Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 1
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN JASA KULINER BAGI KAUM PEREMPUAN IMPACT OF IMPLEMENTATION TRAINING PROGRAM TOWARD THE IMPROVEMENT OF QUALITY OF CULINARY SERVICES FOR WOMEN Oleh: Suci Hari Mulyani, PLS/PLS, E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan program pelatihan terhadap peningkatan kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul. Dampak pelatihan terhadap peningkatan kualitas layanan jasa kuliner dilihat dari lima dimensi pelayanan jasa, yaitu: (1) dimensi kehandalan, (2) dimensi daya tanggap, (3) dimensi kepastian atau jaminan, (4) dimensi empati, dan (5) dimensi berwujud atau bukti langsung. Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelatihan berdampak positif terhadap dimensi kehandalan, besarnya nilai dampak 4.48, (2) pelatihan berdampak positif terhadap dimensi daya tanggap, besarnya nilai dampak 7.00, (3) pelatihan berdampak positif terhadap dimensi kepastian atau jaminan, besarnya nilai dampak 7.56, (4) pelatihan berdampak positif terhadap dimensi empati, besarnya nilai dampak 5.92, (5) pelatihan berdampak positif terhadap dimensi berwujud atau bukti langsung, besarnya nilai dampak 11.4. Secara keseluruhan pelatihan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan pelayanan jasa kuliner peserta pelatihan, dengan besarnya dampak 40.1200, dan dampak yang paling menonjol terdapat pada dimensi berwujud atau bukti langsung dengan besarnya dampak 11.4. Kata kunci: dampak program, pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa kuliner, desa wisata.
Abstract The objective of this research is to determine the impact of the implementation of the training program to improve the quality of culinary services for women in Tourism Village of Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul. The impact of training toward the improvement of culinary service quality can be seen from five dimensions of service quality, these dimensions are (1) the dimension of reliability, (2) the dimension of responsiveness, (3) the dimension of assurance, (4) the dimension of empathy, and (5) the dimension of tangible. This research is ex post facto approach quantitative. The results showed that (1) the training gave a positive impact toward the dimension of reliability, the value of the impact is 4.48, (2) the training impact positively to the dimensions of responsiveness, the value of the impact is 7.00, (3) the training gave positive impact on the dimension of assurance, the value impact is 7.56, (4) the training gave positive impact on the dimension of empathy, the value of the impact is 5.92, (5) the training positively impact tangible dimension, the value of the impact is 11.4. Overall the training gave positive impact toward the improvement of ability of the culinary service trainees, the value of the impact is 40.1200, and the most prominent impact is on a tangible dimension with the result value of 11.4. Keywords: the impact of program, training to improve quality culinary services, tourism village.
Yogyakarta pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
PENDAHULUAN Daerah
yang
Kabupaten Gunung Kidul memiliki IPM yang
merupakan kota pendidikan masih dijumpai kurang
paling rendah diantara kabupaten lainnya yaitu
meratanya akses pendidikan di masing-masing
71,11. Salah satu indikator dari IPM (Indeks
kabupaten. Hal tersebut terlihat dari kesenjangan
Pembangunan Manusia) yaitu pendapatan per
IPM
di
kapita. Terkait hal ini, terdapat pula data dari BPS
Yogyakarta. Menurut data dari BPS provinsi D.I
D.I Yogyakarta yang menyebutkan pada tahun
di
Istimewa
masing-masing
Yogyakarta
kabupaten/kota
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 2
2011-2012 jumlah penduduk miskin di Kabupaten
meningkatkan
Gunungkidul masih menjadi yang terbanyak ke dua
(Sujarwo, dkk. 2014: 5).
setelah Kulonprogo.
pendapatan
warga
masyarakat.
