BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan, faktor-faktor apa saja untuk memperkuat Place kawasan dan arahan rancangan kawasan Jalan Pos, Kawasan Pasar Sudimampir dan Kawasan Kampung Sungai Baru untuk Banjarmasin Riverfront City. Adapun kesimpulan dari observasi dengan Variabel-Unit Amatan Penelitian tersebut diperoleh hasil penelitian, identifikasi, analisis dan pembahasan tentang Banjarmasin Riverfront City Dengan Pendekatan Placemaking yang menunjukkan bahwa pada tepian Sungai Martapura, sebagai berikut :
6.1.1 Karakter Place kawasan 1. Bentuk Bangunan (Building Form/Figure Ground) Figure ground pada kawasan penelitian terutama permukiman sekitar tepian Sungai Martapura terlihat kumuh dan tidak teratur. Figure ground pada kawasan komersial (perdagangan dan jasa) didominasi solid daripada void yang terkesan penuh/padat dan tidak adanya ruang terbuka berupa place untuk publik. Tata bangunan di kawasan komersial berkisar 1 sampai 3 lantai, terkecuali bangunan pusat perbelajaan yang mencapai 5 lantai (Mitra Plaza dan Lima Cahaya). Bangunan yang didominasi dengan bentuk atap yang menerus/ menyambung antar bangunan. Orientasi dan fasad bangunan ke arah jalan darat daripada kearah sungai baik kawasan
komersial (perdagangan
dan
jasa)
maupun
tempat tinggal
(permukiman), dan adanya paradigma (pemikiran) penduduk sekitar kawasan penelitian lebih mengutamakan sesuatu yang efektif dan efisien.
150
2. Fungsi Lahan (Land Use) Fungsi lahan pada kawasan komersial (perdagangan dan jasa) berkisar 80 %, kawasan perkantoran pemerintahan 60 %, dan permukiman 40 %. Fungsi lahan pada kawasan Pasar Sudimampir dengan KDB antara 90 sampai 100 % tanpa adanya space yang tersisa, terkecuali jalan umum dan jalan
lingkungan,
bahkan area tertentu seperti pedestrian way dimanfaatkan sebagai tempat meletakkan barang dagangan. Kawasan permukiman sekitar tepian Sungai Martapura terlihat kumuh dan tidak teratur dikarenakan penduduk setempat lebih mengutamakan kemudahan dalam beraktifitas (bekerja).
3. Kegiatan Pendukung (Activity Support) Aktifitas/kegiatan dalam hal interaksi secara sosial dan budaya dalam kehidupan sehari-hari penduduk sekitar tepian Sungai Martapura mulai berkurang
terutama dalam berkegiatan kehidupan sehari-hari cenderung
melalui daratan daripada melalui jaringan perairan/sungai.
4. Sirkulasi (Linkage/Circulation) Sirkulasi moda transportasi sungai/air sekitar tepian Sungai Martapura mulai berkurang baik jaringan pergerakan manusia maupun barang, yang lebih mengutamakan moda transportasi darat. Hal ini dikarenakan semakin terhubungnya jaringan jalan darat baik dari kota Banjarmasin menuju antar kota Kabupaten, dan Provinsi, serta adanya paradigma penduduk dalam sirkulasi tentang moda transportasi darat yang lebih efisien waktu dan biaya.
5. Pandangan (Visual) Karakter visual (Place) di kawasan ini terutama akses berupa Mainentrance terutama jalan (daratan) dengan riverfront (perairan) terhalang oleh massa bangunan. Pattern (pengaturan elemen bangunan) dan garis pengikat facade (hubungan dan kesatuan deretan bangunan) dikawasan ini banyak dipengaruhi oleh keinginan pemilik bangunan untuk menunjukkan keberadaannya dan cenderung monoton. Alignment (Vertikal dan Horizontal), Setback hubungan ruang antara (transition space) antara indoor dan outdoor lebih mengutamakan
151
nilai komersial daripada ruang publik, Size and Shape (sudut pandang pengamatan), dan Skala dan Ketinggian bangunan (seluruh bidang penglihatan) didominasi oleh bentuk signage berupa baliho (Ballyhoo) dan papan reklame/iklan yang tidak proporsi dan tidak teratur sehingga kekuatan Place sebagai identitas suatu kawasan tepian Sungai
Martapura cenderung
terabaikan.
