Buletin Dompet Dhuafa Pendidikan
Cerdas Merawat Indonesia
Menggagas
Kebaruan
Illustrator: Agni Ardi Rein
Edisi Jan - Feb 2016
Daftar Isi
Isu Utama Menggagas Perubahan
Kabar Program Agenda Kita
Panggung Inspirasi Pejuang Tapal Batas itu, Bernama Suraidah
Kabar Alumni Alumni School of Master Teacher Membentang Kebermanfaatan Anak Jalanan Belajar Berbisnis
Pena Inspirasi Berawal dari Ibukota Perjalanan Menaklukkan Candradimuka
Laporan Donasi Alumni
Humor Tim Redaksi
MENGAGAS PERUBAHAN "Perubahan itu memang pahit dan mengusik rasa nyaman kita. Mengusik solidaritas, membuat yang perasaan 'teraniaya'. Tetapi, the show must go on ….". Dulu sewaktu di bangku SMA, saya belajar Antropologi, salah satunya mempelajari tentang adaptasi manusia dan perubahan. Pada buku Antropologi yang saya pelajari, berburu dan meramu adalah pe adaptasi manusia tertua. Pada masa itu, unsur-unsur organisasi sosial yang paling kental dilakukan yakni pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin. Kaum laki-laki tugas utamanya yakni berburu. Sedangkan kaum perempuan bertugas mengumpulkan tumbuhan-tumbuhan liar dan memasak. Sembilan ribu tahun kemudian, adaptasi manusia berubah menjadi hor kultura. Hor kultura yakni pembudidayaan tanaman peliharaan dengan menggunakan peralatan sederhana. Adanya adaptasi ini, memungkinkan mbulnya sebuah perkampungan permanen. Para petani dan keluarganya hidup bersama-sama. Adanya kemajuan teknik pertanian, menyebabkan hasil pertanian dan jumlah penduduk bertambah. Akhirnya pemukiman pertanian tumbuh menjadi kota.
Begitulah perubahan yang terjadi pada manusia. Adanya kebutuhan dan tekanan memaksa manusia terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Mengu p dari buku pengantar Antropologi, William A Haviland, penyesuaian merupakan unsur adaptasi. Adaptasi berar bahwa ada keseimbangan yang terus berubah-ubah antara kebutuhan sosial manusia dan potensi lingkungannya. Agar dapat bertahan dengan lingkungannya, masyarakat harus fleksibel dan dapat pindah dari satu tata kehidupan yang satu ke tata kehidupan yang lain. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh William A. Haviland, Dompet Dhuafa (DD) sebagai lembaga ZISWAF terbesar di Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang lahirnya 3 yayasan baru yakni yayasan pemberdayaan, yayasan pendidikan, dan yayasan kesehatan. Ada dua alasan utama DD melahirkan yayasan-yayasan tersebut yakni PSAK 19 dan tata kelola organisasi yang mulai membesar. Satu sisi, organisasi yang membesar pertanda posi f bagi DD, namun ditengah-tengah persaingan fastabikhul khoirat yang dilakukan oleh lembagalembaga sejenis tentunya DD perlu strategi lain. Agar DD tetap bertahan di dunia filantropis. Is lah William A Haviland, strategi hasil dari adaptasi. Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa disingkat YPnDD, secara legalitas lahir pada 6 Agustus 2015. Sebelum YPnDD lahir, namanya Divisi Pendidikan DD. Divisi Pendidikan DD membawahi 4 jejaring yakni Makmal Pendidikan, Sekolah Guru Indonesia (SGI), Beastudi Indonesia (BI) dan SMART Ekselensia
Indonesia (SMART EI) serta program-program kerjasama CSR dan komunitas. Tentunya dak mudah menghadapi perubahan ini. Programprogram pendidikan DD sudah ada sejak 10 tahun yang lalu. Delapan tahun dibawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI). Tahun 2012, LPI di adakan namun sekaligus melahirkan 4 jejaring. Dua tahun menjadi jejaring, tahun 2015 dipersatukan dibawah YPnDD. Mengu p tulisan Rhenald Kasali, pada buku Self Driving, "perubahan itu memang pahit dan mengusik rasa nyaman kita. Mengusik solidaritas, membuat yang perasaan 'teraniaya'. Tetapi, the show must go on ….". Desember 2015, awal baru YPnDD siap menjalankan perubahan. Ditandai dengan adanya kesepakatan rencana kerja yang akan dicapai tahun 2016. Layaknya dalam sebuah pertarungan, hanya ada dua pilihan yang dihadapi oleh organisasi ke ka menghadapi perubahan yakni menang atau kalah. Mereka yang menang, menunjukkan sikap penuh semangat, pantang menyerah, selalu siap menghadapi tantangan, dak banyak komplain dan sikap baik lainnya. Sementara itu, mereka yang kalah berar mudah menyerah, selalu mengatakan susah, banyak mengeluh dan sikap buruk lainnya. Tentunya menjadi pemenang dalam pertarungan ini menjadi harga ma bagi YPnDD. Semangat rekan-rekan!!!