Layanan kuliner di objek wisata selama ini
Pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa
masih kurang memuaskan pengunjung. Hal ini
kuliner bagi kaum perempuan di Desa Wisata
berkaitan
Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul merupakan
diberikan kepada pelanggan. Produsen mayoritas
pelatihan
masih belum mengetahui standar minimal dalam
yang
termasuk
dalam
usaha
dengan
kualitas
jasa
kuliner
yang
pemberdayaan perempuan dengan memanfaatkan
memberikan
sumber daya yang terdapat di lingkungan sekitar.
pengunjung, sehingga masih terkesan kurang
Hal ini dikarenakan kawasan Desa Bejiharjo telah
profesional. Pelaku usaha kuliner juga masih
menjadi salah satu Desa Wisata yang populer di
minim pengetahuan mengenai penanganan keluhan
D.I Yogyakarta.
pelanggan serta komunikasi yang efektif dengan
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Goa
pelayanan
pelayanan
kepada
pengunjung.
Pindul pada musim liburan akhir tahun 2015 dan
Pelaku usaha kuliner sejatinya memIliki
awal tahun 2016 mencapai 4.000 pengunjung per
pengetahuan dan ketrampilan dasar dalam bidang
hari, jumlah ini meningkat sekitar 20-25 persen
pelayanan jasa kuliner. Seperti menurut Berry
dibanding
2014
(dalam Nasution, 2004: 57) menemukan bahwa ada
(www.krjogja.com, 14/01/2016). Keberadaan atau
lima penentu kualitas layanan jasa. Kelimanya
kunjungan para wisatawan sudah pasti memberikan
disajikan
dampak
pentingnya menurut pelanggan, yaitu:
musim
positif
liburan
dalam
tahun
peningkatan
ekonomi
masyarakat sekitarnya. Obyek wisata di Bejiharjo tentunya memberikan peluang-peluang usaha baru dalam penyedian layanan jasa kuliner. Terkait hal ini, Desa Bejiharjo memiliki banyak produk kuliner yang perlu dioptimalkan. Tidak adanya standar baku dalam resep, menyebabkan cita rasa makanan sering kali berubah-ubah atau tidak ajeg. Selain itu, penyajian makanan lokal tersebut dalam hal pengemasan dan penyajiannya juga masih kurang menarik wisatawan. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan
kekurangmampuan
hal
kaum
ini
perempuan
yaitu Desa
Bejiharjo dalam memproduksi dan memasarkan produk kuliner. Kondisi ini didukung dengan belum tersedianya sentra-sentra produksi dan pemasaran
produk
kuliner
yang
dapat
secara
berurut
berdasarkan
nilai
1. Kehandalan (reliability) kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat 2. Daya tanggap (responsiveness) kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat 3. Kepastian atau jaminan (assurance) pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 4. Empati: kesediaan untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan 5. Berwujud atau bukti langsung (tangibles) penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan materi komunikasi. Program pelatihan yang dilaksanakan yaitu berupa pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa kuliner. Tujuan kegiatan pelatihan adalah 1) membangun kesadaran mengenai layanan kuliner di obyek wisata yang higienis dan berkualitas; dan 2) memberikan pengetahuan dan ketrampilan
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 3
dalam penyediaan layanan kuliner yang higienis
variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat
dan berkualitas yang mendukung pada warga
dimanipulasi. Adapun variabel dalam penelitian
masyarakat di Bejiharjo (Sujarwo, dkk. 2014: 11).
ini yaitu dampak dari pelaksanaan program
Sasaran
ibu-ibu
pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa kuliner
pelaku/penyedia jasa kuliner di Desa Wisata
bagi kaum perempuan di Desa Wisata Bejiharjo,
Bejiharjo, khususnya kaum perempuan yang
Karangmojo,
berada di Dusun Gelaran, Karangmojo dan
menjadi lima kriteria dimensi penilaian dampak
terkoordinasi dengan kegiatan pariwisata Wira
yaitu (1) dimensi kehandalan, (2) dimensi daya
Wisata. Pada penyelenggaraannya sendiri pelatihan
tanggap, (3) dimensi kepastian atau jaminan, (4)
ini masih menemui beberapa kendala, seperti
dimensi empati, dan (5) dimensi berwujud atau
kesibukan yang dimiliki oleh beberapa anggota
bukti langsung.
dari
kegiatan
ini
adalah
Gunungkidul.
