Seminar Nosional Peternakan dam Veteriner 1999
PEMULIAAN TERNAK DOMBA KOMPOSIT HASIL PERSILANGAN ANTARA DOMBA LOKAL SUMATERA DENGAN HAIR-SHEEP ANALISIS EKONOMIK PRODUKTIVITAS MARJINAL DOMBA KOMPOSIT TJEPPY D. SOEDJANA, ATIENPRIYANTI, SUBANDRIYo, A. SUPARYANTo, ELAN MASBULAN, dan NUGROHO
Balai Penelitian Tentak P.O. Box
221,
Bogor 16002
ABSTRAK
Produktivitas ternak domba pada dasarnya dipenganlhi oleh faktor genetik dan lingkungan . Pengaruh faktor genetik salah satunya menyebabkan rendalinya pertambahan bobot badan yang disebabkan oleh keterbatasan potensi genetik . Di samping itu, relatif masill sedikit kegiatan seleksi yang mengarah pada peningkatan kualitas karkas atau pertumbullan . Faktor alam yang sesuai dengan dimana habitat ternak tertentu dipeliltara menlpakan faktor yang secara tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas, yang pada gilirannya juga menlpakan faktor yang akan meningkatkan keuntungan, demikian juga halnya dengan bibit unggul yang tidak terlalu mahal harganya yang dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang didapat . Analisis ekonomik dari setiap usaha selalu memperhatikan parameter-parameter yang termasuk di dalam kelompok penerimaan dan pengeluaran, karena pengeluarair utama dari usalla peternakan sangat tergantung dari tiga parameter biologis, yaitu produksi induk, reproduksi dan pertumbulian anak . Penerimaan dari produksi induk per t11um salah satunya dapat ditingkatkan melalui pemilihan bibit ternak yang tepat dengan lokasi usaha atau dengan pcrbaikan mutu genetik ternak apabila pasar menuntut kualitas yang tinggi . Penelitian ini dilakukan di Stasiun Percobaan Balitnak Cilebut, Kabupaten Bogor, dengan ketinggian sekitar 171 m dari permukaan laut, termasuk dataran sedang atau medium. Curah luijan berkisar antara 1000-1500 mm per talum dengan suhu sekitar 23-32°C . Ternak yang digunakan adalah induk domba komposit (K) sebanyak 50 ekor, dan induk domba Barbados Cross (BC) sebanyak 20 ekor yang didatangkan dari Stasiun Percobaan IP2TP Sungai Putih, Sumatera Utara . Domba K yang didatangkan menlpakan generasi pcrtama (F1) dengan genotipa 25% SC, 25% BB dan 50% DETS. Sedangkan domba BC yang didatangkan yang mempunyai genotipa 50% BB dan 50% DETS adalah generasi kedua (F2) atau generasi selanjutnya . Perkawinan yang dilakukan adalah antara 50 ekor induk Domba K (F I) dengan 5 ekor pejantan K (FI) untuk membentuk Domba K (F2). Sementara itu pembandingnya 15 ekor induk domba BC telah dikawinkan dengan 2 ekor pejantan BC. Lima ekor induk domba BC dikawinkan dengan pejantan HC untuk membentuk domba K (FI), untuk replacement. Bobot badan maksimum domba BC, dari model Y= 2,8555 + 0,1135 X - 0,0001417 XZ menunjukkan bahwa domba geotipa BC dapat tumbuh sampai batas maksinuun 48,2 Kg yang dicapai pada umur 400 hari. Untuk genotipa domba K-F2 model pertumbutian Y= 3,1524 + 0,1133 X - 0.000165 X2 akan enencapai bobot badan maksimal sebesar 41,95 kg pada unuir 343 hari. Selanjutnya, bobot badan maksimum yang diestimasi dari model pertumbulian domba jantan Y= 3,0742 + 0,1189 X - 0,0001613 XZ menunjukkan bahwa domba jantan dapat tumbuh sampai batas maksimum 46.78 Kg yang dicapai pada umur 368 hari, sedangkan untuk domba betina dengan model Y= 3,0879 + 0,1089 X 0,0001554 Xz akan mencapai bobot badan maksimal sebesar 41,15 kg pada unulr 350 hari. Analisis waktu pemeliharaan optimum berdasarkan biaya produksi per ekor per hari dilakukan dengan menyetarakan 8Y/8X=P\/P.v, yaitu derivatif pertama dari masing-masing fungsi 503
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
pertumbuhan disetarakan dengan rasio harga input harian dan harga produk . Dengan menggun kan harga jual ternak (Rp) berdasarkan berat hidup per ekor sebesar Rp 13 .000, dan variasi biaya pemeliharaan harian per ekor mulai dari Rp 500 sampai dengan Rp 1200/ekor/hari, maka Tabel-7 menunjukkan bahwa waktu pemelihaaan optimal untuk biaya produksi Rp 1200/ ekor/hari sampai Rp 500/ekor/hari pada genotipa F-K2 berkisar antara 64 hari sampai 227 hari, . Domba BC dari 75 hari sampai 265 hari, domba jantan antara 83 hari sampai 249 hari, dan domba betina antara 53 hari sampai 227 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan peluang untuk ternak lokal yang mampu mengantisipasi berat badan minimal (35-40 kg) untuk dapat diekspor . Kata kunci : Persilangan, domba, analisis ekonomik PENDAHULUAN Produktivitas ternak domba pada dasarnya dipenganihi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh faktor genetik salah satunya menyebabkan rendahnya pertambahan bobot badan yang disebabkan oleh keterbatasan potensi genetik . Disamping itu relatif masih sedikit kegiatan seleksi yang mengarah pada peningkatan kualitas karkas atau pertumbuhan . Pengaruh lingkungan banyak berhubungan dengan ketersediaan pakan, kondisi iklim dan tingginya kendala penyakit terutama parasit . Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak domba adalah menentukan strategi pemuliaan yang cukup layak. Menunnt BRADFORD (1996) ada tiga metode umum yang digunakan meningkatkan mutu genetik ternak lokal. Oleh karena kemampuan reproduksi ternak lokal sudah sangat baik, maka perhatian ditujukan pada laju pertambahan bobot badan dan daya adaptasi terhadap lingkungan tropika. Metode yang dimaksud adalah : (1) impor bangsa ternak terpilih untuk sifat-sifat yang diingin kan untuk mengganti ternak lokal, (2) impor ternak unggul, disilangkan dengan ternak lokal dan penggunaan turunannya dan (3) seleksi dari populasi ternak lokal. Kerjasama antara Small Ruminant-Collaborative Research Support Program dengan Balai Penelitian Ternak dalam hal persilangan antara domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba ekor gemuk dari JaNva Timur, Hair .5heep dari St. Croix (SC), Amerika Serikat serta Hair ,Sheep Barbados Blackbelly (BB) yang telah dilakukan sejak tahun 1986 di Sub Balai Penelitian Teriak, Sungai Putih, Sumatera Utara menunjukkan bahwa persilangan domba lokal dengan domba rambut impor memberikan hasil yang lebih baik dari segi produksi dan reproduksinya . Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu digabungkan sifat-sifat yang dimiliki oleh persilangan DETS dengan domba SC serta persilangan DETS dengan BB urtuk membentuk domba komposit (K) dengan komposisi 50% DET5, 25% SC dan 25% BB. Hasil persilangan pertama yang membentuk domba K menunjukkan bahwa bobot sapih generasi pertama (Fl) mencapai sekitar 51,6% lebih tinggi dari DETS, dan sekntar 12,5% lebih tinggi dari persilangan antara SC x DETS serta 12,0% lebih tinggi dari persilangan antara BB x DETS, namun masih sangat beragam (SUBANDRIYO et al., 1996) . Disamping itu domba K iri cenderung mempunyai daya hidup prasapih yang lebih baik dibandingkan dengan DETS dan persilangan lainnya, yaitu berkisar 2,21 8,37% lebih baik. Hasil persilangan generasi kedua (F2) hasil perkawinan antara F1 x F1 juga menunjukkan performans pra-sapih yang beragam pula. Oleh karena itu untuk memantapkan domba K yang menipakan bangsa atau rnmpun barn ini perlu diadakan seleksi . Namun demikian, dalain setiap kegiatan usaha seperti halnya usahaternak donnba ada beberapa faktor yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempenganihi keuntungan. 504
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
Faktor alam yang sesuai dengan ditnana liabitat ternak tertentu dipeliliara nienipakan faktor yang secara tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas, yang pada gilirannya juga nienipakan faktor yang akan meningkatkan keuntungan, demikian juga halnya dengan bibit unggul yang tidak terlalu mahal liarganya yang dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang didapat . Analisis ekonomik dari setiap usaha selalu nieniperhatikan parameter-paranieter yang termasuk di dalam kelompok penerimaan clan pengeluaran . DICKERSON (1970) menyatakan balnva pengeluaran utania dari usalia peternakan sangat tergantung dari tiga parameter biologis, yaitu produksi induk, reproduksi clan pertumbulian anak. Peneriniaan dari produksi induk per talnin salah satunya dapat ditingkatkan nielalui peniililian bibit ternak yang tepat dengan lokasi usaha atau dengan perbaikan mutu genetik ternak apabila pasar menuntut kualitas yang tinggi. Hubungan antara penerimaan clan pengeluaran berkaitan erat dengan Hubungan antara keluaran yang diliasilkan dari suatti parameter faktor produksi . Ciri dari lnibungan tersebut bisa bersifat tetap, nieningkatkan atau nienuninkan produktivitas marjinal. SOEDJANA (1993) menunjukkan baliwa fungsi keuntungan usaha peternakan domba dipenganihi oleh suatu besaran sifat-sifat biologis yang nienentukan kuantitas bobot badan ternak seperti rataan pertambalian bobot badan liarian, bobot sapili clan asunisi pakan. Hal ini nienunjukkan bahwa penggunaan tanlbalian unit pakan menghasilkan kenaikan bobot badan yang relatif lebili kecil dibandingkan dengan kenaikan masukkan pakan sebcluninya . Dengan demikian, keberliasilan pengenibangan peternakan doinba di Indonesia akan sangat ditentukan oleh potensi biologis clan ekonomik dari ternak yang bersangkutan disamping faktor somber daya alam yang meniadai serta faktor sosial seperti persepsi niasyarakat terhadap usalia ternak yang bersangkutan. Kegiatan penelitian ini secara keselunilian bertujuan untuk memantapkan potensi genetik doinba K melalui prograin pemuliaan dengan seleksi dan perkawinan yang terarali. Keluaran yang diliarapkan dari penelitian ini adalah perfornians anak generasi kedua doinba K dau pembandingnya serta perfornians produksi induk domba K generasi pertania (F1) clan nilai ekonomik dari produktivitas niarjinalnya . MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Stasiun Percobaan Balitnak Cilebut, Kabupaten Bogor, yang termasuk dataran sedang atati medium dengan curali luijan berkisar antara 1000-1500 nun per tahun dengan suhu sekitar 23-32°C . Teruak yang digunakan adalah induk doinba komposit (K) sebanyak 50 ekor, clan induk domba Barbados Cross (BC) sebanyak 20 ekor yang didatangkan dari Stasiun Percobaan IP2TP Sungai Putili, Suniatera Utara. Domba K yang didatangkan inenipakan generasi pertania (Fl) dengan genotipa 25% SC, 25% BB dan 50°/, DETS . Sedangkan doinba BC yang didatangkan yang mempunyai genotipa 50% BB dan 50% DETS adakili generasi kedua (F2) atau generasi sclanjtrtnya. Ternak yang didatangkan dari Stasiun Percobaan IP2TP Sungai Putih pada unuininya sudah bunting, clan telah beranak antara bulan Mci clan Juni 1998. Olch karena itu perkawinan selanjuhiya dilakukan pada bulan Agustus 1998. Perkawinan dilakukan secara individu, dengan pejantan yang telah ditentukan uniuk nienghindari tingginya silang cialani (inbreeding) . Perkawinan yang dilakukan adalali antara 50 ekor induk Doniba K (F1) dengan 5 ekor pejantan K (Fl) untuk membentuk Domba K (F2). Senientara itu pembandingnya 15 ekor induk doinba BC telali dikawinkan dengan 2 ekor pejantan BC. Lima ekor induk domba BC dikawinkan dengan pejantan HC untuk nienibentuk doinba K (F1), untuk replacement . Ternak dipeliliara secara intensif dalam kandang. Pakan yang diberikan berupa niniput gajali yang dicincang secara ad-libitatm . Disamping itu diberikan makanan tambalian Nang bcnipa 50 5
