74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif yang biasa disingkat “Narkoba” dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971, tepat pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi enam (6) permasalahan
nasional
yang
menonjol,
diantaranya
adalah
;
pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, serta pengawasan orang asing. Berdasarkan Inpres tersebut, Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971, dengan salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando serta bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari APBN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN. 74
75
Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut, Pemerintah masa itu (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu badan koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 instansi pemerintah terkait. BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002, BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal karena keterbatasan tersebut. Beberapa waktu bergulir, BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang semakin serius. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti namanya menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN merupakan sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional.
76
Badan Narkotika Nasional (BNN) baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN mulai tahun 2003, sehingga BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun, karena tanpa struktur kelembagaan yang memiliki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan semakin serius. Oleh karena itu, pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika
Kabupaten/Kota
(BNK),
yang
memiliki
kewenangan
operasional melalui kewenangan anggota BNN terkait dalam satuan tugas, dimana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota. Masing-masing (BNP dan BNKab/Kota) tidak memiliki hubungan struktural vertikal dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan semakin serius dari tahun ke tahun, maka Ketetapan MPRRI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik
Indonesia
(MPR-RI)
Tahun
2002
telah
77
merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 2009 oleh Presiden Republik Indonesia, Badan Narkotika Nasional diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika secara mandiri. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, status kelembagaan Badan Narkotika
Nasional
(BNN)
menjadi
Lembaga
Pemerintah
Non-
Kementerian (LPNK) dengan struktur vertikal ke propinsi dan kabupaten/kota. Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, sementara di kabupaten/kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan lima (5) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama. Badan Narkotika Nasional pusat berlokasi di Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang, Jakarta Timur. Telp. (021) 8088 5225, 8087 1567. Fax. (021) 8088 5225, 8087 1591, 8087 1593. Websitenya dapat diakses di
78
www.bnn.go.id, email:
[email protected]. Call center : 021-8088 0011. SMS Center : 081.221-675-675. 4.1.2 Visi dan Misi, Badan Narkotika Nasional (BNN) Secara sederhana, visi adalah apa yang ingin dicapai organisasi pada masa depan, sedangkan misi merupakan maksud dari pendirian organisasi tersebut, yang mencerminkan arah perkembangan organisasi secara umum. Sedangkan arah perkembangan yang lebih spesifik dicantumkan dalam objektif organisasi. Ketiga hal tersebut menjadi pedoman dalam pengembangan organisasi dan mendasari perumusan strategi yang akan dijalankan oleh organisasi tersebut yang bagaimanapun tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungannya. 1 4.1.2.1 Visi Badan Narkotika Nasional (BNN) Komitmen negara-negara anggota ASEAN yang telah dideklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA 2015 yang merupakan isu global, regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu, sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR nomor : TAP/MPR/VII/2001, yakni : “Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religious, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara”. 1
Yosal Irianta, Manajemen Strategis Public Relations, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hal.25
79
Maka Visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point dalam penanganan permasalahan narkoba adalah: “Terwujudnya masyarakat Indonesia bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) tahun 2015”. 2
4.1.2.2 Misi Badan Narkotika Nasional (BNN) 1.
Melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hokum dan kerjasama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya.
2.
Mengoordinasikan
penyusunan,
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan
dan
peredaran
gelap
narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya. 3.
Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan
2
dan
pemberantasan penyalahgunaan
dan
Sejarah BNN (2010, 25 Agustus). Website BNN (on-line). Diakses pada tanggal 25 Agustus 2010 dari http://www.bnn.go.id/sejarah_bnn.
80
peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya. 4.
Melaksanakan pelaporan kebijakan nasional di bidang pencegahan
dan
pemberantasan penyalahgunaan
dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya. 3
4.1.3 Tujuan Pokok Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan an rencana anggaran
serta
rencana
operasional
yang
bersifat
teknis,
maka
memutuskan perlu ditetapkan tujuan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) yang diharapkan dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu, dengan penetapan tujuan organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi, dan isu-isu strategis. Dengan demikian, tujuan yang ditetapkan antara lain adalah:4 1. Tercapainya
komitmen
yang
tinggi
dari
segenap
komponen
pemerintahan dan masyarakat untuk memerangi narkoba.
3
Sejarah BNN (2010, 25 Agustus). Website BNN (on-line). Diakses pada tanggal 25 Agustus 2010 dari http://www.bnn.go.id/sejarah_bnn. 4 Sejarah BNN (2010, 25 Agustus). Website BNN (on-line). Diakses pada tanggal 25 Agustus 2010 dari http://www.bnn.go.id/sejarah_bnn.
81
2. Terwujudnya sikap dan perilaku masyarakat untuk berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). 3. Terwujudnya kondisi penegakan hokum di bidang narkoba sesuai dengan supremasi hukum. 4. Tercapainya peningkatan sistem dan metode dalam pelayanan terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba. 5. Tersusunnya database yang akurat tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 6. Beroperasinya satuan-satuan tugas yang telah dibentuk berdasarkan analisis situasi. 7. Berperannya
Badan
Narkotika
Propinsi/Kabupaten/Kota
dalam
melaksanakan program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). 8. Terjalinnya
kerjasama
internasional yang efektif
sehingga
dapat
memberikan bantuan solusi penanganan permasalahan narkoba di Indonesia.
4.1.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Badan Narkotika Nasional (BNN) 4.1.4.1 Tugas Pokok Badan Narkotika Nasional (BNN) Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan Lembaga Non Struktural
yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
82
langsung kepada Presiden Negara Republik Indonesia, memiliki tugas untuk membantu Presiden dalam:5 1. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang ketersediaan dan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya atau dapat disingkat dengan P4GN, serta 2. Melaksanakan P4GN dengan membentuk satuan tugas yang terdiri atas unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing.
4.1.4.2 Fungsi Badan Narkotika Nasional (BNN) Badan Narkotika Nasional memiliki fungsi diantaranya adalah:6 1. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam penyiapan dan penyusunan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN; 2. Pengkoordinasian
instansi
pemerintah
terkait
dalam
pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN serta pemecahan permasalahan dalam pelaksanaan tugas; 3. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam kegiatan pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya;
5 6
Ibid Ibid
83
4. Pengoperasian satuan tugas yang terdiri atas unsur pemerintah terkait dalam P4GN sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing; 5. Pemutusan jaringan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya melalui satuan tugas; 6. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional dan internasional dalam rangka penanggulangan masalah narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya. 7. Pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pembinaan dan pengembangan terapi dan rehabilitasi serta laboratorium narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya; 8. Pengorganisasian Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK/Kota) berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN. 4.1.5
Kegiatan Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Guna
mendorong
penyalahgunaan Narkoba,
partisipasi
masyarakat
dalam
menekan
juga telah dilaksanakan berbagai kegiatan
preventif, sebagai berikut : 7 1. Pembentukan jaringan pemuda Indonesia melawan penyalahgunaan Narkoba pada perguruan tinggi di 11 propinsi. 2. Pembentukan kader penyuluh P4GN di 9 propinsi pada lingkungan kerja, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan. 7
Press Release Akhir Tahun 2010, Badan Narkotika Nasional
84
3. Pembentukan 1.500 kader anti Narkoba pada lingkungan pelajar dan mahasiswa di 10 propinsi. 4. Kegiatan kelompok diskusi di 5 propinsi: Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur. Kegiatan tersebut melibatkan pihak media massa, akademisi, perbankan, BUMN dan
bertujuan
menampung
aspirasi
pihak
terkait
selanjutnya
diimplementasikan dalam bentuk program P4GN. 5. Di bidang diseminasi informasi dengan kegiatan : A.
Pameran informasi Narkoba
B.
Pertemuan jurnalis pemerhati Narkoba
C.
Penayangan iklan layanan masyarakat di media cetak dan elektronik
D.
Penerbitan majalah
E.
Pemasangan spanduk, baliho, umbul-umbul dan balon udara
F.
Pendistribusian secara gratis : brosur, stiker, poster, VCD dan pin anti Narkoba.
G.
Penerbitan majalah internal BNN. Dalam lomba Anugerah Media Humas yang diselenggarakan oleh
Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah Pusat atau Bakohumas, majalah internal BNN berhasil meraih Juara II untuk kategori kementerian dan lembaga negara. Di bidang informasi dan teknologi, BNN telah menyediakan layanan kepada masyarakat melalui website www.bnn.go.id dan pembangunan perpustakaan online. Hal ini ternyata
85
mendapat penghargaan dari bakohumas sebagai Juara II website terbaik untuk kategori Kementerian dan Lembaga Negara. Melalui website BNN, telah dibuka layanan suara masyarakat. Dari Januari s/d November 2010 telah masuk 1.478 suara masyarakat terdiri dari : 1)
Pertanyaan tentang Narkoba, organisasi kepegawaian, dan pencegahan
2)
Laporan
kasus
mengenai
tindak
pidana
Narkoba
di
lingkungannya 3)
Masukan ataupun kritikan terhadap BNN.
BNN terus melakukan upaya persuasif terhadap mereka yang termasuk golongan beresiko tinggi, melalui program pemberdayaan masyarakat perkotaan dan pedesaan. Untuk wilayah perkotaan, Kampung Permata – Jakarta Barat menjadi pilot project dari program ini. Upaya yang dilakukan antara lain dengan memberikan keterampilan : 4)
Menjahit dan membordir
5)
Memasak
6)
Tata rias kecantikan
7)
Pelatihan komputer
8)
Olahraga dan kesenian
Untuk wilayah pedesaan, kegiatan pembangunan alternatif dilaksanakan di propinsi Aceh dengan memfokuskan pada kegiatan :
86
1)
Survey pemetaan area Ganja yang melibatkan 6 universitas di Aceh.
2)
Sosialisasi intensif tanaman dan hewan ternak pengganti yang dinilai memiliki nilai ekonomis.
4.1.6 Kerjasama Luar Negeri 1.
Kegiatan international Drug Enforcement Conference (IDEC) ke27 di Rio de Janeiro, Brasil tanggal 27 – 29 April 2010.
2.
Penyelenggaraan Workshop on Anti Drug Cooperation Project bersama Supreme Presecutors Office (SPO) dari Republik Korea, tanggal 28 sampai 29 Juni 2010 di Bali.
3.
Penyelenggaraan International Drug Enforcement Conference (IDEC) bagi negara-negara anggota untuk kawasan Timur Jauh (Far East Region), tanggal 21 hingga 22 September 2010 di Batam.
4.
Kegiatan Anti Drug Liaison Officials Meeting for International Cooperation (Adlomico), tanggal 4 – 6 Oktober 2010 di Seoul – Korea, diikuti oleh 21 negara.
5.
Penyelenggaraan pertemuan ASEAN Senior Officials on Drug Matters atau ASOD ke-31 pada tanggal 13 – 15 Oktober 2010 di Jakarta.
6.
Kegiatan Heads of National Drug Law Enforcement Agencies (HONLEA) ke-34 di Bangkok, tanggal 30 November – 3 Desember 2010.
7.
Kegiatan Visit to Doi Tung Development Project di Chiang Rai – Thailand, tanggal 19 – 23 Desember 2010.
8.
Kunjungan kerja operasional BNN ke Teheran – Iran dalam rangka memperlancar operasi pemberantasan jaringan sindikat Iran.
87
9.
Kegiatan sidang Commission on Narcotic Drugs (CND) di Vienna – Austria, tanggal 8 – 12 Maret 2010, diikuti oleh 49 negara anggota komisi dan 77 negara peninjau. 8
4.1.7
Gambaran Next Creative Generation di Mal Ciputra Next Creative Generation adalah ajang kreatifitas anak muda
terbesar yang mengkampanyekan gerakan 'Anti Narkoba dan Peduli Aids', didedikasikan untuk remaja Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun Indonesia ke arah yang lebih baik serta dirangkai dalam konsep yang berbeda dalam menyambut Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2010. 9 Dengan mengadakan suatu kegiatan dengan mengangkat ragam yang bersifat positif di kalangan remaja, Next Creative Generation berlangsung dari tanggal 23 Juni hingga 11 Juli 2010. Kegiatan ini digagas atas kerjasama Mal Ciputra, Badan Narkotika Nasional (BNN), Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) serta Yayasan Aids Indonesia (YAI). Beragam kegiatan menarik akan mewarnai giat ini, antara lain : Kompetisi : cheerleaders, modern dance, wall climbing, cosplay, online games, mengarang cerita pendek, dan grafitty. Atraksi : fashion show recycle material, skateboard, bartender, break dance, face & body painting, music band.
Workshop & exhibition : manga, 3D animasi, musik.
Sculpture unik dari barang-barang bekas. Semua kegiatan yang
8 9
Ibid Wawancara dengan Ibu Rida Kusrida, selaku Public Relations Mal Ciputra, Via email, Jakarta, 20 Januari 2011, jam 05.00 WIB
88
ditampilkan merupakan kreatifitas dari, untuk, dan oleh generasi muda penerus bangsa yang ANTI NARKOBA. BNN
turut
mengkampanyekan
berpartisipasi berbagai
dalam
informasi
kegiatan tentang
tersebut
untuk
Narkoba.
BNN
menghadirkan nara sumber dalam kegiatan talkshow, dengan tema Say No To Drugs, Do and Die, dan Drugs For Idiots. Talkshow diadakan sebanyak tiga kali pada tanggal 25 Juni 2010, 3 Juli 2010 dan 10 Juli 2010, dengan narasumber : a.
Dr. Kusman Suriakusumah, Sp.KJ, MPH (Dir Penguatan Lembaga Rehab Deputi Rehabilitasi BNN)
b.
Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si (Kabag Humas dan Dokumentasi Ro Um Settama BNN)
c.
Khrisna Anggara, SH, M.Si (Kasubbag Humas Bag Humas Ro Um Settama BNN)
d. Muhammad Fierza Nasution, M.Si, Psi (Kasubbag Keuangan, Perlengkapan dan Pemeliharaan Bag Umum UPT T&R) Selain itu BNN menghadirkan pula Duta Anti Narkoba yaitu Frida Lusiana. BNN juga mengisi booth pameran yang telah disediakan oleh panitia dan membagikan berbagai produk informasi tentang Narkoba secara gratis kepada para pengunjung. 10
10
Laporan Kinerja Internal Humas BNN Tahun 2010
89
4.1.8
Struktur Organisasi BNN BNN
dikepalai
oleh
Kepala
BNN
yang
diangkat
dan
diberhentikan langsung oleh Presiden. Kepala BNN dibantu oleh Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan lima (5) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama. Inti dari koorbisnis sebagai sasaran utama BNN adalah terletak di lima (5) bidang tersebut.11 Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Nomor: 03/V/2010/BNN tanggal 12 Mei 2010, struktur organisasi BNN dapat dilihat pada lampiran 3 (Bagan 4.1 Struktur Organisasi BNN). Dalam Struktur Umum, terdapat Sekretariat Utama yang membawahi empat (4) Biro (Karo) yaitu: Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian dan Organisasi, Biro Keuangan, serta Biro Umum. 12 Strukturnya dapat dilihat pada lampiran 3 (Bagan 4.2 Struktur Organisasi Sekretariat Utama). Salah satu Biro di bawah koordinasi Sekretariat Utama adalah Biro Umum. Di dalam Biro Umum, terdapat struktur khusus yang di dalamnya membawahi empat (4) bagian yang menyangkut: Bagian Tata Usaha, Bagian Logistik, Bagian Hubungan Masyarakat dan Dokumentasi, serta
11
Wawancara dengan Bapak Khrisna Anggara, selaku Kasubbag Humas BNN, Jakarta, Ruang Humas Lt. 1 BNN, tanggal 18 Februari 2011, jam 15.47 WIB 12 Ibid
90
Bagian Rumah Tangga dan Protokol. 13 Struktur Biro Umum dapat dilihat pada lampiran 3 (Bagan 4.3 Struktur Organisasi Biro Umum). 4.1.9
Struktur Pelaksana Harian Humas BNN Humas berdiri sendiri dengan tingkatan yang setara eselon III.
