BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya. 5.1.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well being pada profesi internal auditor dengan melihat gambaran psychological well being per-dimensi. a. Kehidupan Profesi Internal Auditor -
Latar belakang pendidikan subjek dengan lulusan S1 akunting mempengaruhi subjek tertarik untuk menekuni profesi internal auditor.
-
Alasan membunuh disertai mutilasi Ketiga subjek menyatakan bahwa alasan mereka tertarik menjadi seorang internal auditor karena mereka ingin menciptakan suatu pekerjaan yang bebas dari tindakkan kecurangan yang dapat merugikan perusahaan..
1
-
Tanggapan lingkungan terhadap profesi sebagai internal auditor Tanggapan dan dukungan keluarga menjadi faktor penting bagi ketiga subjek untuk menekuni profesi sebagai internal auditor dibandingkan tanggapan dan dukungan dari teman. Subjek pertama mengatakan keluarga selalu memberikan dukungan secara moral terhadap dirinya. Subjek memiliki rencana untuk memberikan kebahagiaan dalam keluarga. Sedangkan pada subjek kedua dukungan dari suami membuat subjek tetap semangat dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya sebagai internal auditor. Dan pada subjek ketiga dukungan dari keluarga memberikan pengaruhi positif untuk tetap menjalani profesi sebagai internal auditor.
-
Penghayatan profesi sebagai internal auditor Masing-masing subjek memaknai profesi sebagai internal auditor. Profesi terebut dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yakni subjek dapat mengurangi segala bentuk kecurangan dalam sebuah perusahaan dan dampak negatifnya subjek merasa tidak aman karena adanya ancaman yang mengganggu ketenangan diri mereka. Ketiga subjek merasa aman dengan profesi sebaigai internal auditor.
2
b. Dimensi Psychological Well Being -
Penerimaan diri Subjek pertama, kedua dan ketiga memiliki penerimaan diri yang cukup baik sebagai sebagai internal auditor. Mereka bersikap positif terhadap diri dan menerima berbagai aspek diri, baik positif maupun negatif. Mereka merasa positif terhadap kehidupan yang mereka jalani saat ini. Subjek pertama dan kedua, belum merasa puas karena adanya ancaman yang mengganggu ketenangan mereka.
-
Hubungan positif dengan orang lain Subjek pertama, kedua dan ketiga memiliki hubungan positif dengan sesama. Namun subjek pertama dan kedua, jika ingin mengungkapkan suatu kasus, hubungan positifnya menjadi tidak kondusif. Sedangkan subjek ketiga tetap terbuka dengan sesama. Ketiga subjek tidak mudah memberi kepercayaan dengan sesama, namun mereka menjadi tempat saling berbagi dengan para temannya dalam berbagi masalah.
-
Otonomi Ketiga subjek merupakan individu yang otonom dalam menjalani profesi sebagai internal auditor, mereka mampu mengarahkan diri dan
3
menolak tekanan sosial. Mereka mampu untuk mengatur perilaku dari dalam diri serta mengevaluasi diri mereka berdasarkan standar pribadi.
-
Tujuan hidup Ketiga subjek dalam penelitian ini memiliki tujuan hidup. Mereka memiliki pemikiran yang sama mengenai tujuan dan arah hidupnya sebagai internal auditor.
-
Pertumbuhan Pribadi Ketiga subjek memiliki pertumbuhan pribadi dengan baik, subjek ingin berkembang dan merealisasikan potensi yang ada dalam dirinya. Ketiganya ingin mengembangkan potensi masing – masing terlebih pada subjek kedua yang memiliki keahlian tertentu. Ia merasa bahwa potensinya dapat membuka peluang untuk membuka usaha.
-
Penguasaan Lingkungan Subjek pertama, kedua dan ketiga mampu menguasai lingkungan, namun subjek pertama dan kedua tidak merasa aman karena ada faktor dari luar yang mengancam diri mereka. Keduanya menutup diri terhadap lingkungan yang ada. Ketiganya mampu memanfaatkan
4
kesempatan yang ada dan mereka mampu memilih lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadinya. . c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Psychological well being Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi psychological well being para subjek, yaitu usia dukungan sosial, dan pertumbuhan pribadi. Subjek pertaman dan kedua dipengaruhi usia dalam dimensi penguasaan lingkungan dan otonomi, subjek I dan II mampu mengambil sebuah sikap yang lebih positif dalam mengambil keputusan, namun kedua subjek selalu melibatkan orang yang berpengaruh untuk sebuah keputusan dalam pekerjaan. Sedangkan subjek III dengan usia yang lebih dewasa dan matang, ia lebih teliti dan realistis dan selalu dengan pertimbangan yang matang. Subjek III lebih tenang dalam menghadapi suatu lingkungan yang tidak kondusif. Ketiga partisipan mendapat dukungan sosial. Subjek pertama menerima dukungan dari keluarga dan teman-teman sesama profesi dalam menjalani kehidupannya. Subjek kedua juga mendapat dukungan dari keluarga dan teman dalam menjalani kehidupannya sebagai internal auditor, sedangkan subjek ketiga mendapat dukungan dari keluarga, namun dalam hubungan pertemanan yang dijalani subjek ketiga tidak seperti subjek pertama dan kedua.
5
5.2.
