42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Struktural Analisis struktural merupakan suatu tahap awal dalam penelitian karya sastra yang sulit dihindari, sebab akan membongkar dan memaparkan sebuah karya sastra secara mendetail dan seteliti mungkin, dengan demikian tampak jelas bahwa analisis struktural merupakan tahap pendahuluan dari penelitian sebuah karya sastra baru. Analisis struktural merupakan bangunan kerangka pokok yang ada dalam sebuah karya sastra yang tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, melainkan saling berkaitan erat dalam sebuah bentuk kesatuan yang utuh. Judul novel yang diteliti ialah Pawestri Tanpa Idhentiti katya Suparto Brata. Isi novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparta Brata ini menceritakan tentang kehidupan beberapa tokoh yang tidak diketahui asal usulnya, namun secara umum menceritakan tentang bisnis daging njendhel (daging beku) yaitu PT.Frozenmeat Raya yang dipimpin oleh Panuluh Brata. Usaha tersebut maju pesat hingga ia dan istrinya (mama Pandora Van Leuven) meninggal masih berjalan dengan lancar. Tokoh utama dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti adalah seorang wanita yang bernama Pawestri. Ia ditemukan polisi di dalam kamar hotel Batavia Inn nomor 317 dalam keadaan tak berdaya dan polisi mengira bahwa wanita itu adalah wanita penghibur. Panuluh Brata didesak Tuan Victor untuk menolong wanita tersebut, agar Panuluh Brata mengakui bahwa wanita itu adalah sekretarisnya. Polisi tidak percaya begitu saja, wanita itu tetap dibawa kekantor polisi untuk memberikan keterangannya, commit tokarena user Panuluh merasa kasihan kepada
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wanita itu dan tidak ingin ketahuan bohongnya, Panuluh ikut serta ke kantor polisi. Sesudah urusan di kantor polisi selesai, Panuluh membawa wanita itu kerumah sakit. Setelah beberapa minggu dirawat dirumah sakit, wanita itu sembuh tetapi ia amnesia dan
sama sekali tidak ingat riwayat hidupnya. Sehingga
dipanggil dengan nama Pawèstri (seorang perempuan tanpa idhentitas). Pawestri sehat tetapi tidak jelas identitasnya, maka dibawa pulang oleh Panuluh ke rumahnya di Jatiwaringin Jakarta Timur. Pawestri diperlakukan Panuluh sebagai keluarga (PTI, 2010: 1-21). Masalah yang timbul dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti ini ketika Pawestri pulang dari rumah sakit. Ia tidak diterima oleh keluarga besar Panuluh (Pangestu Brata, Zetta Zatuti, Xavira Brata, Kuncahya, Sri Gadhing) karena Pawestri adalah seseorang yang tidak jelas asal usulnya dan mereka semua mengira bahwa Pawestri itu seorang wanita penghibur yang ditemukan di dalam kamar hotel Batavia Inn nomor 317. Sedikit demi sedikit Pawestri berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, belajar mengerjakan sesuatu yang ia bisa. Secara perlahan Pawestri mulai melakukan aktifitas sehari-hari dengan ikut bekerja di kantor PT. Frozenmeat Raya (PT. FR) milik Panuluh Brata. Ia berusaha mempelajari apa yang ia lihat dan apa yang ia rasakan. Pawestri tidak ragu untuk bertanya kepada seseorang yang lebih mengetahui dan menegur apabila ada yang melakukan kesalahan. Seiring berjalannya waktu Xavira, Zetta dan Sri Gadhing mulai sedikit menerima tingkah laku serta budi pekerti yang dimiliki Pawestri, namun tidak sepenuhnya percaya. Berbeda dengan Pangestu Barata, ia tetap berprasangka buruk terhadap Pawestri. Semua cara ia lakukan untuk mengusir Pawestri dari rumah Jatiwaringin, akan memecat Pawestri dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
membongkar kejelekan Pawestri, sedangkan Pawestri tidak menyerah begitu saja. Pawestri tetap ingin menunjukkan identitas yang sebenarnya. Ia menunjukkan kepada semua orang dengan cara bekerja dengan sungguh-sungguh. Enam tahun berlalu, Panuluh Brata meninggal dunia dan perusahaan PT.Frozenmeat Raya dipimpin oleh Pawestri. Setelah perusahaan dipimpin oleh Pawestri perusahaan tersebut maju lebih pesat daripada sebelumnya, namun ia tetap tidak sombong dengan apa yang telah dicapai (PTI, 2010: 22- 275). Menurut Rosida Tiur Manurung (Siti Hariti Sastriyani, 2009: 185, dalam buku Gender and Politics) pada kenyataannya, keunggulan perempuan dalam hal memimpin tidak perlu disangsikan. Banyak perempuan yang justru lebih mampu memimpin dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan memiliki kelebihan untuk berpikir dan bernalar jauh kedepan. Perempuan pun memimpin dengan hati karena tidak dapat dipungkiri intuisi (gerakan hati) perempuan lebih peka dan lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan laki-laki sehingga hasilnya lebih optimal. Perempuan pun memiliki daya tahan untuk merasakan penderitaan lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan pun memiliki nyali yang kuat. Daya kepemimpinan perempuan dibentuk dan didasari oleh care (kepedulian) yang dipenuhi oleh atmosfer kasih sayang yang natural. Pangestu Brata tidak diam begitu saja, atas kepemimpinan Pawestri. Ia tidak terima Pawestri sebagai direktur utama PT. Frozenmeat Raya karena Pawestri bukan keluarga Panuluh Brata. Ia melaporkan Pawestri ke kepolisian. Pada saat sidang Pangestu Brata tetap pada pendiriannya tidak mau mengalah sedikitpun, dan memvonis Pawestri sebagai wanita yang ingin merebut kekuasaan dan warisan Panuluh Brata, tetapi semua bukti-bukti menunjukkan bahwa Pawestri commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak bersalah. Pawestri berhak menerima kedudukan yang dijalaninya, karena ia mempunyai saham 40%. Pawestri juga menunjukkan sikap kepemimpinan yang bersih, adil, tegas, tanpa mengharapkan sanjungan dari orang-orang di sekitarnya. Semua itu dilakukannya untuk menunjukkan jati dirinya kepada keluarga Panuluh dan orang-orang di sekitarnya, bahwa ia bukan wanita penghibur. Ia adalah seorang wanita yang bernilai baik, berpendidikan, berwawasan luas serta mempunyai identitas atau jati diri. Semua orang kagum dan bangga terhadap Pawestri (PTI, 2010: 276-380). Penelitian novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata dianalisis menggunakan analisis struktural. Teori yang digunakan untuk analisis struktural menggunakan teori fiksi dari Robert Stanton (2007) yang meliputi tema, faktafakta cerita (karakter, alur, latar), sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan ironi).
Analisis struktural novel Pawestri Tanpa
Idhentiti karya Suparto Brata sebagai berikut: 1. Tema Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Tema membuat cerita menjadi lebih mengerucut, berdampak, menyatu dan lebih fokus dan tema memberikan koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita. Banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri, disilusi atau bahkan usia tua. Tema novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah tentang perjuangan wanita tanpa identitas yang ingin menunjukkan potensinya untuk commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan peran yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat. Wanita ini ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia tidak kalah hebatnya dalam hal pekerjaan dibanding dengan kaum laki-laki, wanita ini memiliki daya juang yang tinggi dan tabah menjalani kehidupan walaupun identitas mengenai dirinya dipermasalahkan. Tema tersebut disimpulkan dari beberapa pertimbangan antara lain masalah-masalah tambahan yang muncul juga yang masih berkaitan dengan daya dongkrak feminisme dalam masyarakat dan keluarga Panuluh yaitu usahausaha Pawestri sebagai seorang wanita yang ingin diakui bahwa ia bukan wanita yang lemah. Selain itu juga mempertimbangkan klimaks dari novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata yang menunjukkan usaha-usaha Pawestri sebagai wanita yang pantang menyerah dalam menghadap persoalan hidup. Dia ingin
menunjukkan bahwa wanita juga dapat berkarya tanpa
tergantung pada laki-laki.
2. Fakta-Fakta Cerita a. Karakter Karakter, alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan „struktur faktual‟ atau „tingkatan faktual‟ cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang Terma atau „karakter‟ biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Robert Stanton, 2007: 33). Karakter diklasifikasikan menjadi 2, yaitu karakter utama atau karakter mayor dan karakter bawahan atau karakter minor. Menurut Stanton, karakter seseorang juga bisa diketahui dari nama, deskripsi eksplisit, dan komentar pengarang tentang karakter yang bersangkutan. 1) Karaker Utama Karakter utama adalah karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita terhadap karakter tersebut. Karakter utama atau karakter mayor dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata yaitu: a) Pawestri Pawestri adalah tokoh wanita yang ditemuan Panuluh dalam keadaan lupa ingatan dihotel Batavia Iin kamar nomor 317. Ia ditemukam Panuluh Brata dalam keadaan bingung. Ia dibawa ke rumah sakit dan kemudian diboyong kerumah Jatiwaringin, yaitu rumah Panuluh Brata. Setelah tiga bulan berlalu, Pawestri dinyatakan hamil. Kehamilan Pawestri dipermasalahkan oleh Pangestu Barata. Pangestu Barata menuduh Panuluh Barata yang menghamili Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan: “Pendheke Bapak mboten purun pisah saking cedhake tiyang estri niku. Nggih, ta, enggih. Tiyang gesang pancen perlu kebutuhan biologis. Mangga kemawon. Nanging ampun ngresahi katentremane kulawarga lan ampun ngantos cetha wela-wela nisthane [...]” (PTI, hal: 196) Terjemahan: “Singkatnya Bapak tidak mau pisah dari wanita itu. Ya, ta, iya. Orang hidup itu memang perlu kebutuhan biologis. Silahkan saja. Tetapi jangan meresahkan ketentraman keluarga dan jangan sampai kelihatan jelas buruknya[...]” Setelah Panuluh Barata meninggal, Pangestu Barata tetap menghina
Pawestri,
sampai
Pangestu
melaporkan
Pawestri
kekepolisian dengan tuduhan, Pawestri ingin menguasai harta warisan Panuluh Barata dan ingin menguasai PT Frozenmeat. Perdebatan antara Pawestri dan Pangestu semakin hebat. Walaupun Pawestri dihujat oleh Pangestu Barata, Pawestri tetep menghormati Pangestu Barata sebagai keluarganya karena Pawestri merasa bahwa dirinya tidak bersalah. Semua itu hasil dari kerja keras Pawestri sendiri. Keputusan Majelis Hakim memenangkan Pawestri. Pawestri dianggap sah asli waris Panuluh Barata dan Pangestu Barata kalah. Walaupun selama enam tahun ia selalu berprasangka buruk, Pawestri tetap memaafkan Pangestu Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Keputusan prekara ing sidhang candhake, Majelis Hakim menangake Ginugat. Pawestri dianggep sah kadidene asli warise commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Panuluh Barata, mula nduweni hak manggon ing dalem Jatiwaringin.” (PTI, hal: 360) “Durung nganti metu saka ruang sidhang, Pawestri lan balane uga banjur nggrubyung nututi grumuduge keluarga Pangestu sawise padha nyalami para hakim.”Mas! aku aja dijothak lo!” Pangatage Pawestri lan nguwuh-uwuh ngrumaketi Pangestu. “Aku ya isih sedulur sinarawedimu!” (PTI, hal: 362) Terjemahan: “Keputusan perkara di sidang selanjutnya, Majelis Hakim memenangkan penggugat. Pawestri dianggap sah menjadi asli warisnya Panuluh Barata, maka mempunyai hak menempati di rumah Jatiwaringin.” “Belum sampai keluar dari ruang sidang, Pawestri dan temannya juga langsung ikut berkumpul mengikuti rombongan keluarga Pangestu sesudah saling menyalami para hakim. “Mas! Saya jangan dijauhi lo!” permintaan Pawestri dan berusaha mendekati Pangestu. “Saya juga masih saudara dekatmu!” Keputusan jaksa memutuskan Pawestri adalah pemenangnya. Akhirnya membuat Pangestu Barata sadar dan sudah bisa menerima Pawestri. Tenyata Pawestri adalah seorang wanita yang baik hati, bukan wanita nista. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Wis adhep-adhepan karo Pawestri, Pangestu ngangkat lengene loro pisan, sorot mripate mandeng grapyak, lambene mesem tumuju guyu. “Oh, Ibu Vresti! Iya, iya, iya! Aku ora bakal nyratu sliramu maneh! Aku wis ngreti tenan kepriye lelakonmu sing sejati. Sliramu dudu wong nistha, nanging wong sing nandhang cintraka. Aku lagi sadhar bareng dumadine sidhang congkrehan iki Bu. Pareng aku ngrangkul lan ngesun sliramu, minangka tandha panyuwunku pangapura ing salawase iki dadi sedulur sing sejatine?” (PTI, hal: 362) Terjemahan: “Sudah bertatap muka dengan Pawestri, Pangestu mengangkat commit to user lengannya dua sekalian, sorot matanya berhenti menatap dengan
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ramah, mulutnya senyum. “Oh, Ibu Vresti! Iya, iya iya! Saya tidak akan menghina sliramu lagi! Saya sudah tau sekali bagaimana perjalananmu yang sejati. Sliramu bukan orang jahat, tetapi orang yang sedang mengalami musibah, saya baru sadar setelah ada sidang perkara ini Bu. Boleh saya memeluk dan mencium dirimu, untuk tanda minta maaf saya dan seterusnya menjadi saudara yang sejati.” Kutipan-kutipan di atas menjelaskan bahwa Pawestri adalah seorang wanita yang baik, sabar, cantik, ketika berbicara tegas. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dedege pidegsa, ayune mriyayeni, omonge kalem ning tegas”. (PTI, hal: 48) Terjemahan: “Postur tubuhnya semampai, cantiknya berkharisma, bicaranya lemah lembut tapi tegas.” 2) Karakter Bawahan Karakter bawahan atau karakter minor adalah karakter tambahan yang mendampingi karakter utama dalam berlangsungnya cerita. Karakter bawahan dalam dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai berikut: a) Panuluh Barata Karakter Panuluh Brata dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata sebagai seorang direktur PT. Frozenmeat Raya. Karakter Panuluh Brata ini adalah seorang yang baik hati, setia kawan serta rela berkorban demi keselamatan yang lain. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Kutipan: “Lan ora kepingin victor kesangkut prekara ing tanah manca kene. Sak uwat kono Panuluh iya gage duwe karep tandang tulung nylamatake wong wadon kuwi, lan uga nylamatake Tuan Victor kuwi.” (PTI, hal: 10) Terjemahan: “Dan tidak ingin Victor tersangkut masalah di tanah manca sini. Seketika itu Panuluh langsung mempunyai rasa ingin menolong menyelamatkan wanita itu, dan juga menyelamatkan Tuan Victor.” (PTI, hal: 10) Kutipan: “Aku ngopeni jeng Pawestri neng kene kuwi dudu ngregem mala. Kanthi tulus ati arep tetulung.” (PTI, hal: 64) Terjemahan: “Aku merawat jeng Pawestri disini tidak untuk hal yang buruk. Merawat dengan setulus hati akan menolong.” Selain itu Panuluh adalah seorang yang mudah bergaul dengan siapapun tanpa membeda-bedakan status sosialnya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Bapak pancen akrab marang sapa-sapa wae, lanang-wadon,tuwaanom, sugih-mlarat.” (PTI, hal: 291) Terjemahan: “Bapak memang akrab dengan siapa saja, laki-laki perempuan, tuamuda, kaya-miskin.” b) Pangestu Barata Karakter Pangestu Brata adalah anak angkat pertama dari Panuluh Brata dan Mama Pandora. Pangestu Brata mempunyai istri yang bernama Zetta Zatuti dan bekerja sebagai kepala cabang PT. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Frozenmeat Raya di wilayah Depok. Ia mempunyai sifat curiga terhadap Panuluh Brata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut. Kutipan: “Tetulung apa ketangkep lagek roman-romanan karo Bapak?” (PTI, hal: 29) Terjemahan: “Menolong atau ketangkap sedang bercinta dengan Bapak?” Karakter Pangestu yang curiga terhadap karaktet Pawestri terlihat ketika dokter Nining memberikan keterangan tentang kondisi kesehatan Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan tersebut: Kutipan: “Ning olehe ora sadhar wis wiwit sore wingi kae lo, Dhokter! Amnesia sing kepiye? Mengko gek ethok-ethok? Utawa pancen wis ngengleng kaya mengkono wiwit biyen, ora marga ngalami prekara hebat sing lagi wae?” (PTI, hal: 37) Terjemahan: “Tetapi tidak sadar sudah mulai sore kemarin lo, Dokter! Amnesia yang bagaimana? Nanti hanya pura-pura? Atau memang sudah gila dari dulu, tidak karena mengalami kejadian yang hebat baru saja?” Pangestu tetap menganggap Pawestri itu bukan orang yang baikbaik, namun musuh dalam selimut bukan sebagai saudaranya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Apa maneh kanthi muncule Pawestri Tanpa Idhentiti sing digaruk saka hotel kuwi, sanajan jarene tenaga lan pikirane murakabi banget tumrap majune bisnis daging tinggalane Mama Pandora, nanging Pangestu tetep nganggep Pawetri dudu wong sing ewangewang mbangun prusahaan daging njendhel iki. Luwih dianggep satru katimbang sanak.” (PTI, hal: 237) Terjemahan: commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Apa lagi dengan munculnya Pawestri tanpa idhentiti yang ditemukan dari hotel itu, walaupun katanya tenaga dan pikirannya berguna sekali pada majunya bisnis daging peninggalan Mama Pandora, tetapi Pangestu tetap menganggap Pawestri bukan orang yang membantu membangun perusahaan daging beku ini. Lebih dianggap musuh daripada saudara.” c) Xavira Barata Karakter Xavira Barata dalam certita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparta Brata adalah sebagai anak angkat kedua dari Mama Pandora dan Panuluh Barata. Ia mempunyai suami yang bernama Kuncahya. Xavira Barata ini adalah seorang wanita yang mempunyai prasangka baik dan menghormati terhadap orang yang baru dikenal. Saat Pawestri ingin belajar cara menggunakan komputer, Xavira dengan sabar mengajari Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Xavira ya ngemong ngladeni wae. Dheweke ngadeg ing sisihe Pawestri lungguh, terus ngurepke komputer. [….] Sabanjure Xavira ngajari carane nggunakake komputer lan uga paedahe. Anggone ngajari kaya marang kanca sabarakane wae. Omonge ngoko, ngundang „mbak‟, ora rikuh-rikuh.” (PTI, hal: 59-60) Terjemahan: “Xavira ya mengajari saja. Ia berdiri di sebelah Pawestri duduk, kemudian menghidupkan computer. [….] setelah itu Xavira memberitahu caranya menggunakan komputer dan juga kegunaannya. Cara dia memberitahu seperti cara dia memberitahu kepada temannya. Bicaranya santai, memanggil dengan sebutan „mbak‟, tidak malu-malu.” Xavira terhadap Pawestri tetap percaya dan berprasangka baik, ia menganggap Pawestri orang yang baik dan berpendidikan walaupun ia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
belum tahu pasti asal usul Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Xavira uga meruhi yen Pawestri dudu wong sembarangan. Sanajan jare wong wadon sing ditangkep ning hotel ~ tegese wong pelanyahan ~ lan amnesia, ora eling graitane lelakon kawuri, nanging rupane, dedege, pakulitane, apa maneh tandang-tanduke, kabeh sarwo mriyayeni, intelek lan mapan.” (PTI, hal: 112) Terjemahan: “Xavira juga melihat kalau Pawestri bukan orang sembarangan. Walaupun kata orang wanita itu yang ditangkap di hotel ~ maksudnya orang nakal atau pelacur~ dan amnesia, tidak mengerti kejadian yang lalu, tetapi wajahnya, postur tubuhnya, kulitnya, apa lagi tingkah lakunya, semua serba terhormat, intelek dan mapan.” d) Zetta Zatuti Karakter Zetta Zatuti dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai istri dari Pangestu Barata. Ia tipe istri yang setia terhadap suami dan keluarganya. Setiap pagi ia mengantar suami kekantor dan mengantar jemput anaknya sekolah, dan setiap sore ia menjemput suaminya. Zetta Zatuti juga menurut terhadap suaminya jika itu benar, dan ia tidak menurut atau menentang suaminya ketika Pangestu selalu berprasangka buruk terhadap Pawestri. Zetta Zatuti juga menghormati Pawestri, ia menganggap Pawestri sudah sebagai saudaranya sendiri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Tekan omahe Pangestu, Pawestri ketemu karo Zetta Zatuti. Padha gapyuk rerangkulan, ambung-ambungan. Kok wis gedhe banget, iki, hara?” ujare Zetta karo nyasmitani commit to user blendhuke wetenge tamune. Ora ana rasa ewuh- perkewuh, apa
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
