BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan, antara lain : 1. Kecamatan Cibungbulang khususnya Desa Situ Udik merupakan daerah penghasil beras dan sebagai sentra pengembangan usahatani padi di Kabupaten Bogor. 2. Penduduk Desa Situ Udik mayoritas berpencaharian sebagai petani padi sawah dan menjadi anggota gabungan kelompok tani . 3.
Gapoktan Tani Bersama merupakan salah satu gapoktan yang anggotanya berusahatani padi secara serentak jenis dan jadwal tanamnya. Penilitian ini berlangsung mulai dari bulan Juni sampai Juli 2011.
Penelitian ini dilakukan pada bulan tersebut dengan pertimbangan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang musim panen padi.
4.2 Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu yang dipilih secara acak sederhana (simple random samping). Dalam teknik acak sederhana ini setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Responden yang dimaksud yaitu anggota Gapoktan Tani Bersama yaitu yang terdiri dari 5 kelompok. Kelompok tersebut adalah keltan Sulanjana, Mitra tani, Tani barokah, Bina Sejahtera, Sugih Mukti. Jumlah responden sebanyak 35 orang anggota gapoktan. Sampel diambil dengan cara diundi satu persatu dari jumlah keseluruhan anggota 288. Pengundian dilakukan sebanyak 35 kali. Masing-masing nama yang keluar dijadikan sebagai responden.
4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari sumber atau objek yang sedang diteliti melalui observasi, pengisian kuesioner dan wawancara
32
dengan petani responden, pengurus gapoktan dan pihak lain yang terkait. Pengamatan dilakukan terhadap karakteristik petani dan penggunaan sarana produksi usahatani tani. Karakteristik petani meliputi : data umur petani, pendidikan, dan pengalaman berusahatani, sedangkan sarana produksi usahatani meliputi : penggunaan benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, biaya usahatani, produktivitas tanaman serta harga produksi dan data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Sedangkan Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Balai Penyuluhan Pertanian Peternakan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibungbulang, Kantor Desa Situ Udik, Artikel, Internet serta sumbersumber lain yang menunjang penelitian.
4.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap petani responden dengan bantuan kuesioner. Informasi yang diperoleh dari observasi juga diperlukan untuk memperoleh data dan informasi secara langsung yang berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh petani. Data dari artikel, buku, literatur, dan penelitian terdahulu diperlukan sebagai kelengkapan penunjang penelitian ini.
4.5 Metode Pengolahan Data Nazir (1983) kegiatan menganalisis data atau analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode alamiah, karena dengan menganalisis, data tersebut dapat diberi makna dan arti yang bermanfaat dalam memberikan informasi maupun dukungan lainnya dalam mencari dan memberiakn alternatif penyelesaian masalah dalam penelitian dan bermanfaat untuk menguji hipotesis. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan. Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan analisis fungsi produksi CobbDouglass. Untuk analisis pendapatan usahatani, analisis yang di gunakan yaitu analisis penerimaan usahatani dan analisis R/C rasio. Sedangkan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi menggunakan rasio NPM dan BKM.
33
Pengolahan data mengguanakan alat bantu, Software Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14.0, disajikan secara tabulasi dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif.
4.5.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Penelitian ini menganalisis fungsi produksi dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Menurut Soekarwati (2002) fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, yaitu variabel dependen (Y) atau variabel yang dijelaskan dan independen (X) variabel yang menjelaskan. Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Untuk penjelasan lebih lengkap yaitu melalui pendekatan statistik dalam hubungan antara X dan Y. Dengan demikian, metode penduga yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode ini digunakan untuk menguji nilai F-hitung, t-hitung dan R2. Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS meliputi: multikolinieritas, homoskedastisitas dan normalitas error. Gujarati (1978), menyatakan apabila asumsi tersebut dapat dipenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias. Tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produksi padi. Faktor-faktor tersebut adalah antara benih, pupuk urea, KCl, NPK dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan variabel bebas yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat yaitu hasil produksi padi. Pada faktor-faktor produksi variabel yang dipengaruhi (variabel dependent) adalah produksi. Sedangkan variabel yang menjadi variabel (independent) mempengaruhi adalah antara benih, pupuk urea, KCl, NPK dan tenaga kerja. Variabel tersebut ditentukan berdasarkan penggunaan yang sering digunakan petani dalam usahatani, khususnya usahatani padi. Penentuan variabel dapat dilihat pada hasil penelitian terdahulu. Ada beberapa penyebab multikolinier diantaranya disebabkan adanya kecenderungan variabel-variabel ekonomi atau bisnis yang bergerak secara
34
bersamaan. Apabila dijumpai masalah multikolinier, maka perlu dilakukan perbaikan pada model dugaan. Ada banyak cara untuk memperbaiki model dugaan, diantaranya adalah: a) Menambah observasi. Penambahan ukuran sampel akan menyebabkan ragam bj mengecil. b) Mengelurkan variabel independent yang berkolerasi kuat dengan variabel independent lainnya. c) Menggunakan teknik pendugaan regresi komponen utama PCA (Principal Component Regression). Variabel yang saling berkolerasi, ditransportasi menjadi variabel saling bebas, kemudian diregresikan terhadap variabel dependent.
