BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian yaitu: (1) Kabupaten Bangli memiliki produksi kopi Arabika paling tinggi di Provinsi Bali, (2) Kecamatan Kintamani memiliki perkebunan kopi Arabika dengan produksi paling tinggi di Kabupaten Bangli, (3) Sudah mulai berkembang penanganan pascapanen dengan metode olah basah (WP), sehingga sangat dibutuhkan suatu sistem informasi bereferensi geografis untuk pengelolaan agroindustri kopi Arabika di Kecamatan Kintamani, (4) Kopi Arabika Kintamani telah didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan indikasi geografis (IG), yang mensyaratkan beberapa tahapan pengolahan harus dilakukan didalam kawasan. Tahapan pengolahan yang harus dilakukan dalam kawasan meliputi produksi gelondong merah, pengolahan hingga kopi HS basah, dan penyimpanan, dan (5) Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 4.1.
44
45
Gambar 4.1 Lokasi Penelitain
4.2
Jenis dan Sumber Data
4.2.1 Jenis data Berdasarkan jenis data yang dipergunakan, maka dalam penelitian ini akan digunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang dapat diukur dengan angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi data produksi kopi, data kemiringan lahan, data jalan, data sumber air, data jumlah penduduk,
46
biaya pengangkutan, dan sebagainya. data-data peta yang digunakan adalah data vektor. Puntodewo (2003;9) mengungkapkan dalam data format vektor, bumi direpresentasikan sebagai suatu mozaik dari garis (arc/line), polygon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik/point (node yang mempunyai label), dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Data vektor disajikan pada Gambar 4.2. sedangkan data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dengan angka, dalam penelitian ini data kualitatif meliputi deskripsi lokasi penelitian serta data penunjang lainnya.
Gambar 4.2 Data Vektor 4.2.2 Sumber data Berdasarkan sumber data yang dipergunakan, dalam penelitian ini digunakan dari dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer point lokasi perkebunan kopi. Pengambilan data dilakukan dengan penelusuran
47
lapangan (Survei). Survei dilakukan untuk melakukan ploting lokasi perkebunan, lokasi pabrik. Ploting lokasi ditandai dengan bantuan Global Positioning System (GPS) seperti terlihat pada Gambar 4.3. Sedangkan, beberapa informasi lainnya dikumpulkan melalui wawancara dengan narasumber dan pencatatan untuk mendukung penelitian.
Gambar 4.3 Plot Lokasi Perkebunan Kopi Arabika di Kecamtan Kintamani Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung (sumber kedua). Beberapa data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peta dasar (peta rupa bumi), peta penggunaan lahan, peta jenis lahan, peta jalan, peta batas administrasi dengan satuan terkecil adalah desa, dan peta kemiringan lahan. Data peta tersebut diperoleh dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Pemetaan dan Survei Nasional (Bakosurtanal) tahun 2000. Selain itu, juga digunakan peta kawasan indikasi
48
gegrafis kopi Arabika Kintamani dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali dengan melakukan digitasi ulang. Kebutuhan data produksi, luas perkebunan kopi di Kecamatan Kintamani diperoleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Perkebunan dan Perhutanan Kecamatan Kintamani. Untuk menunjang data penelitian digunakan data sekunder lainnya yaitu berupa literatur, data statistik, serta beberapa hasil penelitian sebelumnya, baik terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan penelitian ini. Tabel 4.1 Data Penelitian Keterangan
No 1
Nama data Peta dasar (peta rupa bumi)
Sumber Bakosurtanal
2
Peta penggunaan lahan
Bakosurtanal
Untuk menentukan kesesuaian lahan untuk lokasi pabrik
3
Peta batas administatif (satuan terkecil desa)
Bakosurtanal
Untuk menentukan batas-batas wilayah dan potensi pada masingmasing desa
4
Peta kemiringan lahan
Bakosurtanal
Untuk menentukan sumber tenaga kerja.
5
Peta jalan
Bakosurtanal
Untuk menentukan jalur transportasi pengangkutan bahan baku (kopi)
6
Data produksi kopi
Dinas Perkebunan Kabupaten Bangli
Untuk menentukan sumber bahan baku serta kapasitas produksi pabrik.
