BALI DESTINATION BRANDING : Memasarkan Bali Pasca Krisis Sebagai Brand Tujuan Wisata Dengan Integrated Branding Strategy Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti Abstract Many times Bali has been named a best tourist destination in the world but all it occurred as if a coincidance. While other contries in Southeast Asia promote more of tourism with a consistent and comprehensive. The results of this study are expected to get a brand strategy that can be applied to develop a bali brand destination. Beside that also can provide enrichment of marketing communication science development, particularly those related to brand management, and more specifically with regard to destination brand management. Management of brand consists of several stages such as determination of positioning, determination of core brand values and brand strategy development. Data analyzed as a basis for strategy formulation above comes from conducted in-depth interviews with respondents from Octobrand, Pixel Research and Bali Tourism Office is involved in the preparation of Bali branding. The research results showed that some key indicators that are used as the basis for Bali brand strategy formulation,to identify and competition for determine the positioning of Bali. Then also formulated the communication strategy accordance with the positioning which is accordance with the purpose of Bali branding. Keyword :
Latar Belakang Bali, adalah sebuah pulau kecil di Indonesia yang telah lama menjadi pilihan sebagai tujuan wisata baik oleh turis domestik atau turis asing. Dengan keindahan alam dan kebudayaan Hindu Bali-nya yang unik, pulau ini memiliki daya tarik bagi para turis untuk datang dan menikmati keunikan tersebut. Banyaknya wisatawan yang datang ke Bali menyebabkan pariwisata menjadi industri yang menyokong mata pencaharian sebagian besar penduduk.
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
137
138
Ketika Bali di bom pertama kali pada tahun 2002, dunia pariwisata Bali terhentak. Pada tahun 2002, bom meledak di kawasan Kuta Bali. Korban tewas mencapai 200 orang, dan 209 orang luka-luka. Seperlima korban orang Indonesia, namun sebagian besar adalah turis Australia.1 Peristiwa ini merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Bali. Bali ternyata tidak kebal dari terorisme yang merupakan momok bagi semua orang. Pasca pengeboman tahun 2002, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali turun drastis. Belum lekang ingatan orang akan peristiwa itu, Bali kembali diguncang bom pada tahun 2005, hanya beberapa hari sebelum 3 tahun peringatan Bom Bali pertama. Bali yang sedang berusaha memulihkan diri kembali terpukul. Citra Bali mengalami degradasi luar biasa, tercermin dari pendapatan Bali yang terus menurun. Ini tercermin dari penghasilan Pajak Hotel dan Restoran di salah satu kabupaten di Bali yaitu Badung. Jika pada tahun 2001 pendapatan PHR mencapai 315 miliar, maka target penerimaan pada tahun 2003 ditentukan hanya sebesar 80 miliar. Berarti terjadi penurunan sebesar 235 miliar atau hampir 75%.2 . Perhitungan tersebut belum termasuk daerah-daerah lain di Bali dan tidak termasuk pula sektor-sektor jasa lain di luar hotel dan restoran sehingga dapat dipastikan potensi pendapatan yang hilang jumlahnya jauh lebih besar angka tersebut. Mengamati fenomena brand dan penerapannya dalam pemasaran daerah tujuan wisata atau destination branding, penulis melihat besarnya potensi pengaplikasian teori-teori ini untuk memasarkan daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia, karena potensi wisata di Indonesia sangat luar biasa. Penulis memilih mengangkat Bali sebagai daerah tujuan wisata yang akan diteliti, karena Bali adalah daerah tujuan wisata yang cukup unik. Selain itu Bali sudah memiliki reputasi yang mendunia. Hanya sayangnya, promosi Bali sebagai daerah tujuan wisata belum dilakukan secara terstruktur. Hal ini terlihat