1 AWAL DARI SEBUAH KISAH Persahabatan kita telah mengukirkan sebuah sejarah kehidupan. Kita adalah berbeda, namun kita mencoba untuk merangkai perbeda...
AWAL DARI SEBUAH KISAH Persahabatan kita telah mengukirkan sebuah sejarah kehidupan. Kita adalah berbeda, namun kita mencoba untuk merangkai perbedaan ini menjadi sebuah jalinan persahabatan yang kuat. Aku tak pernah menyangka kita dipertemukan atas bingkai KKN. Aku tak pernah berfikir akan bertemu dengan engkau semua. Awal mula pertemuan kita, aku berfikir bagaimana nanti menjalani hidup dengan 20 orang yang berbeda dan ada 20 pemikiran yang berbeda. Aku sulit membayangkannya. Pada pertemuan awal itu, aku hanya berharap semoga pemikiran ku dan pemikiranmu dapat dipertemukan sehingga menghasilkan gagasan yang terbaik. Perjalanan kita dimulai pada tanggal 2 Juli 2013. Aku sangat berat meningggal kan Jogja untuk jangka waktu 2 bulan ini karena Jogja begitu berkesan dalam diriku. Namun aku harus merelakannya demi sebuah KKN yang notabene masuk dalam SKS wajib. Jika tidak wajib, aku tidak akan mengambilnya. Aku masih ingat kawan ketika aku naik truck sendirian, dan kalian naik mobil avanza dan mini bus. Aku masih ingat kawan, kita belum begitu akrab saat itu. Apalagi akrab, kenal namanya saja belum. Ingatkah kawan ketika minggu pertama setiap malam kita mengadakan rapat. Ditemani sebuah anglo, papan tulis, dan suara-suara kita. Kita
menghabiskan malam untuk sebuah susunan program. Kita mencoba untuk merangkaikan ide dan gagasan untuk sebuah tujuan yang satu. Melihat kondisi masyarakat, kita semakin terbenam dengan problema mereka. Nyali kita semakin menciut dan takut. Bahkan kita ingin berjalan mundur dan melupakan asa yang telah kita bangun dari awal. Namun kawan, niatan yang tulus, kita mencoba bangkit dan merubah anggapan itu semua. Kita berdiri dan mencoba berjalan walaupun tertatihtatih.
2
PERBEDAAN BUKAN MENJADI ALASAN Tulisan ini aku tujukan kepada diriku pribadi yang masih terlalu naif dan kepada semua sahabatku. Kepada mereka yang merindukan kebersamaan. Kepada mereka yang selalu menjunjung tinggi persahabatan. Kepada para pejuang yang terus berjalan menembus mimpinya. Menggapai asa yang telah tertanam dalam benaknya. Kedewasaan diperlukan agar kita dapat berdiri dan berbicara Namun kedewasaan juga diperlukan agar kita dapat duduk dan mendengarkan (Gus Mus) Sejenak kita mencoba merenung dan memahami apa yang di katakan Gus Mus. Kita diajarkan bagaimana agar dapat bersikap dewasa. Memahami dan menghargai setiap apa yang dikatakan oleh orang lain. Apa yang mereka katakan sudah selayaknya kita dengarkan walaupun itu tidak sependapat dengan kita. Adat timur mengajarkan kepada kita bagaimana bersikap terhadap orang lain yang berbeda pendapat. Bukan saya menyalahkan salah satu pihak atau bagaimana namun ini adalah pembelajaran kepada kita semua. Apa yang kita lakukan secara tidak langsung sering kali bertabrakan dengan pemikiran orang lain 3
4
LOCAL WISDOM Kegiatan KKN memang banyak memberikan manfaat terutama pada mahasiswa. Kita diajarkan bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat dan merasakan kondisi hidup ditengah masyarakat. Pada awal KKN kita dihadapkan pada kondisi masyarakat yang beragam. Terdapat perbedaan yang terbungkus dalam bingkai saling menghargai. Kemudian saya diajarkan bagaimana bersikap terhadap masyarakat. Saya mencoba untuk mendalami apa yang ada di desa ini terutama dan apa yang ada di dataran tinggi Dieng ini. Banyak informasi yang saya gali di desa ini. Pada minggu-minggu pertama saya telah mencoba mendesain apa yang harus saya dapatkan dan saya gali dari masyarakat. Beberapa hal itu diantaranya adalah kondisi pertanian, budaya masyarakat, sejarah kehidupan di Dieng, dan anak-anak di Dieng. Setiap malam sehabis sholat tarawih saya mencoba melakukan sosialisasi dengan masyarakat. Sarana yang tepat untuk sosialisasi dengan masyarakat di bulan Ramadhan adalah di Masjid/mushola dengan cara ikut nimbrung dengan masyarakat ketika tadarusan. Dari situlah saya mendapatkan banyak informasi yang tidak saya dapatkan dari perangkat desa. Mengenai 5
kondisi pertanian saya banyak mendapatkan informasi bagaimana dulunya kentang itu masuk di daerah Dieng, Berdasarkan penuturan salah satu masyarakat bahwasanya dulunya kentang dieng berasal dari Jawa Barat. Awal mulanya adalah beberapa orang dieng belajar pertanian di daerah Jawa Barat. Pada tahun sekitar 1972 kentang dibawa oleh orang Dieng yang belajar pertanian di daerah Jawa Barat. Kemudian budidaya kentang di Dieng semakin menyebar sampai saat ini. Pada awalnya tanaman kentang tidak memerlukan pestisida dan hanya menggunakan pupuk organik. Bahkan tanaman kentang bisa ditanaman sampai 2 kali. Ketika panen, umbi kentang diambil dan batangngnya di tanaman kembali masih dapat berbuah. Budaya masyarakat Dieng adalah sarung yang melekat di tubuhnya dan anglo yang menemani dalam setiap kali masyarakat berkumpul. Sarung adalah salah satu alat untuk menghangatkan diri dan biasanya digunakan oleh masyarakat ketika sore dan malam hari. Masyarakat Di Dieng selalu menggunakan sarung atau jaket dalam setiap aktifitasnya. Anglo (tungku) adalah alat penghangat yang terbuat dari besi plat yang dibentuk seperti tungku. Anglo digunakan untuk penghangat dan selalu menemani dalam setiap masyarakat berkumpul. Anglo tersebut diberi arang dan nantinya dinyalakan maka disitulah kehidupan dan obrolan 6
masyarakat Dieng berlangsung. Tidak ada satupun rumah di Dieng yang tidak memiliki anglo karena itu merupakan simbol budaya masyarakat. Tidak cukup duduk didepan anglo tanpa ditemani secangkir teh hangat dan sebatang rokok. Sarung (jaket), anglo, teh hangat, sebatang rokok adalah budaya yang sampai saat ini melekat di masyarakat Dieng. Semua itu adalah warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Kehidupan di negeri diatas awan yang memiliki local wisdom yang tak dapat dibeli. Mengenai sejarah kehidupan di Dieng banyak cerita yang simpang siur. Saya mencoba mencari informasi mengenai hal itu. Saya menemui salah satu warga yang cukup dihargai dimasyarakat. Saya menanyakan bagaimana kehidupan masyarakat di Dieng dahulu. Berdasarkan penuturan beliau bahwasanya yang babat alas di Dieng adalah Tumenggung Kala tirta yang pesinggahannya di Balai Kambang. Tumenggung Kala Tirta berasal dari Yogyakarta. Namun makam beliau sampai saat ini