1
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1
Kesimpulan
Penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Program inovasi penyediaan akses internet hotspot di lokasi sekolah dan Perguruan Tinggi / kampus sangat tepat untuk mengenerate pendapatan dari layanan akses data, hal ini dikarenakan : •
Preferensi layanan Flexi pada segmen pelajar dan mahasiwa sangat rendah, terlihat dari rendahnya kepemilikan HP dan modem Flexi, sehingga salah satu cara memperoleh pendapatan dari segmen pelajar dan mahasiswa adalah menyediakan hotspot area. Sebagian besar pelajar dan mahasiswa melakukan registrasi dari HP Flexi milik temannya. Hal ini sesuai atau berbanding lurus dengan hasil survey konsultan independen bahwa segmen pelanggan Flexi didominasi oleh usia mapan, atau diatas 20 tahun (bukan usia pelajar dan mahasiswa). Segmen pelajar atau mahasiswa lebih banyak menggunakan Flexi hanya untuk melakukan akses data, bukan untuk basic service seperti voice dan sms.
•
Pendapatan yang dihasilkan dari akses data hotspot ini sudah berhasil meningkatkan ARPU (average revenue per unit) sebesar minimal Rp 16.630 per nomor,- pada tahun pertama.
2. Harus dilakukan quality improvement terhadap kondisi network dan akses data, karena dari penelitian sebesar 85% pelanggan tidak peduli ketika akses internet hotspot di lokasi tidak berfungsi, karena mempunyai alternatif modem dan HP dari penyedia jasa telekomunikasi selain Flexi. Terganggunya akses data hotspot akan mengakibatkan hilangnya peluang pendapatan, padahal peluang meningkatkan pendapatan dari akses data merupakan harapan di masa depan.
2
3. Respon yang besar terhadap akses internet hotspot yang diberikan di lingkungan sekolah atau kampus, hal ini dibuktikan dari kenaikan jumlah user selama 3 bulan, maka memperbanyak titik-titik akses internet hotspot di sekolah dan kampus akan lebih bermanfaat dan secara optimal mengenerate revenue dari data.
4. Melalui study kelayakan investasi dengan menggunakan 4 metode yaitu : Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Payback Period, dan Benefit Cost Ratio (BC Ratio), program inovasi yang sudah dilakukan trial pada 2 lokasi yaitu segmen pelajar (SMA Kompleks yaitu SMA1, SMA2, SMA5, dan SMA9) serta segmen mahasiswa yaitu Teknik Elektro ITS layak untuk dijalankan di lokasi-lokasi lain pada segmen yang sama.
5. Jika di satu lokasi jumlah titik hotspot ditambah, maka jumlah user dan trafik akses di setiap titik akan turun karena terdistribusi merata di beberapa titik baru yang dipasang. Namun hal ini tidak menjadi masalah, karena akan muncul user-user baru dan user lama akan semakin puas dengan kecepatan yang diberikan di satu titik hotspot jika user pengakses di titik tersebut turun. Apalagi jika dilihat dari kecepatan proyek ini mengembalikan modal usahanya kurang dari 1 tahun ( 11 bulan), sehingga di bulan ke-12 program investasi ini sudah menghasilkan keuntungan.
6. Media informasi yang menggerakkan daya beli pelanggan sudah bergeser, informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) lebih powerful dibanding media informasi lainnya. Dengan penerapan 3 step Word of Mouth Marketing (WoMM) yaitu talking, promoting, selling dimana strategi Marketing 2.0 dan Marketing 3.0 menjadi kekuatan promoting, akan meminimalkan cost promosi sehingga sesuai dengan prinsip ”low budget high impact”
3
7. Analisa pasar digunakan untuk melihat perilaku pelanggan dan demand forecasting. Analisa pasar ini melihat perilaku pelanggan melalui 3 faktor pendekatan
yaitu psychographic factor, demographic factor, dan
technographic
factor. Pada psychographic factor yang diperoleh pada
segmen pelajar dan mahasiswa ini adalah sebagai berikut : •
Segmen pelajar dan mahasiswa mempunyai aktifitas terbesar di lingkungan sekolah masing-masing, dan menghabiskan waktu untuk melakukan aktifitas internet di tempat hang out (cafe dan semacamnya). Bedanya, untuk segmen pelajar hanya 17% melakukan akses data di tempat hang out, karena hampir 76% dihabiskan di sekolah. Sedang mahasiswa menghabiskan waktu untuk akses data di kampus sebesar 51%.
•
Pada segmen ini, baik pelajar dan mahasiswa, berkisar 35% mempunyai komunitas hobby. Komunitas blogger masih menjadi komunitas online dengan jumlah pengguna yang besar baik di segmen pelajar ataupun mahasiswa, berkisar 28 % - 30%. Diikiuti oleh komunitas online kaskus, dan lainnya.
