BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan a.
Pengoptimalan Sumber Dayar Air yang sangat besar untuk membantu operasi PLTA agar tercapai hasil daya listrik sesuai kebutuhan warga di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Banyaknya sumber daya air yang ada di daerah Indonesia menjadi salah satu pilihan untuk mengurangi keterbatasan dan ketergantungan kita dalam penggunaan energy fosil serta beralih ke dalam penggunaan energy baru terbarukan atau menggunakan potensi yang sudah ada. Maka dari itu, dengan limpahan sumber daya air yang begitu besar, potensi untuk membangkitkan dan mengoptimalkan pembangkit listrik tenaga air juga akan lebih besar demi memberantas keterbatasan dan krisis listrik khususnya wilayah Jawa Bali.
b.
Pemanfaatan Eceng Gondok agar menjadi sarana pembatu perekonomianga warga sekitar serta menambah pemasukan sehari-hari agarterciptanya lapangan kerja baru. Hal-hal yang membantu perekonomian tersebut contohnya membuat beberapa kerajinan tangan dari eceng gondok dengan hasil akhir tas, kursi dan beberapa hal lainnya yang dapat dijadikan sebagai penambah pemasukan perekonomian warga sekitaran sungai. Tanaman yang dulunya menjadi pengganggu sekarang dapat dimanfaatkan sebagai lapangan kerja yang menekan angka pengangguran. Selain itu juga dapat membantu membersihkan lingkungan sungai dari tanaman pengganggu, khususnya eceng gondok yang menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi optimalisasi daya terbangkitkan PLTA Jelok.
c.
Memetakan wilayah sempadan sungai agar tampungan air bisa mencukupi kebutuhan PLTA untuk proses optimalisasi serta menormalisasi keadaan
sungai yang mulai menyempit dan terjadi storage atau yang biasa disebut pendakalan sungai.Adanya pengerukan Sungai Tuntang secara berkala diharapakan dapat meningkatkan debit sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan dari operasional PLTA Jelok. Selain adanya pengerukan tersebut, wilayah sungai pun perlu di normalisasi agar tampungan air yang selama ini berkurang dapat optimal maka dari itu perlu diadakan pengukuran garis sempadan sungai sesuai dengan peraturan kementrian sumber daya air demi keberlangsungan sungai yang lebih baik.
6.2 Rekomendasi
6.2.1 Rekomendasi Teknis a. Pengelolaan Sumber Daya Air Danau Rawa Pening Pengelolaan danau Rawa Pening secara berkelanjutan merupakan salah satu upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan, cadangan air bersih dan keseimbangan ekosistem didalamnya. Pertumbuhan enceng gondok secara berlebihan dapat mempercepat berkurangnya air, dan menghalangi cahaya matahari ke dalam air, sehingga proses kehidupan didalam air akan terganggu, jika proses kehidupan didalam air terganggu akan berakibat pada penurunan kualitas air. Rekomendasi untuk danau Rawa Pening adalah dengan sosialisasi masyarakat untuk menggunakan pupuk organik dan pupuk kompos serta pengelolaan enceng gondok untuk home industri. b. Manajemen Pengelolaan Air Air merupakan sumber daya alam terbarukan yang menjadi salah satu kebutuhan utama dari PLTA. Melihat nilai strategis dari SDA maka sistem manajemen SDA sangat penting dilakukan untuk menjaga keberlangsungan suatu PLTA ditengah krisis air saat ini.
Sumber daya air PLTA Jelok ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan karena air yang digunakan berasal dari danau Rawa Pening yang cukup luas. Untuk pemanfaatan secara optimal debit dari Sungai Tuntang, PLTA Jelok dapat menghasilkan daya semaksimal mungkin ketika musim penghujan dengan menggunakan empat turbin, sementara ketika musim kemarau, PLTA Jelok beroperasi dengan tiga turbin seperti biasa. Hal ini disebabkan karena ketika musim kemarau, debit sangat rendah sehingga air yang digunakan sedikit maka daya yang dihasilkan kecil sementara ketika musim penghujan, debit yang tersedia sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk ditampung karena dapat mengakibatkan banjir di area sekitar sehingga harus dilimpaskan. Keadaan yang sangat kontras ini sebenarnya dapat dikurangi dengan beberapa langkah manajemen sumber daya air. Pengelolaan
DAS
yang
konsisten
dan
berkesinambungan
seperti
mempertahankan dan melestarikan keberadaan hutan dan pembuatan sumur resapan dapat dilakukan agar tanah dapat menyimpan cukup air sehingga ketika air hujan turun, aliran air permukaan dapat berkurang karena meresap ke tanah. Hal ini menunda sementara seluruh air hujan untuk langsung masuk ke danau, sehingga debit pada musim penghujan menjadi berkurang dan ketika musim kemarau debit akan bertambah dari simpanan dalam tanah di DAS.
