KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Buku ini berisi kumpulan Peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan dalam rangka relaksasi kebijakan terkait Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini menjadi landasan hukum baru pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan tersebut antara lain adalah payung hukum Komite Kebijakan, Pedoman Pelaksanaan Program KUR, Penetapan Penyalur dan Perusahaan Penjamin KUR, Tata Cara Pembayaran Subsidi Bunga, serta penetapan besaran subsidi b u n g a K U R 2 0 1 6
TIM PELAKSANA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN 2016
K R E D I T
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
U S A H A R A K Y A T 2 0 1 6
BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Buku ini diharapkan dapat memberikan dukungan informasi kepada berbagai pihak baik instansi pemerintah, penyalur KUR, perusahaan penjamin KUR, masyarakat, pelaku usaha dan instansi terkait lainnya dalam melaksanakan Program KUR. Semoga buku ini dapat bermanfaat. .
Jakarta,
Februari 2016
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Selaku Sekretaris Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Buku Kumpulan Peraturan KUR Tahun 2016 telah dapat diselesaikan. Buku Kumpulan Peraturan KUR Tahun 2016 ini merupakan penyempurnaan dari buku kumpulan peraturan sebelumnya.
Ir. Bobby Hamzar Rafinus, M.I.A NIP. 196101151990031001
Buku ini berisi kumpulan peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam rangka pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini menjadi landasan hukum pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan tersebut antara lain adalah payung hukum Komite Kebijakan, Pedoman Pelaksanaan Program KUR, Penetapan Penyalur dan Perusahaan Penjamin KUR, Tata Cara Pembayaran Subsidi Bunga KUR, Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran, dan Penetapan Subsidi Bunga KUR
ii
i KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................... iii BAB
I
PENDAHULUAN
............................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1 B. Maksud dan Tujuan BAB II
................................................. 2
PERATURAN KUR TAHUN 2016 ........................................ 2 A. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 ................. 3 B. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 ................. 9 C. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan KUR
...................................................................... 11
D. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah ............................. 51 E. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 188 Tahun 2015 Tentang Penyalur KUR dan Perusahaan Penjamin KUR
...................................... 74
F. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Usaha Kredit Rakyat
................................................
79
G. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1355 Tahun 2015 Tentang Besaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat
....................................................................
99
H. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 844 Tahun 2015 Tentang Penunjukan Kuasa Pengguna
Anggaran
dalam Rangka Pembayaran Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat
KUMPULAN PERATURAN
...............................................
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
103
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan lapangan kerja sebesar 97,2% (sembilan puluh tujuh koma dua perseratus) dari total lapangan kerja, dan menyumbang sekitar 56,5% (lima puluh enam koma lima perseratus) pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Tahun 2012. Pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah dan koperasi menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia mulai dari petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia berbagai jasa. Jumlah UMKM pada Tahun 2013 tercatat mencapai 57,9 juta unit usaha, meningkat dari 52,8 juta unit pada Tahun 2009. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam UMKM mencapai 114,1 juta orang pada Tahun 2013 meningkat dari 96,2 juta orang pada Tahun 2009. Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan UMKM kepada perbankan dengan pola penjaminan adalah Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
yang
diluncurkan
pada
November
2007.
Dalam
perkembangannya, KUR sejak Tahun 2007 sampai dengan Desember 2014 KUR telah disalurkan sebesar Rp.178,8 triliun dengan total debitur sebanyak 12,4 juta debitur. Untuk Tahun 2014, jumlah kredit yang disalurkan Rp40,2 triliun kepada 2,4 juta debitur. Arah kebijakan di bidang UMKM dan koperasi dalam periode 2015-2019 adalah meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Strategi pembangunan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, 2) Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan, 3) Peningkatan nilai tambah
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
produk dan jangkauan pemasaran, 4) Penguatan kelembagaan usaha, 5) Peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha. Memperhatikan arah kebijakan peningkatan daya saing UMKM tersebut dan mempertimbangkan capaian pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) selama tujuh tahun terakhir, Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan beranggotakan para menteri/kepala lembaga terkait dengan tugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan pembiayaan bagi UMKM termasuk penetapan prioritas
bidang
usaha,
melakukan
monitoring
dan
evaluasi
atas
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM, dan mengambil langkahlangkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM. Pada Tahun 2016 program KUR diarahkan sebagai bagian mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat. Dengan alokasi plafon KUR sebesar Rp 100 – Rp 120 Triliun, diharapkan dapat mengungkit naik pemberian kredit kepada Usaha Mikro dan Kecil, khususnya di sektor pertanian, perikanan, industri, perdagangan, dan jasa – jasa, serta penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. KUR 2016 telah mengakomodir pembiayaan di sektor ekonomi kreatif serta beberapa sektor eks. kredit program seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), untuk eks. kredit program lainnya akan diatur dengan skema khusus. B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Buku Kumpulan Peraturan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2016 bertujuan: 1. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR agar sesuai dengan pengaturan yang diamanatkan dalam Keputusan Presiden tentang Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2. Meningkatkan efektivitas sinergi dan kerjasama pelaksanaan KUR oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha. 3. Sebagai pedoman/petunjuk pelaksanaan bagi masing-masing pihak yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pengawasan program KUR. 4. Menyediakan informasi penting terkait pelaksanaan program KUR. 5. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program KUR. 6. Sebagai dokumen tertulis kepada berbagai pihak yang membutuhkan. 7. Sebagai referensi pelaksanaan kredit program pemerintah di waktu mendatang
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
II
PERATURAN PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TAHUN 2016 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu mengembangkan akses pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank bagi usaha mikro, kecil, dan menengah; b. bahwa
untuk
menyinergikan
kebijakan
atas
pengembangan akses pembiayaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk komite kebijakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Memutuskan ....
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.
Pasal 1 (1)
Membentuk Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang selanjutnya disebut Komite Kebijakan.
(2)
Komite Kebijakan berkedudukan dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Pasal 2 (1)
Komite Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, mempunyai tugas sebagai berikut: a.
merumuskan pembiayaan
dan bagi
menetapkan Usaha
Mikro,
kebijakan Kecil,
dan
Menengah, termasuk penetapan prioritas bidang usaha; b.
melakukan
monitoring
dan
evaluasi
atas
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan c.
mengambil
langkah-langkah
penyelesaian
hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pasal 3 ...
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 3 Susunan
keanggotaan
Komite
Kebijakan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1, terdiri dari: Ketua
:
Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian; Anggota
:
1.
Menteri Keuangan;
2.
Menteri Dalam Negeri;
3.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
4.
Menteri Perindustrian;
5.
Menteri Perdagangan;
6.
Menteri Pertanian;
7.
Menteri Kelautan dan Perikanan;
8.
Menteri Tenaga Kerja;
9.
Menteri Badan Usaha Milik Negara;
10. Sekretaris Kabinet; 11. Kepala
Badan
Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan; 12. Kepala Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan
Tenaga
Kerja
Indonesia; Sekretaris
:
Deputi
Bidang
Makro
dan
Koordinasi
Keuangan,
Ekonomi
Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.
Pasal 4 ...
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan.
Pasal 5 Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Komite Kebijakan: a.
berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan; dan
b.
dapat
melibatkan
dan
bekerja
sama
dengan
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, serta pihak lain yang dianggap perlu.
Pasal 6 (1)
Untuk membantu pelaksanaan tugas Komite Kebijakan, dibentuk Tim Pelaksana.
(2)
Susunan keanggotaan, tugas, dan tata kerja Tim Pelaksana
sebagaimana
ditetapkan
oleh
dimaksud
Menteri
pada
ayat
Koordinator
(1),
Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan.
Pasal 7 ...
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 7 (1)
Untuk
memberikan
dukungan
pelaksanaan
Komite
Kebijakan,
dibentuk
Sekretariat
tugas Komite
Kebijakan. (2)
Sekretariat Komite Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara fungsional oleh Deputi
Bidang
Keuangan,
Koordinasi
Kementerian
Ekonomi
Makro
Koordinator
dan
Bidang
Perekonomian.
Pasal 8 Ketentuan
mengenai
imbal
jasa
penjaminan
untuk
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan.
Pasal 9 Komite Kebijakan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Presiden paling kurang 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 10 Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komite Kebijakan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pasal 11 ...
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 11 Keputusan Presiden ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 7 Mei 2015 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan pengembangan akses pembiayaan untuk meningkatkan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu dilakukan perubahan pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
MEMUTUSKAN : Menetapkan :KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.
Pasal I …
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal I Ketentuan Pasal 8 dalam Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut: Pasal 8 Ketentuan mengenai imbal jasa penjaminan, subsidi bunga, dan
fasilitas
lainnya
untuk
pelaksanaan
kebijakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan. Pasal II Keputusan Presiden ini berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 15 Juli 2015 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 14
Tahun 2015 tentang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 dan untuk meningkatkan tata kelola yang baik (good governance) pelaksanaan Kredit
Usaha
Rakyat
telah
ditetapkan
Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; b. bahwa
untuk
meningkatkan
dan
memperluas
pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat serta mendorong pertumbuhan ekonomi, perlu dilakukan perubahan Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf a;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro,
Kecil,
dan
Menengah
tentang
Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat
: 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian
Negara
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 2. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 9); 3. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; 4. Keputusan Presiden Nomor 79/P tahun 2015; 5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 768); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TENTANG
PEDOMAN
PELAKSANAAN
KREDIT
RAKYAT.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
USAHA
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini yang dimaksud dengan: 1.
Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah
kredit/pembiayaan
modal
kerja
dan/atau
investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. 2.
Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan bukan bank yang ditunjuk untuk menyalurkan KUR.
3.
Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR oleh Perusahaan Penjamin.
4.
Perusahaan Penjamin adalah perusahan yang ditunjuk untuk memberikan penjaminan KUR.
5.
Suku Bunga adalah tingkat bunga yang dikenakan dalam pemberian KUR.
Pasal 2 Pelaksanaan KUR bertujuan untuk: a.
meningkatkan dan memperluas penyaluran KUR kepada usaha produktif;
b.
meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah; dan
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
c.
mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenega kerja.
BAB II PELAKSANAAN KUR Bagian Pertama Penerima KUR
Pasal 3 (1) Penerima KUR adalah
individu/perseorangan atau
badan hukum yang melakukan usaha produktif berupa: a. usaha mikro, kecil, dan menengah; b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri; c. anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia; d. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri; dan e. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja. (2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Bagian Kedua Penyalur KUR
Pasal 4 (1) Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan bukan bank yang disetujui oleh Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (2) Persyaratan bank atau lembaga keuangan bukan bank yang dapat ditetapkan sebagai Penyalur KUR adalah: a. memenuhi
kriteria
bank
dan/atau
lembaga
keuangan bukan bank sehat dan informasi kinerja dari Otoritas Jasa Keuangan; b. melakukan kerjasama dengan Perusahaan Penjamin dalam penyaluran KUR; dan c. memiliki online system data KUR dengan Perusahaan Penjamin dan Sistem Informasi Kredit Program. (3) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan keikutsertaan sebagai Penyalur KUR kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (4) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang disetujui sebagai Penyalur KUR oleh Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 5 (1) Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat menggunakan pola linkage yaitu secara channelling atau executing. (2) Ketentuan
lebih
lanjut
pola
linkage
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku
Ketua
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 6 Pendanaan untuk penyaluran KUR oleh Penyalur KUR bersumber dari dana lembaga keuangan Penyalur KUR tersebut.
Pasal 7 (1) Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR mengacu kepada basis data yang tercantum dalam Sistem Informasi Kredit
Program
yang
disusun
oleh
Kementerian
Keuangan. (2) Kementerian
Keuangan
dalam
menyusun
Sistem
Informasi Kredit Program sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
mengacu
kementerian/lembaga
kepada teknis,
basis
data
pemerintah
penyalur KUR, dan perusahaan Penjamin KUR.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
dari
daerah,
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Bagian Ketiga Penjamin KUR
Pasal 8 (1) Penjamin KUR adalah Perusahaan Penjamin yang disetujui oleh Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (2) Perusahaan Penjamin untuk dapat ditetapkan sebagai penjamin KUR, memiliki persyaratan sebagai berikut: a. memenuhi kriteria perusahaan penjamin yang sehat sesuai ketentuan dan kriteria dari Otoritas Jasa Keuangan; dan b. memiliki online system data KUR dengan Penyalur KUR dan Sistem Informasi Kredit Program. (3) Perusahaan Penjamin yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan keikutsertaan sebagai penjamin KUR kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (4) Perusahaan Penjamin yang disetujui sebagai Penjamin KUR oleh Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro,
Kecil,
dan
Menengah
ditetapkan
dengan
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pasal 9 (1) Perusahaan Penjamin menjamin KUR berdasarkan perjanjian kerjasama dengan Penyalur KUR.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Imbal jasa penjaminan bagi perusahaan penjamin berdasarkan hasil kesepakatan dengan Penyalur KUR. (3) Imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bagian komponen dalam subsidi bunga.
Bagian Keempat Agunan
Pasal 10 (1) Agunan pokok KUR adalah usaha atau obyek yang dibiayai oleh KUR. (2) Agunan tambahan untuk KUR Mikro dan untuk KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia tidak diwajibkan dan tanpa perikatan. (3) Agunan tambahan untuk KUR Ritel sesuai penilaian Penyalur KUR.
Bagian Kelima Subsidi Bunga
Pasal 11 (1) Pemerintah memberikan subsidi bunga penyaluran KUR sebesar selisih antara tingkat bunga yang diterima oleh Penyalur KUR dengan tingkat bunga yang dibebankan kepada penerima KUR.
(2) Besaran subsidi bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
BAB III PENYALURAN KUR
Bagian Pertama Jenis Penyaluran KUR
Pasal 12 KUR yang disalurkan oleh Penyalur KUR sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, terdiri atas: a.
KUR Mikro;
b.
KUR Ritel; dan
c.
KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
Bagian Kedua Penyaluran KUR Mikro
Pasal 13 (1) KUR Mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah paling banyak sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). (2) Suku bunga KUR Mikro sebesar 12% (dua belas perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga flat yang setara. (3) Jangka waktu KUR Mikro: a. paling lama 3 (tiga) tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja; atau
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
b. paling lama 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi. (4) Ketentuan
jangka
tambahan
waktu
terkait
kredit/pembiayaan
restrukturisasi KUR Mikro
perpanjangan,
(suplesi),
dan
sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 14 (1) Calon
penerima
KUR
Mikro
adalah
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 huruf a, c, d, dan e. (2) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 huruf a, c, dan d harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan. (3) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 huruf e telah mengikuti pelatihan kewirausahaan. (4) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
dapat
sedang
menerima
kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit, serta KUR dengan kolektabilitas lancar. (5) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) memiliki surat Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin lainnya.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 15 (1) Calon penerima KUR Mikro yang sedang menerima KUR Mikro
tetap
dapat
memperoleh
tambahan
kredit/pembiayaan dengan total pinjaman
sebesar
Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk skema Kredit/Pembiayaan Investasi dengan Kredit/Pembiayaan Kredit/Pembiayaan
Investasi Modal
dan
Kerja
dengan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja diijinkan; dan b. pemberian
Kredit/Pembiayaan
Investasi
dan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dapat dilakukan bersamaan dalam KUR Mikro. (2) Calon penerima KUR Mikro hanya dapat menerima KUR Mikro dengan total akumulasi plafon KUR Mikro termasuk suplesi atau perpanjangan paling banyak sebesar Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dari Penyalur KUR.
Pasal 16 (1) Penyalur KUR Mikro wajib melakukan pengecekan calon penerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia. (2) Dalam hal calon penerima KUR Mikro berdasarkan pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan kredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi yang
bersangkutan
diperlukan
Surat
KUMPULAN PERATURAN
sudah
Keterangan
melunasi
pinjaman,
Lunas/Roya
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
dengan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
lampiran
cetakan
rekening
dari
pemberi
kredit/pembiayaan sebelumnya.
Bagian Ketiga Penyaluran KUR Ritel
Pasal 17 (1) KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatas Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah). (2) Suku bunga KUR Ritel sebesar 12% (dua belas perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga flat yang setara. (3) Jangka waktu KUR Ritel: a. paling
lama
4
(empat)
Tahun
untuk
Tahun
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; b. paling
lama
5
(lima)
kredit/pembiayaan investasi; atau c. paling
lama
10
(sepuluh)
tahun
untuk
kredit/pembiayaan investasi khusus tanaman keras dengan grace period yang disepakati oleh penyalur KUR sesuai karakteristiknya. (4) Ketentuan
jangka
tambahan
waktu
terkait
kredit/pembiayaan
perpanjangan,
(suplesi),
dan
restrukturisasi KUR Ritel sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku
Ketua
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 18 (1) Calon
penerima
KUR
Ritel
adalah
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 huruf a, c, dan d. (2) Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan. (3) Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit, serta KUR dengan kolektabilitas lancar. (4) Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin lainnya.
Pasal 19 (5) Calon penerima KUR Ritel yang sedang menerima KUR Ritel
tetap
dapat
memperoleh
tambahan
kredit/pembiayaan dengan total pinjaman sebesar Rp500.000.000
(lima
ratus
juta
rupiah)
dengan
ketentuan sebagai berikut: a. untuk skema Kredit/Pembiayaan Investasi dengan Kredit/Pembiayaan Kredit/Pembiayaan
Investasi Modal
Kerja
dan dengan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja diijinkan; dan b. pemberian
Kredit/Pembiayaan
Investasi
dan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dapat dilakukan bersamaan dalam program KUR Ritel.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(6) Calon penerima KUR Ritel hanya dapat menerima KUR dengan total akumulasi plafon KUR Ritel termasuk suplesi atau perpanjangan paling banyak sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari Penyalur KUR.
Pasal 20 (1) Penyalur KUR Ritel wajib melakukan pengecekan calon penerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia; (2) Dalam hal calon penerima KUR Ritel berdasarkan pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan kredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi yang
bersangkutan
diperlukan
Surat
lampiran
cetakan
sudah
Keterangan
melunasi
pinjaman,
Lunas/Roya
rekening
dari
dengan pemberi
kredit/pembiayaan sebelumnya.