Karena berada di bawah koordinasi Biro Umum, maka Humas disebut sebagai “Humas Ro Um Settama” BNN yang berarti Hubungan Masyarakat yang berada di bawah koordinasi Biro Umum Sekretariat Utama Organisasi Badan Narkotika Nasional. 14
KALAKHAR BNN
SEKRETARIS
KA BIRO REN
KA BIRO UMUM
KABAG HUMAS
KSB MEDIA MASSA PENDAPAT UMUM & PEMBERITAAN
KSB HUB MASY DAN ANTAR LEMBAGA
Bagan 4.4 Pelaksana Harian Humas BNN
13 14
Ibid Ibid
KSB PUBLIKASI DOK DAN PERPUSTAKAAN
91
4.1.10 Tugas Humas BNN Secara umum melakukan urusan kehumasan, baik kepada masyarakat, media massa ataupun institusi lainnya. Bidang kehumasan terdiri atas : 1. Sub bagian Media Massa, pendapat Umum dan Pemberitaan : -
Melakukan penyiapan bahan kajian terhadap pemberitaan media massa dan pendapat umum
-
Memberikan hak jawab institusional
2. Sub bagian Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga : -
Melakukan penyiapan bahan koordinasi dan komunikasi kehumasan antar lembaga pemerintah, non pemerintah, masyarakat dan internasional.
3. Sub bagian Publikasi, Dokumentasi dan Perpustakaan : -
Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan publikasi dan penyebaran informasi
-
4.2
Melakukan pengelolaan dokumentasi dan perpustakaan
Hasil Penelitian Pada bagian ini, terdapat lima (5) narasumber yang diwawancarai secara
terpisah dengan menggunakan metode wawancara mandalam (in depth interview). Diuraikan dari hasil wawancara terkait dengan “Perancanaan Kampanye Humas Next Creative Generation Badan Narkotika Nasional (BNN) di Mal Ciputra (Periode April-Juli 2010)”, tiga diantaranya adalah nara sumber berasal dari
92
internal BNN, satu nara sumber dari pihak eksternal media support, satu nara sumber dari pihak Mal Ciputra mengenai perencanaan kegiatan. Badan Narkotika Nasional sebagai institusi yang diberikan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan strategi dan implementasi penanggulangan permasalahan narkotika di Indonesia, pelaksanaan program giat yang dilakukan Humas BNN dalam hal pencegahan secara umum didasari oleh kebijakan dan strategi
nasional
dalam
rangka
upaya
Pencegahan,
Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika atau disingkat dengan “P4GN”. Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, 43 tahun, selaku Kepala Bagian Humas Ro Um Settama BNN, menjelaskan pengertian kampanye adalah: “Sebuah kegiatan yang komunikan lakukan kepada masyarakat atau khalayak ramai bersifat persuasif, di mana dalam kegiatan tersebut, komunikan menyampaikan informasi-informasi dan berharap audiencenya akan mengerti dan melaksanakan apa yang komunikan mau.” 15 Senada dengan pengertian tersebut, Khrisna Anggara, SH, M.Si, 32 tahun, menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Humas Ro Um Settama
BNN,
menyebutkan bahwa kampanye merupakan: “Kampanye adalah sebuah upaya penyampaian informasi yang melibatkan masyarakat luas, berupaya menyampaikan program-program organisasi dengan output yang diharapkan adalah minimal masyarakat paham pesan organisasi dan mau melaksanakan ajakan dalam bentuk partisipasi aktif di dalamnya.” 16 Irwan Siswanto, ST, 29 tahun, selaku staf Humas Ro Um Settama BNN, menambahkan bahwa kampanye:
15
Hasil Wawancara dengan Kabag Humas Ro Um Settama BNN, Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ruang Humas Lt. 1 BNN, Jakarta, 8 Maret 2011, pukul 15.45-17.20 WIB 16 Hasil Wawancara dengan Kasubbag Humas Ro Um Settama BNN, Khrisna Anggara, SH.,M.Si, Ruang Humas Lt. 1 BNN, Jakarta, 18 Februari 2011, pukul 14.45-18.01 WIB
93
“Kita mensosialisasikan pesan kepada masyarakat luas, seperti BNN misalnya, kaitannya dengan bahaya narkoba.” 17 Kampanye menurut mereka adalah kegiatan persuasif yang diupayakan dalam menyampaikan informasi melalui sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai program-program kelembagaan dengan tujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba dan menghimbau agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam upaya tersebut. BNN secara konsisten mengemban misi lembaga melakukan aksi terhadap tiga upaya yang menjadi koorbisnis secara kontinu seperti upaya pencegahan, pemberantasan dan rehabilitasi. Konsistensi tersebut tercermin dalam pernyataan yang dikutip oleh Kasubbag Humas BNN. Beliau mengatakan: “Kampanye sudah sejak berdirinya BNN. Awal berdirinya BNN, itu sudah ada. Cuma mungkin bentuknya saja yang berbeda. Apalagi karena keterbatasan personil, dananya juga sehingga belum begitu diketahui masyarakat. Sekarang, anggaran cukup memadai, sehingga BNN juga leluasa menyusun program-programnya diketahui oleh masyarakat.”18 Seperti halnya pernyataan di atas, Kabag Humas BNN, Sumirat Dwiyanto menyatakan hal serupa, bahwasannya: “Sejak berdirinya BNN. Mungkin kita bicara tidak hanya sebatas kampanye ya. Kampanye itu kan suatu bentuk kerjasama sosialisasi. Sedangkan bentuk kegiatan sosialisasi itu tidak hanya melaksanakan melalui kampanye, bisa saja dengan penyuluhan, pameran, pendistribusian majalah, produk informasi kita. Karena dulu kan sudah ada struktur untuk bagian pencegahan, penegakan hukum, terapi rehabilitasi. Sekarang malah kita lebih dibatasi. sebenarnya yang memiliki kekuatan lebih besar untuk melakukan kampanye itu Deputi pencegahan yang disana ada Direktorat Desiminasi Informasi, kaitannya yaitu penyebaran informasi ke berbagai pihak, media, dsb. Sekarang Humas lebih banyak dalam hal kaitannya dengan hubungan kelembagaan. 17
Hasil Wawancara dengan Staf Humas Ro Um Settama BNN, Irwan Siswanto, ST, Ruang Humas Lt. 1 BNN, Jakarta, 1 Maret 2011, pukul 15.50-18.45 WIB 18 Khrisna Anggara, op,cit.,
94
Contohnya, kita koordinasi dengan instansi atau organisasi lain dalam hal misalnya kita audensi kerjasama apa yang bisa kita lakukan, itu secara teori. Tetapi dalam prakteknya sekarang ini kita masih banyak melakukan kegiatan sosialisasi bahaya narkoba ke masyarakat.” 19 Beliau juga menambahkan keterangan bahwa intensitas kampanye yang dilakukan adalah: “Secara umum memang bisa dibilang kampanye, namun khususnya kita melakukan pameran menurut saya sama saja. Karena kita sifatnya persuasif kan, mengajak orang ke stand kita, berharap dapat menyampaikan informasi tentang narkoba, membagikan produk informasi. Intinya mereka paham. Minimal mereka tau lah, narkoba itu seperti apa, bentuknya, bahayanya seperti apa. Kalau intensitas tahun 2010 itu, di Jakarta kurang lebih 10 kali. Itu ketentuan yang ada dalam program ya, kalau realnya itu lebih dari 10. Kalau untuk di daerah itu kemarin 6 kali, contoh di Aceh, Bali, Surabaya.”20 Dilihat dari sudut pandang pelaksanaan secara berkesinambungan, Kabag Humas memberikan keterangan mengenai agenda kegiatan di atas untuk setiap tahunnya adalah: “Iya, itu rutin. Karena yang saya baca teori buku Kehumasan, pameran itu umum dilakukan oleh orang-orang Humas dan masuk Jobdesknya Humas. Jadi itu rutin akan dilaksanakan rutin di tahun-tahun depan, tapi mungkin sasaran dan lokasi yang berbeda.“ Dalam hal penyusunan program kerja, kita buat perencanaan, nantinya diperiksa oleh Direktorat Jenderal Anggaran, dilihat kuantitas programnya cukup apa enggak, atau kebanyakan, dilihat dari efektifitasnya. Disitulah kita berargumen. Sebenarnya, 10 kali dalam 1 tahun di Jabodetabek itu kurang, karena realnya sendiri itu kita bisa lebih dari itu. Karena kita sering juga dapat permintaan dari instansi, pemerintah atau kampus mereka adakan kegiatan yang mengundang kita untuk buka stand, sampai EO yang menggelar Expo-Expo ke daerah. Tapi umumnya mereka bayar tu, nah kita selalu nego minta dispensasi, karena kita berbeda dengan mereka yang komersial, kita sifatnya sosial, tidak menjual program, jadi murni pelayanan.” 21
19
Sumirat Dwiyanto, op,cit., Ibid 21 Sumirat Dwiyanto, op,cit., 20
95
Keterangan tersebut didukung oleh pernyataan yang dilontarkan Irwan Siswanto, selaku staf Humas, yakni: “Sebagian besar ada yang diulang, karena kembali lagi kepada anggaran. Contohnya: di Humas ada Forum silaturahmi, tiap tahun pasti ada atau pameran di beberapa tempat, itu tidak monoton di satu tempat.” 22 Lantas, seperti halnya di atas, Kasubbag menambahkan untuk intensitas kampanye yang dilakukan: “Sosialisasi kampanye kadang melebihi target. Misalnya tahun 2010, di Jakarta rencananya ada 10 kali. Dalam realitanya, kita melakukan lebih dari 10 kali. Banyak permintaan dari masyarakat seperti Ormas misalnya, untuk kita berpartisipasi dalam giat yang mereka buat. Humas juga mengupayakan pencegahan seperti kampanye dalam bentuk pameran, penyuluhan, expo, dsb itu biasanya bisa menjangkau. Tahun 2011 ini di Jabodetabek direncanakan untuk 20 kali, sedangkan di wilayah daerah rencana 6 kali. Kita juga melihat moment apa yang akan diadakan di daerah itu. Jika itu dinilai strategis, kita coba masuk dan gabung dengan berbagai elemen lain. Kalaupun bayar, biasanya kita minta diskon khusus, tapi kita selalu upayakan booth kita gratis.” 23 Kaitannya dengan beberapa hal di atas, dapat dilihat, bahwa segala bentuk kegiatan yang diprogramkan oleh Humas, pastilah melalui proses perencanaan yang tentunya melibatkan masalah perencanaan dalam anggaran program itu sendiri. Oleh karena itu, Khrisna Anggara menguraikan hal mengenai perencanaan itu sendiri, yaitu: “Ya, itu pasti. Kita koordinasi terhadap suatu perencanaan dengan para tim kita, pastinya kita menyiapkan apa saja kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan. Intinya kita buat dalam suasana santai , tidak harus selalu tertulis. Tetapi untuk ketentuan pertanggungjawaban keuangan memang biasanya setiap kegiatan yang kita lakukan, itu diawali dengan Surat Perintah (SPRIN). Dalam pelaksanaan, kegiatan kita lebih flexible saja mengenai personil yang berangkat. Untuk data kegiatan yang lebih detail, 22 23
Irwan Siswanto, op.cit., Khrisna Anggara, op.cit.,
96
kita tuangkan dalam laporan hasil pelaksanaan kegiatan. Programprogram dibuat dan diusulkan 1 tahun sebelumnya, dengan perkiraan anggaran berapa. Jika telah disetujui oleh Dirjen anggaran, akan dituangkan dalam bentuk PO (Petunjuk Operasional), kita bisa lihat kegiatan apa saja yang Humas laksanakan.” 24 Kabag Humas BNN, Sumirat Dwiyanto turut mendukung pernyataan tersebut dengan memberi kesaksian mengenai perencanaan program sebagai berikut: “Iya, pasti kita membuat perencanaan. contoh yang sederhana itu pengalokasian budget, masalah rapat, timnya (siapa yang bertugas), masalah dengan pihak lain (seperti nara sumber, moderator, atau tempat pelaksanaan acara itu). Intinya kita akan selalu koordinasi, minimal secara internal Humas. Kita bagi jobdesk masing-masing personil dan tanggung jawabnya apa.”25 Apakah secara verbal atau dalam bentuk tertulis? “Umumnya secara lisan, karena menurut saya lebih efektif, kita bisa tepat sasaran secara langsung kita bisa langsung terima dari pihak lain dari para staf atau pimpinan. Karena kegiatan itu kan kaitannya dengan penarikan anggaran, jadi kita harus memenuhi ketentuan administrasinya. Salah satunya kita menyusun “Sprin” (Surat Perintah). Jadi disitu jelas, acaranya apa, dimana, siapa personil yang dilibatkan, waktunya. Itu semua tertera dalam Sprin. Baru kita bergerak. Dan dalam hal koordinasinya, kita fleksibel aja. Kaitannya juga untuk pertanggungjawaban keuangan. Di akhir kegiatan, pasti ada laporan. Kita diharuskan membuat laporan, karena itu bentuk pertanggungjawaban kita terhadap tim pemeriksa dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).”26 Staf Pelaksana Humas, Irwan Siswanto ikut menambahkan setiap perencanaan anggaran program sebagai berikut : “Pasti, makanya kan setiap pertengahan atau akhir tahun, staf perencanaan di Humas “mbak Titin” selaku staf Humas yang concern kepada Sistem Informasi Akutansi berperan membuat dan menganggarkan anggaran untuk kegiatan. Di BNN pun ada bagian perencanaan, jadi 24
Khrisna Anggara, op.cit., Sumirat Dwiyanto, op,cit., 26 Ibid 25
97
setiap satker diwajibkan untuk membuat perencanaan anggaran kegiatan yang dialokasikan untuk satu tahun ke depan. Bukan verbal lagi, malah udah ada software yang bisa meng-input data. Software itu sudah ada patokan rincian mata uang anggaran, dibukukan namanya SBU (Standart Biaya Umum) namanya.” 27 Penelitian ini berangkat dari keingintahuan penulis mengenai bagaimana Badan Narkotika Nasional (BNN) mengkaji suatu perencanaan dalam sebuah kegiatan positif yang digagas atas kerjasama Mal Ciputra, BNN, YCAB, serta YAI pada giat Next Creative Generation dan cukup berhasil dengan mempersembahkan giat ini untuk generasi muda. Pertama, kita akan telusuri apa yang dimaksud dengan Next Creative Generation. Ibu Rida Kusrida, 37 tahun selaku Public Relations Officer Mal Ciputra Jakarta, menjelaskan tentang hal tersebut adalah: ”Next Creative Generation’ adalah ajang kreatifitas anak muda terbesar yang mengkampanyekan gerakan 'Anti Narkoba dan Peduli Aids', didedikasikan untuk remaja Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.”28 Seperti halnya penjelasan Ibu Rida, Irwan Siswanto juga menambahkan bahwa: “Next Creative Generation ini merupakan suatu giat yang digagas oleh Mal Ciputra sebagai bentuk CSR, bekerjasama dengan BNN yang turut mensingkronkan sebagai rangkaian kegiatan HANI, juga YCAB, YAI yang diharapkan menggugah para remaja aktif untuk melakukan kegiatan positif, berkualitas tanpa narkoba.” 29 Rida Kusrida, juga menambahkan lembaga yang juga bekerjasama serta alasan mengapa lembaga tersebut disertakan adalah: “BNN (Badan Narkotika Nasional), YAI (Yayasan Aids Indonesia), YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa). Karena lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di 27
Irwan Siswanto, op.cit., Hasil wawancara dengan Ibu Rida Kusrida, Public Relations Officer, PT. Ciputra Sentra, Jakarta, via email, 18 Januari 2011, pukul 05.00 WIB 29 Irwan Siswanto, op.cit., 28
98
bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba, penanganan AIDS dan mengelola anak-anak kurang mampu/anak jalanan dengan memberikan fasilitas pendidikan dll.” 30 Hal demikian dipertegas oleh keterangan yang diberikan koordinator kampanye atau disebut PIC (Person In Chart) yang merupakan staf pelaksana Humas BNN dari kegiatan Next Creative Generation tersebut, Irwan Siswanto, yakni: “Selain BNN dan Mal Ciputra tentunya, ada juga YCAB dan YAI merupakan LSM sering bekerjasama dengan BNN. Karena sesuai dengan temanya Next Creative Generation, apa sih kegiatan remaja di masa mendatang apalagi sekarang sedang genting masalah narkotika, suntiksuntikan bisa jadi Aids. Banyak LSM sebenarnya, namun, yang paling punya jam terbang tinggi itu YCAB dan YAI.” 31 Kegiatan ini disambut baik dan didukung penuh oleh pihak BNN, turut bekerjasama pula dengan YCAB dan YAI sebagai lembaga-lembaga yang konsisten menggaungkan masalah bahaya narkoba dan akibat aids. Humas BNN khususnya, Kabag pun mengutarakan demikian: “Iya, kita mengapresiasi dari pihak-pihak swasta seperti Mal Ciputra punya komitmen dan inisiatif untuk menggagas acara itu, kita menyambut positif, karena secara tidak langsung menjadi perpanjangan tangan kita menjangkau masyarakat lain.” 32 Bersedianya BNN dan FKLSM (Forum Komunikasi Lembaga Swadaya Masyarakat Anti Narkotika) pasti menimbang dari berbagai sisi atas latar belakang yang diungkapkan antara lain oleh Irwan Siswanto: “(1)Karena makin maraknya trend penggunaan narkoba di kalangan remaja; (2) adalah mudahnya mendapatkan barang haram tersebut;(3)efeknya itu cepet untuk pemakainya, contoh: stres pakai narkoba langsung hilang stresnya.”33 30
Ibid Irwan Siswanto, op.cit., 32 Sumirat Dwiyanto., op.cit., 33 Irwan Siswanto, op.cit., 31
99
Dalam kampanye bertemakan Next Creative Generation ini, Irwan Siswanto menjelaskan jobdesk nya dalam acara ini, yaitu: “Saya sendiri selain perwakilan dari Humas BNN untuk Mal Ciputra yang nantinya memberikan laporan untuk atasan, juga sebagai perantara atau coordinator campaign, bahasa kerennya itu Person In Chart (PIC). .hehehe.”34 Ditambahkan oleh Kabag Humas, Sumirat Dwiyanto, yang memaparkan keterangan mengenai latar belakang digagasnya kerjasama ini, yakni: “Awalnya permintaan dari mereka untuk BNN turut berpartisipasi melalui kegiatan yang diadakan. Bentuknya itu sendiri melalui booth pameran, terus menjadi narasumber dalam talkshow yang bertemakan narkoba. kita menyambut antusias tawaran mereka, karena ini merupakan tempat yang strategis untuk sosialisasi. Karena kita bersifat lintas tempat.” 35 Sementara Kasubbag Humas BNN, memberi keterangan serupa dengan Kabagnya, yaitu: “Moment dan acara yang disuguhkan untuk kita diskusikan itu bagus ya, apalagi itu merupakan daerah yang strategis. Karena kita lintas tempat saja, dan menilai bahwa kegiatan NCG itu adalah suatu yang positif, strategis dan kita mendukung positif.” 36 1.
