SURVEYLAME NYAMUK Aedes soo. SEBAGAT VEKTOR DBD Oleh : EdY Riwidiharso Fakultas Biologi Unsoed PENDAHUTUAN DBD (Demam Bedarah Dengue) adatah penyakit yang dtsebabkan oteh tnfuksi virus dengue melaluivektor nyamuk Aedes spp. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular
yarg berbahaya dan dapat menimbulkan kernatian dalam waltu singkat. Mrus penyakit
DBD
termasuk dalam kelompok Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang dikenal sebagai genus
Ftwivirus, famili Ftaviviridae dengan 4 jenis serotipe, yaitu; OEN-I, OENZ, DESI-S, OEN4 (Supnyadi, 2OL2l. Tanda-tanda penderita DBD pada umumnya adalah panas mendadak secara
terus rnen€rus selama 5-7 hari, femah, nyerl, timbul bfntik-bintik nrerah, dan teriad pendarahan (Suyanto et al., ZOLLI.
Penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di lndonesia. Menurut Winarsih {20L21, DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya, dengan
jumlah penderita 48 orang dan nilaf Case Fotolity Rdte (CFRI sebesar 41,3 %. Tahun 2dl8 tercatat kasus DBD di lndonesia sebanyak L37.469 kasus dengan
CFR
486% danUncident Ratel
lR sebesar 59,02 per 10O.mO penduduk, pada tahun 2OO9 mengalami kenaikan yaitu sebesar
154.855 kasus, CFR 0,89% dengan lR sebesar 66,48
[email protected], dan pada tahun 2010 lndonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD
di ASEAN yaitu
sebanyak 156.086 kasus
dengan angka kematian 1.358 orang Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.485 kasus dengan kematian 403 orang (Ditjen PP
&
PL Kemenkes Rl, 2011 dalom Yusry
2013). Program pencegahan dan pemberantasan DBD di lndonesia telah berlangsung kurang Iebih 42 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 4t,395 pada tahun 1968 menjadi
tahun 2Q19. Angka tCrSebut SUkup signifikan dalam hal penurunan jumlah kematian, akan tetapi jumlah angka kesakitan semakin meningkat. Jumlah penderita DBD
Q,87% pada
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin meluas, bukan hanya terjadi pada anakanak tetapi juga pada orang tua (Winarsih, 20t2l. Dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 terjadi kasus DBD sebanyak 19.329 orang
bio.unsoed.ac.id
dengan angka kematian mencapai 238 orang, Incidence Rafe (lR) 58,1 per 100.000 penduduk, dan cqge Fqtplity Rqt€ (cFR) L,25% (Anonim,2011l.
Banyumas merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang daerahnya banyak
terdapat kasus DBD. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2013, Berdarah Dengtre (DBD) merupakan penyak-it endemis di beberaBa daerah di
Demam
kejadian luar Banyumas. Tercatat pada tahun 2008-2013, di Kabupaten Banyumas telah terjadi
lima orang biasa DBD. Tahun 2co8 terdapat 285 kasus, tahun 2009 terdapat 382 kasus dengan terdapat meninggal, tahun 2010 terdapat 696 kasus dengan 7 orang meninggal, tahun 2011
201 kasus dengan 3 orang meninggal, tahun 2012 terdapat 199 kasus dengan satu orang (Anonim' dan pada tahun 2013 hingga minggu ke-24 telah terjadi 341 kasus DBD meninggal, 2013).
tl.
rsl penularan penyakit DBD melalui nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang
aktit mengisap darah. Menurut Hadi dan Koesharto (20061 nyamuk A. oegypti dan A- albopictus
pukul 16.@ menggigit manusia pada pagi hari antara pukul 08.0049.00 dan pada sore hari 17.@, sedangkan menurut Lestari {2007) akivitas menggigit nyamuk A. aegypti dan A' olbopidus pagi hari antara pukul 9.0S10.m. Resiko penularan demam berdarah dengue menjadi lebih besar karena diketahui bahwa nyamuk dewasa A. aegypti rata-rata dapat paling banyak menghisap darah manusia sebanyak 5 kali dalam sehari, paling sedikit 3 kali dan 7 kali dalam sehari (Hakim dan Kusnandar, 2010).
Klasifikasi nyamuk Aedes;pp. menurut Gandahusada
et qL
(24001 adaleh sebagai
berikut: Phylum : Arthropoda Class
lnsecta
Ordo
Diptera
Familia
Culicidae
Genus
Aedes
Species
Aedes spp.
