115
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Terdapat perbedaan hasil antara level kesiapsiagaan antara konsep hospital safety index PAHO dengan kesiapsiagaan rumah sakit PKMK FK UGM. Kesiapsiagaan rumah sakit menurut konsep hospital safety index PAHO adalah 0.558, termasuk pada level kesiapsiagaan B yang berarti tingkat kesiapsiagaan sedang. Hal ini berarti tindakan perbaikan diperlukan dalam jangka pendek. Status kesiapsiagaan cukup memadai, tetapi masih berpotensi gagalnya fungsi rumah sakit dalam merespon bencana. Sementara itu, kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah berdasarkan konsep PKMK FK UGM adalah 0.16, yang berarti pada level kesiapsigaan level C atau pada level kesiapsiagaan rendah. Hal ini berarti tindakan perbaikan sangat dibutuhkan. Status kesiapsiagaan rumah sakit belum memadai untuk melindungi pasien dan staf RS selama dan sesudah terjadi bencana.
Rumah
sakit
berpotensi
mengalami
gangguan-gangguan
yang
menyebabkan tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan. Perbedaan ini dikarenakan PAHO mempunyai proporsi yang berbeda dalam penilaian antar elemen, dalam kesiapsiagaan PAHO elemen struktural mendapat proporsi yang lebih besar yaitu 50 %. Oleh karena elemen struktural rumah sakit baik, maka secara total terangkat naik menjadi sedang, meskipun elemen non struktural dan fungsional belum baik. Oleh karena hospital disaster plan di Indonesia mengacu pada HDP yang dikembangkan oleh Kemenkes RI, maka kesiapsiagaan rumah sakit mengacu pada kesiapsiagaan PKMK FK UGM
116
yang memiliki konsep hampir sama dengan standar Kemenkes sehingga kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah berada pada level kesiapsiagaan rendah. Kendala yang dihadapi rumah sakit dalam penanggulangan bencana di rumah sakit adalah masih kurangnya komitmen manajemen terkait hospital disaster plan. Selanjutnya, kurangnya referensi yang dimiliki oleh tim penanggulangan bencana untuk mengembangkan hospital disaster plan baik itu sumber referensi dari buku, literatur, maupun referensi rumah sakit yang akan dirujuk tentang pedoman pembentukan hospital disaster plan. Kemudian, terbatasnya sumber daya manusia untuk melaksanakan rencana penanggulangan bencana di rumah sakit. Dan masalah umumnya yang dihadapi adalah minimnya dana untuk rencana penanggulangan bencana di rumah sakit. 5.2 Saran Ancaman bencana Mentawai Megathrust dengan potensi gempa 8.8 SR dan diikuti tsunami menjadi perhatian utama pemerintah Sumatera Barat saat ini. Pemerintah daerah telah menentukan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah sebagai rumah sakit rujukan karena dianggap memiliki fasilitas yang memadai dan berada berada di zona aman untuk tsunami dibanding rumah sakit lain. Menanggapi hal ini, seharusnya Rumah Sakit Islam Siti Rahmah telah siap dengan perencanaan penanggulangan bencananya. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumah sakit belum memiliki perencanaan penanggulangan bencana di rumah sakit yang memadai.
117
1. Rekomendasi Kebijakan yang disarankan untuk Rumah Sakit Islam Siti Rahmah a. Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu melakukan evaluasi lebih lanjut kelayakan struktur bangunan rumah sakit untuk memastikan struktur bangunan rumah sakit aman dari ancaman gempa bumi. b. Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu menghitung kembali kapasitas kesiapan elemen-elemen kritis yang dimiliki rumah sakit agar mampu bertahan pada situasi bencana. c. Rumah Sakit Islam Siti rahmah perlu menjalin kerjasama dengan PLN untuk menjamin pasokan listrik yang adekuat bagi rumah sakit d. Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu menjalin kerjasama dengan PDAM untuk menjamin pasokan air bersih yang adekuat bagi rumah sakit. e. Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu menjalin kerjasama dengan SPBU terdekat untuk menjamin pasokan solar yang adekuat bagi rumah sakit. f. Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu untuk meninjau ulang kembali dan merevisi rencana penanggulangan bencana (hospital disaster plan) yang telah dimiliki. g. Rumah Sakit Islam Siti rahmah perlu menyusun rencana kontijensi tindakan medis khusus untuk mengantisipasi ancaman bencana Mentawai Megathrust. h. Perlu adanya koordinasi antara manajemen dan pihak ketiga terutama dalam hal rencana pengoperasian dan pemeliharaan rutin elemen kritis.
118
i. Rumah Sakit Siti rahmah perlu bekerjasama dengan universitas untuk mencari masukan dan pendampingan pengembangan hospital disaster plan.
2. Rekomendasi Kebijakan yang disarankan untuk pemerintah daerah: a. Pemerintah daerah perlu membuat pedoman/standar bangunan rumah sakit tahan gempa bumi. b. PLN memberikan prioritas untuk menjamin pasokan listrik pada Rumah Sakit dalam keadaan bencana. c. PDAM memberikan prioritas untuk menjamin pasokan air bersih bagi rumah sakit dalam keadaan bencana. d. Pertamina perlu memberikan prioritas untuk menjamin pasokan bbm bagi rumah sakit. e. Pemerintah daerah perlu menyediakan alat komunikasi alternatif seperti radio komunikasi dan HT bagi Rumah Sakit Islam Siti Rahmah. f. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat perlu melakukan pendampingan bagi rumah sakit untuk pengembangan rencana penanggulangan bencana di rumah sakit. g. Pemerintah daerah perlu mengganggarkan dana untuk
meningkatkan
kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana. 3. Saran yang bersifat Akademik Penelitian kesiapsiagaan rumah sakit mencakup lintas disiplin ilmu, misalnya teknik sipil dan teknik arsitektur untuk menilai kesiapsigaan elemen struktural dan non struktural. Sedangkan elemen fungsional diteliti dari disiplin
119
ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian kesiapsiagaan rumah sakit dapat dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari lintas disiplin ilmu. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada satu jenis ancaman bencana dan di satu rumah sakit, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan penelitian pada seluruh fasilitas kesehatan yang ada di kota Padang dan dengan semua jenis ancaman bencana yang ada (all hazards)