7
Data luas lahan perkebunan
Dinasi Perkebunan Kabupaten Bangli (UPTD Kecamatan Kintamani)
Untuk menentukan potensi ketersediaan bahan baku (kopi)
8
Monografi Kecamatan Kintamani
Kantor camat Kintamani
Gambaran umum daerah penelitian
9
Lokasi perkebunan
Survei lapangan
Penentuan jarak bahan baku
10
Data lokasi pabrik yang telah berdiri
Survei lapangan
Sebagai bahan evaluasi dalam penentuan lokasi pabrik
Sebagai peta dasar dalam penentuan lokasi pabrik
49
Prasetyo (2003) mengungkapkan sebelum aplikasi SIG digunakan, terlebih dahulu harus dimasukkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi dan potensi dari obyek penelitian. Data-data yang perlu disiapkan antara lain data peta, data statistik daerah, serta data lainnya. Data peta dapat menggunakan data yang sudah ada yang disediakan oleh Bakosurtanal atau instansi lain. Sedangkan data statistik dapat diambil dengan metode sensus atau data dari instansi terkait seperti BPS. Kebutuhan data serta sumber-sumber data disajikan pada Tabel 4.1. 4.3
Analisi Data Analisis data dilakukan dengan dua metoda yaitu analisis sistem informasi
geografis (SIG), serta analisis regresi linear berganda secara parsial variabel bebas X (curah hujan) terhadap variabel tak bebas Y (produksi), serta analisis trend linear untuk melakukan peramalan produksi. 4.3.1
Anlisis sistem informasi geografi (SIG) Pengelolaan
kawasan
agroindustri
merupakan
kegiatan
untuk
mengorganisasikan suatu kawasan secara efektif dan efisien. Pengelolaan kawasan yang baik hendaknya memperhatikan kondisi geografis kawasan tersebut. Terlebih Kecamatan Kintamani merupakan kawasan hulu Pulau Bali yang merupakan daerah tangkapan hujan. Sehingga pengelolaan kawasan agroindustri kopi juga mempertimbangkan aspek lingkungan. Analisis SIG dapat menyajikan data informasi bereferensi geografis sehingga dapat membantu dalam menentukan lokasi-lokasi strategis yang juga layak secara lingkungan. Nuarsa (2005: v) mengungkapkan SIG saat ini tidak saja digunakan untuk memecahkan masalah-
50
masalah pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga digunakan dalam pemecahan masalah
ekonomi,
kependudukan,
sosial,
kesehatan,
dan
sebagainya.
Soenarmo (2009: 173) mengungkapkan SIG merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan dalam mencapai suatu sasaran berdasarkan informasi berbasis geografis yang dapat dicek keberadaannya di permukaan bumi. Penataan kawasan agroindustri kopi arabika di Kecamatan Kintamani dengan memanfaatkan sistem informasi geografis dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) penentuan sebaran perkebunan dan produksi, penentuan lokasi potensial pabrik, dan penentuan zona produksi berdasarkan pertimbangan geografis dan akses jalan. Penetapkan rencana lokasi (site plan) pengolahan Kopi Arabika dengan sistem olah basah (WP=wet proces). Analisis SIG
digunakan untuk menentukan sebaran
perkebunan dan produksi, penentuan lokasi potensial pendirian pabrik, serta zonasi pengelolaan kawasan agro industri kopi arabika. Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penentuan lokasi pabrik dalam penelitian disajikan pada Tabel 4.2. masingmasing variabel tersebut memiliki bobot yang sama dalam mempengaruhi kelayakan penetapan lokasi pabrik. Setiap Variabel-Variabel memiliki bobot 25% terhadap lokasi, dan setiap variabel memiliki indikator, yang dibobot dengan skala 5. Penentuan bobot indikator jalan dilakukan dengan memberikan bobot kedekatan lahan terhadap jalan, dalam hal ini jalan provinsi dan jalan desa. Jarak terdekat memiliki bobot tertinggi, dengan interval 250 m dari badan jalan. Pembobotan indikator variabel penggunaan lahan ditentukan berdasarkan tingkat korbanan ekonomi yang harus ditanggung apabila dilakukan alih fungsi menjadi pabrik, dan
51