Variabel
dirinci
kelompok sasaran sehingga menyebabkan kurang
Responden dalam penelitian ini adalah
optimalnya pembelajaran. selain itu, peralatan
peserta pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa
praktik yang digunakan kurang mencukupi yang
kuliner yang berjumlah 25 orang. Waktu penelitian
menyebabkan
tidak
mendapatkan
pengalaman
semua
warga
belajar
ini dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 31
belajar
secara
Desember tahun 2015. Teknik pengumpulan data
keseluruhan. Berangkat dari kondisi tersebut maka perlu
menggunakan
angket,
dokumentasi.
Analisis
data
dan
kajian
menggunakan
dilakukan penelitian mengenai dampak yang
deskriptif
ditimbulkan oleh program pelatihan peningkatan
memberikan angka berdasarkan pada standar
kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan
mutlak. Langkah selanjutnya adalah melakukan
di Desa Wisata Bejiharjo ini.
analisis deskriptif dan uji beda wilcoxon. Uji
Dampak dari
kuantitatif
observasi,
wilcoxon
tanggap, kepastian atau jaminan, empati dan
tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel yang yang
berwujud atau bukti langsung. Dengan demikian,
saling berhubungan atau dependen.
khususnya bagi kaum perempuan yang menjadi kelompok sasaran.
untuk
dengan
pelatihan ini dilihat dari dimensi kehandalan, daya
dapat diketahui manfaat program pelatihan tersebut
digunakan
dilanjutkan
menentukan
ada
Dasar pengambilan keputusan dalam uji wilcoxon: 1. Jika nilai signifikansi <0,05 maka, ada perbedaan
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kerlinger dalam Emzir (2013: 119) Penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi, atau karena
2. Jika nilai signifikansi >0,05 maka, tidak ada perbedaan Dari ketentuan diatas secara deskriptif dapat dimaknai jika hasil penelitian menunjukkan <0,05 maka terdapat dampak terhadap peningkatan kualitas layanan peserta pelatihan. Apabila hasil penelitian >0,05 maka pelatihan kurang berdampak
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 4
pada upaya peningkatan kualitas layanan peserta
Harr (2008: 11). Indikator tersebut diantaranya,
pelatihan. Setelah didapat data kuantitatif dari uji
ketepatan
wilcoxon, maka data di deskriptifkan agar mudah
kesigapan
dipahami. Dalam analisis deskriptif akan muncul
memberikan
nilai mean secara keseluruhan sebelum dan
pelanggan
sesudah penelitian. Untuk melihat seberapa besar
menentukan kualitas layanan jasa kuliner.
dampak
2. Dimensi Daya Tanggap
pelatihan
dilakukan
dengan
cara
mengurangkan mean jawaban posttest dan pretest.
yang
dilakukan
dengan
menggunakan uji beda wilcoxon two related sample untuk dimensi kehandalan diperoleh hasil:
Sig dimensi kehandalan .000 < 0.05,
sehingga H0 ditolak, dan H1 diterima. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas layanan kuliner pada dimensi kehandalan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Mean ( ̅ ) sebelum pelatihan sebesar 6.04, dan mean ( ̅ sesudah pelatihan sebesar 10.52. Besarnya dampak pelatihan diperoleh melalui pengurangan mean ( ̅
sesudah tes
dengan mean ( ̅ sebelum tes. Jadi, 10.52 – 6.04 = 4.48, sehingga dapat diketahui besarnya dampak pada dimensi kehandalan berdasarkan tersebut adalah 4.48. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan memberikan dampak positif terhadap kualitas layanan jasa kuliner pada
pelatihan
pada
peningkatan
kualitas layanan kuliner dimensi kehandalan terletak
pada
melayani
pelanggan,
senyum
pada
menjadi
beda
saat
melayani
perhitungan
yang
dalam
dilakukan
dengan
hasil: Sig dimensi daya tanggap .000 < 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas layanan kuliner pada dimensi daya tanggap sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Mean ( ̅ ) sebelum pelatihan sebesar 10.20, dan mean ( ̅ sesudah pelatihan sebesar 17.20. Besarnya dampak pelatihan diperoleh melalui pengurangan mean ( ̅ dengan mean ( ̅
