Bab V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Menyikapi permasalahan pada perbedaan kinerja pengolahan data di beberapa daerah penyelenggara SP2000 dengan mengadopsi mesin scanner, penelitian ini mempelajari bagaimana aktor sosial dan objek teknis diletakkan dalam suatu kerangka analisis sosio teknis untuk menerangkan perbedaan kinerja tersebut. Secara khusus perhatian penelitian ini ditujukan untuk menemukenali keputusan-keputusan apa yang diaksikan aktor-aktor didaerah-daerah yang membedakan kinerja antar daerah.
Dengan menggunakan penghampiran (approach) penelitian berbentuk studi kasus dan berpijak pada kerangka teoretik ANT, telah dilaksanakan wawancara semiterstruktur dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan SP2000, dan ditelusuri objek-objek (manual SOP, gudang, rak-rak, ruang-ruang pengolahan, dan lain-lain) yang terkait dengan pelaksanaan SP2000. Dari keseluruhan analisis terhadap hasil pengamatan dan pembahasan yang telah disajikan pada bab terdahulu, diperoleh kesimpulan sebagaimana dipaparkan berikut ini :
Dalam penyelengaraan SP200, seluruh aktor di tingkat lokal beraksi secara kolektif menghadirkan jaringan (lokal) kalkulasi. Aksi-aksi para aktor-aktor yang terelasi dalam proses kalkulasi di suatu lokal menghasilkan kinerja kalkulasi di lokal tersebut, dan akhirnya yang membedakan kinerja kalkulasi antar lokal/daerah adalah bentuk aksi-aksi para aktor-aktor di daerah-daerah tersebut dalam melaksanakan proses kalkulasi.
Pada implementasi mesin scanner untuk pengolahan data sensus, daftar kuesioner bersirkulasi di seluruh tahapan kegiatan, membuat setiap tahapan proses kalkulasi di satu kegiatan sensus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses kegiatan sensus lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan kalkulasi di satu
154
tahap kegiatan diarahkan mencapai kompatibilitas bagi pelaksanaan kalkulasi pada tahap selanjutnya. Pencapaian kompatibilitas diupayakan melalui proses translasi di dalam jejaring. Proses translasi ada dalam bentuk pembingkaian, kalkulasi, dan pengawasan/ kontrol. Tidak tercapainya proses translasi suatu tahap kegiatan mencapai kompatibilitas membuat terjadinya pengulangan proses pembingkaian atau proses kalkulasi di tahap kegiatan tersebut, sehingga akhinya menyita banyak waktu pelaksanaan maupun pengolahan data sensus.
Pada sistem scanner, berlangsungnya proses translasi di tahap berikutnya ditentukan oleh proses tranlasi sebelumnya. Untuk itu, dalam mengoptimalkan implementasi sistem scanner proses tranlasi di seluruh tahapan kegiatan sensus di hendaki mencapai ketegaran longitudinal (irreversibilitas).
Berlangsungnya proses translasi dan kalkulasi di tahap pelaksanaan lapangan, tidak cukup hanya memberi petugas akan materi kegiatan, namun juga melakukan pengawasan/ kontrol melalui PML dan KSK dan alat kontrol akan mendisiplinkan petugas yang mereduksi aksi-aksi non kalkulasi petugas. Pendampingan petugas yang menghadirkan diskusi-diskusi di lapangan, selain meningkatkan kekuatan relasi antar aktor juga membuat terjadinya sirkulasi referensi bagi petugas dalam melakukan aksi kalkulasi. Pemeriksaan dokumen dan isiannya secara lengkap dan mencatat arus pemasukan dan pengiriman dokumen secara tertib pada suatu catatan, menghindari terhilangnya dokumen dan ketidak lengkapan isian data, dan adanya catatan pengiriman dokumen membuat penelusuran dokumen oleh petugas pada proses kalkulasi di tahap selanjutnya mudah dilakukan. Tidak dilakukannya pengawasan rutin dan pemeriksaan yang lengkap, membuat proses translasi dalam jejaring lemah dan proses kalkulasi di lapangan tidak mencapai kompatibel bagi proses kalkulasi di tahap pengolahan data.
Pemberian nomor batch dokumen secara khusus (pada muka dan tepi dus), penataan dokumen yang terstruktur pada rak-rak dalam gudang, pengaturan sirkulasi dokumen antar tahapan pengolahan baik dengan petugas khusus
155
maupun dengan sarana rak-rak yang disertai alat-alat kontrol membuat arus dokumen dapat terkontrol dan berjalan lancar, dan hal ini memudahkan para petugas untuk mengakses dokumen saat proses pengolahan. Namun pemberian nomor batch hanya pada muka dus dokumen, peletakkan dokumen yang tersebar di berbagai ruang, tidak adanya pengaturan dalam perpindahan/ sirkulasi dokumen, yang dikarenakan tidak adanya atau terbatasnya jumlah sarana penyimpanan dan penataan dokumen dan juga tidak adanya mekanisme khusus penataan dan pengaturan sirkulasi dokumen, membuat akses terhadap dokumen oleh petugas saat pengolahan menjadi sulit dan lama sehingga proses kalkulasi berjalan lambat.
Sistem scanner berpeluang mengefisienkan jumlah petugas dan waktu pengolahan, namun sistem scanner menghendaki seluruh petugas dan dengan dokumen terelasi kuat dan stabil dan lancarnya serta stabilnya aksi-aksi kalkulasi para
aktor.