Bagian Keempat Penyaluran KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Pasal 21 (1) KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah paling banyak sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Suku bunga KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12% (duabelas perseratus) efektif pertahun atau dapat disesuaikan dengan suku bunga flat yang setara. (3) Jangka waktu KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia paling lama sama dengan masa kontrak kerja dan tidak melebihi jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun. (4) Ketentuan
jangka
tambahan
waktu
terkait
kredit/pembiayaan
restrukturisasi
KUR
perpanjangan, (suplesi),
dan
Tenaga
Kerja
Penempatan
Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 22 Pemerintah memberikan subsidi bunga dan biaya penagihan (collection fee) KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
Pasal 23 (1) Calon
penerima
KUR
Penempatan
Tenaga
Kerja
Indonesia, mempunyai persyaratan sebagai berikut: a. memiliki Perjanjian Penempatan bagi TKI yang ditempatkan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS); dan b. memiliki Perjanjian Kerja dengan Pengguna bagi TKI baik yang ditempatkan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), Pemerintah atau TKI yang bekerja secara perseorangan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Calon
penerima
KUR
Penempatan
Tenaga
Kerja
Indonesia selain memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1)
tetap
harus
memenuhi
persyaratan lainnya yang diperlukan dalam rangka penempatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
Pasal 24 (1) Besar
pinjaman
KUR
Penempatan
Tenaga
Kerja
Indonesia disesuaikan dengan Cost Stucture (Struktur Biaya)
yang
ditetapkan
oleh
Kementerian
Ketenagakerjaan yang mencakup biaya untuk: a. pengurusan dokumen jati diri; b. pemeriksaan kesehatan dan psikologi; c. pelatihan kerja dan sertifikasi kompetensi kerja; dan/atau d. biaya lain-lain. (2) Nilai pinjaman KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ditetapkan
berdasarkan
hasil
analisis
kredit
oleh
penyalur KUR. (3) Penyalur
KUR
memperhatikan
dalam
melakukan
kebijakan
analisis
Pemerintah
kredit dan
perkembangan biaya penempatan yang berlaku.
Pasal 25 (1) Perjanjian Kredit bagi KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dapat
dilakukan
bersamaan
Perjanjian Penempatan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
dengan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Tenaga Kerja Indonesia difasilitasi oleh Penyalur KUR untuk membuka rekening penerimaan gaji di Bank Koresponden
yang
akan
dimasukkan
ke
dalam
Perjanjian Kerja dengan memperhatikan ketentuan hukum
yang
berlaku
di
masing-masing
negara
penempatan. (3) Pencairan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dilakukan setelah Tenaga Kerja Indonesia mendapatkan kepastian
penempatan
terhadap
pengguna
dan
kepastian keberangkatan dan telah memiliki izin kerja di negara tujuan.
BAB IV PELAPORAN
Pasal 26 (1) Penyalur
KUR
wajib
melaporkan
pelaksanaan
penyaluran KUR kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara reguler setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. (2) Laporan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
disampaikan oleh kantor pusat penyalur KUR melalui Sistem Informasi Kredit Program. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga disampaikan secara tertulis kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,
Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian dengan format laporan sebagaimana tercantum
dalam
Lampiran
IV
Peraturan
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini. (4) Laporan
sebagaimana
ditembuskan
kepada
dimaksud Kementerian
pada
ayat
Keuangan
(3) dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (5) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam hal dipandang perlu dapat meminta laporan tambahan kepada Penyalur KUR dalam hal data/informasi yang diperlukan tidak tersedia dalam Sistem Informasi Kredit Program.
BAB V PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN EVALUASI
Pasal 27 (1) Kementerian/lembaga teknis dan pemerintah daerah melakukan pembinaan teknis pelaksanaan KUR. (2) Pembinaan oleh kementerian/lembaga teknis meliputi: a. menetapkan kebijakan dan prioritas bidang usaha yang akan menerima penjaminan KUR; b. melakukan
upload
data
calon
penerima
KUR
potensial untuk dapat dibiayai KUR ke dalam Sistem Informasi Kredit Program; c. mengidentifikasi data calon penerima KUR yang diupload
oleh
Penyalur
KUR
dan
perusahaan
penjamin, sesuai sektor masing-masing ke dalam Sistem Informasi Kredit Program; d. melakukan pembinaan dan pendampingan usaha baik yang sedang menerima KUR maupun yang
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
belum menerima KUR di sektornya masing-masing; dan e. memfasilitasi hubungan antara debitur dengan pihak lainnya yang memberikan kontribusi dan dukungan untuk kelancaran usaha. (3) Pembinaan oleh pemerintah daerah melalui: a. melakukan
upload
data
calon
penerima
KUR
potensial untuk dapat dibiayai KUR ke dalam Sistem Informasi Kredit Program dengan penanggungjawab pemerintah
provinsi
dan
pemerintah
kabupaten/kota; b. mengidentifikasi data calon penerima KUR yang diupload
oleh
penyalur
KUR
dan
perusahaan
penjamin, sesuai wilayah masing-masing ke dalam Sistem Informasi Kredit Program; c. mengalokasikan
anggaran
dalam
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk keperluan pengembangan dan pendampingan usaha penerima KUR di wilayah masing-masing. (4) Khusus dalam rangka pembinaan pelaksanaan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia: a. Kementerian Ketenagakerjaan: 1.
menerbitkan
ketentuan
struktur
biaya
penempatan Tenaga Kerja Indonesia; 2.
mengawasi
kinerja
Pelaksana
Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang bekerjasama dengan Penyalur KUR; dan 3.
menerbitkan
daftar
Pelaksana
Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang berkinerja
baik
untuk
menjadi
Penyalur KUR,
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
referensi
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
b. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia: 1.
memfasilitasi Tenaga
pelatihan
Kerja
Indonesia
keuangan dan
kepada
keluarganya
melalui kerjasama antar kementerian/lembaga dan industri keuangan; 2.
melakukan
sosialisasi
penyaluran
KUR
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia kepada para pihak terkait; dan 3.
memfasilitasi kerjasama Penyalur KUR dan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dengan mitra kerja di negara penempatan debitur KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
Pasal 28 Tingkat keberhasilan pelaksanaan KUR dinilai dari indikator jumlah
plafon
KUR
yang
disalurkan,
tingkat
kredit
bermasalah (Non Performing Loan/NPL), jumlah debitur yang menerima KUR, dan jumlah debitur berhasil mengalami graduasi.
Pasal 29 (1) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah,
pelaksanaan
KUR
melakukan sebagai
pengawasan
tindakan
yang
atas
bersifat
preventif. (2) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
melakukan
monitoring
terhadap
pelaksanaan dan kinerja KUR paling kurang 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 30 (1) Dalam rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan KUR, dibentuk Forum Koordinasi Pengawasan KUR yang beranggotakan
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan (koordinator), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian
Koperasi
dan
Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, dan Otoritas Jasa Keuangan. (2) Rapat Forum Koordinasi Pengawasan KUR dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) Tahun untuk membahas pengawasan pelaksanaan KUR pada bulan Juni dan Desember. (3) Simpulan dan keputusan Rapat Forum Koordinasi Pengawasan KUR disampaikan secara tertulis kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (4) Forum Koordinasi Pengawasan KUR menyusun ruang lingkup,
uraian
pekerjaan
dan
tata
tertib
penyelenggaraan Forum Koordinasi Pengawasan KUR.
Pasal 31 (1) Dalam hal laporan forum koordinasi pengawasan mengindikasikan adanya penyimpangan yang material, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
Keuangan
dan
menugaskan Pembangunan
Badan untuk
Pengawasan melakukan
pengawasan tujuan tertentu yang berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Kriteria
pengawasan
tujuan
tertentu
tersebut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam kerangka acuan.
Pasal 32 (1) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan, menghentikan penyaluran KUR dalam hal Penyalur KUR memiliki tingkat kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL)) atas 5% (lima perseratus) selama 6 (enam) bulan secara berturutturut. (2) Penghentian penyaluran KUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Penyalur KUR dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan. (3) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat memberikan persetujuan kembali kepada Penyalur KUR untuk menyalurkan KUR yang dihentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal
tingkat
kredit/pembiayaan
bermasalah
(Non
Performing Loan/NPL) penyalur KUR telah menurun menjadi di bawah 5% (lima perseratus) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dan mendapatkan rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan. (4) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan teguran tertulis kepada Penyalur KUR yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan ketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR kepada Otoritas Jasa Keuangan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(5) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak ditindaklanjuti dalam waktu dua bulan, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
dapat
menghentikan
kepesertaan
Penyalur KUR.
BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 33 (1) Masing-masing Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan kementerian/lembaga
teknis
menyusun
Pedoman
Penyaluran dan Pengawasan Pelaksanaan KUR yang bersifat internal. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut capaian plafon sektoral maupun Bank serta NPL, dan kepatuhan terhadap ketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR.
Pasal 34 (1) Penyalur
KUR
sebagaimana
ditetapkan
dalam
Keputusan Menteri Korodinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat Mikro dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat Mikro dinyatakan
sebagai
Penyalur
KUR
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Perusahaan penjamin sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Korodinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat Mikro dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat Mikro dinyatakan
sebagai
Perusahaan
Penjamin
KUR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35 (1) Segala
perjanjian kerjasama
yang
dilakukan
oleh
Penyalur KUR dan perusahaan penjamin berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat tetap berlaku dan mengikat para pihak sampai masa berlakunya perjanjian kerjasama berakhir. (2) Perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas KUR yang telah disalurkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Peraturan
Perekonomian
Menteri
Selaku
Ketua
Koordinator Komite
Bidang Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36 (1) Pada
saat
Peraturan
Perekonomian
Menteri
selaku
Ketua
Koordinator Komite
Bidang
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku
Ketua
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (2) Peraturan
dan/atau
ketentuan
pelaksanaan
yang
didasarkan pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku
Ketua
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru, berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 37 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini
mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Agar
setiap
pengundangan
orang
mengetahuinya,
Peraturan
Menteri
memerintahkan
Koordinator
Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 2015 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1604
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR
TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN USAHA PRODUKTIF PER SEKTOR EKONOMI Sektor yang dibiayai KUR (mengacu pada Laporan Bank Umum 19 sektor ekonomi) 1)
Sektor Pertanian: Seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1).
2)
Perikanan: Seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2).
3)
Industri Pengolahan: Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk industri kreatif di bidang media rekaman, film, dan video.
4)
Perdagangan: Seluruh usaha di sektor perdagangan (sektor 7).