Rina Fatimah: Direktur Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa
Ket: Kegiatan Belajar-Mengajar Outdoor Siswa SMART Ekselensia Indonesia Sumber: Pusat Data Pendidikan DD
AGENDA KITA Kabar Program Pendidikan Dompet Dhuafa
1 2
2
MAKMAL PENDIDIKAN
6 – 8 Januari 2016, Amazing TFT (Training For Trainer) 23 Januari 2016, Wisuda Sekolah Guru Indonesia Februari 2016, Penempatan SGI di Sekolah Literasi Indonesia , Seleksi SPC , Pelatihan Pembuatan Slideshow , Tematik Pusat Sumber Belajar (PSB).
4
INSTITUTIONAL SECRETARY
3, 10, 17, 24 Januari, Pembekalan Banten Mengajar 9 Januari, Sharing dengan KPMD Komunitas Pemuda Muslim Depok 4 Januari Ketemuan Yuk Alumni Jogja 21 Januari Sharing Alumni SGI 23 Januari 2016, Ketemuan Yuk Alumni Jabodetabek 27 Januari 2016, Sharing Knowledge Etos 5 Februari Training Cerdas Sosial Kota Depok
3
4
1
SMART EKSELENSIA INDONESIA
14 – 19 Desember 2015, UAS 21 – 23 Desember 2015, Class meeting 28 Desember 2015, Pembagian rapot 29 Desember ‘15- 23 Januari ‘16, Pulang kampung 11 – 15 Januari 2016, Rapat kerja guru 15 – 19 Januari 2016, Upgrading guru 31 Januari 2016, Penutupan Seleksi Nasional Beasiswa (SNB) SMART Ekselensia Indonesia Februari 2016, Program Sukses UN dan PTN , Project Social SMART (Kemah Bakti) , Training Value SMART.
3
BEASTUDI INDONESIA
5 Desember 2015, Galoga sehat (Despro Bogor) 5 desember 2015, visit education ke kebun starawberi pm minamas (Despro Jakarta) 9 Desember 2015, Gerakan cinta lingkungan Situ Pladen (Despro Jakarta) 9 Desember 2015, Rekrutmen pustaka cilik (Despro Yogya) 13 desember 2015, Pendampingan belajar kreatif di museum brawijaya, (Despro Malang) 26 desember 2015, Kegiatan bank sampah (Despro Malang) 29 desember 2015, Kunjungan ke museum Siwalima Ambon (Despro Ambon) 2 januari 2016, Penyusunan kurikulum Paud Bintang harapan (Despro Surabaya) 3 januari 2016, Minggu sehat di rengas (Despro UIN) 17 Januari 2016, Beasiswa visit kampus IPB (Despro Bogor) 24 Januari 2016, Kegiatan social project di kecamatan Kabandungan dan Kelapa nunggal Februari 2016, Monev Etos, Seleksi Bakti Nusa , Wisuda BES, Training Value BES , Seleksi BIPS
Pejuang Tapal Batas itu Bernama Suraidah Oleh Andi Angger Sutawijaya Nama beliau Suraidah, kami biasa memanggilnya umi Suraidah. Beliau merupakan pendiri Sekolah Tapal Batas, di usia yang tak lagi muda beliau langsung turun tangan menjadi pengajar disana, memas kan pendidikan tersulut hingga batas negeri.
