BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian PT Patra Jasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang property dan
hotel yang beralamat di Jalan Gatot Subroto Kav. 32-34, Jakarta Pusat. Cikal bakal PT Patra Jasa adalah berasal dari pendirian perusahaan “Maatschppij Tot Exlpoitatie van Onroerende Goederen Tjampea” berdasarkan akta notaris Meester Nicolas August Mispelblom Van Altena no.13 tanggal 2 Maret 1950. Kemudian pada tanggal 17 Juli 1975 namanya diubah menjadi PT Patra Jasa berdasarkan akta notaris Achmad Daroqutni no.18 tanggal 18 Juli 1975 dan dimuat dalam buku register Kantor Pengadilan Negeri Jakarta no. 4027 tanggal 24 November 1975 dan Berita Negara Republik Indonesia no.102 tanggal 23 Desember 1975 serta telah diubah dengan akte notaris no. 29 tanggal 8 November 1988 dibuat dihadapan notaris Ny. Sinta Susikto, SH di Jakarta. Pada tahun 1975 PT Patra Jasa berperan sebagai operator atas aset Pertamina, dan mulai tahun 1988-2000 secara bertahap Pertamina menyerahkan aset sebagai penyertaan modal sehingga struktur permodalannya 99,99 % dimiliki PT Pertamina (Persero) dan 0,01 % dimiliki oleh PT Elnusa dan dengan demikian PT Patra Jasa merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina dan secara otomatis menjadi BUMN.
53
54
Terakhir perusahaan ini diubah dengan Akte Notaris Ilmiawan Dekrit Supatmo, SH no.9 tanggal 6 September 2002 yang telah memperoleh persetujuan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia no.C-18597 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 September 2002, telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan pada tanggal 19 November 2002 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia no.95 tanggal 26 November 2002. Sebagai salah satu dari anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Patra Jasa diharuskan menyisipkan logo PT Pertamina (Persero) dalam setiap kegiatannya. Sekretaris Perusahaan PT Patra Jasa mengungkapkan bahwa walaupun tidak ada aturan tertulis, namun seluruh anak perusahaan PT Pertamina (Persero) diharuskan melakukan hal tersebut. Penyeragaman ini juga berlaku untuk kegiatan lain, seperti keharusan menggunakan garis merah dibawah slide presentasi anak perusahaan. PT Patra Jasa yang bergerak di bidang hospitality memiliki banyak fasilitas yang disewakan sebagai sumber pendapatannya, antara lain terdiri dari: 1.
Perhotelan sebanyak 7 unit hotel yang terletak di Parapat, Anyer, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, dan Bali.
2.
Sewa perumahan sebanyak 132 unit yang terletak di Kuningan Rasuna Said, Jakarta Selatan.
3.
Sewa perkantoran sebanyak 1 unit gedung perkantoran (22 lantai) yang terletak di Jalan Gatot Subroto
55
Seiring dengan perkembangannya, PT Patra Jasa memiliki beberapa unit hotel dan jasa lainnya, yaitu: 1. Patra Jasa Parapat Lake Resort 2. Patra Jasa Bandung Hotel 3. Patra Jasa Jakarta Hotel 4. Patra Jasa Anyer Beach Resort 5. Patra Jasa Cirebon Hotel 6. Patra Jasa Semarang Convention Hotel 7. Patra Jasa Bali Resort and Villas 8. Patra Jasa Office Tower 9. Patra Jasa Residential 10. Patra Jasa Unit Palembang Patra Jasa Anyer Beach Resort berdiri sejak 1973 dan berlokasi di Jalan Raya Karang Bolong, Desa Bandulu, Anyer. Patra Jasa Anyer Beach Resort. Patra Jasa Anyer Beach Resort memiliki 70 kamar bergaya cottage yang unik dengan pemandangan langsung ke Laut Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Tipe kamar yang ditawarkan, antara lain: 1. Standard Garden View 2. Standard Sea View 3. Deluxe Sea View 4. Suite Sea View
56
4.1.1. Visi dan Misi Visi Menjadi perusahaan di industri hospitality dan property yang selalu dipilih pelanggan. Misi 1. Mengutamakan kepuasan pelanggan untuk memaksimalkan hasil perusahaan 2. Menjalankan usaha dengan prinsip Good Corporate Governance 3. Mengembangkan perusahaan melalui penungkatan kualitas Sumber Daya Manusia
4.1.2. Tata Nilai PT Patra Jasa memiliki lima tata nilai yang disingkat menjadi SMILE, yaitu: 1.
Satisfaction
2.
Maximizing Profit
3.
Innovation
4.
Learning Continuously
5.
Envirenmental & Social Responsibility
4.1.3. Struktur Organisasi Dengan berjalannya waktu maka perusahaan yang maju juga ikut berkembang sehingga mengalami perubahan di segala bidang begitu juga yang terjadi pada perusahaan ini. Berkembangnya perusahaan telah merubah struktur organisasi perusahaan ini. Berikut ini penulis gambarkan struktur organisasi Patra
57
Jasa Anyer Beach Resort :
General Manager
Room Manager
F&B Manager
Front Office Manager
F.O SPV.
Chief Cook
Executive H.K
H.K SPV .
Laundry SPV.
Public Area SPV.
Sport & Recr. SPV.
CookI
6
Finance Controller
Sales & MKT Manager
Rest & Banquet Manager
Steward SPV.
Sales Manager
Rest. & Banqt. SPV.
Sales Exec
GA & QA Manager
Chief Engineer
ENG. SPV.
Landscaping Outsourcing
HR & GA Manager
Income & A.R. / A.P. Book Keeper
Cost Control Gen. Cashier
Security Outsourcing
Perso. Admin. SPV.
Purch. & Store
GSA
Room ATT D.
Laundry ATTD.
P.A. ATTD .
Sport & RECR. ATTD,
Cook-II
Diswasher
Waiter/ Waitress
ENG. Crews
Drivers
Exec. Admi n. SPV.
7
8
4.2.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, PT Patra Jasa memiliki
Dasar Kebijakan Tanggung Jawab Sosial PT Patra Jasa (Corporate Social Responsibility Policy PT Patra Jasa), yaitu: 1. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan. 2. Anggaran Dasar Perusahaan. 3. RKAP dan RJPP Perusahaan. PT Patra Jasa telah merumuskan kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan sejak 1 Oktober 2012. Kebijakan tersebut dirumuskan berdasarkan visi, misi dan tata nilai perusahaan, Anggaran Dasar perusahaan, RKAP dan RJPP perusahaan. Adapun kebijakan tanggung jawab sosial PT Patra Jasa adalah mengarahkan programprogram kerja perusahaan untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada kelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi komunitas di sekitarnya ataupun masyarakat luas secara berkesinambungan dan berkelanjutan bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup pekerja dan seluruh keluarganya. Adapun program CSR PT Patra Jasa meliputi: 1. Eksternal, ditujukan untuk memberikan kepedulian kepada lingkungan serta komunitas
masyarakat
di
sekitarnya
atau
masyarakat
luas
secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. 2. Internal,
lebih
memprioritaskan
penggunaan
material
ramah
lingkungan
(enviromental friendly) dan meningkatkan efisiensi proses bisnis demi kesejahteraan pekerjanya.
9
Sementara itu, prinsip kebijakan CSR yang diterapkan oleh PT Patra Jasa adalah bermanfaat, berkelanjutan dan berkesinambungan. Lingkup Program CSR PT Patra Jasa meliputi: 1. Pendidikan. 2. Kepedulian Lingkungan. 3. Kesehatan. 4. Pemberdayaan Masyarakat. Komitmen perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan tertuang dalam tata nilai perusahaan SMILE, pada Environmental and Social Responsibility. Dalam praktiknya, perusahaan telah berupaya untuk menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perusahaan, komunitas setempat dan masyarakat. Melalui program CSR yang ditujukan kepada komunitas setempat ini, PT Patra Jasa memperoleh Penghargaan Ramah Lingkungan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Serang pada bulan Juni 2012. Berikut ini ditampilkan tabel rencana kerja CSR PT Patra Jasa tahun 2013:
10
Tabel 1.2 Rencana Kerja CSR Tahun 2013 Sumber: PT Patra Jasa No.
Rencana Kerja
Jan
Feb
Mar
Apr
Pendidikan 1
Bantuan Biaya Pendidikan
2
Kesempatan Magang
3
Bantuan Peralatan Pendidikan Kepedulian Lingkungan
1
Program Kebersihan Lingkungan
2
Penghijauan Lingkungan
3
Penggunaan Produk Organik
4
Bantuan Pengelolaan Limbah
5
Penyaluran Air Bersih
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
D
11
No.