ngganjel ing ati. Anane mung seneng, nganggep Pawestri kaya keluargane dhewe sing tenan kae.” (PTI, hal: 242) Terjemahan: “Sampai rumahnya Pangestu, Pawestri bertemu dengan Zetta Zatuti. Saling berpelukan, saling berciuman. Kok sudah besar sekali, ini, hara?” kata Zetta dengan memberi doa untuk anak yang dikandung tamunya. Tidak ada rasa canggung, apa rasa yang mengganjal hati. Adanya hanya senang, menganggap Pawestri seperti keluarganya sendiri yang sebenarnya.” e) Kuncahya Karakter Kuncahya dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai suami Xavira Brata dan sekaligus sebagai direktur utama perusahaan daging beku di cabang BSD. Ia adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab pada pekerjaannya. Buktinya sebelum ia menjadi direktur utama di BSD, ia bekerja di PT Frozenmeat raya di daerah Jatiwaringin sebagai kepercayaan Panuluh Barata. Kuncahya dipercaya Panuluh Barata karena ia mempunyai kinerja yang bagus dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. f) Mama Pandora Van Leuven Karakter mama Pandora adalah sebagai istri dari Panuluh Brata dan sebagai ibu angkat Pangestu Brata serta Xavira Brata. Mama Pandora adalah seorang yang tegas dalam segala hal, tidak membedabedakan seseorang. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Jaman modheren kuwi unggah-ungguhe drajat ora ditanggapi saka asal-usule utawa bibite, nanging saka bebet darma bakti srawunge utawa kemaslahatane marang wong sapadha-padha, kepriye commit to user murakabe tumrap masyarakat sakupeng uripe.” (PTI, hal: 50)
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Jaman modern itu sopan santun tidak dilihat dari asal usul atau bibitnya, tetapi dari perilakunya terhadap seseorang, bagaimana bersosial dimasyarakat sekitarnya.” g) Victor Holiday Karakter Victor dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparta Brata adalah orang Australia yang berjualan daging Import (Meatcorp Inc) dan ia sebagai direktur utamanya. Karakter Victor ini adalah seseorang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap tokoh Pawestri, ia meminta pertolongan kepada Panuluh Brata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Save her to heaven! Tulungana dheweke aja nganti kecekel pulisi!” (PTI, hal: 10) Terjemahan: “Tolonglah dia jangan sampai tertangkap polisi!” Ia juga memperkosa Pawestri tanpa sepengetahuan orang lain. Hal tersebut terbukti ketika ada razia pekat, Pawestri dalam keadaan ketakutan, tanpa menggunakan celana dalam, baju yang kusut, terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dene wong wadon sing didhabyang kuwi, katone mung pasrah, ora swala. Roke abang lungset, modhel kimono, sanajan potongane cukup modhis. Raine pucet, mripate ngriyip-ngriyip merem[...]” (PTI, hal: 11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Terjemahan: “Orang wanita yang digrebeg itu, kelihatan hanya pasrah, tidak bicara. Roknya merah kusut, model baju kimono, walaupun potongannya cukup modis. Wajahnya pucat, matanya sayup[...]” Walaupun ia tidak mau mengakui apa yang telah ia lakukan, ia tetap berjanji kepada Panuluh Brata bahwa jika Pawestri hamil dan melahirkan seorang anak, Victor berjanji akan menafkahi anak tersebut. h) Srigadhing Karakter Srigadhing dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya suparta Brata adalah sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Panuluh Barata. Ia ditemukan keluarga Panuluh Barata dirumah mereka, pada saat itu Jakarta terjadi peristiwa reformasi, ia terlepas dari tetangganya dan ia diamankan oleh seseorang dirumah Mama Pandora. Srigadhing berasal dari Karang Malang kabupaten Sragen Jawa Tengah. Walaupun sebagai pembantu ia tidak mempermalukan dirinya, ia bisa membawa diri dalam lingkungannya karena ia seorang yang berpendidikan. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Gek dedeg pangadege, rupane lan pikirane ya ora nguciwani dadi wong terpelajar, wong sing mangan sekolahan cukup dhuwur”. (PTI, hal: 50) Terjemahan: “Postur tubuh, wajahnya dan pikirannya ya tidak mengecewakan menjadi seorang terpelajar, orang yang makan sekolahan cukup tinggi.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Srigadhing juga seorang yang tau tata krama, dan ketika makanpun ia tetap memposisikan dirinya sebagai pembantu. Ia tidak makan satu meja dengan majikannya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ah, mboten kemawon, Pak. Kula menika rak namung saabdi. Mboten pantes nedha sareng sameja kaliyan majikan.” (PTI, hal: 80) Terjemahan: “Ah tidak saja, Pak. Saya ini kan hanya pembantu. Tidak pantas makan satu meja dengan majikan.” i) Aji Kartika Karakter aji dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata sebagai sekretaris Panuluh Barata. Ia tegas dan tertib. Pada waktu jam kerja ada yang melanggar aturan, Aji marah terhadap siapapun yang melanggar tanpa pengecualian. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dhirektur rak ora ana, kowe rak ngerti? Apa wis ana kangsen arep ketemu dina iki, jam iki?” ujare Aji Kartika akas.” “Bapak rak ora duwe Wakil Dhirektur. Yen diarani wakil ya Pak Kuncahya kuwi,” Aji tetep srengen marang Darminta. Banjur tambuh sereng marang tamue, “perlune napa? Napa penting saestu?” Aji Kartika langsung nyawang dhayohe.” (PTI, hal: 99) Terjemahan: “Direktur kan tidak ada, kamu kan tau? Apa sudah ada janji akan ketemu hari ini, jam ini?” kata Aji Kartika tegas.” Bapak kan tidak punya Wakil Direktur. Kalau dibilang wakil ya Pak Kuncahya itu,” Aji tetap marah kepada Darminta. Keudian tambah marah lagi kepada tamunya, “perlunya apa? Apa penting sekali?” Aji Kartika langsung menatap tamunya.” commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j) Rumsari Karakter Rumsari dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Barata menjadi sekretaris Panuluh Barata. Ia patuh terhadap perintah pemimpinnya, walaupun dalam hatinya tidak senang. Ketika Panuluh Barata menyuruh Rumsari untuk mengajari apa yang diinginkan Pawestri. Walaupun Rumsari tidak senang dengan Pawestri, ia tetap mengajari Pawestri karena mengajari Pawestri sama saja menjalankan perintah pemimpin. Hal tersebut terbukti pada kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Disangkani kekuwatirane mau, anggone pada muruki praktek sekretaris marang Pawestri uga kanthi ulat mrengut. Omonge uga ora akeh sing semanak. Kepara rada dikerengi. Lan akeh sing diumpetake aja nganti Pawestri ngreti wewadine tugas kesekretariatan kuwi sawutuhe.” (PTI, hal: 98) Terjemahan: “Diawali kehawatinannya tadi, yang lagi pada mengajari praktek sekretaris kepada Pawestri dengan wajah garang. Bicaranya tidak ada yang ramah. Agak dimarahi. Dan banyak yang disembunyikan jangan sampai Pawestri tau yang sebenarnya tugas kesekretariatan itu seutuhnya.” k) Darminta Karakter Darminta dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai anak buah Kuncahya. Ia taat terhadap pemimpinnya. Ketika ada tamu, ia menghalangi tamu tersebut karena bulum ada janji dengan direktur, karena tamunya mendesak untuk ketemu dengan Direktur, Darminta tetap mengawasi dan commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengantarkan tamu tersebut ke ruang Direktur. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ora kangsen. Nanging wonge nekad wae arep ketemu mrene. Yen ora Dhirekture ya wakile, jarene.” Wangsulane Darminta, isih karo nglantarake dhayohe diajak mlebu ruwangan luwih manjero, nganti adep-adepan karo Aji Kartika .” (PTI, hal: 99) Terjemahan: “Tidak sabar. Tetapi orangnya nekat saja untuk bertemu kesini. Kalau tidak Direkturnya ya wakilnya, katanya,” jawabnya Darminta, masih dengan menghantarkan tamunya diajak masuk ruangan lebih kedalam, sampai bertatap muka dengan Aji Kartika.” l) Abror Karakter Abror dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparta Brata adalah sebagai sopir truk di PT Frozenmeat Raya. Ia mempunyai sifat keras kepala. Saat Pawestri memarahi Abror tentang cara memarkir yang benar, Abror tidak menurutinya karena setiap hari ia memarkir seperti itu dan tidak ada seorangpun yang memarahinya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Alah adate ngoten nggih mboten napa-napa, le. Aman,”dhebate Abror semu ugal-ugalan. „oleh pirang perkara, wong wedok kuwi kok ndadak ngurus-urus barang?” (PTI, hal: 116) “Hi-hi-hi! Mboten sah mawon, bu. Biyasane nggih ngoten kok,” wusana mucape Abror. Tetep nyepelekake prentahe wong wadon kuwi.”(PTI, hal: 117) “Ngantos sepriki aman-aman mawon,” omonge Abror mbantah.” (PTI, hal: 117)
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Alah biasanya ya seperti itu tidak apa-apa, le. Aman, “debatnya Abror dengan agak kasar. “dapat berapa perkara, orang wanita itu kok mengurus segala?” Hi-hi-hi! Jangan saja bu. Biyasanya ya seperti itu, kok” kata Abor. Tetap menyepelekan perintah seorang wanita itu.” Sampai sekarang membantah.”
juga
aman-aman
saja,”
perkataan
Abor
Status Abror dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti adalah masih lajang atau masih perjaka. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Pranyata Abror omahe ing Jatiagung Blok I Pondok Gede, lan isih jaka.” (PTI, hal: 155) Terjemahan: “Kenyataannya Abror rumahnya di Jatiagung Blok I Pondok Gede, dan masih jejaka.” m)Damaree Pararatu Karakter Rere dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai anak dari Pawestri dan Victor Holiday. Seorang wanita yang mempunyai kulit putih, hidung mancung. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Lan sidane Bu Vresti ya nglairke jabangbayine kanthi slamet ing RS Yadika, ditunggoni lan diladeni kanthi gati deneng Arumdalu. Bayine wadon. Kulite putih, luwih pucet tinimbang kulite ibune. Irunge mbangir.” (PTI, hal: 263)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Terjemahan: “Dan jadinya bu Vresti melahirkan seorang bayi dengan selamat di RS Yadika, ditunggu dan dilayani dengan setia oleh Arumdalu. Bayinya perempuan. Kulitnya putih, lebih pucat daripada kulit ibunya. Hidungnya mancung.” n) Amir Tanjung Karakter Amir Tanjung dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai guru menyetir mobil Pawestri dan juga sebagai suami Sri Gandhing. Ia suka mengledeg Sri Gadhing. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ya Mbak Sri! Adhuh! Enake!” cukup cedhak, sri Gadhing ngruwes lengene Amir Tanjung. Sing kene, Mbak. Amir ngulungke pipine.” “Alah, sak clup nul wae, lah! Isih esuk gak ana seksine wae, lo!” (PTI, hal: 164) Terjemahan: “Ya Mbak Sri! Aduh! Enaknya!” cukup dekat, Sri Gadhing mencubit lengannya Amir Tanjung. Yang sini, Mbak. Amir mendekatkan pipinya.” “Alah, se Clup nul saja, lah! Masih pagi tidak ada saksinya, lo!” o) Saraswati Karakter Saraswati dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai dokter kandungan Pawestri. p) Dolah Karakter Dolah dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai satpam PT Frozenmeat. q) Budisalira Karakter Budisalira dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti commit to user karya Suparto Brata adalah sebagai pengacara Pawestri.
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r) Radjiman Karakter Radjiman dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata sebagai sahabat Panuluh Barata dan ikut menanam saham di perusahaan daging baku atau PT Frozenmeat. Radjiman juga berprofesi sebagai dokter di rumah sakit Waluyajati. s) Nining Febri Karakter Nining Febri dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai dokter Pawestri ketika dirawat di RS Waluyajati dan memvonis Pawestri sedang mengalami hilang ingatan atau amnesia. Walaupun dokter Nining Febri kenal dengan Panuluh Barata, ia tetap tidak membeda-bedakan pasien. Ia tetap memberikan saran-saran agar Pawestri segera sembuh dan kembali ingat siapa dia sebenarnya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Supaya enggal eling apa sing dialam kawurine, anggone ngemong rada diuja. Pokok bisa dituruti wae penjaluke lan kuwi ora mbebayani, diolehi lan dituruti wae penjaluke. Apa panjaluke mesthi ana sambung surunge karo lelakone jaman kawurine, mula bisa nuntun ngelingake marang pakulinane jaman asal-usule. Saoraorane kena dilacak”, ngono welinge dhokter ayu kae.” (PTI, hal: 95) Terjemahan: “Supaya cepat ingat apa yang dialami dahulu, maka caranya harus dituruti. Yang penting semua permintaannya dituruti asal tidak membahayakannya, dibolehkan dan dituruti saja permintaanya. Apa permitaannya pasti ada hubungannya dengan peristiwa jaman dahulu, maka bisa mengingatkan pada kebiasaan jaman asal-usulnya. Setidaknya bisa dilacak”, begiti pesan dokter cantik itu.” commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
t) Rengganis Karakter Rengganis dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai sekretaris Pangestu Barata. u) Arumdalu Karakter Arumdalu dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai perawat Abor ketika di Rumah Sakit dan sekaligus sebagai pacar Abror. Arumdalu adalah seorang wanita yang setia pada pekerjaannya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Melu-melu Arumdalu nggandheng Abor, sing lakune gagah biyasa wae. Ora katon bubar lara. Arumdalu sing ora nganggo seragam perawat, terus nglawani nganti tekan mobil sing wis cepak ing ngarep dalan metu gedhong. Lan uga terus mlebu mobil nglawani lan tetep ngancani Abror. (PTI, hal: 157-158) “Wis?kowe wong loro wani dhewe lungguh ing bak tengah?” Bu Vresti takon. (PTI, hal: 158) “Inggih, Bu,” Arumdalu sing mangsuli. Wis lungguh, isih nggandheng Abror.” (PTI, hal: 158) Terjemahan: “Ikut Arumdalu menggandeng Abror, yang jalannya gagah seperti biasanya. Tidak kelihatan habis sakit. Arumdalu yang tidak mengenakan seragam perawat, terus melawani sampai mobil yang sudah siap didepan jalan keluar gedung. Dan juga terus ikut masuk mobil melawani dan tetap menggandeng Abror.” “Sudah? Kamu berdua berani kan duduk di bak tengah?” Bu Vresti bertanya. “Iya, Bu, Arumdalu yang menjawab. Sudah duduk, masih menggandeng Abror.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
b. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Alur merupakan tulang punggung cerita dan dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Alur memiliki hukumhukumnya: alur memiliki bagian awal, tengah dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis. Alur dari cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai berikut: 1) Alur Bagian Awal Bagian awal alur cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah ketika Pawestri ditemukan oleh Panuluh dikamar Hotel Batavia Inn dalam keadaan tak berdaya dan polisi mengira bahwa wanita itu adalah wanita penghibur. Panuluh Brata didesak Tuan Victor untuk menolong wanita tersebut, agar Panuluh Brata mengakui bahwa wanita itu adalah sekretarisnya. Polisi tidak percaya begitu saja, wanita itu tetap dibawa kekantor polisi untuk memberikan keterangannya, karena Panuluh merasa kasihan kepada wanita itu dan tidak ingin ketahuan bohongnya, Panuluh ikut serta ke kantor polisi. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing nyandhang pulisi loro, satpol pp loro, pegawai hotel siji, noleh commit to user marang Victor lan Panuluh, kanthi rasa mbedhedheg lan ngenyek.
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mbedhedheg marga bisa nangkep sing pancen digropyok, ngenyek amarga asore drajate buron sing ditangkep. Dene wong wadon sing didhabyang kuwi, katone mung pasrah, ora swala. Rok e abang lungsep, modhel kimono, sanajan potongane cukup modhis. Raine pucet, mripate ngriyip-ngriyip merem, manut pangrasane Panuluh ora mung pasrah, nanging sajak arep semaput. “wong wadon iki kepregokan ing kamar kono,” kabeh kaya arep kandha. “Iki sekretariske. Arep mbok kapakke? Tuwan iki sing duwe kamar iki, aku lan Tuwan iki mau nganakake rapat ing lobi ngisor, sekretarisku dikongkon Tuwan iki njupuk flasdisk,” kanthi cepet tanpa pikit dawa Panuluh mrotes. Ah mongsok ngono? Wong nalika kene mbukak kamar iki dheweke ora lagi katon clilengan nggoleki barang apa-apa,” ujare pulisi sing sjake pemimpine.” (PTI, hal: 10-11) “Kita tetep ora ngandel. Durung ana bukti sing cukup kuwat yen iki wong becik-becik. Dadi ya kudu kita gawa nyang mapolsek. Mengko priye putusan urusane ya ning kana sawise di-interogasi. Yen ora ana bukti dhokumen sing nyata, ya mlebu bui!” ujare pulisi isih karo swara ngenyek. Ora percaya karo rembuge Panuluh.” (PTI, hal: 12) Terjemahan: “Yang berpakaian polisi dua, satpol pp dua, pegawai hotel satu, menengok ke Victor dan Panuluh, dengan rasa jengkel dan menghina. Jengkel karena bisa menangkap yang memang pantas digrebeg, menghina karena rendah drajat yang ditangkap. Padahal orang wanita yang digrebeg itu kelihatan hanya pasrah, tidak menentang. Rok merah pucat, mata berkedip-kedip, menurut pendapat panuluh tidak hanya pasrah, tetapi kelihatan akan pingsan. Seorang wanita itu tertangkap dikamar itu,” semua kelihatan ingin bilang. “ini sekertaris. Akan kamu apakan? Tuan ini yang punya kamar ini, saya dan Tuan ini tadi yang mengadakan rapat di lobi bawah, sekertaris saya disuruh Tuan ini mengambil flasdisk,” dengan cepat tanpa pikir panjang Panuluh protes. Ah masak begitu? Ketika kami membuka kamar ini dia tidak sedang mencari barang apa-apa,” kata polisi seorang pemimpinnya.” “Kita tetap tidak percaya. Tidak ada bukti yang cukup kuat kalau itu orang baik-baik. Jadi ya harus kita bawa ke mapolsek. Nanti bagaimana keputusannya ya disana setelah introgasi. Kalau tidak ada bukti dhokumen yang nyata, ya masuk penjara!” kata polisi masih sama dengan suara menghina. Tidak percaya sama perkataan Panuluh.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
2) Alur Bagian Tengah Sesudah urusan di kantor polisi selesai, Panuluh membawa wanita itu kerumah sakit. Setelah beberapa minggu dirawat dirumah sakit, wanita itu sembuh tetapi ia amnesia dan sama sekali tidak ingat riwayat hidupnya. Sehingga dipanggil dengan nama Pawèstri (seorang perempuan tanpa idhentitas). Pawestri sehat tetapi tidak jelas identitasnya, maka dibawa pulang oleh Panuluh ke rumahnya di Jatiwaringin Jakarta Timur. Pawestri diperlakukan Panuluh sebagai keluarga. Masalah yang timbul dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti ini ketika Pawestri pulang dari rumah sakit. Ia tidak diterima oleh keluarga besar Panuluh (Pangestu Brata, Zetta Zatuti, Xavira Brata, Kuncahya, Sri Gadhing) terutama Panuluh Brata, karena Pawestri adalah seseorang yang tidak jelas asal usulnya dan mereka semua mengira bahwa Pawestri itu seorang wanita penghibur yang ditemukan di dalam kamar hotel Batavia Inn nomor 317. Sedikit demi sedikit Pawestri berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, belajar mengerjakan sesuatu yang ia bisa, seperti belajar mengoperasikan komputer, belajar menyopir mobil. Belajar semua bagian dikantor PT Frozenmeat Raya dari yang bagian terendah sampai bagian tertinggi yaitu belajar menjadi pemimpin perusahaan. Secara perlahan Pawestri mulai melakukan aktifitas sehari-hari dengan ikut bekerja di kantor PT. Frozenmeat Raya milik Panuluh Brata. Pawestri tidak ragu untuk bertanya kepada seseorang yang lebih mengetahui. Xavira, Zetta, Kuncahyo serta commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pegawai PT Frozenmeat Raya mulai menerima Pawestri karena melihat kinerja Pawestri yang luar biasa hebat dan budi pekerti yang luar biasa. Namun berbeda dengan Pangestu Brata, ia tetap tidak suka dan tidak percaya dengan Pawestri, ia mengira bahwa Pawestri baik karena mempunyai tujuan tertentu. Setelah tiga bulan berlalu, Pawestri dinyatakan hamil. Kehamilan Pawestri dipermasalahkan oleh Pangestu Barata. Pangestu Barata menuduh Panuluh Barata yang menghamili Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Pendheke Bapak mboten purun pisah saking cedhake tiyang estri niku. Nggih, ta, enggih. Tiyang gesang pancen perlu kebutuhan biologis. Mangga kemawon. Nanging ampun ngresahi katentremane kulawarga lan ampun ngantos cetha wela-wela nisthane[...]” (PTI, hal: 196) Terjemahan: “Singkatnya Bapak tidak mau pisah dari wanita itu. Ya, ta, iya. Orang hidup itu memang perlu kebutuhan biologis. Silahkan saja. Tetapi jangan meresahkan ketentraman keluarga dan jangan sampai kelihatan jelas nistanya[...]” Setelah Panuluh Barata meninggal, Pangestu Barata tetap menghina Pawestri, sampai Pangestu melaporkan Pawestri kekepolisian dengan tuduhan, Pawestri ingin menguasai harta warisan Panuluh Barata dan ingin menguasai PT Frozenmeat. Perdebatan antara Pawestri dan Pangestu semakin hebat. Walaupun Pawestri dihujat oleh Pangestu Barata,
Pawestri
keluarganya karena
tetep
menghormati
Pangestu
Barata
sebagai
Pawestri merasa bahwa dirinya tidak bersalah.
commit to user Semua itu hasil dari kerja keras Pawestri sendiri.
