86
BAB IV ANALISIS PERAN PEMBELAJARAN KITAB JIM-JIM DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA’UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN
A.
Pembelajaran Kitab Jim-jim Dalam Memudahkan Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manba’ul Falah Sampangan Pekalongan Pembelajaran kitab nahwu Jim-jim yang di lakukan di pondok pesantren Al-Masyhad Manba’ul Falah, khususnya yang dilakukan di kelas Shifr B yang tentunya melalui beberapa tahapan dan komponen-komponen yang ada, ternyata pembelajaran tersebut dapat mendapatkan hasil yang baik, hal itu ditunjang dengan beberapa hal diantaranya; adanya pengajar yang mampu menguasai materi dengan, siswa yang ulet dalam belajar dan, tidak cukup dengan itu, dalam pembelajaran ini guru juga menggunakan beberapa metode dan dari metode tersebut dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar, memudahkan siswa dalam memahami materi dan juga melatih mental santri melalui metode sorogan yang diterapkan. Keberhasilan pembelajaran ini juga ditunjang oleh tujuan yang dicanangkan guru dan juga pengasuh, hal itu dapat menekan santri untuk lebih semangat dalam belajar. Keberhasilan pembelajaran kitab Jim-jim ini dalam memudahkan membaca kitab Kuning dapat diketahaui melalui adanya program evaluasi yang diterapkan oleh guru, sehingga hasil yang
87
diharapkan bisa diketahaui sejauh mana pemahaman yang ditangkap santri, berapa banyak santri yang paham dan mampu mengaplikasikan dalam membaca kitab kuning dan berapa banyak santri yang tidak berhasil dari pembelajaran kitab jim-jim ini. Keberhasilan pemeblajaran kitab Jim-jim ini dapat dilihat melalui banyaknya santri yang sudah mampu dalam membaca kitab kuning, mereka tidak hanya bisa membaca namun juga bisa memaknai, mengi’rob dan juga memahami apa yang mereka baca. B.
Upaya Pembelajaran Kitab Jim-jim Dalam Memudahkan Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren AL-Masyhad Manba’ul Falah Sampangan Pekalongan Majunya suatu lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal sangat ditentukan oleh upaya yang dilakukan oleh pihak terkait, Karena kalau hanya sekedar rencana yang digagas namun tidak ada upaya nyata yang dilakukan maka tujuan tersebut akan nihil untuk tercapai. Upaya merupakan suatu usaha yang dilakuakan seseorang atau lembaga terkait yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Adapun upaya yang dilakukan dalam pembelajaran kitab jim-jim yang digunakan untuk mempermudah membaca kitab kuning di pondok pesantren Al-Masyhad Manba’ul Falah Sampangan Pekalongan terdiri dari tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. 1. Tahap Awal
88
Upaya awal yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran kitab Jimjim dalam memudahkan membaca kitab kuning. Guru tidak langsung menggunakan kitab gundul dalam praktik atas pembelajaran kitab Jim-jim yang telah dipelajari, namun guru terlebih dahulu menggunakan kitab yang berharokat yakni melalui kitab Mabadiul Fiqhiyyah dan ternyata melalui kitab yang berharokat ini mampu memberi kemudahan pada santri dalam mengi’rob tiap kalimat, hal itu dibantu oleh guru melalui pembacaan makna gandul atau guru membacakan absahan terlebih dahulu kemudian dicatat oleh santri. Setelah santri sudah lengkap memberi makna gandul dan kemudian disuruh latihan membaca beberapa kali, baru setelah itu santri diberi kitab Mabadiul Fighiyyah yang kosong kemudian santri disuruh untuk memngi’rob dan memaknai kitab tersebut. 2. Tapad Akhir Tujuan utama dalam pembelajaran mempunyai peranan sangat penting karena akan menunjukan pada keberhasilan akan pembelajaran tersebut. Tujuan inti yang diharapkan dalam pembelajaran kitab Jim-jim ialah supaya santri bisa membaca kitab kuning. Setelah melalui tahap awal diatas dengan membiasakan santri menganalisis kedudukan pada setiap kalimat yang ada pada kitab Mabadiul Fiqhiyyah. Kemudian santri dalam membaca kitab ini sudah tidak lagi menggunakan kitab mabadiul Fiqhiyyah yang ditulis dengan harokat akan tetapi lebih meningkat yakni dengan menggunakan kitab Safinatunnajah.