Rencana Kerja
6
Bantuan Bencana Alam (jika ada)
7
Bantuan Sarana Keagamaan
Jan
Feb
Mar
Apr
Kesehatan 1
Donor Darah
2
Pemeriksaan Mata Gratis Pemberdayaan Masyarakat
1
Kesempatan kerja bagi orang yang memiliki keterbatasan
2
Kerjasama dengan UKM setempat
3
Kerjasama dengan Petani Organik
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
D
12
Guna mendapatkan hasil yang relevan dengan tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dan komunikasi yang dilakukan Patra Jasa Anyer Beach Resort melakukan kegiatan pemberian kapal motor ke Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Ketapang, Anyer dalam rangka membentuk citra perusahaan, maka dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan key informan dan beberapa informan lainnya. Adapun yang menjadi key informan adalah Bapak Hadi Soemarno selaku Staff Humas Patra Jasa dan Bapak Harry Muradz selaku GM Patra Jasa Anyer Beach Resort yang menjadi perwakilan dari Pihak Patra Jasa untuk mengurus program CSR, termasuk pemberian bantuan kapal motor kepada KUB Nelayan Ketapang. Selain key informan, peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan Bapak Sarmana selaku Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Ketapang, Anyer yang berkoordinasi dengan pihak Patra Jasa Anyer Beach Resort dalam program pemberian kapal motor, Bapak Sehabudin selaku nelayan KUB Ketapang dan juga Samsuri selaku anggota KUB Ketapang yang bertugas dalam pengelolaan hasil tangkapan para nelayan anggota KUB Ketapang untuk dijual baik kepada hotel, pasar, maupun masyarakat (tengkulak). Setelah melakukan wawancara mendalam dengan key informan dan informan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
4.2.1.
Deskripsi Penemuan
13
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan key informan dan informan, didapatkan data sebagai berikut: Dasar dari pelaksanaan program CSR PT Patra Jasa diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Dasarnya Patra Jasa menyadari pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan seluruh stakeholders-nya. Ada publik internal dan eksternal. Seluruh publik itu kita ingin jangkau dan jalin hubungan yang baik. Apalagi Patra Jasa adalah perusahaan jasa, sudah pasti harus berusaha memberikan jasa terbaik. Nah, pelayanan jasa yang baik ini bukan hanya ditujukan kepada para pengunjung atau tamu saja, tetapi juga kepada masyarakat sekitar, pejabat sekitar. Karena kami menyadari tanpa mereka hotel Patra Jasa tidak bisa berkembang dengan maksimal.” Hal ini ditambahkan oleh key informan lain, Bapak Harry Muradz: “Patra Jasa berusaha memberikan pelayanan yang maksimal kepada para tamu. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, Patra Jasa juga menyadari pentingnya memberikan pelayanan kepada publiknya yang lain, yaitu masyarakat dan juga lingkungan sekitar hotel.” Adapun tujuan diadakannya program CSR PT Patra Jasa diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno sebagai berikut: “Tujuannya sudah jelas untuk pihak internal dan eksternal. Untuk internal, PT Patra lebih memprioritaskan penggunaan material ramah lingkungan (enviromental friendly) dan meningkatkan efisiensi proses bisnis demi kesejahteraan pekerjanya. Sedangkan untuk eksternal, PT Patra Jasa memberikan kepedulian kepada lingkungan serta komunitas masyarakat di sekitarnya atau masyarakat luas secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Terkait dengan adanya program CSR Patra Jasa Anyer Beach Resort, key informan, Bapak Harry Muradz menyampaikan tujuan program sebagai berikut: “Tujuannya berangkat dari tujuan CSR Patra Jasa, yaitu memberikan pelayanan, kepedulian kepada masyarakat, lingkungan, kelompok ataupun komunitas
14
sekitar. Dan kegiatan tersebut dilakukan secara continue dan berkembang terus. Karena kami berada di unit, maka program CSR-nya merujuk pada tujuan kantor pusat.” Adapun target sasaran dari program-program CSR ditujukan kepada masyarakat sekitar, Seperti yang diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Targetnya sudah pasti masyarakat sekitar hotel. Karena lokasi Patra Jasa Anyer masuk ke Desa Tambang Ayam, jadi masyarakat desa itulah yang menjadi target utama program CSR kami. Untuk cakupan usia, semua usia. Seperti yang telah dijelaskan, mulai anak sekolah, para ibu juga kami berikan tempat untuk menjual hasil kerajinan tangannya di wilayah hotel sebagai cinderamata para pengunjung hotel. Sedangkan untuk para bapak, kita berikan kapal motor.” Adapun bentuk program CSR yang dilakukan oleh Patra Jasa Anyer Beach Resort dikemukakan oleh key informan, Bapak Harry Muradz: “Ya kegiatan CSR Patra Jasa Anyer beragam, mulai dari yang kecil seperti partisipasi kegiatan kerja bakti atau kegiatan sosial lainnya, pemberian bantuan untuk renovasi masjid, bantuan penerangan listrik dan bantuan lainnya. Selain itu Patra Jasa Anyer juga memberikan bantuan peralatan sekolah kepada siswa/i SD, SMP dan SMA, jumlahnya ada 50 orang. Terakhir yang Patra Jasa Anyer lakukan adalah pemberian kapal motor ke Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Ketapang.” Penuturan dari Bapak Harry Muradz juga dikuatkan oleh penuturan dari key informan lain, Bapak Hadi Soemarno: “Secara umum Patra Jasa Anyer telah melakukan beberapa kegiatan CSR sama dengan unit hotel lainnya. Kalau dari segi pendidikan kita memberikan peralatan sekolah ke 50 siswa/i SD, SMP dan SMA yang datanya kita dapat dari Kepala Desa Tambang Ayam. Beliau yang mengumpulkan data dari sekolah-sekolah yang berada di desa ini. Dari segi kepedulian lingkungan, kita biasanya ikut partisipasi dalam kerja bakti, terus kalau ada kegiatan-kegiatan masyarakat, kita pasti bantu dengan tenaga ataupun materi walaupun nilainya tidak seberapa. Kegiatan lainnya terkait pemberdayaan masyarakat kita merekrut warga di sini untuk kerja di
15
hotel. Selain itu juga kita memberikan bantuan kapal motor ke paguyuban nelayan Desa Tambang Ayam yang dinamai KUB Ketapang.” Terkait dengan adanya program CSR berupa pemberian kapal motor kepada nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Ketapang, peneliti mendapatkan informasi dari informan bahwa KUB Nelayan Ketapang terdiri dari para pria Desa Tambang Ayam yang rata-rata sudah berprofesi sebagai nelayan sejak masih muda. KUB Nelayan Ketapang sudah berdiri cukup lama dan pada saat ini anggotanya merupakan generasi ketiga. Hal ini didapat dari penuturan informan, Bapak Sarmana: “Kita sudah melaut dari kecil, ikut-ikut bapak dulu. Jadi sampai sekarang jadi nelayan, meneruskan kerja bapak. Kebanyakan kita masih saudara..” Penuturan dari Bapak Sarmana ditambahkan dengan informasi dari key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Sudah lama. Yang kami tahu yang sekarang sudah generasi ketiga.” Informasi serupa juga didapatkan dari informan lain, Bapak Sehabudin: “Sudah dari kakek kami, mungkin sekitar puluhan tahun yang lalu.” Namun, terdapat anggota KUB Nelayan Ketapang yang bukan dari silsilah keluarga atau hubungan darah, seperti yang diungkapkan oleh informan lain, Bapak Samsuri: “Warga Desa Tambang Ayam. Kebanyakan masih satu keturunan. Tapi ada juga yang bukan dari silsilah keluarga. Ya kita kumpul-kumpul saja, istirahat abis melaut. Berjalan begitu aja.”
16
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh anggota KUB Nelayan Ketapang dijelaskan oleh informan lain, Bapak Sehabudin: “Kegiatannya ya begini, melaut bisa siang bisa malam. Kalau siang balik lagi sore atau malam. Kalau malam balik ke daratnya subuh. Nanti hasil tangkapan kita kasih ke tengkulak buat di hitung. Nah tempat istirahat abis melaut ya disini biasa ngumpulnya.” Hal senada diungkapkan oleh informan lain, Bapak Sarmana: “Kegiatan utamanya melaut, mencari hasil laut. Bisa cumi, ikan, udang, macam-macam. Kalau tidak melaut atau pulang dari melaut, kami biasa berkumpul di sini, berbincang-bincang.” Untuk penamaan KUB, tidak ada alasan secara pasti KUB tersebut diberi nama Ketapang. Berikut penuturan dari informan, Bapak Sarmana: “Nama Ketapang dari hasil musyawarah saja, tidak ada makna khusus.” Terkait besaran rupiah yang didapat oleh nelayan KUB Ketapang, mereka mengaku hasilnya tidak bisa ditentukan. Hal ini diungkapkan oleh informan, Bapak Sarmana: “Hasilnya tidak tentu, bisa dapat banyak tetapi kadang juga hanya ikan-ikan kecil. Kadang bisa dapat sampe 20 kg, tapi kadang juga cuma dapat 5 kg, tergantung angin dan arusnya.” Hasil dari tangkapan tersebut kemudian dijual kepada tengkulak, ataupun ke pasar, rumah makan dan hotel. Hal ini diungkapkan oleh informan, Bapak Samsuri sebagai tengkulak: “Iya, biasanya hasil tangkapan jual ke saya, atau bisa juga ke pasar sama ke rumah makan. Tapi jarang kalau untuk hotel, karena mereka butuhnya banyak. Paling ya itu, ke saya sama ke pasar. Kalau dikit banget ya buat makan di rumah saja.”
