ia urungkan saat melihat orang tersebut karena dia adalah Ray. "Cepet naik!" Titah Ray Xandra hanya terdiam dengan memasang muka bete nya langsung naik tanpa bicara lagi. Setelah Xandra naik, Ray pun langsung mengendarai motor nya menuju rumah dengan kecepatan di atas rata rata. Sesampainya di rumah, Xandra langsung turun dari motor Ray begitu pula Ray. Xandra memandangi rumah tersebut. Rumah di mana Xandra kecil tak perna di perhatikan oleh ayahnya, hanya di urus oleh bi Ambar pembantunya. "Welcome to the Hell" gumam Xandra "Apa?" Tanya Ray yang mendengar gumaman Xandra. Sedankan xandra tak menanggapi pertanyaan Ray lalu pergi memasuki rumah dan diikuti oleh Ray. "Assalamualaikum, ibu aku pulang!" Teriak Ray memanggil ibunya. "Waalaikumsalam, eh Ray udah pulang. Xandra juga!" Seru ibunya lalu menghapiri Ray dan Xandra. Xandra tidak menanggapi ibu tirinya dan berlalu menuju kamarnya yang ada di rumah itu. Saat bepapasan dengan bi Ambar Xandra langsung tersenyum dan menghampirinya "Hai, bi Ambar!" Sapa Xandra. "Eh, nak Xandra! Tumben ke sini, bibi kangen sama kamu nak" ucap bi Ambar lalu memeluk Xandra. "Hehe... Xandra juga kangen sama bibi!" Ucap xandra lalu membalas pelukan bi Ambar. "Ya udah bi, Xandra ke atas dulu ya" ucap Xandra yang di balas anggukan dari bi Ambar dan xandra pun pergi menuju kamarnya. Tok tok tok Suara ketukan di pintu kamar Xandra membuat lamunannya terbuyar. "Masuk!" Ucap Xandra Ray pun muncul dari balik pintu dan terperangah melihat isi kamar Xandra. Ruangan yang sangat luas, Dengan dinding yang di cat berwarna krem dengan motif bunga mawar berwarna merah dan putih dan langit langitnya di cat dengan warna abu abu gelap bergaris hitam. Di hiasi dengan foto foto dirinya waktu kecil
dan bersama teman temannya, dan ada sebuah foto yang besar berisikan wajah ibunya dan ayahnya serta bayi kecil di gendongan sang ibu, dan yang pasti bayi itu adalah Xandra. "Kenapa lo? Tersepona dengan keadaan kamar gue?" Seru Xandra dari balkon kamarnya. Ray pun tersadar dari kekagumannya akan kamar Xandra yang menurutnya menarik, lalu menghampiri Xandra. "Tersepona, oh maksud lo terpesona? Yah bisa di bilang gitu sih. Soalnya ni rumah semuanya warna putih, coklat dan emas. Dan kamar lo, jauh beda dengan warna yang ada di ruangan lainnya" tutur Ray.