Analisis Masalah Khrisna Anggara menjelaskan untuk analisis masalah yang memang
analisa dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait yang memang sudah pakar di bidangnya masing-masing dan memiliki data yang akurat. Beliau menjelaskan analisa internal lembaga BNN dengan mengacu pada SWOT, yang penjabarannya sebagai berikut: *“Kekuatan(Streght): dukungan penuh dari pihak pemerintah, komitmen dari Legislatif, Eksekutif dinilai tinggi. Bisa dilihat dari 34
Ibid Sumirat Dwiyanto, op.cit., 36 Khrisna Anggara, op.cit., 35
100
berbagai kebijakan yang mereka keluarkan. Contohnya: UU no.35, dimana BNN memiliki kewenangan operasional. Pihak Legislatif mereka secara kontinu memberikan dukungan anggaran yang semakin meningkat.”37 “Dari sisi anggaran yang dari tahun ke tahun, kecenderungan jumlah anggaran semakin meningkat. Merupakan kepercayaan dari pemerintah dalam hal melakukan upaya penanggulangan narkoba ini.”38 *“Kelemahan(Weakness): ego sektoral tinggi di kalangan kementrian lembaga lain yang juga memiliki fungsi untuk melakukan upaya penanggulangan narkoba, sehingga idealnya, karena kita memerangi masalah yang sama, seharusnya lebih efektif jika bahu-membahu. Namun terkadang tidak dipungkiri di tiap instansi ada kalanya enggan untuk berkomunikasi, membaur, masing-masing ingin tampil menonjol.” 39 “Komitmen dan Masalah arogansi pimpinan daerah. Mengacu UU no. 35 itu, sekarang ini BNN bersifat vertikal dengan BNNP dan BNNK. Sebelum ada aturan ini, kita hanya bersifat koordinasi. Karena sifatnya tersebut, kita tidak punya kekuatan untuk memaksakan. Jadi, BNNP dan BNNK berkembang sesuai komitmen si pimpinan daerah tersebut. kalau misalkan si pimpinan daerah memiliki komitmen tinggi tentang narkoba, mereka akan dorong dengan memberikan anggaran yang cukup. Tapi kalau pimpinan tidak punya komit, dia akan biarkan. Dia tidak akan memberikan dukungan anggaran yang cukup. Seolah “Hidup segan mati tak mau. Masalah anggaran, jika pemerintah daerah peduli, dia akan memberikan dukungan anggaran yang cukup. Contoh BNP- Jabar, BNP DKI Jakarta beberapa tahun lalu bisa sampai sekitar 50 miliar satu tahun. Tapi ada juga di daerah lain itu 250 juta satu tahun. Tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan program kegiatan.” 40 *“Peluang(Opportunities): Tingkat pemahaman dan partisipasi masyarakat mulai meningkat. Secara tidak langsung membantu BNN, bersikap proaktif membuat kegiatan yang intinya menyadarikan sesama anggota masyarakat.” 41 ”Adanya perhatian yang cukup serius dari pihak Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Eksekutif itu lahirnya UU no. 35, seperti ancaman bagi pengedar itu lebih tinggi, dan aturan bagi pecandu, itu lebih bersikap humanis. Jadi lebih semangat lagi untuk masalah narkoba. pihak Legislatif pun ikut merancang butir-butir UU no. 35 ini. kalau untuk Yudikatif, misalnya dari pihak Mahkamah Agung. Mereka mengeluarkan edaran no. 4 tahun 2010 tentang himbauan kepada para Hakim seluruh
37
Ibid Sumirat Dwiyanto, op.cit., 39 Khrisna Anggara, op.cit., 40 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 41 Khrisna Anggara, op.cit., 38
101
Indonesia, supaya dalam hal memutus perkara narkoba mereka lebih mengacu pada UU no. 35.” 42 *“Ancaman(Threat): operasi sindikat narkoba yang merupakan organisasi besar didukung dana financial yang tidak terbatas dan akan terus berupaya mencari modus baru untuk dipakai dalam mengedarkan bisnis narkoba mereka.” 43 “Kecenderungan peningkatan kasus narkoba dan tersangka. Dari tahun 2002 -2010 itu grafiknya tidak pernah menurun, tapi semakin naik. Berarti masyarakat belum sepenuhnya memahami.” 44 “RI sebagai negara kepulauan banyak memiliki pelabuhan laut, dan belum semua pelabuhan tersebut dijaga oleh aparat petugas hukum. Pelabuhan ini biasa kita sebut sebagai pelabuhan tikus. Mereka cukup buang jangkar berisi narkoba di tengah laut, yang nantinya ada kapal lain yang mendekat. Contoh: di pantai Marina itu banyak rumah-rumah mewah yang umumnya memiliki speedboth. Suatu ketika si pemilik speedboth ini bawa speedbothnya ke tengah laut, dan mereka transaksi disana. Ya siapa yang tahu, karena disana memang tidak ada yang petugas.” 45 Beliau juga menambahkan latar belakang kerjasama yang digagas bahwa: “Masa yang paling beresiko tinggi terkena godaan akan narkoba adalah masa remaja dengan tingkat kecenderungan penyalahguna semakin meningkat di setiap tahunnya yang sebagian besar adalah remaja. Ini sangat menghawatirkan. karenanya sosialisasi kampanye gerakan anti narkoba dan aids digaungkan lewat kegiatan Next Creative Generation ini agar bisa memanfaatkan waktu libur dengan hal-hal yang positif.”46 Keterangan latar belakang tersebut, diperkuat oleh keterangan dari Koordinator kampanye Next Creative Generation, Irwan Siswanto: “Menimbang bahwa ini merupakan salah satu upaya strategis, melihat bahwa semakin maraknya trend penggunaan narkoba di kalangan remaja, untuk itu menyambut baik kerjasama Mal Ciputra beserta 2 FKLSM menggelar giat positif serta atraktif dengan mengkampanyekan gerakan anti narkoba dan aids untuk mengisi hari libur para remaja. Intinya setiap kegiatan pasti kita lakukan analisa dan penelitian, (1)dari suasana di lapangan yang utama, (2) materi apa aja yang cocok disampaikan disitu. 42
Sumirat Dwiyanto, op.cit., Khrisna Anggara, op.cit., 44 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 45 Ibid 46 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 43
102
Lalu (3) bintang tamu yang cocok. Jadi, hal-hal itu yang kita pasti lakukan sebelum menggelar kegiatan.”47 Public Relations Mal Ciputra, menegaskan tentang analisis digagasnya kerjasama kampanye Next Creative Generation ini: “Analisa dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait yang memang sudah pakar di bidangnya masing-masing dan memiliki data yang akurat.” 48 “Masa remaja adalah momen terbaik dalam kehidupan seseorang. Namun masa remaja ini juga bisa menjadi mimpi buruk apabila seseorang dekat dan bergaul dengan Narkotik dan Obat Bebahaya atau yang lebih dikenal dengan “Narkoba”. Kegiatan/Sosialisasi alternatif yang bersifat positif sangat diperlukan untuk menunjukkan eksistensi dan jati diri seorang remaja sehingga dapat terbentuk suatu kepercayaan diri yang kuat dalam menolak godaan narkoba. Lingkungan yang positif juga perlu diciptakan sehingga setiap remaja dapat terhindar dari bahaya narkoba serta segala efek buruk yang ditimbulkannya, yang bukan hanya membahayakan diri sendiri, namun juga keluarga dan masyarakat.”49 Evaluasi formatif pun dijelaskan untuk lebih mengefektivitaskan kampanye Next Creative Generation ini, Irwan Siswanto mengatakan: “Sempet beberapa kali mengadakan rapat dengan mal Ciputra untuk mendeal kan beberapa hal seperti lay out stand booth, volunteersnya, dsb. Intinya setiap kegiatan pasti kita lakukan analisa dan penelitian, (1)dari suasana di lapangan yang utama, (2) materi apa aja yang cocok disampaikan disitu. Lalu (3) bintang tamu yang cocok. Intinya kita mengadakan acara sosialisasi tersebut untuk menggugah, jadi walaupun orang lalu lalang kan, suara speaker menggema, dan dari volunteer sendiri aktif memberi produk informasi kepada pengunjung.” 50 2.
Tujuan Program Kampanye Setiap kegiatan pastilah memiliki tujuan khusus mengapa giat tersebut
diadakan. Pihak BNN pun memiliki tujuan yang dirumuskan dalam setiap 47
Irwan Siswanto, op.cit., Rida Kusrida, op.cit., 49 Ibid 50 Irwan Siswanto, op.cit., 48
103
kegiatan yang dilakukan seperti halnya Next Creative Generation ini, Kasubbag Humas BNN mengutarakan: “Secara umum, mengajak para remaja yang rentan terhadap pergaulan bebas, narkoba dan aids, tidak sekali-kali mencoba yang namanya narkoba. karena bahayanya sampai dibayar dengan kematian. Maka isilah hari dengan giat ragam yang positif lewat prestasi yang unggul.” 51 Hal tersebut didukung oleh keterangan Irwan Siswanto: “Memberikan masukan akan dampak negatif dari narkoba di kalangan remaja, serta mengurangi dampak penyalahgunaan narkotika .”52 Sedangkan dari pernyataan Kabag Humas, Sumirat Dwiyanto sendiri lebih lengkap menyebutkan bahwa: “Intinya kegiatan tersebut untuk mengisi hari libur siswa/I dan mahasiswa yang didalamnya ada banyak kegiatan positif. Untuk jangka pendeknya: minimal masyarakat mengetahui informasi tentang narkoba (apa, bentuk, bahaya penyalahgunaannya), minimal mengetahui untuk dirinya sendiri, baru mereka mentransfer informasi itu ke keluarganya, saudaranya, teman-teman dsb. Untuk jangka panjangnya: timbul komitmen dari orang-orang ini, bukan hanya tahu, tapi mereka berbuat dan berperan serta yang diharapkan menjadi perpanjangan tangan kita. Entah bentuk kegiatannya apa, ya silahkan mereka realisasikan sehingga berguna bagi masyarakat lain. “ 53 Ibu Rida Kusrida menjelaskan penegasan tujuan tersebut: “Menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, sebagai wujud partisipasi sosialnya di tengah-tengah masyarakat dengan menyelenggarakan sebuah kegiatan yang mengajak anak muda Indonesia sebagai generasai penerus bangsa dalam mengembangkan bakatnya dengan cara yang positif melalui kegiatan-kegiatan edukatif dan atraktif, tanpa menghilangkan identitas pribadinya, serta meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab moralnya terhadap lingkungan terdekatnya.”54
51
Khrisna Anggara, op.cit., Irwan Siswanto, op.cit., 53 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 54 Rida Kusrida, op.cit., 52
104
3.