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Alur Bagian Akhir Keputusan Majelis Hakim memenangkan Pawestri. Pawestri dianggap sah asli waris Panuluh Barata dan Pangestu Barata kalah. Walaupun selama enam tahun ia selalu berprasangka buruk, Pawestri tetap memaafkan Pangestu Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Keputusan prekara ing sidhang candhake, Majelis Hakim menangake Ginugat. Pawestri dianggep sah kadidene asli warise Panuluh Barata, mula nduweni hak manggon ing dalem Jatiwaringin.” (PTI, hal: 360) “Durung nganti metu saka ruang sidhang, Pawestri lan balane uga banjur nggrubyung nututi grumuduge keluarga Pangestu sawise padha nyalami para hakim.”Mas! aku aja dijothak lo!” Pangatage Pawestri lan nguwuh-uwuh ngrumaketi Pangestu. “Aku ya isih sedulur sinarawedimu!” (PTI, hal: 362) Terjemahan: “Keputusan perkara di sidang selanjutnya, Majelis Hakim memenangkan penggugat. Pawestri dianggap sah menjadi asli warisnya Panuluh Barata, maka mempunyai hak menempati di rumah Jatiwaringin.” “Belum sampai keluar dari ruang sidang, Pawestri dan temannya juga langsung ikut berkumpul mengikuti rombongan keluarga Pangestu sesudah saling menyalami para hakim. “Mas! Saya jangan dijauhi lo!” permintaan Pawestri dan berusaha mendekati Pangestu. “Saya juga masih saudara dekatmu!” Setelah keputusan itu Pangestu Barata sadar dan sudah bisa menerima Pawestri. Tenyata Pawestri adalah seorang wanita yang baik hati, bukan wanita nistha. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan: “Wis adhep-adhepan karo Pawestri, Pangestu ngangkat lengene loro pisan, sorot mripate mandeng grapyak, lambene mesem tumuju guyu. “Oh, Ibu Vresti! Iya, iya, iya! Aku ora bakal nyratu sliramu maneh! Aku wis ngreti tenan kepriye lelakonmu sing sejati. Sliramu dudu wong nistha, nanging wong sing nandhang cintraka. Aku lagi sadhar bareng dumadine sidhang congkrehan iki Bu. Pareng aku ngrangkul lan ngesun sliramu, minangka tandha panyuwunku pangapura ing salawase iki dadi sedulur sing sejatine?” (PTI, hal: 362) Terjemahan: “Sudah bertatap muka dengan Pawestri, Pangestu mengangkat lengannya dua sekalian, sorot matanya berhenti menatap dengan ramah, mulutnya senyum. “Oh, Ibu Vresti! Iya, iya iya! Saya tidak akan menghina sliramu lagi! Saya sudah tau sekali bagaimana perjalananmu yang sejati. Sliramu bukan orang jahat, tetapi orang yang sedang mengalami musibah, saya baru sadar setelah ada sidang perkara ini Bu. Boleh saya memeluk dan mencium dirimu, untuk tanda minta maaf saya dan seterusnya menjadi saudara yang sejati.”
c. Latar/setting Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Robert Stanton, 2007: 35). Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita. Biasanya latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif. Dalam pengungkapan latar atau setting biasanya pengarang menyelipkan suatu kejadian yang terjadi dalam waktu yang diceritakan. Latar dapat berwujud seperti dekor, suatu tempat, dapat berwujud waktu, cuaca, atau satu periode sejarah Dekor. Menurut Stanton dalam teori fiksi, latar terbagi menjadi dekor dan latar waktu-waktu tertentu Latar yang terdapat dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
1) Latar Tempat a) Jakarta Seluruh peristiwa dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata terjadi di kota Jakarta. Hal ini diterangkan secara langsung oleh pengarang. Selain itu, hal ini juga dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. Kutipan: “Ngandhakake yen wong wadon aran Pawestri kuwi sekretarise, menyang Hotel Batavia Inn marga diajak rapat bisnis dening Panuluh, Dhirektur Pratama PT Frozenmeat Raya kang dedunung ing Jatiwaringin Raya Jakarta Timur.” (PTI, hal: 19) Terjemahan: “Memberitahu kalau orang wanita bernama Pawestri itu sekretarisnya, Ke Hotel Batavia Inn karena diajak bisnis dengan Panuluh. Dhirektur Pratama PT Frozenmeat Raya yang bertempat di Jatiwaringin Raya Jakarta Timur.” b) Tol Cengkareng Latar Tol Cengkareng adalah jalan yang dilewati Victor Holiday dari Bandara Prof. Sediatmo ke hotel Batavia Inn. Hal tersbut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Tuwan Holiday siyang wau saking bandhara dhateng kitha langkung mrika meh kebetheng, pun stop pulisi wiwit kori Tol Cengkareng.” (PTI, hal: 6) Terjemahan: “Tuan Holiday siang tadi dari bandara ke kota akan kesini hampir kehujanan, dan distop polisi mulai kori Tol Cengkareng.” Latar Tol Cengkareng juga merupakan tempat kejadian banjir rob commit to user yang salah satu korbannya adalah Pawestri dan membuat saudara dan
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluarganya meninggal dunia. Saat itu Pawestri akan ke bandara, tiba-tiba air menimpa mobilnya dan membuat mobil tersebut tergelincir terkena air rob tersebut. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ketemu sing duwe lan nyewakake omah, para tamu sing ngurus keluwargane Sengaritimur dikandhani yen pancen bener nempitung taunan kepungkur keluwarga Sengaritimur sing nyewa omah kuwi, kacilakan keglundhung mobile ing cedhak pintu Tol Cengkareng.” (PTI, hal: 384) Terjemahan: “Bertemu dengan pemilik dan yang menyewakan rumah, para tamu yang mengurus keluarga Sengaritimur diberitahu kalau memang benar enam-tujuh tahun yang lalu keluarga Sengaritimur yang menyewa rumah itu, kecelakaan tergelincir mobilnya di dekat pintu Tol Cengkareng.” c) Bandara tol Prof. Sediatmo Latar Bandara tol Prof. Sediatmo adalah bandara tempat Victor Holiday turun dari pesawat. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sajakipun kanthi dalasan wontenipun kacilakan menika, margi dhateng bandhara tol Prof. Sediatmo – airport tall road, meh salajuripun kebanjiran santer, dipuntutup saking kalih-kalihipun jurusan.” (PTI, hal: 6) Terjemahan: “Kelihatannya dengan adanya kecelakaan itu, jalam ke bandara tol Prof. Sediatmo – airport tall road, hampir semua lajur kebanjiran deras sekali, kemudian ditutup dari kedua lajur jurusan.”
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Jalan Balai Pustaka Rawamangun Jakarta Timur Latar jalan Balai Pustaka Rawamangun Jakarta Timur adalah alamat konsultan hukumnya Law Firm Prayoga. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing diplih dadi konsultan hukume Law Firm Prayoga & Partners, sawenehe konsultan hukum terdhaftar tumrap profesi penunjang pasar modhal, sing kantore ing Jalan Balai Pustaka Rawamangun Jakarta Timur.” (PTI, hal: 8) Terjemahan: “Yang dipilih menjadi konsultan hukumnya Law Firm Prayoga & Partners, konsultan hukum terdaftar pada profesi penunjang pasar modal, yang kantornya di Jalan Balai Pustaka Rawamangun Jakarta Timur.” e) Kamar Hotel 317 Latar kamar hotel 317 adalah tempat Pawestri ditemukan oleh polisi saat ada penggrebekan. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Hee, Bapak-Bapak. Bapak-Bapak! Kosik! Kena apa iki?” kaya dikomandho Panuluh karo Victor agahan mrepegi rubungan uwong ing ngarep kamar 317.” (PTI, hal: 10) Terjemahan: “Hee, Bapak-Bapak. Bapak-Bapak! Sebentar! Ada apa ini?” seperti dikomando Panuluh dan Victor berjalan menuju segerombolan orang di depan kamar 317.” f)
Pasar Jatinegara Latar pasar Jatinegara adalah sebuah pasar yang menjual berbagai kebutuhan. Pengarang bermaksud dipasar Jatinegara commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut ada salah satu yang menjual obat untuk Pawestri.
Hal
tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Aku bengi-bengi nyang Pasar Jatinegara ijen kuwi ora kluyuran golek mangsan, nanging butuh tuku obat.” (PTI, hal: 15) Terjemahan: “Saya malam-malam ke Pasar Jatinegara sendiri itu tidak main mencari buruan, tetapi butuh membeli obat.” g) Tol Cikunir Latar Tol Cikunir adalah jalan yang dilewati Pangestu Barata untuk menghampiri adiknya yaitu Xavira Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sorene Pangestu Barata liwat tol Cikunir njujug Jaka Sampurna, karepe ngampiri Xavira, adhike, dijak bareng-bareng menyang dalem Jatiwaringin, nemoni bapake.” (PTI, hal: 28) Terjemahan: “Sorenya Pangestu Barata lewat tol Cikunir menuju Jaka Sampurna, maksudnya menjemput Xavira, adiknya, diajak bersama-sama ke rumah Jatiwaringin, menemui bapak.” Pangestu Barata menghampiri Xavira Barata bermaksud untuk pergi bersama-sama kerumah bapaknya di Jatiwaringin untuk menanyakan status Pawestri di rumah tersebut. h) Rumah Sakit Waluyajati Latar Rumah Sakit Waluyajati adalah rumah sakit ketika Pawestri opname. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan: “Terus wong wedoke dening Bapak digawa menyang rumah sakit Waluyajati.” (PTI, hal: 24 ) Terjemahan: “Kemudian orang perempuan itu sama Bapak dibawa ke Rumah Sakit Waluyajati .” Panuluh Barata membawa Pawestri ke Rumah Sakit Waluyajati selain dekat dengan kantor polisi disana juga banyak dokter-dokter yang Panuluh Barata Kenal. i) Batavia Inn Latar Batavia Inn adalah salah satu hotel berbintang didaerah Jakarta. Hotel tersebut digunakan untuk melakukan pertemuan antara Victor Holiday dari pihak Meatcorp Inc di Perth Australia dengan Panuluh Barata dari pihak PT Frozenmeat Raya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Jare Aji karo Rumsari, wingi padha rapat ing Batavia Inn. Nganti rampung rapat apik-apik wae.” (PTI, hal: 28 ) Terjemahan: “Kata Aji dan Rumsari, kemarin pada rapat di Batavia Inn. Sampai selesai rapat baik-baik saja.” Selain digunakan untuk pertemuan-pertemuan, hotel tersebut juga menyewakan kamar. Kamar 317 adalah kamar yang disewa Victor Holiday, dan kamar tersebut sebagai tempat untuk menyembunyikan seorang wanita yang ditemukannya dijalan saat terjadi banjir rob.
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j) Gudang Atis Pulo Mas Latar gudang atis Pulo Mas dihadirkan pengarang sebagai salah satu tempat yang digunakan untuk gudang daging beku oleh PT Frozenmeat. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Abror, sopir mobil daging, diutus ngeterake aku dhisik sadurunge njupuk daging menyang Gudhang Atis Pulo Mas lan dhistribusekke menyang para relasi.” (PTI, hal: 29) Terjemahan: “Abror, sopir mobil daging, ditugaskan mengantarkan saya dulu sebelum mengambil daging ke Gudhang Atis Pulo Mas dan mendistribusikan ke para relasi.” k) Salemba Latar Salemba dihadirkan pengarang sebagai daerah tempat tinggal keluarga Panuluh Barata sebelum pindah ke Jatiwaringin. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Isih padha dadi bocah ing dalem Salemba, kerep wae Pangestu lan Xavira dijak Mama Pandora tetamba utawa konsultasi menyang klinik daleme Dhokter Rajiman, utawa langsung menyang RS Cipto Mangunkusumo, diladeni dening Dhokter Rajiman.” (PTI, hal: 33) Terjemahan: “Masih menjadi anak di rumah Salemba sering sekali Pangestu dan Xavira diajak Mama Pandora berobat atau konsultasi ke klinik rumahnya Dokter Rajiman, atau langsung ke RS Cipto Mangunkusumo, dilayani oleh Dokter Rajiman.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
l) Rumah Sakit Cipta Mangunkusumo Latar rumah sakit Cipta Mangunkusumo adalah rumah sakit tempat dokter Rajiman bekerja dulu sebelum bekerja di rumah sakit Waluyajati. Hal tersebut terbuti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kabeh wis padha tepung karo Dhokter Rajiman, marga nalika keluwargane Panuluh dedunung ing Salemba, Dhokter Rajiman dadi tenggane, lagi ngasta ing RS Cipta Mangunkusumo, nanging ing selane wektu uga bukak praktek umum ing daleme, sing tanggane mepet caket daleme Panuluh Brata.” (PTI, hal: 33) Terjemahan: “Semua sudah pada kenal sama Dokter Rajiman, karena ketika keluarga Panuluh bertempat tinggal di Salemba, Dokter Rajiman menjadi tetangganya, dan bekerja di RS Cipta Mangunkusumo, tetapi ketika ada waktu luang juga membuka praktek umum di rumahnya, yang tetanggaan dekat sekali dengan rumah Panuluh Brata.” m) Jatiwaringin Latar Jatiwaringin dihadirkan pengarang sebagai rumah Panuluh Barata yang luas setelah rumah di Salemba. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Meh padha karo Dhokter Rajiman sing yasa rumah sakit sakompleks mbutuhake papan kang jembar bawera, Panuluh Brata uga mbangun omah gedhe jembar bawera ing Jatiwaringin.” (PTI, hal: 34) Terjemahan: “Hampir sama dengan Dokter Rajiman yang menempati rumah sakit sekompleks membutuhkan tempat yang luas sekali, Panulh Brata membangun rumah besar luas sekali di Jatiwaringin.” commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jatiwaringin tidak hanya sebagai rumah Panuluh Barata saja. Di tempat itu juga berdiri megah sebuah perusahaan daging beku yaitu PT Frozenmeat Raya. Perusahan daging beku tersebut berdampingan dengan rumah Panuluh Barata, sehingga apabila Panuluh Barata berangkat bekerja hanya melewati pintu samping, tidak harus lewat jalan raya. n) PT Frozenmeat Raya Latar PT Frozenmeat Raya dihadirkan pengarang sebagai perusahaan daging beku. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kajaba omah gedhe kanggo dalem pribadi, uga mbangun komplek kantor pusat administrasi lan warung daging njendhel PT. Frozenmeat Raya.” (PTI, hal: 34) Terjemahan: “Kecuali rumah besar untuk rumah pribadi, juga membangun komplek kantor pusat administrasi dan warung daging beku PT. Frozenmeat Raya” PT Frozenmeat Raya tersebut awalnya hanya usaha kecil-kecilan Mama Pandora (istri Panuluh Barata) dan Panuluh Barata. Mereka berdua bekerja keras dan dengan ketangguhannya usaha tersebut maju pesat. Setelah Mama Pandora meninggal, direktur utama PT Frozenmeat raya adalah Panuluh Barata.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o) Gedung DPR Senayan Latar gedung DPR Senayan adalah tempat terjadinya demo. Demo tersebut terjadi ketika Srigading pergi ke Jakarta bersama tetangganya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Jaman modern kuwi unggah-ungguhe drajat ora ditanggapi asalusule utawa bibite, nanging saka darma bakti srawunge utawa kemaslahatane marang wong sepadha-padha, kepriye murakabe tumrap masyarakat sakupeng uripe,” mengkono piwulange Mama Pandora naggapi tangkepe putra-putrane marang pembantu anyare Si Srigadhing nalika samana, isih ana ing omah Salemba biyen, lagi geger-gegere para demonstran ngejeki gedhong DPR Senayan.” (PTI, hal: 50-51) Terjemahan: “Jaman modern itu tinggi rendahnya derajat tidak ditentukan oleh bibitnya, tetapi dari darma bakti bermasyarakat atau kemaslahatan ke sesama, bagaimana manfaat bagi masyarakat disekitar hidupnya,” begitu penjelasan Mama Pandora menanggapi sikap putra-putranya kepada pembantu barunya Sri Gadhing waktu dulu, masih ada dirumah Salemba dulu, ketika gencar-gencarnya para demonstran menduduki gedung DPR Senayan.” Dalam kutipan tersebut Mama Pandora menjelaskan tentang cara menghargai seseorang yang tidak kita kenal, Mama Pandora berkata tinggi rendahnya derajat tidak ditentukan dari bibitnya. Manusia yang mempunyai derajat tinggi ialah manusia yang bisa menghargai orang-orang disekitarnya. p) Jalan besar Saulawah Raya Kompleks TNI AU Latar jalan besar Saulawah Raya Kompleks TNI AU adalah jalan depan rumah Jatiwaringin. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
Kutipan: “Nanging dalem kuwi uga mangku lurung sidhatan sing bisa nembus lurung gedhe Saulawah Raya Kompleks TNI AU, dadi mobil bisa mlebu mrono ora kudu liwat gedhong kantor pusat administrasi.” (PTI, hal: 52) Terjemahan: “Tetapi rumah itu juga memangku jalan tembus yang bisa tembus jalan besar Saulawah Raya Kompleks TNI AU, jadi mobil bisa masuk kesana tidah harus lewat gedung kantor pusat administrasi.” Rumah Jatiwaringin tempatnya sangat strategis sekali, jika ingin bepergian tidak harus melewati gedung PT Frozenmeat dahulu tetapi langsung keluar dari gerbang rumah Jatiwaringin. q) Cimanggis Depok Latar Cimanggis Depok adalah rumah tempat tinggal anak perempuan Panuluh Barata dan menantunya yaitu Xavira Barata dan Kuncahya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kae, Pawestri ing kamar ngarep. Jeng! Mrene! Iki lo, anak karo mantuku sing ana Cimanggis Depok padha teka.” (PTI, hal: 55) Terjemahan: “Itu, Pawestri ada dikamar depan. Jeng! Kesini! Ini lho, anak dan menantu saya yang berada di Cimanggis Depok pada datang.” Dalam kutipan tersebut Panuluh Barata mengenalkan anak perempuannya dan menantunya kepada Pawestri. r) Solaria Mega Mall Bekasi Latar Solaria Mega Mall Bekasi adalah salah satu daerah yang dikunjungi Panuluh Barata dan keluarganya. Keluarga panuluh commit to user membeli makanan di tempat tersebut dan sekalian mempromosikan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daging beku yang dijualnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing adoh, anggone mburu restoran nganti tekan Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang ing jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo ing Tegal Parang, malah tau nyabrang kutha Jakarta nganti teka Soto Ambengan ing Serpong Raya.” (PTI, hal: 82) Terjemahan: “Yang jauh, memburu restoran sampai Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang di jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo di Tegal Parang, malah pernah menyabrang kota Jakarta sampai ke Soto Ambengan di Serpong Raya.” s) Jalan Casablanka Jakarta Selatan Latar Jalan Casablanka Jakarta Selatan adalah salah satu daerah yang ada penjual rawon setan penjual yang terkenal mbak Endang. Keluarga panuluh membeli menu utama direstoran tersebut yaitu rawon setan dan sekalian mempromosikan daging beku yang dijualnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing adoh, anggone mburu restoran nganti tekan Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang ing jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo ing Tegal Parang, malah tau nyabrang kutha Jakarta nganti teka Soto Ambengan ing Serpong Raya.” (PTI, hal: 82) Terjemahan: “Yang jauh, memburu restoran sampai Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang di jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo di Tegal Parang, malah pernah menyabrang kota Jakarta sampai ke Soto Ambengan di Serpong Raya.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
t) Serpong Raya Latar Serpong Raya adalah daerah yang dikunjungi Panuluh Barata dan keluarganya untuk merasakan menu yang disajikan yaitu soto ambengan dan sekalian mempromosikan daging beku yang dijualnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing adoh, anggone mburu restoran nganti tekan Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang ing jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo ing Tegal Parang, malah tau nyabrang kutha Jakarta nganti teka Soto Ambengan ing Serpong Raya.” (PTI, hal: 82) Terjemahan: “Yang jauh, memburu restoran sampai Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang di jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo di Tegal Parang, malah pernah menyabrang kota Jakarta sampai ke Soto Ambengan di Serpong Raya.” u) Tegal Parang Latar Tegal Parang adalah salah satu daerah yang ada penjual tengklengnya. Keluarga panuluh membeli makanan di tempat tersebut dan sekalian mempromosikan daging beku yang dijualnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing adoh, anggone mburu restoran nganti tekan Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang ing jalan Casablanka Jakarta Selatan, Thengleng Solo ing Tegal Parang, malah tau nyabrang kutha Jakarta nganti teka Soto Ambengan ing Serpong Raya.” (PTI, hal: 82) Terjemahan: “Yang jauh, memburu restoran sampai Solaria Mega Mall Bekasi, Rawon Setan Mbak Endang di jalan Casablanka Jakarta Selatan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Thengleng Solo di Tegal Parang, malah pernah menyabrang kota Jakarta sampai ke Soto Ambengan di Serpong Raya.” Saat Mama Pandora masih hidup, setiap malam minggu selalu berkeliling di sekitar Jakarta untuk mencicipi makanan bersama keluarga. Selain mencicipi makanan, Mama Pandora dan Panuluh Barata menawarkan dagingnya kepada setiap restoran-restoran yang mereka kunjungi. v) RS Yadika Pondok Bambu Latar RS Yadika Pondok Bambu adalah rumah sakit tempat Abror dirawat. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kun, nganggo Innovamu! Nyang RS Yadika Pondok Bambu wae cedhak!” Panuluh langsung nanggapi usule Pawestri.” (PTI, hal: 131) Terjemahan: “Kun, pakai Innova saya! Ke RS Yadika Pondok Bambu saja dekat!: Panuluh langsung menanggapi usulan Pawestri.” Abror dibawa ke rumah sakit Yadika Pondok Bambu karena alat kelamin Abror terbentur kursi saat Abror ingin mencelakakan Pawestri. w) PT Frozenmeat Raya cabang Depok Latar PT Frozenmeat Raya cabang Depok digunakan pengarang sebagai tempat cabang usaha daging beku yang dipimpin oleh Pangestu Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “PT Frozenmeat Raya Cabang Depok, menapa ingkang saged kula commit to user ladosi?” suwarane wong wadon.” (PTI, hal: 133)