Untuk
itu
diperlukan
hadirnya
aktor-aktor
lain
yang
mengkoordinasikan para petugas dan juga dokumen. Koordinasi tersebut dapat tercipta dengan menghadirkan aktor supervisor yang mengawasi, mendampingi dan mengarahkan para petugas dalam aksi-aksi kalkulasinya, menghadirkan objek kontrol baik dengan kartu kendali ataupun lembar kontrol sebagai intermediari yang bersirkulasi pada seluruh petugas dalam hubungannya dengan pengolahan dokumen, menghadirkan petugas khusus yang mensirkulasikan atau memindahkan dokumen ke seluruh ruang-ruang pengolahan sehingga arus dokumen terkontrol dan mengalir lancar dan cepat ke para petugas sehingga petugas mudah dalam mengakses dokumen. Dengan demikian terbentuk relasirelasi yang kuat pada seluruh petugas dan dengan dokumen dan aksi-aksi kalkulasi berjalan lancar dan stabil. Tidak hadirnya aktor-aktor pengawasan dan intermediari, melemahkan relasi antar petugas dan juga relasi petugas dengan dokumen dalam proses kalkulasi, dan hal ini pun menyebabkan munculnya aksiaksi non kalkulasi oleh para petugas.
Dilakukannya proses editing adalah hal yang penting untuk membuat kuesioner lebih kompatibel terhadap pengolahan data dengan sistem scanner. Dengan
156
proses editing, kuesioner mengalami proses penambahan pada sisi kualitas bentuk tulisan dan konsistensi data untuk mencapai kompatibilitas. Namun diabaikannya proses editing dokumen menyebabkan munculnya berbagai kesalahan-kesalahan pada hasil scanning dokumen. Yang pada akhirnya harus dilakukannya proses perbaikan pada kesalahan-kesalahan yang jumlahnya cukup besar saat verifikasi dan validasi dan hal ini tentunya sangat menyita banyak waktu petugas.
Kemudahan dalam mengakses dokumen saat proses verifikasi dan validasi menjadi faktor utama dalam kelancaran atau kecepatan berjalannya proses dalam menghasilkan totalisasi hasil sensus yang valid. Untuk itu dibutuhkan adanya mekanisme khusus untuk perpindahan dokumen menuju proses verifikasi dan validasi dan pendistribusian dokumen secara cepat kepada petugas, yang didukung oleh petugas khusus, sarana rak-rak, dan alat-alat kontrol. Tidak adanya mekanisme khusus yang mengatur perpindahan dan distribusi dokumen pada para petugas verifikasi dan validasi, membuat petugas kesulitan dalam mengakses dokumen dan akan menyebabkan penyitaan waktu yang cukup banyak dan proses verifikasi dan validasi berjalan lambat.
Pemenuhan jumlah petugas dan sarana pengolahan (PC, scanner, ruang dan tempat pengolahan) yang berimbang dengan volume dokumen yang harus diolah, pembentukan tim-tim kerja yang solid, dan penentuan volume tugas dan jam kerja pada seluruh petugas membuat pencapaian penyelesaian pengolahan dapat diprediksi waktunya. Untuk itu alat yang memantau perkembangan kerja petugas secara rutin dan berkala sangat dibutuhkan dalam pencapaian tersebut. Namun tidak tersedianya jumlah petugas dan sarana yang sesuai dengan beban tugas, tidak terbentuknya tim-tim kerja yang solid dan tidak adanya pembagian volume tugas dan jam kerja yang jelas pada seluruh petugas membuat proses pengolahan sulit untuk dapat diprediksi waktu pencapaian penyelesaiannya, dan berpeluang besar pada tidak terkalkulasinya seluruh data hasil sensus.
157
Pada implementasi sistem scanner di BPS DKI Jakarta dan BPS DI Yogyakarta berbagai aktor heterogen terhubung kuat dan pelaksanaan kalkulasi di satu tahapan sensus mencapai kompatibilitas bagi pelaksanaan kalkulasi di tahap selanjutnya, hal ini lah yang membuat kepranataan di kedua daerah tersebut berhasil dan menciptakan efisiensi. Namun lemahnya relasi pada berbagai aktor heterogen dan munculnya aksi-aksi non kalkulasi pada BPS Jawa Timur dan BPS Jawa Barat membuat proses kalkulasi membutuhkan waktu yang panjang untuk pengulangan-pengulangan pekerjaan dan perbaikan-perbaikan kesalahan untuk menghasilkan validitas pada totalisasi data hasil sensus penduduk.
V.2 Saran
Dengan adanya daerah-daerah yang mampu meningkatkan kinerja nya dengan penggunaan scanner, maka keputusan untuk tetap menggunakan teknologi scanner pada kegiatan sensus penduduk di masa depan memberikan peluang terjadinya peningkatan kinerja di lingkungan BPS. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperkaya kasus-kasus empiris, terutama wilayah propinsi-propinsi di luar Pulau Jawa, dimana kondisi lingkungan geografis nya sangat berbeda, seperti wilayah kepulauan dengan lautan atau perairan yang luas yang bisa jadi merupakan tantangan tersendiri dalam implementasi sistem scanner. Dengan dimikian akan diperoleh pemahaman umum tentang permasalahan implementasi scanner di lingkungan BPS di seluruh Indonesia.
158