17
Penuturan Bapak Samsuri ditambahkan oleh Bapak Sehabudin selaku informan: “Biasanya ke tengkulak kalau tidak ke pasar. Pasarnya Pasar Anyer. Atau ngga ke suka dibeli sama rumah makan, kaya Rumah Makan Bandulu Molek, Rumah Makan Cirebon. Kalau hotel, Patra Jasa Anyer juga pernah beli, cuma kitanya ga bisa, kadang jumlahnya minta banyak, kita dapatnya cuma sedikit. Biasanya yang dijual ikan sama cumi soalnya gampang nangkepnya, pake pancing sama serokan. Kalau udang mesti pake jaring. Nanti uang hasil tangkapan kita sisihkan buat kas, dimasukin ke bank. Kalau udah banyak kita pake buat benerin kapal atau bikin kapal baru.” Sehubungan dengan distribusi atau penjualan hasil tangkapan laut ke Patra Jasa Anyer Beach Resort, key informan Bapak Harry Muradz mengatakan: “Iya, kami memang pernah membeli hasil laut para nelayan, tetapi kebutuhan hotel cukup besar dan juga tergantung dari tamu. Misalnya Patra Jasa Anyer ingin hasil laut yang masih fresh ddan dibutuhkan siang hari, sedangkan nelayannya baru balik dari laut malam atau bahkan subuh. Jadi hotel masih mencukupi kebutuhan makanan yang berasal dari laut itu ya dari vendor. Mereka kan tinggal di telfon, langsung diantar.” Terkait proses menangkap hasil laut, alat-alat yang digunakan masih sangat tradisional, seperti yang diutarakan oleh informan, Bapak Sarmana: ”Ya kita paling pakai pancing, serokan sama jaring. Pancing sama serokan buat ikan sama cumi, kalau udang pakai jaring. Ke lautnya ya pake perahu kayu ini aja. Satu orang satu perahu.” Hal senada juga diungkapkan oleh informan lain, Bapak Sehabudin: “Alatnya sederhana, hanya menggunakan serokan, pancingan sama jaring.” Dari hasil tangkapan tersebut, para nelayan menjualnya kepada tengkulak dan juga rumah makan dan hotel, termasuk Patra Jasa Anyer Beach Resort. Hal ini diungkapkan oleh informan, Bapak Sehabudin:
18
“Biasanya ke tengkulak kalau tidak ke pasar. Pasarnya Pasar Anyer. Atau ngga ke suka dibeli sama rumah makan, kaya Rumah Makan Bandulu Molek, Rumah Makan Cirebon. Kalau hotel, Patra Jasa Anyer juga pernah beli, cuma kitanya ga bisa, kadang jumlahnya minta banyak, kita dapatnya cuma sedikit. Biasanya yang dijual ikan sama cumi soalnya gampang nangkepnya, pake pancing sama serokan. Kalau udang mesti pake jaring. Nanti uang hasil tangkapan kita sisihkan buat kas, dimasukin ke bank. Kalau udah banyak kita pake buat benerin kapal atau bikin kapal baru.” Penuturan dari informan juga diakui oleh key informan¸ Bapak Harry Muradz: “Iya, kami memang pernah membeli hasil laut para nelayan, tetapi kebutuhan hotel cukup besar dan juga tergantung dari tamu. Misalnya Patra Jasa Anyer ingin hasil laut yang masih fresh ddan dibutuhkan siang hari, sedangkan nelayannya baru balik dari laut malam atau bahkan subuh. Jadi hotel masih mencukupi kebutuhan makanan yang berasal dari laut itu ya dari vendor. Mereka kan tinggal di telfon, langsung diantar.” Penggunaan perahu kayu sebagai alat transportasi untuk mencari hasil tangkapan laut dirasakan kurang efisien. Hal tersebut membuat para nelayan kurang maksimal karena bahan perahu yang mudah rusak. Hal ini diungkapkan oleh informan, Bapak Samsuri: “Kalau untuk perahu memang cepat rusak karena terbuat dari kayu. Apalagi kalau ombaknya besar, kami terpaksa tidak melaut.” Informan lain, Bapak Samsuri mengungkapkan hal serupa: “Kita setiap hari melaut cari ikan, cumi dan yang lainnya. Tapi kadang juga tidak ke laut kalau ombaknya lagi besar sama anginnya lagi ga bagus. Soalnya perahunya kan juga cuma dari kayu, gampang rusak. Paling tahan 3-4 hari. Nanti kita buat perahu lagi.” Selain itu, kondisi cuaca dan ombak juga membuat perahu yang digunakan menjadi kurang maksimal, seperti yang diutarakan oleh informan, Bapak Sarmana:
19
“Kalau untuk jumlah perahu tidak kurang. Tetapi perahu yang digunakan untuk melaut rentan rusak, terlebih jika terkena ombak.” Keterangan dari informan juga diakui oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Kalau di Patra Jasa Anyer, kami melihat banyak nelayan sekitar yang mencari hasil laut di dekat hotel, bahkan terkadang menaruh perahunya di pinggir pantai hotel. Dari situ kami suka ngobrol-ngobrol dengan mereka. Nah, dari perbincangan itu kami menemukan masalah atau semacam curhatan dari mereka kalau perahu yang mereka gunakan untuk cari ikan itu rentan rusak, apalagi jika ombaknya besar.” Gambar 1.2. Perahu nelayan KUB Ketapang yang terbuat dari kayu.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, Patra Jasa Anyer melakukan program CSR yang kali ini ditujukan kepada nelayan yang tergabung dalam KUB Nelayan Ketapang. Hal ini dilakukan karena lokasi para nelayan tersebut berkumpul tidak jauh dari lokasi hotel, hanya dibatasi oleh tembok hotel. Selain itu para nelayan KUB Ketapang ini juga terkadang meletakkan perahunya di pinggir pantai hotel. Hal ini dijelaskan oleh key informan, Bapak Harry Muradz: “Letak KUB sangat dekat dengan hotel, hanya berbatasan dengan tembok hotel. Perahu yang parker di pantai hotel juga merupakan perahu milik mereka. Jadi kami memulai dari yang terdekat dulu.” Penuturan key informan juga diperkuat oleh key informan lain, Bapak Hadi Soemarno: “Kalau di Patra Jasa Anyer, kami melihat banyak nelayan sekitar yang mencari hasil laut di dekat hotel, bahkan terkadang menaruh perahunya di pinggir pantai hotel. Dari situ kami suka ngobrol-ngobrol dengan mereka. Nah, dari perbincangan itu kami menemukan masalah atau semacam curhatan dari mereka kalau perahu yang mereka gunakan untuk cari ikan itu rentan rusak, apalagi jika ombaknya besar.”
20
Adapun spesifikasi bantuan yang diberikan adalah kapal motor yang terbuat dari fiber. Pemberian kapal motor berbahan fiber ini dimaksudkan agar tidak mudah rusak dan lebih tahan lama. Hal ini diakui oleh informan, Bapak Sarmana: “Patra Jasa Anyer Beach Resort memberikan 4 kapal motor bahan fiber untuk mengganti perahu yang masih berbahan kayu agar tidak cepat rusak.” Gambar 1.3. Kapal motor dari PT Patra Jasa kepada KUB Nelayan Ketapang.
Pengakuan dari informan juga diperkuat dengan penuturan dari informan lain, Bapak Sehabudin: “Dari Patra Jasa Anyer memberi kapal motor untuk mengganti perahu yang digunakan untuk melaut sehari-hari.” Sama halnya dengan penuturan dari informan terkait spesifikasi kapal motor, key informan juga mengungkapkan hal serupa: “Yang mereka gunakan adalah perahu yang terbuat dari kayu. Ada mesin penggeraknya atau bisa disebut motor penggerak. Yang Patra Jasa Anyer berikan adalah perahu yang ukurannya lebih besar, makanya disebut kapal, terbuat dari fiber agar lebih tahan lama, dan ada motor penggeraknya juga. Kami berikan yang baru. Jadi satu paket antara kapal dengan mesinnya. Selain ukuran dan bahan dasar kapal yang berbeda, kapal motor dari Patra Jasa Anyer bisa bertahan lebih lama, yaitu sekitar satu minggu. Sedangkan perahu yang dulu digunakan hanya bisa bertahan 3-4 hari.” Dengan adanya kapal motor dari Patra Jasa Anyer Beach Resort, anggota KUB Nelayan Ketapang merasa terbantu dan bisa mencari hasil tangkapan laut lebih maksimal dan juga bisa meningkatkan pendapatan. Hal ini diungkapkan oleh informan, Bapak Sarmana: “Untuk pendapatan Alhamdulillah meningkat. Bisa menabung untuk beli kapal baru.” Gambar 1.4. Kapal Motor akan digunakan untuk menangkap hasil laut.