Ket: Salah satu siswa di Sekolah Tapal Batas Sumber foto: Andi Angger Sutawijaya
Nama beliau Suraidah, kami
Kesehariannya kini diisi dengan aktivitas yang tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, sosial juga di ekonomi kreatif. Sejak tahun 2014 ini setidaknya ia telah mengelola PAUD, Paket A lima kelompok, pemberantasan buta aksara di 4 Desa di Kecamatan Sebatik Tengah dan Kelompok Usaha Mandiri.
memanggil beliau Umi Suraidah. Beliau merupakan pendiri Sekolah Tapal Batas, di usia yang tak lagi muda, beliau langsung turun tangan menjadi pengajar disana, memastikan pendidikan tersulut hingga batas negeri. Perjuangan beliau begitu luar bisa, beliau membuat saya tertampar dengan
Kelompok Usaha Mandiri yang dirintis Ibu Suraidah berupa olahan makanan yang
pengabdiannya. Beliau punya banyak prasyarat
untuk hidup berkecukupan di Makassar sebagai dosen. Namun, beliau memilih meninggalkan rumahnya yang nyaman,
pengelolaannya kepada anak perempuannya yang juga telah berkeluarga.
memilih tinggal di tepi batas negeri, di tengah senyum harap anak negeri. Tak ada iming-iming yang memayungi. Beliau berangkat ke Sebatik karena panggilan hati. Haru saya menyeruak ketika bertemu beliau. Saya beruntung bisa belajar banyak dari beliau soal arti nasionalisme. Pengabdian beliau setulus hati untuk negeri. Beliau lah pejuang sejati di era modern ini. Menginjakkan kaki bahkan hingga bermukim di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh umi Suraidah. Profesi yang digeluti Ibu kelahiran Rappang, 2 Desember 1954 ini tergolong pada zona nyaman, seorang dosen Akademi Keperawatan/Akademi Kebidanan di Makassar. Kali pertama menginjakkan kaki di Pulau Kalimantan,tepatnya di Kabupaten Nunukan. Ia mulai merintis PAUD menggunakan yayasan keluarganya, Yayasan Ar-Rasyid. Tidak hanya Pendidikan Anak Usia Dini, ia juga membuat kelompok belajar paket A. Kini sekolah PAUD binaannya menjadi salah satu sekolah unggulan di Nunukan. Untuk itulah ia berani menyerahkan
Ibu Suraidah kemudian datang ke Sebatik Tengah. Ia merasa sangat prihatin terhadap nasib para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di kebun kelapa sawit di Sebatik, Malaysia. Ia mulai membuka PAUD yang kebanyakan siswanya adalah anak TKI. Aktivitasnya sebagai bidan juga tetap dia jalani di rumah tempatnya bermukim. Rumah itu adalah tumpangan sukarela yang diberikan warga. Di rumah sederhana itu, Ia tinggal bersama ibundanya. Rasa keingintahuannya yang sangat terhadap nasib para TKI di Bergusung, Malaysia membuatnya berani memasuki kawasan lintas batas. Ibu Suraidah ingin melihat langsung kondisi masyarakat di sana. Walaupun konsekuensinya, dia harus berurusan dengan polisi yang menjaga di perbatasan. Petualangannya membuahkan hasil, ia mendapat banyak informasi terkait keadaan yang sebenarnya dari para TKI yang kerja di perusahaan kelapa sawit milik Malaysia. Informasi yang diperoleh dari para TKI,dijadikan bahan acuan untuk Ibu Suraidah membuka ladang perjuangan baru. Ia mulai membuka kelompok belajar Paket A, pemberantasan buta aksara termasuk Kelompok Usaha Mandiri.