5)
Jasa-jasa: Seluruh usaha: sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan (sektor 8), sektor transportasi – pergudangan - dan komunikasi (sektor 9), sektor real estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11), sektor jasa pendidikan (sektor 13). MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KETUA
PEREKONOMIAN KOMITE
SELAKU
KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA
MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH NOMOR
TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
POLA PENYALURAN KUR MELALUI LEMBAGA LINKAGE 1. KUR melalui lembaga Linkage dengan Pola Channeling: d
SIKP
c e Penyalur KUR
Perusahaan Penjaminan
g
b
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga Linkage
f
a Calon Debitur
a. Lembaga linkage adalah lembaga berbadan hukum yang dapat menerus-pinjamkan KUR dari Penyalur KUR kepada penerima KUR berdasarkan perjanjian kerja sama. Lembaga linkage meliputi Koperasi Sekunder, Koperasi Primer, Bank Perkreditan Rakyat/ Bank
Perkreditan
Rakyat
Syariah,
perusahaan
pembiayaan,
perusahaan modal ventura, Lembaga Keuangan Mikro pola konvensional atau syariah, lembaga keuangan bukan bank lainnya, dan kelompok usaha.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
b. Calon penerima KUR memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage
untuk
mengajukan
permohonan
kredit/pembiayaan
kepada Penyalur KUR; c. Lembaga Linkage mewakili calon penerima KUR mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada Penyalur KUR. d. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit Program. e. Kementerian/lembaga teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor dan/atau wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang di-upload oleh Penyalur KUR dan penjamin KUR namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR. f. Penyalur KUR memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal. g. Penyalur KUR menyalurkan kredit/pembiayaan kepada calon debitur yang memenuhi persyaratan kelayakan kredit oleh Penyalur KUR. h. Penyalur KUR melakukan proses penjaminan kredit penerima KUR kepada perusahaan penjamin. 2. KUR melalui lembaga Linkage dengan Pola Executing: d
SIKP
c e Penyalur KUR
h
Perusahaan Penjaminan
b f
Lembaga Linkage g
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
b
a
Calon Debitur
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
a. Calon penerima KUR memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage untuk: 1) mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada Penyalur KUR; 2) mengajukan penjaminan kepada Perusahaan Penjamin; 3) menjaminkan agunan kepada penyalur KUR. b. Lembaga Linkage mewakili calon penerima KUR mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada penyalur KUR. c. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit Program. d. Kementerian/lembaga teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor dan/atau wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang di-upload oleh penyaluir KUR dan perusahaan penjamin namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR. e. Penyalur KUR memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal. f. Penyalur KUR menyalurkan Kredit/Pembiayaan kepada Lembaga Linkage yang
memenuhi persyaratan kelayakan kredit oleh
Penyalur KUR. g. Lembaga linkage menyalurkan kredit/pembiayaan yang diterima dari Penyalur KUR berdasarkan daftar calon penerima KUR potensialnya. h. Penyalur KUR mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat Penjaminan atas penyaluran kredit/pembiayaan kepada Lembaga linkage. Perusahaan Penjamin menerbitkan Sertifikat Penjaminan atas
penerima
KUR
yang
telah
diberikan
penyaluran
Kredit/Pembiayaan. 3. Pengaturan Penyaluran KUR Mikro melalui Lembaga Linkage dengan pola executing diatur sebagai berikut: a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari perbankan tetap diperbolehkan, kecuali Kredit Program.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
b. Lembaga linkage tersebut tidak sedang memperoleh Kredit Program termasuk KUR. c. Kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lembaga linkage dikecualikan dari kriteria debitur penerima KUR. d. KUR yang diberikan oleh Penyalur KUR kepada lembaga linkage wajib diteruspinjamkan kepada calon debitur yang sudah terdaftar di SIKP dan dapat dilakukan secara bertahap. e. Jumlah KUR Mikro yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai dengan daftar nominatif calon penerima KUR yang diajukan oleh lembaga linkage. f.
Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari lembaga linkage kepada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan maksimum sebesar 12% (dua
belas
perseratus)
efektif
pertahun
dan
maksimal
Rp25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) per debitur. g. Lembaga linkage bertanggung jawab atas pengembalian KUR yang diterima dari Bank Pelaksana. 4. KUR Mikro yang disalurkan kepada lembaga linkage dengan pola channeling diatur sebagai berikut: a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari perbankan tetap diperbolehkan. b. Jumlah KUR Mikro yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga linkage. c. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage kepada debitur mengikuti ketentuan KUR Mikro. d. Penerima KUR Mikro bertanggungjawab atas pengembalian KUR Mikro. e. Jumlah
kredit/pembiayaan
yang
dijamin
oleh
Perusahaan
Penjamin adalah sesuai dengan yang diterima oleh penerima KUR Mikro.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
5. Pengaturan Penyaluran KUR Ritel melalui lembaga linkage dengan pola Executing diatur sebagai berikut: a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari perbankan tetap diperbolehkan, kecuali Kredit Program. b. Lembaga linkage tersebut tidak sedang memperoleh Kredit Program termasuk KUR. c. Kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lembaga linkage dikecualikan dari kriteria debitur penerima KUR. KUR yang diberikan oleh Penyalur KUR kepada lembaga linkage wajib diteruspinjamkan kepada calon yang sudah terdaftar di SIKP dan dapat dilakukan secara bertahap. d. Jumlah KUR Ritel yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga linkage. e. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari lembaga linkage kepada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan maksimal sebesar 12% (dua
belas
perseratus)
efektif
pertahun
dan
maksimum
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur. f.
Lembaga linkage bertanggung jawab atas pengembalian KUR yang diterima dari Penyalur KUR.
6. KUR Ritel yang disalurkan kepada lembaga linkage dengan pola channeling diatur sebagai berikut: a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari perbankan tetap diperbolehkan. b. Jumlah KUR Ritel yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga linkage. c. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage kepada debitur mengikuti ketentuan KUR Ritel. d. Debitur KUR Ritel bertanggung-jawab atas pengembalian KUR Ritel.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
e. Jumlah kredit/pembiayaan yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin adalah sesuai dengan yang diterima oleh penerima KUR Ritel. 7. KUR Penempatan TKI yang disalurkan melalui
lembaga
linkage
dengan pola channeling atau sindikasi (joint financing)
Penyalur KUR a
c
Perusahaan Penjaminan
b Memberi Kuasa
Lembaga Linkage
d
Calon Debitur
Dalam rangka memberikan kemudahan akses kepada para TKI dalam melakukan perikatan atau akad serta melakukan angsuran, maka perbankan memberikan kuasa kepada pengurus lembaga linkage untuk: a. Melakukan proses verifikasi dan administrasi mewakili Penyalur KUR. b. Melakukan proses perikatan mewakili Penyalur KUR. c. Melakukan proses angsuran menggunakan mitra usaha penagihan di Negara penempatan mewakili Penyalur KUR. Mekanisme pengaturannya sebagai berikut : a. Lembaga linkage mewakili Tenaga Kerja Indonesia mengajukan permohonan kredit kepada Penyalur KUR. b. Penyalur KUR melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur dan melakukan analisa kelayakan. Dalam hal dinyatakan layak, maka Penyalur KUR memberikan persetujuan kredit/pembiayaan tersebut dengan mekanisme sebagai berikut: 1) Berdasarkan kuasa dari Penyalur KUR, maka lembaga linkage menandatangi perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan Tenaga Kerja Indonesia; atau
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2) Berdasarkan kuasa dari Penyalur KUR, maka lembaga linkage melakukan penagihan di Negara Penempatan melalui Mitra Usaha Penagihan. c. Penyalur KUR mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan
penjamin.