21
Keterangan dari Bapak Sarmana diperkuat oleh penuturan dari informan lain, Bapak Sehabudin: “Ya Alhamdulillah diberikan bantuan, jadi lebih semangat melautnya.” Terkait dengan pendapatan, informan lain, Bapak Samsuri mengatakan: “Pendapatan sekarang naik. Kalau dulu 10-20 kg sekarang karena kapal motornya lebih besar bisa dapat 50 kg.” Seiring dengan perjalanan, ditemukan masalah dalam pemberian kapal motor ini. Hal ini diakui oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Kami mendengar adanya kecemburuan dari KUB lain yang tidak mendapat bantuan. Sebenarnya bukan tidak mendapat bantuan, tetapi belum. Pemilihan KUB Nelayan Ketapang karena lokasi KUB yang sangat dekat dengan hotel. Oleh karenanya, kami mulai dari yang paling dekat terlebih dahulu, Nantinya akan ada program lanjutan untuk target sasaran lain. Hal ini biasa terjadi, ada kecemburuan sosial. Namanya dapat bantuan, siapa yang tidak mau.” Untuk mengatasi masalah tersebut, key informan, Bapak Hadi Soemarno mengakui sudah melakukan komunikasi dengan paguyuban atau kelompok nelayan lainnya: “Tentu kami sudah berbicara dengan KUB tersebut dan KUB lainnya. Kami jelaskan bahwa ini merupakan awal. Nantinya akan kami lakukan secara bergiliran. Tapi untuk saat ini kami mulai dari wilayah atau desa tempat hotel berada dulu. Ya akhirnya mereka bisa terima penjelasan itu dan masalahnya tidak berkepanjangan.” Hal ini juga diungkapkan oleh key informan lain, Bapak Harry Muradz: “Adanya kecemburuan dari KUB lain yang tidak mendapat bantuan. Kami memaklumi hal tersebut dan sudah kami atasi. Kami berbicara dengan KUB lain bahwa program CSR ini nantinya juga akan menyasar kepada mereka karena ini baru awal dan pertama kali. Selain itu juga kami meminta bantuan dari Kepala Desa Tambang Ayam untuk bersama-sama memberikan pengetahuan semacam itu kepada masyarakat agar hal yang sama tidak terulang lagi.”
22
4.2.2.
Hasil Analisis Data Hasil analisis data mengenai peran Public Relations dalam Program CSR
Patra Jasa Anyer Beach Resort, terdapat empat peran PR dalam perusahaan yang dikemukakan oleh Rosadi Ruslan, yaitu sebagai communicator, relationship, back up management dan good image maker. Adapun data yang didapat dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa humas Patra Jasa telah berperan sebagai communicator dimana pihaknya memiliki kemampuan komunikasi secara lisan kepada masyarakat sekitar dan para nelayan. Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada informan, Bapak Sarmana: “Hubungan kami dengan Patra Jasa Anyer baik. Patra Jasa memberikan tempat untuk kami menaruh perahu. Selain itu juga Pak Harry kadang suka main kesini untuk ngobrol-ngobrol. Ya baik-baik saja.” Hal senada juga diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Patra Jasa Anyer Beach Resort tidak pernah memiliki masalah atau memiliki track record yang buruk dengan KUB Ketapang. Justru sebaliknya, Patra Jasa Anyer Beach Resort berhubungan baik dengan KUB Ketapang. Kami seringkali disuguhi hasil tangkapan nelayan KUB Ketapang yang sudah dimasak dan kita makan bersama.” Penuturan dari key informan diperkuat oleh keterangan dari informan lain, Bapak Sehabudin: “Hubungannya baik, tidak ada masalah. Ya saling membantu dan rukun-rukun saja.” Dalam mengimplementasikan program CSR, ada beberapa tahap-tahap yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi,
23
internalisasi, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada key informan dan informan, Patra Jasa Anyer Beach Resort telah melakukan beberapa tahap-tahap tersebut. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1.
Tahap Perencanaan Dalam tahap ini ada tiga langkah utama, yang pertama adalah awareness building, dimana Patra Jasa Anyer Beach Resort menyadari pentingnya arti CSR dan komitmen perusahaan. Hal ini tertuang dalam tata nilai perusahaan, yaitu Envirenmental & Social Responsibility yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh segenap karyawan PT Patra Jasa. Selain itu, tata nilai ini turunkan menjadi prinsip kebijakan CSR dan mengerucut pada program kerja CSR. Dari hasil wawancara yang dilakukan, terdapat beberapa program CSR yang telah dilakukan, antara lain seperti yang dikemukakan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Secara umum Patra Jasa Anyer telah melakukan beberapa kegiatan CSR sama dengan unit hotel lainnya. Kalau dari segi pendidikan kita memberikan peralatan sekolah ke 50 siswa/i SD, SMP dan SMA yang datanya kita dapat dari Kepala Desa Tambang Ayam. Beliau yang mengumpulkan data dari sekolahsekolah yang berada di desa ini. Dari segi kepedulian lingkungan, kita biasanya ikut partisipasi dalam kerja bakti, terus kalau ada kegiatan-kegiatan masyarakat, kita pasti bantu dengan tenaga ataupun materi walaupun nilainya tidak seberapa. Kegiatan lainnya terkait pemberdayaan masyarakat kita merekrut warga di sini untuk kerja di hotel. Selain itu juga kita memberikan bantuan kapal motor ke paguyuban nelayan Desa Tambang Ayam yang dinamai KUB Ketapang.” Penuturan dari Bapak Hadi Soemarno juga dikuatkan oleh penuturan dari key informan lain, Bapak Harry Muradz:
24
“Ya Patra Jasa Anyer setiap tahunnya selalu melakukan CSR, mulai dari yang kecil seperti partisipasi kegiatan kerja bakti atau kegiatan sosial lainnya, pemberian bantuan untuk renovasi masjid, terus bantuan penerangan listrik dan bantuan lainnya. Selain itu Patra Jasa Anyer juga memberikan bantuan peralatan sekolah kepada siswa/i SD, SMP dan SMA, jumlahnya ada 50 orang. Terakhir yang Patra Jasa Anyer lakukan itu berupa pemberian kapal motor ke kelompok nelayan Ketapang.” Langkah kedua adalah CSR assessment. Patra Jasa Anyer Beach Resort memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapat prioritas. Dari langkah ini Patra Jasa Anyer Beach Resort mendapatkan data bahwa ada paguyuban atau kelompok nelayan yang berada di dekat hotel yang perlu dibantu. Hal ini sesuai dengan penuturan dari key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Unit hotel Patra Jasa yang berada di pinggir pantai ada dua, yaitu Patra Anyer dan Patra Bali. Tetapi program CSR yang dilakukan Patra Jasa Bali terkait dengan pemberdayaan masyarakat dilakukan kepada petani organik yang letaknya cukup jauh dari lokasi hotel, sekitar 2 jam perjalanan. Dan disana juga memang jarang ada nelayan karena lokasinya yang berada di pinggir Pantai Kuta. Jadi baru Patra Jasa Anyer yang memberdayakan masyarakat yang berada sangat dekat dengan lokasi hotel. Tahap awal pasti kami melakukan identifikasi masalah dulu. Melihat bagaimana kondisi di lingkungan sekitar hotel.” Dari hasil identifikasi tersebut, Patra Jasa Anyer Beach Resort merumuskan program CSR untuk mengatasi masalah yang dihadapi para nelayan KUB Ketapangm yaitu dengan pemberian bantuan kapal motor. Hal ini diungkapkan langsung oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Yang kami lakukan adalah melakukan komunikasi dan identifikasi dari masalah yang kami temukan. Kemudian kami buat program untuk mengatasi masalah tersebut. Mengapa memberikan kapal motor, karena memang benda
25
itulah yang sangat mereka butuhkan. Sebelumnya kami sudah identifikasi apa yang dibutuhkan oleh para nelayan. Dan setelah kami lakukan pengamatan dan wawancara santai dengan mereka, diketahui bahwa perahu adalah kendala yang mereka hadapi saat ini. Lagipula, kami menilai bahwa perahu merupakan alat utama untuk mencari ikan. Kalau tidak ada perahu, bagaimana bisa ke tengah laut dan membawa hasil laut ke darat.” Penuturan dari Bapak Hadi Soemarno ditambahkan dengan keterangan yang peneliti dapat dari key informan lain, Bapak Harry Muradz: “Pertama, karena alat itulah yang mereka butuhkan sesuai dengan identifikasi masalah yang kami lakukan. Kedua, kapal motor yang kami berikan bukan lagi berbahan kayu tetapi fiber. Bahan fiber lebih kuat sehingga masa penggunaannya juga lebih panjang, bisa sampai satu minggu. Patra Jasa Anyer Beach Resort memilih KUB Nelayan Ketapang karena identifikasi yang kami lakukan yaitu kepada KUB tersebut.” Selain itu, pemberian bantuan ini juga dilakukan karena belum ada hotel atau instansi lain yang memberikan bantuan serupa. Hal ini diutarakan oleh informan, Bapak Sarmana: “Selama ini sih belum pernah ada yang kasih bantuan ke kita. Paling bantuan ke sekolah-sekolah atau yayasan. Dari hotel lain juga belum ada, paling cuma kunjungan dari kantor dinas daerah sini.” Penjelasan dari informan juga dikuatkan dengan keterangan dari key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Kalau untuk Patra Jasa, ini merupakan program baru. Sama halnya dengan hotel lain yang menjadi kompetitor. Saya perhatikan hotel-hotel lain di kawasan Anyer juga belum pernah melakukan kegiatan ini.” Atas dasar itu maka Patra Jasa Anyer melaksanakan program CSR berupa pemberian bantuan kapal motor kepada KUB Nelayan Ketapang. 2.