semuanya menggunakan bahan dasar pisang. Seperti kripik jantung, kulit pisang dan tepung pisang. Kini ia tengah mencoba penganan baru yang berbahan dasar durian seperti kripik durian dan selei durian. Walaupun alat yang digunakan masih sederhana dan terbatas, tetapi itu tidak mengurangi semangatnya untuk terus berkreasi. Ia mulai membenahi dari segi packing kripiknya dengan menempelkan label di kemasannya. Apa yang dilakukan oleh umi Suraidah dengan memotivasi dan menginspirasi masyarakat untuk sadar bahwa pendidikan atau menuntut ilmu adalah sebuah perjuangan. Usaha Mandiri yang dilakukannya juga sebagai langkah untuk berjuang membudayakan kearifan lokal berupa penganan pisang. Umi Suraidah dengan usia yang tak lagi muda dengan kondisi yang dulunya berada di zona nyaman, berani keluar dari semua keadaan yang menyenangkan. Dia berhijrah ke temapat yang menuntut perjuangan yang tidak mudah, kehidupan yang serba terbatas. Hal itu tidak menjadikannya patah semangat malah hal ini dianggap sebagai lahan dakwah bagi dirinya. Lalu pertanyaannya, bagaimana kita yang mengaku sebagai kaum muda? Sudah kah kita ambil bagian dalam berkontribusi positif untuk republik yang kita cintai?.
Alumni School of Master Teacher Membentang Kebermanfaatan Oleh Eni Megawati Teacher Development Program (TDP) diharapkan menjadi wadah alumni untuk berbagi dan senantiasa menebar kebermanfaat dimana pun, kapan pun, dan juga kepada siapa pun. Alumni menyadari bahwa melalui TDP dapat menyalurkan energi positif dengan kegiatan yang bermanfaat dalam bidang pendidikan.
Januari. Semangat baru meliputi jiwa-jiwa muda penerima manfaat
wadah alumni untuk berbagi dan senantiasa menebar
Pendidikan Dompet Dhuafa. Pendidikan Dompet Dhuafa saat ini j
kebermanfaat dimana pun, kapan pun, dan juga kepada siapa
sudah siap dihiasi berbagai cerita dan kegiatan baru yang tentu saja
pun. Alumni menyadari bahwa melalui TDP dapat menyalurkan
penuh kejutan. Kali ini akan berkabar mengenai School of Master
energi positif dengan kegiatan yang bermanfaat dalam bidang
Teacher yang familiar disebut dengan SMT. SMT merupakan
pendidikan.
program pelatihan bagi guru yang dilakukan selama tiga bulan yang dilakukan di berbagai daerah. Sudah satu tahun SMT berjalan. SMT
TDP menjadi bukti komitmen alumni terhadap perubahan di dunia
tercipta karena keresahan yang melanda manajemen pusat Makmal
pendidikan. Melaksanakan program tanpa memiliki dana bukanlah
Pendidikan Dompet Dhuafa terkait kualitas guru yang ada disekitar
penghalang besar bagi para alumni SMT. Hal ini dibuktikan oleh
Pendidikan Dompet Dhuafa ataupun disekitar daerah-daerah
alumni SMT NTB yang sudah beberapa kali melakukan TDP di
penempatan program Makmal Pendidikan. Saat ini SMT sudah
berbagai tempat. TDP pertama telah dilaksanakan di Mataram
menjamah empat daerah yaitu Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara
yaitu di MI Riadhusholihin Thohir Yasin. Materi pertama tentang
Barat, Kabupaten Bogor, dan Sumatera Barat.
"Display Kelas", materi kedua tentang "Media Pembelajaran" dan materi ketiga adalah "Manajemen Kelas". Kegiatan TDP kedua
SMT fokus kepada tiga hal yaitu guru sebagai pendidik, guru
dilaksanakan di Lombok Timur yaitu di MI Riadhusholihin Thohir
sebagai pengajar dan guru sebagai pemimpin. Setelah mengikuti
Yasin Lendang Nangka. Empat Materi yang akan di sampaikan
seluruh rangkaian kegiatan akademik wajib mulai dari Studium
yaitu Kelas Ceria, Literasi Anak, Kelas Kreatif dan Kelas Model.
Generale hingga ujian penelitian tindakan kelas (PTK),
Selain di daerah NTB, TDP juga sudah dilakukan di SMT Bogor.