Perusahaan
penjamin
menerbitkan
Sertifikat Penjaminan atas nama masing-masing TKI. d. Lembaga linkage meneruspinjamkan kredit/pembiayaan yang diterima dari Penyalur KUR kepada debitur KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia. Debitur KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia melakukan pembayaran kewajiban kredit/pembiayaan kepada Penyalur KUR melalui Mitra Usaha Penagihan lembaga linkage. e. Dalam hal pelaksanaannya, diperbolehkan untuk melakukan mekanisme sindikasi (joint financing) yang disepakati bersama antara Penyalur KUR dengan lembaga linkage yang menggunakan mekanisme Penyalur KUR. 8. KUR Penempatan TKI yang disalurkan melalui
lembaga
linkage
dengan pola executing
d
SIKP
c e Penyalur KUR
h
b f
Perusahaan Penjaminan
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga Linkage a Calon Debitur
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Mekanisme penyaluran KUR melalui lembaga linkage dengan pola Executing sebagai berikut : a. Tenaga Kerja Indonesia mengajukan permohonan kredit kepada lembaga linkage. b. Lembaga linkage dapat melanjutkan permohonan Tenaga Kerja Indoensia
tersebut
kepada
Penyalur
KUR
atau
Perusahaan
Penjamin atau Kementerian Teknis atau Pemerintah Daerah c. Kementerian
teknis/Pemda
memasukan
data
Tenaga
Kerja
Indoensia ke Sistem Informasi Kredit Program. d. Penyalur KUR mendownload data Tenaga Kerja Indonesia. e. Kementerian teknis/ Pemerintah Daerah memantau kemajuan pengajuan kredit. f. Penyalur KUR memproses pengajuan kredit dan menyalurkan KUR kepada lembaga linkage apabila memenuhi persyaratan. g. Lembaga linkage menyalurkan KUR kepada Tenaga Kerja Indonesia. MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN III PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR
TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT JANGKA WAKTU, PERPANJANGAN, SUPLESI, DAN RESTRUKTURISASI 1. Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi), dan Restrukturisasi KUR Mikro ditetapkan sebagai berikut : a. Jangka
waktu
KUR
Mikro
maksimum
3
(tiga)
tahun
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja dan maksimum 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi. b. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi, maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka (1) khusus untuk kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi maksimal 6 (enam) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi dapat diperpanjang menjadi maksimal 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal. c. Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimal Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) per penerima KUR. d. Penerima
KUR Mikro yang bermasalah dimungkinkan untuk
direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di penyalur KUR, dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR Mikro sesuai dengan pertimbangan penyalur KUR masing-masing.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2. Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi), dan Restrukturisasi KUR Ritel ditetapkan sebagai berikut : a. Jangka waktu KUR Ritel maksimum 4 (empat) tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja dan maksimum 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi. b. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi, maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka 1 khusus untuk kredit/pembiayaan
modal
kerja
dapat
diperpanjang
menjadi
maksimum 8 (delapan) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi dapat diperpanjang menjadi maksimum 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal. c. Jangka waktu KUR Ritel untuk sektor tanaman keras maksimum 10 (sepuluh) tahun dengan grace period yang disepakati oleh Penyalur KUR sesuai karakteristiknya. d. Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimal Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur. e. Penerima
KUR
Ritel
yang
bermasalah
dimungkinkan
untuk
direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di penyalur KUR, dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR Ritel sesuai dengan pertimbangan penyalur KUR masing-masing. MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN IV PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR
TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
FORMAT LAPORAN KUR
1. Format laporan sebagai berikut: a. Realisasi total penyaluran dan baki debet dari KUR, termasuk jumlah debiturnya. b. Realisasi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi, termasuk jumlah debiturnya. c. Realisasi penyaluran KUR menurut provinsi, termasuk jumlah debiturnya. d. Realisasi total penyaluran KUR dari Lembaga Linkage kepada debitur menurut pola channeling dan pola executing, termasuk jumlah Lembaga Linkage dan jumlah debiturnya. e. Jumlah Kredit Bermasalah (Non Performing Loan = NPL), termasuk jumlah debitur, sektor ekonomi, dan provinsi.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2. Laporan sebagaimana dimaksud berisi data posisi akhir bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 3. Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM dapat meminta laporan tambahan dari Penyalur KUR dalam hal data/informasi yang diperlukan tidak tersedia dalam SIKP.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
Menimbang
: a.
bahwa dalam rangka peningkatan dan perluasan pelaksanaan
Kredit
Usaha
Rakyat
dengan
tetap
meningkatkan tata kelola yang baik (good governance) perlu
dilakukan
perubahan
Pedoman
Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; b.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Mengingat
: 1.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
2.
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 9); 3.
Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
4.
Keputusan Presiden Nomor 79/P tahun 2015 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
5.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 768);
6.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604);
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI
USAHA
MIKRO,
KECIL
DAN
MENENGAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604) diubah sebagai berikut: 1.
Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut: Pasal 3 (1)
Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan
usaha
yang
melakukan
usaha
yang
produktif, yaitu: a.
usaha mikro, kecil, dan menengah;
b.
calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri;
c.
calon pekerja magang di luar negeri;
d.
anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang
berpenghasilan
tetap
atau
sebagai Tenaga Kerja Indonesia;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
bekerja
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
e.
Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri; dan
f.
Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja.
(2)
Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi
Usaha
Mikro,
Kecil,
dan
Menengah ini. 2.
Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: Pasal 4 (1)
Penyalur
KUR
adalah
bank
atau
lembaga
keuangan bukan bank yang telah memenuhi persyaratan sebagai Penyalur KUR. (2)
Persyaratan sebagai Penyalur KUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a.
bank dan/atau lembaga keuangan bukan bank yang sehat dan berkinerja baik;
b.
melakukan kerja sama dengan Perusahaan Penjamin dalam penyaluran KUR; dan
c.
memiliki online system data KUR dengan Sistem Informasi Kredit Program.
(3)
Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang berminat sebagai Penyalur KUR: a.
mengajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk
dapat
dinyatakan
memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a; dan
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
b.
mengajukan kepada Kementerian Keuangan untuk
dapat
dinyatakan
memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c. (4)
Pengajuan
pemenuhan
persyaratan
kepada
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b hanya dapat dilakukan apabila bank atau lembaga keuangan bukan bank telah
ditetapkan
memenuhi
persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a oleh Otoritas Jasa Keuangan. (5)
Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan pengajuan dari bank atau lembaga keuangan bukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a menetapkan bank atau lembaga keuangan bukan bank telah memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a.
(6)
Penetapan Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada bank atau
lembaga
bersangkutan
dan
keuangan kepada
Pembiayaan
Bagi
Usaha
Menengah,
Kementerian
bukan Komite
Mikro,
bank
Kebijakan Kecil,
Keuangan,
dan dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (7)
Kementerian Keuangan berdasarkan pengajuan dari bank atau lembaga keuangan bukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b menetapkan bank atau lembaga keuangan bukan bank telah memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(8)
Penetapan Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada bank atau
lembaga
bersangkutan
dan
keuangan kepada
Pembiayaan
Bagi
Usaha
Menengah,
Otoritas
bukan Komite
Mikro,
Jasa
bank
Kebijakan Kecil,
Keuangan,
dan dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (9)
Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian berkala kepada bank atau lembaga keuangan bukan
bank
yang
telah
ditetapkan
sebagai
Penyalur KUR atas kesehatan dan kinerja bank atau lembaga keuangan bukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a. (10) Berdasarkan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (9), Otoritas Jasa Keuangan dapat menetapkan bank atau lembaga keuangan bukan bank tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan hasil penetapan tersebut disampaikan kepada bank atau
lembaga
bersangkutan
dan
keuangan kepada
Pembiayaan
Bagi
Usaha
Menengah,
Kementerian
bukan Komite
Mikro,
bank
Kebijakan Kecil,
Keuangan,
dan dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (11) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang dinyatakan
tidak
memenuhi
persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) tidak dapat dan berhenti sebagai Penyalur KUR. (12) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang telah berhenti sebagai Penyalur KUR sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dapat mengajukan kembali sebagai Penyalur KUR dengan memenuhi
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a. 3.
Lampiran II pada ayat (2) Pasal 5 diubah.
4.
Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 7 disisipkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (1a) dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut: Pasal 7
(1)
Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR mengacu kepada basis data yang tercantum dalam Sistem Informasi Kredit
Program
yang
disusun
oleh
Kementerian
Keuangan. (1a) Sistem
Informasi
Kredit
Program
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun secara bertahap, yang penahapannya
ditetapkan
oleh
Kementerian
Keuangan. (2)
Kementerian
Keuangan
dalam
menyusun
Sistem
Informasi Kredit Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapatkan dukungan basis data dari kementerian/lembaga
teknis,
pemerintah
daerah,
penyalur KUR, dan perusahaan Penjamin KUR. 5.
Ketentuan Pasal 13 ayat (2) dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 (1)
KUR Mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a diberikan kepada penerima KUR dengan
jumlah
paling
banyak
sebesar
Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2)
Suku bunga KUR Mikro sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga flat/anuitas yang setara.
(3)
Jangka waktu KUR Mikro: a. paling
lama
3
(tiga)
tahun
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; atau b. paling
lama
5
(lima)
tahun
untuk
kredit/pembiayaan investasi. (4)
Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan, tambahan
kredit/pembiayaan
restrukturisasi
KUR
Mikro
(suplesi),
dan
sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini. 6.
Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut: Pasal 14 (1)
Calon penerima KUR Mikro adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, e, dan f.
(2)
Calon
penerima
KUR
Mikro
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, dan e harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan. (3)
Calon
penerima
KUR
Mikro
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf f telah mengikuti pelatihan kewirausahaan dan telah memiliki usaha selama minimum 3 (tiga) bulan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(4)
Calon
penerima
KUR
Mikro
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit, serta KUR dengan kolektabilitas lancar. (5)
Calon
penerima
KUR
Mikro
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) memiliki surat Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin lainnya. 7.
Ketentuan Pasal 17 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut: Pasal 17 (1)
KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatas Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
(2)
Suku bunga KUR Ritel sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga flat/anuitas yang setara.
(3)
Jangka waktu KUR Ritel sebagai berikut: d.
paling
lama
4
(empat)
Tahun
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; atau e.
paling
lama
5
(lima)
Tahun
kredit/pembiayaan investasi.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
untuk
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(4)
Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan, tambahan
kredit/pembiayaan
(suplesi),
dan
restrukturisasi KUR Ritel diatur dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi
Usaha
Mikro,
Kecil,
dan
Menengah ini. 8.
Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 (1)
Calon penerima KUR Ritel adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, dan e.
(2)
Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan.
(3)
Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit, serta KUR dengan kolektabilitas lancar.
(4)
Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha
Mikro
dan
Kecil
yang
diterbitkan
pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin lainnya. 9.
Ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 21 (1)
KUR
Penempatan
Tenaga
Kerja
Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah paling banyak sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). (2)
Suku bunga KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau dapat disesuaikan dengan suku bunga flat/anuitas yang setara.
(3)
Jangka waktu KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia paling lama sama dengan masa kontrak kerja dan tidak melebihi jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
10. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut: Pasal 23 (1)
Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) huruf b dan c.