dari kurang terlihatnya promosi komprehensif yang dilakukan untuk Bali, apalagi jika dibandingkan dengan kedua negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura yang sangat gencar mengkomunikasikan negaranya sebagai daerah tujuan wisata. Website pemerintah tentang Bali pun kurang menarik dan tidak interaktif. Website cenderung berfungsi sebagai katalog yang menginventarisir daerah-daerah tujuan wisata di Bali, tetapi tidak dapat menjadi media interaksi yang efektif, antara Bali sebagai brand tujuan wisata dengan para konsumennya. http://kompas.com/kompas-cetak/0 510/08/Fokus/2107426. 2 http://www.balitourismboard.com/ dan http://balitourismauthority.com
>
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
Pengertian Bali sebagai brand tujuan wisata adalah Bali dalam ruang lingkupnya sebagai produk tujuan wisata, yaitu lokasinya, situasi alamnya, penduduknya, kebudayaannya. Jasa pariwisata, seperti hotel, penerbangan, restoran dan fasilitas-fasilitas lain walaupun tidak bisa dipisahkan dari industri pariwisata di Bali, bersifat sebagai faktor pendukung. Sektor jasa ini nantinya akan dilibatkan dalam strategi komunikasi pemasaran Bali, tetapi bukan merupakan bagian dari Bali sebagai produk yang akan di branding. Bahkan masing-masing pelaku industri di sektor jasa tersebut dapat pula melakukan branding untuk produk mereka sendiri. Demikian pula halnya dengan Bali, dengan merumuskan visi dan objective yang jelas, seluruh kegiatan pariwisata di Bali dan rencana perkembangannya dapat dilakukan secara terarah. Demikian pula dalam hal penyusunan strategi marketing serta komunikasinya dapat dikostumisasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain, dalam proses branding Bali, harus disusun suatu strategi yang menyeluruh dan menyentuh semua aspek dari brand tersebut. Bali harus dipromosikan sebagai sebuah brand tujuan wisata atau destination brand dengan sebuah strategi yang terpadu. Bali sebagai brand harus dikelola dengan sebuah integrated branding strategy. Berdasarkan latar belakang di atas, Tulisan ini akan fokus mengamati ”bagaimana menyusun strategi brand terpadu untuk mempromosikan Bali sebagai brand tujuan wisata (destination brand) ?” Tulisan ini bertujuan membahas lebih dalam mengenai perumusan strategi branding terpadu untuk daerah tujuan wisata yaitu Bali, terutama setelah terjadinya dua kali peristiwa pengeboman dan mengingat persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lain di wilayah Asia Tenggara. Penulis mengharapkan untuk mendapatkan pengayaan wawasan dan memberikan timbal balik berupa saran-saran yang berguna bagi perkembangan destination branding di tanah air.
KERANGKA PEMIKIRAN Peranan komunikasi marketing dalam membangun brand Dalam ilmu pemasaran dikenal apa yang disebut dengan paduan pemasaran yang sering disebut juga sebagai 4P yaitu : product, price, place Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
139
dan promotion. Paduan dari keempat unsur ini bersinergi satu sama lain dalam membentuk sebuah brand. Tetapi fungsi promotion atau promosi, dilakukan melalui aktivitas-aktivitas komunikasi marketing. Komunikasi marketing adalah keseluruhan rancangan atau design yang berupa isi pesan dan cara penyampaiannya kepada audiens sasaran, yang ditujukan untuk membangun brand dengan cara mempengaruhi persepsi mereka agar sesuai dengan citra brand yang ingin diciptakan di benak audiens sasaran. Selain menciptakan persepsi, komunikasi marketing dapat pula digunakan sebagai sarana untuk mempengaruhi audiens tataran untuk mengambil keputusan yang menguntungkan brand untuk mencapai tujuan strategisnya. Misalnya dengan melakukan persuasi kepada audiens sasaran untuk melakukan pembelian terhadap brand tersebut, sehingga brand dapat memberi manfaat ekonomi. Brand tidak dapat terkelola dengan baik jika tidak ada komunikasi marketing, karena pada dasarnya pengelolaan brand adalah pengelolaan persepsi.
