BUDIDAYA PEMBIBITAN TEMBAKAU DI WILAYAH JAWA TENGAH Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. Pendahuluan Tanaman
tembakau
(Nicotianae
Tabacum
L)
merupakan
komoditi tanaman semusim perkebunan yang sangat strategis dan mempunyai dampak sosial yang luas.Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar,Hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.Sumbangan tembakau terhadap pendapatan petani dan negara cukup besar. Usaha tani dan industri tembakau dapat menghidupi sekitar 10 juta jiwa yang meliputi 4 juta petani, 600.000 orang tenaga kerja di pabrik-pabrik rokok, 4,5 juta orang yang terlibat dalam perdagangan dan 900.000 orang terlibat dalam transportasi dan periklanan. Tembakau memberikan sumbangan pendapatan negara dalam bentuk cukai yang meningkat setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 55,4 trilyun, tahun 2010 sebesar Rp. 63,3 trilyun, tahun 2011 sebesar Rp. 66,01 trilyun, tahun 2012 sebesar 80 trilyun dan target tahun 2013 ini sebesar Rp. 95 trilyun (Ditjenbun, 2013). Namun, komoditi tembakau juga merupakan komoditi yang kontroversial yaitu antara manfaat dan dampaknya terhadap kesehatan, sehingga
dalam
pengembangannya
harus
mengacu
pada
penyeimbangan supply dan demand, peningkatan produktivitas dan mutu serta peningkatan peran kelembagaan petani (Anonim, 2012). Jawa Tengah merupakan sentra penghasil tembakau ketiga setelah Jawa Timur dan NTB. Total luasan tanaman tembakau di Jawa Tengah mencapai 45.930 ha (Tempo, 2012). Bahkan tembakau temanggung merupakan bahan penting dalam industri rokok kretek, karena memiliki aroma dan rasa yang khas (Balittas, 2011).Dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas, maka penggunaan benih tembakau unggul dan bermutu sangat diperlukan.Usaha/budidaya
pembibitan tembakau yang baik dilakukan dalam rangka menyediakan kebutuhan benih unggul dan bermutu.
II. Teknik Pembibitan Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. 1. Pembibitan Sistem Bedengan Kegiatan pembibitan tembakau dengan sistem bedengan dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut : a.
Persiapan benih Langkah pertama dalam pembibitan adalah persiapan benih yaitu dengan menggunakan benih yang bermutu dari varietas unggul.Benih
yang
bermutu
dan
varietas
unggul
dapat
menentukan hasil tembakau.Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul. Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 - 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat.Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu.
b.
Pemilihan tempat pembibitan Tempat pembibitan harus cukup terbuka, dekat areal pertanian, mendapat sinar matahari yang cukup terutama pada pagi hari. Lapisan tanahnya cukup tebal, subur, daya menahan air dan drainase baik. Di samping itu, tempat pembibitan juga dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman, bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan bebas dari gangguan hewan peliharaan, hama dan penyakit.
c.
Pembuatan bedengan Pembuatan
bedengan
diawali
dengan
pengolahan
tanah.Pengolahan tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 - 35 hari sebelum penaburan benih.Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 - 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 - 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah utara selatan yang berukuran lebar 1 m panjang 5 m sedangkan tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 - 100 cm. d.
Penaburan benih Penaburan benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk NPK dosis 0,5 - 1 kg/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul.Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.
e.
Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan dalam pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Penjarangan
bibit
(reseting)
perlu
dilakukan
untuk
menghindari kelembaban yang berlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disamping itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam.Reseting dilakukan pada umur 21 hari. Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan. Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen (atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 - 20 hari, pukul 07.00 12.00 pada saat umur bibit 20 - 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari. Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan. Setelah bibit berumur 20-25 hari dilakukan penjarangan, sehingga jarak antara bibit teratur antara 4 cm x 4 cm sampai 5 cm x 5 cm, sehingga tiap m2
bedengan
terdapat 400 – 625
bibit.Atau dilakukan pencabutan bibit dan dipindah ke bedengan lain dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm (disebut ”pataran” bibit). Bedengan pataran biasanya di dekat lahan yang akan ditanami
tembakau. Bibit pataran ini dapat ditanam di lahan setelah 20-25 hari. Pengendalianhama
dilakukan
sesuai
jenis
hama
dan
penyakit yang menyerang tanaman tembakau dan dilakukan secara terpadu. Bahkan di awal pengolahan tanah juga dilakukan teknik solarisasi tanah. Menurut Cicu (2011), solarisasi tanah merupakan suatu metode disinfestasi tanah alternatif yang sederhana, aman, efektif, tidak meninggalkan residu, dapat dengan mudah diaplikasikan pada skala kecil atau skala luas, dan dapat dikombinasikan dengan metode pengendalian yang lain seperti aplikasi pestisida dosis rendah, aplikasi pupuk (pupuk hijau, pupuk organik, atau pupuk buatan), dan agens hayati, serta mempunyai efek pengendalian jangka panjang. Di samping itu, menurutnya penggunaan metode solarisasi juga dapat mengontrol patogen-patogen
tanaman
tular
tanah
(nematoda
parasit,
cendawan, dan beberapa bakteri) dan gulma secara efektif, memperbaiki
kesuburan
tanah,
meningkatkan
pertumbuhan
tanaman meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial di dalam tanah dan menstimulir pertumbuhan mikroflora tanah. Menurut Sinambela (2000), hama yang sering menyerang tanaman tembakau virginna di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah adalah, belalang, ulat grayak (Spodoptera litura F), ulat pupus (Heliothis assulta Gn) serta kutu daun (Myzus percisae Sulz). Di samping itu juga ada penyakit puru akar, TMV (Tobacco Mozaic Virus) dan layu bakteri. f.