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “PT Frozenmeat Raya Cabang Depok , apa yang bisa saya bantu?” suaranya seorang perempuan.” x) Jati Agung Blok I Pondok Gede Latar Jati Agung Blok I Pondok Gede dihadirkan pengarang sebagai rumah kontrakan Abror. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Pranyata Abror omahe ing Jatiagung Blok I Pondok Gede, lan isih jaka.” (PTI, hal: 155) Terjemahan: “Kenyataannya Abror rumahnya di Jatiagung Blok I Pondok Gede, dan masih jejaka.” Abror mengontrak satu rumah di daerah Jati Agung dengan temannya. Setiap bulan mereka patungan bayar kontrakannya. y) Elang Malindo Latar Elang Malindo dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti adalah perumahan para tentara. Elang Malindo dihadirkan pengarang sebagai rumah tempat tinggal Arumdalu. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ninggalake Abror ing omahe, mlebu mobil Bu Vresti Kandha, “Ngeterake Mbak Arum pisan, mulih ing omahe! Elang Malindo, kok, mburine kantore dhewe.” (PTI, hal: 158)
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Meninggalkan Abror di rumahnya, masuk mobil Bu Vresti bilang, “mengantarkan Mbak Arum sekalian, pulang kerumahnya! Elang Malindo, kok, belakang kantor kita.” Arumdalu adalah anak pensiuan tentara, maka ia tinggal di perumahan kawasan tentara. z) Panti Asuhan Openhartig Salemba Bluntas Latar panti asuhan Openhartig Salemba Bluntas dihadirkan pengarang sebagai tempat kelahiran Pangestu Barata dan Xavira Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ing rong surat sing diwaca, loro-lorone karepe padha, yakuwi bab mupu anak, njupuk bayi ing Panti Asuhan Openhartig Jalan Salemba Bluntas.” (PTI, hal: 347) Terjemahan: “Didua Surat yang dibaca, dua-duanya maksudnya sama yaitu bab mengadopsi anak, mengambil bayi di Panti Asuhan Operhartig Jalan Salemba Bluntas.” Mereka berdua mengetahui bahwa ia bukan anak kandung Panuluh Barata dari surat wasiat Mama Pandora dan Panuluh Barata yang dibawa dokter Rajiman sahabat Mama Pandora dan Panuluh Barata. Surat tersebut disimpan di BDNI Gatot Subroto. aa) Tegal Parang Latar Tegal Parang dihadirkan pengarang sebagai alamat rumah saudara Pawestri yang menjadi korban banjir rob di Jakarta.. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
Kutipan: “Meh kabeh suratkabar nyritakake kurban banjir bandhang sing tragis, yakuwi keglundhunge sawenehe minicab ing dalan kang tumuju bandhara. Minicab kuwi duweke keluarga Tegal Parang, isi wong pitu sing arep tumuju ing bandhara. Isine wong pitu, papat sing duwe omah ing Tegal Parang, telu para tamune sing diterke menyang bandhara arep mabur menyang Surabaya.” (PTI, hal: 270271) Terjemahan: “Hampir semua suratkabar menceritakan korban banjir bandang yang tragis, yaitu tergelincir sebuah minicab di jalan yang menuju bandara. Minicab itu milik keluarga Tegal Parang, berisi tujuh orang, empat yang mempunyai rumah di Tegal Parang, tiga para tamunya yang diantarkan ke bandara akan terbang ke Surabaya.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kurban banjir rob di jalan tol Cengkareng adalah sebuah minicab. Minicab tersebut akan mengantarkan tamunya ke bandara untuk pulang ke Surabaya, belum sampai di bandara mobil tersebut dihantam air banjir dan satu mobil tersebut menjadi korbannya. 2) Latar Waktu a) Sorene (sorenya) Latar sorenya pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti terjadi ketika Pangestu Barata dan Xavira Barata pergi bersama-sama kerumah bapaknya di Jatiwaringin untuk menanyakan status Pawestri di rumah tersebut. Latar tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sorene Pangestu Barata liwat tol Cikunir njujug Jaka Sampurna, karepe ngampiri Xavira, adhike, dijak bareng-bareng menyang dalem Jatiwaringin, nemoni bapake.” (PTI, hal: 28) commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Sorenya Pangestu Barata lewat tol Cikunir menuju Jaka Sampurna, maksudnya menjemput Xavira, adiknya, diajak bersama-sama ke rumah Jatiwaringin, menemui bapak.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Pangestu Barata lewat Jaka Sampurna untuk menjemput adiknya yaitu Xavira Barata dan Kuncahya untuk pergi ke Jatiwaringin untuk menanyakan kepada bapaknya yaitu Panuluh Barata tentang asal-usul dan kelanjutan hidup Pawestri. b) Jam Sanga Esuk (jam sembilan pagi) Latar jam sembilan pagi pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti terjadi ketika Pangestu Barata menelepon rumah Jatiwaringin untuk menanyakan keadaan rumah Jatiwaringin setelah ada Pawestri. Latar tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dina esuke wayah jam sanga esuk, dina nyambut gawe, Pangestu nelpon dalem Jatiwaringin.” (PTI, hal: 43) Terjemahan: “Hari selanjutnya waktu pukul sembilan pagi, hari kerja, Pangestu menelpon rumah Jatiwaringin.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Pangestu menelepon rumah Jatiwaringin, tentunya terhadap pembantunya yaitu Srigadhing untuk menanyakan kabar tentang Pawestri.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Dina Senin (Hari Senin) Latar hari Senin terdapat pada saat sarapan pagi bersama dengan semua keluarga Jatiwaringin. Latar tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Esuke dina Senen, dina kerja, isih umum-umum wong saisi Jatiwaringin wis padha ngupengi meja dhahar .” (PTI, hal: 80) Terjemahan: “Besoknya hari Senin, hari kerja, masih pagi orang seisi Jatiwaringin sudah pada mengelilingi meja makan.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa setiap pagi semua keluarga Panuluh diwajibkan untuk sarapan bersama di satu meja. d) Wayah Esuk (waktu pagi) Latar pagi hari paling sering kita temui dalam novel ini, sebab semua aktivitas selalu dimulai saat pagi hari. Latar waktu pagi hari dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
Kutipan: “Dina tutuge wayah esuk, Bu Vresti ngajak Pak Panuluh niliki Abror menyang rumah sakit.” (PTI, hal: 157) Terjemahan: “Hari selanjutnya waktu pagi, Bu Vresti mengajak Pak Panuluh menjenguk Abror ke rumah sakit.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa saat pagi tiba Pawestri mengajak Panuluh Barata untuk menjenguk Abror di rumah sakit. Mereka menjenguk sebagai seorang pemimpin yang perduli dengan karyawannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
e) Bengine (malamnya) Latar malamnya pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti terjadi ketika Panuluh Barata chatting dengan Victor Holiday. Latar tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Bengine, Panuluh Barata nggetu main komputer ing ruang kantore. Chatting email karo Victor Holiday. Kabeh apa lelakone bab Pawestri, dicritakake.” (PTI, hal: 197) Terjemahan: “Malamnya, Panuluh Barata giat main komputer di ruang kantornya. Chatting email sama Victor Holiday. Semua apa yang terjadi tentang Pawestri, diceritakan” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Panuluh Barata melakukan chatting. Panuluh menanyakan semua mengenai Pawestri sebelum Pawestri diserahkan ke Panuluh Barata. 3) Latar Sosial a) Pawestri terkagum melihat keadaan kantor Panuluh Barata Latar sosial pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti tersebut terjadi ketika Pawestri diajak Zetta Zatuti dan Xavira Barata mengelilingi seisi kantor Panuluh. Ia terkagum melihat keadaan kantor yang berisi barang-barang elektronik yang canggih. Latar sosial tersebut terbukti pada kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ruwangane amba. Ing pojok cedhak cendhela sing madhep plataran ana meja tulis amba, dijangkepi karo telpon kabel lan komputer layare LDC 19 inc. Tembokke sisih tengen awujud rak lemari buku, isine kebak buku. Ana meja tulis maneh loro, nanging ora gedhe kaya sing pojok, uga dijangkepi telpon lan komputer. commit to user Banjur ana maneh sepasang kursi sofa sakmeja tamune, sing
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cukup dienggo lungguhan sakupeng wong wolu. Ana piranti kantoran liya-liyane maneh.” (PTI, hal: 59) Terjemahan: “Ruangan luas. Di sudut dekat cendela yang menghadap halaman ada meja tulis luas, dilengkapi dengan telpon kabel dan komputer layarnya LDC 19 Inc. Temboknya yang sebelah kanan berwujud rak almari buku, isinya penuh buku. Ada meja tulis lagi dua, tetapi tidak sebesar seperti yang di sudut, juga dilengkapi telpon dan komputer. Kemudian ada lagi sepasang kursi sofa dan meja tamu, yang hanya cukup untuk duduk delapan orang. Ada perlengkapan kantor lainnya lagi.” Kutipan tersebut menggambarkan keadaan di dalam ruang kerja Panuluh Barata, yang dilengkapi dengan almari yang berisi bukubuku penunjang kerja Panuluh Barata, serta terdapat dua kursi dan dua meja untuk kedua sekretaris Panuluh Barata yaitu Dewi Rengganis dan Aji Kartika. b) Suasana perumahan yang asri dan tertata dengan baik. Latar sosial pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti tersebut terjadi ketika Pawestri mengajak Kuncahya berkeliling memilih perumahan yang akan dibeli Pawestri untuk diberikan kepada Kuncahya. Latar sosial tersebut terbukti pada kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing dideleng diubengi sarana numpak Kijang Innova kuwi kompleks padunungan Cluster De Lationas, dhaerah padunungan sing amba bawera. Kuncahya nyetir, Pawestri ing sisihe. Gedhong-gedhong blog-blogan panggung tingkat loro, antarane blog siji lan liyane ana lurung-lurunge sing amba lan tamantaman ijo ing ngarepe saben blog, tanpa pager pekarangan. Dadi papane katon gilar-gilar asri banget. Taman ijo kuwi sabanjure kudu tansah lestari, ora oleh diowahi apa diganti dening padunung. Ana wit maja sing tinandur saben pekarangan ngarep blok, sing kudu diopeni.” (PTI, hal: 227) commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Yang dilihat dikelilingi dengan sarana naik mobil Innova itu kompleks perumahan Cluster De Lationas, daerah perumahan yang mewah dan luas. Kuncahya yang menyetir, Pawestri di sebelahnya. Gedung-gedung blok-blok rumah tingkat dua, antara blok satu dengan yang lain ada halaman-halamannya yang luas dan tamantaman hijau di depan setiap blok, tanpa pagar halaman. Jadi tempatnya terlihat luas asri sekali. Taman hijau itu seterusnya harus lestari, tidak boleh dirubah atau diganti oleh yang menempati. Ada pohon maja yang ditanam setiap halaman depan blok, yang harus dijaga.” Kutipan tersebut
menjelaskan bahwa Pawestri
mengajak
Kuncahya berkeliling mengelilingi kompleks perumahan Cluster De Lationas untuk memilih rumah yang Kuncahya kehendaki. Rumah tersebut diberikan Pawestri untuk Kuncahya, agar Kuncahya lebih dekat dengan kantor cabang Serpong dan agar lebih konsentrasi. c) Pawestri melihat isi disekeliling ruangan kantor cabang Depok dengan tata ruang yang tertata dengan baik. Latar sosial pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti tersebut terjadi ketika Pawestri mengunjungi kantor cabang Depok. Direktur utamanya adalah Pangestu Barata. Kantor tersebut tertata dengan baik, semua pengunjung bisa terlihat dari dalam kantor. Latar sosial tersebut terbukti pada kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ruwangan papane jejagongan ing ngarep mejane Dewi Rengganis. Kuwi wujude kaya etalase toko. Padhang marga singgete ruwangan sisih ngarep kaca bening. Saka plataran ngarep, mejane Dewi Rengganis pancen mapag lawang gedhe. Dadi sapa sing mlebu plataran bisa kawruhan dening Dewi Rengganis. Rada sisihe ngono ana outlete kanggo wong blanja daging, uga ana pegawene sing tunggu. Kantor kamare Pangestu disinggeti tembok setengah kaca prenahe ing mburine Dewi commit to user rengganis. Dadi yen ana tamune Dewi rengganis, Pangestu ya bisa
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
weruh. Jejer karo ruwangane Pangestu, uga disinggeti tembok, ana ruwangan paling amba dawa sing ndlujur menyang mburi. Tembok sisihe rapet, dadi kurang padhang. Ing kono katon akeh kothak-kothak freezer gedhe-gedhe cet putih. Mesthine freezer kanggo nyimpen daging njendhel dagangane.” (PTI, hal: 238-239) Terjemahan: “Ruangan tempat untuk mengobrol di depan mejanya Dewi Rengganis. Itu wujudnya seperti etalase toko. Terang karena pembatas ruangan depan hanya kaca bening. Dari halaman depan, mejanya Dewi Rengganis memang tepat didepan pintu utama. Jadi siapa saja yang masuk halaman bisa terlihat oleh Dewi Rengganis. Disebalahnya ada outlete untuk orang yang belanja daging, dan ada juga pegawainya yang jaga. Kantor ruangan Pangestu hanya dibatasi tembok setengah kaca tepatnya dibelakangnya Dewi Rengganis. Jadi jika ada tamunya Dewi Rengganis, Pangestu juga bisa melihat. Bersebalah dengan ruangan Pangestu, juga dibatasi tembok, ada ruangan paling luas panjang yang lurus kebelakang. Tembok sebelahnya rapat, jadi kurang terang. Di sana terlihat banyak kotak-kotak freezer besar-besar dengan cat putih. Pastinya freezer untuk menyimpan daging beku dagangannya.” Kutipan tersebut menggambarkan bahwa keadaan kantor cabang depok yang tertata dengan baik. Setiap ruangan disekat-sekat, sebagaian sekatan dari kaca sehingga bisa melihat pembeli secara langsung tanpa harus keluar dari ruangan. d) Mobil Pawestri baru, dengan desain ruang didalam mobil yang modern dan canggih. Latar sosial pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti tersebut terdapat dalam mobil baru Pawestri yaitu mobil New Camry warna silver yang dimodifikasi sedemikian rupa seperti kantor kecil yang bisa berjalan, hal tersebut untuk menunjang pekerjaan Pawestri ketika Pawestri susah untuk membagi waktu. Latar sosial tersebut terbukti pada kutipan sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
Kutipan: “Jelas mobile anyar gres! Aksesorine dudu aksesori mobil biyasane. Samburine sendhenan kursi jok ngarep, madhep menyang jok mburi dipasangi portable desk. Ana laptope lan Blackberry. Uga dicepakake kanthong piranti nenulis, banyu ngombe lan sak piranti manasake, laci kanggo nyimpen koran, klambi setelan blazer, utawa kanggo nyimpen buku-buku favorit. Dicepaki uga kothak make up lan neck pillow, bantalan gulu sing bisa diintegrasi karo Ipod. Dadi interiore mobil padha karo perkakase Kantoran cilik..” (PTI, hal: 241) Terjemahan: “Jelas mobilnya baru gres! Aksesorisnya bukan aksesoris mobil biyasanya. Belakang jok kursi depan, menghadap kebelakang dipasang portable desk. Ada laptope dan Blackberry. Juga terdapat kantong untuk peralatan menulis, air minum dan peralatan untuk memanaskan, kotak untuk menyimpan Koran, baju setelan untuk blazer, atau untuk menyimpan buku-buku favorit. Disiapkan juga kotak make up dan neck pillow, bantal untuk leher yang bisa diintegrasi dengan Ipod. Jadi interior mobilnya sama dengan perlengkapan kantor kecil.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa semua kemewahan yang terdapat di dalam mobil baru Pawestri merupakan sesuatu penunjang kerja Pawestri, saat-saat tertentu Pawestri kurang waktu untuk melakukan pekerjaan di tempat lain. 4) Latar Peristiwa a) Terjadi grebegan dikamar hotel nomor 317 Saat Victor Holiday dan Panuluh Barata melakukan rapat di lobi hotel, ada sebuah pemberitahuan bahwa akan ada penggrebegan di setiap kamar hotel oleh pihak polisi. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Panuluh pancen ya cingak, lan njomblak. Ngreteni yen kamare commit to user Victor nomer 317 kuwi prenahe kono, kamar-kamar liyane sepi kok
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
ing kono wis ana rubungan wong nyandhang kapolisen, mesthine sing mau diumumake duwe tugas nggropyoki kamar hotel, lan ing rubungan kuwi ana wong wadone. Sing nyandhang pulisi loro, satpol pp loro, pegawai hotel siji, noleh marang Victor lan Panuluh, kanthi rasa mbedhedheg lan ngenyek. Mbedhedheg marga bisa nangkep sing pancen digropyok, ngenyek amarga asore drajate buron sing ditangkep. Dene wong wadon sing didhabyang kuwi, katone mung pasrah, ora swala. Rok e abang lungsep, modhel kimono, sanajan potongane cukup modhis. Raine pucet, mripate ngriyip-ngriyip merem, manut pangrasane Panuluh ora mung pasrah, nanging sajak arep semaput.” (PTI, hal: 10-11) Terjemahan: “Panuluh memang ya kaget dan terkejut. Melihat kalau kamarnya Victor nomor 317 itu tempatnya sana, kamar-kamar lainnya sepi kok di sana sudah ada segerombolan orang berseragam kepolisian, pastinya yang tadi diumumkan mempunyai tugas menggrebeg kamar hotel, dan kerumunan itu ada seorang wanita. Yang berpakaian polisi dua, satpol pp dua, pegawai hotel satu, menengok ke Victor dan Panuluh, dengan rasa jengkel dan menghina. Jengkel karena bisa menangkap yang memang pantas digrebeg, menghina karena rendah drajat yang ditangkap. Padahal orang wanita yang digrebeg itu kelihatan hanya pasrah, tidak menentang. Roknya merah kusam, model baju kimono, walaupun potongannya modis. Wajahnya pucat, mata berkedip-kedip, menurut pendapat panuluh tidak hanya pasrah, tetapi kelihatan akan pingsan.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Panuluh Barata terkejut saat melihat kamar Victor Holiday dikepung oleh banyak orang termasuk polisi dan satpol PP, di dalam kamar tersebut terdapat seorang wanita yang yang pucat dan seperti ingin minta tolong. Keadaan wanita yang seperti itu membuat Panuluh Barata ingin menolongnya sampau terbebas dari jeratan hukum, walaupun Panuluh Barata tidak mengetahui asal-usul wanita tersebut. b) Latihan menyopir mobil Pengarang menggunakan latar peristiwa latihan menyetir mobil dengan maksud saat Pawesri latihan menyetir mobil sendiri, Pawestri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
selalu merasa ada sesuatu yang aneh. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Gumun aku, Mas. Saben-saben aku rumangsa dalane kuwi jempalik!” (PTI, hal: 165) “Tengah-tengahe nyopir bayangan kuwi muncul maneh, dalandalan ing ngarepe mobil kuwi obah-obah jempalikan. Anggonku nyopir kudu dakbakohi. Saben-saben kaya ngene terus. Judheg aku.” “Iki mau ora mung dalane aspal sing njempalik. Nanging uga kesempyok bayu rob. Banyu mbludag saka kiwa sing ngerobi dalan sing nggolingke mobil, mula aku kudu nanggulangi mbanting stir ngiwa, nglawan sempyokan robing banyu.” “Wah, niki Ibu gerah. Ketaman halusinasi. Wong genah margi aspal nggih mboten jempalik, lan toya rob nggih mboten wonten.” “Hoek, hoek!” “Bu! Ibu gerah?” “Embuh. Wetengku mungkuk-mungkuk, kudu muntah wae.” (PTI, hal: 166) Terjemahan: “Heran saya, Mas. Sering saya merasa jalannya itu terbalik!” “Setengahnya menyopir bayangan itu muncul lagi, jalan-jalan di depannya mobil itu bergerak terbalik. Saat menyetir harus saya kencangkan. Tetapi selalu begitu. Jengkel saya.” “Ini tadi tidak hanya jalan aspal yang terbalik. Namun juga terkena air banjir. Air yang penuh dari kiri yang membanjiri jalan yang membalikkan mobil, maka saya harus menaggulangi membating stir kekanan, melawan air banjir.” “Wah, ini Ibu sakit. Mengalami halusinasi. Padahal tidak ada jalan aspal yang terbalik, dan air banjir juga tidak ada.” “Hoek, hoek!” “Bu! Ibu sakit?” “Tidak tahu. Perut saya mual-mual, harus muntah saja.” Ketika belajar menyopir sendiri Pawestri selalu merasa jalannya terbalik, ada air rob yang membanjiri sepanjang jalan sehingga mobil yang dikendarainya ikut terbalik. Hal tersebut persis seperti kejadian commit to user sebelum Pawestri lupa ingatan. Ia bersama keluarganya dari
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Surabaya ingin mengunjungi saudara yang berada di Jakarta, namun ketika diperjalanan terjadi bencana banjir dan mobil yang ditumpanginya terbalik terkena air banjir. Kejadian tersebut membuat Pawestri mengalami amnesia dan menimbulkan trauma, sehingga setiap ia menyopir sendiri selalu teringat kejadian tersebut.
