Pengendalian Aedes aegypti & Aedes albopictus Vektor ZIKA, Dengue & Chikungunya
Triwibowo Ambar Garjito
Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI. www.b2p2vrp.litbang.depkes.go.id
Bagaimana virus ZIKV menular?
Pola Penularan
Pola penularan utama Gigitan nyamuk Kemungkinan penularan lainnya Transplasenta dari ibu ke bayi Transfusi darah dan kontak seksual
Mosquito Bites: Aedes (Stegomyia) species
2
Vektor penular Zika Virus – – – – – – – – – –
Aedes aegypti Aedes albopictus Aedes africanus Aedes luteocephalus Aedes vittatus Aedes apicoargenteus Aedes furcifer Mansonia uniformis Culex perfuscus Anopheles coustani
Aedes aegypti dan Aedes albopictus diduga kuat merupakan vektor utama ZIKV di berbagai negara, karena adaptabilitasnya yang tinggi di berbagai wilayah di dunia.
Vektor penular utama Chik, Den dan ZIKV Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Dalam rumah
Luar rumah
Distribusi global Aedes aegypti
Moritz UG Kraemer et al. eLife Sciences 2015;4:e08347
Distribusi global Aedes albopictus
Moritz UG Kraemer et al. eLife Sciences 2015;4:e08347
Siklus hidup nyamuk Aedes (Stegomyia) kawin
Nyamuk betina membutuhkan darah untuk memproduksi telur Seekor Aedes betina dapat melakukan 3/lebih peletakan telur dlm hidupnya, diletakkan sedikit diatas permukaan air
Pupa berubah menjadi nyamuk
Nyamuk 2 - 3 hari
1 – 2 hari
Pupa
Pupa
telur
Telur menetas menjadi larva di dalam air (setelah 2-3 hari)
2 – 3 hari
4 – 5 hari
larva Larva instar keempat
Moulting ditiap perubahan stadium
Larva instar ketiga
Larva instar kedua
Larva instar pertama
Perilaku Ae. aegypti • Biasanya nyamuk betina mencari mangsa pada siang hari • Aktifitas menggigit mulai pagi sampai petang hari, dengan puncak aktifitas antara pukul 09.00 – 10.00 dan 16.00 – 17.00 • Jenis nyamuk ini mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah, • Tempat hinggap (istirahat) setelah menghisap darah untuk mematangkan telurnya : benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat perkembangbiakannya, biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.
Perilaku Ae. Aegypti ... -
Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. - Telur dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu –2oC sampai 42oC - Telur cepat menetas ditempat tergenang dengan kelembaban tinggi - Kemampuan bertelur nyamuk : Macfie (1915) mencatat nyamuk betina yang hidup selama 50 hari mampu bertelur sebanyak 15 kali dengan interval 3 hari - Seekor nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 752 selama 72 hari
Perilaku Ae. Aegypti ... • NYAMUK - Ketahanan hidup (Fielding, 1919) - Tidak fed, sampai 7 hari - Kenyang gula, sampai 20 hari - Kenyang susu dan gula, sampai 19 hari - Kenyang pisang, sampai 68 hari - Kenyang darah, sampai 93 hari
- Pengaruh suhu - Pada suhu 7-9oC A. aegypti dpt hidup sampai 82 hari - Pada suhu >36oC,A. aegypti tdk dpt hidup normal
Perilaku Ae. Aegypti ... Kec. Terbang : 0,5 – 1 meter/detik Jarak terbang - 400 – 1000 m (Cumming, 1931) - s/d 2,5 km (Wolfinsohn & Galun, 1953) • Reaksi terhadap bau - Ae. Aegypti atraktif terhadap keringat - Napas manusia sangat menarik perhatian Ae. Aegypti - CO2 • •
Penularan Dengue Virus oleh Aedes aegypti Mosquito feeds / Memperoleh virus
Intrinsic incubation period
Extrinsic incubation period
Viremia 0
Mosquito refeeds / menularkan virus
5 Sakit Orang#1
8
12
16
HARI Orang#2
Viremia 20
24 Sakit
28
Pengendalian Aedes aegypti dan Aedes albopictus
v v
Dengan Belum ditemukannya vaksin dengue, ZIKV maupun Chikungunya yang efektif dan dan metode pengendalian yang spesifik. Pengendalian vektor saat ini yang merupakan salah satu metode yang paling direkomendasikan selain penatalaksanaan kasus: v v v v v