89
Pada tahap ini santri sudah mulai dibiasakan untuk latihan membaca kitab tersebut dengan cara hampir sama dengan tahap awal tadi melalui proses penerjemahan yang dilakukan oleh guru terlebih dahulu, karena mereka belum bisa untuk memaknainya sendiri. Kemudian santri menyimak dan menulis apsahan/makna gandul yang dilakukan oleh guru. Pada tahap pembelajaran ini guru meminta santri untuk mengulang materi yang pernah dipelajari dalam kitab Safinatunnajah dan kemudian santri ditugaskan untuk membaca, menerjemahkan dan menganalisis kedudukan tiap kalimat yang ada dalam kitab Safinatunnajah, santri menerangkan apakah kalimat itu berkedudukan sebagai fa’il, maf’ul, mubtada’, khobar, hal, tamzis dan lainnya. Dengan hal itu nantinya santri akan memahami makna yang ada pada kitab tersebut dan mampu untuk emnjelaskannya kembali dalam Bahasa mereka masing-masing. Guru juga memberikan tamrinat pada santri untuk sekedar menguatkan materi kitab Jim-jim yang sudah dipelajarinya dan selanjutnya untuk lebih mengetahui kemampuan santri dalam membaca dan mengi’rob kalimat dalam bahasa arab, santri diberikan tes guna mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan apakah sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum, tes tersebut dilakukan pada dua tahap yakni semester awal yang menggunakan kitab Mabadiul Fiqhiyyah dan semester akhir yang menggunakan kitab Safinatunnajah. Akhir
dari
upaya
pembelajaran
kitab
jim-jim
ini
dalam
memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Al-Masyhad
90
Manba’ul Falah Sampangan Pekalongan ini dapat dilihat dari kegiatan Ujian Akhir Semester dan dalam bentuk pembecaan kitab Mabadiul Fiqhiyyah dan Safinatunnajah, dimana setiap santri diminta untuk membaca dua kitab tersebut tanpa harokat dan makna sebagai tolak ukur dalam pembelajaran kitab jim-jim di kelas Shifir B ini. Dalam hal ini terlihat antusias dan semangat para santri yang membaca dua kitab tersebut, hanya saja masih terdapat beberapa santri yang kurang bisa dalam pengi’robannya. Gambaran di atas menunjukan bahwa upaya pembelajaran kitab Jimjim daam memudahkan membaca kitab kuning ini dapat berjalan dengan lancar dan baik serta ternyata pembelajaran kitab Jim-jim dapat meningkatkan kemampuan santri dalam membaca kitab kuning dan membuat mereka menjadi lebih aktif serta memupu bakat mereka dalam menganalisis isi kandungan kitab Mabadiul Fiqhiyyah dan Safinatunnajah sehingga target yang menjadi tujuan pembelajaran kitab Jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di kelas Shifir B ini lebih tercapai dibandingkan dengan pembelajaran yang tanpa dibekali dengan kitab jimjim. C.
Peran Pembelajaran Kitab Jim-jim Dalam Memudahkan Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manba’ul Falah Sampangan Pekalongan Peran merupakan suatu yang menjadi bagian atau memegang peran utama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa. Pembelajaran kitab jim-
91
jim yang diterapkan di kelas Shifir B dalam memudahkan membaca kitab kuning. kitab jim-jim mempunyai peranan utama dalam mengarahkan santri kelas Shifir agar dapat mengetahui I’rob dari tiap kalimat yang ada, memudahkan santri kelas Shifir pada saat membaca dengan bacaan yang benar dan memudahkan santri kelas Shifir dalam menganalisis kedudukan yang ada pada kalimat yang dalam pembelajaran ini ustadz memilih menggunakan dua kitab yakni pada tahap awal menggunakan kitab AlMabadiul Fiqhiyyah dan kitab Safinatunnajah sebagai tahap akhir. Adapun peranan pembelajaran kitab Jim-jim ini yang diterapkan di kelas Shifir B dengan tujuan mempermudah membaca kitab kuning sebagai berikut: 1.