Part 4: 3 Seorang gadis dengan menggunakan baju serba putih sedang berjalan menyusuri area pemakaman umum sambil membawa sebuket bunga mawar putih yang cantik. Setelah menemukan makam yang ia cari, gadis itu pun duduk berjongkok untuk membersihkan makam tersebut dari rumput liar yang tumbuh. setelah bersih, ia pun memanjatkan do'a. Dan meletakkan mawar yang di bawanya di dekat batu nisan makan tersebut. Anneke alexander "Hai bunda?" Sapa Xandra "Maaf ya bun, xandra jarang mengunjungi bunda. Xandra kangeenn banget sama Bunda. Bunda tau nggak, ayah udah nikah lagi loh bun. Aku juga punya kakak tiri, namanya Reyhan. Dan asal bunda tau, Reyhan itu ketua osis di sekolah aku bun" curhat Xandra di depan makam Bundanya. "Bunda, Xandra pengeenn banget ngeliat wajah bunda. Xandra cuman bisa ngeliat dari foto. Dari foto aja cantik apalagi kalau ngeliat langsung. Bunda, coba aja bunda dulu nggak milih ngelahirin aku. Pasti bunda masih hidup di samping ayah, terus ayah nggak mungkin ngebenci aku. Karna Bunda meninggal karna demi ngelahirin aku" celoteh Xandra dengan derai air mata yang tak terbendung lagi. "Tapi Xandra yakin. Suatu saat nanti Ayah pasti nggak benci lagi sama Xandra" ucapnya menyemangati dirinya sendiri dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya. "Ya udah bun, Xandra pulang dulu ya. Nanti Xandra pasti dateng lagi. Dah Bunda!" Ucap Xandra lalu mengusap batu nisan itu lalu pergi dari tempat pemakaman umum tersebu. Setelah dari makam bundanya, Xandra tidak langsung pulang melainkan pergi ke pantai tempat di mana ia bisa mengeluarkan keluh kesahnya. Xandra berdiri di bibir pantai dan merasakan kakinya di sapu oleh ombak sambil merentangkan tangnya dan memejamkan mata merasakan angin yang menerpa wajahnya. Sekilas dalam bayangannya ia melihat bocah lelaki sedang bermain air dengannya saat kecil di pantai tersebut. Xandra membuka matanya, meratapi keadaanya saat ini. Ia bingung siapa bocah lelaki tersebut, ia tidak bermaksud melupakannya. Tetapi keadaan yang membuat ia kehilangan sebagian ingatannya, terutama ingatannya bersama bocah lelaki tersebut. "Hiks, maaf maaf, bukan maksud aku untuk ngelupain kamu, tapi kecelakaan itu yang buat aku luapa sama kamu, hiks... hiks... maafin aku, aku udah berusaha buat nginget kamu, tapi hiks tapi aku nggak bisa hiks..." racau Xandra di dalam tangisannya.
Xandra tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikannya sedari tadi dan melihatnya menangis di balik pohon. Ingin rasanya ia memeluk Xandra dan memberikan ketenangan di dalam pelukannya, tapi ia tidak bisa karena Xandra tak mengingat dirinya sama sekali. "Walaupun kamu lupa sama aku, tapi aku akat tetap ada di samping kamu Vi. Seperti janji kita. Di pohon ini!" Ucap pria tersebut sambil mengusap sebuah ukiran nama yang sudah mulai tertutupi oleh lumut. VIVI & ARI FRIEND FOREVER *** Di sekolah Angel sedang berjalan dengan Andre di koridor sekolah. "Xandra mana ya?" Tanya Angel "Nggak tau gue, tumben belum dateng" jawab Angel "Iya tuh, padahal dia kan yang paling rajin pergi sekolah!" Tukas Angel "Apa dia lagi sakit ya?" Tebak Andre "Mungkin, tapi masa sih dia kan paling anti banget sama penyakit" ucap Angel
Part 5: 4 "KYAAA!!! PANTAI!!!" Sorak Angel senang sambil berloncat loncatan. "Woy, jangan teriak teriak di telinga orang dong!" Omel Andre. "Hehehe ya maaf, abis gue seneng banget. Udah lama nggak ke pantai" ucap Angel. "Dasar, anak kecil!" Seru Andre. Yap, sekarang mereka di pantai. Saat sampai Andre dan Angel langsung lari ke arah pantai seperti anak kecil yang baru pertama kali di ajak ke pantai, norak banget dah pokoknya. Sedangkan Haidar dan Xandra santai saja, karena pantainya pun tidak jauh dari kediaman mereka jadi mereka sering ke sini untuk melepas penat. Xandra merasa senang karena Haidar mengajaknya ke pantai, karna memang saat ini ia sedang ingin refreshing. Xandra pun menghampiri Andre dan Angel yang sedang berdebat beserta Haidar yang membawa gitarnya dari mobil di belakangnya. "Kalian tuh ya, berantem mulu!" Ucap Xandra sambil menjewer telinga kedua sahabatnya itu. "Aduh, aduh, Xandra sakit!" Ucap Angel sambil memegang telinganya "Xandra, telinga gue bisa melar kalo lo tarik kayak gini!" Kali ini Andre berucap juga memegang telinganya yang masih dijewer xandra. Xandra pun melepaskan tangannya dari telinga mereka sambil tertawa.