Tahap Implementasi
26
Menurut Cutlip-Center-Broom, terdapat empat langkah implementasi program, yaitu pada tahap awal langkah ini adalah menentukan masalah. Para nelayan masih menggunakan perahu berbahan kayu sebagai alat transportasi untuk mendapatkan hasil tangkapan laut. Oleh karena itu, Patra Jasa Anyer Beach Resort melakukan perencanaan dan penyusunan program untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun program yang direncanakan dan disusun oleh Patra Jasa Anyer adalah pemberian bantuan kepada para nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Ketapang. KUB nelayan ini dipilih karena lokasi tempat perkumpulan mereka persis berada di sebelah hotel dan juga nelayan yang tergabung dalam KUB tersebut merupakan masyarakat desa di sekitar lokasi hotel. Terkait dengan tahapan melakukan tindakan dan berkomunikasi, Patra Jasa Anyer Beach Resort melakukan tindakan berupa pemberian kapal motor kepada KUB nelayan Ketapang, sesuai dengan kebutuhan utama dan keluhan mereka tentang minimnya alat transportasi untuk mencari hasil tangkapan laut. Hal ini diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Sebagai awal, kami memberikan 4 buah kapal motor, nantinya akan ada program lanjutan. Hal ini juga sejalan dengan prinsip CSR yaitu pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Dan ada manfaat dari jumlah 4 tadi. Karena kurang, mereka menyisihkan uang hasil melaut untuk membuat kapal motor baru yang juga terbuat dari fiber. Hal itulah yang kami harapkan. Kami ingin mengajak para nelayan untuk
27
tidak manja, hanya menunggu bantuan tetapi juga berusaha memperbaiki kehidupan mereka dengan kemampuan yang dimiliki.” Pada tahap implementasi ini, Patra Jasa Anyer Beach Resort mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Patra Jasa sebagai induk unit hotel Patra Jasa Anyer Beach Resort dan juga sosialisasi ke karyawan Patra Jasa Anyer Beach Resort mengenai implementasi program CSR yang dilaksanakan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada key informan¸ Bapak Harry Muradz, didapatkan informasi sebagai berikut: “Pihak-pihak yang terkait secara langsung antara lain GM Patra Jasa Anyer Beach Resort, kemudian staf humas dari kantor pusat. Selain itu, para nelayan KUB Ketapang sendiri dan juga Kepala Desa Tambang Ayam yang turut membantu proses pelaksanaan bantuan CSR ini.” Hal ini dibenarkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Pihak yang terlibat tidak banyak. Hanya saya selaku perwakilan dari kantor pusat, GM Patra Jasa Anyer Beach Resort dan staf maintenance, Pak Achmad yang menjadi penghubung pertama saya dengan para nelayan tersebut.” Penuturan kedua key informan tersebut ditambahkan oleh informan, Bapak Sehabudin: “Ada Pak Hadi dari kantor pusat sama Pak Harry, Kalau Pak Harry bos di Patra Anyer.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain, Bapak Samsuri: “Pak Harry. Kalau tidak salah pangkatnya diatas manajer di Patra Anyer. Satu lagi Pak Hadi yang dari Patra Pusat.”
28
Adapun anggaran yang digunakan untuk mengadakan 4 buah kapal motor berasal dari anggaran PT Patra Jasa, seperti yang diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Anggarannya menggunakan anggaran pusat karena jumlahnya juga cukup besar. Jika nilainya kecil, di bawah Rp 5juta masih di-handle unit, tetapi jika besar dari pusat. Sepengetahuan saya, unit-unit hotel tidak memiliki budget CSR.” Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Hadi Soemarno, key informan lain, Bapak Harry Muradz juga mengatakan: “Untuk anggaran berasal dari pusat karena nilainya melebihi Rp 5Juta. Kalau dibawah Rp 5Juta menggunakan anggaran unit.” Dalam melakukan komunikasi, terdapat beberapa saluran komunikasi yang bisa digunakan, seperti media massa, komunikasi tatap muka ataupun media lainnya seperti website, billboard, dan lain-lain. Terkait saluran komunikasi
yang
digunakan,
key
informan,
Bapak
Hadi
Soemarno
mengungkapkan tidak ada komunikasi khusus yang dilakukan kepada para nelayan. ”Patra Jasa Anyer tidak membuat atau mengadakan sosialisasi yang mengundang mereka atau ada kegiatan komunikasi lainnya untuk program CSR ini. Disini, kamilah yang langsung datang ke tempat mereka biasa kumpul, berbicara secara lisan dari awal sampai eksekusi pemberian kapal motor. Seperti yang sudah dijelaskan, bentuk sosialisasinya hanya melalui komunikasi verbal. Selain komunikasi dengan para nelayan yang merupakan target sasaran program, kami juga melakukan sosialisasi dengan manajemen dan para karyawan hotel. Bentuknya sama, hanya komunikasi lisan dalam rapat.” Hal ini juga diperkuat dengan penjelasan dari key informan lainnya, Bapak Harry Muradz:
29
“Untuk sosialisasi Patra Jasa Anyer Beach Resort tidak membuat kegiatan apa-apa, hanya melakukan komunikasi dan pendekatan dengan target khalayak dan pemangku jabatan di sini saja.” Keterangan dari kedua key informan diperjelas dan dibenarkan oleh informan, Bapak Sehabudin: “Tidak ada sosialisasi. Ya berjalan begitu saja. Orang dari Patra Jasa suka datang kesini, ngobrol, lalu mengatakan ingin kasih bantuan. Akhirnya diberikan kapal motor empat. Ya kita terima, ada buktinya juga di kertas dan ditanda tangani. Disaksikan juga oleh Pak Kades jadi resmi.” Sosialisasi dilakukan secara lisan karena penyesuaian kemampuan target khalayak menyerap pesan yang ingin disampaikan, seperti yang diutarakan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Kami menyesuaikan dengan kondisi target khalayak. Mereka merupakan nelayan dengan tingkat pendidikan yang dapat dikatakan rendah. Sehingga bentuk sosialisasi yang kami rasa paling tepat adalah dengan komunikasi lisan, tidak perlu melakukan kegiatan sosialisasi yang besar yang juga membutuhkan dana lebih.” Berdasarkan informasi yang didapatkan dari informan dan key informan tersebut, peneliti mencoba lebih menggali informasi terkait tidak adanya sosialisasi dan juga terkait proses komunikasi yang dilakukan, yaitu dengan melihat ketersediaan Sumber Daya Manusia dari pihak Patra Jasa Anyer Beach Reort. Dari hasil wawancara yang dilakukan, key informan, Bapak Harry Muradz mengatakan: “Jumlah SDM disini sudah cukup, tetapi memang belum ada staf yang khusus menangani kegiatan-kegiatan PR, sehingga lebih banyak di-handle oleh GM dan juga staf humas PT Patra Jasa.”
30
Hal ini juga serupa dengan keterangan yang peneliti dapatkan dari key informan lain, Bapak Hadi Soemarno: “Selama ini sebagian besar kegiatan PR unit-unit memang dilakukan oleh Humas PT Patra Jasa. Jadi kalau ada masukan dari unit, kami lihat, kami survey, kalau memang perlu dilakukan tindakan atau dilakukan sebuah program dan sudah disetujui, humas PT Patra Jasa datang ke lokasi hotel untuk pelaksanaannya. Kalau untuk Patra Jasa Anyer, pihak dari hotel yang menjalankan kegiatan PR adalah General Manager-nya langsung, tetapi sifatnya sebatas pendekatan dengan pemangku jabatan di sini ataupun untuk handle kegiatan PR yang sifatnya tidak rutin.” Terkait dengan temuan ini, Bapak Hadi selaku staf humas PT Patra Jasa merasa Patra Jasa Anyer Beach Resort membutuhkan staf PR yang dapat menjalankan seluruh kegiatan PR baik yang rutin maupun program-program seperti CSR. Selain itu, sesuai dengan prinsip kesinambungan dan berkelanjutan dari konsep CSR, dibutuhkan adanya staf yang memonitor pelaksanaan program CSR yang telah dilaksanakan. Hal ini diungkapkan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Saya rasa perlu, karena kegiatan PR pada dasarnya banyak dan unit hotel belum menjalankannya. Sedangkan kegiatan PR itu penting untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa perhotelan. Seperti hubungan dengan media yang belum tersentuh, monitoring berita baik yang berhubungan dengan hotel maupun yang berpotensi berkaitan dengan hotel. Hubungan dengan pihak internal dan eksternal juga butuh pembinaan terus-menerus. Selain itu, dalam kaitannya dengan program CSR, karena program CSR itu berkelanjutan dan terus berkembang, perlu ada staf yang mengurus soal itu. Jika tidak, program CSR bisa berpotensi berhenti di jalan bahkan mungkin mengalami kemunduran.” Penuturan serupa diungkapkan oleh key informan lain, Bapak Harry Muradz:
31
“Kami sedang mengusahakan untuk meminta tambahan karyawan yang mengurus hal tersebut. Namun hingga saat ini masih mengandalkan staf humas dari pusat karena kegiatannya juga belum banyak.” Selain pihak-pihak yang menjadi komunikator, hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasi sebuah program CSR adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada target khalayak. Dalam bukunya, Morrisan mengklasifikasikan media menjadi tiga jenis, yaitu cetak, audio dan audiovisual. Media cetak memiliki sifat dengan daya jangkau yang terbatas dan daya rangsang yang rendah, namun mengeluarkan biaya yang relatif murah, mudah dibaca, dimana dan kapan saja serta dapat dibaca berulang-ulang. Sedangkan untuk audio memiliki ciri yang sama namun hanya dapat didengar bila disiarkan. Terakhir media audiovisual, dimana memiliki keunggulan yang merupakan gabungan dari cetak dan audio tetapi membutuhkan biaya yang sangat mahal. Berdasarkan klasifikasi dari Morrisan dan hasil wawancara serta data yang didapatkan peneliti, key informan, Bapak Harry Muradz menjelaskan media yang digunakan adalah cetak, yaitu spanduk. Berikut penuturan key informan: “Media yang digunakan yaitu kami membuat spanduk pada saat penyerahan kapal motor kepada KUB Nelayan Ketapang, disaksikan oleh Bapak Kepala Desa beserta jajarannya. Kami rasa tidak perlu menggunakan media lainnya, spanduk sudah cukup sebagai media komunikasi. Ukurannya juga besar jadi bisa dilihat oleh banyak orang. Kalau membuat media komunikasi lainnya bisa jadi malah kurang efektif karena tingkat pendidikan mereka yang tidak begitu tinggi.”