Ket: Alumni SGI mengisi Serambi Inspirasi di Jakarta Sumber foto: Andi Angger Sutawijaya
peserta SMT akan mengikuti prosesi wisuda. Setelah prosesi
Alumni SMT Bogor, Nurhasanah dan Arip Rahman Hakim pun ikut
wisuda, peserta SMT dikukuhkan menjadi alumni. Nah
berkontribusi melakukan TDP di Wisma Atlit Ragunan, Jakarta
pertanyaanya adalah apa yang akan mereka lakukan setelah di
selatan. Keduanya berbagi ilmu dengan relawan Serambi
wisuda?
Inspirasi. Sebanyak 45 peserta antusias mengikuti pelatihan.
Tujuan program SMT salah satunya meningkatkan kualitas guru di
tersebut. Materi yang disampaikan terkait manajemen kelas dan
berbagai daerah dengan mengedepankan karakter guru 3P
pembelajaran kreatif.
Tampak wajah cerah dari peserta setelah mengikuti pelatihan
(Pengajar, Pendidik, Pemimpin) atau yang sering disebut dengan guru transformatif. Peserta yang mengikuti program ini diharapkan
Semangat berbagi ilmu alumni SMT Bogor menular kepada
memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki kualitas pendidikan
seluruh peserta pelatihan ini. Semangat keterbaruan dan
melalui perbaikan metode mengajar, serta terjadi perubahan pola
semangat menebar manfaat akan terus ditularkan oleh semua
pikir tentang pengajar dan pendidik. Oleh karena itu pasca wisuda,
penerima manfaat Dompet Dhuafa. Sebuah pengharapan kecil
alumni SMT mengadakan Teacher Development Program (TDP).
pula agar kebermanfaatan akan terus berlanjut. Kebermanfaatan tidak hanya berhenti disatu titik. Karena sejatinya sebuah manfaat
TDP bertujuan untuk mengimplementasikan ilmu yang sudah
meskipun kecil jika diteruskan akan menjadi sebuah manfaat yang
dipelajari saat pembinaan. Selain itu TDP diharapkan menjadi
lebih besar. Semangat menebar manfaat, Kawan !
Ket: Foto Ayis Rahim sumber: Dokumentasi Alumni
Anak Jalanan Belajar Berbisnis Oleh: Hassan Afif
”
Saya cuma anak kampung, mau sampai kapan juga ya tetap anak kampung, cuma bedanya sekarang sudah tidak kampungan. Hehehe”.
Itu adalah sepenggal kata yang diucapkan oleh pengusaha Souvenir ke pada teman-temannya yang kagum pada dirinya. Dia adalah Ayis Rahim, remaja kelahiran Gorontalo, 1988 ini, sekitar lima tahun yang lalu nekad merantau ke Jakarta hanya untuk mengejar sebuah pendidikan. Cita-citanya sederhana kala itu, “hanya ingin masuk Universitas Indonesia (UI)”. Meski berasal dari keluarga yang serba kekurangan, namun tak menyurutkan semangat Ayis untuk menempuh pendidikan hingga ke bangku kuliah. Bayangkan saja, Ayahnya hanya seorang buruh dan ibunya kuli serabutan. Setiap hari, saat matahari belum menampakkan batang hidungnya, ia sudah harus bergegas untuk menjual kue keliling kampung, padahal saat itu usianya baru lima tahun. Kalau tidak jualan keliling kampung, maka ia tidak akan bisa sekolah. Karena uang yang ia peroleh dari hasil berjualan itu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan untuk membayar uang sekolah. Pasar menjadi rumah ke dua bagi dirinya. Karena di tempat itulah ia habiskan hampir seluruh masa kecilnya.
Menjadi penjual kantong kresek adalah profesi yang digelutinya hapir enam tahun. Beranjak remaja ia mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual kantong kresek di pasar dan beralih menjadi penjual peralatan rumah tangga. Ia juga menjual souveir seperti aneka bros dan lain sebagainya di sekolah. Saat tas sekolah anak-anak yang lain diisi dengan buku pelajaran, berbeda dengan Ayis, tas yang ia miliki dipenuhi dengan barang dagangan. Hidup yang keras, memaksa dirinya untuk mandiri sedari kecil. Kedua orang tuanya yang tak memiliki harta dunia berlimpah, disadarinya benar, hingga bermalas-malasan, manja, dan bersenang-senang, hampir tak ada dalam kamus hidupnya. Ia hanya berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang hari ini nanti dan esok karena jika tak mendapatkan uang, maka sudah dapat dipastikan ia tidak akan bisa menikmati lezatnya nasi putih hari ini. Beranjak dewasa, tepatnya sehabis lulus Sekolah Menengan Atas (SMA). Ayis memutuskan untuk hijrah ke Ibu Kota. Meski awalnya sangat ditentang oleh seluruh keluarganya karena faktor ekonomi yang sangat tidak memungkinkan, namun ia tetap bersikeras karena ia ingin masuk UI. Hingga akhirnya Ayah dan Ibunya harus merelakan anak kesayangan mereka untuk hijrah ke Jakarta demi meraih cita-citanya.