"Hahaha, makanya. Jangam berantem mulu. Entar gue kawinnin baru tau rasa lo pada!" Canda Xandra. "Oww, mau dong di kawinnin. Sekarang juga nggak papa. Iya kan, ngel!" Ucap Andre menggoda. Plakk! Angel menabok Andre. "Kalo ngomong tu di saring, jangan asal jeplak aja lo. Mau gue tabok lagi lo hah!" Omel angel. Sedangkan Andre malah senyum senyun gaje sambil melihat Angel. "Udah, udah. Jangan berantem. Gue ngajak kalian ke sini itu buat seneng seneng. Wokeh!" Ucap Haidar menginterupsi. "Bener tuh kata Haidar!" Ucap Xandra. Saat mereka berbincang bincang di sebuah pondokan untuk istirahat, tiba tiba Adzan berkumandang. "Eh, udah waktunya Azhar ni. Gue sholat dulu ya!" Ucap Haidar. "Gue ikut!" Ucap Xandra. "Yok! Kita pergi dulu ya!" Pamit Haidar kepada Angel dan Andre. "Iya! Kalo bisa, abis sholat beli makanan ya, gue laper ne!" Seru Andre yang di setujui oleh Angel. "Wokeh, sipp!" Ucap Haidar lalu pergi ke mushola yang ada di sana bersama Xandra. Mereka memang berbeda agamanya. Haidar dan Xandra beragama islam, sedangkan Angel dan Andre beragama kristen. Namun, walau pun ada perbedaan di antara mereka, merka tetap bersahabat dan menghargai satu sama lain dan saling toleransi. Xandra dan haidar pun selesai menjalankan ibadah sholat lalu pergi ke sebuah warung makan. "Bu, nasi bungkusnya empat ya!" Pinta Haidar. "Iya, mas. Tunggu sebentar ya!" Ucap ibu pejual tersebut. "Duduk dulu Xan" ajak haidar "Iya" Tak berapa lama nasi bungkus pesanan mereka pun siap. Setelah membayar mereka pergi menuju pantai tempat Andre dan Angel berada. "ANDRE! ANGEL!" Teriak Xandra sambil melambaikan tangan dan memamerkan bungkusan makanan yang ia bawa. Andre dan Angel yang melihatnya, langsung ngacir ke arah Xandra. "Asek, kita makan. Gue udah laper ni!" Ucap Angel "Makan mulu lo. Ngak takut badan lo melar" ucap Haidar
Part 6: 5
Seorang wanita masuki sebuah apartemen secara diam diam pada pukul 01:22 dini hari. Walaupun dengan pencahayaan yang minim ia masih bisa melihat keadaan apartment tersebu. Seperti sudah hafal dengan letak susunan apartment tersebut, ia langsung meletakkan barang barangnya di tempat seharusnya. Saat wanita tersebut memasuki dapur, ia membuka kulkas untuk mengambil air karena haus. "Gila ni bocah, cuma ada air mineral doang. Gak ada makanan apa!" ucap wanita itu sedikit berbisik. Setelah minum wanita itu langsung masuk kesebuah ruangan. Ceklek Pelan pelan ia masuk dan menapakan kakinya supaya tidak membuat kebisingan dan membangunkan sang putri tidur. Wanita itu pun langsung naik ke atas kasur pelan pelan dan berbaring di samping seorang gadis yang sedang tidur. "Selamat tidur princess, have a nice dream" ucapnya sambil mengelus kepala gadis tersebut. *** Xandra's POV Aku membuka mata saat tebangun. Ya iyalah buka mata masa merem kan udah bangun. Aku pun melihat jam di ponselku. "Jam 04:44 pagi!" Akupun berniat bangun untuk mandi. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang meninpa tubuhku. Dan saat aku melihat se arah sebelah ku... "Huaaa... syaiton!" Aku berteriak lalu meloncat dari kasur. "Hah, mana mana setannya, biar gue tembak!" Ucap seseorang yang aku pikir adalah setan. "Mbak Jennah!" Ucapku tak percaya dengan apa lebih tepatnya siapa yang aku lihat. "Morning princess!" Ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Aku tak membalas sapaan mbak Jennah, justru aku langsung loncat ke atas kasurku dan memeluknya. "Mbak Jen, Xandra kangen!" Ucapku sambil memeluknya. "Mbak juga kangen!" Ucapnya lalu melepas pelukan kami. "Gimana kabar kamu?" Tanya mbak Jennah. "Aku baik mbak!" Ucapku Jennah Antariksa, atau yang sering di panggila mbak Jen, dia adalah kakak sepupuku yang baik kepadaku. Usianya 25 tahun, status singgle (tapi bo'ong), dia udah tunangan. Dan kalian tau tunagannya itu siapa? Dia adalah pak Arsen, iya Arsen Firmansyah guru biologi di sekolah aku. Sedangkan Mbak Jen adalah seorang polisi yang beberapa waktu lalu mendapat tugas di daerah Batam. "Mbak kok udah pulang?" Tanyaku heran "Tugas Mbak udah selesai!" Ucapnya sambil tiduran di kasurku.
"Mana oleh olehnya?" Pinraku sambil menengadahkan tangan. "Oleh oleh terus kamu. Mbak di Batam itu buat kerja bukan liburan" ucapnya "Ya siapa tau kan, bawa oleh oleh. Kan lumayan oleh oleh dari Batam" ucapku sambil cemberut "Hahaha. Udah jangan ngambek, Mbak bawa kok oleh olehnya untuk princess kakak satu ini" ucapnya "Yey!" Seruku kegirangan "Udah, sekarang kamu mandi sana, kamu sekolahkan?. Mbak mau menyambung mimpi . Hahaha!" Ucapnya sambil menarik selimut dan bantal guling untuk di peluknya.
Part 7: 6 Saat ini Xandra sedang berada di rumah utama, sepulang sekolah ia langsung pulang ke rumahnya kerena mengambil beberapa barangnya yang tertinggal di kamarnya beberapa waktu lalu Xandra sedang duduk di depan sebuah piano, ia membuka penutup piano tersebut dan mengelus tuts tuts piano yang mulai berdebu dengan jari tangannya. Xandra pun menekan tuts piano tersebut dan mulai menyanyikan sebuah lagu. Kubuka album biru Penuh debu dan usang Ku pandangi semua gambar diri Kecil bersih belum ternoda Pikirkupun melayang Dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang Tentang riwayatku Kata mereka diriku slalu dimanja Kata mereka diriku slalu ditimang Nada nada yang indah Slalu terurai darinya Tangisan nakal dari bibirku Takkan jadi deritanya Tangan halus dan suci Tlah mengangkat diri ini Jiwa raga dan seluruh hidup Rela dia berikan Kata mereka diriku slalu dimanja Kata mereka diriku slalu ditimang Oh bunda ada dan tiada dirimu Kan slalu ada di dalam hatiku (Melly goeslaw - Bunda)
Xandra menggakhiri lagunya dengan air mata. Ya saat ini Xandra sedang merindukan sang Bunda. Prok prok prok Suara tepuk tangan membuat Xandra tersadar dari lamunannya. Cepat cepat Xandra menghapus air matanya. "Permainan yang bagus. Gue suka!" "Eh, elo Ray! Ada apa?" Tanya Xandra. "Di panngil Ayah, lo di suruh ke ruangannya" ucap Ray "Oke!" Ucap Xandra tak bersemangat. "Ya udah gue pergi dulu. Bye!" Ucap Ray lalu pergi meninggalkan Xandra. Xandra's POV Tok tok tok Aku mengetuk pintu ruangan kerja ayah yang ada di rumah. Jujur saat ini aku sedang gugup karena sudah lama aku tidak