Sasaran Kampanye Humas selalu mengidentifikasi segala hal sebelum melaksanakan kegiatan,
begitu juga dengan segmentasi khalayak yang menerima kegiatan tersebut agar berjalan efektif dan efisiensi diterapkan. Seperti yang diungkapkan dari Irwan Siswanto dalam mengumpulkan data dan fakta sebelum giat, juga mengutarakan hal berikut: “Kita sesuaikan dari lingkup targetnya. Tempat dimana sosialisasi diadakan, dan demografi menentukan juga untuk cara memberikan sosialisasi seperti produk informasi, cara penyampaian dan materi apa saja yang selain bisa menarik perhatian juga diharapkan informasi kita mudah diserap audiencenya.”55 Untuk Kampanye Next Creative Generation ini, diungkapkan bahwa: “Karena ini di lingkungan pusat perbelanjaan, cakupan target utamanya adalah remaja, tapi memungkinkan juga kategorinya umum untuk orang tua, anak-anak dari TK, SD maupun SMP yang pasti usia produktif antara 15-22 tahun. Lain halnya kalau sosialisasi itu ke sekolah-sekolah.”56 Sebelumnya memang esensi dari program giat ini tidak terlepas dari temanya yaitu Next Creative Generation, Rida Kusrida menjelaskan: “Remaja, karena remaja rentan dalam hal pergaulan. Melalui Next Creative Generation, kami menyediakan sarana positif untuk berkreatifitas. “57 Sasaran publik yang diidentifikasikan sesuai tema kegiatan adalah mereka para remaja yang rentan akan godaan narkoba dan masih bersifat labil dalam menentukan kepribadian. Seperti halnya keterangan di atas, beliau menambahkan: “Kegiatan ini didedikasikan untuk anak-anak muda, yang menjadi sasarannya adalah anak-anak muda seperti remaja, anak-anak SMA,
55
Irwan Siswanto, op.cit., Ibid 57 Rida Kusrida, op.cit., 56
105
sekolah, tetapi tidak menutup kemungkinan kepedulian tersebut bisa lewat orang tua yang juga menyaksikan acara tersebut.” 58 Hal yang bisa dilakukan kelompok sasaran sebagai partisipatif mereka dalam ajang ini dijelaskan oleh Rida Kusrida selaku tuan rumah antara lain adalah: “Berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan : Atraksi (Demo Graffiti & Wall Climbing, Sepeda Fixie & Indo BeatBox Show, serta penampilan Cheerleaders dan Breakdance, Demo merajut, Special Performance by Inna Kamarie (Jazz), Cooking demo & Bartending Performance) Kompetisi (Lomba kreasi rajutan, Wall Climbing Competition, Lomba Cheerleaders, Story Telling Competition, & Modern Dance Competitio) Workshop & Exhibition ( Workshop Sketsa Graffiti, Jazz Workshop, Animation Workshop with : CAM Solutions) Talk Show ('Say No To Drugs' – Badan Narkotika Nasional, 'How To Raise Drug Free Kids' – Yayasan Cinta Anak Bangsa, 'Do & Die' – Badan Narkotika Nasional, 'Stop AIDS, Act Now' feat. Teuku Zaky – Yayasan Aids Indonesia, 'Stop AIDS, before AIDS Stop Your Life' feat. Cathy Sharon – Yayasan Aids Indonesia, 'Drugs For Idiot' – Badan Narkotika Nasional, 'Drug Prkampanyeion Among Teenagers' feat. Dewi Sandra – Yayasan Cinta Anak Bangsa. ” 59 4.
Menentukan Pesan Pesan merupakan hal yang utama didistribusikan kepada khalayak sasaran
demi suatu pemahaman yang baik, oleh karenanya pesan harus dikonstruksi sedemikian rupa agar mudah dipahami dan diserap oleh target sasaran. Irwan Siswanto mengatakan bahwa pesan tersebut: “Dilandaskan dari materi yang sering dibicarakan di kalangan pembicara dari masing-masing nara sumber tentang pesan, saran dan anjuran. Bahkan tidak jarang dijadikan slogan. Contoh: “Say No To Drugs”. Pesan yang digunakan sebagai slogan yang digaungkan terus ke masyarakat. Intinya jangan sekali-kali mencoba dan menggunakan narkoba.” 60 58
Ibid Rida Kusrida, op.cit., 60 Irwan Siswanto, op.cit., 59
106
Contohnya pada setiap tema kampanye yang dilakukan BNN dalam kegiatan Next Creative Generation ini dan siapa pembicaranya adalah: *(secara lengkap lihat nara sumber di hal.102) “Say No To Drug: Fryda Lusyana; Do and Die: Pak Khrisna; Drugs for Idiot: Pak Sumirat dan Mas Fierza (sebagai psikolog di kampus rehab di UPT TR Lido BNN).” 61 Mekanisme yang digunakan untuk penyampaian inti pesan dalam kegiatan ini, Irwan Siswanto, selaku PIC atau koordinator kampanye dalam giat Next Creative Generation memberikan keterangan yaitu: “Pesan yang digunakan sebagai slogan yang digaungkan terus ke masyarakat.” 62“Bagi pengunjung bisa mengikuti talkshow dari lembaga terkait, melihat produk informasi di booth-booth yang ada, bisa ikut juga di kegiatan lomba-lombanya, apalagi sewaktu mbak Fryda menyanyikan lagu, para orang tua khususnya waktu itu apresiate sekali menyaksikan.”63(lihat jawaban Rida Kusrida hal.124) Menambahkan untuk subjek penyampaian pesan antara lain adalah: “1)nara sumber; 2)MC; 3)duta anti volunteer”. 64(nara sumber lihat di hal. 102)
narkotika
dan
aids;
4)
Seperti halnya PIC dari pihak BNN, Kasubbag Humas BNN menyampaikan hal demikian: “Sebenarnya pesannya sama dengan kegiatan sosialisasi yang sebelumsebelumnya, kita berharap mereka tahu dan memahami narkoba itu sendiri. Walaupun informasi mudah didapat, tapi prosentasenya mungkin juga pasti banyak yang kurang paham bahkan oleh mahasiswa sekalipun. Saya yakin informasi mereka juga sangat terbatas, makanya kita hadir untuk mensosialisasikan.”65 Hal yang senada juga ditambahkan oleh peliput redaksi dari Radio Sonora, Sidharta, yang menyebutkan: 61
Ibid Irwan Siswanto, op.cit., 63 Ibid 64 Ibid 65 Khrisna Anggara, op.cit., 62
107
“Melihat lembaga dan LSM tersebut, yang pasti mensosialisasikan bahaya, efek penyalahgunaan narkoba, merembet pada kerentanan terhadap AIDS serta cerita yang mengesankan pendengar supaya orang berfikir dan jadi contoh jangan sampai keluarga hancur juga hati-hati terhadap teman karena filter moral anak-anak yang kecanduan itu sudah terganggu dan menghalalkan segala cara untuk memiliki barang haram itu.”66 Jadi,
tema
yang
disuguhkan
dalam
talk
show
sebagai
upaya
penginformasian lebih banyak kepada remaja terutamanya, adalah pesan-pesan yang sudah familiar kita dengar bahkan digaungkan dalam slogan, sehingga pesan mudah dipahami dengan mudah bagi remaja dan orang tua dihimbau dan diajak untuk menerapkan kepada dirinya sendiri serta dapat ikut menginformasikan kepada sesama. 5.
Strategi Perencanaan Selanjutnya strategi sebagai metode terdiri dari beberapa fokus yang
diteliti yaitu dari segi perencanaan skala waktu (timescales) serta sumber daya (resource) yang dirancang oleh pihak BNN untuk kampanye Next Creative Generation, mengutip dari pernyataan Irwan Siswanto menambahkan beberapa hal mengenai strategi yang dipakai yaitu: “Kampanye Sosial ‘Gerakan Anti Narkoba & Peduli Aids’. Mengajak anak muda Indonesia untuk mengembangkan bakatnya dengan cara yang positif melalui kegiatan-kegiatan edukatif dan atraktif, tanpa menghilanhgkan identitas pribadinya, serta meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab moralnya terhadap lingkungan terdekatnya. Acara & Kegiatan berupa : - Kampanye Anti Narkoba & Peduli Aids ‘Talkshow’ - Kompetisi - Atraksi Prosedur untuk strategi itu banyak ya, seperti : 66
Hasil Wawancara dengan staf peliput redaksi radio Sonora, Sidharta, A.Md, Gd. Perintis Lt.5 Sonora, Jakarta, 2 Maret 2011, pukul 11.20-11.55 WIB
108
-
Kondisi timing dari duta anti narkoba, Kabag Humas untuk talkshow juga apalagi acara pembukaan berbenturan dengan malam renungan HANI, 25 Juni Mengkoordinasikan volunteer yang direkrut oleh mal Ciputra (karena tidak mungkin staf Humas yang terbatas, untuk menjaga stand dan stand by di Mal terus, mengingat Humas banyak aktivitas yang harus dikerjakan) Mentraining 4 volunteer selama 1 hari full Memasukkan kompilasi band indie anti narkoba dari “Smile Production” untuk koordinasi dan waktu performnya Mengalokasikan jumlah produk informasi yang sesuai Jadi, harus selalu mengkoordinasikan kondisi agar tidak terjadi misskomunikasi” 67
Selanjutnya, strategi ini diutarakan oleh Kasubbag Humas BNN, Khrisna Anggara, yaitu: “Untuk strateginya dibedakan dari fokusnya yaitu mereka yang beresiko tinggi atau tidak. Menggunakan pendekatan yang berbeda tentunya. Dilihat dari segmentasi khalayaknya pula. Secara spesifik, mungkin melihat anak muda sebagai sasarannya, anak sekolah, tentunya pendekatan yang ideal memang kita tidak bisa hanya mengandalkan dialog saja, disitu kita perlu beberapa media, seperti gambar, display, tayangan, suara dsb. Mereka akan lebih tertarik untuk tayangan film, atau gamber-gambar yang mengerikan sebagai dampak dari penyalahgunaan narkoba. itu akan banyak memancing perhatian mereka, itu menurut pengalaman saya selama ini.”68 Strategi tersebut, juga ditambahkan dari keterangan Kabag Humas BNN, antara lain adalah: “Umumnya di booth kita banyak memberikan produk informasi gratis dan orang-orang itu pasti suka, karena sudah saya buktikan di banyak kegiatan pameran. Salah satu alasan kenapa stand kita banyak dikunjungi, karena kita banyak memberikan produk gratis. Dan pastinya penjaga stand juga aktif untuk rajin menegur para pengunjung yang melewati stand kita. *Kita juga banyak tampilkan display yang menarik, contohnya gambar korban-korban narkoba, sakau. Trus kita juga tampilkan audio visual, tayangan film dokumenter.” 69
67
Irwan Siswanto, op.cit., Khrisna Anggara, op.cit., 69 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 68
109
Strategi yang menjadi ide besar dalam giat ini adalah berbagai elemen dari lembaga yang terkait memberikan kontribusi positif melalui kampanye sosial yang didalamnya telah dirancang semenarik mungkin giat positif yang edukatif dan atraktif untuk menarik perhatian remaja yang diharapkan turut berpartisipasi serta pihak media sebagai publikasi efektif. 5.1.
Timescales (skala waktu) Kampanye dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu. Alokasi waktu
merupakan jangka waktu yang ditempuh dalam kampanye. Pihak Ciputra, Rida Kusrida memberikan keterangan sebagai berikut: “Untuk Next Creative Generation ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Juni sampai 11 Juli 2010 lalu. Ya, sekitar kurang lebih dua minggu lamanya. “ 70 Untuk melihat pendapat mengenai waktu pelaksanaan Next Creative Generation ini, Kasubbag Humas BNN mengutarakan: “Optimal. Untuk waktu si pas. Karena memang dibuat saat anak sekolah libur dan sebagian besar panitia itu anak-anak mahasiswa dan kegiatan yang diikuti juga anak-anak remaja seperti mahasiswa. Dan memang dirasa itu tidak mengganggu kuliah mereka sehingga bisa terlibat di situ.” 71 Kabag Humas BNN pun turut memberikan dukungan keterangan yaitu: “Sudah sesuai, karena orientasinya kan mengisi masa liburan. Dan justru dinilai efektif karena ini memang kegiatan menjelang HANI. Jadi kita bisa sekaligus sosialisasikan. Banyak yang belum tahu 26 Juni itu apa sih, dianggap seperti hari biasa aja, tapi itu hari kan diperingati seluruh dunia. Dan HANI kita agendakan setiap tahun dengan lokasi yang berbeda. Kita sesuaikan dengan jadwal Presiden juga.”72
70
Rida Kusrida, op.cit., Khrisna Anggara, op.cit., 72 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 71
110
Total waktu yang digunakan mulai dari proses perencanaan, eksekusi dan evaluasi kegiatan ini diutarakan pula oleh Irwan Siswanto: “Untuk awal pembicaraannya sih April, lalu mengikuti birokrasi, Ciputra mengirimkan proposal yang ditujukan kepada Kepala BNN, Kepala BNN mendisposisikannya kepada Sekretaris utama BNN (Pak Bambang Abimanyu), lalu didisposisikan kembali ke Humas dan dari situ kami berani mengambil langkah untuk melakukan kampanye bersama. Jadi sekitar empat bulan dari April hingga Juli 2010 lalu tepatnya. Untuk internal kami, sekitar satu setengah bulan kami koordinasikan dan menyiapkan perencanaannya.”73 Dipertegas oleh Kasubbag mengenai waktu perencanaan, yaitu: “Tergantung kondisi. Untuk spare waktu lebih panjang. Ya, cukup lama, jauh-jauh hari sudah ada koordinasi by email, jadi kita juga enak untuk koordinasi ke orang-orang yang terlibat itu lebih mudah. Dari Ciputra, proposal mulai April, diproses dan internal koordinasikan selama kurang lebih 1,5 bulan sebelum hari H.” 74 5.2.
Resources (Sumber Daya) Berkaitan dengan perencanaan waktu, ada hal lain yang harus
diidentifikasikan dengan jelas dan pasti, yaitu sumber daya penyokong agar kampanye terlaksana dan selesai tepat pada waktunya. Dalam resource (sumber daya) terdapat tiga aspek yang terfokus yaitu: sumber daya manusia, dana operasional dan peralatan. 5.2.1.