3. Saran-saran sastra a. Judul Judul tidak selalu relevan terhadap karya yang diampunya. Akan tetapi, penting bagi kita untuk selalu waspada bila judul tersebut mengacu pada satu detail yang tidak menonjol. Judul semacam ini acap kali (terutama sekali dalam cerpen) menjadi penunjuk makna cerita bersangkutan (Robert Stanton, 2007: 51). Judul novel karya Suparto Brata yang digunakan adalah Pawestri Tanpa Idhentiti. Pawestri adalah nama tokoh utama dalam cerita novel tersebut. Nama Pawestri bukanlah nama asli dari tokoh tersebut, nama itu untuk mempermudah identitas tokoh utama, karena dia tidak diketahui asal usulnya. Maksud dari kata Pawestri berasal dari kata estri, arti estri adalah seorang wanita. Sedangkan Tanpa Idhentiti adalah tanpa asal usul yang jelas. Jadi arti dari judul Pawestri Tanpa Idhentiti adalah tokoh wanita yang tidak mempunyai asal usul yang jelas Judul dari novel ini merepresentasikan isi ceritanya dan masih relevan dengan isi ceritanya. Cerita berawal dari Pawestri ditemukan polisi di dalam kamar hotel Batavia Inn nomor 317 dalam keadaan tak berdaya dan polisi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
mengira bahwa wanita itu adalah wanita penghibur. Panuluh Brata didesak Tuan Victor untuk menolong wanita tersebut, agar Panuluh Brata mengakui bahwa wanita itu adalah sekretarisnya. Panuluh membawa wanita itu kerumah sakit. Setelah beberapa minggu dirawat dirumah sakit, wanita itu sembuh tetapi ia amnesia dan sama sekali tidak ingat riwayat hidupnya. Pawestri diperlakukan Panuluh sebagai keluarga. Jadi, skripsi yang berjudul Identitas wanita yang tercermin dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparta Brata dapat disimpulkan tentang pembuktian identitas diri tokoh wanita, agar ia bisa diterima di masyarakat dengan status yang lebih baik, dengan cara bekerja serta bersikap yang baik terhadap orang di sekitarnya. b. Sudut Pandang Sudut pandang merupakan pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa didalam sebuah cerita. Tempat dan sifat „sudut pandang‟ tidak muncul serta-merta. Pengarang harus memilih sudut pandangnya dengan hati-hati agar cerita yang diutarakannya menimbulkan efek yang pas. Terkadang sudut pandang digambarkan melalui dua cara yaitu „subjektif‟ dan „objektif‟. Dikatakan subjektif ketika pengarang langsung menilai atau menafsirkan. Sedangkan dikatakan objektif, pengarang menghindari usaha menampakkan gagasan-gagasan dan emosi-emosi (Robert Stanton, 2007:54-55). Sudut pandang yang digunakan dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah orang ketiga-tidak terbatas. Sudut pandang „orang ketiga-tidak terbatas‟, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir. Kutipan: “Pawestri njenggirat obah, terus sendhen nyendheni lungguhan jok, ndhangak, lemes, tanpa daya. Mripate kaca-kaca. Amir Tanjung gage nyingkirake tangane sing isih mijeti githok, nanging keburu kejepit kesendhenan gegere Pawestri. Kanthi rasa arep tetulung, Amir isih mandeng mantheng cahyane muride blajaran nyopir. Lete cedhak banget, sulak pandhange srengenge esuk cukup nerangi papan kono. Amir njegreg. Dudu rasa mesakake marang sing arep tetulung, bareng weruh candrane Pawestri sing dikonangi. Marga ndhangak sajak arep ngempet supaya eluhe sing kembeng ing mripat aja nganti ndlewer, katon pucuk irunge sing mbangir, pipine sing alus, janggute sing wangun, gulune sing ngolan-ngolan, lan payudarane sing sentik-sentik kanggo ambegan ngangsa.” (PTI, hal: 167) Terjemahan: “Pawestri bergerak, kemudian merebahkan badan di kursi mobil, mengenadahkan kepala, lemas, tanpa daya. Matanya berkaca-kaca. Amir Tanjung cepat-cepat menyingkirkan tangannya yang masih memijit tengkuk, tetapi terlanjur terjepit punggungnya Pawestri. Dengan rasa ingin menolong, Amir masih melihat raut wajah murid belajar menyopirnya. Jaraknya dekat sekali, cahaya matahari pagi cukup menerangi tempat itu. Amir terdiam. Bukan rasa kasihan kepada yang akan ditolong, setelah melihat wajah Pawestri yang ada. Karena mengenadahkan kepala seperti akan menahan agar air mata agar tidak menetes, terlihat hidungnya yang mancung, pipinya yang halus, janggutnya yang lancip, lehernya yang ramping, dan payudaranya yang bergerak untuk memaksa bernafas.” c. Gaya dan Tone Gaya dalam sastra adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada bahasa dan menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan kadar commit to user tertentu) akan menghasilkan gaya. Gaya juga bisa terkait dengan maksud
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan tujuan sebuah cerita (Robert Stanton, 2007:61). Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata ini mudah untuk dipahami oleh pembaca. Walaupun didalamnya terdapat perumpamaan, namun dalam batas yang sederhana dan tidak terlalu sulit untuk dimengerti. Perumpaan yang terdapat dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata sebagai berikut. 1) Kulite mrusuh putih, bangkekane nawon kemit, gunung kembare menthek-menthek, cothange nganggsir malar. Perumpamaan tersebut digunakan pengarang untuk menggambarkan keadaan fisik Pawestri, gambaran tersebut yaitu kulit putih mulus tanpa ada bekas luka, pinggangnya ramping dan serasi, payudaranya besar dan padat, jarinya panjang-panjang dan ramping. Perumpamaan tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Nanging weruh blegere awake Pawestri kang nglegena ngono, Srigadhing rikuh ngawasake. Kulite mrusuh putih, bangkekane nawon kemit, gunung kembare menthek-menthek, cothange nganggsir malar.” (PTI, hal: 88) Terjemahan: “Tetapi melihat keadaan badan Pawestri yang terlihat begitu, Srigadhing malu melihatnya. kulit putih mulus tanpa ada bekas luka, pinggangnya ramping dan serasi, payudaranya besar dan padat, jarinya panjang-panjang dan ramping.” Kutipan tersebut menggambarkan keadaan fisik Pawestri yang sempurna, kulitnya putih mulus, pinggangnya ramping, panyudaranya besar dan padat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
2) Rugi satak, rugi wragat Gaya bahasa tersebut digunakan pengarang untuk menggambarkan sesuatu yang berlebihan, yaitu menggambarkan rugi yang berkelebahan. Kutipan: “Kuncahya Judheg. Nanging judhege saiki, ya kanthi campur suka seneng. Pancen rugi satak, rugi wragat. Nanging ya ana bathine.” (PTI, hal: 159) Terjemahan: “Kuncahya jengkel. Tetapi jengkelnya sekarang, ya campur susah senang. Memang rugi satak, rugi wragat. tetapi ya ada manfaatnya.” Kutipan tersebut menggambarkan rasa heran Kuncahya melihat tingkah laku Pawestri yang menurutnya tidak ada cactnya sama sekali. Seorang wanita yang baik budinya dan pandai. 3) Kepinterane manjila Pengarang menggunakan kata kepinterane manjila dengan maksud untuk melebih-lebih maksud mempunyai kepandaian yang luar biasa atau pintar diatas rata-rata. Sehingga Pawestri bisa menghilangkan anggapan kalau ia ditemukan di kamar hotel. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Oleh jeneng anyar Vresti, wonge ya ora owah dadi sombong, tetep grapyak sumanak ing sapadha-padha, malah rumangsane para pegawe, saya pantes nganggo jeneng Vresti kuwi, marga kajaba kekuwasakane lan kepinterane manjing, sulistiane rupa ya ngolehi banget.” (PTI, hal: 162) Terjemahan: “Mendapat nama baru yaitu Vresti, orangnya ya sama saja tidak sombong, tetap baik dengan siapa saja, malah menurut para commit to user pegawainya, lebih pantas menggunakan nama Vresti itu, karena selain
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kekuasaan lan kepandaiannya yang luar biasa, paras wajah cantik juga dapat.” Kutipan tersebut menjelaskan kepada pembaca bahwa Pawestri adalah sesosok wanita yang luar biasa, ia adalah seorang yang pandai. 4) Pandeng mripate nglindri-lindri ndamar kanginan Kata pandeng mripate nglindri-lindri ndamar kanginan, menurut pengarang menggunakan kata tersebut untuk melebihkan maksud bahwa mata Pawestri saat melihat sangat indah seperti damar yang tertiup angin. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kulite ngulit langsep, rambute dawa ireng njanges, irunge mrincis, pandeng mripate nglindri-lindri ndamar kanginan.” (PTI, hal: 162) Terjemahan: “Kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang hitam, hidungnya mancung, saat melihat matanya indah seperti damar yang tertiup angin.” 5) Mripate kembeng eluh. Perumpamaan tersebut digunakan pengarang untuk menggambarkan keadaan Pawestri,
yaitu mata yang penuh dengan air
mata.
Perumpamaan tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Pawestri nundhuk karo arep mutah, nanging ora ana wutahane. Mripate kembeng eluh.” (PTI, hal: 166) Terjemahan: “Pawestri menunduk dan akan muntah tetapi tidak ada muntahannya. Matanya penuh dengan air mata.” commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan tersebut menjelaskan kepada pembaca bahwa saat Pawestri belajar menyopir, ia selalu terbayang-bayang oleh karjadian ia sendiri tidak mengerti. Saat bayangan itu muncul, Pawestri selalu ingin muntah namun tudak pernah bisa keluar dan air matanya selalu ingin menetes. 6) Katon pucuk irunge sing mbangir, pipine sing alus, janggute sing wangun, gulune sing ngolan-ngolan, lan payudarane sing sentik-sentik kanggo ambegan ngangsa. Gaya bahasa tersebut digunakan pengarang untuk menggambarkan keadaan fisik Pawestri yang sedang sakit dan merasakan apa yang ia lakukan saat itu. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Marga ndhangak sajak arep ngempet supaya eluhe sing kembeng ing mripat aja nganti ndlewer, katon pucuk irunge sing mbangir, pipine sing alus, janggute sing wangun, gulune sing ngolan-ngolan, lan payudarane sing sentik-sentik kanggo ambegan ngangsa.” (PTI, hal: 167) Terjemahan: “Karena mengenadahkan kepala seperti akan menahan agar air mata agar tidak menetes, terlihat hidungnya yang mancung, pipinya yang halus, dagunya yang pantas, lehernya yang ramping, dan payudaranya yang bergerak untuk memaksa bernafas.” Kutipan tersebut menggambarkan keadaan fisik Pawestri yang sempurna, walaupun saat itu ia sedang sakit. 7) Rawe-rawe rantas, malang-malang putung Pengarang menggunakan kata rawe-rawe rantas, malang-malang putung yang berarti semua yang menghalang-halangi maksud Panuluh untuk menolong Pawestri disingkirkan. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
Kutipan: “Cekake rawe-rawe rantas, malang-malang putung sapa wae sing ngalangi kekarepane Panuluh nulungi Pawestri tanpa idhentiti kuwi.” (PTI, hal: 177) Terjemahan: “Singkatnya akan menyingkirkan siapa saja yang menghalangi maksud Panuluh menolong Pawestri tanpa idhentiti itu.” Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Panuluh Barata akan selalu menolong Pawestri, walaupun banyak orang disekelilingnya yang tidak setuju dengan keputusan Panuluh Barata. Ia juga tidak segan-segan menyingkirkan orang-orang yang menghalangi keputusannya tersebut. 8) Suduk gunting tatu loro Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata ini menggambarkan atau menjelaskan kepada pembaca setelah Sri Gadhing menikah dengan Amir Tanjung, Sri Gadhing tetap bisa bekerja di rumah Jatiwaringin dan Amir Tanjung juga bekerja, sehingga kedua-duanya mempunyai penghasilan. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dene Mas Amir, pegaweane rak wis genah. Dadi mengko keluargane Mbak Sri suduk gunting tatu loro, sak keluarga duwe pametu saka sumber loro.” (PTI, hal: 200) Terjemahan: “Sedangkan Mas Amir, pekerjaannya sudah pasti. Jadi nanti keluarganya Mbak Sri suduk gunting tatu loro, sekeluarga punya penghasilan dari dua sumber.” Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Pawestri memikirkan commit to user kepentingan orang lain, yaitu menjodohkan Srigadhing dengan Amir
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tanjung. Setelah mereka berdua menikah, Srigadhing masih harus bekerja di rumah Panuluh Barata sedangkan Amir Tanjung sebagai sopir pribadi Pawestri, sehingga ada rejeki dari kedua belah pihak. 9) Sratu katimbang sanak Kata sratu katimbang sanak yang artinya musuh daripada saudara. Pengarang menggunakan gaya bahasa tersebut dalam cerita novel Pawestri tanpa Idhentiti maksudnya, Pangestu tetap menganggap Pawestri itu bukan orang yang baik-baik, namun musuh dalam selimut bukan sebagai saudaranya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Apa maneh kanthi muncule Pawestri Tanpa Idhentiti sing digaruk saka hotel kuwi, sanajan jarene tenaga lan pikirane murakabi banget tumrap majune bisnis daging tinggalane Mama Pandora, nanging Pangestu tetep nganggep Pawetri dudu wong sing ewang-ewang mbangun prusahaan daging njendhel iki. Luwih dianggep satru katimbang sanak.” (PTI, hal: 237) Terjemahan: “Apa lagi dengan munculnya Pawestri tanpa idhentiti yang ditemukan dari hotel itu, walaupun katanya tenaga dan pikirannya berguna sekali pada majunya bisnis daging peninggalan Mama Pandora, tetapi Pangestu tetap menganggap Pawestri bukan orang yang membantu membangun perusahaan daging beku ini. Lebih dianggap musuh daripada saudara.” Kutipan tersebut menggambarkan bahwa wanita yang ditemukan di hotel Batavia Inn tersebut bukan yang memajukan perusahaan PT Frozenmeat Raya, namun Pangestu Barata menganggap Pawestri hanya sebagai mungsuhnya bukan sebagai relasi kerjanya. commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10) Ganthane ati wis njempalik kaya panah Sarutama. Gaya bahasa tersebut digunakan pengarang untuk menjelaskan bahwa kehendak hatinya ibarat sudah terbalik seperti panah sarutama yang sudah terlepas dari gendewanya. Kutipan: “Nanging ganthane ati wis njempalik kaya panah Sarutama sing wis dilepas saka gendhewane, panahake nguber les-lesane, luput, terus mbalik ngincer sing nglepas jemparing mau.” (PTI, hal: 365) Terjemahan: “Tetapi kehendak hatinya sudah terbalik seperti panah Sarutama yang sudah terlepas dari gendewanya, mencari sasarannya, tetapi tidak salah, kemudian kembali mengincar yang melepaskan panah tadi.” Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Pangestu Barata sangat malu saat mendengar berita tentang Panuluh Barata tertangkap di dalam kamar hotel, namun semua itu hanya salah paham saja. Menurut Pangestu Barata, semua keburukan Pawestri hanya di pikirannya saja, kenyataannya Pawestri adalah wanita pandai dan berakhlak baik. d. Simbolisme Gagasan dan emosi terkadang tampak nyata bagaikan fakta fisis. Padahal sejatinya, kedua hal tersebut tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Salah satu cara untuk menampilkan kedua hal tersebut agar tampak nyata adalah melalui “simbol”. Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Simbol yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sebagai berikut. commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Entut Pengarang menggunakan kata entut dengan maksud bahwa perkataannya tidak ada isinya atau hanya omong kosong dan tidak ada wujudnya. Kutipan: “Ah, entut! Entut! Entut! Aku emoh krungu sing kaya ngono!” (PTI, hal: 136) Terjemahan: “Ah, entut! Entut! Entut! Saya tidak mau dengar yang seperti itu.” 2) Lonthe (sebutan untuk wanita nakal) Pengarang menggunakan kata lonthe untuk menggambarkan seseorang wanita yang berakhlak buruk. Kutipan: “Sing genah ya wong palanyahan, jelase ngono lonthe, mbak”. (PTI, hal: 46) Terjemahan: “Yang benar ya orang pelanyahan, jelasnya itu lonthe, mbak”. Dari kutipan tersebut menjelakan bahwa menurut Pangestu Barata, Pawestri adalah seorang wanita penghibur yang ditemukan di kamar hotel saat ada razia. 3) Esek-esek Dalam menggambarkan situasi yang penuh nafsu birahi, pengarang menggunakan simbol esek-esek untuk menjelaskan ssesuatu yang negatif yaitu melakukan hubungan badan. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut.
