98
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai wisata budaya. Potensi tersebut yakni Candi Cetho, Puri Saraswati, Candi Kethek, Kebun Teh Kemuning, Kehidupan Masyarakat setempat, Napak Tilas Brawijaya V, Kesenian Masyarakat setempat, Upacara Adat, dan Upacara Keagamaan. Potensi Candi Cetho yakni dapat dijadikan sebagai tempat edukasi bagi akademisi maupun masyarakat. Potensi Puri Saraswati yakni adanya patung Dewi Saraswati, Meru dan Sendhang Pundi Sari yang belum ditata alur kunjungan wisatawannya. Potensi Candi Kethek yakni sebagai tempat bermeditasi, tetirah, dan merasakan suasana alam, selain itu perjalanan dari Candi Cetho ke Candi Kethek dapat dijadikan sebagai jalur tracking. Potensi Kebun Teh Kemuning yakni sebagai tempat untuk menikmati pemandangan senja dan hamparan kebun teh disertai aktivitas minum teh. Potensi Kehidupan Masyarakat setempat yakni aktivitas keseharian. Potensi Napak Tilas Brawijaya V yakni merasakan sensasi perjalanan dari Candi Cetho ke Candi Sukuh dilanjutkan menuju Sendhang Raja dan berakhir di Cemoro Bulus. Potensi Kesenian Masyarakat setempat yakni pentas seni yang terinspirasi dari kisah relief di Candi Cetho. Potensi Upacara Adat yakni tersedianya beberapa upacara adat yang dapat dijadwalkan ke dalam kalender kegiatan tahunan dan rutin 98
99
dilaksanakan. Potensi Upacara Keagamaan yakni perayaan peringatan Dewi Saraswati, Galungan, Kuningan, dan Nyepi. Kedua, berdasarkan hasil analisis nilai penting diketahui bahwa Candi Cetho memiliki nilai penting bagi masyarakat masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Namun terdapat permasalah yang terjadi di kawasan tersebut yakni pengelolaan Kawasan Candi Cetho masih tumpang tindih karena melibatkan berbagai lembaga tanpa ada penyatuan visi dan misi, kondisi fisik Candi Cetho saat ini rentan bergeser batunya sehingga dapat merubah struktur candi, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata yang masih sebatas pedagang, tukang parkir, dan penyedia tempat penginapan. Perlu dilakukan pengelolaan Kawasan Candi Cetho secara menyeluruh, dalam rangka pelestarian, pengembangan dan pemanfaatannya melalui zonasi serta peningkatan pemahaman akan pelestarian lanskap budaya, alam, dan sosial yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan pariwisata. Selain itu, pariwisata hadir bukan hanya utk mensejaherakan masyarakat namun juga untuk memproteksi budaya yang berwujud (candi) dan yang tidak berwujud (kearifan lokal).