Sumber Daya Manusia (SDM) Kampanye berjalan sesuai tujuan awal dengan sumber daya yang
mendukung. Kasubbag Humas menjabarkan sebagai berikut: “Selain personil dari Humas, kita juga libatkan dari Deputi Rehabilitasi. Lalu dari UPT Terapi & Rehabilitasi BNN LIDO. Realnya yang terlibat itu ada empat orang (saya dan 3 staf Humas). Non panitia yang bantu
73 74
Irwan Siswanto, op.cit., Khrisna Anggara, op.cit.,
111
juga ada dari OB satu orang. Sukarelawan yang kita training ada 4 orang itu mahasiswa Tanggal 25 Juni itu pembukaan NCG dan itu sore, sedangkan BNN juga kebetulan ada acara malam renungan di Tugu Proklamasi, itu tidak jadi masalah, karena personil kita dirasa cukuplah, jadi kita tinggal bagi-bagi aja . Itu sudah kami antisipasi dari jauh-jauh hari..” 75 Didukung oleh keterangan Irwan Siswanto, yakni: “Staf BNN sendiri ada 5 orang termasuk saya, dari mal Ciputra sekitar 10 orang, Volunteer ada 4 orang untuk BNN, YCAB 2 orang dan YAI ada 1 orang. Total kurang lebih 22 orang.”76
Pernyataan dari Kasubbag mengenai sumber daya yang membantu pelaksanaan acara adalah: “Karena yang mengkoordinasi itu kan Humas, kita melibatkan beberapa personil. Kita menyiapkan nara sumber untuk talkshow, ada tim teknisnya juga seperti saya dan Irwan, kalau untuk penjaga boothnya sendiri, itu dari mahasiswa yang terlibat, yang disiapkan oleh Ciputra. yang kita training satu hari tentang informasi narkoba. kita siapkan materimaterinya, buku-bukunya, slide nya beberapa hari sebelum acara” 77 Alasan Humas sebagai pengkoordinir Next Creative Generation untuk masalah volunteer, Irwan Siswanto menjelaskan: “Karena keterbatasan sumberdaya, dan terbentur dengan berbagai aktivitas Humas BNN yang padat apalagi berbarengan dengan malam puncak peringatan HANI tanggal 25 Juni, maka tidak dimungkinkan untuk kita mengelola full saat acara berlangsung, maka negosiasi dengan pihak Ciputra dan sepakat untuk menyiapkan volunteer dan kami yang mentraining mereka seharian full mulai dari 17-18 Juni jam 10.00 pagi sampai selesai. Kedua adalah anggaran yang terbatas juga. Dengan ketersediaan volunteer dari pihak CL, maka itu bisa meringankan beban anggaran kita juga.”78
75
Ibid Irwan Siswanto, op.cit., 77 Khrisna Anggara, op.cit., 78 Irwan Siswanto, op.cit., 76
112
Dalam kampanye tersebut, pihak BNN juga menyiapkan Duta Anti Narkoba. Berikut keterangan yang diberikan oleh Irwan Siswanto selaku koordinator kampanye: “Ini sangat menarik, awalnya Ciputra sendiri itu ingin tahu siapa saja sih duta BNN itu, karena duta-duta itu jarang ditampilkan di depan umum, memang untuk dulunya BNN sendiri ada duta anti narkotika, untuk kampanye kemarin akhirnya kita tampilkan Frida Lusiana sebagai dutanya, selain itu mereka ingin menarik massa khususnya remaja daripada nongkrong mending main dan isi kegiatan ke Ciputra . Untuk talkshow, selain dari Humas juga kita tampilkan perform dari 5 bandband indie anti narkotika asuhan “smile production” kita sepakati.”79 Selain itu, perencanaan sumber daya manusia sebagai nara sumber yang membantu dalam pelaksanaan saat mengisi acara talkshow ada beberapa diantaranya *(secara lengkap lihat nara sumber di hal.88) 5.2.2. Dana Operasional Sementara Kabag Humas menjabarkan lebih luas yaitu: “Pameran kita itu dalam pelaksanaannya selalu lebih banyak dari yang kita programkan. Makanya untuk menutupi anggaran itu, kita harus subsidi dari anggaran dan pos lain. Kita pun terbuka kalau misal ada tim pemeriksa dari BPK, anggaran yang kita pakai untuk menutupi anggaran kebutuhan lain yang memang sifatnya sebenarnya tidak harus menyetujui penawaran dari pihak eksternal. Tapi kita merasa sayang aja, karena lingkupnya masih di seputar Jakarta sehingga mudah dijangkau, stock produk informasi kita masih tersedia banyak, kita juga punya informasi kegiatan yang bisa kita sampaikan dan kita melihat juga moment itu strategis. Yang lebih butuh informasi itu sebenarnya masyarakat di luar sana. Kalau misalnya yang mengundang orang pemerintah, mungkin kita bisa bilang “tidak” karena akses informasi mereka itu mudah dan punya pendidikan cukup. Lain dengan mereka yang diluar sana. Kita selalu menilai dan melihat sisi positifnya dulu, kegiatannya strategis, dan keputusan pimpinan ok, ya kita harus jalan.” 80
79 80
Irwan Siswanto, op.cit., Sumirat Dwiyanto, op.cit.,
113
Menyinggung masalah media, peran media seharusnya juga diperhitungkan dalam kesuksesan acara. Biaya untuk media sebagai alat publikasi harus pula diperhitungkan. Salah satu hajat yang digelar sebelum eksekusi atas acara ini dilakukan press konferens dengan media terlebih dahulu. Untuk giat kampanye Next Creative Generation ini, Press Konference dijelaskan oleh Irwan Siswanto sebagai berikut: “Tidak ada, pihak Ciputra tidak merekomendasikan untuk press konferencenya. Hanya media gathering dan release saja, karena dirasa efisiensi dana operasional. BNN juga tidak gelar KP. Namun jauh hari , bekerja sama dengan radio untuk menyajikan adlips dari penyiar kepada pendengar Sonora. ini free of charge” 81 Kutipan dari Irwan Siswanto dibenarkan oleh pihak Sonora, Sidharta selaku redaksi dari Radio Sonora: “Kegiatan ini diprakarsai oleh Mal Ciputra bekerjasama dengan BNN juga LSM lain itu YAI dan YCAB. Kita ditunjuk sebagai media partner dan tugas Sonora tentu saja menyuarakan giat ini yang berlangsung pada bulan Juni lalu bertepatan dengan libur panjang”. 82 “Awalnya mereka pasang “adlips” semacam iklan yang dibacakan penyiar kadang juga penyiar berdialog dan memang dibuat seperti tidak tahu bahwa itu sebenarnya iklan. Kita kontinu menyuarakan. Dan ini free of charge.”83 Anggaran yang dikeluarkan organisasi atau perusahaan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kampanye, dimana pengalokasian dana operasional hendaknya didasarkan pada efektivitas dan efisiensi dengan tujuan mendapatkan sesuatu yang lebih dengan jumlah uang anggaran yang dikeluarkan supaya tepat guna dan sesuai perencanaan. Seperti yang dijelaskan oleh Koordinator kampanye, Irwan Siswanto: 81
Irwan Siswanto, op.cit., Sidharta. op.cit., 83 Ibid 82
114
“Setelah melakukan koordinasi, pihak Mall Ciputra Jakarta memberikan Booth Khusus kepada BNN secara Gratis dan pemasangan Umbul-umbul HANI 2010 di lokasi event berlangsung. Keringanan fasilitas yang kami dapatkan selain penempatan Logo BNN sebagai mitra pendukung utama dalam kegiatan “NEXT CREATIVE GENERATION” di Mal Ciputra Jakarta di seluruh materi promosi, berupa : Brosur; Poster; Baliho; Bunting/Flag Chain; Iklan Kompas – Full Color, ½ halaman; Iklan di Majalah Aneka – Full Color, 1 halaman; Radio Sonora, 2 spot / hari ; Gen FM Penyediaan area promosi untuk BNN dengan ukuran 2x2 m2 termasuk 1 meja dan 2 kursi selama giat berlangsung; Penyediaan panggung, lighting dan sound system standard untuk pengadaan talk show dari BNN. Announcement by MC pada setiap acara diselenggarakan selama giat berlangsung.” 84 “Kesemua fasilitas dan booth di sana untuk BNN, YCAB dan YAI kita dapatkan gratis, free of charge. Memang untuk semua kegiatan itu ada anggarannya, namun karena ini acara kan spontan terlontar, kita jadikan dan ini di luar mata anggaran kita. Paling mengeluarkan dana itu untuk alokasi transport dan konsumsi. Kurang lebih 1 hari untuk 5 orang yang datang untuk check itu menganggarkan 1 juta nett.” 85 Sementara
dari
Kasubbag
Humas BNN memberikan
keterangan
pendukung mengenai anggaran program sebagai berikut: “Kita memang pasti menggunakan anggaran, tapi ini kan sifatnya program di luar anggaran DIPA (tidak direncanakan di tahun lalu). Untuk anggaran ya kita ambil dari mata anggaran lain. Seperti subsidi silang dari pos-pos lain. Hanya memberikan pengganti transport dan uang makan untuk narasumber, tim yang bertugas, kurang lebih Rp. 5.000.000,“Kita juga melihat moment apa yang akan diadakan di daerah itu. Jika itu dinilai strategis, kita coba masuk dan gabung dengan berbagai elemen lain. Kalaupun bayar, biasanya kita minta diskon khusus, tapi kita selalu upayakan booth kita gratis.” 86 Pihak media yang turut bekerjasama dalam kegiatan ini, Sidharta selaku redaksi radio Sonora memberi masukan dan menyatakan: 84
Irwan Siswanto, op.cit., Ibid 86 Khrisna Anggara, op.cit., 85
115
“Oke, disatu sisi ada sosialisasi kampanye, sisi lain kegiatan sifatnya atraktif juga bisa mendukung dan saling mengisi. Jadi gak monoton untuk dengerin dialog aja. Untuk selebarannya mungkin bisa diperbanyak lagi, jauh-jauh hari dikampanyekan dulu ya, poster-porter di sekolah, kampus juga media tapi perlu alokasi dana sendiri. Mereka juga pasti berhemat, mungkin mereka perlu cari sponsor juga untuk barter dengan media, saya kira ada diskon atau harga khusus dengan pendekatan tertentu dari pihak pemrakarsa.” 87 Menurut keterangan Irwan Siswanto untuk perencanaan yang masuk kepada alat publikasi media kepada publik adalah: “Sangat diperhitungkan. Selain untuk mensosialisasikan bahaya narkoba, juga peran dari acara tersebut sebagai publikasi. Kebetulan kemarin ada Sonora, Kompas, dan 2 lagi lupa, kita hanya menyediakan waktu untuk wawancara saat media meliput ketika acara berlangsung. Untuk iklan kita dibantu oleh Ciputra yang menyerukan kepada media salah satunya adalah Majalah Aneka dan iklan Kompas, ada juga dari radio juga itu Gen FM.” 88 “Media hadir saat talkshow dimulai. Jadi mereka meliput isi pesannya dan publikasi giatnya. Benar-benar efektif, langsung ditampilkan oleh media lewat artikelnya.” 89 Sama halnya seperti kutipan keterangan dari Khrisna Anggaran selaku Kasubbag Humas BNN, yakni: “Ya, kita tidak bisa pungkiri bahwa media punya peran penting yang salah satu fungsinya membangun oponi publik. Makanya dalam hal apapun, kita selalu berusaha menjalin kerjasama dengan media.” 90 Pihak BNN yakni Kasubbag Humas, Khrisna Anggara menambahkan: “Tidak ada, Press Konferens biasanya untuk acara yang sifatnya Besar, tergantung dari bobot acara dan nilai beritanya. Biasanya kita melakukan KP untuk pengungkapan sindikat narkoba.” 91 “Contoh: ada rapat koordinasi dengan BNP, dan BNK. Atau penandatanganan MOU dengan instansi swasta misalnya Telkomsel serta penyerahan Sami-Kerispatih ke UPT TR.” 92
87
Sidharta, op.cit., Irwan Siswanto, op.cit., 89 Ibid 90 Khrisna Anggara, op.cit., 91 Ibid 92 Ibid 88
116
Keterangan mengenai ketiadaan konferensi pers sebagai upaya publikasi lembaga terkait, turut dibenarkan oleh pihak Sonora, dan menambahkan bahwa: “Tidak ada, saya kira biasanya dua hari sebelum acara itu ada undangan saja. Semacam release saja, dan biasanya kita lebih familiar dengan media gathering.”93 Adapun penegasan dari pihak Ciputra, Rida Kusrida memberi penjelasan mengenai ketiadaan konferensi pers antara lain adalah: “Sebenarnya diperlukan, guna menjadi sarana informasi ke masyarakat tentang kegiatan dan kampanye yang tengah diselenggarakan di Mal Ciputra Jakarta. Sebagai efisiensi biaya juga kemarin sepakat hanya gathering dan pengiriman release kepada media. Jadi, bentuk sosialisasi event kepada media, berupa : Teaser; Media Gathering, penyampaian Press Release; Berita Foto yang dikirimkan setelah event berlangsung.”94 5.2.3. Equipment/Property (Peralatan) Dalam mendukung strategi, diperlukan perencanaan media komunikasi sebagai peralatan pendukung keberhasilan kegiatan, sebagai perencanaan pada Next Creative Generation. Irwan Siwanto menjelaskan: “Mungkin dari produk informasi yang kita range. Kita ada sekitar 10 item, mis: stiker tiap hari kita bagi 100. Stiker ada 8 jenis. Kita bawa yang bentuknya unik. Kita campur dari 8 jenis itu. Pin kupu-kupu lebih banyak itu sekitar 300. Ada dua yang stiker dan icon. Leaflet plus brosur itu 200 campur semua. poster ada 3 jenis itu sekitar 150 per hari. Rata-rata minta pin.” 95 Kasubbag Humas menambahkan untuk porsi yang paling dominan dipikirkan dalam semua tahapan yang dilaksanakan dalam perencanaan: “Yang dominan adalah Penyiapan materi. Misalnya ; pameran, yang banyak menyita energy dan waktu, pembuatan materi (konsep) plus setting materi dalam kampanye misalnya dalam bentuk pameran.”96 93
Sidharta, op.cit., Rida Kusrida, op.cit., 95 Irwan Siswanto, op.cit., 96 Khrisna Anggara, op.cit., 94
117
Sementara Irwan Siswanto memberikan keterangannya: “Yang menjadi dominan dipikirkan terutama komposisi barang. Karena barang itu harus ada di mal Ciputra 3 hari sebelum hari H. koordinasi antisipasi untuk disiap-siapin aja untuk dibagikan ke pengunjung.” 97 Peralatan merupakan bagian dari saluran komunikasi yang dapat mendukung kelancaran suatu program kegiatan serta keefektifan giat kampanye. seperti yang dikutip dari keterangan Kasubbag Humas BNN, Khrisna Anggara sebagai berikut: “Kita bawa produk-produk informasi yang kita punya seperti majalah, pin, stiker, brosur, poster, CD, block note, buku-buku bacaan tentang narkoba dan sebagainya.” 98 “Kalau dilihat dari penataan tempat yang dari segi kegiatan sifatnya beraneka ragam, itu cukup memadai dengan setting dan konsep modern yang diberikan, tetapi dari luas tempat kurang.” 99 “Untuk stand komersil, pribadi saya lihat wajar-wajar saja. Karena memang tidak dipungkiri dari pelaksana institusi sifatnya komersil. Jadi wajar jika mereka memberikan space untuk booth hal-hal yang berbau komersil sepanjang esensi dari nilai acara itu tidak melenceng. Dalam artian, tidak fokus mempromosikan produk komersil . Esensi acara tetep dapet.”100 Irwan Siswanto juga menambahkan status peralatan yang memfasilitasi giat Next Creative Generation, yakni: “Tuan rumah yang menyiapkan, tapi untuk talk show nya mas Khrisna, kita bawa laptop sendiri. Semua free of charge, tergantung pendekatan juga sih… hahaha.” 101 Demi mengkaji suatu efektifitas program, kiranya diperlukan suatu evaluasi untuk menilai plus minus dari perencanaan hingga pelaksanaan ke depannya. Kabag Humas BNN, Irwan Siswanto menuturkan bahwa:
97
Ibid Ibid 99 Ibid 100 Ibid 101 Irwan Siswanto, op.cit., 98
118
“Monitoring program itu selalu dilakukan terus dan langsung koordinasi secara verbal untuk melaporkan kepada atasan”. 102 Sementara Khrisna Anggara menguraikan sebagai berikut: “Untuk evaluasi kita secara internal Humas, kita lebih melihat kepada permasalahan apa yang timbul di lapangan secara kasat mata. Ini yang memang masih rancu dan agak berbeda dari apa yang kita harapkan. Dimana evaluasi terhadap pencapaian hasil efektif terhadap sasaran atau tidak, seharusnya kita turun langsung ke bawah, masyarakat yang mengikuti acara kita. Kita tanyakan setelah ada info ada perubahan tidak dari sikap dan perilaku. Namun, ini tidak gampang. Sebenarnya evaluasi itu bisa dilakukan pada saat kegiatan mulai berjalan sampai dengan kegiatan itu selesai. Kita bisa memantau kondisi apa aja sih yang timbul. Memang kebetulan Humas tidak punya program evaluasi seperti bentuk baku Monev dalam satker lain (Monitoring Evaluasi saat kegiatan telah usai kegiatan)”. 103 Pernyataan di atas dipertegas oleh Sumirat Dwiyanto, menyatakan untuk proses evaluasi program-program yang telah dilaksanakan oleh Humas, yaitu: “Kalau evaluasi itu mungkin untuk kebutuhan internal Humas saja, memang tidak ada keharusan sifatnya, dan dalam artian melakukan evaluasinya untuk scope secara keseluruhan. Untuk bagian lain di BNN, kegiatan Monevnya sudah dianggarkan dan itu wajib ada hasilnya untuk mengevaluasi kondisi permasalahan di lapangan itu apa, untuk merumuskan kebijakan di tahun berikutnya dari kekurangan yang ada dan wajib ada bukti secara tertulis. Untuk Humas itu belum merencanakan Monev secara khusus seperti apa. Monev kita itu sifatnya lebih internal, kalau bagian lain itu permasalahan dari eksternal itu seperti apa.” 104
102
Ibid Khrisna Anggara, op.cit., 104 Sumirat Dwiyanto, op.cit., 103
119
4.3
Analisa dan Pembahasan Sub bab ini akan membahas hasil penelitian yang diperoleh dari
wawancara mendalam dan data-data pendukung lain sehingga dapat memberikan gambaran mengenai perencanaan kampanye Next Creative Generation Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) di Mal Ciputra (Periode April-Juli 2010). Seperti halnya peran Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam perencanaan kampanye yang mengusung tema “Next Creative Generation”, dikoordinir oleh Humas di Mal Ciputra, secara bersama-sama dengan koordinator kampanye yang juga selaku Person In Chart (PIC) langsung dibawahi oleh Kepala Bagian Humas BNN, sejalan dengan teori Schein 105 yang mengatakan pula bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Itu berarti, organisasi memiliki karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sebagai komandan komunikasi dalam ke-organisasian BNN, Humas atau Public Relations berperan dan berfungsi mengintegrasikan informasi dan kegiatan komunikasi diantara publik dan organisasi. Hal tersebut sangat selaras dengan konsep yang diagungkan Scott M.Cutlip and Allen H. Centre dalam bukunya
105
Arni Muhammad, op.cit., 23
120
Effective Public Relations106, bahwa “Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya. Sebelum melakukan kampanye anti narkoba dalam giat Next Creative Generation di Mal Ciputra diperlukan perencanaan matang dan hati-hati agar tercapai hasil yang efektif serta efisien. Perencanaan merujuk pada suatu teori yang disusun melalui 5 tahap perencanaan kampanye seperti yang dijelaskan dalam fokus penelitian halaman 69 bab tiga (3) yang bertujuan untuk menggambarkan tahap-tahap perencanaan dan hasil perencanaan Badan Narkotika Nasional dalam kampanye anti narkoba melalui giat Next Creative Generation di Mal Ciputra pada periode April-Juli 2010. Kampanye yang dilakukan oleh Humas Badan Narkotika nasional selaras dengan konsep yang disuguhkan dalam teori Rogers dan Storey107 Acuan teori yang digunakan adalah konsep perencanaan kampanye Anne Gregory 108, yang kesemuanya dapat disimak dalam uraian sebagai berikut: Tahap pertama adalah analisis, dimana salah satu cara menerapkan pendekatan ini adalah dengan mengelompokkan faktor-faktor yang ada dengan menggunakan
analisis SWOT.