140 Pengertian brand Apakah brand itu? Menurut The Dictionary of Business and Management, brand didefinisikan sebagai : “nama, tanda, atau symbol yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu item atau jasa dari penjual untuk membedakan dari barang kompetitor.” 3 Walter Landor, salah satu praktisi terkemuka dalam dunia advertising menjelaskan sebagai berikut: “secara sederhana, brand adalah sebuah janji. Dengan mengidentifikasi dan membuktikan suatu produk atau jasa, dan menepati sebuah janji akan kepuasan dan kualitas.4 Sedangkan David Aaker mengatakan bahwa brand adalah “mental box” dan mendefinisikan ekuitas brand sebagai : “serangkaian asset (atau liabilitas) yang dikaitkan dengan nama brand dan symbol yang dapat menambah (atau mengurangi) nilai dari sebuah produk atau jasa.”5 Definisi dari Collin Bates berikut ini mungkin dapat merangkum berbagai pendapat diatas : “brand adalah sekumpulan persepsi dalam benak 3 http://www.buildingbrand s.com/definitions/02_ brand_definition.php 4 http://www.buildingbrands.com/definitions/02_brand_definition.php 5 http://www.adcracker.com/brand/3-0-8.htm
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
konsumen” Senada dengan pendapat Collin bates diatas, Tim Calkins dari Kellogg School of Management6 menyatakan bahwa brand dapat didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi yang timbul terhadap nama, lambang atau symbol tertentu yang dikaitkan dengan suatu produk atau jasa. Beda ‘nama’ dengan ‘brand’ adalah, nama tidak punya serangkaian asosiasi, ia hanyalah sebuah nama, titik. Nama menjadi sebuah brand ketika orang mulai mengkaitkan nama tersebut dengan hal-hal lain. Brand, memiliki banyak kesamaan dengan reputasi. Bali sering diasosiasikan dengan liburan, pantai, turis asing, tarian tradisional, gamelan. Brand tidak selalu memiliki asosiasi yang positif. Setelah kecelakaan pesawat yang memakan ratusan korban di Sumatra beberapa waktu yang lalu, Mandala Airlines diasosiasikan dengan ketidak-amanan. Lima tahun terakhir ini, Bali diasosiasikan dengan bom. Sementara itu, Paul Temporal dalam buku “Branding in Asia” menjelaskan brand adalah aspek-aspek intangible, nilai-nilai dan asosiasi emosional yang menyertai sebuah produk atau jasa. Ketika konsumen berpikir tentang produk atau jasa, mereka memikirkan tentang atribut dan feature serta manfaat praktis yang diberikan oleh produk atau jasa tersebut.; Tetapi ketika mereka berpikir tentang brand, maka cara berpikir akan berbeda karena proses branding menambahkan dimensi emosional dalam hubungan antara produk/jasa dengan konsumen. Aspek utama yang membuat brand sangat istimewa adalah adanya ‘personality’ dari brand itu sendiri. Brand memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mempengaruhi cara pandang orang terhadap produk atau jasa tertentu. Konsumen tidak semata-mata melihat produknya, mereka melihat produk bersama-sama dengan brand. Akibatnya, persepsi mereka terhadap suatu produk atau jasa, dibentuk oleh brand.7 Persepsi, adalah kunci utama dari brand. Bagaimana orang mempersepsi sesuatu jauh lebih penting dari keadaan sesungguhnya. Yang menjadi masalah adalah bukan produk atau jasa mana yang terbaik, tapi produk atau jasa mana yang ‘dianggap’ terbaik oleh orang. Brand yang sudah dikenal akan mempengaruhi pandangan orang terhadap sesuatu. Jika orang melihat suatu barang dengan nama brand premium, mereka akan menganggap barang itu bermutu tinggi dan mahal, demikian pula sebaliknya.