32
Gambar 1.5. Serah Terima Kapal Motor antara PT Patra Jasa dengan KUB Nelayan Ketapang.
Hal senada juga diungkapkan oleh key informan lain, Bapak Hadi Soemarno: “Untuk media, Patra Jasa Anyer hanya menggunakan spanduk pada saat proses serah terima kapal motor ke KUB Nelayan Ketapang. Selebihnya dilakukan dengan komunikasi lisan. Kemudian ada dokumentasi berupa berita acara serah terima, kuitansi dan foto-foto.” Gambar 1.6. Spanduk yang digunakan PT Patra Jasa.
Selain menggunakan spanduk, Patra Jasa Anyer Beach Resort hanya melakukan komunikasi lisan secara langsung dengantarget khalayak dan tidak mengundang atau menyampaikan pesan melalui media, baik lokal maupun nasional. Hal ini dijelaskan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Tidak. Hal tersebut memang disayangkan karena program pemberian kapal motor ini baru pertama kali dilakukan oleh hotel di wilayah Anyer. Ini juga menjadi salah satu yang luput dilakukan, yaitu menjalin hubungan dengan media. Hal ini terjadi karena tidak adanya staf yang mengurus persoalan semacam ini. Tentu Patra Jasa Anyer tidak bisa mengandalkan GM sebagai pihak dari perusahaan yang menjalankan kegiatan PR.”
33
Dari keterangan key informan
dan informan tersebut, peneliti
menyimpulkan Patra Jasa Anyer Beach Resort hanya menggunakan media spanduk sebagai penunjang komunikasi yang dilakukan kepada KUB Nelayan Ketapang dalam memberikan bantuan kapal motor tersebut. Patra Jasa Anyer melakukan komunikasi yang lebih personal untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, Patra Jasa Anyer Beach Resort juga tidak menggunakan atau bekerja sama dengan media baik lokal maupun nasional dalam menyebarkan pesan ataupun menginformasikan program CSR yang dilaksanakan. Hal ini terjadi karena tidak adanya staf yang mengurus hubungan dengan media dan untuk mengurus tugas PR lainnya. Namun, implementasi program pemberian bantuan kapal motor ini sudah berjalan dengan baik dimana pesan yang ingin disampaikan Patra Jasa Anyer Beach Resort sesuai dengan pesan yang diterima oleh target khalayak, dalam hal ini nelayan KUB Ketapang. Hal ini dibuktikan dengan penuturan dari informan, Bapak Sarmana: “Ya Patra Jasa Anyer Beach Resort mengatakan bahwa ingin membantu para nelayan sini dengan memberikan kapal motor. Pak Hadi juga bilang anggap saja Patra Jasa Anyer itu sebagai keluarga jadi kalau ada masalah bisa berbagi, nanti sama-sama dicarikan solusinya.” Penuturan dari informan juga dikuatkan dengan penuturan dari informan lain, Bapak Sehabudin:
34
“Pesannya ingin memberi bantuan untuk KUB Ketapang karena perahunya gampang rusak. Karena tempatnya juga dekat jadi ingin menolong tetangga biar bisa mendapatkan hasil laut yang lebih banyak.” Senada dengan penuturan dari kedua informan, Bapak Samsuri yang juga merupakan informan dalam penelitian ini mengatakan hal serupa: “Pesannya ingin komitmen membantu masyarakat sekitar khususnya nelayan yang berlokasi dekat dengan hotel. Dengan begitu bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.” Implementasi program pemberian bantuan kapal motor ini juga sudah sesuai dengan lingkup kerja CSR Patra Jasa dimana salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat yang diturunkan dalam rencana kerja CSR berupa kerjasama dengan UKM setempat. 3.
Internalisasi Dalam tahap ini, Patra Jasa Anyer Beach Resort memperkenalkan CSR kepada pihak internal dan eksternal perusahaan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh key informan, Bapak Harry Muradz: “Upaya yang dilakukan sebenarnya tidak ditunjukan secara eksplisit. Tetapi kami mencoba melakukan kegiatan-kegiatan yang tujuannya untuk memperkenalkan CSR, utamanya kepada internal perusahaan dan kemudian eksternal. Selaku GM, saya selalu mengajak para karyawan untuk menjalin komunikasi dan hubungan sebaik mungkin dengan masyarakat. Selain itu, kami juga berusaha untuk ikut berkontribusi dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, seperti kerja bakti membersihkan selokan, turut berpartisipasi dalam pembangunan masjiid dan renovasi lainnya. Intinya kami menekankan kepada para karyawan untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat sekitar dan bersinergi untuk kemajuan perusahaan dan masyarakat sekitar. Kalau untuk eksternal bisa melalui program-program CSR yang telah dilaksanakan.
35
Dalam menjalankan program-program CSR tersebut, Patra Jasa Anyer Beach Resort secara tidak langsung memperkenalkan bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan sekitar.” Di sisi lain, key informan, Bapak Hadi Soemarno mengatakan: “Patra Jasa Anyer berkomitmen bahwa program CSR ini akan dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan, seperti prinsip kebijakan CSR yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tentu hal ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. Tetapi yang pasti, kontinuitas program CSR akan selalu kami lakukan dan kembangkan demi kemajuan perusahaan dan juga peningkatan mutu kehidupan masyarakat sekitar.” Berdasarkan penuturan dari kedua key informan tersebut, terlihat bahwa Patra Jasa Anyer Beach Resort tidak hanya berupaya untuk memperkenalkan tetapi juga berkomitmen untuk mengembangkan CSR di dalam kegiatan bisnisnya sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
4.
Tahap Evaluasi Pada tahap ini, perusahaan perlu melakukan evaluasi secara konsisten untuk mengukur efektifitas penerapan CSR yang dilakukan. Patra Jasa Anyer Beach Resort mengaku pihaknya melakukan tahapan ini, seperti yang dijelaskan oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno: “Kami mengevaluasi program ini dengan melakukan survey ke para nelayan dan menanyakan testimoni dari mereka. Hasilnya mereka merasa senang dan sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan. Selain itu memotivasi mereka untuk membuat kapal motor baru yang terbuat dari fiber juga.”
36
Keterangan dari key informan diperkuat oleh penuturan dari informan lain, Bapak Sarmana: “Yang dirasakan ya pasti senang diberikan perahu baru yang lebih bagus, lebih tahan lama. Senang diperhatikan sama hotel, ada kepeduliannya dengan masyarakat kecil seperti kami. Hubungannya juga menjadi lebih dekat dan lebih baik lagi.” Key informan, Bapak Hadi Soemarno juga menuturkan penjelasan serupa terkait peningkatan pendapatan para nelayan setelah menggunakan kapal motor dari Patra Jasa Anyer Beach Resort: “Pendapatan mereka bertambah. Selain itu juga nama baik perusahaan semakin bagus. Atau biasa disebut citra. Kami bersyukur program CSR ini berhasil dijalankan dan citra perusahaan jadi semakin positif di mata masyarakat.” 5.