Menganalisis unsur
kekuatan
(strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) sebagai tahapan dalam penggagasan suatu program kampanye.
106
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi, op.cit., 25 Antar Venus, op.cit., hal. 7 108 Anne Gregory, op.cit., hal. 37 107
121
Menurut hasil penelitian, kekuatan (strength) Badan Narkotika Nasional antara lain: dukungan penuh dari pihak pemerintah, komitmen dari Legislatif, Eksekutif dinilai tinggi. Bisa dilihat dari berbagai kebijakan yang mereka keluarkan. Contohnya: UU no.35, dimana BNN memiliki kewenangan operasional. Pihak Legislatif mereka secara kontinu memberikan dukungan anggaran yang semakin meningkat. Dari sisi anggaran yang dari tahun ke tahun, kecenderungan jumlah anggaran semakin meningkat. Merupakan kepercayaan dari pemerintah dalam hal melakukan upaya penanggulangan narkoba. Peneliti menambahkan bahwa ada point tambahan untuk kekuatan dari Badan Narkotika Nasional, yaitu ketika sekarang telah mengacu pada UU no. 35 tahun 2009 tentang narkotika tersebut, sekarang ini BNN bersifat vertikal dengan BNNP dan BNNK. Sehingga BNN sekarang memiliki kekuatan bukan bersifat koordinatif lagi, tapi bisa mendorong partisinya (mitra kerja BNNP dan BNNK tentunya untuk lebih giat menyusun dan mengimplementasikan program P4GN. Selain itu dengan UU no.35 pula, BNN memiliki kewenangan secara mandiri untuk mengusut, menindak secara mandiri dalam perkara kasus narkoba. Kelemahan (weakness) Badan Narkotika Nasional diantaranya ego sektoral tinggi di kalangan kementrian lembaga lain yang juga memiliki fungsi untuk melakukan upaya penanggulangan narkoba, sehingga idealnya, karena kita memerangi masalah yang sama, seharusnya lebih efektif jika bahu-membahu. Namun terkadang tidak dipungkiri di tiap instansi ada kalanya enggan untuk berkomunikasi, membaur, masing-masing ingin tampil menonjol; Komitmen dan Masalah arogansi pimpinan daerah; Masalah anggaran, jika pemerintah daerah
122
peduli, dia akan memberikan dukungan anggaran yang cukup. Tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan program kegiatan. Menurut pendapat peneliti, hal ini sangat tidak sesuai dengan teori Schein 109 yang menyatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggungjawab. Itu berarti, organisasi memiliki karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut agar roda informasi bisa berjalan sehingga organisasi terus bergerak maju. Organisasi dalam kelembagaan pemerintah yang baik, seharusnya bisa mensinergikan diantara para lembaga melalui jaringan informasi yang kooperatif sehingga diharapkan bisa bersama menanggulangi masalah krusial apapun yang pada dasarnya berbasis sama, sehingga dengan saling bersinergi bisa mewujudkan negara yang kearah tujuan yang diharapkan bersama. Peluang (opportunity) Badan Narkotika Nasional antara lain adalah Tingkat pemahaman dan partisipasi masyarakat mulai meningkat, yang secara tidak langsung membantu BNN, bersikap proaktif membuat kegiatan yang pada intinya menyadarkan sesama anggota masyarakat. Adanya perhatian yang cukup serius dari pihak Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Ancaman (threat) Badan Narkotika Nasional diantaranya adalah operasi sindikat narkoba yang merupakan organisasi besar didukung dana finansial yang 109
Arni Muhammad, op.cit., 23
123
tidak terbatas dan akan terus berupaya mencari modus baru untuk dipakai dalam mengedarkan bisnis narkoba mereka, ditinjau dari aspek kecenderungan peningkatan kasus narkoba dan tersangka. Itu artinya, masyarakat belum sepenuhnya memahami; sementara ancaman lain yaitu Republik Indonesia sebagai negara kepulauan banyak memiliki pelabuhan laut, namun belum semua pelabuhan tersebut dijaga oleh aparat petugas hukum. Pelabuhan ini biasa disebut sebagai “Pelabuhan Tikus”. Peneliti melihat hal ini sangat mengkhawatirkan, karena mayoritas kita merupakan negara kepulauan tanpa pengawasan yang ketat, hendaknya sosialisasi yang dilakukan lembaga ke daerah-daerah terpencil berbatasan laut digiatkan sebagai upaya preventif terhadap kejahatan lintas negara (transnasional crime) seperti narkoba dan terorisme. Upaya-upaya strategis hendaknya dilakukan lembaga, dan Humas dalam lembaga selayaknya memikirkan program-program strategis apa yang bisa membantu organisasi menangani masalah ini. Disini Humas harus bisa menjalankan fungsinya seperti yang diuraikan pakar Humas, Cutlip & Centre dalam fungsi public relations yaitu: 110 menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama; membina hubungan harmonis antara badan dan organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran, mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya; melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama 110
Rosady Ruslan, op.cit., 19
124
serta menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur informasi, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi terciptanya citra positif bagi kedua belah pihak. Tahap kedua yaitu tujuan program kampanye. Penyusunan tujuan yang realistis dalam bentuk tertulis untuk sebuah proses perencanaan kampanye dimaksudkan agar kampanye yang akan dilaksanakan mempunyai pijakan arah yang terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan yang digagas dalam giat kampanye Next Creative Generation ini cenderung kepada penciptaan generasi penerus bangsa yang berkualitas, sebagai wujud partisipasi sosial di tengah-tengah masyarakat yang digagas atas kerjasama antara Mal Ciputra Jakarta, Badan Narkotika Nasional, Yayasan Cinta Anak Bangsa serta Yayasan Aids Indonesia, dengan turut menyelenggarakan sebuah kegiatan yang mengajak anak muda Indonesia sebagai generasai penerus bangsa dalam mengembangkan bakatnya dengan cara yang positif melalui kegiatan-kegiatan edukatif dan atraktif, tanpa menghilangkan identitas pribadinya, serta meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab moralnya terhadap lingkungan terdekatnya. Untuk jangka pendeknya: mengisi masa libur sekolah dan kuliah dengan sarana positif untuk berkreativitas seperti kompetisi, atraksi, workshop, festival rajutan, serta kampanye Anti Narkoba & Peduli Aids, pemberian masukan akan dampak negatif dari narkoba di kalangan remaja melalui talkshow dan pameran informasi narkoba & aids, serta minimal masyarakat mengetahui informasi tentang narkoba (apa, bentuk, bahaya penyalahgunaannya), minimal mengetahui
125
untuk dirinya sendiri, baru mereka mentransfer informasi itu ke keluarganya, saudaranya, teman-teman dsb. Menurut peneliti, semua giat yang diselenggarakan oleh organisasi maupun didelegasikan kepada Humas, sudah seyogyanya memikirkan tujuan baik berjangka
pendek
maupun
berjangka
panjang
sebagai
pendukung
keberlangsungan suatu organisasi. Pada kenyataannya, kampanye penyebaran informasi dirumuskan mengacu pada keefektifitasan demi mencapai tujuan pelaku kampanye kepada penerima kampanye, definisi dari R. Wayne R. Pace, Brand D. Paterson and M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniquest for Effective Communication 111, yaitu secara umum merupakan tindakan komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan khalayak mengadopsi pandangan komunikator tentang suatu hal atau melakukan tindakan tertentu. Untuk jangka panjangnya: timbul komitmen dari orang-orang ini, bukan hanya tahu, tapi mereka berbuat dan berperan serta yang diharapkan menjadi perpanjangan tangan bagi Badan Narkotika Nasional, sehingga diupayakan dapat mengurangi dampak penyalahgunaan narkotika. Kegiatan atau sosialisasi alternatif yang bersifat positif sangat diperlukan untuk menunjukkan eksistensi dan jati diri seorang remaja sehingga dapat terbentuk suatu kepercayaan diri yang kuat dalam menolak godaan narkoba. Lingkungan yang positif juga perlu diciptakan sehingga setiap remaja dapat terhindar dari bahaya narkoba serta segala efek buruk yang ditimbulkannya, yang bukan hanya membahayakan diri sendiri, namun juga keluarga dan masyarakat.
111
Rosady Roslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, op.cit., 27
126
Sejalan dengan penggagasan tujuan di atas, salah satu teori ke-Humasan yang diutarakan oleh Frida Kusumastuti 112, menjabarkan bahwa Humas pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan Humas dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yaitu adanya penguatan dan perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya. Bila kita bawa ke dalam tujuan Humas, maka tujuan Humas adalah terjaga dan terbentuknya kognisi, afeksi dan perilaku positif publik terhadap organisasi dan lembaga, seperti halnya tujuan Next Creative Generation. Tahap ketiga yaitu sasaran kampanye. Tahapan ini, menetapkan siapa yang menjadi publik sasarannya dalam perencanaan program kampanye Humas. Pemilihan publik mana yang akan menjadi sasaran, bergantung pada tujuan kampanye yang akan dilaksanakan. Ini sesuai dengan tema yang dipersembahkan untuk publik yang didedikasikan sesuai dengan tema besar yang digagas, ”Next Creative Generation” adalah ajang kreatifitas anak muda terbesar yang mengkampanyekan gerakan 'Anti Narkoba dan Peduli Aids', didedikasikan untuk remaja Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Dalam mencapai tujuan juga untuk mempresentasikan tema besar tersebut, Badan Narkotika Nasional bersama dua Forum Komunikasi Lembaga Sosial Masyarakat Anti Narkoba (FKLSM) yakni YCAB dan YAI, beserta satu lembaga swasta yang diwakili oleh Mal Ciputra Jakarta, memilih cakupan segmen utama untuk kampanye Anti Narkoba dan Peduli Aids digaungkan lewat kegiatan Next Creative Generation yaitu remaja usia produktif (15 – 22 tahun), tapi
112
Frida Kusumastuti, op.cit., 20
127
memungkinkan juga kategorinya umum untuk orang tua, anak-anak dari TK, SD maupun SMP mengingat tempat terselenggaranya acara merupakan bangunan publik (public building) yang notabene masyarakat yang datang terdiri dari berbagai macam segmen usia dan kepentingan yang berbeda. Seperti mendefinisikan,
halnya
teori
khalayak
yang
sasaran
dinyatakan sebagai
McQuail&Windahl
sejumlah
besar
orang
yang yang
pengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah melalui kampanye. 113 Merujuk pada Frank, Massy dan Wind (Solomon, 1989) 114, dengan mengartikan segmentasi sebagai proses memilah-milah khalayak massa ke dalam sub-sub kelompok yang lebih kecil yang sebisa mungkin bersifat homogeny dan karakteristiknya dapat dibedakan dari sub-sub kelompok lainnya. Dipilahnya segmentasi tersebut, dikarenakan masa remaja adalah momen terbaik dalam kehidupan seseorang. Namun masa remaja ini juga bisa menjadi mimpi buruk apabila seseorang dekat dan bergaul dengan Narkotik dan Obat Bebahaya atau yang lebih dikenal dengan “Narkoba”. Hal tersebut, dikarenakan, masa yang paling beresiko tinggi terkena godaan akan narkoba. Melihat bahwa masa remaja dengan tingkat kecenderungan penyalahguna semakin meningkat di setiap tahunnya didukung dengan mudahnya mendapatkan barang haram tersebut serta efeknya yang cepat bagi pemakainya, menyebabkan remaja merupakan korban terbesar dari trend penyalahgunaan narkoba. Penanggulangan masalah narkoba dan HIV aids ini memang sangat berat. Tugas pemerintah memang sangat berat pula, sebab masyarakat yang dihadapi 113 114
Antar Venus, op.cit., 98 Anne Gregory, op.cit., 126
128
terdiri dari berbagai publik dengan kepentingan yang sangat kompleks pula. Hal ini memang tidak lepas dari karakteristik yang melekat dalam setiap program atau kegiatan pemerintah, antara lain adalah;115 program pemerintah ditujukan untuk masyarakat luas. Dengan berbagai latar belakang, karakter, ekonomi, pendidikan (intelejensi) yang beragam. Seringkali hasilnya abstrak, yang sulit dilihat dalam waktu dekat, bahkan dalam jangka yang panjang sekalipun, karena sifatnya yang integral dan berkesinambungan. Dari generasi ke generasi. Di sinilah perlunya pendekatan khusus untuk melibatkan partisipasi dari emansipasi masyarakat. Tahap keempat adalah pesan kampanye. Dimana sarana yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye. Agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan maka pesan harus disusun berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan pesan yang dibuat haruslah isi pesan yang memuat informasi yang bermanfaat bagi khalayak. Sepaham dengan Appalbaum dan Anatol, Barlund meringkas ungkapan “No common meaning no change”, dalam artian bahwa tujuan kampanye hanya dapat dicapai bila khalayak memahami pesan-pesan yang ditujukan pada mereka.116 Pesan tersebut, merujuk pada komunikasi yang efektif dalam Rosady Ruslan 117. Sahingga peneliti menyarankan bahwa pesan-pesan kampanye juga harus diatur sedemikian rupa agar dapat mempengaruhi khalayaknya. Karena apa yang dipelajari orang dari sebuah pesan adalah kegunaan atau hasil yang akan diperolehnya setelah menentukan sikap dan perilaku atas pesan tersebut. 115
Frida Kusumastuti, op.cit. 38 Antar Venus, op.cit., 80 117 Rosady Roslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, op.cit., 20 116
129
Adapun inti pesan kampanye dikonsep dalam tema talkshow oleh duta anti narkotika dan aids beserta lembaga-lembaga terkait yaitu BNN, YCAB dan YAI antara lain adalah 'Say No To Drugs' feat Frida Lusiana – Badan Narkotika Nasional ; 'How To Raise Drug Free Kids' – Yayasan Cinta Anak Bangsa ; 'Do & Die' – Badan Narkotika Nasional ; 'Stop AIDS, Act Now' feat. Teuku Zaky – Yayasan Aids Indonesia ; 'Stop AIDS, before AIDS Stop Your Life' feat. Cathy Sharon – Yayasan Aids Indonesia ; 'Drugs For Idiot' – Badan Narkotika Nasional ;
'Drug Prkampanyeion Among Teenagers' feat. Dewi Sandra –
