BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada tiga orang wanita yang mengalami penyakit kanker payudara yang telah dibahas di Bab IV, dapat disimpulkan bahwa subjek A, B mengganggap payudara merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat berarti karena dapat bermanfaat untuk menyusui anak dan tidak berpengaruh kepada penampilan diri di lingkungan sehingga kanker yang dialaminya tidak membuat ke dua subjek berpandangan negatif pada gambaran diri mereka. Sedangkan subjek C lebih memaknai arti penting payudara sebagai salah satu yang berpengaruh pada penampilan dan kehidupannya kelak ketika mempunyai suami dan anak, sehingga kanker payudara yang dialaminya membuat subjek merasa tidak menarik dan memiliki gambaran diri yang negatif. Penyakit kanker payudara yang diderita oleh ketiga subjek penelitian disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan yang dibawa oleh silsilah keluarga dari ibu. Seperti subjek A memiliki riwayat kanker payudara dari embah putri (nenek dari ibu), paman (dari ayah), tante (dari ibu). Subjek B memiliki riwayat kanker payudara dari nenek (dari ibu), sedangkan subjek C memiliki riwayat kanker dari nenek buyut (ibu nenek dari ibu). Dapat disimpulkan bahwa penyebab kanker payudara berpotensi besar penyebab wanita menderita penyakit kanker payudara, tidak hanya faktor genetik, faktor ekternal seperti
137
lingkungan, pola hidup, dan pola makan pula salah satu yang memicu terjadinya kanker payudara. Penyakit kanker payudara dengan segala dampak buruknya dapat menjadi suatu ancaman yang khususnya dapat mempengaruhi gambaran diri (body image) wanita yang mengalami penyakit tersebut. Dari ketiga subjek penelitian, subjek A dan B memandang positif gambaran diri (body image) walaupun kedua subjek menderita penyakit kanker payudara. Berbeda dengan kedua subjek, subjek C cenderung memandang gambaran diri (body image) negatif. Pandangan diri yang positif maupun negatif berpengaruh pada diri subjek masing-masing. Seperti subjek A yang memandang gambaran diri (body image) positif, subjek A cenderung merasa percaya diri ketika harus melakukan kegiatan atau interaksi dilingkungan, hal tersebut seperti apa yang diharapkan subjek, bahwa penyakit kanker payudara tidak dapat membuat subjek A menjadi sosok yang lemah, sehingga gambaran diri (body image) yang positif membantunya dalam menggambarkan pribadinya yang ceria, enerjik dan idak dianggap sebagai sosok yang lemah. Sedangkan subjek B, mempunyai gambaran diri (body image) yang positif membantunya dalam menilai bahwa bentuk tubuhnya menarik, subjek B meyakini bahwa ketika subjek B memandang tubuhnya menarik maka orang lain akan memandang dirinya positif dan tetap menarik. Berbeda halnya dengan subjek C, ketika subjek C memandang dirinya negatif, maka yang berpengaruh pada dirinya adalah subjek dianggap menjadi sosok yang lemah dan tergantung dengan bantuan orang lain.
138
Gambaran diri (body image) yang berbeda-beda pada tiga wanita yang mengalami penyakit kanker payudara dalam penelitian ini kemungkinan sudah terbentuk sejak kecil melalui pengalaman mereka bersama keluarga, terutama orang tua. Latar belakang pembentukan gambaran diri (body image) masingmasing berbeda-beda. Subjek A cenderung merasakan adanya penerimaan, perhatian, serta kasih sayang dari orangtua dan keluarganya, sehingga membentuk gambaran diri (body image) yang positif. Sementara itu subjek B cenderung dibentuk oleh orangtuanya agar mempunyai penampilan yang baik dan menarik, sehingga terbentuk pribadi subjek B yang cenderung menutupi kekurangannya didalam diri dan menonjolkan sisi menariknya diluar. Sedangkan subjek C cenderung tidak merasakan adanya penerimaan dan perhatian dari ibunya, perasaan dibanding-bandingkan dengan sosok ideal membuat subjek C menggambarkan dirinya sebagai sosok yang negatif. Selama mengalami penyakit kanker payudara, ketiga subjek harus menghadapi berbagai masalah ataupun tekanan yang berpotensi menimbulkan stres bagi ketiga subjek. seperti kecemasan, ketakutan, depresi, penurunan harga diri, kecemasan akan kematian. Melalui mekanisme efek buffering atau perlindungan terhadap stres dan strategi coping membantu subjek A dan B dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Sedangkan subjek C memakai perlindungan terhadap stres dengan cara penghindaran terhadap kondisi tertentu. Dalam hal dukungan sosial, ketiga subjek dalam penelitian ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mendapatkan keberadaan pihak-pihak yang memberikan dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan jejaring sosial.