6 Kellogg o n Branding, 2005, chapter 1, page 1 7 Kev in Lane Keller, Strategic Brand Management, chapter 1, page 9-12
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
141
Proses Pengelolaan brand Proses pengelolaan brand secara stratejik dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut dijelaskan di sub bab –sub bab di bawah ini.� Mengidentifikasi dan menyusun positioning dan brand values
142
Proses branding dimulai dengan apa yang dinamakan positioning. Pada dasarnya positioning adalah bagaimana menempatkan brand sehingga berbeda dari kompetitor. Tujuannya adalah agar brand memiliki posisi di benak konsumen sedemikian rupa, sehingga memberikan benefit yang optimal bagi perusahaan. Dengan positioning yang kompetitif, brand dapat ditempatkan di posisi yang superior di mata konsumen. Positioning merupakan usaha untuk meyakinkan konsumen akan keunggulan brand sekaligus menghilangkan kekuatiran konsumen akan kelemahan brand. Pada tahap ini juga ditentukan apa yang menjadi core values daripada brand, yaitu beberapa kata yang menggambarkan brand secara keseluruhan. Core values ini dapat juga dikatakan sebagai cetak biru atau DNA dari brand, dan selalu menjadi nilainilai yang mendasari pertumbuhan brand di tahap yang selanjutnya. Dalam menentukan positioning itu sendiri ada beberapa tahap yang perlu dilakukan yaitu : Menentukan target market Mengidentifikasi konsumen yang menjadi target pemasaran brand sangat penting, karena tiap segmen konsumen memiliki karakter yang berbeda. Dengan memahami dengan baik apa yang menjadi preferensi dan persepsi konsumen, maka perusahaan dapat merumuskan strategi yang efektif, sesuai dengan karakter target market yang dituju. Menentukan kompetisi yang ada Positioning tidak dapat dipisahkan dari kompetisi, karena pada dasarnya positioning adalah menawarkan pembeda antara brand satu dengan brand lain. Untuk itu perusahaan harus menentukan, siapa kompetitornya, dan dalam hal apa mereka bersaing. Dengan mengetahui dengan jelas situasi kompetisi yang ada, strategi brand dapat dilakukan dengan lebih Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
terfokus. Kompetitor dapat merupakan kompetitor langsung yaitu kompetitor yang bermain di kategori dan segmentasi yang sama, serta kompetitor tidak langsung, yaitu kompetitor yang bermain di kategori atau segmentasi yang lain, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi kompetisi yang ada. Misalnya bagi penyedia jasa travel Jakarta – Bandung, kompetitor langsungnya adalah sesama penyedia jasa travel. Tetapi secara tidak langsung, penyedia jasa angkutan bus, kereta api dan pesawat yang melayani jurusan itu juga menjadi pesaingnya, karena pilihan-pilihan tersebut dapat mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Masing-masing brand memiliki iklim kompetisi yang berbeda dan dinamis. Peta persaingan hari ini bisa jadi berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu. Karena itu memahami kompetitor adalah proses yang berlangsung terus-menerus. Tantangan yang dihadapi pun terus berubah-ubah. Menentukan points of difference (POD) dan points of parity (POP) Category POP adalah asosiasi yang harus ada pada suatu produk atau jasa, agar brand memenuhi syarat untuk ditempatkan dalam kategori tertentu. Misalnya, suatu brand hanya dapat dikategorikan sebagai bank apabila ia memiliki sejumlah layanan tabungan, layanan kredit, memiliki jaringan ATM dan seterusnya. Yang kedua yaitu competitive POP, yaitu jika jenis benefit yang ditawarkan sama dengan yang dimiliki oleh kompetitor, tetapi dapat menyamai, bahkan melebihi milik kompetitor di area yang lain. Misalnya suatu produk bir yang menawarkan varian ‘Light’. Atribut yang ditawarkan adalah rasanya yang enak, sama dengan bir yang lain, tetapi varian ‘Light’ ini memiliki nilai kalori yang jauh lebih rendah dari merk bir yang lain. Core values adalah serangkaian asosiasi abstrak yang memuat karakteristik utama dari sebuah brand. Karakteristik ini akan sangat berguna sebagai dasar bagi pengembangan strategi brand, termasuk didalamnya penentuan positioning. Cara yang paling mudah untuk menggali core values dari sebuah brand adalah dengan mengadakan pemetaan mental pada konsumen. Apa yang ada dalam persepsi konsumen saat sebuah brand disebutkan? Ha-hal yang disebutkan oleh konsumen dan relevan dengan brand, kemudian dapat dikelompokkan menjadi satu kategori dan menjadi core values. Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
143
Tahap berikutnya adalah merencanakan dan mengimplementasikan program pemasaran brand. Dalam tahap perencanaan dan pemgimplementasian program pemasaran brand. Terjadi bebrapa proses penting yang dibahas dalam sub bab-sub bab berikut. Menentukan Elemen Brand, Kadang-kadang elemen brand ini diidentikkan dengan identitas brand, yaitu berbagai perangkat yang dapat digunakan untuk menjadi mengidentifikasi dan membedakan brand. Termasuk dalam elemen adalah nama brand, logo, simbol, karakter, slogan, tagline, jingle, kemasan, URL, dan juga endorser. Tentu saja semuanya dipilih dengan hati-hati supaya dapat memperkuat ekuitas brand.