sesudah tes
sebelum tes. Jadi, 17.20 –
10.20 = 7.00, sehingga dapat diketahui besarnya dampak pada dimensi daya tanggap berdasarkan tersebut adalah 7.00.Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan memberikan dampak positif terhadap kualitas layanan jasa kuliner pada dimensi daya tanggap. Indikator yang digunakan untuk melihat dampak pada dimensi ini yaitu,
kepekaan
peserta pelatihan untuk menangkap sinyal
dimensi kehandalan. Manfaat
pelanggan,
sample untuk dimensi daya tanggap diperoleh
1. Dimensi Kehandalan beda
dalam
memahami
menggunakan uji beda wilcoxon two related
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji
Uji
dalam
menambah
pengetahuan,
kemampuan, dan ketrampilan dalam tugas. Hal ini didasarkan pada indikator pertanyaan yang dikembangkan dari definisi dimensi kehandalan menurut Zeithaml et.al dalam Ko King Lily
pelanggan bagaimana
membutuhkan caranya
suatu
bantuan,
menangani
keluhan
pelanggan yang beraneka ragam, ketrampilan peserta untuk menyelesaikan masalah baik yang berhubungan dengan pelanggan maupun di dalam
usaha
sendiri,
kecepatan
untuk
menyelesaikan pesanan pelanggan, dan juga
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 5
kebiasaan untuk langsung membersihkan tempat
pengetahuan tentang mengolah makanan dan
makan apabila pelanggan telah selesai makan.
melayani pelanggan masih harus diperhatikan.
3. Dimensi Kepastian atau Jaminan
Karena dari hasil skor jawaban posttest pada
Uji
beda
yang
dilakukan
dengan
soal tersebut masih lebih rendah dari soal lain
menggunakan uji beda wilcoxon two related
dalam dimensi kepastian atau jaminan.
sample untuk dimensi kepastian atau jaminan
4. Dimensi Empati
diperoleh hasil: Sig dimensi kepastian atau
Uji
beda
yang
dilakukan
dengan
jaminan .000 < 0.05, sehingga H0 ditolak dan
menggunakan uji beda wilcoxon two related
H1 diterima. Dari data tersebut
dapat
sample untuk dimensi empati diperoleh hasil:
dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas
Sig dimensi empati .000 < 0.05, sehingga H0
layanan kuliner pada dimensi kepastian atau
ditolak dan H1 diterima. Dari data tersebut
jaminan
dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan
sebelum
pelatihan.
dan
dampak
mengikuti dari
kualitas layanan kuliner pada dimensi empati
peningkatan rata-rata (mean/ ̅ ) dari sebelum
sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.
pelatihan dengan sesudah pelatihan. Mean ( ̅ )
Besarnya dampak dilihat dari peningkatan rata-
sebelum pelatihan sebesar 7.44, dan mean ( ̅
rata (mean/ ̅ ) dari sebelum pelatihan dengan
sesudah pelatihan sebesar 15.00. Besarnya
sesudah pelatihan. Mean ( ̅ ) sebelum pelatihan
dampak
melalui
sebesar 9.24, dan mean ( ̅ sesudah pelatihan
pengurangan mean ( ̅ sesudah tes dengan mean
sebesar 15.16. Besarnya dampak pelatihan
( ̅
Besarnya
sesudah
pelatihan
dilihat
diperoleh
sebelum tes. Jadi, 15.00 – 7.44 = 7.56,
diperoleh
melalui
pengurangan
mean
( ̅
sehingga dapat diketahui besarnya dampak pada
sesudah tes dengan mean ( ̅ sebelum tes. Jadi,
dimensi kepastian atau jaminan berdasarkan
15.16 – 9.24 = 5.92, sehingga dapat diketahui
perhitungan tersebut adalah 7.56.
besarnya
Hal ini
dampak
pada
dimensi
empati
menunjukkan bahwa pelatihan memberikan
berdasarkan perhitungan tersebut adalah 5.92.
dampak positif terhadap kualitas layanan jasa
Hal
kuliner pada dimensi kepastian atau jaminan.
memberikan dampak positif terhadap kualitas
Indikator pertanyaan yang digunakan
ini
menunjukkan
bahwa
pelatihan
layanan jasa kuliner pada dimensi empati.