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1999
konsentrat dimana untuk induk kering dan bunting sebanyak 300-350 g/hari . Sementara itu, induk yang sedang menyusui diberikan pakan konsentrat tambahan sebanyak 400 g per hari. Sementara itu anak disapih pada umur 90 hari dan diberikan pakan konsentrat sebanyak 200-250 g/hari. Pakan konsentrat yang diberikan mengandung Protein kasar 16% dan TDN sebesar 68%. Tanggal kawin dan pejantan yang digunakan dicatat . Tanggal lahir, jumlah anak sekelahiran, bobot lahir, dan bobot badan induk setelah beranak dicatat saat induk beranak . Semua anak disapih pada umur sekitar 90 hari. Penimbangan dilakukan setiap 2 minggu sampai anak disapili, dan setiap satu bulan setelah disapih sampai umur 9 buian. Oleh karena ternak ditimbang pada umur yang tidak sama, maka bobot badan disesuaikan dengan umur tertentu dengan interpolasi linear . Semua kematian dicatat, dan kematian sebelunt disapih pada umur 90 hari disebut sebagai kematian prasapih. Disarnping itu diamati dan dicatat pula konsuntsi baltan kering ntmput dan konsentrat untuk setiap kelompok. Seleksi terhadap pejantan dilakukan terhadap pertumbuhan dan bebas wool setelah dikoreksi terhadap faktor lingkungan . Analisa data produksi dilakukan terhadap pertumbuhan anak dari lahir sampai dengan umur 9 bulan, dan daya hidupnya sampai disapih . Performa induk yang meliputi bobot badan waktu kawin, bobot badan setelah beranak, jumlah anak sekelahiran, junilah anak disapih, total bobot lahir anak, total bobot anak umur 4 minggu, 8 minggu dan total bobot sapih, kematian anak prasapih, dan lama kebuntingan . Untuk induk yang beranak pada talum 1998 (induk yang telah bunting dari Sungai Putili) dan pada talrun 1999 dihitung pula jarak beranaknya . Analisa terhadap parameter genetika dilakukan terhadap heritabilitas total bobot badan anak pra-sapih, serta ripitabilitas performa induk yaitu bobot badan waktu kawin, bobot badan setelah beranak, total bobot lahir anak, total bobot badan anak umur 4 minggu, 8 minggu dan total bobot sapih anak, serta junilah anak sekelahiran dan jumlah anak disapih . Untuk performa induk dipergunakan pula catatan data yang ada, dan induk yang diikutkan dalam analisis minimal mempunyai dua bualt catatan . Data untuk performans pertumbuhan dan produksi induk dianalisis dengan menggttnalcan linear model umurn menunit petunjuk SAS (1987) . Sebagai peubah-peubah bebas (independent variables) untuk performa pertumbuhan adalah genotipa anak, jenis kelamin (sex), tipe kelahiran, taltun lahir dan unntr induk waktu beranak . Peubah-peubah tak bebasnya (dependent variables) adalah bobot lahir, bobot umur 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu, 12 minggu, bobot sapih unuir 90 hari dan daya hidup pra-sapih . Genotipa anak dalam analisis ini adalah domba K generasi pertanta (K-F1), domba K generasi kedua (K-F2), dan Barbados Cross (BC). Jenis kelamin adalah jantan dan betina . tipe kelahiran adalah tunggal, kembar 2, dan kembar 3 atau lebili . Tahun lahir adalah talnm 1998 dan 1999. Peubali-peubah bebas (independent variables) untuk analisis terhadap peubah-peubah tak bebas (dependent variables) total bobot lahir anak, total bobot badan anak unntr 4 minggu; 8 minggu dan bobot sapih umur 90 hari adalah genotipa anak, unuir induk waktu beranak, dan Junilah anak sekelahiran . Sementara itu untuk peubah-peubah bebas untuk analisis terhadap jumlah anak sekelahiran, dan bobot badan waktu kawin adalah genotipa induk dan unntr induk waktu beranak . Peubalt-peubah bebas untuk analisis jumlah anak disapih, bobot badan induk setelah beranak, lama kebuntingan dan selang beranak adalah genotipa induk, jumlah anak sekelahiran dan unutr induk waktu beranak . Analisis ekonomik terhadap produktivitas marjinal dari pertumbuhan ternak domba BC, KF1, dan KF2 dilakukan menggunakan model fungsi produksi Y= f(X), dimana Y adalah bobot badan (kg) dan X adalah unuir ternak (hari) yang dicstimasi dengan model Time-Series Package (TSP), berdasarkan kriteria R', 9djusted R` dan Dt rbin-l11'atson (DW) statistics . Dari model yang 506
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1999
memenuhi persyaratan statistik tersebut dilakukan penentuan bobot badan maksimal yang dapat dicapai tenak yang bersangkutan dengan menyetarakan 8Y/SX=O, sedangkan penentuan bobot badan optimum berdasarkan biaya pakan dan mlai produk dilakukan melalui penyetaman SY/SX=Px/Py . HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot lahir, bobot unutr minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu, 12 minggu dan bobot sapih tidak dipengaruhi oleh genotipa (P>0,05) . Hal ini menunjukkan bahwa domba K generasi pertama (F1), domba K generasi kedua (F2) dan domba persilangan BC tidak menunjukkan perbedaan dalam pertumbulian pra-sapih . Sementara itu, jenis kelamin berpenganih nyata (P<0,05) pada senuia bobot badan pra-sapih, kecuali pada bobot lahir yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Anak domba jantan lebili berat dari anak domba betina seperti yang diharapkan . Sementara itu tipe kelahiran berpengandi sangat nyata (P<0,001) pada semua bobot badan pra-sapih . Bobot badan anak yang dilahirkan tunggal lebili berat dari anak kelahiran kembar dua dan kelahiran kembar tiga atau empat. Tabel 1.