144
Branding adalah pekerjaan yang tidak pernah berhenti. Menyusun strategi untuk memperoleh kinerja dan ekuitas brand yang kuat adalah pekerjaan yang sulit, namun mempertahankan dan mengembangkannya lebih sulit lagi. Brand tidak akan pernah lepas dari kompetisi. Setiap saat akan muncul brand-brand baru dengan konsep-konsep baru yang dapat mengalihkan perhatian konsumen yang loyal sekalipun. Oleh karena itu brand harus selalu berkembang agar bisa mengikuti perkembangan kebutuhan dan keinginan konsumen serta mempertahankan keunggulan kompetitifnya.
Landasan Konseptual Dan Bagan Alur Pemikiran Penyusunan branding Bali akan menggunakan pendekatan yang holistik, komprehensif dan integratif seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1 Konseptual Perumusan Branding
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
Perumusan branding harus dimulai dengan pelaksanaan analisa terhadap tiga pihak utama yaitu a. Pelanggan (consumer audit). Pelaksanaan tahap ini bertujuan untuk mengetahui keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap brand yang kita tawarkan. b. Pesaing (competitor audit). Pelaksanaan tahap ini bertujuan untuk mengetahui pesaing yang dapat menarik pelanggan kita. Dengan melakukan analisa terhadap kelebihan dan kekurangan pesaing, dapat menjadi masukan berharga pada saat proses perumusan perencanaan branding sehingga tidak menawarkan hal yang sama dengan yang ditawarkan pesaing. c. Internal Audit. Pelaksanaan tahap ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh sebuah merek serta peluangnya untuk dikembangkan di masa mendatang. Pemahaman terhadap keunikan dan kompetensi internal menjadi salah satu landasan untuk menentukan ke arah mana sebuah merek akan di bawa. Analisa yang komprehensif terhadap ketiga elemen di atas akan menjadi landasan untuk menentukan arah dan tujuan sebuah merek. Dengan kata lain, analisa tersebut menjadi landasan rasional untuk menentukan visi, misi dan budaya sebuah merek yang kemudian diterjemahkan menjadi brand personality, differentiation dan positioning. Brand personality, differentiation dan positioning nantinya akan menjadi landasan untuk menciptakan identitas visual sebuah merek mulai dari tagline, logo, jenis huruf dan tulisan, warna, dan juga arsitektur merek. Identitas visual yang dikembangkan tentunya harus mencerminkan brand personality, differentiation dan positioning yang telah dikembangkan di tahap sebelumnya berdasarkan analisa komprehensif terhadap pelanggan, pesaing dan kondisi internal.