untuk melihat dampak dari dimensi ini yaitu,
Indikator pertanyaan yang digunakan
kemauan peserta untuk selalu meningkatkan
untuk melihat dampak dari dimensi ini yaitu,
pengetahuan
mengolah
kemudahan
makanan dan melayani pelanggan, menjaga
pelanggan,
kesopanan
kepada
mengusahakan
ketrampilan
yang
mereka
tentang
pelanggan, dalam
berkomunikasi
kesadaran mengerti
untuk keinginan
dengan selalu dan
mengolah
kebutuhan pelanggan, dan selalu berusaha
makanan dan juga kesadaran akan pentingnya
ramah dan memberikan pelayanan yang terbaik
jaminan
untuk pelanggan. Selain itu adapula indikator
makanan
baik
memiliki
dalam
yang
disediakan
higienis/sehat. Kepedulian untuk meningkatkan
kesigapan
peserta
untuk
menghampiri
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 6
pelanggan apabila hendak menambah pesanan
dikembangkan dari teori di atas, kemudian
dan juga memiliki kesabaran saat melayani
disampaikan untuk melihat dampak dimensi
pelanggan.
berwujud atau bukti langsung pada peserta
5. Dimensi Berwujud atau Bukti Langsung
pelatihan. Indikator pertanyaan tersebut yaitu
Uji
beda
yang
dilakukan
dengan
tempat berjualan selalu rapi dan nyaman untuk
menggunakan uji beda wilcoxon two related
pelanggan, selalu menyapu dan mengepel
sample untuk dimensi berwujud atau bukti
sebelum usaha untuk menjaga kebersihan
langsung diperoleh hasil: Sig dimensi berwujud
tempat. Tesedianya tempat sampah, tempat cuci
atau bukti langsung .000 < 0.05, sehingga H0
tangan, menjaga kebersihan peralatan makanan
ditolak dan H1 diterima. Dari data tersebut
dan perlengkapan masak, dan juga peserta selalu
dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan
memperhatikan
kualitas layanan kuliner pada dimensi berwujud
penampilan saat melayani pelanggan
kerapian
dan
kebersihan
atau bukti langsung sebelum dan sesudah
Dari pembahasan keseluruhan dimensi di
mengikuti pelatihan. Besarnya dampak dilihat
atas, dapat diketahui semua dimensi memiliki nilai
(mean/ ̅ )
dari
mean yang berbeda untuk pretest dan posttest. Dari
sebelum pelatihan dengan sesudah pelatihan.
seluruh dimensi hasil mean posttest menunjukkan
Mean ( ̅ ) sebelum pelatihan sebesar 10.08, dan
angka yang lebih besar dari pretest.
Hal ini
mean ( ̅
pertanda
tersebut
dari
peningkatan
rata-rata
sesudah pelatihan sebesar 21.48.
positif,
karena
perbedaan
Besarnya dampak pelatihan diperoleh melalui
menunjukkan bahwa ketrampilan yang dimiliki
pengurangan mean ( ̅ sesudah tes dengan mean
peserta setelah pelatihan meningkat dibandingkan
( ̅ sebelum tes. Jadi, 21.48 – 10.08 = 11.4,
sebelumnya.
sehingga dapat diketahui besarnya dampak pada
indikator untuk peningkatan kualitas layanan jasa
dimensi
langsung
kuliner tersebut terdapat satu dimensi yang paling
berdasarkan perhitungan tersebut adalah 11.4.
menonjol perbedaan mean antara pretest dan
Hal
pelatihan
posttest nya, yaitu dimensi berwujud atau bukti
memberikan dampak positif terhadap kualitas
langsung. Selisih mean posttest adalah dua kali
layanan jasa kuliner pada dimensi berwujud
lipat atau 53.07 persen dari mean pretest. Hal ini
atau bukti langsung.
terjadi karena pada dimensi ini seluruh pertanyaan
berwujud
ini
atau
menunjukkan
bukti
bahwa
Dari lima dimensi yang menjadi
Menurut Berry dalam Nasution (2004: 57)
yang merupakan pengembangan dari indikator
dimensi berwujud atau bukti langsung yakni
merupakan hal-hal yang dapat dengan mudah
hal-hal yang berwujud serta dapat dirasakan
dilihat dan dirasakan pada kehidupan sehari-hari
langsung
keberadaannya
oleh peserta pelatihan.
