DARI RANCANGAN AWAL SAMPAI PELENGKAPNYA.
Ketika Yves Saint Laurent ditanya bagaimana dia menciptakan pakaian-pakaiannya yang mengagumkan, dia menjawab: ”Saya menuangkan gagasan-gagasan saya diataskertas, yang kemudian dubuat menjadi sampel, kalau perlu saya merubahnyakembali.” Jika saja hal tersebut sesederhana itu, pasti banyak sekali ribuan orang menjadi perancnag. Tetapi ternyata hanya beberapa orang saja yang benar-benar telah menuliskan sejarah fesyen, yang benar-benar mempunyai kecakapan untuk membuat gagsan-gagsan, setidaknya tidak lebih dari sekilas inspirasi, untuk membuat baju-baju yang menjadi pelopor. Mode mutakhir/haute couture khususnya, yang membutuhkan teknik-teknik memotong yang tinggi ibarat memisahkan gandum dari dedaknya. Meskipun semua fesyen yang diuat pada abad 20 dari serat baju teknologi tinggi, rancangan yang dibantu komputer untuk guntingan-guntingan yang menggunakan laser, baju-baju siap pakai yang berjumlah ratusan ribu potong, dibebrapa tempat, jahitannya masih mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh penemunya. Masih diperlukan orang-orang yang hanal yang mengetahui seluk beluk dari ketepatan seperti Charles Frederick Worth dan Paul Poiret yang menjadi perancang terbaik di masanya. Terobosan membuat rancangan awal, dan dari rancangan awal tersebut sampai kepada artikel-artikel pelengkapnya, selalu sama bagi para perancnag besar. pada awal millenium baru, seperti yang dirintis oleh para pendahulunya sekitar tahun 1900an. Bagaimana suatu koleksi mode terjadi? Gianfranco Ferre, ketua perancang busana Dior dari tahun 1989 sampai 1996 menyelesaikan koleksinya sebagai seorang anak yang sedang dalam „keinginan sesaat‟ (momentary desire). Pada saat seseorang mengambil sehelai kertas dan pensil, orang tersebut tidaklah perlu mempunyai suatu ide yang cemerlang untuk apa yang diinginkannya. Pokoknya ada kebutuhan untuk menuangkan sesuatu. Untuk Pierre misalnya, hal ini bukan bersrti merancnag suatu baju saja, tetapi suatu gerakan secara menyeluruh. Ide bisa saja datang ketika dia sedang duduk, misalnya di tempat penyimpanan arsipnya, sebulan sebelum pagelaran koleksi mode Dior, membolak-balik halaman buku, majalah atau koran-koran lama. Tiba-tiba dia mendapat telepon dari Francois Lesage, raja sulaman yang terkenal, yang bertanya kepadanya: “Apa yang kau khayalkan saat ini?” Langsung Ferre menjawab: “Abad kekaisaran.” Dengan tiba-tiba saja dia teringat akan ribuan imajinasi pada masa Napoleon, tentang baju militer Kaukasia, bayangan seorang wanita yang menggairahkan seperti Josephine de Beauharnais.pada
kesempatan lainnya mereka berbincang-bincang tentang Evita Peron, dan rancangan koleksi Ferre menggambarkan seorang wanita yang tegas dan kuat. Momen awal, gagasan pertama unutk suatu koleksi, sangatlah bersifat individual bagi para perancang. Karya sastra, bioskop, lukisan karya patung, perjalanan, orang-orang asing dan budaya, atau suatu even tunggal dlam kehidupan, bisa menjadi suatu inspirasi bagi seorang perancnag fesyen. Piere Cardin misalnya, terinspirasi rancangan futuristik dengan pencapaian perjalanan ke ruang angkasa yang spektakuler pada tahun 1960an, juga ketertarikannya pada mikroskopi, komputer dan bentukbentuk geometris. Christian Dior menginterpresentasikan tubuh wanita dalam bentuk huruf-huruf, dan ketika John Galliano menciptakan kreasinya yang pertama untuk Dior di tahun 1997, dia tunduk kepada tuan besarnya dengan menciptakan berbagai variasi tema