2. Analisis Regresi Secara matematis model fungsi produksi
dapat dirumuskan sebagai
berikut: Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 Xb5 eu ...............................................................
(4.1)
Fungsi produksi diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk linier logaritma untuk memudahkan pendugaan terhadap fungsi produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 .............
(4.2)
Keterangan: Y X1 X2 X3 X4 X5 b0 b e u b1, b2, .....b5
= Produksi padi sawah (Kg) = Jumlah benih (Kg) = Pupuk Urea (Kg) = Pupuk KCl (Kg) = Pupuk NPK (Kg) = Tenaga kerja (HOK) = Intersept = Parameter variabel = Bilangan natural (e = 2,7182) = Unsur sisa (galat) = Nilai dugaan besaran parameter
35
Unsur error (u) di dalam model mewakili : a. Variabel yang tidak dimasukkan kedalam model b. Variabel nonlinieritas hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent c. Adanya salah ukur saat observasi dan kejadian yang sifatnya random
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan pengujian-pengujian yang dilakukan dalam pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi, antara lain:
a) Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Hipotesis: H0: b1 = b2 = . . . . . . = bi = 0 H1: Salah satu dari b ada ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F: ...........................................................
(4.3)
Keterangan: k = Jumlah variabel termasuk intercept n = Jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji: F-hitung > F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α : tolak H0 F-hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α : terima H0 Uji F adalah untuk melihat apakah model dugaan yang digunakan signifikan untuk menduga variabel X dalam mempengaruhi variabel Y . Apabila tolak H0 berarti secara bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi, namun apabila terima H0 maka variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
36
R2 (Koefisien Determinasi) Setelah itu dihitung besarnya koefisien determinasi (R2) untuk mengukur tingkat kesesuaian model pendugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien regresi mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model dan sisanya (1R2) yang dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Menurut Gujarati (1978) bahwa koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: R2 R2 =1
............................................
(4.4)
...............................................................................
(4.5)
Keterangan: = Jumlah kuadr unsur sisa (galat) = Jumlah kuadrat total b) Pengujian untuk masing-masing parameter Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu dengan uji-t yang menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap parameter bebas (X) yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas (Y). menurut Gujarati (1978) Hipotesis pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis: H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Tolak H0, jika thit > t (α/2,n-k-1) atau terima H0, bila thit < t (α/2,n-k-1) Uji statistik yang digunakan adalah uji t: ........................................................................
(4.6)
....................................................................
(4.7)
Dimana: bi Se (bi) n k
= Koefisien regresi = Parameter penduga dari unsur sisa = Jumlah pengamatan (sampel) = Jumlah koefisien regresi dugaan termasuk konstanta
37
Kriteria uji: t-hitung > t-tabel, maka tolak H0 pada taraf nyata α (berpengaruh nyata) t-hitung < t-tabel, maka terima H0 pada taraf nyata α ( tidak berpengaruh nyata) Jika tolak H0 artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dari nilai (produksi) dalam model dan sebalikmya bila terima H0 maka variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi). Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria sebagai berikut: 1. P-value/2 < α, maka variabel yang diuji (faktor produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi) 2. P-value/2 > α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
c)
Pengujian multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk melihat terjadinya multikolinieritas pada
model yang dianalisis. Gujarati, (1978) menyatakan adanya banyak cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinieritas salah satu adalah dengan koefisien determinasi (R2) yang tinggi namun dari uji-t banyak variabel bebas yang tidak signifikan atau dapat diukur dengan Variance Inflasi Factor (VIF). Jika VIF (Xj) > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada multikolinierietas antar peubah bebas. Sementara asumsi OLS tentang heteroskedastisitas dan normalitas akan diuji dengan pendekatan grafik. Variabel penduga yang mempunyai nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada multikoliniearitas. VIF dapat dirumuskan sebagai berikut: .......................................................................................