METODOLOGI Untuk mendapatkan data yang komprehensip menganai Bali sebagai destination brand, Tulisan ini bersifat deskriptif eksploratif tipe kualitatif. Peneliti ingin mencoba menjabarkan bagaimana strategi branding yang terintegrasi dapat diterapkan dalam mengemas Bali sebagai suatu brand Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
145
destinasi yang memiliki strategi brand yang terintegrasi. Data-data kuantitatif yang disajikan dalam riset ini sifatnya hanya sebagai dasar pemikiran, atau data sekunder, dan seluruh data tersebut merupakan hasil riset yang telah dilakukan sebelumnya, dan tidak dilakukan sendiri oleh peneliti. Proses Tulisan akan menggunakan dua pendekatan yaitu Tulisan kualitatif dan kuantitatif seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2 Tulisan Dalam Menyusun Strategi Branding
146
Kedua pendekatan ini diperlukan, mengingat penggalian informasi karakteristik Bali melibatkan seluruh stakeholder yang terkait. Masing-masing stakeholder memiliki ciri dan tingkat kepentingan yang berbeda sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula agar proses pengumpulan data dan informasi dapat berjalan dengan baik dan benar. Dan juga dalam prosesnya, penggalian informasi ini akan bersifat explorative dan descriptive, itulah sebabnya dalam Tulisan ini dibutuhkan kombinasi Tulisan kualitatif dan kuantitatif. In-depth Interview adalah wawancara langsung secara personal dan tatap muka (face-to-face), Interviewer harus menguasai topik dengandibekali pedoman bertanya dengan proses bertanya yang tidak terstruktur. Menggunakan teknik laddering dan symbolic analysis, untuk mengungkapkan motivasi tersembunyi. Tahap In-depth Interview dengan Stakeholder Bali & Tahap FocusGroup Discussion dengan Stakeholder Bali akan dilakukan melalui sebuah Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
proses Tulisan yang ilmiah. Penyusunan Strategi Branding Bali membutuhkan informasi terkini keadaan Bali ditinjau dari seluruh aspek yang melingkupinya. Dengan mengetahui persepsi, opini dan harapan stakeholder terkait, proses penyusunan Strategi Branding Bali akan menajdi lebih bernilai, karena informasi tersebut merupakan sumber masukan yang sangat penting dalam penetapan “Branding Bali. Untuk itu tahap awal dalam proses branding bali dilakukan riset lengkap dan komprehensif kondisi saat ini dan harapan Bali ke depan. 1. Dalam memperoleh informasi yang diperlukan dalam Tulisan ini, peneliti berhubungan dengan beberapa nara sumber yang berperan dalam memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai objek Tulisan ini. Secara spesifik, narasumber tersebut berasal dari Head of Consultant lembaga konsultasi brand Octobrand yang ditunjuk oleh pemerintah Bali untuk menyusun program ‘brand building’ Bali sebagai brand tujuan wisata. Riset akan difokuskan pada analisa berikut:Key factor analysis yaitu analisa segmentasi, target market dan positioning dan analisa SWOT dalam proses branding Bali sebagai brand tujuan wisata 2. Analisa tujuan atau objective dari proses branding Bali sebagai brand tujuan wisata 3. Penyusunan strategi brand terintegrasi untuk Bali sebagai brand tujuan wisata.
Tujuan Penyusunan Branding Strategy Bali Penyusunan merek merupakan proses panjang yang memerlukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu sehingga menghasilkan kajian yang lengkap dan terintegrasi. Untuk menghasilkan Brand yang kuat, proses penyusunan Branding melalui beberapa tahapan, sehingga pada akhirnya memenuhi tujuan pelaksanaannya yakni memposisikan kembali merek Bali sebagai daerah tujuan wisata terbaik di dunia; a. Menemukan kembali identitas khas Bali sebagai sebuah daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik; b. Mengemas program pengembangan merek Bali sebagai daerah tujuan wisata terbaik di dunia; Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
147
Tahapan Penyusunan Branding Bali Penyusunan Branding Bali akan menggunakan landasan konseptual seperti yang telah dijelaskan di atas. Untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 3 Tahapan pernyusunan strategy
148
KESIMPULAN Setelah melakukan pembahasan dalam Tulisan ini, kiranya dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Bali sebagai brand memiliki penawaran utama bagi konsumennya yaitu Trade, Tourism dan Investment, dimana sektor Tourism atau pariwisata adalah lokomotif penggerak utama yang dapat mendorong kemajuan bagi kedua faktor lainnya. Kemajuan sektor Trade dan Investment sangat dipengaruhi oleh sektor pariwisata.