Perbedaannya adalah
subjek A dan B merasakan adanya manfaat dari keberadaan dukungan sebelum 139
ataupun sesudah menderita penyakit kanker payudara yang bersumber dari orang tua, pacar dan lingkungannya, seperti subjek A yang dapat mengatasi permasalahan yang berat mendapatkan dukungan emosional yang membuat subjek A lebih mudah untuk menyelesaikan masalah, sehingga meminimalisir timbulnya stres yang berlebihan. Sementara subjek B merasakan adanya dukungan sosial membantunya dalam memberikan penilaian positif dan penghargaan pada dirinya, hal tersebut membatu subjek B dalam memandang dirinya tetap positif dalam menyikapi penyakitnya. Sedangkan subjek C yang sebelum menderita penyakit kanker payudara subjek C tidak mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya berpengaruh terhadap penghargaan dirinya yang rendah, terbentuk menjadi pribadi yang mudah tidak percaya diri dan rentan terhadap stres. Sehingga walaupun ketika menerima seluruh aspek dukungan sosial setelah menderita penyakit kanker payudara, manfaat dari dukungan sosial tersebut kurang dirasakan manfaatnya dalam gambaran diri (body image) subjek C. Peneliti melihat adanya manfaat dukungan sosial yang berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit ketiga subjek. Subjek A dan B yang mendapatkan seluruh aspek dukungan sosial sepanjang menderita penyakit kanker payudara cenderung lebih optimis untuk hidup, penyakit yang dideritanya pun tidak menjadi lebih parah atau memburuk. Sedangkan subjek C yang mempunyai latar belakang dukungan sosial yang rendah, kondisi fisiknya sangat mudah sekali rentan terhadap penyakit dan cenderung tidak optimis untuk hidup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambaran diri (body image) masingmasing subjek penelitian sangat dipengaruhi oleh latar belakang dukungan sosial, strategi coping, mekanisme efek buffering atau pelindungan terhadap stres. 140
5.2 Saran Terdapat beberapa saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, yaitu : 5.2.1
Saran teoritis a. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menyadari bahwa peneliti memiliki berbagai keterbatasan dan kekurangan pada penelitian yang dilakukannya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji lebih mendalam gambaran diri (body image) wanita yang mengalami penyakit kanker payudara dari perkembangan pembentukan gambaran diri (body image) yang dilaluinya, sehingga hasil penelitian lebih kaya dan diperoleh pemaparan mengenai latar belakang pembentukan gambaran diri (body image) yang lebih jelas. b. Peneliti selanjutnya juga dapat mengambil lebih banyak subjek penelitian dengan karakteristik yang berbeda, misalnya pada usia yang lebih muda atau subjek yang sudah menikah, sehingga dapat melihat gambaran yang lebih luas mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada wanita yang menderita penyakit kanker payudara.
5.2.2
Saran praktis a. Bagi wanita penderita kanker payudara diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai gambaran diri (body image) pada wanita penderita kanker payudara dan dukungan sosial yang dapat diberikan kepada penderita. b. Bagi wanita lainnya diharapkan dapat menjaga kesehatan dengan hidup teratur, mengatur pola makan, merawat dan menjaga kondis
141
fisik (payudara), khususnya bagi para wanita yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit kanker untuk lebih peduli terhadap kesehatan payudaranya. Hal tersebut setidaknya dapat meringankan resiko terkena kanker, khususnya kanker payudara. c. Bagi wanita lainnya yang mengalami kanker payudara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa menderita penyakit kanker payudara tidak selalu menjadi sesuatu yang mengancam diri dan kehidupannya apabila penderita senantiasa merasakan atau menghayati bantuan sekecil apapun dari
seseorang
maupun
beberapa pihak sebagai bentuk dukungan, terus berupaya melakukan pengobatan, berfikir positif, dan tidak berhenti berdoa. d. Bagi pihak-pihak yang menangani dan merawat pasien yang mengalami penyakit kanker payudara, seperti dokter, perawat, atau keluarga, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dukungan sosial terhadap aspek psikologis penderita dan lebih peka melihat dukungan sosial apa yang dibutuhkan oleh wanita penderita kanker payudara, sehingga
dukungan
sosial
penderitanya.
142
tersebut
dapat
dirasakan
oleh