Source reduction (3M plus) Pengendalian kimia (Space spraying & larvaciding) Pendidikan kesehatan (Masy & anak sekolah) Pelaksanaan kebijakan DBD-lintas sektoral Pendekatan terintegrasi
Beberapa metode pengendalian yang dapat dilakukan • Pengendalian Biologis
– Penggunaan predator spt, ikan pemakan jentik, larva nyamuk Toxorynchites – Penggunaan Copepoda Mesocyclops
• Mampu menurunkan populasi nyamuk hingga 90% di beberapa negara (Thailand, Vietnam, Tahiti) di tempat penampungan air yang sulit dikuras
– Penggunaan Bacillus thuringiensis pada bak penampuan air jernih
• Efektif mengendalikan larva Aedes aegypti di tempat penampungan air bersih (Penelitian Dra. Blondine, dkk, B2P2VRP Salatiga)
Beberapa metode pengendalian yang dapat dilakukan (2) • Pengendalian Fisik – Autocidal ovitrap • Mampu menurunkan populasi nyamuk di Singapore • Nilai suksesnya tergantung dari jumlah dan lokasi penempatan
– Sticky Ovitrap • Mampu menurunkan populasi nyamuk dan menjadi salah satu program pengendalian vektor DBD di Queensland
Beberapa metode pengendalian yang dapat dilakukan (3) • Pengendalian Kimiawi – Penggunaan insektisida • Thermal fogging • ULV
– Penggunaan larvasida • Untuk pengendalian larva
• Berbagai upaya pengendalian telah dilaksanakan : – Penyemprotan, Larvasidasi – Penggerakan peran serta masyarakat – Penyuluhan 3M Plus, Pokjanal belum berhasil menurunkan kasus DBD maupun Chikungunya
• Pelepasan Jantan mandul – Kerjasama BATAN dan B2P2VRP, blm dilakukan secara luas • Penggunaan biological control – Bti- skala terbatas cukup efektif, dalam taraf pengujian (B2P2VRP) • Autocidal ovitrap (lethal ovitrap) – dilaporkan dapat menurunkan populasi nyamuk, namun tergantung dari jumlah dan lokasi penempatan • Pendekatan Sistem informasi geografis – perlu dilakukan secara terintegrasi dengan beberapa pendekatan lainnya • Pelepasan Aedes aegypti ber wolbachia– Masih dalam penelitian di Yogyakarta.
Meskipun upaya pengendalian vektor DBD, Chik, ZIKV telah diupayakan secara terus-menerus, kasus Dengue masih menunjukkan pola musiman yang sama
2010
2011
2012
2013
2014
Subdit Arbovirus, 2015
Bagaimana bisa demikian?
Pengendalian dengue secara konvensional • Reaktif: Aktifitas pengendalian dilakukan ketika ada kasus • Pelaksanaan Survey larva • Penggunaan insektisida kimia: adulticides/larvicide • Larviciding tergantung pada permintaan masyarakat
Kenapa pengendalian Dengue belum berjalan sbgmn mestinya? n n
n n
Pengendalian pasca KLB - Surveilans tidak rutin Tidak dilaksanakannya Deteksi infeksi dengue lebih awal pada vektor (terkendala biaya) Chemical-dependent : Resistensi insektisida Natural reserviour of dengue virus in larvae: Transovarian Transmission
Fogging berbasis kasus 5-7 HARI
2-3 HARI
2-3 HARI
2-3 HARI
Kurang lebih dibutuhkan 2 minggu interval sebelum vektor infektif dikendalikan, memberikan kesempatan yang cukup untuk virus didistribusikan oleh nyamuk dan menggigit lebih banyak manusia
Cukup terlambat? Isra Wahid, 2016
Upaya apalagi yang perlu dilakukan?
Beberapa penelitian terkait pengendalian Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang dilakukan B2P2VRP
Hipotesis jembatan di populasi rendah Musim hujan
Musim Kemarau
Musim hujan
Hypothetic population curve
Low population bridge at dry season Pengendalian vektor pada musim kemarau akan meminimalisir jumlah nyamuk yang akan berkembang pada saat musim hujan, sehingga apabila dilakukan pengendalian nyamuk secara efektif pada saat musim penularan terendah, meskipun terdapat banyak tempat perkembangbiakan, nyamuk yang akan meletakkan telur hanya sedikit untuk mencapai puncak kepadatan nyamuk yang efektif di dalam menularkan virus (Dengue, ZIKV dan Chik) pada populasi penduduk di suatu wilayah.