dari Yohji Yamamoto yang mengambil inspirasi gambar foto-foto lama dengan pemandangan tentang kehidupan sehari-hari. Christian Lacroix, terinspirasi oleh periode Barok dengan arsitekturnya yang terkenal, dan juga kemudian Prancis Selatan dan pertandingan adu banteng. Setiap individu tersebut mempunyai pilihan khusus masing-masing. Seni lah yang merupakan suatu gairah besar yang mempersatukan mereka. Paul Poiret menjadi salah seorang teman dekat Paoul Dufi, yang merancang bahanbahan pakaian yang paling baik bagi Paul. Coco Chanel tergila-gila kepada Bauhaus dan Picaso. Sedangkan Schiaparelli begitu memuja Fancais Picabia, Jean Cocteau dan Salvador Dali. Yves Saint Laurent yang sangat terpengaruh oleh kawannya Andy Warhol, menciptakan suatu koleksi PopArt di tahun 1966, dimana dia menggunakn serial telanjang „Great American‟nya Tom Wesselmam‟s. Ditahun 1980 Jean Charles de Castelbajac membuat artis-artis seperti Herve di Rosa, Robert Coba dan Annette Messager menggunakan pakaian-pakaian jadi yang sudah selesai, sebagai kanvas-kanvas mereka/ melukis di atas baju-baju jadi. Seperti juga seni mempengaruhi para perancang fesyen dan mempunyai efek langsung pada penggunaan bahan, maka para perancang pun sering terinspirasi oleh material/bahan-bahan khusus mereka. Suatu gaya sering digunakan sebgai point awal kemungkinan-kemungkinan teknis bahan, misalnya diawal tahun 1960an perkembangan dari bahan lycra menginspirasi perancang untuk menciptakan celana panjang yang membuat tubuh jadi besar/celana longgar dan body stocking, sedangkan di akhir tahun 1980an, bahan fiber seperti polyurethan menciptakan gagasan celana ketat bagian kaki dan celana-celana pendek untuk bersepeda. Kemudian penemuan-penemuan khusus serta
perkembangannya yang sebagian besar datang dari laboratorium penelitian NASA dan dari raja kimia Hoechst dan Rone Poulene, berhasil memungkinkan pembuatan guntingan-guntingan baru dan bentuk-bentuk khusus. Kebanyakan desainer lebih tertarik kepada karakteristik visual tekstil modern daripada kualitas praktisnya. Ketika Azzedine Alaila merancang koleksinya dengan menggunakan anti sters fiber, dia lebih tertarik kepada kilap khusus bahan tersebut daripada ualitas lembeknya. Helmut Lang menggunakan thermofiber, yang bisa berubah warna menurut temperatur, dikarenakan mikrocapsul yang terkandung didalamnya yang sensitif terhadap panas. Dalam hal ini banyak material baru yang terbukti tidak berguna. Thermofiber di dalam pakaian secara nyata berganti warna pada daerah yang temperaturnya sangat tinggi, warna yang berubah yaitu pada bagian bawah lengan dan di bagian selangkangan jadi pakaian yang terbuat dari bahan ini hanya cocok untuk para pemakai yang ingin merangsang gairah. Untuk Sonia Delaunay (1884-1979) yang barangkalilebih terkenal sebagai seorang perancang tekstil daripada seorang artis, kreasi dari material dan fesyen sama, merupakan suatu kesatuan. Pada tahun 1925 dia memperoleh penonton yang sangat besar melalui presentasinya pada World Fair di Paris. Lukisan-lukisan pada bahan yang dipakai, merupakan warna-warna yang berkilau, murni, dengan bentukbentuk geometris. Hal ini juga telah dilakukan oleh para pelukis Rusia pada 20 tahun sebelumnya. Kreasi Delaunay membuat kesan keseluruhan yang memikat yang menurut pendapatnya sesuai dengan penampilan yang modern di jalanan. Delaunay menjadi artis pertama yang bekerja sebagai perancang tekstil sekaligus perancnag fesyen. Pekerjaannya menunjang pekerjaan