8. Hasil analisa berdasar pada technographic factor, maka segmen pelajar dan mahasiwa ini adalah termasuk ke pengguna teknologi dalam kelompok Fast Forwards. Kelompok pelanggan ini adalah pembelanja terbesar, dan merekalah yang pertama mengambil teknologi baru untuk segala aktifitas mereka baik di sekolah / kampus, rumah, dan pribadinya. Hasil analisa pasar yang menguatkan adalah sebagai berikut : •
Segmen pelajar dan mahasiswa ini mempunyai kecenderungan kecanduan internet, dilihat dari 85% - 95% rutin melakukan akses internet. Mahasiswa lebih kecanduan internet daripada pelajar, karena melakukan akses dengan durasi akses per hari yang rata-rata 2-5 jam, sedangkan di segmen pelajar kurang dari 2 jam.
•
Pelajar mendapatkan kecepatan akses jauh lebih tinggi (orde Mbps) dibanding mahasiswa (kbps) dikarenakan beberapa hal seperti :
4
75% pelajar hanya menggunakan internet untuk social media, sedangkan mahasiswa lebih banyak menggunakan untuk download materi kuliah (35%), diikuti social media activity (30%). •
Responden tidak terlalu peduli ketika akses internet hotspot di lokasi terganggu, misalnya mati, karena 85% diantaranya mempunyai alternatif modem dan HP dari penyedia jasa telekomunikasi selain Flexi, 15% sisanya masih menggunakan modem atau HP Flexi sebagai alternatif akses jika akses internet hotspot tidak berfungsi. Melihat dari data ini, bahwa HP dan modem Flexi belum menjadi pilihan utama di segmen pelajar dan mahasiswa. Sebagian diantaranya disebabkan akses data Flexi yang masih belum broadband, sementara segmen ini membutuhkan akses yang cepat, murah, dan mudah. Namun melihat dari respon yang besar terhadap akses internet hotspot yang diberikan di lingkungan sekolah atau kampus, terbukti dari kenaikan jumlah user selama 3 bulan, maka memperbanyak titik-titik akses internet hotspot di sekolah dan kampus akan lebih bermanfaat dan berproduksi optimal untuk mengenerate revenue dari data.
6.2 Rekomendasi
1. Penggunaan akses data broadband seperti pada penerapan akses hotspot memerlukan customer education untuk menciptakan customer experience dan menguatkan positioning akses broadband Telkom sehingga pelanggan tidak akan beralih ke penyedia jasa lain karena layanan-layanan yang membutuhkan bandwidth besar hanya bisa diakses menggunakan jaringan broadband Telkom.
2. Program inovasi seperti dalam penelitian ini direkomendasikan untuk diteruskan di lokasi-lokasi lain di Surabaya, karena Surabaya memiliki potensi jumlah sekolah menengah dan Perguruan Tinggi yang sangat
5
banyak. Beberapa parameter bisa digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam implementasi di segmen pelajar dan mahasiswa, yaitu: a. Untuk segmen sekolah menengah, diprioritaskan sekolah-sekolah yang aktifitas keseharian sangat tergantung pada akses data, seperti contohnya sekolah-sekolah kejuruan bidang teknologi informasi dan multimedia (STM Teknologi Informasi dan STM Multimedia). Pada sekolah jenis ini, penggunaan bandwidth memang akan lebih besar, namun usaha memberikan experience manfaat broadband access akan tercapai. Pada sekolah-sekolah umum, kebanyakan akses hotspot hanya digunakan untuk social media, sehingga ketika akses terganggu kelompok ini akan dengan mudah tergantikan oleh mobile akses lain. b. Untuk segmen Perguruan Tinggi, diprioritaskan Perguruan Tinggi dengan jumlah mahasiswa pada jurusan-jurusan teknik atau jurusan-jurusan yang membutuhkan akses data besar. ,Melalui sebuah survey yang dilakukan oleh mahasiswa program Co Op Telkom diperoleh 7 Perguruan Tinggi dengan beberapa lokasi dalam Perguruan Tinggi tersebut yang layak diberi akses hotspot. Mereka adalah : ITS, Universitas Airlangga, Universitas Widya Mandala, Universitas Katolik Petra, STIKOM, Unesa, dan Universitas Trunojoyo Madura .( lampiran 5 )
3. Kekuatan network Telkom yang akan menggunakan fully fiber optic (melalui proyek modernisasi jaringan dan program Nusantara Super Highway) menjadi senjata untuk memenangkan persaingan, sehingga menyediakan sebanyak mungkin titik hotspot di masyarakat bisa digunakan untuk menghadang layanan lain yang diperkirakan akan diimplementasikan, seperti Wi-Max.