Kitab jim-jim berperan pada proses pembelajaran awal yang
diterapkan pada anak kelas Shifir B, pada pembelajaran awal ustadz menggunakan kitab yang masih berharokat, tidak langsung dengan kitab gundul dengan tujuan supaya santri mengetaui terlebih dahulu kedudukan pada tiap kalimat yang ada pada kitab Al-Mabadiul Fiqhiyyah dalam hal ini santri tidak disuruh langsung untuk menganalisi kalimat dari dua arah yakni dari harokatnya dan dari kedudukannya, akan tetapi hanya mengenalisis dari segi kedudukannya saja. Jika sudah mengetaui kedudukannya nantinya santi diharapkan dapat mengetahui perubahan harokat yang ada pada tiap kalimat entah itu dibaca rofa, nasab, jer atau jazam. Hal itu dapat diketahui oleh santri karena sebelumnya santri sudah
92
diberikan bekal awal yakni materi kitab jim-jim yang disitu dijelaskan apa yang dimaksud isim, fiel, huruf, mubtada, khobar, fiel dan fail dan lainnya. Dalam kitab jim-jim sudah dijelaskan mengenai kalimat yang dibaca apa dan kedudukannya, misalkan fail, dibaca rofa, maf’ul dibaca nasab, idhofah dibaca jer dan lain sebagainya sehingga dengan bekal itu diharapkan santri bisa menerapkannya dalam pembelajaran Al-Mabadiul Fiqhiyyah. 2.
Kitab Jim-jim juga berperan menjadi modal utama bagi anak kelas
Shifir B, dengan diterapkannya materi kitab jim-jim ini pada penggunaan kitab yang lebih tinggi yakni Safinatunnajah, disitu anak kelas Sshifir B sudah diminta untuk menganalisis kalimat yang ada pada kitab tersebut dari dua arah yakni dari segi harokat dan kedudukannya. Melalui kitab Safinatunnajah yang ditulis tanpa adanya harokat, akan menimbulkan rasa ingin tahu pada anak kelas Shifir B akan kesesuaian harokat apa yang harusnya dibaca apakah itu fathah, kasroh, atau sukun, dalam hal ini anak kelas Shifir B disuruh untuk membaca dan menganalisis perubahan harokat yang ada pada akhir kalimat melalui bekal materi yang ada dalam kitab Jim-jim. Pada tahap ini santri belum disuruh untuk menerjemahkan. 3.
Setelah guru merasa santrinya sudah bisa melalui dua tahap diatas
baru kemudian ustadz menyuruh anak-anak kelas Shifir B menerapkan materi yang dipelajari dalam kitab jim-jim ini melalui latihan membaca dan menerjemahkan kitab Safinatunnajah. Hal itu tidak dilakukan secara
93
langsung tetapi melalui proses pengajian kitab Safinatunnjah sebelumnya yakni ustadz sudah membacakan dan menerjemahkan terlebih dahulu, baru setelah itu anak kelas Shifir diminta untuk membaca atau dengan kata lain sorogan pada ustadz. Dalam proses ini ustadz berperan sebagai pengamat dan pengarah, jika ada bacaan atau makna yang kurang sesuai ustadz mengarahkan dan membenarkan maknanya sehingga hasilnyapun nantinya akan sama sebagaimana pemahaman yang dipahami oleh ustadz. Dengan metode yang dilakuakan secara bertahap tersebut bisa memudahkan santri dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan, karena pembelajaran yang baik itu pembelajaran yang dilakukan secara bertahap tidak diberikan secara langsung karena pemahaman materi ini membutuhkan proses.