Rataan total bobot lahir, umur 4 minggu, unuir 8 minggu dan bobot sapih menunit genotipa anak (Persilangan Barbados=BC, Komposit generasi pertama (K-F1), generasi kedua (K-F2)), tipe kelahiran anak dan unuir beranak
Peubah
N
Total bobot laliir (kg)
Total bobot 4 minggu(kg)
Total bobot 8 minggu (kg)
Total bobot sapih (kg)
3,76+1,03a
6,79+1,89a 8,58+1,06b
9,27+2,77a 13,00+1,79h
6,53+1,93a
9,59+3,78a
11,62+3,44 12,60+3,14
5,94+1,15a 7,74+2,37b 8,20±1,95b
8,29+2,61a
Geuotipa BC K-F1
27 4
K-F2 Tipe kelahiran
64
4,25±0,87b 3,63+0,91a
Tunggal Kembar-2
57
3,04±0,35a
31 7
4,56±U,62b 5,11±0,80c
Kembar> 3
I 1,49±3,87b 12,44+3,20b
11,83±4,71 10,58+3,65a 13,35+4,89ab 14,86±2,85b
Penganih genotipa terhadap bobot badan pasca-sapih unnir 4 bulan . 5 bulan, 6 bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulan tidak berpenganih nyata (P<0.05). meskipun terdapat kecenderungan bahwa dotnba persilangan Barbados, BC mempunyai bobot badan pasca-sapih yang lebili tinggi dibandingkan dengan domba K generasi kedua (F2). Jenis kelamin tidak berpenganih nyata terhadap bobot badan pasca sapih unuir 4 sampai dengan 7 bulan. tetapi berpengandi nyata pada unuir 8 dan 9 bulan (P<0,001) . Seperti halnya pada bobot badan pra-sapih domba jantan lebili berat dari domba betina . Sementara itu tipe kelahiran berpenganili sangat nyata (P<0,001) terhadap bobot badan pasca-sapih . Ternak yang dilahirkan tunggal tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan ternak yang dilahirkan kembar dua dan tiga atau empat . Unuir induk Nvaktu 507
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
beranak tidak berpenganth nyata terhadap bobot badan pasca-sapih . Hal ini menunjukkan bahwa pada masa pasca sapili ternak sudah bebas dari pengaruh induk. Analisis ekonomik Analisis produktivitas marjinal dilakukan dengan menentukan estimasi bobot badan ternak berdasarkan waktu menggunakan model non-linear yang selanjutnya derivasi pertama dari fungsi pertumbuhan tersebut dapat digunakan untuk menentukan bobot badan maksinuim yang dapat dicapai pada saat Marjinal Produksi Fisik (MPF) setara dengan nol, serta penentuan waktu pemeliharaan yang paling optimal berdasarkan penggunakan input produksi (pakan) dimana MPF setara dengan rasio harga input (pakan) dengan harga jual ternak per kg berat hidup (Px/Py) . Karena penelitian ini berjangka panjang, maka analisis keseluruhan belum dapat dilakukan untuk partial budgeting maupun gross niargin karena pengamatan keselunihan belum selesai . Pada penelitian sampai saat ini dapat dilakukan estimasi bobot badan maksimum dan waktu jual optimum berdasarkan nilai input (pakan) . Anallsls usahatanl parsial (partial budgeting) akan digunakan untuk perhitungan biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, serta nilai produksi (anak) yang dihasilkan sampai usia sapih dan setelah sapih. Kriteria gross-margin dan nisbah penerimaan dan biaya (revenue%ost ratio) digunakan untuk membedakan keragaan ekonomik antar ketunman tersebut pada berbagai tipe kelahiran . Gross-margin adalah selisih antara penerimaan kotor dengan biaya variabel. Biaya investasi terdiri dari segala biaya yang dikeluarkan untuk bibit ternak, kandang, peralatan tidak habis pakai . Nisbali pejantan dan induk adalah 1 :20, Was kandang untuk induk beranak tunggal, kembar dan beranak tiga atau lebih masing-masing sebesar 1,7 m`, 1,85 m2, dan 2,0 m2, sedangkan untuk pejantan diperhitungkan seluas 1,2 m2/ekor . Kebutulian biaya pembangunan kandang adalah Rp 25.000/nr', nilai pejantan dengan bobot badan 35 kg dan induk betina dengan bobot badan 20 kg masing-masing sebesar Rp 175 .000 dan 80.0t)0 per ekor. Kebutuhan alat pencacah rumput (chopper) senilai Rp 5.000.000 untuk kapasitas 1 .000 ekor dengan usia pakai selama 5 tahun dan depresiasi nilai sebesar 5% per tahun. Biaya tetap (BT) termasuk kedalamnya senma pen, latan habis pakai, pemelihaaan kandang, penyusutan kandang, peny usutan alat, serta biaya asuransi sebesar 0.5% dari investasi yang diperhitungkan selama periode 8 bulan siklus produksi . Sedangkan biaya variabel termasuk unttdc pakan hijauan dan konsentrat, tenaga kerja, obat-obatan . Sedangkan biaya variabel (BV) termasuk biaya pakan hijauan maupun konsentrat, tenaga kerja, dan obat-obatan . Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan per bulan untuk 120 ekor ternak dihitung sebesar Rp 150 .000.-, atau sebesar Rp 1 .250.-/ekor/bulan, dimana selaiua masa bunting diperlukan 100%, sedangkan untuk induk beranak satu, dua, dan tiga masing-masing dikeluarkan sebesar 110%, 115%, dan 120% dari biaya tenaga kerja tersebut . Biaya total (TB) adalah penjunilahan biaya tetap (BT) dengan biaya variabel Penerimaan total (TP) dihitung berdasarkan penjunilahan nilai anak yang disapih, nilai pejantan alkir, nilai induk atkir, serta nilai salvage dari kandang dan mesin pencacah nimput . Nilai anak pada usia sapih adalah sebesar Rp 8.000.-/kg berat hidup, sedangkan nilai ternak pejantan maupun induk alkir dalam kandang Rp 6.000.-/kg berat hidup. Selanjntnya, perhitungan gross-inargin (GM), menurut Amir dan Knipscheer (1989) adalah selisih antara total penerimaan (TP) dengan biaya variabel (BV), dan nisbah antara penerimaan dan biaya (revenue%ost) iuerupakan perbandingan antara TP dan TB. 508
Seminar Idasional Peternakan dan Geteriner 1999
rabel 2 . Peubah
Rataan bobot lahir, bobot badan tmtur 2 mbtggo, tunur 4 minggtk umur 6 minggu, umur 8 minggu, umur 10 minggq umur 12 mingM don bobot sapih dombs menurut genotipa anak (Persilangan Barbados = BC, Komposit generasi pertama (K-FI ), dan generasi kedua (K-F2), jenis kelatnin, dan tipe kelahiran N
C}enotipa
(kg)
Bobot lahir
Bobot 2 minggu (kg)
t.n.
t .n.