(2)
Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia,
mempunyai
persyaratan
sebagai
berikut: a.
memiliki Perjanjian Penempatan bagi TKI yang
ditempatkan
oleh
Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS); dan b.
memiliki Perjanjian Kerja dengan Pengguna bagi
TKI
Pelaksana
baik
yang
Penempatan
ditempatkan
oleh
Tenaga
Kerja
Indonesia Swasta (PPTKIS), Pemerintah atau TKI yang bekerja secara perseorangan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(3)
Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
selain
memiliki
persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap harus memenuhi persyaratan lainnya yang diperlukan dalam rangka penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan Pekerja Magang sesuai ketentuan peraturan Kementerian/Lembaga
yang
membina
tenaga
kerja. 11. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai berikut: Pasal 30 (1)
Dalam
rangka
efektivitas
pengawasan
pelaksanaan KUR, dibentuk Forum Koordinasi Pengawasan KUR yang beranggotakan Badan Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan
(koordinator), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Usaha
Kecil
Kementerian dan
Koperasi
Menengah,
dan
Kementerian
Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan
dan
Perikanan,
Kementerian
Perindustrian, Kementerian Tenaga Kerja, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan. (2)
Rapat
Forum
Koordinasi
Pengawasan
KUR
dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) Tahun
untuk
membahas
pengawasan
pelaksanaan KUR pada bulan Juni dan Desember. (3)
Simpulan dan keputusan Rapat Forum Koordinasi Pengawasan KUR disampaikan secara tertulis kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(4)
Forum Koordinasi Pengawasan KUR menyusun ruang lingkup, uraian pekerjaan dan tata tertib penyelenggaraan Forum Koordinasi Pengawasan KUR.
12. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut: Pasal 33 (1)
Masing-masing Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan kementerian/lembaga teknis menyusun Petunjuk Teknis Penyaluran dan Pengawasan KUR.
(2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut capaian plafon sektoral maupun bank atau lembaga keuangan non bank, serta, dan kepatuhan
terhadap
ketentuan
Pedoman
Pelaksanaan KUR.
Pasal II 1.
Pada saat Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku
Ketua
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku: a.
Keputusan
Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Menengah
Bagi Nomor
Usaha 188
Mikro,
Tahun
Kecil,
2015
dan
tentang
Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum ada perubahan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
b.
segala perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Penyalur KUR dan Penjamin KUR berdasarkan Peraturan
Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi
Usaha
Mikro,
Kecil,
dan
Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604) tetap berlaku dan mengikat para pihak sampai masa berlakunya perjanjian kerjasama berakhir; dan c.
perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas KUR yang telah disalurkan berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Kredit
Usaha
Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604) tetap mengikat para pihak sampai
masa
berlakunya
perjanjian
kredit
berakhir. 2.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016.
Agar
setiap
pengundangan
orang
mengetahuinya,
Peraturan
KUMPULAN PERATURAN
Menteri
memerintahkan
Koordinator
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Bidang
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2015 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 48
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI BIDANG
KOORDINATOR
PEREKONOMIAN
KETUA
KOMITE
PEMBIAYAAN
BAGI
SELAKU KEBIJAKAN
USAHA
MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN
KREDIT
USAHA RAKYAT RINCIAN USAHA PRODUKTIF PER SEKTOR EKONOMI Sektor yang dibiayai KUR (mengacu pada Laporan Bank Umum 19 sektor ekonomi) 1) Sektor Pertanian: Seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1), termasuk tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan, dan peternakan). 2) Perikanan: Seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2), termasuk penangkapan dan pembudidayaan ikan). 3) Industri Pengolahan: Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk industri kreatif di bidang periklanan, fesyen, film, animasi, video, dan alat mesin pendukung kegiatan ketahanan pangan. 4) Perdagangan: Seluruh usaha di sektor perdagangan (sektor 7), termasuk kuliner dan pedagang eceran.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
5) Jasa-jasa: Seluruh usaha: sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan (sektor 8), sektor transportasi – pergudangan - dan komunikasi (sektor 9), sektor real estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11), sektor jasa pendidikan (sektor 13), sektor jasa kemasyarakatan – sosial budaya – hiburan – perorangan lainnya (sektor 15).
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT POLA PENYALURAN KUR MELALUI LEMBAGA LINKAGE 1.
Ketentuan Umum KUR melalui lembaga Linkage a.
Lembaga linkage adalah lembaga berbadan hukum yang dapat menerus-pinjamkan KUR dari Penyalur KUR kepada penerima KUR berdasarkan perjanjian kerja sama. Lembaga linkage meliputi Koperasi Sekunder, Koperasi Primer, Bank Perkreditan Rakyat/ Bank Perkreditan Rakyat Syariah, perusahaan
pembiayaan,
perusahaan modal ventura, Lembaga Keuangan Mikro pola konvensional atau syariah, lembaga keuangan bukan bank lainnya, dan kelompok usaha. b.
Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit Program.
c.
Perusahaan Penjamin menerbitkan Sertifikat Penjaminan atas nama UMKM Penerima KUR yang telah diberikan penyaluran kredit/pembiayaan.
d.
Suku bunga dari lembaga linkage kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ditetapkan maksimum sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif
pertahun
untuk
KUR
Mikro,
KUR
Ritel,
dan
Penempatan TKI.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KUR
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
e.
Kementerian/lembaga teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor dan/atau wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang di-upload oleh Penyalur KUR dan penjamin KUR namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR.
f.
Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari perbankan tetap diperbolehkan.
g.
Jumlah KUR yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga linkage.
h.
Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage kepada debitur mengikuti ketentuan KUR.
i.
Pengaturan lebih lanjut terkait penyaluran KUR melalui lembaga Linkage dengan Pola Channelling dan Pola Executing sesuai kesepakatan Penyalur KUR atau Lembaga Linkage.
2.
KUR melalui lembaga Linkage pola Channeling:
d
SIKP
c e Penyalur KUR
g b f
Perusahaan Penjaminan
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga Linkage a Calon Debitur
a. Calon Debitur memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage
untuk
mengajukan
permohonan
kredit/pembiayaan
kepada Penyalur KUR; b. Lembaga Linkage mewakili Calon Debitur mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada Penyalur KUR.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
c. Penyalur KUR mengupload data Calon Debitur KUR yang diberikan oleh Lembaga Linkage ke SIKP. d. Kementerian
Teknis
dan/atau
Pemerintah
Daerah
dapat
melakukan identifikasi data Calon Debitur di sektor dan/atau wilayah masing-masing melalui SIKP namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR. e. Penyalur KUR memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal. f.
Penyalur KUR menyalurkan kredit/pembiayaan kepada calon debitur yang memenuhi persyaratan kelayakan kredit melalui Lembaga Linkage.
g. Penyalur KUR melakukan proses penjaminan kredit Debitur kepada Perusahaan Penjamin. 3.
KUR melalui Lembaga Linkage pola Executing:
d
SIKP
c e Penyalur KUR
h
b f
Perusahaan Penjaminan
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga Linkage g
a Calon Debitur
a. Calon penerima KUR mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada Lembaga Linkage; b. Lembaga Linkage menyampaikan data Calon Debitur kepada Penyalur KUR. c. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit Program.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
d. Kementerian
Teknis
dan/atau
Pemerintah
Daerah
dapat
melakukan identifikasi data Calon Debitur di sektor dan/atau wilayah masing-masing melalui Sistem Informasi Kredit Program namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR. e. Penyalur KUR mendapat konfirmasi data Calon Debitur KUR tercatat dalam Sistem Informasi Kredit Program (SIKP). f. Setelah mendapat konfirmasi SIKP, Penyalur KUR menyalurkan kredit dan menginformasikan kepada Lembaga Linkage untuk memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal. g. Lembaga Linkage menyalurkan KUR kepada Calon Debitur. h. Penyalur
KUR
mengajukan
Penjaminan
kepada
Perusahaan
Penjamin.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN III PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT JANGKA WAKTU, PERPANJANGAN, SUPLESI, DAN RESTRUKTURISASI 1.
Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi), dan Restrukturisasi KUR Mikro ditetapkan sebagai berikut : a.
Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi, maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka (1) khusus untuk kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi maksimal 4 (empat) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi dapat diperpanjang menjadi maksimal 7 (tujuh) tahun terhitung sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal.
b.
Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimal Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) per penerima KUR.
c.
Penerima KUR Mikro yang bermasalah dimungkinkan untuk direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di penyalur KUR, dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR Mikro sesuai dengan pertimbangan penyalur KUR masingmasing.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2.
Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi), dan Restrukturisasi KUR Ritel ditetapkan sebagai berikut : f.
Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi, maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka 1 khusus untuk kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi maksimum 5 (tahun) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi dapat diperpanjang menjadi maksimum 7 (tujuh) tahun terhitung sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal.
g.
Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimum Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur.
h.