Ket: Aneka produk ifsouvenir sumber: www.ifsouvenir.com
Berbekal uang tiga juta rupiah, Ayis pun nekad pergi berkelana ke Jakarta. Padahal ia sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya di sana. Sesampainya di Ibu Kota, anak laki-laki ini bingung harus berbuat apa karena tak satu kerabat pun ia miliki di Jakarta. Alhasil ia harus berjibaku lagi untuk mempertahankan hidupnya. Satu tahun ia habiskan hidupnya dengan menjadi seorang penjual koran. Dari satu terminal ke terminal lain berjualan koran sudah biasa ia lakukan. Hingga ia pun akrab dengan sebutan anak jalanan atau anak gelandangan. Sampai pada suatu ketika, mimpinya untuk meraih cita-citanya akhirnya datang juga. Berkat semangatnya yang tinggi dan tak hentihentinya terus belajar, ia akhirnya berhasil masuk UI. Saat di Universitas Indonesia, Ayis mendapatkan Beastudi Etos dari Dompet Dhuafa. Ayis menjadi penerima manfaat Beastudi Etos pada tahun 2008 di Jurusan Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Beastudi Etos sangat membantu mengembangkan diri dan meninggalkan kesan yang dalam karena ia memperoleh banyak ilmu serta pengalaman. Melalui bisnis souvenir online dengan brand IfSouvenir (www.ifsouvenir.com). Ayis kini menjelma menjadi seorang pebisnis sukses.
Hanya satu dari sekian banyak pengusaha yang sukses dan menginspirasi banyak orang. Semoga kisah salah satu sahabat ini mampu memberi semangat para anak-anak jalanan untuk meraih kesuksesan. Bahwa sukses itu milik siapa saja, termasuk anak jalanan sekalipun. Semoga ke depannya semakin banyak penerima manfaat Beastudi Etos yang memiliki etos seperti Ayis dan mampu memajukan diri serta bangsanya. Amin. sumber: www.beastudiindonesia.net
Ket: Aneka produk ifsouvenir sumber: www.ifsouvenir.com
Berawal dari Ibukota Perjalanan Menaklukkan Candradimuka Oleh: Amma Muliya Romadoni Alumni SMART Ekselensia Angkatan 1 Kandidat Master Thermal-Fluid Engineering ITB
L
ahir dan dibesarkan di Jakarta, tidak serta merta membuat saya menjadi terlena dengan segala kegemerlapan ibukota. Segala sesuatu harus diperjuangkan dan diperlukan kegigihan untuk mencapai tujuan hidup. Seluruh nikmat yang diperoleh patut disyukuri, salah satunya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan jenjang sekolah menengah di Bogor. Untuk bisa bersekolah di SMART Ekselensia Indonesia tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun. Sekolah berasrama bertaraf internasional, akselerasi SMPSMA hanya ditempuh 5 tahun, dan diperuntukan bagi anak-anak berprestasi dari seluruh Indonesia yang memiliki keterbatasan finansial. Sekolah ini pertama kali dirintis pada tahun 2004 sebagai salah satu program Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan. Saya adalah angkatan pertama Smart Ekselensia Indonesia. Bagi saya, Jakarta dan Bogor sangatlah jauh karena harus terpisah dari orangtua untuk menjalani kehidupan sebagai seorang siswa berasrama layaknya tinggal di pesantren. Kondisi seperti ini harus bisa dilewati agar bisa beradaptasi dengan mudah terhadap lingkungan dan keluarga baru. SMART Ekselensia Indonesia, sebagai sekolah unggulan diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter dan berdaya saing global. Terbukti dari prestasi yang telah ditorehkan baik perlombaan tingkat nasional dan internasional. Misalnya Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan lainnya. Kombinasi antara keilmuan dan spiritualitas menjadi ciri khas sekolah ini. Pelajaran Bahasa Arab dan AlQuran menjadi pembeda sekaligus menjadi ruh dari sekolah SMART Ekselensia Indonesia ini.