Berwujud
dan
bukti
oleh
langsung
pelanggan. mencakup
Sebagaimana yang telah direncanakan dari
yang
awal bahwa analisis uji dampak dari penelitian
dipergunakan, personil, dan materi komunikasi.
kuantitatif ini akan menggunakan uji wilcoxon,
penampilan
Untuk
fasilitas
pertanyaan
fisik,
pada
peralatan
dimensi
ini
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 7
maka hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada
(servqual). Kelima dimensi menurut Parasuraman
tabel-tabel dibawah ini:
adalah: Kehandalan (reliability), kepastian atau jaminan (assurance), berwujud atau bukti langsung (tangibles), empati (empathy), dan daya tanggap (responsiveness). Dari kelima dimensi tersebut
Tabel 1. Test Statistics (b) Seluruh Dimensi
semuanya sudah terimplikasi dalam kehidupan
Post test - Pre test
sehari-hari peserta dalam melayani pelanggan.
Z
-4.374(a)
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Cerminan dari kelima dimensi tersebut yaitu kualitas pelayanan secara umum khususnya pada pelatihan ini adalah dalam industri kuliner.
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
PENUTUP
Dari tabel uji beda wilcoxon seluruh dimensi di atas dapat diketahui bahwa Sig
Simpulan Berdasarkan
rumusan
masalah,
tujuan
pelatihan peningkatan kualitas layanan kuliner 000
penelitian, dan analisis hasil penelitian ditarik
< 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi
kesimpulan bahwa proses pelatihan memberikan
dapat
perbedaan
dampak positif terhadap kualitas layanan jasa
kualitas layanan kuliner sebelum dan sesudah
kuliner di Desa Wisata Bejiharjo. Besarnya
mengikuti
dampak pelatihan dapat dijelaskan melalui masing-
dinyatakan
bahwa
pelatihan.
terdapat
Pelatihan
memberikan
dampak positif terhadap kualitas pelayanan kuliner.
masing dimensi sebagai berikut:
Besarnya dampak dilihat dari peningkatan rata-rata
1. Dimensi Kehandalan
(mean/ ̅ ) dari sebelum pelatihan dengan sesudah
Nilai signifikansi dengan menggunakan uji beda
pelatihan.
wilcoxon untuk dimensi kehandalan adalah .000.
Mean
( ̅)
sebelum
pelatihan
sebesar
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
43.0000, dan mean ( ̅ sesudah sebesar 83.1200.
pelatihan berdampak pada peningkatan kualitas
Besarnya dampak pelatihan diperoleh melalui
layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di
pengurangan mean ( ̅ sesudah tes dengan mean
Desa
( ̅ sebelum tes. Jadi, 83.1200 – 43.000 = 40.1200,
Gunungkidul
sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya
kehandalan. Besarnya nilai dampak terhadap
dampak pelatihan berdasarkan perhitungan tersebut
peningkatan kualitas layanan pada dimensi
adalah 40.1200. Hal ini menunjukkan bahwa
kehandalan adalah 4.48.
pelatihan memberikan dampak positif terhadap
2. Dimensi Daya Tanggap
kualitas layanan jasa kuliner.
Wisata
Bejiharjo, khususnya
Karangmojo, pada
dimensi
Nilai signifikansi dengan menggunakan uji beda
Dari penyederhanaan 10 dimensi oleh
wilcoxon untuk dimensi daya tanggap adalah
Parasuraman, dkk menjadi 5 dalam Jordy Fortuny
.000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
(2005:135) dimensi yang sekarang lebih sering
pelatihan berdampak pada peningkatan kualitas
digunakan dalam mengukur kualitas pelayanan
layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 8
Desa
Wisata
Bejiharjo,
Karangmojo,
Karangmojo, Gunungkidul khususnya pada
Gunungkidul khususnya pada dimensi daya
dimensi
berwujud
atau
bukti
langsung.
tanggap. Besarnya nilai dampak terhadap
Besarnya nilai dampak terhadap peningkatan
peningkatan kualitas layanan pada dimensi daya
kualitas layanan pada dimensi berwujud atau
tanggap adalah 7.00.