Tahap Pelaporan General Manager Patra Jasa Anyer Beach Resort¸ Bapak Harry Muradz, mengaku pihaknya membuat laporan seluruh program CSR yang telah dan akan dilaksanakan. Berikut penuturan dari key informan: “Sebagai unit, kami senantiasa mengirimkan laporan ke kantor pusat tentang semua program yang telah kami lakukan, termasuk program CSR. Jika ada kendala dan masukan langsung kami follow up.” Penuturan dari Bapak Harry Muradz juga diperkuat oleh keterangan dari key informan lain, Bapak Hadi Soemarno: “Tentu kami membuat laporan. Kami mengirimkan bukti serah terima bantuan dan juga kuitansinya. Selain itu juga foto-foto. Laporan tersebut dikirim ke manajemen PT Patra Jasa.” Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, implementasi
program CSR berupa pemberian bantuan kapal motor kepada KUB Nelayan
37
Ketapang sudah tepat sasaran, yaitu sesuai dengan konsep lima pilar aktivitas CSR dari Prince of Wales International Bussiness Forum: 1. Building Human Capital Patra Jasa Anyer Beach Resort telah melakukan pemberdayaan masyarakat selaku pihak eksternal perusahaan yaitu dengan memberikan bantuan kapal motor kepada nelayan yang berada di sekitar hotel. Hal ini diungkapkan oleh key informan¸ Bapak Hadi Soemarno: “Sebagai awal, kami memberikan 4 buah kapal motor, nantinya akan ada program lanjutan. Hal ini juga sejalan dengan prinsip CSR yaitu pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Dan ada manfaat dari jumlah 4 tadi. Karena kurang, mereka menyisihkan uang hasil melaut untuk membuat kapal motor baru yang juga terbuat dari fiber. Hal itulah yang kami harapkan. Kami ingin mengajak para nelayan untuk tidak manja, hanya menunggu bantuan tetapi juga berusaha memperbaiki kehidupan mereka dengan kemampuan yang dimiliki.” Penuturan dari key informan juga diperkuat dengan keterangan dari informan, Bapak Samsuri: “Dari hasil melaut kami sisihkan untuk menabung. Jika sudah cukup banyak, kami gunakan untuk membuat kapal motor baru yang juga terbuat dari fiber.” 2. Strengthening Economies Perusahaan tidak hanya berusaha menjadi kaya tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai nelayan dengan adanya kapal motor baru. Hal ini diungkapkan langsung oleh key informan, Bapak Hadi Soemarno:
38
“Upaya yang dilakukan sudah dilaksanakan dalam program CSR yang kami jalankan. Contoh, dengan memberikan tempat untuk ibu-ibu berjualan, bisa menambah pemasukan mereka. Tingkat perekonomian juga menjadi naik. Contoh lain, dengan memberikan kapal motor kepada nelayan, mereka bisa dapat tangkapan hasil laut yang lebih banyak” Penuturan dari Bapak Hadi diperkuat oleh key informan lain, Bapak Harry Muradz: “Kami selalu berusaha melakukan program-program yang bisa meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat sini. Seperti fasilitas berjualan dan pemberian kapal motor, itu salah satu contoh usaha Patra Jasa Anyer untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.” 3. Assessing Social Chesion Dalam menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar, Patra Jasa Anyer Beach Resort senantiasa melakukan hubungan yang baik dengan kepala desa dan pihak-pihak lain di wilayah Anyer. Selain itu, pihak Patra Jasa Anyer Beach Resort juga seringkali menghadiri dan berpartisipasi dalam acara yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, seperti acara peringatan HUT RI, undangan pernikahan, dan lainlain. Dimana hal ini tidak dilakukan oleh hotel-hotel lain yang juga berada di wilayah Anyer. Hal ini dikemukakan langsung oleh key informan, Bapak Harry Muradz: “Ya, seperti yang tadi saya katakan, Patra Jasa Anyer tidak pernah bosan berkomunikasi dengan warga sini. Kalau ada undangan juga kami menyempatkan diri hadir. Ya sebisa mungkin kami berusaha agar hubungan yang terjalin selama ini selalu terjaga dengan baik.” Dalam upayanya menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar, key informan, Bapak Hadi Soemarno juga mengungkapkan:
39
“Untuk menjaga keharmonisan yang kami lakukan antara lain dengan berkomunikasi dengan seluruh masyarakat di sini. Mulai dari Kepala Desa hingga masyarakat biasa. Kami selalu berusaha berperilaku baik dengan masyarakat sekitar. Dan perilaku baik tersebut juga selalu ditekankan kepada seluruh bagian dalam Patra Jasa Anyer Beach Resort untuk dijalankan dalam keseharian.” 4. Encouraging Good Governence Terkait adanya prinsip tata kelola perusahaan (Good Corporate Governence), Patra Jasa Anyer Beach Resort menyatakan tidak terlalu khawatir karena tidak merugikan perusahaan. Artinya, hal-hal yang menyangkut GCG sejalan dengan aturan yang berlaku di Patra Jasa Anyer Beach Resort. Key informan, Bapak Hadi Soemarno menyatakan: “GCG itu kan prinsip, aturan yang ditetapkan perusahaan untuk dijalankan oleh seluruh karyawan dan pihak-pihak yang berhubungan. Bagi Patra Jasa Anyer dan unit hotel Patra Jasa lainnya, sebisa mungkin kami jalankan prinsip tersebut, karena pada dasarnya hal-hal yang tertuang dalam GCG memang patut untuk diikuti.” Disisi lain, Bapak Harry Muradz sebagai key informan berpendapat: “Kami tidak terlalu mengkhawatirkan adanya prinsip GCG karena memang sudah sejalan dengan aturan yang berlaku di Patra Anyer Beach Resort. Jika kami memang tidak ada dana, kami tidak memaksakan diri untuk melakukan suatu kegiatan. Jadi ya sesuai dengan kemampuan saja.” 5. Protecting The Environment Dari hasil analisis data dapat dikatakan bahwa Patra Jasa Anyer Beach Resort menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, terlebih lokasinya yang
40
berada di pinggir pantai. Hal ini diungkapkan oleh key informan, Bapak Harry Muradz: “Iya, kami suka ikut kalau ada kerja bakti. Ya kita bantu dengan tenaga atau uang ya, walaupun tidak seberapa, tapi kami usahakan ikut partisipasi. Di sisi lain, kami juga senantiasa melakukan pembersihan di area hotel dan sekitar pantai, karena hal itu sangat penting untuk menjaga kebersihan di sini.” Oleh karena itu, mereka senantiasa menjaga kebersihan sekitar dan turut berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, seperti yang juga diutarakan oleh key informan lain, Bapak Hadi Soemarno: “Masalah kelestarian lingkungan sudah pasti menjadi concern kami, karena kami bergerak di bidang jasa. Bagaimana pendapat para pengunjung jika lingkungan sekitar kami kotor? Oleh karena itu, kami tidak pernah bosan untuk mengingatkan dan turut berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Mulai dari hal kecil saja, seperti membuang sampah makanan di pinggir pantai atau sampah plastik yang juga dapat mencemari lingkungan. Kami selalu awasi.” Melalui program CSR pemberian kapal motor ke KUB nelayan Ketapang, terdapat beberapa manfaat CSR yang dirasakan Patra Jasa Anyer Beach Resort seperti yang dikemukakan oleh Gurvy Kavei yaitu menurunnya kerentanan gejolak dengan komunitas. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan kepala desa setempat, perekrutan masyarakat sekitar menjadi karyawan hotel dan ditambah dengan berbagai program CSR yang dilakukan terutama pemberian kapal motor kepada KUB nelayan Ketapang, Patra Jasa Anyer Beach Resort mendapat sambutan hangat dan tidak terlibat masalah dengan komunitas setempat. Hal ini diungkapkan oleh key informan Bapak Harry Muradz:
41
“Iya, seperti yang saya katakan sebelumnya, kami selalu menjaga hubungan baik dengan kepala desa. Adanya partisipasi dan kontribusi Patra Jasa Anyer Beach Resort kepada warga sekitar sini alhamdulillah kami tidak pernah dipalak sama preman wilayah sini atau di demo. Ya itu sih lumrah terjadi, tetapi Patra Jasa Anyer tidak pernah mendapat masalah seperti.” Selain manfaat tersebut, corporate branding dan reputasi serta citra Patra Jasa Anyer Beach Resort menjadi kuat dengan adanya program pemberian kapal motor kepada KUB nelayan Ketapang. Selain adanya logo perusahaan yang bisa dilihat oleh banyak pengunjung hotel dan masyarakat, program CSR tersebut juga meningkatkan reputasi dan citra positif Patra Jasa Anyer Beach Resort di mata masyarakat sekitar atas kepeduliannya kepada para nelayan. Selain konsep lima pilar aktivitas CSR dari Prince of Wales International Bussiness Forum, dewasa ini berkembang pula konsep Triple Bottom Line yang menganggap bahwa selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga dituntut untuk memperhatikan dan melibatkan diri dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Berdasarkan konsep tersebut, Patra Jasa Anyer Beach Resort berusaha menjalankan konsep 3P tersebut seperti yang dipaparkan oleh key informan, Bapak Harry Muradz: “Konsep triple bottom lines. Pertama, profit, profit merupakan fokus utama Patra Jasa Anyer Beach Resort. Seminimal mungkin kami berusaha mengeluarkan biaya. Jika tidak ada yang terlalu penting untuk di beli maka kami tidak akan membeli atau membuat proses pengadaan. Tetapi jika sifatnya sudah sangat mendesak dan berdampak pada kenyamanan para tamu, kami pasti langsung mengambil tindakan. Sebisa mungkin menghemat biaya karena setiap triwulan juga anggaran dicek oleh kantor pusat. Kalau melebihi anggaran langsung dapat raport merah. Untuk people, kami memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar
42
untuk bekerja di Patra Jasa Anyer Beach Resort. Jadi banyak dari karyawan Patra Jasa Anyer Beach Resort yang berasal dari wilayah Anyer. Selain itu juga kami berkomitmen untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan lingkungan melalui program-program CSR yang kami lakukan. Kalau planet, Patra Jasa Anyer Beach Resort selalu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Itu sudah pasti. Semaksimal mungkin kami selalu memonitor kebersihan lingkungan karena hal tersebut juga penting untuk kelancaran bisnis usaha Patra Jasa Anyer Beach Resort. Kalau hotel dan lingkungan sekitarnya kotor, para tamu atau calon tamu bisa mengurungkan niat menginap di sini.” Pernyataan serupa diungkapkan oleh Bapak Hadi Soemarno selaku key informan: “Ya, konsep 3P itu juga berhubungan dengan CSR. Ketiga point tersebut perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan, termasuk Patra Jasa Anyer Beach Resort. Untuk profit saya kurang mengetahui secara pasti karena bukan di bidang saya. Tetapi yang pasti, unit-unit hotel Patra Jasa diharuskan meminimalisir cost sehingga tidak terlalu timpang dengan pendapatan. Dari segi people dan planet, Patra Jasa Anyer Beach Resort telah melakukan beberapa upaya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan juga menjaga lingkungan.” Menurut Silih Agung Wasesa, citra perusahaan adalah adanya persepsi (yang berkembang dalam benak publik) terhadap realitas (yang muncul dalam media). Oleh karenanya, seberapa jauh citra akan terbentuk, sepenuhnya ditentukan oleh bagaimana PR mampu membangun persepsi yang didasarkan oleh realitas yang terjadi. Dalam kaitannya dengan program CSR pemberian bantuan kapal motor ke KUB Nelayan Ketapang, peneliti mendapatkan informasi bahwa citra Patra Jasa Anyer Beach Resort sudah baik, terbukti dengan penuturan dari informan, Bapak Sarmana: “Selama ini Patra Jasa baik hubungannya. Perhatian, sering kesini juga kumpul dengan kami. Ya baik, tidak ada masalah.”