BC
38
2,51±0,56
K-Fl
6
2,57±0,56
K-F2
100
2,49±0,66
Jenis kelamin
N
35 6
3,77±1,02 4,15±1,15
N
4 Bobot ming$u (kg)
N
l .n . 35 6
4,81±1,48 5,37±1,46
Bobot 6 minggu (kg)
N
t.n . 34 6
5,76+1,81 6,28±1,87
34 6
Bobot 8 mi nggu (kg)
N
Bobot 10 minggu (kg)
N
Bobot
12
Bobot sapih (kg)
(kg) t .n .
t .n .
l.n.
6,80±2,01&
34
7,14±2,19
34
8,09±2,57
34
8,49±2,73
6
8,03±2,46
6
8,87±3,16
6
9,33±3,35
87
8,64+2,78
87
9,08±2,95
8,28±2,38b
93
3,74+1,09
91
4,79±1,46
91
5,75+1,83
88
7,34±2,32&b
87
7,66±2,38
t .n.
t.n.
Betina
78
2,50±0,68
72
3,74±1,03
7:
4,72±1,44
71
5,67±1,78
69
6,96±2,27
69
7 .24+2,32
69
8,12±2,74
69
8,51±2,91
Jantan
66
2,50+0,60
61
3,83±1,11
60
4,94+1,48
60
5,89±1,85
59
1,56±2,21
58
7,89±2,30
58
8,95±2,67
58
9,42±2,84
Tipe kelahiran
***
***
*~*
*~*
**
*'~
~**
Tunggal
59
3,04±0,34a
58
4,64±0,79a
58
5,90+1,17a
58
7,00±1,51a
57
8,550±2,13a
57
9,01±2,02a
57
10,18±2,40a
57
10,69±2,56a
Kembar-2
62
2,29±0,36b
58
3,30+0,63b
57
4,15±0,98b
56
5,00+1,336
56
6,35±1,82b
55
6,48±1,86b
55
7,29±2,21b
55
7,65±2,37b
Kembar? 3
23
1,60±0,50c
IS
2,48±0,68c
17
3,37±1,08c
17
4,13±1,43c
15
5,79±1,72b
15
5,85+1,786
IS
6,58+2,04b
15
6,93±2,17b
Ketertngan : tn - tidak tnata; * =p<0,05; *** = p<0,001
v. 0
Tabel 3 . Peubah
Seminar Nasional Peternakan don 1'eteriner 1999
Rataan bobot badan umur 4 bulan, umur 5 bulan, umur 6 bulan, umur 7 bulan, umur 8 bulan, dan umur 9 bulan anak domba menurut genotipa anak (Persilangan Barbados = BC, Komposit generasi kedua (K-F2)), jenis kelamin, dan tipe kelahiran N
Bobot umur 4 bulan (kg)
N
t .n .
Genotipa
Bobol umur bulan (kg)
5
N
Bobot umur bulan (kg)
6
N
t .n.
t .n .
Bobot umur bulan (kg)
7
N
t .n.
Bobot unmr bulan (kg)
8
N
Bobot umur bulan (kg)
t .n.
BC
17
11,08+3,11
16
13,59+2,73
16
16,04+3,08
16
17,32±3,36
16
17.5912,91
16
19,04+2,96
K-F2
29
10,71+2,69
28
12,77+3,02
28
15,04±3 .10
28
16,38±3,24
26
16,74+2,96
25
18,16+3,03
Jenis kelamin
t .n .
t .n .
t .n.
Jantan
20
11,43+3,16
19
13,86+2,85
19
Betina
26
10,40+2,50
25
12,47+2,87
25
sss
***
Tipe kelahirao
t .n.
16,12±3,06
19
14,86±3,07
25
*
17,51±3,24
17
16,12+3,25
25
sss
sss
***
18,10+2,85
16
16,36+2,83
25
***
19,94+2,86 17,58+2,75 sss
Tunggal
25
12,13+2,37a
24
14,43+2,42a
24
16,81±2,72a
24
18,23+-3,04
23
18,35+2,60
22
19,75+2,62
Kembar 2
17
9,51+2,58b
17
11,37+2,75b
17
13 ;78+2,71b
17
14,94±2,62
16
15,41±2,69
16
16,96+3,00
Kembar > 3
4
8,50+2,846
3
11,77+2,28b
3
13,40+3,12b
3
14,70±3,06
3
16,00+2,23
3
17,67+1,66
Keterangan : t .n. = tidak nyata ; * = p<0, 0 1 ; *** = P<0,001 .
9
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 1999
Bobot badan
Pertuntbuhan pra- dan pasca sapih domba persilangan Barbados (BC) dan domba komposit generasi kedua (K-F2), serta pertumbultan pra-sapih domba kontposit generasi pertanta (K-F1) tertera pada Grafik-1, yang menunjukkan bahwa pertumbultan ketiga genotipa domba tersebut relatif sama. Hal 1111 telah ditunjukkan dalalrt analisis statistik pada bobot badan pra clan pasca sapih ketiga genotipa domba tersebut yang tidak berbeda nyata . Pola pertumbuhan ketiga genotipa domba tersebut tuengikuti pola pertumbultan pada untumnya yaitu non-fncar, seperti yang dikemukakan SUBANDRIYo et al. (1995). Analisis pertumbultan dengan menggumakan regresi nonlinear Y=a+bX+cX2. Oleh karena bobot badan yang diatnati bani sampai umur 9 bulan, maka bobot badan dewasa tubuh dan umur mencapai dewasa tubult dapat diperkirakan dari modl tersebut. Parameter hasil analisis ditunjukkan dalam Tabel 4 dan Tabel 5 . Tabel 4 menunjukkan bahwa estimasi parameter pertumbultan genotipa domba BC tersebut hampir tidak berbeda dengan genotipa K-F2, ltal ini inetumjukkan bahwa keduanya mentpunyai pola pertumbultan yang hampir sama. Estimasi kurva pertumbultan untilk genotipa K-F1 belum dapat dibuat karena observasi penelitian ini baru mencapai pada usia 3 bulan. Namun demikian keragaan petuntbuhan bobot badannya dapat diilustrasikan pada Grafik 1 berikut ini . Tabel 4.