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan: “La mbelani nafsune Bapak esek-esek teng hotel.” (PTI, hal: 65) Terjemahan: “Lha membela nafsunya Bapak esek-esek di hotel.” Dari kutipan tersebut menjelakan bahwa Pangestu Barata menuduh Panuluh Barata melakukan perbuatan untuk menyalurkan nafsu sexnya, karena Mama Pandora sudah lama meninggal dunia. 4) Umun-umun Pengarang menggunakan kata umun-umun dengan maksud untuk menjelaskan keadaan pagi yang masih Subuh dan matahari belum seutuhnya terbit. Kutipan: “Esuke dina Senen, dina kerja, isih umum-umum wong saisi Jatiwaringin wis padha ngupengi meja dhahar.” (PTI, hal: 80) Terjemahan: “Besoknya hari Senin, hari kerja, masih pagi orang seisi Jatiwaringin sudah pada mengelilingi meja makan.” Dari kutipan tersebut menjelakan bahwa setiap pagi keluarga Panuluh Barata selalu berkulpul di meja makan untuk melakukan sarapan bersama. Dari kutipan tersebut menggambarkan bahwa apa yang dikatakan Pawestri tidak ada artinya, semua hanya omong kosong saja, sehingga tidak ada yang mau mendengarkan da tidak mau menuruti apa yang dikatakan Pawestri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
5) Jaman watu Penggarang menggunakan kata jaman watu dengan maksud menunjukkan jaman pada saat belum modern atau jaman purba. Kutipan: “Pancen kuwi ringkihe bangsa Indonesia. Urip mung gumantung saka kawruh budaya lisan, kaya wong Jaman Watu biyen.” (PTI, hal: 141) Terjemahan: “Memang itu kekurangannya bangsa Indonesia. Hidup hanya menggantung dari apa yang didapat dari budaya lisan, seperti Jaman Batu dulu.” Dari kutipan tersebut pengarang menjelakan bahwa Bangsa Indonesia selalu tergantung dengan budaya lisan saja, hal itu seperti hidup pada jaman batu atau pada saat jaman sebelum modern. Saat jaman sebelum modern, kehidupan tidak pernah berkembang, selalu sama. 6) Atine putih Pengarang menggunakan kata atine putih dengan maksud untuk menjelaskan bahwa hati Pawestri putih, ia baik hati dan tidak mempunyai dendam terhadap Abor. Kutipan: “Nanging saiki, pranyata Bu Vresti kaya-kaya ora duwe rasa dhendham lara ati, nanging malah ngupakara banget marang Abor. Jan atine putih!” (PTI, hal: 155-156) Terjemahan: “Tetapi sekarang, ternyata Bu Vresti seperti tidak punya rasa sakit hati, tetapi malah menolong Abor. Memang hatinya putih!” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa Pawestri adalah seorang yang baik hati. ia masih mau menolong Abror padahal Pawestri pernah di sakiti hatinya, di buat celaka. e. Ironi Ironi merupakan cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat ditemukan dalam hampir semua cerita. Bila dimanfaatkan dengan benar, ironi dapat memperkaya cerita seperti menjadikannya menarik, menghadirkan efek-efek tertentu, humor, memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap pengarang, dan menguatkan tema Ironi yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah Pawestri dikira seorang pelacur, wanita penghibur dan sekaligus simpanan Panuluh Barata, karena ia ditemukan di hotel Batavia Inn dalam kamar 317. Ketika ada gerebegan keadaannya pucat, baju yang compang camping, tanpa menggunakan celana dalam. Kutipan: “Dheweke kita tangkep pas nalika pulisi mlebu kamar, pas dheweke lagek ana ing ngarepe jedhing, lagek mbenak-mbenakake roke abang kuwi sisih dhadha. Potongan roke sajak kaya kimono sing modhis ngono kuwi sandhangane sekretaris sing lagek tandang gawe? Pantese rak dienggo kelon neng kamar,” ujare pulisi sing nangkep Pawestri kuwi, ngiras pantes nuduhake yen sandhangan sing dienggo ora pantes yen dienggo nona sekretaris sing teka ing rapat bisnis kok warnane abang modhel kimono.” (PTI, hal: 17) Terjemahan: “Dia kita tanggkap ketika polisi masuk kamar, ketika ia sedang ada di depan cermin, sedang merapikan rok merahnya dibagian dada. Potongan roknya saja seperti kimono yang modis seperti itu pakaian sekertaris yang sedang bekerja? Pantasnya dipakai brpelukan di kamar,” kata polisi yang commit to user menangkap Pawestri itu, sekaligus memperlihatkan pakaian yang dipakai
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak pantas dipakai nona sekertaris yang datang ketempat rapat bisnis kok warnanya merah model kimono.” Ironi yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata yang lain saat Pawestri sedang hamil. Banyak orang yang mengira Pawestri ada hubungan spesial dengan Panuluh Barata buktinya ia hamil tanpa ada suaminya, ia hanya dekat dengan laki-laki tidak lain hanya Panuluh Barata. Ketika periksa ke dokter kandungan, Pawestri dinyatakan hamil tiga bulan, ia mengira bahwa yang menghamili itu suaminya yaitu Panuluh Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sapa maneh sing ngetengi aku yen ora Mas Panuluh?” (PTI, hal: 171) Terjemahan: “Siapa lagi kalau yang menghamili saya kalau bukan Mas Panuluh?” Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bahwa ketika Pawestri menerima hasil test, ia dinyatakan hamil. Pawestri bimbang, ia bingung siapa yang menghamili dirinya. Pawestri bertanya kepada Panuluh Barata namun Panuluh Barata bukan yang menghamilinya. Seiring berjalannya waktu, kebenaran terungkap yang menghamili Pawestri bukan Panuluh Barata melainkan Tuan Victor Holiday seorang kebangsaan Australia. Kejadian memalukan itu ketika ada kejadian banjir rob di Tol Cengkareng, Pawestri ditolong Tuan Victor Holiday kemudian dibawa ke hotel dan melakukan hubungan zina itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
4. Keterkaitan antarunsur Unsur struktural yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata menunjukkan adanya hubungan yang erat dan saling mengkait antara unsur satu dengan unsur yang lain. Unsur struktural dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata meliputi tema, fakta-fakta cerita meliput karakter, latar atau setting dan alur, serta sarana - sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang, simbolisme, gaya dan tone, serta ironi yang dirangkum menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga mampu membentuk makna secara keseluruhan cerita. Ditinjau dari fakta-fakta cerita yang meliputi karakter, latar atau setting dan alur, ketiga unsur ini memiliki hubungan yang erat dan saling kait mengkait membentuk satu kesatuan yang utuh. Tema akan mempengaruhi karakter, latar serta alur cerita yang akan disampaikan oleh pengarang. Berdasarkan tema tersebut mempengaruhi seorang karakter bertindak sesuai dengan tema yang diangkat. Tema novel Pawestri Tanpa Idhentiti adalah tentang perjuangan wanita tanpa identitas yang ingin menunjukkan potensinya untuk mendapatkan peran yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarat. Wanita ini ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia tidak kalah hebatnya dalam hal pekerjaan dibanding dengan kaum laki-laki, wanita ini memiliki daya juang yang tinggi dan tabah menjalani kehidupan walaupun identitas mengenai dirinya dipermasalahkan. Ditinjau dari sarana-sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi adalah kekhasan Suparto Brata sebagai pengarang dalam menyampaikan gagasannya sehingga menjadi sebuah cerita. commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengarang menggunakan tone yang datar, penuh gairah, dan tegang. Sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah sudut pandang orang ketiga tidak terbatas, artinya, pengarang sepenuhnya mengetahui tentang semua seluk beluk dalam novel. Pengarang dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir. Pengarang juga dapat muncul ketika tidak ada satu karakterpun yang hadir. Adanya sarana-sarana sastra dapat memberikan keindahan serta warna tersendiri dalam sebuah cerita. Unsur struktural dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta membentuk satu kesatuan yang utuh dan indah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
B. Identitas Wanita pada tokoh Pawestri yang tercermin dalam Novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata
Novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparta Brata ini menceritakan tentang kehidupan seorang wanita yang ingin menunjukkan identitasnya, namun selalu diremehkan oleh tokoh-tokoh lain. Identitas merupakan bagian dari sifat seseorang yang muncul dengan sendirinya mulai dari kecil. Sifat bawaan kadang juga terpengaruh dengan faktor lingkungan tempat seseorang hidup dan dibesarkan, karena cara hidup itu menentukan peran yang dilakukan dan akan senantiasa dialami sebagai suatu kelangsungan di dalam dirinya dan dalam hubungannya ke luar dirinya. Hal tersebut ditegaskan oleh Ismail (1990: 9) bahwa identitas diri telah terbentuk pada masa lalu, tetapi tetap akan mengalami perubahan dan pembaharuan sesuai dengan tuntunan dan kemajuan tanpa menghilangkan kepribadiannya Peranan wanita pada jaman sekarang memang sudah mengalami perubahan. Perubahan ini didorong karena adanya gerakan kaum feminisme yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah. Hakikat feminisme masa kini adalah perjuangan untuk mencapai kesetaraan harkat dan martabat serta kebebasan perempuan untuk memilih dan mengolah kehidupan, kemampuan dan tubuhnya, baik dalam keluarga atau rumah tangga maupun di luar keluarga. Seiring berlangsungnya perkembangan jaman diera modern ini peran wanita mengalami banyak perubahan peran atau berwirausaha. Menurut Satoto (1994: 45), citra wanita dibedakan menjadi tiga kelompok, commit to user yaitu (1) Citra wanita dari segi fisik yaitu gambaran tentang perempuan yang
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik atau lahiriah; (2) Citra wanita dari segi psikis yaitu gambaran tentang wanita yang dilihat dari segi psikologinya, seperti mentalitas, ukuran normal, dapat membedakan yang baik dan tidak baik, temperamen, dan perasaan pribadi, sikap dan perilaku, serta IQ (Intelegence Quantent), (3) Citra wanita dari segi sosial yaitu gambaran tentang wanita yang dilihat berdasarkan cirri-ciri sosiologis yaitu pekerjaan, jabatan, peran dalam masyarakat. Penelitian ini, tokoh utama dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata ialah seorang perempuan yang bernama Pawestri yang berasal dari Surabaya, sebagai tokoh utama dalam novel, Pawestri adalah seorang wanita masa kini yang berjuang untuk mendapatkan peran yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat. Wanita ini ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia tidak kalah hebatnya dalam hal pekerjaan dibanding dengan kaum lakilaki, wanita ini memiliki daya juang yang tinggi dan tabah menjalani kehidupan walaupun identitas mengenai dirinya dipermasalahkan. Selain itu juga mempertimbangkan klimaks dari novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata yang menunjukkan usaha-usaha Pawestri sebagai wanita yang pantang menyerah dalam menghadapi persoalan hidup. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita juga dapat berkarya tanpa tergantung pada laki-laki, karena kegigihannya itu ia merupakan wanita yang beridentitas. Identitas Pawestri di dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata seperti deskripsi berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
115 digilib.uns.ac.id
Identitas Tokoh Pawestri dari Segi Fisik Tokoh Pawestri dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata adalah seorang wanita yang baik, sabar, cantik, ketika berbicara tegas. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dedege pidegsa, ayune mriyayeni, omonge kalem ning tegas.” (PTI, hal: 48) Terjemahan: “Postur tubuhnya semampai, cantiknya berkharisma, bicaranya lemah lembut tapi tegas.” Selain Pawestri juga mempunyai kulit putih mulus tanpa ada bekas luka, pinggangnya ramping dan serasi, payudaranya besar dan padat, jarinya panjang-panjang dan ramping. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Nanging weruh blegere awake Pawestri kang nglegena ngono, Srigadhing rikuh ngawasake. Kulite mrusuh putih, bangkekane nawon kemit, gunung kembare menthek-menthek, cothange nganggsir malar.” (PTI, hal: 88) Terjemahan: “Tetapi melihat keadaan badan Pawestri yang terlihat begitu, Srigadhing malu melihatnya. kulit putih mulus tanpa ada bekas luka, pinggangnya ramping dan serasi, payudaranya besar dan padat, jarinya panjang-panjang dan ramping.” Ia juga mempunyai rambut panjang dan hitam, mempunyai hidung mancung. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kulite ngulit langsep, rambute dawa ireng njanges, irunge mrincis, commit to user pandeng mripate nglindri-lindri ndamar kanginan.” (PTI, hal: 162)
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
Terjemahan: “Kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang hitam, hidungnya mancung, saat melihat matanya indah seperti damar yang tertiup angin.” Selain mempunyai sikap tegas, Pawestri juga ingin menonjolkan lekuklekuk tubuhnya seperti: menonjolkan buah dadanya yang padat berisi, pinggang yang selaras dengan postur tubuhnya, sehingga membuat wanita lain yang melihat menjadi iri.
2.
Identitas Tokoh Pawestri dari Segi Psikis Identitas Pawestri dari segi psikis dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata antara lain sebagai berikut. a) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Pandai Identitas Pawestri sebagai seorang yang pandai. Saat belajar menggunakan komputer, cara menggunakan tuts key-board sudah mengguakan sepuluh jari, Itu tandanya bahwa pawestri itu sudah pernah menggunakan komputer dan tahu cara mengetik yang benar. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “[…] yen Pawestri kuwi wong wadon sing kekarepane sinau mempeng, lan kepinterane ora baen-baen. Nalika sepisanan diajari komputer dening Xavira ing ruwang kantore Panuluh, anggone nyekel tut sing keyboard wis nganggo driji sepuluh. Mertandhai yen Pawestri wis tau blajar ngetik sing bener.” (PTI, hal: 112) Terjemahan: “[…] kalau Pawestri itu seorang wanita yang mempunyai keinginan belajar yang sungguh-sungguh, dan kepandaiannya tidak sembarangan. Ketika pertama kali diajari komputer oleh Xavira di ruang kantor commit to user Panuluh, saat mengetik tuts key-board sudah menggunakan jari sepuluh.
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Itu menunjukkan kala Pawestri sudah pernah belajar mengetik yang benar.” Ia tidak hanya pandai dalam mengoperasikan komputer, ia juga pandai berbahasa Inggris. Hal itu seperti saat Pawestri menjawab telepon dari relasi Australia, semua pertanyaan dengan bahasa Inggris, ia jawab dengan lancar. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Tandang tanduke Pawestri tanpa idhentiti sing direggem dadi sumber semangate Kuncahya kuwi ora mung kabisane Pawestri anggone nglakoni penggaweane pegawe PT Frozenmeat Raya wae, nanging uga kapinterane lan berbudine Pawestri liyane. Upama kepinterane ngoperasikake komputer sing ora saben wong bisa, Pawestri bisa migunakake kanthi sidik. Omong basa Inggris karo relasi utawa perwakilan Meatcorp Inc. lewat telepon saka Perth West Australia, sing maune mung bisa diladeni dening wong-wong tinemtu, Pawestri bisa ngomong cetcet-cuwet-cecet-cuwet nguwasani kanthi becik.” (PTI, hal: 160) Terjemahan: “Tingkah lakunya Pawestri tanpa idhentiti yang disegani menjadi sumber semangatnya Kuncahya itu tidak hanya kepandaiann Pawestri melakukan pekerjaan pegawai PT Frozenmeat Raya saja, tetapi juga pandai lan budi pekerti Pawestri yang lain. Seumpama kepandaiannya mengoperasikan komputer yang tidak setiap orang bisa, Pawestri bisa menggunakannya dengan benar. Berbicara bahasa Inggris dengan relasi atau perwakilan Meatcorp Inc. lewat telepon dari Perth West Australia, yang semula hanya dilayani oleh orang-orang tertentu, Pawestri bisa berbicara cecetcuwet-cecet-cuwet menguwasai dengan baik.” Pertama kali Pawestri bekerja di kantor PT Frozenmeat Raya, ia disuruh nagang membantu Rumsari dan Aji Kartika untuk membantu pekerjaan mereka. Pawestri bekerja dengan baik, sampai ketika ada satu permasalahan ia mampu menyelesaikannya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan: “Lan Sateruse, saben-saben Kuncahya crita, yen Pawestri Tanpa Idhentiti kuwi bubar magang ing babagan liya. Babagan pengiriman daging rutin, babagan bandha rumeksa utawa administrasi keuwangan, nganti babagan angkutan truk fuso, disinau, didlajari. Sipate kaya akuntan publik wae. Nanging iki ora golek cacad lan tatane administrasi prusahakan kanggo plapuran marang Negara, iki kanggo pasinaone Pawestri wong wadon kang jare kelangan pangeling-eling, pawestri tanpa idhentiti, supaya enggal waras. Lan kabeh bisa ditandangi kanthi baleg dening Pawestri. Mung tetep wae, isih ora ngaku yen wis eling karo kahanane kang wingi uni. Kasile dadi liya. Kasile Pawestri bisa dadi konsultan, bisa ngreti kabeh sawernane penggawean ing kantor PT Frozenmeat Raya. Ana persoalan dumadi, Pawestri wis bisa melu campur ngudhari karuwetan.” (PTI, hal: 112-113) Terjemahan: “Dan seterusnya, setiap Kuncahya cerita, kalau Pawestri Tanpa Idhentiti itu selesai magang di bagian lain. Bagian pengiriman dagang rutin, bagian administrasi keuangan, sampai bagian angkutan truk fuso, dipelajari, sifatnya seperti akuntan publik saja. Tetapi ini tidak mencari cacad dan tata administrasi perusahaan untuk laporan kepada Negara, ini hanya untuk pelajarannya Pawestri seorang wanita yang katanya kehilangan ingatannya, Pawestri tanpa idhentiti, supaya cepat sembuh. Dan semua bisa dikerjakan Pawestri dengan pas oleh Pawestri. Hanya saja tetap, tidak mengaku kalau sudah ingat dengan keadaan kemarinkemarin. Hasilnya menjadi lain. Hasilnya Pawestri bisa menjadi konsultan, bisa mengerti semua macam-macam pekerjaan di kantor PT Frozenmeat Raya. Ada masalah yang serius, Pawestri sudah bisa ikut campur menyelesaikan keruwetannya.” Dari kepandaian Pawestri dalam mengerjakan semua pekerjaan di kantor, membuat karyawan lain merasa tidak sewajarnya kalau Pawestri itu hanya seorang wanita biasa. Hakikat feminisme sendiri adalah perjuangan untuk mencapai kesetaraan harkat dan martabat serta kebebasan
perempuan
untuk
memilih
dan
mengolah
kehidupan,
kemampuan dan tubuhnya, baik dalam keluarga atau rumah tangga maupun di luar keluarga. Tokoh Pawestri adalah salah satu perempuan yang mampu mencapai kesetaraan harkat dan martabat dengan seorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
laki-laki. Pawestri mampu membuat orang kagum dan berpikir bahwa kemampuannya tidak kalah hebat dengan kemampuan seorang laki-laki. b) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Pantang Menyerah Identitas Pawestri sebagai seorang yang pantang menyerah adalah ketika ia ingin mahir menggunakan komputer, ia meminta tolong kepada Xavira untuk mengajari cara mengoperasikan komputer.
Hal tersebut
terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Priye-priye carane nguripke mau?” Pawestri jaluk wuruk saka anyakan. Sabanjure Xavira ngajari carane ngunakake komputer. Lan uga paedahe. Anggone ngajari kaya marang kanca sabarakane wae, omonge ngoko, ngundange „Mbak‟, ora rikuh-rikuh. Pawestri adreng banget anggone nggatekake. Saben-saben jaluk dikon mbaleni ucapan piwulange Xavira nganti bola-bali, nganti Pawestri ngreti tenan. Lan banjur dipraktekake. Wong loro dadi asik nyinau komputer.” (PTI, hal: 59-60) Terjemahan: “Bagaimana-bagaimana caranya menghidupkan tadi?” Pawestri meminta diajari dari awal. Selanjutnya Xavira mengajari caranya menggunakan komputer. Dan juga manfaatnya. Saat mengajari seperti ke teman seumurannya saja, bicaranya ngoko, memanggil „Mbak‟, tidak malumalu. Pawestri semangat sekali melihatnya. Kadang-kadang meminta mengulangi ucapan Xavira sampai bolak-balik, sampai Pawestri mengerti benar. Dan kemudian dipraktekkan. Dua orang menjadi asyik belajar komputer.” Pawestri tidak hanya sampai disitu saja mempelajari komputernya, ia juga membaca buku-buku yang berhubungan dengan mesin elektronik tersebut. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Pranyata Pawestri uga wong sing duwe kelangenan macani buku-buku. Malah anggone nyinau komputer ora mung sing diajarake praktis dening Panuluh, Pawestri nutugake sinaune ndhudhahi kalungitane mesin commit to user elektronik kompuetr kuwi sarana maca buku-buku computer sing biyen
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
uga tau diwaca dening Panuluh, nanging ora tutug nganti dipraktekake ing uripe sedina-dina nglola prusahakane.” (PTI, hal: 95) Terjemahan: “Kenyataannya Pawestri juga orang yang mempunyai hobi membaca buku-buku. Malahan belajar komputer tidak hanya yang diajarkan oleh Panuluh, Pawestri meneruskan belajar membedah kesulitannya mesin elektronik komputer itu dengan sarana membaca buku-buku komputer yang dulu juga pernah dibaca oleh Panuluh, tetapi tidak selesai sampai dipraktekkan di hidup sehari-hari dalam mengelola perusahaan.” Pawestri sukses dalam pekerjaannya, namun tetap tidak diketahui asalusulnya yang pasti. Segala cara ia lakukan. Mulai dari bertanya kepada semua orang yang mengenalnya, mencari surat kabar tahun 2007 yang memberitakan tentang grebegan dihotel, namun tidak ada. Kabar pada tahun 2007 itu semua tentang banjir rob di daerah Tol Cengkareng. Setelah mendapat data yang sedikit lebih jelas. Mereka langsung menuju rumah saudara Pawestri di daerah Tegal Parang, disana mereka menanyakan tentang kejadian tragedi korban banjir rob di gerbang Tol Cengkareng enam sampai tujuh tahun yang lalu. Salah satu tokoh masyarakat menceritakan kejadian tersebut, dan ternyata yang tinggal di rumah Tegal Parang tersebut adalah saudara Pawestri dari Surabaya yang bernama Sengaritimur. Rumah tersebut ditempati empat orang yaitu Sengaritimur dan istrinya, Hari anaknya yang berumur tiga tahun dan Yono keponakannya. Mereka semua meninggal saat mengantarkan saudaranya ke bandara. Pawestri ingat sedikit tentang asal-usulnya ia sampai di rumah sakit Waluyajati. Ia merasa aneh saat setiap menyetir mobil dan selalu teringat kejadian yang menurutnya pernah ia alami sebelumnya, lalu ia berpikir keras untuk memecahkan masalah itu dengan beberapa sumber commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
yang Pawestri ketahui. Ia ingat berkunjung ke Jakarta untuk menemui saudaranya yang bernama Sengaritimur di Tegal Parang bersama suami dan anaknya yang berumur dua tahun naik Pesawat. Saat pulang ke Surabaya Pawestri dan keluarganya diantar Sengaritimur beserta keluarganya menggunakan mobil minicab pribadinya ke bandara. Minicab tersebut berisi tujuh orang yaitu Sengaritimur dan istrinya, Hari anak Sengaritimur yang berumur tiga tahun, Pawestri, anak dan suami Pawestri dan Yono yang seharusnya menjadi sopirnya. Saat itu Pawestri sudah bisa menyetir mobil sendiri, sehingga sopir yang asli disuruh menjadi kernet. Ketika diperjalanan terjadi banjir yang menerobos mobil yang dibawanya. Saat air tersebut mengenai mobilnya, Pawestri tidak mampu menahan stir mobil, sehingga mobil tersebut tergelincir dan terombang ambing terkena air banjir tersebut. Pawestri mampu melompat keluar dari mobilnya, keluarga Sengaritimur dan anak Pawestri meninggal di dalam mobil minicab, sedangkan suaminya dan Yono terseret air laut sekitar empat sampai lima kilometer di Pantai Indah. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Critane ndek samana, keluwarga mau ketamuan keluwargane saka Surabaya, yen ora salah wong sajodho karo anake siji umur rong taunan. Anggone mulih menyang Surabaya numpak montor mabur. Saomah kabeh, yakuwi Sengaritimur karo sing wadon, karo Hari anake telung taunan, lan Yono, ponakane Sengaritimur sing sok diajari nyopir mobil, diajak ngeterake menyang bandhara. Omah ditinggal kosong, dikancingi. Jebul kabare montore kelem ing jalan tol, sakeluwargane mati kabeh. (PTI, hal: 384) “[...] nanging padha ora gelem nampa mayite cacah enem ~ lanang telu wedok siji, bocahe loro~[…].” (PTI, hal: 384) commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Ceritanya jaman dahulu, keluarga tersebut kedatangan keluarga dari Surabaya, kalau tidak salah suami istri dengan anaknya satu berumur dua tahunan. Saat pulang ke Surabaya naik pesawat terbang. Satu rumah semua, yaitu Sengaritimur dengan istrinya, dengan Hari anaknya berumur tiga tahunan, dan Yono, keponakan Sengaritimur yang kadang diajari menyopir mobil, diajak mengantarkan ke bandara. Rumah ditinggal kosong, dikunci. Ternyata kabarnya mobilnya hanyut di jalan tol, sekeluwarganya meninggal semua.” “[...] tetapi tidak ada yang mau menerima mayatnya yang berjumlah enam ~ laki-laki tiga perempuan satu, anak-anak dua ~ […].” Berdasarkan kutipan di atas membuktikan bahwa tokoh Pawestri adalah sebagai perempuan yang pantang menyerah untuk mencari identitasnya. Ada salah satu yang perlu diingat, bahwa wanita Jawa itu harus mempunyai identitas, mengerti unggah-ungguh, mengerti tatakrama, lemah-lembut dan pemalu, pantang menyerah, tangguh dan setia. Identitas tersebut sebagai pengenal orang-orang terhadap diri kita. c) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Tegas Suparto Brata dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti, tokoh Pawestri terkenal sebagai seorang wanita yang tegas. Hal tersebut terbukti ketika Abror salah memarkirkan truknya. Pawestri memarahi Abror karena cara Abror
