70
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis LDR dan NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia 4.1.1 Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.( Kasmir, 2003:272) Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. (Dendrawijaya, 2000: 118) Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank. Apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah membatasi rasio antara kredit dibandingkan dengan simpanan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2003: 272), batas aman LDR menurut peraturan pemerintah adalah 110%.
70
71
4.1.2 Unsur-unsur Loan to Deposit Ratio: 1. Total Loans Total Loans adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan bank termasuk kantornya di luar negeri, kepada pihak ketiga bukan bank baik di dalam maupun di luar negeri. 2. Total Deposit Total deposit adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berupa: a)
Giro, yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan.
b)
Deposito Berjangka, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
c)
Sertifikat Deposito, yaitu deposito berjangka yang bukti penyimpanannya dapat diperdagangkan.
d)
Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.
72
3. Equity Equity adalah modal yang terdiri dari modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. (sesuai SK Dir No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 untuk BPR) : Komponen-komponen yang termasuk pada perhitungan LDR terdiri dari kredit yang diberikan dan dana pihak ke tiga. Perhitungan LDR ini berguna untuk mengetahui seberapa besar bank merealisasikan dana yang akan disalurkannya kepada masyarakat. LDR merupakan persentase perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima. Sehingga penghimpunan dana dapat diberikan poin sebagai berikut : 1. Simpanan pihak ketiga 2. Bank Indonesia 3. ABP lebih dari 3 bulan 4. Pinjaman yang diterima lainnya lebih dari 3bulan 5. Modal Pinjaman Pada tabel-tabel dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut komponenkomponen pada LDR.
73
Tabel 4.1.1 Kredit Yang Diberikan 2004-2008 Dalam Jutaan Rupiah
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Bulan Maret 144,915,753 186,255,384 225,944,281 268,410,143 342,258,244
Juni 159,226,843 200,656,765 239,993,074 286,468,623 388,365,543
September 171,340,888 213,101,581 255,657,357 309,406,415 434,364,636
Desember 182,734,158 222,873,722 266,149,685 332,754,253 473,937,123
(Sumber : laporan keuangan bank publikasi, www. bi. go. id) Dilihat dari tabel diatas, pemberian kredit mengalami peningkatan setiap bulannya dan begitu juga setiap tahunnya, yang berarti ada peningkatan kredit yang disalurkan bank kepada masyarakat selama lima tahun penelitian yang diteliti oleh penulis. Ini bisa diartikan bahwa, sudah adanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasioanal khususnya kepada BRI sebagai bank yang melayani kredit kecil pada masyarakat. Tabel 4. 1. 2 Dana Pihak Ke Tiga 2004-2008 Dalam Jutaan Rupiah Bulan Tahun Maret Juni September 2004 223,971,193 234,517,137 237,916,886 2005 245,943,083 254,049,380 264,764,986 2006 292,497,421 281,291,946 332,243,322 2007 367,463,384 386,160,403 425,133,546 2008 474,207,282 504,316,913 495,619,760 (Sumber : laporan keuangan bank publikasi, www. bi. go. id)
Desember 242,024,101 277,872,701 355,109,363 458,518,046 561,677,606
Sama dengan kredit yang diberikan, dana pihak ke tiga juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan dana pihak ketiga ini harus disyukuri,
74
karena biasanya sering ada tekanan-tekanan yang mengakibatkan tersendat dan tidak berjalan lancarnya sumber dana pihak ke tiga atau tidak meningkat seperti yang diharapkan oleh perbankan. Dana pihak ke tiga didapat dari Giro, Deposito, Sertifikat deposito, Tabungan, Kredit likuiditas BI, lain-lain ( Deposito on call, Setoran jaminan, Penerimaan dana luar negri dan valuta asing, Call money, Pinjaman antar bank, Fasilitas diskonto antar rupiah, obligasi).
Tabel 4. 1. 3 LDR 2004-2008 Dalam Persentase ( % ) Bulan Tahun Maret Juni September Desember 2004 65 68 72 76 2005 76 79 80 80 2006 77 85 77 75 2007 73 74 73 73 2008 72 77 88 84 (Sumber : laporan keuangan bank publikasi yang telah diolah, www. bi. go. id)
Angka persentase tersebut di atas diperoleh dari perhitungan rumus LDR sesuai dengan yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, sebagai contoh berikut adalah perhitungan LDR bulan Desember tahun 2008 :
75
Kredit yang diberikan LDR =
x 100% Dana pihak ke tiga
473,937,123 LDR =
x 100% 561,677,606
LDR =
84
Secara persentase LDR yang didapat BRI mengalami tendensi peningkatan setiap tahunnya. Ini bisa diartikan bahwa BRI sebagai bank yang cukup sehat untuk menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Sesuai dengan penggolongan range LDR, jika rangenya besar maka bank tersebut bisa dikatakan sehat dan relatif baik dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Tetapi jika kredit yang diberikan lebih besar dari 100, maka bank tersebut bisa dikatakan tidak sehat, namun LDR pada BRI masih dibawah 94, 75% yang berarti dalam keadaan sehat. Data di atas menunjukkan bahwa BRI telah mampu menyalurkan dana masyarakat untuk dipinjamkan kepada nasabah yang memerlukan. Dengan adanya tendensi yang baik dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah, bisa dijadikan dasar untuk menarik lebih banyak nasabah di tahun-tahun mendatang. Dari ketiga tabel tersebut diatas, baik pada kredit yang diberikan, dana pihak ke tiga dan persentase LDR bisa dilihat pada lima tahun penelitian sesudah
76
go public terdapat peningkatan kalkulasinya. Bisa dikatakan setelah bank melakukan go public, akan lebih baik untuk bank itu sendiri yang dilihat dari meningkatnya penyaluran kredit kepada masyarakat serta masuknya dana pihak ke tiga.