Selain itu pelajaran umum lainnya diajarkan berdasarkan kurikulum pendidikan di Indonesia. Saya adalah salah satu siswa yang berhasil menjadi Finalis Indonesian Science Project Olympiad (ISPO), serta menjuarai perlombaan Karya Ilmiah lain yang diadakan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Selain itu, terpilih menjadi asisten pada mata pelajaran Al-Quran merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, disamping prestasi akademik lainnya. Dekat dengan Al-Quran akan membuat segala aktivitas duniawi terasa lebih mudah untuk dijalani. Hal ini dikarenakan keberkahan yang ada pada Al-Quran. Walhasil, Alhamdulillah saya lulus dari SMART Ekselensia Indonesia berbekal 4 Juz hafalan AlQuran. Setelah menjadi alumni SMART Ekselensia Indonesia, saya melanjutkan studi di Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Awalnya, diterimanya sebagai mahasiswa USU tidak mendapatkan restu dari orangtua, karena lagi-lagi harus terpisah jarak dengan orangtua di Jakarta. Akan tetapi, saya memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa ini merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Allah telah menentukan pilihan terbaik bagi hamba Nya, hanya saja sebagai seorang hamba, kita tidak pernah tahu rahasia apa yang akan Allah berikan pada kita. Dengan bermodalkan ilmu dan kegigihan untuk belajar, saya beranikan diri untuk berangkat ke Medan bersama beberapa teman lainnya. Kultur yang berbeda, mengharuskan saya untuk selalu sigap dalam beradaptasi selama menjalani kehidupan di Medan. Ada anggapan bahwa masyarakat Medan keras dalam berbicara, tapi bagi saya itulah ciri khas yang dimiliki kota Medan. Disinilah saya berproses dan belajar banyak hal yang baru. Banyak hal yang bisa diperoleh dari kota yang terkenal dengan oleh-oleh “Bika Ambonnya” ini.
Ket: Amma bersama tim USU dalam kompetisi Hemat Energi Manila, Filipina Sumber: Facebook Amma Muliya Romadoni
Ket: Amma bersama tim USU dalam kompetisi Hemat Energi Manila, Filipina Sumber: Facebook Amma Muliya Romadoni
Layaknya seperti mahasiswa lainnya, perkuliahan terasa belum sempurna tanpa diisi dengan aktivitas organisasi untuk meng-upgrade kemampuan softskill. Tercatat selama menjadi mahasiswa di USU, saya pernah diamanahkan untuk memimpin beberapa organisasi, baik organisasi kerohanian, Unit Kegiatan Mahasiswa, ataupun Riset Mahasiswa. Klimaksnya, ketika saya bersama teman-teman Tim Horas USU lainnya bisa membanggakan Indonesia di kancah Internasional pada perlombaan mobil hemat energi, Shell Eco-marathon Asia 2014. Bagi saya, menimba ilmu bukan hanya duduk dan mendengarkan dosen berbicara memaparkan materi yang dijelaskannya. Banyak hal di luar sana yang bisa diambil untuk dijadikan ilmu, hanya saja kita harus cerdas untuk memilah-milih ilmu tersebut sehingga sesuai dengan kebutuhan. Janganlah terlalu menghabiskan waktu untuk hal yang kurang bermanfaat. “Waktu adalah pedang”. Maka gunakan waktu dengan bijak untuk memperoleh kebermanfaatan. Kemampuan berwirausaha juga sangat dibutuhkan bagi seorang mahasiswa. Selain pernah mendapatkan bantuan wirausaha dari Student Enterpreneurship Center (SEC) USU, pada akhir semester saya juga membuat sebuah lembaga training khusus Engineering Software untuk mengasah skill technopreneurship.