suaminya yaitu Robert yang juga seorang artis. Yang berani tampil dengan kreasi Delaunay hanyalah para pengikut Avant Garde, seperti mislanya bintang film Hollywood Groria Swansom. Pada mode mutakhir (haute couture) rancangan asli material memberikan inspirasi untuk pembuatan bahan-bahan baru. Christian Lacroix dan timnya misalnya, mengeluarkan kreasi sarang lebah pada Paris Textile Fair Premiere Vision, dimana pabrik pembuat bahan pakaian dari seluruh dunia daatng menggelar karya-karya mutakhirnya. Para penjahit terkenal biasanya menandatangani kontrak pembelian bahan-bahan dengan pabrikpabriktenun di Lyons, Italia, Scotland dan Switzerland. Pada perancang tersebut tidaklah begitu saja membeli bahan yang telah dibuat oleh pabrik-pabrik, mereka justru bekerjasama dengan para pabrik tersebut untuk membuat bahan-bahan rancangan mereka. Kebanyakan rumah mode memilih secara ketat bahan-bahan yang akan digunakan, beberapa bulan sebelum pembuatan
suatu koleksi. Pertama-tama para perancang membuat sketsa rancangannya sampai seribu buah untuk setiap koleksi. Kemudian dia menggambar detil-detil terpenting untuk memberikan penekanan pada features khusus setiap rancangan. Gambar ini haruslah benar-benar dapat dipahami oleh kolega-koleganya yang akan terlibat dalam realisasi rancangan tersebut. Ini tidak berarti bahwa gambar-gambar tersebut harus sempurna, misalnya Christian Lacroix yang mempunyai gagasan-gagsan untuk banyak rancangan sambil tangnnya menggambar seadanya, bertelepon dengan kolega-koleganya, dia mengetahui bahwa koleganya tersebut membutuhkan sketsa yang cepat karena mereka akan menampilkan dasar-dasar yang penting bagi koleksi Lacroix. Produksi suatu gambar akan berjalan normal dalam suatu saat dimana seorang desainer bekerja seorang diri. Seperti paco Pabanne, dia membuat suatu karya dari metal yang dipinjamnya dari sebuah perusahaan pengiriman barang antik. Yang dilakukannya adalah membaringkan seorang model wanita diatas meja, kemudian memotong metal-metal tersebut dan membentuknya, kemudian membungkuskannya langsung potongan-potongan metal tersebut ke tubuh wanita itu yang menyebabkan Coco Chanel berkomentar bahwa itu bukanlah pekerjaan seorang desainer, tetapi seorang pandai besi. Menurut aturan, desainer selalu memnggunakan timnya setelah dia menyelesaikan sketsa-sketsanya. Sampai awal tahun 1990an aturan yang snagat ketat tetap dijalankan, yaitu bila seseornag mempunyai rumah mode, maka para perancang di Paris harus mempunyai satu studio yang mempekerjakan oaling sedikit 20 tukang jahit dan membuat suatu koleksi yang terdiri dari palng sedikit 75 potong. Saat ini jumlahnya sudah dikurang menjadi 50 potong karya yang diwajibkan. Dan lama-kelamaan aturan ini tidak lagi begitu keras sehingga para perancnag seperti Jean Paul Gaultier, Thierry Mugler dan Yosephus Melchior Thimister, yang kadang-kadang hanya menghasilkan kurang dari setengah jumlah yang dibuat kawan-kawannya, diperbolehkan untuk memperagakan karya fesyen mereka sampai akhir tahun 1990an. Poisi terpenting di sebuah studio, dipegang oleh ‟Premierre d‟ Afelier‟ (kepala tukang jahit), dialah tangan kanannya perancang, dimana siperancang menerangkan seluruh
gagasannya
kepada
kepala penjahit
tersebut
sambil
meminta
interpretasinya. Seorang desainer seprti Peiere Cardin, yang bisa menggambar – memotong – kemudan menjahitnya sendiri sangatlah jarang. Oleh sebab itu, kepala penjahit merupakan perantara
utama
antara
courier
studionya.