152
153
6.1.2 Faktor-faktor untuk memperkuat Place kawasan 1. Bentuk Bangunan (Building Form/Figure Ground) Figure ground pada kawasan komersial (perdagangan dan jasa) dengan penataan bentuk dan massa bangunan (solid ataupun void) yang lebih tertata dan teratur, serta lebih mengutamakan ruang terbuka/area hijau berupa place untuk publik. Orientasi dan fasad bangunan ke arah sungai sebagai upaya memperkuat dan mendukung keberadaan sungai baik kawasan komersial (perdagangan dan jasa) maupun tempat tinggal (permukiman). Kawasan Pasar Sudimampir terdapat bangunan yang memiliki nilai sejarah yang dapat menciptakan karakter yang khas dalam arsitektur terutama bangunan yang terdapat pada sisi Utara dan Selatan jalan Sudimampir. Bangunan yang memiliki nilai sejarah ini merupakan peninggalan kolonial Belanda, namun keberadaan bangunan disekitar kawasan ini tertutupi oleh baliho (Ballyhoo) ataupun papan reklame/iklan dan material bangunan yang baru dikarenakan adanya perubahan bentuk fasad dan fungsi dibeberapa bangunan. Keberadaan bangunan konservasi tersebut dapat direstorasi (mengembalikan bentuk bangunan sesuai kondisi fisik aslinya dengan cara memasang kembali ornament/elemen aslinya yang telah rusak ataupun hilang dan menghilangkan ornament/elemen tempelan ataupun tambahan) untuk memperkuat place kawasan.
2. Fungsi Lahan (Land Use) Fungsi lahan yang dengan penzoningan yang lebih tertata dan terarah baik pada kawasan komersial, Mixed use, dan kawasan permukiman sekitar tepian Sungai Martapura. Dan mengembalikan fungsi lahan pada tepian Sungai Martapura sebagai area ruang terbuka hijau.
3. Kegiatan Pendukung (Activity Support) Menghidupkan kembali budaya dan interaksi sosial berupa aktifitas/kegiatan sungai yang merupakan ciri khas kebudayaan dan tradisi dari kedaerahan penduduk sekitar dengan pengembangan potensi sungai dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan potensi sungai dengan menambah Atraksi ke sungai seperti festival budaya sungai dan lainnya.
154
4. Sirkulasi (Linkage/Circulation) Pengembangan potensi sungai dengan menambah aksesibilitas dan kejelasan ke sungai sebagai prasarana pergerakan baik untuk manusia maupun barang, dengan memperhatikan tingkat perkembangan, kualitas dan kuantitas serta antar jaringan penghubung dalam kawasan kota. Memperbaiki jaringan sirkulasi yang telah ada, meciptakan jaringan sirkulasi yang baru dan memperkuat jaringan antar sirkulasi dalam kawasan.
5. Pandangan (Visual) Karakter visual (Place) di kawasan ini dapat diperkuat dengan membuka Vista disekitar kawasan dengan cara pengurangan solid bangunan dengan lebih mengutamakan void sebagai space untuk publik, dengan membuka akses berupa Mainentrance terutama jalan (daratan) dengan riverfront (perairan) terutama pada kawasan Pasar Sudimampir, sehingga dapat memperkuat dan memperjelas karakter visual (Place) kawasan. Bentuk-bentuk bangunan dengan Pattern, Alignment (Vertical
dan Horizontal),
Setback hubungan ruang antara indoor dan outdoor, Size and Shape, Skala dan Ketinggian yang keterkaitan dengan kearifan lokal dan arsitektur tradisional terhadap keberadaan sungai dapat menciptakan visual yang menarik dan khas sebagai kekuatan Place yang menjadi identitas kawasan pada tepian Sungai Martapura. Hal ini dapat diperkuat dengan adanya kebijakan yang tertuang dalam peraturan pemerintah kota Banjarmasin dalam bentuk konsep dan rancangan kawasan.
Pada kawasan kota Banjarmasin yang berbasis sungai terutama kawasan tersebut, diperlukan suatu kawasan agar tercipta Public Space menjadi Place, yang memiliki Value dengan kualitas didalamnya yang berguna bagi publik dan juga lingkungan sekitar, dan tentunya memperkuat karakter Place dengan pendekatan Placemaking untuk perkembangan dan pembangunan Kota Banjarmasin. Keberadaan suatu tempat (Place) yang berkualitas sangat dipengaruhi kegiatan/aktifitas didalamnya terutama Kawasan Jalan Pos, Kawasan Pasar Sudimampir dan Kawasan Kampung Sungai Baru yang merupakan Sub District, Central Business Distrit (CBD) Pusat Kota Banjarmasin menjadi lebih nyaman dan memberikan pengaruh Value positif terhadap aspek ekonomi,
155
sosial dan budaya bagi perkembangan dan pembangunan Kota Banjarmasin, dan ini merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan pariwisata setempat kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan umumnya baik ditingkat domestik maupun mancanegara. Selain itu dapat meningkatkan perekonomian/ taraf kehidupan penduduk setempat dan sekitar, tentunya meningkatkan dan menambah nilai PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Banjarmasin.