bertemu dengan ayah bahkan berbicara berdua dengannya. "Masuk!" Suara dingin ayah terdengar dari dalam. Ceklek Aku membuka pintu dan masuk ke dalam, dapat aku lihat seorang pria berumur sedang duduk di balik meja kerjanya. Tanpa basa basi aku langsung bertanya kepada ayah. "Kenapa anda memanggil saya?" Tanyaku. "Saya hanya minta kamu untuk tidak dekat dekat dengan keluarga baru saya!" Ucap ayah dingin. "Maksud anda?" Tanyaku tak mengerti dengan memasang wajah datarku. Berbanding terbalik dengan jantungku yang sudah berpacu kencang. "Saya minta kamu untuk menjauhi Ray beserta ibunya. Karna saya tidak mau merekan bernasib sama seperti istri saya yang meninggal karena kamu!" Jleb, "Ini maksudnya apa? Apa saya pembawa sial bagi keluarga baru anda? Sampai sampai anda menyuruh saya untuk menjauhi mereka?" Tanyaku dengan suara tercekat. "Kamu memang pembawa sial bagi keluarga saya. Dan kamu juga yang telah membunuh Anne!" Ucap ayah dengan suara tinggi. Jujur aku ingin menangis mendengar ucapan ayah, kakiku terasa seperti jelly jika aku tidak duduk di sebuah kursi, mungkin aku sudah terjatuh.
Part 8: 7
'Bosen. Enaknya ngapain ya...?' Pikir Xandra yang sedang merasa bosan di kelas. 'Apa gue pulang aja ya...?' Pikir Xandra lagi. 'Bolos sekali kali kan nggak papa ya... dari pada gue kayak orang linglung gini' pikiran Xandra sudah mulai nakal, namun tiba tiba Johan datang dan mengejutkan Xandra "Hayo! Ngelamunin apaan lo?!" Teriak Johan di belakang Xandra. "Apaan sih lo! Bikin gue sport jantung aja!" Omel Xandra "Lagian lo ngelamun kayak gitu, ngelamunin yang jorok jorok lo ya..." sergah johan sambil menatap Xandra jahil. PLETAK "Dasar omes lu!" Ucap Xandra seusai menjitak kepala tampan Johan "Aduh... sakit o'on!" Ringis Johan sambil bertanya "Emang lo kenapa sih, dari tadi ngelamun mulu?" "Kagak napa napa, gue lagi bosen aja. Hahhh... Gue pingin pulang" jawab Xandra ogah ogahan "Lagian lo mau ke mana? Mau menyendiri lagi di apartemen!" Tebak Johan. "Ya... nggak tau sih. Yang pasti gue males hari ini, jadi gue pengen balik atau kemana gitu... dah dulu yah bye...!" Pamit Xandra lalu pergi meninggalkan Johan. "Wei... wei... wei... tungguin, gue mau ikut!" Pinta Johan kepada Xandra. "Yok cepetan. Ntar lo gue tinggalin nangis lo!" Ejek xandra "Lo pikir gue bocah!" Bela Johan Dengan cekatan Xandra dan Johan melompati pagar sekolah di bagian belakang setinggi 1,5 meter. "Hup!" "Hup!" Xandra san Johan mendarat dengan mulus. "So, kita mau kemana?" Tanya Johan. "Hmmm, gimana kalo kita ke tampat main billiard aja. Gimana?" Usul Xandra. "Boleh juga. Kita taruhan siapa yang kalah main. Dia harus teraktir yang menang makan sepuas puasnya, gimana?" Tantang Johan. "Oke siapa takut!" Terima Xandra "Oke, kita cabut!" Ajak Johan "Oke bray!" Ucap Xandra lalu mengikuti Johan dan naik ke dalam mobil Johan yang di parkin di luar area sekolah agar saat dia cabut dari sekolah alias bolos. Nggak akan ketahuan. Dari kejauhan, Ray sang ketua osis sekaligus kakak tiri Xandra melihat kelakuan Xandra dan Johan. Namun ia hanya dia tak menegur mereka.
