BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas tanah ± 1.840M2, dan luas bangunan Puskesmas 419M2 yang terdiri dari: 1) Ruang periksa (poliklinik) 2) Ruang kartu 3) Ruang administrasi 4) Ruang imunisasi 5) Ruang poli gigi 6) Ruang KIA/KB 7) Ruang gizi 8) Ruang kepala puskesmas 9) Ruang apotik 10) Ruang gudang obat 11) Ruang gudang logistik 12) Ruang laboratorium
Sebagian
besar
wilayah
Puskesmas
Tapa
merupakan
wilayah
pemukiman penduduk dengan jumlah rumah pada tahun 2007 sebanyak 3.662 rumah. b. Kondisi Geografis Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan wilayah puskesmas Bolango Utara 2) Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Tilongkabila 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas Wongkaditi 4) Selebah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bulango Utara c. Kondisi demografis Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Tapa tahun 2012 sebanyak 19.527 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 5.635 KK. Penduduk Kecamatan Tapa sebagian besar berpendidikan SD sampai dengan SLTA, sedangkan mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani, PNS dan wiraswasta. 4.1.2 Karateristik Responden Setelah dilakukan pengumpulan data melalui pengedaran angket kepada responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Tapa yang terdaftar sebagai pasien hipertensi di Puskesmas Tapa yang berjumlah 111 orang, langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data agar data yang
masih terkesan bertebaran dapat disusun sehingga lebih mudah dimanfaatkan dalam analisis oleh alat analisisnya untuk menjawab tujuan penelitian. Data dianalisa menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk tabulasi, dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase (%) dari masing-masing item. Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Data univariat dalam penelitian ini berupa karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, obesitas, dan hipertensi. Dalam penelitian ini data univariat akan digambarkan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.1 Data Univariat N o
Variabel
Umur 2 Pekerjaan 3 Obesitas 4 5 Hipertensi Sumber Data Primer 2013 1
Jenis Kelamin
Kategori Laki-Laki Perempuan 20 - 40 Tahun 41 - 60 tahun Bekerja Tidak bekerja Obesitas Tingkat 1 Obesitas Tingkat 2 Obesitas Tingkat 3 Hipertensi Tidak Hipertensi
Frekuensi
%
23 88 75 36 36 75 42 59 10 76 35
20% 79% 67% 32% 32% 67% 37,8% 53,2% 9,0% 68% 31%
a. Data Jenis Kelamin Responden Berdasarkan dengan data pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 orang responden ternyata perempuan paling banyak yang obesitas yakni berjumlah 88 orang (79%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki dan obesitas hanya berjumlah 23 orang (20%). b. Data Umur Responden Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 responden yang obesitas sebagian besar berumur antara 20-40 tahun yakni berjumlah 75 orang (67%), sedangkan yang berumur 41-60 tahun hanya berjumlah 36 orang (32%).
c. Data Pekerjaan Responden Berdasarkan data tabel 4.1 di atas maka dapat dikatakan bahwa dari 111 responden yang dijadikan sampel yang paling banyak tidak bekerja yakni berjumlah 75 orang (67%) sedangkan yang bekerja berjumlah 36 orang (32%) d. Data Tingkat Obesitas Responden Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 responden yang dijadikan sampel ternyata saat dilakukan pemeriksaan terdapat 42 orang (37,8%) yang obesitas Tingkat 1, sebanyak 59 orang (53,2%) yang obesitas tingkat 2 dan sebanyak 10 orang (9,0%) yang obesitas tingkat 3. e. Data Tingkat Kejadian Hipertensi Responden Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas dapat dikatakan bahwa dari 111 responden ternyata yang mengalami kejadian hipertensi berjumlah 76 orang (68%) sedangkan yang tidak hipertensi berjumlah 35orang (31%). 4.1.3 Hasil Analisa Statistik Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel obesitas terkait dengan variabel tingkat hipertensi pasien. Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel.
Menguji ada tidaknya perbedaan/hubungan antara variabel obesitas dengan variabel hipertensi pasien digunakan analisis chi square, dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis chi square, dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan α=0,05. Apabila nilai p < dari α=0,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara dua variabel terseaut (Agung, 1993 ). Berikut ini akan ditampilkan analisa data bivariat antara obesitas dengan kejadan hipertensi. Dari hasil analisa diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.2 Data Bivariat Kejadian Obesitas
ObesitasTingkat 1 Obesitas Tingkat 2
Kejadian Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi N % N % 23 20,7 19 17,1% % 11 9,9% 48 43,2%
Total
N 42
% 100
59
100
Obesitas Tingkat 3
1
0,9%
9
8,1%
10
100
Total
35
31,5 %
76
68,5%
111
100
ChiSquare
Asymp. Sig
17,185
0.000
Sumber Data Hasil Olahan SPSS 2013 Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 responden ternyata yang paling banyak adalah yang mengalami obesitas tingkat 2 dengan kejadian hipertensi yakni berjumlah 48orang (43,2%) dan yang tidak hipertensi berjumlah 11 orang (9,9%).