6.2 Rekomendasi Rekomendasi kawasan penelitian untuk Banjarmasin Riverfront City Dengan Pendekatan Placemaking yang menunjukkan bahwa pada tepian Sungai Martapura terutama pada Kawasan Jalan Pos, Kawasan Pasar Sudimampir dan Kawasan Kampung Sungai Baru, antara lain : 1. Fungsi lahan (Land use) pembagian Segment/zoning berupa spot-area, guna memperkuat dan mendukung Place kawasan tepian Sungai Martapura seperti Spot rekreasi dan bermain keluarga, Amphitheater, wisata kuliner, kampung wisata berupa kampung ketupat sekitar kawasan, Rumah Lanting, dermaga apung, gedung galeri adat-budaya Banjar dan prasarana penunjang lainnya, selain itu diperlukan adanya event festival budaya tahunan dengan packaging yang menarik di sekitar kawasan tersebut untuk meningkatkan ketertarikan penduduk baik domestik maupun mancanegara.
2. Sirkulasi (Linkage/Circulation), diperlukan adanya manajemen dan rekayasa lalu lintas dari Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin dan kesadaran penduduk dalam mentaati peraturan untuk moda transportasi darat agar tidak terjadi crowding dan kemacetan. Sedangkan untuk kawasan komersial terutama para pedagang diperlukan suatu sistem manajemen dan koordinasi dengan Dinas Pengelola Pasar dalam hal waktu ataupun tempat dalam parkir kendaraan angkutan umum atau pribadi dan melakukan bongkar muat barang agar tidak terjadi kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas baik di jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor ataupun jalan lingkungan sekitar kawasan. Selain itu diperlukan adanya manajemen dan rekayasa lalu lintas dari Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin dan Pemerintah Kota Banjarmasin berupa
156
program/himbauan ataupun anjuran yang lebih menarik dan unik untuk Penduduk sekitar Kota Banjarmasin dan wisatawan untuk mengajak dan menumbuhkan kembali kesadaran dan rasa kecintaan terhadap moda transportasi air/sungai dan lingkungan, hal ini dapat juga mengurangi tingkat terjadinya crowding dan kemacetan lalu lintas di darat. Contohnya pembangunan dermaga apung air/sungai dengan sarana pendukung yang lengkap, nyaman dan aman, serta diberikan voucher gratis dan rewards dalam durasi tertentu untuk penggunaan moda transportasi air/sungai.
3. Pandangan (Visual) kawasan berupa akses jalan, bangunan dan air/sungai terlihat mudah, jelas dan nyaman, fasad bangunan dengan cara perpaduan antara kearifan lokal (unsur setempat), arsitektur tradisional dan modern, agar tetap terjaga dan terpelihara dengan baik tentunya memperkuat Place kawasan. Selain itu Kawasan tepian sungai merupakan potensi alam yang secara visual dapat dikembangkan dan dibangun serta dijadikan sebagai sarana ataupun wadah wisata air/sungai, contohnya bangunan gedung dengan menggunakan atap ataupun ornament tradisional (Pattern/ritme ABA-ABA ataupun sebaliknya) dan antar bangunan dihubungkan dengan Pedestrian way ataupun Promenade dengan Plaza yang dapat difungsikan untuk berjalan santai, jogging track ataupun disatukan dengan jalan setapak (pathway), vegetasi dan pergola berbahan fiber yang tembus pandang, kemudian wisatawan dapat menyusuri tepian Sungai Martapura dan kanal-kanal dengan menggunakan perahu/klotok, sampan/jukung untuk menikmati keindahan dan panorama kawasan tersebut, dan sosial-budaya kehidupan sehari-hari penduduk sekitar. Dan tentunya dengan Skala dan Proporsi yang terarah dan teratur terhadap kawasan tersebut.
Arahan dan konsep Guideline design berupa Riverfront Eco-Belt dapat dijadikan sebagai alternatif rancangan dalam integration kawasan (menyatukan) antar zona/spot setiap kawasan berupa Promenade dan wisata moda transportasi jaringan air/sungai yang menghubungkan setiap kawasan, serta dengan menampilkan keunikan ataupun kekhasan masing-masing dan didukung tersedianya area parkir serta sarana prasarana penunjang lainnya di setiap zona/spot kawasan tersebut.
157