Penerima KUR Ritel yang bermasalah dimungkinkan untuk direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di Penyalur KUR, dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR Ritel sesuai dengan pertimbangan Penyalur KUR masingmasing. MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 188 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT DAN PERUSAHAAN PENJAMIN KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, Menimbang : a. bahwa
dalam
rangka
peningkatan
dan
perluasan
pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, perlu menetapkan pPenyalur
Kredit
Usaha
Rakyat
dan
Perusahaan
Penjamin Kredit Usaha Rakyat; b. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat; Mengingat
: 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian
Negara
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 2. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 9);
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
3. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; 4. Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun 2015 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 - 2019; 5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nmor 768); 6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604); MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN
MENTERI
KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TENTANG
PENYALUR
KREDIT
USAHA
RAKYAT
DAN
PERUSAHAAN PENJAMIN KREDIT USAHA RAKYAT. sesuai dengan aslinya Pasal 1 Menetapkan Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat. Pasal 2 (1)
Penyalur Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, yaitu:
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
1. Penyalur Kredit Usaha Rakyat untuk Kredit Usaha Rakyat Mikro, yaitu a. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; b. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; c. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; d. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur; dan e. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat; 2. Penyalur Kredit Usaha Rakyat untuk Kredit Usaha Rakyat Ritel, yaitu a. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; b. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; c. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; d. Bank
Pembangunan
Daerah
Nusa
Tenggara
Timur; dan e. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat; 3. Penyalur Kredit Usaha Rakyat untuk Kredit Usaha Rakyat Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, yaitu a. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; b. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; c. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; d. PT Bank Sinarmas; dan e. PT Bank Internasional Indonesia Maybank. (2)
Penyalur Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melaksanakan penyaluran Kredit Usaha Rakyat dengan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 3 (1)
Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, yaitu: a. Perusahaan
Umum
(Perum)
Jaminan
Kredit
Indonesia; dan b. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero). (2)
Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melaksanakan penjaminan Kredit Usaha Rakyat dengan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku
Ketua
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
Pasal 4 Pada
saat
Keputusan
Menteri
Koordinator
Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 5 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Oktober 2015 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ttd. DARMIN NASUTION
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
: a. bahwa sesuai dengan Pasal 8 Keputusan Presiden Nomor
14
Tahun
2015
tentang
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden, Nomor 19 Tahun 2015, ketentuan mengenai imbal jasa penjaminan, subsidi bunga dan fasilitas lainnya untuk pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan; b. bahwa dalam rangka melaksanakana Pasal 8 Keputusan
Presiden Nomor 14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsisdi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat c. bahwa
sehubungan
dengan
implementasi
Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 sebagaimana dimaksud
dalam
huruf
b,
dalam
perkembangannya
dipandang perlu untuk memperluas cakupan subsidi bunga sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Komite Kebijakan yang dibentuk dengan Keputusan Presiden
Nomor
14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a; d. bahwa untuk perluasan cakupan subsidi sebagaimana
dimaksud dalam huruf c, perlu dilakukan pengaturan kembali terhadap tata cara pelaksanaan subsidi bunga untuk Kredit Usaha Rakyat yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat; Mengingat
: 1. Undang-Undang
Nomor
Perbendaharaan
Negara
1
Tahun
(Lembaran
2004
tentang
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
103,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 5423). MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1.
Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah
kredit/pembiayaan
modal
kerja
dan/atau
investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak, namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2.
Subsidi Bunga KUR yang selanjutnya disebut Subsidi Bunga adalah subsidi berupa bagian bunga yang menjadi beban pemerintah sebesar selisih antara tingkat bunga yang diterima oleh penyalur KUR dengan tingkat bunga yang dibebankan kepada penerima KUR.
3.
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
yang
selanjutnya
disebut
Komite
Kebijakan adalah komite yang dibentuk oleh Presiden dengan Keputusan Presiden yang diberi kewenangan dalam memberikan arahan terhadap kebijakan program KUR. 4.
Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha produktif sebagaimana ditetapkan oleh Komite Kebijakan.
5.
Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan bukan bank yang ditunjuk untuk menyalurkan KUR.
6.
Perjanjian Kerjasama Pembiayaan KUR yang selanjutnya disebut Perjanjian Kerjasama adalah perjanjian tertulis antara kuasa pengguna anggaran atas nama Menteri Keuangan mewakili pemerintah dengan Penyalur KUR.
7.
Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disingkat K/L adalah kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara.
8.
Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas
penggunaan
anggaran
pada
kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan. 9.
Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kewenangan dan tanggung jawab dari PA untuk menggunakan anggaran yang dikuasakan kepadanya.
10. Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
yang
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
11. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN
adalah
pejabat
yang
diberi
tugas
untuk
melaksanakan fungsi BUN. 12. Bagian Anggaran yang selanjutnya disingkat BA adalah kelompok anggaran menurut nomenklatur kementerian negara/lembaga dan menurut fungsi BUN. 13. Menteri Keuangan yang selanjutnya disebut Menteri adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara. BAB II TUJUAN Pasal 2
(1) Pemberian Subsidi Bunga bertujuan untuk mendukung pelaksanaan program KUR kepada Penerima KUR. (2) Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan
oleh
KPA
mewakili
pemerintah
kepada
Penyalur KUR.
BAB III TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA Pasal 3 (1) Dana Subsidi Bunga dialokasikan dalam APBN. (2) Menteri
selaku
PA
atas
anggaran
belanja
subsidi
menetapkan pejabat pada K/L yang membidangi subsidi atas bunga KUR sebagai KPA. (3) Menteri dapat mempertimbangkan masukan dari Komite Kebijakan dalam rangka menetapkan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Penetapan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan Keputusan Menteri.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 4 (1)
Subsidi Bunga dibayarkan melalui skema kerjasama yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama.
(2)
Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a.
hak dan kewajiban para pihak; dan
b.
sanksi atas pelanggaran atas hak dan kewajiban para pihak.
Pasal 5 (1) Setiap awal tahun anggaran, KPA menyusun indikasi kebutuhan
dana
berikutnya mengenai
Subsidi
berdasarkan tata
cara
Bunga
tahun
peraturan
perencanaan,
angaran
perundangan
penelaahan,
dan
penetapan alokasi BA BUN. (2) Indikasi kebutuhan dana Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun antara lain berdasarkan : a.
perkiraan baki debet pokok pinjaman (outstanding) KUR pada tahun anggaran berikutnya;
b.
plafon penyaluran tahunan KUR yang ditetapkan oleh
Komite
Kebijakan
untuk
masing-masing
Penyalur KUR; dan/atau c.
perkiraan tunggakan Subsidi Bunga pada periode tahun-tahun sebelumnya
(3) Indikasi kebutuhan dana Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh KPA kepada pejabat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang menjalankan fungsi PA atas anggaran belanja subsidi: Pasal 6 (1) KUR disalurkan dengan ketentuan tidak melampaui plafon penyaluran tahunan KUR yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan untuk masing-masing Penyalur KUR.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Selisih lebih penyaluran KUR yang melampaui plafon penyaluran tahunan KUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak diberikan Subsidi Bunga. Pasal 7 (1)
Besaran Subsidi Bunga ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
(2)
Besaran Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci per jenis kredit yang terdiri atas:
(3)
a.
KUR mikro;
b.
KUR ritel;
c.
KUR penempatan tenaga kerja Indonesia;
d.
KUR lain yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan.
Dalam
rangka
sebagaimana
penetapan dimaksud
besaran pada
ayat
Subsidi
Bunga
(1),
Menteri
mempertimbangkan: a.
kebijakan yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan;
b.
kemampuan
pemerintah
menyediakan
alokasi
belanja subsidi; dan/atau c. (4)
data dan informasi pendukung lainnya.
Selain menetapkan besaran Subsidi Bunga, Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pula ketentuan mengenai tanggal mulai berlakunya.
(5)
Besaran Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk penyaluran KUR yang akad kreditnya
ditandatangani
sebelum
tanggal
mulai
berlakunya Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 8 (1) Perhitungan Subsidi Bunga dilakukan berdasarkan rumus besaran Subsidi Bunga dikali outstanding KUR dikali hari bunga dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(2) Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan setiap bulan kepada Penyalur KUR. (3) Hari
bunga
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
merupakan jumlah hari dalam satu periode penagihan Subsidi Bunga dimana outstanding pokok pinjaman KUR tidak berubah.
Pasal 9 (1) Penyalur KUR mengajukan permohonan pembayaran Subsidi Bunga kepada KPA. (2) Permohonan pembayaran Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a.
diajukan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan atas outstanding KUR per akhir bulan sebelumnya;
b.
disertai data pendukung yang terdiri dari : 1. surat permohonan pembayaran Subsidi Bunga sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; 2. rincian tagihan Subsidi Bunga per jenis kredit sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; 3. rekapitulasi tagihan sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; 4. kuitansi atau bukti penerimaan pembayaran yang telah ditandatangani direksi Penyalur KUR; dan 5. arsip data komputer Subsidi Bunga.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
(3)
Kebenaran data pendukung permohonan pembayaran Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, menjadi tanggung jawab Penyalur KUR.
Pasal 10 (1) KPA melakukan verifikasi atas permohonan pembayaran Subsidi
Bunga
yang
diajukan
oleh
Penyalur
KUR
berdasarkan data yang terdapat dalam sistem informasi kredit program. (2) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam
Berita
Acara
Verifikasi
yang
ditandatangani oleh KPA dan Penyalur KUR.
Pasal 11 Pelaksanaan
mekanisme
pembayaran
Subsidi
Bunga
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional yang ditetapkan oleh KPA.
Pasal 12 Tata cara pencairan dana Subsidi Bunga oleh KPA dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pelaksanaan APBN.
BAB IV AKUNTANSI DAN PELAPORAN Pasal 13 KPA menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
BAB V PENGAWASAN Pasal 14 Pengawasan atas ketepatan pembayaran Subsidi Bunga dilaksanakan dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan KUR serta perubahannya.
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 (1)
Untuk KUR yang telah disalurkan sampai dengan 31 Desember 2015, besaran Subsidi Bunga tetap mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 sampai dengan berakhirnya masa pemberian Subsidi Bunga KUR sesuai akad kredit antara Penyalur KUR dengan Penerima KUR.
(2)
Pelaksanaan imbal jasa penjaminan atas KUR yang telah disalurkan sampai dengan 31 Desember 2014, tetap mengacu pada Perjanjian Kerjasama Penjaminan antara KPA dengan Perusahaan Penjamin sampai dengan berakhirnya
masa
penjaminan
KUR
berdasarkan
Perjanjian Kerjasama Penjaminan dimaksud. (3)
Peraturan
dan/atau
ketentuan
pelaksanaan
yang
didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015
tetap
berlaku
sepanjang
tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri ini. (4)
Terhadap
Perjanjian
ditandatangani ditetapkan,
KPA
sebelum
Kerjasama Peraturan
melakukan
yang Menteri
penyesuaian
berdasarkan pada Peraturan Menteri ini.