Diskusi Dimensi Penerimaan Diri Dimensi penerimaan diri pada ketiga subjek terlihat dari kemampuan mereka dalam menerima diri sendiri apa adanya sebagai internal auditor. Ketiga subjek mampu menerima diri sebagai internal auditor dan dengan kesadaran penuh mereka menyadari kesalahana yang telah diperbuatnya. Pada subjek pertama, ia mampu menerima dirinya, namun ia belum merasa puas dengan kehidupannya karena keinginannya belum tercapai dan tidak mengalami tekanan dari luar. Subjek pertama tetap menjalani profeisinya sebagai internal auditor, sehingga hal tersebut tidak mengurangi dimensi penerimaan diri subjek. Pada subjek kedua, ia dapat menerima dirinya sebagai internal auditor, namun tidak merasa puas kehidupan yang sedang dijalaninya belum merasa aman, namun tidak mengurangi dimensi penerimaan dirinya.
Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain Dimensi hubungan positif dengan orang lain terlihat dinamika yang berbeda pada masing – masing subjek, namun untuk lingkungan perusahaan dan keluarga ketiganya memiliki kesamaan. Pada masing – masing subjek memiliki hubungan baik terhadap teman – teman. Namun dalam suatu kondisi, subjek pertama dan kedua hubungan baik tersebut menjadi tidak baik jika hendak mengungkapkan kecurangan. Ketiga subjek dapat dipercaya oleh teman – teman sebagai tempat berbagi cerita ketika teman – temannya sedang 6
memiliki masalah. Namun pada masing – masing subjek memiliki hubungan yang hangat dan baik dengan keluarga mereka, dan hal tersebut semakin menunjukkan adanya keterkaitan antara dimensi penerimaan diri dengan dimensi hubungan positif dengan orang lain.
Dimensi Otonomi Pada dimensi otonomi kedua subjek memiliki kesamaan dalam hal pengambilan keputusan, kedua subjek sama-sama bertanya pada orang lain untuk saran atau pendapat yang mereka perlukan dalam mengambil keputusan tetapi pada subjek ketiga tetap memegang kendali dalam mengambil keputusan. Namun hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi psychological well being masing – masing subjek karena ketiga subjek masih memiliki kemandirian dalam diri mereka sehingga mereka dapat menentukan seberapa jauh subjek mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Dimensi Tujuan Hidup Dimensi tujuan hidup pada ketiga subjek menunjukkan dinamika yang sama kedua memiliki tujuan hidup untuk hidup bahagia bersama keluarga dan hidup tenang tanpa adanya gangguan. Ketiganya memiliki keinginan yang sama untuk membangun sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
7
Dimensi Pertumbuhan Pribadi Dimensi pertumbuhan pribadi lebih berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan seluruh aspek kepribadian subjek. Masing – masing subjek menyadari kemampuan yang di milikinya dan mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan dan merealisasikannya. Pertumbuhan yang dirasakan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan diri melainkan juga pengaruh dari interaksi dengan orang lain. Dimensi ini juga dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial yang dimiliki oleh ketiga subjek.
Dimensi Penguasaan Lingkungan Dimensi penguasaan lingkungan pada ketiga subjek merupakan dimensi yang memiliki dinamika yang berbeda. Pada subjek pertama dan kedua, tetap menerima lengkungan sekitarnya, akan tetapi keduanya tidak membuka diri terhadap lingkungan sekitarnya karena masih dipengaruhi oleh suatu peristiwa yang pernah mereka alami dalam profesi sebagai internal auditor. Keduanya ingin merasakan ketenangan dan kedamaian dalam diri mereka, sehingga dapat menjalani hidup dan membuka diri terhadap lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan subjek ketiga memiliki sikap netral meskipun lingkungan menjauhi atau menolak dirinya. Ketiga mampu menggunakan peluang secara efektif sehingga mereka dapat merasakan kenyamanan dalam profesi sebagai internal auditor. Dalam suatu kegiatan,
8
ketiganya memiliki kesamaan yakni lebih menyukai perencanaan, dan dalam perencanaan tersebut, ketiganya tidak terlepas dari kegiatan yang spontan..
5.4.
Saran 1. Bagi subjek penelitian, sebaiknya ketiganya lebih banyak mengisi waktu mereka dengan kegiatan – kegiatan sosial supaya lebih terbuka dan tidak mengalami tekanan dalam pergaulan. Memperbanyak ibadah juga menjadi penting demi menjaga kesehatan jiwa agar tetap stabil. Profesi internal auditor memang bukanlahhal yang mudah untuk dijalani, tetapi dengan keyakinan dan keimanan kepada Sang Pencipta akan lebih membuat kehidupan jauh lebih bermakna dari yang kita duga. 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai karakter profesi internal auditor, sehingga mereka dapat mengenal diri mereka lebih dalam. 3. Bagi
manajemen
perusahaan
(direksi),
hendaknya
memberikan
perlindungan baik secara mental mapun secara fisik supaya mereka merasa aman dan tenang dalam menjalankan tugas kantor. Kemudian memberi
mereka
ruang
untuk
dapat
bekerja
maksimal
dalam
mengungkapkan kecurangan dalam perusahaan. Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah psychological well being. Psychological well – being itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya menyesuaikan diri. 9
Psychological well – being pulalah yang yang menentukan apakah orang akan menpunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif atau tidak bersemangat. Orang yang mengalami psychological well being tidak akan lekas merasa putus asa, pesimis atau apatis, karena ia dapat mengahadapi semua rintangan atau kegagalan hidupnya dengan tenang. Apabila kegagalan itu dihadapi dengan tenang, akan dapatlah dianalisa, dicari sebab – sebab yang dimenimbulkannya, atau ditemukan faktor – faktor yang tidak pada tempatnya. Dengan demikian akan dapat dijadikan pelajaran yaitu menghindari semua hal – hal yang membawa kegagalan pada waktu yang lain.
10