43
Keterangan Bapak Sarmana dikuatkan dengan informan lain, Bapak Sehabudin: “Ya baik, bagus. Kita juga diberikan tempat untuk menaruh kapal. Beberapa karyawannya juga warga desa sini jadi sudah dekat.” Citra yang positif tentang Patra Jasa Anyer Beach Resort juga diungkapkan oleh informan, Bapak Samsuri: “Dengan adanya program CSR ini membuat hubungan dengan Patra Jasa menjadi semakin baik.” 4.3.
Pembahasan Sesuai kategori publik menurut Soemirat dan Ardianto, Patra Jasa Anyer
Beach Resort memiliki beberapa kategori publik, yaitu: 1.
Publik Internal adalah karyawan beserta jajaran management dan direksi, sedangkan publik eksternal Patra Jasa Anyer Beach Resort yang salah satunya adalah masyarakat sekitar termasuk kelompok-kelompok masyarakat seperti KUB Nelayan Ketapang.
2.
Publik tradisional yang terdiri dari karyawan Patra Jasa Anyer Beach Resort dan para pengunjung hotel. Sedangkan publik masa depan adalah pejabat pemerintah, peneliti dan konsumen potensial.
3.
Diantara beberapa publik, terdapat kelompok yang opponents, propornents, dan uncommitted. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diketahui bahwa kelompok proponents adalah kepala desa dan warga sekitar hotel termasuk
44
didalamnya para nelayan. Sedangkan untuk kelompok opponents dan uncommitted, peneliti tidak menemukan adanya dua kelompok tersebut. Melalui klasifikasi publik tersebut dan merujuk pada salah satu wujud tanggung jawab perusahaan, yaitu social responsibility, Patra Jasa Anyer Beach Resort melakukan program CSR yang ditujukan kepada publiknya. Dari program CSR Patra Jasa Anyer Beach Resort yang dilaksanakan oleh Patra Jasa Anyer Beach Resort memperlihatkan komitmen yang cukup besar dari Patra Jasa Anyer Beach Resort dalam pelaksanaan CSR perusahaan, yang sejalan dengan definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development dimana CSR merupakan komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Salah satu terobosan program CSR Patra Jasa Anyer yaitu dengan memberikan bantuan kapal motor kepada nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Ketapang yang berlokasi di dekat hotel. Program CSR ini dilakukan karena letak Patra Jasa Anyer Beach Resort yang berada di pinggir pantai dimana terdapat beberapa nelayan yang mencari hasil tangkapan laut sebagai mata pencaharian mereka. Melihat lokasi hotel yang sangat dekat bahkan menyatu dengan lokasi nelayan berada, Patra Jasa Anyer merasa perlu melakukan sebuah program yang menyasar kepada para nelayan. Selain itu, program CSR ini juga belum dilakukan oleh unit hotel Patra Jasa ataupun hotel-hotel lainnya.
45
CSR yang telah dijalankan oleh banyak perusahaan termasuk Patra Jasa Anyer Beach Resort metupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan. Selain itu juga merupakan implementasi Good Corporate Governance
sehingga dimasukkan ke dalam 5 pilar aktivitas CSR. Selain
menjalankan prinsip GCG, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Patra Jasa Anyer Beach Resort telah menjalankan empat pilar aktivitas CSR lainnya, yang didalamnya
mencakup
tuntutan
perusahaan
terhadap
SDM,
pemberdayaan
masyarakat sekitar, menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar dan menjaga kelestarian lingkungan. Program CSR tersebut diimplementasikan dan diarhkan untuk memperbesar akses masysrakat dalam mencapai sosio-ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum adanya program CSR. Program CSR Patra Jasa Anyer Beach Resort dilakukan dari hasil kerjasama pihak Patra Jasa Anyer Beach Resort yang berkoordinasi dengan Humas PT Patra Jasa, karena tidak adanya fungsi public relations di dalam struktur maupun lingkup kerja yang ada di Patra Jasa Anyer Beach Resort. Fungsi public relations hanya ada di struktur organisasi Patra Jasa Pusat (PT Patra Jasa), sehingga peran dan fungsi PR dilakukan oleh Staff Humas PT Patra Jasa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dengan tidak adanya divisi atau bagian PR yang ada di Patra Jasa Anyer Beach Resort, fungsi PR tidak dapat bekerja dengan maksimal, terutama untuk melakukan kegiatan PR yang rutin maupun kegiatan-kegiatan PR lainnya.
46
Menurut Cutlip, PR adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan segala lapisan masyarakat. Dalam kaitannya dengan Patra Jasa Anyer Beach Resort, dengan tidak adanya fungsi PR di Patra Jasa Anyer Beach Resort, maka tidak ada fungsi manajemen yang dapat mengidentifikasi, menetapkan dan memelihara hubungan antara organisasi/perusahaan dengan masyarakat sekitar lokasi Patra Jasa Anyer Beach Resort. Adapun staf humas yang ada hanya dari Patra Jasa Pusat. Staf humas tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal karena: 1. Staf humas tersebut tidak berada di Patra Jasa Anyer Beach Resort. 2. Selain mengurus kegiatan PR di Patra Jasa Anyer Beach Resort, staf humas tersebut juga mengurus kegiatan PR di kantor pusat dan seluruh unit-unit hotel Patra Jasa. Sejak awal identifikasi masalah hingga eksekusi, Patra Jasa Anyer Beach Resort tidak melibatkan media massa. Program-program CSR yang dilakukan, termasuk pemberian bantuan kapal motor kepada KUB Nelayan Ketapang hanya didokumentasikan untuk perusahaan dan dilaporkan ke kantor pusat. Hal ini mengindikasikan komunikasi eksternal yang dilakukan Patra Jasa Anyer Beach Resort tidak berjalan dengan baik. Menurut Rosasi Ruslan, salah satu komunikasi eksternal yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah berkomunikasi dengan media. Namun hal ini belum dilakukan oleh Patra Jasa Anyer Beach Resort.
47
Konsep CSR yang juga bisa dijadikan acuan dalam pelaksanaan program CSR adalah konsep triple bottom lines. Melalui konsep ini, perusahaan dituntut untuk menyadari adanya kewajiban selain meningkatkan keuntungan perusahaan, namun juga memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Patra Jasa Anyer Beach Resort telah melakukan program CSR pemberian bantuan kapal motor ke KUB Nelayan Ketapang sebagai upaya dalam menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar dan juga lingkungan. Dilihat dari tujuh keberhasilan komunikasi yang tercantum di buku Morrisan, Patra Jasa Anyer Beach Resort telah memenuhi tujuh kriteria tersebut, antara lain kredibilitas, Humas PT Patra Jasa dibantu oleh GM Patra Jasa Anyer Beach Resort telah memiliki rasa percaya dari publiknya, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh publiknya. Kemudian konteks, isi pesan dan kejelasan pesan yang disampaikan Patra Jasa Anyer Beach Resort dapat dikatakan tepat dan sesuai dengan kondisi para nelayan yang tingkat pendidikannya minim sehingga komunikasi secara lisan dirasa sudah cukup efektif dalam menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Dari segi kontinuitas, sesuai dengan hasil wawancara dengan key informan dan informan didapatkan informasi bahwa Patra Jasa Anyer Beach Resort senantiasa melakukan komunikasi secara rutin, terutama terkait adanya program CSR berupa pemberian bantuan kapal motor ke KUB Nelayan Ketapang. Untuk saluran yang digunakan oleh Patra Jasa Anyer Beach Resort, pihaknya telah menggunakan saluran
48
yang sesuai dengan kemampuan penerima pesan, yaitu para nelayan yang tergabung dalam KUB Nelayan Ketapang. Di sisi lain, terkait adanya citra perusahaan yang sebagaimana dikatakan Frank Jefkins, citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Dalam hal ini, PR bertanggung jawab penuh terhadap citra perusahaan, agar perusahaan mendapatkan citra yang positif dan dapat bersaing dengan kompetitornya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Patra Jasa Anyer Beach Resort tidak memiliki divisi atau bagian PR dalam struktur organisasinya. Kegiatan dan pelaksanaan kerja PR dilakukan oleh PT Patra Jasa. Namun, tanpa adanya divisi atau bagian PR di Patra Jasa Anyer Beach Resort, citra hotel ini baik dengan adanya program CSR yang dilakukan Patra Jasa Anyer Beach Resort yang salah satunya adalah pemberian bantuan kapal motor kepada KUB Nelayan Ketapang.