*** Tak tak tak! 3 bola sekali gus masuk ke dalam lubang meja billiard. "Yeeeyyy! Gua menang. Ha hay!" Ucap Xandra kegirangan sambil menari nari tidak karuan. "Biasa aja kali Xan. Lebay amat lo!" Ucap Johan yang tidak teriama akan kekalahannya. "Hallah! Bilang aja lo sirik ama gua, karna ini udah yang ketiga kalinya, dan gue menag berturut turut . Jadi lo harus neraktir gue makan!" Ucap Xandra dengan bangga hati. "Hahhhh... menowpis dah isi dompet gue!" Rutuk Johan. "Yang sabar ya Bray!" Ucap Xandra sambil mengelus kepala Johan seperti anak kecil. "Ya udah deh, sekarang lo mau keman?" Tanya Johan. "Oke, ikut gue!" Xandra dan Johan pun akhirnya pergi ke sebuah Restaurant pilihan Xandra. Kalian jangan heran kenapa mereka bisa masuk ke dalam tempat bermain biliyard, itu karena mereka membawa baju ganti cadangan. Sungguh anak yang nakal.
Part 9: 8 Xandra's POV Sesuai janji yang sudah aku buat sama Ray. Malam minggu, tepatnya malam ini. Aku harus dateng ke rumah the big bos. Awalnya aku mau pake mobil, tapi gue males. Akhirnya aku menggunakan sepeda , karna sekalian aku ingin melihat lihat pemandangan di sekitar. "Sekarang jam 16:46 WIB, masih ada waktu. Gue nyantai dulu ah! " ucapku. Aku berhenti di sebuah danau buatan yang lumayan ramai di kinjungi. Yah maklumlah, inikan weekend. Setelah memarkirkan sepedaku, aku langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. Aku tersenyum saat melihat seorang anak perempuan berusia sekitar 4 tahunan sedang bermain pasir. Ada juga seorang anak laki laki bermain ayunan. Tapi ada yang membuatku iri dengan salah satu anak tersebut, seorang anak kecil berusia sekitar 4 tahun, ia sedang di gendong oleh ayahnya, sedangkan ibunya sedang menyuapinya makanan. 'Andai aja bunda nggak meninggal, mungkin dulu waktu gue masih balita juga bakalan ngerasain yang namanya kasih sayang orang tua' batin ku. Saat sedang asik melamun, aku merasakan ada benda dingin menempel di pipi kananku yang membuat aku langsung melihat kearah kanan, danternyata benda utu adalah ice cream. "Hai!" Sapa seseorang, dan dia adalah haidar. "Hai!" Balasku
"Sendirian aja? Nih buat lo biar nggak ngelamun, ntar kesambet lo" ucap haidar "Hahaha, bisa aja lo. Thanks ya!" Ucapku sambil menerima ice cream dari haidar. Kanlumayan sore sore gini makan ice cream cokalat, hahaha. Setelah itu, Hening. Nggak ada yang memulai percakapan antara aku sama haidar. Sudah 15 menit kita duduk diam dan memakan ice cream, sambil melihat suasana sekitaran danau. "Lo ngapain ke sini?" Tanya haidar, memecah keheningan "Lagi nunggu waktu!" Ucapku asal, karna aku sendiri tidak tau mengapa kau di sini. "Haha. Waktu kok di tunggu. Yang ada waktu itu di kejar!" Ucap haidar "Haha. Seandainya waktu itu bisa di atur, gue pengen balik ke waktu dulu. Sebelum gue di lahirin!" Ucapku menerawang "Maksud lo?" Tanya haidar tak mengerti maksudku "Ah, nggak!" Ucapku sambil memakan ice cream. 'Kok gue ngerasa ada yang lupa ya?' Pikirku, karna aku merasakan lupa dengan tujuanku. Setelah sekian menit aku berfikir akhirnya. PLAKK, aku memukul jidatku. "Astaga! Gue lupa!" Ucapku sambil berdiri "Hah? Lupa apaan?" Tanya haidar. "Ah, sorry dar. Gue ada janji. Jadi gue pergi dulu ya, bye! " ucapku sambil berlari ke parkiran meninggalkan haidar yang kebingungan dengan sikapku. Dengan segera aku menggunakan sepedaku dan meluncur ke tempat tujuan. 