c. Saringan Sampah
Gambar 6.7 Proses pembersihan sampah
Gambar 6.8 Kurang Safety saat pembersihan trash rack Penyaring sampah di intake saat ini masih kurang aman dalam menyaring sampah. Penyaring sampah akan bekerja lebih baik dengan menggunakan double trashrack dan trashrack pengarah sampah.
Untuk pembersihan sampah serta penyaringan dapat diperbaiki dengan cara merapatkan pile – pile baja yang mengelilingi intake kemudian melakukan pembersihan berkala dengan alat yang lebih aman terutama pada wilayah intake, bak penenang, dan kolam pengendap pasir karena untuk pengoptimalan kinerja air yang berada di dalam penampungan yang akan masuk ke dalam penstock.
Gambar 6.9 Skema proses pengarah sampah Kemudian dapat menggunakan alat otomatis yang bernama CINK-Hydro Energi.Teleskopik mesin pembersih sampahrak dengan lebar sampai 3,5 m dan mengangkat sampah sampai ketinggian dengan 1,5 m.Mesin pembersih sampah rak stationer yang dikendalikan secara hidrolik dengan lebar sampai 8 m dan dapat mengangkat sampai dengan ketinggian 10m. Lebih efisien dan hemat tenaga dalam proses pengoperasian.
Gambar 6.10 Alat CINK-Hydro Energi (sumber :cink-hydro-energy.com)
6.2.2 Rekomendasi Sosial a. Penyebaran Ikan Koan Eceng gondok, tanaman gulma yang sebelumnya merusak keindahan Danau Kerinci, kini sudah menghilang 100 persen berkat program penyebaran ikan koan di danau tersebut mulai tahun 1995. Supratman, Kepala Desa Jujun Kecamatan Danau Kerinci, mengatakan bahwa dahulu enceng gondok sudah sangat mengkhawatirkan karena nyaris menutupi seluruh permukaan Danau Kerinci.
Bagi para nelayan, eceng gondok menutup permukaan danau
sehingga menjadi penghalang untuk menangkap ikan karena perahu tidak bisa melewati padang eceng gondok. Sehingga banyak masyarakat nelayan di daerah tersebut beralih menjadi tenaga kerja ilegal ke Malaysia. Karena kondisi itulah, Dinas Perikanan berinisiatif mengimpor jenis ikan Koan dari China yang dikenal sebagai ikan pembersih perairan danau dan
sungai.Pada tahun 1995, dilakukan restoking sekitar 2000 ekor bibit ikan Koan. Ikan Koan memang terkenal sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya
enceng
gondok,
ikan
tersebut
adalah
ikan
rakus,
perkembangbiakan dan pertumbuhannya terbilang cepat, selain kelezatan dan kandungan gizi dagingnya tergolong tinggi. Program itu, tambah Supratman terbukti ampuh setelah kini lebih 10 tahun danau Kerinci telah kembali bersih terbebas dari enceng gondok 100 persen. Danau Kerinci kini kembali indah bahkan jauh lebih indah dari dulu, sementara produksi ikan Koan kini sudah menjadi komoditas lain yang memberikan penghasilan kepada para nelayan. Selain keberadaan berbagai jenis ikan khas dan endemik Danau Kerinci seperti Semah, Medik, Barau, Puyau, Tilan, Sepat, dan belut, habitat di danau tersebut juga sudah kembali pulih.
Gambar 6.11Danau Kerinci yang bebas eceng gondok( sumber : m.antaranews.com/berita/259262/ikan-koan-bersihkan-enceng-gondokdanau-kerinci)
b. Prasarana Perintang Eceng Gondok Untuk menahan laju enceng gondok memasuki daerah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi, dibangun beberapa Prasarana, diantaranya ponton-ponton terbuat dari drum-drum yang terapung di sepanjang perairan.Prasarana ini cukup efektif untuk menghalangi enceng gondok yang terapung di sepanjang ponton kemudian enceng gondok yang tertahan dapat diambil dan dibuang secara manual.
Gambar 6.12 Perintang eceng gondok