Ukuran tubuh nyamukAedes spp. berkisar antara
5€ mm, kaki 3 pasan& dan memiliki
bio.unsoed.ac.id
2 pasang sayap, satu pasang sayap mengalami rudimenter. Nyamuk Aedes spp' betina memiliki probocis yang panjang dan kuat dibandingkan dengan probocis nyamuk jantan. Tubuhnya
terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan berukuran lebih daripada nyamuk betina fthielman dan Hunter,
zSJ]. Habjtat utama
kecil
Aedes spp. adalah di
dalam maupun di luar rumah. Nyamuk A. aegyptimempunyai habitat di dalam rumah terutama pada penampungan air bersih yang tidak berhubungan dengan tanah, sedangkan A. albopictus dapat hidup dan berkembang biak dengan baik di lubang-lubang pohon, drum, ban mobil bekas
ataupun p€nampungan air hujan yang berada di luar rumah (Hadi et ol.,20t2l. Bagian tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih. Perbedaan antara keduanya ada pada garis putih pada skutumnya. ,4. oegyptimempunyai dua garis lengkung yang benivarna putih pada kedua sisi skutum, sedangkan
A.
albopictus mempunyai satu garis lurus yang terletak di
tengah skutum.
:.ii'l
::r,,J;
.lir:,.i ii:t.:l:j:t+!::i::::l:Fr.:=i:jr:::.-.ii:a,:r::::.ii;t.r:rs:i;s::i:!j;::i::i!!:i:.ji:.iisiri*:r-::;t=il=r::c:r+t:rr.inii:lr:il
Gambar 1.1 NyamukA. oegypti dan A. olbopictus (Anonim',2013). Keterangan gambar:
A. A.aegypti B. A. olbopidus 1. tina (melengkung
untuk A . oegypti dan lurus untuk
A.
olhopictusl
2. Mata majemuk 3. Antena
4.Patpus maxili,ary 5. Probochis
Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk paniang dan langsing
serta terdiri atas 15 segmen (Subeki, 2005). Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk
bio.unsoed.ac.id
membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat Wagellal pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lgbih sedikit digebut
pilox
(Subekti, 2005).
nt ,rjif
fn
l_i
f\ Gambar
2. Perbedaan Nyamuk
Jant
/ Ft\ %
an dan Nyamuk Betina (Ananimb,2013)
Keterangan gambar: Nyamuk Jantan Nyamuk Betina 1. Caput 2. Thoraks
A. B.
3. 4. 5.
Abdomen Probochis
6. 7.
A. Palpus Moxillory (lebih panjang dari probochisnya) B- Polpus Mmitlory Hih pendek dari prsbochisnya) Anten na (tipe pl u m ose pada ja nta n dan tipe pi I ose pada betina| Sayap
8.
Kaki
Nyamuk betina kontak langsung dengan manusia untuk menghisap darah yang kemudian darah tersebut digunakan pada proses pematangan sel-sel telurnya, semakin sering menghisap darah manusia maka semakin cepat virus dengue menyebar ke manusia yang lain dan semakin sering nyamuk bertelur. Menurut Ester (1999), diperkirakan lamanya virus dengue
memperbanyak diri dan tersebar ke berbagai jaringan dalam tubuh nyamuk adalah 8-10 hari. Penyebaran virus dengue terdapat pada kelenjar liur nyamuk, sehingga siap dipindahkan ke
bio.unsoed.ac.id
tubuh manusia saat menghisap darah.
Nyamuk yang sudah pernah kontak langsung dengan manusia atau sudah pernah
bertelur lparousl, dapat diketahui dengan melakukan pembedahan ovariumnya. Ovarium
nyamuk yang sudah pernah bertelur (parousl menunjukan ciri-ciri ujung pipa udara (trocheolusl
sudah terurai dan terlepas gulungannya, sehingga terjadi dilatasi pada ovariumnya. Pada ovarium nyamuk yang belum pernah bertelur (nulliparous) ciri
ovarium nyamuk sudah terjadi dilatasi maka umur nyamuk tersebut cukup lama (Manuki, zms). ,'T.ttg FlF6*lFa r:dge t€r{t!.i
SvSriurn Dnrour
Gambar 3. Tracheolus nyamuk parous {Marzuki, 2005}
OvE$ln ndi.pamus
Gambar 4. Tracheolus nyamuk nulliparous {Marzuki, 2005}
,' gs i t/'-
J
rf
\\
t{ ;\..
s',. t|t^iiBs;il I, ---f-'.,kie;7 \
f$_ ss--+* !i,' .F .iEr i F#Ef .,t
'"f
'\,UrI:-
\- .;'
f i.-* !
,r
$*ns,l tehr
.{p€rF,fl
irr$l
flilataS
Gambar 4. Dilatasi pada ovarium nyamuk {porousl {Marzuki, 2005}
bio.unsoed.ac.id
Survey kepadatan nyamuk dewasa merupakan hal yang penting untuk mendeteksi kepadatan nyamuk disamping p€ngamatan larvafientik. Pembuatan model distribusi nyamuk
adalah untuk mengetahui nyamuk yang ada
di suatu lokasi dan
memperkirakan jarak
pergerakan yang dilakukan nyamuk. Apabila populasi nyamuk tinggi, potensi terjadinya penyebaran DBD
di suatu wilayah akan lebih tinggi.