(4.8)
Dimana, Rj = Koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel dependent Xj dan variabel independent adalah variabel X lainnya. d) Homoskedastisitas Homoskedastisitas dalam fungsi model penduga dikatakan baik jika memenuhi asumsi homoskedastisitas (ragam error yang sama). Asumsi tersebut
38
dapat dibuktikan secara visual yaitu dengan melihat penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola yang sistematis seperti linier atau kuadratik, maka dapat dikatakan bahwa keadaan asumsi tersebut telah terpenuhi.
e) Uji Normalitas Menurut Gujarati (1978) menyatakan bahwa untuk menguji normalitas data yang berbentuk rasio dapat menggunakan statistik parametik. Hal ini ditunjukkan oleh residual di dalam model regresi yang telah menyebar mengikuti distribusi normal. Pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menggunakan statistik parametik karena data yang diuji berbentuk rasio.
f) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar error satu dengan yang lainnya. Masalah mengenai adanya autokorelasi pada umumnya terdapat pada data time series. Di dalam penelitian ini tidak menggunakan uji autokorelasi, karena data yang digunakan bukan data time series melainkan data cross section.
4.5.2 Analisis Efisiensi Ekonomi Produksi Analisis efisiensi ekonomi dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Hal ini dapat dilihat dari kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi yang ditunjukkan oleh perbandingan NPM dan BKM. Jika nilai perbandingan NPM dan BKM < 1 , maka penggunaan faktor produksi padi harus dikurangi. Jika nilai perbandingan NPM dan BKM > 1, maka penggunaan faktor produksi padi harus ditingkatkan sedangkan jika nilai perbandingan NPM dan BKM = 1 maka usahatani padi sudah berada pada kondisi yang optimal.
39
4.5.3 Analisis Pendapatan Usahatani Padi 1) Penerimaan Usahatani Padi Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya. Analisis penerimaan terdiri dari analisis penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari hasil penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk dari hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, namun digunakan untuk konsumsi sendiri, benih atau keperluan lainnya.
2) Biaya Usahatani Padi Biaya merupakan komponen penting dalam usahatani. Biaya usahatani terbagi menjadi dua biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan dengan uang, sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya diperhitungkan adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh petani tetapi tidak dalam bentuk uang.
Komponen biaya
diperhitungkan antara lain : tenaga kerja dalam keluarga, benih hasil pembenihan sendiri, lahan milik pribadi serta penyusutan peralatan. Biaya penyusutan perlu diperhitungkan karena usahatani padi menggunakan peralatan pertanian dalam aktivitasnya. Biaya penyusutan peralatan pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang diperkirakan dengan lamanya modal dipakai. Biaya penyusutan dirumuskan sebagai berikut:
.......................................................................
(4.9)
Keterangan: Nb Ns n
= Nilai Pembelian (Rp) = Perkiraan nilai sisa (Rp) = Umur ekonomi peralatan (tahun)
3) Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan. Total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan yaitu output
40
dikalikan dengan harga, sedangkan total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Analisis pendapatan dihitung dengan rumus : JI = TR – TC .................................................................................... JI Tunai = (Ytunai x Py) – (Biaya Tunai) ...................................................... JI Total = (Ytotal x Py) – (Biaya Tunai + Biaya diperhitungkan) ...............