6.2 Rekomendasi Dari hasil simpulan, dapat diberikan beberapa rekomendasi untuk pihakpihak terkait yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, Balai Pelestarian dan Perlindungan Purbakala Provinsi Jawa Tengah, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Pertama, rekomendasi yang berkaitan dengan potensi wisata di Kawasan Candi Cetho. Dari sembilan potensi yang telah dikemukakan sebelumnya,
100
rekomendasi yang diberikan bertujuan untuk memaksimalkan potensi tersebut diantaranya (1) Perlu dibangun virtual room dimana tersedia cerita sejarah dan bentuk arsitektur serta lokasi dari Candi Cetho; (2) Perlu dibuat rute bagi wisatawan sehingga mereka mengetahui dan dapat mengunjungi ketiga tempat di Puri Saraswati, diantaranya membasuh muka, mengunjungi Meru, dan terakhir ke Patung Saraswati; (3) Perlu menjaga dan mempertahankan suasana alam di sekitar Candi Kethek; (4) Perlu disediakan spot untuk melihat senja disertai penyediaan teh khas Kemuning yang dapat dinikmati wisatawan sambil melihat senja; (5) Perlu dibuat Paket Wisata Pedesaan kepada wisatawan yang menawarkan kesempatan untuk merasakan hidup keseharian masyarakat di Kawasan Candi Cetho; (6) Perlu dibuat Paket Wisata Napak Tilas Brawijaya V yang dapat ditawarkan kepada wisatawan; (7) Kisah Samudramanthana dan Garudeya patut untuk dijadikan sebagai sendra tari yang dapat ditampilkan kepada wisatawan; (8) Perlu jadwal kegiatan wisata tahunan di Kawasan Candi Cetho yang jelas dan terorganisir; dan (9) Perlu dilakukan penataan terhadap wisatawan yang ingin menikmati upacara keagamaan di Kawasan Candhi Cetho agar tidak menggangu kehikmatan acara. Kedua, rekomendasi yang berkaitan dengan model pengelolaan wisata di Kawasan Candi Cetho. (1) Terkait pengelolaan internal, sebaiknya pengelolaan Kawasan Candi Cetho seluruhnya dipegang oleh pemerintah agar ada koordinasi yang baik antar lembaga, kejelasan visi dan misi serta pengelolaan Kawasan Candi Cetho yang sesuai dengan prinsip pengelolaan kawasan cagar budaya. Masyarakat dapat diberi sebagian penghasilan dari penjualan tiket masuk Kawasan Candi Cetho untuk pembangunan dusunnya dan membiayai berbagai
101
kegiatan adat/budaya yang rutin dilaksanakan. Pengelolaan kain kampuh dapat dipegang organisasi kepemudaan setempat dan besarnya uang yang harus dibayarkan wisatawan jelas, agar tidar terjadi kebingungan bagi wisatawan dan manajemen pengelolaannya jelas. (2) Terkait pengelolaan fisik, pengelolaan obyek Kawasan Candi Cetho harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengelolaan benda cagar budaya, agar benda-benda cagar budaya yang ada dapat dilestarikan dan tidak mengalami pelapukan. Rutin mengikutsertakan pegawai dari BP3 Jawa Tengah yang ada di Kawasan Candi Cetho dalam setiap pelatihan/seminar pengelolaan dan pelestarian benda cagar budaya. Pengelola mempertegas zonasi yang diberlakukan di Kawasan Candi Cetho (zona inti, zona penyangga, zona pemanfaatan). Pengelola harus tegas menerapkan aturan bahwa pintu keluar wisatawan berada di sebelah kanan Candi Cetho, sehingga arus wisatawan yang masuk dan yang keluar tidak bertemu di satu titik. Pengelola memberi tanda yang jelas tempat-tempat mana yang boleh dikunjungi wisatawan agar tidak menggagu masyarakat/umat yang sedang beribadah. (3) Terkait peran masyarakat setempat, dalam kegiatan pariwisata yang ada di Kawasan Candi Cetho, peran masyarakat sebaiknya lebih dikuatkan agar pariwisata dapat berfungsi untuk mensejahterakan masyarakat lokal dan menjadi benteng bagi pudarnya kebudayaan/kearifan lokal masyarakatnya. Mengubah kisah cerita Samudramanthana dan Garudeya yang ada dalam relief Candi Cetho menjadi sebuah pertunjukan tari sehingga dapat dijadikan sebagai atraksi wisata sekaligus sebagai manifestasi suatu cerita yang dapat dipahami oleh masyarakatnya.
102
6.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah minimnya data yang terkait Candi Kethek, sehingga Penulis sulit untuk memetakan potensi yang ada pada Candi Kethek. Namun Penulis berusaha untuk mencari data yang valid dan lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan. Narasumber dalam penelitian ini tidak ada yang berasal dari kalangan ahli sejarah. Ke depan, perlu dilibatkan Narasumber yang berlatarbelakang sejarah atau ahli sejarah, dengan demikian dapat diketahui secara mendalam tentang sejarah yang ada di Kawasan Candi Cetho maupun masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat berpotensi dijadikan atraksi wisata ke depannya.