KUMPULAN PERATURAN
telah
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
ini
dengan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
BAB VII PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17 Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan. Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Februari 2016 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Februari 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 251
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
SURAT PERMOHONAN PEMBAYARAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT Kop Surat Penyalur KUR Nomor Lampiran Hal
: : :
1 (satu) berkas Permohonan Pembayaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat
...(tempat)..., ...(tanggal)...
Kepada Yth. .....(diisi jabatan Kuasa Pengguna Anggaran).... .....(diisi tempat kedudukan Kuasa Pengguna Anggaran).... Sehubungan dengan pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh ................ (diisi nama Bank Pelaksana) ............., dengan ini kami mengajukan tagihan Subsidi Bunga KUR sebagai berikut: Periode Sebesar
: (diisi periode tagihan KUR) : (diisi nominal jumlah tagihan dalam angka dan dalam huruf)
Pencairan atas tagihan tersebut mohon untuk ditransfer ke rekening kami di: Nama Pemilik Rekening NPWP Bank Nomor Rekening
: : : :
(diisi rekening Bank Pelaksana) (diisi Nomor Pokok Wajib Pajak Bank Pelaksana) (diisi nama bank tempat rekening Bank Pelaksana) (diisi nomor rekening Bank Pelaksana)
Kebenaran data pendukung yang terlampir dalam surat ini merupakan tanggung jawab kami sepenuhnya. Demikian kami sampaikan, atas kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih. .....(diisi nama Bank Pelaksana)..... Direksi, (diisi nama Direksi Penyalur KUR)
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat Mikro (KUR Mikro) dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR Mikro Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Mikro)...
No
Nama Debitur
Tgl & Nomor Akad Kredit
Status Akad Kredit B=Baru P=Perpanjangan S=Suplesi R=Restrukturisasi
Jangka Waktu Kredit
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 . Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 . Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Jumlah Hari Bunga Outstanding
Outstanding KUR per Jenis Kredit Kredit Kredit Modal Investasi Kerja
% Tingkat Bunga % Bunga ke Debitur
% Subsidi Bunga
Nilai Tagihan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2 3 . Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 . Jumlah
Keterangan : 1. 2. 3.
Subsidi Bunga KUR Mikro: (diisi Subsidi Bunga yang berlaku) Rekapitulasi dibuat per sektor usaha; Rekening Koran terlampir. .....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi, ....(diisi nama Penyalur KUR).... MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT RITEL Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat Ritel (KUR Ritel) dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR Ritel Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Ritel)...
No
Nama Debitur
Tgl & Nomor Akad Kredit
Status Akad Kredit B=Baru P=Perpanjangan S=Suplesi R=Restrukturisasi
Jangka Waktu Kredit
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 . Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 .
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) ....
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Jumlah Hari Bunga Outstanding
Outstanding KUR per Jenis Kredit Kredit Kredit Modal Investasi Kerja
% Tingkat Bunga % Bunga ke Debitur
% Subsidi Bunga
Nilai Tagihan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
1 2 3 . Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 . Jumlah
Keterangan : 1. 2. 3.
Subsidi Bunga KUR Ritel: (diisi Subsidi Bunga yang berlaku) Rekapitulasi dibuat per sektor usaha; Rekening Koran terlampir. .....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi, ....(diisi nama Panyalur KUR).... MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT TENAGA KERJA INDONESIA Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat Tenaga Kerja Indonesia (KUR Tenaga Kerja Indonesia) dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR Tenaga Kerja Indonesia Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Tenaga Kerja Indonesia)...
No
Nama Debitur
Tgl & Nomor Akad Kredit
Status Akad Kredit B=Baru P=Perpanjangan S=Suplesi R=Restrukturisasi
Jangka Waktu Kredit
Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1 2 3 . Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1 2 3 . Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Jumlah Hari Bunga Outstanding
% Tingkat Bunga Outstanding KUR
% Bunga ke Debitur
% Subsidi Bunga
Nilai Tagihan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
2 3 . Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1 2 3 . Jumlah
Keterangan : 1. 2. 3.
Subsidi Bunga KUR Tenaga Kerja Indonesia: (diisi Subsidi Bunga yang berlaku) Rekapitulasi dibuat per negara tujuan; Rekening Koran terlampir. .....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi, ....(diisi nama Penyalur KUR).... MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT ........... (LAINNYA) Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat ... (KUR...) dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR... Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR...)...
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
.....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi, ....(diisi nama Penyalur KUR).... MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO/RITEL/TENAGA KERJA INDONESIA/LAINNYA Rekapitulasi Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro/Ritel/Tenaga Kerja Indonesia/(Lainnya) dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR Mikro/Ritel/Tenaga Kerja Indonesia/(lainnya) Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Mikro/Ritel/Tenaga Kerja Indonesia/(lainnya)...
.....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi, ....(diisi nama Penyalur KUR).... MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1355/KMK.05/2015 TENTANG BESARAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a.
bahwa dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing produksi dan
akses
permodalan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), Pemerintah perlu memberikan insentif dalam pembiayaan usaha produktif yang, di berikan antara lain dalam bentuk subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat; b.
bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
146/PMK.05/2015 tentang
Tata Cara
Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat, Menteri
Keuangan
berwenang
untuk
menetapkan besaran subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat; c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, maka dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Besaran
Subsidi Bunga Kredit Usaha
Rakyat.
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Mengingat :
1.
Peraturan tentang
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 Tata
Pendapatan
Cara
dan
Pelaksanaan
Belanja
Negara
Anggaran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103); 2.
Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor ·14 Tahun 2015 Tentang Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3.
Keputusan Presiden Nomor 121/PTahun 2014;
4.
Peraturan
Menteri
Perekonomian Pedoman
Koordinator
Nomor 8 Tahun 2015
Pelaksanaan
Kredit
Bidang tentang
Usaha
Rakyat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604); 5.
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 112~); MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
KEPUTUSAN MENTERI BESARAN
SUBSIDI
KEUANGAN
BUNGA
TENTANG
KREDIT USAHA
RAKYAT
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
PERTAMA
:
Menetapkan besaran subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat
(KUR) kepada Penyalur KUR
dengan
Ketentuan sebagai berikut: a. untuk KUR Mikro sebesar 10% (sepuluh persen); b. untuk KURRitel sebesar 4,5% (empat koma lima persen); c. untuk KUR Penempatan TKI sebesar 12% (dua belas persen): KEDUA
:
Ketentuan mengenai besaran subsidi bunga KUR sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA berlaku
untuk
penyaluran
KUR yang
akad
kreditnya ditandatangani mulai hari kerja pertama tahun 2016. KETIGA
:
Untuk penyaluran KUR yang akad ditandatangani Desember
2015,
mengacu dalam
sampai
pada
besaran
kreditnya
dengan tanggal 31 subsidi
bunganya
ketentuan sebagaimana "diatur
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat dan bersifat tetap sampai dengan berakhirnya jangka waktu kredit KEEMPAT
:
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan
Keputusan Menteri ini disampaikan
Kepada : 1.
Menteri Koordinator Bidang Perekoriomian;
2.
Ketua Badan Perneriksa Keuangan;
3.
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
4.
Guberrrur Bank Indonesia;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
5.
Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan;
6.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
7.
Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;
8.
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan,
Kementerian Keuangan; 9.
Kuasa
Pengguna Anggaran Pernbayaran
Subsidi Bunga KUR; 10.
Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta II;
11.
Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal, Kementerian Keuangan;
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2015 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 844/KMK.02/2015 TENTANG PENUNJUKAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN DALAM RANGKA PEMBAYARAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
: a. bahwa dalam rangka pembayaran subsidi bunga untuk Kredit Usaha Rakyat, dialokasikan anggaran dalam Bagian Anggaran 999.07 (Pengelolaan Belanja Subsidi); b. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan
Keuangan anggaran
selaku belanja
Dan
Belanja
Pengguna subsidi
Negara,
Anggaran
menetapkan
Menteri
atas
bagian
pejabat
pada
kementerian negara/lembaga yang membidangi fungsi pelaksanaan pemberian subsidi selaku Kuasa Pengguna Anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam
huruf
a
dan
huruf
b,
dan
dalam
rangka
melaksanakan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat,
perlu menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran Dalam Rangka Pembayaran Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat; Mengingat
: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
103,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 5423); 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
Memperhatikan
a. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor S173/M.EKON/07/2015 tanggal 28 Juli 2015 hal Usulan KPA Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat; b. Surat Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 32/M.KUKM.1/VII/20115 tanggal 31 Juli 2015 hal KPA Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat; MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENUNJUKAN KUASA
PENGGUNA
ANGGARAN
DALAM
RANGKA
PEMBAYARAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT. PERTAMA
: Menunjuk Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dalam rangka pembayaran Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat.
KEDUA
: Dalam melaksanakan kewenangan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA wajib memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KETIGA
: Kuasa Pengguna
Anggaran yang diangkat berdasarkan
Keputusan Menteri ini, segera menyampaikan spesimen tanda tangan dan parafnya kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta II. KEEMPAT
: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 4. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 5. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan; 6. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan; 7. Direktur Jenderal Anggaran; 8. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
9. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan; 10.
Kepala
Kantor
Pelayanan
Perbendaharaan
Negara
Jakarta II; 11.
Yang bersangkutan, untuk diketahui dan dipergunakan
sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 7 Agustus 2015 MENTERI
KEUANGAN
REPUBLIK
INDONESIA, ttd. BAMBANG P.S. BRODJONEGORO
KUMPULAN PERATURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2016