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
2. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali sudah memiliki awareness yang sangat tinggi baik di kalangan wisatawan domestik maupun internasional. Bahkan sebagian besar dari wisatawan yang berkunjung ke Bali sudah pernah berkunjung sebelumnya dan mengaku merekomendasikan Bali kepada teman dan keluarga. Meskipun demikian, karena Bali tidak memiliki brand yang konsisten maka asosiasi mereka terhadap brand Bali berbeda-beda dan tidak konsisten karena tergantung dengan pengalaman pribadi masing-masing. sesuatu yang tidak mencerminkan dirinya sendiri untuk menghindari resistensi dari pihak internal dalam hal ini pelaku usaha pariwisata. Di lain pihak, nilai-nilai tersebut harus pula menawarkan sesuatu yang ‘appealing’ atau dapat disukai konsumennya 3. Analisa menunjukkan bahwa target market utama brand destinasi Bali adalah wisatawan domestik dan internasional sebagai berikut: a. Wisatawan internasional dengan 10 negara asal utama Jepang, Taiwan, Australia, Korea, Inggris, Prancis, Malaysia, Amerika, Belanda, Jerman. Wisatawan domestik dengan konsentrasi Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Palangkaraya, Makasar dan Manado. b. Individu yang mengalami tekanan tinggi dalam pekerjaan sehingga menggunakan liburan untuk mencari ketenangan dan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari. 4. Unique selling proposition Bali adalah budaya Bali yang sangat diwarnai oleh spiritualitas yang terwujud dalam setiap aspek kehidupan. Kesadaran masyarakat Bali yang tinggi terhadap kontribusi sektor pariwisata terhadap daerah tersebut juga menimbulkan keterlibatan mereka dalam sektor tersebut, sehingga Bali memiliki faktor ‘human touch’ yang tidak dapat disamai oleh fasilitas sebaik apapun. Inilah keunikan Bali dibanding brand destinasi lain
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
149
Daftar Pustaka Buku Teks Ashrama, Berata. Wacana Pamungkas Tri Hita Karana Tourism Awards & Accreditations. Denpasar: Bali Travel News., 2006. Batey, Ian. Asian Branding: A Great way to Fly. Trans. Abdul Wahab. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2003. Beirman, David. Restoring Tourism Destinations in Crisis: A Strategic Marketing Approach. New Zealand: Allen & Unwin., 2003. Dranove, David., and Sonia Marciano. Kellogg on Strategy : Concepts, Tools and Frameworks for Practitioners. New Jersey: John Wiley and Sons Inc., 2005. Fill, Chris. Marketing Communications: Contexts, Strategies and Applications. Essex: Pearson Education Limited., 2002. Holloway, J Christopher. Marketing for Tourism Fourth Edition. Essex: Pearson Education Limited, 2004.
150
Keller, Kevin Lane. Strategic Brand Management: Building, Measuring and Managing Brand Equity. International Edition. New Jersey: Pearson Education, Upper Saddle River., 2003 Kotler, Philip; H. Haider; Donald; Rein, Irving. Marketing Places: attracting investment, industry and tourism to cities, states and nations. New York: The Free Press., 1993. Mulyana, Deddy M.A. Ph.D. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Pike, Steven. Destination Marketing Organisations. Oxford: Elsevier Ltd., 2004 Pritchard, Ann; Morgan, Nigel; Pride, Roger. Destination Branding: Creating the unique destination proposition. Burlington: Butterworth – Heinemann., 2002. Roll, Martin. Asian Brand Strategy. How Asia Build Strong Brands. New York: Palgrave Macmillan., 2006. Schultz, Don and Heidi Schultz. IMC - The Next Generations: Five Steps for Delivering Value and Measuring Returns Using Marketing Communications. New York: McGraw – Hill., 2004. Temporal, Paul. Branding in Asia. The Creation, Development, and Management of Asian Brands for the Global Market. Singapore: John Wiley and Sons (Asia) Pte. Ltd., 2001 The Marketing Faculty of The Kellogg School of Management. Kellogg on Branding. New Jersey: John Wiley and Sons Inc., 2005.
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti
Sumber Lain http://www.brandingstrategyinsider.com/2006/08/history_of_bran.html ttp://www.netmba.com/marketing/mix/ http://kompas.com/kompas-cetak/0 510/08/Fokus/2107426. http://www.balitourismboard.com/ dan http://balitourismauthority.com http://app.stb.com.sg/asp/abo/abo .asp (website resmi Singapore Tourism Board http://www.buildingbrand s.com/definitions/02_ brand_definition.php http://www.buildingbrands.com/definitions/02_brand_definition.php http://www.adcracker.com/brand/3-0-8.htm http://kaskus.us/archive/index.php/t-144162.html
151
Bali Destination Branding Nurprapti Wahyu Widyastuti