Jenis dan kepadatan nyamuk sebagai
vektor penularan penyakit mempengaruhi penyebaran penyakit (Soegilanto, 2006)' Hal serupa
juga dilaporkan oleh Departemen Kesehatan Rl (1990) dalam Marzuki {2005) bahwa, pengamatan terhadap nyamuk Aedes spp. dewasa sangat penting untuk mengetahui penyebaran, kepadatan, habitat serta dugaan resiko terjadinya wabah DBD.
III.
PfiIGEiIDAIIAN DBD pada saat sekarang ini sedang diterapkan pendekatan terpadu datam gengendalian
pengelolaan lingkungan, nyamuk dengan menggunakan semua metode yang tepat, baik secara pengendalian DBD pada umunya menggunakan penyemprotan (fogging),
biologi dan kimiawi.
(Sukamto, akan tetapi cara tersebut membutuhkan p€ngoperasian khusus dan biaya tinggi
2U7t. pengendalian
DBD melalui pengelolaan lingkungan contohnya adalah pemberantasan
vektor dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PsN). Menurut Ditien PP & PL (PSN-DBD) adalah Jakarta, 2005 dalam Sukamto 2W71, upaya pemberantasan sarang nyamuk
upaya untuk memberantas nyamuk Aedes oegyptidilakukan dengan cara menguras dengan yang cara menggosok tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali
bertujuan untuk merusak telur nyamuk, mengganti
air vas bunga, mengubur
atau
menyingkirkan barang-barang bekas, dan juga tidak menggantung pakaian di dalam ruangan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk antara lain yang telah memakai obat oles anti nyamuk lrepellentl, menggunakan tirai dan kelambu nyamuk
dicelup larutan insektisida. Penerapan pengendalian biologis dengan menggunakan ikan, misalnya ikan Larvivorus lGombusio affinis dan Poecilia reticulatal telah banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk Ae. Aegypti-
bio.unsoed.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Laporan Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Anonim". 2013. Laporan Data Endemisitas Demam Berdarah Dengue- Dinas Kesehatan Kabupaten BanYumas, BanYumas.
Anonimt. 2013. perbedaan nyamukAedes oegypti Jantan dan Betina. URL : http://eudanenvan-nva mu k-aedes-aesvptii nformasi-anda. blogspot.com/2013/02lperbedaa 2013. iantan 13.html. 23 Mei
Anonim". 2013. DBD (Demam Berdarah Dengue) masih meniadi masalah serius' URL http://dossil kreatif.wordpress.com. 1 ju ni 2013'
Ester,
M. 1999. Demam Pengendalian.
ECG,
:
Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
Jakarta.
Gandahusada, S., l.H. Herry, dan
W. Pribadi,. 2000. Parasitologi Kedokteran {Ed.3}.
Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran I ndonesia, J akarta. Hadi, U.K., S. Soviana, dan D.D. Gunandini. 2012. Aktivitas noktumal vektor demam berdarah dengue di beberapa daerah di lndonesia . tndonesian tournal of Entomology,9:l-6. Hakim, L
dan A.J. Kusnandar' 2010' Hubungan jumlah dan kepadatan penghuni rumah serta
keberadaan nyamuk dengan frekuensi menggigit nyamuk Aedes aegypti. Aspirotor,2: 92-98.
Mazuki. 2965. Studi Populasi dan Kapasitas Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Daerah Dengan Tingkat Endemisitas Berbeda. Tesis (tidak dipublikasikan). Magister llmu Kesehatan Universitas Diponegoro, Semarang.
Soegijantq 5. 2005. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Airlangga Presg Surabaya.
Subekti, R.M. 2005. Daya Bunuh Bacitlus thuriengiensrs lsolat Sampang Madura Terhadap Berbagai tnstar Larva Nyamuk Aedes oegypti. Skripsi {tidak dipublikasikan}. U
niversitas Brawijaya, Malang.
Sukamto. 2007. Studi karakteristik wilayah dengan kejadian DBD di Kecamatan Cilacap Selatan
Kabupaten Cilacap. Tesis ttidak dipublikasikan). Magister Kesehatan Lingkungan U
niversitas Diponegoro. Semarang.
bio.unsoed.ac.id
Supriyadi, D. 2012. Sistem informasi penyebaran penyakit demam berdarah menggunakan metode jaringan syaraf tiruan bock propagotio. Tesis (tidak dipublikasikan). Program studi Magister sistem lnformasi universitas Diponegoro. semarang.
fuyanto, S. Darnoto, dan D. Astuti. 2011. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan pra'rtek pengendalian nyamuk Aedes oegypti di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarla, Jurnol Kesehaton, 4: t-13. Thielman, A.C and F.F. Hunter. 2007. A photographic key to adult female mosquito species of Canada (Diptera: €ulicidae). Canadian lournal of Arthropod ldentification,5:L97-tL2. Winarsih, S. 2012. Hubungan kondisilingkungan rumah dan perilaku PSN dengan kejadian DBD. Journal of Public Heolth, L: l2l. yusry, y. 2013. Materi Epidemoilogi. URL: http:l/www.academia.edu/.html. 24 Mei 2O13.
bio.unsoed.ac.id