4.1.3 Non Performing Loan (NPL)
NPL pada PT Bank Rakyat Indonesis (BRI) Tbk. merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan BRI untuk mengumpulkan kembali dana yang telah diberikan kepada nasabah peminjam. Dan juga merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat retun saham bank akan mengalami penurunan. NPL pada BRI tahun 2004-2008 diperlihatkan pada tabel berikut:
77
Tabel 4. 1. 4
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Maret 8,873,601 8,584,011 11,418,273 14,494,230 13,594,133
Kredit Bermasalah Tahun 2004-2008 Dalam jutaan rupiah Bulan Juni September 10,498,311 9,718,980 11,514,549 11,146,308 12,551,877 12,443,181 16,139,516 15,802,865 13,763,243 13,166,119
Desember 7,684,284 10,156,827 13,029,161 11,756,710 13,545,392
(Sumber : laporan keuangan bank publikasi, www.bi.go.id)
Dari tabel diatas bisa dilihat, bahwa jumlah kredit bermasalah yang dihadapi BRI mengalami fluktuasi. Ini erat kaitannya dengan situasi dan kebutuhan pada saat itu. Hal ini bisa dilihat dari presentase dari tahun ke tahun, begitu juga bulanannya. Dari presentase tersebut tercermin bahwa BRI masih perlu melakukan peningkatan terhadap usahanya untuk mengatasi kredit bermasalah dan sangat diharapkan kredit bermasalah yang dihadapi BRI dapat diminimalkan. Kecenderungan kredit lancar atau tidak sangat tergantung oleh berbagai faktor baik yang dapat dikendalikan maupun secara teknis memang menyebabkan terjadinya kemacetan. Usaha untuk memperbaiki kemacetan kredit perlu dilakukan dengan menentukan sasaran kredit, metode penagihan, tenaga penagihan dan sebagainya yang memungkinkan agar indikasi kemacetan ini dapat ditekan seminimal mungkin.
78
Tabel 4. 1. 5 NPL Tahun 2004-2008 Dalam persentase (%) Bulan Tahun Maret Juni September Desember 2004 4 4 4 3 2005 3 5 4 4 2006 4 4 4 4 2007 4 4 4 3 2008 3 3 3 2 (Sumber : laporan keuangan bank publikasi yang telah diolah, www.bi.go.id)
Angka persentase tersebut di atas diperoleh dari perhitungan rumus NPL sesuai dengan yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, sebagai contoh berikut adalah perhitungan NPL bulan Desember tahun 2008 :
Kredit bermasalah NPL =
x 100% Kredit yang diberikan
13,545,392 NPL =
x 100% 473,937,123
NPL =
2
Persentase NPL setiap tahunnya bisa dikatakan stabil. Secara matematis jika persentase NPL semakin kecil, berarti kemampuan BRI untuk mengelola kredit semakin baik. Jika dilihat dari data diatas, maka persentase NPL pada BRI
79
sudah cukup bagus setelah go public. Namun setelah bank melakukan go public persentase untuk NPLnya dapat ditekan dibandingkan dengan sebelum melakukan
go public. Pada persentase NPL berbeda dengan LDR, dimana pada LDR persentasenya naik setelah bank melakukan go public dan pada NPL setelah melakukan go public dapat ditekan kenaikannya. Namun yang perlu diwaspadai, jika terjadi peningkatan NPL karena ini berarti ketidakmampuan bank untuk menarik dananya kembali setelah disalurkan kepada masayarakat. Dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya kredit macet yang nantinya akan membawa masalah kepada bank itu sendiri, dengan ketidakpercayaan dana pihak ke tiga untuk menanamkan modalnya kepada bank bersangkutan. Ini yang perlu diantisipasi oleh BRI, agar hal itu tidak terjadi. Walaupun demikian BRI masih digolongkan sebagai bank yang dikategorikan sehat jika dibandingkan dengan perbankan lainnya. Yang sangat menarik, dimana diramalkan BRI sebagai bank yang berkembang pesat di tahun 2006. Karena memiliki fondasi yang cukup kuat di segmen mikro kecil dan menengah.