Dialah
yang
bertanggung
jawab
untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan membebankan tugas-tugas kepada kolega-koleganya dengan setiap tahap proses desain. Dia juga harus menggambar model-model rancangan,
membuat baju-baju menjadi hidup dengan bantuan sketsa orisinilnya. Dia menggunting bahan katun untuk contoh pertamanya, mencobakannya di boneka / dummy, membentunya dengan jarum-jarum pentul, mempersiapkan pola dasar dan membuat prototipe. Dia juga sering bertanggung jawab menyeleksi akhir bahan-bahan, kancing-kancing, dan detail-detail lainnya. Christian Dior mempercayakan eluruh sketsanya, yang tidak disertai dengan detil-detilnya kepada Marguirite Carre, sebagai kepal tukang jahitnya, yang disebut sebagai Dame Couture. Dame inilah yang menterjemahkan sketsa-sketsa tersebut kepada setiap personil yang bekerja di studionya, dia bekerja sebagai otak dan tangan kanan Dior. Bosnya sendiri (Dior) yang selalu mengenakan kaos putih, yang kelihatan seperti seorang ahli bedah daripada seorang perancang fesyen, tidak pernah menyentuh pakaian-pakaian yang sudah dijarumi tersebut. Namun matanya tidak pernah lepas dari stiap detil kecil pun pada saat pengepasan pakaian. Kebanyakan para desainer terkenal seperti Madame Vionnet, Coco Chanel Jacques Fath dan Madame Gres, tidak pernah membuat gambar, tetapi menciptakan dan mencobakan rancangannya langsung ke tubuh seorang model hidup atau kepada boneka. Boneka-boneka para perancang tersebut jarang sekali berubah ukuran-ukuannya karena selama berjalannya abad, mereka ada untuk menghasilkan kecantikan yangideal. Pada masa Dior misalnya, ukuran pinggang malah mengecil dari 23 inchi menjadi 21 nchi (58cm menjadi 53cm). Pada akhir abad 20, mode mutakhir haute couture mempunyai elanggan di seluruh dunia hanya sebanyak 200 saja dibanding pada tahun 1943 sebanyak 20.000. bebrapa rumah mode masih mempunuai boneka-boneka dengan ukuran pelanggan tetap mereka. Boneka ini ditempeli dengan label nama dari pelanggan khusus yang menyelamatkan si pelanggan dengan masa lalu. Dari keharusan setiap kali datng untuk pengepasan. Setiap kali suatu rancangan siap, seorang model mengenakannya sambil menggerak-gerakan tubuhya untuk menguji keindahan / kenyamanan pemakainya. Pada tahap uji coba ini semua halhal disempurnakan, ditambah atau dikurangi, dipasang kembali, ditampah panjangnya atau diperpendek. Hal ini berarti gaun tersebut terus menerus dikerjakan sampai benar-benar memenuhi apa yang diinginkan. Akhirnya gaun yang terbuat dari bahan katun tersebut, yang dinamai toile, selesai dikerjakan, kemudian diserahkan kepada pernacangnya. Hal ini merupakan pertama kalinya bagi perancnag berkesempatan untuk melihat representasi rancangan aslinya dalam tiga dimensi. Pada tahap ini dibuat sebuah prototipe dari bahan yang diinginkan dan sekali lagi dicobakan/dikenakan pada seorang model kemudian dikoreksi sampai benar-benar pas.