(4.10) (4.11) (4.12)
Keterangan: JI TR TC Y Py
= Pendapatan (Rp/musim tanam) = Total penerimaan (Rp/musim tanam) = Total biaya (Rp/musim tanam) = Produksi total yang diperoleh dalam usahatani (kg) = Harga Y (Rp/kg)
Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara nilai output dengan input atau perbandinagn antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Analisis ini dibedakan menjadi R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Setelah diketahui keuntungan dari usahatani padi, kemudian keuntungan dibandingkan dengan menggunakan R/C rasio dengan rumus sebagai berikut :
...........................................................
(4.13)
.............................................................
(4.14)
Keterangan: TR = Total Revenue (penerimaan total/Rp) TC = Total Cost (biaya total/Rp) Kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C rasio adalah sebagai berikut : a) R/C rasio > 1, Artinya menunjukan bahwa dalam suatu setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah. Dengan kata lain usaha yang dijalani dapat dikatakan lebih efisien (menguntungkan). b) R/C rasio < 1, Artinya menunjukan bahwa dalam suatu setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah.
41
Dengan kata lain usaha yang dijalankan dapat dikatakan tidak efisien (rugi). c) R/C rasio = 1, Artinya menunjukan bahwa dalam suatu setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah. Dengan kata lain usaha yang dijalani dapat dikatakan efisien (tidak untung dan tidak rugi atau impas). R/C rasio menunjukan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya. Semakin tinggi nilai R/C maka semakin menguntungkan usahatani tersebut. Analisis pendapatan usahatani padi dilakukan pada petani yang menjadi responden, untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi dan mengetahui keutungan dari usahatani yang dijalankan. perhitungan analisis pendapatan dan R/C dapat disajikan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Padi A B C D
Penerimaan tunai Penerimaan yang diperhitungkan Total Penerimaan Biaya Tunai
E
Biaya yang diperhitungkan
F G H I J K
Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total Pendapatan bersih R/C rasio atas biaya R/C rasio atas total
Harga x Hasil panen yang dijual (Kg) Harga x Hasil panen yang dikonsumsi (Kg) A+B a. Biaya Sarana Produksi b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) c. Pajak a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) b. Penyusutan Peralatan c. Benih hasil pembenihan sendiri d. Lahan milik sendiri D+E A–D C–F H – bunga pinjaman (jika ada pinjaman) A/D C/F
Sumber: Soekartawi (1990) 4.6 Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi varietas ciherang di lokasi penelitian, antara lain :
42
1. Produksi padi (Y) adalah padi yang dihasilkan dalam satu musim tanam. . 2. Benih padi (X2) adalah jumlah benih padi yang digunakan petani untuk satu kali musim tanam. 3. Pupuk Urea (X3) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan petani untuk menanam tanaman padinya satu kali musim tanam. 4. Pupuk KCl (X4) adalah jumlah pupuk KCl yang digunakan petani untuk menanam tanaman padinya satu kali musim tanam. 5. Pupuk NPK (X5) adalah jumlah pupuk NPK yang digunakan petani untuk menanam tanaman padinya satu kali musim tanam. 6. Tenaga kerja (X6) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk berbagai kegiatan mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen selama satu kali musim tanam padi. 7. Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp). 8. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 9. Biaya diperhitungkan adalah biaya produksi atas milik sendiri yang digunakan dalam usahatani. Pada dasarnya biaya ini tidak dibayarkan secara tunai, namun diperhitungkan untuk melihat pendapatan petani bila faktor produksi milik sendiri dibayar dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan, nilai tenaga kerja dalam keluarga dan sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri. 10. Biaya penyusutan adalah
biaya yang dikeluarkan dari penyusutan
peralatan pertanian yang dihitung dari nilai pembelian dibagi periode produksi serta umur teknis alat-alat pertanian. Biaya ini dihitung dengan menggunakan satuan rupiah (Rp). 11. Harga produk adalah harga jual rata-rata padi yang diterima oleh petani dalam setiap kali panen dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 12. Harga input merupakan harga rata-rata dari setiap faktor input yang diperoleh petani.
43
13. Penerimaan tunai merupakan nilai produksi padi yang dijual petani dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual padi yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 14. Penerimaan diperhitungkan merupakan nilai produksi padi
yang
digunakan petani, namun tidak dijual dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual padi yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 15. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya tunai usahatani padi dalam satuan rupiah (Rp). 16. Pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya total usahatani padi dalam satuan rupiah (Rp).
44