BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Aalisis Dekomposisi Spektral Interpretasi untuk hasil penelitian ini berdasar pada visualisasi dari data set yang telah diproses. Kombinasi antara dekomposisi spektral dengan tampilan RGB memberikan kita kemudahan dalam interpretasi batupasir lapisan tipis. Gambar 12 menyajikan hasil perhitungan nilai frekuensi pada tiga buah sumur. Dari sumur 32 yang mengandung minyak pada batupasir 1440 sd dapat kita lihat bahwa nilai frekuensi seismik pada sumur tersebut bernilai 18.45 Hz (Tabel 4). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bayangan frekuensi rendah (low-frequency shadows) sering berasosiasi dengan hidrokarbon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayangan frekuensi rendah juga dapat digunakan untuk delineasi hidrokarbon berupa minyak yang sangat undersaturated, di mana nilai API dari minyak bernilai 32.8. Transformasi wavelet Gabor-Morlet ditambah dengan pengurangan noise yang dilakukan sebelum proses dekomposisi spektral memberikan lokalisasi frekuensi dengan sangat baik. Penggunaan wavelet Gabor sebagai fungsi jendela memaksimalkan transformasi dari domain waktu ke domain frekuensi dengan overlap minimum dan tidak ada ruang yang tidak terliput oleh wavelet Gabor. Kemampuan dekomposisi spektral dengan tampilan RGB yang dilakukan pada penelitian ini dibuktikan dengan perbedaan warna pada RGB Blend yang ditemukan antara sumur 32 dan sumur 13, di mana keduanya sama – sama memiliki batupasir lapisan tipis 1440 sd namun pada sumur 32 yang berisi minyak respon RGB menunjukkan warna coklat kemerahan (Gambar 4.2b), sedangkan pada sumur 13 berwarna biru keabuan (Gambar 4.2c). Percampuran warna pada peta RGB Blend terjadi akibat adanya lebih dari satu nilai frekuensi yang terdekteksi. Informasi dari persebaran warna – warna ini secara intuitif dapat memberikan panduan mengenai pola persebaran hidrokarbon pada lapangan “X” yang telah divalidasi dengan data log sumur. Penggunaan horizon 1440 sd sebagai tempat ditampilkannya citra RGB dari dekomposisi spektral memungkinkan interpreter untuk memvisualisasikan resevoir batupasir lapisan tipis ini dengan geometri serta struktur geologi yang sangat mudah dipahami.
37
Tampilan antar muka yang interaktif sangat membantu karena dapat diputar ke segala arah sehingga pengguna mendapatkan gambaran spasial yang menyerupai kenyataan.
Gambar 4.1 Tampilan RGB colour blend dengan 2D colour blend viewer
Tabel 4.1 Perbandingan dominasi warna RGB dan frekuensi Sumur #
(0-255) 113 178 174
(%) 44.31 69.80 68.24
Sumur-32
R G B
149 111 75
58.43 43.53 29.41
18.45
Sumur-13
R G B
58 73 77
22.75 28.63 30.20
27.24
Sumur-21
Warna R G B
Frekuensi (Hz) 27.81
38
Gamma Ray
Resitivity
(a)
Gamma Ray
Resitivity
(b)
Gamma Ray
Resitivity
(c)
Gambar 4.2 Data log sumur dan komposisi warna RGB dari (a) Sumur-21, (b) Sumur-32 dan (c) Sumur-13 Secara keseluruhan, pola persebaran reservoir minyak batupasir 1440 sd berarah Timur Laut – Barat Daya. Apabila dilihat dari peta RGB colourblend yang di-overlay dengan kontur peta struktur waktu berhenti pada kontur 500 ms atau setara dengan kedalaman 1450 kaki (dari tabel Time-Depth pada well-to-seismic tie sumur 29). Pada kontur yang memiliki kenaikan ketinggian, yaitu di bawah 500 ms, keberadaan batupasir tidak dapat ditemukan karena data log Gamma Ray pada sumur 21 dan dan sumur 36
39
menunjukkan ketiadaan lapisan batupasir1440 sd. Untuk kasus ketiadaan hidrokarbon pada batupasir 1440 sd di sumur 13, dapat dijelaskan dengan hasil korelasi log sumur antara sumur 13 dan sumur 32. Dari hasil korelasi log sumur antara sumur 13, sumur 32, sumur 21 dan sumur 36 didapatkan trend kemenerusan yang menunjukkan bahwa batupasir 1440 sd di mana sumur 13 berada pada posisi yang lebih rendah daripada batupasir 1440 sd pada sumur 32. Hal ini dapat memberikan alasan untuk menduga bahwa reservoir 1440 sd yang ditemukan pada sumur 13 dan sumur 32 menerus dan dahulu reservoir pada sumur 13 berada di jalur migrasi minyak (Briddle, 1994). Kemenerusan antara batupasir 1440 sd di dua sumur tersebut dapat menjawab pertanyaan mengapa reservoir pada sumur 13 disebut depleted. Hasil korelasi ini diperkuat dengan penampang seismik yang dibuat sesuai dengan jalur lintasan korelasi log sumur (Gambar 3.18).