memarkirkan
truknya
salah,
tidak
sesuai
dengan
aturan
Internasional. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “He, sopir! Mrene!”sentake Vresti ngundang Abror. “Caramu markir truk iki piye? Rampung?” (PTI, hal: 115) “Caramu markir ngono kuwi bener?” “Sapa jenengmu? Kowe iki sakjane ngreti carane nyopir apa ora ta?” “Kuwi genah SIM olehe nyrobot. Yen nyata SIM olehe nganggo diuji ing kapolisian, mesthi ngreti olehe markir mobil kuwi mesthi mundur, mobil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
perangan mburi sing ngundhuri papan dhang-dhangan wates parkir.” (PTI, hal: 116) “Kok plompang-plompong? Ayo, balik menyang sopiran. Truke diparkir sing bener. Mujure diwalik padha kaya truk sijine kuwi, sing mburi, ngundhuri dhang-dhangan wates parkir!” “Mas. Wong iki sesuk wis aja oleh nyopir maneh. Ora sah nyambutgawe neng kene yen ora gelem markir mobile ing parkiran kanthi cara mundur. Aturan Internasional kuwi parkir mobil mundur. Ora oleh sopirane nabrak dhang-dhangan wates parkir ngno. Sopiran kudu siap maju yen arep metu saka parkiran!” ucape Vresti marang Kuncahya.” (PTI, hal: 117) Terjemahan: “He, sopir! Ke sini!” teriakan Vresti memanggil Abror.” Caramu memarkir truk itu bagaimana? Selesai?” “Caramu memarkir seperti itu benar?” “Siapa namamu? Kamu itu sebetulnya tahu caranya menyopir tidak ta?” “Itu memang SIM dapat dari menyuap. Kalau benar SIM dapat dari uji dikepolisian, pasti tahu caranya memarkir mobil itu pasti mundur, mobil yang ada bagasi belakang yang menuju papan pembatas batas parkir.” “Kok hanya bengong? Ayo, balik ke sopiran. Truknya diparkir yang benar. Hadapnya dibalik seperti truk yang satunya itu, yang belakang, menuju pembatas batas parkir!” “Mas. Orang ini besuk jangan boleh menyopir lagi. Tidak usah bekerja disini kalau tidak mau parkir mobil mundur. Aturan Internasional itu parkir mobl mundur. Tidak boleh sopirnya menabrak pembatas batas parkir seperti itu. Sopiran hars siap maju kalau akan keluar dari parkiran!” ucapannya Vresti kepada Kuncahya.” Ketegasan Pawestri tidak di lakukan dengan cara kekerasan fisik namun dengan suara yang lantang. Menurut Sarumpaet (2005: 53) suara adalah satu talenta yang diberikan Tuhan kepada segenap manusia normal. Suara itu sebaiknya dipergunakan menggembirakan, memberi pelajaran dan informasi penting kepada orang lain. Hal tersebut juga dilakukan Pawestri ketika ada salah satu karyawannya yang melakukan kesalahan. Jika ada orang yang tidak mematuhi peraturan yang benar, Pawestri tidak segancommit to user segan memecat karyawan yang melanggar aturan. Sikap tegas yang
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimiliki Pawestri adalah menjadi salah satu identitas yang sangat melekat di diri Pawestri. d) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Kuat Suparto Brata dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti, tokoh Pawestri adalah sosok wanita yang kuat. Saat ia dinyatakan mengandung tiga bulan oleh dokter Saraswati, ia kaget dan bingung. Ia berpikir kok bisa mengandung padahal seingatnya ia tidak pernah melakukan hubungan seksual. Dalam hatinya timbul rasa bahwa ayah biologisnya bayi yang dikandung adalah Panuluh Barata, namun setelah ditanyakan kepada Panuluh Barata, Panuluh Barata bukan ayah biologis dari bayi yang dikandung Pawestri. Pawestri gelisah, bingung, dan tidak tenang, namun ia tetap harus kuat menghadapi cobaan ini. Ia bermaksud akan merawat dan membesarkan bayinya itu dan Pawestri yakin suatu saat nanti ayah biologis dari bayi yang dikandungnya itu akan diketahui ayah biologisnya. Kutipan: “Pawestri nampani resep lan cathetane pepriksan, terus ngaturake matur nuwun marang dokter Saraswati. Metu saka kamar priksan ngrangkul Arumdalu, trantanan metu. Atine tratapan ndadekake lakune ora jejeg.” (PTI, hal: 170) “Lelakon sing aneh mau aku tetep ora ngerti, lan akibate meteng ngene iki aku ya ora ngreti. Wong meteng mesthine rak ana wong lanang sing ngetengi, ya, Mbak?” (PTI, hal: 171) Terjemahan: “Pawestri menerima resep dan catatan periksa, kemudian mengucapkan terima kasih kepada dokter Saraswati. Keluar dari kamar periksa memeluk Arumdalu, berpegangan keluar. Hatinya gelisah dan jalannya menjadi tidak tegak.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
“Kejadian yang aneh tadi saya tetap tidak tahu, dan akibatnya hamil seperti ini saya juga tidak tahu. Orang hamil pastinya ada seorang lakilaki yang menghamili, ya, Mbak?” Kejadian itu selalu terlintas di pikiran Pawestri selama enam tahun. Pada saat mendatangkan saksi-saksi pada persidangan. Salah satu saksinya adalah Victor Holiday. Fakta terungkap saat Victor Holiday menceritakan asal usul Pawestri sebelum dibawa ke hotel. Pawestri ditemukan Victor Holiday dalam keadaan bingung, basah kuyup, tidak ingat siapa dirinya. Victor Holiday mengaku, pernah meniduri Pawestri. Jadi ayah biologis dari Damarere Pararatu adalah Victor Holiday bukan Panuluh Barata. Setelah Pawestri mengetahui ayah biologis Damarere Pararatu, Pawestri harus kuat, harus menghilangkan rasa malunya pernah tidur dengan Victor Holiday. Ia harus kuat untuk melanjutkan hidupnya dan harus membesarkan anak semata wayangnya yaitu Damarere Pararatu. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ing salaman tangan kuwi padha brejanji ing batin ora keclathu ora sah ngowahi status, tetep kaya sing wis klakon, mung mesthi wae saya keket rumaket. Umpama Rere, tetep statuse kaya sing ndisik, nanging saiki wis genah anak biologise Victor Holiday, rumakete mesthi owah. Ora papa upamane nalika rembugan wong loro ngono kuwi Victor Holiday lan Pawestri nyebut Rere “our daughter” utawa “anake kene”. Ora ndadekake gesrek memala, malah ngregengake mareme batin.” (PTI, hal: 377) Terjemahan: “Di saat berjabat tangan saling berjanji di hati tidak diucapkan tidak usah mengubah status, tetap seperti yang sudah dijalani, hanya saja semakin dekat. Seumpama Rere, tetap statusnya seperti dahulu, tetapi sekarang sudah jelas anak biologisnya Victor Holiday, dekatnya pasti berubah. Tidak apa-apa seumpama ketika berdiskusi dua orang itu Victor Holiday dan Pawestri menyebut Rere “our daughter” atau “anak sini”. Tidak commit to user menjadikan suatu masalah, malah menjadi lega di hati.”
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peristiwa tersebut merupakan bukti bahwa Pawestri adalah tokoh yang kuat dalam menghadapi suatu masalah. Ia mampu melewati berbagai masalah yang dirasanya cukup berat untuk dihadapai. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa Pawestri adalah seorang wanita yang kuat. Ia ingin menunjukkan kepada orang-orang disekitarnya bahwa ia adalah bukan sebagai kaum wanita yang lemah dan kaum yang dilecehkan, namun sebagai wanita yang tidak kalah kuat dengan kaum laki-laki. Karakter wanita yang menganut pendidikan modern tercermin dalam sikap dan perilaku wanita yang mempunyai kebebasan dan mempunyai kesetaraan dengan kaum pria (Ekawati, 1990: 96). e) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Memikirkan Orang Lain Pawestri adalah sesosok wanita yang selalu memikirkan kepentingan orang lain. Hal tersebut terbukti saat ia ingin menjodohkan Srigadhing dengan Amir Tanjung guru sopirnya. Setelah Srigadhing menikah dengan Amir Tanjung, Sri Gadhing tetap bisa bekerja di rumah Jatiwaringin dan Amir Tanjung juga bekerja, sehingga kedua-duanya mempunyai penghasilan. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Dene Mas Amir, pegaweane rak wis genah. Dadi mengko keluargane Mbak Sri suduk gunting tatu loro, sak keluarga duwe pametu saka sumber loro.” (PTI, hal: 200) Terjemahan: “Sedangkan Mas Amir, pekerjaannya sudah pasti. Jadi nanti keluarganya Mbak Sri suduk gunting tatu loro, sekeluarga punya penghasilan dari dua sumber.” commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pawestri
melakukan
hal
tersebut
dengan
suka
rela
untuk
membahagiakan orang-orang di sekitarnya, sering membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya karena ia merasa dirinya yang juga sebagai manusia kurang beruntung dalam hal identitas aslinya. Jiwa kemanusiaan Pawestri sangat tinggi. Menurut Sugihastuti (2010: 95) feminisme juga memperjuangkan masalah kemanusiaan. Perempuan ditakdirkan sebagai makhluk yang paling lemah dalam hal perasaan, mudah tersentuh pada hal-hal yang berkaitan dengan perasaan. f)
Identitas Wanita sebagai Seorang yang Bertanggung Jawab Dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata, Pawestri adalah seorang wanita yang bertanggung jawab. Saat Abror terjatuh dari kursi, dan ia merasa kesakitan. Pawestri tidak lari dari kejadian tersebut. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Aja keras-keras ngrangkete, mesake. Mas, digawa menyang rumah sakit wae. Diperiksakake , ya!” Pawestri usul marang Panuluh.” “Kun, nganggo Innovamu! Nyang RS Yadika Pondok Bambu wae, cedhak!” Panuluh langsung nanggapi usule Pawestri.” “Yen ngono aku melu!” Pawestri kandha. “Aku seksi utamane kacilakan iki!” (PTI, hal: 131-132) Terjemahan: “Jangan keras-keras memeluknya, kasihan. Mas, dibawa ke rumah sakit saja. Diperiksakan, ya!” Pawestri usul kepada Panuluh.” “Kun, membawa Innovamu! Ke RS Yadika Pondok Bambu saja, dekat!” Panuluh langsung menanggapi usulnya Pawestri.” “Kalau begitu saya ikut!” Pawestri bilang. “Aku saksi utamanya kecelakaan ini!” Pawestri tetap mau bertanggung jawab membawa Abror ke rumah sakit, walaupun Pawestri sendiri tidak ada kaitannya dengan kejadian tersebut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
namun saat Abror terjatuh Pawestri sedang berada didekatnya. Ia mau dijadikan sebagai saksi atas kejadian tersebut. g) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Mengerti akan Kebaikan Budi Orang Lain Suparto Brata dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti, tokoh Pawestri adalah seorang yang mengerti akan kebaikan budi orang lain. Saat di kantor polisi Pawestri ditanya oleh penyidik, namun ia tidak menjawab. Pawestri hanya menjawab pertanyaan dari Panuluh Barata, karena Panuluh Barata adalah seseorang yang pertama kali menolong dia. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Marang Panuluh kajaba gelem sasmita karo gondhelan kang kenceng, uga gelem mangsuli clemang-clemong pitakone Panuluh sing diucapake kanthi welas asih.” (PTI, hal: 16) Terjemahan: “Kepada Panuluh kecuali mau bicara dan berpegangan erat, serta mau menjawab sepatah-dua patah pertanyaannya Panuluh yang diucapkan dengan welas asih.” Pawestri juga sangat menghormati orang-orang disekitarnya, terutama menghargai kebaikan Panuluh Barata. Panuluh Barata selain menolong Pawestri dikantor polisi, ia juga menyetujui semua keinginan Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kula ngurmati kersanipun Mas Panuluh, margi menika pratanda menawi Mas Panuluh langkung njagi kawetahanipun kaluwarganipun, katimbang ndadosaken congkreh. Kula sampun rumaos marem, sanajan Mas Panuluh mboten ngungrum kula, nanging kula dipunuja sedaya pepinginan kula. Kula kepengin nyambut damel ingkang sayektos, commit to user kepengin ngudi kelantipan kula, kepingin nyinau IT ingkang ngetop,
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
sedaya dipunparengaken. Malah kalawau, kula matur nuwun sanget, panjenengan sedaya kersa ngresmekaken kula kadhapuk dados Wakil Dhirektur Pratama ing PT Frozenmeat Raya mriki.” (PTI, hal: 212) Terjemahan: “Saya menghormati kemauan Mas Panuluh, karena itu semua tanda kalau Mas Panuluh hanya menjaga keutuhan keluarganya, daripada menjadikan keluarganya rusak. Saya sudah merasa puas, walaupun Mas Panuluh tidak menganggap saya, tetapi saya dituruti semua keinginan saya. Saya ingin bekerja dengan sungguh-sungguh, ingin menguji kepandaian saya, ingin belajar IT dengan baik, semua dibolehkan. Namun, saya berterima kasih sekali, anda semua mau meresmikan saya diangkat menjadi Wakil Direktur Pratama di PT Frozenmeat Raya ini.” Selain itu, Pawestri juga menghormati Srigadhing yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri. Ketika Pawestri dan Panuluh Barata sedang sarapan dimeja dan Srigadhing hanya berdiri melihat Panuluh dan Pawestri yang sedang menyantap sarapan, Pawestri mengajak Srigadhing untuk sarapan bersama. Menurutnya tidak ada perbedaan antara majikan dengan pembantu. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Kenapa Mbak Sri ora dhahar pisan?” pitakone Pawestri.” (PTI, hal: 80) “Kene dhahara pisan,” Pawestri melu nyengkuyung.” (PTI, hal: 81) Terjemahan: “Kenapa Mbak Sri tidah ikut makan sekalian? Pertanyaan Pawestri.” “Kemari makan sekalian,” Pawestri ikut menyetujui.” Srigadhing adalah pembantu rumah tangga di keluarga Panuluh Barata, ia menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga tersebut. Selain sebagai pembantu ia juga sebagai teman dekat Pawestri. Semua keluh kesah yang dirasakan Pawestri diceritakan kpada Srigadhing. Sehingga commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak ada salahnya, Pawestri mengajak Srigadhing untuk makan bersama satu meja. Hal tersebut sebagai rasa terima kasih Pawestri kepada Srigadhing yang telah mengabdikan hidupnya kepada Panuluh Barata dan kepada dirinya. Tidak ada salahnya, kita sebagai manusia untuk membalas budi seseorang yang lebih rendah derajat sosialnya dengan kita, semua orang sama saja yang membedakannya adalah budi pekertinya. h) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Mempunyai Tujuan Hidup Pawestri dikenal sebagai seorang wanita penghibur. Pawestri tidak mengambil pusing anggapan orang-orang disekitarnya yang tidak mengetahui ia sebenarnya. Walaupun ia sendiri tidak mengetahui asal usulnya secara pasti, namun ia mempunyai keinginan untuk hidup yang lebih baik lagi. Ia ingin bekerja dikantor agar tidak ada orang yang menganggap remeh dirinya dan ia tidak mau menjadi pengangguran. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Aku mbesuk ya nyambut gawe ngene iki, ya. Aku kepingin nglola bisnis dhewe apa wae. Aku emoh nganggur, emoh yen mung dikon nyambut gawe nguthek neng ngomah dadi „kanca wingking‟. Aku wong sregep, pethel lan gathekan, kok.” (PTI, hal: 63) Terjemahan: “Saya nanti ya bekerja seperti ini, ya. Saya ingin mengelola bisnis sendiri apa saja. Saya tidak mau menganggur, tidak mau disuruh bekerja hanya dirumah saja menjadi „kanca wingking‟. Saya orang rajin sungguhsungguh dan mengerti, kok.” Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa Pawestri ingin berubah, mengubah hidupnya menjadi wanita yang lebih baik lagi agar orang-orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
131 digilib.uns.ac.id
disekitarnya menghargainya sebagai wanita yang mempunyai identitas baik. i) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Pemaaf Perempuan lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain daripada lakilaki. Bahkan kesalahan besarpun di maafkannya (R.I. Sarumpaet, 2005: 17). Pawestri juga seorang wannita yang pemaaf. Ketika keputusan Majelis Hakim memenangkan Pawestri. Pawestri dianggap sah asli waris Panuluh Barata dan Pangestu Barata kalah. Walaupun selama enam tahun Pangestu Barata selalu berprasangka buruk, Pawestri tetap memaafkan Pangestu Barata. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Keputusan prekara ing sidhang candhake, Majelis Hakim menangake Ginugat. Pawestri dianggep sah kadidene asli warise Panuluh Barata, mula nduweni hak manggon ing dalem Jatiwaringin.” (PTI, hal: 360) “Durung nganti metu saka ruang sidhang, Pawestri lan balane uga banjur nggrubyung nututi grumuduge keluarga Pangestu sawise padha nyalami para hakim.”Mas! aku aja dijothak lo!” Pangatage Pawestri lan nguwuh-uwuh ngrumaketi Pangestu. “Aku ya isih sedulur sinarawedimu!” (PTI, hal: 362) Terjemahan: “Keputusan perkara di sidang selanjutnya, Majelis Hakim memenangkan penggugat. Pawestri dianggap sah menjadi asli warisnya Panuluh Barata, maka mempunyai hak menempati di rumah Jatiwaringin.” “Belum sampai keluar dari ruang sidang, Pawestri dan temannya juga langsung ikut berkumpul mengikuti rombongan keluarga Pangestu sesudah saling menyalami para hakim. “Mas! Saya jangan dijauhi lo!” permintaan Pawestri dan berusaha mendekati Pangestu. “Saya juga masih saudara dekatmu!” Keputusan jaksa memutuskan Pawestri adalah pemenangnya. Kejadian tersebut membuat Pangestu Barata sadar akan egonya dan sudah bisa commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerima Pawestri. Menurut Pangestu, Pawestri adalah seorang wanita yang baik hati, bukan wanita nistha. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Wis adhep-adhepan karo Pawestri, Pangestu ngangkat lengene loro pisan, sorot mripate mandeng grapyak, lambene mesem tumuju guyu. “Oh, Ibu Vresti! Iya, iya, iya! Aku ora bakal nyratu sliramu maneh! Aku wis ngreti tenan kepriye lelakonmu sing sejati. Sliramu dudu wong nistha, nanging wong sing nandhang cintraka. Aku lagi sadhar bareng dumadine sidhang congkrehan iki Bu. Pareng aku ngrangkul lan ngesun sliramu, minangka tandha panyuwunku pangapura ing salawase iki dadi sedulur sing sejatine?” (PTI, hal: 362) Terjemahan: “Sudah bertatap muka dengan Pawestri, Pangestu mengangkat lengannya dua sekalian, sorot matanya berhenti menatap dengan ramah, mulutnya senyum. “Oh, Ibu Vresti! Iya, iya iya! Saya tidak akan menghina sliramu lagi! Saya sudah tau sekali bagaimana perjalananmu yang sejati. Sliramu bukan orang jahat, tetapi orang yang sedang mengalami musibah, saya baru sadar setelah ada sidang perkara ini Bu. Boleh saya memeluk dan mencium dirimu, untuk tanda minta maaf saya dan seterusnya menjadi saudara yang sejati.” Selain itu, Pawestri juga menolong Abror yang sedang terkena musibah jatuh dari kursi yang ia gunakan untuk mencelakakan Pawestri. Awalnya Abror dan Srigadhing akan membuat siasat atau akan menjebak Pawestri. Namun saat akan mencelakakan Pawestri, Abror terjatuh sendiri dari kursi tersebut.. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Aja keras-keras ngrangkete, mesake. Mas, digawa menyang rumah sakit wae. Diperiksakake , ya!” Pawestri usul marang Panuluh.” “Kun, nganggo Innovamu! Nyang RS Yadika Pondok Bambu wae, cedhak!” Panuluh langsung nanggapi usule Pawestri.” “Yen ngono aku melu!” Pawestri kandha. “Aku seksi utamane kacilakan iki!” (PTI, hal: 131-132) commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Iki pegawe Frozenmeat Raya. Kudu oleh perawatan sosial kang murwat, gage, ta, sarujukana aku. Ora-ora yen didukani Mas Panuluh.” (PTI, hal: 155) Terjemahan: “Jangan keras-keras memeluknya, kasihan. Mas, dibawa ke rumah sakit saja. Diperiksakan, ya!” Pawestri usul kepada Panuluh.” “Kun, membawa Innovamu! Ke RS Yadika Pondok Bambu saja, dekat!” Panuluh langsung menanggapi usulnya Pawestri.” “Kalau begitu saya ikut!” Pawestri bilang. “Aku saksi utamanya kecelakaan ini!” “Ini pegawainya Frozenmeat Raya. Harus mendapat perawatan sosial yang pas, cepat, ta, percayalah dengan saya. Tidak-tidak kalau dimarahi Mas Panuluh.” Walaupun Pawestri pernah ada masalah dengan abror dan abror punya rencana akan mencelakakan Pawestri, Pawestri tetap menolong dan memaafkan Abror dan juga mau bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami Abror. Perempuan umumnya tidak mempunyai rasa dendam seperti laki-laki, hati perempuan menjadi lembut melihat seseorang yang menyesali perbuatannya. kebanyakan perempuan melakukan sesuatu dengan perasaannya bukan dengan logika. j) Identitas Wanita sebagai Seorang yang Rendah Hati Pawestri adalah seorang yang rendah hati, menerima semua ejekan dari setiap orang yang baru mengenalnya. Ia dikenal di lingkungan keluarga dan pegawai PT Frozenmeat Raya sebagai seorang wanita penghibur. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sing genah ya wong palanyahan, jelase ngono lonthe, mbak.” (PTI, hal: 46) commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan: “Yang benar ya orang pelanyahan, jelasnya itu lonthe, mbak.” Namun Pawestri tidak menghiraukan apa yang dikatakan orang-orang disekelilingnya, ia ingin membuktikan bahwa dirinya bukanlah seorang wanita penghibur dengan cara bekerja dengan sungguh-sungguh. Disamping dicap sebagai seorang wanita penghibur, Pawestri juga terkenal sebagai seorang wanita yang pandai. Hal penting yang disandang wanita Jawa masa kini hendaknya para perempuan tersebut bisa bersikap rendah hati sehingga tidak menyakiti hati siapapun didekatnya. Prinsip tersebut sangat mendukung terciptanya keselarasan dimana tata kelakuan sosial Jawa sangat ditentukan oleh prinsip-prinsip kerukunan dan hormat (Magnis-Suseno, 2003: 168). Walaupun ia olok-olok oleh banyak orang tentang status seorang wanita penghibur, ia tetap tidak sombong kepada siapapun. Ia mau berbagi pengetahuan kepada siapapun yang membutuhkannya. saat Kuncahya sedang menyopir mobil, Pawestri memberitahu Kuncahya cara menyopir yang benar. Cara memegang setir mobil yang benar, cara mengatur jarak yang tepat dan harus tanggap terhadap sesuatu hal yang tidak diduga saat menyopir mobil. Hal tersebut terbukti pada kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Mas. Nyopir sing bener kuwi, tangane kiwa kudu nggegem stir sing angka sepuluh, tangan tengen nggegem ing angka loro, yen saupama setir kuwi diwenehi angka kaya dene pandom jam. Kowe kok ora nglakoni ngono?” panyaruwene Pawestri marang Kuncahya sing nyopir Innovane nggawa Abror menyang RS Yadika Pondok Bambu.”(PTI, hal: 138) commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Upama, mobil mlaku kaya ngene iki, carane njaga let antarane kene karo kendharakan ngarepe, nyopir sing bener kepiye. Sing aman nyingkiri kacilakan, paling caket ora oleh kurang saka patang sekon bantere kendharakan kita. Sekon sepisan, kene nengeri anane kahanan apa kedadean sangarepe mobil mbok menawa ana bab kang ora beres, sekon kapindho utek reflek kita ngabani kawaspadan, kene ngreaksi ngamanake kendharakan kita saka kahanan kang ora beres mau supaya ora nabrak, sekon katelu kene wis tumindak kanthi bener lan slamet, kuwi kudu wis dadi tumindak reflex kita, sekon kapapat secuplik wektu rampunge kahanan ~ spare time ~ yen tindakan kita mau wis bener. Utamane mangerteni yen lete laku kendharakan kita karo kendharaan ngarepe wis bener, yakuwi ora kurang saka patang sekon lete bantere kendharakan kita karo kendharaan ngarepe. Yen nganti kurang saka patang sekon, kene kudu ngalonake kendharaan sing kita setiti, supaya lete saorane patang sekon utawa luwih. Ngono kuwi defensive driving, nyopir sing uga karo njaga amane awake dhewe. Aja nganti kacilakan.” (PTI, hal: 139) Terjemahan: “Mas. Menyopir yang benar itu, tangannya kiri harus menggenggam stir yang angka sepuluh, tangan kanan menggenggam di angka dua, kalau seumpama setir itu diberi angka seperti jarum jam. Kamu kok tidak melakukan seperti itu?” pertanyaan Pawestri kepada Kuncahya yang sedang menyopir Innovanya membawa Abror ke RS Yadika Pondok Bambu.” “Seumpama, mobil berjalan seperti ini, caranya menjaga jarak antara sini dengan kendaraan depannya, menyopir yang benar bagaimana. Yang aman jauh dari kecelakaan, palin dekat tidak boleh kurang dari empat sekon kecepatan kendaraan kita. Sekon pertama, menandai adanya keadaan apa kejadian di depan mobil apabila ada hal yang tidak beres, sekon kedua otak reflek kita untuk kewaspadaan, disini mereaksi keamanan kendaraan kita dari keadaan yang tidak beres tadi supaya tidak menabrak, sekon ketiga disini sudah bertindak dengan benar dan selamat, itu harus menjadi tindakan reflek kita, sekon keempat sedikit waktu menyelesaikan keadaan ~ spare time ~ kalau tindakan kita tadi sudah benar, yaitu tidak kurang dari empat sekon jaraknya dengan kecepatan kendaraan kita dengan kendaraan di depannya. Jika sampai kurang dari empat sekon. Kendaraan ini harus mengurangi kecepatan yang kita sopir, supaya jaraknya setidak-tidaknya empat sekon atau lebih. Seperti itu defensive driving, menyopir yang juga untuk menjaga amannya kita sendiri. Jangan sampai kecelakaan.”
commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengetahuan tersebut didapat Pawestri ketika Pawestri belajar menyopir di Trans-travel. Semua pelajaran yang ia dapat, di sampaikan kepada Kuncahya.
3.
Identitas Tokoh Pawestri dari Segi Sosial a) Identitas Wanita sebagai Seorang Pekerja Wanita dalam dunia kerja memang kadang menjadi pemisah. Dimana seorang wanita merupakan pekerja yang mempunyai ketrampilan di bidang rumah tangga seperti: memasak, men cuci, membersihkan rumah, mengurusi anak, dan lain-lain. Dengan begitu wanita sering menempati pekerjaan rendahan sebagai pekerja rumah tangga. Sebetulnya
wanita
mempunyai potensi nilai guna pada dirinya dan pekerja yang profesional. Hal tersebut ditegaskan oleh Warto (1997: 155-175) bahwa wanita Jawa juga bekerja disektor publik. Suparto Brata dalam cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti, tokoh Pawestri adalah seorang pekerja keras. Setelah mengetahui isi kantor Panuluh Barata dan mengetahui cara mengoperasikan komputer, ia mempunyai keinginan untuk bekerja. Menurutnya wanita Indonesia perlu diperbanyak wanita yang pandai. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Aku mbesuk ya nyambut gawe ngene iki, ya. Aku kepingin nglola bisnis dhewe apa wae. Aku emoh nganggur, emoh yen mung dikon nyambut gawe nguthek neng ngomah dadi „kanca wingking‟. Aku wong sregep, pethel lan gathekan, kok.” (PTI, hal: 63) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
137 digilib.uns.ac.id
Terjemahan: “Saya nanti ya bekerja seperti ini, ya. Saya ingin mengelola bisnis sendiri apa saja. Saya tidak mau menganggur, tidak mau disuruh bekerja hanya dirumah saja menjadi „kanca wingking‟. Saya orang rajin sungguhsungguh dan mengerti, kok.” Pawestri dipandang sebagai sosok yang diperhitungkan. Tokoh Pawestri dalam dunia kerja Pawestri mulai menempati bidang perkantoran yang mempunyai kwalitas baik. Ia aktif dalam urusan perusahaan dan gesit dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Sakiki iki Pawestri perlu bisa lunga plencang-plencing nrabas kutha, luwih-luwih anggone arep ngelar jajahan pasaran daging ing dhaerah Serpong Raya, sing papane nyabrang kutha Jakarta yen disangkani saka Jatiwaringin.” (PTI, hal: 230) Terjemahan: “Sekarang ini Pawestri harus bisa pergi kesana-kemari menerobos kuta, dengan tujuan untuk membuka usaha daging di daerah serpong Raya, yang tempatnya menyebrang kota Jakarta kalau dari Jatiwaringin.” Ia ikut andil dalam mengelola perusahaan tersebut, peraturan-peraturan yang lama dirubah dengan peraturan yang baru, semua pegawai harus mahir menggunakan IT. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ngrasa lan ngira, ditangani Bu Vresti prusahakan bakal maju, buruh pegawene melu makmur. Owah-owahan tata makarya sing wis dibribik wingenane, kaya tata bab sopir lan pegawene liyane sing kepengen lan bisa nyopir kudu blajar sopir nganti entuk brevet internasional saka sekolah Nyetir Trans-trevel. Kantore diinstal jaringan IT lan pegawe administrasi kudu able to operate computer, kudu ngecakake lan nguwasani IT kanthi premati, sarana nekakake guru IT saka kampung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
138 digilib.uns.ac.id
Cyber, sing ngursus para pegawe administrasi dadi IT-minded.” (PTI, hal: 220) Terjemahan: “Merasa dan mengira, ditangani Bu Vresti perusahaan bakal maju, buruh pegawainya ikut makmur. Perubahan tata cara bekerja yang sudah dirubah kemarin, seperti tata cara bab menyopir dan pegawainya yang lain yang ingin bisa menyopir harus belajar menyopir sampai dapat sertivikat internasional dari sekolah menyopir Trans-trevel. Kantornya diinstal jaringan IT dan para pegawai administrasi harus able to operate computer, harus mempraktekkan dan menguasai IT sampai teliti, dengan sarana mendatangkan guru IT dari kampung Cyber, yang kursus para pegawai administrasi menjadi IT-minded.” Setelah Pawestri diangkat menjadi seorang wakil direktur di PT Frozenmeat Raya, ia melebarkan bisnisnya lebih luas lagi dan membuka cabang di Serpong. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Ayo, ora perlu pariwara ngumbar swara, kene njereng suwiwi mabur bisnis menyang Serpong Kutha Anyar.” (PTI, hal: 222) Terjemahan: “Ayo, tidak perlu mengumbar suwara, mari melebarkan sayap terbang untuk bisnis di serpong kutha Anyar.” Perusahaan yang dipimpin Pawestri maju pesat, itu semua dilakukan dengan kerja kerasnya. Ia bekerja tidak banyak bicara dan hampir tidak pernah salah. Pawestri melakukan segala sesuatu yang dikerjakannya dengan caranya sendiri tidak meniru cara kerja orang lain. Hal tersebut ditegaskan oleh Sofia dan Sugihastuti, 2003: 24 (Sugihastuti, 2010: 95) feminisme memandang perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan kepentingan atau pekerjaan dalam berbagai gerakan. Menurut tokoh Pawestri dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti commit to user karya Suparto Brata bahwa bekerja tidak harus selalu didalam kantor,
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bekerja bisa di luar ruangan kantor misalnya saat Pawestri di banjiri pekerjaan, ia berusaha selalu mengawasi kantornya secara online di dalam mobilnya yang dilengkapi jaringan internet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
C.
140 digilib.uns.ac.id
Pengaruh Identitas Wanita pada Tokoh yang lain dalam Novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata
Berdasarkan cerita novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata memaparkan identitas seorang wanita. Tokoh wanita tersebut bernama Pawestri. Pawestri mempunyai identitas wanita sebagai seorang yang pandai, pantang menyerah, tegas, kuat, memikirkan orang lain, bertanggung jawab, mengerti akan kebaikan orang lain, mempunyai tujuan hidup, pemaaf, rendah hati, serta sebagai seorang yang bekerja. Identitas tersebut sangat berpengaruh baik terhadap beberapa tokoh-tokoh yang lain yang terdapat pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Tokoh-tokoh yang terpengaruh adalah sebagia berikut 1. Pangestu Barata Adanya identitas Pawestri tokoh Pangestu Barata menjadi sosok laki-laki yang lebih menerima keadaannya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Seje bapa biyung, kabur kanginan ora karuwan wongtuwane, tanpa idhentiti, nanging nyawiji rukun agawe santosa ing Dhinasthi Mama Pandora! Sakiki dhasar filsafahe saya wis genah! Bineka lan ora karuwan asal usule, gumreget manunggal ing dhinastine, Dhinasti Mama Pandora, makmurake PT Frozenmeat Raya ora sarana jegal-jegalan lan kekisruhan, nanging sinergis nyawiji sarana makarya bareng-bareng majokake bisnis dhaging njendhel kita iki! Hidhup dhinasti Mama Pandora generasi anom tutuge!” Pangestu semangate saya makantar-kantar.” (PTI, hal: 380) Terjemahan: “Lain bapak ibu, tidak jelas orangtuanya, tanpa identitas, tetapi rukun sentosa di Dhinasti Mama Pandora! Sekarang dasarnya sudah pasti! Bineka dan tidak jelas asal-usulnya, bersemangat menjadi satu dinasti, dinasti commit to Mama Pandora, memakmurkan PTuser Frozenmeat Raya tidak dengan
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kekisruhan, tetapi menjadi satu untuk bekerja bersama-sama memajukan bisnis daging beku kita ini! hidup dinasti Mama Pandora generasi muda selanjutnya!” Pangestu semangatnya semakin berkobar-kobar .” Terbongkarnya identitas yang sebenarnya bahwa Pangestu Barata bukan anak kandung dari Panuluh Barata, melainkan anak angkat dari panti asuhan Openhartig. Pangestu Barata menyadari kesalahannya, ia merasa sangat bersalah kepada Pawestri, yang menuduh Pawestri untuk mengambil harta warisannya. Ia meminta maaf kepada Pawestri dan mengajak Pawestri untuk bekerja bersama tanpa ada rasa dendam untuk memajukan perusahaan PT Fozenmeat Raya. Pangestu Barata juga Kagum terhadap kepandaiannya Pawestri, ia merasa tidak sehebat Pawestri. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Babar pisan Pangestu ora ngreti lan ora ngira, yen Pawestri bisa mimpin rapat koyo ngono trampil lan trengginas. Nguwasani apa sakabehe. Pangestu mung ndongong wae, ngrungokake lan nyekseni lakune rapat. Tutuge blangkemen ora bisa ngomong apa kumuncap apa-apa. Ndomblong. Gumun .” (PTI, hal: 281) Terjemahan: “Sama sekali Pangestu tidak mengerti dan tidak mengira, kalau Pawestri bisa memimpin rapat seperti itu trampil dan cekatan. Menguwasai semuanya. Pangestu hanya terdiam saja tidak bisa bicara apa-apa. Terpana. kagum.” Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Pangestu Barata kagum terhadap kepandaian Pawestri, Pangestu Barata merasa bodoh dibandingkan Pawestri, bodoh ilmu dan bodoh budi pekerti. Ia menyadari sikapnya yang menuduh Pawestri sebagai seorang wanita penghibur dan sebagai perebut harta warisan adalah salah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
142 digilib.uns.ac.id
2. Abror Sifat Abror yang cuek dan tidak tahu aturan membuat Pawestri marah. Ia dimarahi Pawestri saat Abror salah cara memarkirkan truk. Selain cuek dan tidak tahu aturan, ia juga mempunyai sifat bals dendam. Balas dendam yang dilakukan Abror ketika ia disuruh Pangestu Barata dan Srigadhing untuk menjebak Pawestri, bukannya balas dendam yang ia dapatkan, namun kecelakaan yang terjadi. Abror malah ditolong Pawestri dan di bawa ke rumah sakit, Pawestri memberikan perawatan yang spesial kepada Abror. Kejadian tersebut membuat Abror sadar akan kesalahannya kepada Pawestri. Adanya kejadian kecelakaan tersebut membuat Abror bertemu dengan jodohnya. Pawestri berencana ingin menjodohkan Abror dengan Arumdalu. Abror di perkenalkan Pawestri kepada Arumdalu. Arumdalu adalah seorang perawat yang diutus Pawestri untuk merawat Abror saat dirawat di rumah sakit sampai sembuh. Setelah mereka berdua bertemu dan saling cocok, akhirnya Abror dan Arumdalu menikah. 3. Srigadhing Tokoh Srigadhing adalah seorang yang sangat tidak suka kepada Pawestri, semua yang dikerjakan Pawestri membuat Srigadhing jengkel dan iri. Hal tersebut terjadi karena perhatian Panuluh Barata tertuju kepada Pawestri. Semua tentang Pawestri selalu dibenarkan Panuluh Barata, padahal hal tersebut salah di mata Srigadhing. Seiring berjalannya waktu, Srigadhing semakin akrab dengan Pawestri. Membuat srigadhing mengetahui kebiasaan dan kebaikan Pawestri. Menurut Srigadhing, Pawestri adalah sosok yang pandai walaupun sepertinya ia berasal commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari desa, ia juga pandai dalam bergaul. Kedekatan diantara mereka berdua membuat Srigadhing menerima sosok wanita tanpa identitas tersebut sebagai teman dekat. Pawestri berencana ingin menjodohkan Srigadhing dengan Amir Tanjung. Amir tanjung adalah seorang guru menyopir Pawestri dan diangkat Pawestri sebagai sopir pribadinya. Ternyata diantara Srigadhing dan Amir Tanjung salingmencintai dan akhirnya mereka berdua menikah 4. Kuncahya Tokoh Kuncahya melihat tindak-tanduk dan budi pekerti yang dimiliki Pawestri menjadi salah satu semangat bagi Kuncahya dalam mengerjakan pekerjaannya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Tandang tanduke Pawestri tanpa idhentiti sing diregem dadi sumber semangate Kuncahya kuwi ora mung kabisane Pawestri anggone nglakoni penggaweane pegawe PT Frozenmeat Raya wae, nanging uga kepinterane lan budine Pawestri liyane. Klebu pagaweane Kuncahya, dadi entheng marga disangga ati seneng, rumangsa tansah oleh pitulungan kang mirunggan saka kawigatene Pawestri.” (PTI, hal: 160-161) “Pawestri dadi sumber kawruh anyar sing nyemangati uripe.” (PTI, hal: 159) Terjemahan: “Tindak tanduknya Pawestri tanpa identitas yang menjadi sumber semangatnya Kuncahya itu tidak hanya kebiasaannya Pawestri saat mengerjakan pekerjaan di kantor PT Frozenmeat Raya saja, tetapi juga kepandaiannya dan budi pekerti Pawestri yang lain. Termasuk pekerjaan Kuncahya, menjadi ringan karena dibarengi dengan hati yang senang, merasa mendapat pertolongan yang menyenangkan dari perhatian Pawestri.” “Pawestri menjadi sumber pengetahuan baru yang menjadi semangat hidupnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
144 digilib.uns.ac.id
Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa budi pekerti yang dimiliki Pawestri dan kebiasaan Pawestri yang ringan tangan membuat Kuncahya menjadi ringan saat mengerjakan Pekerjaan kantornya. Kuncahya juga mendapatkan pengetahuan yang baru setelah mengenal Pawestri, seperti cara menyetir mobil yang benar, cara mengelola perusahaan daging beku. 5. Xavira Barata Melihat kehebatan Pawestri menjalankan perusahaan PT Frozenmeat Raya, Xavira Barata merasa kagum dan merasa bahwa dirinya yang seorang sarjana kalah pengetahuan dan dengan seorang yang tanpa jelas asal usulnya. 6. Victor Holiday Victor Holiday adalah seseorang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap tokoh Pawestri, ia meminta pertolongan kepada Panuluh Brata saat terjadi razia masyarakat yang diadakan kepolisian setempat. Hal tersebut terbukti dalam kutipan sebagai berikut. Kutipan: “Save her to heaven! Tulungana dheweke aja nganthi kecekel pulisi!” (PTI, hal: 10) Terjemahan: “Tolonglah dia jangan sampai tertangkap polisi!” Walaupun ia tidak mau mengakui apa yang telah ia lakukan, ia tetap berjanji kepada Panuluh Brata bahwa jika Pawestri hamil dan melahirkan seorang anak, Victor berjanji akan menafkahi anak tersebut. Victor Holiday merasa bersalah atas kesalahan yang dilakukannya terhadap Pawestri, namun ia tidak berani mengungkapkannya. Hal tersebut commit to user terbukti dalam kutipan sebagai berikut:
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan: “Dene Victor Holiday pancen wis kaet biyen ngrasa salah lan kurangajar, wis kaet biyen anggone nyuwun ngapura, lan nanggung sakabehe prekara.” (PTI, hal: 377) Terjemahan: “Padahal Victor Holiday memang sudah dari dulu merasa bersalah dan kurangajar, sudah dari dulu ingin meminta maaf, dan menanggung semua permasalahan.” Berdasarkan kutipan tersebut Victor Holiday merasa bersalah terhadap Pawestri. Ia menghamili Pawestri namun tidak berani mengungkapkannya kepada Pawestri, ia menceritakannya kepada Panuluh Barata. Ia tetap bertanggung jawab memberi nafkah kepada putri yang dikandung Pawestri lewat Panuluh Barata, hal tersebut merupakan tanggung jawab Victor Holiday untuk menebus kesalahannya. Kebenaran bahwa Victor Holiday sebagai ayah biologis dari putri Pawestri yaitu Damarere Pararatu dan sebagai seseorang yang menghamili Pawestri terungkap saat sidang dan saat itu Victor Holiday meminta maaf kepada Pawestri dan kepada semua orang yang terlibat di dalamnya.
commit to user