Yayasan Cinta Anak Bangsa. Isi materi pesan dilandaskan dari materi yang sering dibicarakan di kalangan pembicara dari masing-masing nara sumber tentang pesan, saran dan anjuran. Bahkan tidak jarang dijadikan slogan. Contoh: “Say No To Drugs”. Pesan yang digunakan sebagai slogan yang digaungkan terus ke masyarakat, diharapkan menggugah kesadaran dan pemahaman masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba. Sejalan dengan konsep yang diberikan Michael Pfau dan Roxanne Parrot dalam bukunya Persuasive Communication Campaign 118, mengungkapkan bahwa, “Campaigns are inherenly persuasive communication activities”, yang artinya dengan demikian aktivitas kampanye tersebut selalu melekat dengan kegiatan komunikasi persuasif (komunisuasif). Hal tersebut menurut peneliti telah sesuai seperti pada uraian sebelumnya untuk tujuan kampanye Next Creative Generation dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Mengingat, walaupun
118
Rosady Roslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, op.cit., 26
130
akses informasi mudah didapat, tapi prosentasenya mungkin juga pasti banyak yang kurang paham bahkan oleh mahasiswa sekalipun. informasi mereka yang juga sangat terbatas, dengan kampanye tersebut, Humas pemerintahan telah melaksanakan fungsinya sebagai lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) atau demi meningkatkan pelayanan umum. Menjadi masukan bagi pemerintah, sebaiknya melakukan riset lebih baik dan mendaya gunakan peran dan fungsi Humas dalam Departemen mereka karena menjalin kerjasama dengan organisasi di luar Departemen dengan melakukan jangkauan keluar dapat melipatgandakan dampak yang ingin mereka capai dibandingkan dengan melakukannya sendiri. Tahap kelima yaitu strategi perencanaan sebagai metode terdiri dari beberapa fokus yang diteliti yaitu dari segi perencanaan skala waktu (timescales) serta sumber daya (resource) yang dirancang oleh pihak BNN untuk kampanye Next Creative Generation. Hal ini merupakan merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu, mengoordinasikan tim kerja, memiliki tema, faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip – prinsip untuk melaksanakan gagasan strategis secara rasional dan dapat dilaksanakan melalui suatu taktik program kampanye Humas secara efektif serta efisien. Untuk mendapatkan strategi yang dapat digunakan dibutuhkan riset yang mendalam serta pemikiran yang jeli untuk memahami inti masalah. 119
119
Anne Gregory, op.cit., 122
131
Sebelumnya, BNN oleh koordinator kampanye melakukan analisa situasi terhadap suatu kegiatan yang dilakukan, yaitu suasana di lapangan yang utama, materi apa aja yang cocok disampaikan kepada khalayak target, lalu bintang tamu atau duta yang sesuai, agar tepat guna, sasaran. Memandang bahwa strategi dimaksudkan sebagai pendekatan secara keseluruhan yang akan ditetapkan dalam kampanye. strategi merupakan faktor pengkoordinasi, prinsip
yang menjadi
penuntun, ide utama dan pemikiran dibalik program taktis. 120 Diuraikan di hasil penelitian bahwa koordinasi memang sudah dilakukan oleh koordinator kampanye yang menjadi perwakilan dan perantara dari BNN untuk Mal Ciputra dalam giat ini, namun hasilkan tidak terdokumentasikan dalam bentuk tulisan, karena umumnya dinyatakan dan dikoordinasikan secara lisan kepada pimpinan sebagai hasil laporan bayangan dalam perencanaan. Peneliti memandang ini merupakan hal kecil yang seharusnya diperhatikan. Dalam pandangan peneliti yang melihat dari sisi perencanaan yang baik, semua bentuk perencanaan yang baik harus dibuat dengan matang dan dituangkan secara tertulis atau terdokumentasikan dengan jelas, baik rencana secara informal maupun dalam ranah formal. Sebagai laporan hasil koordinasi dalam rapat dengan pihak lain yang terkait dalam kerjasama ini, akan lebih baik jika membuat notulensi sebagai catatan hasil rapat sehingga proses perencanaan dalam hal sekecil apapun bisa terdokumentasikan untuk menghindari kesalahpahaman yang akan merugikan salah satu pihak.
120
Ibid. hal.98
132
Strategi utamanya mengadakan “Kampanye Sosial ‘Gerakan Anti Narkoba & Peduli Aids’. Mengajak anak muda Indonesia untuk mengembangkan bakatnya dengan cara yang positif melalui kegiatan-kegiatan edukatif dan atraktif, tanpa menghilanhgkan identitas pribadinya, serta meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab moralnya terhadap lingkungan terdekatnya. Acara & Kegiatan berupa : Kampanye Anti Narkoba & Peduli Aids ‘Talkshow’; Kompetisi; Atraksi. Untuk strateginya, dibedakan pula dari fokusnya yaitu mereka yang beresiko tinggi atau tidak yang dilihat dari segmentasi khalayaknya pula. Menggunakan pendekatan yang berbeda tentunya. Melihat target sasaran utamanya adalah para remaja dalam usia produktif, maka beberapa desain acara yang disediakan sebagai partisipasi kelompok sasaran dalam Next Creative Generation ini antara lain adalah: -
Atraksi (Demo Graffiti & Wall Climbing, Sepeda Fixie & Indo BeatBox Show, serta penampilan Cheerleaders dan Breakdance, Demo merajut, Special Performance by Inna Kamarie (Jazz), Cooking demo & Bartending Performance)
-
Kompetisi (Lomba kreasi rajutan, Wall Climbing Competition, Lomba
-
Workshop & Exhibition ( Workshop Sketsa Graffiti, Jazz Workshop,
-
Talk Show ('Say No To Drugs'
Cheerleaders, Story Telling Competition, & Modern Dance Competitio)
Animation Workshop with : CAM Solutions) feat Fryda Lusyana– Badan Narkotika
Nasional, 'How To Raise Drug Free Kids' – Yayasan Cinta Anak Bangsa, 'Do & Die' – Badan Narkotika Nasional, 'Stop AIDS, Act Now'
133
feat. Teuku Zaky – Yayasan Aids Indonesia, 'Stop AIDS, before AIDS Stop Your Life' feat. Cathy Sharon – Yayasan Aids Indonesia, 'Drugs For Idiot' – Badan Narkotika Nasional, 'Drug Prkampanyeion Among Teenagers' feat. Dewi Sandra – Yayasan Cinta Anak Bangsa Umumnya di booth pameran informasi narkoba BNN, banyak memberikan produk informasi gratis. Hal tersebut cukup dijadikan alasan mengapa stand BNN selama ini banyak dikunjungi, dan pastinya didukung oleh keaktifan penjaga stand (volunteer) untuk rajin menegur para pengunjung yang melewati stand BNN. Mencakup penjadwalan nara sumber, strategi difokuskan pada koordinasi terhadap kondisi timing dari duta anti narkoba, Kepala Bagian Humas untuk talkshow, dikarenakan acara pembukaan berbenturan dengan malam renungan HANI, 25 Juni. Prosedur dalam strategi lainnya adalah mengkoordinasikan volunteer yang direkrut oleh mal Ciputra dan training oleh staf Humas BNN atau pejabat yang mewakilinya (Kasubbag Humas BNN) pada hari Kamis dan Jumat, 17 dan 18 Juni 2010 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Hal tersebut (dikarenakan keterbatasan personil Humas tidak memungkinkan untuk menjaga stand dan stand by saat acara berlangsung selama dua minggu berturut-turut, mengingat Humas memiliki banyak aktivitas yang harus dikerjakan). Pada intinya, strategi komunikasi yang baik sebagai bentuk koordinasi dalam tim diperlukan untuk mencegah hal-hal buruk yang dapat menghambat jalannya acara.
134
Peneliti memandang penyusunan strategi ini seiring dengan pendapat Scott M. Cutlip dan Allen H.Center 121, layaknya peran staf Humas sebagai Pakar Perumus (Expert Prescriber), Person In Chart yang merupakan koordinator kampanye dalam giat Next Creative Generation ini, secara tidak langsung menjalankan peran sebagai praktisi Humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dalam merumuskan, memecahkan atau mencari solusi masalah sebagai antisipasi terjadinya kendala selama acara berlangsung. Dengan mengembangkan program, dan bertanggungjawab penuh atas implementasinya dengan tetap menjaga komunikasi dua arah. Segi perencanaan waktu, waktu baik untuk pelaksanaan koordinasi program yang memerlukan partisipasi penuh secara internal maupun eksternal yang tersusun secara rinci, spesifik, terencana tepat terkait dengan masalah susunan jadwal waktu dan program kegiatan secara berimbang. Dalam giat kampanye Next Creative Generation pada 23 Juni hingga 11 Juli 2010 dirasa optimal memandang dari orientasi dibuatnya giat ini untuk mengisi waktu liburan anak-anak sekolah dan sivitas akademika. BNN dalam tim Humas diagendakan dapat standby/incharge di lokasi booth pameran pada tanggal 25 Juni, 3 dan 10 Juli 2010. Sedangkan di luar waktu tersebut stand BNN akan diisi oleh volunteer yang akan detraining oleh staff Humas BNN atau pejabat yang mewakilinya (Kasubbag Humas BNN), Khrisna Anggara, SH., M.Si pada hari Kamis dan Jum’at, 17 dan 18 Juni 2010 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai Oleh karena waktu penyelenggaraan adalah pada musim liburan sekolah
121
Scott M. Cutlip dan Allen H.Center, op.cit., 46-47
135
maupun kuliah, sebagian besar panitia berasal dari anak-anak mahasiswa dan kegiatan yang diikuti juga oleh anak-anak remaja seperti mahasiswa dan anakanak Sekolah Menengah Atas. Anak-anak tersebut bisa terlibat di dalamnya. Dan justru dinilai strategis karena giat kampanye Next Creative Generation di Mal Ciputra ini menjelang peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2010 yang jatuh pada tanggal 26 Juni. Jadi BNN menilai sebagai upaya strategis untuk bisa sekaligus sosialisasikan. Karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui makna dari tanggal 26 Juni, anggapan seperti hari biasa saja, namun sejatinya, tanggal 26 Juni diperingati sebagai bentuk solidaritas dan wujud keprihatinan dunia terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Harmonisasi perencanaan yang melibatkan kerjasama antara pihak eksternal dan internal organisasi demi menggagas suatu giat yang dipersembahkan kepada masyarakat luas sebagai energi positif dengan berbagai pertimbangan, selaras menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR) 122, yakni sebuah lembaga
Humas terkemuka di Inggris dan Eropa menyatakan
bahwa, Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Mengacu pada buku Anne Gregory, 123Ada dua faktor utama yang saling berkaitan yang harus diamati ketika mempertimbangkan skala waktu, diantaranya: tenggat waktu (deadline) harus diidentifikasi sehingga tugas-tugas yang dihubungkan dengan suatu program dapat diselesaikan tepat waktu. Kedua adalah 122 123
M. Linggar Anggoro, op.cit., 2 Anne Gregory, op.cit., 126
136
sumber daya yang tepat perlu dialokasikan sehingga tugas-tugas yang ada dapat diselesaikan. Oleh karenanya, dalam point pertama mengenai tenggat waktu yang harus diidentifikasi sebagai pertimbangan skala waktu atas tugas-tugas yang harus diselesaikan tepat waktu, maka sebaiknya tim koordinator kampanye membuat pemetaan waktu yang direntangkan dalam perencanaan dan dituangkan dalam bentuk tertulis seperti halnya time table untuk mempermudah praktisi Humas menjalankan apa yang sebaiknya dilakukan sebagai prioritas dan siapa yang bertanggungjawab dalam tim atas tugas tersebut, sehingga selesai tepat pada waktunya dan acara dapat dikendalikan dan dikontrol dengan baik oleh sang koordinator kampanye maupun saat mengkoordinasikan dengan pihak lain terkait. Dari segi perencanaan sumber daya (resource) yaitu tiga aspek sumber daya utama yang berkaitan dengan pelaksanaan program kampanye Humas antara lain : sumber daya manusia (SDM), sumber biaya operasional, sumber peralatan operasional. Dari hasil penelitian, aspek pertama, sumber daya manusia dalam sebuah tim Humas Badan Narkotika Nasional yang ditugaskan dalam giat kampanye Next Creative Generation, terdapat empat (4) orang tim inti yang ditugaskan untuk mengkoordinir pelaksanaan giat. Satu diantaranya sebagai koordinator kampanye juga merupakan PIC (Person In Chart) yaitu Irwan Siswanto, ST sebagai mediator antara pihak Ciputra, FKLSM (YAI dan YCAB) juga bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian Humas BNN, Drs. Sumirat Dwiyanto., M.Si; dan Kepala Sub Bagian, Khrisna Anggara, SH., M.Si serta pelaporan verbal kepada Ibu Ana selaku Kabid Hubungan Kerja Sama Nasional; dibantu tiga diantaranya staf
137
pelaksana yaitu Yessi Weningati;
Deni Carmelita; juga Popom dari bagian
inventaris produk (stock opname) untuk Humas. Non panitia juga menggunakan Office Boy (OB), volunteers* 124 dari kalangan mahasiswa berjumlah empat (4) orang, serta pelibatan Duta Anti Narkoba berasal dari kalangan selebritas yaitu Fryda Lusyana. Selain personil dari Humas, BNN juga libatkan dari Deputi Rehabilitasi. Lalu dari UPT Terapi & Rehabilitasi BNN LIDO sebagai nara sumber talkshow yaitu Muhammad Fierza Nasution, M.Si, Psi dan Dr. Kusman Suriakusumah, Sp.KJ, MPH selaku Dir Penguatan Lembaga Rehab Deputi Rehabilitasi BNN. Mendatangkan band kompilasi anti narkoba asuhan “Smile Production” untuk ikut tampil mengisi acara. Secara
umum
siapapun
yang
dalam
menggagas,
merancang
mengorganisasikan dan menyampaikan pesan dalam sebuah kegiatan kampanye dapat disebut pelaku kampanye, yang mana bukan merupakan pelaku tunggal melainkan melalui tim kerja (teamwork), bahkan nama lembaga yang menjadi sumber pesan pun dapat diidentifikasi sebagai pelaku kampanye. Seiring dengan keterangan tersebut, tim kerja yang direncanakan oleh Humas BNN di atas, sesuai dengan konsep Rosady Ruslan 125 tentang kesiapan sebagai komunikator selaku pelaku dalam melakukan penggiatan kampanye dengan beberapa kriteria sebagai komunikator yang baik. Aspek kedua, pengalokasian dana operasional hendaknya didasarkan pada efektivitas dan efisiensi dengan tujuan mendapatkan sesuatu yang lebih dengan 124 125
*volunteer = voluntary , adalah sukarelawan Rosady Ruslan, op.cit., 71
138