Isra Wahid, 2016
Contoh keberhasilan Kota Makassar dalam pengendalian kasus DBD berbasis pengendalian Vektor
Preseasonal SurveyBased Fogging (PSBF)
Peak of rain
Rainy season, end
•National standard •Fogging at mosquito peak density •Reported case based •Focal fogging
Dry season
Rainy season, begin
•New approach •Fogging at mosquito lowest density •Mosquito-survey based •Mass fogging
Reported cases Hypothetical mosquito population
Isra Wahid, 2016
Attacking at population’s lowest state
Pre-season survey-based fogging During dry season Peak population = dengue peak season
More insecticide needed Try to cure , but not preventing
Pre-season Survey-based Fogging (PSBF)
-Low population bridge -Less insecticide needed -Prior to peak dengue season -Prevents higher transmission of DENV
Peak population = dengue peak season
-Less cases -Less insecticide for focal fogging
Isra Wahid, 2016
Dengue situation in the last 15 years in Makassar 1200 1000 800 600 400 200 0
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov
Association of monthly rain rate with reported dengue in Makassar 2006-2014 with wet season intervention
2001
2002
2001
2002
2003
Rain Rate
2004
2005
500 400 300 200 100 0
2006
Reported Dengue
Association of monthly rain rate with reported dengue in Makassar 2006-2014 with dry season intervention 1200
500 400
700
300 200
200
100
-300 jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct jan apr jul oct 2006
2007
2008
2009 Rain Rate
2010
2011 Reported dengue
2012
2013
0
2014
Isra Wahid, 2016
• Regulasi (SK Bupati Pokjanal DBD) >> hirarkis sd Desa • Kebijkan àEdaran Pokjanal DBD sd tingkat dusun, edaran 2 tahap pembasmian • Unit sasaran à UB (RT, Sekolah, Kantor, Masjid, Mall, dll) • Pengggerakan tingkat lapangan (Jumantik, Jurbastik) • Buat intrumen kepatuhan Jurbastik (tempel di bangunan) • Buat mekanisme monev hirarki: Jurbastik àJumantik à Pokjanal Dusun à Desa à dst • Buat kompetisi antar dusun • Buat indikator keberhasilan bastik (IJPA, IJR), kasus DBD • Pekuat sistem survailans DBD • Aktor yag terlibat: Jurbastik, Jumantik, Toma, PKK, Kadus, Guru, Kyai, Pramuka, Santri, Marbot, OB (kantor/mall), petugas PM puskesmas, Kesra Kec, Diknas Kec, Camat, Bupati, Dinkes, Diknas, dll
Membangun Sistem Gerdu (Model) § Ilmu Hukum § Ilmu manajemen § Ilmu pemberdayaan masy § Ilmu entomologi Pembersihan PN Hoistik, integral, komprehensif
8 Penampung air Unit Bangunan (Indoor+ Outdoor)
9
Buku Model Gerdu Eliminasi DBD (20 hal)
Gerakan Basmi Aedes Terpadu (M-3 Plus-Plus)
10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8 Pengembangan model Gerdu Eliminasi DBD
Konsep Gerakan Terpadu Pemberantasan DBD Badan Litbangkes 2016
Pemilihan dan kombinasi metode pengendalian vektor berdasarkan spesies
Misalnya : 1. PSN secara fisik; 2. Pemeilharaan ikan pemakan jentik; 3. Penggunaan kelambu berinsektisida; 4. Penggunaan Copepoda (mesocyclops); 5. Penggunaan tanaman yang berfungsi sebagai repellant di sekitar rumah Gerdu DBD Litbangkes, 2016
Pemilihan dan kombinasi metode pengendalian vektor berdasarkan metode pengendalian
Gerdu DBD Litbangkes, 2016
Program Nasional • Gerakan Nasional 1 rumah 1 jumantik Sejalan dengan konsep gerakan terpadu Penanggulangan DBD Badan Litbangkes
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Subdit Arbovirus, 2016
Terima Kasih
47