Fitrah sebagai seorang manusia, kita tidak akan pernah merasa puas terhadap ilmu. Setelah menyandang gelar sarjana, Alhamdulillah Allah mengizinkan saya untuk melanjutkan ke jenjang master melalui program beasiswa LPDP dari Kementrian Keuangan RI. Setelah Jakarta, Bogor, dan Medan, maka Bandung merupakan destinasi selanjutnya untuk tempat menimba ilmu. Tentunya setiap tempat memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang harus diambil hikmah kehidupannya. Thermal-Fluid Engineering Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan rumah baru saya untuk menimba ilmu selama di Bandung. Saya harus siap untuk memulai petualangan baru menjalani kehidupan di Bandung. Karena target saya berikutnya adalah menyelesaikan perkuliahan dengan hasil yang memuaskan dan menuntaskan hafalan 30 Juz yang merupakan cita-cita sejak dulu. Semoga harapan itu bisa terwujud. Amiin..
Laporan
Donasi Alumni
Saldo awal Januari
Rp 22.160.140
Penerimaan Januari 2016 Donasi Alumni
Rp 5.870.336
Pengeluaran 26 Januari 2016 Ketemuan yuk Jogjakarta
Saldo
Rp 1.101.000
Rp 26.929.476
Donasi Alumni dapat ditransfer melalui Rekening BNI Syariah 2880288013 a.n YYS Dompet Dhuafa Republika (Cantumkan “56” di Belakang nominal donasi, contoh 500.056)
P
Humor Oleh: Pedri Haryadi
ada Minggu sore yang cerah, dua orang pemuda dari RT sebelah melakukan kunjungan secara door to door dalam rangka pengumpulan dana untuk bantuan rehabilitasi bagi remaja-remaja korban acara alay di stasiun-stasiun TV swasta. Tidak ada satu pun pintu yang terbuka bagi mereka hingga akhirnya tibalah mereka di pintu yang ke 19. Ketika mengetuk, mereka menjumpai ibu-ibu yang menggendong kucing, yang kaget dengan kedatangan mereka hingga kucingnya lompat kesana kemari. Dari mimik wajahnya yang seperti tokoh antagonis dalam sebuah sinetron, terlihat bahwa Si Ibu tersebut tidak senang dengan kedatangan kedua pemuda itu. Si Ibu mengatakan kepada mereka dengan tegas bahwa ia tidak ingin membantu apa-apa, dan sebelum mereka bisa berkata apa-apa lagi, Si Ibu membanting pintu di depan mereka. Yang mengejutkan dan sedikit horor adalah, pintu tidak menutup (jreng jreng...), bahkan kembali terbuka (jreng jreng....). Si Ibu itu mencoba lagi -- dan lagi, tapi pintu tetap tidak mau menutup dan kembali terbuka.
Sumber Gambar: https://soyeon12.files.wordpress.com/2013/07/dm2_minion_dave_020.jpg
Dalam benaknya, Si Ibu yakin bahwa kedua pemuda itu mengganjal pintu tersebut dengan kaki-kaki mungil mereka. Akhirnya, dengan kemarahan dan perasaan emosi campur kesal yang luar biasa, kali ini Si Ibu mengumpulkan tenaga yang sangat besar untuk membanting pintu itu dengan sekuat-kuatnya sampai terdengar suara "Gubrak" yang sangat keras hingga terdengar dalam radius 40 rumah. Saat itu, salah satu dari pemuda tersebut berkata dengan tenang, "Bu, sebelum Anda melakukannya lagi, Anda harus memindahkan kucing Anda terlebih dahulu."
Penanggung Jawab Rina Fatimah
Pimpinan Redaksi Pradila Maulia
Reporter
Tim Redaksi
Hassan Afif Eni Megawati Satrio A Faruq
Fotografer Andi Angger Sutawijaya
Editor Eni Megawati
Layouter Desain Sampul: Agni Ardi Rein Andi Angger Sutawijaya Pradila Maulia Aqil Rifki
Email
[email protected]
Telpon 085817018530
Terima Kasih telah membaca
Sampai jumpa di
Buletin Ceria edisi selanjutnya
Tim Redaksi
Sumber foto: Andi Angger Sutawijaya