jumlah uang anggaran yang dikeluarkan supaya tepat guna dan sesuai perencanaan. Kampanye dalam bentuk sosialisasi melalui penyuluhan, pameran informasi narkoba, dalam pelaksanaannya selalu lebih banyak dari yang diprogramkan. Untuk menutupi anggaran itu, Humas harus subsidi silang dari anggaran paos-pos lain. Hal tersebut dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada tim pemeriksa dari BPK, bahwa memang merasa sayang rasanya, jika kegiatan strategis ditolak karena lingkupnya masih di seputar Jakarta sehingga mudah dijangkau, jumlah produk informasi kita masih tersedia banyak, juga memiliki informasi kegiatan yang bisa disampaikan serta melihat peluang dari segi waktu dan sisi strategis. Kesemua fasilitas dan booth dalam kesepakatan untuk giat kampanye Next Creative Generation, baik BNN, YCAB dan YAI mendapatkan gratis (free of charge). Kalaupun harus membayar, biasanya Humas meminta diskon khusus, tetapi Humas selalu mengupayakan tarif stand booth gratis. Dalam prosedur perencanaan program keHumasan, khususnya administrasi keuangan Humas BNN, semua kegiatan itu ada anggarannya, namun karena ini merupakan kegiatan di luar mata anggaran, sifatnya program di luar anggaran DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran) yang tidak direncanakan di tahun lalu. Maka, guna menutupi pengeluaran tersebut, Humas melalui kewenangan Kabag, mengambil dari mata anggaran lain, seperti subsidi silang dari pos-pos lain. Pengeluarkan dana untuk alokasi transport dan konsumsi. Kurang lebih 1 hari untuk 5 orang tim yang datang bertugas untuk cek acara menganggarkan nominal Rp 1.000.000 nett. Sedangkan kalkulasi pengganti transport dan uang makan untuk narasumber, tim
139
yang bertugas, kurang lebih Rp. 5.000.000,- hingga acara selesai. Media pendukung publikasi yang digunakan dalam giat kampanye anti narkoba Next Creative Generation yaitu membuat press release yang disepakati bersama dengan pihak Ciputra, pengupayaan penyebaran melalui dua pintu, dari pihak Mal Ciputra menggunakan Media Gathering untuk menjaring kedekatan dengan media, sedangkan dari pihak BNN sendiri, terdapat program kegiatan rutin media bernama FOSIL (Forum Silaturahmi Antar Media Journalism Pemerhati Anti Narkoba) setiap triwulan dalam satu tahunnya. Bekerjasama dengan Radio Swasta yakni Radio Sonora dengan memasang “Adlips” 126 . Barter media tersebut tidak dikenakan biaya (free of charge) . Iklan dan promosi melalui brosur, poster, Baliho, Bunting atau Flag Chain, Radio Spot yaitu Radio Sonora 2 spot per hari, serta Gen FM, selain itu pemasangan iklan di Kompas, Majalah Aneka Yes, Majalah Mal Ciputra, Website Mal Ciputra Jakarta : www.ciputramall.com dan website Badan Narkotika Nasional : www.bnn.go.id. Seperti yang dijelaskan oleh pendapat Frida Kusumastuti 127 bahwa karakteristik yang melekat di dalam setiap program atau kegiatan pemerintah selalu mendapat controlling atau pengawasan dari berbagai kalangan, terutama pers, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sebagainya. Mereka sangat berperan dalam proses penyadaran masyarakat mengenai permasalahanpermasalahan mereka sebagai warga masyarakat. Pihak BNN sendiri tidak melakukan Press Konferens dikarenakan terlaksananya Konferensi Pers tersebut, biasanya untuk acara yang sifatnya Besar, 126 127
*Adlips adalah iklan yang dibacakan penyiar radio terhadap acara yang dipublikasikan Frida Kusumastuti, op.cit., 38
140
tergantung dari bobot acara dan nilai beritanya. Badan Narkotika Nasional melakukan Konferensi Pers dalam pengungkapan sindikat narkoba yang melibatkan barang sitaan yang berjumlah besar dengan sindikat yang besar atau pemusnahan barang bukti (BB), MOU berjangka panjang. Sebagai publikasi, dalam kesepakatan yang dibuat bersama, media gathering diupayakan dalam menarik perhatian pihak media, mereka diundang untuk hadir saat grand opening tanggal 25 Juni 2010, pengiriman press release serta foto-foto dokumentasi saat acara berlangsung nantinya. Dalam suatu kegiatan Humas, media massa memainkan peran yang cukup penting. Umumnya dalam kampanye komunikasi, media massa cenderung ditempatkan sebagai saluran komunikasi utama karena hanya lewat media inilah khalayak dalam jumlah yang besar dapat diraih, kemampuan media massa dalam melipatgandakan penyebaran informasi, serta memiliki kemampuan untuk mempersuasi khalayak, seperti dalam kutipan buku Rosady Ruslan. 128 Menurut pendapat peneliti, pengoptimalan kepada media, pihak penggagas dan pendukung utama sebagai mitra kerjasama selain menggunakan iklan dan promosi dengan tujuan menarik media untuk datang dan meliput, sebaiknya memanfaatkan koneksi media yang sudah ada, bahkan jika memungkinkan menjangkau media lain yang belum pernah diajak kerjasama, atau bisa melakukan barter media dengan sistem penyiaran ‘on air’, agar khalayak yang tidak bisa menyaksikan secara langsung, bisa turut menyaksikan melalui channel pada televisi atau media radio yang digunakan.
128
Rosady Ruslan, op.cit., 65
141
Dari aspek Equipment/Property (Peralatan). Peralatan merupakan bagian dari saluran komunikasi yang digunakan untuk mendukung kelancaran dan keefektifan giat kampanye. Semua fasilitas pendukung seperti panggung, lighting, sound system standard kesemuanya juga didapatkan gratis murni fasilitas dari pihak Ciputra, hal tersebut merupakan hasil perundingan dan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Hanya saat talkshow yang dibawakan oleh Khrisna Anggara, SH., M.Si selaku Kasubbag Humas BNN, pihak BNN membawa laptop pribadi sebagai peralatan pendukung, karena terdapat materi yang hanya bisa disuguhkan lewat medium tersebut. Pengalokasian jumlah produk informasi yang sesuai untuk dibagikan secara gratis. Ada sekitar 10 item produk informasi narkoba, misalnya: stiker setiap harinya dibagikan 100 buah. Stiker tersebut ada 8 jenis. Staf pelaksana membawa gimmick 129 bentuknya unik. Kemudian mencampur dari ke-8 jenis itu. Pin kupukupu lebih banyak dialokasikan, sekitar 300 buah. Ada dua variasi yaitu berbentuk stiker dan icon. Leaflet dan brosur berjumlah 200 buah dicampur. Poster ada 3 Sekitar 150 buah poster per hari dibagi dalam tiga jenis variasi. Umumnya, ratarata, setiap orang memilih pin sebagai barang yang menarik untuk dimiliki. Akhirnya, rencana operasional pun tidak dipilih hanya karena bersifat imajinatif namun karena sesuai untuk publik sasaran dan merupakan medium yang tepat untuk mengirim pesan.130 Dalam giat kampanye Next Creative Generation ini, hal yang menjadi dominan dipikirkan adalah penyiapan materi dan alokasi terhadap komposisi 129
*gimmick adalah upaya pendukung untuk lebih menggencarkan lagi kegiatan penyebaran informasi, seperti : pin; stiker; blocknote; pocket book; poster; brosur dan sebagainya 130 Anne Gregory, op.cit., 123
142
barang. Misalnya ; pameran informasi, yang banyak menyita energi dan waktu untuk pembuatan materi (konsep) ditambah dengan setting materi yang disuguhkan dalam sosialisasi kampanye. Adapun hasil perencanaan yang telah disepakati bersama antara pihak Ciputra dan BNN antara lain sebagai berikut: 1. BNN dan Mal Ciputra menjadi ‘Mitra Utama’ dalam kerjasama pada penyelenggaraan
“Next
Creative
Generation”
dan
bersama-sama
mengkampanyekan Gerakan Anti Narkotika dan menciptakan generasi penerus bangsa yang bertangggung jawab. 2. Mitra kerjasama lain yaitu Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan Yayasan Aids Indonesia (YAI) serta Radio Sonora sebagai radio spot. Penanggung jawab juga selaku perwakilan dari BNN untuk Mal Ciputra didelegasikan kepada Irwan Siswanto, ST selaku staf pelaksana (koordinator kampanye) pada giat “Next Creative Generation”. 3. Mendatangkan icon atau Duta Anti Narkoba BNN saat grand opening tanggal 25 Juni 2010 pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai, yaitu Fryda Lusyana didampingi oleh Bapak Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si selaku Kepala Bagian Humas Biro Umum Sekretariat Utama BNN. 4. Content utama pada acara pembukaan (25 Juni 2010) berisi kampanye BNN dan talkshow interaktif disertai dengan perform Band Indie Anti Narkotika BNN. Tema kampanye dan talkshow interaktif sebagai berikut: • 25 Juni 2010 : 'Say No To Drugs' – Badan Narkotika Nasional • 3 Juli 2010
: 'Do & Die' – Badan Narkotika Nasional
143
• 10 Juli 2010
: 'Drugs For Idiot' – Badan Narkotika Nasional
5. Mendatangkan band-band indie Anti Narkotika yang telah bekerjasama dengan Humas BNN untuk tampil pada acara pada 25 Juni, 3 Juli, dan 10 Juli 2010. 6. Nara sumber interactive dalam talkshow di panggung utama antara lain : a.
Dr. Kusman Suriakusumah, Sp.KJ, MPH (Dir Penguatan Lembaga Rehab Deputi Rehabilitasi BNN)
b.
Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si (Kabag Humas dan Dokumentasi Ro Um Settama BNN)
c.
Khrisna Anggara, SH, M.Si (Kasubbag Humas Bag Humas Ro Um Settama BNN)
d.
Muhammad Fierza Nasution, M.Si, Psi (Kasubbag Keuangan, Perlengkapan dan Pemeliharaan Bag Umum UPT T&R)
7. Penempatan logo BNN sebagai mitra pendukung utama dalam kerjasama giat “Next Creative Generation” di Mal Ciputra Jakarta pada seluruh materi promosi berupa: brosur, poster, baliho, bunting atau flag chain, iklan Kompas full color (setengah halaman), iklan majalah Aneka full colour (satu halaman)free in charge. Serta announcement by MC pada setiap acara yang diselenggarakan 8. Mensosialisasikan giat “Next Creative Generation” kepada masyarakat luas, melalui kerjasama dengan Radio Sonora Jakarta sebagai radio spot melalui barter media dengan memasang “adlips” semacam iklan yang dibacakan
144
penyiar di sela-sela dialog (2 spot per hari) - free in charge. 9. Fasilitas saat “Next Creative Generation” berlangsung dari Mal Ciputra secara gratis (free in charge) antara lain: area promosi untuk BNN dengan ukuran 2x2 m2 termasuk satu meja dan dua kursi, panggung, lighting dan sound system standard untuk pengadaan talkshow dari BNN. Menyepakati pula untuk booth khusus untuk BNN secara gratis serta pemasangan umbulumbul HANI 2010 di sepanjang lokasi booth utama giat berlangsung selain YCAB dan YAI. 10. Pelatihan untuk volunteer yang disediakan Mal Ciputra sebagai penjaga stand booth BNN pada hari Kamis dan Jumat, 17 dan 18 Juni 2010 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai, pejabat Humas yang mewakilinya adalah Kasubbag Humas BNN, Khrisna Anggara di ruang VIP lantai 1 BNN. Berdasarkan hasil wawancara, baik dengan nara sumber utama maupun nara sumber pembanding, hasil perencanaan Humas Badan Narkotika Nasional dalam giat kampanye “Next Creative Generation” adalah cukup baik namun peneliti melihat ini kurang optimal karena keseluruhan detail proses perencanaan belum terdokumentasikan secara tertulis dan hanya bersifat koordinatif secara verbal (lisan) yang dinilai memiliki potensi kesalahan penyampaian pesan komunikasi diantara kedua belah pihak menjadi berpeluang besar. Serta pemetakan terhadap waktu dan aktivitas yang perlu diprioritaskan dan apa saja yang perlu dilakukan, belum pula diidentifikasikan dengan cermat melalui perencanaan yang mendetail sehingga peran Humas sebagai teknisi komunikasi131
131
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, op.cit., 46-47
145
dinilai belum dijalankan dengan baik walau pada akhirnya semua pekerjaan dilakukan secara keseluruhan, namun bukan berarti manajemen perencanaan diimplementasikan dengan baik pula apalagi menimbang bahwa ritme dan mobilitas Humas terhadap kegiatan yang cukup padat. Seperti halnya Sweeney yang mengatakan. 132 Semakin spesifik tujuan institusional, semakin spesifik dan efektif rencana PR-nya. Rencana PR yang baik tidak muncul begitu saja, rencana tersebut adalah hasil dari kerja keras dan pertimbangan. Merencanakan segalanya dengan hati-hati membuat praktisi PR memiliki kontrol yang pada akhirnya akan memperbesar peluang keberhasilan. Peneliti mengusulkan akan lebih optimal bila seharusnya setiap kegiatan yang dilaksanakan pada akhirnya perlu dilakukan evaluasi sebagai monitoring dalam menilai hasil dan keefektifan program-program yang digiatkan Humas khusunya, apalagi ini menyangkut pola sikap dalam pemahaman sebagai upaya strategis BNN untuk pelaksanaan upaya P4GN di kalangan masyarakat, walaupun itu tidak mudah dilaksanakan. Peneliti mengharapkan setiap perencanaan yang dibuat sedetail mungkin dan dituangkan dalam bentuk tertulis, maka dapat mendukung manajemen perencanaan yang rapi khususnya dalam perencanaan kampanye sehingga tim Humas yang mengkoordinir suatu kegiatan apapun menjadi bagian dari tim perencanaan strategis, memiliki kemampuan untuk mengembangkan program, bertanggungjawab penuh atas implementasinya, hingga pelaporan evaluasi berkala dan mampu menyediakan layanan komunikasi bersifat teknis atau dikenal
132
Antar Venus, op. cit, hal.143
146
dengan method of communication in organization. Hal demikian juga dirasa sangat sesuai dengan peran Humas dalam buku Effective Public Relations, Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom 133 dalam suatu giat yang dikerjakan yaitu Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Process Fasilitator) dimana para praktisi Humas dalam melakukan tugasnya berkolaborasi dengan personil lain juga dengan manajer lain yang secara tidak langsung menjalankan peran fasilitator komunikasi. Koordinasi dan pendokumentasian hasil perencanaan yang tertata rapi sedetail mungkin akan membantu praktisi Humas mempermudah menjalankan aktivitas yang perlu diprioritaskan sebagai fokus arah yang jelas. Hal tersebut menjadikan fungsi komunikasi manajerial diantara pimpinan dan pelaksana (teknisi) dalam tim yang didelegasikan tidak terputus dan tidak bersifat ambiguasi serta dapat meminimalisir kesalahan dalam seni berkomunikasi (misscomunication).
133
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, op.,cit. 46