Gambar 4.3 Nilai frekuensi pada masing- masing sumur 21, 32 dan 13
40
5.2 Analisis Struktur Pemetaan batupasir lapisan tipis 1440 sd dengan RGB colour blend memberikan hasil intuitif akan persebaran batupasir 1440 sd yang berisi minyak. Namun apabila dilihat dari posisi sumur – sumur yang telah terbukti terdapat minyak pada level 1440, adanya minyak seakan tidak berada pada tinggian yang menyerupai closure (Gambar 4.4). Hal ini memberikan informasi bahwa reservoir yang terisi minyak tidak berada pada daerah tinggian tersebut. Penyebab dari ketiadaan perangkap hidrokarbon pada daerah tinggian dapat berasal dari mekanisme struktural, seperti adanya sesar yang menyekat jalur migrasi, atau dari mekanisme pengendapan dari lapangan “X” ini. Korelasi log sumur yang telah dijelaskan pada BAB III memberikan gambaran jelas akan bagaimana suatu lapisan batupasir dapat ditentukan kedalamannya di masing – masing sumur dan bagaimana arah perlapisannya seandainya lapisan batupasir tersebut menerus. Namun pada lintasan pertama dari korelasi, diketahui bahwa lapisan batupaasir 1440 sd “menghilang” di sumur 21 dan 36, hilangnya lapisan batupasir itu menurut peta RGB colour blend terjadi di antara sumur 32 dan sumur 21 sehingga memberikan respon warna yang berbeda pada peta RGB colour blend. Padahal apabila kita melihat posisi sesar mayor terhadap jalur korelasi ini, jalur korelasi sama sekali tidak bersinggungan dengan sesar mayor.
Gambar 4.4 RGB colour blend di-overlay dengan kontur peta struktur waktu
41
Selanjutnya penulis mencoba untuk mengaitkan garis berwarna hitam pada RGB colour blend dengan persebaran sesar pada lapisan 1440 sd. Sesar mayor yang melintang dari Barat Daya ke Tenggara nampak sangat jelas dengan warna hitam, hal inilah yang dijadikan dasar untuk menarik sesar yang mengikuti persebaran warna hitam tersebut. Setelah dilakukan penarikan sesar (Gambar 4.5a), didapat bahwa garis – garis yang ditarik ini tidak bersesuaian dengan kontur peta struktur waktu (Gambar 4.5b) yang ditandai adanya perpotongan antara garis yang ditarik dengan garis kontur. Hal ini memberikan kesan bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara warna hitam pada pada RGB colour blend dengan persebaran sesar pada lapisan 1440 sd, di samping sesar mayor pada lapangan “X”.
(a)
(b) Gambar 4.5 (a) Penarikan sesar dari RGB colour blend; (b) Overlay dengan kontur peta struktur waktu
42