Estimasi model pertambalian bobot badan domba BC kedua(K-F2)
Peubah Domba BC Konstanta Umur umur= Domba K-F2 Konstanta Utnur Umur2 KetemnZan :
(Barbados C .'ross) dan
Koefsien
Std. En-or
T-Statistik
2.8555101 0.1135105 -0.0001417
0.5078296 0.1014120 0.00(X1039
5.6229687 11,192956 -3.5876105
Komposil generasi
3.1524392 0.2846610 11 .074362 0.1133008 0.0056846 19.931118 -0.0001650 0.0000022 -7.4538449 Don" BC : R 2= 0.996923, R2 Adj.= 0.994545, Durbin-Watsai Slat= I .00015 R2=0.995189, R 2 Adj.= 0.994315, Durbin-Wamm Slat= 1 .931631 Domba K-r2 :
2-Tail Sig 0.000 0.000 0.004 0.000 0.000 0.000
Bobot badan maksimum yang diestintasi dari model pertumbultan domba BC seperti yang tercantunl pada Tabel 4, yaitu Y= 2,8555 + 0,1135 X - 0,0001417 X2 menunjukkan bahwa domba geotipa BC dapat tumbuh sampai batas ntaksimunt 48,2 Kg yang dicapai pada unutr 400 hari. Untttk genotipa domba K-F2 dengan model pertumbultan pada tabel yang sama, yaitu Y= 3,1524 + 0,1133 X - 0,000 165 X2 akan mencapai bobot badan maksintal sebesar 41 .95 kg pada unutr 343 hari.
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
Grafik-1 . Berat Badan Domba BC, KF1 dan KF2 25 ,
EIBC /KF2 p KF1
m
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Umur Temak (2 Mingguan)
Graft 1. Berat badui domba BC, KFI dan KF2 Tabel 5.
Estimasi model pertambahan bobot badan (kg) domba jantan dan betina keselurtilian
Peubah Domba Jantan Konstanta Umur Umur2 Domba Betina Konstanta Umur Umitr2 Domba Jantan : Keterangan : Domba Betina :
Koefsien
Std. Error
T-Statistik
3.0742713 0.1189510 -0.0001613
0.3230547 0.0064513 0.0000025
9.5162561 18.438204 -6.4213425
0.000 0.000 0.000
3.0979174 0.1089139 -0.0001554
0.3651161 0.0072913 0.0000028
8.4573574 14 .937532 -5.4725446
0.000 0.000 0.000
2-Tail Sig
R2= 0.994767, R2 Adj.= 0.993815, Durbin-Watson Stat= 1 .906821 R2= 0.991646, R2 Adj.= 0.990127, Durbin-Watson Stat= 1 .310727
Selanjutnya, bobot badan maksimum yang diestimasi dari model pertumbulian domba jantan seperti yang tercantum pada Tabel 5, yaitti Y= 3,0742 + 0,1189 X - 0,0001613 Xz nlenunjukkan bahwa domba jantan dapat tumbuh sampai batas maksimum 46,78 Kg yang dicapai pada umur 368
512
SeminarNasional Peternakan dan feteriner 1999
hari, sedangkan untuk domba betina dengan model pertumbuhan pada tabel yang saina, yaitu Y= 3,0879 + 0,1089 X - 0,0001554 X'- akan mencapai bobot badan maksimal sebesar 41,15 kg pada unutr 350 hari. Grafik2 Berat Badan Temak Betina dan Jantan
25 Betim o Jantan
2D -
c R v R
m wv 10-
N
m
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Umur Ternak (2 Mingguan)
Grafik 2. Berat badan temak lx:tina dan jantan
Analisis wkatu pemehharaan optitutun berdasarkan biaya prodtiksi per ekor pcr hari dilakukan dengan menyctarakan 6Y/6X=P ..x/Py, yaitu derivatif pcnama dari masing-masing fungsi pertumbuhan disetarakan dengan rasio harga input harian dan harga produk . Dengan menggmikin harga jual ternak (Rp) berdasarkan berat hidup per ekor scbcsar Rp 13 .000, dan variasi biaya perneliharaan harian per ekor mulai dari Rp 500 sampai dengan Rp 1200/ekor/liari, maka Tabel 6 menunjukkan bahwa waktu peniclibaraan optimal untuk biaya produksi Rp 1200/ ekor/hari sanipai Rp 500/ekor/hari pada genotipa F-K2 berkisar antara 64 hari sampai 227 hari, Domba BC dari 75 hari sampai 265 hari. doniba jantan antara 83 hari sampai 249 hari . dan domba betina antara 53 hari sampai 227 hari. Tabel 2 din Tabel 3 nientinjukkan balma domba jantan bobot badannNa 0-11%, Icbih berat dari domba betina pada masa pra-sapih, dan 8 - 13% lebih berat pada niasa pasca-sapili . Hal ini seperti yang diharapkan dan dalam kisaran hasil penelitian tcrdalitilu pada domba lokal Indonesia matipun persilangannya (INCn1Nu et a/. . 1993: SETIADI et al., 1995: St'BANDRn'o dan INOCNU, 1994, 1995, SUBANDRIYo dan VOGT . 1995: GATENBf et al., 1997a: SUBANDMO et al., 1996; 1998a,b) . 51 3
Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1999
Tabel 6.