juga reksiko kerugian ekologi dari daerah tersebut. Pembobotan tingkat kemiringan lahan dilakukan dengan klasifikasi kemirignan lereng yang telah berlaku (Bakosurtanal, 2000). Sedangkan pembobotan indikator variabel kedekatan bahan baku dilakukan dengan membagi jarak terjauh dari titik origin (titik tengah Kecamatan Kintamani), dan membaginya kedalan sekala 5. Pembobotan indikator variabel selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pembobotan dan Skoring Pengaruh Variabel dan Indikator Penentuan Lokasi Pabrik No
Variabel
1
Jalan
2
Jenis penggunaan lahan
3
Lereng
4
Bahan baku
Satuan
meter
Bobot pengaruh (%) 25
-
25
Indikator
0-250 m 250-500 m 500-750 m 750-1000 m >1000 m
Bobot pengaruh indikator (%) 25 20 15 10 5
Rumput Semak Tanah Kosong Tegalan/Ladang Kebun/Perkebunan Sawah Tadah Hujan Bangunan Pemukiman Hutan Air
25 25 25 20 15 15 10 10 5 5
%
25
0-8 08-15 15-25 25-40 > 40
25 20 15 10 5
meter
25
0 - 1500 1500 - 3000 3000 – 4500 4500 – 6000 > 6000
25 20 15 10 5
52
Berdasarkan variabel dan bobot masing-masing indikator tersebut, dilakukan analisis SIG untuk menentukan rencana lokasi (site plan) pengolahan kopi dengan sistem olah basah (WP=wet proces), dan juga faktor-faktor geografis lainnya. Dalam analisis SIG ini dibutuhkan bantuan
perangkat keras berupa
seperangkat komputer (hard ware) dan juga perangkat lunak (soft ware). Dalam penelitian ini, digunakan soft ware
ArcVeiw 3.3 yang dikeluarkan oleh
Environmental System Research Institute (ESRI). ArcVeiw 3.3 dapat melakukan pertukaran data, operasi-operasi matematik, menampilkan informasi spasial maupun atribut secara bersamaan, membuat peta tematik, menyediakan bahasa pemrograman (script) serta melakukan fungsi-fungsi khusus lainnya dengan bantuan extensions (ESRI, 1996 dalam As-syakur, 2006). Analisis SIG dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut. (1)
Digitasi Penyajian data spasial dalam program ArcView terdapat tiga bentuk
penyajian, yaitu titik (point), bentuk garis (polyline), dan dalam bentuk area (polygon). Ketiga bentuk penyajian tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Dalam melakukan proses digitasi, diperlukan suatu data dasar (peta). Data tersebut dipilah-pilah sehingga dapat berguna dalam proses analisis berikutnya. Dalam penelitian ini dilakukan digitasi peta indikasi geografis kopi arabika di Kecamatan Kintamani (polygon), digitasi peta sumber bahan baku (point), dan digitasi lokasi pabrik. Digitasi bertujuan untuk memasukkan data-data sesuai dengan kebutuhan analisis.
53
(2)
Data atribut Setelah dilakukan digitasi, maka dilanjutkan dengan memasukkan data
atribut pada peta. Dalam memasukkan data atribut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengetikkan langsung pada tabel yang telah tersedia pada program ArcView, atau dapat melakukan join dengan tabel external, sepert data dalam bentuk dbf, txt, dan sebagainya. (3)
Analisis Setelah dilakukan digitasi dan memasukkan data atribut, maka dapat
dilanjutkan untuk proses analisis. Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Fungsi pemanggilan, klasifikasi, dan pengukuran data Kelompok operasi ini memakai fungsi yang menggunakan data spasial dan
data atribut. Untuk menjalankan fungsinya,data atribut diidentifikasi terlebih dahulu, sedangkan untuk data spasial dibiarkan pada posisi semula. Penerapan fungsi ini tidak akan menyebabkan perubahan lokasi secara spasial dan tidak terbentuk ruang baru kecuali yang bersifat penyederhanaan lokasi.
Operasi yang dijalankan yaitu
pemanggilan data, klasfisikasi dan generalisasi, serta fungsi pengukuran. 2.
Analisis perkiraan (proximity) Analisis proximity digunakan untuk menentukan objek yang paling dekat
dengan suatu lokasi. Analisis proximity digunakan untuk menentukan kedekatan sumber bahan baku (perkebunan kopi) dengan rencana pembangunan pabrik, dan
54
kedekatan dengan fasilitas jalan. Nuarsa (2005: 251) mengungkapkan analisis proximity dapat digunakan untuk menentukan suatu objek, misanya sumber bahan baku yang terdekat dari lokasi pabrik. Analisis ini berhubungan dengan aksesbilitas dari suatu tempat ke tempat lainnya. 3.