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango maka dilakukan analisa chisqure melalui program SPSS. Berdasarkan hasil analisa C-Square diketahui bahwa nilai chi-square = 17,185 dengan nilai p- value sebesar 0.000< 0.05 (yang diperlihatkan dalam kolom Asymp.Sig. pada output SPSS, maka H0 dtolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas perawatan Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 4.2
Pembahasan
4.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 111 responden ternyata yang paling banyak mengalami obesitas adalah wanita hal ini disebabkan karena wanita memang memiliki lemak tubuh paling banyak dibandingkan pria dimana pada wanita lemak tubuh mencapai 25-30% sedangkan pada pria hanya berkisar antara 18-23%. Menurut Handriani (2009:12) bahwa hipertensi pada wanita seringkali dipicu oleh prilaku tidak sehat seperti kelebihan berat badan, depresi, rendahnya status pekerjaan, dan penggunaan kontrasepsi hormonal. Sedangkan
pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Berdasarkan data survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa (>=18 tahun) mengalami overweight (BMI 25-27) dan 6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk wanita dewasa mengalami overweight dan 13,5% mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita. (Depkes RI, 2004). Jadi dari hasil survey jelas bahwa wanita yang paling banyak mengalami obesitas dibandingkan laki-laki. 4.2.2 Karateristik Responden Berdasarkan Umur Dari hasil penelitian terhadap responden yang tergolong obesitas di wilayah Puskesmas Tapa diketahui bahwa paling banyak yang mengalami obesitas berumur antara 20-40 tahun sebab pada usia ini sering terjadi kegemukan yang diakibatkan lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk. selain itu pada usia ini karir, kegiatan usaha, kegiatan rumah tangga seperti mengurus anak, suami dan lain-lain semakin padat sehingga kesibukan ini dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk berolahraga dan penggunaan energi menjadi kurang.
Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wirakusumah (2004) bahwa kegemukan menurut usia dapat terjadi pada masa dewasa (Adult Onset Obesity). Kelompok ini sering ditemukan dari pada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai meniti karirnya. Karena kesibukan-kesibukan dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan aktivitas olahraga, maka bila kurang berhati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini. 4.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sehubungan dengan hasil penelitian diketahui juga bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tapa ternyata responden yang tidak bekerja paling banyak mengalami obesitas dalam hal ini hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tingginya jumlah ibu rumah tangga yang obesitas karena kurangnya perhatian terhadap pola makan dan diet yang seimbang. Ibu yang lebih banyak di rumah dengan pekerjaan rumah tangga tentu agak sulit mengatur waktu untuk mengkonsumsi makanan jika dibandingkan dengan yang bekerja dimana waktu makan diatur oleh ketentuan jam kerja. Sejalan dengan pendapat di atas, Almatsier (2004) berpendapat bahwa pola makan dan pola aktivitas dapat mendukung terjadinya kegemukan dan obesitas. Saat ibu berada dirumah maka sangat sulit untuk mengontrol pola
makan sedangkan aktivitasnya juga tidak terlalu banyak membutuhkan gerakan-gerakan yang dapat membakar energi sehingga kegemukan dan obesitas agak sulit dihindari. 4.2.4 Identifikasi Jumlah Penderita Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian terhadap 111 responden diketahui bahwa responden yang obesitas ternyata lebih banyak mengalami kejadian hipertensi yakni berjumlah 76 orang (68,5%) dibandingkan dengan responden yang tidak hipertensi yakni berjumlah 35 orang (31,5%), hal ini disebabkan karena orang yang obesitas memiliki lemak subkutan meningkat, kemudian berat badan meningkat, volume darah juga meningkat, menyebabkan beban pada jantung meningkat dan peningkatan resistensi pembuluh darah, karena itu rentan terhadap penyakit hipertensi. Hubungan antara obesitas dengan hipertensi telah lama diketahui seperti dalam penelitiannya Kapojos (2010) yang berjudul “Hipertensi dan Obesitas” dijelaskan bahwa obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Hubungan obesitas dan hipertensi telah diketahui sejak lama dan kedua keadaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pada Swedish Obese Study didapatkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sebesar 13,5% dan
angka ini akan makin meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh dan waist-hip- ratio. Selain itu dari hasil penelitian Angelya Lumoindong, Adrian Umboh dan Nurhayati Masloman (2012) yang berjudul “Hubungan Obesitas dengan Profil Tekanan Darah” disimpulkan bahwa obesitas saat ini sudah menjadi masalah global, prevalensinya meningkat tidak saja di negara maju tapi juga di negara-negara berkembang. Obesitas pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah yang kompleks, penyebabnya multifaktorial sehingga menyulitkan penatalaksanaannya. Peningkatan kegemukan dan obesitas pada ikut mendongkrak prevalensi hipertensi. 4.2.5 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi sebagaimana dari 111 responden yang dijadikan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yang telah diukur diketahui bahwa terdapat 35 orang dengan tekanan darah normal dan 76 orang bertekanan darah tinggi, dari hasil analisa chi-square ternyata terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi dengan nilai p=0,000 < 0.05. Hal ini disebabkan oleh banyaknya responden di wilayah kerja puskesmas tapa yang kurang memperhatikan pola makan karena obesitas erat
kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang dan seseorang yang obesitas lebih mudah terkena hipertensi karena memiliki berat badan yang lebih, sehingga volume darah meningkat dan juga menyebabkan beban pada jantung meningkat sehingga rentan terhadap penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Yufita Yeni (2009) yang berjudul “faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi” dijelaskan bahwa dimana seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Seseorang yang obesitas pada usia 30 tahun mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang langsing dengan usia yang sama.