Waktu peuieliliaman optimal berdasarkan biaya produksi (Rp) per ekor/hari
Genotipa/Seks
Biaya penieliharaan Rp/ekor/hari 500
600
700
800
900
1 .000
1 .200
F-K2
226.9
203 .4
180.2
156 .9
133 .5
110.2
63 .6
BC
264 .7
237.6
210 .5
193.3
156 .2
129 .1
74 .9
Jantan
2493
225.5
201 .7
177.8
153.9
130.1
82 .4
Betina
226.6
201 .9
177 .1
152.4
127.7
102.9
53 .4
Grafik ~3 . Umur optimum (hari) berdasarkan biaya produksi (Rp)
t
E E .$ 0 c a
ev t .ar
E
0 a
Y A
1
2
3
4
5
6
7
Variasi biaya produksilekorlhad (1=Rp 500 sld 7=R) 1200) Grafik 3.
Unnir optinunn (hari) berdasarkan biaya produksi (Rp)
Bobot badan domba kelahiran tunggal, seperti yang diliarapkan adalah Icbih besar daripada domba yang dilahirkan keinbar dua, tiga atau lebih. Domba lahir tunggal 32 - 42% lebih berat dari domba yang dilahirkan kembar dua dan 49 -90% lebili berat dari domba yang dilahirkan kcinbar tiga
atau
lebih
pada
inasa
pra-sapih
(Tabcl
1) .
Perbedaan
ini
makin
berkurang dengan
bertantbahnya unuir, karena anak domba makin independent dari pengandi induk . Pada masa prasapih domba yang dilahirkan tunggal bobot badannya 16 - 28% lebili berat dari yang dilahirkan kembar dua dan 16 - 43% lebili berat dari domba yang dilahirkan kembar tiga atau lebih (Tabel 2) . Hal ini menunjukkan baliNva penganili tipe kelahiran inasili terdapat sanipai unuir 9 bulan meskipun perbedaan bobot badan makin berkurang. Hasil penelitian ini masilt dalam kisaran hasil penelitian 514
yang
dilaporkan
penelitian
terdalitilu
pada
domba
lokal
maupun
persilangannya
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 (INOUNU,
1998a,b).
1993 ;
Sl1BANDRIYO
clan
VOGT,
1995;
GATENBY
et al., 1997a;
SUBANDRIYO
et al., 1996;
KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan baliwa pertumbulian domba persilangan Barbados (BC) clan domba komposit generasi kedua (K-F2) berpola non-linear, clan diantara kedua genotipa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari segi bobot badan pada unnir tertentu maupun dari analisis pola pertumbultannya . Analisis terhadap konversi pakan juga tidak terdapat perbedaan . Demikian pula dalant ital produktivitas induk yang digambarkan oleh total bobot badan anak sapilian per tahun, maupun total bobot badan anak sapihan per unit bobot badan induk . Hal ini menunjukkan bahwa domba komposit mempunyai keunggmlan yang cukup baik, mengingat bahwa domba Persilangan Barbados adalah yang tcrbaik pada kondisi digembalakan di Sungai Putilt. Estimasi produktivitas induk yang akan datang yang digambarkan dari total bobot badan anak sapihan per tahun menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang menyolok, mengingat rendaltnya perkiraan ripitabilitas total bobot badan anak sapihan . Bobot badan maksinutnt domba BC, dari model Y= 2,8555 + 0,1135 X - 0,0001417 XZ menunjukkan bahwa domba geotipa BC dapat tumbuli sampai batas maksimum 48,2 Kg yang dicapai pada umur 400 hari. Untuk genotipa domba K-F2 model pertuntbultan Y= 3,1524 + 0,1133 X - 0,000165 XZ akan mencapai bobot badan maksimal sebesar 41,95 kg pada unuir 343 hari. Selanjutnya, bobot badan maksimum yang diestimasi dari model pcrtunibultan domba jantan Y= 3,0742 + 0,1189 X - 0,0001613 XZ menunjukkan bahwa domba jantan dapat tuntbult sampai batas maksimum 46,78 Kg yang dicapai pada umur 368 hari, sedangkan untuk domba betina dengan model Y= 3,0879 + 0,1089 X - 0,0001554 X' akan mencapai bobot badan maksimal sebesar 41,15 kg pada unutr 350 hari . Analisis wkatti pemeliltaraan optintum berdasarkan biaya produksi per ekor per hari dilakukan dengan ntenyetarakan 8Y/6X=P ..x/P.v, yaitu derivatif pertanta dari masing-masing fitngsi pertunlbullan disetarakan dengan rasio harga input harian dan ltarga produk . Dengan menggtmakan harga jual ternak (Rp) berdasarkan berat hidup per ekor sebesar Rp 13 .000, clan variasi biaya pemeliltaraan harian per ekor mulai dari Rp 500 sampai dengan Rp 1200/ekor/hari, maka Tabel 6 menunjukkan bahwa %vaktu pemeliltaraan optimal uniuk biaya produksi Rp 1200/ ekor/hari sampai Rp 500/ekor/hari pada genotipa F-K2 berkisar antara 64 hari sampai 227 hari, Domba BC dari 75 hari sampai 265 hari, dombajantan antara 83 hari sampai 249 hari. clan doniba betina antara 53 hari sampai 227 hari. PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN Hasil penelitian ini menunjukkan baliNva domba komposit ntenpakan salalt satu calon bangsa atau rumpun yang dapat dikembangkan yang nicnpakan liasil persilangan antar domba tropika . Penggtinaan domba ini akan dapat nieningkatkan produktivitas apabila dibandingkan dengan penggtutaan doniba lokal mengingat bahwa sifat reproduksinya tidak berbeda dengan domba lokal hasil penelitian terdalntlu . Penelitian ini adalah dalant kondisi stasiun percobaan, sehingga ntasilt perlu diuji di lapangan . Olch karena terbatasnya ntateri, pentbentukan domba komposit ini dapat dilakukan dengan menyilangkan pejantan domba St. Croix dengan domba betina lokal, yang 51 5
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