Sementara itu tukang renda mengerjakan renda, tukang sulam mengerjakan sulaman, tukang pleats mengerjakan pleats, tukang kancing mengerjakan kancing dan juga penerjaan jalinan pitapita dan menghias. Untuk renda-renda, motif diambil dari sketsa desainer atau dari pola-pola arsip dari pembuat pita Calais yang terkenal, ditransfer ke kertas graph. Rangkaian setiap helai benang diperhitungkan secara matematis bersaman dengan kode macam-macam warna, dimana dimasa kini komputer sangat menolong untuk pekerjaan ini. Para tukang sulam diberi gambar motif yang berwarna juga uraian teknis dari semua material yang digunakan, seperti mutiara, periasan yang berkelip-kelip, bunga-bunga kain, bennag-benang perak dan emas, benang sutera,batu-batuan, pasta, bulu-bulu, manik-manik dan aplikasi. The House of Lesage menawarkan kepada para penjahit couture suatu koleksi dari 250 sampai 300 sampel setiap musimnya. Sampel-sampel ini tentunya sangat penting bagi banyak perancang untuk koleksi mereka. Kata Christian Lacroix: ”Hari dimana Lesage menawarkan koleksinya kepadaku adalah merupakan titik tertinggi pada musim tersebut, sangat menggembirakan dan penuh kesenangan.” Lacroix pun mengemukakan saran tema-tema tertentu kepada Francois Lesage untuk dijabarkan, seperti juga para perancang lainnya. Kreasi-kreasi dan counturer ini sepenuhnya dibuat dengan tangan, seperti pada 100 tahun yang lalu, yang setiap kreasi tersebut membutuhkan waktu ratusan jam. Rekor tertinggi dicapai oleh Yves Saint Laurent, yang pada tahun 1988 gaun ciptaannya ‟Les Iris‟ dan ‟Les Tournesols‟ yang diinspirasi oleh Van Gogh, setiap gaun tersebut membutuhkan waktu 600 jam kerja untuk sulaman, kemudian Karl Lagerfeld yang kreasi ‟Atys‟nya untuk koleksi musim panas Coco Chanel, membuat sibuk para tukang sulamnya selama 1280 jam kerja. Lesage sendiri menggunkan lebih dari 650 pon (325 kg) manik-manik dan 100 ribu perhiasan yang berkelip-kelip setiap tahunnya. Sebuah artikel tunggal bisa memerlukan sampai 100.000 stik jahit dan suatu koleksi bisa membutuhkan waktu 25.000 jam kerja. Pembuat kancing membuat terlebih dahulu prototipe untuk kancing tersebut, kemudian pemilihan bahan kancing, dicor, dipotong lalu diukir engan tangan. Banyak sekali material untuk pembuatan kancingkancing tersebut, misalnya kayu, marmer, plastik, plat emas maupun perak, plat tembaga yang kemudian diukir dan diberi lapisan. Pembuat jalinan pita/ hiasan-hiasan, sisian, jumbai-jumbai dan kuncir-kuncir yang akan digunakan untuk pinggiran-pinggiran kain. Yves Saint Laurent dikenal sebagai pemuja hiasan-hiasan pada kain, oleh sebab itu sejak tahun 1970 koleksinya tidak pernah absen dari hiasan-hiasan tersebut.
Semua pekerjaan sebelum show digelar, dikerjakan secara gotong royong sampai kepada hari pagelaran, yang membutuhkan waktu sekitar enam bulan sejak perancang mengeluarkan desainnya.pada saat pagelaran, semua model berganti pakaian dibelakang panggung, sedangkan sang desainer selalu melakukan koreksi-koreksinya pada menit-menit terakhir sebelum model tampil. Pakaian pengantin muncul di panggung pada bagian akhir, selalu mengikuti tradisi yang sudah dilakukan oleh Paul Poiret sejak tahun 1930an. Paul merupakancv perancang pertama yang menyertakan gaun pengantin pada pagelaran koleksi mode mutakhirnya, setelah dia berhasil menjadikan gaun pengantinnya terkenal untuk seluruh pesta-pesta pernikahan dari satu penjahit saja. Mulai dari pakaian pengantin, pakaian untuk keluarga pengantin, baju pengiring pengantin dan sebagainya. Sementara publik masih mengagumi karya-karya dari para desainer tersebut, mereka sudah mulai memikirkan rancangan pakaian untuk musim yang baru. Suatu saat Lacroix mengatakan sebagai berikut: ”Pakaian pengantin sudah diperagakan. Sang pengantin pun sudah mengenakan gaun pengantinnya. Dia adalah bagai serangga yang terakhir masuk ke kepompongnya. Para peragawati sudah terlebih dahulu melakukan parade dengan semua aksesori yang terpasang ditubuhnya. Ketika pakaian-pakaian tersebut kembali ke balik panggung dari catwalk, mereka tidak ada lagi bagiku. Mereka hanya ada pada saat melakukan perjalanan dari panggung menuju ke catwalk dan kembali lagi.”