Analisis daerah penyangga (buffer) Analisis ini digunakan untuk melengkapi analisis proximity, karena kedua
analisis ini memiliki kesamaan. Dengan analisis buffer maka dapat digunakan menentukan buffer zone, yaitu suatu daerah yang mempunyai lebar tertentu yang digambarkan disekeliling suatu elemen di bagian suatu kawasan yang mempunyai jarak tertentu (As-syakur, 2007). dalam penelitan ini, buffer zone digunakan untuk menentukan kawasan perkebunan yang akan menjadi area penyedia bahan baku, (baffer stock) pabrik, dan buffer untuk menentukan jarak rencana lokasi pabrik dari badan jalan. 4.
Fungsi tumpang tindih (overley) Overley atau tumpang tindih merupakan tahapan untuk melakukan
kombinasi dari beberapa model yang telah dibuat seperti model kemiringan (lereng), jalan, dan sumber bahan baku. Analisis overley dilakukan untuk menjalankan fungsi logika gabungan (union), irisan (intersections), pilihan (and dan or), perbedaan (differences), dan pernyataan bersyarat. Selain itu juga digunakan untuk menyilangkan peta, yaitu peta lereng dengan pengunaan lahan, peta jalan, dan peta lokasi perkebunan (As-syakur, 2006:14). Proses tumpang tindih disajikan pada Gambar 4.4.
55
Gambar 4.4 Overlay Peta Perkebunan, Jalan, Penggunaan Lahan, dan Kemiringan Lahan (4)
Hasil (output) Pembuatan layout merupakan proses terakhir setelah input data, editing
data, analisis data, dan sebagainya. Proses layout merupakan proses untuk mengatur data yang digunakan sebagai output, dan bagaimana data tersebut akan ditampilkan (Nuarsa, 2005: 331). Sistem informasi geografis (SIG) dapat menampilkan berbagai macam informasi sebagai hasil akhir dari suatu operasi. Hasil akhir yang dapat ditampilkan adalah dalam bentuk peta, tabel, dan grafis. Pembuatan hasil akhir juga sering disebut pembuatan layout, umumnya dalam bentuk peta (As-syakur, 2006: 24). 4.3.2 Zonasi pengelolaan Setelah informasi geografis dapat ditentukan, maka dilakukan penentuan zonasi pengelolaan. Zonasi dilakukan berdasarkan referensi kondisi geografis dan
56
ketersediaan akses jalan. Penentuan zonasi pengelolaan dilakukan untuk dicapai pengelolaan yang efektif dan efisien. Selain itu, juga untuk mengetahui kebutuhan kapasitas produksi pada masing-masing zona pengelolaan. 4.4
Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen untuk melakukan analisis,
sebagai berikut.
1.
Komputer jinjing (laptop) Intel CoreTM2 Duo dengan prosesor T6600, intel GMA 4500MHD, layar 14” HD LED LCD, Memory 1 GB, Hard-disk 160 GB, serta Mouse.
2.
Software SIG untuk analisis data spasial. Software yang digunakan yaitu ArcView GIS 3.3 dan aplikasinya.
3.
SPSS 18 untuk melakukan analisis regresi, untuk mengetahui pengaruh curah hujan terhadap produksi kopi.
4.
Microsoft Office 2007 untuk memasukkan data atribut dan penyajian laporan.
5.
Global Positioning System (GPS).
4.5
Rancangan Penelitian Dalam penelitian dilakukan dua fase analisis. Analisis pertama dilakukan
analisis SIG, dan pada fase kedua dilakukan analisis pada aspek ekonomi. Pada analisis SIG, dibutuhkan data-data peta, seperti peta dasar (peta rupa bumi), peta lereng, peta jalan, peta pemukiman, peta sumber mata air, dan lokasi perkebunan kopi arabika. Dari beberapa data peta tersebut, maka akan dilakukan skoring data atribut, dan pembobotan. Hasil skoring dan pembobotan akan menghasilkan peta
57
yang kemudian dilakukan proses tumpang tindih (overlay). Hasil overlay akan dapat menunjukkan beberapa alternatif lokasi pabrik pengolahan yang terdiri dari lima kelas kesesuaian. Untuk memperjelas rancangan penelitian ini, maka disusun alur penelitian seperti disajikan pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Alur Penelitian