bukti langsung adalah 11.4. Dari kelima dimensi di atas, terdapat satu
3. Dimensi Kepastian atau Jaminan
dimensi yang nilai dampaknya paling besar, yaitu
Nilai signifikansi dengan menggunakan uji beda
dimensi berwujud atau bukti langsung. Nilai mean
wilcoxon untuk dimensi kepastian atau jaminan
posttest adalah dua kali lipat atau 53.07 persen dari
adalah .000. Dengan demikian dapat dinyatakan
mean pretest, sehingga membuat dampak dimensi
bahwa pelatihan berdampak pada peningkatan
ini lebih menonjol dari dimensi lainnya. Secara
kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum
keseluruhan lima dimensi layanan didapatkan
perempuan
Bejiharjo,
signifikansi uji beda wilcoxon senilai .000. Dari
Karangmojo, Gunungkidul khususnya pada
nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan
dimensi kepastian atau jaminan. Besarnya nilai
berdampak positif terhadap kemampuan peserta
dampak terhadap peningkatan kualitas layanan
dalam layanan jasa kuliner secara keseluruhan.
pada dimensi kepastian atau jaminan adalah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
7.56.
keseluruhan pelatihan berdampak positif terhadap
di
Desa
Wisata
4. Dimensi Empati
peningkatan kualitas layanan jasa kuliner, dan
Nilai signifikansi dengan menggunakan uji beda wilcoxon untuk dimensi empati adalah .000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pelatihan berdampak pada peningkatan kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di Desa
Wisata
Bejiharjo,
Karangmojo,
Gunungkidul khususnya pada dimensi empati. Besarnya nilai dampak terhadap peningkatan kualitas layanan pada dimensi empati adalah 5.92. 5. Dimensi Berwujud atau Bukti Langsung Nilai signifikansi dengan menggunakan uji beda wilcoxon untuk dimensi berwujud atau bukti langsung adalah .000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pelatihan berdampak pada peningkatan kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di Desa Wisata Bejiharjo,
besarnya nilai dampak yaitu 40.1200. Saran 1. Pihak Penyelenggara Program a. Penyelenggara memantau perkembangan peserta pelatihan, baik dari segi usaha yang mereka miliki maupun ketrampilan dan pengetahuan dalam melayani pelanggan. b. Penyelenggara memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta pelatihan agar mampu
merintis,
mengembangkan
usahanya dan juga mengaplikasikan seluruh pengetahuan
dan
ketrampilan
dalam
layanan jasa kuliner. 2. Kelompok Sasaran Program a. Kelompok
sasaran
program
memiliki
komitmen yang kuat untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang
Dampak Pelaksanaan Program.......(Suci Hari Mulyani) 9
kuliner
yang
telah
didapatkan
dari
pelatihan. b. Penerapan lima dimensi layanan jasa kuliner perlu dipertahankan. Dari dimensi empati melayani
perlu ditingkatkan lagi pelanggan
dengan
dalam
Ko King Lily Harr. (2008). Service Dimensions of Service Quality Impacting Customer Satisfaction of Fine Dining Restaurant in Singapore. Thesis. University of Nevada Las Vegas. Nasution.(2004). Manajemen Jasa Bogor: Ghalia Indonesia.
Terpadu.
lebih
memahami keinginan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitaif & Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Jordi Fortuny. (2005). Review of the SERVQUAL Concept. 4th Research/expert Conference with International Participation “QUALITY 2005” Fojnica, B&H, 09-12 November, 2005.
Sujarwo, dkk. (2014). Pelatihan Peningkatan Kualitas Layanan Jasa Kuliner Bagi Kaum Perempuan di Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul. Laporan PPM Reguler Tahun Anggaran 2014. UNY Tomi Sujatmiko. (2016). Goa Pindul Dipadati 4 Ribu Pengunjung. Diakses dari krjogja.com/read/287467/goa-pinduldipadati-4-ribu-pengunjung.kr pada tanggal 18 Januari 2016, jam 09.45 WIB. www. yogyakarta.bps.go.id diakses pada 30 Oktober 2015 jam 11.