'Duh, kenapa gue bisa sampe lupa sih?! Gue kan harus ke rumah buat makan malem bareng. Kalo aja bukan karena janji gue ke Ray, nggak bakal gue mau ke rumah utama!' Ucawo batinku sambil memgayuh sepeda dengan kecepatan semaksimal mungkin. Autor POV saat sedang asik asiknya Xandra mengayuh sepeda sambil bersenandung ria. Tiba tiaba ada seorang anak kecil yang menyebrang tiba tiba. Sedangkan di arah berlawanan ada sebuah sepeda motor yang melaju sangat kencang. "Waduh. Ngapain tuh bocah di jalan sendirian, emaknya juga kemana lagi!" Ucap Xandra Dengan cepat Xandra turun dari sepedanya, lalu menolong anak kecil tersebut dengan memeluk anak tersebut. Namun naas, saat akan berlari ke tepi jalan , Xandra terserempet oleh pengendara sepeda motor tersebut dan membuat Xandra terjatuh, untunglah anak kecil yang berada dalam pelukan Xandra tidak mengalami luka maupun lecet sedikitpun. Sedangkan Xandra mengalami beberapa luka di bagian lutut karna saat itu Xandra menggunakan celana di atas lutut. "Woy, kalo punya anak itu di jaga!" Ucap pengandara sepeda tersebut.
"Yang ada itu elo yg naik motornya hati hati!" Ucap Xandra , namun sang pengendara sepeda motor tersebut langsung pergi. "Dek kamu nggak apa apa?" Tanya seorang bapak bapak. "Enggak pak. Saya baik baik aja kok!" Elak Xandra, sedangkan yang saat ini ia rasakan adalah nyeri pada seluruh tubuhnya. "Kamu yakin?" Tanyanya lagi memastikan. "Iya pak, saya yakin" ucap Xandra meyakinkannya "Emily... Emily...!" Teriak seorang ibu ibu sambil menghampiri anak kecil yang di tolong Xandra. "Ibu... hiks... hiks. Mily takut..." rengek anak kecil tersebut kepada ibunya. "Nggakpapa sayang ibu ada di sini" ucap ibu tersebut sambik memeluk bahkan mencium kening anaknya yang menangis. "Dek terimakasih ya, udah mau nolongin anak saya!" ucap ibu tersebut. "Iya bu. Sama sama, lain kali anaknya jangan di tinggak sendirian ya" ucap Xandra "Iya, sekali lagi terimakasih" ucap ibu tersebut lalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Setelah semua orang bubar, Xandra segera pergi menuju sepedanya dengan langkah sedikit terseok seok. Kreekk! "Gila... pinggang gue rasanya mau copot. Sakit gila!" Ucap Xandra dengan suara seperti berbisik Karna tak sanggup menahan sakit pada tubuhnya, Xandra pun akhirnya pulang menuju apartemennya. Dan melupakan rencana makan malam bersama sekeluarga. *** 'Xandra mana sih? Katanya mau dateng!' Ucap Ray membatin sambil melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 19:00 malam. "Ray, kamu udah bilang kan sama Xandra tentang malam ini?" Tanya ibunya. "Udah ma!. Bahkan Xandra sendiri yang udah janji mau dateng!" Jawab Rayhan. "Udahlah. Ngapain juga sih kamu undang anak itu?" Ucap seorang pria dengan suara yang berat dan tegas. "Tapi kan Xandta anak kamu juga mas!" Ucap ibu Ray. "Mau sampai kapan kami nungguin dia. Mau kamu tunggu sampai lumutan pun dia nggak akan datang!" Ucap ayah Xandra. "Sudah, kita langsung makan saja. Nggak perlu nungguin anak nggak tau diri itu!" Ucapnya lagi. Dengan terpaksa Ray dan ibunya pun mengikuti kehendak Adam, suaminya. Bersambung...
Part 10: PENGUMUMAN!