Seleksi dan pencabutan. Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 - 13 hari, 20 - 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 40 hari, tinggi bibit 10 - 12 cm, diameter batang 0,8 - 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun coklat dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
menyiram bedengan sebelumnya.Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna.
2. Pembibitan Sistem Polybag Kelebihan
utama
dari
sistem
pembibitan
di
dalam
polybagadalah :
mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan bibit,
mengurangi tingkat kematian bibit,
menghilangkan stagnasi dan
menyeragamkan pertumbuhan bibit.
Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol. Cara pembibitan dengan sistem polybag pada awalnya sama
seperti sistem bedengan, hanya setelah umur bibit 21 hari bibit dipindahkan ke polybag.Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan : 1. pada tanah berat
5:3:2
2. pada tanah sedang 5 : 2 : 2 3. pada tanah ringan
5:3:1
Di samping itu media dicampur dengan pupuk NPK dengan dosis 1,5 ± 2 kg pupuk NPK setiap 1 m 3 tanah. Ukuran plastik media adalah panjang 110 cm dan diameter 110 cm. Tanah media dimasukkan ke dalam plastik polybag.Tanah media tersebut sebelumnya disterilisasi dengan metode solarisasi selama 14 ± 20 hari.Selanjutnya bibit yang telah berumur 3 minggu (21 HSS) dipindahkan ke polybag dan dilakukan penyiraman seperti pada pembibitan bedengan. Pemeliharaan dan kriteria sealur seperti pada pembibitan bedengan, hanya bedanya pada pembibitan polybag telah dilakukan seleksi bibit dan pengaturan jarak tanam. Jadi semua alur sama dengan seperti dituturkan dalam pembibitan bedengan tersebut diatas.
III. Penutup Tanaman tembakau memberikan dampak cukup luas dalam kehidupan masyarakat khususnya jawa tengah sebagai sentra tanaman
tembakau
urutan
ketiga
setelah
Jawa
Timur
dan
NTB.Sehingga penyediaan benih unggul dan bermutu sangat diperlukan dan terus dikembangkan. Pembibitan tembakau dapat dilakukan dengan sistem bedengan maupun
polybag.Masing
–
masing
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan, tergantung kebutuhan dan tujuan pembibitan dari masing–masing penangkar/produsen bibit. Penanganan teknik pembibitan dilakukan secara baik dan professional mulai dari awal pemilihan varietas, pemilihan lokasi, pengolahan
lahan/tanah,
penaburan
benih,
pemeliharaan,
pengendalian hama, penyakit danpencabutan benih agar didapatkan benih/bibit yang sesuai standar dan bermutu tinggi.
Daftar Pustaka Anonim.2013.http://ditjenbun.deptan.go.id/tansim/berita-190pertemuan-koordinasi-alokasi-dan-evaluasi-dana-bagi-hasil-cukaihasil-tembakau-dbhcht-tahun-2013.html. Diakses pada 12 Nopember 2013. Anonim.2012.http://www.herdinbisnis.com/2012/06/budidayatembakau-draft.html#.UnnvE_s3TMw. Diakses pada 12 Nopember 2013. Anonim.2012.http://www.tempo.co/read/news/2012/07/23/173418670/ Rencana-Konversi-Lahan-Tembakau-Ditolak. Diakses pada 12 Nopember 2013. Cicu. 2011. Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi. Superman (Suara Perlindungan Tanaman) Volume 1 Nomor 4 Tahun 2011. Mamuju Rochman, F dan Sri Yulaikah. 2011. Varietas Unggul Tembakau Temanggung. Balittas. Malang
Sinambela, R. S. M. 2000. Pengelolaan Persemaian Tanaman Tembakau Virginia di Pertanaman Tembakau Virginia Pengusaha Binaan PT. BAT Indonesia Bagian Pertembakauan Klaten Jawa Tengah.Skripsi. Institut Pertanian Bogor