selanjutnya disilangkan dengan betina atau pejantan Persilangan Barbados . Pcjantan .4t. Croix dan Persilangan Barbados saat ini tersedia di Balitnak meskipun dalam junilah terbatas, nanutn dapat dikembangkan dengan jalan pembuatan mani beku : Bobot badan maksimum domba BC yang mampu mencapai 48 .2 Kg pada unitir 4010 hari, domba K-F2 mencapai sebesar 41,95 kg pada unitir 343 hari, menunjukkan bahwa antisipasi berat badan yang memenuhi persyaratan ekspor (35-40 kg bcrat hidup) 'akan dapat dipenuhi oleh kedua genotipa tersebut . Demikian pula halnya dengan bobot badan maksimum yang dapat dicapai oleh domba jantan sampai 46,78 Kg yang dicapai pada unitir 368 hari maupun domba betina sebesar 41,15 kg pada unitir 3-50 hari . DAFTAR PUSTAKA BRADFORD, G.E ., SUFAANI)RIYO, M. DOLC>KSARIBIJ, and R.M . GATENBY. 1996 . Breeding strategies for low input systems. In : Roger C. Merkel, Tjeppy I) . Soedjana, and Subandriyo (eds). Small Ruminant Production : Recommendations for Southeast Asia . Proc . Workshop held in Parapat, North Sumatra, Indonesia, May 12-15, 1996 . Small Ruminant Collaborative Research Support Program (SR-CRSP), University of California Davis, Davis, CA 95616, USA, ISBN 979-8308-15-8, pp 55-62. DICKERSON, G.E . 1970 . Efficiency of animal production - molding the biological components . J. Anim . Sei. 30 :849-859 . FLETCHER, 1. C ., B. GIINAWAN, D.J .S . HETZEL, B. BAKRIE, N.G . YATES, and T .D . CHANIAGO . 1985 . Comparison of lamb production I:rom indigenous and exotic x indigenous ewes in Indonesia. Troj)ical Animal Ifeakh 17 :127 . FOOTE, W. C. 1983 . The St . Croix Sheep in the United States . In : H.A . Fitzhugh, and G. E. Bradford (eds), Hair Sheep of Western Africa and the Americas, A . Genetic Resource for the Tropics. A Winrock Intern . Study. Westview Press ., Boulder, Colorado, U. S. A. pp . 275-288. GATENBN', R.M ., R .A .C . JENSI;N, SI'BANDRIYO, and 6.E . BRADFORD . 1988 . Actual and potential levels of perfonnance of Indonesian sheep and goats under traditional management systems . Technical Report Series Number 97 . Small Ruminant-Collaborative Research Support ProgramAhiiversity of California Davis, Davis, CA . U .S .A . GATENBY, R.M ., E. BPADr0 izD, M. Doi,OKSARmu, E. ROMmm, D. PITONO, and H. SAKuL. 1993b. Growth, Mortality, and Wool Cover of Sumatra Sheep and Crosses with Three Breeds of Flair Sheep. 1993 . In : Mary Kcane (ed.) Small Ruminant Workshop . Proc . Workshop held 7-9 September 1993 at San Juan, Puerto Rico, pp . 19-27. Small Ruminant-Collaborative Research Support Program, University of California, Davis, I) .S .A . INIGUEZ, M.SANCIIEZ, and S. GINTING. 1991 . Productivity of Sumatran Sheep in a sti!stem integrated with nibber plantation . Small Ruminant Research 5:303-317 . INIGUEZ, G.E . BRArmoRD, SITBANDRIY(7, and B. TIESNAMi1RT1 . 1993 . Production perfonnance of prolific Javanese ewes . Small Ruminant Research 12 :243-257.
INOUNU, I., L.
LILIEN, D. 1984 . Micro ,rsp, Quantitative Micro Sotiivare, USA
REESE, A. 1988 . Effect of Energy Supplementation in Indonesian Sheep. Ph .D . Thesis . Nort h Carolina State University, Raleigh, NC . REESE, A.A., S.W . HANT)AYANI, S.P . GIN'rING, W. SINULINGGA, G.R . REESE, and W.L . JOHNSON . 1990 . Effect s of energy supplementation on lamb production of Javanese T11in-Tail ewes . J. Anim . .Sei . 68 :1827.
51 6
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner
1999
SOEDJANA, T.D .1993. Ekonond I'entelihataan Temak Runtinansia Kecil. Dalam: Produksi Kambing datt Donba di Indonesia . Editor : M.W . Tomaszewska, A. Djajanegara, S. Gardiner, T. R. Wiradarya dan I.M . Mxstika . Sebelas Maret University Press. Surakarta. pp :336-368 . SU13ANDRIYO and ISbiETII IN()UNIJ . 1994 . Genetic and environmental factors atlecting birth weight, weaning weight and preweaning survival rates of prolific Javanese sheep. Proc . 5th World Congress on Genetics Applied to Livestock Production . Guelph, Ontario, Canada, August 7-12, 1994 . Vol 18, pp 127-130, University of Guelph, Ontario, Canada . SUBANDRIYo dan lsmETH INOUNI). 1995 . Persaingan antara anak domba prolifik lahir kembar dita pada periode pra dan pasca lahir. Pros . Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan, Ciawi-Bogor 25-26 Januari 1995, I3alai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor, pp 50-56. SUBANDRIYo, and D.W . VOGT . 1995 . Adjustment factors of birth weight and four postnatal weights for type of birth and rearing, sex of lambs and darn age. Jumal Ilnu Tenrak dan Veteriner I (t ):1-10 . SETIADI, B., SUBANDRIY(a and L.C . INIGUEz. 1995 . Reproductive performance of small ruminants in an outreach pilot project in West Java . Janml Ilmu Ternak dcm Veteriner 1 (2):73 . SUBANDRIYO, B. SETIADI, M. RANGKIYII, K. DIwYANTo, E. HANDIWIRAWAN, E. ROMJALI, M. DoLOKSARIBU, S. ELIASER, dan L. BATUIAARA. 1996 . Peuurliaan Bangsa Domba Sintetis Hasil Persilangan antara Domba Lokal Surnatera dengan Domba Bulu . Laporrn Penelitian . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bekerjasaina dengan Proyek Pembinaan Keleinbagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. SUBANDRIYO, B. SETIADI, M. RANourri, K. DiwYANTC'), M. DOLoKsARItiu, LEO P. BATIMARA, E. ROMJALI, SIMON ELIASER darl E. HANDIWIRAWAN . 1998a. Pertonna domb r koinposit hasil p ersilangan antara domba lokal Surnatera dengan doinKa rambut generasi pertama clan kedua. ./tirwal Ilntu Tenmk dan Veteriner 3(2) :78-86 . SAs. 1987 . SASlSTAT Guidefor Petsatal Conquilers . Version 6 Edition. SAS Institute Inc., Cary, NC .